KAJIAN KAI\TDT]NGAIIT NUTRISI DATIN BEBERAPA JEIUS POHON: PERHATIAN KHUSUS PADA MINERAL CA DAN P Oleh: Andi L. Amart) don Muliati2) ABSTRACT A descriptive study was undertaken thu aimed to examine the leaf composition of 6 species of multi-purposes Fees as forage sources, with particular attention on calcium (Ca) and phosphor @). The 6 tree species were Cassia siameq Iannea grandis, Morinda citrifolia, Moringa oleifera" Schleichero oleosa, and Tamarindus indiea. The study p€riod was 2 months, Scprcrnber Nopember 2005, from sample collections to the completion of lab works. Nutritional components were the dependent factors, and tree species was considered as independent factor. Each of the tree species was replicated twic€. Most of the leaf samples were collected in Palu Valley of Cental Sulawei, but S. Oleosa leaves were taken from Selayar and Makassar, South Sulawesi, which wer€ considettd as replications. The 6 tree species with 2 replications resulted 12 samples. Each of the samplcs was analysed through duplicated extracts which mem represent the value of the relevant sample. Lab works were conducted using 'prrxinrale' and'alomir absorption spectrophotomelers'methods. Statistical analyses were done ustng'general snova', followod by 'the least significant difcrences'. M. oleiferu gave the highest crude-protein (22.5cA, followed by siamea (16.317o), M. citrifolia (14.45o/oi),7'. indica (11.65%), L. granlis (10.90plo), and S. o/eosa (8.77%1. Ether-extract cont€nts, from the highest to the lowcst, wer€; C. siumea (9.2*/o), T. tndica (694%), 1,. grandis (6.57Yo1, M. citrfolia (4.UW, M. oleiJbra (4.82V0, and .S. oleosa Q,l|t/ol. The lowest to thc highest in cnrde-fiber were; M. citrifolia (12.857o), M. oled*a (11.67W, C. siumeu (16.94W. T. incliu (18.59%), S- olcosa Q0.67Vo't; and L. grandis (33.56010). Nirogcn frcc orbact content of the leal'sampler', ffom the highest to the lowest, were; M. citr{olia (64.38yo), S. oleosa (63.680lo), T. indica(58.09/ol, Ll. oleifera (57.29Vo), C. siameu (53.25Vo), ard L. grundis (43.Mo/o). Ash contents of the leaf sarnples werc; 1.. grandis (5.91%); S. oleosa and ?i indica (4.74Ve); C. siameu g.2lVo); M. citrirtiliu G.aEo/o); and M. oleifera (2.lEo/o), respectively. All of the leaf samples contained reasonable high Ca that was highcr thurr the critical levels for ruminant diets. The leal'Ca contents, r€spectivcly from the highest to lowcst, werc; l. indica (l.6Wn), L. grandis (l.42Yo), C. siamea (1.067o), M. citrifuliu (1.007o), S. oleoss (0.859/0) anrl A/. oleiferc (0.80o/o). Mostly P contents of the leaves, howevcr. bclow the critical levels for ruminant dietr, except in L. grandis and S. oleosa leaves thal were contained0.Slo/o P. The other leaves, T. indicu, Ll. citrifolia, C. siamea and M. oleifera, respectivcly, containcd only 013%, 0.O9/s,0.087o, and 0,05% l, mineral. Most of the leaf samples have had high Ca:P ratio that above the critical levels ol'ruminant requirernents (3.5:l), except for thc S. oleasa leaves (2.?:l). This was due to the relatively high in leaf Cu, but generally low in P contents.
-
t'
Key words: composition, tree specicg nutritionel r$
PENDAHT,LUAI\I Pohon-pohonan memainkan peranan penting dalam kehidupan manusia. Salah satu peranan itu adalah sebagai s'rmhr hijauan pakan, khususnya di wilayatr beriklim kering atau pada musim kemarau. Ketika tanaman herba (herboceous plants) sudah layu dan bahkan mati pada musim kering, pohonpohonan umumnya masih tetap bertahan hidup (evergre en). dan menyediakan poduk-produk
bahan pakan bermutu tinggi. '''')Masing-masing Snf Pengajo
pfu
Di lndonesiq
potensi ini telah banyak didokumentasikan (antara lain, Lowry dh*., 1992; Nitis! 2000; Antar dkk,2m3). Demikian pula' manfaat kehadiran pohon pada suatu ekosistem pertanian telah banyak dit€liti. Manfaat lingkungan terscbut, antara lain: meningkatkan kesuburan tanah dengan siklus unsur-hara melalui daun/matcri lain dari pohon, dan kontribusi penambatan nitrogen (10 dari udara pada jenis pohon b€rhah-polong atau 'legwnes' (Yomg l9E9; Bclslqy dl*L, 193; Smit dan Swart, 1994;
Fabltas Pertenion Universitas Tddako, Palu
3l
Srivastava and Ambasht, 1995); suhu tanah dan udara di bawahnya lebih rendah dibnndingkan di luar naungan (Wilsoq 1990; Belsky d&t,
1993; Wilson dan Wild, 1995);
dan
menurunkan laju p€nguapan (Wong dan Wilson, 1980; Inv*'ry dkk.,l988),hal ini sangat penting pada lalnn kering atau pada musim kemarau. Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa adanya naungan pohon; meningkatkan
produksi hijauan dan mutunya lebih tinggi (Stuart-Hill dl*", 1987; Inwry dftb., l98E; Smit and Swarg 1994; Amar, 2003 dan 2004), menurunkan mortalita$ anak domba (Bbd dW., 1984; Roberts, 1984;"Bird and Cayley, l99l),
Urriversitas Tadulako
di Palu.
Lama
pcnelitian, mulai dari koleksi sampol urmpai analisa batran di laboratoriunr, berlnngnung 2 bulan (September
-
Nopember 2005).
Materi yang diteliti adalah daun dari enam (6) jenis pohon yang biasa tlijndikan sumbor hliauan pakan bagi peternakan rakyat (Tabel l). Tabel
l.
Nama dan'Family' jeinis pohon yang daunnya diteliti Nama
Nama Ilmiatr
Lokal
Family
Cassia siamea
Johar
Legumimuceae
pencukuran wol @ird and Cayley, meningkatkan produksi susu sapi-perah (Silver,
Lannea grandisa
Kayujawa
Amocardueeae
re87).
Morinda
citrifolia
Mengkudu
Rubioceae
Moringa oleifera
Kelor
Moringacaae
Kesambi
Sapirtduceae
Asam
Legumimuceae
mengurangi kematian domba
setelah dan
l9l),
Hampir seluruh kebutuhan pat@rt temak ruminansia merupakan materi dari tumbuh-tumbuhan. Di samping kesuburan tanah, kandungan nutrisi pakan tersebut ditentukan pula oleh kemampuan tanamannys
menyerap unsur-hara tanah. Tumbuhan berupa pohon dapat menggunakan unsur-hara dan air
tanah yang ada pada ke dalaman
di
luar
jangkauan rumput dan tanaman herba (herbaceous) lainnya. Oleh karena itu" kehadiran pohon multi-guna (multipwpose trees) sebagai sumber hijauan pakan dalam
suatu ekosistem pertanian
diharapkan
memberikan banyak keuntungan. Kandungan nutrisi daun beberapa jenis pohon yang tumbuh pada lahan kering di Sulawesi dibatras secara deskriptif dalam tulisan ini, dengan
perhatian khusus pada mineral kalsium dan posfor.
METODE PEI\TELITIAN Sampel daun penelitian umumnya dikoleksi di Lembah Palu Sulawesi Tengah, kecuali daun kesambi diambil dari Sulawesi Selatan,
yaitu; Pulau Selayar
(l sampel), dan
Makassar (l sampel). Analisa sampel daun dari semua jenis pohon yang diteliti tersebut
dilakukan
di
laboratorium
Makanan Ternak,
i
Nutrisi
Fakultas
dan
Pertanian,
AGRIPLUS, Yolume 17 Nomor
Sehleichera oleosa
Tamarindus
indica
*Syn. Lannea coramandelica (kayusanten).
Jenis pohon dianggap dominan menentukan (fudependent factor) kandungan nutrisi daun (dependent factors), di antara sekian banyak faktor yang mempengartrhi
(determining factors\, termasuk iklim/musim
(Niitis, 2000) dan kesuburan tanah. Untuk tiap jenis pohon, dua sampel (n = 2) diambil masing-masing satu sampel dari pohon yang berbeda.Tiap pohon diwakili satu sampel dari I cabang yaitu semua daun dewasa (well developed leoves) dari pangkal cabang ke ujung sampai daun muda yang sudah berkembang sempurna Tangkai daun dari tanaman yang susunan daunnya menyirip (ohar, asam, kelor dan kayujawa) termasuk sampel yang tak dipisahkan dari daunnya. Dua ulangan untuk setiap jenis pohon tcrsebut menghasilkan t2 sampel sebagai unit penelitian. Semua sampel dikeringkan dengan 'forced drouglx oven' pada suhu 70uC sampai
02
Mci W:7,
ISSN
N#1r128
32
diperoleh berat konstan. Pengeringan ini tidak mencapai kering mutlak, sehingga kandungan air sampel kering ini tetap diperhitungkan
pada saat penentuan kandungan
rat
makanan/mineral berdasarkan'bahan-kering'
sampel. Analisa sampel dilakukan dengan metode'proximote nulyses' untuk p€netapan kandungan protein, lemak, serat-kasar, abu, dan bahan-ekstak tanpa nitrogen (BETN), dan metode atomic absorpion sryctrophotometers (AAS)' untuk penetapn kandungan mineral kalsium dan posfor (P€*ins 1982; Tranggono, dkk., 1989; AOAC., 1995). Setiap sampel dianalisa dengan 2 eksfak (duplo'1yang rataan hasilnya sebagai nilai sampel tersebut.
Pengaruh
jenis pohon terhadap
masing-masing kandungan protein-kasar
(o/oN
6,25), lernak, serat-kasar, B[.:TN,
abu,
x
Tabel
2
No.
Komposisi zat-rnakanan daun dari
hijauan daun dianalisa
karena,
nutrisi
tersebut
dipenganrhi oleh jenis pohon, maka dilakukan
uji
lanjut dengan llre least significot
difererrces'(ISD, P = 0,0r.
HASIL DAN PEMBAIIASAN Hagil Rataan kardungan zat-makanan dan mineral
bahan-kering daun yang diteliti, masingmasing dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3 di bawah ini.
jenis pohon, (n = 2)
Lemak 9.29
14,45 bc
6.
P
statistik dengan'general onove' menggunakan 'ststistix package, ver. Windows'. Oleh
Nulrisi (% bahan-kcring daun)
Jenis pohon
ld;31 b
5.
6
mineral Ca dan
S. oleosa T. indica
Sernt-lmsar
BEfi
a,
6,53! 33,56 a*-- 43,06 d 12,85 d .-*.. 64,38 a 484t lr?_!p__1167 cd_.- 57,20 bc 2,lL: 29,{tJ h * 63,68 ab i{_&_*l&sjh-* 58,09 bc
5,91 3,48 2,18 4,74 4,74
a_
c
dah
all
Nilai rataan diikuti huruf bcseda menunjulikan perbedaan yang signifikarx @<0,05).
Kandungan protein daun yang diteliti
cukup bervariasi. Protein daun tertinggi diperoleh dari tanaman kelor (Moringaceae),
diikuti dengan
perbedasn
yang
nyata
terhadap daun johar (Legumimaceae) dan daun mengkudu (Rubiacew), selanjutnya berturut-turut daun asam (Izguminrcere), kayujawa (Amacndaceae'), dan kesambi (Sapindaceae). Kadar protein daun yang diperoleh antara 8,77oh - 22,05o/o merupakan kisaran cukup baik bagi ternak ruminansia
Akan tetapi,
pemanfaataanya harus mempertimbangkan komposisi kandungan nutrisi bahan pakan yang dikombinasikan. Demikian pula pertimhngan tentang kadar
AGRIPLUS, Voluae 17 Nomor
serat-kasar hijauan yang umurhnya rendah, hanya daun kayujawa memiliki kadar serutkasar lebih 30%, sehingga memunskinkan
dikombinasikan dengan bahan berserat tinggi. Hal ini didukung pula dengan kandungan BETN daun yang umurnnya tinggi, khususnya daun mengkudu (dan kesambi) dcngan potensi sumber energi lorbohidrat yang tinggi, tetapi serat-kasarnya sangat rendah.
Lrmak adalah komponen yang paling bervariasi diantara daun 6 jenis pohon yang diteliti. Tabel 2 di atas menunjukkan batrwa
kadar lemak tertinggi diperolah dari daun johar dan asnn (Leguminrceae), diikuti daun
A2
Mci
gW,
ISSN
NWQS
t3
parln duun kelor. Kandungan abu dapat digurraknn untuk pendugaan potensi buhan pakan sebagai sumbcr mineral, tctapi pernbahasan berikut dititik berutkan pda 2 minernl makro yaitu kalsium (Ca) dan prsfor
kayujawa yang tidak berbeda nyatl dengan daun mengkudu dan kelor, tetapi rnerniliki kadar lemak yang nyata lebih tinggi dari daun kesambi. Demikian pul4 kadar abu daun cukup bervariasi dengan rasio 2,71 : I antara kadar tertinggi (5,91% abu) pada daun kayujawa dengan yang terendah (2,18% abu) Tabel
No.
3
Kandungan mineral Ca dan P daun dari Jenis pohon
I
Cassia siamea
2.
Lsnnea prandis Morinda citrifolia Moringa oleifera
J. 4.
5. 6.
Nilai
(P).
6
jenis pohon, (n = 2)
Mineral (% bahan-kerins daun) Ca 1.06 ab 1.42 a 1.00 b
Schleichera oleosa
0.80 b 0.85 b
Tamorin&ts indica
1.60 a
P
0.08 0.31 0.09 0.05
Rasio
Ca:
bc
13.2:
a
416:
bc c
0-31 a
0.13 b
I t.1
:
16,0
:
P
2-7: t2-3:
rataan Ca atau P yang diikuti huruf berbeda menunjul&an peftedaan signifikan, (P<0,05).
Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa kadar mineral kalsium (Ca) daun 6 jenis pohon tidak begitu bervariasi. Kandungan Ca tertinggi diperoleh dari daun asam dan
kayujawa, diikuti daun johar dengan perbedaan yang tidak signifikan, baik terhadap kadar Ca daun asarn dan kayujawq maupun terhadap daun mengkudu, kelor, dan
kesambi. Daun tiga jenis pohon terakhir ini memiliki kadar Ca yang nyata lebih rendah dari daun asam dan kayujawa. Daun dari semua jenis pohon di atas memiliki kadar mineral Ca (0,80% l,6V/o) yang cukup tinggi sebagai bahan pakan ternak ruminansia. Kesimpulan ini didasarkan pada tingkat kritis kandungan Ca bahan pakan ternak ruminansia 'secara umum (0,30%) yang dikemukakan oleh McDowell (1997). Berbeda dengan Cq kadar posfor (P)
-
daun yang diteliti agak bervariasi, nilai tertinggi pada daun kayujawa dan kesambi (0,31%) memiliki perbandingan 6,2 : I dengan nilai terendah (0,05%) pada daun kelor. Kadar P yang umumnya rendah menyebabkan rasio Ca:P hijauan daun yang diteliti, antara 2,7:l pada daun kesambi dan 16:l pada daun kelor, sangat perlu dicermati
pemanfaatannya
untuk
memperoleh
kombinasi bahan pakan yang tepat, dan saling menyeimbangkan antara nutrisi dan
mineral kebutuhan temak berdasarkan tujuan pemeliharaan.
Pembehasan Umum Manfaat kehadiran pohon multi-guna (multipurpose trees') pada lahan pertanian, khususnya di wilayah tropik kering, telah banyak memberikan keuntungan bagi pctani, dan terus mendapat perhatian peneliti.
Beberapa informasi penting
telah
terdokumentasi baik, antara lain: kontribusi niftogen ke dalam tanah oleh pohon jenis legumes (Belsky dkk., 19931' Smit dan Swart
1994; Srivastava and Ambasht,
1995);
mengurangi suhu suhu tanatl dan udara yang
ekstrim (WilsorL 1990; Belsky dftik., 1993; Wilson dan Wil{ 1995); dan menurunkan laju penguapan (Wong dan Wilsoru 1980; Lowry
dkk., 1988). Secaxa agronomi hal ini sangat penting dari aspek kesuburan tanah dan iklimmikro lahan pertaniarq khususnya di wilayatr beriklim panas dan kering. Hal seperti ini telah
memberikan berbagai manfaat bagi Fltani secara turun.:temunrn, meski pada usalro tani dan ternak nadisional dan subsislen.
Kegunaan kehadiran polron dalurn hal
pnrduksi dan manfaatnya juga tidak sulikit, termasuk sebagai sumber hiiauan lxrkan, pangan bagi manusia, dan manfbat hirrnya. Naungan b€rbagai jcnis pohon menrpunyai
AGRIPLAS,VoIUne 17 Nomor 02Mei zlMZ ISSN0Set-0121t
34
kontribusi peningkaAn produksi dan mutu hijauan di bawahnya (Stuart-Hill dkk, 1987; Lowry dktk., 1988; Smit and SwsL 1994),
mineral yang berimbang sangat penting
mengurangi tingkat kematian ternak (Bind d&k, 1984; Roberts, 1984; Bird and Cayley,191). Peranan sebagai sumber hijauan pal€n tersebut di atas tenrs mendapat perhatian peneliti dan agronomis.
produktivitas temak. Demikian pulq perimbangan yang baik esensil bagi
Penelitian kandungan nutrisi daun 6 jenis pohon ini, secara khusus untuk Ca dan P, menghasilkan beberapa informasi yang cukup menarik ditelaah sebagaimana uraian hasil di atas. Perbedaan kadar gizi dan mineral daun dari jenis,pohon yang diteliti menunjukkan perlunya shategi yang tepat untuk pemanfaatannya sebagai sumber pakan
ruminansi4 sekaligus secara agronomis, terutama karena perbedaan tersebut dipengaruhi pula oleh faktor kesuburan tanah, musim, dan faklor penentu lainnya. Sebagai contoh, kandungan protein daun dari semua jenis pohon yang
diteliti mcnunjukkan
sangat layak sebagai bahan
pakan
ruminansia" walaupun kadar protein tersebut bervariasi (8,77yo - 22,05yo\, dan merupakan
konversi dari kandungan nitrogen (bukan protein rnurni).
Dtmikian pula zat lainnya, seperti serat-kasdi yang umumnya rendah, hanya kayujawa yang mengandung serat-kasar lebih da.ri 30%o. Kandungan BETN cukup tinggi dan ini sebagai potensi sumber energi karbohidrat khtrsusnya daun mengkudu dan kesambi, dengan serat kasar masing-masing hanya l2,85Yo dan 20,67Yo. Meskipun ruminansia mempunyai kelebihan dalam hal kemampuan mencerna batran berserat tinggi, daun-daun dengan kadar serat-kasar rendah dan kadar BETN tinggi tersebut diharapkan bermanfaat untuk sumber energi mikroba rumen dalam proses penguraian bahan berserat lain yang diberikan bersamanya. Namun demikian, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk uji pemanfaatan nya dengan bahan pakan lain, serta kemungkinan adanya kandungan zat anti-nutrisi (anti-nutritional compounds) pada kadff berbahaya atau merugikan pada tingkat konsumsi tsrtentu. Sama halnya , dengan aspek agronomis dan kompon# nutrisi utama di atas, ketepatan pemanfaatan pakan sumber AGRIPLAS, Yolume 77 Nomor
karena berpengaruh terhadap berbagai proses
metabolisme, pertumbuhan, reproduksi dan
kesehatan dan produktivitas ternak, termasuk ternak perah (Hanis, d*k., 1994). Daun dari 6 jenis pohon yang diteliti memiliki kandungan mineral Ca yang cukup, bahkan jauh di atas level kritis kebutuhan
pakan ruminansia. Hal ini didasarkan pada level kritis untuk ruminansia secara umum, yaitu bahan-kering pakan yang dikonsumsi ternak mengandung 0,30%o Ca, antara lain dikemukakan oleh McDowell (1997). Sebaliknya, kadar mineral P dari hijauan daun tersebut umumnya rehdah.
Kandungan P yang cukup untuk pakan ruminansia secara umum hanya pada daun kayujawa dan kesambi, jika merujuk
pada level kritis P (0,25o/ol yang
dikemukakan oleh McDowell (1997), 0,25o/o - 0,30o/o (Grace, 19830, maupun rekomendasi NRC. (1976) untuk sapi pedaging (Q.22o/o -
0.26%). Akan tetapi, 3 referensi terscbur mungkin saja merupakan rekomendasi yang terlalu aman sehingga cenderung tinggi untuk digeneralisasi. Little (l9tl0) dan Winks (1990) mcnyatakan bahwa, rekomendasi NR(l terlalu tinggi, karena kadar P bahnlr pakan kcbutuhan ternak sapi pedaging hanyn sekitar 0.12% - 0.16%. Pendapat teralhir ini menrungkinkan daun asant yang ditcliti. dengan kadar P (0,13%), masuk dalrurr kelompok hiiauan pakan yang tidak kekurangan P untuk sapi pedagrng tetlpi tidak dapat memberikan substitusi padt bahan yang kekurangen P untuk kombinasi pemberian pakan.
Posisi yang kurang aman dalam hal kandungan mineral P pada daun asam, dan
bahkan rendah pada daun
johar,
menuqiukkan hasil penelitian ini memperkuat pendapat Schroeder (2004) bahwa" tanaman kacang-kacangan (legumes\ lemalr dalam kandungan P, tetapi biasanya bagus untuk Ca. Penelitian ini menunjukkan pula bahwa,
daun mengkudu dan kelot (nonJegumes) memiliki kadar Ca yang tinggi, tetapi rendah dalam hal kandungan mineral P. Meski
02
Mci
mZ I#N 08*0n8
35
demikian, rasio Ca:P cukup penting pula diperhatikan.
Hal ini didasarkan pada beberapa 2:t umumnya
alasan. Pertam4 rasio Ca:P =
dianggap merupakan perbandingan yang cukup baik untuk ruminansia. Rasio Ca:P kurang dari 1,5 (1,5:l) atau lebih dari 3,5
l) dapat mengganggu tingkat kesuburan reproduksi sapi perah (Shaver and l{oward 2005). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hanya daun kesambi yang nrcmenuhi kisaran rasio Ca:P di atas. Pakun yang kekurangan Ca dan P, atau penyenipannya yang rendah pada domba muda, menjadi faktor pembatas pertumbuhan tulartg dan mengurangi laju pertumbuhan (Sykes, dkk., 1975, dalam Grace, l9S3); dan bahan pakan yang kekurangan mineral P menyebabkan penurunan penyerapan Ca (Grace, 1983). Walaupun, hal ini tidak begitu penting pada ternak yang digembalakan karena hijauan padang penggembalaan umumnya memenuhi kebutuhan mineral P, tetapi menjadi penting pada peternakan ralqyat yang memberikan hijauan potongan dalam jumlatr banyak dari jenis pohon dengan kadar P tidak mencukupi. (3,5:
!,
eksrak tanpa nitrogen (BET'I$,
adulah: 64,380/o: 63,68Yo; 5E,09/o; 57,ZWo; 53,25Yo;
dan
dnri
43,060/o, berturut-turut
daun
tncngkudu, kesambi, asom, kelor, jolrar. dan kayujawa. Kadar abu daun berturul-turut, adalah: 5,9lyo (kayujawd); 4,74o/o (kevrmbi asam); 4,2lYo (ohar); 1,48% (mcngkudu); dan 2,18% (kelor).
dan r
Kadar mineral kalsitrnr
(Ct)
daun
dari semua jenis pohon yang diteliti melcwati
level k*tis kebutuhan ternak ruminansia" sehingga dapat dikombinasikan dengan
bahan yang rendatr Ca tetapi unggul untuk komponen gizi dan/atau mineral lainnya. Kandungan Ca tertinggi diperoleh dari daun
diikuti
asam (l,60Yo), berturut-turut kiiyujawa (l,42yo),johar ( 1,06%), mengkudu (1,007o), kesambi (0,85%) dan kelor (0,800/o). Sebaliknya" kadsr hijauan umurnnya rendah dan di bawah level kritis kebufuhan ternak ruminansia" kecuali daun kayujawa dan kesambi mengandung 0,3lvo P. Kandungan P daun 4 jenis pohon yang
P
KESIMPI]LAI\ Disamping manfaat lain dan fakta di
lapangan batrwa petani telah banyak menggunakan berbagai jenis pohon (multipurposes trees) sebagai sumber hijauan pakan, penelitian ini menunjukkan pula kelayakan daun dari enam jenis pohon di atas
untuk bahan pakan ruminansia.
Namun demikian, beberapa kesimpulan di bawah ini perlu perhatian, batrkan penelitian lebih lanjut dalam rangka pemanfaatan hijauan pohon tersebut sebagai bahan pakan yang lebih tepat dan bermanfaat optimal. Daun dari semua jenis pohon yang diteliti cukup baik untuk pakan ruminansi4
dengan kandungan
kesambi. Kandungan lemak berturut-turut, adalah: 9,29/o; 6,94Yo; 6,57Yo; 4,t4o/o; 4,82Yo; dan 2,l5Yo, dari daun johar, nsam, kayujaw4 mengkudu, kelor, dan ketrornbi. Kandungan serat-kasar paling rcndah sorrrpai tertinggi, adalah: l2,85Yo; 13,670/o: l6,94Yo; 18,597o: 20,67Yo; dan 33,56Yo, berturut-turut dari daun mengkudu, kelor, johar, a$am, kesambi, dan kayujawa. Kandungan bahan
lain, masing-masing: daun asam (0,l3yo), mengkudu (0,09/o),johar (0,08%), dan kelor (0,05%). Kandungan Ca yang tinggi dengan kadar P rendah dari bahan yang dianalisa menyebabkan rasio Ca:P umumnya cukup luas melampaui rasio kritis 3,5:1, kccuali untuk daun kesambi (Ca:P = 2,7:l) berada pada kisaran rasio ysng cocok untuk ruminansia" lebih besar dari 1,5:l dan lebih
kecil dari 3,5:1.
masing-masing
komponen nutrisi bervariasi di antara jenis pohon. Kandungan protein tertinggi sampai terendah (berdasarkan bahan kering), adalatr: 22,5o/o; 16,31Yq' I4,45o/o; I l,65Vo; 10,90o/o; dan 8,77Yo, berturut-turut dari daun kelor,
johar, mengkudu, asam, kayujawg
dan
DAFTAR PUSTAKA Amar, A.L. (2003) Pashre composition and yield with reference to the presence of fiee
legume canopy. proceedings
AGRIPLAS,Volume 77 Nomu 02Mei ZNZ, ISSNhSS,T-hU8
of
the
36
International Seminar on 'The Organic Farming and Swtsinabte Agriaiture in the Tropics and. Subtropics: Science, Technologt, Management and Social Welfare, held in Palembang October 8 9, 2003, Volerne
II, 306 - 309.
McDowell, J.
Minerals for Graziry4 in Tropical Regions. Third editioo" Univenity of Florida, Gainesville.
Nitis, I.M. (2000) Ketahanan Pakan Ternak di Kawasan Timru lndonesia - Pendekatan
Holistik Melalui
Amar, A.L. (20M) Nitrogen content and drymatler digestibility of guinea and sabi grasses as influenced by tree legume
leguminosa pohon Ccssia siamea f^amk.
sebagai altenatif batran Agr
is ains, 4
pakan.
Agoforestry.
Departcmen Pendidikan Nasional, Direktorat Jcnderal Pendidikan Tinggi, Badan Kerjasama Perguruan Tinggi
canopy. Moj alah llmiah Peternakon, 7 12: 37 -43.
Amar, A,L., Mustaring" dan Muliati (2003) Kajian nutrisi tiga fiiksi tananan
K. (1997)
Ruminants
Negeri Indonesia Timur.
NRC. (1976) National Research Council. ln Nulrient Rquirements of Domeslic Aninuls, No. 4, N*riqt Reqtireme* of Beef Cattls Sth raised edition National Acade,my of ftienceC Washingtoa DC.
13: 17 | -117 .
AOAC (1995) Oficial Method,s of Anatysis. 166 edition. Association of Official Agricultural Ctnmistq Washington, DC.
Perkins,
E. (19t2) AAS Manual Model 2380. Norwalq Connecticut. Dairy
Schroeder, J. W. (2004) Use of Minerals in
Belsky, A.J., Mwong4 S.M., AmundsorU RG., Duxbury, J.M. ard Ali, A.R (1993). Comparative effects of isotded tees on
Cattle. Exlension Service, Nortr Dakota
their undercanopy €nvironments in high-
from ht$ :1/www.ext.nodak.edu/extlubVansc i
Statc University
Animul Produaiort 15: 270-2"13.
Shaver,
Retrieved
Selter and stock losses. Agrialnral
gNCR366.
liorrr
Ppr
prdwtion. Queendand Agricuhure -h*trrnl,l13: 95-96.
Smit, (i.N. nrd Surart J.S. (1994) Influence ol' lcguminous and non-legurfnous wrxxly
phms on the herboccous layer and sril rrnler varying comJrtition regimcs rrr Mixed Bushveld. African ,lournul tf Runge and Forage Sciences, ll:27-33.
Little, D.A. (1980) Observdions on the phosphorus requirement of cattle for growth. Rasearch in Veterinary Science, fr: 258-2ffi .
Lowry, J.B., Lowry, J.B.C. and Jones, R.J. (1988). Enhanced grass g1ow$ below canopy of Albizia lebbeek. Nitrogen Fixing Tree Research Reeort 6: 4546.
Lowry, J.8., PetheranU R.J. and Tangeirdjaja B. (1992, Planls Fed to Yillage Ruminants in Indonesia. Australian Centre for Canberra
on 3nln005
Silver, B.A. (19t7) Shade is important for milk
Palmenlon No'rdl New Zealand.
lntematiodl agricultrual
D. and Howard, W. T. (2005) Feeding
http;//s1.424125 I 9,onlinehome.uVuWprlI
Science,4: 18-19.
Pmdrrction, Occasional Publication No. 9. Keeling and Mundy,
R
dairy cows for cfficient reproduclivc performance. North Cerural Extewhn Puhlication No. 366, Wisconsin. 6pp.
Bird, P.R. and Cayley, J.W.l). (1991). Bad weather,
of Animal
on
/dairv/asl2?lw.htn
fir
Grace, N.D. (1983) The Mircral Requirement of Gruing Ruminants. New Zealand Society
Agricultrne and
15/0112006
and low-rsin&ll svannas. Journal of Aplied klop, 30: 143.1 55. Bind, P.R., Lynch, J.J. andObst. J.M. (1984). Effect of shelter on plant and animal Foduction. Proceedings ol'the Awtralian Sxiety
of
Applied Science. Retrieved
res€arch,
Srivastitva,
K.A. and
Amtrasht, R.S.
(
l+ri)
Biomass, produoion, decompositirn ol' and N releas€ fmm root nodules fu two
Cclruoina eryisetifolia plurtations in Sontha&a, Ilrfra. Jmrrnl of f*olop, 32
m-tn.
Stuaft-Hill, G.C., Tainton" N.N. and Bamard H.J. (1987). Tlrc influence of an Acacia kurro be€ on grass production in its vicinity.
AGRIPLUEYaInme 17 Nomor 02Mei
m7, ISSNU#OQ9
37
Journal of the Grasslan(h Society ot South fi?icq 4:83-88.
Tranggono, Setiaji,
B.,
Suhardi, Sudarmanto,
Y., Murdiati, A., Utami, I.S. dan Suparmo (1989) Petunjuk Laboratorium Biokimia Pangan. Pvnt Antar Universitas Pangan dan Gizi, Marsono,
Universitas Gadjah Mada, Yoryakarta. Wilson, J.R (1990). The eleventh hypothesis: shade. Agroforestry Today, 2: 14-15. Wilson, J.R. and Wil4 D.W.M. (1995). Nitrogen availability and grass leld under shade environments. ln Integration of Ruminants into Plantation Slstems in Southeast Asia, pp.4248, (eds. B.F. Mullen and H.M.
Shelton). ACIAR Proceedings, No. tu{, 1994.
Winks, L. (1990). Phosphorus and in norfiem Australia.
2.
lxrf
pnxluction
Resprnn:s to
-
phosphorus by ruminalrts u rcview. Tropical Grasslands, Az lzCI-15t,
Wong, C.C. and Wilson, J.R (1980). ElTccts of shading on the growth and nitrogen content of green panic and Siratro in pue
and mixed swards defoliated at two fiequencies. Australim Journal of Agricultwal Reseuch 3l: 269-285. Young A. (1989). Ten hypotheses for soilagroforeslry research. Agroforestry Today,
1: 13-16.
AGRIPLUS,VoIune 17 lVomor 02Mei 2007 ISSN0&*QU?