KAJIAN KINERJA REKSA DANA SAHAM BERDANA KELOLAAN BESAR (PERIODE DESEMBER 2004-DESEMBER 2005)
Oleh NOVI INDAH KUSUMA DEWI H24102046
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
KAJIAN KINERJA REKSA DANA SAHAM BERDANA KELOLAAN BESAR (PERIODE DESEMBER 2004-DESEMBER 2005)
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI Pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh NOVI INDAH KUSUMA DEWI H24102046
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN KAJIAN KINERJA REKSA DANA SAHAM BERDANA KELOLAAN BESAR (PERIODE DESEMBER 2004-DESEMBER 2005)
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen INSTITUT PERTANIAN BOGOR Oleh NOVI INDAH KUSUMA DEWI H24102046
Menyetujui, Juni 2006
Dr. Widigdo Sukarman, MBA, MPA Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc Ketua Departemen
Tanggal Ujian : 30 Mei 2006
Tanggal Lulus :
ABSTRAK Novi Indah Kusuma Dewi. H24102046. Kajian Kinerja Reksa Dana Saham Berdana Kelolaan Besar (Periode Desember 2004-Desember 2005). Di bawah bimbingan Widigdo Sukarman. Investasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kesejahteraan di masa datang. Salah satu bentuk investasi adalah reksa dana. Reksa dana merupakan wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan ke dalam portofolio efek oleh Manajer Investasi. Reksa dana memiliki kelebihan antara lain, investasi awal yang relatif kecil dan likuiditas yang cukup tinggi. Di tengah keterpurukan yang menimpa industri reksa dana selama tahun 2005, reksa dana saham ternyata mampu bertahan dari gelombang redemption. Hal ini didorong oleh meningkatnya kinerja pasar saham yang merupakan indikator yang mempengaruhi kinerja reksa dana saham. Di antara 20 reksa dana saham yang tercatat aktif selama periode Desember 2004Desember 2005, 11 diantaranya memiliki nilai dana kelolaan di atas Rp 50 miliar per Desember 2005. Penelitian ini bertujuan (1) Untuk menentukan reksa dana saham berdana kelolaan besar yang mampu memberikan return sesuai dengan risiko (VaR) yang ditanggung dengan membandingkan pada tolak ukur (IHSG), (2) Untuk menilai kinerja masing-masing reksa dana saham berdana kelolaan besar jika dibandingkan pada tolak ukurnya (IHSG) berdasarkan risk adjusted measures of performances, (3) Untuk mengetahui seberapa besar variasi return reksa dana saham berdana kelolaan besar yang dipengaruhi oleh variasi return pasar (IHSG) untuk melihat tingkat diversifikasinya, (4) Untuk mengetahui reksa dana saham berdana kelolaan besar yang memiliki kinerja superior berdasarkan kesesuaian antara return dengan risiko (VaR), penilaian kinerja berdasarkan risk adjusted measures of performances, serta uji koefisien determinasi serta menentukan karateristiknya. Pengambilan data dilakukan mulai dari bulan Februari 2006 hingga April 2006 dengan mengambil data dari Bapepam, Bursa Efek Jakarta, Harian Bisnis Indonesia, dan Bank Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder periode Desember 2004-Desember 2005. Data NAB reksa dana saham dan IHSG diambil pada hari penutupan, yaitu Jumat, serta tingkat suku bunga SBI 1 bulan. Metode pengambilan sampel secara purposive (sengaja). Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excel dan menganalisis data menggunakan uji coefficient of variation di mana risiko dihitung dengan Value at risk (VaR), metode risk adjusted measures of performances dan uji Koefisien Determinasi. Dari 11 reksa dana saham dengan dana kelolaan minimal Rp 50 miliar per Desember 2005, reksa dana yang memiliki kinerja superior berdasarkan kesesuaian antara return dengan risiko (VaR), risk adjusted measures of performances dan uji Koefisien Determinasi adalah TRIM Kapital, Platinum Saham, Manulife Dana Saham, Citi Reksadana Ekuitas, Si Dana Saham, Phinisi Dana Saham, Danareksa Mawar, Schroder Dana Prestasi Plus, dan Panin Dana Maksima. Sedangkan karateristik yang dapat ditentukan berdasarkan penilaian kinerja superior, yaitu reksa dana tersebut harus memiliki return yang lebih tinggi dari pasar (IHSG) dan investasi bebas risiko (SBI), walaupun dengan risiko, baik total risiko ataupun risiko sistematik, yang lebih tinggi dari pasar.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 18 November 1984. Penulis adalah anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan Kusninto Hardi dan Fransisca Sri. Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Patra I Jakarta pada tahun 1990, lalu melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri 03 Pagi Jakarta. Pada tahun 1996, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 74 Jakarta. Pada tahun 1999, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum Negeri 81 Jakarta dan masuk dalam program IPA pada tahun 2001. Pada tahun 2002, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI) di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten Mata Kuliah Ekonomi Umum tahun ajaran 2004-2005. Pada tahun 2005, penulis meraih juara harapan II dalam Lomba Karya Tulis antar Mahasiswa Berprestasi Tingkat Departemen Manajemen.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta pertolongan-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat penulis selesaikan. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Reksa dana merupakan salah satu bentuk investasi di mana pada tahun 2005 lalu mengalami penurunan nilai aktiva bersih. Di tengah keterpurukan industri reksa dana, investor perlu mencari investasi alternatif, salah satunya adalah reksa dana saham di mana pada tahun lalu terjadi peningkatan NAB. Untuk itu, perlu di kaji kinerjanya terutama yang memiliki dana kelolaan besar. Skripsi ini berjudul “Kajian Kinerja Reksa Dana Saham Berdana Kelolaan Besar (Periode Desember 2004-Desember 2005)”. Penyusunan skripsi ini banyak dibantu oleh berbagai pihak baik secara moril maupun materiil. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1.
Bapak Dr. Widigdo Sukarman, MBA, MPA selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran, motivasi dan pengarahan kepada penulis.
2.
Bapak Ir. Budi Purwanto, ME dan Ibu Beatrice Mantoroadi, SE.Ak, MM atas kesediaan untuk meluangkan waktu menjadi dosen penguji.
3.
Bapak Ahmad Fajar atas kesediaan waktunya yang turut membimbing penulis serta telah banyak memberikan saran kepada penulis.
4.
Bapak Adriansyah dan Staf Bapepam yang telah memberikan informasi yang berguna dalam penyusunan skripsi ini.
5.
Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati di Departemen Manajemen, FEM IPB.
6.
Mama dan papa atas seluruh doa dan kasih sayangnya, serta kakak-kakakku, Mba Ci dan Mas Adji, Mas Ui dan Mba Ani serta bidadari kecilku Kay, yang telah banyak membantu dan memberikan dukungan kepada penulis.
7.
Sahabat-sahabatku, Nurul, Aphe, Wira, Anet ,Erma, Putu, Lames, Ricky dan Hana atas kebersamaan dalam suka maupun duka selama 4 tahun ini yang telah mewarnai hidup penulis dan persahabatan yang begitu indah
8.
Kak Irfan yang telah membagi ilmunya kepada penulis serta membantu penulis dalam bidang akademis.
9.
Teman-teman “Kardhita Crew”, Nanin, Vina, Aga, Bagus, Iin, Abdi, serta semua Crew Kardhita atas keceriaan, perhatian, semangat dan kebersamaan selama ini.
10. Windri, Uray, Arie, Apsari, Irwan, Ryan “my x-roomate ”, Fieta atas kebersamaan selama ini, yang selalu bersedia menjadi tempat curahan hati penulis. 11. Rekan satu bimbingan (Anggie P, Lia, Eko, dan Iwed) yang telah berjuang bersama dalam menyelesaikan penyusunan skripsi. 12. Seluruh teman-teman Manajemen Angkatan ’39 yang selalu bersama-sama membuat kenangan indah selama kuliah. 13. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang membutuhkan.
Bogor, Juni 2006
Penulis
DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK RIWAYAT HIDUP ........................................................................................... iii KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv DAFTAR ISI .................................................................................................... vi DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... ix DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... x I.
PENDAHULUAN .................................................................................... 1 1.1. Latar Belakang .................................................................................... 1 1.2. Rumusan Masalah ............................................................................... 5 1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................ 5 1.4. Manfaat Penelitian .............................................................................. 6 1.5. Batasan Penelitian .............................................................................. 6
II.
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 8 2.1. Investasi .............................................................................................. 8 2.2. Reksa Dana ........................................................................................ 8 2.1.1 Klasifikasi Reksa Dana............................................................. 9 2.1.2 Reksa Dana Saham ................................................................... 10 2.1.3 Kelebihan Reksa Dana Saham.................................................. 11 2.1.4 Risiko Reksa Dana Saham........................................................ 13 2.3. Tolak Ukur (Benchmark) .................................................................... 14 2.4. Manajer Investasi ................................................................................ 14 2.5. Portofolio ............................................................................................ 15 2.6. Return dan Risiko .............................................................................. 15 2.6.1 Return ...................................................................................... 15 2.6.2 Risiko ...................................................................................... 16 2.6.3 Kesesuaian Antara Return dengan Risiko ............................... 19 2.7. Nilai Aktiva Bersih ............................................................................. 19 2.8. Pengukuran Kinerja Reksa Dana (Risk Adjusted of Performances) .. 19 2.9. Hasil Penelitian Terdahulu.................................................................. 21
III. METODOLOGI PENELITIAN ............................................................. 23 3.1 Kerangka Pemikiran ............................................................................. 23 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian................................................................ 24 3.3 Metode Pengumpulan Data .................................................................. 25 3.4 Metode Pengambilan Sampel ............................................................... 25 3.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data................................................. 25
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 32 4.1. Pertumbuhan Reksa Dana Saham ....................................................... 32 4.2. Perhitungan Return dan Resiko (VaR) .............................................. 34 4.2.1. Kinerja Pasar Saham ............................................................. 34 4.2.2. Return Reksa Dana Saham dan Pasar .................................... 36 4.2.3. Risiko Reksa Dana Saham dan Pasar..................................... 37 4.2.4. Kesesuaian Antara Return dengan Risiko.............................. 39 4.3. Perhitungan Risk Adjusted Measures of Performances ..................... 41 4.3.1. Metode Sharpe........................................................................ 41 4.3.2. Metode Treynor ...................................................................... 43 4.3.3. Metode Jensen ........................................................................ 47 4.3.4. Metode M-Squared ................................................................. 49 4.4. Perhitungan Koefisien Determinasi .................................................... 50 4.5. Kinerja Reksa Dana Saham Superior dan Kriteria Superior............... 52 KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................................... 57 1. Kesimpulan..................................................................................................... 57 2. Saran............................................................................................................... 59 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 60 LAMPIRAN....................................................................................................... 62
DAFTAR TABEL No.
Halaman
1.
Return reksa dana saham dan pasar (Desember 2004-Desember 2005) ..... 36
2.
Standar deviasi reksa dana saham dan pasar (Desember 2004-Desember 2005)............................................................... 37
3.
Perhitungan rasio standar deviasi dengan return (Desember 2004-Desember 2005)............................................................... 39
4.
Perhitungan rasio VaR dengan return (Desember 2004-Desember 2005)............................................................... 40
5.
Perhitungan kinerja reksa dana saham dan pasar berdasarkan metode Sharpe (Desember 2004-Desember 2005) ................ 42
6.
Nilai kovarian dan beta reksa dana saham (Desember 2004-Desember 2005)............................................................... 44
7.
Perhitungan kinerja reksa dana saham dan pasar berdasarkan metode Treynor (Desember 2004-Desember 2005)................ 45
8.
Perhitungan kinerja reksa dana saham berdasarkan metode Jensen (Desember 2004-Desember 2005) .............................................................. 47
9.
Perhitungan kinerja reksa dana saham berdasarkan metode M-Squared (Desember 2004-Desember 2005) ............................... 49
10. Perhitungan koefisien determinasi reksa dana saham (Desember 2004-Desember 2005)............................................................... 51
DAFTAR GAMBAR No.
Halaman
1.
Fluktuasi total NAB reksa dana Periode 1996-2005 .................................. 2
2.
Alokasi dana kelolaan reksa dana per Desember 2004 dan Desember 2005 ..................................................................................... 3
3.
Kerangka pemikiran konseptual .................................................................. 24
4.
Perkembangan nilai aktiva bersih reksa dana dan reksa dana saham......................................................................................... 33
5.
Nilai aset reksa dana saham, obligasi, pasar uang, campuran secara global tahun 2005 ............................................................................. 34
6.
Pergerakan IHSG periode Desember 2004-Desember 2005 ....................... 35
7.
Tingkat suku bunga SBI 1 bulan periode Desember 2004-Desember 2005 ................................................................. 41
8.
Grafik nilai rasio Sharpe 11 reksa dana saham dan pasar (Desember 2004-Desember 2005) .............................................................. 43
9.
Grafik nilai rasio Treynor 11 reksa dana saham dan pasar (Desember 2004-Desember 2005)............................................................... 46
10. Grafik nilai rasio Alpha Jensen 11 reksa dana saham (Desember 2004-Desember 2005)............................................................... 48 11. Grafik nilai rasio M-Squared 11 reksa dana saham (Desember 2004-Desember 2005)............................................................... 50
DAFTAR LAMPIRAN No.
Halaman
1. Daftar reksa dana saham aktif beserta total NAB (Desember 2004-Desember 2005)................................................................. 62 2. Suku bunga SBI 1 bulan periode Desember 2004-Desember 2005.............. 63 3. Indeks Harga Saham Gabungan periode Desember 2004-Desember 2005 .. 64 4. NAB Bahana Dana Prima periode Desember 2004-Desember 2005 .......... 65 5. NAB BNI Dana Berkembang periode Desember 2004-Desember 2005..... 66 6. NAB Citi Reksadana Ekuitas periode Desember 2004-Desember 2005 ..... 67 7. NAB Danareksa Mawar periode Desember 2004-Desember 2005 ............. 68 8. NAB Manulife Dana Saham periode Desember 2004-Desember 2005........ 69 9. NAB Panin Dana Maksima periode Desember 2004-Desember 2005 ......... 70 10. NAB Phinisi Dana Saham periode Desember 2004-Desember 2005 ........... 71 11. NAB Platinum Saham periode Desember 2004-Desember 2005 ................. 72 12. NAB Schroder Dana Prestasi Plus periode Desember 2004-Desember 2005 ..................................................... 73 13. NAB Si Dana Saham periode Desember 2004-Desember 2005................... 74 14. NAB TRIM Kapital periode Desember 2004-Desember 2005..................... 75
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Investasi merupakan suatu cara untuk meningkatkan kesejahteraan di masa datang yang berguna untuk mengantisipasi adanya inflasi yang terjadi setiap tahunnya. Investasi juga dapat diartikan sebagai pembelian suatu aset dengan harapan bahwa aset tersebut akan menghasilkan pendapatan di masa datang. Ada berbagai macam bentuk investasi yang sudah cukup dikenal masyarakat, yaitu tabungan,deposito membeli emas, tanah, dan bangunan. Selain itu, terdapat pula bentuk investasi lain seperti obligasi, valas, saham, dan jenis investasi baru yaitu dalam bentuk reksa dana. Reksa dana merupakan salah satu bentuk investasi yang cukup menarik bagi investor. Bentuk investasi ini menawarkan beberapa keuntungan bagi investor, antara lain investasi awal yang relatif kecil sehingga memungkinkan semua orang dapat berinvestasi, dan memiliki likuiditas yang tinggi dibandingkan dengan jenis investasi lainnya. Reksa dana, menurut UndangUndang No.8 tahun 1995 tentang pasar modal adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan ke dalam portofolio efek oleh Manajer Investasi. Oleh karena itu, melalui reksa dana investor yang memiliki dana terbatas dapat melakukan diversifikasi pada portofolio investasinya sehingga dapat mengurangi risiko dibandingkan jika investor melakukan investasi sendiri. Penanaman modal pada reksa dana dapat dilakukan melalui tujuh jenis reksa dana yaitu, reksa dana pasar uang, reksa dana pendapatan tetap, reksa dana saham, reksa dana campuran, reksa dana terproteksi, reksa dana dengan penjaminan, dan reksa dana indeks. Setiap jenis reksa dana memiliki tujuan investasi dan risiko yang berbeda-beda. Oleh karena itu, sebelum berinvestasi pada reksa dana, setiap investor perlu mengetahui tujuan investasi dan kemampuan investor menerima risiko.
Reksa
dana
mulai
diperkenalkan
pada
tahun
1996,
namun
perkembangannya masih sangat fluktuatif, seperti yang terjadi pada tahun 2005 ini yang dapat dilihat pada Gambar 1.
113.72
105.38
104.04 78.93 69.48 46.61 2.80 4.90 2.99
4.97
28.38
5.52 8.00
1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 Feb- Mar05 05
Jul05
Dec05
Tahun NAb Reksa Dana (dalam T riliun)
Gambar 1. Fluktuasi total NAB reksa dana periode 1996-2005 (http://www.bapepam.go.id/e-monitoring) Pada awal tahun 2005, reksa dana mencatat nilai aktiva bersih (NAB) yang cukup tinggi yaitu mencapai Rp 113,6 triliun. Namun, sejak bulan Maret 2005 NAB reksa dana mengalami penurunan yang cukup tajam di mana per 22 Desember 2005 hanya sebesar Rp
28,37 triliun (Santi, 2005).
Penurunan nilai aktiva bersih disebabkan kondisi perekonomian Indonesia ditandai melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika serta meningkatnya harga minyak mentah dunia yang berdampak pada peningkatan harga bahan bakar minyak domestik. Peningkatan ini menurunkan daya beli masyarakat sehingga terjadi lonjakan tingkat inflasi di Indonesia. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat tingkat inflasi (year on year) hingga bulan Desember 2005 mencapai 17,11 persen dibandingkan pada tahun 2004 yang hanya mencapai 6,4 persen (http://www.bps.go.id). Peningkatan tingkat inflasi ini mendorong Bank Indonesia untuk melakukan kebijakan moneter dengan meningkatkan tingkat suku bunga BI guna meredam laju inflasi. Meningkatnya suku bunga BI diikuti pula dengan peningkatan suku bunga SBI. Tingkat suku bunga SBI 1 bulan pada bulan Desember 2004 adalah 7,43 persen dan pada bulan Desember 2005 meningkat menjadi 12,75 persen. Peningkatan yang terjadi pada suku bunga SBI ini
mengakibatkan
terjadinya
penurunan
harga
obligasi.
Penurunan
ini
berdampak pada menurunnya return reksa dana pendapatan tetap sehingga nilai aktiva bersih reksa dana pendapatan tetap mengalami penurunan yang cukup tajam. Penurunan nilai aktiva bersih reksa dana pendapatan tetap mengakibatkan adanya redemption (pencairan unit penyertaan) yang dilakukan oleh para investor. Sehingga alokasi dana kelolaan reksa dana, yang mayoritas dikuasai reksa dana pendapatan tetap, selama Desember 2004 hingga Desember 2005 mengalami perubahan drastis di mana persentase alokasi dana kelolaan reksa dana pendapatan tetap mengalami penurunan tajam hingga mencapai 50 persen. Dana kelolaan reksa dana pendapatan tetap menurun dari Rp 87,81 triliun pada Desember 2004 menjadi Rp 13,93 triliun pada Desember 2005. Namun demikian, reksa dana saham mengalami kenaikan yang cukup signifikan, dari Rp 1,8 triliun pada Desember 2004 menjadi Rp 4,93 triliun pada Desember 2005, seperti yang dapat dilihat pada Gambar 2.
Campuran, 4.5% P asar uang, 9.1% Saham, 1.8%
Pendapat an T et ap, 84.6% pe r De se mbe r 2004 (Total : Rp 102,79Tri l i un)
T erprot eksi, 10% Campuran, 19%
Pendapat an T et ap, 47%
Pasar Uang, 7% Saham, 17% pe r De se mbe r 2005 ( Total : Rp 29,42 Tri l i un )
Gambar 2. Alokasi dana kelolaan reksa dana per Des 2004 & Des 2005 (Darmawan, 2006)
Gelombang redemption yang dialami reksa dana pendapatan tetap membuat investor mencari alternatif investasi lain. Salah satunya adalah reksa dana saham. Walaupun reksa dana saham memiliki risiko yang cukup besar namun dapat menghasilkan return yang lebih besar dari jenis reksa dana lain. Reksa dana saham sangat dipengaruhi oleh pergerakan harga saham karena 80 persen portofolio investasinya dalam bentuk efek ekuitas. Jenis reksa dana ini sangat cocok untuk investor yang bersifat agresif dan memiliki tujuan investasi jangka panjang. Pada awal Januari 2005, reksa dana saham mampu menghasilkan total return sebesar 35 persen. Hal ini disebabkan makin membaiknya pasar saham di mana pada bulan Januari 2005 IHSG tercatat berada pada posisi 1.000,233 dan pada bulan Juni mulai menguat pada posisi 1.192. Pada bulan Agustus, sempat mengalami penurunan NAB yang diakibatkan oleh kenaikan harga minyak mentah dunia serta posisi nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika yang melampaui Rp 10.000. Namun, penurunan NAB tidak mengakibatkan terjadinya
gelombang redemption secara besar-besaran
seperti yang terjadi pada reksa dana pendapatan tetap. Sehingga dapat dikatakan reksa dana ini masih memiliki prospek yang cerah, karena pada bulan Desember 2005 kinerja IHSG menguat pada posisi 1162,63 (Wahyana, 2005 dan http://www.bapepam.go.id). Di tengah keterpurukan industri reksa dana, para investor seharusnya tidak perlu takut untuk menanamkan modalnya pada reksa dana, khususnya reksa dana saham. Dari Desember 2004 hingga Desember 2005, tercatat 20 reksa dana saham aktif, masih melakukan transaksi selama periode tersebut, 11 diantaranya memiliki dana kelolaan besar (Lampiran 1). Dari 11 reksa dana saham tersebut, para investor mungkin mengalami kesulitan memilih reksa dana yang berkinerja superior yaitu mampu memberikan kinerja di atas pasar serta kriterianya. Oleh karena itu, perlu dikaji kinerjanya dengan melihat return dan risk yang dihasilkan serta excess return-nya (rata-rata return yang dihasilkan di atas rata-rata return investasi bebas risiko) dengan membandingkan pada kinerja pasar, untuk membantu para investor memilih reksa dana saham yang memiliki kinerja superior selama periode Desember
2004-Desember 2005 serta memberikan informasi mengenai kriteria dari reksa dana berkinerja superior. Sehingga dapat dijadikan masukan bagi investor untuk dapat berinvestasi di periode mendatang. 1.2. Rumusan Masalah 1. Reksa dana saham berdana kelolaan besar manakah yang mampu memberikan return sesuai dengan risiko (VaR) yang ditanggung dengan membandingkannya pada tolak ukur (IHSG) ? 2. Bagaimana kinerja masing-masing reksa dana saham berdana kelolaan besar jika dibandingkan pada tolok ukurnya (IHSG) berdasarkan risk adjusted measures of performances? 3. Seberapa besarkah variasi return reksa dana saham berdana kelolaan besar dipengaruhi oleh variasi return pasar (IHSG) untuk melihat tingkat diversifikasinya ? 4. Reksa dana saham yang berdana kelolaan mana yang memiliki kinerja superior berdasarkan kesesuaian antara return dengan risiko (VaR), penilaian kinerja berdasarkan risk adjusted measures of performances, serta uji koefisien determinasi dan bagaimana karateristiknya? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk menentukan reksa dana saham berdana kelolaan besar yang mampu memberikan return sesuai dengan risiko (VaR) yang ditanggung dengan membandingkan pada tolak ukur (IHSG). 2. Untuk menilai kinerja masing-masing reksa dana saham berdana kelolaan besar jika dibandingkan pada tolak ukurnya (IHSG) berdasarkan risk adjusted measures of performances . 3. Untuk mengetahui seberapa besar variasi return reksa dana saham berdana kelolaan besar yang dipengaruhi oleh variasi return pasar (IHSG) untuk melihat tingkat diversifikasinya. 4. Untuk mengetahui reksa dana saham berdana kelolaan besar yang memiliki kinerja superior berdasarkan kesesuian antara return dengan risiko (VaR), penilaian kinerja berdasarkan risk adjusted measures of performances, serta uji koefisien determinasi serta menentukan karateristiknya.
1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak terkait, seperti : 1. Umum Diharapkan hasil penelitian ini mampu membantu investor mengetahui reksa dana saham berdana kelolan besar yang memiliki kinerja superior serta karateristiknya. 2. Penulis Dari hasil penelitian ini diharapkan penulis dapat mengaplikasikan ilmu dan pengetahuan yang diperoleh selama perkuliahan, dan mampu mencari solusi bagi setiap permasalahan yang terjadi pada dunia nyata. 1.5. Batasan Penelitian Dari 20 jenis reksa dana saham yang aktif selama Desember 2004Desember 2005, penelitian ini dibatasi hanya pada jenis reksa dana saham yang memiliki dana kelolaan minimal 50 miliar rupiah per akhir Desember 2005. Setelah diseleksi didapat 11 reksa dana saham. Hal ini dikarenakan dengan dana kelolaan yang cukup besar, berarti reksa dana tersebut mendapat kepercayaan yang cukup tinggi dari para investor yang mengindikasikan bahwa reksa dana ini diharapkan mampu memberikan kinerja yang baik. Selain itu, pemilihan reksa dana saham berdana kelolaan besar dikarenakan 98 persen total nilai aktiva bersih didominasi nilai aktiva bersih reksa dana jenis ini (lampiran 1). Untuk mengukur kinerja reksa dana, periode yang digunakan dari Desember 2004 hingga Desember 2005. Nilai aktiva bersih diambil pada setiap hari penutupan yaitu hari Jumat. Diasumsikan tidak ada pembagian dividen pada setiap reksa dana karena pembagian dividen bersifat privat dan hanya diketahui oleh investor (data primer). Rata-rata Return menggunakan perhitungan rata-rata geometrik return per periode karena perhitungan ini lebih akurat daripada aritmatik, dapat mereprentasikan return yang konstan untuk menilai kinerja masa lalu. Reksa dana saham melakukan investasi minimal 80 persen pada efek ekuitas (saham) untuk itu diasumsikan tolok ukur (pasar) yang digunakan
sebagai pembanding adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) karena merupakan indikator dari pergerakan harga saham yang dapat berpengaruh pada pendapatan reksa dana saham. Untuk menjaga konsistensi perhitungan, diasumsikan komposisi portofolio selama penelitian tidak berubah atau tetap karena komposisi portofolio tiap reksa dana selalu berubah-ubah setiap saat. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan data sekunder di mana data primer tidak diperoleh karena bersifat privat (tertutup). Dalam perhitungan risiko dengan Value at risk (VaR) diasumsikan bahwa setiap investor melakukan investasi awal sebesar Rp 100.000 (investasi minimum) pada setiap reksa dana saham. Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 99 persen, karena perhitungan kerugian maksimum yang diterima investor dihitung per hari. Selain itu, data yang digunakan untuk metode ini diasumsikan tersebar normal agar dapat mendeskripsikan tingkat kepercayaan sebagai single parameter, α, untuk melihat seberapa jauh penyimpangan nilai dari nilai rata-ratanya. Meski demikian dalam kenyataannya tidak semua data tersebar normal.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Investasi Investasi menurut Burton G. Malkiel dalam Eko P. Pratomo (2004) adalah Method of Purchasing aset in order to gain profit in the form of reasonably predictable income (dividen, interest or rentals) and/or appreciation over the long term. Selain itu, dapat pula diartikan sebagai sebuah metode dalam membeli suatu aset dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan dengan memprediksikan keuntungan yang akan di dapat di masa datang (Jones, 2000). Investasi dapat pula diartikan sebagai pembelian suatu aset dengan harapan bahwa aset tersebut akan menghasilkan pendapatan di masa datang. Dalam perpektif ekonomi, investasi adalah pembelian suatu barang yang tidak dikonsumsi pada masa sekarang tetapi digunakan di masa datang yang bertujuan untuk menghasilkan kekayaan. Dalam istilah keuangan, investasi adalah pembelian suatu aset moneter dengan maksud aset tersebut akan menghasilkan pendapatan di masa datang dan dapat dijual dengan harga yang lebih tinggi dari sebelumnya (http://www.investopedia.com/). Investasi dapat memberikan manfaat bagi kita antara lain (Jones, 2000) : Investasi dapat menghasilkan uang di masa datang. Investasi dapat meningkatkan kesejahteraan baik sekarang maupun yang akan datang. Dengan melakukan investasi, maka investor dapat mengharapkan kemungkinan peningkatan konsumsi di masa datang. 2.2. Reksa Dana Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal, Pasal 1 ayat 27 mendefinisikan reksa dana sebagai wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan ke dalam portofolio oleh manajer investasi. Jones (2000) mengartikan reksa dana dengan “an investment company whose capitalization constantly changes as new shares are sold and outstanding shares are redeemed”.
2.2.1. Klasifikasi Reksa Dana Reksa dana menurut Bapepam dapat diklasifikasikan menjadi tujuh kelompok berdasarkan profil tingkat risiko dan return serta kebijakan investasinya adalah : 1. Reksa Dana Pasar Uang (Money Market Funds) Reksa dana jenis ini melakukan investasi pada efek yang bersifat utang dengan jatuh tempo kurang dari satu tahun. Risiko pada reksa dana ini relatif lebih rendah dibandingkan reksa dana lainnya. Instrumen pada reksa dana ini adalah surat utang dengan jatuh tempo kurang dari satu tahun, antara lain Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Sertifikat Deposito, Surat Berharga Pasar Uang (SPBU), Commercial Papers, dll. 2. Reksa Dana Obligasi atau Pendapatan Tetap Reksa dana ini melakukan investasi sekurang-kurangnya 80 persen dari aktivanya dalam bentuk efek bersifat utang. Reksa dana ini memiliki risiko yang relatif lebih besar dari reksa dana Pasar Uang. 3. Reksa Dana Saham Reksa dana ini melakukan investasi sekurang-kurangya 80 persen dari aktivanya dalam bentuk efek bersifat ekuitas. Walaupun risikonya lebih tinggi dibandingkan dua jenis reksa dana lainnya, namun reksa dana ini menghasilkan return yang tinggi. 4. Reksa Dana Campuran Reksa dana ini memiliki investasi dalam efek yang bersifat ekuitas dan utang, yang perbandingannya tidak termasuk reksa dana pendapatan tetap dan reksa dana saham. Reksa dana ini berisiko tinggi dengan return yang relatif lebih tinggi daripada reksa dana pendapatan tetap. Perbandingan komposisi portofolionya sangat beragam baik dalam efek utang, ekuitas maupun efek pasar uang. 5. Reksa Dana Terproteksi Reksa dana terproteksi adalah
reksa dana yang melakukan
investasi pada efek bersifat utang yang masuk dalam kategori layak investasi (investment grade), sehingga nilai efek bersifat utang
pada saat jatuh tempo sekurang-kurangnya dapat menutupi jumlah nilai yang diproteksi. Di mana jumlah investasi yang terproteksi sekurang-kurangnya sama dengan jumlah investasi awal. 6. Reksa Dana dengan Penjaminan Reksa dana dengan penjaminan adalah reksa dana yang melakukan investasi pada efek bersifat utang yang masuk dalam kategori layak investasi (investment grade) sekurang-kurangnya 80 persen dari nilai aktiva bersih. Di mana manajer investasi dan bank kustodian dengan pihak yang memberikan jaminan (Penjamin/Guarantor) menjamin jumlah investasinya, sekurang kurangnya sama dengan jumlah investasi awal. 7. Reksa Dana Indeks Reksa dana Indeks adalah reksa dana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80 persen dari nilai aktiva bersih wajib diinvestasikan pada efek yang merupakan bagian dari kumpulan efek yang ada dalam indeks tersebut. 2.2.2. Reksa Dana Saham Reksa dana saham adalah suatu wadah investasi yang menanamkan modalnya minimal 80 persen pada efek saham dan memiliki risiko tinggi. Jenis reksa dana ini sangat cocok pada jenis investor yang memiliki tujuan investasi jangka panjang minimal 3 tahun serta investor yang bersifat agresif, yakni investor yang berani menerima risiko. Adapun keuntungan dari reksa dana saham antara lain (Cahyono, 2004):
Investasi awal kecil
Pengelolaan portofolio dilakukan oleh perusahaan Manajer Investasi dan Bank Kustodian
Investasi terdiversifikasi dengan otomatis
Tidak
harus
memiliki
pengetahuan
dan
informasi
dalam
berinvestasi dalam reksa dana ini dibanding berinvestasi secara langsung Saham merupakan bukti kepemilikan dalam suatu perusahaan (Keown, 2001). Ada dua bentuk dari ekuitas, yaitu :
a. Saham Preferen Saham preferen adalah suatu sekuritas hibrida dengan karateristik saham biasa dan obligasi. Sama dengan saham biasa karena sama-sama tidak memiliki tanggal jatuh tempo, dividen yang tidak dibayarkan tidak akan menyebabkan kebangkrutan bagi perusahaan, dan dividen tidak dapat mengurangi pajak. Jumlah dividen yang diterima memiliki batas tertentu, selain itu pemegang saham preferen tidak memperoleh sisa pendapatan perusahaan melainkan terbatas pada dividen tahunan yang telah ditetapkan. b. Saham Biasa Saham biasa menunjukkan kepemilikan dalam perusahaan. Saham biasa tidak memiliki jangka waktu jatuh tempo, tetapi sebagai pemilik selama perusahaan masih berdiri. Jika terjadi kebangkrutan, pemegang saham biasa tidak dapat menuntut terhadap aktiva sebelum
kewajiban
terhadap
kreditor
perusahaan,
termasuk
pemegang obligasi dan pemegang saham preferen telah dipenuhi. 2.2.3. Kelebihan Reksa Dana Saham Reksa dana merupakan salah satu sarana investasi, di mana memiliki kelebihan-kelebihan dibandingkan melakukan investasi secara langsung. Adapun kelebihan yang dimiliki reksa dana menurut Jaka E. Cahyono (2004) : 1. Terjangkau Reksa dana merupakan produk investasi yang memberikan kesempatan bagi investor yang memiliki dana terbatas melakukan investasi di pasar modal yang mana jika dilakukan secara langsung membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dengan reksa dana, investor yang memiliki dana Rp 100.000 dapat membuka rekening investasi di reksa dana. 2. Sangat Likuid Unit penyertaan reksa dana memiliki likuiditas sangat tinggi sehingga dapat dijual kembali sewaktu-waktu kepada reksa dana.
3. Dikelola oleh Profesional dan Murah Investor yang menempatkan dananya pada reksa dana sebagian besar dikarenakan mereka tidak memiliki waktu untuk melakukan analisa dan memiliki pengetahuan terbatas. Reksa dana yang dikelola oleh para pelaku yang profesional membantu para investor untuk melakukannya dengan dukungan sarana dan prasarana yang menunjang. Selain itu, para pelaku profesional itu memiliki akses untuk mencari peluang investasi sehingga akan memperkecil risiko yang akan ditanggung oleh investor. 4. Terdiversifikasi secara Otomatis Reksa dana merupakan kumpulan dana dari para investor. Oleh karena itu, jumlah dana yang besar tersebut dapat dibelikan berbagai macam surat-surat berharga. Maka secara otomatis, dengan reksa dana investasi sudah terdiversifikasi. 5. Kemudahan dalam Alokasi Aset Dalam konsep investasi semakin banyak dana yang ditempatkan maka akan memperoleh banyak kemudahan dan akan memberikan hasil yang lebih besar. Demikian pula yang terjadi pada reksa dana, karena memiliki jumlah dana yang besar maka reksa dana mendapatkan banyak kemudahan. 6. Lebih Aman, diatur Lebih Ketat Reksa dana lebih aman dibandingkan instrumen investasi lainnya karena diatur secara ketat oleh peraturan yang ditetapkan oleh Bapepam. Selain itu, Bapepam juga menjadi pengawas atas investasi reksa dana agar tidak melewati batas-batas yang telah ditentukan yang bertujuan untuk melindungi investor. 7. Keterbukaan Reksa dana memberikan keterbukaan bagi para investorya. Setiap enam bulan sekali, perusahaan mengeluarkan laporan keuangan dan kondisi portofolio efek reksa dana tersebut. Dengan demikian maka investor dapat mengetahui posisi NAB dan potensi risiko dan hasilnya.
2.2.4. Risiko Reksa Dana Saham Sebagai salah satu instrumen investasi, reksa dana saham juga memiliki risiko karena setiap jenis investasi apapun pasti akan memiliki risiko. Adapun risiko yang dihadapi reksa dana menurut Jaka E. Cahyono (2004) adalah 1. Risiko Berkurangnya Nilai UP Tidak ada jaminan bahwa dalam mengelola dana, perusahaan Manajer Investasi akan terus memberi hasil. Nilai unit penyertaan reksa dana dapat naik atau turun sejalan dengan kenaikan atau penurunan harga efek ekuitas dan efek yang menjadi sarana investasi reksa dana tersebut, misalnya melemahnya kinerja emiten ekuitas bisa membuat harga saham turun dan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi turunnya unit penyertaan. 2. Risiko Perubahan Kondisi Ekonomi dan Politik Perubahan kondisi ekonomi dan politik yang terjadi di Indonesia sangat
berpengaruh
terhadap
pandangan
umum
terhadap
perusahaan-perusahaan di Indonesia termasuk perusahaan yang tercatat di Bursa Efek di Indonesia. Akhirnya, pandangan umum tersebut dapat membuat investor melikuidasi portofolio efeknya sehingga harga efek tersebut turun. 3. Risiko Likuiditas Perusahaan Manajer Investasi wajib membeli kembali unit penyertaan dari investor. Untuk memenuhi kewajiban ini PMI bisa menjual sebagian portofolio investasinya. Jika pada suatu saat PMI tidak mempunyai uang tunai yang cukup besar untuk membeli kembali UP dari investor dan pada saat yang sama PMI tersebut diijinkan meminjam guna melunasinya. Namun, pinjaman tersebut dibatasi dan disesuaikan dengan kondisi PMI yang bersangkutan. Artinya, jika setelah meminjam sejumlah dana, penjualan kembali oleh investor terus berlangsung maka bisa jadi penjualan kembali tersebut akan tertunda sampai kondisi memungkinkan.
4. Risiko Wanprestasi Risiko yang muncul karena kegagalan pihak yang terkait ; emiten, bank kustodian, pialang dalam memenuhi kewajibannya. Kegagalan ini dapat menurunkan nilai aktiva bersih reksa dana. 5. Risiko Berkaitan dengan Peraturan Adanya peraturan yang membatasi reksa dana dalam berinvestasi membuat reksa dana sulit untuk menghindari risiko yang mungkin dihadapinya. Misalnya adanya peraturan tidak diperbolehkan membeli efek di luar negeri mengakibatkan jika pasar modal di Indonesia sedang turun, pengelola tidak dapat memindahkan dananya ke pasar modal luar negeri. 2.3. Tolok Ukur (Benchmark) Dalam pengukuran kinerja reksa dana saham diperlukan suatu tolok ukur sebagai pembanding, untuk mengetahui reksa dana mana yang memiliki kinerja lebih baik dari tolok ukurnya. Tolok ukur yang digunakan adalah IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan). IHSG merupakan barometer pergerakan harga saham keseluruhan baik saham biasa maupun saham preferen yang tercatat pada bursa efek (Kontan, 2005). Dasar perhitungan IHSG adalah jumlah nilai pasar dari total saham yang tercatat pada bursa yang merupakan total perkalian setiap saham yang tercatat dengan harga di bursa efek Jakarta pada hari tersebut. Perhitungan IHSG dilakukan setiap hari yaitu setelah penutupan perdagangan setiap hari (http://www.jsx.co.id/) . 2.4. Manajer Investasi Manajer investasi, menurut UU no. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal pasal 1 ayat 11 adalah pihak yang kegiatan usahanya mengelola portofolio efek untuk para nasabah atau mengelola portofolio investasi kolektif untuk sekelompok nasabah, kecuali perusahaan asuransi, dana pensiun, dan bank yang melakukan sendiri kegiatan usahanya berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku (http://www.bapepam.go.id/hukum/uupm/). Manajer investasi (Cahyono, 2004) adalah perusahaan pengelola aset reksa dana baik yang berupa dana maupun dalam bentuk portofolio dengan mendapat ijin usaha dari badan pengawas pasar modal (Bapepam), lembaga pemerintah
yang mengawasi pasar modal di Indonesia. Manajer investasi yang disebut juga sebagai perusahaan investasi merupakan perusahaan keuangan yang menjual saham kepada publik dan menggunakan dana tersebut untuk diinvestasikan ke dalam sekuritas portofolio. Manajer investasi melakukan tugas antara lain mengalokasikan dana dari berbagai investor, melakukan diversifikasi portofolio dari aset yang dibeli, dan memberikan berbagai macam pelayanan (Jones, 2000). Manajer Investasi bertanggung jawab atas kegiatan investasi, yang meliputi analisa dan pemilihan jenis investasi, mengambil keputusankeputusan investasi, memonitor pasar investasi dan melakukan tindakantindakan yang dibutuhkan (Pratomo dan Nugraha, 2004). 2.5. Portofolio Portofolio (Markowitz dalam Usman dan Ratnasari, 2004) merupakan sekumpulan aset yang dimiliki oleh investor yang dijadikan sebagai sebuah unit investasi. Teori portofolio menurut Markowitz (1952) menyatakan bahwa secara teoritis risiko dapat dikurangi dengan mengkombinasikan aset ke dalam suatu portofolio. 2.6. Return dan Risiko 2.6.1. Return Return merupakan dorongan dalam proses investasi di mana ini merupakan hasil yang diterima dari melakukan investasi (Jones,2000). Expected return dapat juga diartikan sebagai return yang diharapkan dari suatu sekuritas yang dihasilkan di masa datang. Karena return ini merupakan suatu perkiraan maka return aktual mungkin akan menghasilkan lebih tinggi maupun lebih rendah (Ross et al., 2002). Perhitungan return dapat dilakukan dengan dua cara yaitu ratarata aritmatik dan geometrik (arithmetic and geometric mean): a. Rata-rata Aritmatik Rata-rata aritmatik dihitung dengan mejumlahkan semua data dan membaginya dengan jumlah data yang diobservasi. Perhitungan dengan aritmatik memiliki kelebihan, yaitu konsep perhitungan sudah dikenal bagi sebagian orang. Namun aritmatik juga
memiliki kelemahan, yaitu jika terdapat nilai data pencilan (variasi pada return) yang cukup ekstrem maka hasil dari perhitungan ini tidak merepresentasikan kesemua data atau dapat memberikan hasil yang bias.(Levin dan Rubin, 1991). Misalnya, nilai awal investasi adalah 1000, lalu pada tahun t naik menjadi 2000 (naik 100 persen), dan pada tahun t+1, return menurun menjadi 1000 (turun 50 persen). Maka jika digunakan rumus aritmatik, return investor secara keseluruhan naik sebesar 25 % (100+(-50)/2). Perhitungan rata-rata aritmatik sangat cocok untuk mengukur kinerja masa depan (Bodie, Kane, Marcus, 2002). b. Rata-rata Geometrik Pendekatan kedua adalah perhitungan rata-rata geometrik. Perhitungan geometrik dihitung dengan mengalikan kesemua data yang diobservasi lalu dipangkatkan dengan jumlah data yang diobservasi (Levin dan Rubin, 1991). Perhitungan geometrik dapat memberikan hasil yang lebih akurat, seperti pada contoh sebelumnya, hasil yang didapat dengan menggunakan perhitungan geometrik adalah 0. Untuk itu, perhitungan ini sangat cocok untuk menghitung return pada masa lalu karena dapat mereprentasikan return yang konstan yang digunakan untuk menilai kinerja masa lalu (Bodie, Kane, Marcus, 2002). Setelah dihitung rata-rata return per-periode, maka untuk menghitung return selama periode Desember 2004-Desember 2005 (kinerja historis) digunakan metode time weighted rate of return (Pratomo dan Nugraha, 2004) 2.6.2. Risiko Risiko (Keown, 2001) adalah prospek suatu hasil yang tidak disukai
atau
penyimpangan
atas
expected
return
dengan
memperhitungkan risiko (standar deviasi). Risiko dapat dibagi dua, yaitu :
a. Risiko Unik Perusahaan (Risiko Non-Sistematis) Risiko non-pasar adalah risiko yang dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi investasi, di mana variabilitas dalam total return
sekuritas
tidak
sepenuhnya
berhubungan
dengan
variabilitas pasar. Risiko ini bersifat unik dikarenakan berkaitan dengan faktor-faktor dari perusahaan seperti risiko bisnis dan risiko keuangan seperti layaknya risiko likuiditas. b. Risiko pasar (risiko sistematis) Risiko pasar adalah risiko yang tidak dapat dihilangkan melalui diversifikasi investasi. Risiko berkaitan dengan faktor makro yang berpengaruh kepada seluruh jenis sekuritas, di mana variabilitas dalam total return sekuritas berkaitan dengan pergerakan pasar. Risiko ini akan mempengaruhi semua sekuritas yang ada di pasar. Konsep risiko dapat diukur dengan cara sebagai berikut : 1. Standar Deviasi Standar deviasi (Keown, 2001) adalah ukuran lebar dispersi titik tengah distribusi probabilitas atau rata-rata penyimpangan pangkat dua dari setiap kemungkinan return terhadap rata-rata return. Sedangkan menurut Cahyono (2004), standar deviasi merupakan pengukur fluktuasi kinerja reksa dana yang lebih tepat dan berlaku untuk semua jenis reksa dana karena turut memperhitungkan risiko pasar dan non-pasar. Standar deviasi mengukur besarnya penyimpangan dari hasil rata-rata. Semakin besar perubahan yang terjadi, maka standar deviasi portofolio tersebut akan semakin tinggi, yang berarti semakin berfluktuasi pula portofolio tersebut. 2. Value at Risk (VaR) Value at risk didefinisikan sebagai kerugian maksimum yang masih dapat diterima oleh investor ketika memegang suatu sekuritas atau portofolio pada periode dan tingkat kepercayaan tertentu (confidence level). Pengukuran VaR tidak menekankan pada seberapa besar kerugian aktual yang melebihi nilai VaR,
karena jumlah kerugian maksimum mungkin terjadi pada keseluruhan portofolio investor, namun metode ini menekankan pada seberapa besar harapan yang kerugian yang masih dapat diterima. Perbedaan antara VaR dan standar deviasi ialah Value at risk mengukur risiko portofolio yang memberikan informasi mengenai seberapa besar kerugian yang masih dapat diterima oleh investor secara moneter. Sedangkan standar deviasi (variasi dari return portofolio) hanya memberikan informasi mengenai seberapa besar variabilitas return
investor, dan tidak dapat
memberikan informasi mengenai berapa besar kerugian yang dapat diterima secara moneter (Dowd,1998).
Sebagian besar
metode pengukuran VaR didesain untuk mengukur risiko dengan jangka waktu pendek, misalnya kerugian yang dapat diterima selama satu hari (Crouhy,et al, 2001). 3. Beta Beta mengukur kesensitifan pergerakan portofolio terhadap pergerakan pasar (Ross et al., 2002). Sedangkan menurut Pratomo dan Nugraha (2004), beta menggambarkan sensitivitas perubahan kinerja portofolio dibandingkan dengan kinerja pasar. Dengan kata lain, risiko tersebut disebabkan oleh faktor-faktor yang secara bersama-sama mempengaruhi semua surat berharga yang ada di pasar, misalnya faktor ekonomi makro (tingkat suku bunga, inflasi, dll) dan politik. Beta merupakan pembanding dengan nilai pasar, di mana nilai beta pasar bernilai 1 (satu). Jika kinerja reksa dana memiliki nilai beta yang sama dengan 1 (satu), maka portofolio reksa dana memiliki tingkat risiko dan return yang sama dengan tolok ukurnya. Jika reksa dana memiliki beta lebih besar dari nilai pasar (misalnya, β = 1,5 ), maka reksa dana akan bersifat agresif karena memiliki volatilitas yang lebih besar daripada pasar, di mana risiko dan return naik lebih besar dari pasar pada saat fase bullish dan turun lebih besar ketika fase bearish. Sebaliknya, jika reksa dana memiliki
β lebih kecil
daripada pasar (misalnya β = 0,5 ) maka reksa dana akan bersifat defensif, akan naik lebih kecil dari pasar pada saat pasar dalam keadaan bullish dan turun lebih kecil dari pasar jika pasar berada dalam keadaan bearish (Black, 1990). 2.6.3. Kesesuaian Antara Return dengan Risiko Untuk mengetahui risiko yang ditanggung sesuai atau tidak, perlu membandingkan dengan return yang dihasilkan di mana dilakukan dengan menggunakan uji coefficient of variation. Coefficient of variation merupakan rasio perbandingan antara standar deviasi dengan return. Untuk mengetahui portofolio mana yang menghasilkan standar deviasi sesuai dengan return, perlu dibandingkan dengan portofolio lainnya (Bodie, Kane, Marcus, 2002). 2.7. Nilai Aktiva Bersih Ketika manajer investasi mengalokasikan aset yang berasal dari investor individual, mereka juga perlu membagikan klaim atas aset-aset yang dimiliki investor. Para investor membeli saham dari manajer investasi dan kepemilikannya proposional dengan nilai dari saham yang dibeli. Nilai dari setiap saham tersebut disebut nilai aktiva bersih (NAB). Nilai aktiva bersih sama dengan nilai aset yang dimiliki dikurangi dengan kewajiban-kewajiban dibagi dengan saham yang dimiliki reksa dana (Ross et al., 2002). Sedangkan menurut Pratomo dan Nugraha (2004), Nilai aktiva bersih reksa dana dihitung dengan menjumlahkan seluruh nilai masing-masing efek yang dimilikinya, berdasarkan harga pasar penutupan efek yang bersangkutan, kemudian menguranginya dengan kewajiban-kewajiban reksa dana, yaitu biaya manajer investasi, biaya bank kustodian dan biaya lainnya. 2.8. Pengukuran Kinerja Reksa Dana (Risk Adjusted Measures of Performances) Pengukuran kinerja reksa dana hanya didasarkan atas perubahan NAB/unit dan ada tidaknya pembagian dividen. Ada empat metode pengukuran kinerja reksa dana berdasarkan risk adjusted measures of performances dengan memperhitungkan return dan risiko, antara lain metode
Sharpe, Treynor, dan Jensen, M2. Sedangkan koefisien determinasi lebih menekankan pada seberapa terdiversifikasi suatu reksa dana. a. Metode Sharpe Metode Sharpe mengukur kinerja portofolio dengan menghitung rasio excess return ( rata-rata return yang dihasilkan di atas rata-rata return investasi bebas risiko) per standar deviasi. Semakin tinggi nilai rasio Sharpe semakin baik kinerja portofolio, dengan membandingkannya pada nilai yang dihasilkan pasar. Jika hasil perhitungan menunjukkan nilai yang lebih kecil dari nilai pasar, maka portofolio (reksa dana) tersebut memiliki kinerja yang inferior, begitu sebaliknya (Jones, 2000). Pengukuran dengan metode Sharpe digunakan untuk investor yang menginvestasikan seluruh total aset yang dimilikinya, karena pengukuran ini memperhitung rata-rata return per total risiko, termasuk risiko nonsistematik. b. Metode Treynor Seperti metode Sharpe, metode Treynor mengukur kinerja portofolio dengan membagi excess return dengan risikonya, tetapi risiko yang digunakan adalah risiko sistematik bukan total risiko dalam hal ini berarti pembaginya adalah beta. Penggunaan risiko sistematik, karena dalam metode ini diasumsikan portofolio telah terdiversifikasi dengan baik. Pengukuran ini tepat, bagi investor yang hanya memiliki sebagian kecil dari total aset yang dimilikinya, untuk itu risiko yang digunakan adalah risiko sistematik. Semakin tinggi nilai rasio Treynor semakin baik kinerja portofolio, dengan membandingkannya pada nilai yang dihasilkan pasar. Jika hasil perhitungan menunjukkan
nilai yang lebih kecil dari nilai
pasar, maka portofolio (reksa dana) tersebut memiliki kinerja yang inferior, begitu sebaliknya (Jones, 2000). c. Metode Jensen Metode Jensen mengukur perbedaan antara return
portofolio dengan
expected return dengan memperhitungkan risiko pasar (Jones, 2000). Ini berarti menggambarkan seberapa besar manajer investasi mampu menghasilkan kinerja di atas kinerja pasar.
Jika reksa dana mampu
menghasilkan rata-rata return di atas rata-rata return pasar berdasarkan risiko sistematik, maka nilai alpha akan positif. Dan dapat dikatakan memiliki kinerja yang superior. d. M-Squared (M2) Metode M-squared merupakan variasi atau pengembangan dari metode Sharpe di mana metode ini menghitung seberapa besar rata-rata return suatu portofolio jika memiliki standar deviasi yang sama dengan portofolio pasar atau dengan tolok ukurnya. Metode ini dapat dibandingkan secara langsung dengan return portofolio pasar (rm) dengan tujuan untuk mengetahui apakah kinerja ini reksa dana superior atau inferior (Bodie, Kane, Marcus, 2002). e. Koefisien Determinasi Koefisien determinasi mereprentasikan proporsi dari variasi return reksa dana yang dipengaruhi variasi return pasar yang merupakan kuadrat dari koefisien korelasi (Jones, 2000). Jika nilai koefisien determiniasi reksa dana sebesar 0,85, ini berarti bahwa 85 % pergerakan return reksa dana dipengaruhi oleh return tolok ukurnya (pasar). (Sharpe et al., 1990). Jika suatu portofolio telah terdiversifikasi dengan baik maka nilai total risikonya atau standar deviasi akan mendekati nilai risiko sistematiknya, di mana peringkat berdasarkan metode Sharpe dan metode Treynor akan menunjukkan peringkat yang sama. Begitu sebaliknya (Jones, 2000). 2.9. Hasil Penelitian Terdahulu Linda (2004) melalui tesisnya berjudul “Evaluasi Kinerja Reksa Dana Pendapatan Tetap, Reksa Dana Saham, Reksa Dana Campuran Periode 01 Januari 2002-31 Desember 2003 dengan Metode Sharpe” ,menganalisis bahwa kinerja Reksa Dana Pendapatan Tetap, Reksa Dana Saham, Reksa Dana Campuran dengan Metode Sharpe diketahui bahwa pengembalian tinggi tidak berarti kinerja tinggi dikarenakan kinerja reksa dana juga melibatkan risiko. Hasil penelitian menyatakan bahwa pada tahun 2002-2003 reksa dana campuran terbaik adalah Dana Unggul Investasi Terpercaya sedangkan reksa dana saham memiliki kinerja terendah dikarenakan adanya fluktuasi dari IHSG. Reksa dana saham memiliki pengembalian tinggi
dibanding reksa dana lain namun dengan pengembalian tinggi pada saat bersamaan risiko juga tinggi yang tercermin pula pada standar deviasi yang tinggi. Dewi melalui skripsi dengan judul “Kinerja Reksa Dana Saham Di Indonesia ( Periode Januari 2004-Maret 2005), menganalisis 19 reksa dana saham dengan metode Jensen untuk menilai kinerja Manajer Investasi berdasarkan atas seberapa besar Manajer Investasi tersebut mampu memberikan kinerja di atas kinerja pasar sesuai dengan risiko sistematiknya. Berdasarkan metode tersebut, 19 reksa dana saham yang diteliti ada 10 reksa dana yang mampu memberikan tingkat imbalan di atas tingkat imbalan pasar tetapi di sisi lain investor juga menghadapi risiko yang besar karena risiko portofolionya juga berada di atas pasar. Kesepuluh reksa dana tersebut juga dapat memberikan tingkat imbalan yang sebanding dengan risiko yang ditanggung oleh para investornya. Tetapi manajer investasi dari kesepuluh reksa dana tersebut masih belum dapat membentuk portofolio yang memiliki risiko di bawah pasar. Kesepuluh reksa dana tersebut adalah Bahana Dana Prima, Bima, Citi Reksadana Ekuitas, Dana Megah Kapital, Manulife Dana Saham, Panin Dana Maksima, Phinisi Dana Saham, Rencana Cerdas, Schroder Dana Prestasi Plus, dan Si Dana Saham.
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Pada periode Desember 2004-Desember 2005, industri reksa dana mengalami keterpurukan akibat adanya penurunan NAB yang cukup signifikan. Ditengah keterpurukan ini, investor kesulitan memilih jenis reksa dana yang menguntungkan. Namun ternyata reksa dana saham mampu bertahan karena pada periode Desember 2004-Desember 2005 NAB-nya meningkat secara siginifikan. Untuk itu perlu dikaji kinerjanya terutama reksa dana saham yang memiliki dana kelolaan besar. Hal ini dikarenakan, reksa dana ini mendapat kepercayaan dari investor yang mengindikasikan dapat memberikan kinerja yang baik. Selain itu, reksa dana berdana kelolaan besar mendominasi total NAB reksa dana saham sebesar 98 persen. Kinerja dinilai dari kesesuaian antara return dan risiko, di mana risiko dihitung dengan Value at Risk (VaR), berdasarkan uji coefficient of variation. Selain itu, melihat pengukuran kinerja berdasarkan risk adjusted measures of performance,
antara
lain
metode
Sharpe
dan
M-Squared
yang
memperhitungkan total risiko; metode Treynor yang memperhitungkan risiko sistematik; metode Jensen yang memperhitungkan nilai alpha. Sebagai perbandingan terhadap kinerja reksa dana
dilakukan pula pengukuran
terhadap kinerja dari tolok ukur, yaitu IHSG dengan periode yang sama. Namun, perlu juga membandingkan dengan investasi bebas risiko, yaitu SBI 1 bulan, di mana untuk negara Indonesia diasumsikan sebagai instrumen investasi bebas risiko. Setelah kinerja reksa dana saham dibandingkan dengan kinerja pasar, maka akan didapatkan reksa dana yang berkinerja superior dan sebagai prasyarat kinerja superior akan dimasukkan uji koesfisien determinasi untuk melihat tingkat keterkaitan variasi return reksa dana dengan variasi return pasar di mana nantinya akan didapatkan kriteria reksa dana yang memiliki kinerja superior. Hasil inilah yang nanti akan membantu investor untuk dapat
berinvestasi di periode mendatang. Gambar 3 menunjukkan kerangka pemikiran dalam penelitian ini. Industri Reksa Dana Terpuruk
Kesulitan Memilih Jenis Reksa Dana yang Menguntungkan NAB Meningkat (Des 04-Des 05)
Reksa Dana Saham Kepercayaan Investor Tinggi Dominasi Total NAB RDS
Dana Kelolaan Besar
Dana Kelolaan Kecil
Penilaian Kinerja RDS
Penilaian Kinerja IHSG
Uji coefficient of variation
Risk Adjusted measures of Performances – Metode Sharpe, Treynor, Jensen dan M-Squared
Kesesuaian Return & Risiko (VaR)
Kinerja di atas Pasar Prasyarat
Kinerja Superior
Uji Determinasi
Kriteria Kinerja Superior
Investasi
Gambar 3. Kerangka pemikiran konseptual 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan melalui publikasi elektronik dari Bursa Efek Jakarta, Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam), Bank Indonesia serta dilakukan di perpustakan nasional dengan mengambil data dari harian Bisnis Indonesia. Waktu Penelitian dimulai dari bulan Februari 2006 hingga April 2006.
SBI 1 Bulan
3.3. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan data sekunder, data yang digunakan adalah:
Data tingkat bebas risiko digunakan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) bulanan dengan periode Desember 2004-Desember 2005 (Lampiran 2).
Data Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diambil dari Bursa Efek Jakarta, setiap hari penutupan, yaitu hari Jumat selama periode Desember 2004 hingga Desember 2005 (Lampiran 3).
Data nilai aktiva bersih pada hari penutupan, yaitu hari Jumat dari 11 reksa dana saham yang tercatat di Bapepam selama periode Desember 2004 hingga Desember 2005. Data NAB tiap reksa dana dapat dilihat pada lampiran 4-14.
3.4. Metode Pengambilan Sampel Metode sampel yang digunakan adalah tipe sampel non acak, yaitu Purposive Sampling (sengaja). Purposive sampling adalah pengambilan sampel berdasarkan unit yang mudah untuk diambil keterangannya berdasarkan kriteria yang telah ditentukan (Tarigan dan Suparmoko, 1995). Dalam penelitian ini diambil 11 sampel yang memiliki dana kelolaan minimal Rp 50 miliar. Penentuan besarnya dana kelolaan sebesar 50 miliar dilakukan secara sengaja. Dengan mengambil median dari range yang termasuk dana kelolaan besar yaitu dari Rp 1 miliar hingga Rp 100 miliar. Pemilihan dana kelolaan besar sebagai prioritas dalam mengkaji kinerja karena reksa dana mendapat kepercayaan tinggi dari investor yang mengindikasi
mampu
menghasilkan
kinerja yang
baik
serta
NAB
mendominasi total NAB reksa dana saham sebesar 98 persen. 3.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data Penelitian menggunakan metode kuantitatif deskriptif. Metode analisis kuantitif deskriktif adalah metode dengan kegiatan yang meliputi pengumpulan data dalam rangka menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan yang menyangkut keadaan pada waktu yang sedang berjalan dari pokok suatu penelitian ( Gay dalam Sevilla, 1993). Metode deskriptif yang digunakan adalah analisis dokumen yaitu menganalisis dokumen yang telah
dikumpulkan. Data diolah dengan menggunakan Microsoft Excel dan secara manual. Analisis data dilakukan dengan perhitungan return, risiko yang dihitung dengan VaR, metode Sharpe, metode Treynor, dan metode Jensen M-squared, dan koefisien determinasi seperti yang telah dijelaskan pada kerangka pemikiran. Langkah-langkah perhitungan yang dilakukan adalah sebagai berikut : 3. Perhitungan Return dan Risiko (VaR) a. Return per Periode dan Rata-Rata Return Reksa Dana Saham serta Return selama Desember 2004-Desember 2005 Untuk menghitung return reksa dana per periode dapat dirumuskan sebagai berikut (Pratomo dan Nugaraha,2004): ⎛ NABt − NABt −1 ⎞ rp = ⎜ ⎟ .......................................... (1) NABt −1 ⎝ ⎠
di mana : rp
: Return reksa dana per periode
NABt
: Nilai aktiva bersih akhir minggu ini
NABt −1
: Nilai aktiva bersih akhir minggu sebelumnya
Rata-rata Return dihitung dengan menggunakan rata-rata geometrik. Hal ini dikarenakan metode geometrik lebih akurat untuk menghitung return pada kinerja masa lalu (Bodie, Kane, Marcus, 2002). Di mana
dapat dirumuskan sebagai berikut: rp = ⎣⎡(1 + rp1 )(1 + rp 2 )...(1 + rpn ) ⎦⎤
1/ n
− 1 ................... (2)
di mana :
rp
: Rata-rata Return Reksa Dana
rpn
: Return ke-n
n
: Jumlah periode
b. Return per Periode dan Rata-Rata Return Pasar
Return pasar per periode dapat dirumuskan sebagai berikut : ⎛ IHSGt − IHSGt −1 ⎞ rm = ⎜ ⎟ ..................................... (3) IHSGt −1 ⎝ ⎠
di mana : rm
: Return pasar per periode
IHSGt
: Indeks harga saham gabungan akhir minggu ini
IHSGt −1
: Indeks harga saham gabungan akhir minggu sebelumnya
Perhitungan rata-rata return pasar juga menggunakan rata-rata geometrik di mana dapat dirumuskan sebagai berikut : r m = [ (1 + rm 1 ) (1 + rm 2 ) ...(1 + rm n ) ]
1/ n
−1
.................... (4)
c. Return (Time -Weighted Rate of Return) Setelah return per periode dihitung, selanjutnya menghitung return selama periode Desember 2004-Desember 2005. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut (Pratomo dan Nugraha, 2002):
Return = (HPR1 x HPR2 x HPR3 x … x HPR n)-1 ......................... (5) di mana : HPR n = Return per periode ke n +1 d. Standar Deviasi Reksa Dana Saham dan Pasar Standar deviasi adalah pengukur untuk adanya penyimpangan dari ratarata return (Jones, 2000). Perhitungan standar deviasi untuk reksa dana adalah sebagai berikut: αp =
1
n − 1∑
{rp − rp}
2
..................................... (6)
di mana :
σp
: Standar deviasi reksa dana
rp
: Return reksa dana per periode
rp
: Rata-Rata Return Reksa Dana
n
: Jumlah periode
Perhitungan standar deviasi pasar dirumuskan sebagai berikut : αm =
1
n − 1∑
{r m − r m }
di mana :
σm
: Standar deviasi pasar
rm
: Return pasar per periode
rm
: Rata-rata Return pasar
2
................................. (7)
e. Value at Risk (VaR)
Value at risk didefinisikan sebagai kerugian maksimum yang masih dapat diterima investor ketika memegang suatu sekuritas atau portofolio pada periode dan tingkat kepercayaan tertentu (confidence level) (Dowd, 1998). Nilai VaR dapat dirumuskan sebagai berikut : VaR (Relatif) = - α σ p W ...................................... (8) di mana : i.
: Taraf nyata uji dari tingkat kepercayaan
σp
: Standar deviasi reksa dana
W
: Investasi awal investor
f. Perhitungan Kesesuaian Antara Resiko dan Return dengan uji
Coefficient of Variation Coefficient of variation merupakan rasio perbandingan antara standar deviasi dengan return (Bodie, Kane, Marcus, 2002). Dapat dirumuskan sebagai berikut :
CV =
σ rp (m)
......................................................... (9)
di mana : CV
: Coefficient of variation
σ
: Standar Deviasi
rp(m)
: Return reksa dana/pasar
4. Perhitungan Risk Adjusted Measures of Performances Pengukuran kinerja reksa dana (portofolio) dan pasar menggunakan metode Sharpe, Treynor, Jensen, dan M-Squared yang disebut juga risk adjusted
measures
of
performance.
Pengukuran
kinerja
mengkombinasikan return dan risiko ke dalam perhitungan (Jones, 2000). a. Metode Sharpe Perhitungan kinerja dengan menggunakan metode Sharpe menghitung rasio excess return (selisih antara rata-rata return portofolio dengan return investasi bebas risiko) per standar deviasi (Jones, 2000).
1) Kinerja Investasi Bebas Risiko (SBI suku bunga satu bulan) Kinerja investasi bebas risiko dihitung dengan rata-rata dari suku bunga SBI 1 bulan yang telah dikurangi pajak sebesar 20 persen (net SBI). 2) Perhitungan kinerja dengan menggunakan metode Sharpe. Adapun rumus dengan metode Sharpe yaitu: ⎡ R p − RF ⎤ ⎦ ................................................... (10) Sp = ⎣
σp
di mana :
Sp
: Nilai rasio Sharpe
Rp
: Rata-rata return portofolio
RF
: Rata-rata return investasi bebas risiko
σp
: Standar deviasi portofolio
b. Metode Treynor Metode Treynor mengukur kinerja portofolio dengan membagi excess return dengan risiko sistematik (beta) (Jones, 2000).
1) Perhitungan Kovarian dan Beta Reksa Dana Saham
Kovarian adalah pengukur untuk melihat hubungan antara dua variabel yaitu return portofolio reksa dana saham dengan return pasar. Kovarian dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut (Jones, 2000): COV pm = 1
n − 1∑
{rp − rp)}{rm − rm} ................... (11)
di mana : COV pm : kovarian reksa dana dan pasar rp
: Return reksa dana per periode
rp
: Rata-rata return reksa dana
rm
: Rata-rata return pasar
rm n
: return pasar per periode : jumlah periode
Beta merupakan hubungan antara return portofolio dan return pasar dan untuk melihat kesensitifan portofolio terhadap pergerakan pasar (Ross et al, 2002).
β p = COV pm / σ m 2 ................................................ (12) di mana :
βp
: Beta reksa dana
σ m2
: Varian pasar
2) Perhitungan kinerja dengan metode Treynor. Adapun dapat dirumuskan sebagai berikut : ⎡Rp − RF ⎤ ⎦ Tp = ⎣
β
................................................... (13)
p
di mana : Tp
: Nilai rasio Treynor
Rp
: Rata-rata return portofolio
RF
: Rata-rata return kinerja investasi bebas risiko
βp
: Risiko pasar
c. Metode Jensen Metode Jensen mengukur seberapa besar manajer investasi mampu menghasilkan kinerja di atas kinerja pasar berdasarkan risiko sistematik. Metode Jensen menggunakan beta sebagai pengukur kinerja yang didasarkan atas pengembangan dari CAPM (Capital Asset Pricing Model) (Jones, 2000). Jensen dapat dirumuskan sebagai berikut :
(
)
(
)⎦
α p = rp − rf − ⎡ β p rm − rf ⎤ ............................. (14) ⎣
di mana :
αp
: Alpha Jensen
rp
: Rata-rata return reksa dana
rm
: Rata-rata return pasar
rf
: Rata-rata Return tingkat investasi bebas risiko
βp
: Risiko pasar
d. Metode M-Squared Metode M2 digunakan untuk membandingkan rata-rata return reksa dana secara langsung dengan rata-rata return pasar (rm) dengan memiliki tingkat risiko yang sama dengan pasar (Bodie, Kane,Marcus, 2002). Metode ini dapat dirumuskan sebagai berikut: ⎡ ⎛ rp − rf M 2 = ⎢ rf + ⎜ ⎜ σp ⎢⎣ ⎝
⎞ ⎤ ⎟⎟ σ m ⎥ − rm ............................ (15) ⎠ ⎥⎦
di mana: M2
: M-squared
rf
: Rata-rata Return tingkat investasi bebas risiko
rp
: Rata-rata return reksa dana
rm
: Rata-rata return pasar
σp
: Standar deviasi reksa dana per-periode
σm
: Standar deviasi pasar
5. Perhitungan Koefisien Determinasi Koefisien determinasi merupakan langkah lanjutan pengukuran kinerja reksa dana superior yang digunakan sebagai prasyarat dalam menentukan kriteria kinerja superior. Koefisien determinasi (R2) mengukur persentase dari variasi dalam return portofolio yang dipengaruhi oleh variasi return pasar untuk melihat tingkat diversifikasi dari reksa dana (Jones, 2000). Koefisien determinasi dirumuskan sebagai berikut: 2
⎛ COV pm ⎞ .................................................... (16) R =⎜ ⎜ σ .σ ⎟⎟ ⎝ p m ⎠ 2
di mana : R2 COV pm
: Koefisien determinasi : Kovarian portofolio (reksa dana) dan pasar
σp
:Standar deviasi portofolio (reksa dana)
σm
: Standar deviasi pasar
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pertumbuhan Reksa Dana Saham
Reksa dana saham adalah suatu wadah investasi yang melakukan investasinya minimal 80 persen dari portofolio yang dikelola ke dalam efek bersifat ekuitas atau saham. Jenis reksa dana ini merupakan jenis reksa dana yang memiliki risiko yang cukup besar dikarenakan reksa dana ini dipengaruhi oleh fluktuasi pergerakan harga saham tetapi juga berpeluang memberikan return yang besar. Perubahan nilai aktiva bersih jenis reksa dana ini sangat dipengaruhi oleh pergerakan harga saham yang tercermin dalam IHSG. Sejak tahun 2003, kinerja pasar saham Indonesia mulai membaik di mana terjadi peningkatan 63 persen dari posisi tahun lalu. Kondisi ini terus berlangsung hingga IHSG mampu menembus pada posisi 1000. Indeks harga saham gabungan pada awal tahun 2005 berada pada posisi 1032,52 dan terus membaik hingga mampu menembus posisi 1100 dan akhir tahun 2005 ditutup pada posisi 1162,63 (http://www.bapepam.go.id). Seiring membaiknya kinerja pasar saham sejak tahun 2003 lalu, pertumbuhan reksa dana saham semakin meningkat. Pada awal industri reksa dana beroperasi tercatat 25 reksa dana aktif dengan total NAB Rp 2,782 triliun, 6 diantaranya merupakan reksa dana saham dengan total NAB Rp 519,29 miliar. Pada tahun 1997, jumlah reksa dana yang aktif menjadi 77 dengan total NAB 4,916 triliun, hal ini diikuti pula dengan penambahan reksa dana saham yang aktif menjadi 22 dengan nilai aktiva bersih
Rp 590,37 miliar. Pada tahun 2005, jumlah reksa dana terus
meningkat menjadi 325 namun dengan total NAB menurun dari Rp 110,13 triliun pada awal tahun menjadi Rp 28,39 triliun pada akhir tahun 2005. Di sisi lain, peningkatan jumlah reksa dana tersebut tidak diikuti dengan peningkatan jumlah reksa dana saham di mana hanya meningkat menjadi 29 reksa dana aktif, namun total NAB mengalami peningkatan menjadi Rp 4,928 triliun pada akhir tahun 2005. Perkembangan NAB reksa dana dan reksa dana saham dapat dilihat pada Gambar 4.
104037.82
69477.72
46613.83 28385.38 4916.6
2782.32
2992.17 590.37 539
519.29
1996
1997
1998
4974.11
5515.95 560.44
926
1999
2000
8003.77 490.9
2001
302.27
2002
402.27
2003
1891.47
2004
4928.42
2005
Tahun Reksa Dana
Reksa Dana Saham (dalam miliar rupiah)
Gambar 4. Perkembangan nilai aktiva bersih reksa dana dan reksa dana saham (Badan Riset PIR Bapepam) Meningkatnya nilai aktiva bersih reksa dana saham terlihat sejak tahun 2003 hingga tahun 2005. Peningkatan NAB ini dikarenakan makin membaiknya kinerja pasar saham yang merupakan indikator kinerja reksa dana saham. Tahun 2005 merupakan tahun yang menghasilkan NAB yang paling tinggi dengan total NAB sebesar 4,928 triliun. Sedangkan untuk total NAB reksa dana mengalami penurunan yang cukup tajam untuk tahun 2005 karena terjadinya penurunan NAB reksa dana pendapatan tetap yang merupakan reksa dana yang mendominasi total NAB reksa dana. Penurunan NAB reksa dana pendapatan tetap disebabkan kenaikan tingkat suku bunga SBI yang menurunkan harga obligasi. Reksa dana saham juga mengalami pertumbuhan yang baik secara global, tercatat pada akhir kuartal ketiga tahun 2005 pertumbuhan reksa dana saham global meningkat secara signifikan yaitu meningkat sebesar 7,8 persen (Morningstar dalam Kurniawan, 2006). Peningkatan ini dikarenakan kinerja pasar saham global yang membaik diiringi dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup baik. Nilai aset reksa dana saham lebih baik daripada nilai aset investasi lain dapat dilihat pada Gambar 5.
Nilai Aset RD ( dalam Triliun Dollar AS)
7,682
8,000
7,129
6,000 3,335
4,000
3,453
3,453
3,158 1,455
2,000
1,535
Saham
Obligasi
Kuartal II 2005
Pasar uang
Campuran
Kuartal III 2005
Gambar 5. Nilai aset reksa dana saham, obligasi, pasar uang, campuran secara global tahun 2005 (Kurniawan, 2006) 4.2. Perhitungan Return dan Risiko (VaR) 4.2.1. Kinerja Pasar Saham
Pengukuran kinerja reksa dana saham memerlukan tolok ukur yang dijadikan sebagai pembanding antara kinerja portofolio dengan kinerja pasar. Tolok ukur yang digunakan dalam reksa dana saham adalah Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG. Kinerja pasar saham di Indonesia masih tergantung pada ekspetasi dan sentimen para pelaku pasar dilihat dari kondisi makro yang terjadi. Pada tahun 2004 lalu, IHSG mencatat kinerja yang cukup baik di mana IHSG pada akhir tahun ditutup pada posisi 1000,23. Kondisi ini meningkat terus hingga menembus posisi 1100 pada bulan Juni-Juli 2005. Tercatat pada bulan Juni, IHSG bertahan pada posisi 1122,37 dan bulan Juli IHSG mencapai posisi 1182,30 Meningkatnya kinerja pasar saham pada semester pertama tahun 2005 disebabkan beberapa faktor, antara lain adanya optimisme investor asing terhadap iklim investasi di Indonesia, keluarnya Indonesia dari daftar negara kurang kooperatif dalam money laundering, serta masuknya beberapa investor besar seperti Philip Moris ke Indonesia (Sarwani dan Muswani, 2005). Faktor-faktor pendukung tersebut membuat kinerja pasar saham semakin membaik hingga menembus posisi 1100.
Namun begitu, pertengahan tahun 2005 IHSG mulai menurun, dan sempat berada pada posisi 994,77 pada bulan Agustus. Penurunan ini diakibatkan naiknya harga minyak mentah dunia yang mendorong nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika melemah hingga melampaui Rp10.000/US$. Naiknya harga minyak mentah dunia membawa dampak terhadap naiknya harga bahan bakar minyak domestik sebanyak dua kali dalam setahun yang membuat kondisi makro Indonesia memburuk. Hal ini mengakibatkan terjadinya lonjakan tingkat inflasi hingga mencapai 17.11 persen pada akhir tahun 2005. Tingginya tingkat inflasi mendorong Bank Indonesia menaikkan suku bunga SBI hingga mencapai 12,75 persen sehingga mengakibatkan menurunnya harga saham perbankan akibat adanya kekhawatiran pelaku pasar akan kinerja perbankan. Namun, adanya pergantian Menko Ekonomi membuat pelaku pasar optimis terhadap perekonomian Indonesia mendatang sehingga mendorong IHSG kembali meningkat hingga berada pada posisi 1.162,63. (Sarwani dan Muswani, 2005 dan www.bapepam.go.id). Secara garis besar selama periode Desember 2004 hingga Desember 2005, IHSG mampu menghasilkan return 20,45 persen dengan rata-rata return sebesar 0,00327 atau 0,327 persen dan tingkat risiko sebesar 0,026716 atau 2,6716 persen dan VaR sebesar Rp 6.224,82.
D ec -0 5
N ov -0 5
O ct -0 5
Se p05
A ug -0 5
Ju l05
Ju n05
M ay -0 5
M ar -0 5 A pr -0 5
Fe b05
Ja n05
D ec -0 4
1,200 1,000 800 600 400 200 -
IHSG
Gambar 6. Pergerakan IHSG periode Desember 2004-Desember 2005 (http://www.bapepam.go.id)
4.2.2. Return Reksa Dana Saham dan Pasar
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan pada 11 reksa dana saham yang memiliki dana kelolaan minimal 50 miliar rupiah selama periode 57 minggu, didapatkan return reksa dana saham dan pasar. Hasil perhitungan return reksa dana saham periode Desember 2004-Desember 2005 dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Return reksa dana saham dan pasar (Desember 2004Desember 2005) No
Reksa Dana Saham dan Pasar
1 Platinum Saham 2 TRIM Kapital 3 Citi Reksadana Ekuitas 4 Panin Dana Maksima 5 Manulife Dana Saham 6 Si Dana Saham 7 Phinisi Dana Saham 8 Danareksa Mawar 9 Schroder Dana Prestasi Plus 10 IHSG 11 BNI Dana Berkembang 12 Bahana Dana Prima Sumber : Harian Bisnis Indonesia, diolah
Return
0.507025 0.461325 0.396478 0.374749 0.347828 0.337076 0.327064 0.247758 0.244866 0.204533 0.192335 0.161474
rp 0.007221 0.006677 0.005876 0.005599 0.005250 0.005109 0.004977 0.003891 0.003850 0.003270 0.003091 0.002630
Dari data pada Tabel 1 dapat diintepretasikan bahwa, di antara reksa dana saham dengan dana kelolaan besar, Platinum Saham mampu menghasilkan return tertinggi dibandingkan dengan IHSG, yaitu sebesar 50,70 persen dengan rata-rata 0,7221 persen, tercermin pada peningkatan nilai aktiva bersih sebesar 43,7 persen pada bulan Desember 2005 dibandingkan Desember 2004 yang dapat dilihat pada Lampiran 11. Sedangkan return yang dihasilkan IHSG sebesar 20,45 persen. Peringkat kedua ditempati oleh TRIM Kapital yang dikelola oleh manajer investasi Trimegah Sekuritas. TRIM Kapital walaupun sempat berganti nama dari Dana Megah Kapital menjadi TRIM Kapital namun hal ini tidak mempengaruhi kinerjanya. TRIM Kapital mampu menghasilkan return sebesar 46,13 persen
dengan rata-rata 0,6677 persen. Reksa dana lain yang mampu menghasilkan return di atas 20,45 persen atau lebih tinggi dari IHSG adalah Citi Reksadana Ekuitas, Panin Dana Maksima, Manulife Dana Saham, Si Dana Saham, Phinisi Dana Saham, Dana Reksa Mawar, dan Schroder Dana Prestasi Plus. BNI Dana Berkembang dan Bahana Dana Prima menempati tempat terbawah dengan return dibawah IHSG. BNI Dana Berkembang hanya mampu menghasilkan return sebesar 19,23 persen dengan rata-rata 0,3091 persen sedangkan Bahana Dana Prima menghasilkan return 16,15 persen dengan rata-rata 0,26 persen. 4.2.3. Risiko Reksa Dana Saham dan Pasar
Penentuan kinerja suatu reksa dana tidak hanya melibatkan besarnya return namun perlu melihat seberapa besar penyimpangan dari return yang dihasilkan. Oleh karena itu perhitungan risiko sangat penting untuk menentukan kinerja reksa dana saham. Perhitungan reksa dana saham selama periode 57 minggu dari Desember 2004-Desember 2005 untuk 11 reksa dana saham dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Standar deviasi reksa dana saham dan pasar (Desember 2004-Desember 2005) Reksa Dana Saham dan Return σp(m) No Pasar 1 Platinum Saham 0.507025 0.033942 2 BNI Dana Berkembang 0.192335 0.032170 3 TRIM Kapital 0.461325 0.029414 4 Citi Reksadana Ekuitas 0.396478 0.028227 5 Panin Dana Maksima 0.374749 0.026761 6 IHSG 0.204533 0.026716 7 Phinisi Dana Saham 0.327064 0.026032 8 Bahana Dana Prima 0.161474 0.025752 9 Schroder Dana Prestasi Plus 0.244866 0.025288 10 Si Dana Saham 0.337076 0.024746 11 Manulife Dana Saham 0.347828 0.024272 12 Danareksa Mawar 0.247758 0.023106 Sumber : Harian Bisnis Indonesia, diolah
VaR
7,908.40 7,495.53 6,853.50 6,576.83 6,235.28 6,224.82 6,065.49 6,000.22 5,892.00 5,765.71 5,655.45 5,383.64
Di antara 11 reksa dana saham, risiko terbesar dimiliki oleh Platinum Saham dengan 3.3942 persen. Ini berarti return Platinum Saham dapat penyimpang sebesar ± 3,3942 persen. Dengan memasukkan nilai standar deviasi serta tingkat kepercayaan sebesar 99 persen didapatkan VaR untuk Platinum Saham adalah Rp 7.908,40 dan lebih tinggi dari VaR IHSG sebesar Rp 6.224,82. Ini berarti bahwa jika investor berinvestasi sebesar Rp 100.000,pada Platinum Saham maka dari 100 berinvestasi, ada peluang 1 hari investor mengalami kerugian maksimum sebesar Rp 7.908,40. BNI Dana Berkembang memiliki nilai standar deviasi sebesar 0,3217 persen. VaR BNI Dana Berkembang adalah Rp 7.495.53 lebih tinggi dari IHSG. Ini berarti bahwa jika investor berinvestasi sebesar Rp 100.000,- pada BNI Dana Berkembang maka dari 100 hari berinvestasi, ada peluang 1 hari investor mengalami kerugian maksimum sebesar Rp 7.495,53. Reksa dana lain yang memiliki standar deviasi serta VaR lebih tinggi dari IHSG adalah TRIM Kapital, Citi Reksadana Ekuitas dan Panin Dana Maksima. Padahal jika berinvestasi pada pasar sebesar Rp 100.000,- dari 100 hari berinvestasi peluang 1 hari mengalami kerugian maksimum hanya sebesar Rp 6.224,82. Sedangkan reksa dana yang memiliki standar deviasi dan VaR di bawah IHSG, antara lain Phinisi Dana Saham, Bahana Dana Prima, Schroder Dana Prestasi Plus, Si Dana Saham, Manulife Dana Saham, dan Danareksa Mawar. Danareksa Mawar memiliki VaR terendah yaitu sebesar Rp 5.383,64. Ini berarti jika berinvestasi
pada
Danareksa Mawar sebesar Rp 100.000,- maka dalam 100 hari berinvestasi, peluang mengalami kerugian maksimum dalam 1 hari hanya Rp 5.383,64. Jumlah ini lebih rendah dibandingkan dengan VaR IHSG namun dengan return yang lebih tinggi dari IHSG.
4.2.4. Kesesuaian Antara Return dengan Risiko
Setelah mengukur return dan risiko, selanjutnya perlu melihat kesesuaian risiko yang ditanggung dengan return yang dihasilkan. Pengukuran kesesuaian dilakukan dengan menghitung rasio antara standar deviasi dengan return dengan uji coefficient of variation. Tabel 3. Perhitungan rasio standar deviasi dengan return (Desember 2004 -Desember 2005) σp(m) Return σp/Return Reksadana Saham dan No (%) (%) Pasar (%) 1 TRIM Kapital 2.9414 46.132 0.064 2 Platinum Saham 3.3942 50.703 0.067 3 Manulife Dana Saham 2.4272 34.783 0.070 4 Citi Reksadana Ekuitas 2.8227 39.648 0.071 5 Panin Dana Maksima 2.6761 37.475 0.071 6 Si Dana Saham 2.4746 33.708 0.073 7 Phinisi Dana Saham 2.6032 32.706 0.080 8 Danareksa Mawar 2.3106 24.776 0.093 9 Schroder Dana Prestasi Plus 2.5288 24.487 0.103 10 IHSG 2.6716 20.453 0.131 11 Bahana Dana Prima 2.5752 16.147 0.159 12 BNI Dana Berkembang 3.2170 19.233 0.167 Sumber : Harian Bisnis Indonesia, diolah Dari hasil perhitungan di atas, TRIM Kapital mampu menghasilkan nilai rasio terendah dan lebih rendah dari nilai IHSG. Ini berarti bahwa setiap 1 persen kenaikan return, akan ada risiko sebesar 0,064 persen. Sedangkan pada IHSG, setiap 1 persen kenaikan return, mengandung risiko sebesar 0,131 persen. Reksa lain yang mampu menghasilkan rasio standar deviasi per return lebih rendah dari IHSG, antara lain Platinum Saham, Manulife Dana Sahan, Citi Reksadana Ekuitas, Panin Dana Maksima, Si Dana Saham, Phinisi Dana Saham, Danareksa Mawar, dan Schroder Dana Prestasi Plus. Sedangkan Bahana Dana Prima dan BNI Dana Berkembang memiliki nilai yang lebih tinggi dari IHSG. BNI Dana Berkembang memiliki nilai yang cukup tinggi yaitu 0,167 persen. Ini berarti untuk setiap 1 persen kenaikan return, akan ada risiko sebesar
0,167 persen. Risiko yang dihasilkan BNI Dana Berkembang tidak mampu dikompensasi oleh return yang dihasilkan. Karena hasil akhir melihat kesesuaian antara return dengan VaR, perhitungan coefficient of variation juga digunakan untuk mengukur hasil secara moneter. Return dihitung dengan mengalikan persentase return yang dihasilkan dengan nilai investasi awal, diasumsikan sebesar Rp 100.000,-. Tabel 4. Perhitungan rasio VaR dengan return (Desember 2004-Desember 2005) No Reksadana Saham dan Pasar
Return
1 TRIM Kapital 46,132.45 2 Platinum Saham 50,702.53 3 Manulife Dana Saham 34,782.83 4 Citi Reksadana Ekuitas 39,647.79 5 Panin Dana Maksima 37,474.89 6 Si Dana Saham 33,707.63 7 Phinisi Dana Saham 32,706.43 8 Danareksa Mawar 24,775.81 9 Schroder Dana Prestasi Plus 24,486.56 10 IHSG 20,453.35 11 Bahana Dana Prima 16,147.38 12 BNI Dana Berkembang 19,233.46 Sumber : Harian Bisnis Indonesia, diolah
VaR
VaR/Return
6853.50 7908.40 5655.45 6576.83 6235.28 5765.71 6065.49 5383.64 5892.00 6224.82 6000.22 7495.53
0.149 0.156 0.163 0.166 0.166 0.171 0.185 0.217 0.241 0.304 0.372 0.390
TRIM Kapital, untuk setiap Rp 100.000,- return yang dihasilkan maka besarnya kerugian maksimum yang masih dapat diterima (VaR) adalah sebesar Rp 14.900,-. Nilai rasio VaR/Return TRIM Kapital lebih rendah dari yang dihasilkan IHSG di mana untuk setiap Rp 100.000,- return yang dihasilkan maka besarnya VaR adalah Rp 30.400,-. Reksa dana yang memiliki nilai rasio lebih rendah dari pasar adalah Platinum Saham, Manulife Dana Sahan, Citi Reksadana Ekuitas, Panin Dana Maksima, Si Dana Saham, Phinisi Dana Saham, Danareksa Mawar, dan Schroder Dana Prestasi Plus. Sedangkan Bahana Dana Prima dan BNI Dana Berkembang memiliki nilai rasio VaR/Return yang lebih besar dari IHSG, di mana untuk BNI Dana Berkembang memiliki nilai yang paling tinggi. BNI Dana
Berkembang, untuk setiap Rp 100.000,- return yang dihasilkan, menghasilkan VaR Rp 39.000,-. TRIM Kapital, dengan asumsi return yang dihasilkan oleh setiap reksa dana sebesar Rp 100.000, mampu menghasilkan VaR terendah. Sehingga VaR yang dihasilkan mampu dikompensasi oleh return yang dihasilkan. Sedangkan BNI Dana Berkembang, VaR yang dihasilkan tidak mampu dikompensasi oleh return-nya. 4.3. Perhitungan Risk Adjusted Measures of Performances 4.3.1. Metode Sharpe A. Kinerja Investasi Bebas Risiko
SBI dapat dijadikan sebagai jenis investasi bebas risiko bagi para investor karena dijamin oleh pemerintah. SBI digunakan sebagai pembanding bagi hasil yang diterima investor apabila berinvestasi pada investasi bebas risiko. Suku bunga SBI yang digunakan sebagai pembanding dalam penelitian ini adalah suku bunga SBI berjangka 1 bulan karena memiliki waktu jatuh tempo yang pendek. Ini didasari karena pengambilan data NAB adalah per minggu. Tingkat suku bunga SBI mengalami peningkatan yang cukup tajam dibandingkan tahun 2004 lalu. Ini disebabkan karena makin tingginya tingkat inflasi di Indonesia yang mencapai 17.11 persen. Suku bunga SBI 1 bulan tertinggi terjadi pada akhir tahun 2005 yaitu mencapai 12,75 persen. Secara umum kinerja SBI 1 bulan per minggu
selama periode Desember 2004 hingga
Desember 2005 adalah 0.00138417 atau 0,138 persen. Fluktuasi peningkatan suku bunga SBI dapat dilihat pada Gambar 7.
Tingkat SukuBunga
14.00% 12.00% 10.00% 8.00% 6.00% 4.00% 2.00% 0.00% No v04
Dec04
Jan05
Feb05
M ar05
A pr05
M ay05
Jun05
Jul-05
A ug05
Sep05
Oct05
No v05
Dec05
Bulan Tingkat Suku Bunga SBI
Gambar 7. Tingkat suku bunga SBI 1 bulan periode Desember 2004-Desember 2005 (http://www.bi.go.id) B. Perhitungan Kinerja dengan Metode Sharpe Perhitungan kinerja dengan menggunakan metode Sharpe menghitung rasio excess return (selisih antara rata-rata return portofolio dengan return investasi bebas risiko) per standar deviasi. Reksa dana memiliki kinerja superior jika mampu menghasilkan nilai rasio Sharpe yang lebih tinggi dari yang dihasilkan pasar. Perhitungan rasio Sharpe untuk 11 Reksa dana saham selama periode 57 minggu dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Perhitungan kinerja reksa dana saham dan pasar berdasarkan metode Sharpe (Desember 2004-Desember 2005) Reksa Dana Saham dan σp(m) No rp (m) Pasar 1 TRIM Kapital 0.006677 2 Platinum Saham 0.007221 3 Manulife Dana Saham 0.005250 4 Citi Reksadana Ekuitas 0.005876 5 Panin Dana Maksima 0.005599 6 Si Dana Saham 0.005109 7 Phinisi Dana Saham 0.004977 8 Danareksa Mawar 0.003891 9 Schroder Dana Prestasi Plus 0.003850 10 IHSG 0.003270 11 BNI Dana Berkembang 0.003091 12 Bahana Dana Prima 0.002630 Sumber : Harian Bisnis Indonesia, diolah
0.029414 0.033942 0.024272 0.028227 0.026761 0.024746 0.026032 0.023106 0.025288 0.026716 0.032170 0.025752
Sharpe Rasio
0.179953 0.171977 0.159289 0.159135 0.157512 0.150535 0.138004 0.108487 0.097511 0.070592 0.053056 0.048343
TRIM Kapital menempati peringkat pertama dalam perhitungan kinerja berdasarkan metode Sharpe dengan nilai 0,179953 dan nilai yang dihasilkan lebih tinggi dari IHSG. TRIM Kapital mampu menghasilkan rata-rata return yang lebih tinggi dari return investasi bebas risiko per unit total risiko yang ditanggung. Oleh karenanya, TRIM Kapital memiliki kinerja di atas pasar. Peringkat kedua ditempati oleh Platinum Saham dengan nilai 0,171877 dan lebih tinggi dibanding IHSG. Walaupun memiliki total risiko lebih tinggi dibanding IHSG, namun tingginya tingkat risiko dapat dikompensasi dengan return yang dihasilkan. Reksa dana lain yang mampu menghasilkan kinerja di atas kinerja pasar yaitu Manulife Dana Saham, Citi Reksadana Saham, Panin Dana Maksima, Si Dana Saham, Phinisi Dana Saham, Danareksa Mawar, dan Schroder Dana Prestasi Plus. Sedangkan reksa dana yang memiliki kinerja di bawah pasar adalah BNI Dana Berkembang dan Bahana Dana Prima. BNI Dana
Berkembang
memiliki
kinerja
di
bawah
IHSG
dikarenakan memiliki total risiko yang lebih tinggi dibanding IHSG tetapi dengan rata-rata return yang lebih rendah. Sebaliknya Bahana Dana Prima memiliki total risiko yang lebih rendah tetapi diikuti pula dengan rata-rata return yang lebih rendah. 0.180
0.140 0.120 0.100
IHSG
Nilai Rasio Sharpe
0.160
0.080 0.060 0.040 0.020 0.000
Reksa Dana S aham dan Pasar
Gambar 8. Grafik nilai rasio Sharpe 11 reksa dana saham dan pasar (Desember 2004-Desember 2005)
4.3.2. Metode Treynor A. Perhitungan Kovarian dan Beta Reksa Dana Saham
Kovarian digunakan untuk mengukur hubungan antara dua sekuritas. Pada penelitian ini mengukur hubungan antara reksa dana dengan pasar. Sedangkan beta digunakan untuk mengukur kesensitifan reksa dana terhadap pergerakan pasar. Berdasarkan hasil pengolahan data didapat hasil yang dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Nilai kovarian dan beta reksa dana saham (Desember 2004-Desember 2005) No
Reksa Dana Saham
Covar
1 Platinum Saham 0.000836 2 TRIM Kapital 0.000751 3 Citi Reksadana Ekuitas 0.000717 4 Phinisi Dana Saham 0.000678 5 Bahana Dana Prima 0.000666 6 BNI Dana Berkembang 0.000658 7 Schroder Dana Prestasi Plus 0.000654 8 Si Dana Saham 0.000637 9 Manulife Dana Saham 0.000631 10 Danareksa Mawar 0.000594 11 Panin Dana Maksima 0.000496 Sumber : Harian Bisnis Indonesia, diolah.
σm2
βp
0.00071 0.00071 0.00071 0.00071 0.00071 0.00071 0.00071 0.00071 0.00071 0.00071 0.00071
1.171172 1.051933 1.004318 0.950398 0.932455 0.921978 0.916693 0.892782 0.884319 0.832764 0.694344
Dari data pada Tabel 6 menunjukkan bahwa semua reksa dana saham memiliki kovarian yang positif. Ini mengindikasikan bahwa return dan risiko yang dihasilkan antara reksa dana saham dan IHSG bergerak searah. Platinum Saham memiliki nilai kovarian tertinggi diantara 11 reksa dana saham lainnya dengan nilai 0,000835914, yang berarti reksa dana ini memiliki hubungan yang kuat dengan pergerakan IHSG. Jika return IHSG naik maka return reksa dana akan naik. Nilai beta yang dimiliki oleh Platinum Saham sebesar 1,171172 yang berarti bersifat agresif terhadap pergerakan IHSG dan memiliki risiko yang lebih besar dari risiko IHSG. Setiap return IHSG bergerak naik satu
persen maka return Platinum Saham diharapkan bergerak 1,171172 persen dengan arah yang sama. TRIM Kapital memiliki nilai kovarian 0,000750808 dan nilai beta sebesar 1,051933. Ini berarti bahwa setiap return IHSG bergerak naik satu persen maka return TRIM Kapital diharapkan bergerak sebesar 1,05 persen. Citi Reksadana Ekuitas juga memiliki nilai beta lebih dari satu yaitu sebesar 1,004318 sehingga memiliki sifat yang agresif terhadap pergerakan IHSG. Reksa dana lain yang memiliki pergerakan yang searah dengan IHSG tetapi dengan nilai beta kurang dari satu, antara lain Phinisi Dana Saham, Bahana Dana Prima, BNI Dana Berkembang, Schroder Dana Prestasi Plus, Si Dana Saham, Manulife Dana Saham, Danareksa Mawar, dan Panin Dana Maksima. Panin Dana Maksima memiliki nilai beta terendah, yaitu sebesar 0,694344. Reksa dana ini paling defensif terhadap pergerakan IHSG. Ini berarti setiap return
IHSG bergerak sebesar satu
persen maka return reksa dana ini hanya bergerak sebesar 0,694344 persen dan bergerak searah dengan IHSG. B. Perhitungan Kinerja dengan Metode Treynor
Metode Treynor digunakan untuk mengetahui seberapa besar excess return yang diterima per unit risiko sistematik (beta) yang ditanggung. Reksa dana dapat dikategorikan sebagai reksa dana superior jika memiliki kinerja di atas pasar. Perhitungan dengan metode Treynor sebagai berikut pada Tabel 7.
Tabel 7. Perhitungan kinerja reksa dana saham dan pasar berdasarkan metode Treynor (Desember 2004-Desember 2005) Treynor No Reksa Dana Saham dan Pasar β rp (m) Ratio 1 Panin Dana Maksima 0.005599 0.694344 0.006071 2 TRIM Kapital 0.006677 1.051933 0.005032 3 Platinum Saham 0.007221 1.171172 0.004984 4 Citi Reksadana Ekuitas 0.005876 1.004318 0.004473 5 Manulife Dana Saham 0.005250 0.884319 0.004372 6 Si Dana Saham 0.005109 0.892782 0.004172 7 Phinisi Dana Saham 0.004977 0.950398 0.003780 8 Danareksa Mawar 0.003891 0.832764 0.003010 9 Schroder Dana Prestasi Plus 0.003850 0.916693 0.002690 10 IHSG 0.003270 1.000000 0.001886 11 BNI Dana Berkembang 0.003091 0.921978 0.001851 12 Bahana Dana Prima 0.002630 0.932455 0.001336 Sumber : Harian Bisnis Indonesia, diolah. Panin Dana Maksima menempati peringkat pertama dengan kinerja superior berdasarkan metode Treynor. Dengan nilai rasio Treynor sebesar 0,006071 dan lebih tinggi dibanding IHSG, yaitu 0,001886. Panin Dana Maksima memiliki kinerja di atas kinerja pasar, dengan nilai tertinggi dikarenakan reksa dana ini memiliki nilai beta terendah diantara 11 reksa dana
saham yang lain
dengan rata-rata return yang cukup tinggi. Selain itu, reksa dana ini juga mampu menghasilkan rata-rata return yang lebih tinggi dari investasi bebas risiko per risiko sistematik yang ditanggung. Namun begitu, peringkat yang lebih tinggi berdasarkan metode Treynor dibanding dengan metode Sharpe, menunjukkan bahwa reksa dana ini tidak terdiversifikasi dengan baik. Karena memiliki nilai standar deviasi yang cukup tinggi dengan nilai beta yang rendah. Ini mengindikasikan masih terdapat faktor lain yang dapat mempengaruhi return-nya, yaitu risiko non-sistematik. TRIM Kapital menempati peringkat kedua dengan nilai rasio Treynor sebesar 0,005032 dan lebih tinggi dibanding IHSG, sehingga memiliki kinerja di atas pasar. Peringkat selanjutnya diikuti oleh Platinum Saham dengan nilai sebesar 0,004984.
Platinum Saham hanya menempati peringkat ketiga karena memiliki nilai beta paling besar. Reksa dana lain yang mampu memberikan kinerja superior, antara lain Citi Reksadana Ekuitas, Manulife Dana Saham, Si Dana Saham, Phinisi Dana Saham, Danareksa Mawar, dan Schroder Dana Prestasi Plus. BNI Dana Berkembang dan Bahana Dana Prima memiliki kinerja di bawah IHSG di mana excess return per unit risiko sistematik yang ditanggung lebih rendah dibanding dengan yang dihasilkan IHSG. Masing-masing mencatat nilai rasio Treynor 0,001851 dan 0,001336. 0.006 0.005 IHSG
0.004 0.003 0.002
TRIMKapital
Si Dana Saham
Schroder Dana Prestasi Plus
PlatinumSaham
Phinisi Dana Saham
Panin Dana Maksima
Manulife Dana Saham
IHSG
Danareksa Mawar
Citi Reksadana Ekuitas
0
Bahana Dana Prima
0.001 BNI Dana Berkembang
Nilai Rasio Treynor
0.007
Rek sa Dana Saham dan Pasar
Gambar 9. Grafik nilai rasio Treynor 11 reksa dana saham dan pasar (Desember 2004-Desember 2005) 4.3.3. Metode Jensen
Metode Jensen Metode Jensen mengukur seberapa besar manajer investasi mampu menghasilkan kinerja di atas kinerja pasar. Hasil perhitungan kinerja reksa dana saham dengan Metode Alpha Jensen dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Perhitungan kinerja reksa dana saham berdasarkan metode Jensen (Desember 2004-Desember 2005) β No Reksa Dana Saham rp − rf αp 1 Platinum Saham 0.005837 2 TRIM Kapital 0.005293 3 Panin Dana Maksima 0.004215 4 Citi Reksadana Ekuitas 0.004492 5 Manulife Dana Saham 0.003866 6 Si Dana Saham 0.003725 7 Phinisi Dana Saham 0.003593 8 Danareksa Mawar 0.002507 9 Schroder Dana Prestasi Plus 0.002466 10 BNI Dana Berkembang 0.001707 11 Bahana Dana Prima 0.001245 Sumber : Harian Bisnis Indonesia, diolah
1.171172 0.003628 1.051933 0.003309 0.694344 0.002906 1.004318 0.002598 0.884319 0.002199 0.892782 0.002041 0.950398 0.001800 0.832764 0.000936 0.916693 0.000737 0.921978 (0.000032) 0.932455 (0.000513)
Pada Tabel 8 terlihat Platinum Saham menempati peringkat pertama dengan kinerja yang tinggi dari kinerja pasar yang mampu menghasilkan nilai alpha positif 0,003628 atau 0,3628 persen. Nilai alpha positif tersebut menunjukkan bahwa reksa dana ini memperoleh 0,3628 persen rata-rata return lebih tinggi dari rata-rata return IHSG yang didasarkan pada risiko sistematik. TRIM Kapital menempati peringkat kedua karena mampu menghasilkan 0,3309 persen rata-rata return lebih tinggi dari rata-rata return IHSG berdasarkan risiko sistematikya. Dengan demikian, TRIM Kapital mampu menunjukkan kinerja di atas kinerja pasar. Panin Dana Maksima selanjutnya menempati peringkat ketiga dengan nilai alpha 0,002906 atau 0,2906 persen. Reksa dana ini walaupun tidak terdiversifikasi dengan baik namun mampu menghasilkan 0,2906 persen rata-rata return yang lebih tinggi dari rata-rata return IHSG berdasarkan dengan risiko sistematik. Reksa dana yang mampu menghasilkan nilai alpha positif sehingga memiliki kinerja di atas pasar, antara lain Citi Reksadana Ekuitas, Manulife Dana Saham, Si Dana Saham, Phinisi Dana Saham, Danareksa Mawar, dan Schroder Dana Prestasi Plus. Sedangkan BNI Dana Berkembang dan Bahana Dana Prima tidak mampu
menunjukkan kinerja di atas kinerja pasar. Ini menunjukkan bahwa kedua reksa dana ini tidak dikelola dengan baik karena tidak mampu memberikan rata-rata return yang lebih tinggi dari rata-rata return IHSG berdasarkan
risiko sistematik. Nilai alpha kedua bernilai
TR IMK apital
Si D anaSaham
PlatinumSaham
Schroder D anaPrestasi Plus
Phinisi D anaSaham
PaninD anaM aksim a
D anareksaM aw ar
M anulifeD anaSaham
C iti R eksadanaEkuitas
B N ID anaB erkem bang
0.004000 0.003500 0.003000 0.002500 0.002000 0.001500 0.001000 0.000500 (0.000500) (0.001000)
B ahanaD anaPrim a
N ilai A lphaJensen
negatif dengan nilai masing-masing (0,000032) dan (0,000513).
Rek s a Dana S aham
Gambar 10. Grafik nilai Alpha Jensen 11 reksa dana saham (Desember 2004-Desember 2005) \ 4.3.4. Metode M-Squared
Metode M-Squared merupakan metode pengembangan dari metode Sharpe dengan memperhitungkan seberapa besar rata-rata return suatu portofolio jika memiliki standar deviasi yang sama dengan pasar. Reksa dana dapat dikategorikan sebagai reksa dana dengan kinerja di atas pasar jika reksa dana tersebut mampu menghasilkan rata-rata return di atas pasar dengan memiliki standar deviasi yang sama. Perhitungan 11 reksa dana saham dengan metode M-Squared dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Perhitungan kinerja reksa dana saham berdasarkan metode M-Squared (Desember 2004-Desember 2005) No
Reksadana Saham
rp
TRIM Kapital 0.006756 Platinum Saham 0.006518 Manulife Dana Saham 0.006139 Citi Reksadana Ekuitas 0.006135 Panin Dana Maksima 0.006086 Si Dana Saham 0.005878 Phinisi Dana Saham 0.005504 Danareksa Mawar 0.004623 Schroder Dana Prestasi Plus 0.004295 BNI Dana Berkembang 0.002968 Bahana Dana Prima 0.002828 Sumber : Harian Bisnis Indonesia, diolah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
rm
M2
0.003270 0.003486 0.003270 0.003248 0.003270 0.002869 0.003270 0.002864 0.003270 0.002816 0.003270 0.002608 0.003270 0.002234 0.003270 0.001353 0.003270 0.001025 0.003270 (0.000302) 0.003270 (0.000442)
TRIM Kapital menempati peringkat pertama dengan kinerja superior berdasarkan metode M-Squared. TRIM Kapital mampu memberikan rata-rata return yang lebih besar dibanding rata-rata return IHSG. Rata-rata return IHSG sebesar 0,0032701 atau 0,327 persen dengan tingkat risiko yang sama dengan IHSG sedangkan ratarata return pasar sebesar 0,006756 atau 0,6756 persen dengan nilai M-Squared TRIM Kapital adalah 0,3486 persen. Ini berarti bahwa TRIM Kapital memiliki kinerja yang lebih baik dari IHSG. Platinum Saham menempati peringkat kedua sebagai reksa dana yang mampu menunjukkan kinerja di atas kinerja pasar. Platinum Saham mampu menghasilkan nilai M-Squared sebesar 0,3248 persen. Ini berarti bahwa dengan tingkat risiko yang sama dengan IHSG, reksa dana ini mampu menghasilkan rata-rata return yang lebih tinggi dibanding IHSG. Berikutnya adalah Manulife Dana Saham dengan nilai MSquared 0,2869 persen. Berarti, dengan tingkat risiko yang sama dengan IHSG, reksa dana ini mampu menghasilkan rata-rata return yang lebih tinggi dibanding rata-rata return IHSG. Oleh karena itu, reksa dana ini mampu menunjukkan kinerja di atas pasar. Reksa dana lain yang berkinerja di atas pasar, antara lain Citi Reksadana Ekuitas,
Panin Dana Maksima, Si Dana Saham, Phinisi Dana Saham, Danareksa Mawar, dan Schroder Dana Prestasi Plus. BNI Dana Berkembang dan Bahana Dana Prima masing-masing mencatat nilai M-Squared sebesar (0,0302) dan (0,0442) persen. Keduanya merupakan reksa dana dengan kinerja di bawah kinerja pasar karena dengan tingkat risiko yang sama dengan IHSG, kedua reksa dana ini tidak mampu menghasilkan rata-rata return yang lebih tinggi dari rata-rata return IHSG. 0.007000
0.005000
IHSG
Nilai M-Squared
0.006000
0.004000 0.003000 0.002000
TRIMKapital
Si Dana Saham
Schroder Dana Prestasi Plus
Platinum Saham
Phinisi Dana Saham
Panin Dana Maksima
Manulife Dana Saham
IHSG
Danareksa Mawar
Citi Reksadana Ekuitas
Bahana Dana Prima
-
BNI Dana Berkembang
0.001000
Reksa Dana Saham dan Pasar
Gambar 11. Grafik nilai M-Squared 11 reksa dana saham dan pasar (Desember 2004-Desember 2005) 4.4. Perhitungan Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi digunakan untuk melihat
diversifikasi suatu
portofolio. Ini menunjukkan seberapa besar pergerakan return reksa dana yang dapat dijelaskan dengan pergerakan return pasar. Koefisien determinasi digunakan sebagai prasyarat pendukung dalam pengkategorian reksa dana berkinerja superior. Perhitungan koefisien determinasi 11 reksa dana saham dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Perhitungan koefisien determinasi reksa dana saham (Desember 2004-Desember 2005) No
Reksadana Saham
Koefisien Kolerasi
1 Phinisi Dana Saham 2 Manulife Dana Saham 3 Schroder Dana Prestasi Plus 4 Bahana Dana Prima 5 Si Dana Saham 6 Danareksa Mawar 7 TRIM Kapital 8 Citi Reksadana Ekuitas 9 Platinum Saham 10 BNI Dana Berkembang 11 Panin Dana Maksima Sumber : Harian Bisnis Indonesia, diolah
0.97536 0.97335 0.96847 0.96698 0.96387 0.96288 0.95544 0.95056 0.92185 0.76568 0.69318
R2
0.95133 0.94741 0.93794 0.93506 0.92905 0.92714 0.91286 0.90357 0.84980 0.58626 0.48050
Phinisi Dana Saham memiliki koefisien kolerasi terbesar dengan nilai 0,97536. Ini berarti Phinisi Dana Saham memiliki hubungan yang kuat dengan IHSG, tercermin pada tingginya nilai koefisien determinasi yaitu sebesar 0,95133. Dengan nilai koefisien determinasi mendekati satu, mengindikasikan bahwa 95 persen variasi return reksa dana ini dipengaruhi oleh variasi return IHSG. Ini menunjukkan bahwa reksa dana ini telah terdiversifikasi dengan baik. Selanjutnya adalah Manulife Dana Saham yang memiliki nilai koefisien kolerasi 0,97335 dengan koefisien determinasi 0,94741. Ini berarti bahwa 94 persen variasi return reksa dana ini dipengaruhi variasi return IHSG. Reksa dana selain BNI Dana Berkembang dan Panin Dana Maksima, lebih dari 80 persen variasi return yang dihasilkan dipengaruhi oleh variasi return IHSG dan telah terdiversifikasi dengan baik. Reksa dana tersebut, antara lain Schroder Dana Prestasi Plus, Bahana Dana Prima, Si Dana Saham, Danareksa Mawar, TRIM Kapital, Citi Reksadana Ekuitas, dan Platinum Saham. Sedangkan BNI Dana Berkembang dan Panin Dana Maksima memiliki koefisien determinasi masing-masing 0,586259 dan 0,480498. Ini mengindikasikan bahwa kurang dari 60 persen variasi returnnya dipengaruhi oleh variasi return IHSG, yang berarti ada faktor lain yang mempengaruhi return reksa dana tersebut.
4.5. Kinerja Reksa Dana Saham Superior dan Kriteria Superior
Setelah melihat hasil berdasarkan uji cofficient of variation, risk adjusted measures of performances, dan uji koefisien determinasi, langkah berikutnya adalah menentukan reksa dana berkinerja superior serta kriterianya. 1. TRIM Kapital
Trim Kapital memiliki standar deviasi, VaR serta beta yang lebih tinggi dari IHSG, namun masih dapat dikompensasi dengan tingginya return yang dihasilkan, yaitu 46,13 persen, tercermin pada rendahnya nilai rasio perbandingan antara risiko (VaR) dengan return. Berdasarkan risk adjusted
measures
of
performances,
TRIM
Kapital
mampu
menghasilkan kinerja di atas IHSG dan selalu menempati peringkat dua besar walaupun variasi return-nya hanya 91 persen dipengaruhi oleh variasi return IHSG (cukup terdiversifikasi). Dengan melihat peringkat yang diperoleh berdasarkan kesesuaian antara risiko (VaR) dan return dan risk adjusted measures of performances, TRIM Kapital merupakan reksa dana berkinerja superior yang menempati peringkat pertama. 2. Platinum Saham
Platinum Saham,reksa dana yang baru berdiri pada awal tahun 2004 lalu, mampu menghasilkan return tertinggi dan lebih tinggi dari IHSG yaitu 50,70 persen. Tingginya return yang dihasilkan diikuti pula dengan tingginya nilai standar deviasi, VaR dan beta yang lebih tinggi dari IHSG. Oleh karenanya, nilai rasio perbandingan antara risiko (VaR) dan return lebih rendah dari IHSG dengan menempati peringkat kedua. Berdasarkan risk adjusted measures of performances, reksa dana ini mampu menunjukkan kinerja di atas pasar dan selalu menempati peringkat tiga besar walaupun variasi return-nya hanya 84 persen yang dipengaruhi variasi return IHSG tetapi masih dapat dikatakan cukup terdiversifikasi. Dengan melihat peringkat yang diperoleh berdasarkan kesesuaian antara risiko (VaR) dan return dan risk adjusted measures of performances, Platinum Saham merupakan reksa dana berkinerja superior yang menempati peringkat kedua.
3. Manulife Dana Saham
Manulife Dana Saham mampu menghasilkan nilai rasio perbandingan antara risiko (VaR) dan return yang lebih rendah dari IHSG. Hal ini dikarenakan return yang dihasilkan, yaitu 34,78 persen, lebih tinggi dari IHSG dengan nilai standar deviasi, VaR, dan beta yang cukup rendah (lebih rendah dari IHSG). Berdasarkan risk adjusted measures of performances, reksa dana ini mampu menunjukkan kinerja yang lebih tinggi dari IHSG dengan menempati peringkat lima besar. Reksa dana ini pun telah terdiversifikasi dengan baik dikarenakan 94 persen variasi return-nya dipengaruhi variasi return IHSG. Dengan melihat peringkat yang diperoleh berdasarkan kesesuaian antara risiko (VaR) dan return dan
risk adjusted measures of performances, Platinum Saham
merupakan reksa dana berkinerja superior yang menempati peringkat ketiga. 4. Citi Reksadana Ekuitas
Citi Reksadana Ekuitas menempati peringkat keempat sebagai reksa dana yang berkinerja superior berdasarkan kesesuaian antara risiko (VaR) dan return dan Berdasarkan
uji
risk adjusted measures of performances.
coefficient
of
variation,
reksa
dana
mampu
menghasilkan nilai rasio perbandingan antara risiko (VaR) dan return yang lebih rendah dari IHSG. Hal ini dikarenakan, reksa dana ini mampu menghasilkan return lebih tinggi dari IHSG, yaitu 39,65 persen, walaupun dengan nilai standar deviasi, VaR, serta beta yang lebih tinggi dari IHSG. Sedangkan berdasarkan risk adjusted measures of performances, secara konstan mampu menempati peringkat keempat sebagai reksa dana yang mampu menghasilkan kinerja di atas kinerja IHSG. Reksa dana ini pun cukup terdiversifikasi dengan baik di mana 90 persen variasi return-nya dipengaruhi oleh variasi return IHSG. Berdasarkan kajian tersebut, reksa dana ini menempati peringkat keempat sebagai reksa dana yang berkinerja superior.
5. Si Dana Saham
Si Dana Saham mampu menghasilkan return lebih tinggi dari IHSG, yaitu 33,70 persen, dengan nilai standar deviasi, VaR, serta beta yang lebih rendah dari IHSG. Oleh karenanya, reksa dana ini mampu menghasilkan nilai rasio perbandingan antara risiko (VaR) dan return berdasarkan uji coefficient of variation yang lebih rendah dari IHSG. Berdasarkan risk adjusted measures of performances, Si Dana Saham selalu menempati peringkat keenam sebagai reksa dana dengan kinerja di atas IHSG. Peringkat yang konstan tersebut, tercermin pada tingkat diversifikasinya di mana 92 persen variasi return-nya dipengaruhi variasi return IHSG (terdiversifikasi dengan baik). Berdasarkan kajian tersebut, reksa dana ini menempati peringkat kelima sebagai reksa dana yang berkinerja superior 6. Phinisi Dana Saham
Phinisi Dana Saham mampu menghasilkan return yang lebih tinggi dari IHSG, yaitu 32,7 persen, dengan nilai standar deviasi, VaR serta beta yang lebih rendah dari IHSG sehingga mampu menghasilkan rasio perbandingan antara risiko (VaR) dan return yang lebih rendah dari IHSG. Reksa dana ini pun berdasarkan risk adjusted measures of performances, secara konstan menempati peringkat ketujuh. Phinisi Dana Saham merupakan reksa dana dengan diversifikasi yang paling baik di mana 95 persen variasi return-nya dipengaruhi oleh variasi return IHSG. Namun begitu, reksa dana ini hanya mampu menempati peringkat keenam dengan kinerja superior dengan pertimbangan karena reksa dana ini hanya mampu menempati peringkat ketujuh berdasarkan uji coefficient of variation dan risk adjusted measures of performances. 7. Danareksa Mawar
Danareksa Mawar yang aktif sejak 5 Juli 1996 menghasilkan nilai standar deviasi dan VaR terkecil serta beta yang lebih rendah dari IHSG, namun dengan return yang lebih tinggi, yaitu 24,77 persen, tercermin pada nilai rasio perbandingan antara risiko (VaR) dan return yang lebih rendah dari IHSG. Sehingga dapat dikatakan reksa dana ini
menghasilkan return sesuai dengan risiko yang ditanggung. Reksa dana ini berdasarkan risk adjusted measures of performances, mampu bertahan diperingkat kedelapan dengan kinerja di atas kinerja pasar dan memiliki tingkat diversifikasi 92 persen (cukup terdiversifikasi). Dengan demikian, reksa dana ini merupakan reksa dana berkinerja superior yang menempati peringkat ketujuh. 8. Schroder Dana Prestasi Plus
Schroder Dana Prestasi Plus mampu menghasilkan yang lebih tinggi dari IHSG dengan nilai standar deviasi, VaR, dan beta yang lebih kecil. Oleh karenanya, reksa dana ini dapat dikatakan mampu mengelola risikonya tercermin pada nilai rasio perbandingan antara risiko (VaR) dan return yang lebih rendah dari IHSG. Berdasarkan risk adjusted measures of performances, reksa dana ini mampu bertahan dengan menempati peringkat kesembilan. Schroder Dana Prestasi Plus telah terdiversifikasi dengan baik dengan 93 persen variasi return-nya dipengaruhi oleh variasi return IHSG. Berdasarkan kajian tersebut, reksa dana ini menempati peringkat kedelapan sebagai reksa dana dengan kinerja superior. 9. Panin Dana Maksima
Panin Dana Maksima mampu menghasilkan return lebih tinggi dari IHSG diikuti dengan tingginya nilai standar deviasi dan VaR. Namun, tingginya risiko (VaR) dapat dikompensasi dengan return yang dihasilkan, tercermin pada nilai rasio perbandingan antara risiko (VaR) dan return yang lebih rendah dari IHSG. Reksa dana ini mampu berada di peringkat lima besar berdasarkan risk adjusted measures of performances. Namun, variasi return-nya hanya 48 persen yang dipengaruhi variasi return IHSG sehingga reksa dana ini termasuk reksa dana dengan diversifikasi terendah. Hal ini dikarenakan beta yang dimiliki jauh lebih kecil dari pasar, ini mengindikasikan variasi returnnya masih dipengaruhi oleh faktor selain faktor pasar. Dengan pertimbangan
rendahnya
tingkat
diversifikasi,
walau
mampu
menghasilkan kinerja di atas kinerja pasar, reksa dana ini ditempatkan
pada peringkat kesembilan sebagai reksa dana yag memiliki kinerja superior. Dari sembilan reksa dana berkinerja superior berdasarkan kesesuaian return dan risiko (VaR) dengan uji coefficient of variation, risk adjusted measures of performances, serta uji koefisien determinasi dapat diketahui kriteria atau ciri-ciri dari reksa dana yang berkinerja superior. Kriteria tersebut adalah return yang dihasilkan harus lebih tinggi dari yang dihasilkan pasar (IHSG) dan investasi bebas risikonya (SBI) agar dapat mengkompensasi risiko yang ditanggung, baik total risiko maupun risiko sistematik. Jadi dengan risiko, baik total risiko maupun risiko sistematik, yang lebih tinggi maupun lebih rendah dari pasar, reksa dana tersebut harus mampu menghasilkan return yang lebih tinggi dari pasar dan investasi bebas risikonya agar menghasilkan kinerja yang superior. Kriteria tersebut menjadi informasi yang dapat membantu investor untuk berinvestasi di masa yang akan datang, di mana tidak hanya melihat berdasarkan peringkat dari kinerja historis.
KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang diperoleh mengenai kajian kinerja reksa dana saham berdana kelolaan besar terdapat beberapa hal yang dapat disimpulkan, antara lain : 1. Kesesuaian antara return dan risiko (VaR) yang ditanggung dapat ditentukan dengan uji coefficient of variation dan membandingkannya dengan yang dihasilkan oleh tolak ukurnya (IHSG). Dari 11 reksa dana berdana kelolaan besar, ada 9 sembilan reksa dana yang mampu memberikan return sesuai dengan risiko (VaR) yang lebih baik dari IHSG. Kesembilan reksa dana tersebut antara lain TRIM Kapital, Platinum Saham, Manulife Dana Saham, Citi Reksadana Ekuitas, Panin Dana Maksima, Si Dana Saham, Phinisi Dana Saham, Danareksa Mawar dan Schroder Dana Prestasi Plus. 2. Kinerja masing-masing reksa dana saham berdana kelolaan besar berdasarkan risk adjusted measures of performances dapat dilihat dari kemampuan menghasilkan kinerja di atas kinerja tolak ukurnya (IHSG) di mana ada 9 reksa dana yang mampu menghasilkan kinerja di atas kinerja pasar. Berdasarkan metode Sharpe dan M-Squared, reksa dana yang mampu menghasilkan kinerja di atas IHSG adalah TRIM Kapital, Platinum Saham, Manulife Dana Saham, Citi Reksadana Saham, Panin Dana Maksima, Si Dana Saham, Phinisi Dana Saham, Danareksa Mawar, dan Schroder Dana Prestasi Plus. Untuk metode Treynor, reksa dana yang mampu menghasilkan kinerja di atas kinerja IHSG antara lain Panin Dana Maksima, TRIM Kapital, Platinum Saham, Citi Reksadana Ekuitas, Manulife Dana Saham, Si Dana Saham, Phinisi Dana Saham, Danareksa Mawar dan Schroder Dana Prestasi Plus. Sedangkan berdasarkan metode Jensen, reksa dana yang mampu menghasilkan kinerja di atas kinerja pasar, antara lain Platinum Saham, TRIM Kapital, Panin Dana Maksima, Citi Reksadana Ekuitas, Manulife Dana Saham, Si Dana Saham, Phinisi Dana Saham, Danareksa Mawar serta Schroder Dana Prestasi Plus. Sedangkan
BNI Dana Berkembang dan Bahana Dana Prima jika dibandingkan dengan IHSG, reksa dana ini tidak mampu menghasilkan kinerja di atas kinerja IHSG berdasarkan risk adjusted measures of performances. 3. Besarnya variasi return reksa dana saham berdana kelolaan besar yang dipengaruhi oleh variasi return pasar (IHSG) untuk melihat tingkat diversifikasinya dapat ditentukan dengan menggunakan uji koefisien determinasi. Reksa dana yang memiliki tingkat diversifikasi yang baik, yaitu lebih dari 80 persen variasi return-nya dipengaruhi oleh variasi return IHSG, antara lain Phinisi Dana Saham, Manulife Dana Saham, Schroder Dana Prestasi Plus, Bahana Dana Prima, Si Dana Saham, Danareksa Mawar, TRIM Kapital, Citi Reksa dana Ekuitas, dan Platinum Saham. Sedangkan BNI Dana Berkembang dan Panin Dana Maksima kurang dari 60 persen variasi return-nya yang dipengaruhi oleh variasi return IHSG, berarti reksa dana ini tidak terdiversifikasi dengan baik. Tingkat diversifikasi ini dijadikan salah satu prasyarat untuk menentukan peringkat kinerja superior. 4. Reksa dana saham berdana kelolaan besar yang memiliki kinerja superior berdasarkan kesesuaian antara return dengan risiko (VaR), penilaian kinerja berdasarkan risk adjusted measures of performances, serta uji koefisien determinasi antara lain TRIM Kapital, Platinum Saham, Manulife Dana Saham, Citi Reksadana Ekuitas, Si Dana Saham,
Phinisi Dana
Saham, Danareksa Mawar, Schroder Dana Prestasi Plus, dan Panin Dana Maksima. Sedangkan karateristik yang dapat ditentukan berdasarkan penilaian kinerja superior, yaitu reksa dana tersebut harus memiliki return yang lebih tinggi dari pasar (IHSG) dan investasi bebas risiko (SBI), walaupun dengan risiko, baik total risiko ataupun risiko sistematik, yang lebih tinggi dari pasar agar mampu mengkompensasi besar risiko yang ditanggung.
2. Saran
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa saran yang dapat menjadi masukan bagi pihak yang membutuhkan, khususnya investor, antara lain : 1. Reksa dana merupakan suatu investasi yang berisiko. Untuk itu disarankan bagi investor apabila ingin berinvestasi pada investasi jenis ini perlu melihat kesesuaian antara return dengan risiko (VaR) yang dihasilkan berdasarkan uji cofficient of variation. 2. Bagi investor yang ingin berinvestasi pada reksa dana, terutama reksa dana saham, disarankan tidak hanya melihat dari peringkat kinerja superior historis, namun perlu melihat karateristik dari masing-masing reksa dana apakah return yang dihasilkan lebih tinggi dari pasar atau lebih rendah. Selain itu, perlu juga melihat tingkat diversifikasi dari masing-masing reksa dana apakah reksa dana tersebut telah terdiversifikasi dengan baik atau belum untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi variasi return-nya.
DAFTAR PUSTAKA
Anggreni, P. 9-22 Agustus 2005. Belajar Dari Pasang Surut. Majalah Investor. Hlm 29. Black, D. 1990. Financial Market Analysis. McGraw-Hill, Singapore. Bodie, Z.,et al. 2002. Investment. 5th edition. McGraw-Hill, New York. Cahyono, J. 2000. Cara Jitu Meraih Untung dari Reksa Dana. PT. Elex Media Komputindo, Jakarta. Crouhy,M., et al. 2001. Risk Management. McGraw-Hill,Inc, USA. Darmawan, K. 22 Februari-6 Maret 2006. Menyibak Awan Kelabu Reksa Dana. Majalah Investor : No 141 Tahun VII :15-19. Dewi, R.K. 2005. Kinerja Investasi Reksa Dana Saham Di Indonesia (Periode Januari 2004-Maret 2005). Skripsi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Dowd, K. 1998. Beyond Value At Risk : The New Science of Risk Management. John Wiley & Sons Ltd, England. Index BEJ. http://www.jsx.co.id. [10 Februari 2006] IHSG. http://www.jsx.co.id. [10 Februari 2006] Investment. www.investopedia.com/. [2 .Februari 2006] Jones, C P.2000.Investment Analysis and Management. 7th edition. John Wiley and Sons Inc, New York. “Kamus Gaul Pasar Modal”. Kontan. 4 April 2005. Hlm 40. Keown, A.J.,et al. 2001. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. 7th edition. Salemba Empat, Jakarta. Kurniawan, R. 22 Februari-6 Maret 2006, Reksa Dana ‘Top’ Dunia. Majalah Investor : No 141 Tahun VII : 34-35. Linda, V. 2004. Evaluasi Kinerja Reksadana Pendapatan Tetap, Reksadana Saham, Reksadana Campuran Periode 01 Januari 2002-31 Desember 2003 dengan Metode Sharpe. Tesis Pasca Sarjana pada Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia. Levin, R dan D. Rubin. 1991. Statistic For Management. 5th. Prentice Hall, USA. Monthly Indonesia’s Consumers Price Indices and Inflations, 1999-2005. http://www.bps.go.id . [23 Desember 2005] NAB Reksa Dana. Desember 2004-Desember 2005. Bisnis Indonesia. Peraturan. http://www.bapepam.go.id [7 April 2006] Pratomo, EP dan Nugraha. 2004. Reksa Dana : Solusi Perencanaan Investasi di Era Modern. PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Ross, S., et al. 2002. Corporate Finance. 6th edition. McGraw-Hill, New York. Santi, J.T. 24 Desember 2005. Reksadana Sulit Kembali Berjaya. Kompas. Hlm 21. Sarwani, M dan S.H. Muswani. 26 Desember 2005. Evaluasi Sektor Finansial. Bisnis Indonesia Hlm B I. Sevilla, C.G., et al. 1993. Pengantar Metode Penelitian. UI-Press, Jakarta. Sharpe, W.,et al. 1990. Investment. 4th edition. Prentice Hall, USA. Statistik Pasar Modal. http://www.bapepam.go.id. [5 Februari 2006] Statistik Aktivitas. http://www.bapepam.go.id/e-monitoring. [11 Maret 2006] Suku Bunga Bank Indonesia. http://www.bi.go.id. [5 Februari 2006] Tarigan, J.R dan M. Suparmoko. 1995. Metode pengumpulan Data (Untuk IlmuIlmu Sosial dan Ekonomi). BPFE, Yogyakarta. Usman, B dan I. Ratnasari. 2004. Evaluasi Kinerja Reksadana Berdasarkan Metode Sharpe, Treynor, Jensen dan M2 : Vol 4 (nomor 2) : hlm 165-193. UU
No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar http://www.bapepam.go.id/hukum/uupm . [2 Februari 2006]
Modal.
Wahyana, C.,et al. 29 Agustus 2005. Bikin Panik tapi Nikmat. Kontan. Hlm 18.
Tanggal
NAB
26-Nov-04 1.341,88 3-Dec-04 1.379,84 10-Dec-04 1.319,06 17-Dec-04 1.375,67 23-Dec-04 1.424,89 30-Dec-04 1.457,52 7-Jan-05 1.554,28 14-Jan-05 1.514,99 21-Jan-05 1.561,62 28-Jan-05 1.593,68 4-Feb-05 1.596,73 11-Feb-05 1.590,71 18-Feb-05 1.643,43 25-Feb-05 1.627,25 4-Mar-05 1.656,64 11-Mar-05 1.678,64 18-Mar-05 1.728,15 24-Mar-05 1.653,46 1-Apr-05 1.590,80 8-Apr-05 1.612,10 Total Return Aritmatik Mean Geometrik Mean Standar Deviasi
Kinerja Per Periode 0,028289 (0,044049) 0,042917 0,035779 0,022900 0,066387 (0,025279) 0,030779 0,020530 0,001914 (0,003770) 0,033142 (0,009845) 0,018061 0,013280 0,029494 (0,043220) (0,037896) 0,013389
Tanggal 15-Apr-05 22-Apr-05 29-Apr-05 6-May-05 13-May-05 20-May-05 27-May-05 3-Jun-05 10-Jun-05 17-Jun-05 24-Jun-05 1-Jul-05 8-Jul-05 15-Jul-05 22-Jul-05 29-Jul-05 5-Aug-05 12-Aug-05 19-Aug-05 26-Aug-05
NAB 1.588,38 1.517,44 1.491,33 1.544,63 1.532,58 1.524,88 1.543,10 1.584,99 1.586,58 1.645,63 1.671,76 1.671,87 1.648,16 1.709,87 1.737,07 1.748,27 1.760,65 1.735,68 1.629,10 1.560,11
Kinerja Per Periode (0,014714) (0,044662) (0,017207) 0,035740 (0,007801) (0,005024) 0,011948 0,027147 0,001003 0,037218 0,015878 0,000066 (0,014182) 0,037442 0,015908 0,006448 0,007081 (0,014182) (0,061405) (0,042349)
Tanggal 1-Sep-05 9-Sep-05 16-Sep-05 23-Sep-05 30-Sep-05 7-Oct-05 14-Oct-05 21-Oct-05 28-Oct-05 1-Nov-05 11-Nov-05 18-Nov-05 25-Nov-05 2-Dec-05 9-Dec-05 16-Dec-05 23-Dec-05 29-Dec-05
NAB 1.506,49 1.567,66 1.534,03 1.483,87 1.529,90 1.538,13 1.544,65 1.527,86 1.494,22 1.493,24 1.455,82 1.481,34 1.505,07 1.540,47 1.600,37 1.587,35 1.597,50 1.599,97
Kinerja Per Periode (0,034369) 0,040604 (0,021452) (0,032698) 0,031020 0,005379 0,004239 (0,010870) (0,022018) (0,000656) (0,025060) 0,017530 0,016019 0,023521 0,038884 (0,008136) 0,006394 0,001546
0,192335 0,003457 0,003091 0,032170
0,985286
0,965631
1,55682E-06 0,000437
1,028289
0,955338
1,040604
0,001743
0,000973181 0,002924
0,955951
0,982793
0,978548
0,000935
1,39922E-05
6,38E-05
1,042917
1,035740
0,967302
0,003179
0,002421222
0,00037
0,056383
0,049206
1,035779
0,992199
1,031020
0,002425
3,20897E-05 0,001979
0,049245
0,005665
1,022900
0,994976
1,005379
0,001322
7,12639E-05 0,000355
0,036366
0,008442
1,066387
1,011948
1,004239
0,006376
0,000645896 0,000313
0,079853
0,025414
0,974721
1,027147
0,989130
0,00014
0,001649388
6,74E-06
1,030779
1,001003
0,977982
0,001958
0,000209357
7,31E-05
1,020530
1,037218
0,999344
0,001156
0,00256891 0,000164
0,033996
0,050684
1,001914
1,015878
0,974940
0,000237
0,000861095 0,000134
0,015380
0,029344
0,996230
1,000066
1,017530
9,4E-05
0,00018311 0,000961
0,009696
0,013532
1,033142
0,985818
1,016019
0,002172
5,12262E-07 0,000869
0,990155
1,037442
1,023521
1,31E-05
0,002591599 0,001368
0,003621
0,050908
1,018061
1,015908
1,038884
0,000994
0,000862811 0,002741
0,031527
0,029374
1,013280
1,006448
0,991864
0,000715
0,000396553
2,84E-05
0,026746
0,019914
1,029494
1,007081
1,006394
0,001846
0,000422191 0,000394
0,042960
0,020547
0,956780
0,985818
1,001546
0,000885
5,13032E-07 0,000225
(0,029754) (0,000716)
0,962104
0,938595
0,000597
0,002298179
(0,024430) (0,047939)
1,013389
0,957651
0,000721
0,000834201
0,026855 (0,028883)
0,057954
(0,001248) 0,041755 (0,031196) (0,030583) (0,003741)
(0,011813) 0,040613 0,044245
0,014469
0,046608 (0,000716)
(0,020903)
(0,016506) (0,012465)
2,05948E-05 0,000261
0,054070
0,013504 (0,047696) 0,053720
0,000564
(0,007986)
(0,040132) (0,020631) (0,041260)
0,001227
(0,019232)
0,001493
0,00168678 0,000861
0,010242 (0,011697) 0,062311
0,000504
-6,6259E-05 0,002772
0,018845
0,013538 (0,013806) 0,010978
0,000492 -0,000116551 0,000207
0,017705
0,026077
0,002082
0,000241404 -2,47E-05
0,00018
0,00105352 -5,76E-05
0,000532
1,1357E-05 0,000169
0,002596 0,012810
0,034280 (0,044790)
0,00033
0,044486
(0,008552)
0,026484
0,00148792 0,002905 7,71728E-05
0,009499 (0,001396)
(0,015252) 0,025941 (0,022182) 0,012019
0,000785 (0,019726)
0,007093
0,037650
0,003058
(0,011594)
(0,001447) (0,008657) (0,037045)
0,030996
(0,005676) (0,000346) 0,021999
0,029485
0,041309 (0,028232) 0,015133
0,036987
(0,011615) 0,015553
0,000241
0,001908247
3,92E-05
-2,23E-05 -0,000254035 0,000429 -5,5E-05 -4,67831E-06 0,000682 0,001925
2,02061E-05 0,000446
0,038630
-4,21E-05
0,000791768 0,001429
0,033044
0,000468
0,000962708
3,47E-05
0,000105727 -9,39E-05
0,052350
0,014851
0,032775
0,005330
0,001298
0,005309 (0,017616)
0,019860
0,032673 (0,010215) 0,009772
0,015012
(0,032300) (0,020408) 0,000440
0,000961
1,46171E-05
(0,020752) (0,060478)
0,000507
0,002899264
0,011487 (0,039190)
0,000308
0,001131899
0,00173
0,001404 -0,000209889 0,000194
0,036851 Covarian
0,000658
6,6E-06
Kovarians dan Beta Reksadana Saham Periode Desember 2004-Desember 2005 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Reksadana Saham Platinum Saham TRIM Kapital Citi Reksadana Ekuitas Phinisi Dana Saham Bahana Dana Prima BNI Dana Berkembang Schroder Dana Prestasi Plus Si Dana Saham Manulife Dana Saham Danareksa Mawar Panin Dana Maksima
Covar 0,000836 0,000751 0,000717 0,000678 0,000666 0,000658 0,000654 0,000637 0,000631 0,000594 0,000496
σm2 0,00071 0,00071 0,00071 0,00071 0,00071 0,00071 0,00071 0,00071 0,00071 0,00071 0,00071
βp 1,171172 1,051933 1,004318 0,950398 0,932455 0,921978 0,916693 0,892782 0,884319 0,832764 0,694344