KAJIAN METEO-OSEANOGRAFI UNTUK OPERASIONAL PELAYARAN GRESIK-BAWEAN Engki Andri Kisnarti Program Studi Oseanografi, Fakultas Teknik dan Ilmu Kelautan Universitas Hang Tuah Jl. Arif Rahman Hakim 150 Surabaya
[email protected]
ABSTRAK Setiap tahun Pulau Bawean yang terletak di Utara Kabupatem Gresik selalu terisolir bila terjadi gelombang di perairan Gresik-Bawean. Satu-satunya transportasi yang menghubungkan pulau tersebut adalah melalui laut. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui karakteristik gelombang di perairan Gresik-Bawean dan memprediksi kapan terjadi gelombang tinggi yang mempengaruhi perairan perairan Gresik-Bawean dengan menggunakan analisis deskriptif kuantitatif. Studi pada lokasi penelitian memperoleh pembagian periode gelomban tinggi di atas 2 meter dimana hal ini dapat mempengaruhi operasional pelayaran Gresik-Bawean. Pembagian ini meliputiperiode bulan dengan gelombang tinggi yang terjadi pada bulan Januari, Februari, Juli dan Agustus, dikatagorikan sebagai bulan bahaya. Periode bulan dengan gelombang tenang terjadi pada bulan Maret, April, Oktober, dan November, dikatagorikan sebagai bulan aman. Periode bulan dengan gelombang sedang terjadi pada bulan Mei, Juni, September, dan Desember dikatagorikan sebagai bulan waspada. Dengan berpedoman pada periode tersebut kapal-kapal dapat melakukan antisipasi pada saat berlayar ke Pulau Bawean pada periode bulan bahaya dan periode bulan waspada demi keamanan dan keselamatan transportasi laut. Kata Kunci: gelombang, Gresik, Bawean, pelayaran PENDAHULUAN Pulau Bawean merupakan pulau kecil yang terletak di Laut Jawa, 120 km atau 90 mil Laut Utara Gresik. Termasuk dalam kabupaten Gresik Propinsi Jawa Timur dengan diameter sekitar 12 km. pulau Bawean dihuni oleh lebih kurang 70.000 jiwa. Keterbatasan sumber daya alam merupakan masalah pokok warga Bawean. Sebagian besar kebutuhan pokok warga Bawean dipasok dari Gresik. Satu-satunya transportasi yang menghubungkan pulau ini dengan pulau lainnya adalah melalui laut. Dari pelabuhan Gresik, pulau ini dapat dicapai dengan menggunakan kapal ekspress selama kurang lebih 3 – 6 jam. Jika menggunakan kapal jenis roro, ferry atau Kapal Layar Motor (KLM) jarak tempuh bisa mencapai 10 – 12 jam. Pulau Bawean sangat tergantung pada kondisi cuaca di Laut Jawa, mengingat satu-satunya transportasi adalah melalui laut disamping itu kapal yang melayani jalur Gresik-Bawean terbatas pada kapal jenis roro, ferry atau KLM yang tidak tahan terhadap gelombang dengan tinggi diatas 2 m. Setiap tahun pada saat cuaca ekstrim Pulau Bawean selalu terisolir selama kurun waktu yang cukup lama antara satu hingga tiga minggu akibat cuaca buruk dan gelombang tinggi di Laut Jawa, khususnya pada jalur pelayaran antar Gresik. Untuk itu
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
perlu adanya penelitian tentang kondisi meteo-oseanografi di perairan Gresik-Bawean supaya transportasi laut alam. Lo kasi Penelitian
4 7 mil
Gambar 1. Perairan Gresik-Bawean Dengan latar belakang tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan memetakan karakteristik serta memprediksi gelombang tinggi yang mempengaruhi aktivitas di perairan Gresik-Bawean. Dari penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi dini bagi pemerintah daerah Kabupaten Gresik, administrator pelabuhan Gresik-Bawean, masyarakat Pulau Bawean untuk perencanaan kegiatan pada saat terjadi gelombang tinggi dan cuaca buruk yang mempengaruhi operasional pelayaran Gresik-Bawean. METODE Lokasi penelitian adalah jalur pelayaran dari pelabuhan Gresik hingga Sangkapura di Pulau Bawean dengan jarak 120 km atau 90 mil laut (Gambar 1). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif kuantitatif, yaitu pengumpulan, pengolahan data, kemudian dianalisis. Data yang digunakan adalah data angin, gelombang laut, arus laut, jumlah kapal. Dalam penelitian ini angin mempunyai peranan penting, karena angin adalah pembangkit utama gelombang. Angin yang berhembus di atas permukaan air akan memindahkan energinya ke air. Kecepatan angin akan menimbulkan tegangan pada permukaan air, sehingga permukaan air yang semula tenang akan terganggu dan timbul riak atau gelombang di atas permukaan air. Apabila kecepatan angin bertambah, riak tersebut menjadi semakin besar dan apabila angin berhembus terus akhirnya akan terbentuk gelombang. Semakin lama dan semakin kuat angin berhembus, semakin besar gelombang yang terbentuk. Tinggi dan periode gelombang yang dibangkitkan angin dipengaruhi oleh kecepatan angin, lama angin berhembus, arah angin, dan fetch (Wibisono, 2005). Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Pengolahan data dibagi menjadi tiga tahap. Pertama, pengolahan data gelombang menyajikan deskripsi visual profil tinggi gelombang. Data tinggi gelombang yang digunakan adalah diatas 2 meter, karena di dalam peraturan Adpel Gresik, gelombang di atas 2 meter berbahaya untuk katagori kapal di bawah 500 GT (Anonim, 2008). Kedua, pengolahan data angin berupa arah dan kecepatan angin atau arus menyajikan deskripsi visual profil arah dan kecepatan angin. Ketiga, mengkalkulasi berapa jumlah kapal yang tidak dapat berlayar dari Pelabuhan Gresik dan dengan tujuan khusus Pulau Bawean pada saat terjadi gelombang tinggi di atas 2 m dan cuaca buruk. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik gelombang di perairan Gresik-Bawean untk operasional pelayaran dapat dibagi menjadi tiga periode: Pertama; periode bulan dengan gelombang tinggi. Kecenderungan gelombang tinggi lebih dari 2 meter terjadi pada bulan Januari, Februari, Juli, dan Agustus. Pada bulan-bulan tersebut merupakan masa berbahaya bagi pelayaran Gresik-Bawean atau kapal yang melintasi perairan tersebut. Oleh karena itu kapal-kapal diminta waspada atau bahkan tidak berlayar dahulu selama terjadi gelombang tinggi (Gambar 2). Bulan ini dapat dikatagorikan sebagai periode bulan dengan gelombang tinggi. Dalam masa ini bukan tidak mungkin gelombang diatas 3 meter yang lebih dasyat dapat juga terjadi. Jumlah kapal yang tidak berlayar ke Pulau Bawean karena gelombang tinggi lebih dari 2 meter terbanyak di bulan-bulan tersebut (Gambar 3). 40 31
30 20
18 12
10
4
0 1
2
11 13 8 3
8 0 3
0 4
5
Gelombang 2007
6
7
24 21 16 17 810 8
9
5 0
9 0
2
10 11 12
Gelombang 2008
Gambar 2. Grafik jumlah kejadian tinggi gelombang lebih dari 2 meter di Perairan Gresik-Bawean Kondisi angin pada Januari dan Februari termasuk dalam musim Barat (Desember-Maret) dan angin pada Juli dan Agustus termasuk dalam Musim Timur (Juni-September).
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
140 120 100 80 60 40 20 0
118
87 90 67 44
24 0 1
2
3
40 32
12
0 4
52 32
96 84 64 68
5
6
7
Gelombang 2007
8
9
36 20 8 0 0 10 11 12
Gelombang 2008
Gambar 3. Grafik Jumlah Kapal Di Pelabuhan Gresik Yang Tidak Dapat Berlayar Dengan Tujuan Pulau Bawean Karena Gelombang Di Atas 2 Meter Tabel 1. Jumlah Gelombang, Peluang Kejadian Tinggi Gelombang Lebih Dari 2 Meter Dan Jumlah Kapal Yang Tidak Berlayar Di Perairan Gresik-Bawean 2007 Bulan
Jumlah hari gelombang di atas 2 meter
Januari 31 Februari 4 Maret 8 April 0 Mei 3 Juni 8 Juli 21 Agustus 17 September 8 Oktober 0 November 0 Desember 9 Jumlah 109 Sumber: Adpel Gresik, 2009
Peluang Kejadian (%) 28,4 3,7 7,3 0,0 2,8 7,3 19,3 15,6 7,3 0,0 0,0 8,3
2008 Jumlah kapal tidak berlayar 118 67 24 0 12 32 84 68 32 0 0 36
Jumlah hari gelombang di atas 2 meter
Peluang Kejadian (%)
12 18 0 0 11 13 16 24 10 5 0 2 111
10,8 16,2 0,0 0,0 9,9 11,7 14,4 21,6 9,0 4,5 0,0 1,8
Jumlah kapal tidak berlayar 87 90 0 0 44 52 64 96 40 20 0 8
Kedua: periode bulan dengan gelombang tenang terjadi pada Maret, April, Oktober,dan November dengan frekuensi terjadi gelombang tinggi kecil bahkan hampir tidak ada sama sekali pada bulan-bulan ini. Sesekali terjadi gelombang tinggi lebih dari 2 meter terjadi pada Mei, Juni, September, Desember. Dikatagorikan sebagai periode bulan dengan gelombang sedang. Kapal-kapal menuju atau dari Pulau Bawean dapat berlayar tetapi tetap waspada akan peluang terjadinya gelombang tinggi. Jumlah kapal yang tidak berlayar ke Pulau Bawean mengalami penurunan di bulan Maret, April, Oktober, dan November. Ketiga: periode bulan dengan gelombang sedang terjadi pada Mei, Juni, September, dan Desembar. Frekuensi terjadi gelombang tinggi di atas 2 meter adalah sedang. Gelombang sesekali terjadi dengan lama hari kejadian yang pendek.
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Dikatagorikan sebagai bulan-bulan waspada. Kapal-kapal yang tidak dapat berlayar ke Pulau Bawean dengan jumlah sedang juga terjadi pada bulan-bulan ini. Untuk mencari hubungan antara kecepatan angin dan tinggi gelombang yang terbentuk dapat dilihat dalam contoh gambar 4 dan Tabel 2. Dalam gambar dan table tersebut,menjelaskan bahwa ketika kecepatan angin di perairan Gresik-Bawean lebih dari 15,9 knot maka tinggi gelombang di perairan tersebut akan meningkat lebih dari 2 meter. Jadi dengan adanya trend peningkatan kecepatan angin yang signifikan, maka kapal diharpkan untuk bersiap-siap karena peningkatan kecepatan angin ini akan diikuti oleh kenaikan tinggi gelombang. Bila terukur kecepatan angin mencapai 15,9 knot lalu diikuti trend meningkat maka peningkatan kecepatan angin di perairan ini dapat dianggap sebagai tanda-tanda tinggi gelombang akan lebih dari 2 meter. 25 20
15 10 5 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 H (m)
Kecepatan Angin (knot)
Gambar 4. Grafik Hubungan Antara Kecepatan Angin Dan Tinggi Gelombang Tanggal 1 – 20 Januari 2008 Cara lain adalah dengan mengenali waktu atau periode yaitu periode bulan bahaya dimana periode bulan dengan gelombang tinggi, terjadi pada Januari, Februari, Juli, dan Agustus. Kondisi angin pada bulan Januari dan Februari termasuk dalam Musim Barat ( Desember-Maret) dan angin pada Juli dan Agustus termasuk dalam Musim Timur (Juni-September) serta periode bulan dengan gelombang sedang (Mei, Juni, September dan Desember). Mei dan Juni, kondisi angin termasuk dalam akhir Musim Peralihan I dan awal Musim Timur. September dan Desember, kondisi angin yang berlangsung di perairan Gresik-Bawean termasuk dalam akhir Musim Timur dan awal Musim Barat. Tabel 2. Kecepatan Angin Dan Tinggi Gelombang Tanggal 1 – 20 Januari 2008 Tanggal (Januari 2008)
H 1/100 (m)
WindSpeed (knot)
Tanggal (Januari 2008)
H 1/100 (m)
WindSpeed (knot)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2,9 3,6 3,9 4,0 3,0 2,3 1,7 1,6 1,0 0,7
18,7 20,9 21,4 20,9 20,7 14,0 12,8 10,9 8,6 8,6
11 12 13 14 15 `6 17 18 19 20
1,3 1,6 2,6 3,6 3,6 3,7 3,8 2,5 1,8 0,8
11,3 12,4 17,2 20,9 20,3 21,3 20,7 15,9 11,6 7,6
Sumber: BMKG Maritim Perak I Surabaya Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Kerugian akibat gelombang lebih dari 2 meter yang mempengaruhi pelayaran Gresik-Bawean adalah: Pertama: Pulau Bawean terisolir yang menyebabkan kebutuhan logistic menipis sehingga harga barang kebutuhan melonjak. Kedua: perjalanan masyarakat dari dan ke Pulau Bawean terhambat. Ketiga: kerugian ekonomi perusahaan pelayaran akibat kapal tidak dapat berlayar. Untuk mengatasi masalah tersebut upaya mitigasi yang dapat dilakukan adalah: 1. Memperhatikan informasi cuaca yang diberikan instansi-instansi terkait di Periaran Gresik-Bawean 2. Mempersiapkan kebutuhan logistic yang cukup di Pulau Bawean sebelum periode bulan dengan gelombang tinggi tiba. 3. Memberi pencerahan terhadap masyarakat Pulau Bawean akan manfaat informs cuaca 4. Masyarakat agar merencanakan waktu perjalanan yang tepat. KESIMPULAN 1. 2. 3.
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini: Karakteristik gelombang menunjukkan adanya tiga periode gelombang tinggi yaitu gelombang tinggi, gelombang tenang, dan gelombang sedang. Gelombang tinggi di atas 2 meter mengakibatkan kerugian dalam pelayaran GresikBawean Dengan mengetahui karakteristik gelombang tersebut dapat diupayakan mitigasi untuk meminimalkan kerugian. DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2007. Buku Manifes 2007. Adpel Gresik Anonim, 2008. Buku Manifes 2008. Adpel Gresik Wibisono, M.S., 2005. Pengantar Ilmu Kelautan. Grafindo Press, Jakarta.
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012