Seminar Nasional Pendidikan Olahraga (SEMNASPOR) 2015 Universitas Bina Darma, 19 Desember 2015
KARAKTER ATLET OLAHRAGA PRESTASI DALAM PENINGKATAN PRESTASI Meirizal Usra 1) 1)
FKIP Universitas Sriwijaya Palembang Jalan Raya Palembang-Prabumulih, Indralaya, Sumatra Selatan Email :
[email protected] 1)
akhlaknya sekaligus cerdas intelektualnya. Dilihat dari ciri-ciri biologis, manusia merupakan mahluk yang mampu memperbaharui energi dan melaksanakan daur
Abstract Today's modern life has been conducted from formal and non formal education. Formal education aims to amend the mindset with the first reference mentioned "increase faith and piety and good character", then on the second reference mentioned “potential improvement, intelligence, and interest in accordance with the level of development and the ability of the athlete". For the child, parents (father and mother) are first known adults figure for children from infancy. Besides proximity due to biological factors, children are usually quite close to their father because almost all of their lifes are spent closely to their parents. Therefore, the parents give major influence on a child's development, including character building. Each of athletes who is well cared for and educated and equipped with an adequate education with the purpose of forming good character is expected to be good in the future. With the provision of the formation of good character from an early age, a child who becomes the athlete as an option can do many things much better and dignified in comparison with people who are not equipped with good character.
ulang, mengatur diri sendiri, dan berkemampuan untuk beradaptasi, serta mempertahankan keseimbangan atau homeostasis sebagai kata kunci sehingga manusia mampu mempertahankan hidupnya. Ternyata gerak yang tampak itu merupakan hasil kerja keseluruhan sistem yang sinkron dan menyatu antara jiwa dan badan. tubuh, jiwa, akal, hati membentuk satuan individu sebagai pribadi. Fenomena yang paling konkret sebagai objek formal ilmu keolahragaan adalah gerak-laku manusia dalam bentuk gerak insani, terutama keterampilan gerak yang dapat dikuasai melalui proses belajar. Gerak insani yang juga mencerminkan puncak kreativitas manusia itu, dilakukan secara sadar dan mempunyai bertujuan jelas. Manusia menggerakkan dirinya secara sadar melalui pengalaman fisiknya sebagai medium untuk berinteraksi dengan lingkungannya dan untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam konteks pendidikan, khususnya pendidikan jasmani, gerak insani inilah yang menjadi medan pergaulan yang bersifat mendidik. perwujudan keterampilan gerak itu tidak dapat dipisahkan dari tata latar lingkungannya, sehingga keterampilan gerak itu terbentuk dalam aneka bentuk respons dan transaksi antara individu dan lingkungan sosial-budaya yang membentuk penghayatan diantara kedua pihak. Olahraga itu merupakan perilaku gerak manusia yang universal, tanpa memandang latar belakang agama, budaya, suku bangsa atau ras. Dalam berolahraga dibutuhkan suatu karakter yang baik untuk mencapai prestasi.
Keywords: Athlete characters, Sport achievement, Sport achievement improvement.
1. Pendahuluan Setiap bangsa yang beradab menyadari pentingnya budaya mulia yang diutamakan dalam kehidupan. Budaya pada kehidupan suatu bangsa memiliki pandangan hidup yang sangat diyakini kebenarannya. Kehidupan modern saat ini sudah dilaksanakan mulai dari pendidikan formal dan non formal. Pendidikan formal bertujuan untuk mengubah pola pikir dengan acuan pertama disebutkan ”Peningkatan iman dan taqwa serta akhlak mulia”, baru kemudian pada acuan kedua disebutkan ”Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuan atlet”. Jadi, bangsa kita telah menyadari hanya mereka yang memiliki iman dan taqwa serta akhlak mulia yang baik yang dapat dididik menjadi atlet yang mudah diarahkan dan berhasil, sehingga akan terbentuk generasi penerus bangsa yang berkarakter dan berkualitas
Pembentukan karakter pada diri atlet bukan hanya tanggung jawab pelatih di tempat latihan, artinya tidak harus melalui jalur pendidikan formal, namun orang tua sebagai pemilik anak yang sesungguhnya memiliki tanggung jawab yang sangat besar dalam hal ini. Pada kenyataannya, era globalisasi saat ini banyak orangtua yang sibuk bekerja, baik ayah maupun ibu, dalam usaha memenuhi hidup yang layak bagi anak-anaknya. Kesibukan bekerja menyebabkan intensitas bertemu dan berkomunikasi dalam keluarga relatif terbatas. Bahkan banyak di antara orangtua yang tidak mengetahui apa saja aktivitas anak ketika mereka tidak berada di rumah. Hal yang sering terjadi adalah ketika anak-anak menunjukkan perilaku atau karakter yang tidak terpuji, orangtua seringkali menyalahkan sekolah yang tidak
155
Seminar Nasional Pendidikan Olahraga (SEMNASPOR) 2015 Universitas Bina Darma, 19 Desember 2015
berhasil mendidik anaknya, padahal kegiatan anak selain di sekolah mereka juga terlibat dalam aktif sosial di lingkungan sekitar.
Ada empat jenis nilai yang bersumber dari: 1) Jenis nilai benar-salah (nilai hukum), 2) kehendak: jenis nilai baikburuk (nilai moral), 3) perasaan: jenis nilai indah-tidak indah (nilai estetika), dan 4) agama: jenis nilai religiustidak religius (nilai agama).
Pembinaan harus sesuai dengan eksistensi atlet sebagai makhluk yang mempunyai jiwa dan raga, mahkluk sosial, dan makhluk Tuhan dengan segala sifat dan hukumnya. Sebelum memberikan perlakuan pada atlet, maka perlu memahami eksistensi manusia secara umum, dengan sifat-sifat yang tidak boleh diabaikan yang merupakan prinsip-prinsip pembinaan bagi atlet, sehingga latihan yang diberikan pada atlet sesuai dengan apa yang diharapkan. Berdasarkan hal tersebut, perlu diketahui tentang bagaimana pembentukan karakter dalam mencapai prestasi olahraga.
2. Pengertian Karakter, Moral
2.3 Norma Norma merupakan ukuran, garis pengarah, atau aturan kaidah bagi pertimbangan dan penilaian atau aturan mengenai cara bertingkah laku dalam kehidupan manusia. Norma bersumber dari nilai dan berisi perintah atau larangan. 2.4 Etika dan Moral Etika dan moral sering diartikan sama, namun sebenarnya ada sedikit perbedaan antara keduanya. Etika (ilmu) mempunyai arti lebih luas daripada moral (ajaran). Etika adalah ilmu yang mempelajari tentang hal yang baik dan hal yang buruk [2]. Moral adalah ajaran tentang baik-buruk yang diterima umum mengenai tingkah laku atau perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebagainya; akhlak, budi pekerti, susila [2]. Moral mengacu pada baik buruknya manusia sebagai manusia, bukan manusia sebagai pelaku peran tertentu dan terbatas. Dapat terjadi seorang anak bermoral jujur, tetapi berperilaku kurang baik dalam kesehariannya. Etika dan moral bersumber pada norma, dan norma bersumber pada nilai. Etika bersifat ilmiah (struktur kehidupan), sedang moral bersifat aplikatif (bagai-mana manusia harus hidup). Nilai-nilai yang dianut seseorang bersumber pada kepribadian orang yang bersangkutan. Kejujuran adalah suatu nilai, larangan menipu atau larangan berbohong adalah norma kejujuran, dan tidak menipu atau tidak berbohong adalah moral kejujuran. Kata nilai sama dengan istilah karakter atau tabiat. Nilai terdiri atas sejumlah sikap dan sejumlah nilai menyusun kepribadian seseorang. Nilai luhur artinya nilai yang sangat baik, nilai luhur bangsa Indonesia adalah kumulasi nilai suku-suku bangsa Indonesia. Nilai luhur suku bangsa Indonesia merupakan kumulasi dari nilai perorangan penduduk Indonesia. Warga negara Indonesia memperoleh pendidikan nilai/karakter melalui pendidikan, pemuka agama, pemuka adat, pemuka pemerintahan, dan sebagainya.
Nilai, Norma, Etika, dan
2.1 Karakter Karakter atau watak merupakan perpaduan dari segala tabiat manusia yang bersifat tetap sehingga menjadi “tanda” khusus untuk membedakan antara satu orang dengan orang lainnya. Dalam bahasa Yunani, Charasein (karakter) berarti mengukir corak yang tetap dan tidak terhapuskan. Sedangkan Barnadib (1988) mengartikan watak dalam arti psikologis dan etis, yaitu menunjukkan sifat memiliki pendirian yang teguh, baik, terpuji, dan dapat dipercaya. Berwatak berarti memiliki prinsip dalam arti moral. Pembentukan karakter adalah usaha paling penting yang pernah diberikan kepada manusia. Pembentukan karakter adalah tujuan luar biasa dari sistem pendidikan yang benar. Pembinaan watak merupakan tugas utama pendidikan, menyusun harga diri yang kukuh kuat, pandai, terampil, jujur, tahu kemampuan dan batas kemampuannya, mempunyai kehormatan diri. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 [1] mengamanatkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk perkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
3.
2.2 Nilai
Pentingnya Individual
Pembentukan
Karakter
pada
Karakter adalah nilai-nilai yang khas, baik (tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata berkehidupan baik, dan berdampak baik terhadap lingkungan) yang terpateri dalam diri dan terejawantahkan dalam perilaku. Karakter secara koheren memancar dari hasil olah pikir, olah hati, olah raga, serta olah rasa dan karsa seseorang atau sekelompok orang. Karakter merupakan ciri khas seseorang atau sekelompok orang yang mengandung nilai, kemampuan, kapasitas moral, dan ketegaran dalam
Nilai diartikan sebagai sifat-sifat atau hal-hal penting/berguna bagi kemanusiaan [2] atau sesuatu yang berharga bagi kehidupan manusia [3]. Nilai bersifat abstrak, hanya dapat dipikirkan, dipahami, dan dihayati. Sebagai contoh nilai kejujuran tidak dapat dikonkretkan dalam bentuk perilaku yang baku. Jika ada anak mengembalikan barang yang ditemukan kepada pemiliknya, perbuatan tersebut hanyalah salah satu contoh nilai kejujuran, bukan bentuk baku kejujuran.
156
Seminar Nasional Pendidikan Olahraga (SEMNASPOR) 2015 Universitas Bina Darma, 19 Desember 2015
menghadapi kesulitan dan tantangan (Ahmad, 2013). Pembangunan karakter merupakan usaha yang sangat penting dalam mewujudkan manusia yang baik. Tujuan pembangunan karakter merupakan bagian dari tujuan pendidikan untuk membangun watak, harga diri yang kuat, jujur, terampil, sesuai dengan karakter yang sesuai dengan nilai-nilai luhur kebangsaan.
menciptakan suasana yang hangat dan tenteram, karena tanpa suasana yang demikian anak akan terhambat pertumbuhan jiwanya, akibatnya anak hidup dalam ketegangan dan ketakutan, 2) menjadi panutan yang positif bagi anak, karena anak belajar terbanyak dari apa yang dilihatnya, bukan dari apa yang didengarnya. Karakter orangtua yang diperlihatkan melalui perilaku nyata merupakan bahan pelajaran yang akan diserap anak, 3) mendidik anak, artinya mengajarkan karakter yang baik dan mendisiplinkan anak agar berperilaku sesuai dengan apa yang telah diajarkannya.
Pembentukan kepribadian yang sangat dominan adalah bagaimana perilaku yang ditanamkan oleh orangtua yang dalam kehidupan sehari-hari sering memberi perintah dan larangan yang berkaitan dengan norma yang ada dalam kehidupan, seperti norma susila, norma kesopanan, norma sosial, dan norma agama. Bagi seorang pelatih, tugasnya bukan sekedar mengajar, tetapi lebih dari itu pelatih mendidik atletnya agar berperilaku baik dan terpuji. Namun penanaman nilai-nilai tersebut tidak dilakukan secara intensif, hanya merupakan sisipan di sela-sela mengajar atau ketika berinteraksi di luar kelas dengan atletnya. Oleh karena itulah saat ini bangsa kita berbenah diri dengan mengintegrasikan penanaman karakter melalui semua mata pelajaran, bukan hanya menjadi tugas guru mata pelajaran agama dan pendidikan kewarganegaraan.
Pendidikan keluarga sangat menentukan adalah dengan keterlibatan orangtua dalam mendidik anak. Dengan keterlibatan orangtua anak akan mengidolakannya sebagai figur yang patut dicontoh dan anak merasakan memiliki hubungan emosional yang lebih kuat dengan orangtuanya. Seringnya orangtua berkomunikasi dengan anak, maka anak merasa diperhatikan dan orangtua merasa dihormati. Semakin besar dukungan orangtua pada anak semakin tinggi perilaku positif anak. Jadi, orangtua harus dapat menjadi contoh bagi anak-anaknya jika menginginkan anak-anaknya memiliki karakter yang baik dan terpuji.
Bagi anak, orangtua (ayah ibu) merupakan figur orang dewasa pertama yang dikenal anak sejak bayi. Selain kedekatan karena faktor biologis, anak biasanya cukup dekat dengan ayah ibunya karena hampir seluruh hidupnya dekat dan dihabiskan bersama orangtuanya. Oleh karena itu, ayah ibu meniliki pengaruh besar terhadap perkembangan anak, termasuk perkembangan karakternya. Berkaitan dengan hal itu, maka orangtua perlu belajar tentang bagaimana mengembangkan karakter yang baik bagi anak-anaknya.
4. Penanaman Karakter Atlet dalam Keluarga Beberapa petunjuk bagi orangtua untuk menanamkan dan mengembangkan karakter anak, yaitu: 1) memperlakukan anak sesuai dengan karakteristik anak dan memahami bahwa setiap anak bersifat unik, 2) memenuhi kebutuhan dasar anak, seperti kebutuhan kasih sayang, pemberian makanan bernutrisi, rasa aman, dan nyaman, 3) memperhatikan pola pendidikan yang diajarkan oleh pelatih di sekolah anak dan mencoba menyelaraskan pola tersebut dengan pola pendidikan di rumah, 4) memberikan dukungan dan penghargaan ketika anak menampilkan perilaku yang terpuji, 5) memberikan fasilitas lingkungan yang sesuai dengan usia perkembangannya, 6) bersikap tegas dan konsisten.
Menurut Harry [4] bahwa dari 100% orangtua, yang mampu dan sadar untuk dapat mendidik karakter anak tidak lebih dari 20% atau 30%, selebihnya tidak memiliki kapasitas untuk mendidik anak. Banyak kasus kerusakan moral dan perilaku anak yang terjadi disebabkan pengaruh buruk dari pengasuhan orangtua yang tidak patut. Selain itu, tantangan kehidupan modern yang ditandai dengan berbagai fenomena, seperti kedua orangtua bekerja, derasnya arus informasi media cetak dan elektronik nyaris tanpa batas ruang dan waktu, dan maraknya pornografi yang tidak terbendung, diduga juga berpengaruh signifikan terhadap pengembangan karakter anak. Oleh karena itulah ketika suatu keluarga mendapatkan anak, hal utama yang paling penting dipersiapkan adalah bekal penanaman karakter bagi si buah hati. Pengembangan karakter anak merupakan upaya yang perlu melibatkan semua pihak, seperti keluarga, sekolah, masyarakat, maupun pemerintah. Pada keluarga peranan utama pendidikan karakter terletak pada ayah ibu. Keluarga hendaknya menjadi tempat pembelajaran untuk kasih sayang (school of love) atau tempat belajar yang penuh kasih sayang pada saat berada dalam lingkungan keluarga.
Sebaliknya, ada beberapa hal yang perlu dihindari orangtua dalam pengembangan karakter anak, yaitu: 1) memaksakan ambisi pada anak, apalagi jika bertentangan dengan karakter dasar anak, 2) berkata atau berbuat kasar pada anak yang dapat menimbulkan ketaatan sesaat dan kepribadian pemberontak, 3) tidak membanding-bandingkan anak, 4) tidak terlalu sering berganti-ganti pola didik karena cenderung mempengaruhi kepribadian anak, dan 5) tidak melemahkan pola didik dengan penganiayaan pada anak, baik secara verbal maupun fisik. Secara rinci, setidaknya terdapat 8 (delapan) cara yang dapat dilakukan orangtua untuk mendidik secara tepat dalam rangka mengembangkan karakter yang baik pada anak, yaitu : 1) meletakkan agenda pembentukan karakter anak sebagai prioritas utama, 2) memikirkan jumlah waktu untuk berkomunikasi dengan anak-anak, 3) memberikan tauladan yang baik, 4) menyeleksi
Peran utama yang perlu dilakukan ayah ibu dalam mengembangkan karakter anak, yaitu: 1) berkewajiban
157
Seminar Nasional Pendidikan Olahraga (SEMNASPOR) 2015 Universitas Bina Darma, 19 Desember 2015
berbagai informasi dari media yang digunakan anak, 5) menggunakan bahasa yang jelas dan lugas tentang perilaku yang baik dan buruk, perbuatan yang boleh dan tidak boleh, 6) memberikan hukuman dengan kasih sayang, 7) belajar mendengarkan anak dan terlibat dengan kehidupan sekolah anak, 8) tidak mendidik hanya dengan kata-kata.
meraih tujuan, 5) Keberanian mengambil risiko: Kesiapan menerima risiko/akibat yang mungkin timbul dari tindakan yang dilakukan, 6) Berorientasi pada tindakan : Kemampuan untuk mewujudkan gagasan menjadi tindakan nyata, 7) Tanggung jawab : Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan YME, 8) Kedisiplinan : Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan, 9) Percaya diri: Sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan tercapainya setiap keinginan dan harapannya, 10) Keingintahuan Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. 11) Kesan,unan: Sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa maupun tata perilakunya ke semua orang.
Beberapa hal yang dapat disimpulkan untuk mengasuh anak dalam mengembangkan karakter, adalah: 1) selalu menyediakan waktu untuk berinteraksi dengan anak meskipun hanya sebentar, seperti bermain, memberi pujian/dukungan, menanyakan kejadian-kejadian yang dialami anak, 2) menghindari tingkah laku menghina, meremehkan, memarahi, dan memerintah anak, karena akan menimbulkan perilaku agresif dan tidak kooperatif, 3) mengusahakan ikut terlibat secara aktif dalam mentransfer nilai-nilai yang baik saat bersama anak, 4) mengupayakan diri sebagai figur idola bagi anakanaknya, seperti kasih sayang, perhatian, sikap tulus, tauladan, kehangatan sekaligus kewibawaan.
Karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain. Adapun tipe-tipe karakter manusia. pengertian karakter sebagai penggambaran tingkah laku dengan menonjolkan nilai (benar-salah, baik-buruk) baik secara eksplisit maupun implisit. Karakter berbeda dengan kepribadian kerena pengertian kepribadian dibebaskan dari nilai. Meskipun demikian, baik kepribadian (personality) maupun karakter berwujud tingkah laku yang ditujukan kelingkungan sosial, keduanya relatif permanen serta menuntun, mengerahkan dan mengorganisasikan aktifitas individu. Wyne mengungkapkan bahwa kata karakter berasal dari bahasa Yunani “karasso” yang berarti “to mark” yaitu menandai atau mengukir, yang memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku. Oleh sebab itu, seseorang yang berperilaku tidak jujur, kejam atau rakus dikatakan sebagai orang yang berkarakter jelek, sementara orang yang berprilaku jujur, suka menolong dikatakan sebagai orang yang berkarakter mulia. Jadi, istilah karakter erat kaitannya dengan personality (kepribadian) seseorang.
Keterlibatan keluarga dapat menikmati benar perannya dalam turut serta mendidik anaknya. Perlu dibangun keeratan hubungan ayah ibu dengan anak melalui cara: 1) menyadari tanggung jawab dan hak sebagai orangtua, 2) menyadari keterlibatannya dengan baik, 3) menjaga konsistensi, 4) meluangkan waktu untuk aktivitas di rumah, memeliharan jalinan komunikasi atau bermain melibatkan anak dalam pekerjaan.
5. Pembentukan Karakter Atlet Setiap Atlet yang diasuh dan dididik secara baik dan dibekali dengan pendidikan yang memadai dengan tujuan pembentukan karakter yang baik diharapkan akan menjadi anak yang baik di masa depannya. Dengan bekal pembentukan karakter yang baik sejak dini, seseorang anak yang menjadi atlet sebagai pilihannya dapat melakukan banyak hal yang jauh lebih baik dan bermartabat dibandingkan dengan orang yang tidak dibekali karakter yang baik.
Sebagai fenomena sosial dan kultural, olahraga tidak bisa melepaskan diri dari ikatan moral kemodernan, yang kompleks. Langkah strategis untuk pengembangan dan penanaman moral serta pembentukan karakter melalui olahraga adalah dengan pembentukan karakter yang sangat dipengaruhi oleh dukungan keluarga terutam ayah dan ibu untuk pencapaian prestasi. Hal ini seiring dengan perkembangan dunia yang semakin kompleks dan syarat dengan kemajuan teknologi yang dapat mempengaruhi atlet bilamana tidak ada kontrol keluarga akan menjadi pribadi yang negatif.
Menanamkan semua butir nilai tersebut merupakan tugas yang sangat berat. Oleh karena itu, perlu dipilih nilainilai tertentu sebagai karakter utama yang diprioritaskan. Bagi Atlet usia sekolah, karakter utama yang dapat ditanamkan adalah : 1) Kereligiusan : pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu berdasar-kan pada nilai-nilai Ketuhanan dan/atau ajaran agamanya, 2) Kejujuran : Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap diri dan pihak lain, 3) Kecerdasan: Kemampuan seseorang dalam melakukan suatu tugas secara cermat, cepat, dan tepat, 4) Ketangguhan: Sikap dan perilaku pantang menyerah atau tidak mudah putus asa ketika menghadapi berbagai kesulitan dalam melaksanakan kegiatan atau tugas sehingga mampu mengatasi kesulitan dalam
6. Eksistensi Eksistensi bisa kita kenal juga dengan satu kata yaitu keberadaan. Keberadaan yang di maksud adalah adanya pengaruh atas ada atau tidak adanya kita. Eksistensi ini
158
Seminar Nasional Pendidikan Olahraga (SEMNASPOR) 2015 Universitas Bina Darma, 19 Desember 2015
perlu “diberikan” orang lain kepada kita, karena dengan adanya respon dari orang di sekeliling kita ini membuktikan bahwa keberadaan kita diakui. Akan terasa sangat tidak nyaman ketika kita ada namun tidak satu pun orang menganggap kita ada. Oleh karena itu, pembuktian akan keberadaan kita dapat dinilai dari berapa orang yang menanyakan kita atau setidaknya merasa sangat membutuhkan kita jika kita tidak ada. Keperluan akan nilai eksistensi ini sangat penting, karena ini merupakan pembuktian akan hasil kerja kita (performa) kita di dalam suatu lingkungan.
organisasikan aktifitas individu. Wyne mengungkapkan bahwa kata karakter berasal dari bahasa Yunani “karasso” yang berarti “to mark” yaitu menandai atau mengukir, yang memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku. Oleh sebab itu, seseorang yang berperilaku tidak jujur, kejam atau rakus dikatakan sebagai orang yang berkarakter jelek, sementara orang yang berprilaku jujur, suka menolong dikatakan sebagai orang yang berkarakter mulia. Jadi, istilah karakter erat kaitannya dengan personality (kepribadian) seseorang.
7. Olahraga dan Eksistensi Manusia
Daftar Pustaka
Olahraga memberikan ruang yang luas bagi manusia untuk membuktikan keberadaan dirinya. Hampir semua aktivitas olahraga merupakan suatu cara pembuktian akan kemampuan yang kita miliki. Prestasi olahraga, rasa puas, pengakuan dari masyarakat merupakan satu bentuk eksistensi manusia dalam kehidupan. Olahraga dan eksistensi mempunyai hubungan timbal balik yang baik. Manusia mencari eksistensi melalui olahraga dan olahraga akan semakin berkembang dengan adanya manusia yang selalu mencari eksistensi dalam hidupnya.
[1] Presiden Republik Indonesia, "Undang-Undang RI Nomor 20, Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional," ed. Jakarta, 2003. [2] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, in Kamus Besar Bahasa Indonesia, ed. Jakarta: Balai Pustaka, 1990. [3] Vembriarto, in Kamus Pendidikan, ed. Jakarta: Gramedia, 1982. [4] Harry. (2002). Tidak lebih 20% - 30% orangtua yang tidak mampu didik karakter anak. Available: http://www.kaltimprov.co.id/content
8. Kesimpulan Dalam dunia olahraga untuk mencapai prestasi secara maksimal perlu dikembangkan budaya sinergis berbagai unsur yang berkarakter, antara lain sinergis dari lingkungan latihan, lingkungan keluarga serta stakeholder dan unsur lainnya. Pencapaian prestasi merupakan salah satu perwujudan dari pilar olahraga prestasi. Filosofis ilmu padi merupakan salah satu perwujudan pembentukan karakter olahraga dimana semakin tinggi prestasi yang diraih namun tetap menunduk dan tidak sombong dan tetap santun. Sampai saat ini olahraga telah digunakan untuk pembentukan karakter, namun implementasi untuk hal tersebut masih kurang optimal dalam pelaksanaannya. Sehingga pengerjaannya pun menjadi kurang profesional. Apabila hal tersebut dikerjakan dengan sinergis maka karakter pelaku olahraga Indonesia akan muncul sehingga dapat membentuk karakter dan kepribadian masyarakat yang kuat. Karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain. Adapun tipe-tipe karakter manusia. pengertian karakter sebagai penggambaran tingkah laku dengan menonjolkan nilai (benar-salah, baik-buruk) baik secara eksplisit maupun implisit. Karakter berbeda dengan kepribadian kerena pengertian kepribadian dibebaskan dari nilai. Meskipun demikian, baik kepribadian (personality) maupun karakter berwujud tingkah laku yang ditujukan kelingkungan sosial, keduanya relatif permanen serta menuntun, mengerahkan dan meng-
159
Seminar Nasional Pendidikan Olahraga (SEMNASPOR) 2015 Universitas Bina Darma, 19 Desember 2015
160