7
BAB
II
KAJIAN PUSTAKA
A. Aktivitas Belajar Aktivitas mengikuti proses pembelajaran meliputi mendengarkan keterangan guru, berpikir , berpendapat, berbuat, bertanya, dan berbagai aktifitas baik fisik maupun mental agar dapat memperoleh hasil belajar secara maksimal (Sumiati dan Asra, 2008: 224). Pengertian aktifitas belajar yang dikemukan Juliantara (2010: 1) yaitu : Aktivitas belajar adalah seluruh aktivitas siswa dalam proses belajar, mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis. Kegiatan fisik berupa keterampilan-keterampilan dasar sedangkan kegiatan psikis berupa keterampilan terintegrasi. Keterampilan dasar yaitu mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, menyimpulkan dan mengkomunikasikan. Sedangkan keterampilan terintegrasi terdiri dari mengidentifikasi variabel, membuat tabulasi data, menyajikan data dalam bentuk grafik, menggambarkan hubungan antar variabel, mengumpulkan dan mengolah data, menganalisis penelitian, menyusun hipotesis, mendefinisikan variabel secara operasional, merancang penelitian dan melaksanakan eksperimen. Senada dengan hal di atas, Gie (Junaidi, 2010: 1) mengatakan bahwa: Keberhasilan siswa dalam belajar tergantung pada aktivitas yang dilakukannya selama proses pembelajaran. Aktivitas belajar adalah segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas secara sadar yang dilakukan seseorang yang mengakibatkan perubahan dalam dirinya, berupa perubahan pengetahuan atau kemahiran yang sifatnya tergantung pada sedikit banyaknya perubahan.
Untuk menumbuhkan aktivitas siswa dalam belajar perlu diperhatikan unsur-unsur yang dapat menunjang teciptanya proses kegiatan yang diharapkan. Sudjana (Juliantara, 2010) mengemukakan bahwa ‘Kegiatan belajar/ aktivitas belajar sebagi proses terdiri atas enam unsur yaitu tujuan belajar, peserta didik
7
8
yang termotivasi, tingkat kesulitan belajar, stimulus dari lingkungan, pesrta didik yang memahami situasi, dan pola respons peserta didik’. Dalam pembelajaran perlu diperhatikan bagaimana keterlibatan siswa dalam pengorganisasian pengetahuan, apakah mereka aktif atau pasif. Banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa selama mengikuti pembelajaran. Berkenaan dengan hal tersebut, Paul B. Dierich (Sardiman, 2008: 101) menggolongkan aktivitas siswa dalam pembelajaran antara lain sebagai berikut : 1. Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi dan percobaan,. 2. Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, dan memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi. 3. Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato. 4. Writing activities, seperti: menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin. 5. Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, diagram. 6. Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak. 7. Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan. 8. Emotional activities, seperti misalnya: menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, dan gugup.
9
Dalam penelitian ini aktivitas belajar yang akan ditingkatkan meliputi aktivitas visual, aktivitas oral dan aktivitas menulis, dengan rubrik sebagai berikut :
Tabel 2.1. Bentuk dan Indikator Aktivitas Belajar yang akan ditingkatkan No
1
2
3
Jenis Aktivitas
visual activities
writing activities
oaral activities
Bentuk aktivitas
Indikator Kemunculan Aktivitas Belajar
• Menyimak penjelasan guru yang dilengkapi tayangan pada slide • Menyimak demonstrasi
Siswa melakukan salah satu atau lebih aktivitas berupa : • Memperhatikan/ melihat guru ketika sedang menjelaskan • Memperhatikan/ melihat tayangan pada slide • Memperhatikaan/ melihat peragaan demonstrasi
• Mengerjakan tugas LKS • Mengerjakan soal dalam game turnamen
•
• menjawab pertanyaan • Mengemukakan pendapat • Bertanya • mempresentasikan tugas • Diskusi
Siswa melakukan salah satu atau lebih aktivitas berupa : • Menjawab pertanyaan guru atau teman • Mengemukaan pendapat seputar hal yang dibahas • Menanyakan hal yang belum dipahami seputar hal yang dibahas • Membacakan hasil kesimpulan tugas kelompok • Melakukan diskusi dalam kelompok
•
Siswa melengkapi jawaban semua perintah dan pertanyaan pada LKS baik hasil pemikiran sendiri maupun hasil kesimpulan diskusi Siswa mengerjakan/ melengkapi jawaban soal game turnamen pada lembar jawaban yang disediakan
10
Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa Aktivitas Belajar Siswa adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan siswa dalam mengikuti pembelajaran sehingga menimbulkan perubahan perilaku belajar pada diri siswa, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu atau dari tidak mampu melakukan kegiatan menjadi mampu melakukan kegiatan. Namun dalam penelitian ini aktivitas belajar siswa yang diamati disesuaikan dengan sintak pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament, yaitu: Pada tahap 1, aktivitas yang diamati: 1.1. Menyimak penjelasan guru mengenai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, prosedur kegiatan, tugas/LKS yang harus dikerjakan dan materi yang disampaikan. 1.2. Mengajukan tanggapan/pertanyaan tentang hal belum dipahami dari semua yang telah disamapaikan/ kegiatan yang akan dilakukan. 1.3. Menyimak demonstrasi yang dilakukan guru. 1.4. Menjawab pertanyaan/ memberi tanggapan terhadap pertanyaan guru/ siswa seputar hal yang didemonstrasikan. Pada tahap 2, aktivitas yang diamati: 2.1. Menyimak penjelasan guru mengenai pembagian kelompok. 2.2. Mengerjakan tugas LKS. 2.3. Melakukan percobaan berdasarkan prosedur. 2.4. Melakukan diskusi. Pada tahap 3, aktivitas yang diamati: 3.1. Mempresentasikan hasil kerja kelompok berdasarkan undian.
11
3.2. Memberikan tanggapan hasil presentasi kelompok. 3.3..Menyimak
penguatan
materi/
penjelasan
dari
guru
terhadap
yang
dipresentasikan. 3.4..Melakukan game turnamen akademik dengan serius. Pada tahap 4, aktivitas yang diamati: 4.1. Menyimak pemberian penghargaan. 4.2. Menyimak pengumuman hasil bumping.
B. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivisme. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Meskipun ciri khas pembelajaran kooperatif adalah terbentuknya kelompok belajar, namun tidak semua belajar kelompok dapat disebut sebagai pembelajaran kooperatif. Pada Pembelajaran Kooperatif ada unsur-unsur yang harus dipenuhi. Hal ini seperti dikemukakan oleh Johnson (Junaidi, 2011) :
12
Tidak semua kerja kelompok bisa dianggap Cooperative Learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur pembelajaran kooperatif harus diterapkan, yaitu : (1) saling ketergantungan positif, (2) tanggung jawab perseorangan, (3) tatap muka, (4) komunikasi antar anggota, dan (5) evaluasi proses kelompok
1. Saling ketergantungan positif Keberhasilan anggotanya.
kelompok
sangat
bergantung
pada
usaha
setiap
Kegagalan satu anggota kelompok saja berarti kegagalan
kelompok. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, guru perlu menyusun tugas sede-mikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri. Penilaian yang dilakukan adalah penilaian individu dan penilaian kelompok. Dengan demikian setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan sumbangan nilai pada kelompoknya. 2. Tanggung jawab perseorangan Jika
tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model
pembelajaran kooperatif, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik, sehingga masing–masing anggota kelompok akan melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok da-pat dilaksanakan. 3. Tatap muka Setiap anggota kelompok diberikan kesempatan bertemu muka dan berdis-kusi.
Kegiatan
interaksi
menguntungkan semua anggota.
ini
akan
membentuk
sinergi
yang
Inti dari sinergi ini adalah menghargai
perbedaan, meman-faatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing–masing.
13
4. Komunikasi antar anggota Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggota-nya untuk mengutarakan pendapat mereka. Disinilah peranan guru untuk memotivasi siswanya agar berani mengutarakan pendapatnya. Proses ini merupakan proses yang sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa. 5. Evaluasi proses kelompok Evaluasi proses kelompok bertujuan untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja mereka agar selanjutnya dapat bekerja sama dengan lebih baik.
C. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournament) Model pembelajaran kooperatif mempunyai banyak sekali variasi. Salah satu di antaranya adalah model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament). TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok–kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan berbeda dalam TGT siswa memainkan permainan-permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing. Permainan dapat disusun guru dalam bentuk kuis berupa pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran. Permainan dalam TGT dapat berupa pertanyaan-pertanyaan yang ditulis pada kartu-kartu yang diberi angka ataupun pada Lembaran Kerja
14
Siswa. Tiap siswa, misalnya, akan mengambil sebuah kartu yang diberi angka tadi dan berusaha untuk menjawab pertanyaan yang sesuai dengan angka tersebut. Turnamen harus memungkinkan semua siswa dari semua tingkat kemampuan (kepandaian) untuk menyumbangkan poin bagi kelompoknya. Prinsipnya, soal sulit untuk anak pintar, dan soal yang lebih mudah untuk anak yang kurang pintar. Hal ini dimaksudkan agar semua anak mempunyai kemungkinan memberi skor bagi kelompoknya. Permainan yang dikemas dalam bentuk turnamen ini dapat berperan sebagai penilaian alternatif atau dapat pula sebagai reviu materi pembelajaran. Menurut Slavin pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari 5 langkah tahapan yaitu: tahap penyajian kelas (class precentation), belajar dalam kelompok (team styudy), permainan (games), pertandingan (tournament), dan perhargaan kelompok (team recognition). Berdasarkan apa yang diungkapkan oleh Slavin, maka model pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki ciri–ciri sebagai berikut: a). Siswa Bekerja Dalam Kelompok–Kelompok Kecil (team study) Siswa
ditempatkan
dalam
kelompok–kelompok
belajar
yang
beranggotakan 5 sampai 6 orang yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, dan suku atau ras yang berbeda. Dengan adanya heterogenitas anggota kelompok, diharapkan dapat memotifasi siswa untuk saling membantu antar siswa yang berkemampuan lebih dengan siswa yang berkemampuan kurang dalam menguasai materi pelajaran. Hal ini akan menyebabkan tumbuhnya rasa kesadaran pada diri siswa bahwa belajar secara kooperatif sangat menyenangkan.
15
b). Permainan (game tournament) Dalam permainan ini setiap siswa yang bersaing merupakan wakil dari kelompoknya. Siswa yang mewakili kelompoknya, masing–masing ditempatkan dalam meja–meja turnamen. Tiap meja turnamen ditempati 5 sampai 6 orang peserta, dan diusahakan agar tidak ada peserta yang berasal dari kelompok yang sama. Dalam setiap meja turnamen diusahakan setiap peserta homogen. Permainan ini diawali dengan memberitahukan aturan permainan. Setelah itu permainan dimulai dengan membagikan kartu–kartu soal untuk bermain (kartu soal dan kunci ditaruh terbalik di atas meja sehingga soal dan kunci tidak terbaca). Permainan pada tiap meja turnamen dilakukan dengan aturan sebagai berikut. Pertama, setiap pemain dalam tiap meja menentukan dulu pembaca soal dan pemain yang pertama dengan cara undian. Kemudian pemain yang menang undian mengambil kartu undian yang berisi nomor soal dan diberikan kepada pembaca soal. Pembaca soal akan membacakan soal sesuai dengan nomor undian yang diambil oleh pemain. Selanjutnya soal dikerjakan secara mandiri oleh pemain dan penantang sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dalam soal. Setelah waktu untuk mengerjakan soal selesai, maka pemain akan membacakan hasil pekerjaannya yang akan ditangapi oleh penantang searah jarum jam. Setelah itu pembaca soal akan membuka kunci jawaban dan skor hanya diberikan kepada pemain yang menjawab benar atau penantang yang pertama kali memberikan jawabannbenar. Jika semua pemain menjawab salah maka kartu dibiarkan saja. Permainan dilanjutkan pada kartu soal berikutnya sampai semua kartu soal habis dibacakan,
16
dimana posisi pemain diputar searah jarum jam agar setiap peserta dalam satu meja turnamen dapat berperan sebagai pembaca soal, pemain, dan penantang. Disini permainan dapat dilakukan berkali–kali dengan syarat bahwa setiap peserta harus mempunyai kesempatan yang sama sebagai pemain, penantang, dan pembacaasoal. Dalam permainan ini pembaca soal hanya bertugas untuk membaca soal dan membuka kunci jawaban, tidak boleh ikut menjawab atau memberikan jawaban pada peserta lain. Setelah semua kartu selesai terjawab, setiap pemain dalam satu meja menghitung jumlah kartu yang diperoleh dan menentukan berapa poin yang diperoleh berdasarkan tabel yang telah disediakan. Selanjutnya setiap pemain kembali kepada kelompok asalnya dan melaporkan poin yang diperoleh berdasarkan tabel yang telah disediakan. Selanjutnya setiap pemain kembali kepada kelompok asalnya dan melaporkan poin yang diperoleh kepada ketua kelompok. Ketua kelompok memasukkan poin yang diperoleh anggota kelompoknya pada tabel yang telah disediakan, kemudian menentukan kriteria penghargaan yang diterima oleh kelompoknya. c). Penghargaan Kelompok (team recognition) Langkah pertama sebelum memberikan penghargaan kelompok adalah menghitung rerata skor kelompok. Untuk memilih rerata skor kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan skor yang diperoleh oleh masing–masing anggota kelompok dibagi dengan banyaknya anggota kelompok. Pemberian penghargaan didasarkan atas rata–rata poin yang didapat oleh kelompok tersebut.
17
Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT ada beberapa tahapan yang perlu ditempuh, yaitu : (1) Mengajar (teach) Mempersentasekan atau menyajikan materi, menyampaikan tujuan, tugas, atau kegiatan yang harus dilakukan siswa, dan memberikan motivasi. (2) Belajar Kelompok (team study) Siswa bekerja dalam kelompok yang terdiri atas 5 sampai 6 orang dengan kemampuan akademik, jenis kelamin, dan ras / suku yang berbeda. Setelah guru menginformasikan materi, dan tujuan pembelajaran, kelompok berdiskusi dengen menggunakan LKS. Dalam kelompok terjadi diskusi untuk memecahkan masalah bersama, saling memberikan jawaban dan mengoreksi jika ada anggota kelompok yang salah dalam menjawab. (3) Permainan (game tournament) Permainan diikuti oleh anggota kelompok dari masing–masing kelompok yang berbeda. Tujuan dari permainan ini adalah untuk mengetahui apakah semua anggota kelompok telah menguasai materi, dimana pertanyaan-pertanyaan yang diberikan berhubungan dengan materi yang telah didiskusikan dalam kegiatan kelompok. (4) Penghargaan kelompok (team recognition) Pemberian penghargaan (rewards) berdasarkan pada rerata poin yang diperoleh oleh kelompok dari permainan. Lembar penghargaan dicetak dalam kertas HVS, dimana penghargaan ini akan diberikan kepada tim yang memenuhi kategori rerata poin sebagai berikut.
18
Tabel 2.2. Kriteria Penghargaan Kelompok
Kriteria ( Rerata Kelompok )
Predikat
30 sampai 39
Tim Kurang baik
40 sampai44
Tim Baik
45 sampai 49
Tik Baik Sekali
50 ke atas
Tim Istimewa Slavin (Yasa, 2011 )
D. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran TGT Menurut Azizah (Ericka, 2010) bahwa: “model pembelajaran kooperatif TGT (Teams Game Tournaments) mampu menjadikan siswa belajar lebih aktif dan siswa memperoleh prestasi yang lebih dibanding pembelajaran metode yang lain”. Slavin (Mahmudin, 2009): menuliskan beberapa laporan hasil riset tentang pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap pencapaian belajar siswa yang secara inplisit mengemukakan keunggulan dan kelemahan pembelajaran TGT, sebagai berikut: •
Para siswa di dalam kelas-kelas yang menggunakan TGT memperoleh teman yang secara signifikan lebih banyak dari kelompok rasial mereka dari pada siswa yang ada dalam kelas tradisional.
•
Meningkatkan perasaan/persepsi siswa bahwa hasil yang mereka peroleh tergantung dari kinerja dan bukannya pada keberuntungan.
19
•
TGT meningkatkan harga diri sosial pada siswa tetapi tidak untuk rasa harga diri akademik mereka.
•
TGT meningkatkan kekooperatifan terhadap yang lain (kerja sama verbal dan nonberbal, kompetisi yang lebih sedikit)
•
Keterlibatan siswa lebih tinggi dalam belajar bersama, tetapi menggunakan waktu yang lebih banyak.
•
TGT meningkatkan kehadiran siswa di sekolah pada remaja-remaja dengan gangguan emosional, lebih sedikit yang menerima skors atau perlakuan lain.
E. Penelitian yang Relevan Kusmiati (2010) melakukan penelitian tentang upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Fisika siswa kelas IX D SMPN 1 Parongpong melalui model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament. Hasil penelitiannya mengenai meningkatkan aktivitas siswa, yang dilakukan sebanyak dua siklus dapat meningkatkan rata-rata aktivitas siswa sampai 79,09% berkategori baik, dari keadaan awal rata-rata aktivitas siswa 26,31%. Dari penelitian ini artinya bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament dapat digunakan untuk mengatasi masalah kurangnya aktivitas siswa dalam belajar.