KAJIAN KUALITAS DAN HASIL PENGOLAHAN BIODIESEL NYAMPLUNG (Colophyllum inophyllum) PADA VARIASI METODE EKSTRAKSI, METODE DEGUMMING DAN KONSENTRASI METANOL
TESIS
Muhammad Umar Anif NIM P2AA06003
PROGRAM STUDI AGRONOMI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO 2011
Kajian Kualitas dan Hasil Pengolahan Biodiesel Nyamplung (colophyllum inophyllum) pada Variasi Metode Ekstraksi, Metode Degumming dan Konsentrasi Metanol Muhammad Umar Anif, Dr. Ir. Wiludjeng Trisasiwi, Dr. Rifda Naufalin, S.P., M.Si. Magister pertanian, Universitas Jenderal Soedirman
SUMMARY
Nyamplung is a multy-function plant. Beside its wood is good for construction and furniture material, the almond is used for bio-diesel fuel's material. The advantage in using Nyamplung as bio-diesel fuel's material is the productivity which may reach until 10 tons/hectare. Besides, Nyamplung has high endurance of environment, big amount of population, longer range of lifespan (1 to 50 years), year-round productivity, especially during September to November. Nyamplung's oil content may reach around 40% to 70%. Nyamplung's oil is not used as food product (non edible). Thus, this plant will not disturb the food stability program. This research was aimed to observe the extraction method, methanol concentration, and the best Degumming method to produce Nyamplung's bio diesel oil. So that Nyamplung may be considered as the alternative fuel to replace the ordinary fuel which is continually decreased nowdays. This research was conducted at Agriculture Product Processing Technology Laboratory and Agriculture Technic Laboratory of Jenderal Soedirman University in Purwokerto, Quality control Laboratory of SMKN 1 temanggung and PT Pertamina RU IV Cilacap, during May 2009 until October 2009. The research was used Complete Randomized Block Design that consisted of three factors, namely: Extraction Method, Degumming Method and Methanol Concentration which was needed on Transeserification reaction. Observed variables were Chemical composition of Nyamplung Biodiesel variable and biodiesel's performance to diesel engine as the Physical Variable. Based on the research, it was resulted the best treatment for Nyamplung's seed extraction was Chemical method extraction. The greatest result of degumming method was reached by using 1% Sulfuric Acid (H3PO4) and 5% methanol concentration. In such a state, pH balance value was 6.58, viscocity oil as 5.645 cst, Flash Point was 157.295C, free fatty acid was 1.1%, acid number was 0.1, Iodine number was 82.775% and Alcyl Ester number was 93.545%. Based on visual observation, Nyamplung's biodiesel oil has clear brown color. The smell was similar like fresh oil. The stationere was 10 minute reminds stable. The soot produced was thin as it was resulted from perfect combustion. Key words: Nyamplung, bio diesel , extraction method, Degumming Method, Methanol Concentration, Transeserification reaction, biodiesel's performance.
2
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Nyamplung adalah jenis tanaman serba guna, disamping kayunya bagus digunakan sebagai bahan konstruksi bangunan & meubel air, juga buahnya bermanfaat untuk kesehatan dan penghasil minyak (Biofuel). Tanaman nyamplung merupakan tanaman penghasil minyak yang potensial untuk dikembangkan menjadi biodiesel (Hambali et al., 2006). Biji buah pohon nyamplung (Colophyllum inophyllum) selama ini belum dimanfaatkan secara maksimal. Biji dari tanaman nyamplung memiliki banyak kandungan senyawa kimia, antara lain: senyawa lakton yaitu kolofiloida dan asam kalofilat, tacamahin, asam tacawahol, bummi, resin minyak atsiri, senyawa pahit, calanolide A, sitosterol, lendir, gliserin, minyak lemak, tannin, takaferol, dan karatenoid (Sudrajat, 2008). Proses pembuatan minyak mentah biji nyamplung menjadi biodiesel adalah proses esterifikasi dan trans esterifikasi, proses ini merupakan proses alkoholis yang menggunakan metanol sebagai reaktan. Pada kondisi kadar asam lemak bebas kurang dari 2% maka pemakaian metanol berkisar antara 5 – 10 persen (Sudrajat, 2008). Metanol diumpamakan dalam reaksi esterifikasi maupun transesterifikasi dalam jumlah lebih untuk mendapatkan konversi maksimum. Pemakaian alkohol yang berlebih tentu saja menambah biaya produksi pembuatan biodiesel, oleh karena perlu dilakukan pene litian tentang reaksi esterifikasi minyak nyamplung menjadi biodiesel. Minyak mentah biji nyamplung banyak mengandung gum, fopolipid, dan zat ikutan lain yang menyebabkan proses pembuatan biodiesel kurang maksimal. Proses ekstraksi biji nyamplung, metode degumming, dan konsentrasi metanol yang baik diharapkan mampu menghasilkan biodiesel berbasis biji nyamplung yang lebih maksimal (Hambali et al., 2006). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: Metode ekstraksi minyak mentah biji nyamplung terbaik berdasarkan rendemen, warna, aroma, viskositas biodiesel, konsentrasi metanol terbaik pada pengolahan biodiesel berbasis biji nyamplung, metode degumming terbaik pada pengolahan biodiesel berbasis biji nyamplung, komposisi biodiesel berbasis biji nyamplung terbaik meliputi
3
kandungan asam lemak bebas dan kandungan asam lemak jenuh, unjuk kerja biodiesel berbasis biji nyamplung terbaik berdasarkan parameter stasioner, jelaga, dan konsumsi bahan bakar.
II. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian dan Laboratorium Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, Laboratorium Pengawasan mutu SMK N 1 Temanggung, dan PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap, pada bulan Maret 2009 sampai dengan bulan Oktober 2010. B. Bahan dan Alat Peralatan ekstraksi pada proses pengolahan biodiesel berbasis biji nayamplung meliputi; timbangan, pres berulir/extruder, kain saring, dan ember penampung. Peralatan uji kimia meliputi neraca analitik, erlenmeyer, pipet ukur, gelas ukur, pendingin balik, penangas air, buret, pipet tetes, penangas listrik, magnet stirrer, termometer, viskosimeter spectronik 20. Bahan baku dan bahan kimia pendukung yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut: biji nyamplung, pelarut n-hexan, metanol teknis, HCl teknis, kalium bikhromat, air suling, asam phospat, kalium hidroksida, natrium hidroksida, alkohol 95% netral, petroleum eter, phenolphtelein. C. Rancangan Percobaan Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap yang terdiri dari 3 kelompok perlakuan, yaitu: 1. Metode ekstraksi E1 : Minyak nyamplung dengan ekstraksi kimia E2 : Minyak nyamplung dengan ekstraksi mekanis
4
E3 : Minyak nyamplung dengan ekstraksi kimia dan mekanis 2. Metode degumming D1 : Degumming menggunakan NaCl D2 : Degumming menggunakan Asam Sitrat D3 : Degumming menggunakan H2PO4 3. Konsentrasi methanol M1 : Metanol konsentrasi 1% M2 : Metanol konsentrasi 3% M3 : Metanol konsentrasi 5% Masing-masing perlakuan diulang 2 kali sehingga diperoleh 3 x 3 x 3 x 2 = 54 satuan percobaan. D. Variabel yang Diamati Variabel yang diamati dari metil ester nyamplung adalah mengetahui kandungan zat-zat pendukung biodiesel, dengan melakukan beberapa pengujian sebagai berikut: 1. Uji organoleptik a) Warna Pengujian warna menggunakan uji organoleptik dengan menggunakan kontrol warna solar. b) Aroma Pengujian aroma menggunakan uji organoleptik dengan menggunakan kontrol bau solar c) Stasionare Pengujian stasionare menggunakan uji organoleptik dengan menggunakan kontrol
stasionare
BBM
solar,
pengujian
didasarkan
pembatasan
menghidupkan mesin diesel selama 10 menit. Mesin yang digunakan adalah mesin diesel 1 silinder, 4 langkah, horisontal, 8,5 HP dengan sistem pembakarang direct injection. d) Jelaga Pengujian indikasi jelaga menggunakan uji organoleptik dengan menggunakan kontrol jelaga BBM solar, pengujian didasarkan pembatasan menghidupkan
5
mesin diesel selama 10 menit. Pengujian dengan cara mengamati jelaga yang keluar dari saluran buang. 2. Uji kimia a) Uji Angka Asam (Sudarmaji, 1976) Cara kerja pengujian angka asam adalah sebagai berikut: -
Menimbang 4-10 gram contoh dalam erlenmeyer, kemudian larutkan dengan 50 ml. Campuran alkohol netral dengan petroleum eter.
-
Erlenmeyer dihubungkan dengan pendingin balik, dipanaskan dengan penangas air untuk melarutkan asam lemak bebasnya, kemudian didinginkan.
-
Mentitrasi dengan NaOH dengan 1 ml indikator phenolphtelein 1%, sampai tepat menjadi merah jambu dan tidak hilang selama 1 menit.
-
Apabila cairan yang dititrasi berwarna gelap, digunakan bromthymol blue sebagai indikator dan titrasi diakhir sampai berwarna biru.
Perhitungan penetapan angka asam adalah sebagai berikut: Derajat asam
=
Bilangan asam
=
( ) ,
, ( )
b) Uji penetapan asam lemak bebas (Wijandi et al., 1976) Cara kerja pengujian asam lemak bebas adalah sebagai berikut: -
Persiapan bahan dan alat
-
Mengaduk bahan minyak nyamplung sampai dengan homogen dan membuat kondisinya tetap cair
-
Contoh ditimbang sebesar 28,2 + 0,2 gram dalam erlenmeyer
-
Menambahkan 50 ml etanol 95% netral yang panas, dan 2 ml indikator penolphtalein
-
Melakukan titrasi dengan larutan KOH/NaOH 0,1 N sampai timbul warna merah jambu dan tidak hilang selama 30 detik
6
Penentuan presentase asam lemak bebas sebagai berikut: % ALB =
( )
x 100%
Keterangan: T = Jumlah mililiter NaOH/KOH N = Normalitas NaOH BM = Bobot molekul asam yang terdapat dalam minyak c) Uji pH (Wijandi et al., 1976) Uji pH berguna untuk menentukan sifat asam basa suatu zat sehingga dapat diketahui keberadaan zat asam/basa pada sampel. 3. Uji fisik a) Uji Viskositas (Djatmiko at al., 1976) Uji viskositas untuk mengetahui tingkat kekentalan dari minyak metil ester nyamplung. Pengujian menggunakan viskosimeter LVF brookfield dengan urutan kerja : -
Masukkan minyak pada silinder tabung sampai tanda tera, tanpa diaduk
-
Masukkan bandul dengan ukuran tertentu kedalam cairan berdasarkan kekentalanya
-
Mengatur pengadukan dari kecepatan rendah sampai dengan tinggi sampai 1500 rpm, dan hindari terjadinya gelembung udara
-
Silinder diangkat dari penangas air dan menentukan viskositas minyak menggunakan viskosimeter yang sesuai.
b) Uji Titik Nyala (Flash Point) (Sudrajat, 2006) Uji titik nyala untuk mengetahui suhu minimal yang dicapai oleh minyak untuk meletupkan api. Metode yang digunakan Pensky-Marten memakai sistem mangkok tertutup (closed cup). c) Rendemen (Djatmiko at al., 1976) Rendemen minyak mentah dihitung berdasarkan persentase jumlah minyak yang dapat diekstraksi berbanding dengan bobot total awal bahan. Rendemen biodiesel merupakan persentase biodiesel yang dihasilkan berbanding dengan bobot total bahan baku.
7
E. Pelaksanaan Percobaan Tahapan pelaksanaan percobaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : a.
Penjemuran buah nyamplung
b.
Pemipilan/pemisahan daging biji dengan tempurungnya.
c.
Pengeringan dibawah sinar matahari sampai kadar air 18%
d.
Pengukusan biji tanpa tempurung dilakukan selama dua jam
e.
Ekstraksi menggunakan tiga metode yaitu metode mekanis, metode kimia dan metode gabungan mekanis-kimia 1) Metode mekanis (pres ulir) -
Menghidupkan peralatan tanpa proses selama 5 menit
-
Memasukan biji nyamplung kukus kedalam hopper
-
Hasil pres berupa ampas dipisahkan
-
Hasil pres berupa minyak mentah disaring menggunakan kain saring
-
Siap untuk diproses degumming
2) Metode kimia - Bahan biji nyamplung diblender - Hasil blender kemudian ditempatkan pada wadah plastik - N-hexana dimasukkan dan diaduk sampai dengan homogen - Campuran n-hexana dengan biji nyamplung blender kemudian dipusingkan selama 5 menit - Hasil pemusingan kemudian didiamkan selama 8 jam - Pemisahan minyak dengan padatan - Pemisahan minyak dengan n-hexana dengan penyulingan 3) Metode mekanis-kimia - Bahan dipres menggunakan pres ulir - Minyak hasil pres kemudian disaring - Padatan hasil pres kemudian dicampur menggunakan n-hexana dan dipusingkan selama 5 menit - Hasil pemusingan kemudian didiamkan selama 8 jam - Pemisahan minyak dengan padatan
8
- Pemisahan minyak dengan n-hexana dengan penyulingan f.
Degumming dengan menggunakan tiga bahan kimia yaitu degumming dengan NaCl teknis, degumming dengan asam sitrat teknis, degumming asam fosfat teknis pada konsentrasi 0,5% - Minyak nyampung kasar - Dilakukan pemanasan sampai mencapai suhu 80 oC dan dilakuakan pengadukan selama 30 menit - Pada saat suhu pemanasan minyak mencapai 80oC, air panas 20% (v/b) suhu 80 oC dan NaCl 2% (b/b) dimasukan. - Didinginkan dalam corong pemisah selama 3 jam - Pemisahan gum dan minyak
g.
Esterifikasi dengan variasi konsentrasi metanol 1%, 3%, dan 5% menggunakan katalis HCl 1% selama satu jam (Lampiran 3)
h.
Trans esterifikasi dengan varisai konsentrasi metanol 1%, 3%, dan 5% dengan katalis NaOH 1% selama satu jam (Lampiran 4) F. Analisis Data Analisis data dilakukan dengan dua metode yaitu: analisis data secara
kuantitatif dan analisis data secara kualitatif. Hasil analisis data secara kuantiatif dan kualitatif kemudian dilakukan uji F, apabila hasil uji F menunjukkan adanya beda nyata antar perlakuan maka dilanjutkan dengan analisis Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5% (Gomez dan Gomez, 1995).
9
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil analisis ragam menunjukkan pengaruh perlakuan jenis ekstraksi, metode degumming, Konsentrasi metanol pada pengolahan biodiesel berbahan baku minyak biji nyamplung disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan jenis ekstraksi, metode degumming, Konsentrasi metanol pada pengolahan biodiesel berbahan baku minyak biji nyamplung Perlakuan No. Variabel E D M ExD ExM DxM ExDxM 1 pH tn tn ** ** tn tn tn 2
Viskositas
tn
tn
tn
**
tn
tn
tn
3
**
**
**
**
**
**
**
4
Flash point Asam lemak bebas
tn
*
tn
**
tn
tn
tn
5
Angka asam
**
**
**
**
**
**
**
6
Bilangan Iodium
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
7
Bilangan alkil ester
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
Keterangan : E D F ExD ExM DxM ExDxM ** * tn
= Jenis ekstraksi = Metode degumming = Konsentrasi metanol = Interaksi jenis ekstraksi dan metode degumming = Interaksi jenis ekstraksi dan konsentrasi metanol = Interaksi metode degumming dan konsentrasi metanol = interaksi jenis ekstraksi, metode degumming, dan konsentrasi metanol = Berbeda Sangat Nyata = Berbeda Nyata = Tidak nyata
Rendemen biodiesel nyamplung dipengaruhi oleh kadar asam lemak bebas. Keberadaan asam lemak bebas akan mengakibatkan proses esterifikasi tidak berjalan sempurna karena aam lemak bebas akan bereaksi dengan metanol membentuk sabun (reaksi penyabunan). Sabun dapat membentuk emulsi dengan air dan gliserin sehingga pemisahannya menjadi lebih sulit. Selain itu, pembentukan sabun juga mengurangi perolehan biodiesel (Tatang et al., 2007). Pencegahan terhadap peningkatan kadar asam lemak bebas pada minyak dapat dilakukan mulai dari bahan baku panen sampai dengan proses ekstraksi. Bahan aditif yang dapat digunakan untuk pengurangan terjadinya peningkatan kadar asam lemak bebas adalah BHA (Butylated Hidroxy Anisole) atau BHT 10
(Butylated Hidroxy Anisole). Hasil ekstraksi terbaik diperoleh menggunakan ekstraksi kimia dengan rendemen tertinggi yaitu sebesar 45%. Perlakuan pemberian variasi metode ekstraksi, metode degumming, dan konsentrasi metanol pada pengolahan biodiesel nyamplung memberikan hasil yang positif terhadap kualitas dan kuantitas biodisel yang dihasilkan. Hasil penelitian menunjukkan, parameter pH berbeda sangat nyata berdasarkan parameter konsentrasi metanol dan perlakuan terbaik menggunakan metanol dengan konsentrasi 5% dengan pH sebesar 6,38. Interaksi metode ekstraksi dan metode degumming terhadap pH berbeda sangat nyata antar perlakuan. Perlakuan terbaik interaksi metode ekstraksi dan metode degumming diperoleh dari perlakuan dengan metode ekstraksi kimia dan metode degumming menggunakan asam phosphat 1% dengan pH sebesar 6,38. Interaksi metode ekstraksi dan metode degumming memberikan pengaruh sangat nyata terhadap viskositas biodiesel nyamplung. Nilai viskositas terbaik diperoleh dari interaksi ekstraksi kimia dan degumming menggunakan asam phosphat 1% dengan nilai viskositas sebesar 5,645 cSt. Nilai viskositas telah
memenuhi standar SNI 04- 7182-2006 yaitu 2,3 cSt– 6,0 cSt. Interaksi antara parameter metode ekstraksi, metode degumming, dan konsentrasi metanol terhadap flash point secara independen maupun secara bersama sama memberikan pengaruh sangat nyata. Secara independen metode ekstraksi terbaik menggunakan metode kimia dengan nilai 182,072 oC, metode degumming terbaik menggunakan asam phospat dengan nilai flash point sebesar 168,578 oC, konsentrasi metanol terbaik menggunakan metanol 5% dengan nilai sebesar 178,864
o
C. Perlakuan interaksi metode ekstraksi dan metode
degumming terbaik dieperoleh pada interaksi metode kimia dan degumming menggunakan asam phosphat dengan nilai 163,268 oC. Interaksi metode ekstraksi kimia dan konsentrasi metanol 5%
merupakan perlakuan terbaik
dengan nilai flash point 174,218 oC. Interaksi metode ekstraksi kimia, degumming menggunakan asam phosphat, dan kosentrasi metanol 5% merupakan perlakuan terbaik terhadap nilai flash point dengan nilai sebesar 157,295 oC.
11
Nilai asam lemak bebas dipengaruhi oleh metode degumming secara independen dan secara bersama sama dengan konsentrasi metanol. Perlakuan terbaik metode degumming diperoleh dengan menggunakan asam phosphat dengan nilai sebesar 1,406 dan perlakuan terbaik interaksi metode degumming dengan konsentrasi metanol diperoleh dari degumming menggunakan asam phosphat dan konsentrasi metanol sebesar 5% dengan nilai sebesar 1,1. Interaksi antara parameter metode ekstraksi, metode degumming, dan konsentrasi metanol terhadap angka asam secara independen maupun secara bersama sama memberikan pengaruh sangat nyata. Secara independen metode ekstraksi terbaik menggunakan metode gabungan dengan nilai 0,153, metode degumming terbaik menggunakan NaCl dengan nilai angka asam sebesar 0,208, konsentrasi metanol terbaik menggunakan metanol 5% dengan nilai sebesar 0,132. Perlakuan interaksi metode ekstraksi dan metode degumming terbaik dieperoleh pada interaksi metode kimia dan degumming menggunakan asam phosphat dengan nilai 1,1. Interaksi metode ekstraksi gabungan dan konsentrasi metanol 5% merupakan perlakuan terbaik dengan nilai angka asam 0,1. Interaksi metode ekstraksi kimia dan konsentrasi metanol 5% terbaik dengan nilai 0,1. Interaksi metode kimia, degumming menggunakan asam phosphat, dan kosentrasi metanol 5% merupakan perlakuan terbaik terhadap angka asam 0,1. Interaksi antara parameter metode ekstraksi, metode degumming, dan konsentrasi metanol secara indepeden maupun secara bersama sama tidak memberikan pengaruh nyata terhadap bilangan iodium dan bilangan alkil ester. Berdasarkan pengamatan secara visual biodiesel nyamplung mempunyai warna coklat bening, aroma biodiesel nyamplung segar khas minyak, stasionere dengan lama hidup 10 menit stasionere stabil, jelaga yang keluar tipis akibat dari pembakaran yang sempurna.
12
V. SIMPULAN DAN SARAN
A.
Simpulan
1. Metode ekstraksi biji nyamplung untuk pengolahan biodiesel terbaik adalah ekstraksi metode kimia dengan rendemen terbesar 45 %, warna coklat bening, aroma khas minyak, dan viskositas 12,6 cSt. 2. Konsentrasi metanol 5% memberikan pengaruh terbaik terhadap kualitas biodiesel dengan nilai pH 6,38, flash point 178,864 oC, angka asam 0,132 dan kuantitas biodiesel nyamplung dengan rendemen sebesar 45%. 3. Metode degumming untuk pengolahan biodiesel berbasis biji nyamplung adalah menggunakan asam posphat (H3PO4) 1% dengan flash point 168,578 cSt, asam lemak bebas 1,406 dan angka asam 0,186. 4. Komposisi biodiesel terbaik memiliki kandungan asam lemak bebas 1,1 dengan
menggunakan
perlakuan
ekstraksi
kimia
dan
degumming
menggunakan asam phosphat 1% dan konsentrasi methanol 5%. 5. Unjuk kerja biodiesel nyamplung menggunakan mesin diesel 8 HP selama 10 menit dihidupkan menghasilkan bunyi diesel yang stasioner dan ditandai dengan jelaga yang keluar dari katup pembuangan tipis. B. Saran
Pada jangka waktu yang panjang akan terjadi kerusakan biodiesel akibat faktor internal maupun eskternal sehingga perlu penelitian lebih lanjut tentang metode penyimpanan dan metode pengawetan biodiesel.
13
DAFTAR PUSTAKA
Baedowi, M dan S. Pranggonowati. 1982. Petunjuk Praktek Pengawasan Mutu Hasil Pertanian 1. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan. Jakarta. Djatmiko, B. dan S. Ketaren. 1976. Analisa sifat fisiko kimia hasil pertanian. Departemen Teknologi Hasil Pertanian, Fatemeta. IPB Bogor. Hambali, E. 2006. Minyak Jarak (online). http://www.portaldjlpe.esdm.go.id diakses tanggal 28 Juli 2006. Hambali, E., A. Suryani, Dadang, Hariyadi, H. Hanafie, I. K. Reksowardjojo, M. Rivai, M. Ihsanur, P. Suryadarma, T. Prawitasari, T. Prakoso, W. Purnama. 2006. Jarak Pagar Tanaman Penghasil Biodesel. Penebar Swadaya. Jakarta. 132 hal. Sudarmadji, Slamet. 1976. Prosedur Analisa Untuk Bahan Makanan Pertanian. Badan Penerbitan Bagian Pengolahan Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta Sudrajat, H. R. 2008. Memproduksi Biodiesel Jarak Pagar. Penebar Swadaya. Jakarta. 107 hal. Sudradjat, R, Sahirman, D. Setiawan. Pembuatan biodiesel dari biji nyamplung, Jurnal Hasil Hutan, Vol. 23 (4) : 255-261, Bogor. 2006. Wijandi, S. dan D. Fardiaz. 1973. Dasar Pengawasan Mutu Hasil Pertanian. Departemen Teknologi Hasil Pertanian, Fatemeta. IPB Bogor.
14