KANDUNGAN SENYAWA METABOLIT SEKUNDER PADA EKSTRAK GETAH MANGROVE Excoecaria agallocha PADA PELARUT N-HEXANE Dian Puspitasari Program Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Asahan Abstrak
Bahan dari alam memiliki berbagai kandungan yang telah dimanfaatkan secara turun temurun oleh masyarakat umum, salah satunya dalam bidang pengobatan. Kandungan senyawa aktifnya antara lain alkaloid, flavonoid dan terpenoid. Salah satu bahan yang berasal dari alam adalah mangrove, contohnya E. agallocha. Getah mangrove E.agallocha telah dimanfaatkan secara turun temurun, baik sebagai obat tradisional maupun untuk hal yang lain seperti sebagai racun ikan maupun mengobati perut kembung. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa mengenai kandungan senyawa aktif dari getah kulit batang mangrove E. agallocha pada pelarut n-hexane. Metode yang digunakan adalah experimental laboratories. Tahapan yang dilakukan antara lain ekstraksi, KLT, KKT, dan identifikasi golongan senyawa yang dimiliki oleh ekstrak getah E. agallocha (uji fitokimia). Hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak ini mengandung golongan senyawa terpenoid.
Kata kunci: Getah E. agallocha, n-Hexane, uji fitokimia
Pendahuluan Pengembangan bahan alam merupakan usaha potensial untuk mendapatkan bahan kimia baru yang sulit disintesis di laboratorium (Achmad, 1995). Informasi pemanfaatan mangrove jenis E. agallocha sebagai sumber bahan obat sudah dikenal yakni pemanfaatan akarnya yang digunakan sebagai obat sakit gigi, bengkak pada tangan dan kaki, daunnya memiliki potensi sebagai antibakteri maupun antijamur (Agoromoorthy et al., 2007) dan getah E. agallocha dapat dimanfaatkan obat perut kembung (Konishi et al., 2003), sebagai racun ikan (Kokpol, 1987; Rusila et al., 1999) dan sebagai obat antitumor (Konoshima et al., 2001). Informasi tulisan pemanfaatan getah mangrove masih jarang ditemukan padahal tumbuhan mangrove jenis E. agallocha mengandung banyak getah. Getah merupakan salah satu bentuk metabolit sekunder yang dihasilkan oleh tumbuhan diantaranya mangrove jenis E. agallocha. Metabolit sekunder merupakan salah satu mekanisme pertahanan diri dari organisme misalnya tumbuhan. Senyawa metabolit sekunder sangat bervariasi jumlah dan jenisnya dari setiap tumbuh-tumbuhan dan senyawa ini penting untuk kelangsungan hidup serta berpotensi sebagai antikanker, antivirus, antibakteri, antioksidan maupun antijamur (Sudiro, 1998). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa mengenai kandungan senyawa aktif dari getah kulit batang mangrove E. agallocha pada pelarut n-hexane.
Bahan dan Metode Sampel getah E. agallocha diambil dari vegetasi mangrove yang berada di pantai Teluk Awur-Jepara. Ekstraksi Sampel Ekstraksi dilakukan menggunakan separatory funnel. Sampel dimasukkan kedalam separatory funnel, kemudian ditambahkan pelarut n-heksana. Separatory funnel digojog sampai pelarut bercampur dengan sampel, kemudian didiamkan sehingga sampel dan pelarut terpisah menjadi 2 lapisan dan dibiarkan selama 24 jam. Kedua lapisan dipisahkan dengan cara membuka kran separatory funnel sehingga lapisan bawah mengalir dan ditampung. Lapisan atas dialirkan (dengan cara yang sama pada saat mengalirkan lapisan bawah) dan ditampung. Sisa-sisa getah yang masih bercampur dengan lapisan atas disaring menggunakan kertas saring. Ekstraksi diulangi sebanyak 2 kali dengan waktu perendaman 2 jam, sebelum akhirnya dipisahkan. Hasil ekstraksi pada digabung, kemudian dievaporasi dengan rotavapour pada suhu 380C. Ekstrak yang diperoleh ditampung dalam vial dan ditimbang. Kromatografi Kolom Terbuka (KKT) dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Analisis KLT dilakukan dengan fase diam silika gel G dan fase gerak adalah campuran n-heksana dan etil asetat dengan berbagai perbandingan. Ekstrak dari pelarut n-heksana yang diperoleh difraksinasi dengan KKT menggunakan fase diam silika gel 60 dan fase gerak adalah campuran n-heksana dan etil asetat. Analisis Fitokimia Analisis fitokimia dilakukan terhadap fraksi dengan pelarut n-heksana. Uji yang dilakukan antara lain uji alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, kuinon dan terpenoid. Hasil dan Pembahasan Ekstraksi getah kulit batang E. agallocha dilakukan menggunakan separatory funnel karena sampel berbentuk cair dan dikhawatirkan rusak jika dipanaskan. Ekstraksi cair-cair secara umum digunakan dalam proses separasi atau pemurnian senyawa dari alam maupun senyawa produk dari suatu reaksi kimia (Pavia et al., 1995). Ekstrak dengan pelarut n-heksana difraksinasi dengan kromatografi kolom terbuka (KKT). Proses analisis dilakukan dengan kromatografi lapis tipis (KLT) karena KLT merupakan teknik yang efektif untuk melakukan pemisahan secara cepat dan analisis kuantitatif dari sejumlah kecil material sampel (Pavia et al., 1995). Keunggulan KLT adalah menggunakan peralatan sederhana, waktu yang singkat (15-60 menit), menggunakan jumlah cuplikan yang sangat sedikit (0,1 gram) serta kebutuhan ruang minimum dan penanganannya sederhana (Stahl, 1985). Metode visualisasi pada plat KLT adalah metode yang digunakan untuk melihat senyawa tak berwarna pada lempeng. Metode yang digunakan adalah
menyemprot dengan pereaksi yang menghasilkan warna dan atau berfluoresensi. Visualisasi pada plat KLT dilakukan menggunakan vanilin-asam sulfat karena diduga menyerap pada cahaya uv (Sudjadi,1988). Uji fitokimia dilakukan untuk mengetahui golongan senyawa. Hasil uji fitokimia ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil Uji Fitokimia Ekstrak Getah dengan Pelarut n-Heksana Jenis Uji Fitokimia Alkaloid Flavonoid Saponin Tanin Kuinon Terpenoid
Warna Putih Putih kekuningan Putih kekuningan , tidak ada buih Putih keruh Putih Merah-cokelat
Warna/Perubahan yang Seharusnya Terjadi Kekuning-kuningan dan terbentuk endapan Merah atau jingga
Hasil -
Terbentuk busa
-
Hitam atau hijau kehitaman Merah Hijau, merah, cokelat, kuning atau biru
+
Ekstrak dengan pelarut n-heksana difraksinasi dengan kromatografi kolom terbuka (KKT). Proses analisis dilakukan dengan kromatografi lapis tipis (KLT) karena KLT merupakan teknik yang efektif untuk melakukan pemisahan secara cepat dan analisis kuantitatif dari sejumlah kecil material sampel (Pavia et al., 1995). Keunggulan KLT adalah menggunakan peralatan sederhana, waktu yang singkat (15-60 menit), menggunakan jumlah cuplikan yang sangat sedikit (0,1 gram) serta kebutuhan ruang minimum dan penanganannya sederhana (Stahl, 1985). Metode visualisasi pada plat KLT adalah metode yang digunakan untuk melihat senyawa tak berwarna pada lempeng. Metode yang digunakan adalah menyemprot dengan pereaksi yang menghasilkan warna dan atau berfluoresensi. Visualisasi pada plat KLT dilakukan menggunakan vanilin-asam sulfat karena diduga menyerap pada cahaya uv (Sudjadi,1988). Perubahan warna yang ditunjukkan adalah adanya warna kuning dan jingga, hal ini mengindikasikan adanya ikatan OH dan C=O. Proses kromatografi kolom terbuka (KKT) menggunakan fase diam berupa silika gel. Menurut Pavia et al., (1995), silika gel bersifat relatif ringan terhadap sebagian besar senyawa dan secara luas digunakan untuk berbagai jenis kelompok fungsional hidrokarbon, alkohol, keton, ester, asam dan senyawa amine yang terdapat dalam tumbuhan. Uji fitokimia dilakukan untuk mengetahui golongan senyawa yang terdapat ekstrak getah mangrove. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak dengan pelarut n-heksana termasuk golongan terpenoid yang ditunjukkan dengan terbentuknya warna merah kecoklatan. Menurut Harborne (1987), reagen H2SO4 50% biasanya digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa terpenoid yang ditunjukkan dengan warna berupa bercak hijau, coklat, kuning, merah atau biru. Ekstrak getah tidak mengandung alkaloid karena tidak terbentuk endapan kekuning-kuningan, tidak mengandung flavonoid karena tidak terbentuk warna
merah atau jingga dan tidak mengandung kuinon karena tidak terbentuk warna merah. Ekstrak getah tidak mengandung saponin karena tidak terbentuk busa dan tidak mengandung tanin karena tidak terbentuk warna hitam atau hijau kehitaman (Nursal dan Siregar, 2005; Indrayani et al., 2006). Kesimpulan dan Saran Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa terpenoid merupakan hasil dari analisis fitokimia. Hasil analisis fitokimia belum merupakan senyawa murni oleh akrena itu perlu dilakukan penelusuran lebih lanjut untuk mendapatkan senyawa aktif murni.
DAFTAR PUSTAKA Agoromoorthy, G., M. Chandrasekaran, V. Venkatesalu and M.J. Hsu. 2007. Antibacterial and Antifungal Activities of Fatty Acid Methyl Esters of the Blindyour-eye Mangrove from India. Brazillian Journal of Microbiology (2007) 38:739-742. Harborne, J.W. 1987. Metode Fitokimia : Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. ITB Press, Bandung, hlm. 6-147. Indrayani, L., H. Soetjipto dan L. Sihasale. 2006. Skrining Fitokimia dan Uji Toksisitas Ekstrak Daun Pecut Kuda (Stachytarpheta jamaicensis L. Vahl) terhadap Larva Udang Artemia salina Leach. Berk. Penel. Hayati: 12 (57–61), 2006. Konishi, T., K. Yamazoe, M. Kanzato, T. Konoshima and Y. Fujiwara. 2003. Three Diterpenoids (Excoecarin V1-V3) and a Flavanone Glycoside from the Fresh Stem of Excoecaria agallocha. Chem. Pharm. Bull. 51(10) 1142-1146 (2003). Konoshima, T., T. Konishi, M. Takasaki, K. Yamazoe and H. Tokudo. 2001. Antitumor-Promoting Activity of the Diterpene from Excoecaria agallocha. Biol. Pharm. Bull. 24 (12) 1440-1442 (2001). Kokpol, U. 1987. UNESCO Regional Seminar on the Chemistry of Mangrove Plants. Chulangkorn University, Bangkok, Thailand, 348 p. Nursal dan E.S. Siregar. 2005. Kandungan Senyawa Kimia Ekstrak Daun Lengkuas (Lactuca indica L.), Toksisitas dan Pengaruh Subletalnya Terhadap Mortalitas Larva Nyamuk Aedes aegypti L. [Lap. Pen. 2005]. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumaterra Utara, Medan, hlm. 1-14.
Pavia, D.L., G.M. Lampman, G.S. Kriz and R.G. Engel. 1995. Introductions to Organic Laboratory Techniques : A Contemporary Approach. W.B. Saunders College Publishing, Philadelphia, hlm. 723-768. Sudjadi. 1988. Metode Pemisahan. Penerbit Kanisius,Yogyakarta, hlm. 141-174. Sudiro, I. 1998. Produk Alam Hayati Laut dan Prospek Pemanfaatannya di Bidang Kesehatan dan Kosmetika. Dalam : Soemadihardjo. Prosiding Seminar Bioteknologi Kelautan Indonesia I. LIPI, Jakarta. Stahl, E. 1985. Analisis Obat secara Kromatografi dan Mikroskopi. ITB, Bandung, hlm.3-9.