BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi yang semakin pesat terutama dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi atau sering disebut dengan Information and Communication Technology (ICT) memudahkan seseorang dalam berinteraksi dan berkomunikasi. Pada era perkembangan teknologi seperti ini komputer yang dahulunya hanya digunakan sebagai alat untuk mengetik kini dapat terhubung dengan internet yang sangat membantu dan memudahkan aktivitas seseorang untuk mencari informasi. Handphone yang dulunya hanya sebatas untuk telepon dan SMS kini juga dapat terhubung dengan internet. Bermunculanya warung internet (warnet), wifi (wireless fidelity) area, dan semakin terjangkaunya harga laptop, handphone maupun tablet yang dapat digunakan mengakses internet semakin memberikan kemudahan dalam mengakses internet, akses internet menggunakan handphone maupun tablet tidak lepas dari bantuan provider penyedia jasa internet yang kini semakin berlomba-lomba memberikan tarif internet yang murah. Sekarang ini jumlah pengguna internet di Indonesia berdasarkan data dari eMarketer menunjukkan bahwa tahun 2014 ini pengguna Internet di Indonesia mencapai 83,7 juta dan lebih tinggi dari pengguna internet tahun lalu, hal ini dapat dilihat dari data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada tahun 2013 mencapai 71,19 juta dan dapat dilihat bahwa adanya peningkatan pengguna internet di Indonesia meningkat 13 persen dibanding tahun 2012 yang mencapai sekitar 63 juta pengguna. Berdasarkan hasil data US Census Bureau, GlobalWebIndex Wave 11 tahun 2014 waktu rata-rata penggunaan 5 jam 27 menit perhari melalui desktop atau laptop sedangkan rata-rata penggunaan 2 jam 30 menit perhari melalui handphone, sehingga pada tahun 2017 menurut eMarketers Indonesia
1
2 diperkirakan dapat menduduki urutan ke lima dunia sebagai pengakses internet terbanyak melampaui Jepang. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh APJII pada tahun 2012 pengguna internet di Indonesia masih belum serius memanfaatkan kekuatan teknologi untuk kegiatan produktif. Internet sebagian besar masih digunakan oleh masyarakat Indonesia lebih untuk sekadar jaringan sosial dunia maya, browsing, atau sekadar update berita terkini, selain itu pengguna internet di Indonesia pada tahun 2012 didiominasi oleh kaum remaja muda pada rentang usia 12 - 24 tahun yang mencapai total 58.4%, dengan pengguna internet tertinggi pada kelompok usia 25 - 29 tahun yang mencapai 14,4% dari populasi. Berdasarkan hasil survei tersebut internet dapat dikatakan dan telah menjadi bagian dalam kehidupan remaja (Subrahmanyam & Lin, 2007). Peningkatan intensitas penggunaan internet berhubungan dengan semakin tingginya tingkat pendidikan seseorang berdasarkan survei yang dilakukana oleh APJII pada tahun 2012 menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan sering pula intensitas penggunaan internet. Meningkatnya penggunaan Internet yang paralel dengan meningkatnya pendidikan ini dipengaruhi oleh kebutuhan terutama dalam memperoleh informasi dari sumber-sumber online. Internet seharusnya dapat memberikan manfaat bagi penggunannya seperti memberikan kemudahan dalam mencari informasi, berhubungan dengan teman, memberikan hiburan melaui: game, video, dan mendengarkan musik. Akan tetapi, dibalik adanya kemudahan dan manfaat yang diberikan oleh internet tersebut banyak fenomenafenomena yang muncul dari adanya internet. Penggunaan internet ini dapat berpengaruh pada kesejahteraan psikologis remaja. Kesejahteraan psikologis merupakan kondisi individu dimana memiliki sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain, memiliki kemampuan untuk mengatur lingkungan sekitarnya, memiliki hubungan berkualitas dengan lainnya,
3 memiliki tujuan hidup sehingga memiliki kemampuan untuk menentukan nasib sendiri, dan dapat mengembangkan dirinya (Ryff & Keyes, 1995). Seseorang yang menggunakan teknologi terutama internet saat ini cenderung menggunakan jejaring sosial pada saat waktu kerja atau studi, rendahnya menghormati privasi orang lain, kurangnya menghormati budaya orang lain saat percakapan, berkomunikasi dengan orang-orang yang tak dikenal tanpa kontrol, mengunggah foto, video, artikel yang melecehkan agama, adat istiadat dan tradisi (Khouli, 2013). Selain itu remaja pengguna internet merasa kurang puas serta memiliki banyak masalah seperti sering merasa sedih, merasa tidak bahagia, dan sering merasa bosan (Rideout, Foehr, & Roberts, 2010). Permasalahan yang menimbulkan berbagai perilaku remaja seperti yang telah dipaparkan dapat mengganggu keseimbangan enam dimensi kesejahteraan psikologis yaitu: penerimaan diri, hubungan positif dengan orang lain, kemandirian, penguasaan lingkungan, tujuan dalam hidup, dan pengembangan pribadi. Hal ini menunjukkan bahwa remaja saat ini mengalami penurunan kesejahteraan psikologis yang merupakan dampak dari adanya internet. Selain itu penggunaan internet secara berlebihan akan menimbulkan permasalahan baru dalam diri seseorang, tidak dapat dipungkiri seseorang tersebut akan menjadi kecanduan dengan internet atau yang dapat kita sebut dengan kecanduan internet sebagai dampak negatif dari adanya internet. Kecanduan internet merupakan pemakaian internet secara terus-menerus sehingga dapat menggangu kehidupan pemakainya. Hal ini akan berpengaruh dalam kehidupan seseorang terutama remaja. Penelitian menunjukkan bahwa seorang dengan kecanduan internet memiliki tingkat permusuhan yang tinggi di dunia nyata maupun dunia maya seperti subjek dengan depresi. Kecanduan internet meningkatkan perilaku kekerasan secara ekspresif dan dengan depresi meningkatkan kekerasan kognisi, kekerasan afeksi, dan perilaku kekerasan supresif ketika sedang online (Yen, Yen, Wu, Huang, & Ko, 2011). Depresi dan permusuhan memperburuk
4 kecanduan internet pada remaja (Ko, Liu, Wang, Chen, Yen, & Yen, 2014). Adiksi internet menyebabkan meningkatnya perasaan kesepian (Yao & Zhong, 2014) hal ini dikarenakan kesepian berkaitan dengan kecanduan internet melalui pengendalian diri yang rendah, individu dengan pengendalian diri yang rendah cenderung lebih besar untuk berperilaku impulsif (Ozdemir, Kuzucu, & Ak, 2014). Rasa malu dapat menjadi prediktor dari kecanduan internet (Giuseppe, Severino, Fasciano, Cannela, Gori, Cacioppo, & Baiocco, 2014). Intensitas penggunaan internet pada remaja memiliki hubungan dengan tingkat kecanduan internet. Semakin tinggi intensitas penggunaan internet maka semakin tinggi pula tingkat kecanduan internet yang dialami oleh remaja. Hal ini terbukti dalam sebuah penelitian yang mengungkapkan bahwa remaja menggunakan internet 4-6 jam per hari memiliki tingkat kecanduan internet lebih tinggi daripada yang menggunakan internet 2-3 jam per hari, meskipun remaja menggunakan internet 2-3 jam per hari memiliki tingkat kecanduan lebih tinggi daripada yang menggunakan internet satu jam perhari atau kurang dari satu jam perhari (Çiçekoğlu, Durualp, & Durualp, 2014). Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa kecanduan internet mempengaruhi kesejahteraan psikologis, mahasiswa yang memiliki kecanduan internet yang tinggi maka kesejahteraan psikologis nya akan menjadi rendah (Çardak, 2013). Penelitain lain juga mengungkapkan bahwa pengguna internet yang kecanduan memiliki kesejahteraan lebih rendah daripada pengguna yang tidak kecanduan (Wang, Luo, Bai, Kong, Luo, Gao, & Gao, 2013). Selain itu Pengguna internet yang mengalami kecanduan berhubungan dengan menurunnya kesejahteraan, meliputi harga diri yang rendah, kepuasan hidup yang rendah, dan meningkatkan depresi (Wang, et al., 2013). Dewasa ini sosial media seperti facebook dan twitter memiliki peran yang besar terhadap kesejahteraan psikologis dimana masyarakat dapat lebih mudah memperoleh informasi dan pengetahuan, apalagi sebagian berita online
5 mulai memanfaatkan media-media sosial tersebut, tidak hanya berita lokal maupun nasional, tetapi juga internasional, sehingga masyarakat kaya akan informasi yang sedang update. Feedback yang negatif ketika menggunakan sosial media diprediksi dapat menurunkan harga diri maupun kesejahteraan, begitu pula sebaliknya jika umpan balik yang diterima positif maka akan meningkatkan harga diri dan kesejahteraan (Young & Abreu, 2011). Penggunaan internet secara kompulsif namun tidak berlebihan diprediksi mengakibatkan kesejahteraan yang buruk (Mazer & Ledbetter, 2012). Penelitian (Gross, Juvonen, & Gable, 2002) tentang hubungan kesejahteraan terhadap penggunaan instant messaging pada remaja yang berusia 11-13 tahun, menyatakan bahwa remaja yang melakukan instant messaging merasa nyaman dengan interaksi sosial yang mereka lakukan bahkan siswa yang merasa mengalami isolasi sosial juga dapat melakukan komunikasi dengan orang yang tidak begitu dikenalnya.
Dengan komunikasi melalui
internet seseorang seseorang dapat menyembunyikan identitasnya atau menjadikan identitasnya tidak terlihat (anonymity) (Suler, 2004). Setiap individu membutuhkan interaksi sosial dengan orang lain baik antar individu, individu dengan kelompok, ataupun melalui kelompok dengan kelompok dapat juga melalui jejaring sosial. Ide untuk menggunakan jejaring sosial atau social networking site (SNS) ini untuk mendapatkan kebutuhan afiliasi (Lee & Wen-Bin Chiou, 2013) sehingga dalam berinteraksi sosial tersebut seseorang membutuhkan keterampilan sosial. Oleh karena itu orang dengan cepat berpikir tentang jejaring sosial sebagai jalan untuk mencari dan menjaga hubungan sosial (Lee & Wen-Bin Chiou, 2013). Keterampilan sosial merupakan dasar untuk membangun hubungan interpersonal. Penggunaan internet yang tidak terbatas memiliki pengaruh negatif dalam keterampilan sosial, komunikasi dan prestasi pendidikan (Mami & Hatami-Zad, 2014). Dapat dikatakan bahwa semakin tinggi keterampilan sosial yang dimiliki seseorang maka kecanduan jejaring
6 sosial akan semakin rendah, sebaliknya semakin rendah keterampilan sosial seseorang maka akan semakin tinggi kecanduan situs jejaring sosial (Majorsy, Kinasih, Andriani, & Lisa, 2013). Remaja pengguna internet berlebihan yang menyebabkan kecanduan memiliki keterampilan sosial yang rendah dan hasil dari ketidakcakapan ini membuat mereka merasa kesulitan dalam menentang tekanan teman sebaya (Esen & Gündoğdu, 2010). Individu yang kesepian atau tidak memiliki keterampilan sosial yang bagus dapat menimbulkan perilaku penggunaan internet kompulsif dimana akan menghasilkan dampak negatif dalam kehidupan serta mengakibatkan individu terisolasi dari aktivitas sosial yang sehat dan menjadikannya lebih kesepian (Kim, LaRose, & Peng, 2009). Keterampilan sosial dapat memprediksikan kesejahteraan psikologis, terdapat hubungan positif antara keterampilan sosial dan berbagai dimensi kesejahteraan psikologis. Dapat dikatakan keterampilan sosial merupakan indikator yang terbaik pada kesejahteran psikologis individu (Nair, Ravindranath, & Thomas, 2013). Dari paparan diatas dapat dilihat bahwa kecanduan internet merupakan hal yang perlu diperhatikan bagi pengguna internet karena memiliki dampak negatif yang berpengaruh pada kesejahteraan psikologis. Dengan adanya keterampilan sosial yang baik dimiliki oleh remaja dapat mengurangi dampak negatif dalam penggunaan internet terutama kecanduan internet. Keterampilan sosial merupakan kemampuan remaja untuk melakukan sosialisasi agar dapat bertahan dari berbagai dampak negatif munculnya internet, sehingga diharapkan individu yang mempunyai keterampilan sosial yang baik dapat mencapai kesejahteraan psikologis dalam kehidupannya. Kesejahteraan psikologis sangat dibutuhkan remaja dalam proses perkembangannya. Oleh karena itu penelitian ini akan berfokus pada peran keterampilan sosial sebagai mediator hubungan antara kecanduan internet dan kesejahteraan psikologis pada remaja.
7 B. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris adanya peran keterampilan sosial sebagai mediator hubungan antara kecanduan internet dengan kesejahteraan psikologis pada remaja. C. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis, yaitu: 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran antara hubungan kecanduan internet dengan kesejahteraan psikologis yang dimediasi oleh keterampilan sosial pada remaja, selain itu memberikan informasi dan pengetahuan di bidang psikologi klinis dan teknologi terkait dengan kecanduan internet pada remaja. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru dan Orang Tua Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk pengembangan program peningkatan keterampilan sosial sehingga dampak negatif internet yaitu kecanduan internet dapat berkurang. b. Bagi Peneliti Lain Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dalam melaksanakan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan tema penelitian yang sama. c. Bagi Masyarakat Hasil penelitian dapat digunakan sebagai tindakan preventif terhadap penggunaan internet yang berlebihan, sehingga kecanduan internet pada remaja tidak semakin berdampak buruk.