KANDUNGAN LOGAM BERAT TIMBAL (Pb) PADA UDANG PUTIH (Penaeus merguiensis) BERDASARKAN TEMPAT PENANGKAPAN NELAYAN DI TELUK TANJUNGPINANG KEPULAUAN RIAU Ades Pardi Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP, UMRAH,
[email protected] Tengku Said Raza’i Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP, UMRAH,
[email protected]
Lily Viruly Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP, UMRAH,
[email protected]
ABSTRACT The Bay area is a multifunctional Tanjungpinang, for tourism, fisheries, settlements, industrial, trade, ports, waste disposal, conservation, and marine transportation. Issues that arise include the burden of pollution into the waters of the estuary of the Bay of Tanjungpinang from time to time is on the rise, especially the heavy metals lead. Sea transportation company rapidly so that the estimated level of pollution in the Bay of Tanjungpinang. This research aims to know the content of lead in White Shrimp (Penaeus mergueinsis) based on the arrest of the fishermen. Data collection is taken from primary data and secondary data. Method of analysis of heavy metals is done using atomic absorption Spektrofotometrik (AAS), and continued with the analysis is descriptive and one-way Anova test with a 95% confidence interval. Results showed that heavy metals Pb on white shrimp in the Gulf of Tanjungpinang haven't exceeded the Regulations set by the head of BPOM RI No HK. 00.06.1.52.4011. determination of the maximum limit of Mokroba and chemical Impurities in food for the shrimp. The highest lead content of heavy metals is at station III which is 0,0128 mg/l and the lowest at the station I is 0,0090 mg/l. Results of test anova showed that the value of the F count < F tabel = 0,378 < 3,0983, meaning there is no difference in the average value of the pb (lead) significantly between I, II, III and IV. Keywords: Tanjungpinang, White Shrimp, Lead (Pb)
1
KANDUNGAN LOGAM BERAT TIMBAL (Pb) PADA UDANG PUTIH (Penaeus merguiensis) BERDASARKAN TEMPAT PENANGKAPAN NELAYAN DI TELUK TANJUNGPINANG KEPULAUAN RIAU
Ades Pardi Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP, UMRAH,
[email protected]
Tengku Said Raza’i Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP, UMRAH,
[email protected]
Lily Viruly Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP, UMRAH,
[email protected]
ABSTRAK Teluk Tanjungpinang merupakan kawasan multifungsi, untuk pariwisata, perikanan, pemukiman, industri, perdagangan, pelabuhan, pembuangan limbah, konservasi, dan transportasi laut. Permasalahan yang timbul diantaranya beban pencemaran yang masuk ke dalam perairan muara Teluk Tanjungpinang dari waktu ke waktu terus meningkat, terutama logam berat timbal. Dengan pesatnya perusahaan transportasi laut sehingga diperkirakan tingkat pencemaran di teluk Tanjungpinang semakin meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan timbal yang terdapat pada Udang Putih (Penaeus merguiensis) berdasarkan tempat penangkapan nelayan. Pengumpulan data diambil dari data primer dan data sekunder. Metode analisa logam berat yang dilakukan menggunakan Spektrofotometrik Serapan Atom (AAS), lalu dilanjutkan dengan analisis secara deskriptif dan uji Anova satu arah dengan selang kepercayaan 95 %. Hasil penelitian menunjukkan bahwa logam berat Pb pada udang putih di Teluk Tanjungpinang belum melebihi batas yang telah ditetapkan oleh Peraturan Kepala BPOM RI No HK.00.06.1.52.4011 tentang Penetapan Batas Maksimum Cemaran Mokroba dan Kimia Dalam Makanan untuk udang. Kandungan logam berat timbal tertinggi berada pada stasiun III yaitu 0,0128 mg/l dan terendah pada stasiun I yaitu 0,0090 mg/l. Hasil uji anova menunjukkan bahwa nilai F hitung < F tabel = 0,378 < 3,0983, artinya tidak terdapat perbedaan nilai rata-rata pb (timbal) yang signifikan antara stasiun I , II, III dan IV Kata Kunci : Teluk Tanjungpinang, Udang Putih, Timbal (Pb)
2
PENDAHULUAN Teluk kawasan
Rumusan Masalah
Tanjungpinang multifungsi,
merupakan
untuk
Tingginya
kandungan
logam
berat
pariwisata,
timbal pada perairan Teluk Tanjungpinang
industri,
diatas ambang baku mutu dikhawatirkan
pembuangan
akan memberikan pengaruh kepada biota
limbah, konservasi, dan transportasi laut.
didalamnya, terutama udang putih yang
Permasalahan
sangat
perikanan,
pemukiman,
perdagangan,
pelabuhan, yang
timbul
diantaranya
disukai
oleh
beban pencemaran yang masuk ke dalam
Tanjungpinang
perairan muara Teluk Tanjungpinang dari
hewani dari laut. Akan tetapi, belum
waktu ke waktu terus meningkat, terutama
tersedianya data tentang kandungan logam
logam
pesatnya
berat
sehingga
merupakan suatu hal yang harus dipikirkan
berat
perusahaan
timbal.
Dengan
transportasi
laut
timbal
sebagai
masyarakat
pada
sumber
biota
protein
udang
putih
diperkirakan tingkat pencemaran di teluk Tanjungpinang semakin meningkat. Udang
Tujuan
putih (Penaeus merguiensis) adalah salah
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
satu biota yang terdapat di perairan Teluk
mengetahui kandungan timbal yang terdapat
Tanjungpinang dan merupakan makanan laut
pada Udang Putih (Penaeus merguiensis)
yang
berdasarkan tempat penangkapan nelayan di
di
sukai
masyarakat
kota
Tanjungpinang. Selain itu, udang putih juga merupakan
mata
pencaharian
Teluk Tanjungpinang Kepulauan Riau
nelayan
tradisional Kota tanjungpinang. Jika udang
Manfaat
putih tersebut terakumulasi logam berat Pb
1.
Memberi
informasi
bahan
masukan
dalam
di atas ambang baku mutu, maka konsumen
pertimbangan
yang mengkonsumsi udang putih tersebut
menentukan
juga akan menerima dampaknya.
daerah pesisir di Teluk Tanjungpinang
Menyadari akan bahaya keberadaan
Kota
logam berat Timbal (Pb) tersebut terhadap
dan
sebagai
kebijakan
pengelolaan
Tanjungpinang
secara
berkelanjutan.
organisme penghuni laut terutama udang
2.
Memberikan
informasi
kandungan
putih yang merupakan biota kesukaan
timbal pada udang putih di Teluk
masyarakat Kepri, maka perlu dilakukan
Tanjungpinang
penelitian
memahami
untuk
mengetahui
apakah
kandungan yang terdapat diperairan juga
sehingga bahaya/tidak
mengkonsumsi udang putih.
terakumulasi didalam tubuh udang yang ditangkap.
3
masyarakat dalam
Kerangka Konsep
11. 12.
Botol Plastik kertas saring Whattman
13.
Pisau bedah
Limbah
14. 15.
Freezer AAS
Plumbum (Pb)
16. 17.
Lemari Asam Oven
18. 19.
Pipet Tetes Timbangan Analitik
20.
HNO3
21. 22. 23.
Aquades Standar Pb Hotplate
Aktivitas Manusia
Perairan
Biota
Badan Air
Udang Putih
larutan standar Wadah sampel proses memisahkan endapan dengan filtratnya memisahkan daging dengan cangkang pengawetan sampel Analisis Pb proses penghancuran sampel proses pengeringan sampel proses memipet larutan Menimbang berat kering sampel proses penghancuran sampel Pengenceran Larutan Standar Pemanas
Metode Metode
Pengelolaan Penangkapan Udang Putih
yang
digunakan
dalam
penelitian ini adalah metode survey, yaitu metode penelitian yang tidak melakukan
METODE PENELITIAN Penelitian ini telah dilaksanakan mulai
perubahan (tidak ada perlakuan khusus)
dari Januari sampai dengan Maret 2014 di
terhadap variabel yang akan diteliti dengan
Perairan Teluk Tanjungpinang Kepulauan
tujuan untuk memperoleh serta mencari
Riau.
keterangan secara faktual tentang objek yang
Kegiatan
pengamatan
di
penelitian lapangan
meliputi
dan
analisis
laboratorium di Laboratorium Kimia Laut Jurusan
Ilmu
Kelautan
Faperika
Unri
Pekanbaru.
diteliti. Data dan Jenis Data Jenis
data
yang
digunakan
dalam
penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer berupa
Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam
data
yang didapat secara langsung dilapangan
penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.
berupa data kualitas air dan data analisis
Tabel 1. Alat dan bahan
kandungan logam berat Timbal (Pb) pada
No 1. 2.
Nama Alat Multititest model YK-2005WA Kantong plastik
3. 4.
Speed Boat Ice box
5. 6.
Camera Es batu
7. 8.
Tombak Udang Lampu Senter Kepala Alat Tulis Labu takar
9. 10.
Kegunaan Mengukur DO, pH, Suhu dan Salinitas Memisahkan sampel dilapangan Alat transportasi Wadah mengawetkan sampel Dokumentasi Mengawetkan sampel dilapangan Menombak udang Penerangan
udang putih, sedangkan data sekunder
Mencatat Wadah pembuatan
penentuan lokasi berdasarkan atas adanya
4
sebagai penunjang penelitian didapatkan dari instansi terkait, literatur, jurnal ilmiah, serta wawancara dengan masyarakat setempat. Penentuan Stasiun Penelitian Penentuan stasiun pengambilan sampel menggunakan
metode
purposive
yaitu
tujuan
tertentu
dengan
banyak ukuran. Oleh sebab itu, setiap kali
sehingga
pengambilan sampel dilakukan pemilahan
mewakili populasi (Arikunto, 2006). Oleh
udang putih dengan berdasarkan ukuran
karena itu, stasiun penelitian dipilih atas
konsumsi dengan berat 8 gr – 16 gr/ekor.
dasar aktivitas penangkapan udang putih di
Sampel udang putih yang telah dipilih
Teluk Tanjungpinang. Ada empat stasiun
ukurannya dari lokasi kemudian dicuci
yang ditetapkan untuk pengambilan sampel
bersih, dimasukkan ke dalam kantong
udang putih antara lain (Lampiran 1) :
plastik
1.
Stasiun I terletak di daerah penangkapan
ditempatkan di dalam ice box dan siap
perairan rimba jaya
dibawa ke laboratorium yang selanjutnya
pertimbangan
2. 3.
Stasiun
dan
peneliti
II
sesuai sendiri
terletak
didaerah
yang
sudah
diberi
label
dan
disimpan dalam lemari pendingin maksimal
penangkapan perairan Tanjung Unggat
48
Stasiun
dimaksudkan untuk mencegah terjadinya
III
terletak
didaerah
penangkapan perairan Tanjung Unggat
jam
(Rudiono,
2012).
Hal
ini
kerusakan pada daging Udang Putih.
tepatnya didaerah muara sungai 4.
Stasiun
IV
terletak
Analisis Kandungan Timbal (Hutagalung,
didaerah
1994)
penangkapan perairan Kampung Bulang
Analisis kandungan timbal (Pb) pada
kawasan pembuatan kapal tunda
sampel udang putih dilakukan dengan
Setiap stasiun terdiri dari tiga titik
beberapa tahapan kerja yaitu :
sampling, dimana jarak antara titik smpaling ± 20 m.
Hal tersebut dilakukan dengan
Penghancuran (Destruksi)
pertimbangan batas aktivitas yang ada
Sampel
disekitar lokasi masih memberikan pengaruh
diawetkan
terhadap kualitas perairan. Pengambilan
udang didalam
putih
yang
freezer
telah
dikeluarkan
kemudian disiram dengan air agar gumpalan
sampel udang putih pada setiap titik
es
sampling dilakukan dua kali ulangan. Jadi
yang
melekat
tersebut
mencair.
selanjutnya dicuci hingga bersih, kemudian
sampel udang putih secara keselurahan
diambil dagingnya dengan menggunakan
berjumlah 24 ekor.
pisau bedah lalu diletakan pada plate dan dikeringkan dalam oven pengering dengan
Pengambilan dan Penanganan Sampel
suhu 105°C selama 24 jam. Setelah itu,
Pengambilan sampling udang putih
dinginkan kedalam desikator dan ditimbang
sebanyak 24 ekor dari semua stasiun di
berat keringnya. Sampel udang yang sudah
ambil pada malam hari ketika nelayan
ditimbang dimasukkan kedalam labu ukur
menangkap udang putih dengan alat tangkap
dan ditambahkan 10 ml HNO3, kemudian
alat tangkap tombak udang yang bekerja
sampel dimasukkan kedalam lemari asam
dengan cara menikam pada tubuh udang.
selama 1,5 jam. Setelah 1,5 jam, sampel
Hasil tangkapan tombak udang terdiri dari
dibiarkan beberapa menit sampai dingin.
5
Terakhir diencerkan dengan menggunakan
garis tanda akhir, larutan yang diperoleh
aquades sebanyak 100 ml.
mengandung 10 ppm. Untuk mendapatkan larutan dengan
Penyaringan
kosentrasi 0,00 ppm, 0,01 ppm, 0,05 ppm
Penyaringan menggunakan
dilakukan
kertas
saring
dengan
dan 0,1 ppm, maka dipepet sebanyak 0,00
Whattman
ml, 0,1 ml, 0,5 ml dan 1 ml dari larutan 10
nomor 42 dengan porositas 0,45 µm. Hal ini
ppm dan dimasukkan ke dalam labu takar
bertujuan untuk memisahkan memisahkan
100 ml kemudian ditambahkan akuades
endapan dengan filtratnya.
sampai garis tanda akhir. Kurva yang diperoleh dari kadar nyata dengan nilai
Pembuatan Larutan Standar
absorbansinya
Untuk mengetahui kadar Timbal yang
dari
larutan
standar
ditunjukan oleh AAS membentuk garis
akan dianalisis dipergunakan kurva standar
linier.
yaitu kurva yang menggambarkan hubungan antara konsentrasi dan nilai absorbansinya.
Pemeriksaan Kandungan Pb pada sampel
Standar Pb ditimbang sebanyak 1 gr,
dengan Atomic Absorption
kemudian dilarutkan dengan dengan akuades
Spectrophotometer (AAS)
dalam labu takar 1000 ml. Larutan tersebut
Alat yang digunakan dalam pengukuran
mengandung 1000 ppm yang dinamakan
kadar Timbal adalah AAS Perkin Elmer
larutan induk. Untuk pengenceran larutan
3110 dengan panjang gelombang 283,3 nm.
induk digunakan rumus menurut Chang R
Alat ini dilengkapi dengan lampu katoda
(2004) :
sebagai sumber energi. Lampu ini dilapisi logam dari unsur yang akan dianalisis,
M 1 . V1 = M 2 . V2
sehingga untuk mengukur Timbal digunakan Dimana :
lampu katoda yang dilapisi dengan Timbal.
M1
: Konsentrasi larutan awal
V1
: Volume larutan awal
M2
: Konsentrasi larutan akhir
V2
: Volume larutan akhir
Hasil yang didapat dari AAS berupa nilai konsentrasi
sampel. Perhitungan Kandungan Logam Berat
kemudian ditambah akuades sampai garis Larutan
yang
kemudian
kandungan Timbal yang sesungguhnya dari
lalu dimasukan ke dalam labu takar 100 ml akhir.
yang
dilakukan perhitungan untuk memperoleh
Larutan induk dipipet sebanyak 10 ml
tanda
absorbansi
Penentuan
diperoleh
kandungan
logam
berat
dalam biota dilakukan dengan menggunakan
mengandung konsentrasi 100 ppm. Dari
AAS
larutan 100 mg/l dipipet sebanyak 10 ml lalu
kalibrasi.
dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml kemudian ditambahkan akuades sampai
6
dengan membuat kurva standar
Berdasarkan tabel 2 , diketahui bahwa Y
dengan konsentrasi 0 mg/l diperoleh nilai y = ax + b
absorbansinya 0, konsentrasi 0,01 diperoleh
X
absorbansinya
Gambar 3. Kurva standar kalibrasi
diperoleh
membuat
kurva
standar
konsentrasi
absorbansinya
konsentrasi Setelah
0,001, 0,1
0,005
0,0061
dan
diperoleh
nilai
absorbansinya 0,013. Dari hasil tabel 2,
kalibrasi lalu kadar logam berat dapat
maka
dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
dapat
di
buat
kurva
kalibarsi
sebagaimana gambar 4.
Kadar = a x b c Kurva Kalibrasi Pb Absorbansi
Di mana : a : Kadar hasil pengukuran dengan AAS b : Volume akhir larutan contoh (ml) c : Berat sampel (gr)
X
0.015 0.01
Absorban
0.005
Linear (Absorbansi)
0 0
bahwa terjadi hubungan yang positif antara
oleh kegiatan manusia, seperti Industri Tongkang,
absorbansi
industri
dengan
konsentrasi
dengan
persamaan Y = 0,1308x + 0,0002, dimana Y
pembuatan kapal tunda, limbah rumah
merupakan
tangga dan Arus pelayaran yang padat. Palar
absorbansi
dan
X
adalah
konsentrasi (mg/l). Nilai koefisien korelasi
(2008) menyatakan bahwa logam-logam
(R²) antara absorbansi dengan konsentrasi
dalam badan perairan dapat berasal dari
adalah 0,9988, menunjukkan bahwa terjadi
sumber-sumber alamiah dan aktivitas yang
hubungan yang positif artinya jika absorban
dilakukan oleh manusia. Kandungan
0.15
Berdasarkan gambar 4 menunjukkan
Tanjungpinang pada umumnya di sebabkan
Hubungan
Y
0.1
Gambar 4. Kurva Kalibrasi Pb
Pencemaran logam berat Pb di Teluk
Kapal
0.05
Konsentrasi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembutan
Y = 0.1308x + 0.0002 R² = 0.9988
tinggi maka konsentrasinya akan tinggi.
Konsentrasi
Secara keseluruhan rata-rata kandungan
logam berat Pb dengan nilai Absorban
logam berat Pb pada udang putih diteluk
logam berat Pb untuk memperoleh hasil
Tanjungpinang belum melebihi batas yang
analisisis dari AAS, sebagaimana di sajikan
ditetapkan oleh Kepala BPOM RI No
pada Tabel 2.
HK.00.06.1.52.4011
Tabel 2. Hubngan Kandungan Konsentrasi logam berat Pb dengan nilai Absorbansi logam berat Pb konsentrasi(mg/l) Absorbansi 0 0 0.01 0.001 0.05 0.0061 0.1 0.013
tentang
Penetapan
Batas Maksimum Cemaran Mokroba dan Kimia Dalam Makanan untuk udang yaitu 0,5 mg/kg. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.
7
Tabel 3. Rata-rata kandungan timbal pada udang putih Rata-rata kandungan timbal (mg/l) 0,0094 0,0090 0,0128 0,0115
Stasiun I II III IV
pelabuahan bongkar muat barang, dan berada pada daerah muara sungai yang
Peraturan Kepala BPOM-RI No. HK HK.00.06.1.52.4011
merupakan pintu dari aliran sungai sebagai
0,5 mg/kg
Menurut Berniyanti, Ulfin, (2001) dalam
pembawa bahan pencemar logam berat. Purnomo dan Muchyiddin (2008), akumulasi logam berat sebagai logam beracun pada
Hasil pengukuran kandungan logam
suatu perairan merupakan akibat dari muara
berat Pb pada Udang Putih di Teluk Tanjungpinang
tergolong
masih
aliran sungai yang mengandung limbah.
rendah
Kandungan logam berat Pb tertingi
karena tidak melebihi batas yang telah
kedua berada pada stasiun IV yaitu 0,0115
ditetapkan oleh Peraturan Kepala BPOM RI
mg/l, karena distasiun IV merupakan daerah
No HK.00.06.1.52.4011 tentang Penetapan
industri kapal tunda, pemukiman penduduk
Batas Maksimum Cemaran Mikroba dan
dan jalur lalu lintas kapal. Diduga Pb masuk
Kimia Dalam Makanan. Kandungan logam
keperairan ketika pengecatan badan kapan
berat Pb tertinggi berada pada stasiun III
tuunda menggunakan cat anti korosi yang
yaitu 0, 0128 mg/l, sedangkan yang terendah
pada umumnya mengandung timbal (Siska,
berada pada stasiun II yaitu 0,009 mg/l.
2008 dalam Wulandari, 2012). Wittmann,
Hasil rata-rata pengukuran kandungan logam
1979 in Connell dan Miller, 1995 dalam
berat Pb dapat dilihat pada Gambar 5.
Apriadi (2005) menyatakan diperkirakan
Kandungan Pb (mg/l)
konstribusi 0.6 0.4 0.2 0
manusia
logam berat dapat berupa limbah perkotaan,
I Kandungan Pb mg/l 0.0094 Peraturan Kepala BPOM RI (mg/kg)
II 0.009
0.5
0.5
industri, pertambangan dan pertanian.
III IV 0.0128 0.0115 0.5
Kandungan
0.5
mg/l, hal ini diduga tersebut lebih
Gambar 5. Rata-rata kandungan logam berat timbal pada udang putih gambar
berat
Pb
karena distasiun
sedikit sumber
pencemar,
penyumbang logam berat Pb di stasiun ini hanya berupa aktivitas pelayaran dan
kandungan
sedikit dari limbah rumah tangga. Salinitas
logam berat Pb distasiun III merupakan
juga dapat mempengaruhi keberadaan logam
kandungan
tertinggi
berat di perairan. Salinitas di stasiun II lebih
dibandingkan dengan stasiun yang lain yaitu
tinggi dibandingkan dengan stasiun III dan
0,0128 mg/l. Tingginya kandungan logam
IV. (Miller, 1995 dalam Firtiyah, 2007)
berat Pb pada stasiun III diduga karena di
menjelaskan bahwa pada kepekatan garam
stasiun tersebut dekat dengan pemukiman
yang tinggi kation alkali dan alkalin dapat
penduduk, industri pembuatan bahan fiber,
bersaing untuk tempat penyerapan pada
logam
5
logam
terendah berada pada stasiun II yaitu 0,009
Stasiun Penelitian
Berdasarkan
dalam pencemaran
berat
8
partikel padat dengan cara mengganti ion
Tanjungpinang Kepulauan Riau didapat
logam yang telah diserap.
hasil kandungan logam berat timbal pada
I
Kandungan logam berat Pb pada stasiun
udang
yaitu
berkisar antara 0,0090 – 0,0128 mg/l.
0,0094
mg/l.
lebih
tinggi
putih
di
Teluk
Tanjungpinang
dibandingkan dengan stasiun II, karena
Kandungan timbal tertinggi terdapat
distasiun I berada tidak jauh dari pulau
pada stasiun III yaitu daerah penangkapan
Bayan yang merupakan tempat bersandarnya
nelayan yang terletak didaerah pemukiman
kapal
tempat
penduduk, muara sungai, pelabuhan bongkar
bersandarnya kapal Tongkang yang sudah
muat barang dan tempat pembuatan perahu
rusak. Diduga sumber Pb masuk melalui
berbahan fiber dengan nilai 0,0128 mg/l, dan
pengikisan cat pada kapal tongkang yang
kandungan timbal terendah terdapat pada
sudah rusak dan limbah domestik dari
stasiun
penginapan yang ada di pulau Bayan. Selain
penangkapan perairan Tanjung Unggat,
itu Pb juga masuk keperairan melalui air
penyumbang logam berat Pb di stasiun
ballas kapal yang banyak berlabuh jangkar
ini hanya berupa aktivitas pelayaran dan
yang tidak jauh dari stasiun tersebut.
sedikit dari limbah rumah tangga terbuka
ferry,
penginapan
dan
II
yang
terletak
didaerah
dan dekat dengan kapal berlabuh jangkar Uji Anova
dengan nilai 0,0090 mg/l.
Berdasarkan uji anova diperoleh hasil
Kandungan logam berat timbal pada
sebagaimana disajikan pada Tabel 4.
udang
Tabel 4. Hasil Uji Anova SK
tergolong
JK
db
KT
FHitung
Signifikan
Perlakuan
0,000
3
0,000
0,378
0,770
Galat
0,001
20
0,000
Total
0,001
23
rendah karena tidak melebihi
Tentang
Penetapan
Cemaran
Mikroba
Batas dan
Maksimum
Kimia
Dalam
Saran
nilai rata-rata timbal yang signifikan antara
Diharapkan dapat dilakukan penelitian
stasiun I , II, III dan IV.
lanjutan mengenai kandungan logam berat timbal (Pb) pada udang putih (penaeus
KESIMPULAN DAN SARAN
merguiensis), sedimen dan biota lainnya di
Kesimpulan yang
Teluk
telah
Kepulauan
Riau
yang lebih banyak sehingga lebih mewakili
logam berat timbal (Pb) pada udang putih
lokasi penelitian.
(Penaeus merguiensis) berdasarkan tempat di
Tanjungpinang
dengan waktu yang lebih lama dan stasiun
dilakukan untuk mengetahui kandungan
nelayan
Tanjungpinang
Makanan untuk udang olahan.
3,0983, artinya tidak terdapat perbedaan
penangkapan
Teluk
Kepala BPOM RI No HK.00.06.1.52.4011
bahwa nilai F hitung < F tabel = 0,378 <
penelitian
di
batas yang telah ditetapkan oleh Peraturan
Berdasarkan tabel 4 dapat disimpulkan
Berdasarkan
putih
Teluk
9
Windu (Penaeus Monodon), Perikanan Languudu, NTB (Skripsi)
DAFTAR PUSTAKA Apriadi, 2005. Kandungan Logam Berat Hg, Pb, Dan Cr Pada Air, Sedimen, dan Kerang Hijau (Perna viridis L.) Di Perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta, Skripsi Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. FPIK.IPB. Bogor
Wulandari, 2012, Kandungan Logam Berat Pb pada Air laut dan Tiram (Saccostrea glomerata) Sebagai Bioindikator Kualitas Perairan Prigi, Trenggalek, Jawa timur, Jurnal, Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Jakarta Chang R, 2004. Kimia Dasar KonsepKonsep Inti Edisi Ketiga Jilid 1, Erlangga, Jakarta, Hal 109 Fitriyah, 2007, Studi Pencemaran Logam Bearat Kadmium (Cd), Mekuri (Hg) dan Timbal (Pb) Pada Air Laut, Sedimen dan Kerang Bulu (Anadara antiquata) di Perairan Pantai Lekok Pasuruan, Skripsi (Tidak dipublikasikan) Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Malang Hutagalung,H.P., D. Setiapermana dan R.S. Hady, 1997. Metode Analisis Air Laut, Biota dan Sedimen, Buku 2. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta. Palar, 2008. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Rineka Cipta, Jakarta. ed IV. Jakarta. 152 hal. Peraturan Kepala BPOM RI No HK.00.06.1.52.4011 tentang Penetapan Batas Maksimum Cemaran Mokroba dan Kimia Dalam Makanan Purnomo, Muchyiddin, 2007, Analisis Kandungan Timbal (Pb) Pada Ikan Bandeng (Chanos chanos Forsk.) di Tambak Kecamatan Gresik, Jurnal Jurusan Biologi FMIPA, Universitas Negeri Surabaya Rudiono, 2012. Pengaruh Lama Penyimpanan Pada Suhu Dingin terhadap jumlah Bakteri Pada Udang
10