Jurnal Khasanah Ilmu - Volume 7 No.2 – 2016 – khasanah.bsi.ac.id
Kajian Pengembangan Dermaga Di Pulau Untung Jawa, Kepulauan Seribu Yustisia Kristiana Sekolah Tinggi Pariwisata Pelita Harapan E-mail :
[email protected] Abstract – Untung Jawa Island is located in the Thousand Islands is an area that requires the jetty for the local community and tourists to reach the islands. The visit of tourists to the coastal areas and islands will increase the value of the social, economic, and cultural communities. One jetty on the Untung Jawa Island in damaged condition. Development planning is needed to support economic activity in Untung Jawa Island. Jetty improvement should be observe to all aspects so as to support the appeal of the tourist attractions in the region. The purpose of the study is to provide a comprehensive understanding of the principles and rules in planning the jetty. This study uses a descriptive study to help researchers in assessing various aspects in the development of the jetty. The results of this research is produce some guidance for stakeholders on planning and coordinating the construction of the jetty in Untung Jawa Island. Keywords: accessibility, jetty, Untung Jawa Island Abstrak - Pulau Untung Jawa yang berada di Kepulauan Seribu merupakan kawasan perairan yang memerlukan keberadaan dermaga baik bagi masyarakat maupun wisatawan untuk menjangkau pulaupulau. Kunjungan wisatawan ke wilayah pesisir dan pulau-pulau akan meningkatkan nilai sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat. Salah satu dermaga yang berada di Pulau Untung Jawa dalam kondisi rusak. Perencanaan pembangunan sangat diperlukan untuk mendukung kegiatan perekonomian di Pulau Untung Jawa. Perbaikan dermaga hendaknya dapat memperhatikan segala aspek sehingga mampu mendukung daya tarik wisata yang ditawarkan di kawasan tersebut. Tujuan dari penyusunan kajian pengembangan dermaga di Pulau Untung Jawa adalah untuk memberikan pemahaman secara komprehensif mengenai prinsip dan kaidah dalam perencanaan dermaga. Penelitian ini menggunakan studi deskriptif untuk membantu peneliti dalam mengkaji berbagai aspek dalam pengembangan dermaga. Hasil dari penelitian ini adalah terciptanya panduan bagi para pemangku kepentingan dalam merencanakan dan berkoordinasi dalam pembangunan dermaga di Pulau Untung Jawa. Kata kunci : aksesibilitas, dermaga, pulau untung jawa, 1.1. Pendahuluan Pulau Untung Jawa yang terletak di Kepulauan Seribu memiliki luas 40,10 Ha dan berpenduduk 1.888 jiwa. Pemerintah dan masyarakat berupaya untuk meningkatkan pembangunan dan taraf kehidupan masyarakat. Sejak tahun 2002 Pulau Untung Jawa dicanangkan sebagai Desa Wisata Nelayan. Menurut UU No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, wilayah pesisir adalah daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut. Wilayah pesisir memerlukan pengelolaan yang berkelanjutan untuk meningkatkan nilai sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat melalui peran serta masyarakat dalam memanfaatkan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil. Pulau Untung Jawa bukan hanya memiliki daya tarik wisata alam tetapi juga budaya. Kekayaan alam dan budaya yang terdapat di Pulau Untung Jawa menjadi daya tarik wisata yang mampu menarik minat wisatawan. Aksesibilitas sebagai salah satu elemen penting ISSN : 2087 – 0086
dalam destinasi pariwisata, perlu mendapat perhatian khusus untuk meningkatkan kualitas destinasi pariwisata yang berdaya saing baik nasional maupun internasional. Pembangunan sarana prasarana pariwisata dilakukan untuk mempermudah wisatawan mencapai destinasi pariwisata dan selama melakukan aktivitas wisata. Pembangunan sarana prasarana pariwisata yang terkait dengan aksesibilitas meliputi: a. Pembuatan jalur pejalan kaki/jalan setapak dan pedestrian di kawasan pariwisata. b. Pembuatan rambu-rambu petunjuk arah. c. Pembangunan jembatan dan broadwalk di kawasan pariwisata. d. Pembangunan dermaga/jetty di kawasan pariwisata. Mengingat karakteristik pulau-pulau kecil yang sangat khas, mulai dari keterbatasan daya dukung dan jenis kegiatan wisata yang dapat dikembangkan di pulau-pulau kecil, maka penyediaan sarana dan prasarana pendukung kepariwisataan pun perlu direncanakan secara cermat sesuai dengan potensi dan daya dukung 30
Jurnal Khasanah Ilmu - Volume 7 No.2 – 2016 – khasanah.bsi.ac.id masing-masing pulau. Pulau Untung Jawa sebagai kawasan perairan, sangat memerlukan keberadaan dermaga yang dapat digunakan bagi masyarakat dan wisatawan untuk menjangkau pulau-pulau. Kunjungan wisatawan ke wilayah pesisir dan pulau-pulau akan meningkatkan nilai sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat. Salah satu dermaga di Pulau Untung Jawa, yaitu dermaga timur kondisinya sangat memprihatinkan. Untuk membangun dermaga di kawasan pariwisata hendaknya dapat memperhatikan segala aspek sehingga mampu mendukung daya tarik wisata yang ditawarkan di kawasan tersebut. Berdasarkan uraian di atas, maka disusunlah kajian tentang pembangunan dermaga di Pulau Untung Jawa. 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Destinasi Pariwisata Elemen dasar dari destinasi pariwisata adalah (WTO, 2007): a. Atraksi Atraksi merupakan motivasi awal wisatawan untuk berkunjung ke destinasi pariwisata. Atraksi dapat dikategorikan menjadi alam, budaya dan buatan manusia. b. Fasilitas dan layanan Fasilitas dan layanan sangat dibutuhkan bagi wisatawan selama berada jauh dari tempat tinggalnya. Ini meliputi akomodasi, restoran, pemandu wisata, fasilitas rekreasi, pusat informasi, pusat perbelanjaan dan masih banyak lagi. c. Aksesibilitas Aksesibilitas meliputi kemudahan untuk mencapai destinasi pariwisata, baik melalui darat, laut maupun udara dan selama berada di destinasi. d. Citra Citra dari destinasi pariwisata meliputi keunikan, keindahan alam, kualitas lingkungan, keamanan, kualitas layanan dan keramahan masyarakat. Citra adalah penting untuk dapat menarik wisatawan datang ke destinasi pariwisata. e. Harga Harga juga merupakan aspek dipertimbangkan dalam persaingan dengan destinasi pariwisata lainnya. Hal ini dikarenakan keputusan wisatawan untuk datang ke destinasi seringkali dipengaruhi oleh faktor harga. f. Sumber daya manusia Pariwisata merupakan industri yang bersifat people-oriented sehingga penting untuk memperhatikan kualitas sumber daya manusia. Sumber daya manusia bukan saja yang bekerja di industri pariwisata tetapi ISSN : 2087 – 0086
juga masyarakat yang berada di destinasi pariwisata. Sumber daya manusia yang terlatih dan teredukasi, akan memberikan pengalaman yang baik bagi wisatawan. 2.1.2.
Perencanaan Pariwisata Dalam pengembangan pariwisata dibutuhkan perencanaan yang baik untuk dapat memberikan manfaat yang maksimal. Menurut Inskeep (1991) dalam perencanaan pariwisata dapat menggunakan pendekatan sebagai berikut: a. Pendekatan yang berkesinambungan, incremental, dan fleksibel Perencanaan pariwisata dipandang sebagai suatu proses yang berlangsung terusmenerus dengan dimungkinkan melakukan penyesuaian-penyesuaian yang diperlukan berdasarkan hasil monitoring dan umpan balik (feedback) dalam kerangka pemeliharaan tujuan dasar dan kebijakan pengembangan pariwisata. b. Pendekatan sistem Pariwisata dipandang sebagai suatu sistem yang saling terkait dan harus direncanakan menggunakan teknik analisis sistem. c. Pendekatan komprehensif Berkaitan dengan pendekatan sistem, seluruh aspek pengembangan pariwisata, termasuk unsur-unsur institusional, implikasi sosio-ekonomi dan lingkungan dianalisis dan direncanakan secara komprehensif. Pendekatan ini disebut juga sebagai pendekatan holistik. d. Pendekatan yang terintegrasi Berkaitan dengan pendekatan sistem dan komprehensif, pariwisata direncanakan dan dikembangkan sebagai suatu sistem terintegrasi, baik antar unsur di dalam sistem itu sendiri maupun dengan rencana dan pola-pola pembangunan secara keseluruhan. e. Pendekatan pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan Pariwisata direncanakan, dikembangkan, dan dikelola sedemikian rupa sehingga sumber daya alam (natural resources) dan budaya tidak habis atau menurun, tetapi terpelihara sebagai sumber daya yang hidup terus menjadi dasar permanen untuk penggunaan terus-menerus di masa depan. Analisis daya dukung (carrying capacity analysis) merupakan suatu teknik yang penting digunakan dalam pendekatan pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan ini. f. Pendekatan komunitas Terdapat keterkaitan maksimum komunitas lokal dalam perencanaan dan pengambilan 31
Jurnal Khasanah Ilmu - Volume 7 No.2 – 2016 – khasanah.bsi.ac.id keputusan kepariwisataan dan, lebih jauh lagi, terdapat partisipasi maksimum komunitas dalam pengembangan dan manajemen pariwisata, serta keuntungankeuntungan sosio-ekonominya. g. Pendekatan implementable Kebijakan, rencana dan rekomendasi pengembangan pariwisata diformulasikan menjadi realistik dan dapat diimplementasikan. Formulasi kebijakan dan rencana itu menggunakan teknik-teknik implementasi, yang mencakup strategi atau program aksi dan pengembangan. h. Aplikasi proses perencanaan sistematik Proses perencanaan sistematik diterapkan dalam perencanaan pariwisata berdasarkan pada urutan logik aktivitas-aktivitas. Pendekatan tersebut di atas diaplikasikan secara konseptual pada semua tingkat dan jenis perencanaan pariwisata. Tetapi bentuk spesifik aplikasinya, tentu saja, bervariasi tergantung pada jenis perencanaan yang diambil. Perencanaan pariwisata dipersiapkan pada berbagai tingkatan. Setiap tingkatan memfokuskan diri pada derajat kekhususan yang berbeda. Perencanaan tersebut hendaknya dipersiapkan dalam urutan dari yang umum ke yang spesifik, sebab tingkatan yang umum memberikan kerangka dan arahan untuk mempersiapkan rencana-rencana spesifik. Urutan tingkatan itu dimulai dari tingkat perencanaan internasional, perencanaan nasional, perencanaan regional, perencanaan subregional, perencanaan daerah wisata, perencanaan fasilitas pariwisata, dan desain fasilitas pariwisata.
Manfaat dermaga di kawasan pariwisata yaitu: a. Menyediakan sarana dan prasarana pariwisata. b. Meningkatkan kunjungan wisatawan ke kawasan pariwisata. c. Meningkatkan kegiatan ekonomi di kawasan pariwisata. Pola penempatan untuk setiap tipe dermaga adalah sebagai berikut: a. Wharf Dermaga yang letaknya di garis pantai serta sejajar dengan pantai. Wharf adalah bangunan dermaga yang menempel jadi satu dengan pantai dan umumnya menjadi satu dengan daratan, tanpa dihubungkan dengan suatu bangunan (jembatan). Jenis ini biasanya dipilih bila dasar pantai agak curam atau kedalaman air yang dalam, tidak terlalu jauh dari garis pantai. Wharf juga dapat berfungsi sebagai penahan tanah yang ada di belakangnya. b. Pier Dermaga jenis ini adalah dermaga yang berada pada garis pantai dan posisinya tegak lurus dengan garis pantai (berbentuk jari). Pier dapat digunakan pada satu sisi atau dua sisinya sehingga dapat digunakan untuk merapat lebih banyak kapal. c. Jetty Dermaga yang menjorok ke laut sehingga sisi depannya berada pada kedalaman yang cukup untuk merapat kapal. Sisi muka jetty biasanya sejajar dengan pantai dan dihubungkan dengan daratan oleh jembatan yang membentuk sudut tegak lurus dengan jetty.
2.1.3.
3.1. Metode Penelitian Studi deskriptif (descriptive study) merupakan penelitian terhadap fenomena atau populasi tertentu yang diperoleh peneliti berupa: individu, organisasi, industri atau perspektif lain, dengan tujuan menjelaskan aspek-aspek yang relevan dengan fenomena yang diteliti. Studi ini membantu peneliti menjelaskan karakteristik subyek yang diteliti, mengkaji berbagai aspek dalam fenomena tertentu dan menghasilkan ide masalah untuk pengujian atau penelitian lanjutan, disebut juga analisis diagnosis yang datanya dapat berupa kuantitatif maupun kualitatif (Sekaran dan Bougie (2013). Jenis data yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Menurut Sekaran dan Bougie (2013) data primer adalah data yang dikumpulkan melalui kuesioner ataupun wawancara untuk mencari solusi dari masalah penelitian yang ditemukan. Data primer diperoleh melalui observasi dan wawancara. Data sekunder adalah informasi yang
Dermaga Dermaga adalah bangunan pelabuhan yang digunakan untuk merapatnya kapal dan menambatkannya pada waktu kegiatan bongkar muat barang dan orang (Triatmodjo, 2010). Fungsi dermaga di kawasan pariwisata antara lain: a. Menaikturunkan penumpang baik itu wisatawan maupun masyarakat dengan lancar. b. Mengangkut dan membongkar kargo yang berkaitan dengan barang kebutuhan wisatawan dan masyarakat secara aman dan lancar. c. Menghubungkan angkutan dari dan ke darat maupun sebaliknya untuk mempermudah aktivitas wisatawan dan masyarakat. d. Merapat, menambatkan dan melepaskan kapal yang membawa wisatawan dan masyarakat. e. Fasilitas yang berhubungan dengan lalu lintas darat. ISSN : 2087 – 0086
32
Jurnal Khasanah Ilmu - Volume 7 No.2 – 2016 – khasanah.bsi.ac.id didapatkan dari sumber yang telah ada seperti data perusahaan, data yang diperoleh dari pemerintah, dan industri yang disediakan oleh media, website, internet, buku-buku dan lainnya (Sekaran dan Bougie, 2013). Data sekunder diperoleh melalui studi literatur (buku, jurnal, karya ilmiah dan dokumen terkait) serta data yang berasal dari instansi. 4.1. Hasil dan Pembahasan Pulau Untung Jawa merupakan salah satu dari pulau yang berpenduduk yang berada di gugusan Kepulauan Seribu, DKI Jakarta.
menjadi tempat sandar kapal ukuran besar, karena dermaga ini memiliki air yang cukup dalam. Terakhir adalah dermaga timur. Dermaga timur ini hanya digunakan pada saat musim barat, karena posisinya yang terletak di bagian timur pulau maka dermaga ini terlindung dari angin barat yang kencang. Kondisi dermaga timur sudah rusak parah karena beban pemanfaatan dan usia bangunan yang sudah tua. Dermaga sisi timur Pulau Untung Jawa, Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan mengalami pendangkalan dan penyempitan. Selama ini, dermaga tersebut digunakan sebagai tempat bersandar kapal-kapal nelayan, Dishubtrans maupun kapal penumpang. Kondisi dermaga timur tergolong tidak aman bagi wisatawan, terdapat banyak papan yang sudah terlepas dan jembatan menuju tengah dermaga kondisinya sudah miring.
Sumber: (Sunaryo, 2013) Gambar 1. Peta Lokasi Pulau Untung Jawa Pulau Untung Jawa juga merupakan pulau yang paling dekat dengan Pulau Jawa. Pulau ini dapat diakses melalui pelabuhan rakyat Muara Karang di Jakarta Utara atau bisa juga diakses melalui Pantai Tanjung Pasir di Tangerang, Banten. Pulau Untung Jawa telah dikembangkan menjadi daya tarik wisata dan menjadi pilihan wisatawan dalam memanfaatkan waktu liburan. Hal ini terlihat dari kunjungan wisatawan di tahun 2013 yaitu sebanyak 649.846 wisatawan nusantara telah berkunjung ke Pulau Untung Jawa. Jumlah tersebut melampaui jumlah kunjungan wisatawan yang datang ke pulaupulau lain di gugusan Kepulauan Seribu. Banyaknya wisatawan menunjukkan bahwa sektor pariwisata telah memberikan peluang bagi masyarakat lokal untuk meningkatkan pendapatan. Hal ini juga mendorong Pemerintah Daerah melakukan pembangunan fisik untuk mendukung pengembangan pariwisata. Di pulau ini terdapat 4 buah dermaga, yang pertama dermaga barat. Dermaga barat menjadi pusat turun naiknya penumpang dari dan ke Pantai Tanjung Pasir di Tangerang. Dermaga barat ini kondisinya cukup bagus. Dermaga kedua adalah dermaga tengah yang kecil, dermaga ini menjadi tempat singgah bagi kapal dari Ancol dan Muara Karang. Dermaga ketiga adalah dermaga tengah yang besar, yang ISSN : 2087 – 0086
Sumber: (Hasil observasi, 2016) Gambar 2. Kondisi Dermaga Timur Pembangunan dermaga timur Pulau Untung Jawa sangat dibutuhkan untuk bersandar kapal, baik kapal nelayan maupun penumpang pada saat musim barat. Berdasarkan kondisi tersebut, pembenahan dermaga timur kiranya mendapat perhatian khususnya dari Pemerintah Daerah. Dalam pembangunan dermaga timur perlu memperhatikan prinsip dan kaidah sebagai berikut: a. Tercapainya tujuan desain Desain dalam perencanaan pembangunan dermaga timur dilakukan untuk: 1. Pemenuhan aspek fungsional Dermaga adalah fasilitas yang dibangun untuk keperluan kelancaran berbagai aktivitas penyeberangan. Dermaga timur di Pulau Untung Jawa berfungsi untuk memudahkan wisatawan menjangkau atraksi wisata dan sebagai fasilitas pendukung aktivitas masyarakat. Untuk memenuhi aspek fungsional tersebut, pembangunan dermaga timur harus memenuhi persyaratan dari rancangan 33
Jurnal Khasanah Ilmu - Volume 7 No.2 – 2016 – khasanah.bsi.ac.id dermaga, baik dari segi dimensi, struktur maupun tata letak. 2. Pemenuhan nilai estetika Sebuah dermaga kiranya juga memiliki nilai estetika. Nilai estetika mampu menyenangkan secara visual yang pada akhirnya menghasilkan apresiasi yang baik. Wujud estetika akan tampak pada keharmonian yang teraplikasikan dalam pembuatan desain dermaga. Nilai estetika tidak terlepas dari budaya yang berkembang di kawasan tersebut. Oleh karena itu desain dermaga timur di Pulau Untung Jawa yang secara administratif berada di Provinsi DKI Jakarta kiranya memperhatikan nilai budaya masyarakat Betawi sehingga unsur estetika dapat dinikmati oleh wisatawan yang datang. 3. Pemenuhan prinsip ekonomis Pembangunan dermaga timur seyogyanya mampu memenuhi prinsip ekonomis yaitu dikonstruksikan dengan cara yang mudah, kuat dan biaya yang efisien. b. Terpenuhinya persyaratan kelestarian lingkungan Dalam perencanaan pembangunan dermaga, dokumen tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) harus dipersiapkan. c. Terpenuhinya prosedur keselamatan dan keamanan Untuk memenuhi unsur keselamatan dan keamanan maka rancangan dermaga timur harus memperhatikan hal-hal berikut ini: 1. Dimensi dermaga yang ditentukan oleh jenis, ukuran dan jumlah kapal yang menggunakannya. 2. Daerah perairan di sekelilingnya harus tenang, dan tidak mudah mengalami pendangkalan, saat ini kondisi dermaga timur mengalami pendangkalan dan penyempitan. 3. Ditempatkan pada daerah yang tidak terhalang angin pada saat kapal memasuki atau meninggalkan dermaga. 4. Ditempatkan pada daerah yang memungkinkan kapal dapat beroperasi dengan lancar. 5. Lokasi dermaga harus berada dalam koordinasi dengan rencana pemanfaatan lahan untuk area-area di sekelilingnya. 6. Dermaga harus ditempatkan pada area dengan akses lalu lintas darat dan fasilitas penyimpanan yang baik;
ISSN : 2087 – 0086
7. Dermaga harus dikonstruksikan dengan cara yang mudah, kuat dan biaya yang efisien. 8. Lokasi dermaga harus memungkinkan untuk pertumbuhan dan perkembangan lebih lanjut. Perbaikan dermaga timur di Pulau Untung Jawa, penempatan lokasi pembangunan dermaga perlu memperhatikan faktor: a. Kondisi tanah Kondisi tanah sangat penting terutama diperlukan dalam penentuan jenis pondasi yang digunakan dan perhitungan dimensinya berdasarkan daya dukung tanah di lokasi perencanaan bangunan. b. Kedalaman Kedalaman berpengaruh pada perencanaan pelabuhan di laut yang mengalami pasang surut. c. Gelombang Untuk menghindari gangguan gelombang terhadap kapal yang berlabuh maka dibuat bangunan pelindung yang disebut pemecah gelombang d. Daratan yang cukup luas untuk menampung barang dan penumpang. Pulau Untung Jawa sebagai jalur pelayaran pulau wisata memerlukan kelayakan amenitas untuk mendukung kegiatan pariwisata yang dilakukan di pulau-pulau yang berada di Kepulauan Seribu. 5.1. Simpulan Aksesibilitas sebagai salah satu elemen penting dalam destinasi pariwisata, perlu mendapat perhatian khusus untuk meningkatkan kualitas destinasi. Pembangunan sarana prasarana pariwisata dilakukan untuk mempermudah wisatawan mencapai destinasi pariwisata dan selama melakukan aktivitas wisata. Dermaga di sebuah kawasan pariwisata mendukung pergerakan wisatawan dari wilayah asal wisatawan ke kawasan pariwisata maupun pergerakan di dalam kawasan pariwisata. Hal ini pula yang dibutuhkan di Pulau Untung Jawa sebagai salah pulau yang berada di gugusan Kepulauan Seribu. Kondisi salah satu dermaga yaitu dermaga timur yang tidak aman baik bagi masyarakat lokal maupun wisawatan, memerlukan perencanaan yang tepat sesuai dengan karakter dari Pulau Untung Jawa. Daftar Pustaka [1] Inskeep, E. (1991). Tourism Planning: An Integrated and Sustainable Development Approach. The University of Michigan: Van Nostrand Reinhold. [2] Sekaran, Uma dan Bougie, Roger (2013). Research Methods for Business: A skill34
Jurnal Khasanah Ilmu - Volume 7 No.2 – 2016 – khasanah.bsi.ac.id th
Building Approach, 5 ed. West Sussex, UK: John Wiley and Sons. [3] Sunaryo, Alvin (2013). Ke Pulau Untung Jawa. https://travellingasik.wordpress.com/2013/11 /03/ke-pulau-untung-jawa/. Diakses 1 Agustus 2016. [4] Triatmodjo, Bambang (2010). Perencanaan Pelabuhan. Yogyakarta: Beta Offset.
ISSN : 2087 – 0086
[5] Undang-Undang Republik Indonesia 2007, No. 27 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (2007). [6] World Tourism Organization (2007). A Practical Guide to Tourism Destination Management. World Tourism Organization (UNWTO).
35