Jurnal Pembangunan Manusia Vol.8 No.2 tahun 2009
KAJIAN KEAMANAN PANGAN (FORMALIN, GARAM DAN MIKROBIA) PADA IKAN SEPAT ASIN PRODUKSI INDRALAYA Rinto, Elmeizi Arafah, Susila Budi Utama 1)
Abstract The quality and safety of food material was very important for people healthy. Food safety determined by present of material dangerous (physically, chemistry, and microbiology) of food. The purpose of this research was to analyzed food safety (formaldehyde contain, salt, and the present of bacteria) of salt fish. The result showed that salt fish produced and traded in Indralaya was free from formaldehyde. The formaldehyde contain in salt fish was negative. The salt contain in fish was a low salt (13, 4 - 19, 8%). The salt contain standard of salt fish is lower from 20% (SNI 01-0222-1995). The total of bacteria in salt fish was 3, 20 – 3, 92 (Log10). The sensory value of salt fish in producer higher than trader. The conclusion of this research is salt fish from Indralaya is safe to was consume and quality of salt fish in producer higher than trader in Indralaya traditional market. Key word: food safety, salt fish, Indralaya
boraks, dan
PENDAHULUAN Pembangunan manusia yang sehat dan
cerdas tidak terlepas dari bahan
makanan
yang
dikonsumsi.
Makanan
tambahan
insektisida serta bahan makanan
yang
dibatasi
penggunaannya seperti asam benzoat, askorbat,
laktat
sitrat
dan
bahan
yang sehat dengan kandungan gizi yang
tambahan pangan lainnya sesuai dengan
lengkap serta aman merupakan syarat
SNI 01-0222-1995. Bahaya mikrobiologi
mutlak yang harus dipenuhi pada bahan
berasal
pangan. Keamanan pangan ditentukan
patogen
oleh
ada
berbahaya
tidaknya baik
komponen
secara
fisik,
yang
ditentukan
oleh
maupun
bakteri-bakteri racun
yang
ditimbulkannya pada bahan pangan.
Seperti daerah Sumatera Selatan lainnya, Indralaya yang merupakan Ibu
Secara fisikawi, keamanan pangan dapat
adanya
1
kimia
maupun mikrobiologi.
dari
ada
tidaknya
Kota Kabupaten Ogan Ilir menghasilkan berbagai komoditi pangan
tradisional
kontaminasi dari bahan-bahan yang tidak
yang berasal dari perairan. Kabupaten
dapat dicerna seperti plastik, logam,
Ogan Ilir memiliki wilayah perairan yang
maupun bahan yang dapat menggagu
cukup luas. Sebesar 36% dari luas
pencernaan manusia. Secara kimiawi
wilayah keseluruhan 2666,07km2 terdiri
dapat
dari sungai dan daerah rawa (Bappeda
berasal
dari
zat-zat
kimia
2005).2
berbahaya yang tidak boleh digunakan
OI,
sebagai bahan pangan seperti formalin,
merupakan potensi yang besar untuk
1)
Dosen PS. Teknologi Hasil Perikanan FP Universitas Sriwijaya Jl. Palembang-Prabumulih KM.32 Indralaya Ogan Ilir Email:
[email protected]/
[email protected]
Perairan
yang
luas
Jurnal Pembangunan Manusia Vol.8 No.2 tahun 2009
menghasilkan berbagai komoditi hasil
asin tidak lebih dari 20%. Kadar garam
perikanan. Beberapa jenis ikan
yang
yang tinggi dapat memacu timbulnya
dapat dijumpai di daerah Indralaya adalah
hipertensi pada beberapa orang. Oleh
ikan gabus, toman, lele, betok, nila, patin
karena itu dalam penelitian ini juga
dan sepat. Ikan sepat merupakan jenis
dilakukan analisis kadar garam untuk
ikan yang selalu dapat dijumpai di Pasar
lebih menentukan keamanan pangan dari
Indralaya,
ikan sepat asin.
baik
dalam
bentuk
hidup
Bahan (zat) tambahan makanan
maupun dalam kondisi sudah mati. ikan
merupakan bahan apapun yang biasanya
sepat baik pada musim kemarau maupun
tidak dimakan sendiri sebagai suatu
musim hujan menyebabkan beberapa
makanan dan biasanya tidak digunakan
pengrajin membuat ikan asin, sehingga
sebagai
pengrajin/produsen
asin
makanan, baik mempunyai nilai gizi atau
banyak berkembang di daerah Indralaya.
tidak, yang bila ditambahkan dengan
Selain diperdagangkan di Indralaya, ikan
sengaja pada makanan untuk tujuan
sepat asin juga dikirim ke beberapa
teknologi (termasuk organoleptik) dalam
daerah di Sumatera Selatan.
pembuatannya,
Bayaknya
hasil
tangkapan
ikan
sepat
bahan-bahan
khas
untuk
pengolahan,
Adanya isu penggunaan beberapa
pengepakan,
pengangkutan
atau
bahan kimia berbahaya seperti formalin,
penanganan
makanan
akan
boraks dan zat pewarna berbahaya,
mengakibatkan atau dapat diharapkan
menyebabkan beberapa konsumen ragu-
berakibat (secara langsung atau tidak
ragu untuk membeli ikan sepat asin.
langsung)
Padahal,
biasanya
ikan
sepat
asin
mempengaruhi
ciri-ciri
makanan itu (FAO/WHO, 1983).
merupakan pelengkap hidangan yang
3
Beberapa zat kimia ditambahkan
menemani pindang pada saat acara
pada
sedekahan. Untuk meyakinkan konsumen
keawetan
ada tidaknya kandungan formalin pada
secara masal. Selain itu juga dapat
ikan sepat asin maka dilakukan analisis
digunakan untuk meningkatkan daya tarik
formalin
konsumen dalam segi warna, rasa, dan
pada
ikan
sepat
asin
di
Indralaya.
makanan
untuk
sehingga
meningkatkan
dapat
diproduksi
bentuk.
Selain bahan kimia yang berbahaya seperti formalin, kandungan garam yang terlalu
tinggi
keamanan
juga
sepat
Penelitian
ini
dilakukan
dengan
metode survey di beberapa produsen dan
(SNI)
pedagang ikan sepat asin di Indralya.
mensyaratkan kadar garam pada ikan
Penentuan sample dilakukan secara acak
Nasional
ikan
mengurangi asin.
Standar
pangan
akan
METODOLOGI
Indonesia
Rinto, Elmeizi Arafah, Susila Budi Utama : Kajian Keamanan Pangan (Formalin, Garam Dan Mikrobia) Pada Ikan Sepat Asin Produksi Indralaya
Jurnal Pembangunan Manusia Vol.8 No.2 tahun 2009
dan dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali. Data yang diperoleh dianalisis secara diskriptif.
Parameter
yang
sepat
formalin,
asin
kadar
kalium khromat 5% dan dititrasi dengan
digunakan
untuk menentukan keamanan pangan ikan
dalam wadah kemudian ditambah 3 ml
adalah
kandungan
garam,
kandungan
Ag NO3 0,1N secara perlahan-lahan sampai
warna
Perhitungan
menjadi
merah
persentase
bata. NaCl
bakteri, dan analisis sensoris. menggunakan persamaan: % NaCl = ((ml AgNO3 x N AgNO3 x
Analisis Kandungan Formalin Sampel sebanyak 20 g dimasukan
58,46)/(g bahan x 1000)) x 100%
ke dalam labu Kjedhal dan ditambahkan akuades sebanyak 200 ml. Kemudian
Analisis Jumlah Total Bakteri
diasamkan dengan larutan asam fosfat
Daging
ikan
seberat
10g
larutan
NaCl
10%. Larutan didestilasi perlahan-lahan.
dihomogenisasi
Sebanyak 1-2 ml destilat dimasukan ke
0,81% steril atau pepton 0.1% steril
dalam tabung reaksi dan ditambahkan 5
sebanyak 90 ml menggunakan stomacher
ml asam kromatofat 0,5% dan asam sulfat
selama 4 menit. Pengenceran contoh
60%.
dalam
dilakukan sampai level tertentu dengan
penangas asi yang mendidih selama 15
cara memindahkan 1 ml contoh ke dalam
menit. Larutan akan berubah menjadi
9 ml larutan NaCL 0,81% atau pepton
ungu apabila terdapat formalin dalam
0,1% steril menggunakan pipet steril.
Larutan
dimasukan
4
bahan (BPPOM, 2002)
Saat
pengenceran
homogenisasi Analisis Kadar Garam (Sudarmadji et al., 1997)5 Analisa kadar garam
dengan
selalu
dengan
dilakukan
menggunakan
penggetar putar (vortex). Diambil 1 ml dari masing-masing pengenceran dan dimasukkan kedalam cawan petri steril
menggunakan
metode
Kohman.
Ikan
yang telah dihaluskan dtimbang sebanyak 5g.
Diekstrak
dengan
menggunakan
(duplo). Ditambahkan kedalam cawan (yang sudah berisi homogenat encer) 10 ml media PCA dalam kondisi cair suhu sekitar
aquades
panas
10-20ml,
ditunggu
beberapa lama sehingga semua garam (NaCl) larut dan terpisah dengan lemak.
40oC.
pencampuran
Segera
dilakukan
hingga merata antara
homogenat dan media agar dengan cara menggeser cawan diatas meja kekiri kekanan keatas dan kebawah. Setelah
Ekstraksi diulang beberapa kali (8-10 kali). Cairan hasil ekstraksi ditampung
agar memadat, diinkubasi pada suhu 35oC selama 24 jam dalam posisi cawan
Rinto, Elmeizi Arafah, Susila Budi Utama : Kajian Keamanan Pangan (Formalin, Garam Dan Mikrobia) Pada Ikan Sepat Asin Produksi Indralaya
Jurnal Pembangunan Manusia Vol.8 No.2 tahun 2009
terbalik. Pengamatan dan penghitungan
Tabel 1. Kandungan formalin pada ikan
koloni dilaporkan sebagai Standard Plate
asin
Count (SPC) dengan persamaan:
No
N =∑ C / [(1 x n1) + (0,1 x n2)] x (d) Keterangan : N = Jumlah koloni setiap ml atau gram contoh uji ∑C = Total koloni dari seluruh cawan yang terhitung n1 = Jumlah cawan pada pengenceran pertama yang terhitung n2 = Jumlah cawan pada pengenceran kedua yang terhitung d = pengenceran pertama yang terhitung
Sampel
Formalin
1
Produsen 1
negatif
2
Produsen 2
negatif
3
Pedagang 1
negatif
4
Pedagang 2
negatif
Kadar Garam Hasil
analisis
kadar
garam
beberapa sampel ikan asin dari produsen dan pedagang dapat dilihat pada Gambar 1.
Analisis Sensoris sensoris
dilakukan
dengan
mengamati aroma, kenampakan, dan tekstur.
Panelis
diminta
untuk
memberikan nilai 1 – 4. (Sangat tidak suka (1), Tidak suka (2), suka (3), dan Sangat suka (4)).
Kandungan Formalin dilakukan
analisis
kandungan formalin terhadap ikan sepat asin,
baik
yang
19.8
20 13.54
13.04
Prod 1
Prod 2
15
15.14
10 5 0 Pdg 1
Pdg 2
Sampel Ikan Asin
HASIL
Setelah
25 Kadar Garam (%)
Analisis
diambil
dari
para
produsen maupun konsumen menunjukan bahwa kandungan formalin pada semua
Gambar 1 Histogram kadar garam pada ikan sepat asin Keterangan: Prod 1 : Produsen ikan asin pertama Prod 2 : Produsen ikan asin kedua Pdg 1 : Pedagang pertama Pdg 2 : Pedagang kedua
sempel dari produsen dan pedagang adalah
negatif
formalin).
Selengkapnya
pada TAbel 1.
(tidak
mengandung dapat
dilihat
Jumlah Total Bakteri Jumlah total bakteri pada ikan sepat asin di Indralaya dapat dilihat pada Gambar 2.
Rinto, Elmeizi Arafah, Susila Budi Utama : Kajian Keamanan Pangan (Formalin, Garam Dan Mikrobia) Pada Ikan Sepat Asin Produksi Indralaya
Jurnal Pembangunan Manusia Vol.8 No.2 tahun 2009
Log Jumlah Bakteri
Histogram nilai aroma ikan sepat asin 5 4
3.48
3.92
3.83 3.2
3 2 1 0 Prod 1
Prod 2
Pdg 1
Keterangan: Prod 1 : Produsen ikan asin pertama Prod 2 : Produsen ikan asin kedua Pdg 1 : Pedagang pertama Pdg 2 : Pedagang kedua
Pdg 2
Sampel Ikan Asin
Keterangan: Prod 1 : Produsen ikan asin pertama Prod 2 : Produsen ikan asin kedua Pdg 1 : Pedagang pertama Pdg 2 : Pedagang kedua
Kenampakan Nilai Kenampakan
Gambar 2 Histogram log10 jumlah total bakteri pada ikan sepat asin
3.61
4 2.95
2.95
3
2.66
2 1 0 Prod 1
Prod 2
Pdg 1
Pdg 2
Sampel Ikan Asin
Analisis Sensoris Aroma Aroma
merupaan
salah
satu
Gambar 4 Histogram nilai kenampakan ikan sepat asin
parameter yang menentukan mutu ikan asin. Penilaian terhadap aroma dilakukan oleh
panelis
semi
terlatih
dengan
menunjukan nilai kesukaan terhadap ikan
Keterangan: Prod 1 : Produsen ikan asin pertama Prod 2 : Produsen ikan asin kedua Pdg 1 : Pedagang pertama Pdg 2 : Pedagang kedua
asin dengan kisaran nilai 1 – 4. (Sangat tidak suka, Tidak suka, suka, Sangat
Tekstur
suka). Hasil analisis terhadap aroma ditunjukan pada Gambar 3.
Hasil pengamatan panelis terhadap tekstur ikan asin seperti terlihat pada Gambar 5 berikut ini. 3.66
Nilai Aroma
4
3.38
3.14
2.71
3
3.14
2
Nilai Tekstur
4 2.95
2.95 2.52
3 2 1
1
0 0
Prod 1 Prod 1
Prod 2
Pdg 1
Pdg 2
Prod 2
Pdg 1
Pdg 2
Sampel Ikan Asain
Sampel Ikan Asin
Gambar 3
Gambar 5. Histogram nilai tekstur ikan sepat asin
Rinto, Elmeizi Arafah, Susila Budi Utama : Kajian Keamanan Pangan (Formalin, Garam Dan Mikrobia) Pada Ikan Sepat Asin Produksi Indralaya
Jurnal Pembangunan Manusia Vol.8 No.2 tahun 2009
Keterangan: Prod 1 : Produsen ikan asin pertama Prod 2 : Produsen ikan asin kedua Pdg 1 : Pedagang pertama Pdg 2 : Pedagang kedua
tubuh dan menyebabkan kanker (IARC, 1987)7
Kadar Garam Kadar garam ikan sepat asin yang
PEMBAHASAN
diperoleh dari produsen berkisar antara
Kandungan Formalin
13.04 – 13,54% (Gambar 1).
Kandungan formalin pada ikan asin, baik di produsen maupun konsumen di Indralaya menunjukan nilai negatif (Tabel 1). Hal ini berarti bahwa ikan sepat asin yang diproduksi dan diperdagangkan di Indralaya terbebas dari formalin. Data ini juga didukung oleh pengakuan beberapa produsen dan pedagang bahwa dalam proses
pembuatan
ikan
sepat
asin
mereka tidak menggunakan formalin. Beberapa mengandung
ciri
ikan
formalin
menunjukan bahwa rata-rata
yang
adalah
Ikan
berwarna bersih cerah, daging liat (tidak
penggaraman
kamar. biasanya
digunakan
sebagai zat pengawet mayat. Formalin bersifat bakterisidal sehingga mampu membunuh semua mikrobia. Oleh karena itu formalin dapat menjaga keawetan bahan
yang
menggunakannya
(Lu,
2006)6. Namun sifat tersebut juga dapat membunuh ataupun merusak sel-sel yang ada
pada
sehingga
jaringan
tubuh
pertumbuhan
manusia
jaringan
tidak
teratur. Pertumbuhan atau pembelahan sel
yang
rusak
dan
tidak
teratur
menyebabkan rusaknya struktur jaringan
jumlah
yang
terdapat pada ikan asin yang dihasilkan tidak
berbeda
jauh.
Pengamatan
dilapangan menunjukan bahwa semua produsen
menggunakan
metode
penggaraman kering dengan jenis garam pada
proses
penggaraman,
sehingga penyerapan garam ke dalam daging ikan di seluruh produksi ikan asin menjadi seragam. Kadar garam pada ikan sepat asin di Pedagang menunjukan
Formalin
dengan
hampir sama sehingga kadar garam yang
mudah hancur), tidak beraroma khas ikan, dan awet sampai 1 bulan pada suhu
produsen
ikan sepat asin di Indralaya melakukan
kasar
asin
Hal ini
I yaitu 15,14%. Hal ini adanya
peningkatan
kandungan garam pada ikan sepat asin. Peningkatan kandungan garam pada ikan asin
dapat
penggaraman pedagang
disebabkan kembali selama
oleh
adanya
oleh
para
penyimpanan.
Bertambahnya kandungan garam pada daging ikan dapat menambah daya awet ikan asin. Seperti diketahui bahwa garam merupakan komponen kimia yang bersifat bakteriostatik
maupun
bakteriosidal
terhadap bakteri. Kemampuan membunuh
bakteri
disebabkan
garam oleh
adanya sifat higroskopis garam sehingga
Rinto, Elmeizi Arafah, Susila Budi Utama : Kajian Keamanan Pangan (Formalin, Garam Dan Mikrobia) Pada Ikan Sepat Asin Produksi Indralaya
Jurnal Pembangunan Manusia Vol.8 No.2 tahun 2009
(sitoplasma)
Natrium beredar ke seluruh tubuh
bakteri, sel bakteri menjadi mengkerut
mengikuti aliran darah, dibawa oleh butir
dan mati. Selain itu Ion Na+ dan Cl-
darah
bersifat toksin bagi beberapa bakteri.
darah merah hanya mendapat pasokan
mampu
menyerap
air
merah.
Seharusnya
butir-butir
Pada pedagang II kadar garam ikan
natrium yang pas. Bila kekurangan, butir
sepat asin juga mengalami peningkatan
darah akan mengempis, sebaliknya bila
dibandingkan dengan ikan sepat asin
kelebihan
pada produsen. Peningkatan kadar garam
mengembang dan berdampak merobek
ikan sepat asin pada pedagang II lebih
pembuluh darah (Haryanto, 2005).8
butir
darah
merah
akan
besar dibandingkan ikan sepata asin pada
pedagang
peningkatan
ini
I.
Perbedaan
menunjukan
A. Jumlah Total Bakteri
adanya
Nilai Log jumlah bakteri pada ikan
variasi penggaraman terhadap ikan sepat
sepat
asin di beberapa pedagang. Namun
Indralaya berkisar antara 3,2 – 3,92
walaupun ada peningkatan kadar garam
(Gambar 2). Kisaran ini menunjukan
pada
bahwa rata-rata total bakteri yang ada
ikan
sepat
asin
di
beberapa
asin
yang
diperdagangkan
di
kadar
yaitu 103 CFU/gram daging ikan asin
yang
(1.000 koloni). Kisaran jumlah bakteri ini
diperjualbelikan di Indralaya tergolong
masih berada pada standar yang di
masih memenuhi standar mutu ikan asin
tetapkan oleh Standar Nasional Indonesia
yaitu dibawah 20%. Sehingga masyarakat
yaitu 106 CFU/g.
pedagang garam
di ikan
pasar
Indralaya,
sepat
asin
tidak perlu mengkhawatirkan kandungan
Adanya bakteri yang masih tumbuh
garam di ikan sepat asin jika tidak
pada ikan sepat asin mendukung hasil
mengkonsumsi secara berlebihan.
analisis formalin yang menghasilkan hasil
Dalam kondisi normal, tubuh orang
negatif (tidak ada formalin pada ikan
dewasa hanya memerlukan 2,3 gram
sepat asin).
natrium per hari, sedangkan klorida hanya
bahan makanan dapat membunuh bakteri
50-100 mg. Garam dapur dikenal sebagai
yang ada di dalamnya, sehingga bahan
Natrium clorida atau NaCl, adalah mineral
makanan menjadi awet.
yang
Keberadaan formalin pada
Adanya kandungan garam yang
sangat dibutuhkan oleh tubuh. Mineral ini
lebih dari 10% pada ikan sepat asin
bertugas 'menukar' zat makanan lama
menyebabkan
dengan yang baru. Kelancaran proses
bakteri yang tumbuh pada ikan asin
pertukaran sisa makanan di dalam tubuh,
sehingga
tergantung pada kadar natrium di dalam
menjadi terbatas. Bakteri yang masih
sel.
biasa tumbuh pada bahan makanan yang
terseleksinya
jumlah
bakteri
bakteri-
yang
ada
Rinto, Elmeizi Arafah, Susila Budi Utama : Kajian Keamanan Pangan (Formalin, Garam Dan Mikrobia) Pada Ikan Sepat Asin Produksi Indralaya
Jurnal Pembangunan Manusia Vol.8 No.2 tahun 2009
digarami adalah bakteri yang bersifat
merupakan
halofilik atau halotoleran. Bakteri jenis ini
tergolong baru diproduksi, sedangkan
lebih banyak didominasi oleh golongan
ikan asin pada pedangan rata-rata sudah
bakteri asam laktat. Bakteri asam laktat
mengalami penyimpanan. Semakin lama
merupakan bakteri yang berperan dalam
ikan asin disimpan akan mengurangi
proses fermentasi yang menghasilkan
kwalitas
asam laktat. Keberadaan bakteri asam
garam ikan asin di pedagang yang
laktat bersifat menguntungkan karena
mengindikasikan
aktivitas metabolismenya menghasilkan
garam
komponen-komponen
berpengaruh terhadap aroma ikan asin
yang
bersifat
menguntungkan bagi manusia. Protein yang
ada
dirombak
pada
daging
menjadi
asam
ikan
ikan
sepat
(aroma).
asin
yang
Peningkatan
adanya
selama
kadar
penambahan
penyimpanan
juga
yang dihasilkan/dipasarkan.
akan
amino-asam
amino yang lebih mudah dicerna dan
Kenampakan Seperti halnya penilaian panelis
diserap oleh tubuh dibandingkan dengan
terhadap
protein utuh. Lain halnya dengan bakteri
kesukaan panelis terhadap kenampakan
pembusuk
ikan asin tertinggi yaitu pada ikan asin di
yang
merombak
protein
aroma,
menjadi zat-zat yang tidak bermanfaat,
produsen
merugikan dan ada yang membahayakan
penyimpanan
manusia
terhadap
diantaranya
yaitu
ammonia,
histamin dan aroma busuk.
rata-rata
(Gambar ikan
tekstur
4). asin
ikan
tingkat
Lamanya berpengaruh
asin.
Aktivitas
bakteri yang ada semakin lama akan
Beberapa bakteri asam laktat telah
semakin
merobak
komponen-koponen
berhasil diinokulasi dari dari ikan asin,
yang ada pada daging ikan dan dapat
yaitu
menghasilkan warna kecoklatan yang
Lactobacillus.
plantarum,
Lactobacillus acidophilus, Streptococcus thermophilus,
dan
mengurangi kenampakan ikan asin.
Leuconostoc
Selain itu semakin lama ikan asin
paramesenteroides, (Tanasupawat dan
disimpan akan semakin banyak berkontak
9
10
Komagata, 1999) dan Rahayu, 2003) .
dengan
udara
yang
menyebabkan
oksidasi lemak. Hal ini menimbulkan bau Hasil Analisis Sensoris
tengik dan perubaha warna menjadi
Aroma Nilai
coklat. rata-rata
tingkat
kesukaan
panelis terhadap aroma ikan asin yang tertinggi yaitu pada ikan asin di produsen (Gambar 3). Hal ini disebabkan karena
Proses
penggaraman
kembali
yang dilakukan oleh para pedagang juga berpengaruh terhadap kenampakan ikan sepat asin yang semakin putih dengan butiran-butiran garam. Hal ini juga dapat
ikan asin yang ada pada produsen
Rinto, Elmeizi Arafah, Susila Budi Utama : Kajian Keamanan Pangan (Formalin, Garam Dan Mikrobia) Pada Ikan Sepat Asin Produksi Indralaya
Jurnal Pembangunan Manusia Vol.8 No.2 tahun 2009
menyebabkan
berkuranya
kesukaan
oleh
SNI
panelis terhadap ikan sepat asin.
dikonsumsi.
Tekstur
Saran
sehingga
aman
untuk
Nilai rata-rata nilai panelis terhadap
Masyarakat tidak perlu ragu-ragu
tekstur ikan asin pada produsen lebih
untuk mengkonsumsi ikan sepat asin dari
tinggi bila dibandingkan dengan pada
Indralaya
pedagang
mengandung
(Gambar
5).
Pengamatan
karena formalin
terbukti seperti
tidak yang
terhdap tekstur ikan asin difokuskan pada
diresahkan selama ini, namun kandungan
kekompakan dan keutuhan daging. Hal ini
formalin perlu pengkajian dan penyuluhan
menunjukan bahwa ada kecenderungan
secara
penurunan mutu tekstur ikan asin setelah
ditimbulkan oleh penggunaan formalin
di pedagang.
agar para produsen dan pedagang tidak
Tekstur ikan asin dipengaruhi oleh
terus
menerus
bahaya
yang
mempergunakannya.
kekompakan daging ikan. Kekompakan daging ikan dipengaruhi oleh jaringan-
DAFTAR PUSTAKA
jaringan
1. BSN. Standar Nasional Indonesia Bahan Tambahan Makanan. SNI 010222-1995. Himpunan Standar Nasional Indonesia. Tahun 1995.
daging
yang
tersusun
oleh
ikatan-katan protein. Semakin lama ikan asin disimpan, kegiatan enzimatis dan bakteriologis
terus
berlangsung
memecah/meguraikan
yang
ikatan-ikatan
protein menjadi polipeptida, asam amino
2. Bappeda Ogan Ilir. Menjawab Tantangan Tujuan Pembangunan Milenium. Pemerintah Daerah Ogan Ilir. Tahun 2005
ataupu biogenic amin lainnya. Keadaan ini
menyebabkan
jaringan
daging
melemahnya dan
ikatan
menyebabkan
bekurangnya kekompakan daging ikan.
4. BPPOM. Identifikasi Formalin. BPPOM Jakarta. Tahun 2002.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ikan sepat asin yang diproduksi dan diprdagangkan di wilayah Indralaya, Kabupaten
Ogan
Ilir
terbebas
3. FAO/WHO. Food Aditives. Code Alimentarius. Food Agriculture Organization of the United Nations. Tahun 1983 Vol XIV
dari
formalin. Selain itu kandungan garam
5. Sudarmaji, S., B. Haryono, dan Suhardi. Prosedur Analisa untuk Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty, Yogyakarta. Tahun 1997 6. Lu, F.C. Basic Toxicology: Fundamental, Target Organs, and Risk Assesment. Diterjemahkan: E. Nugroho. UI-Press. Tahun 2006
yang terdapat pada ikan sepat asin juga masih dibawah standar yang ditetapkan
7. IARC. Monograph for Carcinogenic Chemical: Overall Evaluation of
Rinto, Elmeizi Arafah, Susila Budi Utama : Kajian Keamanan Pangan (Formalin, Garam Dan Mikrobia) Pada Ikan Sepat Asin Produksi Indralaya
Jurnal Pembangunan Manusia Vol.8 No.2 tahun 2009
Carcinogenicity. An updating of IARC Monographs. International agency for research on Cancer. Tahun 1987 Vol 1-42 8. Haryanto, I. Bahaya Dibalik Konsumsi Garam. www.jurnalnet.com. Diakses 24 Februari 2009 9.
Tanasupawat, S. dan K. Komagata. Lactic Acid Bacteria in Fermented Foods in Southeast Asia. Dalam Nga, B.H., M.H. Tan, dan K.I Suzuki, Microbial Diversity in Asia: Technologi and Prospects. World Scientific. Tahun 1999
10. Rahayu, E.S. Lactic Acid Bacteria in Fermented Foods in Indonesian Origin. Agritech. Tahun 2003 Vol 23(2): 75-84.
Rinto, Elmeizi Arafah, Susila Budi Utama : Kajian Keamanan Pangan (Formalin, Garam Dan Mikrobia) Pada Ikan Sepat Asin Produksi Indralaya