KANDUNGAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM ADAT ISTIADAT ASRAH BATIN DESA KARANGLANGU DAN DESA NGOMBAK KECAMATAN KEDUNGJATI KABUPATEN GROBOGAN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I Dalam Ilmu Tarbiyah
Oleh : KHATAMUL MUSHLIHIN 111 07 041
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2012
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Bahwa yang bertanda tangan dibawah ini: Nama
: Khatamul Mushlihin
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Tempat/Tanggal Lahir
: Boyolali, 26 Nopember 1989
Agama
: Islam
Bangsa
: Indonesia
Alamat
: Giriharjo 14/05, Gunung, Simo, Boyolali
No Hp
: 085 7274 71205
Pendidikan
: SDN Karanglangu 2 lulus tahun 2001 SMPN 2 Kedungjati lulus tahun 2004 SMAN 1 Wonosegoro lulus tahun 2007
Demikian daftar riwayat hidup ini, saya buat dengan sebenar-benarnya. Salatiga, 05 Maret 2012
Khatamul Mushlihin NIM : 111 07 041
ii
JUDUL SKRIPSI
: KANDUNGAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM ADAT ISTIADAT ASRAH BATIN DESA KARANGLANGU DAN DESA NGOMBAK KECAMATAN KEDUNGJATI KABUPATEN GROBOGAN
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Bismilahirrahmanirrahim Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernah diterbitkan. Demikiran juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan. Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran orang lain di luar referensi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup mempertanggungjawabkan keaslian skripsi ini di hadapan sidang munaqasah skripsi. Demikian deklarasi ini dibuat oleh peneliti untuk dapat dimaklumi.
Salatiga, 05 Maret 2012 Penulis
Khatamul Mushlihin NIM. 11107041
iv
MOTTO
Apa yang menjadi pengertian kita belum tentu menjadi pengertian yang sama bagi orang lain. Bisa jadi keceriaan bagi kita adalah tidak lebih dari duka bagi orang lain. Hanya dengan mengubah sikap dan pandangan saja, seseorang bisa mengubah yang terburuk menjadi yang terbaik Kesatuan antara dzikir fikir dan amal shaleh menjadi cerminan pribadi muslim yang menghargai pluralisme
v
PERSEMBAHAN Skripsi ini kupersembahkan kepada: 1. Pa’e dan Ma’e yang selalu menyayangi dan kusayangi. Beliau berdua yang telah mengorbankan banyak hal untuk kebutuhan hidupku. Baik perasaan maupun materi. Sampai berakhirnya masa study Strata satuku. Selalu mendukungku untuk menemukan hal baru yaitu melakukan proses pencarian pengetahuan di luar study sampai mereka kehilangan jejak prosesku. Namun akan bertemu pada rasa kasih sayang dan perhatian sampai kapanpun. 2. Kakak-kakakku; mbak ari, mas bidin, mbak eni dan mas ipul yang mendukung setiap proses belajarku 3. Keluarga besar simak di Lampung 4. Bapak Sugiyar sekeluarga yang senantiasa memberikan doa disetiap agenda perkuliahanku 5. Alfi, yang telah memberikan keihlasan curahan kasih sayang, motivasi dan bantuan untukku 6. Keluarga besar dan alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Komisariat Joko Tingkir dan Cabang Kota Salatiga yang selalu menemani proses berpengetahuan dan berelasi untuk memaknai kenyataan. 7. Lembaga intra kampus; Racana Nagasandhi, SEMA, dan DEMA yang pernah kusinggahi untuk menyalurkan minat berorganisasiku 8. Sahabat-sahabati setiaku yang tanpa kuperhatikan tetap saja memberikan apa yang dimiliki (Maliki, Ilzam, Huda, Anas, Tukha, Nunung, Tari) 9. Semua orang yang pernah aku sakiti dan aku repoti perasaan tenaganya dalam hal apapun baik disengaja maupun tidak. 10. Saudara-saudaraku warga masyarakat Desa Karanglangu dan Desa Ngombak, Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan
vi
KATA PENGANTAR بسم اهلل الرحمن الرحيم Assalamu'alaikum wr. wb Dengan mengucapkan rasa syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan kenikmatan yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul " KANDUNGAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM ADAT ISTIADAT ASRAH BATIN DESA KARANGLANGU DAN DESA NGOMBAK KECAMATAN KEDUNGJATI KABUPATEN GROBOGAN ". Mengingat kemampuan penulis masih belum sempurna, maka di dalam penyusunan skripsi ini mungkin akan ditemui banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis dengan rendah hati dan tangan terbuka menerima masukan dan saransaran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Adapun yang menjadi tujuan penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam dalam Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Selama penulisan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, maka bersamaan dengan selesainya skripsi ini perkenankanlah penulis menghanturkan rasa terima kasih terutama kepada yang terhormat : 1. Dr. Imam Sutomo, M.Ag selaku Ketua STAIN Salatiga. 2. Dra. Siti Asdiqoh, M.Si selaku ketua program studi Pendidikan Agama Islam.
vii
3. Drs. Juz’an, M.Hum, selaku dosen pembimbing dalam penulisan skripsi ini yang telah memberikan bimbingan dengan penuh perhatian dan kesabaran. 4. Bapak dan Ibu Dosen yang dengan tulus mendidik dan memberikan jasanya dalam menuntut ilmu di STAIN Salatiga. 5. Bapak, Ibu terkasih yang selalu mendoakanku 6. Sahabat-Sahabatku tersayang yang selalu menjadi inspirator dalam setiap langkahku (Maliki, Ilzam, Huda, Anas, Tukha, Nunung, Tari). 7. Kakak-kakakku tercinta 8. Mbak Fita yang telah membantu dalam pengumpulan data. Akhirnya penulis hanya dapat berdoa kepada Allah SWT, semoga semua amal baik dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis senantiasa mendapat balasan yang berlipat ganda dan selalu mendapatkan hidayah serta ridho dari-Nya. Amin. Wassalamu'alaikum wr. wb Salatiga, 05 Maret 2012 Penulis
Khatamul Mushlihin NIM : 111 07 041
viii
ABSTRAK
Mushlihin, Khatamul. 2012. Kandungan Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Adat Istiadat Asrah Batin Desa Karanglangu dan Desa Ngombak Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs. Juz’an, M.Hum. Kata kunci: Nilai, Pendidikan Islam, Asrah Batin Penelitian ini bertujuan untuk menggali nilai-nilai pendidikan Islam dalam prosesi adat istiadat yang dilaksanakan oleh masyarakat Jawa, yaitu prosesi adat istiadat Asrah Batin yang dilaksanakan di Desa Ngombak, Kecamatan Kedungjati, Kabupaten Grobogan yang melibatkan dua warga desa yaitu warga Desa Ngombak dan Desa Karanglangu. Asrah Batin sendiri adalah adat istiadat yang muncul akibat berkembangnya cerita rakyat Kedhana-Kedhini di Desa Ngombak dan Desa Karanglangu. Kedhana dan Kedhini mereka percayai sebagai kakak beradik yang merupakan leluhur atau cikal bakal masyarakat di kedua desa tersebut. Dalam skripsi ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan historis (historical approach), pendekatan antropologi dan pendekatan fenomenologi. Sumber data untuk skripsi ini diperoleh dari narasumber, peristiwa atau aktivitas dan dokumen atau arsip. Untuk pengumpulan data penulis menggunakan teknik pengumpulan data dengan dokumen dan interview (wawancara). Teknik analisa data yang digunakan penulis adalah reduksi data, penyajian data dan menarik kesimpulan. Hasil dari penelitian ini adalah kandungan nilai-nilai pendidikan Islam yang terdapat pada adat istiadat asrah batin antara lain : iman, menjauhi larangan Allah (taqwa), silaturrahmi, taat pada ulil amri, tolong menolong, giat bekerja dan syukur.
ix
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .......................................................................................
i
HALAMAN NOTA PEMBIMBING ..............................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN .........................................................................
iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .................................
iv
MOTTO...........................................................................................................
v
PERSEMBAHAN ...........................................................................................
vi
KATA PENGANTAR ....................................................................................
vii
ABSTRAK ......................................................................................................
ix
DAFTAR ISI ...................................................................................................
x
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .........................................................
1
B. Penegasan Istilah ....................................................................
6
C. Rumusan Masalah ..................................................................
7
D. Tujuan Penelitian ...................................................................
7
E. Signifikansi Penelitian ...........................................................
8
F. Metode Penelitian Skripsi ......................................................
8
G. Sistematika Penulisan Skripsi ................................................
13
NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM ISLAM A. Pengertian Nilai Pendidikan Islam ..........................................
14
B. Landasan dan Tujuan Pendidikan Islam..................................
17
C. Isi atau Materi Pendidikan Islam .............................................
22
D. Subjek Pendidikan Islam .........................................................
32
x
E. Bentuk Pelaksanaan Pendidikan Islam .................................... BAB III
BAB IV
34
ASRAH BATIN A. ASAL-USUL ASRAH BATIN .................................................
36
B. PROSESI ASRAH BATIN .......................................................
43
KANDUNGAN
NILAI-NILAI
PENDIDIKAN
ISLAM
DALAM ADAT ISTIADAT ASRAH BATIN A. NILAI-NILAI PADA KISAH PERJALANAN KEDHANA-
BAB V
KEDHINI ................................................................................
48
B. NILAI-NILAI PADA PROSESI ASRAH BATIN ...................
50
PENUTUP A. Kesimpulan .............................................................................
52
B. Saran-Saran .............................................................................
54
C. Penutup....................................................................................
54
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah kehidupan manusia. Karena dengan
pendidikan manusia
diharapkan mampu mengenal dirinya, lingkungan sosialnya dan alam sekitarnya baik konkret maupun abstrak. Dengan demikian, manusia akan mampu mencetak sejarah kehidupannya pada waktu hidup di dunia, baik secara individu maupun secara kolektif. Dalam tinjauan paedagogis, manusia adalah Homo Educandum, yakni makhluk yang dapat dididik dan mendidik (M.Arifin,1991:58). Ibnu Khaldun menjelaskan bahwa pengetahuan dan memberi pelajaran adalah tabi’at masyarakat (Achmadi, 1992:27). Melalui
proses
yang
disebut
pendidikan,
manusia
akan
mendapatkan hasil yang disebut pengetahuan dan pengalaman. Adapun proses pendidikan di antaranya adalah memberikan pelajaran yang merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh orang berpengetahuan kepada orang lain yang belum berpengetahuan. Dalam hal ini pendidikan yang dimaksud adalah proses kegiatan yang sistematis untuk melahirkan perubahan-perubahan yang progresif pada diri manusia. Perubahan yang dimaksud terdiri atas tiga aspek, yaitu ; Kognitif, Afektif dan Psikomotorik.
1
Pendidikan dapat juga bermakna pengalihan pengalaman dari suatu generasi berikutnya, dan yang dialihkan itu bukanlah pengalaman individual, melainkan pengalaman dari generasi-generasi lampau yang mencakup semua dimensi kehidupan. Timbunan pengalaman yang tersimpan dalam cerita rakyat, tradisi, adat istiadat, puisi, karya sastra manusia di alam semesta ini yang telah dikembangkan dan dijunjung tinggi oleh suatu masyarakat. Dengn demikian pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari suatu generasi ke generasi berikutnya yang mencakup semua kehidupan akan selalu dan selamanya dijunjung tinggi oleh masyarakat baik sekarang maupun yang akan datang. Pengalaman tersebut kemudian akan disimpan atau ditimbun masyarakat tertentu dalam bentuk cerita rakyat, puisi, tradisi, adat istiadat dan karya sastra lainnya yang di dalamnya mungkin novel,
hikayat,
lagu-lagu dan lain-lain
yang setara dengannya.
Keseluruhan hasil karya sastra tersebut berisikan berbagai dimensi yang ikut mewarnai derap langkah pendidikan manusia. Sejarah perkembangan pemikiran manusia berawal dari karakter masyarakat yang mempunyai tradisi atau susunan budaya, adat istiadat dan etika. Yang melandasi bagaimana harus berperilaku dalam kehidupan sehari-hari. Kebutuhan dasar hidup pun diatur di dalamnya, seperti kebutuhan pokok yang terdiri dari sandang, pangan dan papan. Diharapkan pada interaksi tertentu dapat diminimalisir benturan-benturan hak antar individu dalam suatu kelompok berbekal 2
dengan sikap hormat
menghormati hak individu dengan tidak merugikan individu lain sebagaimana aturan tersebut. Namun, tidak bisa dinafikan pula dari antar individu dalam suatu kelompok atau kelompok dalam suatu masyarakat akan mengalami gesekan nilai yang sudah disepakati. Karena adanya perbedaan kemauan antar individu dalam suatu kelompok dan perbedaan aturan, prinsip antar kelompok. Hal ini dijelaskan oleh Rosullullah merupakan rahmat bagi manusia. Dalam tanda kutip, dibutuhkan management atau pengolahan untuk mencapai kehidupan bersama dalam berbagai perbedaan. Seperti turunnya agama Islam di Makkah yang di bawa Nabi Muhammad SAW, masyarakat pada saat itu sudah terbentuk perbedaan aturan, etika yang dijalani oleh berbagai kelompok masyarakat. Pada saat itu juga diturunkan Al-Qur’an sebagai wahyuNya melalui Nabi Muhammad SAW sebagai pegangan dalam menjalankan kehidupan dan mempersatukan umat pada masa tersebut. Di antara ideologi, kepercayaan masyarakat Makkah pada saat itu seperti Yudaisme, Zoroaster, Kristen dan agama Mekkah sendiri (Hidayat, 2007:33). Hal ini menggambarkan salah satu bentuk ciri khas kehidupan yang mempunyai fitrah untuk berbeda dengan lainnya. Dijelaskan oleh Aristoteles, manusia adalah zoon politicon atau berhadap-hadapan dengan yang lain, dan mempunyai tujuan yang berbeda pula. Tergantung bagaimana pengolahan yang dimaksudkan untuk menjalani kehidupan dalam suatu masyarakat heterogen (plural). 3
Berangkat dari realitas tersebut, manusia memerlukan usaha yang lebih keras dalam menghadapi kenyataan saat ini dan pendidikan Islam ditantang untuk mengarah kesana. Kesadaran akan pluralisme budaya, keyakinan, ras harusnya tidak menjadi halangan dalam mencapai keharmonisan masyarakat Islami. Bukan hanya suatu prinsip ke-Ilahian tunggal untuk kebersamaan, akan tetapi solidaritas dari berbagai keyakinan dan kebiasaan serta identitas bisa berdampingan untuk melakukan sesuatu tanpa meninggalkan dari yang dimiliki. Hal ini menjadi signifikan karena pada kenyataannya banyak sekali karya sastra yang di dalamnya syarat dengan nilai-nilai pendidikan yang perlu diteladani dan dijadikan pedoman bagi manusia dalam menjalankan kehidupan. Nilai-nilai pendidikan yang terkandung banyak sekali di antaranya
pendidikan
agama,
pendidikan
sosial
kemasyarakatan,
pendidikan etika atau budi pekerti dan masih banyak lagi nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam sebuah karya sastra. Cerita rakyat pada umumnya merupakan sastra lisan. Masyarakat Jawa adalah salah satu contoh masyarakat yang menjadi sumber sastra lisan seperti halnya cerita rakyat. Cerita rakyat Jaka Tingkir, Jaka Buduk dan Ki Ageng Pandanaran adalah beberapa contoh cerita rakyat yang berkembang di daerah Jawa Tengah. Sebagaimana karya sastra lainnya, cerita rakyat Jawa Tengah juga mempunyai amanat, pesan moral maupun nilai pendidikan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Tidak jarang dari cerita rakyat ini 4
kemudian dilestarikan oleh warga dengan menggelar ritual adat istiadat setempat guna mengenang tokoh dan cerita rakyat tersebut. Di Desa Ngombak, Kecamatan Kedungjati, Kabupaten Grobogan yang setiap dua tahun sekali menggelar adat istiadat “asrah batin” atau dalam Bahasa Indonesianya Serah Batin. Asrah batin adalah upacara adat Desa Ngombak yang bermula dari cerita rakyat Kedhana-Kedhini. Kedhana-Kedhini adalah nama dua orang anak yang dimarahi ibunya karena merengek minta makan sedangkan nasi dang-dangan/ yang ditanak pada hari itu kebetulan lama sekali tidak masak-masak. Karena merasa ketakutan maka mereka berdua melarikan diri, mereka berjalan hingga berpuluh-puluh kilometer dan singgah di beberapa tempat. Dalam pengembaraan ini banyak peristiwa yang mereka alami dan terdapat nilainilai luhur yang dapat dijadikan pelajaran hidup untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dari kisah inilah penulis menganggap perlu mengungkap, meneliti dan menganalisa lebih luas serta mendalam adat istiadat asrah batin tentang nilai-nilai pendidikan yang terkandung di dalamnya menurut nilainilai pendidikan Islam. Oleh sebab itu maka penulis memberi judul skripsi ini “KANDUNGAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM ADAT ISTIADAT ASRAH BATIN DESA KARANGLANGU DAN DESA NGOMBAK KECAMATAN KEDUNGJATI KABUPATEN GROBOGAN”.
5
B. Penegasan Istilah Agar tidak terjadi salah tafsir pada judul yang penulis ajukan, maka perlu kiranya penulis jelaskan pengertian frase dalam judul di atas, sebagai berikut : 1. Pendidikan Islam
Pendidikan Islam adalah segala usaha memelihara dan mengembangkan fitrah manusia serta sumber daya insani yang ada padanya menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma Islam (Ahmadi, 1992:20). Dengan demikian penulis dapat simpulkan pendidikan islam adalah usaha bimbingan jasmani dan rohani pada tingkat kehidupan individu dan sosial untuk mengembangkan fitrah manusia berdasarkan hukum-hukum Islam menuju terbentuknya manusia ideal (insan kamil) yang berkepribadian muslim dan berakhlak terpuji serta taat pada Islam sehingga dapat mencapai kebahagiaan didunia dan di akherat. Jadi pendidikan Islam dalam skripsi ini adalah hal-hal yang berhubungan
dengan
usaha
mengembangkan
fitrah
manusia
berdasarkan hukum islam yang terdapat pada adat istiadat asrah batin. 2. Asrah Batin
6
Asrah batin adalah prosesi adat istiadat yang dilaksanakan dua tahun sekali oleh warga Desa Ngombak dan Desa Karanglangu sebagai wujud melestarikan silaturrahim dan memperkuat tali persaudaraan yang muncul akibat berkembangnya cerita rakyat Kedhana-Kedhini di desa setempat. C. Rumusan Masalah Dalam rumusan masalah ini, penulis berusaha untuk mencari tahu dengan menganalisis bagaimana konsep yang mendasar dari prosesi asrah batin. Disamping itu penulis juga berusaha mencari nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung di dalamnya. Berangkat dari permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka permasalahan dalam penulisan ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah asal-usul asrah batin? 2. Bagaimanakah prosesi adat istiadat asrah batin? 3. Bagaimanakah nilai-nilai pendidikan Islam yang terdapat dalam asrah batin? D. Tujuan Penelitian Berangkat dari rumusan masalah di atas, penulis mempunyai tujuan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terkandung dalam rumusan masalah. Maka penulisan skripsi ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui asal-usul asrah batin. 2. Mengetahui prosesi adat istiadat asrah batin
7
3. Mengetahui nilai-nilai pendidikan Islam yang terdapat dalam asrah batin E. Signifikasi Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan beberapa manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis. Teoritis dalam arti pengetahuan sosiologis yang menggambarkan toleransi kerukunan hidup beragama dan berbudaya, dengan melihat bermacam-macam agama dan budaya di Indonesia yang mempunyai potensi konflik. Secara praktis yaitu bagaimana menanamkan menerapkan sikap dalam kehidupan sehari-hari untuk menjaga keharmonisan sosial dengan menjalankan agama dan kepercayaan masing-masing. F. Metode Penelitian Skripsi Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2008:3). Penelitian ini adalah penelitian kualitatif naskah. Dimana penulis mencri data dengan menganalisa sumber-sumber tertulis dan juga pendapat dari beberapa tokoh dan masyarakat pelaku asrah batin. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa metode dan pendekatan sebagai acuan dalam penulisan karya tulis ini. Secara jelas penulis paparkan sebagai berikut: 1. Pendekatan Pendekatan yang digunakan dalam penulisan ini adalah : 8
a. Pendekatan Historis (historical approach) Pendekatan yang menguraikan fakta-fakta pemikiran yang dilakukan oleh pelaku asal-usul asrah batin. Pengembangan aspek historis dalam tulisan ini adalah sebuah analisis diskriptif yang akan membawa pada kesimpulan bahwa ada nilai-nilai pendidikan Islam dalam sejarah asal-usul asrah batin. Melalui pendekatan sejarah, peneliti dapat melakukan periodisasi atau derivasi sebuah fakta, dan melakukan proses genesis: perubahan dan perkembangan (Suprayogo dan Tobroni, 2003:65). b. Pendekatan Antropologi Pendekatan ini digunakan untuk mengkaji masyarakat primitif, antropologi sosial agama berkaitan dengan soal-soal upacara, kepercayaan, tindakan dan kebiasaan yang tetap (everyday life) dalam masyarakat sebelum mengenal tulisan, yang menunjuk pada apa yang dianggap suci dn supernatural. Sekarang terdapat kecendurungan antropologi tidak hanya digunakan untuk meneliti masyarakat primitif melainkan juga masyarakat yang kompleks dan maju,
menganalisis
simbolisme
dalam
agama
dan
mitos.
Antropologi agama memandang agama sebagai fenomena kultural dalam pengungkapannya yang beragam, khususnya tentang kebiasaan, peribadatan dan kepercayaan
dalam hubungan-
hubungan sosial (Suprayogo dan Tobroni, 2003:62).
9
c. Pendekatan Fenomenologi Fenomenologi bisa diartikan sebagai pengalaman subjektif atau studi tentang kesadaran dari perspektif pokok dari seseorang. Fenomenologi
kadang-kadang
digunakan
sebagai
perspektif
filosofi dan juga digunakan sebagai pendekatan penelitian kualitatif (Lexy J.Meleong, 2008:15). Metode ini digunakan untuk menghindari pembahasan yang terjebak pada aspek historis-faktual saja namun mampu menghadirkan sebuah konsep pemikiran yang integral dengan konteks yang terjadi waktu itu. 2. Sumber Data Data yang dibutuhkan dalam penyusunan skripsi ini diperoleh dari dokumentasi dan hasil wawancara dengan sesepuh desa Ngombak. Dalam penelitian kualitatif menempatkan sumber data sebagai subjek yang memiliki kedudukan penting. Jenis sumber data dalam penelitian kualitatif dalam skripsi ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a. Narasumber Dalam penelitian kualitatif sumber data sangat penting, bukan hanya sebagai respons, melainkan juga sebagai pemilik informasi. Karena itu, ia disebut sebagai subyek yang diteliti, karena ia bukan saja sebagai sumber data, melainkan juga aktor atau pelaku yang ikut menentukan berhasil tidaknya sebuah penelitian. 10
b. Peristiwa atau Aktivitas Data atau informasi juga diperoleh melalui pengamatan terhadap peristiwa atau aktivitas yang berkaitan dengan sasaran atau permasalahan penelitian. c. Dokumen atau Arsip Dokumen merupakan bahan tertulis atau benda yang berkaitan dengan suatu peristiwa atau aktivitas tertentu. Banyak peristiwa yang telah lama terjadi bisa di teliti dan dipahami atas dasar dokumen atau arsip (Suprayogo dan Tobroni, 2003:162164). 3. Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling penting
dalam
penelitian,
karena
tujuan
penelitian
adalah
mendapatkan data. Dalam penyusunan skripsi ini, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan data: a. Teknik Pengumpulan Data dengan Dokumen Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen
bisa
berupa
tulisan,
gambar,
atau
karya-karya
monumental dari seseorang. b. Interview (wawancara) Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila 11
peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil. Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidk terstruktur, dan dapt dilakukan melalui tatap muka (face to face) maupun dengan menggunakan telepon (Imam Suprayogo, Tobroni, 2003:194).
4. Analisa Data Data yang terkumpul selanjutnya akan penulis analisa dengan menggunakan teknik analisa data dengan cara: a. Penyajian Data Alur penting selanjutnya penyajian data, yang dimaksud penyajian data adalah menyajikan sekumpulan informasi yang tersusun
yang
memberi
kemungkinan
adanya
penarikan
kesimpulan dan pengambilan tindakan. b. Menarik Kesimpulan Kegiatan analisa yang terakhir adalah menarik kesimpulan. Dari permulaan pengumpulan data, seorang mengalisis kualitatif mulai mencari arti benda-benda mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebabakibat, dan proposisi. Dari komponen analisa di atas, prosesnya saling berhubungan dan berlangsung terus-menerus selama penelitian berlangsung. 12
G. Sistematika Penulisan Skripsi Untuk mempermudah dan mendapatkan gambaran tentang bahasan yang dilakukan dalam tulisan ini maka akan disampaikan garis-garis besar yang terdiri dari lima bab. BAB I : Pendahuluan, berisi: Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Signifikasi Penelitian, Definisi Operasional, Metode Penelitian Skripsi, Sistematika Penulisan Skripsi BAB II : Nilai-Nilai Pendidikan Islam, berisi: Pengertian Nilai Pendidikan Islam, Landasan dan Tujuan Pendidikan Islam, Isi atau Materi Pendidikan
Islam,
Subjek
Pendidikan
Islam,
Bentuk
Pelaksanaan Pendidikan Islam BAB III : ASRAH BATIN, berisi: Asal-usul Asrah Batin, Prosesi Asrah Batin BAB IV : Kandungan Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Adat Istiadat Asrah Batin : Aqidah, Syariah, Akhlak atau Etika BAB V : Penutup, berisi : Kesimpulan, Saran dan Penutup
13
BAB II NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM ISLAM
A. Pengertian Nilai Pendidikan Islam 1. Pengertian nilai Nilai artinya sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan (Purwadarminta, 1999: 677). Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna bagi kehidupan manusia. Sesuatu tersebut sangatlah beragam jenisnya. Pada hakikatnya nilai akan memberikan pengaruh dalam kehidupan sosial manusia sehari-hari. Nilai juga berarti kualitas yang memang membangkitkan respon penghargaan (Titus, 1984: 122). Kualitas itu akan melekat pada setiap orang yang menghargai maupun menerapkan kehidupannya untuk senantiasa bernilai. Nilai itu praktis dan efektif dalam jiwa dan tindakan manusia dan melembaga secara obyektif di dalam masyarakat (Muhaimin dan Mujib, 1993: 110). Kepraktisan dan keefektifan itu akan memberikan dampak tentang bagaimana seseorang menjalani kehidupan sosialnya. Bukan tak mungkin orang yang mengabaikan nilai dalam kehidupan sosial akan dilecehkan oleh masyarakat. Menurut Sidi Gazalba yang dikutip Chabib Thoha mengartikan nilai sebagai berikut : Nilai adalah sesuatu yang bersifat abstrak, ia ideal, nilai bukan benda konkrit, bukan fakta, tidak hanya persoalan benar dan 14
salah yang menuntut pembuktian empirik, melainkan penghayatan yang dikehendaki dan tidak dikehendaki.(Thoha, 1996: 61) Chabib Thoha mengemukakan nilai merupakan sifat yang melekat pada sesuatu (sistem kepercayaan) yang telah berhubungan dengan subjek yang memberi arti atau manusia yang meyakini (Thoha, 1996: 61)). Jadi nilai adalah sesuatu yang bermanfaat dan berguna bagi manusia sebagai acuan tingkah laku. 2. Pengertian pendidikan Islam Pendidikan dalam bahasa inggris diterjemahkan dengan kata education. Menurut Frederick J. MC. Donald adalah : “Education in the sense used here, is a process or an activity which is directed at producing desirable changes in the behavior of human being”(Donald, 1959: 54). (pendidikan adalah proses yang berlangsung untuk menghasilkan perubahan yang diperlukan dalam tingkah laku manusia). Menurut H. M Arifin, pendidikan adalah usaha orang dewasa secara sadar untuk membimbing dan mengembangkan kepribadian serta kemampuan dasar anak didik baik dalam bentuk pendidikan formal maupun non formal(Arifin, 1976: 12). Adapun menurut Ahmad D. Marimba adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama (Marimba, 1989: 19).
15
Adapun pengertian pendidikan menurut Soegarda Poerbakawatja ialah semua perbuatan atau usaha dari generasi tua untuk mengalihkan pengetahuannya, pengalamannya, kecakapannya, dan ketrampilannya kepada generasi muda. Sebagai usaha menyiapkan agar dapat memenuhi
fungsi
hidupnya
baik
jasmani
maupun
rohani
(Poerbakawatja, 1981: 257) Dapat
disimpulkan
bahwa
pendidikan
pada
hakekatnya
merupakan usaha manusia untuk dapat membantu, melatih, dan mengarahkan anak melalui transmisi pengetahuan, pengalaman, intelektual, dan keberagamaan orang tua (pendidik) sesuai dengan fitrah manusia supaya dapat berkembang pada tujuan yang dicitacitakan yaitu kehidupan yang sempurna dengan terbentuknya kepribadian yang utama. Pendidikan Islam menurut Ahmad D Marimba adalah bimbingan jasmani maupun rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam (Marimba, 1989: 21). Menurut Chabib Thoha pendidikan Islam adalah pendidikan yang falsafah dasar dan tujuan serta teori-teori yang dibangun untuk melaksanakan praktek pandidikan berdasarkan nilainilai dasar Islam yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Hadits (Thoha, 1996: 99). Achmadi mendefinisikan pendidikan Islam adalah segala usaha untuk memelihara dan mengembangkan fitrah manusia serta sumber 16
daya insan yang berada pada subjek didik menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma Islam atau dengan istilah lain yaitu terbentuknya kepribadian muslim (Achmadi, 1992: 20). Pengertian pendidikan Islam pada dasarnya adalah usaha bimbingan jasmani dan rohani pada tingkat kehidupan individu dan sosial untuk mengembangkan fitrah manusia berdasarkan hukumhukum Islam menuju terbentuknya manusia ideal (insan kamil) yang berkepribadian muslim dan berakhlak terpuji serta taat pada Islam sehingga dapat mencapai kebahagiaan didunia dan di akherat. B. Landasan dan Tujuan Pendidikan Islam 1. Landasan Pendidikan Islam Pendidikan Islam sangat memperhatikan penataan individual dan sosial yang membawa penganutnya pada pengaplikasian Islam dan ajaranajarannya kedalam tingkah laku sehari-hari. Karena itu, keberadaan sumber dan landasan pendidikan Islam harus sama dengan sumber Islam itu sendiri, yaitu Al-Qur’an dan As Sunnah (Nahlawi, 1995: 28). Pandangan hidup yang mendasari seluruh kegiatan pendidikan Islam ialah pandangan hidup muslim yang merupakan nilai-nilai luhur yang bersifat universal yakni Al Qur’an dan As Sunnah yang shahih juga pendapat para sahabat dan ulama sebagai tambahan. Hal ini senada dengan pendapat Ahmad D. Marimba (1998: 19) yang 17
menjelaskan bahwa yang menjadi landasan atau dasar pendidikan diibaratkan sebagai sebuah bangunan sehingga isi Al-Qur’an dan Al Hadits menjadi pondamen, karena menjadi sumber kekuatan dan keteguhan tetap berdirinya pendidikan. a. Al-Qur’an Kedudukan Al Qur’an sebagai sumber dapat dilihat dari kandungan surat Al Baqarah ayat 2:
Artinya : “Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi orang yang bertaqwa.” (QS. Al Baqarah : 2). Selanjutnya firman Allah SWT dalam surat Asy Syura ayat 17 :
………. Artinya : “Allah SWT yang telah menurunkan kitab dengan membawa kebenaran dan menurunkan neraca keadilan.” (QS.Asyuura : 17). Di dalam Al-Qur’an terdapat ajaran yang berisi prinsipprinsip yang berkenaan dengan kegiatan atau usaha pendidikan itu. Sebagai contoh dapat dibaca dalam kisah Luqman yang mengajari anaknya dalam surat Luqman. Al-Qur’an adalah petunjuk-Nya yang bila dipelajari akan membantu menemukan nilai-nilai yang dapat dijadikan pedoman berbagai problem hidup. Apabila dihayati dan diamalkan menjadi pikiran rasa dan karsa mengarah pada 18
realitas keimanan yang dibutuhkan bagi stabilitas dan ketentraman hidup pribadi dan masyarakat (Shihab, 1996: 13). b. As Sunnah Setelah Al-Qur’an, pendidikan Islam menjadikan As Sunnah sebagai dasar dan sumber kurikulumnya. Secara harfiah sunnah berarti jalan, metode dan program. Secara istilah sunnah adalah perkara yang dijelaskan melalui sanad yang shahih baik itu berupa perkataan, perbuatan atau sifat Nabi Muhammad SAW (Nahlawwi, 1995: 31). Sebagaimana Al-Qur’an Sunnah berisi petunjukpetunjuk untuk kemaslahatan manusia dalam segala aspeknya yang membina manusia menjadi muslim yang bertaqwa. Dalam dunia pendidikan Sunnah memiliki dua faedah yang sangat besar, yaitu : 1) Menjelaskan sistem pendidikan Islam yang terdapat dalam Al- Qur’an atau menerangkan hal-hal yang tidak terdapat didalamnya. 2) Menyimpulkan metode pendidikan dari kehidupan Rasulullah Saw bersama anak-anaknya dan penanaman keimanan kedalam jiwa yang dilakukannya (Nahlawwi, 1992: 47).
19
2. Tujuan Pendidikan Islam Tujuan adalah sesuatu yang diharapkan tercapai setelah kegiatan selesai dan memerlukan usaha dalam meraih tujuan tersebut. Pengertian tujuan pendidikan adalah perubahan yang diharapkan pada subjek didik setelah mengalami proses pendidikan baik pada tingkah laku
individu
dan
kehidupan
pribadinya
maupun
kehidupan
masyarakat dan alam sekitarnya dimana individu hidup (Zuhairini, 1995: 159). Menurut Ahmadi, tujuan pendidikan Islam adalah sejalan dengan pendidikan hidup manusia dan peranannya sebagai makhluk Allah SWT yaitu semata-mata hanya beribadah kepada-Nya (Ahmadi, 1992: 63). Hal ini sesuai dengan Firman Allah SWT dalam Al Qur’an:
Artinya : “Dan tidaklah AKU menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahku”. (QS. Adz-Dzariyat : 56)
Yusuf Amir Faisal merinci tujuan pendidikan Islam sebagai berikut : a. Membentuk manusia muslim yang dapat melaksanakan ibadah mahdloh b. Membentuk manusia muslim disamping dapat melaksanakan ibadah mahdlah dapat juga melaksanakn ibadah muamalah dalam
20
kedudukannya sebagai orang per orang atau sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan tertentu. c. Membentuk warga negara yang bertanggungjawab pada Allah SWT sebagai pencipta-Nya d. Membentuk dan mengembangkan tenaga professional yang siap dan terampil atau tenaga setengah terampil untuk memungkinkan memasuki masyarakat. e. Mengembangkan tenaga ahli dibidang ilmu agama dan ilmu –ilmu Islam yang lainnya (Faisal, 1995: 96). Berdasarkan penjelasan dan rincian tentang tujuan pendidikan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan nilai pendidikan Islam adalah sebagai berikut : a. Menyiapkan dan membiasakan anak dengan ajaran Islam sejak dalam kecil agar menjadi hamba Allah SWT yang beriman. b. Membentuk anak muslim dengan perawatan, bimbingan, asuhan, dan pendidikan pra natal sehingga dalam dirinya tertanan kuat nilai-nilai keIslaman yang sesuai fitrahnya c. Mengembangkan potensi, bakat dan kecerdasan anak sehingga mereka dapat merealisasikan dirinya sebagai pribadi muslim. d. Memperluas pandangan hidup dan wawasan keilmuan bagi anak sebagai makhluk individu dan sosial
21
C. Isi atau Materi Pendidikan Islam Kehidupan manusia tidak terlepas dari nilai dan nilai itu selanjutnya diinstitusikan. Institusional nilai yang terbaik adalah melalui upaya pendidikan. Pandangan Freeman But dalam bukunya Cultural History Of Western Education yang dikutip Muhaimin dan Abdul Mujib menyatakan bahwa hakikat pendidikan adalah proses transformasi dan internalisasi nilai. Proses pembiasaan terhadap nilai, proses rekonstruksi nilai serta proses penyesuaian terhadap nilai (Muhaimin dan Mujib, 1993: 127). Lebih dari itu fungsi pendidikan Islam adalah pewarisan dan pengembangan nilai-nilai Islami serta memenuhi aspirasi masyarakat dan kebutuhan tenaga disemua tingkat dan bidang pembangunan bagi terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Nilai pendidikan Islam perlu ditanamkan pada anak sejak kecil agar mengetahui nilai-nilai agama dalam kehidupannya (Muhaimin dan Mujib, 1993: 127). Dalam pendidikan Islam terdapat bermacam-macam nilai Islam yang mendukung dalam pelaksanaan pendidikan bahkan menjadi suatu rangkaian atau sistem di dalamnya. Nilai tersebut menjadi dasar pengembangan jiwa anak sehingga bisa mencetak lulusan pendidikan yang sesuai dengan harapan masyarakat luas. Dengan banyaknya nilai-nilai Islam yang terdapat dalam pendidikan Islam, maka penulis mencoba membatasi bahasan dari penulisan skripsi ini dan membatasi nilai-nilai pendidikan Islam dengan nilai aqidah, syari’ah dan etika.
22
Bagi para pendidik, dalam hal ini adalah orang tua sangat perlu membekali anak didiknya dengan materi-materi atau pokok-pokok dasar pendidikan sebagai pondasi hidup yang sesuai dengan arah perkembangan jiwanya. Pokok-pokok pendidikan yang harus ditanamkan pada anak didik yaitu nilai aqidah, syari’ah dan etika. 1. Nilai Pendidikan keimanan (aqidah Islamiyah) Iman adalah kepercayaan yang terhujam kedalam hati dengan penuh
keyakinan,
tak
ada
perasaan
syak
(ragu-ragu)
serta
mempengaruhi orientasi kehidupan, sikap dan aktivitas keseharian (Qardawi, 2000: 27). Al Ghazali mengatakan iman adalah megucapkan dengan lidah, mengakui benarnya dengan hati dan mengamalkan dengan anggota badan (Zainudin, 1991: 97). Pendidikan keimanan termasuk aspek pendidikan yang patut mendapat perhatian yang pertama dan utama dari orang tua. Memberikan pendidikan ini pada anak merupakan sebuah keharusan yang tidak boleh ditinggalkan. Pasalnya iman merupakan pilar yang mendasari keIslaman seseorang. Pembentukan iman harus diberikan pada anak sejak kecil, sejalan dengan pertumbuhan kepribadiannya. Nilai-nilai keimanan harus mulai diperkenalkan pada anak dengan cara : a. memperkenalkan nama Allah SWT dan Rasul-Nya b. memberikan gambaran tentang siapa pencipta alam raya ini melalui kisah-kisah teladan 23
c. memperkenalkan ke-Maha-Agungan Allah SWT
(Halim, 2001:
176). Rasulullah SAW. adalah orang yang menjadi suri tauladan (Uswatun Hasanah) bagi umatnya, baik sebagai pemimpin maupun orang tua. Beliau mengajarkan pada umatnya bagaimana menanamkan nilai-nilai keimanan pada anak-anaknya. Ada lima pola dasar pembinaan iman (Aqidah) yang harus diberikan pada anak, yaitu membacakan kalimat tauhid pada anak, menanamkan kecintaan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya, mengajarkan Al-Qur'an dan menanamkan nilai-nilai perjuangan dan pengorbanan (Kuswandini, 1997: 110). Orang tua memiliki tanggung jawab mengajarkan Al-Qur'an pada anak-anaknya sejak kecil. Pengajaran Al-Qur'an mempunyai pengaruh yang besar dalam menanamkan iman (aqidah) yang kuat bagi anak. Pada saat pelajaran Al-Qur'an berlangsung secara bertahap mereka mulai dikenalkan pada satu keyakinan bahwa Allah SWT adalah Tuhan mereka dan Al-Qur'an adalah firman-firman-Nya yang diturunkan pada Nabi Muhammad SAW. Berkata Al Hafidz As-Suyuthi, “pengajaran Al-Qur'an pada anak merupakan dasar pendidikan Islam terutama yang harus diajarkan. Ketika anak masih berjalan pada fitrahnya selaku manusia suci tanpa dosa, merupakan lahan yang paling terbuka untuk mendapatkan cahaya hikmah yang terpendam dalam Al-Qur'an,
24
sebelum
hawa
nafsu
yang
ada
dalam
diri
anak
mulai
mempengaruhinya (Kuswandini, 1997: 138-139). Iman (aqidah) yang kuat dan tertanam dalam jiwa seseorang merupakan hal yang penting dalam perkembangan pendidikan anak. Salah satu yang bisa menguatkan aqidah adalah anak memiliki nilai pengorbanan dalam dirinya demi membela aqidah yang diyakini kebenarannya. Semakin kuat nilai pengorbanannnya akan semakin kokoh aqidah yang ia miliki (Kuswandini, 1997: 147). Nilai pendidikan keimanan pada anak merupakan landasan pokok bagi kehidupan yang sesuai fitrahnya, karena manusia mempunyai
sifat
dan
kecenderungan
untuk
mengalami
dan
mempercayai adanya Tuhan. Oleh karena itu penanaman keimanan pada anak harus diperhatikan dan tidak boleh dilupakan bagi orang tua sebagai pendidik. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Ar Rum ayat 30:
Artinya : “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah SWT); (tetaplah atas) fitrah Allah SWT yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan atas fitrah Allah SWT. (fitrah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui” (QS. Ar-Rum : 30). 25
Dengan fitrah manusia yang telah ditetapkan oleh Allah SWT sebagaimana dalam ayat diatas maka orang tua mempunyai kewajiban untuk memelihara fitrah dan mengembangkannya. Hal ini telah ditegaskan dalam sabda Nabi Muhammad SAW sebagai berikut :
َطرَ ةِ َفاَ بَىَايُ ُيهَىِّ دَا ِوًِ و ْ مَا مِهْ مَىْ لُىْ دٍ اِالَ يُىْ لَهُ عَلىَ ا ْل )صرَا ِوًِ وَ ُيمَجِسَا ِوًِ (ر واي البخا ري ِ َيُى Artinya : “Setiap bayi tidaklah dilahirkan kecuali dalam keadaan fitrah (suci dari kesalahan dan dosa), maka orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, dan Majusi.” (HR. Muslim)
Melihat ayat dan hadits di atas dapat diambil suatu pengertian bahwa anak dilahirkan dalam keadaan fitrah dan perkembangan selanjutnya tergantung pada orang tua dan pendidiknya, maka orang tua wajib mengarahkan anaknya agar sesuai dengan fitrahnya dengan memberikan pendidikan yang baik. Sesuai dengan sabda Rasulullah SAW:
َض َعًُ وَيُحْسِه ِ ْس َمًُ وَيُحْسِهَ مَى ْ ِحّقُ الْىَلَذِعَلىَ وَللِ ِذيِ اَنْ يُحْسِهَ ا َ )اَدَ َبًُ (ر واي ابيهقى Artinya : “Hak seorang anak terhadap orang tuanya adalah agar orang tuanya membaguskan namanya, memperindah tempatnya dan memperbaiki pendidikannya”. (H.R. Baihaqi) Nilai pendidikan keimanan termasuk aspek-aspek pendidikan yang patut mendapatkan perhatian pertama dan utama dari orang tua. Memberikan pendidikan ini kepada anak merupakan sebuah keharusan yang tidak boleh ditinggalkan oleh orang tua dengan penuh
26
kesungguhan. Pasalnya iman merupakan pilar yang mendasari keIslaman seseorang. Pembentukkan iman seharusnya diberikan kepada anak sejak dalam kandungan, sejalan dengan pertumbuhan kepribadiannya. Berbagai hasil pengamatan pakar kejiwaan menunjukkan bahwa janin di dalam kandungan telah mendapat pengaruh dari keadaan sikap dan emosi ibu yang mengandungya. Nilai-nilai keimanan yang diberikan sejak anak masih kecil, dapat mengenalkannya pada Tuhannya, bagaimana ia bersikap pada Tuhannya dan apa yang mesti diperbuat di dunia ini. Sebagaimana dikisahkan dalam al Qur’an tentang Luqmanul Hakim adalah orang yang diangkat Allah SWT sebagai contoh orang tua dalam mendidik anak, ia telah dibekali Allah SWT dengan keimanan dan sifat-sifat terpuji. Orang tua sekarang perlu mencontoh Luqman dalam mendidik anaknya, karena ia sebagai contoh baik bagi anak-anaknya. perbuatan yang baik akan ditiru oleh anakanaknya begitu juga sebaliknya. Oleh karena itu, pendidikan keimanan, harus dijadikan sebagai salah satu pokok dari pendidikan kesalehan anak. Dengannya dapat diharapkan bahwa kelak ia akan tumbuh dewasa menjadi insan yang beriman kepada Allah SWT., melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Dengan keimanan yang sejati bisa membentengi dirinya dari berbuat dan berkebiasaan buruk.
27
2. Syari’ah
Adalah menjadi karakteristik khusus Islam bahwa setiap ada perintah yang harus dikerjakan umatnya pasti telah ditentukan syariatnya (tata cara dan petunjuk pelaksanaannya). Maka tidak ada satu perintah pun dalam berbagai aspek kehidupan ini, baik yang menyangkut ibadah secara khusus seperti perintah shalat, puasa, haji, dan lain-lain, maupun yang terkait dengan ibadah secara umum seperti perintah mengeluarkan infaq, berbakti pada orang tua, berbuat baik kepada tetangga dan lain-lain, kecuali telah ditentukan syariatnya.
Begitu pula halnya dengan menikah yang merupakan perintah Allah SWT untuk seluruh hamba-Nya tanpa kecuali dan telah menjadi sunnah Rasul-Nya, maka sudah tentu ada syariaatnya. Persoalannya, kebanyakan orang mengira bahwa syariat pernikahan hanya mengatur hal-hal ritual pernikahan seperti ijab qobul dan mahar, sedangkan masalah meminang (khitbah), walimah (resepsi) dan serba-serbi menjalani hidup berumah tangga dianggap tidak ada hubungannya dengan syariat. Padahal dalam QS. An-Nisa ayat 23 Allah SWT berfirman :
28
Artinya: ”diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anakanakmu yang perempuan; saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu isterimu (mertua); anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), Maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau; Sesungguhnya Allah SWT Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”(QS.An-nisa:23) Di dalam ayat di atas Allah SWT berfirman secara jelas bahwasanya ada beberapa orang yang diharamkan untuk dinikahi oleh seorang lakilaki. Golongan tersebut adalah : a. anak perempuan kandung b. saudara-saudara perempuan sekandung c. saudara-saudara dari bapak yang perempuan d. saudara-saudara dari ibu yang perempuan e. anak-anak perempuan dari saudara-saudara laki-laki sekandung f. anak-anak perempuan dari saudara-saudara perempuan sekandung g. ibu sepersusuan h. saudara perempuan sepersusuan i. ibu dari isteri (mertua) 29
j. anak-anak dari isteri yang dalam pemeliharaan yang telah dicampuri, tetapi jika belum campur dengan isteri itu (dan sudah cerai), Maka tidak berdosa untuk mengawininya k. (dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu) l. dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau 3. Akhlak/Etika Perkawinan harus punya tujuan dan niat yang jelas. Karena perkawian bukan hanya untuk memenuhi hasrat biologis saja, tetapi di balik perkawinan sangat syarat dengan nilai ibadah. Di bawah ini bisa dijadikan pedoman terutama bagi saudara yang akan menempuh hidup baru agar tidak terjerumus dalam perangkap syetan. Adapun tujuan dari pernikahan menurut Islam adalah sebagai berikut : a. Untuk Memenuhi Tuntutan Naluri Manusia Yang Asasi perkawinan adalah fitrah manusia, maka jalan yang sah untuk memenuhi kebutuhan ini yaitu dengan aqad nikah (melalui jenjang perkawinan), bukan dengan cara yang amat kotor menjijikan
seperti
cara-cara
orang
sekarang
ini
dengan
berpacaran, kumpul kebo, melacur, berzina, lesbi, homo, dan lain sebagainya yang telah menyimpang dan diharamkan oleh Islam. b. Untuk Membentengi Akhlak Yang Luhur Sasaran utama dari disyari'atkannya perkawinan dalam Islam di antaranya ialah untuk membentengi martabat manusia dari 30
perbuatan kotor dan
keji,
yang telah menurunkan dan
meninabobokan martabat manusia yang luhur. Islam memandang perkawinan dan pembentukan keluarga sebagai sarana efefktif untuk memelihara pemuda dan pemudi dari kerusakan, dan melindungi masyarakat dari kekacauan.
c. Untuk Menegakkan Rumah Tangga Yang Islami Dalam Al-Qur'an disebutkan bahwa Islam membenarkan adanya Thalaq (perceraian), jika suami istri sudah tidak sanggup lagi menegakkan batas-batas Allah SWT, sebagaimana firman Allah SWT dalam ayat berikut :
"Artinya : Thalaq (yang dapat dirujuki) dua kali, setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara ma'ruf atau menceraikan dengan cara yang baik. Tidak halal bagi kamu mengambil kembali dari sesuatu yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah SWT, maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh istri untuk menebus dirinya. Itulah hukumhukum Allah SWT, maka janganlah kamu melanggarnya. 31
Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah SWT mereka itulah orang-orang yang dhalim". (Al-Baqarah : 229).
Yakni keduanya sudah tidak sanggup melaksanakan syari'at Allah SWT. Dan dibenarkan rujuk (kembali nikah lagi) bila keduanya sanggup menegakkan batas-batas Allah SWT. Sebagaimana yang disebutkan dalam surat Al-Baqarah lanjutan ayat di atas :
"Artinya : Kemudian jika si suami menthalaqnya (sesudah thalaq yang kedua), maka perempuan itu tidak halal lagi baginya hingga dikawin dengan suami yang lain. Kemudian jika suami yang lain itu menceraikannya, maka tidak ada dosa bagi keduanya (bekas suami yang pertama dan istri) untuk kawin kembali, jika keduanya berpendapat akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah SWT. Itulah hukum-hukum Allah SWT, diterangkannya kepada kaum yang (mau) mengetahui ". (Al-Baqarah : 230). Jadi tujuan yang luhur dari pernikahan adalah agar suami istri melaksanakan syari'at Islam dalam rumah tangganya. Hukum ditegakkannya rumah tangga berdasarkan syari'at Islam adalah wajib. Oleh karena itu setiap muslim dan muslimah yang ingin membina rumah tangga yang Islami, maka ajaran Islam telah memberikan beberapa kriteria tentang calon pasangan yang ideal. D. Subjek Pendidikan Islam Proses Pendidikan Islam melibatkan beberapa hal, antara lain : 1. Subjek yang dibimbing (peserta didik) 32
Menurut pengertian secara khusus, peserta didik dapat diartikan orang yang belum dewasa atau orang yang masih menjadi tanggungjawab pendidik (Barnadib, 1982:39). Dalam hal ini peserta didik berstatus sebagai subjek didik. Ciri khas peserta didik yang perlu dipahami oleh pendidik ialah : a. Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas sehingga merupakan insan yang unik b. Individu yang sedang berkembang c. Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi d. Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri 2. Orang yang membimbing (pendidik) Pendidik adalah tiap orang yang dengan sengaja mempengaruhi orang lain untuk mencapai tingkat kemanusiaan yang lebih tinggi (Barnadib, 1982:38). Disisi lain yang dimaksud pendidik adalah orang yang bertanggungjawab terhadap pelaksanaan pendidikan Islam dengan sasaran peserta didik. Peserta didik mengalami pendidikan Islamnya dalam tiga lingkungan, yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Oleh sebab itu yang bertanggung jawab terhadap pendidikan Islam ialah orang tua, guru, pemimpin program pembelajaran, latihan dan masyarakat.
33
3. Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif) Interaksi edukatif pada dasarnya adalah komunikasi timbal balik antara peserta didik dengan pendidik yang terarah kepada tujuan pendidikan Islam. Pencapaian tujuan pendidikan Islam secara optimal ditempuh melalui proses berkomunikasi intensif dengan manipulasi isi, metode, serta alat-alat pendidikan Islam. 4. Ke arah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan Islam) 5. Pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (materi pendidikan Islam) 6. Cara yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode) 7. Tempat dimana peristiwa bimbingan berlangsung (lingkungan pendidikan Islam) E. Bentuk Pelaksanaan Pendidikan Islam Bentuk-bentuk pelaksanaan pendidikan Islam meliputi pendidikan formal, nonformal dan informal sebagai sebuah sistem. Pendidikan Islam formal yang sering disebut pendidikan Islam persekolahan, berupa rangkaian jenjang pendidikan yang telah baku. Misalnya MI, MTS, MA dan perguruan tinggi. Pendidikan Islam nonformal lebih difokuskan pada pemberian keahlian guna terjun ke masyarakat. Pendidikan Islam informal adalah satu fase pendidikan Islam yang berada di samping pendidikan Islam formal dan nonformal. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam formal, nonformal dan informal ketiganya hanya dapat dibedakan tetapi sulit dipisah-pisahkan karena keberhasilan pendidikan Islam dalam arti terwujudnya output 34
pendidikan Islam yang berupa sumber daya manusia sangat bergantung kepada sejauh mana ketiga sub-sistem tersebut berperan.
35
BAB III ASRAH BATIN
Peneletian ini dilaksanakan di Desa Ngombak kecamatan kedungjati, tempat berlangsungnya asrah batin. Dalam tulisan A. Tamzir A. Ma. Pd tahun 2006 (tidak diterbitkan), asrah batin dijelaskan sebagai berikut : A. ASAL-USUL ASRAH BATIN 1.
ALKISAH Tersebutlah di suatu dusun yang bernama Dhadapan, ada seorang ibu bersama kedua anaknya. Karena hidup di Dusun Dhadapan, maka disebutlah dengan nama Mbok Rondo Dhadapan. Sedangkan anak yang laki-laki dinamai Kedhana dan yang perempuan dinamai Kedhini. Kedua anak tersebut tiap hari oleh sang ibu disuruh menggembalakan kambing dari pagi hingga sore hari. Pada suatu saat, hari mulai siang Kedhana dan Kedhini pun sudah merasa lapar, kemudian kedua anak tersebut pulang dengan maksud minta makan dan mengambil bekal. Sampai di rumah ternyata sang ibu baru menanak nasi, anehnya mengapa saat itu nasi lama belum tanak juga, tgidak seperti biasanya. Karena Kedhana dan Kedhini tak kuasa menahan lapar, merekapun menangis dan merengek-rengek minta segera diambilkan nasi. Meskipun sang ibu sudah memberikan nasehat dalam Jawa “ngarih-arih”, kedua anak tersebut tetap saja minta nasi/makan. Sehingga terjadilah sesuatu yang tidak diinginkan, timbul kemarahan sang ibu “enthong” atau sendok nasi yang dipegangnya lantas dipukulkan kepada kedua anaknya. Kedhana kena pelipis kiri 36
dan Kedhini kena pelipis kanan. Karena ketakutan, kedua anak tersebut lari tanpa arah tujuan. Setelah kedua anaknya lari sang ibu merasa menyesal. Nasi dang-dangan/ yang ditanak tadi dibuang dengan perasaan jengkel atau mangkel. Terjadilah di tempat tersebut dinamai gunung Mangkel dari hati yang mangkel dan watu (batu) tumpeng dari kejadian buangan nasi dangdangan kukusan/kerucut yang menyerupai tumpeng. 2.
KEDHANA DAN KEDHINI BERKELANA Setelah Kedhana dan Kedhini lari dari rumah,sampailah mereka di suatu tempat. Kedhini merasa haus dan minta pada kakaknya untuk dicarikan air minum. Pergilah Kedhana mencari air dan menemukan air yang jernih berada di atas batu dalam bahasa jawanya banyu temumpang, maka tersebutlah sekarang tempat itu dinamai Banyu Mumpang. Kemudian mereka melanjutkan perjalanan kembali/balik arah, karena perjalanan jauh lewat hutan mereka merasa lapar. Kebetulan sampai di tepi sungai, keduanya duduk di bawah pohon dan timbul niat untuk mencari ikan. Kedua anak tersebut mendapat ikan mangut, kemudian dibakar dengan bumbu buah miri. Setelah ikan masak mereka makan bersama-sama. Kedhana dan Kedhini merasa kenyang dan beristirahat di bawah pohon sambil merenungi nasibnya. Tidak lama kemudian tertidurlah kedua anak tersebut.
3.
MENJALANKAN PERINTAH GAIB Saat mereka tertidur terdengarlah suara dalam mimpinya, seakan-akan ditemui seorang ibu dengan suara dan tutur katanya lemah lembut. Dalam 37
petunjuknya agar kedua anak itu pergi ke arah timur untuk mencari abu atau langes dalam bahasa jawa nitik tumibane langes, maka terbangunlah kedua anak tersebut dan saling menceritakan mimpinya ternyata sama. Mulailah mereka berjalan sampai di puncak bukit, dari situ tampak suatu tempat yang jelas terang tanpa dihalaangi suatu apapun, dalam bahasa Jawa “cetha atau lego”, maka disebutlah tempat itu Nglego. Dari Nglego ke kanan arah tenggara ditemukan tempat bekas kebanjiran tergenang air, maka disebutlah Kleben dari kata bahasa Jawa “Keleban”. Dari tempat itu mereka menyebrang sungai dan di situ terdapat anak sungai yang menjadi satu maka disebut Gamblok, karena menyatu atau “nggamblok”. Kedhana dan Kedhini menyusuri sungai ke arah barat daya menuruni bukitbukit, di situ ditemukan ladang yang penuh pohon nangka, maka disebutlah tempat itu Kalinongko. Dari Kalinongko berjalan ke arah selatan dari jauh kelihatan seperti binatang gajah, namun setelah dekat ternyata hanya batu-batu yang besar menyerupai gajah, maka tempat tersebut dinamai Watu Gajah. Dari Watu Gajah berjalan ke arah timur mendaki bukit ditemukan suatu tempat yang banyak batu-batu berserakan, maka tempat itu disebut Grogol. Setelah dari Grogol mereka kembali ke arah barat daya menuruni bukitbukit di situ banyak ditemukan tumbuhan karang kitri, maka tersebutlah tempat itu dengan nama Karang. Dari Karang berjalan ke arah timur laut/menyudut ditemukan suatu tempat dibatasi sungai yang berbelok-belok, maka disebutlah Lengkong yang sekarang Nglengkong.
38
Perjalanan dari Nglengkong ke arah utara di suatu tempat mereka berhenti, kedua anak itu mulai berpikir dan timbul gagasan akan membuka lahan pertanian. Sehingga terjadilah perjanjian diantara mereka yang berisikan demikian : Kedhana ingin menetap di situ dan membuka lahan pertanian, sedngkan Kedhini ingin melanjutkan perintah dari mimpinya. Dari perjanjian tersebut tempat itu dinamai Rekesan. 4.
KEDHINI MELANJUTKAN PERJALANAN Dari tempat perjanjian Kedhini berjalan ke arah barat, agaknya Kedhana tidak tega melepas adiknya, maka diikutilah beratus-ratus langkah, karena sudah menjadi tekad dan ketegaran hati, maka Kedhini terpaksa meninggalkan kakaknya. Apa yang terjadi pada Kedhana setelah adiknya lari meninggalkannya, hati Kedhanaa sedih dan nglangut setelah menyadari tekad kepergian adiknya, maka tempat itu disebut Nglangu dari kata nglangut.
5.
PERJALANAN KEDHINI Singkat cerita perjalanan Kedhini telah sampai di tempat semula di tepi sungai saat ia bersama kakaknya mencari ikan dan membakarnya, yang sekarang disebut sungai Kedungmiri. Dari Kedungmiri Kedhini menyusuri sungai, di situ ditemukan banyak binatang yang sedang mandi atau geguyang maka tempat sekitar itu disebut Guyangan. Kedhini menyusuri sungai lebih ke atas, sampailah di suatu tempat yang datar dan tidak ada tumbuh-tumbuhan yang dapat dimakan, dalam bahasa Jawa bero. Maka disebutlah tempat itu Beran. Dari Beran berjalan ke arah selatan 39
ditemukan hutan yang banyak ditumbuhi pohon gandri, maka disebutlah dengan nama Kedhunggandri. Masih menyusuri sungai, dari Kedunggandri ke arah selatan di situ dilihat banyak binatang serangga yang ekornya mengeluarkan cahaya, dalam bahasa Jawa disebut Konang maka tempat di sekitar itu disebut Kalikonang. Perjalanan dilanjutkan dari Kalikonang menuju arah barat belok ke kanan sampailah ia di bukit yang tinggi, di situ ditemukan banyak lempengan-lempengan batu yang berbentuk wayang Semar, maka tempat itu disebut Watu Semar. Kemudian melanjutkan perjalanan menuruni bukit ke arah timur melalui hutan yang penuh dengan pohon salam, daunnya dapat digunakan untuk penyedap masakan, maka hutan itu disebut Salaman. Dari hutan Salaman berjalan ke arah timur diketemukan sebuah sendang yang di tepinya terdapat peninggalan benda kuno berupa sebuah yoni atau lumpang berbentuk persegi, lubangnyapun persegi pula, maka sendang itu disebut Sendang Srobog. Kemudian dari Srobog menuruni jurang dan menyusuri sungai, ternyata sungai itu banyak bebatuan maka disebutlah Sungai Watu, menyusur ke atas dan mendaki tebing di situ banyak ditemukan lubang-lubang sumber air dan tumbuhan kunyit yang bahasa jawanya kunir, maka tempat itu diberi nama Kuniran. Dari Kuniran, Kedhini berjalan ke barat dan menemukan hutan yang tanahnya berpasir, kemudian tempet itu diberi nama Kedhung Lela. Kemudian perjalanan berlanjut menuju utara menuruni tebing dan menemukan batu yang berbentuk gong besar, kemudian disebutlah Watu Gong. 40
Dari Watu Gong Kedhini menemukan sungai lain atau dalam bahasa kali liya, maka disebutlah tempat itu Kalikliya. Dari sana Kedhini berjalan ke timur menuju tempat yang tanahnya lebih landai dikelilingi bukit, kemudian disebut Kedhokan. Kedhini berjalan ke timur dan menemukan tempat yang lapang dan ada air yang seperti sawah dan banyak hidup hewan air seperti ikan, katak, keong dan kemudian disebut Sawahan. Dari Sawahan ke timur ditemukan tempat yang penuh pohon Tembelekan. Dalam hati Kedhini berbisik “semoga tempat ini cocok untuk ditempati”, kemudian tempat itu disebut Cokohan. Dari Cokohan kemudian ke utara belok kanan ditemukan bukit hutan yang ada patung atau arca, disebutlah tempat itu Alas Ngreca. Kemudian Kedhini turun bukit dan menemukan tempat yang sempit banyak pohon-pohon yang bergerombol dan hewan yang berdatangan, maka tempat itu dinamai Morosempol. Kemudian naik ke atas Kedhini menemukan banyak pohon Belimbing, maka tempat itu disebut Blimbing. Perjalanan berlanjut ke timur dan sampai di tepi sungai, Kedhini ingin keembali tempat semula. Karena satusatunya jalan melewati sungai kemudian tempat itu disebut Kaliratan. Kedhini menyusuri sungai besar, dan sampailah pada tempat semula yaitu tempat dimana Kedhini bersama kakaknya (Kedhana) mencari ikan dan dinamai Kali Methuk. Kemudian dari Kali Methuk ke barat sampai suatu tempat Kedhini berhenti dan melihat semua arah. Di arah kiblat terlihat gunung-gunung maka disebutlah Karanggeneng. Kemudian berjalan lagi ke tempat yang lebih tinggi dekat sungai, di situ Kedhini istirahat dan merenung dan berbisik dalam hati “wes 41
suwe nitik langes awu jebule panggonan mau kaya ombak, banjur yen mbesok wes dadi deso jenenge Ngombak”. Yang artinya sudah lama nitik langes awu ternyata tempat ini seperti ombak. Jika besok sudah menjadi desa maka desa ini bernama Ngombak. 6.
MASA DEWASA Bertahun-tahun kemudian Kedhana yang menetap di Desa Karanglangu berganti nama yaitu Raden Bagus Sutejo, sedangkn Kedhini menetap di Desa Ngombak berganti nama Raden Ayu Mursiyah. Keduanya sudah lupa dan tidak saling mengenal. Di kala waktu longgar Raden Bagus Sutejo berburu ke hutan, ia melihat burung perkutut terbang pendek seakan-akan mudah ditangkap,maka muncul keinginan untuk menangkapnya. Akan tetapi burung itu lama kelamaan terbang menjauh dan Raden Bagus Sutejo mengejar kemana burung itu terbang, sampailah di tepi sungai. R. Bagus Sutejo melihat seorang wanita cantik sedang mencuci di sungai tak lain adalah R. Ayu Mursiyah. Terpikatlah R. Bagus Sutejo untuk mengambil istri. Pada awalnya ia mendekat untuk berkenal agaknya diterima dengan baik karena mereka keduanya masih lajang dan mereka mengikat janji untuk hidup bersama dalam berkeluarga. Disaat mereka berdua ingin melihat watak, sifat dan pribadi masing-asing yang ada pada R. Bagus Sutejo terkejutlah R. Ayu Mursiyah setelah melihat bekas luka di pelipis kepala sebelah kiri pada diri R. Bagus Sutejo, ia ingat akan dirinya sendiri mempunyai bekas luka yang hampir sama hanya letaknya yang berbeda.
42
Hal ini mengingatkan kembali peristiwa masa kecil. Betulkah mereka berdua masih saudara. Setelah diceritakan semua kejadian yang pernah dialami masing-masing, merekapun terharu dan menangis. Tangisan ini merupakan tangis kebahagiaan karena dapat bertemu kembali antara kakak dan adik. Selanjutnya mereka membatalkan keinginannya sebagai suami istri. Untuk memperingati peristiwa tersebut di saat R. Bagus Sutejo akan pamit pulang memberikan kenang-kenangan berupa selendang pelangi. Demikian pula R. Ayu Mursiyah memberikan sebuah kenang-kenangan berupa celana kolor hitam (untuk bertani) kepada kakaknya. Supaya tidak putus hubungan bersaudara mereka berdua mengadakan perjanjian untuk bertemu setelah dua panenan sekali. R. Bagus Sutejo akan berkunjung ke Ngombak bersama masyarakat Desa Karanglangu. Untuk mengingat masa kecil yang hidup dari ikan mangut, kelak jika berkunjung minta disuguhi makan dengan lauk bothok ikan mangut sebagai pelengkap suguhan, R. Bagus Sutejo akan membawakan minuman dari air tape yang disebut Badhek. Guna meramaikan suasana setelah makan bersama, diadakan Beksan Langen Tayub. B. PROSESI ASRAH BATIN Adapun ketentuan pelaksanaan acara asrah batin, yaitu diawali dengan musyawarah Kepala Desa Kranglangu dan Ngombak. Yang kemudian dilanjutkan dengan acara asrah batin dengan ketentuan sebagai berikut : 1.
Pelaksanaan pada Hari Minggu Kliwon, jatuh pada bulan Ruwah (sya’ban)
2.
Pra Pelaksanaan 43
a. Malam Rabu Wage kepala desa, tokoh agama dan masyarakat tirakatan di tepi sungai Kedungmiri b. Rabu Wage siang pukul 13.00 WIB selamatan sekedarnya di tepi sungai Kedungmiri kemudian mencari ikan dengan alat tradisional (irik tolok/seser dari bamboo, jala) dengan istilah gebyug, kemudian menyusuri tepi sungai dari hulu ke hilir 7x. Perolehan ikan dikumpulkan, tidak boleh dibawa pulang perorangan, melainkan dibawa ke rumah kepala desa c. Sepasar (lima hari) kemudian, pada malam Senin Wage tirakatan di tepi sungai Kedung Watu Tumpeng. Pagi hari pukul 10.00 WIB selamatan sekedarnya dilanjutkan mencari ikan untuk umum dengan istilah tuba karena menggunakan air tuba. Ikan perolehan boleh dibawa pulang masing-masing yang mendapatkan d. Seminggu kemudian pada hari “H” atau Minggu Kliwon di kelurahan sudah menyiapkan : 1) Bedak boreh 2) Masak ikan mangut bumbu buah kemiri dan bothok ikan perolehan gebyug dan kumpulan ikan dari masyarakat 3) Membuat sesaji 7 sanggar-sanggar (Panjang ilang yang terbuat dari janur kelapa) 4) Gamelan harus sudah datang sehari sebelumnya, dari gamelan itu diambil satu kethuk dan satu kenong
disimpan dikamar pingitan
bersama sesaji oleh lurah, baru keesokan harinya kalau utusan tamu dari Karanglangu sudah datang dikeluarkan untuk ditabuh 44
5) Utusan Karanglangu membawa air badhek e. Peralatan yang dipersiapkan pada pagi hari : 1) Kendhi 2) Rakitan 3) Pengaron/jembangan kecil 4) Air bunga setaman 5) Kembar mayang 6) Dua buah payung kebesaran 7) Guci kecil 8) Wedang asem 9) Bedak boreh 10) Lembaran daun pisang raja utuh f. Prosesi : Hari Minggu Kliwon : 1) Pagi pukul 08.00 WIB kepala desa dengan diikuti masyarakat berjalan menuju tepi sungai Kedungmiri 2) Kepala Desa Karanglangu datang dengan naik kuda diiringi warga masyarakatnya menyebrangi sungai 3) Setelah kedua kepala desa bertemu, diiring sambil dipayungi payung kebesaran dan diapit kembar mayang. Warga masyarakat Ngombak berbaris sepanjang jalan yang akan dilalui saudara dari Karanglangu dalam perjalanan menuju kediaman lurah. Semua berjabat tangan tanda kerinduan g. Sampai di tempat upacara kedua kepala desa dan isteri disambut oleh kaum ibu-ibu khusus keturunan turun – temurun 45
h. Masih di tempat yang sama kedua kepala desa disuapi wedang asem i. Kedua kepala desa diiring melalui/menginjak daun pisang menuju tempat duduk singgasana berdampingan yang diapit payung kebesaran dan kembar mayang. Dilanjutkan acara sambutan dari kedua belah pihak dan saling tukar menukar cindera mata, dari Ngombak menyerahkan celana kolor hitam (untuk bertani), sedangkan dari Karanglangu menyerahkan selendang pelangi j. Cerita asal mula kejadian Asrah Batin oleh yang dituakan k. Memberi olesan bedak boreh kepada masyarakat Karanglangu dan Ngombak serta pengunjung yang datang l. Doa dilanjutkan Selamatan, 1) Pembagian badhek 2) Pembagian selamatan nasi lauk bothok ikan diiringi suara munggut. Semua warga masyarakat yang hadir berebut nasi 3.
Selamatan selesai, dilanjutkan “Langen Tayub” yang didahului oleh kedua lurah, setelah kedua lurah selesai langen tayub, dilanjutkan perangkat desa dan masyarakat
4.
Upacara sakral selesai, Kepala Desa Karanglangu beserta warganya pamitan pulang dan diantar Kepala Desa Ngombak sampai di tepi sungai dengan membawa oleh-oleh sebagian ikan mangut dan bothok untuk warga
5.
Upacara sakral telah selesai
46
BAB IV KANDUNGAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM ADAT ISTIADAT ASRAH BATIN
Ritual sosial keagamaan dilakukan oleh warga Desa Karanglangu dan Desa Ngombak sebagai akibat berkembangnya cerita rakyat Kedhana-Kedhini yang diyakini sebagai cikal bakal penduduk Desa Karanglangu dan Desa Ngombak. Nilai – nilai sosial keagamaan di sini diwujudkan dalam sebuah runtutan acara asrah batin. Yaitu dengan adanya silaturrahim yang dilakukan oleh warga Karanglangu ke Desa Ngombak. Hal ini adalah wujud dari usaha untuk mempererat tali persaudaraan antar kedua desa yang sudah bermula sejak dahulu, atau lebih tepatnya persaudaraan Kedhana dan Kedhini sebagai leluhur Desa Karanglangu dan Desa Ngombak. Proses asrah batin sendiri dilaksanakan dengan napak tilas perjalanan Kedhana-Kedhini. Yaitu berjalan pada rute yang dilewati oleh Kedhana saat mengunjungi Kedhini melewati hutan. Seiring berjalannya waktu dan semakin banyaknya jumlah warga di masing-masing desa, maka saat perjalanan asrah batin, Kepala Desa Karanglangu diiring oleh seluruh warga desanya dengan berjalan kaki dan melewati hutan serta menyebrang sungai untuk menuju Desa Ngombak tempat Kedhini bertempat tinggal dahulu kala. Silaturrahim yang dilakukan bukan sekedar perjumpaan antara warga dua desa yaitu Desa Karanglangu dan Desa Ngombak, akan tetapi juga diikuti dengan ritual keagamaan baik sebelum pelaksanaan maupun pada saat pelaksanaan. Hal 47
ini dibuktikan dengan adanya prosesi selamatan dan juga runtutan acara yang tidak terlepas dari nuansa Islami.Dan berikut adalah kandungan nialai-nilai pendidikan Islam yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari pada adat istiadat asrah batin : A. NILAI-NILAI PADA KISAH PERJALANAN KEDHANA-KEDHINI 1. Kesabaran Nilai kesabaran ini tersirat dari apa yang dilakukan oleh Kedhana-Kedhini. Yaitu pada kisah : a. Kedhana dan Kedhini menggembalakan kambing setiap hari dari pagi hingga sore hari meskipun dalam keadaan panas terik matahari b. Kedhana dan Kedhini menunggu nasi yang sedang dimasak oleh ibunya, namun karena terlalu lapar akhirnya mereka menangis dan sebagai akibat ketidak sabaran mereka dapat marah dari ibu mereka. Disini tersirat akibat jika seseorang tidak sabar maka masalah tidak dapt terselesaikan, namun sebaliknya menambah munculnya masalah baru 2. Giat Bekerja Hal ini dapat kita lihat pada kisah : a. Kedhana dan Kedhini menggembala kambing sebagai upaya untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Hal ini juga dilakukan oleh Nabi dan juga sahabat pada masa Nabi yang memelihara hewan ternak seperti Unta dan Domba
48
b. Kedhana dan Kedhini merasa lapar dan mencari ikan di sungai yang akhirnya mereka mendapatkan ikan mangut dan dibakar menggunakan bumbu kemiri. Disini kita dapat mengambil hikmah bahwasanya jika kita berusaha pasti mendapatkan hasil c. Kedhana memutuskan untuk tinggal di tempat yang bernama Karangsari dan Kedhana bertahan hidup di tempat tersebut dengan bercocok tanam atau bertani. Disini kita dapat menyimpulkan bahwasannya kita harus bisa beradaptasi dengan lingkungan sekitar serta bekerja sesuai kemampuan kita untuk kesejahteraan hidup 3. Menjalankan Perintah Allah Islam memerintahkan umatnya untuk beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Adz Dzariyaat 51 : 56.
“ Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” Artinya :
Dalam hal ini kisah Kedhana dan Kedhini menggambarkan keimanan dan ketaqwaan tersebut pada ilham yang mereka berdua dapatkan saat mereka bermimpi. Yaitu mereka diperintahkan pergi kea rah timur untuk nitik tumibaning langes. Menurut sesepuh desa setempat nitik tumibaning langes berarti berusaha mendapatkan tempat untuk mereka mendapatkan kemuliaan atau kesejahteraan.
49
Sehingga mereka berduapun menjalankan apa yang mereka percayai dan berjalan sesuai dengan arah yang ditunjukkan dalam mimpi tersebut yaitu arah timur. 4. Menjauhi Larangan Agama Hal ini tergambar dari keteguhan Kedhana dan Kedhini untuk membatalkan rencana pernikahan mereka berdua karena mengetahui bahwa mereka adalah saudara kandung. Dalam Islam pernikahan dengan saudara kandung memang tidak diperbolehkan. 5. Syukur Rasa syukur ini jelas terlihat dari rasa senang di hati Kedhana dan Kedhini setelah mengetahui bahwa mereka bersudara kandung. Kedhana berjanji mengunjungi Kedhini sekali dalam dua musim panen. Dalam Islam hal semacam ini disebut sebagai nadzar atau janji karena rasa syukur atas sesuatu yang telah didapatkan. B. NILAI-NILAI PADA PROSESI ASRAH BATIN 1. Menghormati Jasa Leluhur Hal ini nampak jelas dari usaha warga kedua desa untuk melaksanakan asrah batin
secara rutin sebagai wujud menghormati leluhur mereka,
Kedhana-Kedhini. Secara Islami mereka melaksanakan slametan dan prosesi asrah batin yang terwujud dengan adanya doa secara islami. Dalam ajaran Islam hal ini biasanya dilaksanakan dengan budaya tahlilan, yasinan atau yang lainnya untuk mengirimkan doa bagi arwah leluhur atau ahli waris mereka yang sudah meninggal. 50
2. Taat Pada Ulil Amri Ketaatan ini tersirat dari antusias warga kedua desa untuk mengikuti prosesi asrah batin selama dua tahun sekali. 3. Silaturahmi dan Sabar Ini terwujud dari perjalanan oleh Kepala Desa dan warga Desa Karanglangu yang berjalan kaki berpuluh-puluh kilometer untuk mengunjungi saudara mereka yaitu warga Desa Ngombak meskipun sekarang ini sudah banyak kendaraan bermotor. 4. Tolong Menolong Hal ini nampak dari gotong royong warga Desa Ngombak dalam gebyug dan tuba untuk mengumpulkan ikan sebagai jamuan saat warga Desa Karanglangu sampai di Desa Ngombak.
51
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Kesimpulan dari skripsi ini adalah : I.
Asal usul asrah batin adalah berkembangnya cerita rakyat Kedhana dan Kedhini di Desa Ngombak dan Desa Karanglangu. Kedhana dan Kedhini diyakini sebagai cikal bakal kedua desa tersebut. Kedhana dan Kedhini adalah saudara kandung yang berpisah karena perjanjian keduamya dalam perjalanan menjalankan perintah ghaib nitik tumibaning langes.
II.
Prosesi asrah batin dilaksanakan 2 tahun sekali oleh warga Desa Karanglangu dan Desa Ngombak. Sebelum asrah batin warga Desa Ngombak mengadakan tirakat di tepi sungai Kedungmiri, gebyug dan tuba yang diawali dengan doa keselamatan dipimpin oleh moden setempat. Saat hari H semua warga Desa Ngombak berkumpul
di
tepi
kedatangan
warga
sungai
Kedungmiri
Karanglangu
yang
untuk
menyambut
mengunjungi
warga
Ngombak dengan berjalan kaki dengan di awali doa dan membaca basmallah sebelum perjalanan dimulai. Setelah sampai di Desa Ngombak, warga karanglangu disambut dengan upaacara sakral asrah batin. III.
Baik dalam kisah Kedhana dan Kedhini maupun prosesi asrah batin terdapat beberapaa nilai-nilai pendidikan islam yang dapat 52
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari . Nilai-nilai pendidikan Islam tersebut antara lain Aqidah, syariah dan etika/akhlak. Adapun nilai-nilai tersebut adalah: 1. Aqidah a. Kedhana dan Kedhini percaya akan adanya perintah gaib yang jika ditarik dalam dunia Islam itu adalah wahyu 2. Syariah a. Kedhana dan Kedhini membatalkan niatan untuk menikah setelah mengetahui bahwa mereka adalah saudara kandung yang telah lama terpisah, hal ini sesuai dengan isi kandungan QS. An-Nisa :23 dimana diharamkan bagi lakilaki untuk menikahi saudara perempuan yang sekandung. 3. Akhlak/Etika a. Sebagai pemuda, Kedhana tidak langsung memaksakan kehendak untuk menikah dengan Kedhini, akan tetapi Kedhana melakukan silaturrahim terlebih dahulu untuk lebih mengenal sosok Kedhini b. Sebagai rasa syukur atas pertemuan Kedhana dan Kedhini sebagai saudara yang telah lama terpisah, mereka berdua menggelar syukuran untuk mensyukuri dan mengumumkan bahwa mereka dan juga warga Karanglangu dengan Ngombak adalah bersaudara.
53
B. Saran Dalam tulisan ini, penulis memberikan saran : 1. Kepada seluruh warga Desa Ngombak dan Desa Karanglangu untuk senantiasa menjaga dan melestarikan asrah batin serta nilai-nilai luhur yang ada di dalamnya 2. Kepada Dinas Pariwisata Kabupaten Grobogan, langkah baiknya jika diterbitkan karya sastra berupa cerita rakyat Kedhana-Kedhini sehingga dapat memperkaya wawasan masyarakat Indonesia pada umumnya dan siswa sekolah dasar pada khususnya. 3. Kepada pembaca tulisan ini, semoga kita semua dapat mengambil hikmah dan menerapkan nilai-nilai pendidikan islam yang terdapat dalam hasil penelitian ini C. Penutup Dengan
mengucap
alhamdulillahi
robbil
alamin,
penulis
memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia, petunjuk dan inayahNYA sehingga penulis dapat menyesaikan seluruh rentetan kegiatan guna menyusun skripsi ini. Akhirnya penulis hanya dapat menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan karya tulis ini. Semoga tulisan ini dapt bermanfaat bagi segenap civitas akademika dan pembaca karya tulis ini pada umumnya serta penulis pada khusunya, amiin.
54
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, 1992, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, Aditya Media, Jogjakarta. An Nahlawi, Abdurrahman, 1995, Pendidikan Islam : di rumah, sekolah dan masyarakat, Gema Insan Press, Jakarta. Arifin, M, 1991, Filsafat Pendidikan Islam. Bina Aksara, Jakarta. Barnadib, I, 1982, Arti dan Metode Sejarah Pendidikan, Yayasan Penerbitan FIP IKIP, Yogyakarta. Donald, Frederick J. MC. , 1959, Educational Psychology,Overseas Publication LTD, Tokyo. Faisal, Yusuf Amir, 1995, Reorientasi pendidikan Islam, Gema Insani Press, Jakarta. Halim, M. Nippan Abdul, 2001, Anak Shaleh Dambaan Keluarga, Mitra Pustaka, Yogyakarta. Hidayat, Komarudin, 2007, Melampaui Pluralisme, RM.Book & PSAP, Jakarta. Imam Suprayogo, Tobroni, 2003, Metodologi Penelitian Sosial Agama, Bandung. PT Remaja Rosda Karya. J.Moleong Lexy, 2008, Metodologi Penelitian Kualitatif, PT Remaja Rosdakarya, Bandung. Madjid, Busyairi, 1997, Konsep Kependidikan Para Filosof Muslim, AlAmin Press, Yogyakarta. Marimba, Ahmad D, 1989, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, AlMa’arif, Bandung. Mattew B, Miles dan Huberman, A. Michael, 1992, Analisis Data Kualitatif, Jakarta: UI Press. M. Nur Abdul Hafizh, “Manhaj Tarbiyah Al Nabawiyyah Li Al-Thifl”, Penerj. Kuswandini, 1997, Mendidik Anak Bersama Rasulullah SAW, Al Bayan, Bandung) Muhaimin, 1993, Pemikiran Pendidikan Islam,Trigenda Karya, Bandung. Poerbakawatja, Soegarda:A.H. Harahab, 1981, Ensiklopedia Pendidikan, Gunung Agung, Jakarta.
Poerwadarminta, 2006, Kamus Umum Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, Jakarta: Balai Pustaka. Qardawi, Yusuf, 2000, Merasakan Kehadiran Tuhan, Mitra Pustaka, Yogyakarta. Shihab, Quraish, 1996, Wawasan Quran, Mizan, Bandung. Sugiyono, 2008, Metode Penelitian Pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan D&D, Bandung. Alfabeta. Tamzir, 2006, Asrah Batin (tidak diterbitkan) Thoha, Chabib, 1993, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Pustaka Pelajar, Yogayakarta. Titus, H. M.S, 1984, Persoalan-persoalan Filsafat, Jakarta .
Bulan Bintang,
Zainudin, 1991, Seluk Beluk Pendidikan dari AL Ghazali, Bina Askara, Jakarta. Zuhairini, 1995, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta.