9
II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1.
Domba Lokal Domba adalah ternak pemakan rumput yang mempunyai sifat kurang
selektif terhadap pakan yang diberikan ( Wodzicka et all., 1993). Secara umum domba dapatdiklasifikasikan sebagai berikut : Phylum
: Chordata
Class
: Mammalia
Ordo
: Artiodactyla
Familia
: Bovidae
Genus
: Ovis
Spesies
: Ovis aries
( Blackely dan Bade, 1991 ). Menurut Edey (1983) secara umum domba memiliki tiga hal yang penting yaitu produksi wol, produksi daging, dan produksi susu.
Produksi wool
merupakan hal yang paling unggul, meskipun domba merupakan penghasil wol yang utama tetapi juga dapat menghasilkan daging, dan wol merupakan sumber kedua yang terpenting sebagai pendapatan. Domba ini tahan hidup di daerah kurangbaik dan pertumbuhan domba ini sangat lamban Domba lokal mampu hidup didaerah gersang,tubuh domba ini tidak berlemak dan daging yang dihasilkan sedikit, namun beberapa orangmenyatakan daging domba ini lebih enak dibandingkan domba lainnya (Mulyono, 1998). Terdapat dua jenis utama domba asli indonesia yaitu domba ekot tipis dan domba ekor gemuk. Dari ke dua jenis tersebut terdapat jenis domba lokal dan
10
hasil dari persilangan. Domba ekor tipis dominan ada di Jawa Barat yang dikenal dengan nama domba priangan. Domba bogor dan garut merupakan sub tipe domba priangan. Domba garut dikenal sebagai domba adu dan berbeda dengan domba ekor tipis yang ukurannya besar, profil wajah yang cembung, memiliki telinga besar, dan memiliki bulu pada lehernya. Domba ekor tipis merupakan ternak yang berukuran kecil, dengan bobot potong rata-rata 20 kg. Pada bagian hidung dan mata biasanya berwarna putih tapi umumnya warna hitam. Ekor domba ini tidak berlemak dan tidak panjang mencapai lutut kaki (Edey, 1983). Domba ekor gemuk sangat mendominasi di jawa bagian timur dan madura. Domba ini berasal dari asia tenggara yang dibawa oleh pedagang arab. Semua domba ini telah berkembangbiak di madura dan ekor dari domba ini dapat menyentuh lantai. Di Jawa Timur, ekor domba cenderung kecil mungkin karena hasil dari persilangan dengan domba ekor tipis sebelumnya. Tipe domba ekor gemuk benar-benar berwarna putih dan tanduk tidak begitu terlihat pada kedua jenis kelamin. Domba ekor gemuk lebih besar dari pada domba ekor tipis memiliki berat hidup rata – rata 25 kg (Edey, 1983). 2.2.
Semen Semen adalah sekresi kelamin jantan yang secara normal diejakulasikan ke
dalam saluran kelamin betina sewaktu kopulasi, tetapi dapat pula ditampung dengan berbagai cara untuk keperluan inseminasi buatan (Toelihere, 1985). Semen terdiri dari dua bagian, spermatozoa (sperma) atau sel kelamin jantan yang bersuspensi di dalam suatu cairan atau medium semi glatinous yang disebut plasma semen, sebagaimana darah yang terdiri dari sel – sel dan plasma darah. Spermatozoa dihasilkan di dalam testes. Produksi sperma oleh testes maupun produksi plasma semen oleh kelenjar – kelenjar kelamin pelengkap kedua – dua
11
nya dikontrol oleh hormon.
Testes dipengaruhi oleh FSH dan LH dari
adenohypophysa sedangkan testes sendiri menghasilkan hormon testosteron yang mengontrol perkembangan dan sekresi kelenjar – kelenjar kelamin pelengkap (Toelihere, 1985). Perbedaan anatomi kelenjar – kelenjar kelamin pelengkap pada berbagai jenis hewan menyebabkan pula perbedaan – perbedaan volume dan komposisi semen spesies – spesies tersebut. Semen domba mempunyai kolom yang kecil dengan konsentrasi sperma yang tinggi sehingga memberi warna krem (Toelihere, 1985). Setiap spermatozoa terdiri dari bagian kepala dimana terkumpul bahan – bahan genetik dan bagian ekor yang menyebabkan spermatozoa dapat bergerak maju sendiri (Feradis (b), 2010). Pada domba, sapi, babi, dan kuda fruktosa, sorbitol, asam sitrat dan inositol dihasilkan oleh kelenjar vesikularis, walaupun dalam tingkatan yang berbeda. Fruktosa merupakan zat gula yang ditemukan dari semen sapi, domba, dan babi yang berasal dari glukosa darah.
Konsentrasi
fruktosa dalam semen domba sangat tinggi dan merupakan makanan utama bagi spermatozoa (Toelihere, 1985). 2.3.
Pengenceran Agar penggunaan pejantan yang bebas penyakit dan bermutu genetik
tinggi secara maksimal dapat tercapai dalam program inseminasi buatan, maka daya fertilitas spermatozoa harus diawetkan untuk beberapa lama setelah penampungan. Untuk itu semen perlu dicampur dengan larutan pengencer yang menjamin kebutuhan fisik dan kimiawinya dan disimpan pada suhu dan kondisi tertentu yang mempertahankan kehidupan spermatozoa selama waktu yang diinginkan untuk kemudian dipakai sesuai dengan kebutuhan (Feradis, 2010(a)). Segera sesudah penampungan semen harus diperlakukan dengan hati – hati untuk
12
mencegah cold shock, goncangan yang berlebihan, dan terkena sinar matahari secara langsung (Feradis, 2010(a)). Kerusakan sperma karena cold shock dapat dikurangi apabila semen dicampur dengan suatu bahan pengencer atau pelindung sebelum didinginkan pada suhu 50C (Toelihere, 1993). 2.3.1. Fungsi Pengencer 1. Menyediakan zat – zat makanan sebagai sumber energi bagi spermatozoa 2. Melindungi spermatozoa dari cold shock. 3. Menyediakan suatu penyangga untuk mencegah perubahan pH akibat pembentukan asam laktat dari hasil metabolismme sperma. 4. Mempertahankan tekanan osmotik. 5. Mencegah pertumbuhan kuman. 6. Memperbanyak volume semen sehingga lebih banyak hewan betina dapat di inseminasi denga satu kali ejakulat. 2.3.2. Syarat Pengencer 1. Bahan pengencer hendaknya murah, sederhana, praktis dibuat, tetapi mempunyai daya preservasi yang tinggi. 2. Pengencer harus mengandung unsur yang hampir sama sifat fisika dan kimiawi denga semen dan tidak boleh mengandung zat toksik atau racun terhadap sperma. 3. Pengencer harus tetap mempertahankan dan tidak membatasi daya fertilitas sperma. 4. Pengencer harus memberi kemungkinan penilaian sperma sesudah pengenceran.
13
2.4.
Morfologi Sperma merupakan satu sel kecil, kompak, dan sangat khas, yang tidak
bertumbuh atau membagi diri. Secara esensial sperma terdiri dari kepala yang membawa materi herediter paternal, dan ekor yang mengandung sarana penggerak. Sperma tidak memegang peranan apapun dalam fisiologi hewan yang menghailkannya dan hanya melibatkan diri dalam pembuahan untuk membentuk individu baru sejenis darimana sperma berasal. Sperma tidak memiliki sitoplasma yang khas bagi kebanyakan sel. Struktur morfologi sperma sama pada berbagai jenis hewan (Telihere, 1985). 1. Kepala Sperma Kepala spermatozoa berbentuk oval memanjang, lebar dan datar pada satu pandangan dan sempit pada pandangan lain dengan bagian paling tebal pada pangkal kepala yang melangsing ke apex yang tipis. Kepala sperma terisi sepenuhnya dengan materi inti, kromosom, terdiri dari DNA (Deoxyriribonucleic Acid) yang bersenyaea denga protein. Informasi genetik yang dibawa oleh dpertmatozoa disimpan dalam molekul DNA yang tersusun oleh banyak nukleotida. DNA adalah materi penterjemah genetik yang sangat padat. Setiap spermatozoon mengandung kurang lebih 2,5 milyar informasi penting untuk membentuk foetus walaupun diperlukan 300 milyar spermatozoa untuk membentuk 1 gram DNA (Foote, 1966 dalam Toelihere 1985). Bagian anterior selubung inti atau selubung dalam akrosoma di modifiser untuk membentuk perforatorium yang kurang berkembang pada sperma hewan – hewa peliharaan dibandingkan dengan sel – sel sperma tikus (Hancock, 1966 dalam Toelihere 1985).
14
2. Leher Sperma Bagian leher sperma merupakan bagian yang paling lemah dan mempunyai panjang kira – kira 0,5 mikron. Leher ini menghubungkan kepala dan bagian tubuh. Bagian proximal dari leher dibatasi oleh sebuah bonggol bagian belakang. Tubuh dari spermatozoa berbentuk silindris dan di bawah mikrosop biasa tubuh ini lebih lebar dari pada bagian lehernya, sedangkan bila dilihat di bawah mikrosop elektron tubuh spermatozoa tampak lebih sempit dari pada lehernya. Di bagian tengah dari tubuh ini terdapat filamen aksis yang bermula dibagian leher sampai ujung ekor. Seluruh tubuh spermatozoa dibungkus oleh lapisan atau pelindung yang disebut pembungkus sitoplasmik (Feradis, 2010(a)). 3. Ekor Sperma Ekor sperma yang panjang (40 – 50 mikron) dapat dibagi atas 3 bagian : bagian tengan, bagian utama, dan bagian ujung dan berasal dari sentriol spermatid selama spermyogenesis. Yang dapat memberi gerak maju kepada spermatozoa dengan gelombang yang dimulai di daerah implantasi ekor sampai kepala dan berjalan ke arah distal sepanjang ekor. Ujung anterior bagian tengah yang berhubungan dengan kepala dikenal sebagai daerah implantasi, pemisahan kepala dari ekor dapat terjadi di daerah ini. Terdapat selubung mitokondria yang berasal dari pangkal kepala membentuk dua struktur spiral ke arah berlawanan dengan arah jarum jam, helix mitokondria, yang kontinue sepanjang bagian tengah ekor sampai ke cincin terminal atau daerah centriol distal. Selubung mitokondria mempunyai tebal lebih kurang 0,1 mikron dan membungkus seberkas fibril di bawahnya. Bagian tengah ekor merupakan bagian mesin yang
15
memberi energi untuk kehidupan pergerakan spermatozoa oleh proses metabolik yang berlangsung di dalam helix mitokondria. Mitokondria mengandung enzim – enzim yang berhubungan dengan metabolisme eksudatif spermatozoa. Bagian ini kaya akan phospholipid, lecitin, dan plasmalogen. Plasmalogen mengandung satu gugus aldehyd lemak dan satu asam lemak yang berhubungan dengan glycerol maupun asam phospor. Asam - asam lemak dapat dioksidasi dan merupakan sumber energi endogen untuk aktivitas sperma. Enzim yang merombak fructosa menjadi asam laktat terdapat diantara fibril ekor. Bagian utama dari ekor sperma mengandung sebagian besar mekanisasi daya gerak spermatozoa (Toelihere, 1985). 2.5.
Motilitas Sperma Ciri utama spermatozoa adalah motilitas atau daya gerak yang dijadikan
patokan atau cara yang paling sederhana dalam penilaian semen untuk inseminasi buatan. Ekor spermatozoa mengandung semua sarana yang perlu untuk motilitas. Fibril besar di bagian luar ekor merupakan elemen – elemen kintraktil dan sanggup menyebarkan kontraksi lokal menyusuri panjangnya.
Fibril kecil di
bagian dalam dikhususkan untuk penyimpanan cepat implus – implus yang timbul secara ritmik pada pangkal ekor dan mengkoordinir kontraksi – kontraksi lokal oleh fibril luar (Toelihere, 1985). Gelombang – gelombang spermatozoa yang berenang dalam arah yang sama merupakan satu ciri khas semen sapi dan domba yang belum diencerkan bila dilihat di bawah mikroskop. Kecepatan pergerakan spermatozoa bervariasi sesuai dengan kondisi medium dan suhu, tetapi pada suhu 370C berkisar antara 80 sampai 100, 200 sampai 250, dan 30 sampai 75 mikron per detik masing –
16
masing pada domba. Motilitas atau pergerakan spermatozoa memegang peranan penting sewaktu pertemuan dengan ovum (Toelihere, 1985). 2.6.
Keutuhan Membrane Plasma Evaluasi keutuhan membran plasma menggunakan larutan Hypoosmotic
Swelling Test (HOS Test). Prosedur yang dugunakan menurut Saemi dkk (2012), yaitu menggunakan medium HOST test berupa larutan NaCl 0,0032 M (0,173 mg MaCl yang dilarutkan dalam 100 ml aquadest). Sebanyak 0,1 ml semen ditambah dengan 0,5 ml medium HOST, selanjutnya diinkubasi selama 10 menit pada suhu 390 C. Untuk mengamatinya membuat preparat ulas tipis pada gelas objek dan dievaluasi menggunakan mikroskop (Rodriquesgil dkk.,1994 dalam Herdis dkk, 2005). Jumlah spermatozoa yang dihitung adalah 200 dengan skala 0% sampai 100%. Semen akan memperlihatkan perubahan morfologik bila diinkubasi pada medium hipotonik.
Perubahan yang terjadi antara lain dicirikan oleh
pembengkakan pada ujung ekor, lengkungan pada ekor, ekor yang pendek dan tebal, atau pembengkakan pada sebagian atau seluruh bagian dari lengkungan yang dibentuk oleh ekor spermatozoa (Feradis, 2010). 2.7.
Madu
2.7.1. Pengertian Madu merupakan cairan kental seperti sirup bewarna cokelat kuning muda sampaicokelat merah yang dikumpulkan dalam indung madu oleh lebah Apis mellifera.Konstituen dari madu adalah campuran dekstrosa dan fruktosa dengan jumlah yangsama dan dikenal sebagai gula invert 50-90% dari gula yang tidak terinversi dan air.Lebah madu menghasilkan madu yang dibuat dari nektar sewaktu musimtumbuhan berbunga. Sewaktu nektar dikumpulkan oleh pekerja
17
dari bunga, bahantersebut masih mengandung air tinggi (80%) dan juga sukrosa tinggi. Setelah lebahmengubah nectar menjadi madu, kandungan air jadi rendah dan sukrosa diubahmenjadi fruktosa dan glukosa. (Sihombing, 1997).
Madu
tersusun atas beberapa molekul gula seperti glukosa dan fruktosa serta sejumlah mineral seperti Magnesium, Kalium, Potasium, Sodium, Klorin, Sulfur,Besi, dan Fosfat. Madu juga mengandung vitamin B1, B2, C, B6 dan B3 yang komposisinya berubah-ubah sesuai dengan kualitas madu bunga dan serbuk sari yang dikonsumsi lebah. Disamping itu, di dalam madu terdapat pula tembaga, yodium danseng dalam jumlah yang kecil, juga beberapa jenis hormon. (Sarwono, 2001). 2.7.2. Kandungan Madu Zat-zat yang terkandung dalam madu sangatlah kompleks dan kini telah diketahui tidak kurang dari 181 macam zat yang terkandung dalam madu. Dari jumlah tersebut karbohidrat merupakan komponen terbesar yang terkandung dalam madu, yaituberkisar lebih dari 75%. Jenis karbohidrat yang paling dominan dalam hampir semua madu adalah dari golongan monosakarida yang biasanya terdiri levulosa dandekstrosa. Levulosa dan dekstrosa mencakup 85%-90% dari total karbohidrat yangterdapat dalam madu, sisanya terdiri dari disakarida dan oligosakarida (Sihombing,1997). 2.7.3. Jenis Karbohidrat Pada Madu 1. Glukosa Glukosa adalah suatu aldoheksosa dan sering disebut dekstrosa karena mempunyai sifat dapat memutar cahaya bidang terpolarisasi kearah kanan. Di alam, glukosa terdapat dalam buah-buahan dan madu lebah. Dalam alam glukosa dihasilkan dari reaksi antara karbohidrat dan air dengan bantuan sinar matahari
18
dan klorofil dalam daun. Proses ini disebut fotosintesis dan glukosa yang terbentuk terus digunakan utnuk pembentukan amilum dan selulosa (Poedjiadi, 1994). 2. Fruktosa Madu lebah selain glukosa juga mengandung fruktosa. Fruktosa adalah suatu ketoheksosa yang mempunyai sifat memutar cahaya terpolarisasi ke kiri dan karenanya disebut levulosa. Pada umumnya monosakarida dan disakarida mempunyairasa manis. Fruktosa mempunyai rasa lebih manis daripada glukosa, juga lebih manis daripada gula tebu dan sukrosa. Fruktosa berikatan dengan glukosa membentuk sukrosa, yaitu gula yang biasa digunakan sehari-hari sebagai pemanis, dan berasal daritebu dan atau bit (Poedjiadi, 1994). 3. Sukrosa Sukrosa adalah gula yang kita kenal sehari-hari, baik yang berasal dari tebu maupun dari bit. Selain pada tebu dan bit, sukrosa terdapat pula pada tumbuhan lain, misalnya dalam buah nenas dan dalam wortel. Dengan hidrolisis sukrosa akan terpecah dan menghasilkan campuran glukosa dan fruktosa. Madu lebah sebagian besar terdiri atas gula invert ini dan dengan demikian madu mempunyai rasa lebih manis daripada gula (Poedjiadi, 1994). Komposisi madu dapat dilihat pada Tabel 1.
19
Tabel 1.KomposisiMaduPerhutaniRandu Parameter Hasil Satuan Kalori
320
kal/100 gram
Lemak
0
%
Asam lemak jenuh
0
%
Kolesterol
<0
mg/100 gram
Total karbohidrat
79,3
%
Serat makanan
0,73
%
Protein
0.63
%
Natrium
12,8
m/100 gram
Kalsium (Ca)
9,84
mg/100 gram
Besi (Fe)
0,63
m/100 gram
Kalium (K)
102
mg/100 gram
Vitamin A
< 0,5
IU/100 gram
Vitamin C
3,52
m/100 gram