KAJIAN NILAI EKONOMI DAN EKO-HIDRO-OROLOGI PADA KAWASAN KONSERVASI Evelin Parera Dosen Kehutanan fakultas Pertanian Universitas Pattimura - Ambon
ABSTRACT The objective of this study was (1) to describe the value of conservation area (2) to identify the type of contribution of the conservation area (3) to identify the relationship between each value. Data and information was gathered from secondary sources such as reports, thesis, newspapers and textbooks. Data was analyzed based on descriptive and interpretative method. Results of the study showed (1) economic value of the conservation area was mainly based on wood production but its economic outlook declined as the forest disintegrated therefore its role in maintaining eco-hydro-orology decreased, (2) the economic value of the conservation area increased if there was a mutual gain between eco-hydro-orology elements, (3) the economic value of the conservation area increased if it had an eco-hydro-orology role, (4) the economic value of the conservation area comprised direct and indirect benefits, (5) there was a positive relationship between the economic value to the eco-hydro-orology role of the conservation area, and (6) there was significant effect of conservation area to the local, nation, regional and global economics. Keywords : economic value, eco-hydro-orology, conservation PENDAHULUAN Sumberdaya hutan dapat ditinjau dari berbagai segi, sangat tergantung kepada fokus perhatian atau kepentingan yang melekat dari setiap pihak yang berkepentingan (stakeholders). Misalnya seorang tertentu dapat memandang hutan sebagai penghasil kayu, orang yang lain memberikan perhatian kepada fungsi hutan sebagai habitat satwa, ataupun merupakan suatu gudang keanekaragaman hayati. Hal yang memungkinkan banyaknya manfaat yang dapat diperoleh dari hutan bagi kepentingan kehidupan manusia, karena hutan sebagai suatu ekosistem, yang mempunyai komponen biofisik yang saling berinteraksi, menghasilkan berbagai keluaran (hasil) fisik seperti kayu, buah, getah, daun, yang dapat menjadi produk untuk memenuhi kebutuhan masyarakat berupa barang, atau adanya proses (fungsi) ekologis dapat memberikan manfaat jasa atas lingkungan seperti pengendalian banjir dan erosi serta penyerapan karbon (CO2). Sering menjadi perdebatan bahwa nilai yang dimiliki sumberdaya hutan tidak saja nilai ekonomi, tetapi juga nilai ekologis dan nilai sosial. Hal ini disebabkan oleh perbedaan cara pandang terhadap makna atau arti dari nilai
tersebut. Kelompok penganut cara pandang (mazhab) nilai yang dimiliki sumberdaya hutan tidak nilai ekonomi saja, mempunyai anggapan bahwa nilai ekonomi adalah seluruh barang dan jasa yang secara langsung memberikan manfaat berupa pendapatan, sedangkan manfaat yang tidak berupa pendapatan tidak dipandang sebagai nilai ekonomi. Hutan sebagai suatu ekosistem yang didalamnya berlangsung proses ekologis, dapat memberikan manfaat yang bersumber dari fungsi ekologis tersebut, seperti pengendalian banjir dan erosi, penyerapan karbon dioksida (CO2), penciptaan iklim mikro, sumber plasma nutfah dan habitat satwa. Manfaat-manfaat ini tidak berupa nilai pendapatan, oleh kelompok ini tidak berupa nilai ekonomi tetapi berupa nilai ekologi. Kerusakan hutan yang terjadi dimasa ini, karena nilai potensi kawasan hutan berupa hasil hutan kayu dijadikan objek utama dalam meningkatkan perekonomian bangsa. Pemanfaatan potensi ini tanpa diimbangi dengan studi dampak secara komprehensif tentang akibat dari pemanenan hasil hutan. Pemanenan kayu akan memberikan dampak terhadap komponen-komponen hutan lainnya. Akibatnya pemanen hasil hutan kayu memberi kerusakan
254
Jurnal Agroforestri Volume V Nomor 4 Desember 2010
yang besar dan memberi biaya yang tinggi untuk mengendalikan dampak kerusakan yang ditimbulkan. Pentingnya arti pelestarian sumberdaya untuk mempertahankan keberlanjutan suatu kesatuan ekosistem yang berperan dengan keutuhan yang ada, kurang menjadi perhatian. Perlu ada pemahaman yang utuh dalam suatu perencanaan manajemen sumberdaya ataupun kawasan hutan. Salah satu upaya pemerintah dalam melestarikan keberadaan hutan yang kaya dengan sumberdaya yang bernilai tinggi adalah dengan menetapkan kawasan-kawasan hutan primer yang tersisa menjadi kawasan konservasi. Kawasan konservasi merupakan suatu kawasan yang bertujuan untuk perlindungan dan pelestarian plasma nutfah yang ada didalamnya, tetapi selain itu juga bertujuan untuk memanfaatkan kawasan tersebut baik untuk pendidikan, penelitian maupun untuk rekreasi. Suatu kawasan konservasi tidak akan memberikan kontribusi yang berarti jika tidak diberdayakan secara optimal. Hal ini bisa terjadi karena terlalu kaku dalam pengelolaan suatu kawasan konservasi, sedangkan ada banyak nilai ekonomi yang terkandung didalamnya dengan tetap memperhatikan nilai eko-hidro-orologis. Disisi lain adanya kesalahpahaman tentang kawasan konservasi. Hal ini lebih jelas terjadi ketika pemerintah menetapkan suatu kawasan konservasi dan membatasi kegiatan manusia dalam kawasan tersebut, sehingga masyarakat berpendapat bahwa kawasan konservasi tersebut hanya sedikit saja memberi manfaat uang mengalir pada masyarakat lokal atau negara. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, beberapa masalah dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Nilai-nilai ekonomi apa saja yang terkandung dalam suatu kawasan konservasi ? 2. Berapa besar kontribusi suatu kawasan konservasi terhadap ekonomi lokal ? 3. Bagaimana hubungan antara nilai ekonomi yang terkandung didalamnya dengan nilai eko-hidro-orologi ? Tu j u a n d a r i p e n e l i t i a n i n i y a i t u menguraikan nilai-nilai yang terkandung didalam suatu kawasan konservasi; berapa besar kontribusi
suatu kawasan konservasi terhadap ekonomi lokal dan menggambarkan hubungan antara nilai-nilai tersebut. METODE PENELITIAN Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan dengan menggunakan metode studi pustaka. Data yang dikumpulkan meliputi data primer yaitu dari berbagai sumber pustaka meliputi berbagai nilai ekonomi dalam kawasan konservasi. Analisis Data Data yang dikumpulkan dari berbagai pustaka dianalisis secara deskriptif, yaitu membuat gambaran suatu keadaan secara sistematik, faktual dan akurat mengenai faktorfaktor, sifat-sifat dan hubungan antara fenomena, selanjutnya diinterpretasikan secara kualitatif. HASIL DAN PEMBAHASAN Nilai Ekonomi Kawasan Konservasi Soemardja (1988), mendefenisikan konservasi sebagai upaya manusia untuk mengelola lingkungan guna menjamin manfaat maksimum bagi manusia sekarang dan mandatang. Konservasi sangat penting bagi pelestarian pembangunan, demikian juga pada tingkat tertentu pembangunan itu sangat penting bagi kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan. Menurut Undang-Undang, Nomor 5 tahun 1990, konservasi alam hayati adalah pengelolaan sumberdaya alam yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman hayati dan nilainya. Kawasan konservasi Indonesia menurut Undang-Undang Nomor 5 tahun 1990 dibagi atas Kawasan Pelestarian (KPA) yang terdiri atas Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata dan Kawasan Suaka Alam (KSA) yang terdiri atas Cagar Alam, Suaka Margasatwa dan Cagar Biosfir. Luas kawasan konservasi menurut Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) adalah sekitar 19 juta ha (15,53% dari luas total hutan Indonesia).
Kajian Nilai Ekonomi dan Eko-hidro-orologi pada Kawasan Konservasi
255
Jurnal Agroforestri Volume V Nomor 4 Desember 2010 Kawasan konservasi sesuai dengan fungsinya mempunyai peranan ekonomi yang tinggi. Namun demikian mengingat berbagai pemanfaatannya yang bersifat tidak nyata secara ekonomi, kawasan konservasi seolah-olah tidak mempunyai nilai ekonomi. Selain itu menurut Dixon dan Sherman dalam Sunarminto (1996), beberapa karakteristik manfaat dari kawasan konservasi yang menyebabkan kesulitan dalam dalam memberi nilai manfaatnya. Karakteristik manfaat tersebut meliputi : 1. Untuk memperoleh manfaat kawasan konservasi, seperti udara nyaman, air yang jernih dan sebagainya tidak diperlukan persaingan. 2. Manfaat dari kawasan konservasi dapat diterima atau dirasakan oleh siapa saja baik yang dekat maupun yang jauh dari kawasan. 3. M a n f a a t d a r i k a w a s a n k o n s e r v a s i mengandung suatu ketidakpastian, yaitu
banyak dari kandungan suatu kawasan konservasi yang belum dapat ditentukan pemanfaatanya terutama dalam jangka pendek. Mengidentifikasi barang dan jasa suatu kawasan akan menentukan nilai dari barang dan jasa tersebut. Pengukuran nilai ini tidak selalu suatu proses yang nyata. Yang termasuk barang dan jasa adalah rekeasi dan pariwisata, habitat vegetasi dan margasatwa, sumberdaya genetik, hidrologi, perlindungan terhadap bencana alam, dan lain-lain. Beberapa dari barang dan jasa ini ada yang tidak diperdagangkan di pasaran dan oleh karena itu tidak memiliki nilai pasar yang jelas. Nilai dari barang dan jasa yang tidak ada pasarnya, diukur dan diekspresikan dalam moneter yang sesuai, sehingga dapat dipertimbangkan pada skala yang sama sebagai komponen perdagangan yang komersil. Nilai ekonomi total yang terkandung didalam suatu kawasan konservasi dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Nilai Ekonomi Total Kawasan Konservasi Use Values Direct use value Recreation Sustainable harvesting Wildlife harvesting Fuel-Wood Grazing
Indirect use value Ecosystem Services Climate stabilisation
Future information Future use (indirect and direct)
Bequest values Use and non-use values for legacy
Existence Value Biodiversity Ritual or spiritual values Culture, heritage
Ground water recharge Carbon sequestration
Community values
Habitat
Gene Harvesting
Nutrient retention
Research
Option value
Flood control
Agriculture
Education
Non-Use Values
Landscape
Natural disaster prevention Watershed protection Natural services
Source : Adapted from Barbier et al., (1997) dalam WCPA (1998) Komponen Nilai Ekonomi Kawasan Konservasi Nilai ekonomi yang terkandung dalam kawasan konservasi berupa nilai manfaat. Manfaat kawasan konservasi terdiri dari nilai
guna langsung (direct use values) yang dapat dihitung dengan menggunakan metode-metode perhitung tradisional, nilai guna tidak lanngsung (indirect use values), nilai masa depan (future values), dan nilai manfaat konsumtif (non-use
Evelin Parera
256
Jurnal Agroforestri Volume V Nomor 4 Desember 2010
values). Nilai guna langsung meliputi makanan yang dihasilkan dari kawasan, produk-produk laut atau hutan, dan manfaat rekreasi. Manfaatmanfaat ini mudah dihitung sebagai manfaat yang diperoleh dari kawasan konservasi seperti (tiket masuk, produk hutan dan non-hutan yang dipanen) dan biaya kehilangan kesempatan atau opportunity cost (seperti hilangnya hak atas sumberdaya pertambangan) . Nilai guna tidak langsung dari manfaat kawasan konservasi merupakan manfaat fungsional dari proses ekologi yang secar terus menerus memberikan peranannya pada masyarakat dan ekosistem. Nilai guna pilihan (option value) meliputi manfaat-manfaat sumberdaya alam yang disimpan atau dipertahankan untuk kepentingan yang akan datang seperti sumberdaya hutan yanng disisihkan untuk pemanenan masa akan datang dan produkproduk spekulatif lannya seperti sumberdaya genetik dari hutan tropis untuk kepentingan masa depan. Umumnya, produk-produk yang belum diketahui tersebut tidak memiliki nilai pasar pada saat ini. Nilai guna non-konsumtif meliputi nilai keberadaan (existence values) dan nilai warisan (bequest values). Nilai keberadaan adalah nilai yang diberikan oleh masyarakat pada kawasan konservasi atas manfaat spiritual, estetika, dan kultural. Nilai warisan adalah nilai yang diberikan masyarakat yang hidup saat ini terhadap suatu daerah tertentu agar tetap utuh untuk diberikan Pada generasi yang akan datang. Nilai-nilai ini tidak terefleksi dalam harga pasar. Nilai eko-hidro-orologi Pearce dan Moran (1994) mengemukakan bahwa nilai total ekonomi tidak benar-benar total karena : (1) tidak mencakup keseluruhan nilai kecuali nilai ekonomi, (2) banyak ahli ekologi menyatakan bahwa nilai ekonomi total belum mencakup semua nilai ekonomi karena ada beberapa fungsi ekologis dasar yang bersifat sinergis sehingga nilai fungsi secara tunggal. Manan (1985) menyatakan bahwa dari sudut rimbawan hutan mempunyai fungsi serbaguna, sebagai penghasil kayu, pengaturan tata air,
tempat berlindung dan tumbuh kehidupan liar, penghasil pakan dan tempat wisata. Namun demikian, sangat sulit menetapkan batas-batas fungsi tersebut secara tegas karena adanya interaksi antara fungsi tersebut Ekosistem yang berfungsi dengan baik bisa menyediakan dan menghasilkan jasajasa lingkungan lain yang juga bermanfaat bagi spesies yang hidup di dalamnya, seperti dalam perlindungan kualitas air dan tanah serta penciptaan iklim lokal. Selain sebagai sumber keanekaragaman hayati, kawasan konservasi sistem hidrologi bagi wilayah di sekitarnya. Gangguan terhadap kawasan ini secara langsung akan berpengaruh terhadap kondisi hidrologi. Sehubungan dengan peranannya itu maka upaya konservasi mutlak dilaksanakan, bukan hanya karena komitmen internasional, tetapi juga karena kebutuhan pembangunan yang berkelanjutan. Konservasi secara klasik sering diartikan sebagai larangan pengembangan untuk menjaga keutuhan dan kelestarian, akan tetapi secara luas konservasi sesungguhnya berarti juga upayaupaya pemanfaatan secara bijaksana sehingga kesinambungan fungsi tetap terpelihara. Proses-proses ekologi memberikan manfaat global, karena hutan tropis dapat menyerap karbon dan mengendalikan perubahan iklim. Mekanisme pasar tidak merefleksikan nilainilai guna non-konsumtif. Namun nilai guna tak langsung memperlihatkan secara nyata bahwa terdapat keterkaitan yang jelas antara kawasan konservasi dan pembangunan ekonomi. Nilai Ekonomi yang Terkandung dalam Kawasan Konservasi Banyak penelitian yang dilakukan di kawasan konservasi, mengenai nilai ekonomi, baik secara terpisah maupun secara total. Penelitian tersebut antara lain: 1. Studi Permintaan Terhadap Manfaat Intangible dari Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (Darusman, 1991); yang dinilai adalah nilai manfaat rekreasi yang diperoleh masyarakat (pengunjung) dengan besarnya kesediaan membayar, mereka memperoleh nilai manfaat (surplus konsumen) sebesar :
Kajian Nilai Ekonomi dan Eko-hidro-orologi pada Kawasan Konservasi
257
Jurnal Agroforestri Volume V Nomor 4 Desember 2010 Tabel 2. Surplus Konsumen pada Berbagai Kawasan yang Dikunjungi Kawasan
Surplus Konsumen (Rp)
Kesediaan Membayar Minimum
Maximum
Minimum
Maximum
0
7000
0
222.053.075
Wana Wisata Mandalawangi
300
10000
0
151.509.350
Taman Wisata Situ Gunung
300
6000
0
63.698.250
KPA Selabintana
300
7000
0
38.250.600
KPA Cibodas
Sumber: Hasil Penelitian Darusman (1991) dalam Tabel 3, 24, 32, 40. 2. Nilai Ekonomi Taman Hutan Rakyat Wan Abdul Rahman, Provinsi Lampung (Setiawan, 2000); Tabel 3.
Ringkasan Hasil Perhitungan Nilai Ekonomi Total Taman Hutan Raya Wan Abdul Rahman (WAR) (Rp per Tahun) Komponen
Hijauan pakan ternak Kayu bakar Perladangan tanaman semusim Perladangan tanaman tahunan Sub Total *) 1 Air untuk rumah tangga Air sawah Sub Total *) Wisata Total ***)
Nilai yang Dikorbankan
Kesediaan Berkorban
Surplus Konsumen
4.749.345.807
1.167.816.186
3.581.529.620
52.523.850.947
42.194.439.731
10.329.411.216
1.237.719.573
856.483.891
381.235.682
2.588.759.595
1.199.194.595
1.389.565.000
61.099.675.922
45.417.934.403
15.681.741.518
2
3
4
709.269.939
222.040.785
487.530.594
369.959.904
220.876.408
149.083.495
1.079.529.843
442.917.193
636.614.089
25.545.227
16.187.714
9.357.513
62.462.565.822
45.877.039.310
16.327.713.120
Sumber : Hasil Analisis Data Primer (Setiawan, 1999) dalam Tabel 30. 3. Nilai Ekonomi Taman Nasional Meru Betiri (TNMB) (Handayani, 2002) Tabel 4. Ringkasan Nilai Ekonomi Total Taman Nasional TNMB Komponen Nilai Guna Langsung Kayu Kayu bakar Bambu Rekreasi Air Rumah Tangga Tanaman semusim Tanaman Tahunan Sub Total Nilai Guna Tak Langsung Air sawah Serapan Karbon Sub Total Total
Nilai Ekonomi Total
Nilai Ekonomi Total per Tahun (Rp)
Rerata Nilai Ekonomi per tahun (Rp)
Persentase (%)
161.138.391.400 10.763.684.180 2.503.411.218 133.264.169 6.956.100.297 2.603.466.163 183.336.987.000 36.743.530.4427
3.222.767.282 10.763.684.180 2.503.411.218 133.264.169 6.956.100.297 2.603.466.163 3.666.793.740 29.849.487.049
57.913 193.422 44.986 2.395 125.000 46.784 65.892 536.392
4.351 14.530 3.379 0.180 9.390 3.515 4.950 40.295
586.613.759
586.613.759 43.640.723.300 44.227.337.059 74.076.824.108
10.541 784.220 794.761 1.331.153
0.792 58.913 59.705 100.00
Sumber : Hasil Analisis Data Primer (Handayani, 2002) dalam Tabel 25 Evelin Parera
258
Jurnal Agroforestri Volume V Nomor 4 Desember 2010
Nilai ekonomi total TNMB sebagian besar dengan nilai tertinggi adalah dari serapan karbon (59,705%) diperoleh dari nilai guna tidak langsung (58,912%). Sedangkan kontribusi nilai guna atau intangible yang berupa jasa lingkungan langsung (tangible) sebesar (40,295%). 4. Nilai ekonomi total Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun (Rofiko, 2003). Tabel 5. Nilai Ekonomi Sumberdaya Hutan dengan Status Taman Nasional bagi Masyarakat Lokal Manfaat (Rp/TaBiaya (Rp/Tahun/ Klasifikasi Nilai Desa hun/Desa) Desa) Nilai Guna Langsung. Flora dan Fauna D. Cisarua 546.831.161
Nilai Guna Langsung air konsumsi sehari-hari
Nilai Tidak Langsung air irigasi pertanian Nilai Tidak Langsung air irigasi sistem hidrologi Nilai Guna Langsung Wisata Alam Nilai Pilihan Nilai Keberadaan
Nilai Total
D. Malasari
1.488.786.174
D. Kiarasari
13.822.685.760
D. Sirnarasa
19.425.362.496
D. Cihamerang
6.664.153.236
D. Parakan Salak
---
D. Palasari
714.623.205
D. Taman Sari
---
D. Cisarua
188.848.000
D. Malasari
514.152.000
D. Cihamerang
112.177.344
D. Parakan Salak
---
D. Palasari
130.659.140
D. Taman Sari
---
D. Cisarua
124.410.000
D. Malasari
338.715.000
D. Cisarua
126.962.000
D. Malasari
345.663.000
D. Cisarua
0
D. Malasari
0
D. Cisarua
108.034.667
D. Malasari
283.709.421
D. Cisarua
38.343.750
D. Malasari
---
D. Cihamerang
38.343.750
D. Parakan Salak
---
D. Palasari
38.343.750
D. Taman Sari
--1.689.850.894
42.662.442.032
Sumber : Hasil Penelitian Rofiko (2003) dalam Tabel 38. Dari beberapa penelitian tersebut diatas, Besarnya nilai ekonomi jasa ekologis dari sebenarnya nilai yang ada dalam suatu kawasan ekosistem hutan di dunia diperkirakan sebesar konservasi lebih fokus kepada manfaatnya. Pada US$ 4.7 trilyun/tahun. Nilai ini sekitar 15% dari dasarnya penilaian ekonomi yang dilakukan total Produk Nasional Bruto tahunan seluruh tersebut sudah termasuk didalamnya mengenai negara di dunia (Costanza 1997 dalam Gardener nilai eko-hidro-orologis. dan Engelman, 1999). Dari nilai tersebut, yang berasal dari jasa ekosistem hutan tropika diduga Kajian Nilai Ekonomi dan Eko-hidro-orologi pada Kawasan Konservasi
Jurnal Agroforestri Volume V Nomor 4 Desember 2010 sebesar US$ 2,000/tahun/ha. Nilai ini lebih dari enam kali jasa untuk hutan pada tempat beriklim sedang (temperate forest) dan hutan daerah kutub di belahan utara bumi (boreal forest). Secara umum dan kualitatif nasional, nilai ekonomi peran hutan sangat penting dan besar. Gambaran rinci dari sebagian nilai tersebut diuraikan sebagai berikut : a. Hasil hutan, pada tahun 1969, pendapatan negara sebagian besar bersumber dari minyak bumi dan hasil hutan terutama kayu. b. Tahun 1969-1994, hasil hutan secara keseluruhan telah memberikan kontribusi dalam meningkatkan pendapatan per kapita penduduk Indonesia dari US $70.0 (tahun 1969) menjadi US $884.0 (tahun 1994) (Kompas edisi 3 1995 dalam Suhendang, 1999) c. S e l a m a p e r i o d e 1 0 t a h u n t e r a k h i r (1989-1999), sumbangan devisa dari industri perkayuan saja telah memberikan perolehan devisa bagi negara rata-rata 20% dari total devisa negara selama periode tersebut (Kartodihardjo, 1999). d. Antara tahun 1994-1998, besarnya devisa dari hasil ekspor kayu gergajian dan kayu lapis diperkirakan sekitar : US $ 15,302.6 juta atau 15,3 milyar dolar Amerika Serikat. (Data diolah dari Departemen Kehutanan, dalam Suhendang, 2002). e. Pada era reformasi antara tahun 1999-2000, dari hasil ekspor kayu gergajian dan kayu lapis diperoleh devisa sebesar US $ 2,736.2 juta atau 2,7 milyar dolar Amerika Serikat. Apabila dihitung dengan hasil kayu olahan lain, yaitu blockboard, woodworking, pulp dan kertas, maka nilai devisa yang diperoleh seluruhnya adalah 4.423,0 juta atau 4,4 milyar (US $). Nilai ini belum termasuk devisa dari hasil ekspor hasil hutan bukan kayu dan fauna serta flora selain kayu (Data diolah dari Departemen Kehutanan, dalam Suhendang, 2002). Gambaran di atas merupakan sebagian saja, yaitu besarnya devisa dari hasil ekspor hasil hutan kayu, dari nilai ekonomi hutan yang diperoleh selama periode 1969-2000. Nilai ekonomi hutan yang sebenarnya selama periode
259
tersebut jauh lebih besar dari angka-angka tersebut. Penelitian Whiteman dan Fraser (1997) menunjukkan hampir 20% turis asing ke Indonesia mengungunjugi kawasan hutan. Nilai total kontribusi ekowisata US$ 167,6 juta atau sekitar 3,5% total nilai pariwisata di Indonesia per tahun. Menurut David Pearce, Professor Economics for Environment Consultancy, Inggris, lebih dari 75% devisa non kayu di Indonesia disumbang oleh rotan senilai US$ 100 juta (860 miliar/tahun). Nilai eko-hidro-orologi Manfaat hutan dalam kelompok fungsi ekologis adalah berbagai bentuk jasa hutan yang diperlukan dalam memelihara dan meningkatkan kualitas lingkungan, misalnya fungsi hutan untuk mengendalikan erosi, memelihara kesuburan tanah, habitat flora dan fauna dan fungsi hutan untuk mengendalikan penyakit tanaman pertanian. Beberapa nilai yang dapat dijadikan sebagai gambaran nilai eko-hidro-orologi seperti yang diuraikan oleh Suhendang (2002) sebagai berikut : a. Nilai jasa perlindungan terhadap pencegahan erosi dan pengendapan lumpur dalam wilayah DAS, diperkirakan sebesar US $22.0 milyar/tahun (Anwar, 2000). b. Nilai jasa hutan untuk menyimpan karbon dengan tarif sebesar US$ 10.0/ton/tahun (Anwar, 2000), maka dari seluruh hutan tropika di Indonesia diperkirakan sebesar : 0,50 x 120,4 juta hektar x 250 ton/hektar x US $ 10.0/ton/tahun = US$ 150.1 milyar/tahun, atau US $0.15 trilyun/tahun. Nilai ini adalah perkiraan nilai jasa hutan yang telah ada dalam menyimpan karbon apabila dinyatakan dengan nilai uang. Akan tetapi nilai ini tidak identik dengan nilai jual jasa hutan dalam menyerap dan menyimpan karbon melalui skema perdagangan karbon (carbon trading) sebagai bagian dari program CDM melalui Kyoto Protocol, mengingat tegakan hutan ini tidak seluruhnya memenuhi syarat-syarat yang diperlukan dalam sistem perdagangan karbon. Perkiraan nilai
Evelin Parera
260
Jurnal Agroforestri Volume V Nomor 4 Desember 2010
ini bersifat pesimistis, dengan menganggap setiap saat besarnya volume tegakan persediaan (standing stock) adalah setengah dari volume tegakan pada hutan primernya. Jadi lebih rendah dari yang sebenarnya. Nilai-nilai tersebut baru sebagian kecil saja dari jasa ekologis ekosistem hutan di Indonesia. Beberapa nilai jasa ekologis lain yang sangat besar dan belum diketahui nilainya adalah : a. Nilai perlindungan terhadap bencana banjir yang pada awal tahun 2002 (Januari-Pebruari) melanda Kota Jakarta dan beberapa kota lain di Indonesia. Bahaya banjir seperti itu diduga akan terjadi pula di tempat-tempat lain seandainya hutan-hutan di sekitar wilayah tersebut dibabat habis. b. Nilai keanekaragaman hayati, berupa jasanya sebagai habitat bagi berbagai jenis flora dan fauna yang nilainya sangat tinggi dan belum diketahui, serta nilai perlindungan terhadap hama dan penyakit tanaman pertanian berkat adanya berbagai jenis predator yang tinggal di dalam hutan. Menurut analisa hidrologi Alyward (2000), nilai air yang mampu diserap hutan, dengan keuntungan dari ketersediaan air bersih di hutan sekitar 1.500 m3/ha/tahun, senilai US$ 277 (Rp. 2,38 juta) per hektare. Kerusakan hutan dengan berbagai penyebabnya mengakibatkan kerugian ekonomi sebesar Rp. 30,4 triliun/tahun (Departemen Kehutanan dalam Tempo, 29 Oktober 2004). Data Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana menunjukkan, sejak tahun 1998 sampai pertengahan 2003, bencana banjir di Indonesia terjadi 302 kali dengan korban jiwa 1.066 orang dan kerugian Rp. 191,31 miliar. Sedangkan tanah longsor terjadi 245 kali dengan korban jiwa 645 orang dengan kerugian Rp. 1.394 miliar. Menurut Dewan Asuransi Indonesia, klaim akibat banjir tahun 2002 mencapai 1 triliun. Jasa yang bersifat hidro-orologis pada hutan hujan tropika sangat besar, diantaranya untuk jasa transportasi melalui sungai, yang merupakan transportasi vital kehidupan masyarakat sekitar hutan dan perkembangan ekonomi daerah. IPB (199) pernah mengkaji bahwa nilai ekonomi jasa transportasi di daerah kering Kalimantan adalah
sekitar Rp. 96.083/ha/thn. Lampietti dan Dixon (1994) pernah melakukan studi tentang fungsi hutan untuk konservasi air di Indonesia (Jawa), Philipina, Kamerun dan Thailand, melaporkan bahwa nilai jasa hidrologisnya sebesar US$ 1 sampai US$ 30/ha/thn (nilai rata-rata US$ 10/ ha/thn). Selanjutnya jasa-jasa konservasi tanah hutan, antara lain, adalah untuk mencegah erosi tanah, mencegah banjir dan meningkatkan kesuburan tanah. Hal ini disebabkan daerah hutan tropik mempunyai curah hujan tinggi sehingga potensi bahaya erosi tanah dan banjir sangat besar. IPB (1999) menilai jasa hutan untuk pencegahan erosi tanah di daerah kering Kalimantan adalah sebesar Rp. 112.500/ha/thn. Dari uraian diatas, baik keuntungan maupun kerugian itulah nilai eko-hidro-orologi ketika kawasan hutan dilestarikan seperti kawasan konservasi ataupun tidak dilestarikan dengan adanya pemanenan besar-besaran terhadap satu produk hutan, yaitu kayu. Oleh karena itu perlu kebijkasanaan dalam pemanfaatan kawasan hutan. Kontribusi Kawasan Konservasi bagi Ekonomi Lokal Sistem kawasan konservasi Indonesia merupakan tempat sebagian hutan tropis dan sumber keanekaragaman hayati paling penting di dunia. Sumberdaya tersebut memberi manfaat pada tingkat lokal, nasional dan global. Namun, sumberdaya tersebut berada dalam tekanan serius seiring dengan pertumbuhan pendukuk lokal dan permintaan nasional terhadap penghasilan devisa. Kawasan konservasi memberikan kontribusi yang penting bagi ekonomi lokal. Contohnya : 1. Canada, dengan mengeluarkan $C 6,5 miliar untuk menunjang kegiatan suaka margasatwa akan mendapatkan $C 2,5 miliar per tahun dari pajaknya untuk Pendapatan Domestik Bruto. 2. Australia mendapat lebih dari $A 2 miliar dari 8 Taman Nasional. 3. Costa Rica, mengeluarkan $US 12 miliar dan pada tahun 1991 menghasilkan lebih
Kajian Nilai Ekonomi dan Eko-hidro-orologi pada Kawasan Konservasi
261
Jurnal Agroforestri Volume V Nomor 4 Desember 2010 dari $US 330 miliar dengan pengunjungan sebesar 500.000, yang menyebabkan pariwisata merupakan industri ke-2 di negara tersebut. 4. Tanzania, perburuan gajah yang tidak dikontrol menyebabkan kerugian karena kerusakan vegetasi dan punahnya gajah. Tetapi pada saat ada konservasi gajah akan meningkatkan produktivitas kawasan tersebut. 5. Zaire (Republik Demokrasi Congo) mendapatkan 75% dan Botswana mendapatkan 40% protein hewani dari hutan 6. Tanzania, Nepal dan Malawi memperoleh 90% energy dari kayu bakar dan tahi yang tersedia di hutan dan negara yang lain juga lebih dari 80%. 7. Di Australia, produksi air oleh Bendungan Upper Thompson di Victoria memperoleh sesuatu yang lebih berharga daripada kayu bakar dari lahan yang sama. 8. Di Philipina, pariwisata dan fishing lebih menguntungkan daripada logging. Mangrove Fijian lebih berharga daripada kayu bakar dan fishing sangat berharga daripada digunakan sebagai lahan pertanian. 9. Destruktif pesisir US antara tahun 1954 dan 1978 mengeluarkan biaya $ 200 miliar untuk produksi ikan tiap tahun. 10. Di Italia, Taman Nasional Abruzzo yang sudah terkenal, meregenerasi ekonomi pada daerah miskin sehingga dapat mengurangi penderitaannya. Dengan demikian keberadaan kawasan konservasi sangat memberikan dukungan atau kontribusi dalam meningkatkan ekonomi lokal, sesuai dengan keberadaan kawasan itu sendiri baik nilai langsung maupun nilai tidak langsung (manfaat). Hubungan Nilai Ekonomi Kawasan Konservasi dengan Nilai Eko-hidro-orologi Sebelum melihat hubungan nilai ekonomi kawasan konservasi dengan nilai eko-hidroorologi, terlebih dahulu akan dilihat hubungan nilai ekonomi dengan nilai eko-hidro-orologi pada beberapa kondisi hutan sebagai berikut :
Hutan Produksi dengan Nilai Ekonomi Utamanya Kayu Hutan produksi yang dikelola lebih ditekankan pada hasil kayu, dimana kita ketahui bahwa pengelolaan hutan produksi sangat berpotensi untuk menghilangkan suatu kawasan hutan jika tidak dikelola dengan bijaksana. Pada kondisi hutan ini, nilai ekonomi meningkat, tetapi nilai eko-hidro-orologi menurun, karena jika suatu kawasan itu telah rusak, maka fungsi hutan itu (eko-hidro-orologi) tidak berlangsung dengan baik, sehingga nilai eko-hidro-orologi pun menurun. Hal ini dapat ditunjukkan pada Gambar 1. Harga
Nilai eko-hidro-orologi
Nilai Ekonomi
0
Gambar 1.
Jumlah
Hubungan Nilai Ekonomi dengan Nilai Eko-hidro-orologi pada Hutan Produksi
Hutan Produksi dengan Nilai Ekonomi Beberapa Jenis Hasil Hutan Sebagaimana kita ketahui bahwa hutan tidak hanya menghasilkan kayu, tetapi begitu kayanya hutan dengan berbagai hasil non kayu seperti rotan, getah, madu, dan lain-lain. Yang bila diambil/dipanen secara proporsional tidak akan merusak hutan itu sendiri. Dengan demikian fungsi hutan itu akan berjalan dengan baik, sehingga nilai eko-hidro-orologi pun dapat dipertahankan. Hal ini dapat ditunjukkan pada Gambar 2. Pemanenan satu jenis hasil tidak akan merusak jenis hasil yang lain, selama masih berada pada daerah Production Possibility Frontier, dan akan efektif jika berada pada titik keseimbangan, yaitu perpotongan garis NK (Non Kayu) dengan garis (Kayu). Dengan demikian kedua nilai tersebut akan berada pada satu keadaan yang ama yaitu adanya keseimbangan.
Evelin Parera
262
Jurnal Agroforestri Volume V Nomor 4 Desember 2010
Non Kayu
Nilai Ekonomi dan Nilai eko-hidro-orologi
NK Production Possibility Frontier
0
K
Kayu
Gambar 2. Hubungan Nilai Ekonomi dengan Nilai Eko-hidro-orologi pada Production Possibility Frontier
Kawasan Konservasi Kawasan konservasi antara lain, Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata, Cagar Alam, Suaka Margasatwa, Cagar Biosfir. Pemanfaatannya pada dasarnya kawasan-kawasan tersebut diperuntukkan untuk perlindungan fungsi eko-hidro-orologi yang dapat diartikan sebagai nilai eko-hidro-orologi. Sehingga dalam pengelolaannya, nilai ekonomi ditunjang oleh nilai eko-hidro-orologi karena jika fungsi ekohidro-orologi tidak berjalan dengan baik maka akan menurunkan nilai ekonomi kawasan. Dengan demikian nilai eko-hidro-orologi menunjang nilai ekonomi kawasan konservasi, yaitu jika fungsi eko-hidro-orologi terjaga maka nilai ekonomi kawasan itu tetap ada. Hal ini dapat ditunjukkan pada Gambar 3.
Harga
Nilai Ekonomi dan Nilai eko-hidro-orologi
0
Gambar 3.
Jumlah
Hubungan Nilai Ekonomi Kawasan Konservasi dengan Nilai Eko-hidro-orologi
Dixon et. al. (1996) mengemukakan nilai guna dari kawasan konservasi mendorong tambahan manfaat langsung melalui proses efek pengganda (multiplier effect). Contohnya uang yang dikeluarkan oleh seorang pengunjung pada suatu penginapan ekowisata mendorong penambahan pengeluaran di suatu wilayah tertentu, karena pengecer makanan lokal dan petani bekerjasama untuk memasok bahan-bahan makanan untuk keperluan bisnis penginapan tersebut. Namun, bisnis penginapan tersebut juga mendorong biaya, seperti meningkatnya limbah air, yang secara substansial sebetulnya telah mengurangi keuntungan bersih yang diperolehnya. Oleh sebab itu, perlu memperhatikan manfaat dan biaya ekonomi dari suatu kawasan konservasi secara bersama-sama. Karena jika tidak demikian maka ada kerugian yang ditanggung oleh masyarakat ataupun pemerintah dalam bentuk kehilangan akses pemanfaatan terhadap sumberdaya yang berada dalam didalam kawasannya (opporunity
cost). Misalnya kehilangan hak pemanfaatan atas kayu, hasil hutan non-kayu, pertambangan, lahan pertanian, pemukiman penduduk, lahan industri, pembuangan limbah perikanan, komoditas ekspor dan pariwisata. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Nilai ekonomi yang ditekankan pada satu hasil saja (kayu) akan mengurangi nilai dari hutan itu karena kerusakan hutan yang mengakibatkan fungsi eko-hidro-orologi tidak berjalan dengan baik. 2. Nilai ekonomi suatu kawasan akan meningkat jika nilai eko-hidro-orologinya meningkat karena adanya sinergis. 3. Kawasan konservasi nilai ekonomi yang tinggi jika memiliki nilai eko-hidroorologi.
Kajian Nilai Ekonomi dan Eko-hidro-orologi pada Kawasan Konservasi
Jurnal Agroforestri Volume V Nomor 4 Desember 2010
263
Nilai ekonomi kawasan konservasi Saran merupakan nilai manfaat langsung dan tidak Penilaian ekonomi kawasan konservasi langsung. perlu dilakukan secara utuh untuk mendapatkan 5. Hubungan nilai ekonomi kawasan konservasi nilai-nilai yang sangat berarti bagi pengelolaan dengan nilai eko-hidro-orologi berbanding kawasan konservasi sehingga fungsi eko-hidrolurus jika fungsi kawasan hutan tetap orologi dapat tercapai. Dengan demikian dapat meningkatkan nilai ekonomi kawasan konservasi berjalan dengan baik. 6. Kawasan konservasi memberikan kontribusi dan dapat mempertahankan fungsinya serta yang berarti bagi ekonomi lokal, nasional, memberikan kontribusi yang berarti bagi semua pihak. regional ataupun internasional. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 1998. Economic Values of Protected Areas. World Commission on Protected Areas. IUCN Publications Services Unit. Cambridge. 4.
Anonim, 2004. Selamatkan Hutan, Segera ! Departemen Kehutanan Koran Tempo: 7 (kolom 1-4). Tanggal 29 Oktober 2004. Jakarta Bahruni, 1999. Penilaian Sumberdaya Hutan dan Lingkungan. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor. Darusman D, 1991. Studi Permintaan Terhadap Manfaat Intangible dari Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Laporan Penelitian. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor. Effendi E, 2001. Peranan Penilaian Ekonomi Sumberdaya dalam Memperkuat Pengelolaan Kawasan Konservasi di Era Otonomi Daerah. Di dalam: Merrill R, Effendi E, editor. Memperkuat Pendekatan Partisipatif dalam Pengelolaan Kawasan Konservaasi di Era Transisi dan Otonomi Daerah. Hal. 17-26. Jakarta. Handayani T, 2002. Nilai Ekonomi dan Strategi Pengelolaan Taman Nasional Meru Betiri [Tesis]. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Johnson RL, Johnson GV, 1990. Economic Valuation of Natural Resources. Issues, Theory and Applications. Westview Press. Oxford. Pamulardi B, 1999. Hukum Kehutanan dan Pembangunan Bidang Kehutanan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Pearce D, Moran D, 1994. The Economic Value of Biodiversity. IUCN. The World Conservation Union. London : Earthscan Publication Ltd. Rofiko. 2003. Nilai Ekonomi Total Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun (Studi Kasus di Desa Cisarua dan Desa Malasari). [Skripsi]. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor. Roslinda E, 2002. Nilai Ekonomi Hutan Pendidikan Gunung Walat dan Kontribusinya Terhadap Masyarakat Sekitar. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Suhendang E, 2002. Pengantar Ilmu Kehutanan. Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan. Bogor. Soemardja E, 1988. Konservasi Sumberdaya Alam. Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pengawetan Alam. Bogor. Sunarminto T, 1996. Pengembangan Rekreasi Alam di Kawasan Hutan. Media Konservasi. Vol. V No. 1 April 1996: 51-54. Jakarta.
Evelin Parera