KAJIAN KESEJAHTERAAN RUSA TOTOL (Axis axis) DI KAWASAN WISATA ALAM KAMPUNG BATU MALAKASARI BALEENDAH KABUPATEN BANDUNG
AL HASNA
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kajian Kesejahteraan Rusa Totol (Axis axis) di Kawasan Wisata Alam Kampung Batu Malakasari Baleendah Kabupaten Bandung adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2015 Al Hasna NIM B04110114
ABSTRAK AL HASNA. Kajian Kesejahteraan Rusa Totol (Axis axis) di Kawasan Wisata Alam Kampung Batu Malakasari Baleendah Kabupaten Bandung. Dibimbing oleh SRI MURTINI dan FADJAR SATRIJA. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kesejahteraan hewan pada rusa totol (Axis axis) di kawasan wisata alam Kampung Batu Malakasari Baleendah Kabupaten Bandung. Data diperoleh dengan melihat kondisi kawasan wisata mengukur area wisata, mengukur area kandang rusa, menghitung jumlah populasi rusa dan menghitung takaran nutrisi pakan rusa. Parameter penilaian kesejahteraan hewan diamati menggunakan penilaian checklist kesejahteraan hewan. Pemeriksaan feses dilakukan pada semua populasi rusa untuk mengamati kondisi kesehatan terkait dengan kesejahteraan hewan. Hasil pengamatan menunjukan bahwa wisata alam memiliki luas area 5.5 Ha dan luas area pemeliharaan rusa 1827 m² dengan fasilitas tempat pakan, tempat minum dan area berlindung. Jumlah populasi rusa sebanyak 19 ekor pada musim kemarau dan 20 ekor pada musim hujan. Jenis pakan yang diberikan ubi, ampas tahu dan rumput. Rata - rata jumlah pakan yang diberikan setiap harinya 50 kg ubi, 20 kg ampas tahu dan 50 kg rumput. Berdasarkan penilaian checklist kesejahteran hewan maka kesejahteraan rusa di kawasan wisata alam Kampung Batu Malakasari dalam kondisi belum baik. Berdasarkan pemeriksaan feses pada musim kemarau diperoleh 2 ekor rusa terinfeksi cacing nematoda dan 10 ekor terinfeksi cacing trematoda dan pada musim hujan diperoleh 5 ekor terinfeksi trematoda. Dengan demikian perlu penanganan kesehatan pada rusa untuk mencegah terjadinya infeksi penyakit. Kata kunci: Axis axis, wisata alam, kesejahteraan hewan
ABSTRACT AL HASNA. Study the Welfare of Spotted Deer (Axis axis) at Kampung Batu Malakasari Natural Touris Park Baleendah Bandung. Supervised by SRI MURTINI and FADJAR SATRIJA. The aim of the research was to study the welfare of spotted deer (Axis axis) at Kampung Batu Malakasari natural touris park Baleendah Bandung. The data taken by observe the condition of the area, deer cage, deer population and their feeding program. Assessment of deer welfare was carried out with using a checklist developed by NAWAC (2007). Faecal examination were done to observe the health condition related to welfare. The observation showed that the natural touris park width is 5.5 Ha and area is 1827 m² the deer cage. The cage is facilitated with shelter, feeding and drinking place. The population in dry season is 19 deers and 20 deers in wet season. The feed composition for deers are sweet potato, waste product of tofu and grass. The average of feed are 50 kg sweet potato per day, 20 kg waste product of tofu and 50 kg of grass. Based on animal welfare assessment, deer in Kampung Batu Malakasari were in poor condition. Based on faecal examination during the dry season showed that 2 deers are infected with Nematodes and 10 deers infected with Trematodes. In wet season 5 deers infected with Trematodes. In conclusion, the deer still need medical attention to prevent of infection from pathogen such as parasites. Keywords: Axis axis, natural touris park, animal welfare
KAJIAN KESEJAHTERAAN RUSA TOTOL (Axis axis) DI KAWASAN WISATA ALAM KAMPUNG BATU MALAKASARI BALEENDAH KABUPATEN BANDUNG
AL HASNA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli 2014 ini ialah kesejahteraan hewan, dengan judul Kajian Kesejahteraan Rusa Totol (Axis axis) di Kawasan Wisata Alam Kampung Batu Malakasari Baleendah Kabupaten Bandung. Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Drh Sri Murtini, MSi selaku pembimbing skripsi sekaligus pembimbing akademik yang selalu memberikan saran dan motivasinya dan kepada Drh Fadjar Satrija, MSc PhD selaku pembimbing skripsi yang selalu memberikan nasihatnya. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Ugun dan Bapak Ilham selaku staf penjaga dari kawasan wisata alam Kampung Batu Malakasari, Drh Suranto selaku Dokter Hewan di kawasan wisata alam Kampung Batu Malakasari dan Bapak Sulaiman beserta staf laboratorium Helmintologi, Bagian Parasitologi dan Entomologi Kesehatan dan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor yang telah membantu selama pengamatan dan pelaksanaan di laboratorium. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada kedua orang tua bapak H.Waryo dan mama Hj Imas Siti Jenab yang selalu mencurahkan kasih sayang, dukungan serta do’a yang tiada henti untuk anak-anaknya dan juga kakak tercinta Al Husna dan Adik-adik tersayang Husni Abdullah, Avie Alhasanah dan Sayyidah Nafiisah serta seluruh keluarga atas segala do’a dan kasih sayangnya. Rasa terima kasih ini juga penulis sampaikan kepada rekan seperjuangan GANGLION terutama Zahra, Civet, Soka, Cindi, Dewi, Anggraeni, Yustin, Dian, Anggi, Rohman, Kenda dan Faris yang menemani saat penelitian dan sebagai motivator, Ryan rekan seperjalanan dan kakak SHAMBALA ka Ayiq dan ka Rani. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Penulis menyadari mungkin masih terdapat penyajian kalimat yang kurang berkenan dalam karya ilmiah ini. Demikian prakata ini penulis akhiri.
Bogor, Agustus 2015 Al Hasna
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
TINJAUAN PUSTAKA
2
Rusa Totol
2
Perilaku berkelompok
3
Perilaku merumput dan makan
3
Perilaku istirahat
3
Perilaku seksual
3
METODE
4
Waktu dan Lokasi
4
Alat dan Bahan
4
Metode
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
5
Kondisi kawasan wisata alam
5
Luas kawasan wisata
5
Luas area kandang rusa
6
Jumlah populasi
6
Takaran nutrisi pakan
7
SIMPULAN DAN SARAN
11
Simpulan
11
Saran
11
DAFTAR PUSTAKA
12
RIWAYAT HIDUP
14
DAFTAR TABEL 1
Parameter kesejahteraan hewan dengan metode checklist
8
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4
Rusa totol (Axis axis) di kawasan wisata alam Kampung Batu Malakasari Denah kawasan wisata alam Kampung Batu Malakasari Kandang rusa dibuat meyerupai lapangan di alam terbuka
2 6 6 Grafik Perkembangan populasi rusa totol (Axis axis) di kawasan wisata Kampung 7 Batu Malakasari
5
Area bersembunyi 2 mengalami roboh akibat angin puting beliung
7
PENDAHULUAN Latar Belakang Pariwisata merupakan suatu pemenuhan kebutuhan dan keinginan masyarakat akan hiburan di waktu senggang dan salah satu industri yang diandalkan oleh banyak negara di dunia termasuk Indonesia (Spillane 1994). Pariwisata di Indonesia adalah salah satu penunjang perekonomian yang memiliki prospek cerah, tetapi hingga saat ini belum memperlihatkan peranan yang sesuai dengan harapan dalam proses pembangunan di Indonesia. Jawa Barat adalah bagian dari daerah di Indonesia yang banyak memiliki potensi sebagai kawasan wisata terutama wisata alam yang asri. Salah satunya Kampung Batu Malakasari yang terdapat di Kabupaten Bandung. Kampung Batu Malakasari adalah kawasan wisata alam bernuansa budaya sunda di Kabupaten Bandung tepatnya di Desa Malakasari, Kecamatan Baleendah. Kawasan wisata ini dibangun dengan tujuan edukasi dan hiburan yang berdiri sejak bulan Juni 2010. Kampung Batu Malakasari menyajikan panorama alam berupa danau kecil dikelilingi oleh bebatuan alam, sawah dan kebun. Kampung Batu Malakasari ini memiliki beberapa hewan yang diternakkan diantaranya adalah sapi, kambing etawa, kelinci, bebek, angsa, ayam dan rusa. Rusa yang dipelihara di Kampung Batu Malakasari bertujuan sebagai sarana edukasi dan hiburan bagi kalangan masyarakat. Jenis rusa yang dipelihara adalah rusa totol (Axis axis). Keberadaan rusa di area wisata alam ini menarik masyarakat untuk mempelajari dan memberi makan hewan secara langsung di area wisata. Pakan yang disediakan di kawasan tersebut adalah berupa hijauan dan umbi-umbian. Menurut Undang - Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kesejahteraan hewan adalah segala urusan yang berhubungan dengan keadaan fisik dan mental hewan menurut ukuran perilaku alami hewan yang perlu diterapkan dan ditegakkan untuk melindungi hewan dari perlakukan setiap orang yang tidak layak terhadap hewan yang dimanfaatkan manusia (Deptan RI 2009). Kesejahteraan hewan di negara berkembang secara umum diklasifikasikan menjadi empat yaitu (1) kesejahteraan hewan kerja; (2) kesejahteraan hewan produksi (susu dan daging); (3) kesejahteraan hewan kesayangan (companion animals); dan (4) kesejahteraan satwa liar dan hewan hasil penangkaran (captive animals) termasuk hewan yang digunakan untuk hiburan (Rahman et al. 2005). Kesejahteraan pada hewan yang dipelihara untuk entertainment/hiburan di kawasan wisata penting diperhatikan, agar hewan tersebut merasa nyaman (tidak stress) terutama saat berinteraksi dengan masyarakat dan dapat terus berkembang biak sehingga terhindar dari kepunahan. Hal tersebut erat kaitannya dengan konsep five freedom (5 kebebasan hewan). Five freedom terdiri atas bebas dari rasa lapar dan haus, bebas dari ketidaknyamanan, bebas dari rasa sakit, cidera, atau penyakit, bebas dari rasa stress dan ketakutan serta bebas untuk mengekspresikan tingkah laku normalnya (DEFRA 2001). Studi pengamatan kesejahteraan hewan di kawasan wisata masih jarang dilakukan terutama untuk hewan jenis rusa, hal ini menggunggah peneliti untuk melakukan penilaian kesejahteraan hewan pada rusa totol (Axis axis) di kawasan wisata alam Kampung Batu Malakasari Baleendah Kabupaten Bandung yang
2 merupakan salah satu area yang memelihara rusa totol (Axis axis) untuk kepentingan hiburan dan edukasi.
Tujuan Penelitian Menilai kesejahteraan pada rusa totol (Axis axis) di kawasan wisata alam Kampung Batu Malakasari Baleendah Kabupaten Bandung.
Manfaat Penelitian Menjadi bahan informasi dan pengetahuan untuk meningkatkan kesejahteraan hewan (animal walfare) dari rusa totol (Axis axis) di kawasan wisata alam Kampung Batu Malakasari Baleendah Kabupaten Bandung dengan tujuan hiburan dan edukasi (pendidikan).
TINJAUAN PUSTAKA Rusa Totol Rusa adalah satwa yang sangat potensial untuk dikembangkan karena dapat menghasilkan daging, tanduk dan kulit yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Rusa termasuk hewan ruminansia yang hidup berkelompok, mudah beradaptasi dalam segala lingkungan, efisien dalam penggunaan pakan serta cepat berkembang biak (Semiadi 1998). Rusa totol (Axis axis) merupakan salah satu spesies rusa yang tinggal di daerah tropis yang disebut indian deer, spotted deer atau chital deer. Jenis rusa totol ini berasal dari India, Nepal, Sikkim dan Sri Lanka (Nowak & Paradiso 1993). Menurut Jacoeb dan Wiryosuhanto (1994), Anderson dan Jones (1967) bahwa klasifikasi rusa totol (Axis axis) termasuk dalam kingdom Animalia, filum Chordata, sub filum Vertebrata, kelas Mammalia, sub kelas Eutheria, ordo Artiodactyla, sub ordo Ruminansia, famili Cervidae, sub famili Cervidae, genus Axis dan spesies Axis axis.
Gambar 1 Rusa totol (Axis axis) di kawasan wisata alam Kampung Batu Malakasari
3 Rusa totol (Axis axis) yang baru lahir mempunyai totol putih, warna dasar cokelat, warna bulu cokelat terang, ekor berambut sikat dengan warna cokelat pada bagian atas dari pangkal ekornya dan bagian bawah daerah ujung ekor dan leher berwarna putih (Jacoeb & Wiryosuhanto 1994). Menurut Grzimek (1972) penampilan rusa totol (Axis axis) memiliki kepala pendek, ranggah di kepala, mata besar, kelopak mata sebelah atas memiliki bulu mata yang lebih panjang dari bulu mata sebelah bawah, kaki dan ekornya panjang. Berat jantan 70–90 kg dengan tinggi gumba 90 cm, berat betina 40–50 kg dengan tinggi gumba 80 cm dan berat lahir 3.5 kg (Semiadi 1998). Rusa totol (Axis axis) memiliki alat pertahanan berupa tanduk/ranggah yang dibentuk dari jaringan tulang yang tumbuh bercabang tiga dan hanya terdapat pada jantan dewasa. Ranggah ini dapat berguna selama musim kawin ketika memperebutkan pasangan (Semiadi et al. 2012). Rusa totol (Axis axis) termasuk satwa liar yang memiliki berbagai perilaku dan proses fisiologi untuk menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan, terdapat perilaku yang khas dari rusa totol (Axis axis) yang terlihat dari perilaku berkelompok, merumput dan makan, istirahat dan seksual. Perilaku berkelompok Kawanan di alam bebas biasanya membatasi aktivitas mereka dengan menandai daerahnya yang dinamai home range (daerah edar). Home range sering berhimpitan dengan daerah home range penghuni lain, dan biasanya penguasa home range tidak berusaha mempertahankannya dari kawanan lain. Daerah yang tidak boleh dimasuki oleh kawanan atau kelompok hewan lain disebut dengan daerah territorial. Penguasa teritori akan menyerang hewan lain yang memasuki daerah tetorinya tersebut (Acker & Cunningham 1991). Perilaku merumput dan makan Pada waktu merumput rusa akan lebih dahulu memilih hijauan paling disukai di sekitar areal teritori sampai batas tertentu, lalu akan kembali ke tempat semula memilih jenis hijaun lainnya. Rusa lebih menyukai hijauan berdaun lunak, basah, serta muda seperti daun legum/ kacang- kacangan dan rumput-rumputan ( Wirdateti et al. 2005). Perilaku istirahat Rusa beristirahat pada pagi hari (06.00–7.00) di daerah dekat pepohonan sebelum melakukan perilaku makan bersama-sama. Kondisi ini ditandai dengan perilaku istirahat bergerombol dan jarak tiap individu tidak berjauhan. Perilaku yang dilakukan selama istirahat adalah memamahbiak. Istirahat dilakukan pada pukul 10.00–13.00 setelah perilaku makan. Perilaku istirahat sore hari dilakukan pukul 15.00–18.00, pada saat itu masing-masing individu beristirahat dalam kelompok-kelompok kecil yang saling berjauhan satu sama lain (Dewi & Wulandari 2011). Perilaku seksual Rusa totol (Axis axis) pada umumnya mempunyai perilaku seksual seperti halnya hewan lain, baik jantan maupun betina. Perilaku seksual pada betina ditandai dengan siklus estrus, memberikan signal estrus dan respon betina untuk melakukan
4 kopulasi. Perilaku seksual jantan ditandai dengan respon prakopulasi yaitu jantan merespon rangsangan seksual betina, pertama-tama dilakukan dengan menginvestigasi (mengendus-ngendus) alat kelamin betina yang meliputi menjilat daerah alat kelamin betina dan membaui urine jika betina melakukan urinasi. Rusa jantan akan melakukan kopulasi (ereksi dan ejakulasi) dan dilanjutkan periode pasca kopulasi yaitu menjilat alat kelamin, merawat tubuh jantan, mengikuti betina (Basuni 1987). Kesejahteraan hewan didefinisikan dalam Terestrial Animal Health Code (WOAH 2012) sebagai suatu kemampuan seekor hewan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat hidupnya, kesejahteraan hewan juga merujuk kepada keadaan normal hewan dan perlakuan yang didapatkan oleh hewan tersebut. Selain itu kesejahteraan juga dapat diartikan sebagai hubungan individu (hewan), beserta tingkah laku alami hewan tersebut dengan lingkungannya. Berdasarkan Keputusan National Animal Welfare Advisory Committe (2007) telah ditetapkan Kesejahteraan Hewan (Animal Walfare) sejak tahun 1999 dan diperkuat pada tanggal 1 januari 2000 sebagai dasar ketetapan wajib yang berhubungan dengan kepedulian pada hewan. Ketetapan tersebut ditulis sebagai persyaratan umum dan kode dari kesejahteraan. Kode tersebut dapat memenuhi standar dan rekomendasi berhubungan dengan segala aspek dari kepedulian terhadap hewan. Kode ini digunakan sebagai acuan untuk setiap kalangan yang terlibat dalam merawat rusa. Kampung Batu Malakasari merupakan kawasan wisata alam dan pendidikan yang berada di Kabupaten Bandung tepatnya di Desa Malakasari, Kecamatan Baleendah. Kawasan wisata ini berdiri sejak bulan juni tahun 2010 dengan luas ± 5 Ha dan memiliki banyak kategori geowisata, ekowisata dan agrowisata (Damayanti 2012). Kampung Batu Malakasari ini memiliki beberapa hewan yang diternakkan diantaranya 23 ekor kambing, 2 ekor sapi, 8 ekor itik, 20 ekor angsa, dan 18 ekor rusa. Hewan yang diternakkan tersebut bertujuan sebagai hiburan dan pendidikan. Biasanya sebagai study tour bagi kalangan playgroup sampai tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA).
METODE Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli - September 2014 (musim kemarau) dan Januari - Maret 2015 (musim hujan) bertempat di kawasan wisata alam Kampung Batu Malakasari Baleendah Kabupaten Bandung. Alat dan Bahan Alat yang digunakan untuk pengamatan yaitu kertas, alat tulis, kamera dan meteran sedangkan bahan yang digunakan adalah data primer yang diambil pada fasilitas penangkaran rusa di kawasan wisata alam Kampung Batu Malakasari Baleendah Kabupaten Bandung. Data primer merupakan hasil dari pengamatan kegiatan dalam pemeliharaan rusa totol (Axis axis). Data sekunder terdiri dari
5 kondisi cuaca yang diperoleh dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kabupaten Bandung.
Metode 1. Pengamatan kondisi di kawasan wisata alam Kondisi wisata alam diamati secara langsung dengan cara mengukur area wisata secara keseluruhan, mengukur luas area kandang, menghitung jumlah populasi rusa dan takaran nutrisi pakan rusa. 2. Penilaian kondisi kesejahteraan hewan rusa melalui penilaian ceklis Kondisi kesejahteraan rusa dinilai dengan mengamati parameter-parameter dari prinsip lima kebebasan (Five freedom principles) dengan menggunakan checklist yang dikembangkan oleh NAWAC (2007). 3. Pemeriksaan feses (tinja) pada rusa Pemeriksaan tinja dilakukan untuk mengevaluasi kondisi kesehatan rusa totol (Axis axis). Kondisi kesehatan merupakan aspek dari perawatan kesejahteraan hewan dari parameter kesejahteraan hewan bebas dari rasa sakit, luka dan kesakitan. Sampel dikoleksi dari seluruh rusa yang berada di kawasan wisata baik pada musim kemarau maupun musim hujan. Pemeriksaan feses dilakukan dengan metode pengapungan untuk memeriksa keberadaan telur cacing nematoda sedangkan uji penyaringan bertingkat untuk memeriksa keberadaan cacing trematoda (Hansen & Perry 1994).
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi kawasan wisata alam Luas kawasan wisata Kawasan wisata alam Kampung Batu Malakasari mempunyai luas 5.5 Ha. Kawasan ini terdiri atas beberapa bagian yaitu danau, bukit batu, kandang pemeliharaan rusa, area ruminansia, area unggas, kebun percobaan, kandang kelinci, villa penginapan, sawah, aula, kolam outbound, tektona waterpark, kantor pemasaran, area parkir, kebun singkong dan ubi serta tempat pembakaran. Tata letak kawasan wisata ini tersaji pada Gambar 2.
6
Gambar 2 Denah kawasan wisata alam Kampung Batu Malakasari (Sumber : wisata alam Kampung Batu Malakasari) Luas area kandang rusa Ukuran kandang secara keseluruhan yaitu 63 m (panjang) x 29 m (lebar) setara dengan 1827 m2. Terdapat 2 area bersembunyi, area 1 berukuran 3.8 m x 4.5 m x 1.5 m beratap seng dan tiang penyangga yang terbuat dari kayu, area 2 berukuran 6 m x 7 m x 1.5 m beratap ijuk dan tiang penyangga terbuat dari kayu. Area bersembunyi disediakan untuk semua hewan di kandang agar dapat berlindung dan dibuat sesuai kondisi alamiahnya. Di dalam area 1 terdapat tempat pakan untuk menempatkan rumput dan pakan lainnya. Di kandang tersebut juga disediakan tempat untuk minum.
Gambar 3 Kandang rusa dibuat menyerupai lapangan di alam terbuka Jumlah populasi Berdasarkan hasil pengamatan diperolah jumlah rusa totol (Axis axis) di kawasan wisata Kampung Batu Malakasari adalah 20 ekor. Jumlah populasi rusa tersebut disajikan dalam Gambar 4.
7
Jumlah populasi (ekor)
12 10 8 6
Kemarau (Juli-September 2014)
4
Hujan(Januari-Maret 2015)
2 0 Betina
Jantan
Anakan
Data rusa
Gambar 4 Grafik Perkembangan populasi rusa totol (Axis axis) di kawasan wisata Kampung Batu Malakasari Pengamatan di musim kemarau menunjukan ada 19 ekor rusa yang dipelihara di kawasan tersebut. Satu diantara sepuluh ekor rusa betina sedang bunting dengan usia kebuntingan lima bulan. Menurut Basuni (1987) masa kebuntingan rusa berkisar antara 8–9 bulan (267–284 hari). Perkiraan kelahiran anakan rusa sekitar bulan Oktober 2014. Pengamatan jumlah populasi dilanjutkan kembali ketika memasuki musim hujan pada bulan Januari 2015. Terjadi penambahan sekaligus pengurangan jumlah populasi. Penambahan populasi yaitu sebanyak dua ekor anakan, sedangkan pengurangan populasi sebanyak satu ekor rusa jantan, sehingga total populasi pada bulan Januari di area wisata menjadi 20 ekor. Pengurangan jumlah populasi disebabkan oleh angin puting beliung yang menyebabkan kematian satu ekor rusa jantan.
Gambar 5 Area bersembunyi 2 mengalami roboh akibat angin puting beliung Takaran nutrisi pakan Pemberian pakan dilakukan tiga kali sehari, pada pagi hari pukul 08.00 WIB diberikan 2 karung rumput, siang hari pukul 12.00 WIB diberikan 1 karung ubi dan
8 sore hari pukul 16.00 diberi 2 karung rumput, 2 karung rumput setara dengan 50 kg sedangkan 1 karung ubi setara dengan 50 kg. Diberikan pakan ampas tahu pada siang hari sebagai selingan, pemberiannya tidak rutin setiap hari, hanya 3 kali dalam seminggu. Air untuk minum berasal dari sumur sehingga layak minum. Air minum ini ditempatkan pada kolam berukuran 2.6 m x 2.1 m dan tinggi 0.4 m sehingga volume kolam tersebut kurang lebih 2184 liter (m3) di tengah area kandang. Hasil pengamatan terhadap kondisi kesejahteraan hewan dari rusa totol (Axis axis) dengan metode checklist berdasarkan NAWAC (2007) disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Parameter kesejahteraan hewan dengan metode checklist Parameter
Terpenuhi
Pengelola (owner )
Pakan Air minum
√
Tempat berlindung (shelter) Fasilitas -Sanitasi kandang
√
-Ventilasi udara -Pencahayaan -Kecocokan alas lantai Restrain (handling)
√ √
Peralatan (furniture) Kecocokan berkelompok Pemisahan jantan dewasa (bertanduk keras) Perawatan anak rusa
√ √
Pengelola belum mendapatkan pelatihan animal welfare Kualitas air tidak memenuhi standart air minum
√
Banyak kotoran di area kandang
√
√ √ √ Tidak dapat diamati
Keterangan
√
√ √
Penyapihan anak rusa Perawatan kesehatan Pre- transportasi
Tidak terpenuhi √
Tidak dapat diamati
Rusa tidak dapat di handle dan tidak ada fasilitas handling
Belum ada lokasi yang cocok untuk memisahkan rusa jantan Belum dilakukan karena ketidaktahuan petugas Belum dilakukan karena ketidaktahuan petugas Rusa pernah ditransportasikan dari Bogor ke kawasan wisata alam Bandung
9 Pengaruh terhadap kesejahteraan hewan terkait dengan kesehatan yang berhubungan dengan salah satu dari lima kebebasan (five freedom) seperti bebas dari rasa sakit, luka dan kesakitan dilakukan melalui pemeriksaan feses. Hasil pemeriksaan feses pada musim kemarau diperoleh 2 ekor rusa terinfeksi cacing nematoda dan 10 ekor terinfeksi cacing trematoda dan pada musim hujan diperoleh 5 ekor terinfeksi trematoda. Penerapan Lima Aspek Kebebasan dalam Kesejahteraan Hewan Penilaian terhadap penerapan aspek kebebasan dalam kesejahteraan hewan rusa totol (Axis axis) di kawasan wisata alam Kampung Batu Malakasari dibagi menjadi 5 aspek yaitu bebas dari rasa lapar dan haus; bebas dari rasa tidak nyaman; bebas dari rasa sakit luka dan penyakit; bebas mengekspresikan tingkah laku alami; dan bebas dari rasa takut dan tertekan. Bebas dari rasa lapar dan haus Terdapat beberapa hal yang menjadi dasar penilaian kebebasan dari rasa lapar dan haus yaitu jumlah pakan dan air minum yang disediakan, kondisi pakan dan air minum, akses terhadap pakan dan air minum serta jenis pakan dan air minum (DEFRA 2001). Hasil observasi lapangan yang diperoleh memperlihatkan bahwa jumlah pakan dan air minum yang disediakan telah mencukupi kebutuhan karena pakan dan air minum diberikan secara teratur setiap harinya. Air minum yang diberikan ditampung pada kolam yang dapat menampung 2184 liter air sehingga setiap rusa kurang lebih mendapatkan 115 liter air/ hari. Menurut Susilorini et al. (2010) rata-rata kebutuhan air minum setiap ekor rusa per hari yaitu 3 liter berdasarkan acuan maka air yang disediakan lebih dari cukup. Namun, kualitas air yang diberikan belum memenuhi standar kualitas air minum. Berdasarkan penelitian Hasnawati et al. (2006) pada rusa totol (Axis axis) di Taman Monas Jakarta kebutuhan pakan rata-rata rusa per ekor adalah 5 kg/hari. Jenis pakan yang diberikan tidak berbeda pada musim kemarau maupun musim hujan. Populasi rusa pada musim hujan ada 20 ekor lebih banyak dari pada musim kemarau karena adanya penambahan kelahiran 2 ekor, sedangkan jumlah pemberian pakan tidak berubah, sehingga masing masing hewan mendapatkan takaran yang lebih sedikit dibandingkan musim kemarau. Sementara itu, pada musim hujan di area kandang tumbuh rumput yang dapat dijadikan sebagai sumber pakan tambahan. Pada pengamatan yang telah dilakukan bahwa jenis pakan yang diberikan setiap hari berupa rumput yang mencapai kurang lebih 5 kg/ekor. Pemberian rumput tersebut tergolong cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi rusa. Selain rumput diberikan juga pakan tambahan berupa ubi sebagai sumber karbohidrat. Menurut National Animal Welfare Advisory Committe (2007) pakan yang mengandung karbohidrat sangat dibutuhkan agar dapat mencegah terjadinya gangguan pencernaan dan dapat meningkatkan kebutuhan gizi rusa. Bebas dari rasa tidak nyaman Aspek penilaian terhadap kebebasan rusa dari rasa tidak nyaman yaitu lebih mengarah pada kondisi kandang beserta lingkungan di sekitar kandang yang mencakup luas kandang, kecocokan alas lantai, ventilasi yang memadai, suhu dan kelembaban yang cukup (DEFRA 2001). Hewan akan merasa nyaman jika berada pada
10 lingkungan yang tepat. Lingkungan yang tepat biasanya sesuai dengan habitat alamiahnya. Pemeliharaan rusa tidak dilakukan di dalam kandang melainkan di alam terbuka menyerupai lapangan yang luas. Hasil pengukuran didapatkan rata-rata luas area kandang rusa adalah 96 m² dengan berat badan rusa totol jantan berkisar 70 kg dan betina 40 kg, maka kondisi ini masih mencukupi dikarenakan menurut National Animal Welfare Advisory Committe (2007) minimum luas area setiap ekor rusa yaitu 1.2 m² untuk 50 kg rusa sampai dengan 1.8 m² untuk 60 kg rusa. Alas lantai berupa tanah telah sesuai dengan habitat alamiahnya akan tetapi kurangnya pepohonan dan rerumputan sehingga ketika musim kemarau akan terlihat gersang dan musim hujan terlihat becek. Oleh sebab itu, rusa merasa tidak nyaman karena lantai kandang yang belum sesuai dengan habitatnya dan merasa bosan sehingga pada waktu malam hari rusa dapat kabur dengan melompati pagar ke luar area kandang dan hal ini akan menyebabkan rusa menjadi cepat stress. Ventilasi udara cukup bagus karena area kandang terbuka sehingga kandang dirancang dengan ventilasi optimal. Kawasan wisata alam Kampung Batu Malakasri Kabupaten Bandung, suhu di daerah Kabupaten Bandung berkisar 18 ºC– 30 ºC dengan kelembaban 84% pada musim hujan dan 41% pada musim kemarau, curah hujan 1500 mm – 4000 mm (BMKG 2015). Kondisi suhu, kelembaban, dan curah hujan ini memiliki kesamaan dengan kondisi pemeliharaan rusa di halaman istana Bogor dan Monas.
Bebas dari rasa sakit luka dan kesakitan Bebas dari rasa sakit luka dan kesakitan adanya perawatan kesehatan dari Dokter hewan, pemberian vitamin dan pemeriksaan cacing parasit (parasite control) (DEFRA 2001). Perawatan kesehatan dilakukan secara rutin pada setiap minggunya sehingga ketika ada rusa yang mengalami luka dapat langsung ditangani. Penanganan rusa tersebut harus melalui cara penanganan yang baik seperti rusa di tempatkan pada ruangan yang gelap agar merasa tenang. Namun, hasil pengamatan menunjukan bahwa rusa tidak dapat dikendalikan (handle) dan didekati dengan mudah sehingga dokter hewan yang merawat rusa di kawasan wisata ini, memberikan obat berupa antibiotik dalam bentuk spray yaitu Oxytetracycline Spray, pemberiannya dipancing dengan memberikan makanan seperti ubi agar rusa dapat mendekat. Berdasarkan rekomendasi National Animal Welfare Advisory Committe (2007) pemberian vitamin dan suplemen sangat perlu dilakukan untuk menjaga daya tahan tubuh. Pemberian vitamin dilakukan secara rutin yaitu diberikan multivitamin oral 5 ml per hari dicampurkan pakan berupa ampas tahu dan khusus betina bunting dan masa laktasi diberikan suplemen mineral (Minevit Milko®) 1– 2 sendok dalam 1 kg pakan. Pemeriksaan cacing parasit ini berhubungan dengan sanitasi di area kandang. Sanitasi kandang perlu diperhatikan saat pemeliharaan rusa karena sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup rusa. Rusa termasuk hewan liar dan habitat aslinya di area terbuka tidak menutup kemungkinan sanitasi area kandang belum baik. Hasil pengamatan didapatkan secara berkala pada kandang terbuka di area wisata ada kotoran yang berserakan dimana-mana dan sampah daun kering yang menyebabkan terjadinya kontaminasi agen penyakit seperti cacing di area tersebut. Infeksi cacing dapat menyebabkan kesehatan rusa terganggu. Hasil pemeriksaan feses pada musim kemarau diperoleh 2 ekor rusa terinfeksi cacing
11 nematoda dan 10 ekor terinfeksi cacing trematoda dan pada musim hujan diperoleh 5 ekor terinfeksi trematoda untuk dapat mencegah terjadinya infeksi yang lebih besar dokter hewan di kawasan wisata melakukan pemberian obat cacing albendazol cair dengan dosis 4.55 ml jantan dan 2.6 ml betina pemberian obat dilakukan secara oral melalui pisang. Bebas dari rasa takut dan tertekan Rasa takut dan tertekan pada rusa terjadi ketika ada gangguan dari hewan pemangsa atau predator seperti anjing dan orang asing yang tidak dikenal. Hasil pengamatan menunjukan tidak ada predator di area kandang dan tidak ditemukan anjing yang berkeliaran di sekitar kawasan wisata Kampung Batu Malakasari. Perilaku tertekan diamati dari munculnya perilaku abnormal atau stereotipe seperti rusa berjalan secara berputar-putar, rusa berjalan maju mundur dan rusa meloncati pagar (NAWAC 2007). Rasa takut dan tertekan dapat terjadi apabila banyaknya wisatawan yang mengunjungi area pemeliharaan rusa sehingga dari hasil pengamatan hewan yang dipelihara belum sepenuhnya terbebas dari rasa takut dan tertekan. Bebas untuk mengekspresikan prilaku alamiah Kandang yang terbuka dan cukup luas dapat membuat rusa mengekspresikan perilaku alamiah. Namun di lapangan didapatkan kondisi kandang yang kurang memadai seperti kurang lengkapnya enrichement (pengayaan) seperti bambu, semak belukar, pohon dan tempat pakan yang tergantung (NAWAC 2007). Perilaku alamiah rusa dapat terlihat ketika musim kawin. Rusa jantan dewasa saling berkelahi untuk memperebutkan betina (Fajri 2000).
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Kesejahteraan hewan rusa totol (Axis axis) di kawasan wisata alam Kampung Batu Malakasari Baleendah Kabupaten Bandung belum cukup baik dikarenakan terdapat beberapa parameter seperti bebas dari rasa lapar dan haus, bebas dari rasa sakit luka dan kesakitan, bebas dari rasa takut dan tertekan serta bebas untuk mengekspresikan perilaku alamiah yang masih belum terpenuhi. Saran 1. Perlu diadakan pelatihan mengenai Animal welfare pada pengelola dan petugas pemeliharaan rusa di kawasan wisata Kampung Batu Malakasari. 2. Diperlukan area kandang yang berbeda untuk menempatkan salah satu rusa jantan dewasa (bertanduk keras).
12
DAFTAR PUSTAKA Acker D, Cunningham M. 1991. Animal Science and Industry. 4th ed. New Jersey (US): Prentice-Hall. Anderson S, Jones JK. 1967. Recent Mammals of the World: A Synopsis of Families. New York (US): Ronald Pr Co. Basuni S. 1989. Manajemen perkembangbiakkan dalam usaha penangkaran rusa (Cervus spp) ditinjau dari aspek perilakunya [internet]. [diunduh 3 Januari 2015]. Tersedia pada: http://journal.ipb.ac.id [BMKG] Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. Perkiraan Cuaca Provinsi Jawa Barat [internet]. [diunduh 23 Juni 2015]. Tersedia pada: http://meteo.bmkg.go.id Damayanti AD. 2012. Analisis karakteristik wisatawan dan persepsi wisatawan mengenai fasilitas wisata di Kampung Batu Malakasari Kab Bandung [skripsi]. Bandung (ID): Universitas Pendidikan Indonesia. [DEFRA] Departement of Environment Food and Rural Affair. 2001. A Guide to Animal Welfare in Nature Conservation Grazing. London (UK): Departement of Environment Food and Rural Affair. [DEPTAN RI] Departemen Pertanian Republik Indonesia. 2009. Undang - Undang Nomor 18 tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan. Jakarta (ID): Deptan RI. Dewi BS, Wulandari E. 2011. Studi perilaku harian rusa sambar (Cervus unicolor) di taman wisata alam Bumi Kedaton. J.Sains MIPA. 17(2):75-82. Fajri S. 2000. Perilaku harian rusa totol (Axis axis) yang dikembangbiakkan di padang rumput halaman Istana Negara Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Grzimek B. 1972. Grzimek’s Animal Life Encyclopedia. Volume 13: Mammals IV. New York (US): Van Nostand Reinhold Co. Hasnawati, Alikodra HS, Mustari AH. 2006. Analisis populasi dan habitat sebagai dasar pengelolaan rusa totol (Axis axis) di Taman Monas Jakarta. Media Konservasi. 2(11):46-51. Hansen J, Perry B. 1994. The Epidemiology, Diagnosis, and Control of Helminth Parasites of Ruminants. Nairobi (KE): The International Laboratory for Research on Animal Diseases. Jacoeb TN, Wiryosuhanto SD. 1994. Prospek Budidaya Ternak Rusa. Yogyakarta (ID): Kanisius. [NAWAC] National Animal Welfare Advisory Committe. 2007. A code of welfare issued under the Animal Welfare Act 1999. Wellington (NZ): Ministry of Agriculture and Forestry. Nowak RM, Paradiso JL. 1983. Walker’s of the World.4thed. London (UK): The Jhons Hopkins University Pr. Rahman SA , Walker L, Ricketts W. 2005. Global perspective on animal welfare: Asia, the Far East, and Oceania. Rev. sci. tech. Off. int. Epiz. 24(2):597-610. Semiadi G. 1998. Budidaya Rusa Tropik sebagai Hewan Ternak. Masyarakat Zoonosis Indonesia. Jakarta (ID): Armas Duta Jaya.
13 Semiadi G, Nugraha RTP, Jamal Y. 2012. Suplementasi ranggah muda rusa sambar Memperbaiki pertumbuhan tulang femur, bobot otot dan ketahanan fisik tikus putih. Jurnal Veteriner. 13(4):371-377. Spillane JJ. 1994. Pariwisata Indonesia Siasat Ekonomi dan Rekayasa Kebudayaan. Yogyakarta (ID): Kanisius. Susilorini TE, Sawitri ME, Muharlien. 2010. Budidaya 22 Ternak Potensial. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Wirdateti, Mansur M, Kundarmasno A. 2005. Behavioral study of Timor Deer (Cervus timorensis) in PT Kuala Tembaga, Aertembaga Village, BitungNorth Sulawesi. Animal Production. 7(2):121-126. [WOAH] World Organisation for Animal Health. 2012. OIE recommendations on the competencies of graduating veterinarians (‘day 1 graduates’) to assure national veterinary services of quality [Internet]. [Diunduh 13 Juli 2014]. Tersedia pada : http://www.oie.int.
14
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 2 Juli 1993. Penulis adalah anak kedua dari lima bersaudara dari pasangan H Ir Waryo dan Hj Imas Siti Jenab. Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Mubarokul Huda pada tahun 2000 dilanjutkan ke SDN Kamasan I dan lulus pada tahun 2006. Penulis melanjutkan kembali pendidikan di SMP Insan Kamil Bogor dan Lulus pada tahun 2009. Sekolah Menengah Atas penulis tempuh di SMA Insan Kamil Bogor dan lulus pada tahun 2011. Penulis diterima dan masuk Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Undangan. Selama pendidikan di Institut Pertanian Bogor penulis aktif di Himpro Ornithologi dan Unggas periode 2012-2014, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) tahun 2013 dan Gita Klinika FKH IPB tahun 2015.