KAJIAN PENERAPAN SISTEM PENJAMINAN MUTU (QUALITY ASSURANCE) PADA PELAKSANAAN PROYEK DI SUMBAR MELALUI PENDEKATAN PDCA
ARTIKEL
SAMIRAN NPM. 1310018312023
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS BUNG HATTA 2015 1
KAJIAN PENERAPAN SISTEM PENJAMINAN MUTU (QUALITY ASSURANCE) PADA PELAKSANAAN PROYEK DI SUMBAR MELALUI PENDEKATAN PDCA Samiran, Syamsul Asri,Wardi Program StudiTeknik Sipil, Program Pascasarjana Universitas Bung Hatta Email :
[email protected] ABSTRACT Quality assurance (Quality Assurance) is a program that includes activities required to deliver quality work in order to meet project requirements. Quality assurance activities include PLAN (P), DO (D), CHECK (C), ACTION (A) or PDCA. This study aims to determine the exact application of the quality assurance system (Quality Assurance) by the contractor in West Sumatra and constraints in the implementation of Quality Assurance (QA) on the implementation of the project construction work by the contractor in West Sumatra. This research was conducted against the contractor of the construction project to qualified-grade 4 in West Sumatra by distributing questionnaires to the contractor. Results of questionnaire data were completed and returned later processed reached 35 respondents. The data is then processed to find the frequency and percentage of contractors application of Quality Assurance. From the results of data processing and data analysis, it can be concluded that the adoption of QA of all the elements that exist in every component of PDCA, there were approximately 11.43% of contractors implement all elements of QA, there are about 45.71% that applies> 50% QA element, there are about 40.00% that applies> 50%. While the contractor did not execute QA elements there are around 2.86%. Constraints contractors primarily-grade 4 have not implemented quality assurance because it is still a lack of understanding of the component elements of the Plan Do Check Action (PDCA). Keywords: Quality, Implementation, Project Semakin kompleks suatu proyek dan semakin tinggi teknologi yang digunakan,
PENDAHULUAN
menuntut pula proses pelaksanaan yang
Proyek merupakan suatu kegiatan
makin
yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan,
dilakukan secara menyatu dalam perencanaan,
menggunakan anggaran dana serta sumber
sudah dianggap kurang relevan, sehingga
daya yang tersedia, yang harus diselesaikan
diperlukan langkah-langkah yang sistematis
dalam jangka waktu tertentu. Pelaksanaan pada
hakikatnya
adalah
untuk
proses
terorganisasi
menjadi
dan
harapan-harapan
awal,
bahwa
produk
yang
disepakati yang kemudian dikenal sebagai
hasil
Quality Assurance (QA).
pembangunan yang mantap sesuai dengan tujuan
menjamin
dihasilkan sesuai dengan spesifikasi yang
merubah sumber daya dan dana tertentu secara
Konsep-konsep
pengendalian mutu konvensional yang biasa
sasaran dan harapan-harapan penting dengan
proyek
kompleks.
dan Untuk mencapai tujuan tersebut secara
kesemuanya harus dilaksanakan dalam jangka
efektif dan ekonomis tidak hanya diperlukan
waktu yang terbatas (Dipohusodo, 1996).
pemeriksaan 2
ditahap
akhir
sebelum
diserahterimakan kepada pemilik proyek,
Untuk meningkatkan daya saing dan
tetapi juga diperlukan serangkain tindakan
memperbesar
sepanjang siklus proyek dari penyususunan
konstruksi, Kunci keberhasilannya adalah
program,
upaya peningkatan mutu dan produktivitas
perencanaan,
pemeriksaan
dan
pengawasan,
pengendalian
mutu.
peluang
bagi
pelaku
jasa
kerja. Melalui mutu kita dapat memenuhi
Kegiatan tersebut dikenal dengan penjamin
tuntutan
mutu (quality assurance), (Imam Suharto,
semakin tinggi, baik dalam mutu hasil kerja
1995).
rnaupun waktu penyerahan, sedangkan melalui Penjaminan
yang
semakin
lama
(Quality
produktifitas kita memperoleh efisiensi yang
Assurance) adalah suatu program yang
akhirnya meningkatkan daya saing dalam pasar
mencakup kegiatan-kegiatan yang diperlukan
global.
untuk
memberikan
mutu
pelanggan
kualitas
di
dalam
Situasi
tidak hanya melanda produk
pekerjaan guna memenuhi persyaratan proyek
barang jadi saja, melainkan juga menerpa
(Arditi dan David,1999 dalam Dofir, 2002).
bidang jasa konstruksi. Hal ini dapat dilihat
Pertumbuhan
meluasnya
pa da akhir-akhir ini, sebagian konsultan asing
teknologi tinggi di semua bidang pada era
mulai mempermasalahkan sejauh mana jaminan
globalisasi
peningkatan
mutu (QA) dapat diberikan oleh kontraktor
tuntutan kebutuhan pengguna yang semakin
Indonesia, dalam rangka kerja sama menangani
tinggi dan kompleks, khususnya terhadap
suatu proyek.
terpenuhinya
yang
Mutu didefinisikan oleh (Juran dalam V Daniel
nerupakan sasaran pengelolaan proyek di
Hunt, 1993 dalam Nasution, 2001) sebagai
samping biaya dan waktu. Sejak tahun 1992,
kecocokan penggunaan produk (fitness for use)
negara-negara yang tergabung dalam EFTA
yaitu siap untuk dipakai. The Juran Trilogi
(European Free Trade Area) sepakat untuk
merupakan ringkasan dari manajerial yang
semua produk yang memasuki pasaran Eropa
utama (Bond : 1994) yang menjelaskan bahwa
harus memenuhi standar mutu bersama yang
manajemen mutu didefinisikan sebagai seluruh
dikenal dengan ISO 9000.
aktifitas dari manajemen secara keseluruhan
ini,
dan
mendorong
persyaratan
mutu,
Di kawasan Asia dikenal AFTA
yang
menentukan
kebijaksanaan
(Asian Free Trade Area), dengan adanya
tujuan-tujuan
pasar bebas terlihat adanya kendala dan
mengimplementasikannya
peluang
seperti perencanaan mutu (Quality Plan),
yang harus
diantisipasi sebaik-
dan
tanggung
kualitas,
jawab
melalui
serta
alat-alat
baiknya, peluang tersebut dapat dimanfaatkan
jaminan
bila dapat memenuhi standar mutu yang
peningkatan mutu (Quality Improvements).
disyaratkan.
mutu (Quality Assurance) dan
Mutu
yang
(performance) 3
mencerminkan
adalah
merupakan
kinerja satu
diantara tiga faktor utama dalam mengukur
dan kegiatan mutu mempengaruhi proses mutu
proyek dua faktor utama lainnya adalah waktu
secara signifikan yang ada di dalam perusahaan
dari biaya. Dengan demikian mutu dapat
konstruksi tersebut.
diartikan sebagai
"different
things to
Dari penelitian Dofir (2002) Quality
bahwa
different people" tetapi tetap mengandung
penerapan
Assurance pada tahap
kesamaan dalam kesesuaian tujuan dan syarat
konstruksi terhadap kinerja mutu bangunan
yang harus dipenuhi.
gedung bertingkat tinggi di Jabotabek akan
Untuk menjamin mutu, maka langkah
meningkatkan kinerja mutu. Faktor penentunya
berikutnya adalah mengelola aspek mutu
adalah memiliki QA secara formal sebagai
tersebut dengan benar dan tepat, sehingga
rujukan untuk setiap kegiatan.
tercapai apa yang disebut dengan fitness for use,
yaitu
pengelolaan
bertujuan
Ariyanthi (2011) tentang penerapan sistem
mencapai persyaratan mutu proyek pada
manajemen mutu ISO 9001:2008 pada proyek
pekerjaan pertama tanpa adanya pengulangan
konstruksi dengan studi kasusus pelaksanaan
(to do the right things right the first time)
proyek gedung sarana karantina ikan kelas I
dengan cara-cara yang efektif den ekonomis,
Ngurah Rai di Sunset Road, Kuta disimpulkan
(Imam Suharto, 1995). Untuk mencapai tujuan
bahwa tingkat penerapan ISO 9001:2008 PT. Tri
tersebut tidak hanya diperlukan pemeriksaan
Jaya Nasional sampai dengan bula Oktober 2010
ditahap akhir sebelum diserah terimakan kepada
pada proyek gedung Sarana Karantina Ikan
pemilik
Kelas I Ngurah Rai sebesar 54% atau katagori
proyek,
tetapi
yang
Dari penelitian yang dilakukan oleh
juga
diperlukan
serangkaian tindakan sepanjang siklus proyek.
sedang (40%
Dari penelitian yang dilakukan oleh
- 60%). Faktor-faktor yang
menjadi kendala dalam penerapan sistem
Pamulu dan Husnimaka (2005), menemukan
manajemen
perusahaan konstruksi di Makassar sudah
kurangnya dokumentasi pegendalian dokumen-
mengakomodasi
dalam
dokumen ISO 9001:2000, dan masih adanya
perusahaannya. Hal ini ditandai sebagian besar
anggapan bahwa penerapan ISO 9001:2000
perusahaan konstruksi telah memiliki unit kerja
merupakan
khusus dibidang dokumen mutu, sistem mutu
menghabiskan banyak biaya dan waktu
sistem
mutu
dan kegiatan mutu yang menunjang proses dari
mutu
ISO
pekerjaan
9001:2008
tulis
menulis
adalah
yang
Propinsi Sumatera Barat pasca gempa
manajemen mutu bahkan sudah mendapatkan
2009
sertifikat ISO 9000: 2000. Tingkatan sistem
perkembangannya dalam rangka menuju kota
mutu pada perusahaan yang menerapkan ISO
yang bersih dan aman. Hal ini terlihat dari
9000: 2000 terletak pada tahapan penjaminan
banyaknya pembangunan infrastruktur yang
mutu. Uji korelasi Spearman yang dilakukan
meliputi
Husnimaka (2005) menunjukkan budaya mutu
pembangunan jalan bebas hambatan lingkar luar 4
pembangunan
bangunan
cukup
transportasi
pesat
(by
pass,
), bagunan gedung (pembangunan rumah sakit,
Menurut jurnal ASCE, mutu/kualitas dapat
pembangunan
didefinisikan sebagai : (Arditi D & Gunawan
pembangunan
gedung-gedung pusat-pusat
pendidikan, perbelanjaan),
HM. ,1997 dalam Dofir, 2002)
maupun bangunan air (pembangunan saluran
a. Dipenuhinya kepentingan pihak pemilik
pengendalian banjir, pembangunan bendungan
proyek terhadap :
untuk saluran irigasi dan suply sumber air
- kemampuan fungsional proyek
minum).
- waktu dan biaya penyelesaian proyek
Dari uraian di atas penulis merasa perlu
- life cycle cost yang minim
melakukan kajian mengenai penerapan sistem
- biaya operasional dan maintenance
penjaminan mutu (Quality Assurance) pada
yang minim.
pelaksanaan proyek di Sumbar.
b. Dipenuhinya
kepentingan
Dari paparan pertanyaan masalah yaitu masih
perencana terhadap :
banyak
- ketentuan lingkup proyek
dijumpainya
penyimpangan-
penyimpangan hasil pekerjaan dari persyaratan
- buget
yang telah ditetapkan, maka perlu dikaji
- penggunaan
sistem penjaminan mutu (Quality Assurance) diterapkan
pada
mendapatkan
staff
yang
qualified,
terlatih dan berpengalaman
pembangunan
- ketentuan timely decision oleh pemilih
konstruksi di Sumbar?
proyek dan perencana
Dari paparan latar belakang penelitian,
- kontrak untuk melakukan pekerjaan-
pernyataan masalah, pertanyaan penelitian dan
pekerjaan
perumusan masalah maka tujuan penelitian ini
imbalan
adalah
allowance yang layak
untuk:
data
lapangan terkait dengan desain
beberapa pertanyaan sebagai berikut: Apakah
sudah
dalam
pihak
Mengetahui
secara
pasti
penerapan system penjaminan mutu (Quality
yang yang
c. Dipenuhinya
dibutuhkan wajar
kepentingan
Assurance) oleh kontraktor di Sumbar dan
kontraktor terhadap:
Kendala-kendala apa yang menyebabkan tidak
- penerjemahan
pada
dan
time
dan
pihak
persyaratan/tuntutan
terlakasananya penerapan sistem penjaminan
kontrak yang wajar dan memungkinkan
mutu (Quality Assurance) di Sumatera Barat?
dalam segi waktu dan staff design lapangan dan staff pengawas lapangan. - ketentuan
TINJAUAN PUSTAKA industri
yang
konstruksi,
telah
secara
kontraktor
sebagai
mendetail
kepentingan oleh pihak perencana, kontraktor,
harga proposal pelelangan.
pemerintah
dan
pemilik
oleh
dipersiapkan
mutu/kualitas dapat didefinisikan sebagai
badan
kontrak,
spesifikasi dan dokumen-dokumen lain
1. Definisi Mutu Dalam
perencana
- kontrak untuk melakukan pekerjaan
proyek. 5
dalam jadwal yang wajar dan dapat
menindaklanjuti agar persyaratan mutu yang
menghasikan keuntungan yang layak
telah ditetapkan tercapai (Priyono W., 1997
d. Dipenuhinya
kepentingan
dari
pihak
dalam Dofir, 2002). Misal pengendalian mutu
pemerintah terhadap:
hasil
- pertimbangan lingkungan
pengendalian mutu memantau hasil produk
- perlindungan
terhadap
kepemilikan
dengan
ketentuan
pengecoran
beton.
Petugas
secara fisik. Jika teijadi penyimpangan yang
umum termasuk fasilitasfasilitasnya. - sesuai
akhir
cukup potensial, maka pengaruhnya terhadap
hukum,
kekuatan struktur devaluasi dan kemudian
peraturan dan norma yang berlaku.
ditindaklanjuti dengan menetapkan cara- cara
- keamanan dan kesehatah umum.
perbaikan.
Perbincangan seputar standar mutu
2. Sistem Mutu Dalam sistem manajemen mutu, sering
makin semarak belakangan tidak saja karena
terdengar istilah Quality Control dan Quality
pengaruh globalisasi juga tuntutan kesamaan
Assurance, lstilah Quality Control dikenal
persepsi diantara pelaku industri. Di masa
lebih dahulu dari pada Quality Assurance.
mendatang,
Quality Control berarti berbagai teknik dan
konstruksi cenderung mengkhususkan diri
kegiatan untuk memantau, mengevaluasi, dan
dalam penguasaan bidang khusus dan tertentu
masing
masing
pelaku
3. Manajemen Mutu Proyek Project Quality Management
Quqlity Planning
Quality Assurance
Quality Qontrol
1.Input
1.Inputs
1.Inputs
Quality policy Scope statement Product discription Standards & regulation Other process outpute
2.Tool & technique
Benefid/cost analysis Bencmarking Flow charting Design of experiment Cost of quality
Quality management plant Resut of quality control measurement Operational definition 2.Tool & technique Quality planning tools and technique Quality audit 3.Out put Quality improvement
3.Out put
Work result Quality management plant Operation definitions Check list
2.Tool & technique Inspection Control charts Pareto diagrams Statistical sampling Flow charting Trend analysis
3.Out put
Quality management plan Operational definitions Checklist Input to other processed
Quality improvement Acceptance decitions Rework Complete check list Process adjusments
Gambar.2.1. Project Quality management Overview 6
jasa
4. Faktor-faktor
Yang
mereka; Mereka juga dapat meningkatkan
Mempengaruhi
teknik-teknik konstruksi dan produktfitas
Mutu Menurut (Arditi dan David, 1999 dalam Dofir,
2002),
Faktor-faktor
sehingga
yang
akan
mengurangi
"pekerjaan
ulang" dan menekaan biaya. Tingkat
mempengaruhi mutu secara umum adalah:
koordinasi yang tidak sesuai dapat mernicu
1. Kepemimpinan
konflik, seperti pekerjaan yang tumpang
dan
komitmen
manajemen: karena program manajemen
tindih,kekuranganmaterial,alokasi
pada langkah awal adalah mengenali
sumberdaya yang tidakefisien dan lain-lain.
masalah, sedangkan komitmen manajemen menindak Adapun
Ianjuti kelompok
masalah
tersebut.
terdiri
menurut Joiner (1994)
menyatakan bahwa proses yang lebih baik
dari:
dapat diidentifikasi dari data, dimana
pemilihan
pemahaman yang mendalam atas suatu
kontraktor, anggaran konstruksi, teknik
proses akan menghasilkan data yang lebih
manajemen,
pemilik
baik pula. Menurut Oberlender (1993),
proyek, gambar kerja, teknologi yang
setelah proyek selesai dan siap pakai,
digunakan, lembaran kontrak dan gambar-
pertemuan formal harus diadakan dengan
gambar detail.
perwakilan pemilik untuk mendapatkan
Pengawasan
ini
4. Metode statistik:
kontraktor,
pengawasan
2. Pelatihan:
oleh
pelatihan
umumnya
"umpan
balik"
berkaitan
dengan
dilaksanakan oleh tenaga ahli misal site
penampilan fasilitas yang terbangun. Ini
manager karena yang paling mengetahui
adalah hal penting untuk mengevaluasi
kondisi
mutu/kualitas
penyebab
pekerjaan
proyek
dan
kepuasan
ulang/kesalahan, sedangkan kelompok ini
pemilik, karena perhitungan keberbasilan
terdiri dari pelatihan karyawan maupun
suatu proyek hanya dapat ditentukan baik
perorangan termasuk tim manajemen.
tidaknya
3. Kerjasama tim: merupakan faktor yang
konflik.
Secara
yang
terbangun
disesuaikan dengan permintaan pemilik.
perlu diperhatikan karena memungkinkan teijadinya
fasilitas
5. Keterlibatan
penyedia
dan
pengguna
tradisionil
(pemesan), karena kemampuan produksi
umumnya sumberdaya diatur sesuai dengan
sangat tergantung pada hubungan antara
struktur tim, dan meningkatkan efisiensi
penyedia dan pemesan, sehingga kualitas
dan koordinasi antar tim adalah tugas
pada setiap tahapan dalam suatu proses
manajer proyek. Menurut Deming (1986)
sangat
tim-tim dapat meningkatkan mutu/kualitas
dilakukan sebelumnya, pada tahap konstruksi
jika mereka diberi keleluasaan untuk
kontraktor
mengekspresikan
pemilik adalah pemesan.
pendapat-pendapat 7
ditentukan
adalah
oleh
tahapan
penyedia
yang
sedangkan
PIMPRO
Manajer Konstruksi
Manajer Pengadaan MANAJER ENGINERING
Enginering Listrik
Enginer Sipil
Kepala QA/QC
QA & Administrasi
Inspektor
Kalibrasi
Intrnal Audit
Gambar 2.3. Organisasi QA/QC Proyek
mendapatkan data dan tujuan tertentu, cara
METODOLOGI PENELITIAN Metodologi
pembuatan
ilmiah yang dimaksudkan adalah bahwa
penelitian menggambarkan tentang tata cara
kegiatan penelitian tersebut di dasarkan pada
pengumpulan data yang diperlukan guna
ciri-ciri keilmuan yaitu: Rasional, Empiris
menjawab permasalahan yang ada, dan
dan Sistematis.
merupakan
hal
dalam
yang
penting
untuk
Pendekatan didasari
yang
dalam
memandang setiap realitas/gejala/fenomena
Pemilihan
itu dapat diklasifikasikan, relative tetap,
metoda penelitian sangat penting dalam
konkrit, teramati, terukur, dan hubungan
membantu mengidentifikasi semua variabel
gejala bersifat sebab akibat. Pendekatan
yang relevan. Untuk mencapai tujuan suatu
Positivistik adalah pendekatan penelitian yang
penelitian diperlukan suatu desain penelitian
dalam
yang didalamnya memuat proses perencanaan
memerlukan
dan pelaksanaan penelitian yang sistimatis,
terhadap variable-variabel obyek yang diteliti
terorganisasi, berjalan secara efektif, efesien
guna mendapatkan kesimpulan yang dapat
serta tepat sasaran. Sebagaimana kita ketahui,
digeneralisasikan.
bahwa peneliatian adalah merupakan cara-
kualitatif adalah metode penelitian yang
cara
berlandaskan pada filsafat postpositivisme.
mengambil
ilmiah
sebagai
pegangan
langkah-langkah.
yang
digunakan
untuk 8
filsafat
kuantitatif
menentukan secara teoritis teknik operasional dipakai
oleh
penelitian
menjawab
positivisme
permaslahan
pengukuran
yang
Pendekatan
yang
penelitian cermat
penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian bahwa
dominan adalah swasta, dimana perusahaan
setiap penelitian pada umumnya dikenal
swasta cukup beragam tingkat kemampuan
dengan istilah metode penelitian. Menurut
dan
Oberlender (2000), Deming Plan-Do-Check-
melaksanakan suatu proyek. Pada umum
Act (PDCA) siklus, melambangkan proses
perusahaan
analisis
mempersempit
perusahaan gred 1 sampai dengan gred 5,
kesenjangan antara kebutuhan konsumen dan
sedangkan untuk BUMN ataupun BUMD
kinerja saat ini. Ini adalah prosedur sistematis
umumnya gred 6 ke atas. Demikian juga
untuk secara bertahap meningkatkan metode
untuk jenis perusahaan PMA maupun PMDN
dan prosedur dengan berfokus pada koreksi
tidak ada untuk wilayah Sumbar seperti yang
dan pencegahan cacat. Hal ini dilakukan
terlihat pada tabel 1.
masalah
dengan
untuk
menghilangkan
akar
kompetensi
yang
swasta
dimiliki
dalam
didominasi
oleh
penyebab
masalah dan terus menerus membangun dan merevisi
Tabel 1. Jenis kepemilikan perusahaan
standar.
Siklus PDCA terdiri dari empat proses,
No Jenis Kepemilikan
Jumlah
dimana dari waktu ke waktu terus diputar.
1
Pemerintah (BUMN/BUMD)
0
Siklus ini dapat diterapkan pada semua proses
2
Kerjasama (PMA/PMDN)
0
dan sistem PDCA organisasi individu dan
3
Swasta
35
fungsi
4
Lain-lain
0
dan
diintegrasikan
bersama-sama. untuk
lebih
dan
diputar
Konsep tersebut ditujukan mengenal
hubungan
Sumber: Hasil pengolahan data
antara
bagian-bagian utama, khususnya penerapan
Untuk meningkatkan daya saing perusahaan,
Quality
dalam meningkatkan
satu diantara yang perlu dilakukan adalah
kinerja mutu proyek konstruksi, sehingga
menerapkan system manajemen mutu (SMM).
produktifitas akan meningkat. (Oberlender:
Untuk perusahaan gred 4 dengan kualifikasi
2000).
usaha golongan kecil masih belum banyak
Assurance
kontraktor yang menerapkan SMM, bahkan HASIL
PENELITIAN
DAN
untuk Sumbar
belum ada yang memiliki
PEMBAHASAN
sistem manajemen mutu (SMM) berbasis ISO
Karakteristik Responden
9001:2000, seperti yang terlihat pada tabel 2.
Jenis kepemilikan perusahaan secara tidak langsung mencermenikan kemampuan, tingkat kompetensi perusahaan tersebut dalam melaksanakan suatu proyek. Dari beberapa jenis kepemilikan perusahaan di Sumbar yang 9
Tabel 2. Kepemilikan sistem manajemen
lebih tinggi disbanding seorang enginer, hal
mutu oleh perusahaan
ini salah satu penyebab kuisioner yang masuk lebih banyak disi oleh enginer seperti terlihat pada tabel 4.
Jumlah No
1
Kepemilikan
Sistem mutu
Sudah
Belum
memiliki
memiliki
Tabel 4 Jumlah responden menurut
1
34
posisi/jabatan
Sumber: Hasil pengolahan data No
Jabatan
Jumlah
yang
1
Site Manager
11
mempengaruhi yang mempengaruhi mutu,
2
Enginer
24
Satu
biaya
dan
waktu
diantara
faktor
pelaksanaan
proyek
Sumber: Hasil pengolahan data
konstruksi adalah usaha secara maksimal penerapan K3. Kesadaran perusahaan untuk
Dari jabatan responden baik site
meningkatkan penerapan K3 cukup besar
manajer maupun enginer umumnya sudah
mengingat semakin banyak terjadi kecelakaan
mempunyai pengalan lebih dari dua tahun
kerja dapat mempengaruhi mutu, biaya dan
sehingga diharap lebih memahami masalah
waktu pelaksanaan proyek konstruksi. dari
penjaminan mutu dan penerapannya. Adapun
hasil kuisioner diperoleh kepemilikan K3 oleh
hasil dari pengalaman responden seperti
perusahaan seperti terlihat pada tabel 3.
terlihat pada table 5.
Tabel 3. Kepemilikan sertifikat K3 oleh
Tabel 5. Pengalaman responden menurut
perusahaan
posisi/jabatan
Jumlah No
1
Kepemilikan
Sertifikat K3
Pengalaman
Sudah
Belum
memiliki
memiliki
22
13
No
Sumber: Hasil pengolahan data
Jabatan
<2
2–4
th
th
1
Site Manager
2
8
2
Enginer
15
10
Sumber: Hasil pengolahan data Dari hasil jawaban kuisioner didapat lebih banyak dari enginer karena dalam suatu berusahaan umumnya jumlah enginer lebih banyak dari site manajer. Disamping itu tingkat kesibukan seorang site manajer yang 10
> 4 th
didapat, belum semua pelaksana menerapkan
Analisis Penerapan QA
seluruh komponen PDCA walaupun secara Tabel 6. Frekuensi perusahan yang
keseluruhan sudah diatas 50% penerapannya.
menerapkan QA
Sedangkan komponen DO semua perusahaan
No.
PDCA
Frekuensi
Persen
sudah menerapkan seterti terlihat pada tabel 6
1
P1
15
42,86
dan Gambar 1. Hal ini karena pelaksanaan
2
P2
15
42,86
atau realisasi suatu proyek adalah suatu hal
3
P3
12
34,29
yang
4
P4
14
40,00
perusahaan/pelaksana sudah menandatangai
5
P5
16
45,71
kontrak untuk melaksanakan suatu proyek.
6
P6
11
31,43
Dari seluruh komponen PDCA terlihat elemen
7
P7
20
57,14
P12 yaitu QA menuliskan masalah cara
8
P8
21
60,00
mengolah data statistik yang digunakan
9
P9
26
74,29
merupakan
10
P10
20
57,14
penerapannya oleh perusahaan yaitu hanya 8
11
P11
25
71,43
perusahaan dari 35 sampel perusahaan atau
12
P12
8
22,86
13
D1
32
91,43
14
D2
32
91,43
15
C1
32
91,43
16
C2
30
85,71
17
C3
6
17,14
18
A1
25
71,43
19
A2
21
60,00
20
A3
15
42,86
harus
dilakukan
elemen
jika
yang
suatu
terendah
sekitar 22,86%. Elemen lain rendah adalah C3 yaitu melakukan
pengolahan data dengan
statistik adalah sebesar 17,14%. Jadi dapat terlihat kalau perencanaan tidak ada maka penerapan untuk melakukan CHECK tidak berjalan.
Dari
tersebut
bahwa
gambaran penerpana
secara
umum
QA
secara
keseluruhan masih belum terlaksana. Namun demikian kontraktor gred 4 sudah mengadop sebagaian dari komponen dan elemen QA (PDCA) dalam untuk memenuhi spesifikasi
Dari
jawaban
kuisioner
oleh
yang ditentukan.
responden, data penerapan QA secara umum
11
Gambar 1. Grafik frekuensi implementasi QA oleh perusahaan
Tabel 7. Uraian kegiatan QA dari komponen PLAN No
QA
Elemen
(PLAN)
1
P1
Kepemilikan gugus/tim QA
2
P2
Kepemilikan dokumen QA
3
P3
4
P4
5
P5
6
P6
7
P7
QA menuliskan masalah kepemimpinan dan komitmen kebijaksanan mutu QA menuliskan masalah perbaikan standarisasi dan proses untuk mencegah terulangnya masalah QA menuliskan masalah pemilihan keahlian pelaksana QA menuliskan masalah pendidikan dan pelatihan terhadap staf/karyawan QA menuliskan masalah teknik manajemen (cara pengelolaan proyek) QA menuliskan masalah penyusunan batasan dan kriteria spesifikasi
8
P8
dan standar mutu yang akan digunakan dalam desain engineering, pembelian material dan konstruksi
9
P9
QA menuliskan masalah teknologi (metode kerja)
10
P10
11
P11
QA memuat kerja sama antara pihak-pihak yang terlibat proyek
12
P12
QA menuliskan masalah cara mengolah data statistik yang digunakan
QA menuliskan masalah pedoman monitoring, inspeksi, proses pengukuran dan quality control
Sumber: Variabel penerapan QA 12
3
Dari keduabelas elemen PLAN jika Action 40
4
diterapkan secara benar maka akan sangat
60
33,33
66,7 0
membantu kontraktor untuk selalu meningkat mutu proyek konstruksi yang dikerjakan. Kontraktor
yang
memperoleh
PENUTUP
dan
melaksanakan SMM tentu akan menerapakan Kesimpulan
minimal kedua belas elemen PLAN dalm QA
Dari hasil penelitian tesis ini dapat
tersebut. Banyak kontraktor yang secara asadar atau tidak sengaja mengadop beberapa
ditarik kesimpulan yaitu sebagai berikut:
elemen Plan QA dalam mengerjakan proyek-
1. Penerapan QA dari semua elemen yang
proyeknya.
Misalnya
elemen
P9
ada pada setiap komponen PDCA, ada
yaitu
teknologi (metode kerja) kontraktor pada
sekitar
11,43%
umumnya merencanakan apa saja yang harus
menerapkan seluruh elemen QA, ada
disiapkan dan dilakukan untuk mengerjakan
sekitar 45,71% yang menerapkan > 50%
elemen suatu proyek bangunan agar biaya dan
elemen QA, ada sekitar 40,00% yang
waktu tidak tidak melewati batas serta mutu
menerapkan 50%. Sedangkan kontraktor
yang disepakati dengan pemilik proyek dapat
yang sama sekali tidak melaksanakan
terpenuhi.
elemen QA ada sekitar 2,86% 2. Kendala-kendala
Sebagai pembanding kuesioner dari
kontraktor
pertanyaan melalui kuesioner kepada para
penjaminan mutu karena masih kurangnya
pakar dengan variabel pertanyaan yang
pemahaman
sama,dari hasil analisa data kuesioner dari
komponen
pakar menunjukan bahwa data-data dari
(PDCA).
di
Kontraktor
Plan
1. Pihak
42,86
56,14
Check
Action
berikut:
Pakar
< 50 %
%
1
Do
maka penulis memberikan saran sebagai
QA > 50
Plan
dari
Berdasarkan kesimpulan yang didapat,
oleh perusahaandan Pendapat pakar
< 50 %
elemen-elemen
Saran
Tabel 4.18 Persentase penerapan elemen QA
Elemen
menerapkan
percaya.
Seperti terlihat pada tabel 4.18
No
belum
terutama
yang
dapat
4
yang
perusahaan , penelitian ini juga melakukan
perusahaan/kontraktor
gred
kontraktor
> 50
yang
memberikan
terkait
seperti
LPJK
penghargaan/kompensasi
%
33,33
67,6
kontraktor yang sudah memiliki dan
7
menerapkan sistem manajemen mutu dan memberikan
2
Do
2,86
97,14
0
80
3
Check
20
80
20
73,3
13
peringatan
atau
sanksi
kepada kontraktor yang tidak menerapkan
Jakarta:
sistem manajemen mutu
73541-T1566-Pengaruh
2. Perlu perlu peningkatan wawasan dan
http://eprints.ui.ac.id/
penerapan-QA.pdf (25 Desember
pemahaman sistem manajemen mutu dan
2010)
konsep PDCA dalam (Qualyti Assurance) bagi pelaku jasa konstruksi khususnya
Donal S. Barrie, Boyd C. Paulson. J.R,
kontraktor gred 4 di Sumbar agar tingkat
Sudinarto,
(1995),
Manajemen
penerapan elemen dari setiap komponen
Konstruksi
PDCA meningkat.
keempat, Erlangga, Jakarta.
Profesional,
Edisi
Ervianto, Wulfram I (2005), Manajemen Proyek Konstruksi Edisi Revisi,
DAFTAR PUSTAKA
Yogyakarta, Andi. Arikunto, S., "Prosedur Penelitian ", Rineka Fandi Ciptono dan Anastasia Diana, (2003),
Cipta, Jakarta,1993.
Total Quality Manajement, Andi, Yogyakarta
Aryanti Puja. Ni Wayan Vivi (2011), Berjudul Penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO
9001:2008
Pada
Gaspersz, Vinsent (2001), Total Quality
Proyek
Management.
Konstruksi Dengan Studi Kasusus
Jakarata:
Ikrar
mandiriabadi
Pelaksanaan Proyek Gedung Sarana Karantina Ikan Kelas I Ngurah Rai Di
Sunset
Gryna, Frank M (1994), Juran’s Quality
Road,
Planning And Analisys, London,
www.sipil.unud.ac.id. (20 Februari
Higher Education
2011) LPJK,
Dipohusodo, Istimawan (1996), Manajemen
Nasution, M.N (2001), Manajemen Mutu
Dohir, Ahmad (2002), Pengaruh Penerapan
Mutu
Bangunan
Terpadu, Edisi pertama, Ghalia
Pada Tahap
Terhadap
Penerapan,
Kompas Gramedia, Jakarta
2, Yogyakarta, Karnisius.
Konstruksi
Panduan
Manajemen Mutu ISO 9001:2000,
Proyek dan Konstruksi Jilid 1dan
Quality Assurance
(2005),
Indonesia, Jakarta
Kinerja Gedung
Bertingkat Tinggi Di Jabotabek, 14
Oberlender,
Garold
D
(2000),
Project
Santoso, Budi (2009), Manajemen Proyek,
Management for Enginering and
Konsep
Construction,
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Singapore,
&
Implementasi,
McGraw-Hill Higher Education Siregar, Sofyan (2010), Statistika Deskriptik Lestari,
Putu,
Widhi
(2010),
Berjudul
untuk Peneleitian, Jakarta, PT.
Evaluasi Penerapan Standar Mutu
Rajagrafindo Persada.
ISO 9001:2000 Pada PT. Adhi Karya
(Studi
Kasus:
Proyek
Suharto, Iman (2001), Manajemen Proyek,
Pembangunan Mekanikal Trashrack
dari
di
Operasiona, Edisi kedua, Jakarta:
Tukad
Rangda),
www.sipil.unud.ac.id. (20 Februari
Konseptual
Sampai
Erlangga.
2011) Swastika, LPJK (2010), Peraturan Lembaga Nomor: 15
I.
Wayan
pengaruh
Tahun 2010, Jakarta
proyek
(1997),
kualitas pada
pihak
Berjudul manajemen kontraktor
terhadap kinerja proyek konstruksi LPJK (2011),
Petunjuk Teknis Nomor
bangunan bertingkat di Jabotabek,
08/LPJK/D/I/2011, Jakarta
http://eprints.ui.ac.id Desember 2010)
Pemerintah
Republik
Indonesia
(1999),
undang-undang Nomor: 18 Tahun 1999, Jakarta.
15
(15