KAJIAN ISOLASI SENYAWA FENOLIK RUMPUT LAUT EUCEUMA COTTONII BERBANTU GELOMBANG MICRO DENGAN VARIASI SUHU DAN WAKTU a a,
Denni kartika sari, bDyah Hesti Wardhani, cAji Prasetyaningrum
Teknik Kimia , Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Jl. Sudirman Km 3 , Banten, Indonesia bc, Teknik Kimia, Universitas Diponegoro, Jl. Prof.H. Sudarto, SH, Semarang, Indonesia
[email protected]
Abstrak Rumput laut jenis Eucheuma cottonii merupakan salah satu penghasil antioksidan, karena mengandung senyawa fenolik seperti catechin (gallocathecin, epicathecin, catechin gallate), flavonols, flavonol glycosides, caffeic acid, hesperidin, dan myricetin. Konsentrasi senyawa fenolik pada ekstrak rumput laut dipengaruhi oleh kondisi ekstraksi. Ekstraksi dengan metode konvensional membutuhkan waktu lama dan jumlah pelarut yang banyak. Pengembangan teknik ekstraksi untuk mempercepat waktu ekstraksi dan mengurangi jumlah pelarut diperlukan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh metode isolasi senyawa fenolik berbantu microwave dan pengaruh suhu dan waktu ekstraksi terhadap kandungan total fenolik dari rumput laut Eucheuma cotttonii. Ekstraksi dilakukan dengan metode ekstraksi berbantu gelombang micro menggunakan pelarut metanol dengan variasi waktu (1, 2, 4, 6, 8, 10 menit) dan suhu (50 0C, 55oC, 60oC, 650 C). Kandungan senyawa fenolik optimum didapatkan pada suhu ekstraksi 60 0C dengan waktu ekstraksi 6 menit sebesar 2.526 mg EAG (ekuivalen asam gallat)/ gram berat kering. Hasil penelitian menunjukkan Suhu dan waktu ekstraksi berpengaruh terhadap kandungan total fenolik rumput laut Eucheuma cottonii Kata kunci: Eucuema Cottonii , Antioksidan, Ekstraksi berbantu gelombang micro, Kandungan senyawa fenolik.
Abstract Eucheuma cottonii seaweed is one of the producers of antioxidants, such as phenolic compounds containing catechin (gallocathecin, epicathecin, catechin gallate), flavonols, flavonol glycosides, caffeic acid, hesperidin and myricetin. Concentration of phenolic compounds in seaweed extract affected by extraction conditions. Extraction with conventional methods require a long time and solvents consumtion. Development of extraction technique to speed up the extraction time and reduce the amount of solvent required. This research aims to study the effect of isolation phenolic coumpounds using method of microwave assisted extraction, and study the effect of temperature and time on total phenolic content of seaweed Eucheuma cotttonii. Extraction is done with microwave assisted extraction method using methanol as solvent with time variations (1, 2, 4, 6, 8, 10 min) and temperature (50 oC, 55oC, 60oC, 65oC). The highest content of phenolic compounds at 60 oC with a 6 minute extraction time of 2.526 mg EAG (gallat acid equivalent) / g dry weight. The results showed the extraction temperature and time affected to the total phenolic content of seaweed Eucheuma cottonii. Keywords: Euchuema Cottonii , Antioxidant, Microwave assisted extraction, Total phenolic content.
1.
PENDAHULUAN
Indonesia memiliki potensi yang besar sebagai penghasil rumput laut Eucheuma Cottoni. Total produksi Eucheuma Cottoni Indonesia mencapai 3.082.113 ton atau menguasai sekitar 50 % produk rumput laut dunia pada tahun 2010 dan diproyeksikan meningkat 32 % setiap tahun dari tahun 20102014 [1]. Eucheuma cottonii merupakan salah satu jenis rumput laut merah (Rhodophyceae) [2].
Jurnal Teknik Kimia No. 3, Vol. 19, Agustus 2013
Eucheuma cottonii memiliki komposisi makro protein 5,12%, lemak 0,13%, karbohidrat 13.38%, serat 1,39%, abu 14,21%, air 12,9%, dan karagenan 65,7%. Komposisi kandungan micro rumput laut adalah mineral esensial (besi, iodin, aluminum, mangan, kalsium, nitrogen, phosphor, sulfur, klor, silicon, rubidium, strontium, barium, titanium, kobalt, boron, tembaga, kalium, dan unsurunsur lainnya), asam nukleat, asam amino, protein, mineral, tepung, gula dan vitamin A, D, C, D E, dan K [3]. Page | 38
Rumput laut E. Cottoni diketahui pula memiliki kandungan senyawa fenolik [4]. Senyawa fenolik merupakan salah satu kandungan rumput laut yang berperan sebagai antioksidan [5]. Rumput laut Eucheuma Cottonii terdapat senyawa flavonoid seperti catechin (gallocathecin, epicathecin, catechin gallate), flavonols, flavonol glycosides, caffeic acid, hesperidin, myricetin yang berfungsi sebagai antioksidan [6]. Antioksidan didefinisikan sebagai senyawa yang dapat menunda, memperlambat dan mencegah proses oksidasi lipid. Dalam arti khusus, antioksidan adalah zat yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi radikal bebas dalam oksidasi lipid [7]. Radikal bebas dapat didefinisikan sebagai molekul atau senyawa yang dalam keadaan bebas mempunyai satu atau lebih elektron bebas yang tidak berpasangan. Elektron dari radikal bebas yang tidak berpasangan ini sangat mudah menarik elektron dari molekul lainn ya sehingga radikal tersebut menjadi lebih reaktif. Oleh karena sangat reaktif, radikal bebas sangat mudah menyerang sel-sel yang sehat dalam tubuh [8]. Senyawa penangkap radikal bebas disebut dengan antioksidan dengan adanya antioksidan maka reaksi oksidasi yang mengakibatkan munculnya radikal bebas dapat berikatan dengan antioksidan dan membentuk molekul yang lebih stabil dan tidak berbahaya [9]. Antioksidan dapat menangkal radikal bebas yang memicu berbagai penyakit, seperti penuaan dini, diabetes, inflamasi, kanker, dan lain-lain [10]. Konsumsi harian penduduk Amerika hanya mencapai 1200 ORAC (Oxygen radical absorbance capacity) perhari sementara kebutuhan harian yang diperlukan agar antioksidan memiliki efek perawatan terhadap jaringan sel adalah sekitar 3000 ORAC sampai 5000 ORAC per hari (Milam, 2012) [11]. Nilai ini sangat jauh dari mencukupi kebutuhan antioksidan harian, sehingga ekstrak antioksidan alami sangat dibutuhkan untuk mengimbangi kekurangan konsumsi antioksidan. Metode pengambilan antioksidan senyawa fenolik dari rumput laut Eucheuma cottoni dapat dilakukan dengan cara ekstraksi. Metode ekstraksi, rasio pelarut, suhu, dan lama waktu ekstraksi sangat berpengaruh pada ekstraksi senyawa fenolik dalam tanaman [12]. Ekstraksi yang umum dilakukan untuk mengekstrak antioksidan dari rumput laut adalah ekstraksi
Jurnal Teknik Kimia No. 3, Vol. 19, Agustus 2013
perendaman (maserasi) [13]. Ekstraksi maserasi sangat sederhana dan ekonomis, namun kelemahan dari metode ini adalah memerlukan pelarut yang banyak dan waktu yang lebih lama. Ekstraksi dengan gelombang micro dan berbantu gelombang ultrasonik dapat dijadikan metode alternatif. Kelebihan dari ekstraksi microwave dan berbantu ultrasonik adalah berkurangnya waktu ekstraksi dan penggunaan solven yang lebih sedikit [14]. Penelitian kandungan total fenolik dari anggur didapatkan peresentase residu kering dalam ekstrak cair dengan ekstraksi berbantu microwave selama 17 menit sebesar 1,27% g residu kering/100 ml ekstrak cair, dibandingkan dengan ekstraksi maserasi selama 24 jam sebesar 1,05 % g residu kering/100 ml ekstrak cair[15]. Ekstraksi berbantu microwave dengan variasi waktu 1-3 menit dibandingkan dengan ekstraksi maserasi selama 15 jam menghasilkan nilai penghambatan radikal bebas dan kandungan total fenolik berturutturut 8,88%, 6,16%, dan 7,21% untuk FRAP (Ferric Reducing Antioxidant Power), ORAC dan TPC [16]. Penelitian yang dilakukan pada tanaman A. Milleof dengan menggunakan ekstraksi berbantu microwave selama 20 menit menghasilkan yield senyawa fenolik 62%, pada ekstraksi maserasi selama 72 jam hanya menghasilkan sebesar 35% [17]. Bahan-bahan yang terkandung dalam sampel tersebut akan menyerap gelombang micro melalui proses yang disebut pemanasan dielektrik yang artinya molekul-molekul pada makanan bersifat dipol eletrik yang berarti molekul tersebut memiliki muatan negatif pada satu sisi dan positif pada sisi yang lain. Gelombang micro bekerja melewatkan radiasi gelombang micro pada molekul air, lemak maupun gula yang merupakan dipol elektrik yang mempunyai kutub positif dan negatif, pada molekul-molekul ini akan berotasi jika terkena berkas gelombang micro. Dengan kehadiran gelombang micro tiap sisi akan berputar untuk mensejajarkan diri satu sama lain. Pergerakan molekul ini akan mengakibatkan panas yang disebabkan gesekan antar molekul, gesekan tesebut meng akibatkan panas [18]. Ekstraksi senyawa fenolik dalam rumput laut perlu mempertimbangkan sifat komponen fenolik yang terkandung didalam tanaman. Senyawa fenolik dalam rumput laut
Page | 39
dapat diekstrak dengan metode maserasi. Namun diketahui bahwa senyawa fenolik umumnya sulit larut dalam air dingin [19]. Karenanya modifikasi suhu dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh suhu terhadap ekstraksi senyawa fenolik, selain faktor suhu, waktu memiliki pengaruh yang besar terhadap ekstraksi senyawa fenolik. waktu ekstraksi memiliki pengaruh yang besar terhadap ekstraksi terlalu lama atau terlalu singkat waktu ekstraksi dapat mempengaruhi sifat fisik dan kimia dari bahan yang terekstrak karenanya diperlukan kajian lama waktu ekstraksi [20]. Didukung oleh penelitan Kojic et.al. (2011) terhadap pengaruh waktu dan temperatur terhadap kandungan senyawa fenolik fig fruit, hasilnya menunjukan bahwa faktor faktor tersebut memiliki peranan yang penting dalam ekstraksi senyawa fenolik[12]. Waktu ekstraksi tidak dapat ditentukan, namun bergantung pada jenis senyawa yang diekstrak (Mandal, 2007) [21]. Karenanya waktu merupakan salah satu variabel ekstraksi yang dilakukan dalam penelitian ini. 2.
METODE PENELITIAN
Bahan dan peralatan Bahan utama penelitian ini adalah rumput laut segar Eucheuma cottonii yang didapatkan dari perairan Karimun Jawa. Bahan lain yang digunakan reagen Folin ciocalteu (Merck), Na2CO3 (Merck, kemurnian 99 %), Asam gallat (Merck, kemurnian 99 %), H2O2 (Sigma, kemurnian 30 %), dan metanol (Merck, kemurnian 90%). Air suling diambil dari reverse osmosis unit di Jurusan Teknik Kimia FT-UNDIP. Adapun peralatan yang digunakan digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan elektrik (Sartorius), oven (Memmert), Microwave (Miyako), spektrofotometer (Optima), peralatan gelas (Pyrex), kertas saring, dan alumunium foil.
Proses ekstraksi Sebanyak 1 gram serbuk rumput laut kering dimasukkan kedalam erlenmeyer, ditambahkan pelarut metanol metanol (Merck, kemurnian 90%). dengan perbandingan 1:10 dan ditutup dengan alumunium foil. Selanjutnya diekstraksi menggunakan oven microwave (Miyako). Ekstraksi dilakukan dengan variasi suhu 50, 55, 60, 65 0C dan waktu 1, 2, 4 ,6, 8, 10 menit kemudian disaring dengan menggunakan kertas saring dan filtrat disimpan pada freezer untuk pengujian lebih lanjut Metode Analisis Analisis Kandungan Total Fenolik Kandungan total fenolik diukur dengan spektrofotometer (Optima), menggunakan asam galat sebagai standar, berdasarkan metode Folin ciocalteu yang dimodifikasi [22]. Dari masing–masing konsentrasi dipipet 0,2 ml ditambahkan 15,8 ml aquadest kemudian dimasukan 1 ml reagen Folin Ciocalteu. Diamkan selama 8 menit, tambah 3 ml larutan Na2CO3 20% (w/v) dan kocok hingga homogen. Diamkan selama 2 jam pada suhu kamar sebelum diukur pada absorbansi 765 nm 3.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil analisa kandungan senyawa fenolik rumput laut Euceuma Cottoni dengan variasi waktu dan suhu dapat dilihat pada Gambar 1.
Prosedur percobaan Persiapan bahan baku Eucheuma cottonii dari Karimun Jawa, provinsi jawa tengah Indonesia. Rumput Laut Eucheuma Cottonii kemudian dikeringkan dengan menggunakan oven (Memmert) pada suhu 55 0C selama 48 jam dilanjutkan dengan penghalusan dengan menggunakan blender.
Jurnal Teknik Kimia No. 3, Vol. 19, Agustus 2013
Gambar 1. Kurva Fenolik dengan Variasi suhu dan waktu
Page | 40
Gambar 1 menunjukan kandungan Total fenolik dengan naiknya suhu dan waktu ekstraksi akan semakin menaikkan kandungan total fenolik pada ekstraksi rumput laut Euceuma Cottoni. Kandungan total fenolik tertinggi pada waktu ekstraksi 6 menit dengan suhu 60 0C kemudian mengalami penurunan ketika suhu ekstraksi 65 0C. Penelitian terhadap ekstraksi senyawa fenolik dengan ekstraksi berbantu microwave pada gandum telah dilakukan dengan meningkatnya suhu dapat meningkatkan kandungan total fenolik [23]. Hal yang sama didapat dari estraksi gandum, beras dan oat menunjukan bahwa pada suhu 60 0C meningkatkan kandungan senyawa fenolik dan mengalami penurunan kandungan senyawa fenolik pada suhu ekstraksi 70 0C [24]. Penelitian pada Monostroma nitidum , Ulva conglobata , Codium fragile , Papenfussiella kuromo , Ishige okamurai ,Ishige sinicola , Colpomenia sinuosa Myagropsis myagroides, Sargassum coreanum Sargassum fulvellum Sargassum horneri dari kepulauan Jeju, dengan menggunakan pelarut metanol pada suhu 20 0C dan 70 0C menunjukan suhu terbaik pada suhu 70 0C [25]. Kenaikan temperatur meningkatkan permeabilitas dinding sel, yang mengakibatkan meningkatkan kelarutan dan difusi dari senyawa fenolik dan penurunan viskositas dari pelarut sehingga memudahkan proses ekstraksi [26]. Kenaikan suhu akan meningkatkan kandungan senyawa fenolik yang terekstrak kenaikan temperatur ekstraksi dapat merusak atau meningkatkan ikatan hidrolisis dari beberapa senyawa fenolik dan menyebabkan senyawa tersebut mudah terekstrak. Ekstraksi senyawa fenolik hubungan antara suhu dan senyawa fenolik terekstrak bersifat kuadratik, peningkatan suhu menyebabkan peningkatan kadar total fenol sampai suhu tertentu kemudian peningkatan suhu menyebabkan penurunan senyawa fenolik yang disebabkan dekomposisi senyawa fenolik yang disebabkan komponen baru lebih rendah dari titik didih komponen sebelumnya sehingga lebih mudah menguap[27]. Penelitian ini menunjukan ekstraksi senyawa fenolik rumput laut Euceuma Cottonii pada suhu 65 0C mengalami penurunan. Hal ini dimungkinkan karena ketidakstablian senyawa fenolik pada suhu tinggi [28]. Kenaikan senyawa fenolik pada penelitian ini selain dipengaruhi oleh suhu juga oleh lama
Jurnal Teknik Kimia No. 3, Vol. 19, Agustus 2013
waktu ekstraksi, lama waktu ekstraksi menaikan jumlah analit yang terekstrak. Semakin lama proses ekstraksi, maka kontak antara pelarut dengan zat terlarut akan semakin lama sehingga proses pelarutan senyawa fenolik akan terus berlangsung dan berhenti sampai pelarut jenuh terhadap solute [29]. Hukum kedua Fick menyatakan setelah waktu tertentu proses difusi akan mencapai keseimbangan pada saat itu penambahan waktu ekstraksi tidak akan meningkatkan jumlah bahan terekstrak [30]. Namun ketika waktu optimum telah tercapai, penambahan waktu ekstraksi tidak lagi dapat meningkatkan kandungan senyawa fenolik yang terekstrak [31] [32]. Penelitian ekstrak senyawa fenolik dari Euceuma cottoni yang dilakukan menunjukan waktu terbaik pada waktu ekstraksi 6 menit dengan suhu ekstraksi 60 oC. Penambahan waktu ekstraksi diatas 8 menit tidak akan menambah kandungan total fenolik secara signifikant. Hal ini menunjukkan pada waktu ekstraksi 6 menit hampir semua senyawa fenolik telah terekstrak [33]. Lama waktu ekstraksi dapat menyebabkan paparan terhadap oksigen lebih banyak [32]. Hal ini dapat meningkatkan peluang untuk terjadinya oksidasi senyawa fenolik sehingga kandungan total fenolik yang terekstrak menurun, yang pada penelitian ini terjadi ketika ekstraksi dilangsungkan diatas 8 menit pada suhu 60 oC. 4.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Dari hasil penelitian ekstraksi berbantu gelombang micro pada rumput laut Euceuma Cottonii menunjukkan suhu dan waktu ekstraksi berpengaruh terhadap kandungan total fenolik rumput laut Eucheuma cottonii suhu optimum didapatkan pada suhu 60 0C dengan waktu ekstraksi 6 menit. Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan memvariasikan frekuensi, dan rasio pelarut sehingga dapat mengoptimalkan ekstraksi senyawa fenolik dari rumput laut Euchema Cottonii .
Page | 41
DAFTAR PUSTAKA [1]Cocon, 2012, Status Rumput Laut Indonesia Peluang dan Tantangan ://www.jasuda.net/. Diakses 7 Januari 2012. [2]Doty, M.S, 1985, Taxonomy of Economic Seaweeds: 2Eucheuma alvarezii sp.nov (Gigartinales, Rhodophyta) from Malaysia. California Sea Grant College Program , pp 37 – 45. [3]Anonim. (2003). Pengolahan Rumput Laut Euchema sp. http://www.dkp.go.id. [Juli 2012]. Diakses 5 Februari 2013. [4]Suresh K., Kumar,K Ganesan PV Subba Rao, 2007, Antioxidant Potential Of solvent Extract Of Kappaphycus Alvarezii(Doty)Doty an Edible Seaweed .J Food Chemistry, 107. pp 289-295 [5]Connan S, Eric D, Erwan A G, 2007, Influence of Day-Night and Tidal cycles On Phenol Content and Antioxidant Capacity In Three TemperateIntertidal Brown Seaweeds. Journal of Experimental Marine Biology and Ecology, 349 pp. 359369 [6].Yumiko, Y.S., Hsieh, Y.P. and Suzuki, T, 2003, Distribution Of Flavonoid and Related Compounds Seaweed In Japan. Jurnal Of Tokyo University Fisheries, 89 pp. 1-6. [7]Kochhar, S.P. and Russel, J.B, 1990, Detection Estimation and Evaluationof Antioxidants in Food System. In: Hudson B.J.F (ed.) Food Antioxidant. Elsevier Applied Science. [8]Hernani, Raharjo, M, 2005, Tanaman berkhasiat Antioksidan.Jakarta. Penebar Swadya. [9]Wardiah, N.A, 2009, Efek Bawang Putih (Allium sativum) dan Cabe Jawa (Piper retrofractum Vahl.) Terhadap Jumlah Limfosit Pada Tikus Yang Diberi Suplemen Kuning Telur. Fakultas Kedokteran. Univeristas Diponegoro. Skripsi [10]Sachin, U.R., Priyanka, R., Patil. and Sagar, R.M, 2010, Use of Natural Antioxidants to Scavenge Free Radicals :A Major Cause Of Diseases. International Journal of
Jurnal Teknik Kimia No. 3, Vol. 19, Agustus 2013
Pharm Tech Research, 2(2) pp. 10741081. [11]Milam, L.J, 2012, Exciting New Research Regarding The Antioxidant Power of Foods and Nutritional Supplements. Nutrition Research Institute Published , pp. 1-6. [12]Kojic, A.B., Mirela, P., Srecko, T., Stela, K., Ibrahim, M., Mate, B. and Darko, V, 2011, Effect of Extraction Conditions On the Extractability of Phenolic Compounds From Lyophilised Fig Fruits (Ficus Carcia L) J. Food Nutr sci, 61(3) pp. 195199. [13]Jamal, B., Syarifudin. dan Farid, M, 2003, Pengaruh Konsentrasi Larutan Potasium Hidroksida Terhadap Mutu Kappa Karaginan Yang Diekstraksi Dari Eucheuma Cottonii. Jurnal Perikanan Indonesia, 9 pp. 95-105. [14]Elkhori, S., Jr. Jocylyn, P., Jacqueline. M.R., Belanger. and Elevina, P, 2007, The Microwave Assisted Process (MAP) Extraction and Determination Of Fat From Cocoa Powder and Cocoa Nibs. Journal Of Food Engineering, 79 pp. 1110-1114. [15]Serradilla, J.A.P. and Decastro, M.D.L. 2010. Microwave Assisted Extraction Of Phenolic Compounds From Wine Less and Spray Drying Of The Extract. Food Chemistry, pp. 124 : 1652. [16]Hongyan, Li., Zeyuan, D., Tao, W., Rong, H.L., Steven, L.W. and Rong, T, 2012, Microwave Assited Extraction Of Phenolics With Maximal Antioxidant Activities In Tomatoes. J Food Chemistry, 130, pp. 928-936. [17]Mathur, A., Deepika Mathur, G.B.K.S., Prasad. and Dua, V.K, 2011. Microwave Solvent Extraction (MSE) As an Effective Technique Against Tradisonal Solvent Extraction (TSE) For Screening Different Plant extracts For Antioxidant Activity. Asian Journal Of Biochemical and Pharmaceutical Research, 2 (1 )pp. 410. [18]Hartarti Indah, 2010, Isolasi Alkaloid Dari Tepung Gadung (Dioscorea hispida Dennst) Dengan Ekstraksi Berbantu Gelombang Micro.Universitas Diponegoro.Thesis.
Page | 42
[19]Hagerman, A.E, 2002, Condensed Tannin Structural Chemistry. Department of Chemistry andBiochemistry. Miami. University Oxford [20]Sukardi,AR Mulyarto,W Safera, 2007, Optimasi Waktu Ekstraksi Terhadap Kandungan Tanin Pada Bubuk Ekstrak Daun Jambu Biji (Psdii Folium) Serta Biaya Produksinya.Jurnal Teknologi Pertanian. 8(2) pp. 88-94 [21]Mandal, V., Mohan, Y., & Hemalatha, S. , 2007, Microwave Assisted Extraction – An Innovative and Promising Extraction Tool for Medicinal Plant Research. Pharmacognosy Reviews , 1 (1) pp. 7-18. [22]Waterhouse, A. (1999). Folin Ciocalteu Micro Method for Total Phenol in Wine. Department of Viticulture and Enology. University Of Californin, pp. 152-178. [23] Inglet, G.E., Devin. J. R., Diejun C.,David G. S., Atanu, B, 2010, Phenolic Content and Antioxidant Activity of Extracts From Whole Buckwheat (Fagopyrum esculentum Möench) With or Without Microwave irradiation. Food Chemstry 119,pp. 1216-1219 [24]Dar, B.N and Savita, S, 2011. Total Phenolic Content Of Cereal Brans Using Conventional and Mikrowave Assisted Extraction. American Journal Of Food Technology, 6(12) pp. 1046:1053. [25]Heo, S.J., You, J .J., Jehee, L., Hung, T.K. and Ki, W.L, 2003, Antioxidant Effect of Enzymatic Hydrolyzate From Kelp. Ecklonia Cava. Alage, 18(4) pp. 341-347. [26]Bailon, M.T.and Santos, B, 2003, Polyphenols extraction from foods. Methods in polyphenol analysis. Cambridge, UK: Royal Society of Chemistry [27]Sjahid L.R , 2008, Isolasi dan Indentifikasi Flavonoid dari Daun Dewa (Eugenia uniflora L.Universitas Muhamadiyah Semarang. Skripsi [28]Liazid, A., Palma, M., Brigui, J., & Barroso, C. G, 2007, Investigation on phenolic compounds stability during microwave-assisted extraction. Journal Chromatography A, 1140, 29–34. [29]Ghafoor, K and Yuan H.C, 2009, Optimazation Of Ultrasound Assisted
Jurnal Teknik Kimia No. 3, Vol. 19, Agustus 2013
Extraction of Phenolic Compounds and Antioxidant From Grape Peel Through Respons Surface Methodology. J Korean Soc Appl Biol, 52(3) pp. 295-300 [30]Chew, K. K., Ng, S. Y., Thoo, Y. Y., Khoo, M. Z.,Wan, A.W. M. and Ho, C.W, 2011, Effect Of Ethanol Concentration Extraction Time And Extraction Temperature On The Recovery Of Phenolic Compounds And Antioxidant Capacity Of Centella Asiatica Extracts. International Food Research Journal,18 pp. 571-578. [31]Ince, A.E., Sahin, S., Servet, G.S, 2013, Extraction Of Phenolic Compounds From Melissa Using Microwave and Ultrasound. Turk J Agric, 37 :69:75. [32]Han, D., Tao, Z. and Kyung, H. R, 2011, Ultrasonic Extraction of Phenolic Compounds from Laminaria Japonica Aresch Using Ionic Liquid as Extraction Solvent. Bull. Korean Chem. Soc, 32(7):2212-2216 [33]Qin, L., Wenhuai, K., Zhiwen, Z., Yanling, Q. And Fengbao, W, 2012, Ultrasonic Assisted Extraction Flavonoid and Ability to Scavenge 1,1 Diphenyl 2 Picrylhydrazyl (DPPH) Radicals From Medlar (a Miller) Leaves and Fruits. Journal of Medicals Plants Research, 6(17) pp. 3295-3300. Ucapan terima kasih Penelitian Senyawa Fenolik rumput laut Eucheuma cottonii dengan metode ekstraksi berbantu microwave dapat terlaksana atas bantuan dari semua pihak terutama segenap asisten lab membran research center Teknik kimia UNDIP
Page | 43