18 Master Bahasa Vol. I No. 2; Juli 2013:18−24
KAJIAN UNSUR INTRINSIK NOVEL SAMUDRA PASAI KARYA PUTRA GARA oleh Asriani* ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan tema, amanat, alur cerita, latar, tokoh dan penokohan, sudut pandang, dan gaya bahasa dalam novel Samudra Pasai. Sumber data adalah sumber data tertulis berupa novel Samudra Pasai. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan tergolong dalam jenis penelitian deskriptif. Teknik pengumpulan data adalah teknik kaji dokumen, sedangkan menganalisis data adalah pendekatan struktural. Hasil penelitian adalah sebagai berikut. Tema novel ini adalah pemimpin yang bijaksana. Amanatnya adalah (1) jadilah pemimpin yang adil, (2) jangan pernah meninggalkan salat, (3) segeralah menikah dan (4) laksanakan amanah. Alur yang digunakan adalah alur maju dan alur mundur. Latar tempat dalam novel ini meliputi: perkampungan penduduk, sebuah gubuk, penjara, istana, dermaga, di kapal dan di pendopo. Latar waktu meliputi: waktu asar, waktu magrib, waktu senja, malam hari dan pagi hari. Latar sosial meliputi: memuliakan tamu, adat istiadat, tradisi perkawinan, dan tradisi berpakaian. Tokoh Malikuddhahir berwatak sebagai raja yang sabar, suka memaafkan, rendah hati dan adil dalam mengambil keputusan. Malikussaleh berwatak sebagai raja yang bijaksana dan halus budi pekertinya, dan Zainal (Malikuddhahir II) berwatak sebagai raja yang baik dan menghargai jasa-jasa pendahulunya. Pasukan Majapahit berwatak sebagai orang yang angkuh dan ambisius, Prajurit berwatak sebagai orang yang emosional dan Syarif Imanuddin berwatak pendendam dan sombong, Marcopolo berani dan Nurdin berwatak tidak sombong dan berilmu tinggi. Sudut pandang (point of view) pengarang dalam novel ini adalah sudut pandang campuran. Gaya bahasa yang dominan digunakan adalah gaya bahasa personifikasi, simile, hiperbola, dan repetisi. Semua unsur intrinsik dalam novel Samudra Pasai karya Putra Gara umumnya digambarkan melalui dialog antartokoh dan penjelasan pencerita (narator). Kata kunci: novel, tema, amanat, alur, latar, tokoh dan penokohan, sudut pandang (point of view), dan gaya bahasa.
* Penulis adalah Mahasiswa MPBSI Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
19
Kajian Unsur Intrinsik... (Asriani) ABSTRACT
The purpose of this research was to describe the theme, message, plot, setting, characters, point of view, and language style used in Samudra Pasai novel. This research employed a qualitative approach and classified as a descriptive research. Technique of data collection used was review of documents and data was analyzed with a structural approach. The results showed that the theme of this novel was about a wise leader. The messages conveyed in this novel were: (1) be a fair leader, (2) never leave prayer, (3) get married soon, and (4) convey the messages. The plots used were chronological plot and reverse chronology. Place settings in this novel were villages, cottage, prison, palace, pier, boat, and pavilion. Time settings used were Asar, magrib, twilight, evening, and morning. Social setting used were guest glorify, customs, marriage traditions, and dress traditions. Malikuddhahir’s character was patient, merciful, modest, and fair in making decision. Maliukussaleh’s character was wise and gentle, and Zainal (Malikuddhahir II) had a good character and always appreciates the merits of his predecessor. Majapahit troops’ character was arrogant and ambitious, soldier’s character was emotional, and Sharif Imanuddin’s character was vindictive and arrogant, Marcopolo’s character was bold, and Nurdin’s character was considerate and very knowledgeable. The author’s point of view used was mix point of view. The dominant language style used was personification, simile, hyperbole, and repetition. Generally, all intrinsic elements in Samudra Pasai novel by Putra Gara were described through dialogue between characters and narrator’s explanation (narrator). Keywords: Novel, theme, message, plot, setting, character, point of view, and language style
Pendahuluan Novel adalah salah satu karya estetis yang mengandung sisi keindahan bagi para pembacanya, Berhubungan dengan manfaat yang hendak dicapai setelah membaca sebuah novel, Aminuddin (2002:62) berpendapat bahwa seorang pembaca sastra (novel), kegiatan membacanya dapat dilatarbelakangi dengan tujuan mendapatkan berbagai macam nilai kehidupan. Dalam hal demikian, kegiatan membaca dapat memberikan manfaat (1) memberikan informasi yang berhubungan dengan hal pemerolehan nilai-nilai kehidupan, dan (2) memperkaya pandangan atau wawasan kehidupan sebagai salah satu unsur yang berhubungan dengan pemberian arti kehidupan manusia itu sendiri. Salah satu novel terbaru adalah Samudra Pasai. Novel karya putra Takengon ini menceritakan tentang tiga generasi raja Samudra Pasai yang berjuang untuk negeri yang sama dengan kisah yang berbeda. Tokoh sentral dalam novel tersebut adalah Malikussaleh. Semasa hidupnya, Malikussaleh bukan hanya milik
keluarganya, melainkan juga milik rakyatnya. Sang raja biasa melakukan musyawarah dan bertukar pikiran dengan para ulama, dan juga memberikan tanda mata kepada tamunya, siapa pun dia. Beliau tidak pernah sungkan memberi tahu sekaligus mencontohkan kepada rakyatnya pola hidup yang islami. Malikussaleh membawa rakyatnya hidup dalam semangat kebersamaan dan saling menghormati sesuai dengan syariat Islam. Karena itulah, ia selalu mengajak rakyatnya untuk tunduk dan taat pada ajaran Islam. Novel Samudra Pasai adalah salah satu novel yang menarik karena mengandung unsur sejarah pada masa kerajaan Pasai. Melalui penelitian ini diharapkan dapat diperoleh dua manfaat, yaitu manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis. Secara teoretis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang berarti untuk (1) menambah kajian khasanah sastra Indonesia, (2) memperluas penerapan teori apresiasi novel dalam wacana sastra Indonesia. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
20 Master Bahasa Vol. I No. 2; Juli 2013:18−24 kontribusi yang berarti untuk (1) bahan pengajaran apresiasi sastra Indonesia di sekolahsekolah, (2) memperoleh informasi tentang unsur intrinsik yang direpresentasikan dalam novel Samudra Pasai. Penelitian ini difokuskan pada kajian unsur intrinsik. Novel yang dijadikan kajian dalam penelitian ini terbatas hanya novel Samudra Pasai. Unsur novel terdiri atas dua, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik yang membangun karya sastra adalah plot, amanat, tema, tokoh, penokohan, dan latar (Nurgiyantoro, 2002:23) (1) Tema Sayuti (1997:17) mengatakan bahwa “tema merupakan makna cerita, gagasan sentral atau dasar cerita yakni sesuatu yang hendak diperjuangkan dalam atau melalui tulisan atau karya fiksi”. Sedang-kan menurut Nurgiyantoro (2002: 70) “tema dapat dipandang sebagai dasar cerita, gagasan dasar umum sebuah karya. Gagasan dasar yang tentunya telah ditentukan sebelumnya oleh pengarang untuk mengembangkan ceritanya” (2) Amanat Suroto (1993:89) menyebutkan bahwa ”amanat adalah pemecahan atau jalan keluar persoalan yang ada dalam cerita yang berisi pandangan tentang bagaimana sikap kita dalam menghadapi persoalan tersebut”. Di bagian lain Nurgiyantoro (2002:322) mendefinisikan amanat se-bagai suatu saran yang berhubungan de-ngan ajaran moral tertentu yang bersifat praktis yang dapat diambil dan ditafsirkan pembaca lewat cerita yang dibacanya. (3) Alur Aminuddin (2002:83) mengatakan bahwa” Bagi pengarang alur dapat diibaratkan sebagai suatu kerangka karangan yang dijadikan pedoman dalam mengembangkan keseluruhan isi ceritanya, sedangkan bagi pembaca alur
berarti pemahaman terhadap keseluruhan isi cerita secara runtun dan jelas. Dengan demikian, alur sebuah cerita akan membuat sadar si pembaca terhadap peristiwa-peristiwa yang dihadapi atau dibacanya, tidak hanya sebagai elemen-elemen yang jalin-menjalin dalam rangkaian temporal, tetapi juga sebagai suatu pola yang majemuk dan memiliki hubungan kausalitas. Plot dapat dibedakan atas beberapa jenis, yaitu : Plot lurus adalah peristiwa-peristiwa yang dikisahkan secara kronologis. Plot sorot balik adalah urutan peristiwa disajikan secara tidak kronologis. Plot campuran adalah peristiwa-peristiwa dalam plot jenis ini dikisahkan dengan mempergunakan plot lurus dan plot sorot balik. Penceritaan cerita tidak menghendaki dimulai dari awal dan akhir, tetapi dapat dimulai dari mana saja. (4) Tokoh dan Penokohan Menurut Sayuti (1997:47) tokoh itu merupakan” karakter yang diciptakan oleh pengarang yang relevan dengan individu-individu berdasarkan pengalaman kehidupan yang sebenarnya. Dapat dikatakan bahwa penokohan merupakan watak yang diperankan oleh tokoh yang menjadi pemicu munculnya konflik (pertentangan). Berdasarkan fungsi penampilannya Nurgiyantoro (2002:178) membedakan tokoh menjadi dua macam, yaitu tokoh protagonis adalah tokoh yang kita kagumi, dan tokoh antagonis adalah tokoh yang dianggap sebagai dalang dari masalah yang selalu merugikan tokoh protagonis. (5) Latar Latar merupakan lingkungan fisik tempat suatu kegiatan berlangsung, meliputi: latar tempat, waktu dan sosiokultural. (6) Sudut pandang Sumardjo dan Saini (1994:183) menjelaskan bahwa sudut pandang pencerita pada dasarnya adalah visi
Kajian Unsur Intrinsik... (Asriani)
21
pengarang, artinya sudut pandang yang Cerita ini menggambarkan bahwa Madiambil pengarang untuk melihat suatu likussaleh bukanlah pemimpin yang sombong, kejadian cerita. walau pun ia sudah punya segala-galanya namun ia tetap menghargai pendapat orang lain. (7) Gaya bahasa Beliau juga termasuk pemimpin yang sangat Menurut Keraf (2004: 132) gaya bahasa memerhatikan rakyatnya. Dia bukan pemimpin adalah cara pengungkapan pikiran me- yang hanya pandai memerintah saja tetapi ia lalui bahasa secara khas yang memper- sendiri yang menjadi contoh untuk rakyatnya. lihatkan jiwa dan kepribadian penulis Apa yang ia katakan maka itu pula yang dilaku(pemakai bahasa). kanya. Hal ini dapat kita lihat sebagaimana hadih maja berikut ini. Metode penelitian Penelitian ini tergolong ke dalam penelitian Nyang mat adat nyang meubudhoe, deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan jeakai sampoe bijaksana nis penelitian yang memberikan gambaran atau (Adapun yang memegang adat yang uraian atas suatu keadaan sejelas mungkin tanberbudi, cukup akal bijaksana). pa ada perlakuan terhadap objek yang diteliti (Kountur,2003:105) Hal ini disebabkan yang memegang adat Yang menjadi data dalam penelitian ini istiadat itu di Aceh pada masa dahulu ialah adalah sumber data tertulis novel Samudra Pa- orang yang berilmu pengetahuan tinggi. Dikiassai. Teknik pengumpulan data dalam penelitian kan, agar kita mampu beradat, berbudi, berakal ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai dan bijaksana. (Sulaiman, dkk.1978:58). berikut. (1) Peneliti membaca seluruh isi novel Amanat yang terkandung dalam novel Samudra Pasai dengan teliti dan berulang- Samudra Pasai meliputi: (1) jangan pernah ulang, (2) Peneliti membaca sambil menen- meninggalkan salat, (2) pemimpin yang adil, tukan bagan-bagian yang diprediksi memuat (3) segeralah menikah, dan (4) laksanakan amaunsur intrinsik sebagaimana yang dikehendaki nah. Pertama, Jangan pernah meninggalkan dalam masalah penelitian, (3) Bagian-bagian salat se-perti tergambar dalam kutipan berikut. yang diprediksikan memuat unsur intrinsik tersebut kemudian diberikan kode tertentu yang Hanya saja pesan Ayah, dimanapun selanjutnya akan diklasifikasi menurut kelomkau berada, dalam keadaan apapun, pok masing-masing. jangan pernah meninggalkan salat. Pendekatan yang akan diterapkan untuk menganalisis data dalam penelitian ini, yaitu Hal ini sesuai dalam surat Taha ayat 132 pendekatan struktural. Pengolahan data di- dijelaskan bahwa salah satu kewajiban kepala lakukan dalam beberapa tahap pertama, me- keluarga adalah memerintahkan anggota kelungumpulkan informasi-informasi yang sesuai arga-nya untuk melaksanakan salat dan anakdengan landasan teoritis. Kedua pengkajian anaknya ketika mereka mulai menginjak usia teks. Setiap teks akan dikaji untuk dilihat unsur tujuh tahun seperti termuat dalam hadis yang intrinsik yang ada di dalamnya. Ketiga, me- artinya sebagai berikut. nyimpulkan. Semua hasil akan disimpulkan dan dideskripsikan apa adanya secara kualitatif. “Perintahkanlah mereka untuk melakukan salat ketika mereka Hasil penelitian dan pembahasan menginjak usia tujuh tahun, dan Analisis tentang hasil penelitian dalam novel ketika mereka berusia sepuluh taSamudra Pasai adalah sebagai berikut. Tema hun belum mengerjakan salat maka novel Samudra Pasai adalah pemimpin yang berilah sanksi agar mereka mengerbijaksana. jakan salat.”
22 Master Bahasa Vol. I No. 2; Juli 2013:18−24 Kedua, Pemimpin yang adil. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut. Namun terkadang godaan mengambil jalan pintas dalam mencari harta membuat mereka rela melakukan apa saja, sehingga mereka harus berhadapan dengan pemimpin Samudra Pasai yang tidak pandang bulu. Islam juga mengajarkan bahwa semua orang mendapat perlakuan yang sama dan sederajat dalam hukum. Dalam Islam, tidak ada diskriminasi hukum karena perbedaan kulit, status sosial, ekonomi atau politik. Matsna (2007:12) dalam Alquran Hadist mengatakan Allah swt. berfirman yang artinya sebagai berikut. “Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hokum di antara manusia hendaknya kamu menetapkannya dengan adil. Sungguh, Allah sebaik-baik yang member pengajaran kepadamu. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Melihat.” (Q.S. an-Nisa 4:58)
puasalah karena berpuasa itu dapat melemahkan syahwat (H.R ahmad dan Al-Bukhari:4677). Keempat, laksanakan amanah, seperti kutipan berikut. Menjadi seorang raja adalah amanah. Allah sudah menggariskan demikian. Oleh karena itu, pertanggungjawabannya bukan hanya di dunia, tetapi juga di akhirat. Seperti firman Allah swt. yang artinya: “Sesungguhnya kami telah mengemukakan amanah kepada langit, bumi dan gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanah itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanah itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh”(Q.S Al-Ahzab :72).
Alur yang digunakan dalam novel Samudra Pasai adalah alur campuran karena peristiwa dikisahkan dengan mempergunakan plot lurus dan plot sorot balik. Latar dalam novel ini terdapat latar tempat, yaitu perkampungan, sebuah gubuk, penjara, istana, dermaga, di kapal, dan di penKetiga, segeralah menikah. Hal ini dapat dilihat dopo. Selanjutnya latar waktu, yaitu waktu asar, waktu magrib, waktu senja, malam hari, pada kutipaan berikut. dan pagi hari. Dalam novel ini juga mengangkat latar sosial masyarakat Aceh yang sangat Kerena hal yang terbaik yang harus memuliakan tamu. Masyarakat Aceh memandilakukan oleh seorang pemuda kedang tamu itu seperti seorang raja, siapapun tika cukup umur dan dapat bertangdia, walau menganut agama yang berbeda. gungjawab adalah menikah. Di samping memuliakan tamu ternyata Putra Hal ini dapat kita lihat dalam sunah Rasulullah Gara menggambarkan orang Aceh juga sangat menghormati adat istiadat warisan leluhur. Hal saw. yang artinya sebagai berikut. ini juga sejalan dengan tradisi yang berlaku di Aceh saat ini. “Wahai para pemuda barang siapa Tokoh dan penokohan dalam novel ini di antara kamu mampu menangterdiri dari tokoh protagonis, antagonis, dan gung biaya, maka hendaklah metritagonis. Tokoh-tokoh protagonis dalam nikah karena sesungguhnya nikah novel Samudra Pasai adalah Malikuddhahir, itu dapat menutup pandangan mata Jufrisyah, Ibu Sofiah, Khaidar, Rahma Malika, (maksiat) dan dapat memelihara Malikussaleh, Abu Syuja’, Fatimah, Zainal kemaluan (dari maksiat) dan barang (Malikuddhahir II) karena tingkah lakunya siapa yang tidak sanggup maka ber-
Kajian Unsur Intrinsik... (Asriani) menjurus ke hal positif, misalnya baik. Tokohtokoh antagonis dalam novel Samudra Pasai adalah Pasukan Majapahit, Prajurit dan Syarif Imanuddin, karena tingkah lakunya selalu bertentangan dengan tokoh protagonis. Tokohtokoh tritagonis dalam novel Samudra Pasai adalah Panglima Kerajaan, Utusan Majapahit, Marcopolo, Muhammad Rais, Komandan Lapangan, Kepala Perampok, Nurdin, Jamila Hasana, Ibnu Batuttah, dan Jufa Fadillah, karena tingkah lakunya cenderung biasa-biasa saja. (1) Malikuddhahir memiliki watak sebagai raja yang sabar, suka memaafkan, rendah hati dan adil (tidak bertindak sewenang-wenang). (2) Jufrisyah memiliki watak sebagai orang yang tenang dan tegas. (3) Ibu Sofiah dikenal sebagai orang yang tahu diri dan bertangung jawab. (4) Panglima kerajaan memiliki watak sebagai orang yang setia dan berani. (5) Prajurit memiliki watak sebagai orang yang emosional. (6) Utusan Majapahit memiliki watak sebagai orang yang sopan dan setia. (7) Pasukan Majapahit dikenal sebagai orang yang angkuh (sombong) dan ambisius. (8) Khaidar dikenal sebagai orang yang tegas dan berjiwa pemberani. (9) Rahma Malika dikenal sebagai orang yang penuh kasih sayang (keibuan) dan setia pada suami. (10) Malikussaleh memiliki watak sebagai raja yang bijaksana dan halus budi pekertinya. (11) Abu Syuja’ memiliki watak sebagai panglima yang setia. (12) Marcopolo dikenal orang yang berani (berjiwa penjelajah). (13) Muhammad Rais dikenal orang yang berani mengakui kesalahan. (14) Komandan Lapangan memiliki watak sebagai orang yang berprasangka baik sama teman. (14) Kepala Perampok memiliki watak sebagai orang yang patuh (taat kepada perintah). (15) Fatimah dikenal orang yang tahu diri dan tidak sukamembantah (patuh terhadap ibunya). (16) Zainal (Malikuddhahir II) memiliki watak sebagai raja yang baik dan menghargai jasa-jasa pendahulunya. (17) Nurdin dikenak sebagai orang yang tidak sombong dan berilmu tinggi. (18) Jamila Hasana memiliki watak sebagai orang yang cerdas (suka memberi motivasi dan saran). (19) Ibnu Batuttah memiliki watak sebagai orang yang berbudi pekerti halus. (20) Jufa Fadillah memiliki watak sebagai anak yang
23 polos. (21) Syarif Imanuddin memiliki watak sebagai orang yang pendendam dan sombong. Sudut pandang yang digunakan oleh pengarang dalam novel Samudra Pasai adalah sudut pandang campuran karena pengarang menggunakan sudut pandang persona pertama dengan teknik “aku” sebagai tokoh utama dan “aku” tambahan sebagai saksi, persona ketiga dengan teknik”dia” mahatahu dan dia sebagai pengamat bahkan dapat berupa “aku” dan “dia” sekaligus.. Pengarang menggunakan sudut pandang ini supaya pembaca dapat menerima dan menghayati gagasan-gagasan yang ingin disampaikan pengarang agar pembaca tidak bosan atau tidak merasa digurui. Di sisi lain, dengan menggunakan sudut pandang ini diharapkan dapat menarik perhatian pembaca sehingga segala sesuatu yang diceritakan dapat lebih memberikan kesan di hati pembaca, karena pemahaman pembaca terhadap sebuah novel sangat dipengaruhi oleh kejelasan sudut pandang. Gaya bahasa yang terdapat dalam novel Samudra Pasai adalah gaya bahasa personifikasi, simile, hiperbola, dan repetisi. Gaya bahasa ini sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini menunjukkan pengarang yang kaya wawasan dan bahasa yang menarik. Contoh: • Pantainya seakan memanggil-manggil para pendatang untuk singgah dan menikmati keindahan alamnya. (personifikasi) • Dan seperti ludah yang sudah dibuang, tidak mungkin dijilat kembali. (simile) • Kepalanya terasa berputar-putar. (hiperbola) • Cinta telah menjelma menjadi sebongkahan bara. Dalam kobaran cinta, harga diri pun menjadi harga mati. (repetisi) Simpulan dan Saran Setelah melakukan penelitian terhadap novel Samudra Pasai karya Putra Gara dapat disimpulkan sebagai berikut. Pertama, tema novel Samudra Pasai adalah pemimpin yang bijaksana. Kedua, amanat yang terkandung dalam novel ini meliputi: jangan pernah meninggalkan salat, pemimpin yang adil, segeralah menikah dan lak-
24 Master Bahasa Vol. I No. 2; Juli 2013:18−24 sanakan amanah. Ketiga, alur yang digunakan adalah alur maju dan alur mundur. Keempat, latar yang digunakan adalah latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Latar tempat meliputi perkampungan, sebuah gubuk, penjara, istana, dermaga, di kapal dan di pendopo. Novel Samudra Pasai merupakan salah satu dari khasanah budaya Aceh yang kaya akan nilai estetika. Dengan demikian, sudah selayaknya bagi instansi terkait berupaya untuk menerbitkan, melestarikan, dan menyebarluaskan buku-buku cerita sejarah kepada khalayak ramai. Peneliti juga menyarankan supaya peneliti lain juga terdorong untuk meneliti cerita sejarah Aceh bukan hanya dari aspek unsur intrinsik, tetapi juga meneliti cerita sejarah Aceh dari aspek yang lain. Selain itu, dapat dijadikan bahan ajar di sekolah-sekolah di Aceh.
Jankawski, Martin. 1999. Runtuhan Jerman Timur. Jakarta: Waktoe. Keraf, Gorys. 2004. Diksi dan Gaya bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Kosasih, H. E. 2008. Ketatabahasaan dan Kesustraan Carmat Bahasa Indonesia. Bandung: Yarhawalidiya. Kountur, Ronny. 2003. Metode Penelitian untuk Penulisan Skripsi dan Tesis. Jakarta: PPM, Anggota Ikapi. Sayuti, A. Suminto. 1997. Apresiasi Prosa Fiksi. Jakarta: Depdikbud. Semi, M. Atar. 1993. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa. Shakib, Shiba. 2005. Samira dan Samir. Jakarta: Pustaka Alvabet.
DAFTAR PUSTAKA
Shirazy, Habiburrahman. 2010. Bumi Cinta. Jakarta: Author Publishing.
Aminuddin. 2002. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Shors, John. 2008. Taj Mahal. Bandung: Mizan Pustaka.
Budianta, Melani dkk. 2002. Membaca Sastra. Stanton, Robert. 2007. Teori Fiksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Jakarta: Indonesia Tera. Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indone- Sudjiman, P. 1992. Filologi Melayu. Jakarta: Pustaka Jaya. sia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Gara, Putra. 2010. Samudra Pasai. Jakarta: Hikmah (PT Mizan Publika).
Sulaiman, Budiman. Dkk. 1978. Peribahasa dan Pepatah Aceh.Banda Aceh: Depdikbud.
Gibran, Kahlil. 2007. Sayap-Sayap Patah. Yogyakarta: Jejak.
Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Harun, Mohd. 2009. Memahami Orang Aceh. Suharto, Sugihastuti. 2002. Kritik Sastra Feminis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Bandung: Citapustaka Media Perintis. Herawati, Yudianti. 2006. Novel Lonceng Kema- Sumardjo, Jacob dan Saini K.M. 1994. Apresiasi Kesusasteraan. Jakarta: Gramedia. tian; Kajian Struktural dan Sosiologis. Samarinda: Pusat Bahasa Kalimantan Timur. Suroto, 1993. Apresiasi Sastra Indonesia. Jakarta. Erlangga. Hirata, Andrea. 2007. Laskar Pelangi. Yogyakarta: Benteng Pustaka. Tarigan, Henry Guntur. 1984. Prinsip–Prinsip Dasar Sastra. Bandung Aksara. Hirata, Andrea. 2008. Endersor. Yogyakarta: Benteng Pustaka. Waluyo, Herman J. 1994. Pengkajian Cerita Fiksi. Surakarta: Sebelas Maret University Press. Jabrohim, dkk. 2003. Cara Menulis Kreatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.