ANNUAL REPORT 2009
Women Changing for a New Indonesia
KALYANAMITRA
PUSAT KOMUNIKASI DAN INFORMASI PEREMPUAN ________________________________________________ WOMEN’S COMMUNICATION AND INFORMATION CENTRE
LAPORAN TAHUNAN 2009
Perubahan bagi Perempuan untuk Indonesia Baru
Table of Contents Women Changing for a New Indonesia Introduction 1. Community Facilitation 2. Policy Advocacy 3. Knowledge, Information and Documentation 4. Institution and Organization Development 5. Developing Human Resources 6. Infrastructure Development 7. Secretariat and Public Relation 8. Finance 9. Financial Summary
4 6 12 22 24 26 30 34 34 36 38
KALYANAMITRA
PUSAT KOMUNIKASI DAN INFORMASI PEREMPUAN ________________________________________________ WOMEN’S COMMUNICATION AND INFORMATION CENTRE
Daftar Isi Perubahan bagi Perempuan Pengantar 1. Pendampingan Komunitas 2. Advokasi Kebijakan 3. Pengetahuan, Informasi dan Dokumentasi 4. Pengembangan Institusi dan Organisasi 5. Pengembangan Sumberdaya Manusia 6. Pengembangan Infrastruktur 7. Sekretariat dan Humas 8. Keuangan 9. Ikhtisar Keuangan
5 7 13 23 25 27 31 35 35 37 38
Yayasan Kalyanamitra
Jl. Kaca Jendela II No.9 Rawajati, Kalibata Jakarta 12750 Tel: 021-7902109, Fax: 021-7902112 E-mail:
[email protected] Website: www.kalyanamitra.or.id
4
ANNUAL REPORT 2009 KALYANAMITRA Women Changing for a New Indonesia
Women Changing for a New Indonesia
F
OLLOWING the reform, Indonesia has entered a new era of democracy. The democracy that we need is should be gender justice. This political issue is kept carried out by women movement including Kalyanamitra. Different strategy of struggle is made by women movement to enhance the change in the system that supports the improvement of representation and women participation in political field. In advance of the 2009legislative election, the effort to improve women representation in legislative body is made through advocacy of 30 percent of quota through Election Law and Political Party Law. It is expected that with the quantity of women in legislative body, the decision making and budget accommodate the interest of women and people’s welfare. The decision of Constitution Supreme Court that grants material test of Article 214 Law No. 10/ year 2008 concerning election that replaces the system to decide the selected legislative candidates from open, proportional limited system based on the ranking number to the majority vote system that prevents women representation in legislative body. The Legislative election in 2009 only places 6.5% women in legislative body (from 11.5% to 18%). During 2009, Kalyanamitra reflects that the low representation and participation of women in political field is the issue of gender imbalance in different aspects of community life. The discrimination and gender based violence are still experienced by Indonesian women. On behalf of democracy, hundreds of discriminative regional regulations are passed by regional government. The body and sexuality of women are criminalized and controlled by the state by Law No 44/year 2008 about Pornography. The cost of education and health is expensive because of privatization that prevents women to have access to quality education and health care. The scarcity of jobs and poverty enhance hundreds of Indonesian women to become migrant workers. To overcome the issue, Kalyanamitra is committed and consistent to push the change for women so they will be more equal, prosperous and freer from any kinds of discriminations and violence. Kalyanamitra has played the role to facilitate the marginal and oppressed women group through group facilitation, critical education to women, information management and documentation and policy advocacy. In 2009, Kalyanamitra focused on committing awareness of women rights in the grass root level and people in general. The women issue is always raised to change the pattern of thinking and behavior that is gender biased. Advocacy in the policy level is very important. Kalyanamitra and women group and other civil society groups make legal review about Pornography Law in the Constitution Supreme Court because the Law violates the 1945 Constitution and is discriminative to women. Kalyanamitra thinks that making a change to women condition in order to be equal should be started from strengthening women in grassroot level so they are able to organize themselves and others to eliminate various structural and personal oppression towards prosperous, democratic and gender just life. Let’s raise strength and solidarity to fight for women rights from individual, family, society level to state’s level.
Unite Indonesian women! Change for equality and gender justice!
Harga Mati yang Harus Diperjuangkan di Era Indonesia Baru
P
ASCA reformasi, Indonesia menuju era baru dalam demokrasi. Namun demokrasi yang kita inginkan tentu demokrasi yang berkeadilan gender. Isu politis ini terus-menerus diusung oleh gerakan perempuan, termasuk Kalyanamitra. Berbagai strategi perjuangan dilakukan oleh gerakan perempuan untuk mendorong perubahan sistem yang mendukung peningkatan keterwa kilan dan partisipasi perempuan di ranah politik. Menjelang Pemilu Legislatif tahun 2009, upaya peningkatan keterwakilan perempuan di legislatif dilakukan melalui advokasi kuota 30 persen melalui UU Pemilu dan UU Partai Politik. Diharapkan kuantitas perempuan di legislatif, pemutus kebijakan dan anggaran mengakomodir kepentingan perempuan dan kesejahteraan rakyat. Keputusan Mahkamah Konstitusi yang mengabulkan uji materi Pasal 214 UU Nomor 10/Tahun 2008 tentang Pemilu, yang mengganti sistem penentuan caleg terpilih dari sistem proporsional terbuka terbatas berdasarkan nomor urut, menjadi sistem suara terbanyak, telah menghalangi keterwakilan perempuan di legislatif. Pemilu Legislatif tahun 2009 hanya menempatkan perempuan di lembaga legislatif sebesar 6,5% (dari 11,5 % menjadi 18%).
Untuk mengatasi masalah itu, Kalyanamitra berkomitmen dan konsisten mendorong perubahan bagi perempuan agar lebih setara, sejahtera, dan bebas dari segala bentuk diskriminasi dan kekerasan. Kalyanamitra telah mengambil peran memfasilitasi kelompok perempuan marginal dan tertindas melalui pendampingan kelompok, pendidikan kritis hak-hak perempuan, pengolahan informasi dan dokumentasi, serta advokasi kebijakan. Tahun 2009, Kalyanamitra fokus melakukan penyadaran hak-hak perempuan di tingkat akar rumput dan masyarakat luas. Wacana isu-isu perempuan senantiasa dilakukan guna mengubah pola pikir dan perilaku yang bias gender. Advokasi di tingkat kebijakan sangat penting dikerjakan. Kalyanamitra bersama kelompok perempuan dan masyarakat sipil lainnya melakukan legal review terhadap UU Pornografi ke Mahkamah Konstitusi, karena UU ini melanggar UUD 1945 dan diskriminatif terhadap perempuan. Kalyanamitra memandang bahwa melakukan perubahan terhadap kondisi perempuan agar lebih setara harus dimulai dari penguatan perempuan di tingkat akar rumput, sehingga mampu mengorganisir dirinya sendiri dan orang lain untuk menghapus berbagai penindasan stuktural dan personal menuju hidup yang sejahtera, demokratis, dan berkeadilan gender. Mari kita galang kekuatan dan solidaritas bersama untuk memperjuangkan hak-hak perempuan mulai dari tingkat individu, keluarga, masyarakat, sampai negara.
Perempuan Indonesia bersatulah! Raih perubahan untuk kesetaraan dan keadilan gender!
Perubahan bagi Perempuan untuk Indonesia Baru
Sepanjang tahun 2009, Kalyanamitra merefleksikan bahwa rendahnya keterwakilan dan partisipasi perempuan di ranah politik merupakan masalah ketimpangan gender dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Realitas diskriminasi dan kekerasan berbasis gender masih dialami perempuan Indonesia. Atas nama demokrasi, ratusan Peraturan Daerah diskriminatif dibuat oleh Pemerintahan Daerah. Tubuh dan seksualitas perempuan dikriminalisasi dan dikontrol oleh negara melalui UU Nomor 44/ Tahun 2008 tentang Pornografi. Beaya pendidikan dan kesehatan mahal akibat privatisasi yang mengakibatkan perempuan tak memiliki akses terhadap layanan pendidikan dan kesehatan yang berkualitas. Lapangan kerja yang sulit dan jeratan kemiskinan mendorong ratusan ribu perempuan Indonesia menjadi buruh di luar negeri (TKI/TKW).
LAPORAN TAHUNAN 2009 KALYANAMITRA
Perubahan bagi Perempuan:
5
6
ANNUAL REPORT 2009 KALYANAMITRA Women Changing for a New Indonesia
Introduction
I
NDONESIAN women still suffer from discrimination, inequality, poverty, violence and backwardness. The power of market, state, and patriarchal culture are dominant so it still has oppresses Indonesian women until now. The politicizing of religion also tends to preserve the violence of women rights. In addition, the various policies in the national and local level kill the expression of women freedom. The change of a fairer gender relation amid our plural community life is certainly required. Therefore, precise strategy and approach are needed. The strategy for community facilitation, empowering activities and women strengthening in group or intergroup becomes a fairly effective choice to promote and change gender awareness in the community. The change in gender awareness needs learning process and takes a long time. This should be executed in a sustainable way, with commitment, so it will generate tough, intelligent, critical militant women that take side to poor people. In addition to the change of awareness in the community level, the change in the state and government levels should also be committed. The birth of various policies that take side to women interest and its consistent implementation are key factors to improve the awareness level for state apparatus or government. Kalyanamitra thinks that the true process of democracy in Indonesia needs to materialize gender justice. Therefore, the improvement of system value, economy, politics and organization in the state, government and community levels should be carried out. Indeed, an open, transparent and responsible partnership is required by all interested parties. Therefore, Indonesia having social justice, welfare, gender justice can be materialized.
P
ERSOALAN diskriminasi, ketidaksetaraan, kemiskinan, kekerasan, dan keterbelakangan masih dialami kaum perempuan Indonesia. Kekuatan pasar, negara, dan budaya patriarkhal tetap dominan sehingga masih membelenggu perempuan Indonesia hingga kini. Politisasi agama juga cenderung melanggengkan pelanggaran hak asasi perempuan. Belum lagi, dengan munculnya beragam kebijakan negara di tingkat nasional dan daerah yang membunuh ekspresi kemerdekaan perempuan.
Kalyanamitra berpandangan bahwa proses demokratisasi yang sejati di Indonesia perlu mewujudkan keadilan gender di dalamnya. Oleh karena itu, perbaikan tata nilai, ekonomi politik dan orga nisasional di tingkat negara, pemerintahan, dan masyarakat harus dilaksanakan. Tentu diperlukan kerjasama yang terbuka, transparan, dan bertanggungjawab oleh semua pemangku kepentingan. Dengan demikian, perwujudan Indonesia yang berkeadilan sosial, makmur, dan berkeadilan gender, dapat dilakukan.
Perubahan bagi Perempuan untuk Indonesia Baru
Perubahan relasi gender yang lebih adil di tengah kehidupan masyarakat kita yang plural barang tentu sangat diperlukan. Untuk itu jelas diperlukan suatu strategi dan pendekatan yang tepat. Strategi pendampingan komunitas, dengan kegiatan-kegiatan pemberdayaan dan penguatan perempuan secara berkelompok maupun lintas kelompok, menjadi pilihan yang cukup efektif untuk mempromosikan dan mengubah kesadaran gender dalam masyarakat. Perubahan kesadaran gender memerlukan proses pembelajaran dan waktu yang panjang. Hal ini harus dilakukan secara berkesinam bungan, penuh komitmen, dan berkelanjutan sehingga menghasilkan kader-kader perempuan yang tangguh, cerdas, kritis, militan, dan berpihak kepada kaumnya dan rakyat miskin. Selain perubahan kesadaran di tingkat masyarakat, maka perubahan di tingkat negara dan pemerintahan juga harus dilakukan. Lahirnya berbagai kebijakan yang berpihak kepada kepentingan kaum perempuan dan implementasinya yang konsisten adalah indikator kunci kemajuan tingkat kesadaran para penyelenggara negara atau pemerintahan.
LAPORAN TAHUNAN 2009 KALYANAMITRA
Pengantar
7
ANNUAL REPORT 2009 KALYANAMITRA Women Changing for a New Indonesia
8
8
The implementation of Kalyanamitra working program in 2009 should take into account the following frame situation.
1. Sociopolitical context
T
he sociopolitical situation of Indonesia in 2009 looks dynamic. The current dynamic sometimes generates sociopolitical crisis that spreads in several areas. This crisis raises through horizontal conflicts in the society that is packaged in the issues of tribe, religión, race. With a more open room for democracy that guarantees individual or group freedom, the negative serious threat to Indonesia soverignity cannot be considered minimum. The political policies and discriminative laws against women appear in several areas. The Law of Politics and Election and regional rules of Islamic shariah in Aceh, Tangerang, Depok, and others obviously show this treatment. The policies are materializations of political interests of local and national elites that try to forcé ethnical primordialism and religión to other parties, that will lead to anarchial and criminal practices. In 2009, in national and local levels legislative and presidential elections were held, and some areas in Indonesia still hold local political events (election of regional heads). The political fiesta spends a lot of people’s money (state budget and regional budget) and mass duping edúcate of political awareness of the people. Money politic is very dominant in the implementation of the elections. Indonesia democracy after the 1998 reform is materialized in procedure not in the substance. As a result, democracy and state are not based on constitutional state and democracy. The values and norms kebhineka-tunggal-ikaan, freedom of religión, transparency, accountability, law enforcement, human rights, gender justice, and check and balances are grounded by paradigm of sectarian authoritariansm. We have not been able to step into open state and society through the manifestation of the norms and the values.
In the 2009 election (president and legislative), people participation tends to be manipulated by politicians and political parties. People are not completely involved in making the political decisión, as a result, the election is not only about forcing the intention in the name of democracy. Women representation to become president candidate is minimal and limited. Their representation in DPR/DPD/DPRD is only able to obtain 12.6% quota that was previously 11.5%, so it can be predicted that women legislators will not be taken account in the decisión making in the parliement. Therefore, women only become the machine that collects the votes the most and the ornaments, without representing their interest and existence.
2. The sociocultural context
I
n 2009, the norms and patriarchal cultural values in the society are dominant and unchanged. Inequality and injustice between women and men always happen and are institutionalised. With different central and local government in the policy that are discriminative to women, it indirectly means the culture of violence is kept preserving. The consumptive culture and comercialization in all walks of life influence the lifestyle of our community (also women) in the urban and rural areas. Social solidarity of the community sharply declines while individual and group egoism still strengthens. The pluralism of the nation is disturbed by the efforts of fundamentalist group that is covered by religión’s extremism or primordialism. The body and sexuality of women are politicised into antipornography rules and pro-poligamy. Women freedom in prívate and public room are threatened. The backwardness still haunts them because more than 7 million women in indonesia are illiterate until 2008.
buka (open state and society) melalui manifestasi berbagai normanorma dan nilai-nilai tersebut.
1. Konteks sosial politik
Dalam pelaksanaan Pemilu tahun 2009 (Presiden dan Legislatif), partisipasi rakyat cenderung dimanipulasi para politisi dan partaipartai politik. Rakyat tidak dilibatkan sepenuhnya dalam pembuatan keputusan politik, akibatnya pemilu yang berjalan tidak lebih sekadar pemaksaan kehendak atas nama “demokrasi”. Keterwa kilan perempuan untuk menjadi kandidat presiden sungguh sangat minim dan terbatas. Demikian pula keterwakilan mereka di DPR/ DPD/DPRD hanya mampu meraup kuota 12,6% yang sebelumnya hanya 11,5%, sehingga dapat diprediksi bahwa anggota legislatif perempuan tidak akan diperhitungkan dalam pembuatan dan pengambilan keputusan politik di parlemen. Dengan demikian, kaum perempuan hanya menjadi mesin peraih suara terbanyak dan ornamen, tanpa ada representasi kepentingan dan eksistensinya.
K
Sepanjang 2009, di tingkat nasional dan lokal, diselenggarakan Pemilu Legislatif dan Presiden, serta di beberapa daerah di Indonesia masih melangsungkan perhelatan politik lokal (PILKADA). Pesta politik ini terpantau begitu menghambur-hamburkan uang rakyat (APBN dan APBD) dan pembodohan massal kesadaran politik massa rakyat. Politik uang sangat dominan dalam pelaksanaan pemilihan-pemilihan tersebut. Demokrasi Indonesia pasca reformasi 1998 baru diwujudkan secara prosedural, belum secara substansial. Sebagai akibatnya, demokrasi dan negara tidak berbasiskan konstitusi (constitutional state and democracy). Nilai-nilai dan norma-norma kebhineka-tunggal-ikaan, kebebasan beragama, transparansi, akuntabilitas, penegakan hukum, hak asasi manusia, keadilan gender, dan check and balances, tergerus oleh paradigma otoritarianisme sektarian. Kita belum mampu melangkah menuju negara dan masyarakat yang lebih ter-
2. Konteks sosial budaya
S
epanjang 2009, norma-norma dan nilai-nilai budaya patriarkhal di masyarakat masih dominan dan belum berubah. Ketidaksetaraan dan ketidakadilan antara perempuan dan laki-laki senantiasa terjadi dan terlembaga. Dengan adanya berbagai kebijakan pemerintah pusat dan daerah yang diskriminatif terhadap perempuan, maka secara tidak langsung budaya kekerasan terus dilestarikan. Budaya konsumtif dan komersialisasi segala segi kehidupan mempengaruhi gaya hidup masyarakat (juga perempuan) di perkotaan dan di pedesaan. Solidaritas sosial masyarakat merosot tajam, sedangkan egoisme individu dan kelompok kian menguat. Pluralisme berbangsa dan bernegara diganggu dengan upaya-upaya kelompok fundamentalis yang berselimutkan ekstrimisme agama maupun primordialisme picik. Tubuh dan seksualitas kaum perempuan dipolitisir kedalam aturan-aturan anti pornografi dan pro poligami. Kemerdekaan kaum perempuan di ruang privat dan publik menjadi terancam. Keterbelakangan masih menghantui mereka karena lebih dari tujuh juta perempuan di Indonesia hingga tahun 2008, masih buta huruf.
Perubahan bagi Perempuan untuk Indonesia Baru
ondisi sosial politik Indonesia tahun 2009 terlihat demikian dinamis. Dinamika yang ada ini terkadang menimbulkan krisis sosial politik, yang merebak di beberapa daerah. Krisis itu mengemuka melalui konflik-konflik horizontal di dalam masyarakat dengan dibungkus isu SARA. Dengan kian terbukanya ruang demokrasi yang menjamin kebebasan individu atau kelompok, maka secara negatif ancaman serius terhadap kedaulatan Indonesia tidak dapat dianggap sepele. Kebijakan-kebijakan politik dan hukum yang diskriminatif terhadap kaum perempuan muncul di beberapa daerah. Undang-undang Politik dan Pemilu serta Perda-perda syariat Islam di Aceh, Tangerang, Depok, dan lainnya, jelas menunjukkan perlakuan itu. Kebijakan-kebijakan demikian adalah wujud kepentingan politik elit-elit lokal dan nasional yang mencoba memaksakan primordialisme etnis dan agama kepada pihak lain, yang makin mengarah kepada praktik-praktik anarkhis dan kriminal.
LAPORAN TAHUNAN 2009 KALYANAMITRA
Pelaksanaan program kerja Kalyanamitra tahun 2009 dapat dicermati dalam bingkai situasi berikut:
9 9
10
ANNUAL REPORT 2009 KALYANAMITRA Women Changing for a New Indonesia
3. The socioeconomic context
4. Socioecological context
T
I
he number of open and closed unemployment in Indonesia until 2009 cannot be pressed, it tends to increase (30-40 million more). Given the birth of global financial crisis that starts in the US, many companies in Indonesia are bankrupt and closed as a result. Until the beginning of January 2009, the number of workers in Indonesia that is affected by firing has reached more than 500,000. The jobs keep decreasing while the paradigm of national economy development favours free market competition. The privatization of education, health, food and housing creates health education, food and housing costs that are uncontrollable and reachable by the people from the middle to low class.
n 2009, some regions in Indonesia were affected by floods, landslide, earthquake, storm, dryness and fire. These natural disasters are also related to the environmental practices that are not environmentally friendly, such as forest destruction, intentional use of forest consenssion right, conversión of the farming land into real estates and industry, and the increasing CO2 level of the factories in Indonesia. Women will hold the risk of natural disaster more than men. Therefore, in such a situation, they will take socioeconomic role for the survival of their family.
The intervention of foreign investors to national economy policy is dominant so the laws of natural and human resources management in Indonesia favour and please them. The increase of fertilizer prices has strangled the farmers. The increase of fuel price has hindered the fishermen. Indirectly, the load of women life increases two folds. The uncontrolled exploitation of natural resources by multinational corporations (MNC) has destroyed the environment and stolen the economic rights of local people.
iven the reduced access and control in politics, women continue to fight for 30% quota of their representation in political parties, parliament and institutions of other country. Women movement enhances the amendment in the package of Political Law. On the other side, the threat from fundamentalists that are covered with religion becomes a challange for women movement. The fighting movement with rallies to counter the poligamy and pornography issue has been committed. In addition, advocacy to the policy is also committed by women groups to revise a number of Law and Regional Law that do not pay attention on the interest of women and is very disrciminatitve. In 2007, UU PTPPO is advocated by women movement, while Health Law and Criminal Code are advocated so far. The most important thing is, amid this situation, women movement needs to consolidate themselves and unite with other sociopolitical movement so the energy of the movement is getting bigger and effective to make a change.
5. The context of women movement
G
A
S
Intervensi pemodal asing terhadap kebijakan ekonomi nasional begitu dominan, sehingga banyak undang-undang pengelolaan sumberdaya alam dan manusia di Indonesia lebih menguntungkan dan menyenangkan mereka. Kenaikan harga pupuk telah mencekik kaum tani. Kenaikan harga BBM telah melumpuhkan kaum nelayan. Secara tidak langsung, beban hidup kaum perempuan meningkat berganda. Eksploitasi sumberdaya alam oleh kalangan Multi National Corporations (MNCs) yang tanpa kendali telah merusak lingkungan hidup dan merampok hak-hak ekonomi rakyat setempat.
5. Konteks gerakan perempuan
ngka pengangguran terbuka dan tertutup Indonesia hingga tahun 2009 tidak berhasil ditekan, bahkan cenderung meningkat (kisaran 30-40 juta lebih). Dengan lahirnya krisis keuangan global yang bermula di Amerika Serikat, maka secara langsung banyak perusahaan di Indonesia mengalami bangkrut dan ditutup. Sampai dengan awal Januari 2009, jumlah buruh di Indonesia yang terkena PHK sudah mencapai 500 ribu lebih. Lapangan kerja terus menyempit, sementara paradigma pembangunan ekonomi nasional sangat pro pasar bebas (free market competition). Privatisasi pendidikan, kesehatan, pangan dan perumahan, menciptakan beaya pendidikan, kesehatan, harga bahan pangan dan rumah tidak terkendali dan terjangkau oleh masyarakat kelas menengah ke bawah.
epanjang 2009, beberapa daerah di Indonesia mengalami bencana alam banjir, longsor, gempa bumi, topan, kekeringan, dan kebakaran. Bencana alam ini terkait juga dengan praktik manusia yang tidak ramah lingkungan, misalnya perusakan hutan, tata ruang yang kacau, pemanfaatan HPH yang sesuka hati, konversi lahan pertanian menjadi lahan perumahan (real estates) dan industri, dan perusakan sumberdaya kelautan (hutan mangrove, terumbu karang), pembakaran hutan, dan peningkatan CO2 (gas rumah kaca) oleh pabrik-pabrik di Indonesia. Kaum perempuan biasanya akan menanggung resiko bencana alam lebih berat daripada lakilaki. Oleh karena, dalam situasi demikian, mereka akan mengambilalih peran sosial ekonomis demi kelangsungan hidup keluarganya.
D
engan masih rendahnya akses dan kendali dalam politik, maka kaum perempuan terus memperjuangkan kuota 30% keterwakilannya di partai politik, parlemen, dan institusi negara lainnya. Gerakan perempuan mendorong agar dilakukan perubahan dalam paket UU Politik. Di sisi lain, ancaman kaum fundamentalis berselimut agama menjadi tantangan tersendiri bagi gerakan perempuan. Gerakan perlawan dengan aksi demonstrasi untuk mengcounter isu poligami dan pornografi pernah dilakukan. Selain itu, advokasi kebijakan juga dilakukan kelompok-kelompok perempuan untuk merevisi sejumlah UU dan Perda yang tidak memperhatikan kepentingan kaum perempuan dan sangat diskriminatif. Pada tahun 2007, UU PTPPO berhasil diadvokasi oleh gerakan perempuan, sementara UU Kesehatan dan KUHP masih terus diadvokasi sampai saat ini. Dan yang paling penting, di tengah situasi demikian, gerakan perempuan perlu terus-menerus mengkonsolidasi diri di antara mereka dan memadukan diri dengan gerakan sosial politik lainnya, sehingga energi gerakan semakin membesar dan efektif dalam melakukan perubahan.
Perubahan bagi Perempuan untuk Indonesia Baru
4. Konteks sosial ekologis
LAPORAN TAHUNAN 2009 KALYANAMITRA
3. Konteks sosial ekonomi
11
12
ANNUAL REPORT 2009 KALYANAMITRA Women Changing for a New Indonesia
The target of management of Kalyanamitra program in the January-December 2009 period is as follows:
1. Community Facilitation 1.1. Education 1.1. a. Community Discussion Community discussion with topic “The Allocation of Time for Women and Men in the House” This discussion is about general analysis on the time gap allocation between women and men at home. It aims at opening the fact of double burden, task and responsibility in a household that is shown in the allocation of time. It is held every Monday, Wednesday, and Friday in Prumpung; and on Tuesday and Thursday in Muara Baru. Both are located in East Jakarta and North Jakarta. The discussion uses the “group discussion” method by discussing the allocation of time in each of their group. The result of the discussion is the awareness of women group that there is a gap in the division of time and task between women and men in the household level. The discussion is participated by around 15 people each group (there are 11 groups). Community discussion with the topic “Women and Politics” This discussion is the socialization of Kalyanamitra research result on public perception to the quality of women legislators in the parliament. In addition, this discussion is also related with election time. It was held in Prumpung three times on 24-27 February and March 22, 2009 and twice in Muara Baru on 23 and 25 February 2009, in PMK Depok once on February 26 2009, in group of May 98 survival once on March 27, 2009, in KPM CijeruK Bogor once on April 11, 2009. The discussion was participating by 15 people of each group by face to face and exchange experience. The result of this discussion is improvement of women group’s awareness on the women as decision maker, so the interest and the need of women are more concerned and struggled on. Strong
1. Pendampingan Komunitas 1.1. Pendidikan 1.1.a. Diskusi komunitas
Diskusi dengan topik “Perempuan dan Politik”. Diskusi ini merupakan sosialisasi hasil penelitian Kalyanamitra mengenai persepsi publik terhadap kualitas legislatif perempuan di parlemen. Selain itu, diskusi ini juga terkait dengan masa pemilu. Diskusi ini diselenggarakan di Prumpung tiga kali pada 24, 27 Februari, dan 22 Maret 2009; di Muara Baru dua kali pada 23 dan 25 Februari 2009; di PMK Depok satu kali pada 26 Februari 2009; di Paguyuban Korban Mei 98 satu kali pada 27 Maret 2009; di KPM Cijeruk Bogor satu kali pada 11 April 2009. Diskusi ini diikuti 15 orang tiap kelompok. Diskusi ini disampaikan dengan cara tatap muka dan bertukar pengalaman. Hasil diskusi ini ialah makin sadarnya ibu-ibu kelompok pentingnya perempuan sebagai pengambil keputusan dan kebijakan, sehingga
Perubahan bagi Perempuan untuk Indonesia Baru
Diskusi dengan topik ”Alokasi Waktu Perempuan dan Laki-laki di Rumah Tangga” Diskusi ini mengenai analisa gender yang membahas ketimpangan alokasi waktu antara perempuan dan laki-laki di tingkat rumah tangga. Diskusi ini bertujuan untuk membuka realitas beban ganda, tugas dan tanggungjawab dalam suatu rumah tangga, yang diperlihatkan alokasi waktu yang terjadi. Diskusi ini diselenggarakan setiap hari Senin, Rabu, dan Jumat di Prumpung; setiap hari Selasa dan Kamis di Muara Baru. Kedua wilayah tersebut berada di Jakarta Timur dan Jakarta Utara. Diskusi ini menggunakan metode “diskusi kelompok” dengan membahas alokasi waktu di kelompok mereka masing-masing. Hasil diskusi komunitas ini ialah semakin sadarnya ibu-ibu kelompok bahwa terjadi ketimpangan dalam pembagian waktu dan tugas antara perempuan dan laki-laki di tingkat rumah tangga. Diskusi ini diikuti sekitar 15 orang tiap kelompok (ada 11 kelompok).
LAPORAN TAHUNAN 2009 KALYANAMITRA
Realisasi program kerja Kalyanamitra periode Januari-Desember 2009 adalah berikut:
13
14
ANNUAL REPORT 2009 KALYANAMITRA Women Changing for a New Indonesia
awareness is needed so women do not have mistake when electing the legislators to fight for their interest. Community discussion with the topic “Women Reproduction Health” This discussion is about women reproduction for the women group. It is held four times (23 and 24 April 2009; 19 April and 20 April 2009) in different groups in Prumpung and in other location. This discussion is participating by 20-25 people per group. It explains different issue about AKI, family planning, HIV/AIDS, women nutrition, women workers, special’s group/minority. In addition, the participants are asked to know further the women and men reproduction tool. Different diseases in women reproduction tool such as vagina infection, cervix cancer, etc are introduced to the participants. Issues on infectious disease and HIV/AIDS are delivered so it becomes the attention of the women in each house. Community discussion with the topic “Group Evaluation” This discussion is held to evaluate the existence of each group in Prumpung and Muara Baru. It talks about the use, expectation and potential that the group has. With this discussion, an agreement is made to diffuse certain groups to be effective and efficient. This discussion was held on August 31 2009 in Mangga group; 1 September 2009 in Kelengkeng group and Anggur 1; 3 September Derap and Strawberry groups; 4 September 2009 in Duren, Leci, and Anggur 2 groups. In Muara Baru, 8 September 2009 in Mandiri and Marlinal groups; 9 September 2009 in PMD and Angin Mamiri groups; 15 September 2009 in Damai group. Community discussion with the topic “Circumcision in Women” This discussion is held to talk about circumcision in women. The discussion is held in KPM Cijeruk Bogor on August 13, 2009. It is participating by 30 people. The discussion is started with the film produced by Kalyanashira Foundation entitled “Women Circumcision”. Two resource persons attend the discussion AD Kusumaningtyas (Yayasan Rahima) and Sandie (Kalyanashira Foundation),
who look at the practice of circumcision in women in Islam perspective and focus on the story in the film. The discussion is more stressed on the disclosure of experience and opinion of the participant about women circumcision.
1.1. b. Campus Discussion Campus discussion with the topic “Women and Politics” The discussion talked about the material how to be a smart voter in the 2009 election. It is held in the campus of Universitas Islam Negeri Jakarta on 19 March 2009. It is participated by 25 students and some early voters. It is shown in the discussion that not all students understand about the current election system. Confusion happens because they don’t know the basic criteria to vote the current legislative candidates. The discussion stresses on the importance to vote legislative candidate who is committed to the interest of women and does not corrupt and knows the duty and the aim to become legislative candidate. The film discussion with the topic “Putting on the Stake” This discussion talks about film produced by Kalyanashira Foundation entitled “Putting on the stake”. It exposed the violence situation that the women endure daily. It is held in Bina Sarana Informatika Jakarta on 24 March 2009 and participated by 40 students. There are 4 themes of the discussed film, migrant workers, women circumcision, prostitutions and reproduction health. What is stressed from the four themes is violence experienced by women daily and government policy that does not take side to women, and joint action to stop it.
Diskusi dengan topik “Evaluasi Kelompok” Diskusi ini diselengarakan untuk mengevaluasi keberadaan tiap kelompok di wilayah Prumpung dan Muara Baru. Diskusi ini membahas masalah manfaat, harapan, dan potensi yang dimiliki kelompok. Dengan diskusi ini, kemudian disepakati untuk meleburkan kelompok-kelompok tertentu agar lebih efektif dan efisien. Diskusi ini dilaksanakan pada 31 Agustus 2009 di kelompok Mangga; 1 September 2009 di kelompok Kelengkeng dan Anggur 1; 3 September di kelompok Derap dan Strawberry; 4 September 2009 di kelompok Duren, Leci, dan Anggur 2. Untuk di wilayah Muara Baru, 8 September 2009 di kelompok Mandiri dan Marlinal; 9 September 2009 di kelompok PMD dan Angin Mamiri; 15 September 2009 di kelompok Damai. Diskusi dengan topik “Sunat Perempuan” Diskusi ini diselenggarakan untuk membahas sunat perempuan. Diskusi ini diadakan di KPM Cijeruk Bogor pada 13 Agustus 2009. Diskusi diikuti 30 orang peserta. Diskusi dimulai dengan pemutaran film
1.1.b. Diskusi kampus Diskusi dengan topik “Perempuan dan Politik”. Diskusi ini membahas materi bagaimana menjadi pemilih cerdas di Pemilu 2009. Diskusi diadakan di kampus Universitas Islam Negeri Jakarta pada 19 Maret 2009. Diskusi diikuti 25 orang mahasiswa dan beberapa pemilih pemula. Melalui diskusi ini tampak, bahwa tidak semua mahasiswa paham mengenai sistem pemilu saat ini. Kebingungan terjadi karena mereka tidak tahu dasar kriteria untuk memilih caleg yang ada. Melalui diskusi ini ditekankan pentingnya memilih caleg yang komit pada kepentingan perempuan dan tidak melakukan korupsi, tahu tugas dan tujuannya menjadi caleg. Diskusi film dengan topik “Pertaruhan”. Diskusi ini membahas film produksi Kalyanashira Foundation yang berjudul “Pertaruhan”. Diskusi ini memaparkan kondisi kekerasan yang dialami perempuan sehari-hari. Diskusi diadakan di kampus Bina Sarana Informatika Jakarta pada 24 Maret 2009. Diskusi diikuti 40 mahasiswa. Terdapat empat tema dalam film yang dibahas, yakni: buruh migrant, sunat perempuan, pelacuran, dan kesehatan reproduksi. Yang ditekankan dari keempat tema tersebut ialah tindak kekerasan yang dihadapi perempuan sehari-hari, kebijakan pemerintah yang tidak berpihak kepada perempuan, dan apa tindakan bersama untuk menghapuskan hal tersebut.
Perubahan bagi Perempuan untuk Indonesia Baru
Diskusi dengan topik “Kesehatan Reproduksi Perempuan” Diskusi ini membahas kesehatan reproduksi perempuan untuk ibuibu kelompok. Diskusi ini dilaksanakan empat kali (23 dan 24 April 2009; 19 April dan 20 April 2009) di kelompok yang berbeda-beda di Prumpung dan di lokasi lain. Diskusi ini diikuti 20-25 orang per kelompok. Diskusi ini menjelaskan berbagai persoalan mengenai AKI, KB, HIV/AIDs, gizi perempuan, perempuan pekerja, kelompok khusus/minoritas. Selain itu, peserta diskusi diajak untuk mengenal lebih dalam mengenai alat reproduksi perempuan dan laki-laki. Berbagai penyakit alat reproduksi perempuan, seperti keputihan, kanker leher rahim, dan sebagainya juga diperkenalkan ke peserta. Kepada mereka pula disampaikan masalah infeksi penyakit menular dan HIV/AIDs, agar menjadi perhatian ibu-ibu sejak dini di masing-masing rumah tangga. Oleh karena itu, makin disadari pentingnya kebersihan lingkungan (sanitasi), gaya hidup dan perilaku seks yang sehat.
produk Kalyanashira Foundation yang berjudul “Sunat Perempuan”. Dalam diskusi ini hadir dua narasumber, yakni AD Kusumaningtyas (Yayasan Rahima) yang menyoroti praktik sunat perempuan dalam tinjauan agama Islam dan Sandie (Kalyanashira Foundation) yang menyoroti kisah dalam film tersebut. Diskusi lebih ditekankan pada pengungkapan pengalaman dan opini peserta mengenai sunat perempuan.
LAPORAN TAHUNAN 2009 KALYANAMITRA
kepentingan dan kebutuhan perempuan lebih diperhatikan dan diperjuangkan. Perlu kesadaran yang tinggi agar perempuan tidak salah memilih caleg untuk memperjuangkan kepentingannya.
15
16
ANNUAL REPORT 2009 KALYANAMITRA Women Changing for a New Indonesia
The discussion with the topic “Women, Politics and Reproduction Health” This discussion is about the 30% women quota in the parliament, women’s need in the 2009 election and women reproduction health (family planning, HIV/aids, women nutrition, etc. The discussion is held in IISIP campus, Lenteng Agung Jakarta on April 16, 2009 and attended by 15 students from IISIP and UI. It stresses on the importance of gender equality in political issue and reproduction health..
1.1. c. Seminars National seminar with the topic “Polygamy” This seminar is held on 11 February 2009 at 09.00-14.00 in Hotel Sahid Jaya Jakarta. The theme is Polygamy: Discussing the Dominance of Men. The aim of the seminar is to develop public awareness on negative impact of polygamy to women and children; raising the support and joint awareness of the people about the importance to amend Marriage Law that strictly forbids polygamy, and supports consistency of mass media to be involved in voicing the polygamy from the perspective of gender justice and to urge the government to amend the current Marriage Law. The mass media that attends among others Koran Tempo, Mingguan Hidup, Nonstop, Sinar Harapan, Detik. com, Hati Baru, and Wimjansen. Moderator seminar is Andy Yentriyani (Komnas Perempuan). The resource person is Lies Sugondo with the topic “Poligamy dan Amendement of Marriage Law in Indonesia”; Ruth Indiah Rahayu with the topics”Poligamy Viewed from Cultural Aspect and Feminism; Ratna Sarumpaet with the topic “Sharing Experience about the Negative Impact of Poligami”. Then national seminar is attended by 197 participants, nearly 40% participants are house wives, 15 percent students and the others 35%. National seminar with the topic “Women and politics” This seminar is held on March 3 2009 at 09.00-13.00 Binakarma 1st floor Hotel Bumi Karsa Bidakara. The theme of the seminar is “Women political decision in the 2009 election”. The objective of the seminar is to develop awareness of the people and the related parties to support the winning of 30% quota of women representation in the
politic in different levels ahead of the 2009 election, to develop public support to advocate policy about the importance of the 30% quote rule in the Revision of Election Law and Susduk Law and to enhance the media to be consistent to voice the importance of women representation in politics. The mass media that cover includes Mingguan Hidup, Harian Sentana, Majalah Kartini, Eleven, Jurnal Perempuan, Seputar Indonesia, Kompas, Jakarta Globe, Berdikari Online, Suara Melayu, Tunas Bangsa, and progresif. The seminar is opened by Finland Ambassador Antii Koistinen. The moderator is Atnike Sigiro (Elsam). The resource person is Titi Sumbung that talks about Political Agenda of women in the 2009 election, Rena Herdiyani discussed the Political decision of women in the household, Bima Arya Sugiarto talks about Prediction to Gain political seat of women in the 2009 election. The seminar is attended by 228 participants from different lines: grass root community, legislative candidates, academics, students, embassy, national and international institutions, mass organization and mass media.
1.1. d. Training Training on social and gender analysis The training is held twice in Prumpung and once in Muara Baru. The objective is to develop the critical attitude of women towards what happens in the surrounding, to generate courage for the participants to express ideas and become leader in the community and to generate the solidarity and cooperation in a group. The factors of education, chance to study and patriarchal culture often become obstacles for the women to move forward and have the capacity more. In Prumpung it was held on 15-18 January 2009 with 23 participants (5 groups). In Muara Baru it was implemented on 19-20 June 2009 with 15 participants (3 groups). The key concept learnt: sex and gender, social mapping, social and gender analysis. With this training, facilitator asked the women to see what is happening around and thinking critically. For example how to control the flood in Prumpung, wastes, etc. The final objective of this training is to get awareness that has impact on the change in behavior and social condition.
1.1.c. Seminar
Seminar Nasional dengan topik “Perempuan dan Politik” Seminar ini diselenggarakan pada 3 Maret 2009 pukul 09.00-13.00 wib Binakarna Lantai 1 Hotel Bumi Karsa Bidakara. Tema seminar
1.1.d. Pelatihan Pelatihan analisa sosial dan gender Pelatihan ini diselenggarakan dua kali di Prumpung dan satu kali di Muara Baru. Tujuan pelatihan ini yakni: menumbuhkan sikap kritis pada perempuan terhadap hal-hal yang terjadi di sekelilingnya, menumbuhkan keberanian pada peserta untuk dapat mengemukakan pendapat dan menjadi pemimpin dalam masyarakat, dan menumbuhkan sikap solidaritas dan bekerjasama dalam sebuah kelompok. Faktor pendidikan, kesempatan belajar, dan budaya partriarkhi sering menjadi hambatan bagi perempuan untuk maju dan lebih mempunyai kapasitas. Di Prumpung dilaksanakan pada 15-18 Juni 2009, dengan jumlah peserta 23 orang (5 kelompok). Di Muara Baru dilaksanakan pada 19-20 Juni 2009, dengan jumlah
Perubahan bagi Perempuan untuk Indonesia Baru
Seminar Nasional dengan topik “Poligami” Seminar ini diselenggarakan pada 11 Februari 2009 pukul 09.0014.00 wib di Hotel Sahid Jaya Jakarta. Tema seminar yakni “Poligami: Menyoal Dominasi Laki-laki”. Tujuan seminar ialah membangun kesadaran publik mengenai dampak negatif poligami terhadap perempuan dan anak; menggalang dukungan dan kesadaran bersama masyarakat tentang pentingnya amandemen UU Perka winan yang secara tegas melarang poligami; serta mendorong konsistensi media massa untuk ikut terlibat menyuarakan isu poligami dari perspektif keadilan gender dan mendesak pemerintah untuk mengamandemen UU Perkawinan yang ada. Media massa yang hadir antara lain: Koran Tempo, Mingguan Hidup, Nonstop, Sinar Harapan, Detik.com, Hati Baru, dan Wimjansen. Moderator seminar yakni Andy Yentriyani (Komnas Perempuan). Narasumber yang hadir: Lies Sugondo dengan topik “Poligami dan Amandemen UU Perkawinan di Indonesia”; Ruth Indiah Rahayu dengan topik ”Poligami Ditinjau dari Aspek Budaya dan Feminisme”; Ratna Sarumpaet dengan topik “Sharing Pengalaman Dampak Negatif Poligami”. Seminar nasional ini dihadiri 197 peserta. Hampir 40% peserta adalah ibu rumah tangga, 15 persen mahasiswa, ainnya 35 persen.
yakni “Keputusan Politik Perempuan dalam Pemilu 2009”. Tujuan seminar ialah membangun kesadaran masyarakat luas dan pihakpihak terkait untuk mendukung upaya pemenangan kuota 30 persen keterwakilan perempuan dalam politik di berbagai tingkatan menjelang Pemilu 2009, membangun dukungan publik untuk advokasi kebijakan tentang pentingnya aturan kuota 30 persen dalam Revisi UU Pemilu dan UU Susduk, dan mendorong media untuk konsisten menyuarakan pentingnya keterwakilan perempuan dalam politik. Media massa yang meliput antara lain: Mingguan Hidup, Harian Sentana, Majalah Kartini, Eleven, Jurnal Perempuan, Seputar Indonesia, Kompas, Jakarta Globe, Berdikari Online, Suara Melayu, Tunas Bangsa, dan progresif. Seminar ini dibuka oleh Duta Besar Finlandia, Antii Koistinen. Bertindak sebagai moderator yakni Atnike Sigiro (Elsam). Narasumber yang hadir adalah Titi Sumbung, membahas ”Agenda Politik Perempuan dalam Pemilu 2009”; Rena Herdiyani, membahas “Keputusan Politik Perempuan di Tingkat Rumah Tangga”; Bima Arya Sugiarto, membahas “Prediksi Perolehan Kursi Politisi Perempuan dalam Pemilu 2009”. Seminar ini dihadiri 228 peserta dari berbagai unsur: masyarakat akar rumput (komunitas), calon legislatif, akademisi, mahasiswa, kedutaan besar, lembaga-lembaga nasional dan internasional, organisasi massa, serta media massa.
LAPORAN TAHUNAN 2009 KALYANAMITRA
Diskusi dengan topik “Perempuan, Politik, dan Kesehatan Reproduksi” Diskusi ini membahas mengenai kuota 30% perempuan di parlemen, kebutuhan perempuan dalam Pemilu 2009, dan kesehatan reproduksi perempuan (masalah KB, HIV/AIDs, gizi perempuan, dan sebagainya). Diskusi diadakan di kampus IISIP Lenteng Agung Jakarta pada 16 April 2009. Diskusi diikuti 15 mahasiswa dari IISIP dan UI. Diskusi ini menekankan pentingnya arti kesetaraan gender dalam masalah politik dan kesehatan reproduksi.
17
18
ANNUAL REPORT 2009 KALYANAMITRA
Paralegal training for domestic violence case The training is managed by LBH APIK Jakarta on 21-23 November 2009. The training is participating by 6 participants from the community. This activity is an effort to improve the capacity of community member in handling the violence cases to other women. CEDAW Training The training is organized by CWGI in Ambon and Kendari. Through this training, NGO activists can understand the CEDAW convention and its mechanism and is able to use it as a tool to advocate human rights. The training in Ambon is held in Hotel Amans on 16-18 July 2009. The NGO is also expected to be able to urge the government to be more serious to execute their obligations by taking necessary step for the protection and fulfillment of women rights and discrimination of women.
Women Changing for a New Indonesia
1.1. e. Workshops Workshop on indicator of CEDAW monitoring This workshop was conducted on January 28, 2009 in Kemang Gallery. It is organized by CWGI and attended by several institutions from Jakarta that is concerned about the issues of children, migrant workers, rural community and women. The resource person is Achie and Saparinah Sadli. Moderator of the workshop is Papang (Kontras). The goal of the workshop is to formulate the indicator for CEDAW monitoring that will be used by all networks of CWGI in the center or in the region. The second workshop was conducted on February 23, 2009 in Hotel Sofyan Cikini. It is attended by 8 people. On April 1-2 February 2009, it is followed up by composing the monitoring indicator that is followed up and discussed in Apartemen Menteng Prada. In the meeting, the change to compose indicator includes legislation indicator, program, indicator, budget and institution and socio cultural indicator. The trial of indicator to monitor CEDAW implementation is held in several places such as in Bogor on 19-20 August, in Jakarta on 10 September 2009, in Mataram on 19-23 October 2009, in Pon-
tianak on 11-12 August 2009. The indicator is finalized on November 25, 2009. It will be started to be implemented in 2010.
1.1. f. Public dialogue Public dialog about “Fulfilling Women Rights” The dialogue is held on the occasion of the commemoration of World Women Day 2009. The objective of the dialogue is to form opinion and public support about fulfilling women rights by the legislative and executive body. The resource person in the dialogue is Masruchah (Koalisi Perempuan Indonesia) that discussed Women and 30% Quota and Anggito Abimanyu (Head of Fiscal Agency, Ministry of Finance) that discussed the impact of global crisis and socioeconomic reality of the community to the women”. This dialogue is participating by 70 participants from various organizations. The decision of Justice Supreme Court to the system of women allocation in the 30% quota changes women position in the politics significantly. The fund access for women in the production sector also prevents the banking system that does not take side to women.
1.2. Strengthening Strengthening community is committed in a sustainable way in each group either in Prumpung, Muara Baru, PMK or in campus. The objective is to keep the community stay coordinated in the equality of vision and mission of Kalyanamitra and it will be more solid in their internal level. This strengthening is made through routine meeting and etc.
Pelatihan paralegal kasus KDRT Pelatihan ini diselenggarakan oleh LBH APIK Jakarta pada 21-23 November 2009. Pelatihan ini diikuti 6 orang peserta dari komunitas. Kegiatan ini sebagai upaya peningkatan kapasitas anggota komunitas dalam menangani kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan lainnya.
1.1.e. Lokakarya Lokakarya indikator monitoring CEDAW Lokakarya ini dilaksanakan pada 28 Januari 2009 di Galeri Kemang. Lokakarya ini diselenggarakan oleh CWGI dan dihadiri beberapa lembaga dari Jakarta yang konsen pada isu anak, buruh migran, masyarakat desa, dan perempuan. Bertindak sebagai narasumber adalah Achie dan Saparinah Sadli. Moderator lokakarya ialah Papang (Kontras). Tujuan lokakarya ini ialah merumuskan indikator monitoring CEDAW yang akan dipakai semua jaringan CWGI di pusat maupun di daerah. Lokakarya kedua dilaksanakan 23
1.1.f. Dialog publik Dialog publik mengenai “Pemenuhan Hak-hak Perempuan”. Dialog ini diselenggarakan dalam rangka peringatan Hari Perempuan Sedunia 2009. Tujuan dialog ini ialah membentuk opini dan dukungan publik mengenai pemenuhan hak asasi perempuan oleh legislatif and eksekutif. Narasumber dalam dialog ini yakni Masruchah (Koalisi Perempuan Indonesia), yang membahas “Perempuan dan Kuota 30%” dan Anggito Abimanyu (Kepala Badan Fiskal Depkeu), yang membahas “Dampak Krisis Global dan Realitas Sosial Ekonomi Masyarakat terhadap Perempuan”. Dialog ini diikuti 70 peserta dari berbagai organisasi. Keputusan MK terhadap sistem penempatan perempuan dalam kuota 30% mengubah kedudukan perempuan dalam politik secara signifikan. Akses dana bagi perempuan untuk sektor produksi juga terhambat sistem perbankan yang tidak pro perempuan.
1.2. Penguatan Penguatan komunitas dilakukan secara berkelanjutan di tiap kelompok baik di Prumpung, Muara Baru, PMK maupun di kampus. Tujuannya agar komunitas tetap terkoordinasi dalam kesamaan visi misi Kalyanamita dan semakin solid di tingkat internal me reka. Penguatan ini diselenggarakan melalui pertemuan rutin dan sebagainya.
Perubahan bagi Perempuan untuk Indonesia Baru
Pelatihan CEDAW Pelatihan ini diselenggarakan oleh CWGI di Ambon dan Kendari. Melalui pelatihan ini, aktivis LSM dapat memahami konvensi CEDAW dan mekanismenya dan mampu menggunakannya sebagai alat advokasi hak asasi perempuan. Pelatihan di Ambon diadakan di Hotel Amans pada 16-18 Juli 2009. LSM juga diharapkan dapat mendesak pemerintah agar lebih serius menunaikan kewajibannya dengan mengambil langkah-langkah yang diperlukan bagi perlindungan dan pemenuhan hak asasi perempuan, dan penghapusan diskriminasi terhadap perempuan.
Februari 2009 di Hotel Sopyan Cikini. Hadir dalam lokakarya kedua ini 8 orang. Pada 1-2 April 2009 dilanjutkan penyusunan indikator pemantauan dilanjutkan dibahas di Apartemen Menteng Prada. Pada pertemuan tersebut, perubahan cara penyusunan indikator, yakni indikator legislasi, indikator program, anggaran dan kelembagaan, serta indikator sosial budaya. Ujicoba indikator pemantauan implementasi CEDAW dilakukan di beberapa tempat, seperti di Bogor pada 19-20 Agustus 2009, di Jakarta pada 10 September 2009, di Mataram pada 19-23 Oktober 2009, di Pontianak pada 1112 Agustus 2009. Finalisasi indikator dilaksanakan pada 25 November 2009. Indikator ini akan mulai diterapkan pada tahun 2010.
LAPORAN TAHUNAN 2009 KALYANAMITRA
peserta 15 orang (3 kelompok). Konsep kunci yang dibahas yakni: seks dan gender, pemetaan sosial, analisa sosial dan gender. Melalui pelatihan ini, fasilitator mengajak perempuan untuk melihat apa yang terjadi disekelilingnya dan berpikir kritis (Contoh, bagaimana mengatasi bajir di Prumpung, masalah sampah, dll.). Tujuan akhir pelatihan ini ialah penyadaran yang berdampak pada perubahan perilaku dan kondisi sosial.
19
20
ANNUAL REPORT 2009 KALYANAMITRA Women Changing for a New Indonesia
1.3. Direct services Free medication Free medication is made in the community of Perhimpunan Rakyat Pekerja in Kamal Utara. It is accessed by 170 people either women or men and without the age limit. This is supported by two doctors and two nurses. Fogging This activity is made to eradicate the mosquitoes of dengue fever in Prumpung and Muara Baru. It is conducted on July 28, 2009 in Prumpung that covers 15 RT with 1108 families. This activity involves local agency like RT, RW, Community health center and Village level. In addition, information about the importance of environmental hygiene is also shared. On August 4, 2009 similar activity is also committed in Muara Baru which includes 48 RT or 17,000 families (35.000). Information sheet that contains important information on health is also given to the people Management Results All activities to facilitate the community are committed to reach vision and mission of organization though it is not optimal. In 2009, the organization’s commitment to strategic issue that is stipulated gives important support for the staffs in doing their tasks. It develops more along with the works among the organizations that will improve the coordination and consolidation. Development results The impact of community facilitation works for the people is the enhancement and growth of awareness on human rights among them. Though the scope is small but critical insights about it is more understood and known, for example violence against women, CEDAW, pop culture. This responded positively in the student level. Lesson learnt In the management level, good PME about community facilitation
has not been prepared so it is difficult to monitor and evaluate the level of target and performance. The lack of monitoring tool and evaluation with a clear indicator of impact makes the target mapping unspecific. In addition, the community or the groups are not courageous to execute the action independently in fighting for their right.
Pengobatan gratis Pengobatan gratis dilaksanakan di komunitas Perhimpunan Rakyat Pekerja di Kamal Utara. Pengobatan ini diakses oleh 170 orang baik perempuan maupun laki-laki dan tanpa pembatasan usia. Kegiatan ini didukung dengan dua tenaga dokter dan dua perawat.
Capaian manajemen Semua kegiatan pendampingan komunitas dilaksanakan untuk mencapai visi misi organisasi meskipin belum maksimal. Sepanjang 2009, komitmen organisasi terhadap isu strategis yang ditatapkan memberikan dukungan penting bagi staf dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Kemudian makin berkembang pula sinergi kerja antar bidang di dalam organisasi, yang makin meningkatkan koordinasi dan konsolidasi. Capaian pengembangan Dampak kerja-kerja pendampingan komunitas bagi masyarakat yakni kian tumbuh dan terdorongnya kesadaran akan hak asasi perempuan di kalangan mereka. Meskipun lingkupnya masih kecil, namun wacana kritis mengenal hal itu semakin mereka kenal dan mengerti, misalnya “kekerasan terhadap perempuan”, “CEDAW”, “budaya pop”. Hal ini direspon secara positif di tingkatan mahasiswa.
Perubahan bagi Perempuan untuk Indonesia Baru
Fogging Kegiatan ini dilakukan untuk memberantas nyamuk demam ber darah di wilayah Prumpung dan Muara Baru. Kegiatan ini dilaksanakan pada 28 Juli 2009 di Prumpung yang mencakup 15 RT dengan jumlah 1.108 kk (4.367 jiwa). Kegiatan ini melibatkan instansi setempat seperti RT, RW, Puskesmas dan Kelurahan. Di samping itu, juga disampaikan informasi mengenai pentingnya menjaga kesehatan lingkungan. Pada 4 Agustus 2009, kegiatan serupa juga dilaksanakan di Muara Baru yang mencakup 48 RT atau jumlah 17.000 kk (35.000 jiwa). Kepada masyarakat pun diberikan “lembar info” yang berisikan informasi pentingnya kesehatan bagi mereka.
Kelemahan Di tingkat manajemen belum dipersiapkan PME yang baik mengenai pendampingan komunitas, sehingga dalam monitoring dan evaluasinya sulit mengukur tingkat capaian dan kinerjanya. Belum tersedianya alat pantau dan evaluasi dengan indikator impak yang jelas, membuat pemetaaan capaian belum spesifik. Selain itu, komunitas ataupun kelompok-kelompok belum berani melakukan aksi-aksi secara mandiri dalam memperjuangkan hak-haknya.
LAPORAN TAHUNAN 2009 KALYANAMITRA
1.3. Layanan langsung
21
22
ANNUAL REPORT 2009 KALYANAMITRA Women Changing for a New Indonesia
2. Policy Advocacy 2.1. Network management Network management includes three working networks namely CWGI, JKP3, and We can. The three working networks that Kalyanamitra facilitated in 2009 execute a lot of activities. CWGI networking Activities committed by CWGI network in 2009, among others, include: • Workshop to set up CEDAW monitoring tool • Discussion of expert about monitoring indicator of CEDAW • Workshop to finalize CEDAW monitoring indicator • CEDAW training for NGO activists in Ambon and Kendari • Trial of CEDAW indicators in Bogor, Jakarta, Pontianak and Mataram • Workshop after the trial in four cities • Finalization of CEDAW indicator JKP3 networking The working network focuses on advocacy of judicial review of Pornography Law in Supreme Court of Constitution. On March 30, 2009, the request of judicial review of the law was registered in Supreme Court of Constitution. Several clauses that are reviewed include articles 1, 4, 10, 23. Several experts that are involved as witnesses include Achie Luhulima (CEDAW), Kristi Poerwandari (Psychologist), Prof. Irwanto (Psychologist), Thamrin Tamagola (Sociologist), Rocky Gerung (Philosopher). In order to advocate Health Law, JKP also urges a change in discriminative clauses to women, for example, the abortion that is debated by MUI. The training of legislation advocacy for JKP3 activists is held on May 28-30 2009 in Wisma Hijau, Cimanggis Depok. This training is participating by 30 participants of several NGOs that become members of JKP3 network. The material of training includes: problem identification, evaluating and criticizing the bill, packaging the advocacy material, lobby strategy, and monitoring the legislation process in the House.
We Can networking We can Indonesia launch its campaign nationally on March 21, 2009 in Jakarta. The campaign of this network uses individual approach to change the behaviors so there will be no violence against women by increasing the change maker. On November 2009 We Can made village discussion, talk show and making campaign tool. The village discussion was held in Prumpung and in Depok. The discussion in Prumpung is participating by 17 people and in Depok by 18 participants. The talk show was held on December 10 2009 in the momentum of world human rights day.
2.2. Case study In 2009, only one case study is made with the theme pattern of power relation in the family. The result is enrolled in the contest of poem writing by Desantara NGO. The focus is relation between economy sovereignty and its position in decision making in the family level.
2.3. Policy monitoring Besides making a case study, in 2009 monitoring to local government DKI Jakarta policy is made whether or not this has direct implication on urban women life. One of it is Perda DKI No. 8 year 2007 concerning public order. Management results As network member, Kalyanamitra is known well not only in the NGO but also government. The organization is committed to issues advocacy that discriminate women strongly. It becomes an important support for the staffs in executing its tasks. Development results The impact of advocacy works are obvious in the upward direction because it focuses more on network management. The change to the policy because of advocay has not been directly felt by grassroot community or women that become the focus of Kalyanamitra facilitation. The monitoring of CEDAW implementation in Indonesia,
2.1. Pengelolaan jaringan Pengelolaan jaringan mencakup tiga jaringan kerja, yakni CWGI, JKP3, dan We can. Ketiga jaringan kerja yang diikuti Kalyanamitra ini sepanjang 2009 cukup banyak melakukan kegiatan.
JKP3 Jaringan kerja ini memfokuskan diri pada advokasi judicial review UU Pornografi di Mahkamah Konstitusi. Pada 30 Maret 2009 permohonan judicial review undang-undang tersebut sudah didaftarkan ke Mahkamah Konstitusi. Beberapa pasal yang ditinjau yakni pasal 1, 4, 10, 23. Beberapa pakar terlibat sebagai saksi ahli, yakni: Achie Luhulima (CEDAW), Kristi Poerwandari (Psikolog), Prof. Irwanto (Psikolog), Thamrin Tamagola (Sosiologi), Rocky Gerung (Filsafat). Dalam rangka advokasi UU Kesehatan, JKP3 juga mendesak dilakukan perubahan pada pasal-pasal yang diskriminatif terhadap perempuan. Misalnya, dalam isu aborsi yang masih diperdebatkan pihak MUI. Pelatihan advokasi legislasi untuk aktivis JKP3 juga dilaksanakan pada 28-30 Mei 2009 di Wisma Hijau, Cimanggis Depok. Pelatihan ini diikuti 30 peserta dari beberapa LSM yang menjadi anggota jaringan JKP3. Materi pelatihan yang diberikan antara lain: identifikasi masalah, menilai dan mengkritik RUU, mengemas bahan advokasi, strategi lobby, dan pemantauan proses legislasi di DPR.
2.2. Kajian Sepanjang 2009, hanya dilakukan satu kali kajian dengan tema pola relasi kuasa dalam keluarga. Hasil kajian diikutsertakan dalam lomba penulisan oleh LSM Desantara. Yang menjadi fokus, yakni relasi antara kedaulatan ekonomi dengan kedudukannya dalam pengambilan keputusan di tingkat rumah tangga.
Perubahan bagi Perempuan untuk Indonesia Baru
CWGI Kegiatan-kegiatan yang dilakukan jaringan CWGI sepanjang 2009 antara lain: -Lokakarya penyusunan alat monitoring CEDAW -Diskusi pakar mengenai indikator monitoring CEDAW -Lokakarya finalisasi indikator monitoring CEDAW -Pelatihan CEDAW untuk aktivis LSM di Ambon dan Kendari -Uji coba indikator CEDAW di Bogor, Jakarta, Pontianak, Mataram -Lokakarya pasca uji coba di empat kota -Finalisasi indikator CEDAW.
We Can We Can Indonesia meluncurkan kampanyenya secara nasional pada 21 Maret 2009 di Jakarta. Kampanye jaringan ini menggunakan pendekatan individu untuk mengubah perilaku orang sehingga tidak melakukan kekerasan terhadap perempuan dengan memperbanyak “pembuat perubahan” (change maker). Pada November 2009, We Can melakukan diskusi kampung, talkshow dan pem buatan alat kampanye. Diskusi kampung dilakukan di Prumpung dan di Depok. Diskusi di Prumpung diikuti 17 peserta, dan diskusi di Depok dihadiri 18 peserta. Sementara talkshow dilaksanakan pada 10 Desember 2009 dalam momen hari Ham sedunia.
LAPORAN TAHUNAN 2009 KALYANAMITRA
2. Advokasi Kebijakan
23
24
ANNUAL REPORT 2009 KALYANAMITRA Women Changing for a New Indonesia
for example, still focuses on the interest of activists. The grassroot women have not been involved in fighting for the change of policy that the government has made.
3. Knowledge, Information and Documentation
Lesson learnt The impact of advocacy has not been monitored or measured in the grass root community level. Besides, to execute the advocacy, an appropriate capacity of the institution is required so it will focus on this activity. In fact, the coverage of organization’s work is quite wide so the energy to make a significant advocacy is limited.
3.1. Library management The knot of knowledge covers several activities such as procuring the collection, management of collection, circulation of collection, data migration, maintenance and promotion of collection. The procurement aims at fulfilling the availability of the library users on reading materials or collection. The collected materials include: book, working paper, serials (magazine, newsletter, bulletin, journal, etc), article clips and audiovisual. 308 books, 27 working papers, 143 serials, 2 newspapers, 5 online newspapers and 4 audiovisuals are collected. The management of collection in 2009 is able to set 308 books, 27 working papers, 143 serial publications and 4 audiovisuals. For the circulation of the collection, in 2009 Kalyanamitra library was visited for 92 times (35 direct visit, 32 visits by Kalyanamitra staffs, 17 phone call requests and 8 email requests). The collection used is between 644-1104 (10-17%). Data migration is an effort to make Kalyanamitra library online so it is faster and easier to be accessed anytime anywhere. OPAC Program Senayan 3 stable 10 has been installed, but it needs special domain to run optimally in Kalyanamitra site. The maintenance of library collection is not optimally done but space management has been made to be able to contain the additional rack for the collection. The effort to promote Kalyanamitra library is made through discussion. The informal discussion with the topic “Portrait of current women political life” is successfully held on March 20, 2009 in Kalyanamitra office. The resource person is Shelly Adelina (PKSW-UI) and Ikhaputri (Filsafat UI). The discussion is participating by 34 people from different backgrounds. Next discussion is about 11 Years of Reform: Discussing new government in solving the reform agenda” is
Selain melakukan kajian, sepanjang 2009 juga dilaksanakan pemantauan terhadap kebijakan pemerintahan daerah DKI yang berim plikasi langsung atau tidak pada kehidupan perempuan miskin kota. Salah satunya, Perda DKI No.8 tahun 2007 tentang Ketertiban Umum. Capaian manajemen Sebagai anggota jaringan, Kalyanamitra cukup dikenal luas tidak hanya di kalangan ornop namun juga pemerintah. Komitmen organisasi terhadap advokasi isu-isu yang mendiskriminasi perempuan sangat kuat. Hal itu menjadi dukungan penting bagi staf dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
Kelemahan Impak advokasi belum dipantau dan diukur di tingkat masyarakat akar rumput. Selain itu, untuk melaksanakan advokasi secara mantap dibutuhkan kapasitas lembaga yang memadai agar fokus pada aktivitas ini. Padahal, cakupan kerja organisasi cukup luas sehingga energi sangat terbatas untuk melakukan advokasi secara bermakna.
3.1. Simpul pengetahuan Simpul pengetahuan mencakup beberapa kegiatan, seperti: pengadaan koleksi, pengolahan koleksi, sirkulasi koleksi, migrasi data, perawatan dan promosi koleksi. Pengadaan bertujuan memenuhi ketersediaan pengguna perpustakaan akan bahan bacaan atau koleksi. Bahan yang dikoleksi meliputi: buku, working paper, terbitan berseri (majalah, newsletter, bulletin, jurnal, dan lainnya), kli ping artikel surat kabar, dan audiovisual. Telah terkoleksi 308 buku, 27 working paper, 143 judul terbitan berseri, 2 judul surat kabar, 5 judul surat kabar online, 4 audiovisual. Pengolahan koleksi sepanjang 2009 berhasil mengerjakan: 308 buku, 27 working paper, 143 terbitan berseri, 4 audiovisual. Untuk sirkulasi koleksi, sepanjang tahun 2009 perpustakaan Kal yanamitra telah dikunjungi sebanyak 92 kali (35 kunjungan langsung, 32 kunjungan oleh staf Kalyanamitra, 17 melalui telpon, 8 melalui email). Koleksi yang termanfaatkan dalam rentang antara 644-1104 koleksi (10-17%). Migrasi data adalah upaya untuk meng-online perpustakaan Kalyanamitra sehingga lebih cepat dan mudah diakses kapan saja di mana saja. Sekarang sudah dipasang program OPAC Senayan3stable 10, namun memerlukan domain khusus untuk dapat berjalan optimal di situs Kalyanamitra. Perawatan koleksi perpustakaan belum maksimal dikerjakan, hanya sudah dilakukan penataan ruang untuk dapat memuat tambahan rak koleksi. Upaya promosi perpustakaan Kalyanamitra dilaksanakan melalui kegiatan diskusi. Diskusi lesehan bertopik “Potret Kehidupan Poli-
Perubahan bagi Perempuan untuk Indonesia Baru
Capaian pengembangan Dampak kerja-kerja advokasi memang lebih terasa di aras atas, karena lebih berkutat pada pengelolaan jaringan. Perubahan terhadap kebijakan akibat tindakan advokasi, belum bisa langsung terasakan manfaatnya bagi masyarakat atau perempuan akar rumput yang menjadi fokus dampingan Kalyanamitra. Pemantauan pelaksanaan CEDAW di Indonesia misalnya, masih lebih terpusat kepentingannya untuk kalangan aktivis. Perempuan akar rumput belum dilibatkan kesertaannya dalam memperjuangkan perubahan kebijakankebijakan, yang selama ini sudah dihasilkan oleh pemerintah.
3. Pengetahuan, Informasi, dan Dokumentasi
LAPORAN TAHUNAN 2009 KALYANAMITRA
2.3. Monitoring kebijakan
25
26
ANNUAL REPORT 2009 KALYANAMITRA Women Changing for a New Indonesia
In 2009, Kalyanamitra website is not optimally managed, because its design is not interesting, so it needs to be changed.
3.3. Campaign In 2009, Kalyanamitra does not make any campaigns so it does not generate anything.
3.4. Multimedia
made on May 13, 2009 in Gramedia Matraman. The resource persons are Asmara Nababan (Elsam) and Tati Krisnawaty (activist). The discussion is participating by 75 people. The discussion with topic Young Generation Ends Violence against Women is held on November 10, 2009 in SMA Tarakanita Jakarta. It is participating by 500 students. Kalyanamitra did not participate in the exhibition in 2009.
3.2. Publications 3.2.1. Printing Printed publication includes poster, sticker, books, annual report and bulletin. In 2009, 4 posters having health theme are printed 300 copies, 1 poster having political theme is printed 650 copies, 1 sticker having political theme is printed 500 copies, 1 book having movement theme is printed 500 copies, 1 annual report 2008 is printed 300 copies and 1-3 edition bulletin is printed 750 copies.
3.2.2. Non-printing The non-printing publication includes pin and t-shirt. In 2009, one pin having political theme is produced 500 pieces and one t-shirt having political theme is produced 750 pieces.
3.2.3. Website management
Kalyanamitra has not been successful to materialize multimedia because the lack of human resources and funds.
3.5. Impact mapping The mapping of bulletin impact has not been successfully implemented because of the lack of resources ability in its management. Management results As a center for women information, Kalyanamitra is quite well known among the NGO and government. The organization is clearly committed to the development of library. The current library becomes invaluable asset for the organization in history, besides its human resources. Improvement results The impact of library works is not obvious in the low direction or communication, because it focused on the middle class that is aware of information. The printed publication and site media have not been used optimally as an information media for the community so the direct benefit has not been obviously shown. Lesson learnt The impact of information and documentation of Kalyanamitra has not been obviously monitored and measured in the grass root level. Besides, in order to maximize the works of information knot proper capacity of the manager staff is needed to be focused on the objective and impact.
Untuk kegiatan pameran, Kalyamitra tidak mengikutinya sepanjang tahun 2009.
3.2.1. Cetak Publikasi cetak meliputi poster, sticker, buku, laporan tahunan, dan buletin. Sepanjang tahun 2009, berhasil dicetak 4 poster bertema kesehatan masing-masing 300 eksemplar, 1 poster bertema politik sebanyak 650 eksemplar, 1 sticker bertema politik sebanyak 500 eksemplar, 1 buku bertema gerakan sebanyak 500 eksemplar, 1 laporan tahunan 2008 sebanyak 300 eksemplar, bulletin edisi 1-3 sebanyak 750 eksemplar.
3.2.2. Non cetak Publikasi non cetak meliputi: pin dan t-shirt. Sepanjang tahun 2009, berhasil diproduksi 1 pin bertema politik sebanyak 500 buah dan 1 t-shirt bertema politik sebanyak 750 eksemplar.
3.2.3. Pengelolaan website Sepanjang 2009, website Kalyanamitra tidak optimal dikelola, karena tampilannya juga kurang menarik, sehingga diubah dalam
3.3 Kampanye Sepanjang 2009, kampanye Kalyanamitra tidak dikerjakan sama sekali, sehingga tidak menghasilkan apa-apa.
3.4. Multimedia Kalyanamitra juga belum berhasil mewujudkan multimedia, karena keterbasan sumberdaya manusia dan dana.
3.5. Pemetaan impak Pemetaan impak buletin juga belum berhasil dikerjakan, karena keterbatasan kemampuan sumberdaya pengelolanya. Capaian manajemen Sebagai sentra informasi perempuan, Kalyanamitra cukup dikenal luas di kalangan ornop namun juga pemerintah. Komitmen organisasi terhadap pengembangan perpustakaan sangat jelas. Perpustakaan yang ada menjadi asset berharga organisasi sepanjang sejarah, di samping sumber daya manusianya. Capaian pengembangan Dampak kerja-kerja perpustakaan memang kurang terasa di aras bawah atau komunitas, karena berfokus pada kalangan menengah yang sadar akan informasi. Publikasi cetak dan media situs belum dimanfaatkan secara optimal sebagai media informasi ke kalangan komunitas dan menengah, sehingga manfaat langsungnya belum terasa. Kelemahan Impak informasi dan dokumentasi Kalyanamitra belum dipantau dan diukur di tingkat masyarakat akar rumput secara nyata. Selain itu, untuk memaksimalkan kerja-kerja simpul informasi membutuhkan kapasitas staf pengelolanya yang lebih memadai agar fokus pada tujuan dan impaknya.
Perubahan bagi Perempuan untuk Indonesia Baru
3.2. Publikasi
tampilan baru.
LAPORAN TAHUNAN 2009 KALYANAMITRA
tik Perempuan Masa Kini”, berhasil diselenggarakan pada 20 Maret 2009 di kantor Kalyanamitra. Hadir sebagai narasumber, yakni Shelly Adelina (PKSW-UI) dan Ikhaputri (Filsafat UI). Diskusi diikuti 34 orang peserta dari berbagai latar belakang. Diskusi berikutnya bertopik “11 Tahun Reformasi: Menyoal Pemerintahan Baru dalam Menyelesaikan Agenda Reformasi”, berhasil dilakukan pada 13 Mei 2009 di Gramedia Matraman. Hadir sebagai narasumber, yakni Asmara Nababan (Elsam) dan Tati Krisnawaty (aktivis). Diskusi di ikuti 75 orang peserta. Kemudian diskusi bertopik “Generasi Muda Mengakhiri Kekerasan terhadap Perempuan”, dilaksanakan pada 10 November 2009 di SMA Tarakanita Jakarta. Diskusi diikuti 500 siswa.
27
28
ANNUAL REPORT 2009 KALYANAMITRA Women Changing for a New Indonesia
4. Institution and Organization Development In 2009, one proposal is approved by the donor, namely the proposal to EED Germany. Other proposals that have been approved in 2008, namely: a. Proposal about “Developing Gender Awareness through National Seminar Series” funded by Finland Embassy for June 2008-May 2009 period.
b. Proposal on “Women Political Participation in the Parliament funded by AJWS” for period May 2008-April 2009. c. Proposal about “Strengthening Urban Poor Community through Fulfillment of Access of Health Rights” funded by Cordaid Netherlands for July 2008-2010 period. d. Proposal on “Emergency Aid for Flood Survivors” in Muara Baru and Prumpung Jakarta, funded by AJWS for February 2009. e. The proposal for seminar on “3rd Global Congress of Women in Politics and Governance about Gender in Climate Change Adaptation and Disaster Risk Reduction and Asian Grassroots Women International in Philippines”, funded by AJWS. In the frame of Planning, Monitoring and Evaluation, Kalyanamitra holds annual working meeting to evaluate working program. The meeting was held on January 2009 in Gadog, Puncak Bogor. Waspo was the facilitator. In addition, with the termination of the management and the period of 2007-2009 renstra, on December 2009, renstra 2010-2012 was held in Wisma PKBI. Several representatives of partner organization attended it to give inputs. Waspo et al. was the facilitator. The Cordaid program in Prumpung and Muara Baru community is evaluated on June 2009. In 2009, SOP on Manpower, Finance, Profram and Office through consultation with lawyer Mario SH is reviewed. In 2010, the SOP is renewed and made into new SOP. The management of tax of the institution (income tax 25) and individual income tax (income tax 21) through consultant to calculating pay and report the tax to tax office. The management of NPWP for several staffs is made in 2009. The executive report of 2008 has been sent to Council of Founders. In 2009, the Management Team meeting was conducted 9 times discussing about the development of the working target per division (Internal and Program), finding out the proposal, reviewing SOP, finance, and preparation of Renstra 2010-2012. The coordination meeting was held 18 times during 2009, monthly reflection every three months, once 6-month evaluation.
Dalam kerangka Perencanaan, Monitoring dan Evaluasi (PME), Kalyanamitra menyelenggarakan Rapat Kerja Tahunan (Rakerta) untuk melakukan evaluasi program kerja. Rapat ini dilaksanakan pada Januari 2009 di Gadog Puncak Bogor. Bertindak sebagai fasilitator, yakni Waspo. Di samping itu, dengan berakhirnya masa kepengurusan dan periode renstra 2007-2009, maka pada Desember 2009 dilaksanakan pula Renstra 2010-2012 di Wisma PKBI. Hadir beberapa perwakilan lembaga mitra, sebagai peserta pemberi masukan. Rensta difasilitasi Waspo dan kawan-kawan. Untuk program Cordaid di komunitas Prumpung dan Muara Baru, sudah dilakukan evaluasi pada Juni 2009.
Laporan eksekutif tahun 2008 telah dikirimkan ke Dewan Pendiri. Sepanjang 2009, rapat Tim Manajemen dilaksanakan sebanyak 9 kali yang membahas perkembangan capaian kerja per divisi (internal dan program), penjajakan proposal, tinjauulang SOP, keuangan, dan persiapan Renstra 2010-2012. Untuk rapat koordinasi sepanjang 2009 dilakukan sebanyak 18 kali, forum refleksi 3 bulanan 1 kali, evaluasi 6 bulanan 1 kali.
Perubahan bagi Perempuan untuk Indonesia Baru
Sepanjang 2009, satu proposal baru disetujui donor, yakni proposal ke EED Germany. Proposal lainnya merupakan proposal yang telah disetujui pada 2008, yakni berikut: a. Proposal tentang “Membangun Kesadaran Gender melalui Seri Seminar Nasional”, didanai oleh Kedutaan Besar Finlandia untuk periode Juni 2008-Mei 2009. b. Proposal tentang “Partisipasi Politik Perempuan di Parlemen”, didanai oleh AJWS untuk periode Mei 2008-April 2009. c. Proposal tentang “Penguatan Komunitas Miskin Kota melalui Pemenuhan Akses Hak Kesehatan”, didanai oleh Cordaid Netherland untuk periode Juli 2008-Juli 2010. d. Proposal tentang “Bantuan Emergensi untuk Korban banjir di Muara Baru dan Prumpung Jakarta”, didanai oleh AJWS untuk Februari 2009. e. Proposal untuk seminar mengenai “3rd Global Congress of Women in Politics and Governance about Gender in Climate Change Adaptation and Disaster Risk Reduction dan Asian Grassroots Women International in Philippines”, didanai oleh AJWS.
Pada 2009 dilakukan pula tinjau-ulang SOP Ketenagakerjaan, Keuangan, Program, dan Perkantoran melalui konsultasi hukum dengan Mario, SH. Pada 2010, SOP tersebut sudah diperbaharui dan ditetapkan sebagai SOP baru. Kemudian dilakukan pengurusan pajak lembaga (PPh 25) dan pajak pendapatan per orangan (PPh 21) melalui jasa konsultan untuk perhitungan, pembayaran, dan pelaporan pajak ke kantor pajak. Pengurusan NPWP beberapa staf juga dilakukan pada 2009.
LAPORAN TAHUNAN 2009 KALYANAMITRA
4. Pengembangan Institusi dan Organisasi
29
30
ANNUAL REPORT 2009 KALYANAMITRA Women Changing for a New Indonesia
5. Developing Human Resources 5.1. Capacity improvement Improvement of staff capacity in 2009 is managed by training, discussion, book and article review, course, seminar, workshop and conference. The training that has been committed, among others, includes: • Training on research methodology participated by 5 staffs and facilitated by Thamrin Amal Tamagola for one day. • Training basic facilitation participated by 5 staffs and facilitated Hegel for two days. • Training advanced facilitation participated by 9 staffs and facilitated by Ruth Indiah Rahayu for two days. • Discussion about media strategy participated by all staffs and facilitated by Cathy Parker for one day. • Discussion about HIV Aids participated by all staffs and facilitated by Kharisma Nugroho (Perdakhi) for one day. • Exposing the book entitled “Potret Buram Parlemen Kita” participated by all staffs and led by Rena Herdiyani for one hour. • Exposing newspaper article in turn every week after coordination meeting • English course for all staffs each Monday and Wednesday for 2 hours by Cathy Parker. • Workshop Draft of Criminal Code participated by one staff. • Workshop on program HIV/AIDs for NGOs dealing on human rights by UNAIDS in hotel Borobudur Jakarta. • Workshop on national legislation 2009 by BPHN in Hotel Horison Bandung • Workshop on Women and Gender Relation by Al-azhar • Seminar on the Dynamics of Economy Politics in Indonesia by INFID. • Training on Women’s Health by UPLIFT in Bogor • Asean Regional Consultation by APWLD in Chiangmai Thailand. • Conference on Women in Muslim Society by UIN in Hotel Mille-
5.1. Peningkatan kapasitas Peningkatan kapasitas staf sepanjang 2009 diselenggarakan melalui pelatihan, diskusi, bedah buku, bedah artikel, dan kursus, seminar, lokakarya, dan konfrensi. Kegiatan pelatihan yang sudah dilaksanakan antara lain:
Perubahan bagi Perempuan untuk Indonesia Baru
• Pelatihan metodologi riset diikuti 5 staf dan difasilitasi oleh Thamrin Amal Tamagola selama satu hari. • Pelatihan fasilitasi dasar diikuti 5 staf dan fasilitasi oleh Hegel selama dua hari. • Pelatihan fasilitasi lanjutan diikuti 9 staf dan difasilitasi oleh Ruth Indiah Rahayu selama dua hari. • Diskusi mengenai media strategy diikuti semua staf dan difasilitasi oleh Cathy Parker selama satu hari. • Diskusi mengenai mainstreaming HIV/AIDS diikuti semua staf dan difasilitasi oleh Kharisma Nugroho (Perdakhi) selama satu hari. • Bedah buku berjudul “Potret Buram Parlemen Kita” diikuti semua staf dan dilakukan oleh Rena Herdiyani selama satu jam. • Bedah artikel koran dilakukan secara bergiliran setiap minggu usai rapat koordinasi. • Kursus bahasa Inggris semua staf setiap Senin dan Rabu selama 2 jam dan diajar oleh Cathy Parker. • Lokakarya RUU KUHP diikuti satu staf. • Lokakarya program HIV/AIDs bagi LSM HAM oleh UNAIDS di hotel Borobudur Jakarta. • Lokakarya legislasi nasional 2009 oleh BPHN di hotel Borison Bandung. • Lokakarya mengenai Perempuan dan Relasi Gender oleh Alazhar. • Seminar mengenai Dinamika Ekonomi Politik di Indonesia oleh INFID. • Pelatihan mengenai Women’s Health oleh UPLIFT di Bogor.
LAPORAN TAHUNAN 2009 KALYANAMITRA
5. Pengembangan Sumberdaya Manusia
31
32
ANNUAL REPORT 2009 KALYANAMITRA Women Changing for a New Indonesia
nium • Seminar on understanding Memahami LGBT from the perspective of Catholic Church by Unika Atmajaya. • The East and Southeast Asia Consultation on Working with Boys and Men for Gender Equality and Gender based Violence Prevention oleh UNDP di Cambodia. • Workshop on study result by Desantara in Puncak Bogor. • Workshop on Impact Oriented Planning and Monitoring by AWO Germany in Jakarta.
5.2. Improving working condition In 2009, the improvement of staff productivity includes procuring insurance for inpatient and outpatient, allowance for Idul Fitri holiday, and salary increase. The increase is provided to all staffs and the allowance is provided in advanced of Idul Fitri as well as the inpatient insurance.
5.3. Facilitation and visit of foreign visitors As a resource organization, in 2009 some Kalyanamitra staffs already facilitated other party. Foreign visitors also visited Kalyanamitra. The activities include • Resource person in the seminar about ”Community role in the establishment of regulation of gender sensitive legislation in Ministry of Law and Human Rights on 6 July 2009 in Jakarta • Resource person in the workshop about CEDAW in Yayasan Jurnal Perempuan and UNIFEM. • Moderator in the meeting of partner EED Germany with the theme ”Climate change and gender justice by Solidaritas Perempuan in Wisma Hijau Bogor. • Resource person in workshop Women and Media by Aliansi Jurnalistik Indonesia in Puncak Bogor. • Interview visit by Carla Zabalote. • Visit of Caritas Nias. • Visit of IWRAW Asia Pacific.
• • • • •
Visit of Rasyil (researcher from France). Visit of AIESEC. Visit of Joan Richart (Spain). Visit of civil mass organization Thailand (APC). Visit of Gender Advisor Oxfam.
5.4. Partnership staffs and volunteer In 2009, Kalyanamitra employed one field staff to support working program in Prumpung and Muara Baru and one volunteer from Australia as advisor for communication and media
5.2. Peningkatan Produktivitas
5.3. Fasilitasi dan Kunjungan Tamu Asing Sebagai organisasi sumberdaya, sepanjang 2009 beberapa staf Kalyanamitra sudah memfasilitasi pihak lain. Demikian pula telah terjadi kunjungan oleh tamu asing ke kantor Kalyanamitra dalam rangka kepentingan tertentu. Kegiatan fasilitasi tersebut adalah berikut: • Narasumber dalam seminar mengenai ”Peran masyarakat pembentukan peraturan Perundang-undangan Sensitif Gender” di DEPHUKHAM pada 6 Juli 2009 di Jakarta. • Narasumber dalam lokakarya mengenai CEDAW oleh Yayasan Jurnal Perempuan dan UNIFEM. • Moderator dalam acara temu mitra EED Jerman dengan tema ”Perubahan Iklim dan Keadilan Gender” oleh Solidaritas Perem-
5.4. Tenaga Kemitraan dan Relawan Sepanjang 2009, Kalyanamitra mempekerjakan dua staf lapangan untuk mendukung program kerja di Prumpung dan Muara Baru, serta satu orang relawan dari Australia sebagai penasihat komunikasi dan media.
Perubahan bagi Perempuan untuk Indonesia Baru
Sepanjang 2009, peningkatan produktivitas staf meliputi penyediaan fasilitas asuransi rawat inap, rawat jalan, THR dan kenaikan gaji. Kenaikan gaji diberikan kepada semua staf, demikian pula THR diberikan setiap menjelang Hari Raya. Asuransi kesehatan rawat inap dan rawat jalan juga diberikan kepada semua staf.
puan di Wisma Hijau Bogor. • Narasumber dalam lokakarya Perempuan dan Media oleh Aliansi Jurnalistik Indonesia di Puncak Bogor. • Kunjungan wawancara oleh Carla Zabalote. • Kunjungan oleh Caritas Nias. • Kunjungan oleh IWRAW Asia Facific. • Kunjungan oleh Rasyil (peneliti dari Prancis). • Kunjungan oleh AIESEC. • Kunjungan oleh Joan Richart (Spanyol). • Kunjungan oleh kelompok masyarakat sipil Thailand (APC). • Kunjungan oleh Gender Advisor Oxfam.
LAPORAN TAHUNAN 2009 KALYANAMITRA
• Asean Regional Consultation oleh APWLD di Chiangmai Thailand. • Konferensi mengenai Women in Muslim Society oleh UIN di hotel Millenium. • Seminar mengenai Memahami LGBT dari Perspektif Gereja Katholik oleh Unika Atmajaya. • The East and Southeast Asia Consultation on Working with Boys and Men for Gender Equality and Gender based Violence Prevention oleh UNDP di Cambodia. • Lokakarya mengenai hasil kajian oleh Desantara di Puncak Bogor. • Lokakarya mengenai Impact Oriented Planning and Monitoring oleh AWO Jerman di Jakarta.
33
34
ANNUAL REPORT 2009 KALYANAMITRA Women Changing for a New Indonesia
6. Infrastructure Development Developing Kalyanamitra infrastructure includes: • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • •
Cleaning and maintain the office room every day Repairing the roof and plafond of the office that have leakage Cementing the front yard so it will not become a trash Replacing 11 MCB from electric balancing in the office Repairing the plafond in library, director’s room Cleaning water tower air every 3 months Repairing AC (4 units) once. Repairing electric type writer once Scan anti virus, backup data and installing the computer. Setting outlook express in the computer. Reinstalling anti virus computer (5 times) Setting e-mail, LAN for all computer. Replacing power supply of the computer once Replacing rolling cable and plug Service of network computer and wireless installation Extending STNK once Replacing accu car twice Replacing machine oil twice Replacing the back tires twice. Replacing wiper of Kijang car Refreshment every day according to the need. Overhead each month according to the invoice. Purchasing one unit computer Purchasing one unit LCD projector Purchasing one unit HP Nokia Purchasing two units LCD monitor GTC 15”and LG 19”. Purchasing two book buffets for the library. Purchasing one unit computer HP P6150d Purchasing one unit laptop Apple Macbook pro 13.3” 2.26 GHz Intel core 2 Duo. • Purchasing one unit dispenser SANKEN HWD_960 • Purchasing one Antenna TV Samsung 29” • Free one unit of TV Samsung 29” from RBS.
• • • • • • •
Purchasing one digital Panasonic camera Purchasing one DVD Player backup data Purchasing two units UPS Pro 1200 Prolink and cable One buffet for TV Purchasing one wireless Blue Link model BL–R33N. Purchasing one windows professional original Purchasing one unit Hardisk External Seagate Free Agent Desk 1 terrabite
7. Secretariat and Public Relation In 2009, secretariat files the invitation, incoming and outgoing emails via fax, email, and regular post. a. There are 281 invitations and 79 of them are attended by the staffs as representatives. b. There are 102 incoming letters, 12 from overseas and 86 from local contacts. c. There are 80 out coming letters, 11 for overseas and 95 from local contacts. d. 202 institutions are updated e. 32 packages of products are distributed freely: 132 series of national seminars, 4 packages of comics, 367 bulletins of edition 1 and 195 bulletins of edition 2.
Pengembangan infrastruktur Kalyanamitra meliputi:
7. Sekretariat dan Humas Sepanjang 2009, sekretariat mengarsip undangan, surat masuk dan keluar melalui fax, e-mail, dan pos regular sebagai berikut: a. Undangan yang diterima sebanyak 281 buah, dan yang dihadiri staf sebagai wakil lembaga sebanyak 79 undangan keluar. b. Surat masuk sebanyak 102 buah, di antaranya 12 buah dari luar negeri dan 86 buah dalam negri c. Surat Keluar sebanyak 80 buah, di antaranya 11 surat keluar negeri dan 95 surat dalam negri. d. Ter-update 202 alamat lembaga. e. Distribusi gratis produk sebanyak 32 paket; 132 buku seri seminar nasional; 4 paket komik; 367 buletin edisi 1 dan 195 buletin edisi 2.
Perubahan bagi Perempuan untuk Indonesia Baru
• Pembersihan dan perawatan ruang kantor setiap hari. • Perbaikan atap dan plafon kantor yang bocor. • Penyemenan halaman depan agar tidak menjadi tempat sampah. • Penggantian 11 MCB dan balancing listrik di kantor. • Perbaikan kisi-kisi ruang perpustakaan, ruang direktur dan ruang perpustakaan. • Pembersihan tower air setiap 3 bulan sekali. • Servis AC (4 unit) satu kali. • Servis mesin ketik elektrik satu kali. • Scan anti virus, backup data dan install komputer. • Setting outlook express komputer. • Install ulang anti virus komputer (5 kali). • Setting e-mail, LAN untuk seluruh komputer. • Ganti power supply komputer satu kali. • Ganti kabel rol dan stop kontak. • Servis komputer jaringan dan pemasangan wireless. • Perpanjang STNK satu kali. • Ganti accu mobil dua kali. • Ganti oli mesin dua kali. • Ganti ban belakang dua kali. • Ganti wifer mobil Kijang. • Refreshment setiap hari dan sesuai kebutuhan. • Overhead setiap bulan sesuai tagihan. • Pembelian satu unit komputer. • Pembelian satu unit LCD projector. • Pembelian satu unit HP Nokia. • Pembelian dua unit LCD monitor GTC 15”dan LG 19”. • Pembelian dua rak buku perpustakaan. • Pembelian satu unit komputer HP P6150d.
• Pembelian satu unit laptop Apel Macbook pro 13.3” 2.26 GHz Intel core 2 Duo. • Pembelian satu unit dispenser SANKEN HWD_960. • Pembelian satu Antena TV Samsung 29”. • Bonus satu TV Samsung 29” dari RBS. • Pembelian satu kamera digital Panasonic. • Pembelian satu DVD Player backup data. • Pembelian dua unit UPS Pro 1200 Prolink dan kabel. • Pembelian satu rak TV. • Pembelian satu wireless Blue Link model BL–R33N. • Pembelian satu windows professional original. • Pembelian satu unit Hardisk External Seagate Free Agent Desk 1 terrabite.
LAPORAN TAHUNAN 2009 KALYANAMITRA
6. Pengembangan Infrastruktur
35
36
ANNUAL REPORT 2009 KALYANAMITRA Women Changing for a New Indonesia
8. Finance 8.1. Finance management Finance management of Kalyanamitra includes budget plan, budget implementation, reporting, finance audit. The results of finance management activity in 2009 are as follow: • The annual finance budget is made in 2009 dan the adjustmen is done when it is necessary. • The budget is to facilitate the organization to make the plan of appropriate activities. • Improvement and additional procedute of finance mechanism. • Improvement of financial forms include: form for catering, taxi, transportation. • Classification of invoice according to the institution and program that includes UNIFEM, Cordaid, Hivos, Tifa, UNFPA, KPP, EED, AJWS. • 3-month financial report of the institution and program is re ported every month. • Financial report to donor includes CWGI financial report to UNIFEM; financial reports to TIFA Foundation, Finland Embassy, AJWS, Cordaid, CWGI, UNFPA, EED and UNFPA. • Financial audit of program to UNIFEM, Finland, Cordaid and annual of the institution.
8.2. Product fundraising Fundraising Kalyanamitra in 2009 includes selling of the institution’s product and facilitation group, namely • The system to sell the product is package system, 42 packages of t-shirts and 22 packages of books are sold. • The income from the product selling in 2009 from 17 exhibitions is Rp 2960000. Result from direct selling is Rp 3247000. • Partnership with several distributors are made, such as LRC KJHAM, Semarang, Toko Buku Perempuan, Resistbook, Yogyakar-
ta, Toko Buku Kalam, Jakarta and Misyono, ISAI. • In 2009, several books were published Capita Selecta Series of Seminar and Women and State and 3 editions of bulletins (January-March 2009, April-June 2009, July-September 2009), annual report 2008, and brochure. • The consigned products from other institutes and individuals include 3 book titles namely 15 copies of Women in Political Institutions, 14 copies of Save Our Sex and 9 magazines Mata Air • The selling of facilitating group Muara Baru such as cement paper hand crafts (bags and purses), 3 purses and 1 mat are sold amounting Rp 335,000,- (declining 2.7% from last year) The total selling in 2009 is Rp 6542000 while the yields of selling in 2008 are Rp 9581100 (decreases 14% or Rp 3.039.100). The expense in 2009 is Rp 2761000 (including the booth rental, transportation, and catering and product delivery) Management results In 2009, the condition of Kalyanamitra is good either from organization side or other working program. The commitment of organization to resources development is materialized in different activities to improve the capacity, new proposals, increasing and changing the equipment or infrastructure to support the works of the staff. Development results The effect of Kalyanamitra works is still limited in its coverage and area, and so is its quality aspect. As an organization that still depends on the fund from donor, the fund rising from other source is needed. Involvements of different parties to the organization works are enhanced. Weakness Consolidation and coordination among the staffs within organization needs to unite the perception and practice to reach the vision and mission of organization. The communication among the staffs needs to be improved. Effective and efficient financial management needs to be done so the available fund will be sustainable.
8.1. Pengelolaan keuangan
8.2. Fundraising produk Fundrising Kalyanamitra sepanjang 2009 meliputi penjualan produk lembaga dan produk kelompok dampingan antara lain: • Penjualan produk sistem paket terjual 42 paket kaos dan 22 paket buku. • Pendapatan penjualan produk tahun 2009 dari hasil pameran (17 kali) sebesar Rp 2.960.000,-. Hasil penjualan langsung sebesar Rp 3.247.000,• Dijalin kerjasama dengan beberapa distributor, seperti LRC KJHAM, Semarang, Toko Buku Perempuan, Resistbook, Yogya-
Capaian manajemen Sepanjang 2009, kondisi Kalyanamitra cukup dinamis baik dari sisi keorganisasian maupun sisi program kerjanya. Komitmen organisasi terhadap pengembangan sumberdaya diwujudkan melalui berbagai kegiatan peningkatan kapasitas, usulan proposal baru, penambahan dan penggantian peralatan atau infrastruktur dalam rangka menunjang kerja-kerja staf. Capaian pengembangan Dampak kerja-kerja Kalyanamitra memang masih terbatas cakupan dan luasannya, demikian pula aspek kualitasnya. Sebagai organisasi yang masih bergantung pada sumber dana dari donor, maka penggalangan dukungan dana dari sumber lain amat diperlukan. Pelibatan berbagai pihak terhadap kerja-kerja organisasi penting didorong. Kelemahan Konsolidasi dan koordinasi kerja antar staf dalam organisasi perlu dalam menyatukan persepsi dan praktik meraih visi dan misi organisasi. Komunikasi antar staf perlu lebih ditingkatkan. Pengelolaan keuangan yang efektif dan efisien perlu dilakukan sehingga dana yang tersedia dapat berkelanjutan.
Perubahan bagi Perempuan untuk Indonesia Baru
Pengelolaan keuangan Kalyanamitra meliputi: perencanaan anggaran, implementasi anggaran, pelaporan, dan audit keuangan. Hasil kegiatan pengelolaan keuangan sepanjang 2009 adalah berikut: • Anggaran Tahunan Keuangan dibuat pada Januari 2009, dan penyesuaian anggaran dilakukan bila diperlukan. • Anggaran tersebut untuk mempermudah organisasi membuat perencanaan kegiatan-kegiatan yang sesuai. • Perbaikan dan penambahan prosedur mekanisme keuangan. • Perbaikan formulir-formulir keuangan meliputi: formulir konsumsi, taxi, transportasi. • Klasifikasi invoice kelembagaan dan program yang meliputi: UNIFEM, Cordaid, Hivos, Tifa, UNFPA, KPP, EED, AJWS. • Pelaporan keuangan lembaga dan program 3 bulanan dilakukan setiap bulan. • Pelaporan keuangan ke donor adalah berikut: laporan keuangan CWGI ke UNIFEM; laporan keuangan ke TIFA Foundation; laporan keuangan ke Finland Embassy; laporan keuangan ke AJWS; laporan keuangan ke Cordaid; laporan keuangan CWGI ke UNFPA; laporan keuangan ke EED; laporan keuangan ke UNFPA. • Audit keuangan program UNIFEM, Finlandia, Cordaid, dan tahunan lembaga.
karta, Toko Buku Kalam, Jakarta dan Misyono, ISAI. • Pada 2009 diterbitkan buku Bunga Rampai Seri Seminar dan buku Perempuan dan Negara serta 3 edisi buletin (Januari-Maret 2009, April-Juni 2009, Juli-September 2009), laporan tahunan 2008, dan brosur. • Produk titipan lembaga lain dan individu terdiri atas 3 judul buku: 15 buku berjudul Perempuan di Lembaga Politik, 14 buku berjudul Save Our Sex, dan 9 majalah Mata Air. • Penjualan kelompok dampingan Muara Baru berupa kerajinan tangan dari kertas semen (tas dan dompet), terjual 3 dompet dan 1 keset sebesar Rp 335.000,- (turun 2,7% dari tahun sebelumnya). Total penjualan tahun 2009 sebesar Rp 6.542.000, sementara hasil penjualan tahun 2008 sebesar Rp 9.581.100,- (turun 14% atau sebesar Rp 3.039.100,-) Pengeluaran beaya sepanjang 2009 mencapai Rp 2.761.000,- (termasuk sewa stand, transpor, konsumsi dan pengi riman produk)
LAPORAN TAHUNAN 2009 KALYANAMITRA
8. Keuangan
37
38
ANNUAL REPORT 2009 KALYANAMITRA Women Changing for a New Indonesia
9. Financial Summary / Ikhtisar Keuangan
YAYASAN KALYANAMITRA STATEMENT OF ACTIVITIES PERIOD DECEMBER 31, 2009
A. INCOME
a. Fund Balance, beginning (a) Rp b. Grants 1. American Jewish World Service (AJWS - Penelitian) Rp 274,925,000.00 2. American Jewish World Service (AJWS - Gempa Padang) Rp 142,150,000.00 3. Cordaid Rp 538,766,840.00 4. Cordaid PERDHAKI Rp 15,000,000.00 5. Evangelischer Entwicklungdienst.ev (EED) Rp 542,125,600.00 6. HIVOS Rp 1,102,091,900.00 7. KPP Rp 35,180,000.00 8. TIFA Rp 33,809,000.00 9. UNFPA (United Nations Population Fund) Rp 180,070,800.00 10. UNIFEM (United Nations Development Fund for Women ) Rp 10,667,425.00 11. Other Incomes Rp 402,022,441.00 Subtotal Income Grants (b) Rp
2,245,486,950.00
3,276,809,006.00
Total Income (c=a+b) Rp 5,522,295,956.00
B. EXPENDITURES
a. Cost Programme 1. American Jewish World Service (AJWS - Penelitian) Rp 328,536,250.00 2. American Jewish World Service (AJWS - Gempa Padang) Rp 67,914,825.00 3. Cordaid Rp 499,534,404.00 4. Cordaid PERDHAKI Rp 3,800,000.00 5. Evangelischer Entwicklungdienst.ev (EED) Rp 286,528,725.00 6. Finland Embassy Rp 203,071,700.00 7. HIVOS Rp 758,493,025.00 8. KPP Rp 34,312,500.00 9. TIFA Rp 34,253,000.00 10. UNFPA (United Nations Population Fund) Rp 180,070,800.00 11. UNIFEM (United Nations Development Fund for Women ) Rp 138,787,600.00 Subtotal Cost Programme (d) Rp b. Operational Cost 1. Institutional Programme Rp 367,325,712.00 2. Depreciation Cost Rp 32,313,553.00 Subtotal Operational Cost (e) Rp
2,535,302,829.00
399,639,265.00
Total Expenditure (f=d+e) Rp 2,934,942,094.00
Fund Balance, Ending (g=c-f) Rp 2,587,353,862.00
Yayasan Kalyanamitra
Jl. Kaca Jendela II No.9 Rawajati, Kalibata Jakarta 12750 Tel: 021-7902109, Fax: 021-7902112 E-mail:
[email protected] Website: www.kalyanamitra.or.id