KAJIAN PRAGMATIK TRADISI PANATI DALAM PERKAWINAN MASYARAKAT BIMA DI DESA RATO KECAMATAN BOLO
JURNAL SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah
OLEH SYAHRIR RAMADHAN E1C112121
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA DAN DAERAH JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MATARAM 2016
KAJIAN PRAGMATIK TRADISI PANATI DALAM PERKAWINAN MASYARAKAT BIMA DI DESA RATO KECAMATAN BOLO Syahrir Ramadhan, Sapiin, Syahbuddin
PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA DAN DAERAH FKIP UNIVERSITAS MATARAM
e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini berfokus pada kajian pragmatik tradisi panati dalam perkawinan masyarakat Bima di desa Rato Kecamatan Bolo. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai pragmatic tradisi panati dalam perkawinan masyarakat Bima di desa Rato Kecamatan Bolo. Penelitian ini bersifat kualitatif deskripsi yang artinya data yang dikumpulkan berupa kata-kata. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu (1) metode observasi, (2) metode wawancara, (3) metode dokumentasi, (4) metode rekaman, (5) metode transkripsi dan (6) metode catat. Berdasarkan analisis data, didapatkan kesimpulan bahwa struktur patu dalam tradisi panati terdiri dari beberapa bait, yang masing-masing bait terdiri dari 4 hingga 5 baris, jumlah kata pada setiap barisnya 4-8 kata, namun jjumlah kata yang paling dominan yaitu 5-6 kata. Pemiihan diksi pada patu dalam tradisi panati sangat diperhatikan sehingga mampu menciptakan rima yang menarik untuk didengar.Rima patu pada tradisi panati terletak pada kata terahir baris, namun ada juga yang berada saling berdampingan, patu pada tradisi panati tidak mengenal sampiran. Nilai pragmatik pada tradisi panati meliputi nilai sosial kekeluargaan, pendidikan moral dan keagamaan.
Kata kunci : struktur, pragmatik, tradisi panati.
STUDY PRAGMATIC PANATI TRADITION IN MARRIAGE IN THE VILLAGE COMMUNITY BIMA BOLO RATO DISTRICT Syahrir Ramadhan, Sapiin, Syahbuddin
PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA DAN DAERAH FKIP UNIVERSITAS MATARAM
e-mail:
[email protected]
ABSTRACT This research focuses on the study of pragmatic tradition in marriage panati Bima community in the village Rato Bolo subdistrict. The purpose of this study was to determine the pragmatic tradition in marriage panati Bima community in the village Rato Bolo subdistrict. This study is a qualitative description of the meaning of data collected in the form of words. Data collection methods used were (1) the method of observation, (2) interview, (3) the method of documentation, (4) a method of recording, (5) the method of transcription and (6) the method noted. Based on data analysis, it was concluded that the structure of the shoe in the tradition panati consists of several stanzas, each stanza consists of 4 to 5 lines, number of words on each line to 4-8 words, but said most dominant of 5-6 words , coise diction on shoes in the tradition panati are concerned so as to create a rhyme interesting to listen.Rima patu on panati tradition lies in the word in the last line, but some are located side by side, in the tradition panati patu not know. Pragmatic value on tradition panati include social values of family, moral and religious education.
Keywords: structure , pragmatic, panati tradition.
sudah saling mencintai dan telah ada
A. PENDAHULUAN Folklor merupakan sebagian kebudayaan,
kesepakatan
untuk
melaksanakan
yang penyebarannya
perkawinan, atau orang tua kedua
pada umumnya melalui tutur kata
belah pihak memang merencanakan
atau lisan, itulah sebabnya ada yang
untuk menikahkan anaknya.
menyebutnya sebagai tradisi lisan.
Panati dilakukan oleh sebuah
Dalam folklor lisan inilah yang
delegasi yang terdiri atas beberapa
merupakan
untuk
keluarga terdekat. Yang memimpin
dan
delegasi dalam tradisi panati adalah
perasaan masyarakat suatu bangsa,
ompu panati, seorang ahli dan
secara lisan dengan ungkapan yang
professional di bidang lamar –
mengandung
Di
melamar gadis. Ompu panati adalah
samping itu folklor juga berfungsi
perantara dan juga juru bicara dari
sebagai isyarat penerima pranata-
wakil pihak sampela mone, sampai
pranata social masyarakat sebagai
proses
media pendidikan, sebagai sarana
perkawinan.
sarana
mengkomunikasikan
pikiran
nilai
tertentu.
persuasive
masyarakat.
merupakan
salah
Folklor
satu
aspek
penyelesaian
Di
zaman
upacara
moderenisasi
seperti sekarang ini, sikap dan
kebudayaan yang perlu dipelihara
kepedulian
dan dikembangkan agar nilai-nilai
kebudayaan lama, khususnya tradisi
luhur yang terkandung di dalamnya
panati sangat kurang. Sehingga tidak
dapat
bagi
menutup
dan
bentuk kebudayaan lama seperti
dijadikan
masyarakat
pegangan
pemiliknya
masyarakat
terhadap
kemungkinan
masyarakat pada umumnya, salah
tradisi
satu
dan
terabaikan dan hilang begitu saja.
berkembang di Bima khususnya di
Oleh karena itu, penelitian sastra
desa Rato adalah panati.
lisan
folklor
yang
Panati dilakukan
oleh
hidup
atau pihak
panati
suatu
bentuk-
khususnya
saat
tradisi
akan
panati
melamar
merupakan inventarisasi kebudayaan
keluarga
yang sangat penting,
agar sastra
sampela mone melalui juru lamar
lisan khususnya tradisi panati tetap
atau
hidup dan berkaembang di tengah-
dinamakan
ompu
panati.
Bilamana antara gadis dan pemuda
tengah masyarakat.
Melihat
banyaknya nilai
alamiah (Moleong, 2008:6). Adapun
guna atau manfaat dalam tradisi
alasan
panati
oleh
penelitian kualitatif karena masalah
masyarakat desa Rato, maka tradisi
di atas lebih relefan diungkapkan
panati sangat sesuai untuk dikaji dari
dengan data yang terurai dalam
aspek pragmatik, karena penelitian
bentuk kata-kata dan perilaku yang
folklor
diamati.
yang
digunakan
apapun
bentuknya
harus
sampai pada aspek guna yang disebut pragmatik (Endraswara,2008: 88). Melihat pelaksanan
menggunakan
2. Data dan Sumber Data Data dalam penelitian ini adalah
pentingnya
tradisi
peneliti
nilai pragmatik tradisi panati dalam
panati
dalam
perkawinan masyarakat Bima di
perkawinan
pada
Desa Rato Kecamatan Bolo. Sumber
masyarakat Bima di desa Rato, maka
data dalam penelitian ini adalah
diangkat judul : “Kajian Pragmatik
masyarakat di Desa Rato, yaitu
Tradisi Panati Dalam Perkawinan
rakyat
yang
cukup
baik
Masyarakat Bima Di Desa Rato
pengetahuannya
tentang
tradisi
Kecamatan Bolo”
panati.
pelaksanaan
B. METODE PENELITIAN
3. Metode Pengumpulan Data
1. Jenis Penelitian
Menurut Musawar,
Jenis
penelitian
ini
dkk.,(2012:22), metode
menggunakan penelitian kualitatif
pengumpulan data adalah cara yang
dengan metode deskriptif. Penelitian
digunakan untuk mengumpulkan
kualitatif merupakan penelitian yang
data dalam penelitian. Untuk
bermaksud
memperoleh data-data dan informasi
untuk
memahami
fenomena tentang apa yang dialami
yang relevan dengan masalah yang
oleh subyek penelitian, misalnya
diteliti, maka peneliti mernggunakan
perilaku, persepsi, motivasi, tindakan
metode pengumpumpulan data
dan lain-lain secara holistic dan cara
sebagai berikut.
deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus
yang
memanfaatkan
alamiah berbagai
dan metode
4. Metode Observasi Sutopo (2002:64) menjelaskan “Observasi menggali
digunakan data
yang
untuk berupa
peristiwa, tempat atau lokasi, dan
Penggunaan metode dokumentasi ini
benda
gambar-
ditujukan untuk melengkapi dan
menurut
memperkuat
data
Sugiyono (2007: 145) mengatakan
wawancara,
sehingga
bahwa “Observasi adalah cara-cara
dapat diperoleh data yang lengkap,
menganalisis
menyeluruh dan memuaskan
serta
gambar”.
Sedangkan
pencatatan mengenai
rekaman
dan
mengadakan
secara tingkah
sistematis laku
dari
hasil
diharapkan
7. Metode Rekaman
dengan
Dalam penelitian ini metode
melihat atau mengamati individu
rekaman digunakan dengan cara
secara langsung”.
merekam data yaitu trdisi panati yang disampaikan langsung oleh
5. Metode Wawancara Metode wawancara digunakan
narasumber
untuk mendapatkan informasi dan
Selanjutnya
penjelasan yang lebih jelas
direkam
dari
atau data
informan. yang
kemudian
sudah
akan
akan
narasumber atau informan tentang
ditranskripsikan dan diterjemahkan
tradisi panati dan ditanyakan secara
dari
langsung untuk mendapatkan data
Indonesia.
tentang tradisi tersebut.
8. Metode Transkripsi
Bima
ke
bahasa
Dalam Kamus Besar Bahasa
6. Metode Dokumentasi Metode
bahasa
dokumentasi
adalah
Indonesia Terpadu (2003: 541),
suatu alat pengumpul data yang
istilah transkripsi adalah penyalinan
diartikan sebagai salah satu teknik
teks dengah mengubah ejaannya
pengumpulan
kedalam
data
dengan
cara
ejaan
lain
untuk
meneliti dan mencatat benda-benda
menunjukan lafal bunyiunsur bahasa
tertulis, gambar-gambar dan lain-
yang
lain
dengan
Endraswara (2008: 96), metode
metode
transkripsi adalah langkah untuk
dokumentasi adalah suatu cara yang
mengubah data lisan ke tulisan. Data
dilakukan
lisa
objek
yang
berhubungan
penelitian.
untuk
Jadi
mengumpulkan
bersangkutan.
bisa
Menurut
berupa
rekaman,
data dengan cara mencatat data atau
pertunjukan dan prenampilan lisan.
catatan dari berbagai sumber yang
Data lisan itu belum dapat diolah
terkait
sebelum
dengan
penelitian.
ditranskrip
ke
bentuk
tulisan. Metode transkripsi adalah mengubah ucapan yang ada dalam
C. PEMBAHASAN a. Nilai Pragmatik Tradisi Panati
rekaman menjadi tulisan (Arikunto, Pada
1993: 233).
tahapan
panati
yang
pertama yaitu thapan hengga lawa,
9. Metode Catat
tahapan hengga lawa inilah terjadi
Metode catat adalah proses mencatat data yang diperoleh dari
patu
narasumber untuk dijadikan bahan
memasuki
analisis.
perempuan
Dalam penelitian ini
sebelum
pihak
pekarangan yang
akan
laki-laki rumah dilamar,
metode catat digunakan dengan cara
pihak laki-laki memberikan patu
mencatat hal-hal penting
kepada pihak perempuan dan pihak
yaitu
perempuan membalas patu tersebut.
tradisi panati yang disampaikan langsung
oleh
narasumber
atau
Rentaku syuku di ndaina ruma
informan. Radanda rawa’a di ncai mataroa
10. Metode Analisis Data
ro longa Dalam penelitian ini metode Ntika rongga di hidi mandiha ro
yang digunakan untuk menganilisis data
adalah
kualitatif,
metode
yaitu
deskriptif
metode
nggari
yang
Dihina ade makasana iu
digunakan untuk menggambarkan suatu
masalah
dengan
kata-kata
tanpa menggunakan angka seperti dalam
penelitian
kuantitatif
Syukur kepada tuhan
dan Yang telah membimbing ke jalan
berusaha menganilaisis data secara sistematis serta dipisahkan menurut kategori
untuk
yang benar
memperoleh
kesimpulan (Arikunto, 1980: 207).
Sehingga sampai di tempat yang ramai
Sementara Mahsun (2005: 253), Menghibur hati menyenangkan
mengemukakan analisis data adalah upaya
yang
mengklarifikasi, data.
dilakukan
untuk
mengelompokan
rasa
Dari patu di atas mengandung
dilindungi oleh Allah SWT. Jadi nilai
nilai keagamaan yaitu dimana ompu
pragmatik yang terkandung dari patu
panati mengutarakan “rentaku syuku
diatas adalah nilai kekeluargaan karna
di ndaina ruma” ucapan syukur
pihak
kepada Tuhan yang melimpahkan
kedatangan pihak keluarga laki-laki
segala rahmat-Nya. Kebanggaan dan
dengan
kegembiraan pada keluarga patut
menawan.
disyukuri, sebab itu rahmat dari Tuhan. Kiri maita weki matupa ra ambi Wa’ata weki mandiha ro ndano makanggari weki Kantika nggahi kataho ta ruku
perempuan
kata-kata
yang
menyambut
sopan
dan
Kapahusi ne’e aina mbali mbua Kapahupu nggahi ra renta labo rawi dikandadi Rawi ratoho pabua dimai tuha Ake ra mufaka mujukara weki
kasimpa siri wa’una kasi ade Memenuhi
keinginan jangan
ragu-ragu Ucapkan sesuatu yang sesuai Selamat datang hadirin yang terhormat Datang
dengan kenyataan Niat yang baik harus diwujudkan
meramaikan
dengan
suasana kekeluargaan
Inilah hasil dari musyawarah bersama
Kata nan indah dengan santun Semoga mendapat kasih sayang
Makna patu di atas bahwa dalam
Dari makna patu diatas bahwa
mewujudkan keinginan jangan ragu-
diawali dengan kata kiri mai ta weki
ragu, ucapkan sesuatu yang sesuai
matupa ra ambi (selamat datang hadirin
dengan
yang terhormat) semoga kedatangan
pragmatik yang terkandung dari patu
hadirin membawa berkah dan selalu
diatas adalah nilai moral. Karena
kenyataan.
Jadi
nilai
secara tidak langsung patu
diatas
memberikan pesan moral kepada pembaca atau pendengar. Lembo ade ita doho sa’udu Lembo ade mena ita doho siwe mone
Silahkan kepada semua pihak laki-laki Bapak/ibu sudah sampai pada tempat yang sederhana Inilah jiwa dan raga yang akan melindungi
Dodoku hengga lawa mada lu’u di lewi
Sebagai
tanda
hati
untuk
mempersatukan keluarga
Ake nggaro ake isi na manggari Mohon maaf
untuk semua
hadirin
Patu di atas mengandung nilai sosial yaitu nilai kekeluargaan, karena sebelum
memasuki
pekarangan
rumah perempuan, pihak laki-laki
Mohon maaf untuk hadirin laki-
meminta izin terlebih dahulu kepada
laki dan perempuan
pihak perempuan untuk memasuki
Mohon
bukakan pintu untuk
masuk di rumah ini
rumah pihak perempuan tersebut, lu’u di lewi (masuk di rumah). Kemudian
Rumah yang sangat indah
pihak
perempuan
menerima dengan segala kebesaran hati atas kedatangan keluarga dari pihak laki-laki.
Santabe
mena ku ita doho ta
mone Tawa’ura rongga di hidi ma da tantu Ake ancu di mapohu, ake wangga di iwa Tanda ade na ma na’e ba kacampo nu’u
Nggahi ratoho pabua di mai tuha Siaku pana dana, kalana na liro angi makente Nteko na ncai ncangga na laluru Maja mapoda
labo
dahu
di
nggahi
Ucapan dan keinginan harus diwujudkan
Mohon maaf jangan salah sangka (tafsir)
Tak peduli panasnya matahari, kencangnya angin
Jangan
Semua yang diucapkan harus dibuktikan
diucapkan
Dihadapan orang yang banyak
Dari makna patu di atas bahwa mewujudkan sebuah keinginan tidaklah mudah, cobaan demi cobaan harus dihadapi dengan penuh kesabaran. Jadi dari patu diatas terkandung nilai moral yaitu maja labo dahu di nggahi mapoda(malu dan takut akan janji yang diucapkan) mengucapkan sebuah janji adalah hal yang tidak mudah, karna jika kita tidak menepati janji yang kita ucapkan kita yang akan merasakan malu sebab kita sudah mengingkari janji kita sendiri.
Dari makna patu di atas yaitu jangan mengucapkan sesuatu yang tidak
pasti
diucapkan
karna atau
semua
yang
dijjanjikan
harus
ditepati dan dibuktikan dihadapan orang yang kita janjikan. Jadi nilai pragmatik yang terkandung dari patu diatas adalah nilai pendidikan moral, karena samena nara pehe katada weapu pahuna(semua yang diucapkan atau dijanjikan harus dibuktikan atau ditepati). Nggara na podasi kasi kaimu ade
Mboto kangampu aina ncara kampa
Kasabuapu nggahi ndinga rawi Aina nggahi dima hanta toho Samenana ra pehe katada wea pu
pahu na Di eda ncore ba weki mariu ra rimpa
sesuatu
yang tidak pasti
Jalan yang berliku dan bercabang Malu dan takut akan janji yang
mengucapkan
pahu Dodoku ncai mara kempa kapu Dilampa kai basamena na weki Di kapahu kai ne’e ma ili sanggili
Kalau benar anda peduli Satukan
D. PENUTUP
ucapan
beserta
perbuatan
a. Kesimpulan Besradasarka hasil analisis yang dilakukan terhadap tradisi panati
Mohon
bukakan
pintu
yang
tertutup rapat
dalam perkawinan masyarakat Bima di desa Rato Kecamatan Bolo, dapat
Sebagai jalan untuk kita lewati
diambil kesimpulan sebagai berikut. 1. Struktur
bersama
dalam Untuk menyampaikan keinginan yang akan diwujudkan
patu
yang
tradisi
terdapat
panati
dalam
perkawinan masyarakat bima di desa rato kecamatan bolo terdiri dari
1
bait
setiap
masing-masing
tuturnya,
baitnya
terdiri
Dari makna patu di atas bahwa
dari 4-5 baris, jumlah kata pada
besar keinginan keluarga laki-laki
setiap barisnya terdiri dari 4-8
untuk
anaknya
kata, namun jumlah kata yang
pihak
paling dominan yaitu 5-6 kata.
perempuan untuk menambah garis
Dari data yang dianalisis yaitu
keturunan
tali
tentang panati, tidak ada satupun
silaturahmi Dodoku ncai mara kempa
data yang menunjukan adanya
kapu Dilampa kai basamena na weki
sampiran,
(Mohon bukakan pintu yang tertutup
bahwa patu dalam tradisi panati
rapat sebagai jalan untuk kita lewati
dalam perkawinan masyarakat
bersama) bukan berarti mohon untuk
Bima tidak mengenal sampiran.
bukakan pintu tetapi mohon untuk
Pemilihan diksi pada patu dalam
terimalah
agar
tradisi panati sangat diperhatikan
menambah garis keturunan diantara
sehingga mampu menciptakan
kedua keluarga dan mempererat tali
rima
silaturahmi. Jadi nilai
didengar.
mempersatukan
dengan
keluarga
dan
dari
mempererat
lamaran
kami
pragmatik
ini
yang
menunjjukan
menarik
Rima
patu
untuk dalam
yang terkandung dari patu diatas
tradisi panati terletak pada kata
adalah nilai kekeluargaan.
terakhir baris, namun ada juga
yang
berada
saling
berdampingan.
maka sebaiknya para sastrawan termasuk guru sastra bersama
2. Nilai pragmatik tradisi panati
pemerintah terus berusaha untuk
dalam perkawinan masyarakat
melestarikan sastra lisan jenis
bima di desa rato kecamatan bolo
patu.
meliputi
nilai
sosial
2. Pemerintah dalam hal ini Diknas
kekeluargaan yaitu suatu nilai
Tingkat Provinsi dan Kabupaten
yang
menyusun
mempersatukan
anggota
buku-buku
kelurga dalam satu budaya dan
daerah
juga merupakan satu pedoman
untuk disebarluaskan ke seluruh
bagi perkembangan norma dan
Lembaga
peraturan yang terdapat dalam
mulai Tingkat SD sampai ke
keluarga, pendidikan moral yaitu
Perguruan Tinggi.
suatu
nilai
membimbing
termasuk
buku
sastra
Pendidikan
budaya-budaya
patu
Formal
yang
dimana
Diharapkan
manusia
supaya
tersebar di nusantara khususnya di Rato
Kecamatan
yang
memilki kepribadian yang baik
Desa
dan nilai keagamaan yaitu suatu
Kabupaten Bima yang berupa panati
nilai yang mengajarkan supaya
tidak hilang begitu saja sehingga
kita tidak lupa akan agama dan
dapat bermanfaat bagi generasi –
kepercayaan kita masing-masing.
generasi yang akan datang sebagai
b. Saran
contoh
1. Mengingat nilai yang terkandung
pencerminan dari nilai-nilai dalam
dalam
tradisi
berguna bagi
panati
sangat
pendidikan moral
terutama bagi generasi muda
panati
prilaku
guna
yang
Bolo
merupakan
mendukung
pembangunan bangsa dan Negara tercinta
DAFTAR PUSTAKA
Abdulsyani. 2002. Sosiologi Skematika, Teori, dan Terapan. Jakarta : PT. Bumi Aksara. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. Balai Pustaka, 1958. Pantun Melayu. Jakarta. Balai Pustaka. Danandjaja, James. 2002. Folklor Indonesia (ilmu Gosip, Donggeng dll). Jakarta. Pustaka Utama graffiti. Dundes, Alam. 1965. Pembelajaran Tentang Folklor. Jakarta. Graffiti Pers. Endraswara, Suwandi. 2008. Meodologi Penelitian Folklor, Konsep, Teori dan Metode. Yogyakarta:Medpress. H. B. Sutopo. 2002. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Surakarta : UNS Press. Mahsun. 2012. Metode Penelitian Bahasa. Depok : Raja Grafindo Persada. Malik, Abduh ddk. 2009. Pengembangan Kepribadian Pendidikan Agama Islam. Jakarta : Departemen Agama. Moleong, Lexy J. 2008. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya. Mulyana, Rohmat. 2004. Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung : Alfabeta. Ratna, Nyoman Kutha. 2010. Teori, Metode, dan Tekhnik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sumantri dan Sauri. 2006. Konsep Dasar Pendidikan Nilai. Bandung : Pribumi Mekar. Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung : ALFABETA.