KAJIAN SPASIAL SOSIAL, EKONOMI DAN BUDAYA MASYARAKAT KAWASAN TAMAN NASIONAL BOGANI NANI WARTABONE, KABUPATEN BONE BOLANGO, PROVINSI GORONTALO Rismanto Mustafa1), Nawir Sune2), Nurfaika3) Fakultas MIPA, Universitas Negeri Gorontalo, Rismanto Mustafa email :
[email protected] Fakultas MIPA, Universitas Negeri Gorontalo, Nawir Sune email :
[email protected] Fakultas MIPA, Universitas Negeri Gorontalo, Nurfaika email :
[email protected]
ABSTRAK Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (TNBNWB) merupakan kawasan Konservasi yang berkedudukan di 2 Provinsi dan 2 Kabupaten, yaitu Provinsi Sulawesi Utara Kabupaten Bolaang Mongondow dan Provinsi Gorontalo Kabupaten Bone Bolango. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kondisi spasial sosial, ekonomi budaya masyarakat kawasan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (TNBNWB), khususnya masyarakat yang berada di Zona Pemanfaatan dan Zona Rehabilitas. Hal ini sangat penting karena sejauh ini belum diketahui seberapa besar nilai dan manfaat yang diperoleh masyarakat kawsan hutan konservasi tersebut. Hasil penelitian menunjukan bahwa 54,11% masyarakat berpendidikan SD, sehingga tingkat pendidikan yang tergolong rendah tersebut membuat 53,41% masyarakat menggeluti pekerjaan sebagai petani. Dari hasil analisis, pendapatan masyarakat dari lahan resmi tergolong rendah per tahunnya, namun pendapatan masyarakat dari kawasan hutan cukup besar. hal ini yang mendorong masyarakat untuk menggelola sumberdaya hutan yang tersedia. Dari hasil penelitian tercatat 4 pekerjaan yang sering di lakukan masyarakat di kawasan hutan, yakni pencari rotan (24,65%), pencari dedaunan (12,32%), pencari recek kayu (19,86%) dan penambang (43,15%). Kata kunci: TNBNWB, Zona Rehabilitas, Zona Pemanfaatan, Sosial Ekonomi Budaya. ABSTRACT Rismanto Mustafa, 2015. Study of Spatial Social Economic and Culture of National Park Pores area societ of Taman Nasional Bogani Nani Wartabone, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. Department of Geography Education Department of Earth Science and Technology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, University of Gorontalo. Supervisor I Dr. Sune Nawir M.Si and Supervisor II.Nurfaika, S.Si, M.Sc. National Park of Bogani Nani Wartabone (TNBNWB) represent Conservation area which dimiciling in 2 Provinsi and 2 Sub-Province, that is Provinsi Sulawesi North SubProvince of Bolaang Mongondow and of Provinsi Gorontalo Sub-Province of Bone Bolango. This Research aim to to study the condition of social spasial, cultural economics of National Park area society of Bogani Nani Wartabone ( TNBNWB), specially society residing in Zona Exploiting and Zona of Rehabilitas. This Matter of vital
importance because so far not yet been known how big assess and obtained by benefit is society of kawsan conservation forest. Result of research of menunjukan that 54,11% society education of SD, so that mount pertained education to lower the make 53,41% society wrestle work as farmer. From result of analysis, earnings of society of pertained formal farm to lower per its year, but earnings of society of big enough forest area. this matter which push society for the menggelola of available forest sumberdaya. From result of research noted by 4 work which often in [doing/conducting society in forest area, namely searcher of cane ( 24,65%), searcher of dedaunan ( 12,32%), searcher of wood recek ( 19,86%) and mineworker ( 43,15%). Keyword: TNBNWB, Zona of Rehabilitas, Economics 1. Pendahuluan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (TNBNWB), memiliki peranan yang sangat penting bagi keberlangsungan pembangunan dimasa mendatang. Kawasan hutan yang telah di tetapkan oleh pemerintah menjadi Taman Nasional ini, berdasarkan SK Menhut nomor 731/Kpts-II/91 pada tanggal 15 Oktober tahun 1991 yang sebelumnya merupakan kawasan Suaka Margasatwa (SM). Secara administrasi Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (TNBNWB) terletak di 2 Provinsi, yakni Provinsi Sulawesi Utara, Provinsi Gorontalo. Luas Taman Nasional ini secara keseluruhan yakni 287.115 Ha, yang Masuk dalam wilayah Administrasi Kabupeten Bone Bolango 104.739,50 Ha dan Wilayah Administrasi Kabupeten Bolaang Mongondow 182.375,50 Ha, Provinsi SULUT. Taman Nasional Bogani Nani Wartabone yang sebelumnya adalah kawasan Hutan Dumoga Bone, memiliki berbagai keunikan Ekologi sebagai peralihan Geografi daerah Indomalaya di sebelah barat, dan Papua-Australia di sebelah Timur (Wallace Area), (Bappeda Bonbol, 2013). Pada dasarnya Taman Nasional Bogani Nani Wartabone memiliki fungsi dalam menunjang kehidupan sosial ekonomi masyarakat sekitar, dan dapat memberi manfaat secara tidak langsung bagi keberlangsungan mahluk hidup. Secara umum Manusia dapat memanfaatkan Sumberdaya Alam yang
Zona Exploiting, Social of Cultural terdapat dalam kwasan Hutan untuk meningkatkan kesejahteraan taraf hidup. Akan tetapi kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat yang rendah, mendorong perambahan Hutan secara ilegal, Sehinga berdampak pada kerusakan hutan. Masyarakat sekitar hutan pada umunya memiliki aktivitas Tradisional sebagai Petani Ladang yang dilakukan dalam setiap Tahun, guna memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Seiring perkembangan Zaman dan pertambahan penduduk saat ini, daya saing masyarakat meningkat sedangkan ketersediaan lapangan pekerjaan sangat sulit, disisi lain sebagian Masyrakat yang berperpendidikn rendah, sehinga tidak memiliki keahlian khusus untuk bekerja di Perkotaan. Alasan inilah yang membuat sebagian Masyrakat membuka Areal baru untuk dijadikan lahan Pertanian, sehingga Perubahan tutupan lahanpun tak terelakan, akibatnya fungsi Hutan beralih Fungsi. Banyaknya Buruh tambang Emas tanpa izin (PETI), yang melakukan penamabangan secara Tradisional di kawasan Hutan, pada umumnya menebang Pohon–Pohon yang bera di sekitar Lokasi guna memudahkan kegiatan pertambangan, sehinga berdampak pada kerusakan Hutan. Maka perlu dilakukan upaya pendekatan Geografi Keruangan untuk memecahkan Konflik kepentingan Personal ini. Di sisi lain tidak dapat dipungkiri bahwa potensi Sumberdaya Alam yang terdapat dikawasan Hutan adalah Aset Daerah
yang mampu meningkatkan Taraf kesejahteraan Orang banyak. Sehinga perlunya keterlibatan Pemerintah Daerah setempat, guna mengantisipasi kepentingan Individu atau kepentingan perorangan. Agar terjadi peningkatan kesejahteraan secara merata disetiap lapisan Masyrakat. Akan tetapi sejauh ini belum diketahui seberapa besar nilai dan manfaat yang di peroleh masyarakat dari kawasan hutan tersebut. Alasan inilah yang membuat Penulis Tertarik untuk mengkaji lebih jauh kondisi masyarakat yang bermukim di kawasan hutan, mengingat keterbatasan penulis maka penelitian ini hanya mengarah dibidang Ekonomi, Sosial Budaya Masyarakat Kawasan Hutan Taman Nasioanal Bogani Nani Wartabone, di Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo. Skipsi ini juga diharapkan bisa menjadi panduan bagi Mahasiswa Jurusan Teknologi dan Ilmu Kebumian (ITK) Program Studi Pendidikan Geografi dan Masyarakat pada Umumnya sebagai bahan Referensi. Skripsi ini bertujuan untuk menggambarkan Kondisi Sosial, Ekonomi dan Budaya masyarakat yang bermukim di Kawasan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. 2. KAJIAN LITERATUR A. Pengertian Taman Nasional Menurut Riyanto (2005) dalam Subandy (2012), Taman Nasional dapat diartikan sebagai wilayah atau kawasan yang dilindungi oleh Pemerintah, baik Pemerintah Pusat maupun Daerah. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, kawasan Taman Nasional merupakan salah satu peratuaran sumber daya alam. Undang-Undang ini antara lain mengatur tentang perlindungan kawasan yaitu, kawasan Suaka Alam (KSA) yang terdiri dari Cagar Alam dan Suaka Margasatwa dan kawasan Pelestarian Alam (KPA) yang terdiri dari Taman
Nasional, Taman Wisata Alam dan Taman Hutan Raya yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, menunjang budidaya, parawisata dan rekreasi. Suatu kawasan dapat ditetapkan menjadi Taman Nasional harus memiliki kriteria sebagaimana yang diatur dalam peraturan Pemerintah No. 68 tahun 1998 tentang kawasan Suaka Alam dan kawasan Pelestarian Alam yaitu : (1) kawasan yang akan ditetapkan mempunyai luas cukup untuk menjamin kelangsungan proses ekologis secara alami. (2) memiliki sumber daya alam yang khas dan unik baik berupa jenis tumbuhan maupun satwa dan ekosistemnya serta gejala alam yang masih utuh dan alami. (3) memiliki satu atau beberapa ekosistem yang masih utuh, yaitu ekosistem yang keadaannya relatif masih asli dan memiliki unsurunsur biotik, fisik dan interaksinya masih mampu memberikan fungsi ekologis. (4) memiliki keadaan alam yang masih asli dan alami untuk dikembangkan sebagai parawisata alam. (5) merupakan kawasan yang dapat dibagi kezona pemanfaatan, zona rimba dan atau zona lain yang karena pertimbangan kepentingan rehabilitasi kawasan, tergantung penduduk sekitar kawasan dan dalam rangka mendukung upaya pelestarian sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dapat ditetapkan sebagai zona tersendiri ( zona inti, zona pemanfaatan, dan zona lainnya) Riyanto, (2005) dalam Subandy (2012). B. Sosial Budaya Masyarakat Kawasan Hutan Menurut Enda (2010) dalam Kurnianto (2012), sosial adalah cara tentang bagaimana para individu saling berhubungan. Sementara itu menurut Brigantoro, (2008), karakteristik Sosial masyarakat dapat di lihat dari beberapa indikator, yakni : Kepemilikan Lahan, Kelompok Umur, Jumlah Anggota
Keluarga, Tingkat Pendidikan, dan Pekerjaan Pokok. Dalam sistem sosial pada umumnya terdapat proses yang saling mempengaruhi. Hal ini disebabkan karena adanya saling keterkaitan antara satu unsur dengan unsur lainnya. Mengambil kutipan dari Margono, 1993 dalam (Muttaqin, 2010), sistem sosial dipengaruhi oleh ekologi; demografi; kebudayaan; kepribadian; waktu, sejarah, dan latar belakang. Ciri utama sistem sosial menerima unsur-unsur dari luar (terbuka). Namun juga menimbulkan terjalinnya ikatan antar unsur-unsur dengan unsur lainnya (internal) dan saling pertukaran antara sistem sosial itu sendiri dengan lingkungannya (eksternal). C. Ekonomi Masyarakat Kawasan Hutan Menurut Tarung Mingkeng, 2002 (dalam Masri, 2010), perbedaan tingkat ekonomi masyarakat kawasan Hutan dahulu sampai sekarang secara turuntemurun tidak mengalami perubahan yang berarti. Masyarakat pemilik lahan sebagai juragan relatif kesejahteraannya lebih baik karena menguasai sumberdaya di kawasan hutan. Kelas lainnya yang merupakan mayoritas adalah masyarakat pekerja atau menerima upah dari pemilik lahan dan kalaupun mereka mengusahakan sendiri sumberdaya di kawasan hutan, sehingga produktifitasnya tidak berkembang, kelompok inilah yang terus berhadapan dan digeluti kemiskinan yang termasuk kepada mayoritas masyarakat berpenghasilan rendah. Beberapa permasalahan pokok dalam penggunaan lahan dan lingkungan hidup di antaranya adalah adanya kontradiksi antara kebutuhan dan penawaran, peningkatan keperluan hidup yang tidak disertai perluasan kesempatan kerja, dan sebagainya. Keputusan untuk mengubah penggunaan lahan dapat memberikan keuntungan atau kerugian, baik ditinjau dari aspek ekonomis maupun lingkungan, namun membuat keputusan
tentang penggunaan lahan merupakan suatu aktivitas yang dipengaruhi oleh keadaan ekonomi (Sandy, 1980 dan Sitorus, 1998 dalam Antoko, dkk. 2008). Berdasarkan analisis kondisi saat ini, ada enam permasalahan ekonomi yang harus diselesaikan dalam pemberdayaan masyarakat sektor kehutanan, yaitu: rendahnya pendapatan, kurangnya lapangan kerja, rendahnya kesehatan, tingginya jumlah penduduk miskin, rendahnya jejaring informasi, dan terbatasnya modal ekonomi masyarakat (Hakim, dkk, 2010).
Mubyarto(1994) dalam (Muttaqin, 2010), menjelaskan berdasarkan jenisnya, sumber pendapatan dapat dibedakan menjadi dua yaitu pendapatan dari pekerjaan utama dan pendapatan pekerjaan sampingan. pendapatan dari pekerjaan utama adalah sumber penghasilan rumah tangga yang paling menunjang kehidupan rumah tangga atau yang memberikan penghasilan terbesar. Pada umumnya mata pencaharian utama memiliki alokasi waktu kerja yang terbesar jika dibandingkan dengan kegiatan lainnya. Sedangkan pendapatan dari pekerjaan sampingan didefinisikan sebagai penghasilan yang diperoleh rumah tangga dengan mengusahakan kegiatan lain di luar pekerjaan utama (Triani, 2004 dalam Muttaqin, 2010). 3. METODE PENELITIAN Penetapan Lokasi Dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian
tentang“Kajian Spasial Ekonomi, Sosial dan Budaya Masyarakat kawasan hutan TNBNWB di Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo.” ini dilakukan di beberapa kecamatan yang terletak di sekitar kawasan hutan TNBNWB, Kabupaten Bone Bolango. Tercatat 5 Kecamatan yang terletak disekitaran kawasan TNBNWB, Khususnya
berada di Zona Pemanfaatan dan Zona Rehabilitasi masing-masing : Kecamatan Pinogu, Suwawa Timur, Suwawa, Suwawa Tengah dan Kecamatan Tilongkabila. Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo yang secara Astronomi terletak antara 00° 20’ - 00° 51’ LU dan 123° 06’ - 124° 18’ BT. Penelitian dilakukan ± 4 bulan, terhitung dari bulan Mei hingga bulan September 2014. Untuk lebih jelasnya lokasi penelitian dapat dilihat pada lampiran Gambar 3.1. Populasi Dan Sampel Penelitian Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang bermukim di kawasan hutan khususnya di Zona Pemanfaatan dan Zona Rehabilitasi TNBNWB, Kabupaten Bone Bolango. masyarakat yang berprofesi sebagai petani di 5 kecamatan Lokasi penelitian sebanyak 2928 KK. Masyarakat yang bermukim di Zona Pemanfaatan dan Zona Rehabilitasi mencakup 5 Kecamatan, yakni Kecamatan Tilonglabila, Suwawa, Suwawa Tengah, Suwawa Timur dan Kecamatan Pinogu. Sampel
Mengingat banyaknya populasi yang terdapat di 5 Kecamatan, dan 33 Desa pada lokasi penelitian, maka penulis menetapkan penentuan sampel mengacu pada rumus Slovin dengan penetapan sampel 5% dari populasi yang ada, Prihandoko, Dkk, (2012). Sehingga dapat dinyatakan jumlah sampel dalam penelitian ini yakni sebanyak 146 KK.
Variabel dan Indikator Penelitian NO
Variabel Penelitin Sosial Masyarakat
1
Indikator Penelitian Kepemilikan Lahan Tingkat Pendidikan Pekerjaan Jumlah Keluarga/Kepala Kelompok Umur
Pendapatan dari Pekerjaan Utama Pendapatan dari Pekerjaan 2 Ekonomi Sampingan Masyarakat Pendapatan di Kawasan Hutan Interaksi Masyarakat di Kawasan 3 Budaya TNBNWB Masyaraat (Pencari Rotan, Pencari Recek Kayu, Pencari Dedaunan dan Penambang. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data Jenis Data
Jenis data penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data Primer yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara langsung terhadap responden sebanyak 146 KK. Sedangkan Data Sekunder adalah data yang pengumpulannya tidak diusahakan sendiri oleh peneliti, melainkan melewati satu atau lebih yang bukan dihasilkan oleh peneliti, Marzuki, (2002) dalam Zulaifah, (2006). Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini yakni : Observasi, Wawancara dan Dokumentasi.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Kondisi Spasial Sosial Budaya Masyarakat Kawasan TNBNWB Berdasarkan wawancara pada saat penyebaran kuisioner pekerjaan yang sering di lakukan oleh responden di kawasan hutan, yakni Pencari Rencek Kayu, Pencari Dedaunan, Penambang, serta Pencari Rotan. Untuk meggambarkan kondisi Sosial Budaya masyarakat kawasan Taman Nasional meliputi kepemilikan lahan, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan pokok dan jumlah anggota keluarga. Untuk lebih jelasnya Berikut komposisi kepemilikan lahan responden yang disajikan melalui tabel berikut : Tabel 4.2, Komposisi Kepemilikan Lahan Responden No
Pekerjaa n
Jumlah Respond en
1
Pencari Rotan Mencari kayu Bakar Mencari Daun
2
3 4
Penamb ang Jumlah
Luas Tana h (ha)
Luas Tanah ( )
Ratarata ( )
36
32
320000
8888,88
29
46
460000
15862,0 6
18
30,5
305000
16944,4 4
63
8
580000
9206,34
146
166,5
166500 0
11404,1 1
Sumber : Data Primer Tahun 2014
Dari Tabel 4.2 diatas, terdapat 36 Responden Pencari Rotan memiliki lahan dengan luas tanah yakni 32 ha, (21.500 . Jenis penggunaan lahan milik responden cukup beragam, luas lahan milik responden tersebut terdiri dari jenis penggunaan lahan pertanian lahan kering, lahan pemukiman, pertanian lahan kering campur semak, tanah terbuka dan penggunaan lahan lainya. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat melalui table penggunaan lahan dibawah ini: Tabel 4.3 Jenis Penggunaan Lahan Responden Jenis Penggunaan Lahan milik
Luas Lahan
Responden Pertanian Lahan Kering
597.382
Permukiman
3.759
Pertanian Lahan Kering Campur
694.095
Semak Tanah terbuka
31.538
Sumber : Data Primer Tahun 2014 Berdasarkan Tabel 4.3 diatas, maka dapat disajikan grafik presentase penggunaan lahan masyarakat di lokasi penelitian sebagai berikut : Presentase luas penggunaan lahan masyarakat Luas Lahan
Teknik Analisis Data Teknik analisis data dilakukan dengan dua cara yaitu teknik analisis kuantitatif dan deskriptif. Teknik analisis kuantitatif digunakan dalam penentuan nilai persentase jawaban angket yang telah dibuat. Teknik analisis deskriptif dilakukan melalui pendekatan keruangan (spatial approach). Analisis pola sebaran (spatial pattern analysis) berdasarkan kondisi topografi dan analisis struktur spasial (spatial structure analysis) yaitu analisis atas dasar komposisi pemanfaatan ruang kaitannya dengan Kondisi Sosial Ekonomi dan Budaya masyarakat yang bermukim di sekitaran Taman Nasional Bogani Nani Wartabone, Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo.
1000 500 0
Gambar 4.2: Grafik presentase penggunaan lahan masyarakat di 5 Kecamatan lokasi penelitian. Berdasarkan grafik diatas, maka dapat di ketahui luas lahan yang di miliki masyarakat dimanfaatkan untuk lahan pertanaian. Hal ini karena masyarakat yang bermukim di sektaran kawasan TNBNWB sebagian besar di kelilingi oleh perbukitan dan peggunungan, sehingga lebih cocok di jadikan sebagai lahan kering atau tegalan.
2. Kelompok Umur Kelompok umur masyarakat yang bermukim di sekitar kawasan hutan sangat mempengaruhi sumberdaya yang tersedia di kawasan hutan, karena semaikin tinggi kelompok umur produktif, maka semakin besar tingkat pemanfaatan sumberdaya hutan. Tabel 4.4, Komposisi Kelompok Umur Responden Umur No
Pekerjaan 16-24 th
1
Pencari rotan %
4
2
Pencari Recek Kayu %
3
Pencari Dedaunan
3340 th
4148 th
4956 th
5765 th
7
11
5 13,89
0
8
0 4
Jumla h
3
1
36
8,33
2, 7 8
24,6 6
6
7
5
3
0
29
27,59
20,69
24,14
17,24
10,34
0
19,87
5
4
3
4
0
2
18
27,78
22,22
16,67
22,22
0
6
11
11
10
8
11
%
9,52
17,46 17,46
15,87
12,69
17,46
Jumlah
14
29
27
28
17
Penambang
5 13,89
6675 th
19,4 30,55 4
% 4
2532 th
11,11
22,22
26
11,11 12,33 6
4. Pekerjaan Pokok Jenis Pekerjaan pokok penduduk (responden) yang bermukim di lokasi penelitian sekitar kawasan hutan TNBNWB, meliputi Buruh, Tani, Swasta, Pamong, PNS dan Peternak. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 4.6, Responden no
Pekerjaan g
1
146
Sumber : Data Primer Tahun 2014 Dari Tabel 4.4 diatas, menunjukan kelompok umur yang sering beraktivitas di kawasan Hutan, yakni kelompok umur 25-32 tahun sebanyak 29 responden, (19,86 %). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakuakan, dapat gambarkan bahwa, sebagian besar masyarakat yang lebih banyak berinteraksi dengan hutan yakni responden usia produktif. 3. Kelompok Pendidikan Tingkat pendidikan penduduk yang di jadikan responden di kawasan hutan TNBNWB Kabupaten Boe Bolango masi tergolong rendah. Umumnya sebagian penduduk (responden), sebagian besar hanya berpendidikan Sekolah Dasar (SD) tercatat sebanyak 79 responden dari totoal 146 sampel. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya akses pendidikan untuk dienyam responden. Untuk lebih jelasnya kelompok pendidikan responden disajikan pada tabel berikut Tingkat pendidikan penduduk (responden) yang bermukim di kawasan hutan TNBNWB. Responden yang lebih mendominasi pada tabel diatas yakni
Pokok
Pekerjaan Buruh Tani Swasta Pamon Pns Petern Jml
63
9,52 43,15 9
kelompok yang berpendidikan Sekolah Dasar (SD) Sebanyak 79 responden, (54,10%). Masyarakat berpendidikan Perguruan Tinggi dan Akademisi tidak ada yang beraktivitas di hutan. Hal ini tentunya menunjukan tingkat pendidikan masyarakat sangat berpengaruh terhadap aktivitas masyarakat di hutan.
Pencari
2
27
2.55 2
7
ak
h
0
0
0
36
75 19.4
0
0
0
12
0
0
3
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
14.28 43.15
0
0
14 146
Rotan % 2
Pencari
12
24.65 29
Kayu Bakar % 3
Pencari
6.89 3
41.37 41.37 11
2
10.34 19.89 2
18
Daun % 4
16.66
Penamba 5
61.11 11.11 28
21
11.11 12.32 9
63
ng %
7.93 12
44.44 33.33 78
42
Sumber : data Primer 2014 Dari tabel 4.6 diatas menunjukan bahwa, mata pencahrian yang paling banyak digeluti oleh responden di lokasi penelitian yakni Petani, dari hasil penelitian terdapat 78 responden, (53,41%). Pendidikan yang lebih tinggi dapat mentransfer ilmu pengetahuan, ketrampilan sehingga pola pikir masyarakatnya sedikit lebih maju dibandingkan dengan kelompok pekerja yang berpendidikan rendah. Banyaknya masyarakat yang bekerja sebagai petani berdampak pada penggunaan lahan di kawasa hutan TNBNWB.
5. Jumlah Anggota Masing-masing Keluarga Besar kecilnya sebuah anggota keluraga tentunya sangat berpengaruh terhadap peningkatan dan pengurangan pemanfaatan sumberdaya hutan. Semakin banyak anggota keluarga, tentunya semakin besar biaya konsumsi yang harus dikeluarkan oleh keluarga itu sendiri. Kondisi ini tetnunya mempengaruhi pemanfaatan lahan di kawasan hutan.
Tabel 4.7 Jumlah Anggota Tiaptiap Keluarga Responden No 1
2
3
4
Pekerjaan
1 org Pencari 0 rotan % 0 Pencari 0 Kayu 0 0 Pencari 0 Daun % 0 Penamban 2 g % 3.17 Jumlah 2 % 1.36
2 org 8
3 org 6
4 org 10
5 org 10
6 org 2
>6 org 0
Jml h 36
22.22 4
16.66 10
27.77 10
27.77 2
5.55 2
0 1
24,65 29
13.79 4
34.48 5
34.48 6
6.89 1
6.89 1
3.44 1
19.86 18
22.22 14
27.77 15
33.33 9
5.55 15
5.55 5
5.55 3
12.32 63
22.22 30 20.54
23.80 36 24.65
14.28 35 23.97
23.80 28 19.17
7.93 10 6.84
4.76 5 3.42
43.15 146 100
Sumber : Data Primer 2014 Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 4.7 diatas, rata-rata jumlah anggota keluarga sebanyak 3 orang yang lebih banyak berinteraksi dengan hutan. Hasil tersebut menunjukan 36 responden, (34,65%) yang lebih sering berinteraksi dengan hutan. Kondisi ini tentunnya dapat berdampak pada penigkatan pemanfaatan sumberdaaya hutan serta perubahan status tutupan lahan jenis hutan lahan primer ke hutan lahan sekunder. B. Kondisi Ekonomi Masyarakat Kawasan TNBNWB Untuk menggambarkan kondisi ekonomi masyarakat di lokasi penelitian, dapat dilihat pada uraian berdasarkan indikator ekonomi masyarakat meliputi pendapatan dari Pekerjaan Utama, pendapatan dari Pekerjaan Sampingan, dan pendapatan dari kawasan hutan 1. Pendapatan Responden dari Lahan Pertanian Pada umumnya sebagian besar masyarakat yang bermukim di sekitar kawasan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone, Kabupaten Bone Bolango, tinggal pada bentuk lahan pegunungan
(Mountain), berbukit, dataran rendah dan kelerengan. Kondisi fisik lahan tersebut yang menjadi faktor pendukung sebagian masyarakat lebih memilih untuk menanam tanaman pertanian. No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Komodite Tanaman Pertanaian
Jumlah Responde n
Cabe Tomat Coklat Pisang Jagung Kelapa Langsat Kemiri Jati Nantu Talas Ketela Pepaya Kopi
15 5 14 23 15 10 12 9 9 7 4 5 13 6
Jumlah
Harga (Rp./Satuan/Bulan)
10.000,- / Kg 3.000,- / Kg 13.000,- / Kg 12.000,- / Kg 13.000,- / Kg 4.000,- / Kg 4.000,- / Kg 10.000, - / Kg 4.000, - / Kg 4.000, - / Kg 4000, - / Kg 4000, - / Kg 4000, - / Kg 7000, - / Kg Rp. 106.000, -
146 (Rata-Rata KK/Th)
/
Rp./
Rp. 69.863,014, -
Tabel 4.8 diatas menunjukan pendaapatan responden dari lahan Tegalan dan Pekarangan masyarakat kawasan hutan. Data pendapatan masyarakat tersebut umumnya terbagi atas 14 jenis komoditi tanaman Pertanian. Data tersebut merupakan data yang berasal dari hasil wawancara terhadap 146 responden. Dengan demikian rata-rata pendapatan masingmasing responden/Kepala Keluarga/tahun = x 100 = Rp.69.863,014 = Rp.69.863,Pendapatan Sektor Peternakan
Berdasarkan data Statistik yang dirilis oleh BPS Kabupaten Bone Bolango, jumlah kepemilkan hewan ternak masyarakat di lokasi penelitian seperti ayam sebanyak 2.363.813 ekor, dan Sapi Sebanyak 24.150 ekor. Akan tetapi data yang di peroleh dari responden di lokasi penelitian tidak seperti yang di rilis oleh instansi terkait, hal ini karena keterbatasan wilayah penelitian dan penduduk yang di jadikan responden ada yang tidak memelihara kedua hewan ternak tersebut. Tabel 4.12 Pendapatan Responden dari Sektor Peternakan No 1 2
Jenis Ternak Ayam Sapi Jumlah
Pendapatan Responden (Rp./Th) 275 x Rp.50.000 = Rp.13.750.000,89 x Rp.7.000.000 = Rp.623.000.000,= Rp.636.750.000
Rata-rata (Rp./KK/Th)
= Rp.55.369.565 Sumber : Data Primer Tahun 2014
Dari Tabel 4.12 di atas, pendapatan responden dari sektor ternak, adalah total pendapatan dibagi jumlah responden pemilik ternak : x 100 = Rp.55.369.565 ,2. Pendapatan dari Pekerjaan Sampingan Pendapatan responden dari Pekerjaan Sampingan meliputi penambang, buruh, tukang, pengemudi, pedagang, dan wirausaha. Dari 6 sektor pendapatan responden ini sebelumnya dihimpun dari 146 responden, yang bermukim di kawasan Hutan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone, Kabupaten Bone Bolango. Hasil penelitian yang dilakuakan terkait pendapatan dari pekerjaan lain dapat di lihat pada tabel berikut:
4.13 Distribusi Jenis Pekerja dari Pekerjaan Sampingan di Lokasi Penelitian No
Pekerjaan
Tilongkabila
Suwawa
Sampingan 1 2 3 4 5 6 7
Penambang Buruh Tukang Pengemudi Pedagang Wirausaha
1 3 2 4 4 12 16
33 3 4 4 12 3 59
Suwawa
uwawa
Tengah
Timur
20 8 0 3 5 4 40
7 6 3 2 2 3 23
Pinogu
2 1 1 2 2 0 8
Sumber : Data Primer Tahun 2014 Berdasarkan tabel 4.13 diatas, maka dapat disimpulkan bahwa, distribusi jenis pekerjaan masyarakat di lokasi penelitian kawasan hutan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone, Kabupaten Bone Bolango didominasi oleh kelompok pekerja sebagai penambang dengan jumlah 64 responden, Dengan demikian dapat dipastikan jumlah penduduk (responden) yang bermukim di kawasan TNBNWB terbanyak yakni pekerja sebagai Penambang.
Tabel 4.14, Pendapatan Responden dari Pekerjaan Sampingan No Pendapatan Pekerjaan Sampingan 1 2 3 4 5 6
Penambang Buruh Tukang Pengemudi Pedagang Wirausaha Total
Jumlah Responden 64 21 10 15 24 13 146
Pendapatan Rata-rata responden (Rp./Kapita/Th) 153.600.000,88.200.000 60.000.000 108.000.000 216.000.000 78.000.000 703.800.000
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2014
Tabel 4.14 di atas menunjukan pendapatan dari Pekerjaan Sampingan masyarakat terbesar terdapat pada jenis pendapatan reponden sebagai Pedagang yakni sebanyak 24 responden dengan pendapatan 216.000.000 rupiah pertahun. Berikutnya pendapatan dari sektor Penambang sebanyak 153.600.000 rupiah pertahun, pengemudi 15 responden dengan pendapatan 108.000.000 rupiah per tahun, Buruh 21 responden dengan pendapatan 88.200.000 rupiah per tahun, Wirausaha 13 responden dengan pendapatan 78.000.000 rupiah per tahun, Tukang 10 responden dengan pendapatan 60.000.000 rupiah per tahun. Dengan demikian dapat disimpulkan pendapatan responden terbesar berasal dari pendapatan penduduk (responden) dari pedagang. 3. Pendapatan dari Kawasan TNBNWB Jenis pekerjaan responden di kawasan TNBNWB yang meliputi 4 pekerjaan pokok yakni, pencari rotan, pencari dedaunan, pencari kayu bakar dan penambang. Dari ke empat jenis pendapatan responden dari kawasan hutan tersebut, lebih di dominasi oleh jenis pendapatan sebagai penambang sejumlah 63 penduduk (responden) dengan pendapatan 604.800.000 rupiah per tahun. Sebagian Besar Kecamatan Suwawa memiliki bentuk lahan dataran rendah, selain itu kecamatan tersebut merupakan salah satu kecamatan yang memiliki jumlah penduduk cukup banyak di kabupaten Bone Bolango. Banyaknya jumlah penduduk di suatu daerah kawasan hutan tentunya
berpengaruh terhadap sumberdaya hutan yang tersedia. C. Pembahasan 1. Kondisi Spasial Sosial Budaya Masyarakat Kawasan TNBNWB Kondisi Sosial Budaya masyarakat yang bermukim di Kawasan Hutan TNBNWB dapat digambarkan melalui Kepemilikan Lahan, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan pokok dan jumlah anggota keluarga. Berdasarkan Tabel 4.2 yang disajikan diatas, terdapat 4 jenis pekerjaan yang digeluti responden, dapat disimpulkan bahwa masyarakat yang dijadikan responden memiliki lahan terbesar yakni masyarakat yang berprofesi sebagai Penambang, dengan luas 580000 Jenis penggunaan lahan milik responden cukup beragam, luas lahan milik responden tersebut terdiri dari jenis penggunaan lahan pertanian lahan kering, lahan pemukiman, pertanian lahan kering campur semak, tanah terbuka dan penggunaan lahan lainya. Jenis penggunaan lahan pertanian di lokasi penelitian terbesar terdapat di Kecamatan Suwawa Timur dan Kecamatan Pinogu. Hal ini karena masyarakat yang bermukim di sektaran kawasan TNBNWB sebagian besar di kelilingi oleh perbukitan dan peggunungan, sehingga lebih cocok di jadikan sebagai lahan kering atau tegalan. Usia masyarakaat yang memanfaatkan sumberdaya hutan dari 5 Kecamatan yang menjadi objek penelitian, sebagaian besar berada pada usia produktif. Untuk 5 Kecamatan ini sendiri, usia responden berdasarkan data hasil wawancara, yang paling dominan dan paling banyak berinteraksi dengan huatn yakni reponden yang berusia antara 25-32 tahun, dengan jumlah 29 reponden. Tingkat pendidikan yang rendah, tentunya menyebabkan pemanfaatan sumberdaya hutan takkan terkendali. Selain itu, tingkat pendidikan yang rendah juga bisa berdampak negatif terhadap kelestarian sumberdaya hutan.
Terbatasnya teknologi dan ketrampilan yang dimiliki masyarakat pada umumnya menyebabkan rendahnya kemampuan untuk menghasilkan produk baru/produk olahan yang mempunyai nilai ekonomi yang lebih tinggi. Berdasarkan Tabel 4.4 menunjukan tingkat pendidikan reponden banyak yang tergolong rendah. Hal ini terlihat dari sebagaian besar masyarakatnya hanya menempuh jenjang pendidiakn tingkat SD, bahkan terdapat pula masyarakat yang tidak tamat SD yakni sekitar 11 orang. Disamping itu pula pola fikir masyarakat yang belum mementingkan pendidikan dan biaya pendidikan yang menjadi faktor penghambat. jumlah anggota keluarga sebanyak 3 orang yang lebih mendominasi dalam penelitian ini, tercatat 24,6%. Rata-rata responden mengaku mempunyai jumlah anggota keluarga lebih dari satu, hal ini tentunya seakan memberikan peluang untuk masyarakat lebih banyak berinteraksi dengan hutan. Karena lebih banyak anggota keluarga, maka permintaan kebutuhan makin besar. Kondisi ini tentunya berdampak pada suberdaya hutan yang tersedia untuk di Eksploitasi. 2. Kondisi Spasial Ekonomi Masyarakat Kawasan Hutan TNBNWB Interaksi masyarakat dengan hutan sudah berlangsung sejak lama, hal ini sesuai dengan pernyataan masyarakat yang bermukim di kawasan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone Kabupaten Bone Bolango. Untuk
mengukur tingkat ekonomi masyarakat di kawasan TNBNWB dilihat dari beberapa indikator, seperti pendapatan yang dihasilakan dari lahan tegalan dan pekarangan, pendapatan di sektor pekerjaan lain dan pendapatan yang berasal dari kawsan hutan. Pendapatan yang berasal dari lahan tegalan dan pekarangan yang dimaksudkan disini
adalah, pendapatan reponden dari lahan milik sendiri atau yang bukan milik negara, dalam artian lahan tanggungan responden. Terdapat 23 Penduduk (reponden) yang banyak bertani pisang. Hal ini di sebakan oleh tanaman pisang mudah di cari, dan cara menanamnya tergolong mudah. Kondisi fisik wilayah penelitian sebagian besar merupakan dataran rendah, dan sebagiannya lagi berbukit, sehingga lebih cocok untuk ditanami tanaman musiman dan tanaman Tahunan. Selanjutnya pendapatan dari Pekerjaan Utama kategori pertanian yakni coklat dengan jumlah 19 (13,9%) responden, hal ini karena kondisi fisik wilayah memiliki topografi yang beraragam, sehingga lahan lebih cocok ditanami tanaman musiman. Berdasarkan hasil penggolahan data yang dilakuakn, maka setiap anggoata keluarga rata-rata dapat menghasilakan pendapatan sebesar Rp.69.900/tahun. Akan tetapi kegiatan ekonomi masyarakat tersebut membawa dampak negatif bagi sumberdaya hutan. Hal ini karena banyaknya masyarakat yang membuka lahan baru untuk di jadikan lahan pertanian. Tercatat penggunaan lahan pertanian kering di 5 kecamatan dengan luas masing-masing kecamatan sebesar, Pinogu 152.421 ha, Suwawa Timur 421.291 ha Suwawa Tengah 14.819 ha, Suwawa 0.089 ha, dan Tilongkabila 8.762 ha. Jika dilihat dari sektor peternakan, para responden hanya memelihara dua jenis hewan ternak, yakni Ayam dan Sapi. Dari 5 kecamatan lokasi penelitian, Penduduk (responden) sebanyak 53 KK yang memelihara ayam sebanyak 275 ekor dan sedangkan jenis ternak Sapi sebanyak 89 ekor yang dipelihara oleh 62 Penduduk (responden). Sementara itu pendapatan responden dari Pekerjaan Sampingan meliputi penambang, buruh, tukang, pengemudi, pedagang, dan wirausaha. Dari 6 sektor
pendapatan responden, meliputi Kecamatan Tilongkabila, Kecamatan Suwawa, Kecamatan Suwawa Tengah, Kecamatan Pinogu dan Kecamatan Suwawa Timur. distribusi jenis pekerjaan masyarakat di lokasi penelitian kawasan hutan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone, Kabupaten Bone Bolango didominasi oleh kelompok pekerja sebagai penambang dengan jumlah 64 responden. 3. Pendapatan Masyarakat dari Kawasan TNBNWB 1. Pencari Rotan Dari hasil wawancara yang dilakuakan, jumlah responden yang berinteraksi dengan hutan khususnya Pencari Rotan terdapat 36 reponden. Tabel 4.15 diatas, menunjukan bahwa yang paling dominan yakni masyarakat yang berasal dari kecamatan Suwawa. Gambar Pemanfaatan Rotan di Kawasan Hutan
Sumber : Foto observasi & Studi lapangan, 2014 Hasil analisis menunjukan jumlah reponden masyarakat yang berprofesi sebagai Pencari rotan terbanyak terdapat di kecamatan Suwawa sebanyak 14 responden dengan pendapatan per tahun mecapai 194.400.000 rupiah per tahun. Hal ini disebabkan oleh Kecamatan tersebut memiliki jumlah penduduk yang cukup banyak, sehingga menimbulkan kecilnya peluang lapangan kerja bagi umur produktif. Gambar Pemanfaatan Dedaunan di Kawasan Hutan
Sumber : Foto observasi & Studi
lapangan, 2014 Dari tabel 4.15 sebelumnya menunjukan jumlah pencari dedaunan di 5 Kecamatan lokasi penelitian, khususnya masyarakat yang bermukim di kawasan TNBNWB kabupaten Bone Bolango. Jumlah Pencari Dedauan di Kawasan Hutan sebanyak 29 Penduduk (responden), yang setiap tahunya mampu menghasilkan 87.000.000 rupiah. 13 responden yang bermukim di Kecamatan Suwawa mengaku memiliki pekerjaan tersebut. Di 5 kecamatan jumlah tersebut cukup banyak, hal ini karena para reponden mengaku bahwa pekerjaan tersebut merupakan pekerjaan turun temurun dari nenek moyang sebelumnya. 2. Pencari Recek Kayu Selain dedaunan, kayu bakar juga di jadikan masyarakat sebagai salah satu sektor pendapatan dari kawasan hutan. Masyarakat yang bermukim di sekitar Kawasan TNBNWB terhitung masih banyak yang memanfatkan kayu bakar untuk keperluan memasak sehari-hari. Proses pengambilan kayu bakar di kawasan hutan di lakukan dengan menebang pohon kayu, dengan menggunakan alat tradisional maupun alat penebang kayu moderen. Gambar Bekas Penebangan Kayu Masyarakat Sekitar Hutan
Sumber : Foto observasi & Studi lapangan, 2014 Para responden mengaku, biasanya mereka mengambil kayu dengan jumlah yang cukup banyak disaat musim kemarau, untuk keperluan di musim penghujan nantinya. Selebihnya kayukayu tersebut di jual dengan harga pengambilan pasar lokal. Pada tabel 4.15 diatas menampilkan pendapatan responden per tahun. Setiap tahunya pendapatan masyarakat pencari recek kayu ini sekitar Rp.64.800.000. Akan tetapi penghasilan masyarakat sebagai pencari Recek Kayu ini tergolong kecil, hal ini di sebabkan oleh pendidikan para responden yang tergolong rendah, karena kurangnya ketrampilan responden dalam menggolah hasil Alam yang ada sehingga terindikasi terjadinya illegal loging. 3. Penambang Dari hasil penelitian yang dilakukan di 5 kecamatan lokasi penelitian, masyarakat yang mengaku berprofesi sebagai penambang merupakan jumlah responden yang paling banyak di temui saat penyebaran kuisioner. Gambar Akses Jalan Menuju Lokasi Pertambangan
Sumber : Foto observasi & Studi lapangan, 2014
Penggolahan tambang secara tradisonal ini tentunya banyak menimbulkan dampak negatif baik sosial maupun lingkungan. Meski demikian, masyarakat yang berstatus sebagai penambang ini mengaku cukup terbantu. Tabel 4.15 diatas, menunjukan jumlah penambang beserta pendapatan per tahun pekerja yang cukup banyak terdapat pada responden yang bekerja sebaagai penambang. Dari 63 responden ini dapat menghasilkan pendapatan 604.800.000 rupiah /tahun, jika di analisis maka setiap keluarga atau setiap responden rata-rata mampu menghasilkan 9.600.000 Rupiah/tahun. Jumlah ini tentunya angka yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan beberapa pendapatan responden dari kawasan hutan lainya. D. PENUTUP 1. Kesimpulan Berdasarkan hasil peneltian maka dapat disimpulkan bahwa sebagian Penduduk (responden) di Kawasan TNBNWB Kabupaten Bone Bolango Mempunyai karakteristik Sosial budaya dan Ekonomi seperti Tingkat Kepemilikan Lahan Penduduk (responden) terdapat 26,65% Responden Pencari Rotan memiliki lahan 32 ha, (21.500 . Kelompok umur yang sering beraktivitas di kawasan Hutan, yakni Kelompok umur 25-32 tahun sebanyak 19,86 %, Tingkat Pendidikan masyarakat kawasan hutan 54,11% masi berpenidikan SD, Jenis Pekerjaan pokok penduduk (responden) yang bermukim di lokasi penelitian sekitar kawasan hutan TNBNWB, meliputi Tani 53,41%. Sementara itu jika dilihat dari Kondisi Ekonomi Penduduk (responden), terdapat 14 jenis sumber penghasilan dari nilai jual komoditi pertanian, Jika dirata-ratakan pendapatan masing-masing responden, maka setiap KK mampu menghasilakan pendapatan Rp.69.863/tahun. Pendapatan reponden dari Pekerjaan Sampingan yakni Pedagang sebanyak 16.43% responden dengan pendapatan
216.000.000 rupiah per tahun. 4 jenis pendapatan responden dari Kawasan Hutan, lebih di dominasi oleh jenis pendapatan sebagai penambang, sedikitnya 43.15% penduduk (responden) dengan pendapatan 604.800.000 rupiah per tahun, 2. Saran Demi untuk menjaga kelestaraian kawasan hutan yang di lindungi oleh Daerah, maka masyarakat yang bermukim di sekitar untuk lebih mementingkan pendidikan, karena pendidikan masyarakat berpengaruh pada penggolahan sumberdaya hutan, maupun penggunaan lahan di sekitar hutan. Sosialisasi tentang dampak penggunaan lahan perlu di ditanamkan kepada masyarakat, sehingga tidak akan menimbulkan penggelolaan lahan yang akan merugikan lingkungan. Daftar Pustaka Brigantoro BA, Nurrochmat DR. 2008. Pemanfaatan Sumberdaya Hutan oleh Masyarakat di KPH Banyuwangi Utara. Jurnal Manajemen Hutan Tropika. Masri, 2010. Identifikasi Karakteristik Sosial, Ekonomi Dan Budayamasyarakat Nelayan Sungai Limau Di Kabupaten Padang Pariaman Dalam Penyediaan Perumahan Pemukiman. Program Pasca Sarjana Magister Teknik Pembangunan Wilayah dan Kota Universitas Diponigoro Semarang. Muttaqin, 2010. “Bagaimana Seharusnya Pembuat Kebijakan Merespon Keragaman Nilai dan Kepentingan Terhadap Hutan Presfektif Indonesia” e-jurnal Internasional. How Should Policy Makers Respond to the Diversity. Rahmawaty, 2004. Fungsi Hutan Dan Perananya Bagi Masyarakat.
Jurnal Universitas Sumatera Utara. Republik Indonesia, 2012. Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2012 Tentang Penggunaan Kawasan Hutan. Subandy, Erwin. 2012. “Hubungan Antara Ketinggian dan Kelerengan Terhadap Suhu Permukaan Menggunakan Sistem Informasi Geografi Di Taman Nasional Bogani Nani Wartabone ”Skripsi, Program Study Geografi, Jurusan Fisika, Fakultas MIPA Universitas Negeri Gorontalo. Wirakusuma, S. 2003. Mendambakan Kelestarian Sumberdaya Hutan Bagi Sebesar-besar Kemakmuran Rakyat. Jakarta, Universitas Indonesia. Zulaifah. 2006. Pemanfaatan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat Untuk Pengembangan Kawasan Hutan Regaloh di Kabupaten Patih Jawa Tengah. Universitas Diponogoro.