KAMPUS PEMBERDAYAAN PEREMPUAN FASKHO (FASTABIQUL KHOIROT) DI GILINGAN BANJARSARI (ANALISIS DAKWAH BIL HAL)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam Institut Agama Islam Negeri Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial
Oleh: MIKE DWI ANGGRAENI NIM. 12.12.2.1.039
BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM JURUSAN DAKWAH DAN KOMUNIKASI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA 2017
1
2
3
4
5
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahi Robil ‟Aalamiiin.., Kupersembahkan Karya ku ini untuk: Allah SWT Dzat Yang Maha Sempurna yang telah memberikan nikmat waktu, kesempatan, dan kemauan, sehingga penulis dapat menyelesaikan amanah ini., Kepada Papa (Bambang Sugeng Arnowo) dan Mama (Suprapti Ningsih) yang kuhormati dan kusayangi, yang selalu mendoakan ku, memberikan semangat, dukungan dan selalu menanyakan kabar tentang skripsiku. Kakak ku tercinta (Ika Irawati) yang telah memberikan semangat dan motivasi. Kepada Ari Much Ikhsan yang memberikanku semangat dan dukungan agar segera menyelesaikan skripsi. Sahabatku tersayang Umi Zahroh, Siti Mudrikah, Rinawati, Na‟imatul Jannah Teman-teman kerja ku tersayang di JNE 031 Yosodipuro, Zulfa, Ulfia, Aisyah, Rika, Dian, Bimo, Antok yang telah memberikan semangat dan dukungan serta keceriaan. Kepada teman-teman seperjuangan yang saya sayangi di Bimbingan Konseling Islam khususnya kelas B Almamaterku IAIN Surakarta
6
MOTTO
ير ا ََو َمهْ َي ْع َم ْل ِمه ً ت ِمهْ َذ َك ٍر أَ ْو أُوْثَى َو ه َُو ُم ْؤ ِمهٌ فَأُولَ ِئكَ َيد ُْخلُونَ الْ َجىَّةَ َو ََل ُيظْلَ ُمونَ وَ ِق َّ ِ الصب ِل َحب “Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun.” (QS. An Nisâ [4]: 124)
7
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaiku Wr.Wb Alhamdulillahirabbil’alamin, dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang telah melimpahkan nikmat, kebaikan, barokah, kesehatan, kekuatan rahmat dan hidayah-Nya, serta memanjatkan shalawat serta salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kampus Pemberdayaan Perempuan Faskho (Fastabiqul Khoirot) Di Gilingan Banjarsari (Analisis Dakwah Bil Hal)”. Banyak kendala dan rintangan yang penulis hadapi, namun semua itu terkalahkan oleh kemauan, motivasi, dan bantuan dari berbagai pihak, baik berupa waktu, pikiran maupun tenaga, namun tidak sedikit pihak yang secara langsung maupun tidak langsung mendorong, membantu, dan mendoakan serta memberi masukan berharga dalam pelaksanaan proses penyusunan skripsi ini. Sehingga sampai akhirnya skripsi ini dapat terwujud, meskipun dalam bentuk yang sederhana dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan setulus hati penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Dr. Mudhofir Abdullah, S.Ag, M.Pd selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri Surakarta yang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk menyelesaikan pendidikan di IAIN Surakarta. 2. Dr. Imam Mujahid, S.Ag., M.Pd selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan Dakwah, IAIN Surakarta dan selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan ijin penelitian, memberikan kelancaran dalam penyusunan skripsi ini dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 3. Supandi, S.Ag, M.Ag selaku Ketua Jurusan Bimbingan Konseling Islam, selaku dosen pembimbing II, dan serta selaku wali studi yang telah memberikan motivasi, rasan, kritik dan masukan guna kesempurnaan skripsi ini. 4. Drs. H. Ahmad Hudaya, M.Ag selaku Wakil Dekan 1 dan Penguji I yang telah memberikan saran, kritik dan masukan dalam penyusunan skripsi ini. 5. Dr. H. Kholilurrohman, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan Konseling Islam dan Penguji II yang telah memberikan saran, kritik dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.
8
6. Seluruh Dosen Fakultas Ushuluddin dan Dakwah, terkhusus Bapak Ibu Dosen Jurusan Bimbingan Konseling Islam dan segenap karyawan yang telah memberikan ilmu pengetahuan, bantuan dan pelayanan administrasi. 7. Seluruh staf bagian akademik yang telah mengakomodir segala keperluan peneliti dalam urusan akademik dan penelitian skripsi ini. 8. Seluruh pihak yang ada di Kampus Pemberdayaan Perempuan Faskho (Fastabiqul Khoirot) yang telah memberikan izin penelitian dan dukungannya, serta membantu penulis dalam pengumpulan data penelitian. 9. Sahabatku tersayang Umi Zahroh, Siti Mudrikah, Rinawati, Na‟imatul Jannah, Serta semua orang yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga segala bantuan yang berupa apapun dari semua pihak mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT.Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, demi kesempurnaan perbaikan penulis mengharapkan sumbang saran dan kritik yang membangun. Akhir kata, semoga skripsi ini berguna bagi semua penuntut ilmu dan seluruh mahasiswa maupun masyarakat umum agar tercapai kepentingan bersama. Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Surakarta, 10 Februari 2017
Mike Dwi Anggraeni
9
ABSTRACT Mike Dwi Anggraeni, 12.12.2.1.039.Women's Empowerment Campus FASKHO (Fastabiqul Khoirot) In Gilingan Banjarsari Surakarta (Analysis Da'wah Bil thing), Thesis: Guidance and Counseling Department of the Faculty of Islamic Theology and Preaching Islam IAIN Surakarta, February 2017 Keywords: Da'wah Bil Hal, Women's Empowerment In this research FASKHO Campus Women's Empowerment aims at developing the economy of the people through the mothers, because mothers are level two in the family, as well as those who have loose long time. Many mothers unemployment which are based not strong faith in times of economic crisis and are tempted by a job that is not kosher, and persuaded persuaded persuasion to become commercial sex workers, especially in areas prone. And wanted to create a village students to embrace the marginal (edges), so the marginal or especially mothers could have the skills and develop the people's economy and add insight about the religious as well as increase of worship. This study uses qualitative descriptive penilitian to get the data, then used non-participant observation techniques, and through field research (field research) is pengumpualn the data by going directly to the field taken through observation, interviews, and documentation. To determine the validity of the data using techniques of data collection, data analysis teknil, the validity of data that includes data triangulation, source, continuous observation. The subject of this research is all the relevant authorities at the Campus Women's Empowerment FASKHO. As for data analysis using qualitative descriptive methods are meant to process, presenting and analyzing data in a phrase or sentence to describe the data obtained, so that the reflected understanding and conclusions. For data analysis using four components, namely pegumpulan of data, data reduction, performance data, and drawing conclusions. From these results it can be seen that the results obtained from the campus Fakho women's empowerment in the mill in the analysis of propaganda bil bil things: Form preaching it held on campus women's empowerment aimed at developing the economy of the congregation by mothers. By providing a variety of existing skills, so mothers can boost the economy by businesses of skill in getting. They can develop herbal karak effort, weaving using wicker chairs, making more economical laundry soap using soap flakes waste from the plant, and also made from processed food berbahankan Tiwul or food with raw materials Tiwul.
10
ABSTRAK Mike Dwi Anggraeni, 12.12.2.1.039. Kampus Pemberdayaan Perempuan FASKHO (Fastabiqul Khoirot) Di Gilingan Banjarsari Surakarta (Analisis Dakwah Bil Hal), Skripsi: Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN Surakarta, Februari 2017 Kata Kunci: Dakwah Bil Hal, Pemberdayaan Perempuan. Dalam penelitian ini Kampus Pemberdayaan Perempuan FASKHO bertujuan mengembangkan perekonomian umat melalui ibu-ibu, karena ibu-ibu adalah tingkat ke dua dalam keluarga, serta mereka yang memiliki waktu longgar yang lama. Banyak ibu-ibu pengangguran yang dilandaskan tidak kuat iman saat krisis ekonomi dan tergoda dengan pekerjaan yang tidak halal, dan terbujuk rayu untuk menjadi pekerja seks komersial, apalagi di wilayah yang rawan. Serta ingin menciptakan kampung santri dengan merangkul kaum marginal (pinggiran), agar kaum marginal atau khususnya ibu-ibu bisa memiliki keterampilan dan mengembangkan perekonomian umat serta menambah wawasan tentang beragama serta meningkatkan beribadahnya. Penelitian ini menggunakan metode penilitian kualitatif deskriptif untuk mendapat data, maka yang digunakan teknik pengamatan non partisipan, dan melalui field research (riset lapangan) yaitu pengumpualn data dengan terjun langsung ke lapangan yang ditempuh melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Untuk mengetahui validitas data menggunakan teknik pengumpulan data, teknil analisa data, keabsahan data yang meliputi triangulasi data, triangulasi sumber, pengamatan terus menerus. Adapun subyek penelitian ini adalah seluruh pihak yang terkait di dalam Kampus Pemberdayaan Perempuan FASKHO. Sedangkan untuk analisa data menggunakan metode deskriptif kualitatif yang dimaksudnya untuk mengolah, menyajikan dan menganalisa data dengan ungkapan atau kalimat untuk menggambarkan data yang sudah diperoleh, sehingga tercermin pengertian dan kesimpulan. Untuk analisa data menggunakan empat komponen yaitu pegumpulan data, reduksi data, penampilan data, dan penarikan kesimpulan. Dari hasil penelitian tersebut dapat diketahui hasil yang di dapat dari kampus pemberdayaan perempuan Fakho di Gilingan dalam analisis dakwah bil hal yaitu Bentuk dakwah bil hal yang dilaksanakan di kampus pemberdayaan perempuan yang bertujuan mengembangkan perekonomian umat melalui ibu-ibu. Dengan memberikan beragam keterampilan yang ada, dengan begitu ibu-ibu dapat meningkatkan perekonomian dengan usaha dari keterampilan yang di dapatkan. Mereka dapat mengembangkan usaha karak herbal, menganyam kursi menggunakan rotan, membuat sabun cuci lebih ekonomis dengan menggunakan limbah serpihan sabun dari pabrik, dan juga membuat makanan yang berbahankan dari olahan tiwul atau makanan dengan bahan baku tiwul.
11
DAFTAR ISI
halaman HALAMAN JUDUL ......................................................................................
i
HALAMAN NOTA PEMBIMBING .............................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................
iv
HALAMAN PERNYATAAN BUKAN PLAGIASI ......................................
v
HALAMAN PERSEMBAHAN .....................................................................
vi
HALAMAN MOTTO .....................................................................................
vi
KATA PENGANTAR ....................................................................................
viii
ABSTRACT ......................................................................................................
x
ABSTRAK ......................................................................................................
xi
DAFTAR ISI ...................................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvi BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ............................................................
1
B. Identifikasi Masalah ...................................................................
13
C. Batasan Masalah ........................................................................
14
D. Rumusan Masalah........................................................................
14
E. Tujuan Penelitian .......................................................................
14
F. Manfaat Penelitian .....................................................................
15
LANDASAN TEORI A. Kajian Teori ...............................................................................
16
1. Tinjauan Umum Tentang Dakwah .........................................
16
2. Dakwah Bil Hal ......................................................................
23
3. Pemberdayaan .........................................................................
46
12
4. Pengertian LSM......................................................................
57
B. Hasil Penelitian yang Relevan .....................................................
68
C. Kerangka Berpikir .....................................................................
72
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian......................................................
76
B. Pendekatan Penelitian ................................................................
76
C. Subjek Penelitian..........................................................................
77
D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................
77
1. Metode Observasi .................................................................
77
2. Metode Wawancara ................................................................
78
3. Dokumentasi dan Arsip ..........................................................
79
E. Keabsahan Data...........................................................................
79
F. Tehnik Analisis Data...................................................................
80
1. Pengumpulan Data .................................................................
80
2. Reduksi Data .........................................................................
81
3. Penampilan Data ....................................................................
81
4. Penarikan Kesimpulan.............................................................
82
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Profil Subjek Penelitian ...............................................................
83
B. Bentuk dakwah bil hal pada LSM FASKHO dalam kampus pemberdayaan perempuan di Gilingan Banjarsari Surakarta ......
87
C. Temuan Penelitian........................................................................
92
D. Pembahasan .................................................................................
93
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................ 100 B. Keterbatasan Penelitian ............................................................. 101 C. Saran .......................................................................................... 101 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 102 LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP
13
DAFTAR GAMBAR
halaman Gambar 1
: Kerangka Berpikir ...................................................................
14
75
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
: Laporan Hasil Observasi I
Lampiran 2
: Laporan Hasil Observasi II
Lampiran 3
: Transkip Hasil Wawancara I
Lampiran 4
: Transkip Hasil Wawancara II
Lampiran 5
: Transkip Hasil Wawancara III
Lampiran 6
: Transkip Hasil Wawancara IV
Lampiran 7
: Lampiran Foto
Lampiran 8
: Surat Ijin Penelitian
Lampiran 9
: Surat Keterangan Selesai Penelitian
Lampiran 10
: Daftar Riwayat Hidup
15
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Dinamika perkembangan Lembaga Swadaya Masyarakat lahir seiring dengan lahirnya orde baru awal tahun 1970-an. Lahirnya orde ini dengan paradigma
pembangunan
ekonomi
sebagai
mainstraime-nya
serta
memfokuskan pada pertumbuhan ekonomi, membawa dampak pada rencana jangka
pendek,
menengah
dan
panjang
pembangunan
nasional
yang
diimplementasikan pada repelita. LSM sebagai salah satu partner pemerintah untuk mempercepat proses pembangunan nasional dalam segala bidang, dapat dijadikan objek
dakwah bil-hâl yang diharapkan menjawab
keresahan
masyarakat terhadap permasalahan yang tengah dihadapi saat ini, yakni kemiskinan dan pemberdayaan perempuan. Bagi masyarakat modern, dakwah tidak hanya diartikan menyampaikan pesan kebaikan, tapi juga lebih mengarah kepada gerakan problem solving melalui kegiatan-kegiatan sosial, ekonomi bahkan politik sekalipun. Dakwah sebagai sesuatu yang identik dengan Islam itu sendiri. Sehingga segala aktifitas yang berkaitan dengan Islam dapat dikatakan sebagai aktifitas dakwah, termasuk didalamnya amal ekonomi, sosial-budaya, pendidikan dan politik
(Sufri,
2000:450).
Fenomena dakwah bil-hâl dipandang sebagai
alternatif di tengah miskinnya solusi komprehensif atas problem keumatan. Dakwah bil-hâl dipandang memiliki efektifitas dan aksepbilitas yang lebih di
16
masyarakat dibanding dengan dakwah model lain. Dakwah bil-hal merupakan aktivitas dakwah Islam yang dilakukan dengan tindakan nyata atau amal nyata terhadap kebutuhan penerima dakwah, sehingga tindakan nyata tersebut sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh penerima dakwah (Amin, 2009:178). Berbeda dengan dakwah verbal misalnya, dakwah bil-hâl lebih aktif, dinamis dan praktis melalui berbagai kegiatan dan pengembangan potensi masyarakat dengan muatan kebaikan dan nilai normatif. Melalui dakwah model tersebut, masyarakat tidak hanya terangkat status sosial-ekonominya, tapi memiliki substansi semangat terdapat
keagamaan yang memadai.
keseimbangan antara material dan imaterial.
Sehingga
Manusia modern
membutuhkan model dan pendekatan dakwah yang dapat memecahkan masalah, yang lebih menekankan pada amal usaha dan karya nyata, dan langsung dapat dinikmati dan mengangkat harkat, martabat dan kesejahteraan hidup masyarakat. Dakwah yang dimaksud tentu tidak saja mengarah kepada peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan saja, tapi juga meningkat kesadaran diri (religi) menjadi lebih baik. Berdasarkan pertimbangan di atas, dakwah bil-hâl dapat dengan mudah diterima
karena
menggunakan
pendekatan
partisipatif
(participatory
approach), dengan berorientasi kepada pemenuhan kebutuhan kelompok masyarakat ketimbang pendekatan stuktural-formal. Masyarakat cenderung apatis terhadap dakwah verbal. Sedang dakwah bil-hâl cenderung bersifat akomodatif terhadap potensi yang sudah ada di masyarakat. Dakwah ini pula yang menekankan pentingnya kearifan dalam memahami potensi yang sudah
17
ada di masyarakat. Dakwah bil-hâl bersifat bottom-up dengan melakukan pemberdayaan kehidupan beragama berdasarkan sasaran dakwah. Dakwah bilhâl
memberikan
penekanan
makna
yang
berbeda
konvensional yang disebut dakwah struktural.
dengan
dakwah
Dakwah bil-hâl memiliki
makna dakwah Islam yang adabtable dengan berbagai kondisi dan aktifitas masyarakat (Ali Mahfudz, 2004:4). Realitas di atas menjadi acuan pokok bagaimana seharusnya dakwah dikembangkan. Bagaimanapun, dakwah tidak mungkin dilepaskan dari konteks masyarakat sosial yang dinamis. Dakwah tidak boleh jauh dari realitas sosial. Model pembangunan yang difokuskan pada pertumbuhan dan pemerataan ekonomi cenderung memisahkan atau mengesampingkan aspek spiritual. Masyarakat cenderung percaya dengan model dakwah yang dikelola dengan contoh nyata ketimbang yang bersifat retoris dan asksioma. Menurut Ali Mahfudh (2004:5) dakwah dengan model pemberdayaan masyarakat dipandang paling efektif mengingat sebagian besar masyarakat Indonesia hidup dalam kondisi kekurangan (miskin). Dakwah model ini langsung menukik ke jantung masalah, karena hampir 30% masyarakat Indonesia
hidup
Keterbelakangan
miskin dibidang
dan
mayoritas
ekonomi
salah
mereka satunya
adalah disebabkan
muslim. karena
rendahnya tingkat pendidikan mereka. Pendidikan dan ekonomi menjadi sasaran utama dakwah bil-hâl. Berkaitan dengan hal tersebut, dakwah yang berdimensi pemberdayaan seperti dakwah bil-hâl dapat berfungsi dengan
18
optimal jika dilakukan oleh institusi sebagai pendorong, mediator dan fasilitator. Potensi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) yang besar, seharusnya dapat dijadikan sarana dan medium dakwah yang efektif. LSM sebagai lembaga yang mengakar di masyarakat, memiliki peran strategis dalam keberhasilan proses pemberdayaan, media pengembangan dan pembinaan masyarakat. Menurut Abdul Hakim Garuda Nusantara, definisi LSM sulit dirumuskan. Namun, secara sederhana bisa diartikan sebagai gerakan yang tumbuh berdasarkan nilai-nilai kerakyatan. Tujuannya untuk menumbuhkan kesadaran
dan
kemandirian
masyarakat
yang
akhirnya
meningkatkan
kesejahteraan rakyat. Dari definisi ini keberadaan LSM memang sangat diperlukan oleh masyarakat bawah / grass roots sebagai salah satu agen perubahan yang dapat menjembatani kepentingan pemerintah dan rakyat. (ejurnal.uajy.ac.id/3264/2/1/1SOS02362.pdf) Philip Eldridge membagi gerakan LSM menjadi 2 kategori yaitu LSM pembangunan dan LSM mobilisasi. LSM pembangunan memfokuskan pada program-program pembangunan masyarakat konvensional seperti irigasi, air minum, pertanian, peternakan, pusat kesehatan dan pembangunan ekonomi lainnya. LSM mobilisasi memusatkan pada pendidikan dan mobilisasi rakyat miskin terkait isu ekologi, HAM, status kaum perempuan, hak-hak hukum dalam hubungan dengan kepemilikan tanah dan kompensasi bagi tanah yang disita, hak-hak sewa pedagang kecil dan savengers (orang-orang yang tidak punya rumah dan tempat tinggal) (Fakih, 2004:120).
19
Tentang pembangunan ekonomi dan status kaum perempuan, LSM juga melakukan
pendekatan
dengan
pemberdayaan
yang
telah
populer.
Pemberdayaan adalah suatu isu yang muncul dalam pendekatan pembangunan ketika masyarakat marginal memerlukan bantuan proses penguatan ekonomi dan sosial dalam konteks kesejahteraan hidup masyarakat. Di Indonesia istilah pemberdayaan pada mulanya memperkuat masyarakat baik secara sosial, ekonomi dan politik agar dapat merubah dan memperbaiki posisi mereka ketika berhadapan dengan kelompok yang kuat secara sosial. Inti dari pemberdayaan adalah bagaimana masyarakat marginal tertentu mempunyai posisi tawar sehingga menjadi pelaku proses pembangunan yang partisipatif dan aktif dan bukan hanya sebagai objek pembangunan. Dalam isu pemberdayan ini tidak terlepas juga konteks pemberdayaan perempuan
yang
menjadi isu tersendiri dalam kajian perempuan dan
pembangunan. Program pemberdayaan di Indonesia pada hakekatnya telah dimulai sejak tahun 1978. Dalam perkembangannya upaya dalam kerangka pemberdayaan perempuan ini secara kasat mata telah menghasilkan suatu proses peningkatan dalam berbagai hal. Seperti peningkatan dalam kondisi, derajat, dan kualitas hidup kaum perempuan di berbagai sektor strategis seperti
bidang
pendidikan,
ketenagakerjaan,
ekonomi,
kesehatan
dan
keikutsertaan ber-KB. Banyak faktor yang menyebabkan ketimpangan antara laki-laki dan wanita, salah satunya adalah kemiskinan. Mayoritas dari mereka adalah wanita dan kemiskinan pada wanita meningkat lebih cepat dari pada laki-laki.
20
Demikian juga pendapatnya Sollie (2005), kaum miskin di dunia umumnya wanita dan anak anak, dan umumnya wanita umumnya kurang mempunyai akses
pendidikan,
pengakuan,
kepemilikan lahan dan fartisipasi dalam
keluarga dan pembuatan keputusan di masyarakat. Pada tahun 1990 Indonesia sebanyak 27,2 juta jiwa rakyat berada dibawah garis kemiskinan. Jumlah ini merupakan 15,08% dari total penduduk Indonesia. Dari jumlah ini Menurut BPS Indonesia (2004), sebanyak 17,8 juta jiwa (65,4%) berada di pedesaan (Achmad Suryana, 2003). Kemudian pada tahun 2003 meningkat menjadi 49.4 juta atau 29%. Kondisi dan posisi perempuan di Indonesia masih jauh tertinggal dibandingkan laki-laki dalam berbagai aspek kehidupan, antara lain di bidang sosial,
politik,
ekonomi,
pendidikan
dan
budaya.
Fenomena
di atas
menunjukkan perempuan masih menjadi kaum yang termarginalkan sehingga persoalan pemberdayaan perempuan memiliki bidang garapan yang luas. Salah satu bidang yang menarik untuk dibahas adalah pemberdayaan ekonomi bagi perempuan. Keberdayaan perempuan di bidang ekonomi adalah salah satu indikator meningkatnya kesejahteraan. Saat perempuan menjadi kaum terdidik, mempunyai hak-hak kepemilikan, dan bebas untuk bekerja di luar rumah serta mempunyai pendapatan mandiri, inilah tanda kesejahteraan rumah tangga meningkat (Dreze and Sen, 2002:39). Kemiskinan merupakan masalah utama yang dihadapi oleh banyak negara
berkembang.
Sebagai fenomena
sosial yang multi dimensional,
kemiskinan tidak hanya berhubungan dengan dimensi ekonomi, tetapi juga
21
berkaitan dengan masalah struktural, psikologis, kultural, ekologis dan faktor lain yang menyebabkan kemiskinan. Demikian juga apa yang disampaikan oleh Sauerbrey (2007), banyak wanita di dunia, kurang memiliki perlindungan hak-hak mereka yang paling azazi, amat kurang terdidik dan sangat rentan secara ekonomi. Dibanyak negera wanita juga menghadapi kendala-kendala sosial dan budaya bagi kemajuan mereka, termasuk diskriminasi, keharusan menyeimbangkan kehiduapan keluarga dan kebutuhan atau keinginan untuk bekerja di luar rumah, dan kendala terbesar dari semuanya adalah pendidikan. Disamping itu juga merupakan target dari eksploitasi seksual, perdagangan manusia dan kekerasan rumah rumah tangga. Beberapa kasus ketidak-adilan terhadap wanita, misalnya diskriminasi terhadap pendidikan, lapangan pekerjaan. Adanya eksploitasi pemaksaan, stereotipe negatif,
sub-ordinasi, kekerasan dibandingkan dengan laki-laki
(Hayati, 2007), bahkan beban kerja wanita lebih berat dan panjang, namun tidak mendapatkan penghargaan atas pekerjaannya di luar rumah tangga, dan wanita sering mengalami perlakuan yang tidak menyenangkan. Kontruksi sosial atas wanita yang tidak menguntungkan ini, membawa konskwensi pragmatis bahwa wanita dianggap sebagai the second wage earner oleh masyarakat. Perempuan merupakan bagian tak terpisahkan dalam sebuah masyarakat, tak terkecuali dalam masyarakat miskin. Perempuan memiliki potensi yang sama dengan laki-laki untuk
memberikan kontribusi bagi pembangunan
masyarakat. Namun pada kenyataannya, perempuan masih belum diberi peran
22
yang
lebih,
bahkan
juga
terpinggirkan.
Kiprah
perempuan
dalam
perekonomian keluarga dan nasional menjadi salah satu bagian penting dalam pembangunan secara keseluruhan. Seiring dengan bertambahnya pendapatan perempuan atau akses perempuan terhadap sumber-sumber daya ekonomi melalui usaha ini, maka kemampuan dan kesempatan mereka bernegosiasi dalam rumah tangga pun meningkat. Posisi tawar mereka berubah dan pendapat mereka mulai diperhitungkan dalam setiap proses pengambilan keputusan dalam rumah tangga. Partisipasi perempuan
merupakan
hal yang sangat penting untuk
mencapai tujuan pembangunan. Upaya pengembangan usaha mikro yang dilakukan oleh perempuan ini menjadi penting, karena perempuan berhadapan dengan kendala kendala tertentu yang dikenal dengan istilah “tripple burden of women”, yaitu ketika mereka „diminta‟ menjalankan fungsi reproduksi, produksi, sekaligus fungsi sosial di masyarakat pada saat yang bersamaan. Hal tersebut menyebabkan kesempatan perempuan untuk memanfaatkan peluang ekonomi yang ada menjadi sangat terbatas. Sebagian besar perempuan masih berkiprah di sektor informal atau pekerjaan yang tidak memerlukan kualitas pengetahuan dan ketrampilan spesifik.
Pekerjaan-pekerjaan
perlindungan
ini biasanya
kurang
memberikan
jaminan
secara hukum dan jaminan kesejahteraan yang memadai,
disamping kondisi kerja yang memprihatinkan serta pendapatan yang rendah. Beberapa studi mengindikasikan upah perempuan lebih rendah dari laki-laki. Salah satu studi menunjukkan bahwa upah perempuan sekitar 70% dari upah
23
laki-laki.
Dilihat
dari
akses
terhadap
kredit,
pengusaha
perempuan
diperkirakan mempunyai akses yang lebih kecil, 11% dibandingkan laki-laki, 14%.7 Informasi dari Kementrian Pemberdayaan Perempuan (Hastuti dkk, 2003). Budaya yang cenderung patriarki mengakibatkan perempuan sebagai salah satu kelompok yang termarjinalkan, baik dalam akses pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Di dalam pemberdayaan perempuan, konsep kesetaraan gender menjadi sangat penting. Menurut Aus Aid, kesetaraan gender adalah kesetaraan nilai peran antara perempuan dan laki-laki, sebenarnya perempuan juga dapat berperan sebagaimana seorang laki-laki. Seorang perempuan juga dapat bekerja dan berkarya sehingga dapat meningkatkan kualitas hidupnya. Dengan meningkatkan kualitas hidup perempuan berarti meningkatkan kualitas hidup anak dan keluarga sehingga pada intinya akan meningkatkan kualitas hidup masyarakat, bangsa dan Negara. Dalam hal ini, harus ada dorongan dan kesempatan agar perempuan dapat memaksimalkan potensi yang ada pada diri mereka. Potensi pada diri perempuan tidak kalah dengan yang ada pada diri seorang laki-laki bahkan jauh lebih besar. Jika potensi tersebut dapat diberdayakan tidak menutup kemungkinan para perempuan-perempuan di Indonesia akan menjadi penggerak perubahan bangsa. Aktivitas pemberdayaan perempuan dapat mengeluarkan perempuan dari kerentanan. Orang dalam kelompok rentan adalah mereka yang berada dalam posisi
lemah,
mudah
dipengaruhi
dan
diasumsikan
kurang
memiliki
keberdayaan untuk menolong dirinya sendiri, sehingga memerlukan bantuan
24
dari orang lain. Hal ini berarti pemberdayaan perempuan sangat berdampak pada kemampuan keberfungsian sosial mereka. Keberfungsian soal erat kaitannya dengan peranan sosial di masyarakat. Jadi, seseorang yang sudah mampu berperan di masyarakat sebagaimana sesuai dengan status sosialnya berarti orang tersebut telah berfungsi sosial dengan baik sehingga tercipta kehidupan masyarakat yang sejahtera. Pemberdayaan perempuan juga merupakan salah satu solusi alternatif untuk mengurangi jumlah masyarakat miskin. Untuk merealisasikannya, peran masyarakat, pemerintah, dan swasta sangat diperlukan. Oleh karena itu, perlu adanya strategi yang tepat untuk melalui kebijakan, program, maupun berbagai kegiatan yang mendukung. Salah satu LSM yang peduli akan pemberdayaan perempuan adalah Lembaga FASKHO (Fastabiqul Khoirot). FASKHO (Fastabiqul Khoirot) adalah Lembaga Swadaya Masyarakat lokal yang berada di Jln. Kutilang IV No. 44 Cinderejo Kidul RT. 02 RW. 08 Kelurahan Gilingan Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta. Salah satu program yang dijalankan adalah dengan mendirikan
kampus
pemberdayaan
perempuan
dengan
tujuan
agar
berkembangnya perekonomian umat melalui ibu-ibu. Ibu-ibu tersebut adalah tingkatan no dua dalam keluarga, serta ibu-ibu yang mengikuti kampus ini adalah mereka yang tidak bekerja atau pengangguran dirumah. Pada awal berdirinya kampus ini anggotanya mengalami pasang surut karena belum dikoordinasi dengan baik, kemudian setelah dikoordinasi dengan baik dan intensif kampus ini mulai bertambah anggotanya. Syarat
25
untuk menjadi anggota kampus yaitu dengan fotocopy KTP dan pas foto dan gratis tanpa dipungut biaya. Anggotanya pun tidak terbatas dan dari daerah mana saja boleh mengikuti, dan yang paling dominan adalah anggota yang dari daerah Gilingan. Kampus ini mengadakan kumpulan rutin pada setiap tanggal 5. Kegiatan yang dilaksanakan di kampus ini yang pertama yaitu pelatihan; pelatihan ini merupakan pelatihan keterampilan ibu-ibu yang bisa dimanfaatkan
untuk
menambah
perekonomian
keluarga.
Pelatihan
keterampilan tersebut diantaranya ialah; Tata Boga, Busana, dan Kerajinan. Keterampilan tata boga yaitu membuat karak herbal, karak yang tidak menggunakan bahan pengawet,
dan kemudian membuat makanan yang
berbahan dari tiwul dan pernah juga dilaksanakan festifal tiwul yang isinya berbagai macam makanan yang berbahan dari tiwul dan yang paling favorit adalah kroket tiwul dan brownis tiwul, karena terbukti banyak yang pesan untuk berbagai acara. Kemudian yang kedua yaitu keterampilan busana yang membimbing menjahit dan membimbing membentuk hijab yang bagus dan modern apabila digunakan saat acara-acara tertentu. Kemudian yang ketiga keterampilan kerajinan yaitu membimbing membuat atau menganyam kursi dengan bahan rotan, membuat parsel yang biasanya digunakan untuk lamaran atau pernikahan, membuat bungan dari bahan sabun, dan membuat sabun cair. Kegiatan yang kedua yaitu permodalan, yaitu dengan mengadakan simpan pinjam tanpa menggunakan bunga, dengan tidak menggunakan bunga ini diharapkan agar supaya barokah. Dengan simpan pinjam ini bisa digunakan sebagai modal untuk ibu-ibu. Selanjutnya kegiatan yang ketiga
26
adalah pendampingan, yaitu dampingan yang dilakukan guna mengetahui bagaimana kemajuan yang didapat dan bisa dipertahankan dengan baik. Dan pendampingan
ini
juga
guna
meningkatkan
keimanan
ibu-bu
dengan
mengadakan doa bersama, dan bersolawat bersama. Kampus Pemberdayaan Perempuan FASKHO (Fastabiqul Khoirot) ini berbeda dengan pemberdayaan yang lain yang ada di Surakarta. Kampus Pemberdayaan Perempuan ini bertujuan melakukan upaya pengembangan perekonomian umat masyarakat dengan cara peningkatan perekonomian. Salah satu tujuan dengan adanya peningkatan ekonomi masyarakat dapat meminimalisir dampak negatif atau perilaku penyimpangan. Situasi anomi dapat berakibat negatif bagi sekelompok masyarakat, karena untuk mencapai tujuan statusnya ada masyarakat yang terpaksa mencapainya melalui cara yang tidak sah, diantaranya lewat penyimpangan, misalnya dengan menjadi pelacur (Dwi Nugroho, 2006:111). Prostitusi adalah gejala kemasyarakatan dimana wanita menjual diri melakukan perbuatan-perbuatan seksual sebagai mata pencaharian (Kartini Kartono, 2005:214). Apalagi adanya pengaruh lingkungan, karena berada di belakang terminal yang banyak sekali psk yang terdapat di wilayah tersebut. Di Solo ada beberapa tempat yang digunakan untuk lokalisasi tempat pelacuran diantaranya berada di Kecamatan Banjarsari (Rahesli Humsona, 2010:15). Melalui dakwah bil hal yang dilakukan oleh LSM FASKHO (Fastabiqul Khoirot) ini diharapkan dapat menjadi salah satu solusi bagi permasalahan yang dihadapi. Dengan dakwah ke lapisan bawah, yaitu dakwah yang
27
diletakkan
kepada
perubahan
dan
perhatian
kondisi
material
lapisan
masyarakat miskin. Dengan perbaikan kondisi material itu diharapkan dapat mencegah kecenderungan ke arah kekufuran karena desakan ekonomi. Dakwah bil-hal, dalam artian bahwa, lembaga tidak hanya berpusat di masjidmasjid, di forum-forum diskusi, pengajian, dan semacamnya. Dakwah harus mengalami desentralisasi kegiatan supaya ibu-ibu ini tidak terpengaruh oleh hal-hal negatif. Dari pemaparan di atas peneliti tertarik untuk mengadakan kajian analisis yang lebih mendalam tentang Kampus Pemberdayaan Perempuan yang didirikan oleh LSM FASKHO. Hal ini menjadi tema yang relevan, penting dan menarik karena sebagai bentuk alternatif tersebut berusaha mencari terobosan-terobosan baru dalam peran FASKHO di Kampus Pemberdayaan Perempuan di Gilingan. B. Identifikasi Masalah 1. Rendahnya ekonomi perempuan. 2. Banyaknya jumlah ibu-ibu yang pengangguran. 3. Kurangnya kesadaran akan keagamaan atau dalam beribadah sehingga dengan mudah terbujuk dengan lingkungan yang maraknya pekerja seks komersial. 4. Adanya
Lembaga
Swadaya
Masyarakat
yang
mendirikan
kampus
pemberdayaan perempuan di Gilingan Surakarta. 5. Peran dakwah bil hal pada LSM FASKHO dalam kampus pemberdayaan perempuan di Gilingan.
28
C. Pembatasan Masalah Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah membahas Bagaimana bentuk dakwah bil hal pada LSM FASKHO dalam kampus pemberdayaan perempuan di Gilingan Banjarsari. Pembatasan ini bertujuan agar permasalahan tidak meluas kepada hal-hal yang tidak sesuai dengan pokok masalah.
D. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimana bentuk dakwah bil hal pada LSM FASKHO dalam kampus pemberdayaan perempuan di Gilingan Banjarsari Surakarta ?
E. Tujuan Penelitian Berkaitan dengan rumusan masalah di atas maka penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan bentuk dakwah bil hal pada LSM FASKHO dalam kampus pemberdayaan perempuan di Gilingan Banjarsari Surakarta.
F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan berguna baik yang bersifat akademik maupun praktis bagi pembaca yaitu : 1. Manfaat Akademik Dari penelitian ini semoga bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan
tentang
pemberdayaan
29
perempuan
melalui
kampus
pemberdayaan perempuan dan sebagai informasi ilmiah para pembaca serta dapat menjadi salah satu karya ilmiah yang dapat menambah koleksi kepustakaan dakwah dan bermanfaat bagi kalangan akademis pada khususnya serta masyarakat pada umumnya. 2. Manfaat Praktis Penelitian
ini
diharapkan
memberikan
manfaat
dalam peran
berdakwah bagi peneliti serta Da‟i sebagai petunjuk praktis dalam peran dakwah LSM dalam kampus pemberdayaan perempuan. Kemudian kepada masyarakat sekitar agar lebih memahami dan mengerti tentang manfaat untuk
ibu-ibu
pengangguran
yang
mengikuti kampus
pemberdayaan
perempuan ini, dan para peneliti berikutnya di waktu-waktu yang akan datang, terutama bagi Jurusan Dakwah dan Komunikasi IAIN Surakarta. Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi perhatian bagi para remaja dan orangtua tentang rendahkan perekonomian perempuan sangat berpengaruh dalam keimanan seseorang. Oleh sebab itu, maka diperlukan bimbingan dan pendampingan yang bertahap.
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori 1. Tinjauan Umum Tentang Dakwah a. Pengertian Dakwah
30
Menurut Ahmad Warson Munawwir di tinjau dari segi bahasa, dakwah berasal dari bahasa Arab “Da’wah”, dakwah mempunyai tiga huruf asal dal, ’ain, dan wawwu. Dari tiga huruf asal ini terbentuk beberapa kata dengan ragam makna. Makna-makna tersebut adalah memanggil,
mengundang,
menanamkan,
menyuruh
minta
tolong,
dating,
meminta,
menyebabkan,
memohon, medatangkan,
mendoakan, menangisi, dan meratapi. (Ali, 2009:6) Pengertian dakwah sebagai berikut : 1) Nida
(panggilan):
seseorang
memanggil,
ketika
ia
menyeru,
memintaknya datang. 2) Mendorong kepada sesuatu yang mendukungnya. 3) Mengajak sesuatu yang ingin diadakan atau di hindarkan. 4) Upaya mempengaruhi seseorang melalui perkataan atau perbuatan. 5) Memohon atau meminta. (Al-Wa‟iy, 2010:10-11) Sedangkan makna dakwah secara istilah menurut Ahmad Mansyur Suryanegara, dakwah adalah aktifitas menciptakan perubahan social dan pribadi yang didasarkan pada tingkah laku pembaharuannya (Mahbub, 2012:6). Dakwah adalah suatu upaya untuk mengajak orang lain untuk tunduk dan patuh terhadap ajaran agama atau jalan yang telah digariskan kepada Allah SWT. (Makruf, 2001:55) Di
sisi
merealisasikan
lain
dakwah
adalah
fungsi kerisalahan
31
dan
upaya
tiap
muslim untuk
fungsi kerahmatan.
Fungsi
kerisalahan berarti meneruskan tugas Rasulullah, menyampaikan dinul Islam kepada seluruh umat manusia, sedangkan fungsi kerahmatan berarti menjadikan Islam sebagai sumber konsep bagi manusia dalam meniti kehidupannya di dunia. (Musman Thalib, 2001:66) Sementara menurut Asmuni syukir pengertian dakwah dapat dilihat dari dua sudut pandang. Pertama, pengertian dakwah dari sifat pembinaan dan kedua, dakwah dalam arti pengembangan. Dakwah yang bersifat pembinaan artinya usaha memertahankan, melestarikan dan menyempurnakan umat manusia agar mereka tetap beriman kepada
Allah
SWT,
dengan menjalankan syari‟at-Nya sehingga
menjadi manusia yang hidup bahagia dunia dan akhirat. Sedangkan dakwah dalam arti pengembangan adalah usaha umat manusia yang belum beriman kepada Allah SWT agar mentaati syari‟at Allah (memeluk agama Islam) (Syam, 2006:22). Sedangkan Awaludin dan Afiyah (2005: 4-5) juga berpendapat bahwa dakwah adalah suatu kegiatan untuk membina manusia agar mentaati ajaran Islam agar memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat. Dari beberapa pengertian dakwah di atas maka dapat peneliti simpulkan bahwa dakwah adalah suatu usaha yang dilakukan umat Islam dalam mengajak kebaikan agar mereka beriman kepada Allah dan mentaati ajaran-Nya agar bahagia dunia dan akhirat. b. Strategi Dakwah 1) Pengertian Strategi Dakwah
32
Dalam membahas dalam straegi dakwah maka terlebih dahulu diperlukan pengertian tentang bedanya metode dengan strategi. Menurut Ali Al-Qahthani (1994:101) metode adalah cara atau seni, sedangkan metode dakwah dalam ilmu yang dipelajari bagaimana cara berkomunikasi secara langsung dan mengatasi kendala kendalanya. Sedangkan
strategi
menurut
K.
Andrews
Mudrajad
(Kuncoro, 2005:1) mengatakan bahwa strategi adalah ola sasaran, tujuan, dan kebijakan/rencana umum untuk meraih tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan strategi dakwah ialah siasat, taktik, manuver yang ditempuh dalam mencapai tujuan dakwah (Pimay, 2005:56)
33
2) Asas-asas Strategi Dakwah Strategi
dakwah
Islam
sebaiknya
dirancang
untuk
memberikan tekanan pada usaha usaha perberdayaan umat, baik pemberdayaan menurut
ekonomi,
Syukir,
politik,
budaya
Asmuni (1983:32-33)
maupun
pendidikan,
dalam dakwah perlu
memperhatikan asas-asas sebagai berikut: a) Asas Filosofis, asas ini erat hubungannya dengan perumusan tujuan-tujuan yang hendak dicapai dalam proses atau aktivitas dakwah. b) Asas kemampuan dan keahlian da‟i. c) Asas Sosiologi, asas ini berhubugan dengan situasi dan kondisi masyarakat obyek dakwah, misalnya situasi politik, ekonomi, dan keamanan. d) Asas Psikologis, merupakan asas yang membahas karakter penerima dakwah agar aktivitas dakwah berjalan dengan baik. e) Asas Efektif dan Efisien, ini merupakan penerapan prinsip ekonomi dalam dakwah,
yaitu pengeluaran sedikit untuk
mendapatkan hasil yang maksimal. c. Da’i Munir, Moh.danIlaihi, Wahyu (2006:21-22) mengatakan da‟i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik lisan, tulisan, maupun perbuatan yang dilakukan secara individu, kelompok atau lewat
34
organisasi atau lembaga. Secara umum kata da‟i ini sering disebut mubaligh (orang yang menyampaikan jaran agama Islam), namun sebenarnya sebutan ini konotasinya sangat sempit, karena cenderung orang yang meyampaikan ajaran Islam melalui lisan. Al Wa‟iy, Taufik (2010:11) mengatakan da‟i adalah kaum yang menyerukan kepada baiat (janji setia) kepada seruan kebenaran atau kesesatan. Ali Aziz, Moh. (2009:74-129) mengatakan seruan da‟i tidak akan bisa lekat di hati masyarakat kecuali dengan memberikan keteladanan yang baik, dan keteladanan itu antara lain: 1) Amanah (Terpecaya) 2) Sidiq (Jujur) 3) Ikhlas 4) Rahmah (Kasih sayang) 5) Hilm (Penyantun) 6) Shabr (Sabar) 7) Hirs (Perhatian yang besar) d. Mad’u (Obyek Dakwah) Munir, Moh.danIlaihi, Wahyu (2006:23) Mad‟u adalah manusia yang menjadi sasaran dakwah, atau manusia penerima dakwah, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok, baik manusia yang beragama Islam maupun tidak. Didalam Al-Qur‟an secara umum dijelaskan ada tiga tipe mad‟u yaitu mukmin, kafir, dan munafik.
35
Muhammad Abduh (Munir, Moh. dan Ilaihi, Wahyu, 2006:2324) membagi mad‟u menjadi tiga golongan, yaitu: 1) Golongan cerdik cendekiawan yang cinta kebenaran, dapat berfikir secara kritis, dan cepat dapat menangkap persoalan. 2) Golongan awam, yaitu orang yang kebanyakan belum dapat berfikir secara kritis dan mendalam, serta belum dapat menangkap pengertian pengertian yang tinggi. 3) Golongan yang berbeda dengan kedua golongan tersebut, mereka senang membahas sesuatu tetapi dalam batas tertentu saja, dan tidak mampu membahasnya secara mendalam. e. Maddah Dakwah (Materi Dakwah) Munir, Moh.danIlaihi, Wahyu (2006:24-30) berpendapat bahwa maddah adalah isi pesan atau materi yang disampaikan da‟i kepada Mad’u. Dalam hal ini sudah jelas yang menjadi maddah adalah ajaran Islam itu sendiri. Secara umum maddah dapat diklasifikasi menjadi empat pokok, yaitu : 1) Aqidah Masalah pokok
yang menjadi materi dakwah adalah
masalah Aqidah Islamiah. Aspek aqidah ini akan membentuk moral (akhlaq) manusia. Karena itu yang menjadi materi pokok dalam dakwah adalah Aqidah atau keimanan. 2) Syari’ah (hukum)
36
Materi dakwah yang menyajikan unsur syari‟at harus menggambarkan atau memberikan informasi jelas dibidang hukum dalam bentuk status hukum yang bersifat wajib, Mubbah (di bolehkan), Mandub (di anjurkan), Makruh (dianjurkan supaya tidak dikerjakan), Haram (dilarang). Masalah-masalah yang berhubungan dengan syari‟at bukan terbatas pada ibadah kepada Allah, akan tetapi masalah-masalah yang berkenaan dengan pergaulan hidup antar sesama manusia juga
diperlukan.
Seperti hukum jual beli,
berumah tangga,
bertetangga, warisan, kepemimpinan, dan amal-amal saleh lainnya. 3) Mu’amalah (Ibadah) Dalam ibadah dapat diartikan menjadi dua yaitu ibadah dalam arti umum dan ibadah dalam arti khusus. Dalam tataran praktis, ibadah secara umum dapat diimplementasikan dalam setiap aktivitas yang diniatkan untuk menggapai keridhlaan-Nya, seperti bekerja secara professional, mendidik anak, berdakwah dan lain sebagainya.
Dengan
demikian,
misi
hidup
manusia
untuk
beribadah kepada Allah dapat diwujudkan dalam segala aktivitas yang bertujuan mencari ridha Allah (Mardlotillah). Sedangkan secara khusus, ibadah dapat dipahami sebagai ketaatan terhadap hukum syara‟ yang mengatur hubungan verticaltrasendental (manusia dengan Allah). Hukum syara‟ ini selalu berkaitan
dengan
amal
37
manusia
yang
diorientasikan
untuk
menjalankan kewajiban „ubudiyah manusia, seperti menunaikan ibadah shalat, menjalankan ibadah puasa, memberikan zakat, pergi haji dan lain sebagainya. 4) Akhlak Materi akhlak
membahas
tentang norma luhur yang
menjadi jiwa dari perbuatan manusia, serta etika atau tata cara yang harus dipraktekkan dalam perbuatan manusia. 2.
Dakwah bil hall Dalam bahasa Al-Qur‟an, dakwah diambil dari kata ﻳﺪﻋﻮﺓﻮﻋ د- دaraces gnay ﺎﻋlughawi (etimologi) berarti menyeru atau memanggil. Adapun tinjauan aspek terminologis, pakar dakwah Syekh
Ali Mahfuz mengartikan dakwah dengan mengajak
manusia kepada kebaikan dan petunjuk Allah SWT, menyeru mereka kepada kebiasaan yang baik dan melarang mereka dari kebiasaan buruk supaya mendapatkan keberuntungan di dunia dan akhirat. Menurut Ali Mahfuz dakwah lebih dari sekedar ceramah dan pidato, walaupun memang secara lisan dakwah dapat diidentikkan dari keduanya. Lebih dari itu, dakwah juga meliputi tulisan (bil qalam) dan perbuatan sekaligus keteladanan (bil hal wal qudwah) (Syekh Ali Mahfuz dalam Ismail, 2011:2829). Dalam suasana apa pun dan dalam kondisi apa pun dakwah harus tetap jalan. Tidak bisa bil lisan, bisa bil kalam. Tidak bisa
38
bil kalam, bisa bil hal (Iskan, 2013:5). Penggunaan metode disesuaikan dengan keadaan da‟i dan mad‟u. Metode (Arab: thariqat atau manhaj) diartikan tata cara. Metode ialah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan
suatu
kegiatan
guna
mencapai
tujuan
yang
ditentukan. Metode dakwah adalah cara yang digunakan oleh da‟i untuk menyampaikan materi dakwah (Islam). Metode yang tidak benar, meskipun materi yang disampaikan baik, maka pesan baik tersebut bisa ditolak. Seorang da‟i mesti jeli dan bijak dalam memilih
metode,
karena
metode
sangat
mempengaruhi
kelancaran dan keberhasilan dakwah (Aripudin, 2011:8). Metode dakwah bil hal yakni cara dakwah dengan pendekatan tindakan nyata atau dakwah dengan “amal saleh”. Dalam al-Qur‟an, ajakan (dakwah) dan perbuatan baik (amal saleh)
digandengkan,
sehingga
dipahami
bahwa
perkataan/ucapan dan perbuatan harus seirama. Terlepas dari perbedaan dimasukkannya dakwah bil hal itu kepada media atau cara, maka dalam tulisan ini dipahami bahwa dakwah bil hal adalah salah satu metode dakwah, yaitu kegiatan dakwah melalui aksi, tindakan atau perbuatan nyata (Aripudin, 2011:12). Dakwah bil hal adalah dakwah dengan perbuatan nyata dimana aktivitas dakwah dilakukan dengan melalui keteladanan dan tindakan amal nyata. Yang dimaksud dengan dakwah dengan
39
tindakan (atau perbuatan) adalah setiap menghilangkan
kemungkaran,
menjadikan
kebenaran
mempunyai
manfaat
membela
unggul. dan
amal yang dapat
Dakwah
dapat
kebenaran, dengan
dan
perbuatan
mempublikasikan
Islam,
sebagaimana kata-kata, bahkan terkadang melebihi. Sebab, dalam tindakan terdapat hal-hal yang dapat membantu penegakkan beberapa aspek syariat Allah SWT. Disamping itu tindakan merupakan seruan tanpa suara untuk mengkokohkan eksistensi Islam,
menyebarkan
prinsip-prinsipnya
dan
mempublikasikan
syiar-syiarnya (Al-Wa'iy, 2011:403). Misalnya dengan tindakan amal karya nyata yang dari karya nyata tersebut hasilnya bisa dirasakan secara konkret oleh masyarakat sebagai objek dakwah. Dakwah bil hal dilakukan oleh Rasulullah, terbukti bahwa ketika pertama kali tiba di Madinah yang dilakukan Nabi adalah membangun Masjid Quba, mempersatukan kaum Anshar dan Muhajirin. Kedua hal ini adalah dakwah nyata yang dilakukan oleh Nabi yang bisa dikatakan sebagai dakwah bil hal (Amin, 2008:11). Dakwah bil hal tergantung pada seorang da‟i, sebagai da‟i dalam berperilaku janganlah kontradiksi dengan agama dan ajaran-ajaran-Nya. Akan tetapi, cermin bagi orang-orang yang akan diajak masuk Islam karena dakwah dengan karya nyata lebih jelas kepada mereka daripada berdakwah dengan perkataan.
40
Hal itu lebih efektif daripada dakwah dengan perkataan. AlQuran
telah
menyerukan
untuk
mengambil
suri
teladan
Rasulullah SAW (Zahrah, 1994:158). Seperti firman Allah dalam surat Al Ahzab ayat 21: َّللا َٔانٍَْ ْٕ َو ْاَ ِخ َس َ َّللا أُ ْص َٕ ةٌ َح َضَُتٌ ِن ًَ ٍْ َكبٌَ ٌَسْجُ ٕ ه ِ ُٕل ه ِ نَقَ ْد َكبٌَ نَ ُك ْى ِفً َز ص َّللا َكثٍِسً ا َ َٔ َذ َك َس ه Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. Peran da‟i sebagai tokoh panutan serta dakwah dengan tindakan nyata (dakwah bi-al-hal) menjadi cara yang paling efektif. Disebut efektif, karena dalam dakwah bi hal, mad‟u sebagai sasaran dakwah ditempatkan sebagai subjek dakwah, bukan sebagai objek (Aripudin, 2011:173). Metode dengan memberikan
keteladanan
membuat
mad‟u
tertarik
untuk
mengikuti kepada apa yang dicontohkan da‟i. Metode ini akan memberikan kesan yang tebal karena panca indra (indra lahir), perasaan, dan pikiran (indra batin) dapat dipekerjakan sekaligus (Amin, 2009:104). Dakwah bil hal pada hakikatnya, adalah dakwah dalam bentuk tindakan nyata, keteladanan, bersifat pemecahan masalah tertentu dalam dimensi ruang dan waktu yang tertentu pula. Oleh
41
karena itu, dakwah bil hal harus memperhatikan beberapa hal atau prinsip sebagai berikut: a) Dakwah bil hal harus mampu menghubungkan ajaran Islam dengan kondisi sosial budaya dan dengan objek dakwah atau masyarakat. b) Dakwah bil hal harus bersifat pemecah masalah yang dihadapi umat dalam suatu wilayah tertentu. c) Dakwah bil hal harus mampu mendorong dan menggerakkan kemapuan masyarakat dalam memecahkan masalah, misalnya dalam bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan lain-lain. d) Dakwah bil hal harus mampu membangkitkan swadaya masyarakat agar mereka dapat membangun dirinya, sekaligus dapat memberikan manfaat bagi pembangunan masyarakat sekitar. e) Dakwah bil hal harus mampu mendorong semangat kerja keras
dan
bersama-sama
dalam
rangka
meningkatkan
hubungan kerja sama yang harmonis dan produktif terutama untuk saling memenuhi kebutuhannya. (Nafsiah, 1995:81). Pada buku Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam karya Asmuni Syukir menyebutkan dakwah yang dilakukan dengan memberi contoh kepada mad'u merupakan metode demonstrasi. Adapun kelebihan dan kelemahan dari metode ini adalah: Kelebihan dari metode demonstrasi:
42
a) Metode ini memungkinkan massa (objek dakwah) dapat menghayati dengan sepenuh hatinya tentang hal-hal baru yang menjadikan stimulusnya. b) Lebih memusatkan perhatian masa kepada persoalan yang sedang dibahas. c) Mempunyai
kesan
relatif
awet
dibandingkan
dengan
tanpa/non demonstrasi. d) Dengan metode demonstrasi ini dimungkinkan pula akan mengurangi mungkin
kesalahfahaman,
timbul di lubuk
atau
masalah-masalah
yang
sanubari massa secara tidak
langsung bisa terjawab. e) Dapat mengurang kesalahan dalan mengambil kesimpulan dari keseluruhan
persoalan
yang dibahas,
sebah massa
menghayati langsung terhadap persoalan yang dibahas, baik berupa contoh, model, gambar, dan sebagainya. Kekurangan dari metode demonstrasi: a) Metode
demonstrasi memerlukan
waktu
persiapan
yang
banyak dan memerlukan banyak pemikiran. b) Tidak wajar bila alat (media) tidak dapat diamati seksama. c) Tak semua hal dapat didemonstrasikan. d) Kurang efektif menggunakan metode demonstrasi, bila alat kurang memadai dengan kebutuhan atau tujuan.
43
e) Memerlukan keahlian khusus bagi para subyek (da'i) (Syukir, 1983:148). Dakwah bil hal yaitu metode dakwah melalui sikap, perbuatan, contoh, atau keteladanan, misalnya segera mendirikan sholat begitu terdengar adzan, membantu kaum dhuafa atau fakirmiskin, mendanai pembangunan masjid atau membantu kegiatan dakwah, mendamaikan orang yang bermusuhan, bersikap Islami, dan sebagainya. Metode dengan memberikan keteladanan ini akan
membuat
mad‟u tertarik
untuk
mengikuti apa yang
dicontohkan da‟i. Dalam buku Ilmu Dakwah, Samsul Munir Amin menjelaskan metode ini akan memberikan kesan yang tebal karena panca indra (indra lahir), perasaan, dan pikiran (indra batin) dapat dipekerjakan sekaligus. Dakwah bil hal juga disebut sebagai “Dakwah bil qudwah hasanah” yang berarti dakwah melalui tingkah laku serta contoh teladan yang baik. Ditonjolkan melalui akhlak dan nilai moral yang terlahir pada diri seseorang individu muslim. Ab. Aziz Mohd. Zin menyebut dakwah bil hal sebagai: “dakwah melalui contoh teladan yang baik. Ia menjadi contoh teladan atau model kepada kemuliaan dan keagungan Islam. Dakwah bil hal boleh menghilangkan perasaan prejudis dan negatif orang bukan Islam terhadap Islam. Penonjolan contoh teladan yang baik dalam kehidupan harian orang Islam satu perkara yang penting dalam
44
dakwah kerana ia boleh memperlihatkan tentang kemuliaan agama Islam yang perlu diikuti oleh semua orang. Contoh teladan yang baik akan menjadi pengaruh yang besar kepada orang lain untuk mengikuti sesuatu cara hidup yang ditunjukkan” Dakwah bil hal merupakan satu pendekatan dakwah yang efektif dalam konteks psikologi dakwah kepada non-muslim. Contohnya, seperti kata pepatah, “senyum, tak perlu kata apaapa”. Menurut psikologi manusia, senyuman yang ikhlas akan membuatkan orang yang berada disekeliling kita berasa senang dan mampu menarik minat orang untuk lebih mendekati kita. Dalam hal ini, senyuman juga merupakan satu akhlak yang terpuji yang dianjurkan dalam Islam. Selain itu, terdapat banyak lagi akhlak dan nilai moral yang terpuji yang dianjurkan oleh Islam dalam setiap kehidupan manusia. Bermula dari akhlak antara
manusia
dengan
pencipta,
akhlak
manusia
sesama
manusia, akhlak manusia dengan hewan, akhlak manusia dengan alam dan sebagainya. Dalam menyampaikan dakwah bil hal, tentunya terdapat materi dakwah yang disampaikan. Materi dakwah adalah pesanpesan atau segala sesuatu yang harus disampaikan oleh subyek kepada objek dakwah, yaitu keseluruhan ajaran Islam, yang ada di dalam kitabullah maupun sunnah Rasul-Nya, yang pada
45
pokoknya mengandung tiga prinsip: aqidah, syariat, dan akhlaq (Anshari, 1993:146). a) Aqidah adalah pokok kepercayaan dalam agama Islam (Amin, 2009: 90). b) Syariat adalah seluruh hukum dan perundang-undangan yang terdapat dalam Islam, baik yang berhubungan dengan Tuhan, maupun antar manusia (Amin, 2009: 90). Pengertian syariat mempunyai dua
aspek
hubungan yaitu hubugan antara
manusia dengan Tuhan yang disebut ibadah dan hubungan antara
manusia
dengan
manusia
yang
disebut
dengan
muamalah. Bentuk-bentuk ibadah dapat diklasifikasikan menjadi tiga
bagian.
Masing-masing
memiliki
kriteria
syariah
tersendiri: (1) Ibadah person Suatu aktivitas ibadah yang pelaksanaannya tidak perlu
melibatkan
orang
lain,
melaikan
semata-mata
tergantung pada keinginan pihak yang bersangkutan. Yang termasuk dalam kategori ibadah model ini adalah amaliyah keagamaan yang bersifat ritus seperti solat, puasa, haji dan sebagainnya (Tadjab, 1994:257). (2) Ibadah antar person
46
Suatu
aktivitas
ibadah
yang
pelaksanaannya
tergatung pada keterlibatan pihak yang bersangkutan dengan pihak lain. Syariah kategori amaliyah (ibadah) ini harus mengikuti aturan subjektif yang berdimensi person juga aturan objektif yang berimensi sosial. Aktivitas tersebut misalnya pernikahaan, karena melibatkan pihak perempuan dan pihak laki-laki (Tadjab, 1994:258). (3) Ibadah sosial Kegiatan interaktif antara seorang individu dengan pihak lain yang disertai dengan kesadaran diri sebagai hamba Allah SWT. Syariah dalam model sosial harus bergantung pada kemaslahatan objektif dan rasional. Bentuk-bentuk ibadah sosial seperti hubungan ekonomi, politik, sosial budaya, keamanan, dan sebagainnya baik bersifat
regional,
nasional,
maupun
internasional
(Tadjab, 1994:258). c) Akhlaq yaitu yang menyangkut dengan kode etik, budi perkerti, tingkah laku baik yang berhubungan dengan Allah (secara vertikal) maupun dengan sesama manusia (secara horizontal) (Romanydiy,
1956:129).
Ciri-ciri dari akhlaq
adalah sdebagai berikut (Tadjab, 1994:243): (1) Akhlaq sebagai ekspresi sifat dasar seseorang yang konstan dan tetap.
47
(2) Akhlaq
selalu
terseut
dibiasakan
dilakukan
sehingga
berulang-ulang
ekspresi akhlaq sehingga
dalam
pelaksanaannya tanpa disertai pertimbangan pikiran. (3) Apa
yang
keyakinan
diekspresikan seseorang
dari
dalam
akhlaq
menempuh
merupakan keinginan,
sehingga pelaksanaannya tanpa ragu-ragu Suisyanto (2002:25), mengatakan merujuk kepada apa yang dilakukan Rasulullah, upaya penyampaian ajaran Islam (dakwah) dapat dilakukan dengan 3 (tiga) pendekatan, yaitu lisan, tulisan, dan perbuatan. Bahkan perilaku beliaupun merupakan dakwah. Pendekatan lisan (bil lisan) adalah upaya upaya dakwah yang mengutamakan
kemampuan
lisan.
Pendekatan
tulisan
(bir
risalah) adalah dakwah yang dilakukan dengan melalui tulisan baik berupa buku, brosur maupun media elektronik. Dakwah bil hal dalam hal ini merupakan pendamping dakwah bil lisan. Dan antara satu dengan yang lain saling melengkapi, karena tidak ada satu aktivitas atau amal senyata apapun yang tidak membutuhkan campur tangan lisan dan bahkan
banyak
masalah
dakwah
yang
pemecahannya
membutuhkan dua pendekatan tersebut. Dakwah bil lisan sebenarnya bukanlah merupakan istilah baru dalam dunia dakwah, karena sumber perselisihan tersebut bermula dari Al-Qur‟an maupun hadits dan juga sirah Nabi. Dari
48
sumber tersebut kemudian muncul penterjemahan baik dalam dataran normative maupun empirik. Ada beberapa pengertian tentang dakwah bil hal, secara harfiah dakwah bil hal berarti menyampaikan ajaran Islam dengan amaliyah nyata dan bukan tandingan dakwah bil lisan tetapi saling melengkapi anatara keduanya. Suisyanto (2002:28), dalam pengertian lebih luas dakwah bil hal, dimaksudkan sebagai keseluruhan upaya mengajak orang secara sendiri-sendiri maupun kelompok untuk mengembangkan diri dan masyarakat dalam rangka mewujudkan tatanan sosial ekonomi dan kebutuhan yang lebih baik menurut tuntunan Islam, yang berarti banyak menekankan pada masalah kemasyarakatan seperti kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan dengan wujud amal nyata terhadap sasaran dakwah. Masih
menurut
Suisyanto
(2002:31),
ada
juga
yang
menyebut dakwah bil hal dengan istilah dakwah bil Qudwah yang berarti dakwah praktis dengan cara menampilkan akhlaq karimah. Sejalan dengan ini seperti apa yang dikatakan Buya Hamka bahwa akhlaq sebagai alat dakwah, yakni budi pekerti yang dapat dilihat orang, bukan pada ucapan lisan yang manis serta tulisan yang memikat tetapi dengan budi pekerti yang luhur. Berpijak dari pengertian di atas dapat dikatakan bahwa dakwah bil hal mempunyai peran dan kedudukan penting dalam
49
dakwah bil lisan. Dakwah bil hal bukan bermaksud mengganti maupun menjadi perpanjangan dari dakwah bil lisan, keduanya mempunyai peran penting dalam proses penyampaian ajaran Islam, hanya saja tetap dijaga isi dakwah yang disampaikan secara lisan itu harus seimbang dengan perbuatan nyata da’i. Dalam hal ini peran da’i akan menjadi sangat penting sebab da’i yang menyampaikan peran dakwah kepada ummat (jama‟ah) akan disorot oleh ummat sebagai panutan, apa yang ia katakan dan ia lakukan harus sesuai dengan apa yang ia perbuat, jika tidak maka da’i akan menjadi cemoohan ummat dan lebih dari itu ia berdosa besar dan pada gilirannya dia akan ditinggalkan jama‟ahnya. Kaiatannya
dengan
pembangunana
dan
perubahan
masyarakat maka dalam hal ini da’i menjadi agen perubahan (agen of change) arena action (perbuatan nyata/perilaku) atau akhlak
da’i dapat ditiru oleh umat (jama‟ah). Ada yang
menyatakan bahwa dakwah bil hal adalah kegiatan dakwah yang dilakukan dengan memberi bantuan materi. Sementara yang lain menyebutkan dakwah melalui tulisan dan kreativitas tangan yang lain juga merupakan salah satu bentuk atau wujud dakwah bil hal. (Suisyanto, 2002:34). Dakwah
bil
hal
merupakan
upaya
dakwah
dengan
melakukan perbuatan nyata, tentunya wujudnya beraneka ragam,
50
dapat berupa bantuan yang diberikan pada oranglain baik bantuan moril ataupun materil sebagaimana firman Allah dalam surat An Nisa‟ 4:75: بل َٔانُِّ َضب ِء ٍََّللا َٔانْ ًُ ْضتَ ضْ َع ِفٍٍَ ِي َ ِ ٍم ه ِ انسِّج ِ َٔ َيب نَ ُك ْى ََل تُ َقب ِت ُهٌَٕ ِفً َص ِب َ َٰ َ ُ ه ْ َ ْ ْ ْ َ َْاٌ انه ِرٌٍَ ٌَقُٕنٌَُٕ َزبهَُب أخسِجْ ُب ِيٍ َْ ِر ِِ انقسْ ٌَتِ انظبنِ ِى أْهَٓب َٔاجْ َعم ِ َٔانِْٕنْد صٍسً ا ِ ََ َنََُب ِي ٍْ نَ ُدَْكَ َٔ ِنًٍّب َٔاجْ َعمْ نََُب ِي ٍْ نَ ُدَْك Artinya: mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang semuanya berdoa: “Ya Tuhan Kami, keluarkanlah Kami dari negeri ini (Mekah) yang zalim penduduknya dan berilah Kami pelindung dari sisi Engkau, dan berilah Kami penolong dari sisi Engkau!”.
Rasulullah sering melakukan dakwah dengan Harta beliau yaitu Islamisasi via sodakoh sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 177;
ٍَة َٔ َٰ َن ِك هٍ ا ْن ِبسه َي ٍْ آ َي َ ٍَ۞ ن ِ ق َٔا ْن ًَ ْغ ِس ِ ْش انْ ِبسه أَ ٌْ تُ َٕنُّٕا ُٔجُ َْٕ ُك ْى ِق َب َم انْ ًَ ْش ِس ُ ْ ْ ْ ْ َ َ ه ْ بل َعه َٰى حُ بِِّّ ذِٔي انقسْ بَ َٰى َ ًَ بَّلل َٔانْ ٍَ ْٕ ِو اَ ِخسِ َٔان ًَ ََلئِ َكتِ َٔانكِتَبةِ َٔانُبٍٍٍَِِّ َٔآتَى ان ِ بِ ه ة َٔأَقَب َو انصه ََل ةَ َٔآتَى ه َانز َكب ة ِ ٍم َٔان ضهب ِئ ِهٍٍَ َٔ ِفً انسِّ قَب ِ َٔانٍَْتَب َي َٰى َٔانْ ًَ َضب ِكٍٍَ َٔابٍَْ ان هض ِب ْ ْ ْ ْ ۗ َِٔانْ ًُٕفٌَُٕ بِ َعْٓ ِدِْ ْى إِ َذا عَبَْ ُدٔا ۖ َٔانصه ببِسٌٍَِ فًِ انبَأ َصب ِء َٔانضه سه ا ِء َٔ ِحٍٍَ انبَأس ٌَُٕص َدقُٕا ۖ َٔأُٔ َٰنَ ِئكَ ُْ ُى انْ ًُتهق َ ٌٍَأُٔ َٰنَ ِئكَ انه ِر Artinya : bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan bantuan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan sholat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan.
51
Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.
Menurut Rubba, Sheh Sulhawi (2011) menerangkan bahwa tercatat dalam sejarah, beberapa orang sahabat yang berstatus sebagai budak yang dimerdekakan nabi seperti Bilal yang dikenal tokoh muadzin (panggilan sholat). Beliau mengajak para sahabat yang termasuk ahnia (hartawan) untuk menyantuni anak yatim dan memberi makan para duafa (parafakir, miskin, anak jalanan, mualaf dll).
f. Atsar (efek) Dakwah Munir,
Moh.danIlaihi,
Wahyu
(2006:34-35)
Dalam
setiap
aktivitas dakwah pasti akan menimbulkan reaksi, artinya jika dakwah telah dilakukan oleh seorang da’i dengan materi dakwah, wasilah, dan thariqah tertentu, maka akan menimbulkan respons dan efek (atsar) pada mad’u (penerima dakwah). Atsar (efek) sering disebut dengan feedback (umpan balik) dari proses dakwah ini sering dilupakan atau tidak banyak menjadi perhatian da’i. Kebanyakan mereka setelah dakwah disampaikan maka selesai
dakwahnya.
kemungkinan
Padahal
kesalahan
tanpa
strategi
menganalisis
yang
merugikan
atsar
dakwah,
dakwah
akan
terulang kembali. Evaluasi dan koreksi terhadap atsar dakwah harus dilakukan.
52
3. Pemberdayaan a. Pengertian Pemberdayaan Konsep pemberdayaan berasal dari kata power atau daya sehingga
empowerment
diartikan
sebagai
pemberdayaan.
Daya
mengandung arti kekuatan yang berasal dari dalam, tetapi dapat diperkuat dengan unsur-unsur penguatan yang diserap dari luar (Kartasasmita Dictionary
dalam
Sufyarma, 2003:63). Menurut Oxford English
dalam Prijono
pemberdayaan
(1996:3) di kutip dari karya istilah
(empowerment)
mengandung
dua
arti.
Pengertian
pertama adalah to give power or authority to, dan pengertian kedua adalah to give ability to or anable. Dalam pengertian pertama diartikan sebagai
memberikan
mendelegasikan pengertian
kekuasaan,
otoritas
kedua
mengalihkan
kepada
diartikan
pihak
sebagai
lain. upaya
kekuasaan Sedangkan untuk
atau dalam
memberikan
kemampuan atau keberdayaan. Dari kedua pengertian tersebut maka konsep pemberdayaan tidak hanya menyangkut individu tetapi juga secara
kolektif.
pemberdayaan membangun
Ini
atau
tidak
lain
adalah
empowerment
eksistensi
pribadi,
sebagai
keluarga,
menempatkan bagian
dari
masyarakat,
konsep upaya bangsa,
pemerintah, Negara, dan tata dunia di dalam kerangka proses aktualisasi kemanusiaan yang adil dan beradab.
53
Sufyarma
(2003:63)
mendefinisikan:
“pemberdayaan
adalah
upaya untuk membangun daya atau potensi manusia dengan upaya mendorong, memotivasi, dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang
dimilikinya
serta
berupaya
untuk
mengembangkannya”.
Pemberdayaan dalam hal ini mengandung arti memperkuat potensi atau daya dan berupaya untuk mengembangkannya. Adapun menurut Sedarmayanti
(2000:79)
konsep
pemberdayaan
memiliki
dua
kecenderungan sebagai berikut: Pemberdayaan menekankan pada proses pemberian atau menjalankan sebagian kekuasaan, kekuatan atau kemampuan (power) kepada masyarakat atau individu agar lebih berdaya, proses ini sering disebut sebagai kecenderungan primer dari makna pemberdayaan. Pemberdayaan
menekankan
pada
proses
menstimulasi,
mendorong, dan memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau
keberdayaan
untuk
menentukan apa yang menjadi pilihan
hidupnya. Pemberdayaan merupakan salah satu aspek manajemen dalam mengoptimalkan memberikan
sumber
optimalisasi
pada
daya
organisasi sehingga mampu
sistem
dan
kinerjanya.
Untuk
memperkuat daya atau potensi yang dimiliki diperlukan langkahlangkah nyata, program yang terarah dan menciptakan iklim yang kondusif. Pemberdayaan juga dapat diartikan sebagai upaya yang dilakukan untuk menggerakan kekuatan, tenaga dan pengaruh terhadap
54
orang lain sehingga dapat menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik. Lebih
lanjut
pemberdayaan
Moeljarto
mengandung
(1996)
mengatakan
dan kecenderungan.
bahwa proses Pertama,
proses
pemberdayaan yang menekankan kepada proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan atau kemampuan kepada masyarakat agar individu menjadi lebih berdaya. Proses ini dapat dilengkapi pula mendukung
dengan
upaya membangun asset material guna
pembangunan
kemandirian
mereka melalui organisasi.
Kecenderungan ini dapat disebut sebagai kecenderungan primer. Sedangkan
kecenderungan
kedua
atau
kecenderungan
sekunder
menekankan pada proses menstimulasi, mendorong atau memotivasi individu
agar
mempunyai
kemampuan
atau
keberdayaan
untuk
menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya melalui proses dialog. Dalam pemberdayaan
hal
ini
Moeljarto
merupakan
proses
(1996)
mengatakan
pematahan
hubungan atau relasi antara subyek
(breakdown)
bahwa dari
dengan obyek. Proses ini
mementingkan adanya “pengakuan” subyek akan “kemampuan” dan upaya (power) yang dimiliki obyek. Secara garis besar proses ini melihat pentingnya aliran daya (flow of power) dari subyek ke obyek yang
merupakan
upaya
atau
cita-cita
untuk
mengintegrasikan
masyarakat miskin ke dalam aspek kehidupan yang lebih luas. Hasil akhir dari proses pemberdayaan adalah beralihnya fungsi individu
55
yang semula obyek menjadi subyek (yang baru) sehingga relasi social yang ada nantinya hanya akan dicirikan dengan relasi antar subyek dengan subyek yang lain. Dengan kata lain proses pemberdayaan mengubah pola relasi lama subyek-obyek menjadi subyek-subyek. Pemberdayaan
juga
dapat
diartikan
sebagai upaya
untuk
mengubah keadaan seseorang atau kelompok agar yang bersangkutan menjadi lebih berdaya. Hulme & Turner, dalam Pranarka & Moeljarto (1996) mengatakan bahwa pemberdayaan mendorong terjadinya suatu proses perubahan sosial yang memungkinkan orang-orang pinggiran yang tidak berdaya untuk memberikan pengaruh yang lebih besar di area politik secara lokal maupun nasional. Karena itu, pemberdayaan sifatnya individual sekaligus kolektif. Pemberdayaan juga merupakan suatu
proses
yang
menyangkut
hubungan-hubungan
kekuasaan
(kekuatan) yang berubah antara individu, kelompok, dan lembagalembaga sosial. Pemberdayaan juga merupakan proses perubahan pribadi, nama
karena masing-masing individu mengambil tindakan atas diri mereka
sendiri dan kemudian mempertegas kembali
pemahamannya terhadap dunia tempat ia tinggal. Kemudian
dalam
Prijono
(1996)
munculnya
konsep
pemberdayaan sebagai sebuah pendekatan dalam pembangunan tidak dapat dilepaskan dari perkembangan beberapa paradigma yang telah mendahuluinya.
Bahkan bisa dikatakan pemberdayaan merupakan
pendekatan alternatif dalam pelaksanaan pembangunan. Pemberdayaan
56
sudah mulai menjadi wacana ilmiah dalam masa pembangunan sejak dekade 80-an hingga berlanjut dan terus berkembang sampai sekarang. Akan
tetapi
sebenarnya
secara
historis
pemberdayaan
telah
dilaksanakan pada awal gerakan modern di Eropa. Adi (2001) mengartikan pemberdayaan sebagai suatu kegiatan untuk mengembangkan klien dari keadaan tidak atau kurang berdaya menjadi mempunyai daya guna mencapai hidup yang lebih baik. Sedangkan Payne dalam Adi (2001) memberikan suatu pengertian yang lengkap mengenai pemberdayaan sebagai berikut : “Suatu proses yang ditujukan guna membantu klien memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan ia lakukan yang terkait dengan diri mereka, termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan. Hal ini dilakukan melalui peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang ia miliki, antara lain melalui transfer daya dari ligkungan.” Pemberdayaan juga diartikan sebagai upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak
mampu
melepaskan
diri dari perangkap
kemiskinan dan
keterbelakangan. Mahardika (2001) melihat pemberdayaan sebagai upaya meningkatkan daya tawar rakyat dengan cara memberikan pendampingan
guna
meningkatkan
57
kesadaran
kritis
masyrakat,
sehingga dapat memahami dengan seksama penderitaan yang dihadapi dan dapat mengaktualisasikan aspirasi mereka. b. Pengertian Pemberdayaan Perempuan Menurut Novian (2010) pemberdayaan perempuan adalah upaya pemampuan perempuan untuk memperoleh akses dan kontrol terhadap
sumber
daya,
ekonomi,
politik,
sosial,
budaya,
agar
perempuan dapat mengatur diri dan meningkatkan rasa percaya diri untuk mampu berperan dan berpartisipasi aktif dalam memecahkan masalah, sehingga mampu membangun kemampuan dan konsep diri. Pemberdayaan perempuan merupakan sebuah proses sekaligus tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah kegiatan memperkuat kekuasaan dan keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan merujuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh perubahan sosial, yaitu masyarakat menjadi berdaya. Pemberdayaan perempuan merupakan upaya untuk mengatasi hambatan guna mencapai pemerataan atau persamaan bagi laki-laki dan perempuan pada setiap tingkat proses pembangunan. Teknik analisis pemberdayaan atau teknik analisis Longwe sering dipakai untuk
peningkatan
pembangunan.
pemberdayaan
perempuan
khususnya
dalam
Sara H. Longwee mengembangkan teknik analisis
gender yang dikenal dengan Kerangka
Pemampuan Perempuan.
Metode Sara H. Longwee mendasarkan pada pentingnya pembangunan bagi perempuan, bagaimana menangani isue gender sebagai kendala
58
pemberdayaan perempuan dalam upaya memenuhi kebutuhan spesifik perempuan dan upaya mencapai kesetaraan gender (Muttalib, 1993). Kriteria analisis yang digunakan dalam metode ini adalah (1) tingkat kesejahteraan, (2) tingkat akses (terhadap sumberdaya dan manfaat), (3)
tingkat
pengambilan
penyadaran, keputusan),
(4) dan
tingkat (5)
partisipasi
tingkat
aktif
penguasaan
(dalam (kontrol).
Pemahaman akses (peluang) dan kontrol (penguasaan) disini perlu tegas dibedakan. Akses (peluang) yang dimaksud di sini adalah kesempatan untuk menggunakan sumberdaya ataupun hasilnya tanpa memiliki
wewenang
penggunaan
dan
untuk
hasil
mengambil
sumberdaya
keputusan
tersebut,
terhadap
sedangkan
cara kontrol
(penguasaan) diartikan sebagai kewenangan penuh untuk mengambil keputusan atas penggunaan dan hasil sumberdaya. Dengan demikian, seseorang yang mempunyai akses terhadap sumberdaya tertentu, belum tentu selalu mempunyai kontrol atas sumberdaya tersebut, dan sebaliknya. Pendekatan
pemberdayaan
(empowerment)
menginginkan
perempuan mempunyai kontrol terhadap beberapa sumber daya materi dan nonmateri yang penting dan pembagian kembali kekuasaan di dalam maupun diantara masyarakat Moser dalam (Daulay, 2006). Di Indonesia keberadaan perempuan yang jumlahnya lebih besar dari lakilaki membuat pendekatan pemberdayaan dianggap suatu strategi yang melihat perempuan bukan sebagai beban pembangunan melaikan
59
potensi
yang
harus
dimanfaatkan
untuk
menunjang
proses
pembangunan. Menurut
Moser
dalam
Daulay
(2006)
bahwa
strategi
pemberdayaan bukan bermaksud menciptakan perempuan lebih unggul dari laki-laki kendati menyadari pentingnya peningkatan kekuasaan, namun pendekatan ini mengidentifikasikan kekuasaan bukan sebagai dominasi yang satu terhadap yang lain, melainkan lebih condong dalam kapasitas perempuan meningkatkan kemandirian dan kekuatan internal. Menurut Suyanto dan Susanti (1996) dalam Daulay (2006) bahwa yang diperjuangkan dalam pemberdayaan perempuan adalah pemenuhan hak mereka untuk menentukan pilihan dalam kehidupan dan
mempengaruhi
arah
perubahan
melalui
kesanggupan
untuk
melakukan kontrol atas sumber daya material dan nonmaterial yang penting. Mengukur
keberhasilan
program
pembangunan
menurut
perspektif gender, tidak hanya dilihat dari peningkatan kesejahteraan masyarakat atau penurunan tingkat kemiskinan.Tetapi lebih kepada sejauhmana
program
mampu
memberdayakan
perempuan.Dalam
mengukur pengaruh sebuah kebijakan, dan atau program pembangunan terhadap
masyarakat
menurut
perspektif
gender,
Moser
mengemukakan dua konsep penting, yakni pemenuhan kebutuhan praktis dan kebutuhan strategis gender. Pemberdayaan perempuan berdasarkan analisis gender adalah membuat perempuan berdaya
60
dalam memenuhi kebutuhan praktis gender dan kebutuhan strategis gender.
Analisis kebutuhan praktis dan strategis berguna untuk
menyusun suatu perencanaan ataupun mengevaluasi apakah suatu kegiatan pembangunan telah mempertimbangkan ataupun ditujukan untuk memenuhi kebutuhan yang dirasakan baik oleh laki-laki maupun perempuan (Moser dalam Daulay, 2006). Suatu
program
pembangunan
yang
berwawasan
gender
seharusnya berusaha untuk mengidentifikasi ataupun memperhatikan kebutuhan komunitas. Dengan menggunakan pendekatan Gender and Development, kebutuhan komunitas tadi dibedakan antara kebutuhan laki-laki dan perempuan baik
bersifat praktis maupun strategis.
Kebutuhan praktis berkaitan dengan kondisi (misalnya: kondisi hidup yang tidak memadai, kurangnya sumberdaya seperti pangan, air, kesehatan, pendidikan anak, pendapatan, dll), sedangkan kebutuhan strategis berkaitan dengan posisi (misalnya: posisi yang tersubordinasi dalam komunitas atau keluarga). Pemenuhan kebutuhan praktis melalui kegiatan pembangunan kemungkinan hanya memerlukan jangka waktu yang relatif pendek. Proses tersebut melibatkan input, antara lain seperti peralatan, tenaga ahli, pelatihan, klinik atau program pemberian kredit. Umumnya kegiatan
yang
bertujuan
memenuhi
kebutuhan
praktis
dan
memperbaiki kondisi hidup akan memelihara atau bahkan menguatkan hubungan tradisional antara laki-laki dan perempuan yang ada.
61
Kebutuhan
strategis biasanya
berkaitan dengan perbaikan posisi
perempuan (misalnya memberdayakan perempuan agar memperoleh kesempatan lebih besar terhadap akses sumberdaya, partisipasi yang seimbang dengan laki-laki dalam pengambilan keputusan) memerlukan jangka waktu relatif lebih panjang. c. Pengertian Kampus Pemberdayaan Perempuan Kampus secara harfiah adalah lapangan atau tegal. Ini di ambil dari bahasa latin yaitu “Campus” yang memiliki arti lapangan. Kemudian diterjemahkan menjadi daerah lingkungan bangunan utama perguruan tinggi (universitas, akademi) tempat semua kegiatan belajarmengajar dan administrasi berlangsung. Biasanya kampus meliputi, ruang kuliah, perpustakaan, penginapan atau asrama bagi murid atau siswa, dan ada tempat untuk dijadikan taman yang digunakan sebagai tempat berdiskusi dan bersosialisasi. Kata
kampus pertamakali digunakan untuk
menggambarkan
sebuah perguruan tinggi (Universitas) di College Of New Jersey sekarang Princeton Univercity pada abad ke-18.Pada abad ke-20 kata kampus
dikembangkan
menjadi
makna
sebuah
universitas
atau
perguruan tinggi. Namun definisi kampus juga ada yang menggunakan untuk mengistilahkan tempat bangunan baik milik lembaga tertentu, akademik maupun non akademik. Di Indonesia kata kampus biasanya digunakan untuk menyebut sebuah lembaga perguruan tinggi, Institut perguruan tinggi, sekolah
62
tinggi, perguruan tinggi atau biasa disebut Universitas. Kata “kampus” juga telah diterapkan pada Universitas Eropa, meskipun lembaga tersebut
sebagian
besar
ditandai dengan
kepemilikan
bangunan
individu di daerah perkotaan daripada seperti taman rumput di mana bangunan ditempatkan. Berbeda lagi arti kampus dalam hal ini, kampus disini adalah teras warga yang tempatnya bersebelahan dengan sekretariatan LSM FASKHO
yang
digunakan
sebagai
perkumpulan
pemberdayaan
perempuan.Di teras warga itulah dijadikan tempat yang bernama kampus pemberdayaan perempuan, digunakan sebagai pertemuan rutin seperti
halnya
perkuliahan
yang
diberikan
arahan
arahan
dan
bimbingan keterampilan dan sebagai tempat praktek keterampilan juga. 4. Pengertian LSM Sebelum dijelaskan lebih lanjut tentang LSM, ada baiknya terlebih dahulu dijelaskan tentang beberapa pengertian yang menjadi cikal bakal munculnya istilah LSM, diantaranya; Ornop (Organisasi Non Pemerintah), NGO (Non-Government Organization), PVO (Private Voluntary Organization), SCO (Civil Society Organization), dan Lembaga Pengembangan Swadaya Masyarakat (LPSM). Sebelum dikenal luas dengan nama LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), telah dikenal istilah Ornop (Organisasi Non Pemerintah). Istilah Ornop yang muncul sekitar awal 1970-an, digunakan sebagai
63
terjemahan dari NGO (Non Government Organization) dalam lingkungan internasional. Akan tetapi ada kritik terhadap pengertian Ornop, ia dianggap organisasi
terlalu luas karena mencakup sektor swasta (bisnis) dan kemasyarakatan
lain
yang
tentunya
juga
bersifat
non-
pemerintah. Richard Holloway misalnya, menganggap istilah NGO – yang kemudian di Indonesia dikenal dengan Ornop – terlalu luas dan artinya bisa juga berlaku bagi organisasi lain yang bukan bagian dari pemerintah. Meskipun demikian Holloway benar bahwa NGO adalah salah satu bagian dari civil society (Isagani R. Serrano, 1994).Namun demikian, istilah Ornop dan NGO sudah dengan sendirinya menunjukkan identitas yang berbeda. Dia terbentuk oleh sejarah pada tahun 1950-1960 hingga sekarang,
sehingga
agak
sulit
menyamakannya
dengan
organisasi
kemasyarakatan (ormas) lain, organisasi social (orsos), organisasi bisnis/ swasta, ataupun organisasi keagamaan. Pengertian lain tentang Ornop
adalah sebagai PVO (Private
Voluntary Organization). Konsep ini berasal dari konteks Amerika yang digunakan oleh USAID serta Bank Dunia untuk melihat peran yang dimainkannya.Tetapi perbedaan antara NGO dengan PVO bukanlah sekedar istilah, melainkan lebih substansial. Rajesh Tadon dalam Rusmin Tumanggor (2005) menyebutkan PVO sebagai teori “Tiga Sektor”, yaitu pemerintah, bisnis atau korporasi, dan organisasi voluntary (kerelawanan) yang saling memperkuat dan komplementer. PVO, yang masuk dalam sector ketiga, jauh berbeda dengan rumusan NGO/ Ornop yang merupakan
64
bagian dadri teori masyarakat sipil. Menurut Tandon, NGO/ Ornop perlu dilihat
sebagai sebuah
institusi public
yang
terlibat
dalam proses
penguatan masyarakat sipil dalam berhadapan dengan Negara dan penguasa. NGO sendiri merupakan institusi baru di dunia barat yang muncul sekitar tahun 1950-1960 dan pada awalnya NGO hanya mengurus bantuan kedermawanan (Serrano, 1994). Bantuan pembangunan kepada NGO pada tahun 1970an-an ke atas lahir bersamaan dengan mengalirnya bantuan asing (dan utang) seiring dengan decade “modernisasi” dan pertumbuhan ekonomi Negara Dunia Ketiga. Secara umum, NGO di dunia Barat dapat dibedakan dalam dua jenis.Pertama, NGO yang berorientasi pada aksi atau program.Kedua, NGO
yang
berfungsi
sebagai
lembaga
donor.Jenis
yang
pertama
menjalankan programnya karena keprihatinan terhadap berbagai masalah yang muncul di masyarakat seperti isu hak asasi manusia, lingkungan hidup, perdamaian, keadilan, dan lain-lain. Beberapa diantaranya adalah IPPF (International Planned Parenthood Federation) yang berdiri di Inggris pada tahun 1952; ICJ (International Commission of Jurists, 1952) didirikan di Swiss; IOCU (International Organization of Consumers Union, 1960) didirikan di Belanda, Amnesty International (1961) NGO yang membela hak-hak asasi tahanan politik di seluruh dunia yang didirian di Inggris; ICVA (International Council of Voluntary Agencies, 1961) didirikan di Swiss; Minority Rights Group (1968) NGO pembela
65
masyarakat adat didirikan di Inggris, Green Peace (1971) organisasi terkemuka lingkungan hidup didirikan di Inggris, dan WRM (World Rainforest Movement, 1986) aktif membela pelestarian hutan tropis dan berdiri di Malaysia. Pada kategori kedua, NGO berfungsi sebagai lembaga donor yang khusus menyalurkan bantuan dana kepada NGO di Dunia Ketiga. Mereka menghimpun
dana
dari
usaha-usaha
swadaya
masyarakat,
donator
perorangan, usaha komersial, maupun dari alokasi dana bantuan kerja sama pembangunan internasional pemerintah yang kemudian disalurkan ke NGO bersangkutan. Beberapa di antara mereka yang terkemuka adalah OXFAM yang berdiri di Belanda pata tahun 1956 dan 1968, CIDA yang berdiri di Kanada pada tahun 1968, dan lain-lain. Pada perkembangan selanjutnya, NGO kemudian menjadi organisasi/ lembaga yang diakui pengaruhnya di tingkat nasional, regional maupun internasional. Beberapa diantaranya bahkan mendapat penghargaan Nobel untuk perdamaian, karena sumbangan mereka yang signifikan terhadap kemanusiaan, keadilan dan perdamaian dunia. Misalnya, Sean MacBride, Ketua Amnesty International tahun 1961-1974 yang mendapat Nobel pada tahun
1974;
Maried
Corrigen dan Betty Williams (1970) aktivis
perdamaian Irlandia pendiri Community of Peace People, Amnesty International (1977) sebagai lembaga hak asasi manusia; Adolfo Perez Esquivel (1980) aktivis hak asasi manusia dari Argentina yang mendirikan Servis for Peace an Justice, International Physician for the Prevention of
66
Nuclear War (IPPNW, 1985) didirikan oleh Bernard Lown (USA) dan Yevgeny Chazow (USSR); dan Riogoberta Manchu (1992) aktivis hak-hak masyarakat adat dari Guatemala. Dengan prestasi demikian, NGO tidak bias
lagi dikesampingkan
dalam setiap
isu polotik,
karena NGO
merupakan representative kekuatan masyarakat (Tumanggor, 2005). Sedangkan LSM mulai digunakan sebagai istilah dalam sebuah seminar Ornop di gedung Yayasan Tenaga Kerja Indonesia pada tahun 1980, atas inisiatif Bina Desa, Walhi dan YTKI. Alasan utama untuk tidak memakai
istilah
Ornop
karena
yang
salah,
yakni
pengertian pemerintah”
atau
oposan
dikhawatirkan organisasi
pemerintah
akan
yang
menimbulkan
“berlawanan
(Witoelar,
1981).
dari
Padahal
sesungguhnya lembaga keswadayaan ini tidak selalu berada pada posisi yang
berlawanan
dengan
pemerintah.Karena
itu,
di
tengah-tengah
kecenderungan eufemisme politik dan sensor diri, kalangan Ornop juga berusaha melunakan arti keberadaan mereka, khususnya bila berhadapan langsung dengan pemerintah. Agar dapat bekerja sama seluas-luasnya dengan pemerintah, mereka memposisikan diri sebagai “bagian dari sistem”. Dalam
lokakarya
“Kerjasama
Terpadu
untuk
Pengembangan
Pedesaan” yang diadakan Bina Desa, tanggal 13-15 April 1978 di Ungaran, di pakai istilah LPSM (Lembaga Pembina Swadaya Masyarakat) yang sifatnya terbatas pada lembaga/ organisasi yang secara langsung bergerak
membina
pengembangan
67
masyarakat.Belakangan
LPSM
merupakan
singkatan
dari
Lembaga
Pengembangan
Swadaya
Masyarakat.Sementara menurut Ismi Hadad dalam “Menampilkan Protet Pembangunan Berwajah Swadaya Masyarakat”, di Majalah Prisma No.4, April 1983,
menjelaskan bahwa pengertian LPSM tidak
termasuk
lembaga-lembaga yang secara tidak langsung membina masyarakat seperti misalnya studi, lembaga penelitian, biro konsultasi ataupun penerbitan. Pengertian LPSM/ LSM yang kemudian berkembang, berasal dari istilah SHP (Self Help Promotors) dan SHO (Self Help Organizations). Ketika LSM kemudian dipakai sebagai istilah umum yang mencangkup berbagai bentuk dan sifat lembaga, maka untuk SHO dipakai istilah KSM (Kelompok
Swadaya
Masyarakat)
di
Indonesia
sebenarnya
telah
berlangsung sejak awal abad ke-20. Mula-mula diawali dengan berdirinya Boedi Oetomo pada tahun 1908 sebagai organisasi non pemerintah, kemudian disusul dengan organisasi-organisasi lainnya baik yang bersifat lokal
maupun
nasional.
Dawam
Rahardjo
dalam
Budairi
(2002)
mengatakan bahwa Boedi Oetomo yang lahir tahun 1908 bisa disebut sebagai LSM pertama di Indonesia, sebagaimana diketahui pendiri Boedi Oetomo
yang
mula-mula
adalah
mahasiswa
yang notabene bukan
pemerintah. Kegiatan Boedi Oetomo yang pada enam bulan pertama adalah bidang-bidang yang di masa sekarang diidentikkan dengan bidang garap
LSM,
mengembangkan
yakni
pengembangan
industri
rumah
modal usaha tangga,
dan
kelas
menengah,
penyatuan
orang
miskin.Meski demikian, kecenderungan Boedi Oetomo sebagai LSM tidak
68
bertahan lama, hanya sekitar enam bulan sejak peniriannya.Setelah itu Boedi Oetomo dikuasai oleh pamong praja yang berkecenderungan elitis. Akan tetapi ada pula yang mengatakan bahwa sebenarnya LSM pertama itu adalah Persatuan Bangsa Indonesia (PBI) yang didirikan olehDr.Soetomo (Budairi, 2002).Selain Boedi Oetomo dan PBI, maka lahir dan juga berkembang organisasi-organisasi non pemerintah atas latar belakang keagamaan, ekonomi, sosial, dan budaya.Namun kata-kata LSM sebagaimana dikenal sekarang ini sejarahnya masih relatif baru. Kalangan aktivis
LSM
menyebut
PKBI
(Perkumpulan
Keluarga
Berencana
Indonesia) adalah LSM pertama, didirikan pada tanggal 23 Desember 1957 di Jakarta atau 12 tahun setelah Indonesia merdeka. Istilah LSM secara tegas didefinisikan dalam Instruksi Menteri Dalam Negeri (Inmendagri) No.8/1990, yang ditujukan kepada Gubernur di seluruh Indonesia tentang Pembinaan Lembaga Swadaya Masyarakat. Lampiran II dari Inmedagri menyebutkan bahwa LSM adalah organisasi atau lembaga yang anggotanya adalah masyarakat warga negara Republik Indonesia yang secara sukarela atau kehendak sendiri berniat serta bergerak di bidang kegiatan tertentu yang ditetapkan oleh organisasi /lembaga
sebagai
meningkatkan
wujud
taraf
hidup
partisipasi dan
masyarakat
kesejahteraan
dalam
masyarakat,
upaya yang
menitikberatkan kepada pengabdian secara swadaya. Budairi (2002) menyebutkan bahwa LSM, dalam pengertian yang lebih
politis
adalah
organisasi
69
keswadayaan
masyarakat
yang
diorientasikan
sebagai tandingan
pemerintah,
bahkan biasa diartikan
berlawanan dan pesaing pemerintah.Itu sebabnya sebagian kalangan LSM lebih menyukai menyebutkan sebagai organisasi non pemerintah (Ornop) dari pada LSM. Sedangkan Abdul Hakim Garuda Nusantara dalam Budairi (2002) mengatakan bahwa definisi LSM memang sulit dirumuskan, akan tetapi secara sederhana barangkali bisa di artikan sebagai gerakan yang tumbuh
berdasarkan
nilai-nilai
kerakyatan.
Tujuannya
adlah
untuk
menumbuhkan kesadaran dan kemandirian masyarakat, yang akhirnya meningkatkan kesejahteraan rakyat. Menurut Peter Hannan (1988), seorang pakar ilmu-ilmu social dari Autralia yang pernah melakukan penelitian tentang LSM di Indonesia pada tahun 1986, menyebutkan bahwa LSM adalah organisasi yang bertujuan untuk mengembangkan pembangunan di tingkat grassroots, biasanya melalui penciptaan dan dukungan terhadap kelompok-kelompok swadaya local. Kelompok-kelompok ini biasanya mempunyai 20 sampai 50 anggota.Sasaran LSM adalah untuk menjadikan kelompok-kelompok ini berswadaya setelah proyeknya berakhir. Di Indonesia,
pengertian
LSM
memiliki cirri-ciri sebagaimana
dikatakan oleh M.M. Billah (1990) adalah pertama, orientasi mereka kepada penguatan kelompok-kelompok komunitas. Kedua, pada umumnya ada komitmen yang kuat terhadap cita-cita partisipasi rakyat, ketiga, adanya satu komunitas LSM di Indonesia, dengan hubungan silang anatar
70
pribadi dan kelembagaan yang saling mndukung, terdapat pertukaran gagasan dan sumber daya. George Junus Aditjondro dalam Budairi (2002) juga mengatakan bahwa istilah LSM diberikan kepada semua organisasi yang melakukan oposisi dan kritik terhadap kebijaksanaan pemerintah. Jadi pengertian LSM hamper identik dengan gerakan oposisi. 1) Peranan dan Klasifikasi LSM Ralston (1983) mencatat bahwa LSM dapat memainkan beberapa peranan dalam mendukung kelompok swadaya yang dikembangkan, termasuk di antaranya adalah : 1. Mengidentifikasi kebutuhan kelompok local dan taktik-taktik untuk memenuhi kebutuhan; 2. Melakukan mobilisasi dan agitasi untuk usaha aktif mengejar kebutuhan yang telah diidentifikasi tersebut; 3. Merumuskan kegiatan jangka panjang untuk mengejar sasaransasaran pembangunan lebih umum; 4. Menghasilkan dan memobilisasi sumber daya local atau eksternal untuk kegiatan pembangunan pedesaan; 5. Peraturan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan. Tiap LSM biasanya tidak menjalankan semua fungsi ini, setidaknya pada waktu yang sama. Sedangkan Gaffar (2000: 203) mengidentifikasi tiga jenis peranan yang dapat diberikan oleh LSM, yaitu :
71
1. Mendukung dan memperdayakan masyarakat pada tingkat akar rumput
(grassroots)
yang
sangat
esensial
dalam
rangka
menciptakan pembangunan yang berkelanjutan; 2. Meningkatkan pengaruh politik secara meluas, melalui jaringan kerjasama, baik dalam suatu Negara atupun dengan lembagalembga internasional lainnya; 3. Ikut mengambil bagian dalam menentukan arah dan agenda pembangunan. Kemudian Hagul dalam Tricanto (2000:30) juga mengemukakan lima cirri peranan yang dimiliki oleh LSM, yaitu : 1. Dapat menjangkau masyarakat miskin; 2. Dapat mendorong partisipasi yang lebih luas; 3. Tidak bersifat birokratis; 4. Mampu bereksperimen; dan 5. Biaya operasional murah. Menurut Morris (2000), LSM di Indonesia dapat dikategorikan sebagai organisasi sector non-profit.Ia melakukan teoritisasi terhadap fenomena LSM dengan mencirikan organisasi sector non profit tersebut sebagai berikut: 1. Terorganisir (organized); terinstitusionalisasi dari sudut bentuk organisasi dan system operasinya 2. Bukan Negara (private); secara institusional bukan bagian dari Negara atau pemerintah
72
3. Tiak berorientsi profit (non-profit distributing); tidak berorientasi menghasilakan keuntungan bagi pemilik atau para direkturnya, tetapi mengembalikan pendapatannya untuk kepentingan misinya 4. Swadaya (self-governing); mempunyai system untuk mengatur dirinya sendiri 5. Kesukarelaan (voluntary); melibatkan partisipasi sukarela dalam operasi ataupun manajemen organisasi. Sedangkan Eldridge dalam Rustam Ibrahim (1997:196) mencatat bahwa LSM Indonesia memiliki cirri-ciri umum yang sama, antara lain 1. Orientasi
mereka
kepada
penguatan
kelompok-kelompok
komunitas sebagai basis dari masyarakat dan sebagai pengimbang bagi pemerintah. Hal ini berkaitan dengan satu pencarian kreatif bagi pola baru pembentukan kelompok untuk memenuhi perubahan kebutuhan social dan pembangkitan struktur dari yang tidak diuntungkan dan tidak berdaya; 2. Pada
umumnya
ada komitmen yang kuat tehadap
cita-cita
partisipasi rakyat di dalam pengambilan keputusan; 3. Adanya satu komunitas LSM di Indonesia, dengan banyak hubungan silang antar pribadi dan kelembagaan yang saling mendukung, terdapat pertukaran gagasan dan sumber daya yang memberikan potensi pada satu front bersama pada berbagai tingkat. Adi Sasono (2002) juga menjelaskan mengenai tiga peranan dari LSM, yaitu: advokasi kebijakan terhadap Negara, mengupayakan agar
73
sector swasta mengembangkan kemitraan sosial, dan mengembangkan kapasitas masyarakat
kelembagaan pada
kelompok-kelompok
umumnya,
juga
civil
produktifitas
dan
society
dan
kemandirian
mereka. Ide dasar dari pembagian tersebut adalah keterlibatan dalam pembangunan secara bersama, daripada menciptakan konflik social di antara kelompok-kelompok yang memiliki kepentingan maupun kelaskelas ekonomi yang berbeda. Dari gambaran di atas, menurut Ibrahim (2002) beberapa kata kunci berikut ini dapat membantu kita terhadap pengidentifikasian LSM di Indonesia, yaitu: 1. Bersifat non pemerintah; LSM yang didirikan secara hokum tidak mempunyai kaitan dengan organisasi Negara atau pemerintahan 2. Mempunyai asas kesukarelaan 3. Tidak mencari keuntungan (non-profit) 4. Tidak untuk melayani diri sendiri atau anggota-anggotanya. LSM didirikan untuk melayani kepentingan umum (public good), kaum miskin, kaum duafa, dan kaum yang terpinggirkan.
B. Hasil Penelitian yang Relevan 1. Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Terhadap Pemberdayaan Perempuan Melalui Pelatihan Life Skill (Studi kasus di lembaga Advokasi pendidikan Yogyakarta) oleh Kirorim Baroroh
74
Sebagian besar perempuan masih berkiprah di sektor informal atau pekerjaan yang tidak memerlukan kualitas pengetahuan dan keterampilan spesifik. Pekerjaan ini biasanya kurang memberikan jaminan perlindungan secara hukum dan jaminan kesejahteraan yang memadai, disamping kondisi kerja yang memprihatinkan serta pendapatan yang rendah. Beberapa studi mengindikasikan upah perempuan lebih rendah dari lakilaki. Salah satu studi menunjukkan bahwa upah perempuan sekitar 70% dari upah laki-laki. perempuan
Dilihat dari akses terhadap
diperkirakan
mempunyai akses
yang
kredit, pengusaha lebih
kecil,
11%
dibandingkan laki-laki, 14%.7 Informasi dari Kementrian Pemberdayaan Perempuan (Hastuti dkk, mengakibatkan
2003).
perempuan
Budaya yang cenderung patriarki
sebagai
salah
satu
kelompok
yang
termarjinalkan, baik dalam akses pendidikan, kesehatan, dan 3 ekonomi. Guna
meningkatkan
kesejahteraan
perempuan
salah
satunya
adalah
melalui pendidikan non formal yaitu pelatihan life skill. 2. Pemberdayaan Perempuan Melalui Program Usaha Sosial Ekonomis Produktif Keluarga Miskin (USEP-KM) oleh Dinas Sosial DIY di Hargorejo Kokap Kulonprogo. Evi Alfianti, nim 10250057, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, tahun 2014. Masalah kemiskinan sampai saat ini terus-terusan menjadi masalah yang berkepanjangan.
Kemiskinan
merupakan
persoalan
yang
multi
dimensional yang tidak saja melibatkan faktor ekonomi semata, tetapi juga sosial, budaya dan politik. Kemiskinan yang disebabkan oleh faktor
75
budaya dan karakter masyarakat itu sendiri. Sebagian orang beranggapan bahwa karakter masyarakat Indonesia cenderung konsumtif. Perilaku konsumtif ini ternyata bukan hanya milik golongan menengah keatas (orang kaya) melainkan ditiru oleh golongan menengah kebawah. Perilaku konsumtif adalah gaya hidup dimana seseorang lebih senang membeli suatu barang yang diinginkan, cenderung
mengikuti
tren
bersifat sementara (habis-pakai) dan
tanpa
memperhatikan
kebutuhan
untuk
keberlangsungan hidup selanjutnya. Karakter seperti inilah yang membuat bangsa Indonesia tidak dapat maju bahkan cenderung tertinggal karena dengan karakter yang konsumtif, Indonesia akan selalu tergantung pada negara-negara yang sudah terlebih dahulu maju.
Alangkah baiknya
karakter masyarakat konsumtif tersebut dapat diubah menjadi masyarakat yang produktif. Dengan masyarakat yang produktif, pendapatan keluarga akan meningkat sehingga perekonomian keluarga juga akan meningkat serta kemampuan diri menjadi lebih meningkat dan sejahtera. Agar masyarakat
menjadi
produktif,
diperluakn
usaha-usaha.
Usaha-usaha
tersebut salah satunya dengan memperdayakan masyarakat khususnya perempuan.
Di dalam pemberdayaan perempuan, konsep kesetaraan
gender menjadi sangat penting. 3. Pemberdayaan Perempuan Melalui Home Industry Kain Jumputan di Kampung Celeban, Kelurahan Tahunan, Yogyakarta, Studi Dampak Sosial dan Ekonomi. Toyyib Alamsyah 10230008, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, tahun 2014.
76
Di Provinsi DIY tingkat pengangguran perempuan pada tahun 2011 tercatat
sebanyak
33.907
jiwa,
hal tersebut
menunjukkan
bahwa
penyerapan tenaga kerja perempuan di wilayah DIY masih belum maksimal, dengan demikian menjadi tugas bagi pemerintah pusat untuk menciptakan
lapangan
pekerjaan
bagi
perempuan.
Selain
faktor
kemiskinan, minat kerja seorang perempuan disebabkan karena beberapa hal; pertama ingin menambah kebutuhan keluarga, kedua ingin memiliki minat atau keahlian, ketiga ingin memperoleh status, keempat ingin mengembangkan diri, dan kelima mengurangi ketergantungan dengan suami. Di kampung Celeban Yogyakarta terdapat kegiatan industri mikro kecil pembuatan kain jumputan (bahan setengah jadi) yang merupakan kegiatan kelompok perempuan produktif. Kelompok ini bernama “Ibu Sejahtera”
dan
keberadaannya
bertujuan
memberdayakan
serta
menciptakan lapangan pekerjaan bagi ibu-ibu warga sekitar (seluruh kalangan). Dari penelitian-penelitian di atas sedikit berbeda dengan penelitian di
Kampus
Banjarasari. pelatihan,
Pemberdayaan
Perempuan
yang
berada
di
Gilingan
Di kampus pemberdayaan perempuan ini dimulai dari permodalan,
dan kemudian pendampingan. Dalam kampus
pemberdayaan perempuan ini di berikan pelatihan-pelatihan keterampilan yang cukup berfarian dan bisa menyesuaikan dengan minat atau bakat para anggota pemberdayaan. Kemudian anggota pemberdayaan perempuan ini diberikan modal untuk melanjutkan bakatnya sampai memperoleh hasil
77
yang baik. Lembaga FASKHO tetap terus memberikan arahan dan dampingan
secara
berkelanjutan
kepada
anggota
pemberdayaan
perempuan yang telah bekerja.
G. Kerangka Berfikir LSM secara tegas didefinisikan dalam Instruksi Menteri Dalam Negeri (Inmendagri) No.8/1990, yang ditujukan kepada Gubernur di seluruh Indonesia tentang Pembinaan Lembaga Swadaya Masyarakat. Lampiran II dari Inmedagri menyebutkan bahwa LSM adalah organisasi atau lembaga yang anggotanya adalah masyarakat warga negara Republik Indonesia yang secara sukarela atau kehendak sendiri berniat serta bergerak di bidang kegiatan tertentu yang ditetapkan oleh organisasi /lembaga sebagai wujud partisipasi
masyarakat
dalam
upaya
meningkatkan
taraf
hidup
dan
kesejahteraan masyarakat, yang menitikberatkan kepada pengabdian secara swadaya. Kemudian Hagul dalam Tricanto (2000:30) juga mengemukakan lima cirri peranan yang dimiliki oleh LSM, yaitu: Dapat menjangkau masyarakat miskin; Dapat mendorong partisipasi yang lebih luas; Tidak bersifat birokratis; Mampu bereksperimen; dan Biaya operasional murah. LSM FASKHO
adalah Lembaga Swadaya Masyarakat yang
bernamakan Fastabiqul Khoirot (FASKHO) yang berdiri sejak tahun 2012 yang beralamatkan di Jalan Kutilang IV Cinderejo Kidul Rt 02 Rw 08 Gilingan Banjarsari Surakarta. FASKHO sebagai lembaga pengembangan perekonomian umat dan mendirikan Kampus Pemberdayaan Perempuan
78
pada tahun 2013. Kampus ini mengadakan kumpulan rutin pada setiap tanggal 5. Kegiatan yang dilaksanakan di kampus ini yang pertama yaitu pelatihan; pelatihan ini yaitu pelatihan keterampilan yang guna ibu-ibu ini memiliki
keterampilan
yang
bisa
dimanfaatkan
untuk
menambah
perekonomian keluarga. Pelatihan keterampilan tersebut diantaranya ialah; Tata Boga, Busana, dan Kerajinan. Keterampilan tata boga yaitu membuat karak herbal, karak yang tidak menggunakan bahan pengawet, dan kemudian membuat makanan yang berbahan dari tiwul dan pernah juga dilaksanakan festifal tiwul yang isinya berbagai macam makanan yang berbahan dari tiwul dan yang paling favorit adalah kroket tiwul dan brownis tiwul, karena terbukti banyak yang pesan untuk berbagai acara. Kemudian yang kedua yaitu keterampilan busana yang membimbing menjahit dan membimbing membentuk hijab yang
bagus
dan
modern
apabila
digunakan
saat
acara-acara
tertentu.Kemudian yang ketiga keterampilan kerajinan yaitu membimbing membuat atau menganyam kursi dengan bahan rotan, membuat parsel yang biasanya digunakan untuk lamaran atau pernikahan, membuat bungan dari bahan sabun, dan membuat sabun cair. Kegiatan yang kedua yaitu permodalan, yaitu dengan mengadakan simpan pinjam tanpa menggunakan bunga, dengan tidak menggunakan bunga ini diharapkan agar supaya barokah. Dengan simpan pinjam ini bisa digunakan sebagai modal untuk ibu-ibu. Selanjutnya kegiatan yang ketiga adalah pendampingan, yaitu dampingan yang dilakukan guna mengetahui
79
bagaimana kemajuan yang didapat dan bisa dipertahankan dengan baik. Dan pendampingan
ini juga
guna
meningkatkan keimanan ibu-bu dengan
mengadakan doa bersama, dan bersolawat bersama. Kampus pemberdayaan Pemberdayaan
Pemberdayaan yang
lain
Perempuan
Perempuan
yang ini
ada
di
ini
berbeda
dengan
karena
Kampus
Surakarta
melakukan
upaya
pengembangan
perekonomian umat masyarakat dengan cara peningkatan perekonomian ibu-ibu serta meminimalisir ibu-ibu yang pengangguran dan kurang dalam tingkatan keimanan agar tidak mudah terbujuk pada pekerja seks komersial. Oleh karena itu LSM FASKHO mendirikan Kampus Pemberdayaan Perempuan untuk mensejahterakan umat serta membimbing agar tetap meningkatkan ibadah dan menambah keimanannya.
80
Input - Ibu-ibu pengangguran membuat rendahnya ekonomi perempuan. - Ibu-ibu yang kurangnya kesadaran akan keagamaan. - Ibu-ibu pengangguran dapat tergiur dengan adanya ajakan menjadi PSK.
Dakwah Bil alhal dalam kampus pemberdayaan perempuan
1. Keterampilan - Pelatihan keterampilan tata boga (karak herbal, makanan berbahan tiwul, dll) - Pelatihan keterampilan tata busana (menjahit, hijab modern, dll) - Pelatihan kerajinan (kursi rotan, membuat parcel, membuat sabun cuci dari sisa-sisa potongan sabun, dll) 2. Permodalan (simpan pinjam tanpa menggunakan bunga) 3. Pendampingan
Output Meningkatnya perekonomian perempuan dengan berkurangnya ibuibu pengangguran dan bertambahnya kesadaran umat akan beribadah.
81
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kampus pemberdayaan perempuan yang beralamat Jalan Kutilang IV Cinderejo Kidul Gilingan Banjarsari Surakarta. Adapun waktu pelaksanaan penelitiannya mulai bulan November sampai Desember 2016. Peniliti melakukan penelitian langsung pada tempat pemberdayaan perempuan agar dapat melihat kegiatan atau aktivitas yang ada dikampus pemberdayaan, serta dalam penelitian ini membutuhkan waktu kurang lebih tiga bulan untuk mendapatkan informasi dan data penelitian secara lengkap. B. Pendekatan Penelitian Penelitian
mengenai
pemberdayaan
perempuan
melalui
kampus
pemberdayaan perempuan, studi pengalaman dakwah bil hal FASKHO dalam kampus pemberdayaan perempuan di Gilingan Banjarsari ini menggunakan pendekatan sosiologi agama,
masyarakat dan jenis penelitian kualitatif
deskriptif yaitu penelitian untuk menggambarkan secara cermat terhadap fenomena sosial yang diteliti. Di mana ini hanya menggambarkan atau memaparkan
data-data
penelitian
yang
berhubungan
dengan
dengan
penelitian ini. Dengan model penelitian kualitatif deskriptif ini diharapkan
82
akan memberikan gambaran yang menyeluruh dan cermat tentang tema penelitian di atas. Dalam
pendekatan
penelitian
ini peneliti menggunakan
penelitian
kualitatif deskriptif yaitu agar dapat memberikan penilitian yang menyeluruh dan cermat tentang kampus pemberdayaan perempuan yang didirikan oleh LSM FASKHO di Gilingan tersebut. Serta dapat menggambarkan peran dakwah FASKHO dalam kampus pemberdayaan perempuan di Gilingan. C. Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah orang-orang yang menjadi sumber informasi yang dapat memberikan data-data yang sesuai dengan masalah-masalah yang diteliti (Amirin, 1998:135). Subjek penelitian ini adalah seluruh pihak yang terkait dengan pelaksanaan kampus pemberdayaan perempuan yang didirikan oleh LSM FASKHO. Peneliti mendapatkan keterangan tentang dakwah bil hal FASKHO dalam kampus pemberdayaan perempuan dengan langsung interview atau meminta data dengan pimpinan LSM, pembimbing, sekretaris, bendahara, serta anggota LSM. Dengan mengambil sumber keterangan dari seluruh pihak yang terkait dapat memberikan penelitian yang menyeluruh dan lengkap. D. Tehnik Pengumpulan Data 1. Metode Observasi Observasi adalah pengamatan langsung untuk melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang
83
terjadi sebenarnya untuk menghindari kekeliruan karena kurang mampu mengingat dari hasil wawancara (Tohirin, 2012:62). Metode observasi digunakan untuk menggali data dari sumber data yang berupa peristiwa, tempat/lokasi serta rekaman gambar.Observasi dapat
dilakukan
secara
langsung
maupun
tidak
langsung
(Sutopo,
2002:64). Observasi langsung yaitu pengamatan secara langsung pada kegiatankegiatan kampus pemberdayaan perempuan yang didirikan oleh LSM FASKHO di Gilingan, Banjarsari, Surakarta. Observasi langsung ini dilakukan secara non formal, hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan data yang murni, menghindari sikap formal dan jauh dari kondisi apa adanya. Dengan observasi langsung ini penulis akan secara langsung berhadapan dengan apa atau siapa yang diteliti. 2. Metode Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, percakapan itu dilaksanakan oleh 2 pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan
pertanyaan
dan
yang
diwawancarai
(interview)
yang
memberikan jawaban atas pertanyaan itu dengan maksud mengkontruksi orang,
kejadian,
kegiatan,
kegiatan
organisasi,
perasaan,
motivasi,
tuntutan, kepedulian dan lain-lain (Moleong, 2004:133). Dalam mendalam masyarakat
penelitian pada
ini
pengurus
sekitar.
yaitu
wawancara
FASKHO,
Wawancara
84
yang
dilakukan
pembimbing,
dilakukan
dengan
anggota, cara
secara dan
sealamiah
mungkin,
mengalir
dan
tidak
formal namun mengarah pada tema
penelitian. Hal cara ini diharapkan akan mampu mengkap ide, gagasan, pandangan pribadi dan emosi dari sumber informasi. 3. Metode Dokumentasi dan Arsip Dokumentasi adalah setiap bahan tertulis ataupun film, lain dari record
yang tidak
dipersiapkan karena adanya permintaan seorang
penyelidik. Dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data dapat dimanfaatkan untuk menguji dan menafsirkan. (Moleong, 2004: 161). Dalam
proses
pencatatan
diusahakan
mengumpulkan
berbagai
dokumen yang terkait dengan kampus pemberdayaan perempuan yang didirikan oleh LSM FASKHO di Gilingan, Banjarsari, Surakarta mulai dari dokumentasi dan arsip.
E. Keabsahan Data Dalam penelitian ini pengecekan keabsahan data dilakukan dengan metode triangulasi adalah teknik
pemeriksaan keabsahan data dengan
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data tersebut. (Moleong, 2004:178). Uji keabsahan data dalam penelitian ini dilakukan melalui dua cara yaitu: 1. Triangulasi data.
Dalam hal ini peneliti menggunakan beberapa
sumber data untuk mendapatkan fokus data yang sama.
85
2. Review informan. Mekanismenya adalah laporan penelitian yang telah disusun peneliti akan direview oleh informan, khusunya informaninforman kunci. Hal ini untuk mengetahui apakah yang ditulis oleh peneliti merupakan sesuatu yang sesuai dengan kenyataan yang ada atau tidak. Hal itu untuk menghindari kesalahan dalam penelitian ini.
F. Tehnik Analisis Data Tehnik analisis data di dalam penelitian kualitatif dilakukan secara bersamaan dengan proses pelaksanaan pengumpulan data. Dalam penelitian kualitatif,
analisis
data
terdiri
dari
empat
komponen
pokok,
yaitu
pengumpulan data, reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan serta verifikasinya. Proses analisis oleh data sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan hipotesis itu. Dalam menganalisis data diperoleh dari catatan lapangan, gambar, foto, dokuen berupa laporan, biografi, artikel dan sebagainya (Lexy, 2001: 103). Dalam penelitian ini ada 4 fase kegiatan dalam melakukan analisis data yaitu: 1. Pengumpulan Data Sewaktu
pengumpulan
data
khususnya
wawancara,
peniliti
memastikan peserta penelitian merasa nyaman. Di samping itu juga meminta kerja sama dari berbagai pihak yang terkait dengan penelitian hal ini agar penelitian dapat berjalan dengan lancar. Semua hasil wawancara direkam dengan perekam suara di HP. Setelah semua wawancara
86
dijalankan,
maka
semua
data
yang
terekam oleh perekam suara
diterjemahkan dalam bentuk transkip wawancara dengan format penulisan setiap subjek dan proses wawancara di beri kode (subjek 1 wawancara 1) menjadi (S1W1) untuk memudahkan dalam mengingat data sewaktu proses analisis dilakukan. 2. Reduksi Data Setelah data disalin dalam bentuk transkip, peneliti membuat proses reduksi, yaitu memberikan lagi kepada peserta penelitian untuk menyimak jika terdapat hal-hal yang perlu dibuang atau ditambah dalam transkip wawancara peserta penelitian tersebut. Disini akan terjadi proses ubah sesuai data hasil wawancara di mana ada beberapa data wawancara yang tidak direkam dimasukkan ke dalam transkip. 3. Penampilan Data Setelah
semua
data
telah
diformat
berdasarkan
instrument
pengumpulan data dan telah berbentuk tulisan transkip wawancara, langkah selanjutnya adalah melakukan display data. Peneliti memberikan tema tentang penelitian yang sedang dilakukan. Setelah tema dikenal pasti, memberikan tema tentang penelitian yang sedang dilakukan. Setelah tema dikenal pasti, memberikan kategori-kategori yang dibentuk seterusnya dikemukakan
dalam
lembar
kategori.
Setiap
kategori
mengandung
informasi seperti subjek penelitian, kode, tema, nomor baris dan lain-lain. Setelah tema dikenal secara pasti, seterusnya peneliti membuat proses
87
definisi operasional untuk setiap tema. Definisi operasional penting karena untuk menerangkan pengertian setiap tema yang timbul dalam wawancara. 4. Penarikan Kesimpulan Kesimpulan adalah tahap terakhir dalam rangkaian analisis data kualitatif. Kesimpulan menjurus pada jawaban dari rumusan masalah yang diajukan sebelumnya. Terdapat tiga tahapan yang harus dilakukan dalam tahap
kesimpulan.
Yang
pertama,
menguraikan
tema
dalam tabel
kategorisasi dan pengkodean disertai dengan transkip wawancara. Kedua, menjelaskan hasil temuan penelitian dengan menjawab rumusan masalah penelitian.
Ketiga, membuat kesimpulan tersebut dengan memberikan
penjelasan dari rumusan masalah penelitian yang diajukan. Pada tahap reduksi data, peneliti melakukan proses pemilhan data, membuang hal yang tidak penting, mempertegas pada pokok tema penelitian, penyederhanaan data yang ada, dan mengatur data sesuai dengan sistematika yang dibuat. Pada tahap penyajian data peneliti menyajikan data dalam suatu susunan yang sistematis sesuai dengan alur yang telah dibuat. Dalam penyajian data ini ada kemungkinan peneliti menyajikan data dalam bentuk gambar, matriks, dan skema. Hal ini dimaksudkan untuk
memeparkan kondisi yang utuh dan terstruktur.
Kemudian dalam tahap penarikan kesimpulan peneliti akan mengambil kesimpulan berdasarkan berbagai hal yang mendasar tentang peran FASKHO
dalam
kampus
pemberdayaan
Banjarsari, Surakarta.
88
perempuan
di
Gilingan,
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
E. Profil Subjek Penelitian Sejarah Berdirinya Lembaga Swadaya Masyarakat Faskho Awalnya pembelajaran di pabrik kerajinan kursi yang terbuat dari rotan yang tempatnya di pucangan depan kopasus. Pembelajaran kursi rotan pada tanggal 12 februari 2013 yang berlangsung selama satu bulan yang di ikuti 8 orang. Kemudian di dirikan pelatihan kerajinan kursi rotan di Cinderejo pada tanggal 25 Maret 2013, selama didirikan di cinderejo bertambah anggota yang mengikuti pelatihan yaitu sejumlah 20 orang. Selang beberapa waktu Mbah Wono dan Bp.Budi Iryono menjadi pelopor dan pemerkasa untuk mendirikan Kampus Pemberdayaan Perempuan. Kemudian diresmikan pada tanggal 13 september 2013 dan berawal beranggotakan 85 orang, selang waktu kemudian tidak hanya pembelajaran kursi rotan tapi ada pembelajaran yang lain. 1. Keterampilan
kursi rotan
yang
awalnya pelatihan di pabrik
milik
Bp.Hardono (Pucangan) dan kemudian berdiri di cinderejo yang di bimbing oleh pegawai pabrik tersebut. 2. Keterampilan membuat atau merangkai untuk seserahan yang di bimbing oleh Ibu. Evi (Dosen AUB)
83
89
3. Pembuatan minyak kayu putih yang di bimbing oleh Bp.Repto (Pemilik Bakso Kadipolo) yang sekarang telah Alm. 4. Membuat bunga dari bahan sabun yang di bimbing oleh Spekham Kelurahan 5. Membuat sabun mandi dan sabun cuci dari limbah serpihan sabun yang di pimpin oleh Mbah Wono. 6. Karak Herbal yaitu karak yang berbeda seperti yang terjual di pasar-pasar umum atau dengan pedagang yang keliling, perbedaannya adalah karak herbal tidak menggunakan boraks dan msg (micin/moto) 7. Koperasi simpan pinjam tanpa bunga, yang dilakukan rutin setiap pertemuan. Untuk bagi hasil di kampus pemberdayaan perempuan ini, 80% untuk anggota atau yang telah bekerja dgn keterampilan tersebut dan 20% dimasukkan ke khas. 8. LSM FASKHO memegang 50 anak yatim dan piatu yang di rangkul juga oleh kampus pemberdayaan perempuan. 9. Siraman rohani atau doa bersama oleh,
Bp.Agus (Pegawai RS PKU)
Bp.Repto (Bakso Kadipolo) Alm
Hadad Alwi
10. Struktur Organsasi Pembina : Mbah Wono Ketua : Bp.Budi Iryono Sekretaris : Ibu. Arni Kristiani
90
Bendahara : Ibu Puji Harini Rahayu 11. Dasar hukum belum dibentuk karena permasalahan pembiayaan. 12. Lembaga Donor: a. Dinas Perindustrian dan Perdagangan (DISPERINDAG) b. Bakso Kadipolo ( Samping Rumah Sakit Kasih Ibu) c. Rumah Makan Genthong Klodran d. Rumah Makan Gule Kepala Ikan e. Lembaga Al-Azhar f.
Lazis
g. Donatur perorangan 13. Progam kerja Setiap tanggal 5 jam 10 pagi diadakan pertemuan rutin, membahas tentang keterampilan dan pelaksaan simpan pinjam. 14. LSM FASKHO mendirikan kampus pemberdayaan perempuan dengan tujuan
membangun
perekonomian
umat
masyarakat
dengan
cara
peningkatan ekonomi melalui ibu-ibu. Karena ibu-ibu yang adalah level ke-2 dari rumah tangga, yang memiliki waktu senggang atau waktu luang, dan banyak ibu-ibu yang pengangguran yang di takutkan tidak kuat iman saat krisis ekonomi dan tergoda dengan pekerjaan yang tidak halal, atau terbujuk rayu untuk menjadi pekerja seks komersial, apalagi wilayah yang rawan.
91
15. Rapat-rapat koordinasi a. Setiap
bulan ramadhan membuat nasi bungkus sejumlah 25.000
bungkus dalam sebulan b. Penyantunan, buka bersama anak yatim dan piatu sejumlah 50 anak (ada yang memperhatikan) c. Event-event; seperti acara doa bersama atau pengajian setiap tahun baru islam, festival thiwul (olahan-olahan dari thiwul), dongeng dan cerita untuk
anak
yatim dan
duafa serta makan bersama dan bisa
mengolahnya sendiri,dll. Dilakukan tersebut karena ingin menciptakan kampung santri dengan merangkul kaum marginal (pinggiran). Agar kaum marginal atau khususnya ibu-ibu bisa memiliki keterampilan dan mengembangkan perekonomian umat serta
menambah
wawasan
tentang
beragama
serta
meningkatkan
beribadahnya. Hasil yang dilakukan yaitu pembuatan kursi dari rotan, karak herbal,
event
festival
khas
thiwul
(olahan-olahan
dari
tiwul)
yang
menggunakan donator umum dan infaq. Kendala yang di hadapi yaitu dana permodalan, saat akan mengadakan event event harus membutuhkan biaya yang banyak atau sumbangan yang di dapat kurang mencukupi
92
F. Bentuk dakwah bil hal pada LSM FASKHO dalam kampus pemberdayaan perempuan di Gilingan Banjarsari Surakarta Sebagaimana telah penulis jabarkan dalam bab dua, bahwa salah satu unsur dakwah adalah adanya media yang bisa dipakai untuk menyampaikan dakwah. Berkaitan dengan hal ini, aktifitas yang dilakukan oleh LSM FASKHO secara umum sudah menyentuh kaum perempuan yang ada di Cinderejo, sehingga ini sedikit banyak akan mempengaruhi para para perempuan untuk bisa lebih baik lagi dalam menjalankan kehidupannya menurut syariat Islam. Dengan tingkat partisipasi yang tinggi ini, sebenarnya LSM FASKHO telah memiliki satu modal untuk lebih mampu mengembangkan diri. Tingkat partisipasi ini juga menunjukan bahwa dakwah yang terjadi pada LSM FASKHO telah berjalan dengan baik meskipun terdapat kendala dalam perjuangannya. Mengenai aktifitas dakwah yang dilaksanakan oleh LSM FASKHO di tengah masyarakat mendapat tanggapan yang positif. Hal ini bisa penulis lihat dari pendapat beberapa masyarakat di mana LSM FASKHO berkembang. Di antaranya adalah pendapat bapak Parto yang merasa bangga dengan kegiatan yang selama ini dilaksanakan oleh LSM FASKHO. Menurut pak Budi, hal ini sangat bermanfaat bagi anak-anak muda sebagai generasi penerus, karena di mata pak Budi kegiatan yang dilaksanakan oleh organisasi LSM FASKHO senantiasa berlandaskan pada nilai dan ajaran Islam. Dia mencontohkan kegiatan musik rebana yang dirintis oleh para aktifis LSM FASKHO. Ternyata bisa memberikan kontribusi yang berarti bagi kaum perempuan
93
remaja khususnya yang sebelumnya tidak mengenal rebana menjadi bisa memainkan musik rebana. Begitu juga dengan bapak Maryanto selaku ketua RW 8 yang gembira dengan kehadiran organisasi remaja semacam LSM FASKHO karena melihat masyarakat khususnya kalangan remaja yang ahir-ahir ini tengah dilanda krisis akhlak. Menurutnya diperlukan langkah- langkah alternatif untuk menyelamatkan generasi muda dengan berbagai metode dakwah yang telah dilakukan oleh LSM FASKHO.
Menurut Arni Kristiani selaku sekretaris mengatakan: Bentuk aktivitas yang telah dilakukan sebagai lembaga dakwah, sosial dan ekonomi umat Islam telah melaksanakan program kegiatan berupa pelatihan-pelatihan remaja putri dan ibu-ibu PKK di RW 8 Kelurahan Gilingan meliputi industry kreatif dan mengadakan event aksi sosial kemasyarakatan, antara lain: pada tanggal 13-07-2014 bersama dengan LPMK Kelurahan Gilingan mengadakan launching produk unggulan industri kreatif (karak herbal) dan pencanangan Kelurahan Gilingan menjadi “Kampung Industri Kreatif”. Hal tersebut tentu direncanakan, dilaksanakan dan dilaporkan kepada lembaga RW dalam hal pertanggung jawaban setiap kegiatannya.
Hal tersebut dikuatkan dengan wawancara dengan Puji Harini Rahayu bahwa pelaksanaan kegiatan oleh LSM didukung oleh elemen masyarakat dan lembaga donor yang menyumbangkan dananya untuk setiap kegitan yang terlaksana. Dari hal tersebut maka pihak LSM Faskho wajib memberikan laporan kegiatan dan penggunaan pendanaan secara transparan kepada pihak terkait antara lain lembaga RW dan para donatur.
Berdasarkan beberapa wawancara di atas maka aktivitas yang telah dilakukan sebagai lembaga dakwah, sosial dan ekonomi umat Islam telah terlaksana dan pelaksanaan kegiatan oleh LSM didukung oleh elemen masyarakat dan lembaga donor yang menyumbangkan dananya untuk setiap kegitan yang terlaksana. Dari hal tersebut maka pihak LSM Faskho wajib memberikan laporan kegiatan dan penggunaan pendanaan secara transparan kepada pihak terkait antara lain lembaga RW dan para donatur.
94
Dengan melihat uraian di atas, bisa dikatakan bahwa dalam melaksanakan kegiatan, LSM FASKHO telah berusaha melaksanakan dakwahnya dengan cukup baik, antara lain kegiatan memainkan musik rebana yang dirintis oleh para aktifis LSM FASKHO. Ternyata bisa memberikan kontribusi yang berarti bagi kaum perempuan remaja khususnya. Metode dakwah adalah cara-cara yang dipergunakan da‟i untuk menyampaikan pesan dakwah atau serentetan kegiatan untuk mencapai tujuan dakwah (Wahyu, 2010: 21). Dalam hal ini yang bertindak selaku da‟i adalah Romansa. Romansa mempunyai tujuan dari setiap metode yang digunakan pada setiap dakwahnya. Berikut ini metode-metode dakwah yang dilakukan LSM Faskho: Kenyataan yang dialami adalah kemampuan pengurus dalam mengemas materi-materi dakwah yang akan disampaikan. Di sini yang harus diperhatikan oleh para pengurus LSM FASKHO adalah dakwah dengan cara bil hikmah dan dakwah bil hal. Yaitu berdakwah di mana da‟i dalam hal ini adalah orang yang ditunjuk oleh panitia. Menurut Pak Budi selaku ketua LSM Faskho menyatakan lebih lanjut bahwa beberapa kegiatan pengajian telah dilaksanakan pada peringatan Isra‟ Mi‟raj dan Peringatan Maulid Nabi pada tahun 2015 dan 2016 dilaksanakan pengajian dengan materi yang sesuai dan dilanjutkan dengan acara pembagian door price yang dibagikan kepada masyarakat. Yang tidak kalah penting yaitu dirangkai dengan kegiatan penyantunan anak yatim dan Dhuafa.
Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua LSM Faskho dilaksanakannya kegiatan pengajian yang bertema sesuai peringatan
95
bertujuan untuk menggerakkan hati dan fikiran sehingga akan mempengaruhi perilaku sehari-hari masyarakat. Yang hadir disitu ratusan orang terdiri dari berbagai kalangan dari tingkat kelurahan, tokoh masyarakat dan masyarakat miskin yang bertempat di GOR GOW Cinderejo Kidul. Undangan juga dikirimkan kepada para wanita tuna susila yang biasa mangkal di area Terminal Tirtonadi. Hasilnya ada beberapa WTS datang dan ada beberapa yang tidak hadir dikarenakan satu dan lain hal. Diceritakan oleh pak budi: “Acara da‟wah berlangsung lancar dari awal sampai akhir. Da‟i merasa senang karena merasa memberikan sedikit ilmu kepada masyarakat umum di Cinderejo Kidul. Dan Da‟i juga berpesan agar makna Isra Mi‟raj dilaksanakan meskipun dari hal kecil, diri sendiri dan mulai saat ini. Inti dari pengajian Isra Mi‟raj tahun 2015/1436 H. Da‟i memahami kondisi saat ini menuntut kita semua untuk senantiasa berusaha bekerja di jalan Allah SWT dan meyerahkan semua hasil atas Ridho-Nya dengan penuh keyakinan.
Keraguan yang muncul akan kebesaran Allah karena bisikan iblis, sehingga dalam keadaan aktivitas apapun da‟i berpesan agar selalu diawali do‟a dan diakhiri dengan do‟a pula. Tipu daya iblis memang halus dan nyata sehingga mampu menggelincirkan manusia yang telah berusaha menuju jalan Allah, akhirnya terjerumus dalam perbuatan dosa. Semoga Allah SWT selalu membimbing kita menuju jalan yang benar dan taqwa. Demikian inti pengajian Isra‟ Mi‟raj yang dilaksanakan pada tanggal 17 Mei 2015/1436 H.
Selanjutnya setelah da‟i menutup da‟wah dilanjutkan pembagian 50 door price yang dibagikan kepada peserta pengajian. Suatu hal yang inovatif untuk memikat masyarakat agar mau mendengar da‟wah dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan hasil wawancara di atas kemudian dapat diambil suatu pemahaman bahwa kegiatan da‟wah yang telah dilaksanakan pada acara peringatan Is‟ra Mi‟raj Nabi Besar Muhammad SAW oleh LSM Faskho
96
melalui dakwah cara dakwah bil hal. Pesan dakwah yang disampaikan disini adalah pentingnya metode dakwah melalui nasehat diimbangi dengan perilaku nyata sedekah kepada fakir miskin untuk menggapai keridhoan Allah SWT. Kegiatan dakwah yang kedua adalah pengajian akbar memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Persiapan dilakukan oleh LSM Faskho diawali dengan persiapan kepanitiaan dan perijinan serta mempersiapkan da‟i dan undangan yang akan hadir. Selanjutnya pihak panitia mempersiapkan tempat, sarana dana prasarana seperti sound system, mimbar dan membersihkan halaman. Hasil wawancara dengan pak Budi: “Selanjutnya acara dilaksanakan dengan inti mencontoh teladan baginda rosul mulai dari perbuatan sehari-hari yang diakui oleh para sahabat dan kaum kafir Quraisy adalah dengan julukan amanah. Perjuangan menegakkan syariat Islam dan teladan teguh dalam berjuang di jalan Allah SWT. Kemudian Da‟i mencermati apa yang dicontohkan nabi kepada kaum muslimin agar menjaga persatuan antar sesama muslim demi tegaknya panji Islam untuk masa yang akan datang. Di sela-sela da‟wahnya da‟i menghimbau agar tidak terprovokasi golongan tertentu untuk melakukan kekerasan. Da‟i karena Islam adalah rahmatan lil alamin sehingga kita semua harus berjuang agar bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga dan masyarakat sekitar kita.
Kemudian da‟i menutup dakwah dengan do‟a. dan himbauan agar meneladani nabi dalam perjuangannya dengan jalan damai untuk memberikan rasa aman dan tenteram dalam bekerja, beribadah dan berdakwah. Setelah pengajian selesai, kemudian acara selanjutnya pembagian sembako dan door price kepada masyarakat miskin dan peserta pengajian. Acara berlangsung aman dan lancar.
Kegiatan dakwah bil hal yang dilaksanakan di kampus pemberdayaan perempuan dengan memberikan keterampilan-keterampilan agar ibu-ibu
97
anggota dapat mengembangkan keterampilannya sebagai sebuah usaha dan mengembangkan ekonomi mereka atau mengembangkan perekonomian umat melalui ibu-ibu. Kampus pemberdayaan juga memberikan sebuah bimbingan, permodalan, dan pendampingan. membangun perekonomian umat masyarakat dengan cara peningkatan ekonomi melalui ibu-ibu. Karena ibu-ibu yang adalah level ke-2 dari rumah tangga, yang memiliki waktu senggang atau waktu luang, dan banyak ibu-ibu yang pengangguran yang di takutkan tidak kuat iman saat krisis ekonomi dan tergoda dengan pekerjaan yang tidak halal, atau terbujuk rayu untuk menjadi pekerja seks komersial, apalagi wilayah yang rawan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua LSM Faskho diketahui bahwa dalam kegiatan pengajian akbar untuk meneladani hikmah perjuangan Nabi yang dapat melaksanakan perintah Allah dalam hal mendirikan Sholat 5 waktu yang merupakan inti ibadah dalam Islam dalam penuh keteguhan Iman dan memberikan contoh yang baik kepada sahat dan umat manusia dibumi Allah. Menurut wawancara dengan Pak Budi, Kendala kegiatan adalah pada legalisasi LSM oleh pemerintah disebabkan karena kurangnya dana yang tersedia. Artinya badan hukum yang belum jelas sehingga menghambat kreativitas LSM Faskho sendiri.
Hal tersebut juga dikuatkan oleh pandangan Pak Maryanto selaku ketua RW 8 : sebenarnya badan hukum yang ada sebagai landasan pergerakan LSM Faskho untuk berkembang dan melanjutkan syiar Islam kepada masyarakat yang lebih luas, tidak hanya setingkat RW 8 melainkan masyarakat seluruh kecamatan Banjarsari jika kegiatan dakwah. Untuk itu tambahnya perlunya segera ditangani persyaratan agar LSM mempunyai landasan pergerakan sesuai aturan pemerintah.
98
Berdasarkan hasil wawancara di atas maka terdapat kendala kegiatan adalah pada legalisasi LSM oleh pemerintah disebabkan karena kurangnya dana, dan tokoh masyarakat telah mendukung dan mengarahkan untuk segera mengatasi kendala yang ada yaitu untuk segera mengurus kelengkapan organisasi sebagai organisasi atau LSM yang legal dimasyarakat dan pemerintah sehingga akan memperluas syiar Islam bagi masyarakat G. Temuan Penelitian Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah dilaksanakan, maka dalam penelitian ini dapat diambil suatu hasil temuan antara lain: 1. Aktivitas dakwah yang telah dilakukan sebagai LSM Faskho lembaga dakwah, sosial dan ekonomi umat Islam telah terlaksana dan pelaksanaan kegiatan oleh LSM didukung oleh elemen masyarakat dan lembaga donor yang menyumbangkan dananya untuk setiap kegitan yang terlaksana. Dari hal tersebut maka pihak LSM Faskho telah memberikan laporan kegiatan dan penggunaan pendanaan secara transparan kepada pihak terkait antara lain lembaga RW dan para donatur. 2. Kegiatan pengajian yang bertema sesuai peringatan hari besar Islam antara Isra‟ Mi‟raj dan Maulid Nabi bertujuan untuk menggerakkan hati dan fikiran
sehingga
akan mempengaruhi perilaku sehari-hari masyarakat
didukung inovasi dakwah melalui pemberian door price saat pengajian dan penyantunan anak yatim. Kegiatan pengajian akbar untuk meneladani hikmah perjuangan Nabi yang dapat melaksanakan perintah Allah dalam hal mendirikan Sholat 5 waktu yang merupakan inti ibadah dalam Islam
99
dalam penuh keteguhan Iman dan memberikan contoh yang baik kepada sahabat dan umat manusia. 3. Terdapat kendala kegiatan adalah pada legalisasi LSM oleh pemerintah disebabkan
karena
kurangnya
dana,
dan
tokoh
masyarakat
telah
mendukung dan mengarahkan untuk segera mengatasi kendala yang ada yaitu untuk segera mengurus kelengkapan organisasi sebagai organisasi atau LSM yang legal dimasyarakat dan pemerintah sehingga akan memperluas syiar Islam H. Pembahasan Pada hasil penelitian sudah dideskripsikan bentuk kegiatan bentuk dakwah bil hal pada LSM FASKHO dalam kampus pemberdayaan perempuan di Gilingan Banjarsari Surakarta. Dakwah bil Hikmah mempunyai posisi yang sangat penting yaitu dapat menentukan sukses atau tidaknya dakwah tersebut. Hikmah adalah bekal seorang Da‟i munuju kesuksesan. Tidak semua orang mampu meraih hikmah, sebab Allah SWT hanya memberikannya kepada orang yang layak mendapatkannya. Barang siapa yang mendapatkannya maka dia telah memperoleh karunia yang besar dari Allah
SWT.
Sebagaimana
firman
Allah
SWT:
َ ٌ ٍانحك ًَتَ َيٍ ٌَ شب ُء ۚ َٔ َي ِانحك ًَتَ فَقَد أٔتِ ًَ َخٍسً ا َكثٍسً ا ۗ َٔيب ٌَ هر هكسُ إِ َّل أُٔنُٕ األَنببة ِ ُؤث ِ ًٌُِؤت Artinya:
Allah
menganugerahkan Al Hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Barangsiapa yang
100
dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran.(QS. Al-Baqarah:
269)
Ayat
tersebut
mengisyaratkan
betapa
pentingnya
menjadikan hikmah sebagai sifat dan bagian yang menyatu dalam metode dakwah dan betapa perlunya dakwah, mengikuti langkah-langkah yang mengandung
hikmah.
Ayat
tersebut
seolah-olah
menunjukkan
metode
dakwah praktis kepada juru dakwah yang mengandung arti mengajak manusia kepada jalan yang benar dan mengajak manusia untuk menerima dan mengikuti petunjuk agama dan aqidah yang benar. Islam adalah agama dakwah artinya agama yang selalu mendorong pemeluknya untuk senantiasa aktif melakukan kegiatan dakwah. Kemajuan dan kemunduran umat islam sangat berhubungan erat dengan dakwah yang dilakukannya. Oleh karena itu al-Qur‟an menyebutkan kegiatan dakwah dengan ”Ahsanul Qaula” (ucapan dan perbuaan yang baik). Sebagaimana firman Allah SWT: ً ََٔ َيٍ أَح َض ٍُ ق ًٍٍَقبل ِإَهًُ ِيٍَ ان ًُ ض ِه َ َٔ َّللا َٔ َع ًِ َم صب ِنحً ب ِ َٕل ِي هًٍ دَعب ِإنَى ه Artinya: Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru
kepada
Allah,
mengerjakan
amal yang saleh,
dan berkata:
"Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?”. (AnFushilat: 33) Dakwah seperti yang diungkapkan dalam ayat diatas tersebut tidak hanya dakwah berdimensi ucapan atau lidah tetapi juga dakwah dengan perbuatan yang baik, seperti apa yang telah Rasul SAW lakukan.
101
Sumber tenaga bagi daya tarik itu tidak lagi terletak pada ilmu dan tidak pula pada hikmah. Ilmu dan hikmah hanya pembuka jalan, sumber tenaganya itu terletak pada akhlak pribadi Da‟i itu sendiri. Akhlak secara umum adalah sifat yang mendasar pada diri seseorang yang lahir dari amal perbuatan dengan mudah, tanpa dipikir-pikir dan di timbang-timbang melainkan secara spontan. Baik buruknya amal perbuatan yang lahir secara spontan itu tergantung pada baik buruknya akhlak pribadi yang bersangkut. Karena yang dibawa oleh da‟i itu adalah wahyu Ilahi dan sunah Rasul-Nya. Yakni barang yang hak dan murni yang sebenarnya sudah mengandung daya dan kekuatan tersendiri. Mau tidak mau, gerak-gerik dalam kejidupan pribadi seorang Da‟i itu bukan saja diperhatikan, tetapi juga langsung dijadikan masyarakat sebagai bahan perbandingan terhadap apa yang diajarkannya dan yang dilarangnnya. Yang dilihat dan didengar masyarakat dalam kehidupan kepribadiannya itu bisa menambah kekuatan daya siarnya sebagai pendakwah. Akhlak dan Akhlakul karimah merupakan dua hal yang tidak bias dipisahkan, kalau dakwah hendak berhasil maka banyak hal-hal yang sulit dan tidak dapat diatasi semata-mata dengan ilmu yang kering akan tetapi dapat juga diatasi dengan akhlakul karimah. Hikmah ini terbagi kepada dua macam yakni: a. Hikmah Teoritis yakni mengamati inti suatu perkara dan mengetahui hubungan sebab-akibatnya secara moral, perintah, takdir dan syara‟ b. Hikmah praktis yakni memiliki sesuatu pada tempatnya.
102
b. Jadi Metode bil hikmah adalah metode suatu cara yang digunakan dalam upaya membawa orang lain kepada ajaran Islam dengan menggunakan argumentasi yang pasti, bahasa yang menyentuh hati dengan pendekatan ilmu dan akal. Dakwah bil-lisan al-Haal secara etimologi
adalah memanggil, menyeru
dengan menggunakan bahasa keadaan atau menyeru, mengajak dengan perbuatan nyata. Sedangkan secara termonologis dakwah bil-lisan al-Haal adalah mendorang manusia agar berbuat kebajikan dan ikut kepada petunjuk (menyeru
mereka)
manusia
berbuat
kebajikan
dan
melarang
mereka
(manusia) dari perbuatan munkar agar mereka mendapatkan kebahagian dunia akhirat. Strategi dakwah dalam merespon problematika umat diantaranya adalah menyangkut da‟i yang dalam berdakwah haruslah memperhatikan beberapa hal berikut: Lemah lembut, toleransi dan santun, Kemudahan dan membuang kesulitan maupun Kembali kepada al-Qur‟an dan Sunnah dan bukan kepada fanatisme dan lain sebagainya. Strategi dakwah Islamiyah seharusnya tidak semata-mata berorientasi pada kesemarakan atau ramai-ramai tetapi justru banyak diarahkan pada pendalaman dan pengembangan wawasan keIslaman demi siarnya Islam. Hal ini penting kita lakukan mengingat dalam setiap kehidupan bermasyarakat yang majemuk, masyarakat tersebut diperlukan sikap kosmopolitan tetapi berkepribadian yang baik. Dakwah Islamiyah disamping memiliki kepekaan teologis juga harus memiliki kepekaan sosial.
103
Jadi dakwah bil-Lisan al-Haal adalah memanggil, menyeru manusia ke jalan Allah
SWT
untuk
mendapatkan
kebahagiaan
dunia
akhirat
dengan
menggunakan bahasa keadaaan manusia yang di dakwahi atau memanggil manusia ke jalan Allah SWT untuk kebahagia dunia akhirat dengan perbuatan nyata yang sesuai dengan keadaaan manusia. Ke dua metode dakwah ini sangat besar peranannya dalam dunia dakwah karena kedua metode ini tidak hanya menyampaikan satu topik kepada audiensnya tetapi metode ini dibarengi
juga
dengan
memahami
keadaan
audiensnya
dan
langsung
dibarengi dengan perbuatan yang nyata. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Istina Rakhmawati (2015) dengan hasil penelitian modernisasi mulai dari nilai moral, etika dan cara hidup berganti begitu cepat menjadi tatanan baru. Tatanan itu semakin menjauhkan manusia dari kepastian moral dan nilai luhur yang telah dipegang teguh. Salah satu persoalan krusial sebagai dampak proses modernisasi dan globalisasi yang terkait dengan kehidupan keagamaan adalah
makin
menipisnya
ruang
religiusitas
dalam
kontek
kehidupan
manusia. Disadari atau tidak ini sudah merambah pada kehidupan kita saat ini. Temuan-temuan empiric menghadapkan kepada manusia yang beragama menjadi sebuah realitas akan kekuasaan manusia dimuka bumi ini. Sementara modernisasi akan
menyimpan
berbagai tantangan
dan
hambatan
bagi
kehidupan beserta masalah yang ditimbulkan merupakan bentuk kenyataan yang tidak bisa dihindari sebagai wujud perkembangan dan peradaban zaman dari ralitas sejarah kemanusiaan yang ada. Selama ini ada semacam
104
kerancuan paradigma dalam dakwah kita, baik secara bil-lisan maupun dakwah secara bil-hal. Sementara Proses dakwah selamaini cenderung mengarah pada konsep komunikasi ala perbankkan, dimana masyarakat diibaratkan sebagai wadah kosong yang harus diisi dengan perangkat keyakinan serta nilai moral dan praktek kehidupan agar disimpan juga dikeluarkan
sewaktu
membangun konsep
dibutuhkan.
Maka
dari itu
sudah
saatnya
kita
paradigma dakwah yang mampu untuk menjawab
tantangan dan hambatan dimasa mendatang misalnya meletakkan Paradigma Tauhid
dalam proses dakwah,
adanya perubahan masyarakat tentang
pemahaman agama yang mereka yakini dan adanya strategi yang imperative dalam dakwah, artinya memiliki kemampuan menangkap tanda-tanda zaman saat ini. Hasil penelitian ini juga mendukung
Fariza Makmun (2013) dengan hasil
penelitian bahwa dakwah merupakan suatu kewajiban yang bernilai ibadah, maka setiap muslim baik secara personal (dakwah Fardiyah) maupun secara kelompok melalui lembaga/organisasi dakwah (dakwah jam‟iyah) melakukan tuntutan
idiologi
masyarakat
dari
keagamaan
yang
keterbelakangan
diyakininya. dalam
Ini
segala
berati, bidang
merubah termasuk
keterbelakangan ekonomi adalah tuntutan dan kewajiban setiap muslim. Dari pendekatan dakwah Islam, membebaskan masyarakat sebagai sesama muslim merupakan bentuk dakwah nyata (bil-hal). Ada bebrapa alternative yang harus di lakukan oleh para da‟i merubah kemiskinan, diantaranya; Pertama, para da‟i harus merubah paradigma berfikir tentang dakwah Islam. Dakwah
105
Islam bukanlah pekerjaan yabg dilakukan tanpa konsep dan tujuan. Dakwah haru melalui tahap perencanaan, evaluasi hasil dan tujuan yang terukur. Oleh karena itu, setiap unsur dakwah harus disesuaikan dengan unsur-unsur yang lain termasuk kondisi mental, pendidikan, ekonomi, dan budaya masyarakat penerima
dakwah.
Kedua,
untuk
menyelesaikan persoalan kemiskinan,
ummat Islam dianjurkan untuk kembali kepada al-Quran dan al-Hadits, yakni menghidupkan system ekonomi Islam yang tegak dan berdiri di atas prinsipprinsip yang Islami.
106
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Setelah melakukan penelitian maka dapat di tarik kesimpulan bahwa Dakwah Bil Hal yang telah terlaksana di Kampus Pemberdayaan Perempuan FASKHO sebagai berikut: 1. Bentuk dakwah bil hal yang dilaksanakan di kampus pemberdayaan perempuan yang bertujuan mengembangkan perekonomian umat melalui ibu-ibu. Dengan memberikan beragam keterampilan yang ada, dengan begitu ibu-ibu dapat meningkatkan perekonomian dengan usaha dari keterampilan yang di dapatkan. Mereka dapat mengembangkan usaha karak herbal, menganyam kursi menggunakan rotan, membuat sabun cuci lebih ekonomis dengan menggunakan limbah serpihan sabun dari pabrik, dan juga membuat makanan yang berbahankan dari olahan tiwul atau makanan dengan bahan baku tiwul. 2. Aktivitas dakwah yang telah dilakukan sebagai LSM Faskho sebagai lembaga dakwah, sosial dan ekonomi umat Islam telah terlaksana dan pelaksanaan kegiatan oleh LSM didukung oleh elemen masyarakat dan lembaga donor yang menyumbangkan dananya untuk setiap kegitan yang terlaksana. Dari hal tersebut maka pihak LSM Faskho telah memberikan laporan kegiatan dan penggunaan pendanaan secara transparan kepada pihak terkait antara lain lembaga RW dan para donatur.
107
3. Kegiatan pengajian yang bertema sesuai peringatan hari besar Islam antara Isra‟ Mi‟raj dan Maulid Nabi bertujuan untuk menggerakkan hati dan fikiran
sehingga
akan
mempengaruhi
perilaku
sehari-hari masyarakat
didukung inovasi dakwah melalui pemberian door price saat pengajian dan penyantunan anak yatim. Kegiatan pengajian akbar untuk meneladani hikmah perjuangan Nabi yang dapat melaksanakan perintah Allah dalam hal mendirikan Sholat 5 waktu yang merupakan inti ibadah dalam Islam dalam penuh keteguhan Iman dan memberikan contoh yang baik kepada sahabat dan umat manusia. 4. Terdapat kendala kegiatan adalah pada legalisasi LSM oleh pemerintah disebabkan karena kurangnya dana, dan tokoh masyarakat telah mendukung dan mengarahkan untuk segera mengatasi kendala yang ada yaitu untuk segera mengurus kelengkapan organisasi sebagai organisasi atau LSM yang legal dimasyarakat dan pemerintah sehingga akan memperluas syiar Islam melalui metode nyata. B. Keterbatasan Dalam penelitian disebutkan keterbatasan penelitian meliputi: 1. Penelitian ini hanya dilakukan pada LSM Faskho 2. Penelitian ini dilakukan pada subyek perempuan di kampung Cinderejo Kidul RW 8 saja pada tahun 2016 C. Saran Untuk mempetajam sasaran penelitian selanjutnya diharapkan:
108
1. Menambah LSM yang lebih dari satu untuk membandingkan program dakwahnya 2. Menambah area penelitian untuk memperoleh generalisasi penelitian yang lebih baik DAFTAR PUSTAKA
Adi, IsbandiRukminto. (2003).Pemberdayaan, Pembangunan Masyarakat dan Intervensi Komunitas. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Ali Al-Qahthani, Said Bin. (1994). Dakwah Islam Dakwah Bijak.(Terj). Gema Insani Press Jakarta. Ali Aziz, Moh. (2009). Ilmu Dakwah. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Ali Mahfudz, Syekh. (2004) Hidayatul Mursyidin terj. Dra Hadijah Nasution, Yogyakarta. Al-Wa‟iy, Taufik.(2010). Dakwah Kejalan Allah. Jakarta: Robbani Pers. Amin, Samsul Munir (2009). Ilmu Dakwah. Jakarta: Amzah Budairi, Muhammad. (2002). Masyarakat Sipil dan Demokrasi: Dieletika Negara dan LSM Ditinjaudari Perspektif Politik Hukum. Yogyakarta [ID]: Tiara Wacana Yogyakarta. 272 Hal. BPS (BadanPusatStatistik) [ID] | [https://www.bps.go.id/linktabelstatistik/view/id/1366] (Di akses 06 September 2016) Daulay, Harmona. (2006). Pemberdayaan Perempuan: Studi Kasus Pedagang Jamu di Gedeng Johor Medan. Jurnal Harmoni Sosial, volume 1, nomor 1, September 2006.
109
Dreze& Sen. (2002).Education and Women Empovermentin Aruna Sharma & Rita Bakshi, J.C. Sharma, Poonam Sharma (Eds), Women, Education and Empowerment New Delhi : OM Pubrications. Fakih, Mansour. (2004). Masyarakat Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sipil Untuk
Transformasi Sosial.
Gaffar, A. (2006). Politik Indonesia Trasnsisi Menuju Demokrasi. Yogyakarta [ID]: Pustaka Pelajar. Hagul, P. (1992). Pembangunan Desa dan Lembaga Swadaya Masyarakat. Jakarta [ID]: Rajawali. 122 Hal. Hastuti, dkk (2003).Buku II Upaya Penguatan Usaha Mikro dalam Rangka Peningkatan Ekonomi Perempuan. Jakarta Lembaga Penelitian Smeru & Kementerian Pemberdayaan Perempuan. Hayati.(2007). Lensa Jender Bidang Pendidikan. Risalah Sosialisasi PUG pada perguruan tinggi se NTB, Mataram 26 November 2007. Isagani R. Serrano. (1994). “Lembaga Swadaya Masyarakat” [http://www.lib.ui.ac.id/file?file=digital/120657-T%2025573…literatur.pdf] (Di akses 05 September 2016) LSM (LembagaSwadayaMasyarakat) e-jurnal.uajy.ac.id/3264/2/1/1SOS02362.pdf (Di akses 05 September 2016) Mahardika, Timur. (2001). Pendidikan Politik: Pemberdayaan Desa: Sebuah Panduan. Yogyakarta: Lapera Pustaka Utama. Mahbub, Moh. (2012). Keteladanan Dakwah Rasulullah Dalam Melakukan Perubahan Sosial. Surakarta: Deka Media. Moleong, Lexy J. (2004).Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Munir, Moh. &Ilahi, Wahyu. (2006). Manajemen Dakwah. Jakarta: Prenada Media. Munir, Moh. Dkk. (2009).Metode Dakwah. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Muriah, Siti. (2000). Metodologi Dakwah Kontemporer. Yogyakarta: Mitra Pustaka. Muttalib, Jang A. (1993). Menggunakan Kerangka Pemampuan Wanita, dalam Moeljarto Tjokrowinoto. Dkk. Bahan Penelitian Jender dan Pembangunan. Kantor Menteri Negara UPW. Natsir, Muhammad. (2000). Fiqhud Dakwah. Jakarta: Media Dakwah.
110
Novian, Budhy.(2010). Sekilas Tentang Pemberdayaan Perempuan. Artikel Sanggar Kegiatan Belajar Kota Pangkal Pinang, Kepulauan Bangka Belitung. Pimay, Awaludin.(2005). Paradigma Dakwah Humani Strategi Dakwah dan Metode Dakwah Prof.HH.SaifuddinZuhri. Semarang: Rasail. Pranarka & Moeljarto.(1996). Pemberdayaandan Prosesnya. Diakses dari http:/www.lfip.org.(Di akses 05 September 2016). Prijono, Onny S dan A.M.W. Pranarka (penyunting). (1996). Pemberdayaan: Konsep, Kebijakan, danImplementasi. Jakarta: Centre for Strategic and Internatonal Studies. Rubba, ShehSulhawi. (2011). FormulasiIslamidan Citra Muslim Pancasilais.http://shehsulhawi.blogspot.com/2011/04/formulasi-islami-dan-citramuslim.html. (Di akses 05 Maret 2016) Saurbrey, Ellen R. (2007). HTT://Usinto.State.Goiv/Journals.HTM
Bekerja
untuk
Wanita.
Sollie, E. (2005). Memberdayakan perempuan sebuah investasi yang bijak dalam perspekti fekonomi .Jurnal USA Departement Luar Negeri Amerika Serikat/ Biro Progam Informasi Internasional. Sufri, S.Noor Chuzin (2000) Dakwah dalam Perspektif Hasan al-Banna dalam alJami’ah Journal of Islamic Studies. Suisyanto.(2002). Dakwah Bil Hal (Suatu Upaya untuk Menumbuhkan Kesadaran dan Mengembangkan Kemampuan Jama’ah) Jurnal Aplikas iIlmu-ilmu Agama. Yogyakarta: UIN. Suryana, Achmad. (2003). Kapita Selekta, Evolusi Pemikiran Kebijakan Ketahanan Pangan. Yogyakarta: BPEE-Yogyakarta. Syam, YunusHanis. (2006). Panduan Dakwah Lewat Jurnalisik. Yogyakarta: Pinus Syukir, Asmoni. (1983). Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam.Surbaya: Al-Ikhlas. Tesis pendidikan.com/pengertian-pendidikan-tinggi-menurut-para-ahli/ 05 September 2016).
(Di Akses
Tohirin.(2012). Metode Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan dan Bimbingan Konseling. Jakarta: Rajawali Pers. Tumanggor, Rusmin. Dkk, (editor).(2005). Potret LSM di Jakarta. Jakarta: Lemlit UIN Syarif Hidayatullah.
111
OBSERVASI 1 Waktu
: 05 November 2016 Jam 09.00 WIB
Lokasi
: Kampus Pemberdayaan Perempuan FASKHO
Subjek
: Ketua Kampus Pemberdayaan Perempuan FASKHO (Bp.Budi Iriono)
Pada pukul 09.00 WIB saya berkunjung ke Kampus Pemberdayaan Perempuan
Faskho
dengan
tujuan
untuk
mengamati
keadaan
kampus
pemberdayaan perempuan serta anggota yang hadir saat pertemuan rutin. Sebelumnya saya bertemu dengan ketua kampus perberdayaan yang sudah hadir di kampus perberdayaan. Kemudian kami pun berjabat tangan saling sapa. Ketika duduk di kampus perberdayaan tersebut, terlingat anggota yang sudah saling berdatangan
untuk
menghadiri
pertemuan
rutin.
Selanjutnya
bapak
Budi
menceritakan gambaran umum kampus pemberdayaan perempuan dengan santai. Kemudian saya pun diizinkan untuk mengamati kegiatan pertemuan rutin yang ada di kampus pemberdayaan perempuan faskho. Pada pukul 09.30 saya mulai duduk dan mengamati kegiatan pertemuan rutin tersebut. Saya mulai mengamati dari tempat yang di gunakan sebagai kampus pemberdayaan tersebut, kampus tersebut bertempatkan di halaman rumah warga
yang
sudah
di
design
sebagai
tempat
pemberdayaan
tempatnya
berdampingan dengan letak kantor FASKHO dan berdampingan dengan rumah bapak Budi Iriono. Kemudian di kampus tersebut terlihat ibu-ibu yang sudah mulai berdatangan dan duduk untuk menghadiri pertemuan rutin, mereka terlihat ada yang menabung di koperasi yang sudah di jalankan rutin. Mereka juga merapatkan tentang kegiatan acara-acara, event, atau pengajian yang ingin di selenggarakan, dan tentang penyantunan anak yatim.
112
OBSERVASI 2 Waktu
: 09 November 2016 Jam 10.00 WIB
Lokasi
: Kampus Pemberdayaan Perempuan FASKHO
Subjek
: Anggota Kampus Pemberdayaan Perempuan FASKHO
Pada pukul 10.00 WIB saya berkunjung ke Kampus Pemberdayaan Perempuan
Faskho
dengan
tujuan
untuk
mengamati
keadaan
kampus
pemberdayaan perempuan serta kegiatan bimbingan keterampilan. Terlihat ibuibu anggota kampus sedang mendengarkan bimbingan dari pembimbing, mereka terlihat
bersemangat
dan
ingin
segera
mempratekkannya.
Pembimbing
mengajarkan tata cara membuat sabun mandi dan sabun colek dari limbah serpihan sabun yang sudah tidak terpakai. Setelah menjelaskan kepada ibu-ibu anggota, pembimbing memberikan contoh cara membuatnya. Ibu-ibu terlihat saling maju mendekati pembimbing, mereka ingin melihat secara lebih dekat dan lebih jelas. Dan kemudian pembimbing mulai mempersilahkan ibu-ibu anggota untuk mencoba mempratekkan, mereka mulai duduk dan ada juga yang berdiri, mulai memasukkan serpihan sisa sabun kemudian di tuangkan air secukupnya. Kemudian ibu-ibu tersebut mulai mengaduknya secara terus-menerus, dan melihat tingkat kecairan dari sabun tersebut. Terlihat ibu-ibu yang saling berbincangbincang dan bercanda karena belepotan yang terkena sabun cair tersebut.
113
TRANSKIP WAWANCARA Kode :S1W1
Subjek
: Budi Iriono
Profesi
: Ketua Kampus Pemberdayaan Perempuan Faskho
Lokasi
: Kantor FASKHO
Waktu
: 05 November 2016 Jam 19.00 WIB
P: Peneliti
S: Subjek
Baris 1
Vermatim Wawancara P: Assalamu‟alaikum pak?
Tema Opening
S: Wa‟alaikumsalam mbak. Mari silahkan masuk, silahkan duduk. P: Sebelumnya maaf pak mengganggu. Perkenalkan saya Mike mahasiswa IAIN Surakarta jurusan Bimbingan dan konseling 5
Islam yang akan melakukan penelitian, pak? S: Oww iya, mbak Mike yang mau meneliti tentang kegiatan kampus pemberdayaan ya? P: Iya pak, terkait bimbingan keterampilan dan rohani disini bolehkan bapak bercerita tentang layanan tersebut?
10
15
S: Iya mbak, di kampus pemberdayaan perempuan ini kami
Bimbingan dan
memang memberikan keterampilan dan bimbingan kerohanian,
Tahun bersirinya
guna menambah keimanan ibu-ibu anggota.
kampus
P: Emm, oh iya pak sejak kapan kampus pemberdayaan
pemberdayaan
perempuan ini berdiri?
perempuan.
S: Gini mbak, dulu kampus pemberdayaan ini berdiri pada tahun 2013 setahun setelah berdirinya lembaga swadaya faskho ini mbak. P: Mengapa megambil kampus pemberdayaan perempuan? S: Karena perempuan atau ibu-ibu adalah tingkatan nomor dua
20
setelah kepala keluarga, dan mereka memiliki waktu yang lebih karena mereka tidak bekerja dan belum memiliki keterampilan.
114
Serta mereka yang kurang dalam tingkat agama bisa terajak dengan ajakan oranglain untuk mencari rezeki yang tidak halal, disini wilayahnya rawan mbak, apalagi belakang terminal ini 25
banyak pekerja seks komersial yang mangkal di pinggir jalan. P: iya pak, kemudian tentang bimbingan di kampus pemberdayaan
30
perempuan ini pak, bagaimana?
Tujuan
S: Di kampus pemberdayaan ini kami berbentuk dakwah bilhal
mendirikan
mbak, karena kami bertujuan mengembangkan perekonomian
kampus yang
umat masyarakat dengan cara peningkatan perekonomian lewat
menonjolkan ibu-
ibu-ibu.
ibu.
P: Bagaimana bentuk kegiatannya dalam dakwahnya pak? S:Beberapa kegiatan pengajian telah dilaksanakan pada peringatan Isra‟ Mi‟raj dan Peringatan Maulid Nabi pada tahun 2015 dan 35
2016 dilaksanakan pengajian dengan materi yang sesuai dan dilanjutkan dengan acara pembagian door price yang dibagikan kepada masyarakat. Yang tidak kalah penting yaitu dirangkai dengan kegiatan penyantunan anak yatim dan Dhuafa. Acara da‟wah berlangsung lancar dari awal sampai akhir. Da‟i merasa
40
45
senang karena merasa memberikan sedikit ilmu kepada masyarakat umum di Cinderejo Kidul. Dan Da‟i juga berpesan
Proses kegiatan
agar makna Isra Mi‟raj dilaksanakan meskipun dari hal kecil, diri
dakwah bilhal
sendiri dan mulai saat ini. Inti dari pengajian Isra Mi‟raj tahun
yang
2015/1436 H. Da‟i memahami kondisi saat ini menuntut kita
diselenggarakan
semua untuk senantiasa berusaha bekerja di jalan Allah SWT dan
di Gilingan
meyerahkan semua hasil atas Ridho-Nya dengan penuh keyakinan. Keraguan yang muncul akan kebesaran Allah karena bisikan iblis, sehingga dalam keadaan aktivitas apapun da‟i berpesan agar selalu diawali do‟a dan diakhiri dengan do‟a pula. 50
Tipu daya iblis memang halus dan nyata sehingga mampu menggelincirkan manusia yang telah berusaha menuju jalan Allah, akhirnya terjerumus dalam perbuatan dosa. Semoga Allah SWT
115
selalu membimbing kita menuju jalan yang benar dan taqwa. Demikian inti pengajian Isra‟ Mi‟raj yang dilaksanakan pada 55
tanggal 17 Mei 2015/1436 H. Kendala kegiatan adalah pada legalisasi LSM oleh pemerintah disebabkan karena kurangnya dana yang tersedia. Artinya badan
60
hukum yang belum jelas sehingga menghambat kreativitas LSM
Pelatihan,
Faskho sendiri.
Permodalan, dan
P: Kemudian tentang bimbingannya bagaimana pak?
Pendampingan
S: Kami disini memberikan pelatihan, permodalan, dan
terhadap anggota
pendampingan. Jadi kami selain memberikan keterapilan kami juga memberikan permodalan yang terbentuk dalam koperasi simpan pinjam tanpa bunga, ya tanpa bunga agar lebih berkah. 65
Selanjutnya kami juga melakukan pendampingan, karena setelah mereka mempunyai pekerjaan dengan keterampilan mereka akan tetap kami dampingi supaya usahanya tetap berjalan dengan lancar. P: Kemudian minat dari ibu-ibu sendiri seperti apa pak?
70
75
S: Ya alhamdulillahnya ibu-ibu sangat antusias dan bersemangat karena kami telah menjelaskan dari awal tentang bimbingan yang
Syarat mendaftar
di ajarkan dalam kampus pemberdayaan ini.
dan donor atau
P: Lalu untuk ibu-ibu yang ingin bergabung dan mendaftar dalam
donatur untuk
kampus pemberdayaan perempuan ini bagaimana caranya?
kampus
S: Sangat mudah mbak, cukup membawa pas foto dan fotocopi
pemberdayaan
ktp dan tidak dipungut biaya sepeser pun mbak.
perempuan.
P: Kemudian untuk pendanaan kegiatan tersebut bagaimana pak? S: Untuk dana kami mendapatkan donor dari disperindag, bakso kadipolo yang tempatnya di samping rumah sakit kasih ibu itu, 80
terus rumah makan gule kepala ikan, rumah makan genthong yang di klodran, kemudian lembaga al-azhar, dan juga donatur dari perorangan.
116
P: oww ya sudah pak, terima kasih atas waktunya, kapan-kapan saya mau wawancara kembali sama bapak. S: iya mbak, saya bantu semampunya. P: permisi dulu pak. Assalamu‟alaikum S: iya silahkan. Wa‟alaikumsalam
117
Penutup.
TRANSKIP WAWANCARA Kode: S2W1
Subjek
: Arni Kristiani
Profesi
: Sekretaris Kampus Pemberdayaan Perempuan FASKHO
Lokasi
: Kampus Pemberdayaan Perempuan FASKHO
Waktu
: 05 Desember 2016 Jam 11.00 WIB
P: Peneliti
S: Subjek
Baris
Vermatim Wawancara
Tema
1
P: Assalamu‟alaikum buk, maaf saya mengganggu sebentar,
Opening
saya Mike mahasiswa IAIN Surakarta jurusan Bimbingan dan Konseling Islam. S: Wa‟alaikumsalam mbak, ya ada yang bisa saya bantu? 5
P: Saya mau bertanya tantang kampus pemberdayaan ini buk. S: Oh iya mbak silahkan. P: Bagaimana buk tentang sejarah Berdirinya LSM Faskho? S: Gini mbak awalnya pembelajaran di pabrik kerajinan kursi yang terbuat dari rotan yang tempatnya di pucangan depan
10
kopasus. Pembelajaran kursi rotan pada tanggal 12 februari 2013 yang berlangsung selama satu bulan yang di ikuti 8 orang. Kemudian di dirikan pelatihan kerajinan kursi rotan di Cinderejo pada tanggal 25 Maret 2013, selama didirikan di
15
cinderejo bertambah anggota yang mengikuti pelatihan yaitu
Sejarah berdirinya
sejumlah 20 orang. Selang beberapa waktu Mbah Wono dan
kampus
Bp.Budi Iryono menjadi pelopor dan pemerkasa untuk
bemberdayaan
mendirikan Kampus Pemberdayaan Perempuan. Kemudian
perempuan
diresmikan pada tanggal 13 september 2013 dan berawal beranggotakan 85 orang, selang waktu kemudian tidak hanya 20
pembelajaran kursi rotan tapi ada pembelajaran yang lain. P: Keterampilannya apa saja buk yang ada di kampus
118
Keterampilan yang
pemberdayaan perempuan ini, serta para pembimbingnya?
di berikan
S: Keterampilan kursi rotan yang awalnya pelatihan di pabrik milik Bp.Hardono (Pucangan) dan kemudian berdiri di 25
cinderejo yang di bimbing oleh pegawai pabrik tersebut, keterampilan membuat atau merangkai untuk seserahan yang di bimbing oleh Ibu. Evi (Dosen AUB), pembuatan minyak kayu putih yang di bimbing oleh Bp.Repto (Pemilik Bakso Kadipolo) yang sekarang telah Alm, membuat bunga dari
35
bahan sabun yang di bimbing oleh Spekham Kelurahan, membuat sabun mandi dan sabun cuci dari limbah serpihan sabun yang di pimpin oleh Mbah Wono, karak Herbal yaitu karak yang berbeda seperti yang terjual di pasar-pasar umum atau dengan pedagang yang keliling, perbedaannya adalah
40
karak herbal tidak menggunakan boraks dan msg (micin/moto). Kami juga membuat koperasi simpan pinjam tanpa bunga, yang dilakukan rutin setiap pertemuan. Untuk bagi hasil di kampus pemberdayaan perempuan ini, 80% untuk anggota atau yang telah bekerja dgn keterampilan
45
50
tersebut dan 20% dimasukkan ke khas. P: Kemudian tentang anak yatim di rangkul oleh LSM ini?
Bimbingan rohani di
S: LSM FASKHO memegang 50 anak yatim dan piatu yang
kampus
di rangkul juga oleh kampus pemberdayaan perempuan.
pemberdayaan
P: Emm, lalu para pembimbing rohani yang biasanya
perempuan
memberikan siraman rohani oleh siapa saja? S: Siraman rohani atau doa bersama oleh,Bp.Agus beliau seorang pegawai di Pegawai RS PKU, Bp.Repto beliau yang memiliki warung makanBakso Kadipolo yang sekarang telah Alm, kemudian kami juga pernah mendatangkan Hadad Alwi
55
P: Ohh iya buk, untuk stuktur organisasi disini seperti apa? S: Struktur Organsasi disini tu Pembina : Mbah Wono, Ketua : Bp.Budi Iryono, Sekretaris : Ibu. Arni Kristiani, Bendahara :
119
Struktur Organisasi
Ibu Puji Harini Rahayu P: Lalu buk, dasar hukum yang dimiliki? 60
S: Dasar hukum belum dibentuk karena permasalahan
Dasar hukum yg blm
pembiayaan mbak, di haruskan membayar sekitar tiga juta
dimiliki
lebih mbak. P: Ohh .. lalu para donor yang ikut membantu dalam kampus pemberdayaan perempuan ini siapa saja buk? 65
S: Lembaga donor disini ada dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan (DISPERINDAG), Bakso Kadipolo ( Samping Rumah Sakit Kasih Ibu), Rumah Makan Genthong Klodran, Rumah Makan Gule Kepala Ikan, Lembaga Al-Azhar, Lazis dan ada juga yang donatur dari perorangan.
70
P: Lalu progam kerja yang dilaksanakan rutin membahas
Progam kerja di
tentang apa saja buk?
kampus
S:Progam kerja setiap tanggal 5 jam 10 pagi diadakan
pemberdayaan
pertemuan rutin, membahas tentang keterampilan dan
perempuan.
pelaksaan simpan pinjam. 75
P: Ohh iya sebenarnya apa LSM FASKHO mendirikan kampus pemberdayaan perempuan? S: Dengan tujuan membangun perekonomian umat masyarakat dengan cara peningkatan ekonomi melalui ibuibu. Karena ibu-ibu yang adalah level ke-2 dari rumah tangga,
80
yang memiliki waktu senggang atau waktu luang, dan banyak ibu-ibu yang pengangguran yang di takutkan tidak kuat iman saat krisis ekonomi dan tergoda dengan pekerjaan yang tidak halal, atau terbujuk rayu untuk menjadi pekerja seks komersial, apalagi wilayah yang rawan.
85
P: Emm .. lalu untuk rapat-rapat koordinasi buk? S: Rapat-rapat koordinasi ya setiap bulan ramadhan membuat nasi bungkus sejumlah 25.000 bungkus dalam sebulan, Penyantunan, buka bersama anak yatim dan piatu sejumlah
120
Rapat Koordinasi
50 anak ya ibaratnya kan ada yang memperhatikan, kemudian 90
Event-event; seperti acara doa bersama atau pengajian setiap tahun baru islam, festival thiwul (olahan-olahan dari thiwul), dongeng dan cerita untuk anak yatim dan duafa serta makan bersama dan bisa mengolahnya sendiri,dll. P: Iya buk. Apa saja sih buk harapan dari didirikannya
95
kampus pemberdayaan perempuan ini?
Harapan dari
S: Ya harapan yang dilakukan tersebut karena ingin
berdirinya kampus
menciptakan kampung santri dengan merangkul kaum
pemberdayaan
marginal atau pinggiran, agar kaum marginal atau khususnya
perempuan
ibu-ibu bisa memiliki keterampilan dan mengembangkan 100
perekonomian umat serta menambah wawasan tentang beragama serta meningkatkan beribadahnya. P: Bagaimana bentuk kegiatan Kampus Pembersayaan Prerempuan oleh LSM FASKHO? S: Bentuk aktivitas yang telah dilakukan sebagai lembaga
105
dakwah, sosial dan ekonomi umat Islam telah melaksanakan program kegiatan berupa pelatihan-pelatihan remaja putri dan ibu-ibu PKK di RW 8 Kelurahan Gilingan meliputi industry kreatif dan mengadakan event aksi sosial kemasyarakatan, antara lain: pada tanggal 13-07-2014 bersama dengan LPMK
110
Kelurahan Gilingan mengadakan launching produk unggulan industri kreatif (karak herbal) dan pencanangan Kelurahan Gilingan menjadi “Kampung Industri Kreatif”. Hal tersebut tentu direncanakan, dilaksanakan dan dilaporkan kepada lembaga RW dalam hal pertanggung jawaban setiap
115
kegiatannya. P: Kemudian untuk hasil yang telah dilakukan apa saja buk? S: Hasil yang dilakukan yaitu pembuatan kursi dari rotan, karak herbal, event festival khas thiwul (olahan-olahan dari tiwul) yang menggunakan donator umum dan infaq.
121
Bentuk aktivitas
120
P: Lalu dalam kampus pemberdayaan perempuan ini apa kendala yang di hadapi?
Kendala
S: Kendala yang di hadapi yaitu dana permodalan, saat akan mengadakan event event harus membutuhkan biaya yang banyak atau sumbangan yang di dapat kurang mencukupi 125
P: Emmm iya buk, mungkin cukup sekian saya ucapkan terimakasih karena telah di izinkan untuk bertanya-tanya. Assalamu‟alaikum S: Iya mbak sama-sama. Wa‟alaikumsalam
122
Penutup
TRANSKIP WAWANCARA Kode :S3W1
Subjek
: Puji Harini Rahayu
Profesi
: Bendahara Kampus Pemberdayaan Perempuan Faskho
Lokasi
: Kampus Pemberdayaan Perempuan Faskho
Waktu
:12 Desember 2016 Jam 09.00 WIB
P: Peneliti
S: Subjek
Baris 1
Vermatim Wawancara P: Assalamu‟alaikum buk, maaf saya mengganggu sebentar, saya
Tema Opening
Mike mahasiswa IAIN Surakarta jurusan Bimbingan dan Konseling Islam. S: Wa‟alaikumsalam mbak, ya ada yang bisa saya bantu? 5
P: Saya mau bertanya tentang kampus pemberdayaan ini buk. S: Oh iya mbak silahkan. P: Bagaimana perkembangan ibu-ibu anggota dalam mengikuti kampus pemberdayaaan perempuan ini? S: Antusiasnya sangat bagus mbak, ibu-ibu bersemangat saat
10
mengikuti keterampilan, pengajian, dan rapat rutin.
Simpan pinjam
P: Lalu bagaimana mereka dalam melaksanakan simpan pinjam
dan koperasi
di koperasi ini?
tanpa bunga.
S: Ibu-ibu anggota disini selalu datang rutin dan menabung, ada juga yang meminjam untuk penambahan modal mereka. Tetapi 15
kami tidak mengambil bunga dalam simpan pinjam di koperasi ini. P: Emm iya buk, baik ya tanpa bunga buk hehe...lalu bagaimana dengan lembaga pendonor agar mengetahui kegiatan tersebut? S: Gini mbak.. Pelaksanaan kegiatan oleh LSM didukung oleh
20
elemen masyarakat dan lembaga donor yang menyumbangkan
Kegiatan kampus
dananya untuk setiap kegitan yang terlaksana. Dari hal tersebut
dan lembaga
123
maka pihak LSM Faskho wajib memberikan laporan kegiatan
donor.
dan penggunaan pendanaan secara transparan kepada pihak terkait antara lain lembaga RW dan para donatur. 25
P: Lalu bagaimana dengan badan hokumnya?
Belum memiliki
S: Sayangnya itu mbak, kami belum memiliki badan hukumnya
badan hukum.
mbak, karena kami belum ada dana untuk membayarnya. P: ohh gitu, iya buk ... Terimakasih ya buk atas waktu yang di berikan. 30
S: iya mbak samasama, kalau ada yang bisa saya bantu nanti saya bantu mbak. P: Iya buk terimakasih atas informasi yang telah ibu berikan. Kalau gitu saya permisi dulu ya buk. Assalamu‟alaikum. S: wa‟alaikumsalam mbak.
124
Penutup.
TRANSKIP WAWANCARA Kode :S4W1 Subjek Profesi Lokasi Waktu P: Peneliti
: Maryanto : Ketua RW 8 Gilingan : Rumah Bapak Maryanto : 14 Desember 2016 Jam 19.00 WIB S: Subjek
Baris Vermatim Wawancara 1 P: Assalamu‟alaikum pak? S: Wa‟alaikumsalam mbak. Mari silahkan masuk, silahkan duduk. P: Sebelumnya maaf pak mengganggu. Perkenalkan saya Mike mahasiswa IAIN Surakarta jurusan Bimbingan dan konseling 5 Islam yang akan melakukan penelitian, pak? S: Ohh iya mbak mau meneliti tentang apa ya? P: Saya mau meniliti kampus pemberdayaan perempuan yang didirikan oleh LSM Faskho yang di pimpin oleh bapak Budi Iriono. 10 S: Iya mbak, bagaimana? P: Saya ingin bertanya bagaimana menurut bapak tentang kampus pemberdayaan perempuan tersebut pak? S: Ya menurut saya bagus itu mbak., itu sangat membantu untuk warga kami khusunya di RW 8 ini. Apalagi itu berkhususkan 15 untuk perempuan. P: Emm iya pak, lalu bagaimana menurut bapak dengan peningkatan yang di alami oleh ibu-ibu disini mbak? S: Peningkatannya bagus mbak, apalagi warga sini yang dominan mengikuti sebagai anggota kampus pemberdayaan perempuan. 20 Banyak ibu-ibu yang mulai rajin beribadah ya pengajian atau yasinan dll, dan mereka juga bisa mulai berkreatif dalam mencari nafkah dengan keterampilan yang telah di terimannya dari kampus pemberdayaan perempuan. P: Bagaimana kegiatannya menurut bapak? 25 S: Ya seperti tadi yang saya bilang mbak, saya selaku ketua RW 8 yang gembira dengan kehadiran organisasi remaja semacam LSM FASKHO karena melihat masyarakat khususnya kalangan remaja yang ahir-ahir ini tengah dilanda krisis akhlak. Menurutnya diperlukan langkah- langkah alternatif untuk menyelamatkan 30 generasi muda dengan berbagai metode dakwah yang telah dilakukan oleh LSM FASKHO. P: Bagaimana pandangan Pak Maryanto selaku ketua RW 8 tentang badan hukum LSM Faskho? 125
Tema Opening
Kegiatan yang membantu ibu-ibu
Peningkatan anggota
Kehadiran LSM Faskho
Dasar hokum
35
40
45
S: Sebenarnya badan hukum yang ada sebagai landasan pergerakan LSM Faskho untuk berkembang dan melanjutkan syiar Islam kepada masyarakat yang lebih luas, tidak hanya setingkat RW 8 melainkan masyarakat seluruh kecamatan Banjarsari jika kegiatan dakwah. Untuk itu tambahnya perlunya segera ditangani persyaratan agar LSM mempunyai landasan pergerakan sesuai aturan pemerintah. P: Ohh iya pak .. mungkin cukup sekian pak, terimakasih atas waktu yang telah di berikan S: iya sama sama mbak, kalau ada yang bisa saya bantu juga saya bantu mbak. P: iya pak terimakasih. Assalamu‟alaikum S: Wa‟alaikumsalam.
126
Penutup
KETERAMPILAN MEMBUAT MAKANAN DENGAN BAHAN BAKU THIWOUL
127
KETERAMPILAN MEMBUAT SABUN MENGGUNAKAN LIMBAH SERPIHAN SABUN DARI PABRIK
128
KETERAMPIALN MEMBUAT MINYAK KAYU PUTIH
129
KETERAMPILAN MEMBUAT KURSI ROTAN
130
KETERAMPILAN MEMBUAT SESERAHAN
131
KOPERASI SYARIAH FASKHO
132
PENGAJIAN DAN PEMBAGIAN AL-QUR’AN
133
DAFTAR RIWAYAT HIDUP 1. DATA PRIBADI Nama
: Mike Dwi Anggraeni
Jenis Kelamin
: Perempuan
Tempat dan Tanggal Lahir
: Surakarta, 28 Mei 1995
Agama
: Islam
Kewarganegaraan
: Indonesia
Status Pernikahan
: Belum Kawin
Alamat
: JL.Kutlang III Cinderejo Kidul Rt 05 Rw 08 Gilingan Banjarsari Solo, 57134
No HP
: 081567733818
E-Mail
:
[email protected]
2. PENDIDIKAN FORMAL Jenjang
Nama Sekolah
Jurusan
Lama/ Tahun
SD
SDN Kestalan 05
-
2000-2006
SMP
MTsN 01 Solo
-
2006-2009
SMA
SMK N 7 Solo
Pekerja Sosial
2009-2012
Sarjana/SI
IAIN Surakarta
Dakwah/ BKI
2012-2017
Demikian riwayat hidup ini saya isi dengan sebenarnya.
Surakarta, 10 Februari 2017
Mike Dwi Anggraeni
134