II KAJIAN KEPUSTAKAAN
2.1
Definisi Puyuh ( Coturnix Coturnix Japonica) Puyuh pertama kali di domestikasi di Amerika Serikat pada tahun 1980 dan
terus berkembang hingga ke penjuru dunia, dikenal dengan nama Bob White Quail dan Colinusvirgianus (Tetty, 2002). Pada tahun 1870, puyuh jepang yang disebut japanese quail (Coturnix coturnix japonica) mulai dikenal dan diternakkan secara meluas di Indonesia (Listyowati dan Roospitasari, 2001). 2.1.1
Klasifikasi Puyuh Secara ilmiah, burung puyuh dikelompokan dalam kelas dan taksonomi
zoologi sebagai berikut (Wuryadi, 2011) : Kingdom
: Animalia
Filum
: Chordata
Class
: Aves
Familia
: Phanasianidae
Ordo
: Galliformes
Genus
: Coturnix
Spesies
: Coturnix – coturnix japonica Puyuh merupakan salah satu jenis ternak unggas yang telah mengalami
domestikasi. Puyuh terdiri atas beberapa jenis diantaranya adalah puyuh Japonica (Coturnix coturnic japonica). Jenis puyuh ini yang paling popular diternakkan oleh
masyarakat sebagai penghasil telur dan daging.
Kemampuan tumbuh dan
berkembang biak puyuh sangat cepat, dalam waktu sekitar 42 hari puyuh telah mampu berproduksi dan dalam waktu satu tahun dapat menghasilkan tiga sampai empat keturunan. Dalam setahun puyuh mampu menghasilkan 250 – 300 butir telur per ekor per tahun. Konsumsi pakan puyuh relatif sedikit (sekitar 20 gram per ekor per hari). Hal ini sangat menguntungkan peternak karena dapat menghemat biaya pakan (Listiyowati dan Roospitasari, 2009). 2.1.2
Produksi Jenis Puyuh Petelur Berdasarkan Warna Di Indonesia dikenal ada tiga macam warna burung puyuh petelur yang
dipelihara oleh para peternak yaitu puyuh petelur berwana bulu coklat, hitam, dan putih. Peternak puyuh di Indonesia lebih cenderung memelihara puyuh bulu coklat di bandingkan dengan bulu hitam dan putih, karena populasinya lebih banyak coklat dibandingkan kedua warna lainnya. Hasil penelitian yang telah dilakukn oleh Sujana (2012) menunjukkan bahwa rataan produksi telur dari ketiga puyuh yang diteliti yaitu puyuh coklat, hitam dan putih didapatkan hasil bahwa rataan produksi telur paling tinggi dimiliki oleh puyuh petelur berwana bulu hitam (76,16% ± 12,82), selanjutnya berturut-turut diikuti oleh puyuh berwarna bulu coklat (63,41 ± 10,14), dan puyuh berwana bulu putih (61,23% ± 12,76). Puyuh dengan warna bulu hitamlah yang memiliki produktivitas telur yang paling baik kemudian disusul oleh puyuh bulu coklat lalu puyuh bulu putih yang memiliki produktivitas telur paling rendah.
2.2
Definisi Persilangan Persilangan merupakan salah satu cara untuk perbaikan mutu genetik ternak,
yaitu dengan mengawinkan ternak dari bangsa yang berbeda. Kawin silang antar bangsa yang berbeda adalah sistem persilangan yang banyak dilakukan di negaranegara sedang berkembang di daerah iklim tropik, persilangan dilakukan dengan tujuan untuk mengambil keuntungan dari heterosis dan mengambil keuntungan dari kualitas-kualitas baik dari dua bangsa atau lebih yang mempunyai tipe yang jelas berbeda yang terdapat di dalam kombinasi yang saling melengkapi (Martojo, 1990; Bourdon 1997). 2.2.1. Inbreeding Inbreeding adalah perkawinan ternak-ternak yang mempunyai suatu hubungan yang semakin dekat kepada satu sama lain dibanding hubungan rerata di dalam populasi terkait. Pembiakan murni adalah perkawinan tertutup sehubungan dengan keseluruhan jenis, ternak-ternak tetapi berdarah asli tidak banyak lekat hasil perkawinan keluarga sehubungan dengan keturunan mereka (Lush, 1963). Perkawinan tertutup adalah perkawinan individu yang lebih berhubungan erat dibanding para anggota rerata suatu keturunan atau populasi. Perkawinan tertutup meningkatkan homozygositas dan konsekuensi genetik dari perkawinan tertutup yang muncul secara langsung dari homozygositas yang ditingkatkan.
Hal tersebut
menegaskan bahwa Inbreeding adalah perkawinan antara saudara satu keturunan yang secara langsung meningkatkan Homozigositas (Warwick, 1984). Dalam perkawinan ternak yang jumlah populasinya relatif kecil maka sering terjadi perkawinan antar
bapak dengan anak, anak dengan anak, kakek dengan cucu dan sebagainya. Keadaan ini tak bisa dihindari sehingga dengan meningkatnya intensitas kawin antar keluarga atau inbreeding, akan diikuti pula oleh peningkatan koefisien inbreding. Peningkatan koefisien inbreeding akan di ikuti oleh penurunan kualitas produksi atau bobot badan. Besar koefisien inbreedingnya maka makin besar pula penurunan bobot badan, dan sifat sifat lainya (Syamsuddin, 1985) 2.2.2. Outbreeding Outbreeding adalah sistem yang paling banyak digunakan dalam kelompok ternak bibit dari ternak besar di banyak negara di dunia, hampir digunakan pada semua kelompok ternak niaga bila telah diputuskan untuk menggunakan satu bangsa tunggal dari pada suatu program perkawinan silang.
Outbreeding yang
dikombinasikan dengan pemilihan adalah suatu teknik sangat bermanfaat dalam perbaikan keturunan yang mencakup kepada ciri-ciri yang turun temurun yang sangat bermanfaat (Warwick, 1990).
2.3
Performa Ternak Performa adalah penampilan dari seekor ternak atau yang lebih dikenal dengan
istilah fenotipe, baik yang diukur secara kualitatif maupun kuantitatif (Warwick dkk, 1996). Sifat-sifat yang dapat diambil atau dapat diukur ini merupakan kombinasi antara faktor genetik dan lingkungan.
Perbedaan performa dari setiap ternak
umumnya terletak pada konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan konversi ransum (Rasyaf, 2003).
2.3.1 Konsumsi Ransum Besarnya konsumsi ransum ternak dapat diduga dengan mempergunakan data sebelumnya dan memperhitungkan perubahan suhu lingkungan serta adanya faktor lain yang mempengaruhi pada minggu berikutnya. Konsumsi setiap minggunya diketahui berdasarkan jumlah ransum yang dikonsumsi selama satu minggu atau dengan cara menimbang jumlah ransum yang diberikan dikurangi dengan sisa ransum.
Adapun faktor lain yang mempengaruhi konsumsi ransum ternak yaitu
kesehatan puyuh, kandungan energi dalam ransum, macam bahan makanan dalam konsumsi ransum yang diberikan, kebutuhan produksi dan hidup puyuh berdasarkan tingkat pertumbuhannya serta selera dan metode pemberian pakan yang dipergunakan ternak (Rasyaf, 1994). Terdapat dua faktor utama yang berpengaruh terhadap konsumsi harian ransum yaitu kandungan kalori ransum dan suhu lingkungan (Amrullah, 2004). Konsumsi pakan yang diperhitungkan adalah pakan yang dimakan oleh ternak. Zat makanan yang terkandung di dalamnya akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan baik hidup pokok maupun keperluan produksi ternak (Tillman dkk, 1998). 2.3.2
Pertumbuhan Dan Pertambahan Bobot Badan Organ atau komponen tubuh memiliki pola pertumbuhan yang berbeda organ-
organ yang secara fisiologis penting selama masa kehidupan embrio memiliki pertumbuhan yang cepat dari pada setelah menetas.
Pertumbuhan adalah suatu
fenomena dari serangkaian proses yang sangat komplek karena bukan saja menyangkut pertumbuhan berat badan tetapi juga menyangkut pertumbuhan dari
semua bagian tubuh secara serentak dan merata, sehingga untuk pertumbuhan tidak mudah diberi suatu definisi yang sederhana (Maynard dan Loosli, 1976). Pertumbuhan adalah proses yang sangat komplek meliputi pertambahan bobot hidup dan pertumbuhan semua bagian tubuh secara merata dan proporsional. Pertumbuhan sendiri tidak hanya meliputi pertumbuhan ukuran, tetapi juga meliputi pertumbuhan organ-organ dan struktur jaringan seperti tulang dan otot. Pertambahan lemak bukanlah pertumbuhan yang murni. Pertumbuhan murni sendiri mencakup pertambahan dalam bentuk dan berat jaringan-jaringan pembangunan seperti urat, daging, tulang, jaringan otak dan semua jaringan tubuh lainnya kecuali jaringan lemak.
Pengertian pertumbuhan bukan murni sendiri adalah pertambahan berat
akibat timbunan lemak dan penimbunan air (Maynard dan Loosli, 1981) . Bobot badan setiap jenis ternak pada umumnya mempunyai standar ukuran yang berbeda-beda sesuai dengan kemampuan genetik yang dimiliki oleh setiap bangsa ternak tersebut. Oleh karena itu bobot badan ternak termasuk salah satu kriteria yang perlu diperhatikan karena memiliki arti ekonomis yang penting. Pertambahan bobot badan diartikan sebagai pertambahan dalam bentuk dan berat jaringan-jaringan pembangun seperti urat daging, tulang, jantung, otak, dan semua jaringan tubuh lainnya (kecuali jaringan lemak) serta alat-alat tubuh (Anggorodi, 1990). Pertambahan bobot badan masih merupakan parameter penting yang digunakan untuk menaksir ternak pada saat mulai bertelur.
Pertambahan bobot badan
merupakan salah satu kriteria yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan (Suparyanto, 2005).
Ensmiger (1992) mendefinisikan pertumbuhan sebagai
peningkatan ukuran tulang, otot, organ dalam dan bagian lain dari tubuh. Pertumbuhan merupakan faktor yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan ternak unggas terutama pada periode awal, oleh karena itu pertambahan bobot badan menjadi penting pada periode ini untuk menunjang pertumbuhan dan proses produksi selanjutnya (Margawati, 1985). Semakin tinggi tingkat kepadatan gizi dalam pakan akan mengakibatkan tingginya bobot badanyang dihasilkan.
Hal ini disebabkan karena pakan yang
mengandung kepadatan gizi tinggi umunya lebih disukai ternak. Bobot badan akhir dapat dipengaruhi oleh tingkat energi dan serat kasar yang terkandung dalam pakan (Bintang dkk., 1997). Ternak yang kekurangan makanan atau gizi, pertumbuhannya akan melambat atau berhenti dan kehilangan bobot badan. Tetapi setelah mendapat makanan yang cukup, ternak tersebut sering mampu tumbuh kembali dengan cepat dan bahkan lebih cepat dari laju pertumbuhan normalnya (Soeparno, 1992).
2.3.3 Konversi Ransum Konversi ransum adalah jumlah ransum yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu kilo bobot badan atau menghasilkan telur dalam ukuran yang sama. Konversi ransum sangat tergantung pada jumlah pakan yang dikonsumsi, jumlah dan bobot telur yang dihasilkan. Bila jumlah telur yang dihasilkan banyak akan menyebabkan konversi pakan yang kecil bila dibandingkan dengan puyuh yang berproduksi sedikit walaupun konsumsi pakanya sama (Zubaidah, 1991). Konversi ransum merupakan cara untuk mengukur efesiensi penggunaan ransum yaitu perbandingan antara jumlah
ransum yang di konsumsi pada waktu tertentu dengan produksi yang dihasilkan dalam kurun waktu yang sama. Konversi ransum dapat digunakan sebagai gambaran untuk mengetahui tingkat efesiensi produksi. Angka konversi ransum menunjukkan tingkat efisiensi pakan, artinya jika angka konversi ransum semakin tinggi maka penggunaan ransum kurang ekonomis dan sebaliknya jika angka konversi ransum semakin rendah maka penggunaan pakan semakin ekonomis. Konversi ransum merupakan indikator teknis yang dapat menggambarkan penggunaan ransum angka konversi ransum akan semakin kecil bila hubungan antara energi dan protein dalam ransum telah disesuaikan. Faktor-faktor yang berpengaruh pada konversi pakan adalah kandungan energi dalam ransum, bobot badan, kandungan nutrisi pakan dan temperatur udara. Konversi pakan merupakan perbandingan antara jumlah pakan yang dikonsumsi dengan pertambahan bobot badan (Anggrodi, 1991). Perbedaan kandungan energi dan protein dalam pakan turut berpengaruh terhadap konversi yang diperoleh. Semakin tinggi tingkat energi dan protein pakan, konversi pakanyang diperoleh akan semakin rendah.
Hal tersebut menunjukkan
bahwa pemakaian energi dan protein yang semakin tinggi akan memberikan nilai yang lebih ekonomis dari segi pemberian pakan (Iskandar dkk, 2001).
Angka
konversi pakan sangat penting sebab berkaitan dengan biaya produksi. Produksi yang baik belum tentu menjamin keuntungan maksimal, tetapi produksi yang tinggi diikuti dengan konversi pakan yang baik serta biaya pakan yang minimum akan mendatangkan keuntungan yang maksimal (Mahata, 1994).
2.3.4
Kurva Pertumbuhan Salah satu tolak ukur produktivitas ternak adalah pertumbuhan. Kecepatan
tumbuh ternak meningkatkan sesuai dengan peningkatan umur sampai saat tertentu dan kemudian menurun lagi secara konstan.
Pertumbuhan positif mempunyai
kesamaan dengan fase pertumbuhan cepat yang terjadi pada ternak sebelum dewasa kelamin dan pertumbuhan negatif terjadi setelah pertumbuhan lambat (Davies, 1982). Salah satu metode untuk menggambarkan peningkatan produktivitas ternak adalah dengan kurva pertumbuhan, kurva pertumbuhan merupakan pencerminan kemampuan suatu individu untuk menampilkan potensi genetik yang dimiliki dan perkembangan bagian-bagian tubuh sampai mencapai dewasa.