XADER KESEHATAN / KADER POSYANDU Oleh :
Paiman Soeparmanto 6i Sukanto Suernodineto
Abstract Pos Pelayanan Terpadu / Posyandu (Village Integrated Health Past / VIHP) was introduced in 1984. T h e purpose is ta establish community based s e r v i c e s which are relevant to child survival, safe motherhood and family planning. Services are provided by health cadres; curative services and immunizatian are provided by health centre staffs. The fact t h a t Posyandu is l o c a t e d at hamlet, Posyandu contribute to the reach of target population, b u t Posyandu Cadre's performance in health education is still minimal. The objectives of t h i s review are to s t u d y what are the roles and tasks of Posyandu cadres and what are t h e f a c t o r s t h a t are associatedFwith their performance. T h e f x n d i n g s of s t u d i e s s h o w e d that active cadre's conducted weighing and recording t h e result in mother and children h e a l t h card (KMS), and assisting health centre team in providing health care at Posyandu or mobile ' services. As f o r health education activities of Posyandu Cadre's studies found t h a t socioeconomic s t a t u s of Posyandu C a d e k , s k i l l deficit in health education, and minimal health knowledge are conditions t h a t are associated w l t h minimal activity of Posyandu Cadres in health education. With r e g a r d t o p e r f o r m a n c e of o t h e r
7
activities t h e r e were findings showing its association with provision of recognition, provision of personal things t h a t were related in doing tasks. I t is r e c o m m e n d e d t h a t t r a i n n i n q o f Posyandu Cadres should also be aimed to obtain communication s k i l l , ability to conduct technique of health education which is specific to charecteristics of audience. Health knowledge of Posyandu Cadres' showed be added to give them better capability to d i s c u s s health matters with their clients. T h i s could be done through meeting i n M + - d a y . To maintain active state of Posyandu Cadres there policies that should be adopted are: improving skill of Village PKK ~ e a m in management of Posyandu and leadership, involment of p r i v a t e business company in production and distribution health education tools for Posyandu Cadres, provision of consequences. ;dith regard to becoming Posyandu Cadre s h o u l d e promoted, and supporting programmes aimed to keep abreast Posyandu movement with other movements such as: Gerakan KB (Family Planning Movement), Gerakan Kembali ke Desa (Village Orientation Movement), Klompencapir (Village Institution of Radio Programme Audience). In connection of health e d u c a t i o n materials, it is secomended. that: n e w messages should be developed to avoid boring situatkon - A wexperienced by audience of health education, messages through mass media should have campaign and promotion elements, n e t j u s t i n f o r mation (of p r o d u c t s ) .
y
0
$7
Key Word: Primary Health Care, Health Cadre, Community Base Health Services.
,.
Pada akhir dekade 3970-an, angka kematian bayi di Indonesia masih tinggi dibandingkan dengan angka kematian bayi d i negara Asean yang l a i n (Soetopo, 1981:l)Untuk mempercepat menurunkan? angka kernatian hayi, s e jak 1984 dibentak- 'Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu). Posyandu dibentuk dengan t u j u a n agar intervensi untuk menurunkan angka kematian bayi meliputi 80 % dari sasaran. Intervensi tersebut, terdiri dasi: imuhisasi bayi dan anak balita, penyuluhan gizi ibu.',limah bayi, balita, pencegaban Ulare dan penyul u h a n cara penggunaan.. ' c a i r a n rehidrasi o r a l , pemeliharaanSkesekiatan ibu hamil, pelayanhn K B dan p e n g b b a t a n . Pengobatan terutarna di tu j ukan untuk menanggulangi infeksi saluran napas pada bayi dan balita, sedang pelayanan KB dilaksanakan secara menyatu dengan perawatan antenatal ibu liarnil agar wanita usia subur termotivasi menjadi akseptor KB (Depkes RI, 1984:l). Sisi lain yang penting dari pembentukan Posyandu ialah sebagai bentuk partisipasi masyarakat dalam KB dan kesehatan. Ini mengingat kenyataan bahwa meski inisiatif dilakukan oleh Puskesmas t e t a p i pengorganisasian dan pelaksanaan pelayanan Posyandu dilakukan oleh masyarakat. Kegiatan Posyandu dasi mulai sebelum hari buka ( R - ) , pada waktu hari buka ( H + ) , dan evaluasi ( W + ) dilakukan oleh pengurus Posyandu dan kader Posyandu mempersiapkan Posyandu. Petugas kesehatan lebih berperan d a l a m bantuan tehnis, besupa pelatihan, pembimbingan dan menesirna rujukan kesehatan sepesti pengobatan, pemasangan a l a t kontrasepsi dan pe-
3
cd.--y) i"
nanggulangan penyulitnya, dan pemberian' imunisasi. /. Kader Posyandu dipilih oleh masyarakat, selanjutnya pelatihan diberikap oleh petugas kesehatan dan p e t u g a - s i n t e r s b k t o r a l t e r k a i t . Apabila Posyandu telah terbentuk, diharapkan Posyandu dibuka secasa teratur. Tngas Kader Posyandu terutama dalam penyy1,uhan g i z i , sanitasi lingkungpn, pencegahan diare, KB, pembtivasian pem iksaan antenatal, imunisasi dan penimba an b a y i , kepada ibu hamil d a n pengunjuna Posyandu yang memhutuhkan pelayanan KB, pengisian KMS. Kenyataannya, Kader Posyandu ternyata belum memiliki keberanian melaksanakan penyuluhan (Nariyah et al, 1 9 8 6 : 5 4 ) . Penelitian lain rnenemukan bahwa Kader Posyandu baru 10 % yang melaksanakan peranannya dengan baik (Adi Susila et al, 1984~64).
3
Dari u r a i a n di atas d a p a t dirumuskan bahwa permasalahannya ialah mengapa Kader Posyandu belum dapat melaksanakan peranperannya ? Apakah f a k t o r - f a k t o r yang rnempengaruhinya ? Pemahaman k e d u a hal i n i tentu akan mernbantu cara-cara memperbaiki peranan tugas-tugas Kader Posyandu secara optimal. C . Tujuan
Telaah ini dilakukan dengan tujuan : peran-peran Kader Posyandu dalam rangka penurunan tingkat kematian bayi dan balita. 2. Mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan peran-peran dan kuali1. Mempelajari
tasnya.
I
Untuk mencapai tujuan di atas dilakukan studi kepustakaan. Liputannya terdiri dari hasil-hasil penelitian kegiatan Kader Kesehatan Desa, Kader Posyandu. Di samping itu juga dilakukan penelusuran kepustakaan teori-teori, tentang peran dan perilaku u n t u k rnengidentifisir faktor yang terkait dengan struktur s o s i a l budaya, yang mendasari pelaksanaan suatu peran. Studi Kepustakaan dan temuannya
Seperti dikemukakan permasalahan yang dihadapi kualitas pelaksanaan peran Kader Posyandu. Untuk mendapatkan pemecahannya p e r l u diketahui peran apa yang diharapkan dan f a k t o r yang mempengasuhinya. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor pelaksanaan dari peran, dapat didekati dari dua sisi: Pertama makna peran dalam kehidupan bermasyarakat dan kedua, pexan s i i l yang d i b e bankan. Yang pertama akan membantu mengidentifikasi variabel pelaksanaan peran pada umumnya, misalnya : faktor sosial dan budaya. Yang kedua, tinjauan peran riil, dapat mengidentifisir menghasilkan dua hal. Jika peran riil bestentangan dengan peran secara sosial-budaya, tentunya akan mempengaruhi pelaksanaan peran riil ( t u g a s Kader Posyandu); a s p e k kedua dari pentingnya pesan riil ialah aspek operasional. Axtinya, peran riil d a p a t t a k terlaksana, jika ada hambatan s e p e r t i kemampuan, pengetahuan dan kebutuhan-kebutuhan untclk melaksanakan peran.
A t a s dasar pernikiran tesebut di atas, maka t i n j a u a n kepustakaan dipusatkan pada dua hal, yakni : konsep peran secara teoritik dan peran-peran riil yang ditugaskan kepada Kader Posyandu.
1. Tinjauan tearitik peran dan perilaku. Menurut Suwarno (1984:174) peran berkaitan dengan posisi, s t a t u s , atau kedudukan seorang. Dengan adanya suatu kedudukan, maka suatu rangkaian peran akan ditetapkan. Pandangan i n i berkaitan dengan pendapat Parson, sebagaimana dikemukakan Poloma (1984:278) dirnana, kedudukan seseorang menunjukkan posisinya dalam suatu sistem sosial; dengan kedudukan i n i maka ada sejurnlah peran yang perlu di manifestasikan. Luthans ( 1 9 7 7 : 2 5 ) menyatakan bahwa pexklaku adalah apa-apa yang dilakukan oleh seorang. Artinya suatu perilaku dapat terukur Bagairnana sarnpai t e r j adinya perilaku, pandangan sistem budaya menyatakan bahwa perilaku bersumber kepada sistem n i l a i (ide). Sedang dari s u d u t p a n d a n g psikososial p e r i l a k u terjadi karena motivasi. Rarena motivasi terkait dengan tujuan-tu juan yang sebenarnya diturunkan dari nilai-nilai maka j e l a s , meski sulit dilihat hubungannya secara konkrit antara sistem nilai dan p e r i l a k u terdapat hubungan. Peran, sebenarnya mexupakan bagian dari sistem nilai/ide, mengingat peran besupa harapan t e r k a i t dengan kedudukan seorang. Dengan demikian bila aspek ide adalah peran maka untuk mengetahui perner a n a n dari peran-peran adalah adanya perilaku. Dalam hal Kader Posyandu ialah
.
pelaksanaan tugas-tugasnya sebagai Kader posyandu. Kurt Lewin sebagaimana d i k u t i p oleh Shortell (1987:lQl) menyatakan bahwa perilaku adalah fungsi dari karekteristik seorang dan lingkungannya. Selanjutnya Notoatmojo (1981:6J:rnenguraikan bahw a faktor d i r i t e r d i r i d a r i : pengalaman dan keyakinan. Sarana phisik dan s o s i a l budaya masyarakat mexupakan faktor lingkungan. Pendapat yang sama tentang faktor d i r i juga dikemukakan oleh kelompok Studi WHO, dimana-perilaku (pelaksanaan t u g a s - t u g a s ) d i p e n g a r u h i oLeb pengetahuan, kepercayaan, sikap dan nilai-nilai (Flajalah: Kes. Masy. Indones i a X V I ( 2 ) : 75-76, Nov.1985). Dari t i n j a u a n beberapa literatur di atas d a p a t disimpul kan, bahwa makna suatu peran dalam masyarakat , pengeta.. huan, pengalaman, keyakinan, n i l a i dan " . sikap dan lingkunan phisik akan berpen$iruh kepada pelaksanaan peran (tugas' t u g a s ) Kader Posyandu. 2.
Peran Kader Kesehatan. Jauh sebelurn d i b e n t u k n y a Kader Posyandu, upaya rnelibatkan masyarakat d a l m kesehatan pada tingkat desa sudah dimulai. Ini t e s j a d i dalam berbagai ha1 rnisalnya pengembangan dana sehat d i Kabupaten Karanganyar, perluasan jangkauan pelayanan kesehatan (Sukanto dan Soeparmanto et al. 1983:30) di Kabupaten Kudus, pembentukan Petugas Keluarga Berencana Desa ( P P K B D ) , dan kader gizi. Penelitian peran-peran Kader Keseh a t a n s e p e r t i yang d i l a p o r k a n d a r i penelitian dana sehat di Cangkringan,
Sleman, D I Y , di temukan bahwa Kader Kesehatan desa tugas-tugasnya sebagai berikut: a, Tugas di bidang kesehatan meliputi: pengobatan sederhana, pendistribusian a i r , mengorganisir olahraga. b. Di bidang lingkungan : rnengorganisir perbaikan j alan desa, mengorganisir penyarnbungan pi pa dan pesagaan rumah
.
sehat c. Di bidang agama : mengajak r a j i n beri b a d a h dan rnengajak menghilangkan kebiasaan-kebiasaan yang kurang baik. d . Di hidang keamanan : mengorganis~r pelaksanaan penjagaan keamanan desa (Soeherman, 1978;35). Kegiatan yang relatif luas dilakukan juga oleh Promotor Kesehatan Desa ( P r o k e s a ) . Dari penelitian kader kesehatan desa/promotor kesehatan desa di Sumatera Barat, Yogyakarta, Jawa B a r a t d a n J a w a T e n g a h , S o e m a n t r i et a l . (1983:15) melaparkan bahwa tugas-tugas k a d e r kesehatan desa ialah perbaikan sanitasi lingkungan, kunjungan rumah, rnengadakan pertemuan kelompok, pengobatan sederhana, dalam rangka pendidikan kesehatan.
Peran Kader Pesyandu Posyandu t i d a k hanya dibentuk di desa-desa, tetapi juga dilaksanakan di kota. Dari hasil penelitian yang dilaksanakan di Kecamatan S e t i o Budi Jakarta, "bahwa:tugas-tugas Kader Posyandu adalah meliputi: rnelakukan penimbangan anak di Posyandu, rneniotivasi peserta KB, memuat pencatatan hasil penimbangan dalam K a r t u Menuju Sehat (KMS), ikut k e r j a b a k t i di
RT/RW,
ikut memungut j i m p i t a n beras untuk orang miskin dan memetivasi ibuibu anggota PRK ikut arisan" (Departemen Kesehatan RI, 1978:5). Sedangkan Kader Posyandu di Kotamadya Surabaya t u g a s n y a antara lain : kunjungan rumah melakukan penyuluhan sanitasi lingkungan, penyuluhan pada kelompok-kelompok PKK tentang pemakaian obat-obatan dart membuat c a t a t a n kegiatan dan memberikan laporan pada Puskesmas/ Sub P u s k e s m a s {Suparto et al., 1985:45) Dari gambaran pala kerja kader menjalankan perannya pada masa lampau, menyesuaikan pada kebutuhan daerah kerja kader . Sedangkan d a l a m Posyandu peran kader relatif, sudah dirinci dengan membagi dalam lima meja pelayanan. Gambaran peran kader dalam melayani di Posyandu, dari hasil pengarnatan di baberapa Posyandu di Kotamadya Mojokerto dan Kabupaten Tuban sebagai b e r i k u t : 'la. Pelayanan Administrasi : mencatat semua pengunjung yang d a t a n g d i Posyandu dan memberikan penyuluhan kesehatan sepeslunya menurut ,permasalahan yang dihadapi pengunjung. b. Pelayanan makanan tambahan (PMT) pada anak-anak balita, penyuluhan manfaat makanan dan penyuluhan gizi anak. c. M e l a k u k a n penimbangan dan pencatatan dari hasil penimbangan. Sambil mencatat hasil penimbangan dapat d i k e tahui naik/turunnya berat badan balita. Kader melakukan penyuluhan sepeslunya, bilamana berat anak badan turun.
d
.
Kegiatan penyuluhan kader . Kegiatan penyuluhan ini dilakukan oleh kader t e r h a d a p kasus-kasus yang ditemui, pada waktu rnelakukan pelayanan d i Posyandu, tetapi juga melakukan penyuluhan di luar Posyandu yaitu pada kelompok PKK dan pada pertemuan arisan, pengajian kampung RT/RW. Penyuluhan kader dilaksanaan bersamaan dengan adanya perternvan khusus
ibu-ibu pada sebulan sekali : ibu anak balita dan ibu hamil. e . Pelayanan K I A , Keluarga Berencana dan pengobatan. S e l a i n kegiatan dalam pelayanan kesehatan, kader memberikan pelayanan K B yakni m e nyampaikan pi 1 kontrasepsi dan memberikan penjelasan cara rninumnya '' (Soeparmanta, et al., 1991:25). 4.
Faktor-faktor rnempengaruhi pelaksanaan tugas Kader Kesehatan dan Kader Posyandu Berdasarkan pada qambaran hasilhasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa kader-kader di desa telah mau dan mampu melaksanakan tugas-tugas pembangunan di bidang kesehatan atas himbingan dan ker j asama dengan berbagai sektor d i t i n g k a t kecarnatan. D i samping hal-ha1 yang r e l a t i f pesitif, dari hasil-hasil penelitian yang dilakukan di beberapa daerah, masalah yang di hadapi adalah kelangsungan keberadaan kader-kader pelaksana. Dikatakan bahwa angka p u t u s k e r j a cukup tinggi . Hal ini diungkapkan dari hasilhasil penelitian yang dilakukan relatif mendalam, diperoleh kesimpulan bahwa
banyak faktor yang mempengaruhi kelangsungan kader-kader kesehatan antara lain: kader jarang mendapatkan bimbingan karena letak desa di pelosok dan sukar transportasi (Soemanto et al, 1978:66), t u g a s k a d e r t e r l a l u banyak, k,urang mantapnya kedudukan kader dalam i n f r a struktur d i desa, kader sukarelawan tidak mendapat imbalan dan kurang mendapat bimbingan dari atasan {Soeherrnan, 1978327).
Hal i n i juga ditemukan penelitian di Yogyakarta dan ~asanganyar. Hambatan t u g a s Promotor Kesekatan Desa dalarn melaksanakan tugasn'ya, '.ialah luasnya tugas (kesehatan: d a n 'hon k e s e h a t a n ) . Sementara i t u "pembinaan oleh sektor terkait dengan kader kurang sekali" (Soemartono et al., 1989:180 ) . Selanjutnya Eaktor-faktor yang mempengaruhi keberadaan kelangsungan kader d i kota a n t a r a lain bahwa kurang pembinaan, kurang adanya komunikasi antara k a d e r dan pengurus-pengurus RT/RW, kurang sarana dan prasarana (Suparto, 1985:50).
Faktor lain yang rnempengaruhi berhubungan dengan sangat minimalnya w a k t u dan materi kursus, sehingga kader-kader itu belum merasa mampu sebagai penyuluh (Nariyah et al, 1986:54). F a k t o r - f a k t o r d i atas merupakan f a k t o r yang . l e b i h banyak menghambat kelangsungan kader yang ada d i desa atau pun di kota, tetapi dari hasil penelitian diperoleh gambaran adanya f a k t o r yang mempengaruhi positif tugas kader, antara lain : tingkat pendidikan yang r e l a t i f tinggi, pemberian kursus yang
cukup memadai dan seleksi kader sebelum menjalankan tugasnya [Soernantri, et al, 1983 :30 1 . Di samping itu faktor lain yang mempengaruhi tugas k a d e r adalah pemberian hadiah yang diterima oleh k a d e r . Pemberian penghargaan yang diberikan pada Kader Posyandu/Kader Kesehatan bermacam-macam. Di Gunung Kidul Kader Keseh a t a n yang t e r k e n a l dengan sebutan Promotor Kesehatan Desa diberi hadiah, dalam pelayanan pengobatan di Puskesrnas. Kader beserta anggota keluasganya b i l a mana berobat d i Puskesmas tidak dikenakan biaya pengobatan. Dari hasil penelitian eksperimen dengan sistem penghargaan kader dapat '"emberi pengaruh cakupan Posyandu 2 , 5 kali lebih tinggi dari cakupan di daerah kontrol . Penghargaan b a g i kades berupa: pemberian pakaian seragarn dan tanda pengenal kader, pembesian pelayanan kesehatan gratis bagi keluarga kader, karyawisata bagi kader, dan pemberian status s o s i a l kader. Penemuan penelitian M.Syarief di Sandung, Jawa
penampilan l e b i h b a i k dalam kemampuan dan k e a j egan kegiatannya Faktor lain yang ditemukan dari penelitian Y.Warella bahwa "sistim p e l a t i . h a n k a d e r masih memegang peran yang sangat menentukan dalam upaya rnempesoleh kader yang berprestasi. Kemampuan kader ada hubungannya dengan sistim pelatihan" (Warta Posyandu, Maret, 1990:Z-3).
.
C . Pembahasan
,
Kader Posyandu dipilih oleh rnasyarak a t , dibina secara teknis t e n t a n g pelayanan kesehatan sederhana oleh tenaga Puskesmas. Dalam menjalankan tugasnya.sehari-hari, diorganisir oleh Kelompok Kerja PKK P o k j a IV, di bawah kkeodinasi Lembagd.Ketahanan Ma- . syarakat Desa (LKMD). Kegiatan Kader ~esekr$tan sebelum dibentuk Posyandu sangat l u a s . Malahan Kader Kesehatan ikut dalam kegiatan LKMD, sehingga mendapat tugas di luar kesehatan seperti: penyuluhan agama, keamanan desa dan perbaikan prasarana dan sarana desa. Kader Posyandu melaksafiakan kegiatan secara sukarela, tidak mendapatkan imbalan dari d e s a atau p u s k e g m a s secara t e t a p . Untuk meadoxong kader menjalankan kegiatan s e p e r t i yang diharapkan oleh masyarakat, - kader di beberapa desa rnendapat imbalan, ;, .. misalnya; kader dan anggota keluarganya b . i l a s a k i t rnendapat pelayanan kesehatan P k k e - s m a s tanpa biaya, pemberian pakaian seragam. Dengan imbalan ini diharapkan kader melaksanakan peran-peran mereka. Dari penelitian di Pxrobolinggo, ternyata bahwa pemberian imbalan pada kader mampu meningkatkan kegiatan kader secara bermakna (Marta Pos-yandu, 1991:2). Tetapi terdapat kendala yakni kernampuan memberi imbalan oleh desa. S e r a i n terbatas, tidak kontinyu, juga tidak t e r j adi pada kebanyak a n desa karena amat terbatasnya sumber dana di desa. Salah satu t u juan lain pernbentukan Kader Kesehatan Desa/Kader Posyandu ialah meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan, biasanya dilaksanakan para Kader. I n i ditunjukkan oleh baatuan mereka dalam
kegiatan Puskesmas Keliling. Dalarn pelayanan kesehatan di Posyandu Kader Posyandu, s e l a i n melaksanakan tugas di Posyandu, kader juga melaksanakan kunjungan-kunjungan ke rumah-rumah agar ibu, bayi dan balita menghadiri Posyandu pada waktu Posyandu dibuka. Peran Kader Posyandu sebenarnya dapat dibagi dua: melaksanakan kegiatan pelayanan termasuk membantu pelaksanaan Puskesmas Keliling dan memberikan penyuluhan. Dari k a d e r - k a d e r yang aktif, mereka s e l a l u rnelaksanakan k e g i a t a n pelayanan di meja kesatu sampai dengan keempa. Tetapi praktis Kader Posyandu belum melaksanakan penyuluhan seperti diharapkan. Nariyah et al. (1985) menyimpulkan ada yang mempengaruhi kurangnya pelaksanaan penyuluhan kesehatan : kernampuan berkomunikasi dan keberanian. Kader Posyandu kurang berani menghadapi kliennya karena mereka biasanya besstatus sosial ekonami l e b i h rendah dari pengunjung Posyandu. Tentang status sosial ekonomi Kader Posyandu, Nariyah menjelaskan bahwa hal i n i berkaitan dengan sifat sukarela. Penduduk yang berstatus ekonomi baik, karena kesibukan pekerjaannya biasanya tidak memiliki waktu untuk menjadi Kader Posyandu. T e n t a n g kernampuan penyuluhan kader secara eksplisit Nariyah tidak merincinya. Pada pelatihan Kader Posyandu tentang penyuluhan kader d i b e r i p e l a j a r a n cara menggunakan Xembar balik, dengan j u d u l misalnya g i z i ibu hamil (anemia), b a y i dengan d i a r e . Dengan proses pelatihan penyuluhan dernikian ada beberapa permasalahan, yang akhirnya menyebabkan Kader Posyandu tidak
mampu menyuluh. Pertama, pada meja 4 dimana kader melakukan penyuluhan sebenarnya kader memerlukan metoda dan teknik untuk penyuluhan kepada individu, sedangkan yang d i latih adalah metoda dan teknik penyuluhan kelompok. Kedua, dalam kenyataanya buku pegangan kader umumya tidak didapatkan di Pesyandu, demikian pula 'lembar-lembar baliknya, sehingga para kadcr tidak memiliki a l a t peraga. Ketiga, pengetahuan kesehatan yang amat sedi ki t yang d i m i 1 i ki kader yang berkaitan d e n g a n pesan-pesan yang perlu disampaikan sehingga ~ a d e r.Pasyandu sulit berimprovisasi, biLa menghadapi pestanyaan dari ibu yang lebih s p e s k f i k . Pada posisi ini maka para kader ' t-erjkbak dalam kebingungan, sehingga akhirnya cenderung t i d a k melakukan penyuluhan. Ini dipesburuk bila pengunjung pendidikannya lebih baik dari k a d e r . Keempat, dari metode pelatihan penyuluhan kesehatan dan waktu yang tersedl,.&, belum memungkinkan bagi kader memiliki ketrgmilan berkomunikasi, baik dalam rangka penyuluhan kelompok maupun penyuluhan individu (konseling). Kader juga t i d a k dilatih cara rnembuat a l a t peraga sendiri. Mengingat s t a t u s sosial-ekonorni kader sebagai a k i b a t prinsip sukarela, kader P o s yandu biasanya berpendidikan rendah, masih rnuda usianya karena yang berusia lebih dari 25 tahun biasanya sudah memiliki pekerjaan tetap. Prinsip sukarela ternyata cenderung menghasilkan pilihan kader pada rnereka yang berpenghasilan kurang. Dasi kenyataankenyataan ini maka s e l a i n mereka perlu mendapat imbalan untuk kehilangan kesempaean mencari nafkah, juga berakibat pada kurang kepercayaan pengunjung kepada penyuluhan yang dilakukan Kader Posyandu. lien ,
,
kader karena tingkat sosial ekonomi-nya b a i k , biasanya mereka s u d a h lebih t a h u dibandingkan penyuluhnya. Masalah imbalan memang sering dipertentangkan karena dianggap kurang l a y a k untuk d i a j u k a n mengingat k a d e r adalah p e k e r j aan sukarela. Pandangan i n i perlu dirubah karena persoalannya bukan insentif. Imbalan harus dilihat sebagai cara penghindaran dari konsekuensi negatif suatu perilaku. Ini berarti bila kita menginginkan tugas-tugas dilaksanakan maka mengingat kondisi sosial ekonomi para kader, 'imbal a n Q p e l u ddiberikan bukan sebagai insentiv tetapi untuk menanggulangi konsekuensi dari melaksanakan tugas-tugas sebagai kader. Persoalan ini perlu diberi perhatian l e b i h real i s t i k mengingat tugas kader posyandu bukan hanya d i hari H, t e t a p i juga pada hazi H-, hari H+. Pada hari N- beban mereka c u k u p b e r a t . S e l a i n mengunjungi s a s a r a n pelayanan Posyandu, juga melakukan persiapan agar pada hari H peralatan dan pengadaan daya tarik s e p e r t i makanan kecil untuk anak balita bisa tersedia. Pada hari H+ s e l a i n menyelesaikan administrasi, tidak j a r a n g mereka yang diruj u k ke Puskesmas meminta diantarkan Kader. Sejauh ini pembahasan masih terpusat pada pelaksanaannya tugas yang berkaitan dengan pelatihannya. Faktor Lain yang juga perlu diperhatikan adalah keaktif an dari t i m PKK tingkat desa. Hal i n i memang relat i f baru. Karena itu belum banyak rnendapat p e r h a t i a n para peneliti . Masalah ini peslu diketengahkan karena dengan adanya Instruksi Mendagri Nomor 9, t a h u n 1990, telah datetapkan bahwa Posyandu adalah milik desa dengan penggeraknya adalah T i m PKK Desa.
1.
Posyandu merupakan bentuk part i s i p a s i masyasakat dalam kesehatan yang akan ikut memheri dampak pada penurunan angka kematian b a y i , peningkatan akseptor KB, dan p e ~ i n g k a t a n status; 'kesehatan ibu hamil, mengingat: a. Posyandu melaksanakan pelayanan ditujukan kepada terjangkaunya b a y i dan balita oleh pelayanan pencegahan kematian bayi dan balita. b Sasaran d a r i .pernlYefitukan Posyandu ialah di tingkat. Sub :@esa, sehingga penduduk sasaran t i d a k akan terhambat oleh f a k t o r cjeo.glraphik, khususnya j asak. Karena tugas kader, Posyandu b e r s i f a t sukarela, maka sebagian besar Kader Posyandu memiliki status sosial ekonomi rendah. Status sosial ekonomi ini mengbambat keberanian Kader dalam penyuluhan kesehatanPosyandu adalah milik dan diselenggarakan oleh masyarakat. Dalam kaitan kualitas pelaksanaan tugas, kader yang aktif: a. telah mengkontribusi dalam pelaksanaan Puskesmas Keliling. b. telah rnelaksanakan tugas-tugas pelayanan seperti: penimbangan bayiJ balita dan ibu hamil, pengisian Kartu KMS, mexujuk pengunjung ke petugas kesehatan. c . sebagian besar $elurn melaksanakan tugas penyuluhan k e s e h a t a n . Tugas penyuluhan hampir tidak dilaksanakan pada waktu hari buka. Kunjungan ke rumah pada hari H- lebih bersifat
.
2. .
L I
.
..
3.
4.
penggerakan penduduk s a s a r a n agar berkunjung pada hari A. Selain faktor sosial ekonomi kader, penyuluhan tidak dilaksanakan karena kader masih belum memiliki ketrampilan penyuluhan kelompok dan penyuluhan individu. Sebagian besar kader tidak memiliki alat peraga dan masih peslu ditambah pengetahuan kesehatannya. 5 . Meskipun t e r j a d i pengurangan tugas Kader Posyandu dibandingkan tugas Kades Kesehatan, cukup banyak Kader Posyandu yang tidak aktif, Ini berkaitan dengan p e n e r a p a n p r i n s i p s u k a r e l a . Dengan prinsip ini, maka : a. yang menjadi kader cenderung mereka yang berusia muda dan belum bekerja; setelah beberapa bulan sebagian besar kader 'menghilang' karena bekerja atau menikah. b. para kader terpilih biasanya status sosial ekonominya rendah. 6.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian imbalan rnembantu memotivasi kader dalam melaksanakan tugas-tugas mereka.
E. Saran 1.
Untuk memperbaiki kualitas Posyandu diperlukan pembimbingan kontinyu. a. Pembimbingan oleh T i m Penggerak PKK Desa. Karena tanggung jawab pembimbingan oleh T i m Penggerak PKK Desa r e l a t i f baru, maka perlu d i p e l a j a r i , seberapa jaub Tim Penggerak P K K Desa telah melaksanakan pembimbingan kepada Kader Posyandu. Tim Penggerak
PKK Desa perlu mendapat pelatihan, dimana t u j u a n n y a ialah: 1) Memiliki pengetahuan tentang t u j u an KHPA dan cara-casa pencegahan kematian bayi, balita dan penyebab kematian pada ibu hamil. 2 ) Memiliki p e n g e t a g a i t e n t a n g manaj e m e n Posyandu, d a n kegiatankegiatan pada hari H-, hari H dan
Ht. . Mendapatkan ketrarnpilan tentang teknik pembimbingan k a d e s , caracara memecahkan,perrnasalahan, t e k nik mernimpin. .. b. Pembimbingan oleh -p&tL9as Puskesrnas Pembimbingan .pehl:u':' diprioritaskan untuk: 1 ~ e m b e r i k mketrampilan / metoda dan t e k n i k konseling. 2 ) Mewujudkan ketrampilan tentang . . teknik penyuluhan kelempok. 3) Mewujudkan ketrampilan berkomunikasi 4 ) Mewujudkan ketrarnpilan merancang dan membuat a l a t peraga dengan bahan setempat. LJntuk mewujudkan ha1 di atas perlu disusun 'WoduI Pelatihan Penyuluhan Kesehatan Kader Posyandu". 3)
.
J
.
2.
Pelatihan lanjutan tentang k e s e h a t a n bayi dan balita, kesehatan ibu hamil dan menyusui, infeksi saluran nafas dan cara
penanggulangannya, perlu direncanakan oleh Puskesmas terutama pada hari H+, agar keraguan kader k a ~ e n a pengetahuan yang terbatas dapat dihindarkan. 3. Kader Posyandu perlu mendapatkan perlakukan-perlakuan untuk menanggulangi kon-
sekuensi negatif d a r i pelaksanaan tugas sebaqai kader dan pengembangan konsekuensi posit if. Peslakuan dapat berupa: a. P e m b e r i a n pengakuan atas psestasi kader, misalnya diadakan pemilihan Kader Posyandu t e l a d a n dari tingkat kabupaten sampai nasional, lomba
.
Posyandu b. Masukan teknik-teknik untuk memudahkan pelaksanaan tugas, sehingga waktu mereka di Posyandu dapat diperkecil. c . Secara kontinyu mendapatkan rumusan pesan-pesan baru, agar sasaran penyuluhan tidak bosan. d . Pesan melalui media massa dirancang sehinga membexi paparan tentang aspek kampanye dan promosi. Selama i n i pesan tentang Posyandu hanya menyentuh segi informasi tentang produk dari Posyandu seperti : imunisasi, cara penanggulangan diare.
4. Mengingat Pasyandu dan kader-kadernya sebagian b e s a r t i d a k m e m i l i k i bahan tertulis untuk kepentingan pendalarnan pengetahuan atau t i d a k m e m i l i k i alat pesaga, perlu ditawarkan kepada para pengusaha/perusahaan untuk berpastisipasi dalam produksi dan distsibusi peralatan kader. 5 . P r o g r a m pernexintah untuk menernpatkan pos5si Posyandu, seiring dengan gerakan 1 a i n . m i s a l n y a KB, Gerakan ke desa sepesti dianjurkan Gubesnur KDB Propinsi Dati I Jawa TimuT, KELOMPENCAPI R dari Departemen Penerangan.
DAFTAR PUSTAKA
Adisusilo,T.F.,Mufis,A.,Susilo,E.A. et al. Gaporan Penelitian dan Penqembanqan PKK Dalam Posyandu. Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Jawa Tengah - Lembaga Penelitian Univessitas, Semarang, 1988: 6 4 . Departemen Kesehatan, Pusat Penyuluhan Kesehat a n Masyarakat. Pedaman Pembinaan Peranserta Masyarakat Dalam Keterpaduan Keluarga Besencana-Kesehatan di Tinqkat Desa, Jakarta. 1984:l.
Glanz,K., Lewis, M.F., Rimer, 3 , [editors) (1990); Health Behavior and Health Education, Theory, Research and P r a c t i c e , Jossey-Bass Publishers, San Francisco, Okxford:69. HersentM.B.SA.,eds.(1976); Behavioral Assesment, A Practical Hanbook, Per gamon Press, Oxford: 3.
Isaac,S. and MichaeP,B.W.(1974); Handbook in Research and Evaluation, Robert R.Knapp, P u b l i s h e r , San D i e g o , California 92107:77. Luthan,
F-Orqanizational Behavior, Tokyo, M c G r a w Hill, Kogakusha, 1977: 25.
Nariyah,E., Rimbawan,D., Astika, et al. PeneLitian KB-Gizi Studi Determinan Faktor-Faktor vana Menentukan Efektivitas Kader d i Bali. Kerjasama BKKBN - Universits Udayana, 1986, Denpasar : 54. A
-
d
Notoadmadjo,S. Bebexapa Nodel Kerangka Analis k s Perilaku Kesehatan, Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia, Tahun X V I , N o r n o r 2 , 3 0 N o p e m b e r
Poloma, M.M. Sosiologi Kontempores. Penerbit CV. Rajawali, Jakarta, 1984: 278. Sarwono,S.W. Teori-Teori Psikologi Sosial, Penerbit CV. Rajawali, 1983:243. Shortel,
S.M, Kaluzny, A.D. and Associates. Health Care Management. A Text in Orqanization Theory and B e h a v i o r , second edition, A W i l e y Medical Publications John Wiley & Sons, N e w York, Chichester, Bsisbane, 1987: 101.
Soemantri,S., Somodinoto, S.,Bahroen,C.,et al. (1983) F Penelitian P e n i l a i a n Prokesa, Puslitbang Pelayanan Keseh a t a n , Surabaya, 1983: 15. Szlmodinoto,S., Soeparmanto,P., Prajitno,A.S., et a1.(1980); Peran Promotor Keseha-
tan Desa dalam Memperluas Jangkauan PeIayanan K e s e h a t a n di P e d e s a a n , Puslitbang Pelayanan Kesehatan, Surabaya: 25.
.
Soeparto H. , Hesmono, I. J. , dan D j oerban, B ( 1 9 8 5 ); Sub Proyek Penyuluhan Kese-
h a t a n Masyarakat Proyek Perbaikan Kampung Kotamadya Dati 11 Surabaya, Puslitbang Pelayanan Kesehatan, Surabaya:45.
Soemanto, R.B.,Sunarsih,G.Jr. dan Purwanta,H. (1978); Laporan Penelitian tentang Peningkatan Pelayanan Kesehatan Masyarakat dengan S ist im Promokesa dan Dana Sehat d i Karanqanyar dan Kudus, Jawa Tengah, L e m b a g a Studi Pedesaan dan Kawasan Universitas Gajah Mada, Yogyakarta:66. SoehermanfB.(1978):Peranan Kader Kesehatan Desa dalam PKMD di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Dati I 1 Sleman, D.I.Yogyakarta, F a k u l t a s Kesehatan Masyarakat U.I., Jakarta:35
Warta Posyandu. Edisi Khusus. Studi Sistem Penghargan Kader Posyandu, Maret Warta Posyandu, Nornor 6. Peranan Kader D a l a m Pemberantasan ISPA, Tahun 1991/1992: 6.
World
Health Organization ( 1978); Report of the international Conference on Primary Health Care, Geneva:5.