IE-401 Analisis dan Estimasi Biaya
Kalkulasi Biaya Produk Sampingan dan Produk Gabungan Elty Sarvia Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri
Universitas Kristen Maranatha Bandung
LT Sarvia/2012
Klasifikasi Produk 1. Produk Utama 2. Produk Gabungan (Joint Product) 3. Produk Sampingan (By Product)
LT Sarvia/2012
1
Klasifikasi Produk
2. Produk Gabungan (Joint Product)
•merupakan beberapa jenis produk yang menjadi tujuan utama proses produksi, tetapi nilainya masing-masing relatif kecil.
LT Sarvia/2012
Contoh Produk Gabungan Penyulingan minyak bumi yang menghasilkan produk seperti nafta, kerosin, dan minyak bakar
LT Sarvia/2012
2
Sifat Produk Sampingan, dapat timbul dari bentuk :
Pekerjaan menyiapkan bahan baku sebelum digunakan
Pembersihan hasil produk utama
Sisa atau limbah
LT Sarvia/2012
Produk Sampingan dapat dibedakan menjadi 2 kelompok menurut kondisi siap jual pada titik pemisahan, yaitu :
2
1
Produk sampingan yang dijual dalam bentuk asal tanpa memerlukan pemrosesan lanjutan. Contoh ampas dari tebu.
Produk sampingan yang memerlukan pemrosesan lebih lanjut agar dapat dijual. Contoh kain perca dijahit menjadi keset kaki.
LT Sarvia/2012
3
Contoh Produk Sampingan Biji kapas dari kapas
Ampas kelapa dari santan kelapa
Kulit dari biji coklat
LT Sarvia/2012
Jadi
Produk utama termasuk ke dalam kelompok produk-produk gabungan atau produk gabungan adalah produk utama juga
LT Sarvia/2012
4
Pola klasifikasi produk : •
•
•
Dengan berkembangnya pemasaran dan bervariasinya proses produksi, klasifikasi produk lebih ditentukan oleh komposisi nilai jualnya ketimbang pola proses produksinya. Ambang batas dari kontribusi nilai jual yang dianggap besar atau kecil dari setiap jenis produk bersifat relatif. Ada yang biasa menggunakan ambang batas 5 % tetapi tidak mutlak, sehingga pola klasifikasi produk dapat disimpulkan sbb :
LT Sarvia/2012
Contoh :
Pola klasifikasi produk : Kelas Produk
Kontribusi Nilai Jual
Utama
Terbesar
Gabungan
Besar (≥ 5 %)
Sampingan
Kecil (< 5 %)
Jenis Produk
Jumlah Fisik (satuan)
Harga Jual (Rp/satuan)
Nilai Jual (Juta Rp)
(%)
A B C D E Jumlah
8000 5000 4000 2000 1000 20000
20000 12000 5000 3500 3000
160 60 20 7 3 250
64 24 8 2,8 1,2 100
Klasifikasi Produk Utama Gabungan Gabungan Sampingan Sampingan
LT Sarvia/2012
5
METODE KALKULASI BIAYA PRODUK SAMPINGAN Nilai jual produk sampingan dapat diakuntansikan dengan menggunakan metode sbb :
1. Pendapatan lain-lain
2. Hasil Penjualan Tambahan
3. Pengurangan terhadap Harga Pokok Penjualan (HPP)Produk Utama
4. Pengurangan terhadap Biaya Produksi
LT Sarvia/2012
1. Pendapatan lain-lain Penjualan (Produk Utama 10.000 # @Rp.20) Harga Pokok Penjualan : Persediaan Awal (1.000 unit @Rp. 15) Tot Biaya Produksi (11.000 unit @Rp. 15)
Rp. 200.000 Rp. 15.000 Rp. 165.000
Harga Pokok Produksi Barang yang tersedia untuk dijual Rp. 180.000
Persediaan Akhir (2.000 unit @Rp. 15) HPP
Rp. 30.000 Rp. 150.000 -
Laba Kotor Dikurangi : Biaya Pemasaran + Adm
Rp. 50.000 Rp. 20.000 -
Laba Operasi Pendapatan Lain2 : Hsl Penjualan Produk Sampingan
Rp. 30.000 Rp. 15.000 +
Laba Sebelum Pajak Penghasilan
Rp. 45.000
LT Sarvia/2012
6
2. Hasil Penjualan Tambahan Penjualan (Produk Utama 10.000 # @Rp.20) Penjualan Produk Sampingan Total Hasil Penjualan Harga Pokok Penjualan : Persediaan Awal (1.000 unit @Rp. 15) Tot Biaya Produksi (11.000 unit @Rp. 15)
Rp. 200.000 Rp. 15.000 + Rp. 215.000 Rp. 15.000 Rp. 165.000
Harga Pokok Produksi Barang yang tersedia untuk dijual Rp. 180.000
Persediaan Akhir (2.000 unit @Rp. 15) HPP Laba Kotor
Rp. 30.000 Rp. 150.000 Rp. 65.000
Dikurangi : Biaya Pemasaran + Adm
Rp. 20.000 -
Laba Operasi Pendapatan Lain2 : Hsl Penjualan Produk Sampingan Laba Sebelum Pajak Penghasilan
Rp. 45.000 Rp. 0 + Rp. 45.000
LT Sarvia/2012
3. Pengurangan terhadap Harga Pokok Penjualan (HPP)Produk Utama Penjualan (Produk Utama 10.000 # @Rp.20) Harga Pokok Penjualan : Persediaan Awal (1.000 unit @Rp. 15) Tot Biaya Produksi (11.000 unit @Rp. 15) Harga Pokok Produksi Barang yang tersedia untuk dijual
Persediaan Akhir (2.000 unit @Rp. 15) HPP Dikurangi : Penjualan Produk Sampingan
Rp. 200.000 Rp. 15.000 Rp. 165.000 Rp. 180.000 Rp. 30.000 Rp. 150.000 Rp. 15.000 - Rp. 135.000 -
Laba Kotor Dikurangi : Biaya Pemasaran + Adm Laba Operasi
Rp. 65.000 Rp. 20.000 Rp. 45.000
Pendapatan Lain2 : Hsl Penjualan Produk Sampingan
Rp.
Laba Sebelum Pajak Penghasilan
Rp. 45.000
0 +
LT Sarvia/2012
7
4. Pengurangan terhadap Biaya Produksi Penjualan (Produk Utama 10.000 # @Rp.20) Harga Pokok Penjualan : Persediaan Awal (1.000 unit @Rp. 15) Tot Biaya Produksi (11.000 unit @Rp. 15) Harga Pokok Produksi Barang yang tersedia untuk dijual
Dikurangi : Penjualan Produk Sampingan Persediaan Akhir (2.000 unit @Rp. 165.000/12.000)
Rp. 200.000 Rp. 15.000 Rp. 165.000 Rp. 180.000 Rp. 15.000 Rp. 165.000 Rp. 27.500 - Rp. 137.500 -
Laba Kotor Dikurangi : Biaya Pemasaran + Adm Laba Operasi
Rp. 62.500 Rp. 20.000 Rp. 42.500
Pendapatan Lain2 : Hsl Penjualan Produk Sampingan Laba Sebelum Pajak Penghasilan
Rp. 0 Rp. 42.500
LT Sarvia/2012
TI-216 Akuntansi Biaya
Kalkulasi Biaya Produk Sampingan dan Produk Gabungan (Lanjutan) Elty Sarvia Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri Universitas Kristen Maranatha Bandung
LT Sarvia/2009/Pertemuan VIII
8
METODE ALOKASI BIAYA PRODUKSI GABUNGAN Biaya produksi gabungan yang dikeluarkan sampai titik pemisahan, dapat dialokasikan ke produk gabungan dengan menggunakan metode-metode sbb :
1. Metode Nilai Pasar atau Nilai Jual. 4. Metode Kuantitatif atau Unit Fisik
2. Metode Biaya Perunit Rata-Rata
3. Metode RataRata Tertimbang LT Sarvia/2012
1. Metode Nilai Pasar atau Nilai Jual.
• Biaya produksi gabungan dialokasikan ke setiap produk gabungan yang bersangkutan secara proporsional, sesuai dengan persentase (kontribusi) nilai jualnya masing-masing. Produk Gabungan Dapat Dijual Pada Titik Pemisahan
• Metode nilai pasar membagi biaya gabungan berdasarkan nilai pasar relatif dari barang-barang yang diproduksi.
LT Sarvia/2012
9
Untuk Menggambarkan metode ini diilustrasikan sbb: PT. Sukses Makmur adalah perusahaan yang memproduksi produk A,B,C,dan D yang proses produksinya merupakan produk gabungan dengan biaya produksi gabungan total sebesar Rp. 120.000.000. Daftar jumlah produksi minyak makan adalah sbb : Produk
Jumlah Produksi (unit)
A
20.000
B
15.000
C
10.000
D
15.000
LT Sarvia/2012
PT. Sukses Makmur Daftar harga jual produk pada titik pemisahan adalah sbb : Produk
Harga Jual (Rp.)
A
250
B
3.000
C
3.500
D
5.000
LT Sarvia/2012
10
Pembahasan Kasus PT. Sukses Makmur Untuk menentukan pembagian biaya gabungan secara seimbang dapat dihitung sbb : A
B
C=AxB
Produk Harga Jual Jumlah Produksi Total Nilai (Rp.) (unit) Pasar
D = C/160.000.000
E=Dx120.000.000
Rasio Nilai Produk Terhadap Total Nilai Pasar
Pembagian Biaya Produksi Gabungan
A
250
20.000
5.000.000
3,125 %
3.750.000
B
3.000
15.000
45.000.000
28,125 %
33.750.000
C
3.500
10.000
35.000.000
21,875 %
26.250.000
D
5.000
15.000
75.000.000
46,875 %
56.250.000
160.000.000
100 %
120.000.000
Total
LT Sarvia/2012
Pembahasan Kasus PT. Sukses Makmur Dengan metode nilai pasar, setiap produk gabungan menghasilkan persentase laba kotor perunit yang sama, dengan asumsi bahwa tanpa memperhitungkan/melihat biaya-biaya pemrosesan lebih lanjut. Dalam Laporan Rugi laba dapat dilihat sbb : (Asumsi tidak ada persediaan awal) Total
Penjualan (unit)
A
B
C
D
52,000
18,000
12,000
8,000
14,000
8,000
2,000
3,000
2,000
1,000
Penjualan (Rp)
138,500,000
4,500,000
36,000,000
28,000,000
70,000,000
Biaya Produksi (Rp.)
120,000,000
3,750,000
33,750,000
26,250,000
56,250,000
16,125,000
375,000
6,750,000
5,250,000
3,750,000
103,875,000
3,375,000
27,000,000
21,000,000
52,500,000
34,625,000
1,125,000
9,000,000
7,000,000
17,500,000
25
25
25
25
25
Persediaan akhir (unit)
Dikurangi persediaan akhir (Rp) * HPP : Laba Kotor (Rp) Persentase laba kotor (%)
* Biaya Produksi/#= Rp. 3.750.000/20.000# = Rp. 187.5/# Persediaan Akhir = 2.000#xRp. 187.5 = Rp. 375.000 ** Persentase laba kotor = (Rp. 34.625.000:Rp.138.500.000)x100% = 25 %
LT Sarvia/2012
11
1. Metode Nilai Pasar atau Nilai Jual. Produk Gabungan Tidak Dapat Dijual Pada Titik Pemisahan
• Barang yang tidak dapat dijual pada tahap pemisahan sehingga tidak mempunyai nilai pasar dan memerlukan proses lebih lanjut agar dapat dipasarkan. Dalam keadaan demikian, dasar untuk pengalokasian biaya produksi gabungan adalah nilai pasar hipotesis pada titik pemisahan. • Untuk ilustrasi, diambil dari kasus PT. Sukses Makmur, yaitu : Produk
Nilai Pasar Per unit Setelah diproses
Biaya Pemrosesan Setelah Titik Pemisahan
A
500
2.000.000
B
5.000
10.000.000
C
4.500
10.000.000
D
8.000
28.000.000
LT Sarvia/2012
Produk Gabungan Tidak Dapat Dijual Pada Titik Pemisahan •
Produk
A B C D
Untuk memperoleh dasar pembagian, perlu digunakan prosedur perhitungan mundur (workingback) dimana biaya pemrosesan sesudah titik pemisahan dikurangi nilai jual setelah pemrosesan untuk mendapatkan nilai pasar hipotesis pada titik pemisahan. Beban komersial sesudah titik pemisahan yang dapat ditelusuri ke produk tertentu serta penyisihan untuk laba juga harus diperhitungkan bila jumlahnya berbeda secara sebanding di antara produk gabungan, karena ini akan mempengaruhi pembagian biaya gabungan. Untuk perhitungan mundur ini, dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut :
A
B
Nilai Pasar Per unit Setelah diproses
Unit yang diproduksi
C=AxB
D
E=C-D
Nilai Pasar Setelah Biaya Nilai Pasar Diproses Pemrosesan Hipotesis * Setelah Titik Pemisahan
G=D+F
H=G/C
500
20,000
10,000,000
2,000,000
6,800,000
68.00%
5,000
15,000
75,000,000
10,000,000 65,000,000
39,000,000 49,000,000
65.33%
4,500
10,000
45,000,000
10,000,000 35,000,000
21,000,000 31,000,000
68.89%
8,000
15,000
120,000,000
28,000,000 92,000,000
55,200,000 83,200,000
69.33%
120,000,000
68.00%
Total
250,000,000
50,000,000
8,000,000
F
Pembagian Total Biaya Persentase Biaya Produksi Total Biaya Produksi Produksi *** Gabungan **
200,000,000
4,800,000
170,000,000
LT Sarvia/2012
12
Catt * Pada Titik Pemisahan (Split-off Point) ** Persentase untuk mengalokasikan biaya produksi gabungan (total biaya gabungan Rp.120.000.000) Total Biaya Produksi gabungan /Total Nilai Pasar Hipotesis = Rp.120.000.000/Rp.200.000.000 = 60 % 60% x Nilaia Pasar Hipotesis = Pembagian Biaya Produksi Gabungan *** Persentase biaya produksi dihitung dengan cara Total Biaya Produksi/ Nilai Pasar setelah Diproses Misal : Rp.49.000.000/Rp.75.000.000 = 65.3 % untuk produk B Rp.170.000.000/Rp.250.000.000 = 68% untuk semua produk yg digabung
LT Sarvia/2012
Kasus PT. Sukses Makmur
LT Sarvia/2012
Dalam kondisi tertentu, beberapa produk gabungan dapat dijual pada titik pemisahan sementara yang lainnya tidak, nilai pasar pada titik pemisahan akan dipakai untuk kelompok produk yang dapat dijual, sedangkan untuk yang lain diperlukan nilai pasar hipotesis. Untuk ilustrasi, kita menggunakan kasus PT. Sukses Makmur, yaitu : Dengan menambahkan adanya biaya pemrosesan lanjutan, sehingga biaya nilai pasar yang digunakan adalah nilai pasar setelah pemrosesan (diproses) lebih lanjut.
* Biaya Produksi/#= Rp. 6.800.000/20.000# = Rp. 340/# Persediaan Akhir = 2.000#xRp. 340 = Rp. 680.000
13
2. Metode Biaya Per Unit Rata-Rata •
•
Metode ini berupaya untuk mendistribusikan total biaya produksi gabungan ke berbagai produk atas dasar biaya per unit rata-rata. Biaya per unit rata-rata diperoleh dengan membagi total biaya produksi gabungan dengan jumlah unit yang diproduksi. Metode ini menyatakan bahwa semua produk yang dikerjakan dengan proses yang sama harus menerima bagian yang sebanding dari total biaya produksi gabungan berdasarkan jumlah unit yang diproduksi. Untuk ilustrasi, diambil dari kasus PT. Sukses Makmur, yaitu :
Produk
Unit yang diproduksi
Pembagian Biaya Produksi Gabungan
A B C D Total
20,000 15,000 10,000 15,000 60,000
40,000,000 30,000,000 20,000,000 30,000,000 120,000,000
Biaya Per unit rata-rata = Total Biaya produksi gabungan / Jumlah unit yang diproduksi = Rp. 120.000.000/60.000# = Rp. 2.000/# LT Sarvia/2012
3. Metode Rata-Rata Tertimbang •
• •
Karena produk yang diproduksi secara gabungan acap kali berbeda sehingga biaya rata-rata tidak dapat menjawab permasalahan yang ada. Untuk itu, perlu memberikan faktor timbangan atau bobot berdasarkan ukuran besarnya unit, jenis karyawan yang dipekerjakan, jumlah bahan yang digunakan, dan lain-lain. Setiap jenis produk jadi akan dikalikan dengan faktor penimbang dalam pendistribusian biaya gabungan ke masing-masing produk. Untuk ilustrasi, diambil dari kasus PT. Sukses Makmur, yaitu : Faktor penimbang yang ditetapkan untuk 4 produk yang dihasilkan adalah sbb : Produk
Faktor Penimbang
A
3
B
12
C
14
D
15
LT Sarvia/2012
14
3. Metode Rata-Rata Tertimbang •
Kasus PT. Sukses Makmur ….. Produk
Unit yang Faktor Penimbang diproduksi
Unit Tertimbang
Biaya Perunit *
A
20,000
3
60,000
200
Pembagian Biaya Produksi Gabungan 12,000,000
B
15,000
12
180,000
200
36,000,000
C
10,000
14
135,000
200
27,000,000
D
15,000
15
225,000
200
Total
60,000
600,000
45,000,000 120,000,000
Cat *Biaya per unit = Total Biaya Produksi Gabungan/Jumlah Unit Tertimbang = Rp.120.000.000/600.000 = Rp. 200/#
LT Sarvia/2012
4. Metode Unit Kuantitatif Jumlah Fisik •
•
Metode ini berupaya untuk mendistribusikan total biaya produksi gabungan berdasarkan satuan ukuran tertentu. Akan tetapi jika produk gabungan tidak dapat diukur dengan satuan ukur dasar, maka unit gabungan harus dikonversikan pada suatu angka pembagi yang dapat dipakai untuk semua unit yang diproduksi Untuk ilustrasi, dapat dilihat tabel perhitungan sbb (Total Biaya Gabungan Rp. 220.000): Produk
Jmlh Fisik
% Jmlh Fisik *
Harga Jual
Nilai Jual **
Alokasi Biaya Produksi ***
A
20,000
18.18
12
240,000
40,000
B
30,000
27.27
4
120,000
60,000
C
36,000
32.73
9
324,000
72,000
D
24,000
21.82
6
144,000
48,000
Total
110,000
100
828,000
220,000
Cat * % Jumlah Fisik = 20.000/110.000 = 18.18 % ** Nilai Jual = 20.000 x 12 = Rp. 240.000 *** Alokasi Biaya Produksi = 18.18 % x 220.000 = 40.000 LT Sarvia/2012
15
Total
A
B
C
D
Penjualan (unit)
52.000
18.000
12.000
8.000
14.000
Persediaan akhir (unit)
58.000
2.000
18.000
28.000
10.000
Penjualan (Rp)
420.000
216.000
48.000
72.000
84.000
Biaya Produksi (Rp.)
220.000
40.000
60.000
72.000
48.000
Dikurangi persediaan akhir (Rp) *
116.000
4.000
36.000
56.000
20.000
HPP :
104.000
36.000
24.000
16.000
28.000
Laba Kotor (Rp)
316.000
180.000
24.000
56.000
56.000
75
83
50
78
67
Persentase laba kotor (%)
* Biaya Produksi/#= Rp. 40.000/20.000# = Rp. 2/# --> Persediaan Akhir = 2.000 #xRp. 2 = Rp. 4.000 ** Persentase laba kotor = (Rp. 180.000:Rp.216.000)x100% = 83 %
LT Sarvia/2012
LT Sarvia/2012
16