JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print)
1
Kajian Mengenai Syarat Cukup Polynomial Kromatik Graf Terhubung Memiliki Akar-Akar Kompleks Yuni D. P. Sari, Darmaji, dan Soleha Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia e-mail:
[email protected] AbstrakโPolinomial kromatik ๐ท(๐ฎ, ๐) adalah suatu fungsi yang menghitung banyaknya cara mewarnai graf ๐ฎ dengan ๐ buah warna. Banyaknya warna terkecil yang dibutuhkan untuk mewarnai graf ๐ฎ sehingga dua simpul bertetangga mempunyai warna berbeda disebut bilangan kromatik ๐(๐ฎ). Sehingga, diperoleh hubungan berikut: jika ๐ < ๐(๐ฎ), maka ๐ท(๐ฎ, ๐) = ๐, sementara jika ๐ โฅ ๐(๐ฎ), maka ๐ท(๐ฎ, ๐) > 0. Akar suatu polinomial kromatik bisa disebut dengan akar kromatik. Letak ๐๐ akar kromatik real terpadatkan pada selang [ , โ). Akan tetapi ๐๐
๐๐
tidak memiliki akar kromatik real pada selang (โโ, ] kecuali ๐๐ untuk 0 dan 1. Sedangkan letak akar kromatik kompleks terpadatkan pada seluruh bidang kompleks. Di dalam Tugas Akhir ini, dikaji syarat cukup suapaya suatu polinomial kromatik dari graf terhubung memiliki akar yang bernilai kompleks. Sehingga, diperoleh graf yang memenuhi syarat cukup untuk memiliki akar kromatik yang bernilai kompleks, seperti graf roda dengan simpul ๐ โฅ 5 dan graf sikel dengan simpul ๐ โฅ 4. Kata KunciโAkar kromatik, akar kromatik kompleks, bilangan kromatik, polinomial kromatik.
I. PENDAHULUAN
graf ๐บ adalah pasangan himpunan (๐, ๐ธ) dimana ๐ Sebuah himpunan tidak kosong, dan ๐ธ adalah himpunan pasangan
tak berurutan dari anggota-anggota ๐ (yang mungkin kosong). Himpunan ๐ beranggotakan simpul graf ๐บ dan ๐ธ adalah himpunan yang beranggotakan sisi graf ๐บ [9]. Salah satu kajian dalam teori graf yang menarik perhatian sejumlah ilmuwan dalam teori graf adalah pewarnaan graf. Masalah pewarnaan pertama kali muncul pada lebih dari 150 tahun yang lalu, yaitu mengenai masalah empat-warna, yang mempertanyakan apakah sebarang peta dapat diwarnai dengan tidak lebih dari 4 warna. Pewarnaan graf ๐บ didefinisikan sebagai penetapan warna pada simpul ๐บ sedemikian hingga dua simpul yang bertetangga menerima warna yang berbeda. Jika ๐บ mempunyai ๐ buah simpul, maka ๐บ pasti dapat diwarnai dengan ๐ buah warna. Hanya saja, lebih menarik jika dapat ditemukan banyaknya warna terkecil yang dapat digunakan untuk mewarnai graf ๐บ. Banyaknya warna terkecil yang dibutuhkan untuk mewarnai graf ๐บ disebut bilangan kromatik, yang dinotasikan dengan ฯ(๐บ). George David Birkhoff mengenalkan polinomial kromatik pada tahun 1912 sebagai usaha untuk membuktikan teorema empat warna. Polinomial kromatik menghitung banyaknya cara suatu graf dapat diwarnai dengan menggunakan bilangan
yang telah diberikan [15]. Polinomial kromatik ๐(๐บ, ฮป) adalah suatu fungsi yang menghitung banyaknya cara mewarnai graf ๐บ dengan ฮป buah warna. Jelas diperoleh hubungan antara polinomial kromatik ๐(๐บ, ๐) dengan bilangan kromatik ฯ berikut ini: jika ฮป < ๐(๐บ), maka ๐(๐บ, ๐) = 0, sementara jika ฮป โฅ ฯ(G), maka ๐(๐บ, ๐) > 0. Sebagaimana halnya polinomial pada umumnya, polinomial kromatik juga memiliki pembuat nol atau akar. Akar suatu polinomial kromatik bisa disebut dengan akar kromatik. Akar kromatik dapat bernilai real maupun kompleks. Penentuan letak akar real maupun akar kompleks dari polinomial kromatik telah menjadi bahan diskusi sejumlah ilmuwan. Sebarang graf G dikenal tidak memiliki akar 32 kromatik pada selang (โโ, ] kecuali untuk 0 dan 1 [11]. 27 Akan tetapi, letak akar kromatik terpadatkan pada selang 32 [ , โ) [14]. Sementara pada graf planar, 4 bukan akar 27 kromatik [1] [2]. Selain itu dugaan Birkhoff-Lewis yang terkenal menyatakan bahwa graf planar tidak memiliki akar kromatik pada selang [4, โ) [6]. Sedangkan untuk letak akar kromatik pada bidang kompleks, akar seluruh polinomial kromatik terpadatkan pada seluruh bidang kompleks[13]. Telah ditemukan syarat cukup supaya suatu polinomial kromatik memiliki akar yang bernilai kompleks[5]. Syarat cukup ini dibahas ulang di dalam [4] dengan sedikit perluasan . Di dalam Tugas Akhir ini akan dikaji syarat cukup polinomial kromatik suatu graf terhubung sehingga memiliki akar yang bernilai kompleks berdasarkan [4]. II. ISTILAH DAN NOTASI DALAM GRAF Graf terdiri atas simpul dan sisi atau bahkan dapat terdiri atas simpul saja. Graf yang hanya terdiri dari simpul saja disebut dengan graf kosong. Jika ๐ข dan ๐ฃ adalah simpul dari graf ๐บ, ๐ข disebut bertetangga dengan ๐ฃ jika terdapat sebuah sisi yang menghubungkan u dan ๐ฃ. Sedangkan suatu simpul u dikatakan terkait dengan sisi e jika u adalah titik ujung dari ๐. Dalam hal ini, dapat juga dikatakan ๐ terkait dengan ๐ข jika ๐ข menjadi titik ujung dari ๐ [9]. Banyaknya simpul dalam graf ๐บ disebut order ๐บ dan banyaknya sisi dalam graf ๐บ disebut ukuran (size) ๐บ. Sementara derajat dari sebuah simpul ๐ฃ adalah banyaknya sisi yang terkait dengan ๐ฃ[8].
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) Subgraf dari graf ๐บ adalah sebuah graf yang setiap simpulnya merupakan simpul di ๐บ, dan setiap sisinya juga merupakan sisi di ๐บ. Dengan kata lain, suatu graf ๐ป bisa disebut subgraf dari graf ๐บ, dinotasikan ๐ป โ ๐บ, jika ๐(๐ป) โ ๐(๐บ) dan ๐ธ(๐ป) โ ๐ธ(๐บ). Graf ๐บ1 dan ๐บ2 disebut dengan isomorf jika dapat dibentuk pemetaan ๐: ๐(๐บ1 ) โ ๐(๐บ2 ) sedemikian ketetanggaan di ๐บ1 dipertahankan di ๐บ2 . Dari graf ๐บ1 dan ๐บ2 pada Gambar 2.1 dapat dibentuk pemetaan ๐(0) โ 0, ๐(1) โ 1, ๐(2) โ 2, dan ๐(3) โ 3 sedemikian hingga ketetanggaan di ๐บ1 dipertahankan di ๐บ2 . Maka, ๐บ1 isomorfik dengan ๐บ2 .
a. Graf ๐บ1 b. Graf ๐บ2 Gambar 2.1 Graf ๐บ1 yang isomorf dengan graf ๐บ2 Sebuah graf G dikatakan terhubung jika untuk sebarang dua simpul ๐ dan ๐, terdapat lintasan dari ๐ ke ๐. Sikel dengan panjang ๐, yang dinotasikan dengan ๐ถ๐ , adalah graf dengan ๐ buah simpul ๐ฅ0 , ๐ฅ1 , โฆ , ๐ฅ๐โ1 dan sisi ๐ฅ0 ๐ฅ1 , ๐ฅ1 ๐ฅ2 , โฆ , ๐ฅ๐โ1 ๐ฅ0 . Graf sikel dengan order k bisa disebut dengan k-sikel. Sebuah graf 3-sikel seringkali disebut graf segitiga. Sikel dengan order 4 akan disebut sebagai graf ๐ถ4 . Graf ๐ถ4 ini bisa juga disebut dengan quadilateral. Quadilateral yang tidak memiliki diagonal, disebut quadilateral murni. Perhatikan bahwa jika sebuah graf terhubung memuat sebuah sikel, maka penghilangan sebuah sisi dari sikel tersebut tidak akan membuat graf tersebut menjadi tidak terhubung[9]. Suatu graf ๐พ๐ dengan order n disebut graf lengkap jika setiap simpul bertetangga dengan setiap simpul lainnya. ๐ Dengan kata lain, graf lengkap ๐พ๐ pasti berukuran ๏ฟฝ ๏ฟฝ = 2 ๐(๐โ1) . 2 Sebuah graf disebut pohon jika dalam suatu graf terhubung tidak memuat subgraf yang isomorfik dengan sebuah sikel. Contoh pohon yang sederhana adalah lintasan dengan panjang ๐, yang dinotasikan dengan ๐๐ . Roda dengan n buah simpul, ๐๐ , adalah graf yang terdiri dari sebuah ๐ โ 1-sikel dan satu buah simpul tambahan yang bertetangga dengan seluruh simpul dari sikel. Graf garis (line graph) juga termasuk graf terhubung. Untuk suatu graf terhubung ๐บ, graf garis dari ๐บ yang dinotasikan dengan ๐ฟ(๐บ) didefinisikan sebagai suatu graf yang masingmasing simpul ๐ฟ(๐บ) mewakili sisi ๐บ, dan dua simpul ๐ฟ(๐บ) adalah bertetangga jika dan hanya jika kedua sisi ๐บ yang diwakili tersebut terkait.[16] Graf ๐บ1 pada Gambar 2.1(a) adalah contoh dari graf lengkap ๐พ4 . Graf garis dari graf lengkap ๐พ4 yang dinotasikan dengan ๐ฟ(๐พ4 ) dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut ini.
2
Gambar 2.2 Graf garis ๐ฟ(๐พ4 ) Sedangkan graf ๐บ2 pada Gambar 2.1(b) adalah contoh dari graf roda ๐4 . Karena telah terbukti bahwa ๐บ1 isomorfik dengan ๐บ2 , maka graf lengkap ๐พ4 isomorfik dengan graf roda ๐4 . Begitu pula halnya dengan graf garis ๐ฟ(๐พ4 ) dan graf garis ๐ฟ(๐4 ), kedua graf garis tersebut isomorf sebagaimana terlihat pada Gambar 2.2 di atas dan pada Gambar 2.3 berikut ini.
Gambar 2.3. Graf garis ๐ฟ(๐4 ) Dari Gambar 2.2 dan 2.3, terlihat bahwa graf garis dari graf roda dan graf lengkap tidak isomorfik dengan graf roda dan graf lengkapnya. Berbeda dengan graf garis dari graf sikel. Graf garis dari graf sikel isomorfik dengan graf sikelnya. III. POLINOMIAL Definisi 3.1.[3] Suatu fungsi dari peubah tunggal ๐ก disebut sebuah polinomial pada domainnya jika dapat dinyatakan dalam bentuk (3.1) ๐๐ ๐ก ๐ + ๐๐โ1 ๐ก ๐โ1 + โฏ + ๐1 ๐ก + ๐0 dengan ๐๐ , ๐๐โ1 , โฆ , ๐1 , ๐ 0 adalah konstanta dengan ๐๐ โ 0. Definisi ini menyatakan bahwa setiap polinomial dapat dinyatakan sebagai jumlahan suku monomial berhingga ๐๐ ๐ก ๐ yang mana peubahnya memiliki pangkat bulat tak negatif. Pada Polinomial (3.1), ๐๐ disebut koefisien, untuk ๐ = 0, 1, 2, โฆ , ๐. sedangkan ๐๐ adalah koefisien pemimpin (leading coefficient) dan ๐๐ ๐ก ๐ adalah suku pemimpin. Lebih lanjut, ๐0 adalah suku konstan atau koefisien konstan, ๐1 adalah koefisien linier, sedangkan ๐1 ๐ก adalah suku linier. Ketika koefisien pemimpin ๐๐ bernilai 1, polinomial tersebut dikatakan sebagai polinomial monik. Bilangan bulat tak negatif n pada Polinomial (3.1) adalah derajat dari polinomial. Sebuah polinomial konstan hanya memiliki sebuah suku tunggal ๐0 . Polinomial konstan tak nol memiliki derajat 0. Beberapa nama khusus diberikan pada polinomial dengan derajat rendah. Polinomial derajat 1 disebut polinomial linier. Polinomial derajat 2 disebut polinomial kuadratik. Polinomial derajat 3 disebut polinomial kubik. Polinomial derajat 4 disebut dengan polinomial kuartik. Dan polinomial derajat 5 disebut dengan polinomial kuintik. Pembuat nol polinomial ๐(๐ก) adalah sebarang bilangan ๐ yang membuat ๐(๐) bernilai 0. Ketika ๐(๐) = 0, maka ๐ disebut sebagai akar atau penyelesaian dari persamaan ๐(๐ก) = 0. Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengetahui apakah suatu polinomial memiliki akar real dan mendapatkan banyaknya akar yang ada dalam suatu selang
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) yang diberikan tanpa mencari nilai akarnya terlebih dahulu secara numerik. Salah satu di antaranya adalah Metode Sturm. Diberikan polinomial real ๐(๐ก). Untuk mendefinisikan barisan polinomial (๐0 (๐ก), ๐1 (๐ก), ๐2 (๐ก), โฆ ) yang dibutuhkan, dibuatlah algoritma pembagian yang terus-menerus digunakan. Diberikan ๐๐ (๐ก) yang memenuhi: ๐0 (๐ก) = ๐(๐ก) ๐1 (๐ก) = ๐โฒ (๐ก), dimana ๐โฒ (๐ก) adalah turunan dari ๐(๐ก) ๐0 (๐ก) = ๐1 (๐ก)๐1 (๐ก) โ ๐2 (๐ก), deg ๐2 < deg ๐1 ๐1 (๐ก) = ๐2 (๐ก)๐2 (๐ก) โ ๐3 (๐ก), deg ๐3 < deg ๐2 ๐2 (๐ก) = ๐3 (๐ก)๐3 (๐ก) โ ๐4 (๐ก), deg ๐4 < deg ๐3 dan seterusnya sampai diperoleh sisa nol. Jadi, pada masingmasing tingkatan untuk ๐ โฅ 2, ๐๐ (๐ก) adalah sisa negatif ketika ๐๐โ2 (๐ก) dibagi oleh ๐๐โ1 (๐ก). Jika terdapat akar berganda, maka sisa tak nol terakhir akan konstan. Ini disebut sebagai barisan sturm untuk ๐(๐ก). Teorema 3.2.[3] Diberikan ๐ < ๐. Misalkan ๐ด menyatakan banyaknya perubahan tanda pada barisan (๐0 (๐), ๐1 (๐), ๐2 (๐), ๐3 (๐), โฆ ) dan ๐ต menyatakan banyaknya perubahan tanda pada barisan (๐0 (๐), ๐1 (๐), ๐2 (๐), ๐3 (๐), โฆ ). Banyaknya akar real dari polynomia ๐(๐ก) yang berada di antara selang ๐ dan ๐ (dimana setiap akar gandanya dihitung tepat sekali) adalah tepat ๐ด โ ๐ต. Teorema 3.2 di atas dikenal dengan Teorema Sturm. Berikut ini adalah cara Teorema Sturm bekerja.
Contoh 3.1 Gunakan Teorema Sturm untuk menentukan banyaknya akar antara โ2 dan 2 dari polinomial t 2 โ t + 1. Pertama, dicari dulu barisan sturm dari polinomial tersebut. Untuk polinomial p(t) = t 2 โ t + 1, ๐0 (๐ก) = ๐(๐ก) = ๐ก 2 โ ๐ก + 1 ๐1 (๐ก) = ๐โฒ (๐ก) = 2๐ก โ 1 Karena ๐0 (๐ก) = ๐1 (๐ก)๐1 (๐ก) โ ๐2 (๐ก), maka ๐2 (๐ก) dapat kita ๐ (๐ก) peroleh dari sisa pembagian 0 , sedangkan ๐1 (๐ก) merupakan ๐1 (๐ก)
hasil dari pembagian tersebut. Dengan perhitungan sederhana ini, diperoleh 1 1 3 ๐0 (๐ก) = ๐ก 2 โ ๐ก + 1 = (2๐ก โ 1) โ
๏ฟฝ ๐ก โ ๏ฟฝ โ ๏ฟฝโ ๏ฟฝ 2 4 4 3 8 4 ๐1 (๐ก) = 2๐ก โ 1 = ๏ฟฝโ ๏ฟฝ โ
๏ฟฝโ ๐ก + ๏ฟฝ โ 0 4 3 3 3 Sehingga diperoleh nilai ๐2 (๐ก) = โ dan nilai ๐3 (๐ก) = 0. 4 Oleh karena itu, barisan sturm dari polinomial ๐ก 2 โ ๐ก + 1 3 adalah ๏ฟฝ๐ก 2 โ ๐ก + 1, 2๐ก โ 1, โ ๏ฟฝ. Langkah selanjutnya, 4 Teorema Sturm siap digunakan. Karena ๐ = โ2 dan ๐ = 2, maka kita dapatkan barisan berikut ini 3 ๏ฟฝ๐0 (โ2), ๐1 (โ2), ๐2 (โ2)๏ฟฝ = ๏ฟฝ7, โ5, โ ๏ฟฝ 4 3 ๏ฟฝ๐0 (2), ๐1 (2), ๐2 (2)๏ฟฝ = ๏ฟฝ3, 3, โ ๏ฟฝ 4 Terlihat bahwa ๐ด = 1 dan ๐ต = 1. Sehingga banyaknya akar real dari polinomial ๐ก 2 โ ๐ก + 1 adalah ๐ด โ ๐ต = 0. Jadi, polinomial ๐ก 2 โ ๐ก + 1 tidak memiliki akar real. Dari Teorema 3.2 di atas, diperoleh akibat berikut ini. Akibat 3.3.[3] Seluruh akar dari polinomial monik adalah real jika dan hanya jika seluruh polinomial tak nol pada Barisan Sturmnya memiliki koefisien pemimpin positif.
3
Selain Teorema Sturm, dalam bagian pembahasan selanjutnya, digunakan Teorema Newton yang diberikan sebagai berikut Teorema 3.4.[4] Diberikan polinomial โ๐๐=0 ๐๐ ๐ฅ ๐โ๐ dengan koefisien yang bernilai real. Syarat perlu agar seluruh akar dari polinomial tersebut bernilai real adalah ๐โ๐ 2 ๐ โ
๐ โ ๐๐โ1 ๐๐+1 โฅ 0 (3.2) ๐โ๐+1 ๐+1 ๐ untuk ๐ = 1, 2, โฆ , ๐ โ 1.
Diberikan suatu polinomial dengan koefisien bernilai real berikut ini, โ๐๐=0 ๐๐ ๐ฅ ๐โ๐ = ๐0 ๐ฅ ๐ + ๐1 ๐ฅ ๐โ1 + โฏ + ๐๐โ1 ๐ฅ + ๐๐ (3.3) Dengan mengikuti Teorema 3.4, dapat dibentuk suatu barisan untuk Polinomial (3.3) dengan mengambil nilai ๐ = 1, 2, 3, โฏ , ๐ โ 1. Selanjutnya, barisan tersebut nantinya disebut dengan Barisan Newton. ๐โ2 2 1 ๐โ2 2 โ
๐1 โ ๐0 ๐2 = ๐ โ ๐0 ๐2 2 2๐ 1 ๐ 2 ๐โ2 2 2(๐ โ 2) 2 โ
๐2 โ ๐1 ๐3 = ๐ โ ๐0 ๐2 ๐โ1 3 3(๐ โ 1) 2 Dan seterusnya hingga barisan ke ๐ โ 1. Dari Teorema 3.4, apabila seluruh barisan Newton dari polinomialnya bernilai tak negatif, maka seluruh akar dari polinomialnya akan bernilai real. Di samping Teorema 3.2 dan 3.4, akan digunakan juga satu Teorema lagi, yaitu Teorema Gauss-Lucas. Teorema 3.5.[10] Sebarang bidang-paruh tertutup yang memuat seluruh pembuat nol dari polinomial ๐ juga memuat seluruh pembuat nol dari turunan ๐, yaitu ๐โฒ.
Teorema 3.5 mengakibatkan bahwa akar dari pโฒ termuat dalam bidang-paruh tertutup yang memuat akar dari p. Irisan ini juga dikenal sebagai konveks hull tertutup dari himpunan akar. Dan irisan ini boleh juga dideskripsikan sebagai polygon konveks terkecil yang memuat seluruh akar[10]. IV. POLINOMIAL KROMATIK Pada bagian ini akan dibahas mengenai polinomial kromatik dari graf umum yang telah dibahas pada bagian 2. Suatu graf disebut dengan graf kosong jika tidak memiliki satupun sisi. Graf kosong dengan order n dinotasikan dengan ๐๐ . Graf kosong ๐๐ memiliki polinomial kromatik sebagai berikut (4.1) ๐(๐๐ , ๐) = ๐๐ [6]. Setiap simpul graf lengkap K n harus memiliki
n(nโ1) 2
buah
sisi. Polinomial kromatik dari graf lengkap K n order n adalah ๐(๐พ๐ , ๐) = ๐(๐ โ 1) โฏ (๐ โ ๐ + 1)[6]. (4.2) Graf pohon Tn order n memiliki polinomial kromatik (4.3) ๐(๐๐ , ๐) = ๐(๐ โ 1)๐โ1 [6]. Graf ๐ถ๐ merupakan sikel dengan order ๐. Berikut ini adalah polinomial kromatik dari sikel Cn yang memiliki n buah simpul ๐(๐ถ๐ , ๐) = (๐ โ 1)๐ + (โ1)๐ (๐ โ 1)[12]. (4.4) Sikel Cnโ1 yang setiap simpulnya bertetangga dengan sebuah simpul lain yang terletak di tengah sikel Cnโ1 dikenal dengan roda Wn . Polinomial kromatik roda Wn yang memiliki n buah simpul adalah
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) ๐(๐๐ , ๐) = ๐(๐ โ 2)๐โ1 + ๐(โ1)๐โ1 (๐ โ 2)[12]. (4.5) V. KOEFISIEN POLINOMIAL KROMATIK
Diberikan graf terhubung ๐บ dengan order ๐ dan ukuran ๐. Koefisien dari ฮปn , ฮปnโ1 , dan ฮปnโ2 secara berturut-turut adalah: ๐ 1, โ๐, dan ๏ฟฝ ๏ฟฝ โ ๐ก1 , dengan ๐ก1 adalah banyaknya subgraf 2 dari G yang berupa graf segitiga[7]. Sedangkan rumusan untuk mendapatkan koefisien suku keempat keempat polinomial kromatik ada pada teorema berikut ini. Teorema 5.1.[7] Koefisien dari ๐๐โ3 dalam ๐(๐บ, ๐) adalah ๐ (2.4.1) โ ๏ฟฝ ๏ฟฝ + (๐ โ 2)๐ก1 + ๐ก2 โ 2๐ก3 , 3 dengan ๐ก1 , ๐ก2 , dan ๐ก3 berturut-turut menyatakan banyaknya subgraf dari ๐บ yang berupa segitiga, quadilateral murni, dan ๐พ4 . Untuk mencari koefisien suku kelima dari suatu polinomial kromatik graf terhubung sebarang, dapat digunakan Teorema 5.3. Perhatikan Gambar 5.1 berikut.
a. Permutasi c. Permutasi b. Permutasi kedua pertama graf ketiga graf graf order 5 order 5 order 5 Gambar 5.1 Graf Terhubung Order 5 Gambar 5.1(a), 5.1(b) dan 5.1(c) merupakan gambar dari tiga buah permutasi graf order 5. Permutasi graf order 5 s endiri berjumlah sebanyak 21. Teorema 5.2.[7] Koefisien dari ๐๐โ4 dalam polinomial kromatik ๐(๐บ, ๐) dari suatu graf terhubung ๐บ adalah sebagai berikut: ๐ ๐ก ๐โ2 ๏ฟฝ ๏ฟฝโ๏ฟฝ ๏ฟฝ ๐ก1 + ๏ฟฝ 1 ๏ฟฝ โ (๐ โ 3)๐ก2 + (2๐ โ 9)๐ก3 4 2 2 โ ๐ก4 โ 6๐ก5 + ๐ + 2๐ + 3๐
. dengan ๐ก1 , ๐ก2 , ๐ก3 dan ๐ก4 berturut-turut menyatakan banyaknya subgraf dari graf terhubung ๐บ yang berupa segitiga, quadilateral murni, graf lengkap ๐พ4 dan graf lengkap ๐พ5 , sementara ๐, ๐, dan ๐
berturut-turut menyatakan banyaknya subgraf yang isomorf dengan graf pada Gambar 5.1(a), 5.1(b) dan 5.1(c). VI. SYARAT CUKUP POLYNOMIAL KROMATIK GRAF TERHUBUNG MEMILIKI AKAR-AKAR KOMPLEKS Akan dikaji syarat cukup polinomial kromatik ๐(๐บ, ๐) dari suatu graf terhubung ๐บ sehingga memiliki akar kompleks. Syarat cukup ini ditinjau dari banyaknya subgraf yang berupa segitiga, quadilateral murni, serta graf lengkap ๐พ4 pada graf terhubung ๐บ. Teorema 6.1 berikut ini merupakan hasil yang diperoleh dengan menerapkan metode Sturm pada polinomial kromatik P(G, ฮป). Teorema 6.1. Diberikan graf ๐บ dengan order ๐, ukuran ๐ dan ๐ก1 menunjukkan banyaknya subgraf segitiga. Jika (๐ โ 1)(๐ โ ๐ + 1) (6.1) ๐ก1 < 2(๐ โ 2) Maka polinomial kromatik ๐(๐บ, ๐) memiliki akar kompleks.
4
Bukti. Dengan menggunakan metde sturm, akan dibuktikan bahwa ๐(๐บ, ๐) memiliki akar kromatik kompleks jika pertidaksamaan (6.1) terpenuhi. Bentuk umum polinomial kromatik ๐(๐บ, ๐) dengan tiga suku pertama adalah sebagai berikut ๐ ๐(๐บ, ๐) = ๐๐ โ ๐ ๐๐โ1 + ๏ฟฝ๏ฟฝ ๏ฟฝ โ ๐ก1 ๏ฟฝ ๐๐โ2 โ โฏ 2 Jika graf ๐บ bukanlah graf kosong, maka ๐บ memiliki bilangan kromatik ๐(๐บ) โฅ 2. Sehingga ๐(๐ โ 1) membagi ๐(๐บ, ๐). Maka diperoleh
๐(๐บ, ๐) ๐โ1 = ๐๐โ2 โ (๐ โ 1)๐๐โ3 + ๏ฟฝ๏ฟฝ ๏ฟฝ โ ๐ก1 ๏ฟฝ ๐๐โ4 โ โฏ 2 ๐(๐ โ 1) (6.2)
Selanjutnya, Persamaan (6.2) dinamakan dengan polinomial ๐(๐) dan jelas bahwa polinomial ๐(๐) merupakan faktor dari polinomial kromatik ๐(๐บ, ๐). Berdasarkan Akibat 3.3, jika terdapat koefisien pemimpin dari barisan sturm polinomial monik ๐(๐) yang bernilai negatif, maka akan terdapat akar dari ๐(๐) yang bernilai kompleks. Karena polinomial monik ๐(๐) merupakan faktor dari ๐(๐บ, ๐), maka ๐(๐บ, ๐) akan memiliki akar kromatik kompleks jika terdapat koefisien pemimpin dari barisan sturm polinomial monik ๐(๐) yang bernilai negatif. Oleh karena itu, akan didapatkan koefisien pemimpin dari barisan sturm ๐(๐) yang bernilai negatif. Berikut ini akan dibentuk barisan sturm dari polinomial ๐(๐). โข Karena ๐0 (๐) = ๐(๐), maka ๐0 (๐) = ๐๐โ2 โ (๐ โ 1)๐๐โ3 + ๏ฟฝ๏ฟฝ
โข Karena ๐1 (๐) = ๐โฒ (๐), maka
๐โ1 ๏ฟฝ โ ๐ก1 ๏ฟฝ ๐๐โ4 โ โฏ 2
๐1 (๐) = (๐ โ 2)๐๐โ3 โ (๐ โ 1)(๐ โ 3)๐๐โ4 ๐โ1 + (๐ โ 4) ๏ฟฝ๏ฟฝ ๏ฟฝ โ ๐ก1 ๏ฟฝ ๐๐โ5 โ โฏ 2
โข Untuk memperoleh ๐2 (๐), digunakan operasi pembagian
pada ๐0 (๐) oleh ๐1 (๐) sedemikian hingga didapat persamaan ๐0 (๐) = ๐1 (๐)๐1 (๐) โ ๐2 (๐) . sehingga diperoleh
๐2 (๐) = ๏ฟฝโ
2
๐โ2
๏ฟฝ๏ฟฝ
(๐โ1)2 (๐โ3) ๐โ1 ๏ฟฝ โ ๐ก1 ๏ฟฝ + (๐โ2)2 ๏ฟฝ ๐๐โ4 โ โฏ (6.3) 2
Telah dibentuk barisan Sturm dari ๐(๐) yang terdiri dari (๐0 (๐), ๐1 (๐), ๐2 (๐)). Dari Persamaan (6.3), koefisien pemimpin dari ๐2 akan bernilai negatif jika (๐ โ 1)2 (๐ โ 3) 2 ๐โ1 ๏ฟฝ๏ฟฝ ๏ฟฝ โ ๐ก1 ๏ฟฝ + <0 โ (๐ โ 2)2 2 ๐โ2 ๐โ1 Dengan menjabarkan nilai ๏ฟฝ ๏ฟฝ didapat 2 (๐ โ 1)(๐ โ 2) (๐ โ 1)2 (๐ โ 3) 2 โ ๏ฟฝ โ ๐ก1 ๏ฟฝ + <0 (๐ โ 2)2 ๐โ2 2 Kemudian suku pertama di ruas kiri disederhanakan menjadi (๐ โ 1)2 (๐ โ 3) (๐ โ 1)(๐ โ 2) 2๐ก1 + + <0 โ (๐ โ 2)2 ๐โ2 ๐โ2 Kemudian, suku pertama dan ketiga di ruas kiri dipindah ke ruas kanan (๐ โ 1)(๐ โ 2) (๐ โ 1)2 (๐ โ 3) 2๐ก1 < โ (๐ โ 2)2 ๐โ2 ๐โ2 Selanjutnya, karena kedua suku di ruas kanan memiliki ๐โ1 , maka pertidaksamaan menjadi: kesamaan faktor ๐โ2
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) (๐ โ 1)(๐ โ 3) 2 ๐โ1 ๐ก1 < ๏ฟฝ(๐ โ 2) โ ๏ฟฝ ๐โ2 ๐โ2 ๐โ2
Kemudian, kedua ruas Pertidaksamaan dikalikan dengan
5 3
๐โ2 2
,
(๐ โ 1)(๐ โ 3) ๐โ1 ๏ฟฝ(๐ โ 2) โ ๏ฟฝ ๐ก1 < 2 ๐โ2 Kemudian, suku di ruas kanan disederhanakan menjadi ๐ โ 1 (๐ โ 2)(๐ โ 2) โ (๐ โ 1)(๐ โ 3) ๏ฟฝ ๏ฟฝ ๐ก1 < 2 ๐โ2 ๐โ1 ๐ก1 < ๏ฟฝ๐(๐ โ 2) โ 2(๐ โ 2) โ ๐(๐ โ 3) 2(๐ โ 2) โ 1(๐ โ 3)๏ฟฝ ๐โ1 (๐(๐ โ 2 โ ๐ + 3) โ 2๐ + 4 + ๐ โ 3) ๐ก1 < 2(๐ โ 2) ๐โ1 (๐ โ ๐ + 1) ๐ก1 < 2(๐ โ 2) Akibatnya, (๐ โ 1)(๐ โ ๐ + 1) ๐ก1 < 2(๐ โ 2) Hal ini menunjukkan bahwa koefisien pemimpin dari polinomial monik ๐2 (๐) akan bernilai negatif jika Pertidaksamaan (6.1) terpenuhi. Karena polinomial kromatik ๐(๐บ, ๐) akan memiliki akar kompleks jika terdapat koefisien pemimpin dari barisan Sturm polinomial monik ๐(๐) yang bernilai negatif, maka terbukti bahwa polinomial kromatik ๐(๐บ, ๐) akan memiliki akar kompleks jika Pertidaksamaan (6.1) dipenuhi. โ
Contoh 6.1 Graf yang memiliki akar kompleks karena memenuhi syarat cukup yang diberikan oleh Teorema 6.1 adalah graf sikel ๐ถ4 . Graf ๐ถ4 memiliki order ๐ = 4, ukuran ๐ = 4, subgraf segitiga ๐ก1 = 0, quadilateral murni ๐ก2 = 1, subgraf ๐พ4 berupa ๐ก3 = 0 dan bilangan kromatik ๐(๐ถ4 ) = 2. Sehingga diperoleh (๐ โ 1)(๐ โ ๐ + 1) 3 โ
1 3 = = 2โ
2 4 2(๐ โ 2) 3
Karena ๐ก1 = 0 < , maka Teorema 6.1 terpenuhi. 4
Contoh graf dengan akar kromatik kompleks yang lain adalah graf garis ๐ฟ(๐ถ4 ). Graf garis ๐ฟ(๐ถ4 ) isomorf dengan graf ๐ถ4 . Sehingga graf garis ๐ฟ(๐ถ4 ) juga memiliki akar kompleks sebagaimana graf ๐ถ4 .
Contoh 6.2. Dengan metode Sturm, akan ditunjukkan bahwa graf garis ๐ฟ(๐พ4 ) memiliki akar kromatik kompleks. Graf garis dari graf lengkap ๐ฟ(๐พ4 ) yang tidak isomorf dengan graf ๐พ4 nya. Dari polinomial kromatik graf lengkap ๐พ๐ , jelas bahwa ๐(๐พ๐ , ๐) memiliki akar real. Sehingga graf ๐พ4 tidak memiliki akar kromatik kompleks. kemudian, akan diterapkan Teorema 6.1 pada graf garis ๐ฟ(๐พ4 ). Graf garis ๐ฟ(๐พ4 ) memiliki order ๐ = 6, ukuran ๐ = 12, bilangan kromatik ๐๏ฟฝ๐ฟ(๐พ4 )๏ฟฝ = 3 dan subgraf segitiga sebanyak ๐ก1 = 8. Sehingga diperoleh (๐ โ 1)(๐ โ ๐ + 1) 77 3 = =9 . 2(๐ โ 2) 8 8
Terlihat bahwa ๐ก1 = 8 < 9 . Sehingga, berdasarkan Teorema 8 6.1, graf garis ๐ฟ(๐พ4 ) memiliki akar kromatik kompleks.
Syarat cukup akar kromatik dari suatu graf terhubung ๐บ bernilai kompleks pada Teorema 6.1 hanya terbatas pada banyaknya subgraf segitiga ๐ก1 dari graf ๐บ. Selanjutnya, akan dibahas syarat cukup yang berhubungan dengan banyaknya subgraf segitiga, quadilateral murni, dan graf lengkap ๐พ4 . Akan tetapi, perlu diperhatikan Preposisi 6.2 berikut ini.
Preposisi 6.2. Diberikan suatu graf ๐บ dengan bilangan kromatik ๐ yang berorder ๐ > ๐ + 1 dan berukuran ๐. Polinomial kromatik dari graf terhubung ๐บ dapat dinyatakan menjadi ๐(๐บ, ๐) = ๐(๐ โ 1)(๐ โ 2) โฏ ๏ฟฝ๐ โ (๐ โ 1)๏ฟฝ๐๐โ๐ (๐บ, ๐), dengan deret ๐๐โ๐ (๐บ, ๐) didefinisikan sebagai berikut ๐๐โ๐ (๐บ, ๐) = ๐๐โ๐ + ๐ 1,๐ ๐๐โ๐โ1 + ๐ 2,๐ ๐๐โ๐โ2 + ๐ 3,๐ ๐๐โ๐โ3 +โฏ Maka untuk suatu bilangan bulat ๐, dimana 1 โค ๐ โค ๐, koefisien dari ๐๐โ๐ (๐บ, ๐) adalah ๐ ๐ 1,๐ = ๏ฟฝ ๏ฟฝ โ ๐, 2 ๐โ1 ๐ ๐+1 ๐ ๐ 2,๐ = ๏ฟฝ ๏ฟฝ โ ๐ก1 โ ๏ฟฝ ๏ฟฝ ๐ + ๏ฟฝ ๏ฟฝ ๏ฟฝ ๐, 2 2 2 ๐ 3,๐
๐=1
๐ ๐ ๐ = โ ๏ฟฝ ๏ฟฝ + (๐ โ 2)๐ก1 + ๐ก2 โ 2๐ก3 + ๏ฟฝ ๏ฟฝ ๏ฟฝ๏ฟฝ ๏ฟฝ โ ๐ก1 ๏ฟฝ 3 2 2 ๐โ1
๐ โ ๐ ๏ฟฝ ๐ ๏ฟฝ๐ + ๏ฟฝ ๏ฟฝ๏ฟฝ 2 ๐=1 kโ1
โ1
j i+1 + ๏ฟฝ j ๏ฟฝj + ๏ฟฝ ๏ฟฝ j + ๏ฟฝ ๏ฟฝ ๏ฟฝ i๏ฟฝ . 2 2 j=1
2
i=1
Pada Teorema 6.3 berikut ini, akan diuraikan syarat cukup polinomial kromatik graf terhubung memiliki akar kromatik kompleks yang berhubungan dengan banyaknya subgraf segitiga, quadilateral murni, dan graf lengkap K 4
Teorema 6.3. Diberikan suatu graf ๐บ dengan ukuran m, bilangan kromatik ๐ serta order ๐ > ๐ + 1. Jika ๐ก1 < ๐ก โ atau (2๐ก3 โ ๐ก2 ) > ๐โ , dengan ๐ก1 , ๐ก2 serta ๐ก3 berturut-turut merupakan subgraf segitiga, quadilateral murni serta graf lengkap ๐พ4 , dan ๐ ๐ 2 ๐(๐ โ ๐ โ 2 ๏ฟฝ ๏ฟฝ + ๐) (๐ โ ๐ โ 1) ๏ฟฝ ๏ฟฝ 2 2 โ ๐กโ = 2(๐ โ ๐) 2(๐ โ ๐) ๐+1 2(๐ โ ๐) โ๐โ1 ๏ฟฝ๐ ๐=1 ๏ฟฝ 2 + 2(๐ โ ๐)
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print)
2(๐ โ ๐ โ 2) ๐ ๐ ๐โ = ๏ฟฝ๏ฟฝ ๏ฟฝ โ ๐ก1 โ ๏ฟฝ ๏ฟฝ ๐ ๐ 2 2 3 ๏ฟฝ๐ โ ๏ฟฝ ๏ฟฝ๏ฟฝ (๐ โ ๐ โ 1) 2 ฯโ1
+ ๏ฟฝ๏ฟฝ ๐=1
2
๐ j+1 ๏ฟฝ j ๏ฟฝ โ ๏ฟฝ ๏ฟฝ + (๐ โ 2)๐ก1 3 2 ๐โ1
๐ ๐ ๐ + ๏ฟฝ ๏ฟฝ ๏ฟฝ๏ฟฝ ๏ฟฝ โ ๐ก1 ๏ฟฝ โ ๐ ๏ฟฝ ๐ ๏ฟฝ๐ + ๏ฟฝ ๏ฟฝ๏ฟฝ 2 2 2 ๐โ1
๐=1 ๐โ1
๐=1
๐=1
๐ ๐+1 + ๏ฟฝ ๐ ๏ฟฝ๐ 2 + ๏ฟฝ ๏ฟฝ ๐ + ๏ฟฝ ๏ฟฝ ๏ฟฝ๐ ๏ฟฝ . 2 2
maka polinomial kromatik ๐(๐บ, ๐) mempunyai akar kompleks.
Untuk mempermudah dalam mencari nilai dari ๐ก โ dan ๐โ , dalam Tabel 6.1 di bawah ini adalah penyederhanaan dari ๐ก โ dan ๐โ untuk ๐ = 2 hingga ๐ = 5. Tabel 6.1 Tabel ๐ก โ dan ๐โ untuk ๐ = 2 sampai dengan ๐ = 5 ๐=2
๐=3
๐=4
๐=5
๐กโ =
(๐ โ 1)(๐ โ ๐ + 1) 2(๐ โ 2)
2 2 ๐โ4 ๐ ๐ ๐โ5 ๐โ = ๏ฟฝ๏ฟฝ ๏ฟฝ โ ๐ก1 โ ๐ + 1๏ฟฝ โ ๏ฟฝ ๏ฟฝ 2 3 (๐ โ 1)(๐ โ 3) 2 3
๐กโ =
๐โ = ๐กโ =
๐โ = ๐กโ =
๐โ =
+ (๐ โ 3)๐ก1 โ ๐ + 1
๐(๐ โ ๐ โ 3) + 5๐ โ 6 2(๐ โ 3)
2 2 ๐โ5 ๐ ๐ ๐ โ 11 ๏ฟฝ๏ฟฝ ๏ฟฝ โ ๐ก1 โ 3๐ + 7๏ฟฝ โ ๏ฟฝ ๏ฟฝ 2 3 (๐ โ 3)(๐ โ 4) 2 3
+ (๐ โ 5)๐ก1 โ 7๐ + 15
๐(๐ โ ๐ โ 8) + 14๐ โ 20 2(๐ โ 4)
2 2 ๐โ6 ๐ ๐ ๐ โ 20 ๏ฟฝ๏ฟฝ ๏ฟฝ โ ๐ก1 โ 6๐ + 25๏ฟฝ โ ๏ฟฝ ๏ฟฝ 2 3 (๐ โ 6)(๐ โ 5) 2 3
+ (๐ โ 8)๐ก1 โ 25๐ + 90
๐(๐ โ ๐ โ 15) + 30๐ โ 50 2(๐ โ 5)
2 2 ๐โ7 ๐ ๏ฟฝ๏ฟฝ ๏ฟฝ โ ๐ก1 โ 10๐ + 65๏ฟฝ 3 (๐ โ 10)(๐ โ 6) 2
๐ ๐ โ 32 โ๏ฟฝ ๏ฟฝ + (๐ โ 12)๐ก1 โ 65๐ 2 3 + 350
Pada pembahasan sebelumnya telah dibuktikan bahwa graf garis ๐ฟ(๐พ4 ) memenuhi syarat cukup pada Teorema 6.1 untuk memiliki akar kromatik kompleks. Graf garis ๐ฟ(๐4 ) isomorf dengan graf garis ๐ฟ(๐พ4 ). Sehingga, graf garis ๐ฟ(๐4 ) pasti memiliki akar kromatik kompleks yang nilainya sama dengan graf garis ๐ฟ(๐พ4 ). Oleh karena itu, akan dibukrikan bahwa graf garis ๐ฟ(๐4 ) memenuhi syarat cukup untuk memiliki akar kromatik kompleks yang diuraikan pada Preposisi 6.3.
Contoh 6.3. Graf garis ๐ฟ(๐4 ) memiliki order ๐ = 6, ukuran ๐ = 12, bilangan kromatik ๐ = 3, subgraf segitiga ๐ก1 = 8, subgraf quadilateral murni ๐ก2 = 2, dan ๐ก3 = 0. Karena ๐ = 3, maka diperoleh
6
๐(๐ โ ๐ โ 3) + 5๐ โ 6 2(๐ โ 3) 12(3) + 30 โ 6 = 2(3) 60 = 10 = 6 Terlihat bahwa ๐ก1 < ๐ก โ . Sehingga, sebagaimana Preposisi 4.3, syarat cukup graf garis ๐ฟ(๐4 ) memiliki akar kromatik kompleks terpenuhi. ๐กโ =
Dengan menggunakan deret ๐๐โ๐ , Preposisi Teorema 3.5, didapatkan Preposisi 6.4 berikut ini.
6.2 dan
Preposisi 6.4. Untuk suatu graf ๐บ dengan bilangan kromatik ๐, order ๐ > ๐ + 1, dan ukuran ๐, diberikan ๐ ๐โ ๏ฟฝ ๏ฟฝ 2 ๐ต๐ = ๐โ๐ dan 2 ๐ ๐ท๐ = (๐ โ ๐ โ 1)2 ๏ฟฝ๏ฟฝ ๏ฟฝ โ ๐๏ฟฝ โ 2(๐ โ ๐ โ 1)(๐ โ ๐)๐ 2,๐ 2 dengan ๐ 2,๐
๐โ1
๐ ๐ ๐+1 = ๏ฟฝ ๏ฟฝ โ ๐ก1 โ ๏ฟฝ ๏ฟฝ ๐ + ๏ฟฝ ๏ฟฝ ๏ฟฝ ๐, 2 2 2 ๐=1
Jika ๐ท๐ โฅ 0 maka polinomial kromatik ๐(๐บ, ๐) memiliki sebuah akar ๐ dengan ๏ฟฝ๐ท๐ re(๐) โฅ ๐ต๐ + (๐ โ ๐)(๐ โ ๐ โ 1) dan jika ๐ท๐ < 0, maka polinomial ๐(๐บ, ๐) memiliki akar ๐1 dan ๐2 sedemikian hingga re(๐1 ) โฅ ๐ต๐ dan ๏ฟฝโ๐ท๐ im(๐2 ) โฅ (๐ โ ๐)(๐ โ ๐ โ 1)
Di awal pembahasan telah diuraikan bahwa graf roda ๐4 isomorf dengan graf lengkap ๐พ4 , sehingga graf roda ๐4 tidak memiliki akar kromatik kompleks. Akan tetapi, berbeda dengan graf roda order 5, ๐5 . Dengan menggunakan Preposisi 4.4, akan ditunjukkan bahwa graf roda ๐5 memenuhi syarat cukup untuk memiliki akar kromatik kompleks.
Contoh 6.4 Graf roda ๐5 memiliki order ๐ = 5, ukuran ๐ = 8, bilangan kromatik ๐ = 3, subgraf ๐ก1 = 4, ๐ก2 = 0, dan ๐ก3 = 0. Sehingga, diperoleh 2 ๐ ๐ท๐ = (๐ โ ๐ โ 1)2 ๏ฟฝ๏ฟฝ ๏ฟฝ โ ๐๏ฟฝ 2 โ 2(๐ โ ๐ โ 1)(๐ โ ๐)๐ 2,๐ = (1)2 (โ2)2 โ 2(1)(2)๐ 2,๐ ๐โ1
๐ ๐ ๐+1 ๏ฟฝ ๐๏ฟฝ = 4 โ 4 ๏ฟฝ๏ฟฝ ๏ฟฝ โ ๐ก1 โ ๏ฟฝ ๏ฟฝ ๐ + ๏ฟฝ ๏ฟฝ 2 2 2 ๐=1
2 3 = 4 โ 4 ๏ฟฝ28 โ 4 โ 3 โ
8 + ๏ฟฝ๏ฟฝ ๏ฟฝ 1 + ๏ฟฝ ๏ฟฝ 2๏ฟฝ๏ฟฝ 2 2
= 4 โ 4(1 + 6) = 4 โ 28 = โ24
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) Terlihat bahwa ๐ท๐ < 0. Sebagaimana Preposisi 4.4, graf roda ๐5 memiliki akar kromatik ๐1 dan ๐2 sedemikian hingga ๐ ๐โ๏ฟฝ ๏ฟฝ 2 re(๐1 ) โฅ ๐ต๐ = ๐โ๐ 3 8โ๏ฟฝ ๏ฟฝ 5 2 = = 21 re(๐1 ) โฅ 2 2 2 dan ๏ฟฝโ๐ท๐ im(๐2 ) โฅ (๐ โ ๐)(๐ โ ๐ โ 1) 2โ6 โ24 = = โ6 im(๐2 ) โฅ (2)(1) 2 Dengan memperhatikan Contoh 4.5 dan Lampiran 2, graf roda ๐๐ , untuk ๐ โฅ 5 memiliki akar kromatik kompleks. Sedangkan dari Contoh 6.1 dan Lampiran 1, graf sikel ๐ถ๐ , untuk ๐ โฅ 4, juga memiliki akar kromatik kompleks.
6.
๐ก1 = 0, ๐ = 10, ๐ = 10, 7.
2.
3. 4.
Graf lengkap ๐พ๐ dengan ๐ order, tidak memiliki akar kromatik bernilai kompleks. Begitu pula halnya dengan graf pohon ๐๐ dengan ๐ order. Graf garis ๐ฟ(๐พ๐ ) yang tidak isomorf dengan graf lengkap ๐พ๐ nya, bisa jadi memiliki akar kromatik kompleks. Sebagai contoh, graf garis ๐ฟ(๐พ4 ). Graf roda ๐๐ dengan order ๐ โฅ 5, memiliki akar kromatik kompleks. Graf sikel ๐ถ๐ dengan order ๐ โฅ 4, memiliki akar kromatik kompleks.
8.
๐ก1 = 0, ๐ = 5, ๐ = 5,
2.
Terlihat bahwa ๐ก1 < kromatik kompleks. Graf sikel ๐ถ6
2(๐โ2) (๐โ1)(๐โ๐+1)
๐ก1 = 0, ๐ = 6, ๐ = 6, 3.
Terlihat bahwa ๐ก1 < kromatik kompleks. Graf sikel ๐ถ7
4.
kromatik kompleks. Graf sikel ๐ถ8
5.
kromatik kompleks. Graf sikel ๐ถ9
9.
kromatik kompleks.
2(๐โ2)
2(๐โ2)
=
5โ
1 2โ
4
=
=
6โ
1 2โ
5
=
=
7โ
1 2โ
6
=
7
12
=
8โ
1 2โ
7
=
4 7
, sehingga ๐ถ9 memiliki akar
kromatik kompleks. Graf sikel ๐ถ13
(๐โ1)(๐โ๐+1)
2(๐โ2)
2(๐โ2) (๐โ1)(๐โ๐+1)
9
16
=
10โ
1
=
5
=
11โ
1
=
11
=
12โ
1
=
2โ
9
9
2โ
10
20
, sehingga ๐ถ12 memiliki akar
(๐โ1)(๐โ๐+1)
2(๐โ2) (๐โ1)(๐โ๐+1) 2(๐โ2)
=
, sehingga ๐ถ11 memiliki akar
(๐โ1)(๐โ๐+1)
2(๐โ2)
9โ
1
2โ
8
2โ
11
6
11
, sehingga ๐ถ13 memiliki akar
Graf ๐พ๐ , dengan ๐ โฅ ๐, yang memenuhi Preposisi 4.3 untuk memiliki akar kromatik kompleks 1. Graf roda ๐6 2.
๐ก1 = 5, ๐ = 6, ๐ = 10, ๐ = 4 โ ๐ก โ =
๐(๐โ๐โ8)+14๐โ20
๐ก1 = 6, ๐ = 7, ๐ = 12, ๐ = 3 โ ๐ก โ =
๐(๐โ๐โ3)+5๐โ6
3.
๐ก1 = 7, ๐ = 8, ๐ = 14, ๐ = 4 โ ๐ก โ =
๐(๐โ๐โ8)+14๐โ20
4.
๐ก1 = 8, ๐ = 9, ๐ = 16, ๐ = 3 โ ๐ก โ =
๐(๐โ๐โ3)+5๐โ6
2(๐โ3)
Diperoleh ๐ก โ = 6 , sehingga ๐ก1 < ๐ก โ . Jadi, ๐7 memiliki akar 8 kromatik kompleks. Graf Roda ๐8 2(๐โ4)
Diperoleh ๐ก โ = 8, sehingga ๐ก1 < ๐ก โ . Jadi, ๐8 memiliki akar kromatik kompleks. Graf roda ๐9 3
5.
2(๐โ4)
Diperoleh ๐ก โ = 6, sehingga ๐ก1 < ๐ก โ . Jadi, ๐6 memiliki akar kromatik kompleks. Graf roda ๐7 5
6.
2(๐โ3)
Diperoleh ๐ก โ = 8 , sehingga ๐ก1 < ๐ก โ . Jadi, ๐9 memiliki akar 4 kromatik kompleks. Graf Roda ๐10 ๐ก1 = 9, ๐ = 10, ๐ = 18, ๐ = 4 โ ๐ก โ =
3 5
Terlihat bahwa ๐ก1 <
kromatik kompleks.
5 8
kromatik kompleks. Graf sikel ๐ถ12
Terlihat bahwa ๐ก1 <
3
, sehingga ๐ถ8 memiliki akar
(๐โ1)(๐โ๐+1)
2(๐โ2) (๐โ1)(๐โ๐+1)
=
, sehingga ๐ถ7 memiliki akar
(๐โ1)(๐โ๐+1) 2(๐โ2)
2โ
3
Terlihat bahwa ๐ก1 <
=
, sehingga ๐ถ10 memiliki akar
2(๐โ2) (๐โ1)(๐โ๐+1)
๐ก1 = 0, ๐ = 13, ๐ = 13,
2
, sehingga ๐ถ6 memiliki akar
(๐โ1)(๐โ๐+1)
2(๐โ2) (๐โ1)(๐โ๐+1)
๐ก1 = 0, ๐ = 9, ๐ = 9, Terlihat bahwa ๐ก1 <
2(๐โ2)
=
4โ
1
, sehingga ๐ถ5 memiliki akar
(๐โ1)(๐โ๐+1)
2(๐โ2) (๐โ1)(๐โ๐+1)
๐ก1 = 0, ๐ = 8, ๐ = 8, Terlihat bahwa ๐ก1 <
2(๐โ2)
2(๐โ2) (๐โ1)(๐โ๐+1)
๐ก1 = 0, ๐ = 7, ๐ = 7, Terlihat bahwa ๐ก1 <
(๐โ1)(๐โ๐+1)
kromatik kompleks. Graf sikel ๐ถ11
2(๐โ2)
๐ก1 = 0, ๐ = 12, ๐ = 12,
LAMPIRAN Graf Sikel ๐ช๐ , dengan ๐ โฅ ๐, yang memenuhi Teorema 4.1 untuk memiliki akar kromatik kompleks 1. Graf sikel ๐ถ5
Terlihat bahwa ๐ก1 <
(๐โ1)(๐โ๐+1)
2(๐โ2) (๐โ1)(๐โ๐+1)
๐ก1 = 0, ๐ = 11, ๐ = 11,
VII. KESIMPULAN
1.
Graf sikel ๐ถ10
7
๐(๐โ๐โ8)+14๐โ20
๐ก1 = 10, ๐ = 11, ๐ = 20, ๐ = 3 โ ๐ก โ =
๐(๐โ๐โ3)+5๐โ6
๐ก1 = 11, ๐ = 12, ๐ = 22,๐ = 4 โ ๐ก โ =
๐(๐โ๐โ8)+14๐โ20
๐ก1 = 12, ๐ = 13, ๐ = 24, ๐ = 3 โ ๐ก โ =
๐(๐โ๐โ3)+5๐โ6
9
7.
8.
2(๐โ4)
Diperoleh ๐ก โ = 10, sehingga ๐ก1 < ๐ก โ . Jadi, ๐10 memiliki akar kromatik kompleks. Graf roda W11 2(๐โ3)
Diperoleh ๐ก โ = 10 , sehingga ๐ก1 < ๐ก โ . Jadi, ๐11 memiliki 16 akar kromatik kompleks. Graf Roda W12 2(๐โ4)
Diperoleh ๐ก โ = 12, sehingga ๐ก1 < ๐ก โ . Jadi, ๐12 memiliki akar kromatik kompleks. Graf roda ๐13 11
2(๐โ3)
Diperoleh ๐ก โ = 12 , sehingga ๐ก1 < ๐ก โ . Jadi, ๐13 memiliki 20 akar kromatik kompleks.
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) 9.
Graf Roda ๐14
๐ก1 = 13, ๐ = 14, ๐ = 26, ๐ = 4 โ ๐ก โ =
๐(๐โ๐โ8)+14๐โ20 2(๐โ4)
Diperoleh ๐ก โ = 14, sehingga ๐ก1 < ๐ก โ . Jadi, ๐14 memiliki akar kromatik kompleks.
DAFTAR PUSTAKA [1]
[2]
[3] [4] [5] [6] [7] [8] [9] [10] [11]
[12] [13]
[14]
Appel, K. dan Haken, W. (1977). "Every Planar Graph is Four Colorable Part I. Discharging". Illinois Journal of Mathematics Vol. 21, Hal. 429 490. Appel, K. dan Haken, W. (1977). "Every Planar Graph is Four Colorable Part II. Reducibility". Illinois Journal of Mathematics Vol. 21, Hal. 491 567. Barbeau, E. J. (1989). Polynomials. New York: Springer Verlag. Bielak, H. (2001). "Roots of Chromatic Polynomials". Discrete Mathematics Vol. 231, Hal. 97 - 102. Brown, J. I. (1998). "On The Roots of Chromatic Polynomials". Journal of Combinatorial Theory Series B Vol. 72, Hal. 251 - 256. Dong, F.M. (2005). Chromatic Polynomial and Chromaticity of Graph. World Scientific Publishing Company, illustrated edition. Farrell, E. J. (1980). "On Chromatic Coefisien". Discrete Mathematics Vol. 29, Hal. 257 - 264. Hardy, G. H., Littlewood, J. E., Polya, G. (1952). Inequallities. Cambridge: Cambridge University press. Hartsfield, N. dan Ringel, G. (2003). Pearls in Graph Theory: A Comprehensive Introduction. New York: Dover Publications. Henrici, P. (1974). Applied and Computational Complex Analysis Vol. I. New York: Wiley-Interscience. Jackson, B. (1993). โA zero-free interval for chromatic polynomials of graphsโ. Combinatorics, Probability and Computing Vol. 2, Hal. 325โ 336. Loฬ vaฬ sz, L. (2007). Combinatorial Problems and Exercises 2nd edition. American Mathematical Society. Sokal, A. D. (2004) "Chromatic roots are dense in the whole complex plane". Combinatorics, Probability and Computing, Vol. 13, Hal. 221 261. Thomassen, C. (1997). โThe Zero-Free Intervals for Chro-matic Polynomials of Graphsโ. Combinatorics, Probabili-ty and Computing, Vol. 6, Hal. 497-506.
8