Protobiont (2017) Vol. 6 (3) : 89 - 97
Kadar Malondialdehyde Induk dan Struktur Morfologis Fetus Mencit (Mus musculus) yang Diperdengarkan Murottal dan Musik Rock pada Periode Gestasi Silvie Kurniasari1,Ari Hepi Yanti1,Tri Rima Setyawati1 l
ProgramStudiBiologi, FakultasMIPA, UniversitasTanjungpura, Prof. Dr. H. HadariNawawi, Pontianak Email korespondensi:
[email protected]
Abstract Gestation is a stressful state that involved physiological change. Environmental stressor could alter the adaptive mechanism during gestation, thus bring bad impact to the developing fetus. Music is commonly used as a therapy media to minimize stress during gestation. This research aims to examine the effect of listening murottal and rock music during gestation towards levels of oxidative stress in mouse dams (Mus musculus) and the morphological structure of the fetuses. The levels of oxidative stress were analyzed by measuring malondialdehyde (MDA) level as the biomarker. This research was conducted from July to November 2016 in Zoology Laboratory and Chemical Laboratory of Faculty of Mathematics and Natural Sciences Tanjungpura University Pontianak. Fifteen mice were divided into 2 experimental groups (murottal/M and rock/R) and 1 control group (K). During day 0 to day 15 of gestation, the pregnant mouse dams in group M and R were exposed to murottal and rock music, respectively. Laparatomy was conducted on the 16th day of gestation, followed by serum MDA measurements and observing the fetuses. According to the result, MDA level in group M was significantly lower (0.42±0.21 nmol/mL; p<0.05) than two other groups. This result accompanied by the normal fetuses with highest mean of weight (0.74±0.05 g) and length (18.72±0.90 mm) compared to fetuses from group R and K. Fetus with hemorrhage and intrauterine growth restriction (IUGR) were found in group R, while intrauterine mortality was found in group R and K. Keywords: gestation, oxidative stress, murottal, rock music, malondialdehyde, fetus
PENDAHULUAN Gestasi merupakan suatu kondisi yang melibatkan banyak perubahan fisiologis pada tubuh, terutama peningkatan kebutuhan energi dan oksigen. Kebutuhan energi selama gestasi dipenuhi melalui metabolisme lemak yang kemudian berpengaruh terhadap kenaikan profil lipid. Tingginya kebutuhan oksigen diikuti dengan meningkatnya produksi reactive oxygen species (ROS) (Desai et al., 2003; Sivan et al., 1999 dalam Bassi et al., 2011). Reactive Oxygen Species (ROS) merupakan senyawa radikal bebas yang dalam keadaan normal memiliki kadar seimbang dengan antioksidan endogen, namun selama gestasi, kadar ROS cenderung melebihi kadar antioksidan, sehingga menyebabkan stres oksidatif. Keberadaan ROS dan peningkatan profil lipid menginisiasi peroksidasi lipid yang dapat berdampak terhadap kelangsungan hidup fetus (Chaudhari et al., 2003). Peroksidasi lipid selama gestasi diikuti dengan meningkatnya produksi antioksidan endogen, sehingga fetus terlindung dari efek toksik ROS yang
mungkin ditimbulkan (Qanungo dan Mukherjea, 2000). Namun, beberapa kondisi tertentu, salah satunya stres, dapat mengganggu mekanisme antioksidan endogen dalam mengimbangi peroksidasi lipid, sehingga fetus terpapar radikal bebas. Produk peroksidasi lipid, seperti malondialdehyde (MDA), merupakan salah satu parameter untuk menentukan adanya radikal bebas (Patil et al., 2008). Peningkatan kadar MDA berbanding lurus dengan meningkatnya stres oksidatif di dalam tubuh, sehingga dapat dijadikan indikator stres oksidatif (Irawan, 2013). Terapi musik umum dilakukan untuk minimalisasi stres selama kehamilan. Seni melantunkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan nada tertentu atau disebut murottal termasuk salah satu suara yang memiliki efek positif dan menenangkan bagi pendengarnya (Widayarti, 2011). Mendengarkan musik maupun suara yang tenang diketahui dapat menstabilkan kondisi fisik dan psikologis ibu selama kehamilan, membantu menciptakan lingkungan yang nyaman bagi janin, serta meningkatkan ikatan batin antara ibu dan janin (Campbell, 2001). 89
Protobiont (2017) Vol. 6 (3) : 89 - 97
Jenis musik lain yang bersifat stimulatif juga dapat diaplikasikan sebagai sarana terapi (Gaab et al., 2015). Salah satu jenis musik stimulatif yang populer dan sering didengarkan adalah musik rock. Musik rock dapat menurunkan tingkat depresi dan memiliki pengaruh positif terhadap suasana hati. Meskipun demikian, efek yang dihasilkan oleh musik rock juga bergantung pada kondisi serta subjektifitas pendengar (Chan et al., 2010; Gardina, 2014). Hubungan antara jenis musik dengan kondisi stres dan kaitannya dengan tingkat stres oksidatif selama gestasi penting untuk dikaji, karena secara tidak langsung akan berefek terhadap pertumbuhan dan perkembangan fetus. Mendengarkan murottal dan musik rock selama periode gestasi diasumsikan dapat mempengaruhi kondisi fisiologis induk dan morfologis fetus mencit. Oleh karena itu, penelitian mengenai kadar malondialdehyde (MDA) induk dan struktur morfologis fetus mencit perlu dilakukan. BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai dari bulan Juli hingga November 2016. Perlakuan, pembedahan dan pengamatan fetus mencit dilakukan di Laboratorium Zoologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tanjungpura Pontianak. Analisis spektrofotometri untuk mengukur kadar MDA induk mencit dilakukan di Laboratorium Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tanjungpura Pontianak. Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat bedah, cawan petri, gelas objek, kamera digital, kandang mencit, kertas milimeter blok, kotak kedap suara, kuvet, mikropipet, mikroskop Olympus CX21 (perbesaran 10x10), mikroskop stereo Labomed (perbesaran 10x0,8), mikrotube, neraca analitik, perangkat pemutar musik, pipet tetes, sound level meter, sentrifugator, speaker, spektrofotometer, spuit, vortex, water bath, blue tip dan yellow tip. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah akuades, kapas, kloroform, larutan Bouin, larutan standar 1,1,3,3-tetramethoxypropane
(TMP), larutan thiobarbituric acid (TBA) 0,67%, larutan trichloroacetic acid (TCA) 20%, mencit betina (15 ekor), mencit jantan (5 ekor), methylene blue, pakan standar, serum darah mencit dan sekam untuk alas kandang mencit. Rancangan Percobaan Penelitian ini menggunakan metode yang didesain dengan rancangan acak kelompok (RAK). Hewan uji dibagi ke dalam 2 kelompok perlakuan, terdiri dari kelompok M dan kelompok R, serta 1 kelompok kontrol (K). Kelompok M diperdengarkan murottal dan kelompok R diperdengarkan musik rock dengan durasi masingmasing selama 2 jam per hari mulai hari ke-0 hingga hari ke-15 kebuntingan, sedangkan kelompok K tidak diperdengarkan musik apapun. Masingmasing kelompok terdiri dari 5 ekor mencit, sehingga jumlah total hewan uji yang dijadikan sampel sebanyak 15 ekor. Metode Penelitian Persiapan Hewan Uji Hewan uji diaklimasi di Laboratorium Zoologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tanjungpura selama 7 hari sebelum perlakuan. Mencit betina yang berusia lebih kurang 3 bulan ditempatkan dalam 3 buah kandang. Masing-masing kandang berisi 5 ekor mencit yang diberi makan dan minum secara ad libitum.Selama aklimasi, dilakukan penentuan siklus estrus dengan mengamati hasil hapusan vagina (vaginal swab) di bawah mikroskop. Hewan uji yang telah memasuki masa estrus dikawinkan dengan perbandingan jantan:betina 1:3. Munculnya sumbat vagina (vaginal plug) pasca perkawinan menandakan mencit telah berkopulasi dan memasuki hari ke-0 kebuntingan. Mencit yang telah bunting dipisahkan dalam kandang tersendiri, sedangkan mencit yang belum bunting kembali dicampur dengan mencit jantan. Perlakuan Hewan Uji Mencit kelompok M diletakkan dalam kotak kedap suara, lalu diperdengarkan murottal surat ArRahman dari Mohammed Taha Al-Junayd dengan durasi 2 jam per hari mulai hari ke-0 hingga hari ke15 kebuntingan. Intensitas suara ketika perlakuan diukur dengan alat sound level meter. Prosedur yang sama dilakukan pada mencit kelompok R, paparan suara diganti dengan lagu Bring Me The Horizon – True Friends. Mencit pada kelompok kontrol tidak diperdengarkan musik apapun. Intensitas suara 90
Protobiont (2017) Vol. 6 (3) : 89 - 97
yang terukur selama perlakuan murottal berada pada kisaran 80±3 dB, sedangkan pada perlakuan musik rock berkisar 80±5 dB. Pengukuran berat badan mencit dilakukan pada hari kebuntingan ke-0, 3, 6, 9, 12 dan 15. Pengambilan Sampel Serum Darah Mencit dibedah pada hari ke-16 kebuntingan dan dilakukan pengambilan darah melalui jantung. Darah dimasukkan ke dalam mikrotube dan didiamkan pada suhu ±4 °C selama beberapa saat hingga terbentuk dua bagian, yaitu serum dan bekuan (clot) unsur seluler darah. Selanjutnya, sampel darah disentrifugasi pada kecepatan 3000 rpm selama 10 menit. Serum dipisahkan ke dalam mikrotube bersih untuk diuji kadar MDA-nya. Pengukuran Kadar MDA Pengukuran kadar MDA dilakukan dengan mengacu pada metode Draper & Hadley (1990) dan Amalia (2011). Prosedur pengukuran kadar MDA terdiri dari pembuatan kurva standar dan pengukuran kadar MDA serum. Pembuatan Kurva Standar Pembuatan kurva standar untuk pengukuran kadar MDA dilakukan menggunakan larutan 1,1,3,3tetramethoxypropane (TMP). Larutan TMP diencerkan hingga menjadi larutan stokuntuk membuat lima larutan serial standar. Kemudian, 0,5 ml TCA 20% dan 1 ml TBA 0,67% ditambahkan ke dalam tiap larutan serial standar, lalu dihomogenkan. Larutan yang telah homogen dipanaskan dalam water bath pada suhu 95 °C selama 15 menit, kemudian didinginkan pada suhu ruang. Setelah itu, larutan disentrifugasi pada kecepatan 3000 rpm selama 10 menit. Supernatan yang berwarna merah muda diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 532 nm. Masing-masing konsentrasi larutan serial standar dan hasil pengukuran absorbansinya diplot sebagai kurva standar. Selanjutnya, dilakukan perhitungan menggunakan persamaan regresi y = a + bx, dengan koefisien korelasi (r) untuk mengetahui hubungan antara konsentrasi dengan absorbansi larutan standar. Pengukuran Kadar MDA Serum Pengukuran kadar MDA serum dilakukan dengan thiobarbituric acid reactive substance (TBARS)
assay. Sampel serum darah mencit dipipet sebanyak 100 μl ke dalam mikrotube, ditambahkan 0,5 ml larutan TCA 20% dan 1 ml larutan TBA 0,67%, lalu dihomogenkan. Larutan yang telah homogen dipanaskan dalam water bath pada suhu 95 °C selama 15 menit, kemudian didinginkan pada suhu ruang. Setelah itu, larutan disentrifugasi pada kecepatan 3000 rpm selama 10 menit. Supernatan yang berwarna merah muda diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 532 nm. Hasil pembacaan absorbansi dicocokkan dengan kurva standar MDA. Pengamatan Fetus Pengamatan fetus dilakukan dengan mencatat jumlah fetus hidup, jumlah fetus mati dan jumlah resorbsi yang ditandai dengan keberadaan gumpalan merah pada uterus. Masing-masing fetus ditimbang dan diukur panjangnya, lalu diamati ada tidaknya abnormalitas struktur morfologis pada ekor, daun telinga, kelopak mata, serta jumlah digiti pada ekstremitas anterior dan posterior. Hasil pengamatan morfologis didokumentasikan dengan kamera digital. Analisis Data Data kuantitatif dari kelompok kontrol dan kelompok perlakuan dianalisis dengan analysis of variance (ANOVA) satu jalur pada selang kepercayaan 95%. Parameter yang dianalisis meliputi kadar MDA induk mencit, berat dan panjang badan fetus. Perubahan berat badan induk mencit pada hari ke-0 dan hari ke-15 dihitung dalam persentase. Data abnormalitas struktur morfologis fetus mencit dianalisis secara deskriptif. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Hasil penelitian memperlihatkan bahwa induk mencit yang diperdengarkan musik rock (R) pada periode gestasi memiliki rerata kadar MDA yang lebih tinggi dibandingkan dengan induk mencit dari kelompok kontrol (K) dan kelompok yang diperdengarkan murottal (M). Induk mencit pada kelompok K, M dan R masing-masing memiliki rerata kadar MDA sebesar 1,52±0,85 nmol/mL; 0,42±0,21 nmol/mL; dan 2,99±0,66 nmol/mL (Tabel 1).
91
Protobiont (2017) Vol. 6 (3) : 89 - 97
Tabel 1. Kadar MDA Induk Mencit, Panjang, Berat Badan dan Jumlah Fetus Kelompok Perlakuan Kontrol (K) Murottal (M) Rock (R)
Kadar MDA (nmol/mL)*
Panjang Fetus (mm)**
Berat Badan Fetus (g)**
1,52±0,85a 0,42±0,21b 2,99±0,66a
18,54±0,70a 18,72±0,90a 17,59±1,20b
0,66±0,05a 0,74±0,05b 0,69±0,08c
Jumlah Fetus Hidup
Abnormal
50 47 44
2
Mati 1 1
Data kadar MDA induk mencit, panjang dan berat badan fetus ditampilkan dalam nilai rerata±standard error. Huruf berbeda pada setiap nilai di kolom yang sama menunjukkan perbedaan nyata (p<0,05). Tanda (*) = uji Tukey, (**) = uji Mann-Whitney
Grafik kenaikan berat badan induk mencit pada hari ke-0, 3, 6, 9, 12 dan 15 ditunjukkan pada Gambar 1, sedangkan grafik persentase kenaikan berat badan induk mencit ditunjukkan pada Gambar 2. Kelompok M diketahui memiliki persentase kenaikan lebih tinggi (32,9%) dibandingkan kelompok K (22,7%) dan R (32,1%).
50 40 30 20 10 0
0 3 6 9 12 15 Hari ke-
Berat (g)
50 40 30 20 10 0
Berat (g)
Berat (g)
Fetus pada kelompok R memiliki rerata panjang badan terendah (17,59±1,2 mm) dibandingkan dengan fetus pada kelompok M (18,72±0,9 mm) dan kelompok K (18,54±0,7 mm) (Tabel 1). Rerata berat fetus paling rendah dimiliki oleh kelompok K (0,66±0,05 g), diikuti kelompok R (0,69±0,08 g) dan kelompok M (0,74 ±0,05 g) (Tabel 1).
0 3 6 9 12 15 Hari ke-
50 40 30 20 10 0 0 3 6 9 12 15 Hari ke-
Kenaikan Berat Badan (%)
Gambar 1. Grafik Kenaikan Berat Badan Induk Mencit pada Hari ke-0, 3, 6, 9, 12 dan 15 35 30 25 20 15 10 5 0
32,9
32,1
Kontrol
Murottal
Rock
struktur morfologis. Hasil pengamatan struktur morfologis fetus ditunjukkan pada Gambar 3.
22,7
a
b
c
Kontrol Murottal Rock Kelompok Hewan Uji
Gambar 2. Grafik Persentase Kenaikan Berat Badan Induk Mencit
Berdasarkan pengamatan struktur morfologis fetus, ditemukan dua jenis abnormalitas, yaitu hemoragi pada bagian ekor dan hambatan pertumbuhan (intrauterine growth restriction/IUGR). Hemoragi ditemukan pada fetus kelompok R, sedangkan IUGR terjadi pada fetus kelompok K dan R. Fetus di kelompok M tidak mengalami abnormalitas
d
e
Gambar 3. Struktur Morfologis Fetus Mencit Uji pada Hari ke-16 a. Normal (kontrol) b. Normal (kelompok M) c. Mengalami IUGR (kelompok R) d. Gagal berkembang (kelompok K dan R) e. Hemoragi pada bagian ekor (kelompok R; ditunjukkan oleh tanda panah) 92
Protobiont (2017) Vol. 6 (3) : 89 - 97
Pembahasan Hasil penelitian menunjukkan bahwa induk mencit pada kelompok R memiliki rerata kadar MDA lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok K kelompok M. Rerata kadar MDA yang tinggi pada kelompok R diduga karena induk mencit mengalami stres akibat diperdengarkan musik rock. Musik rock dan murottal memiliki efek modulasi yang berbeda terhadap tubuh. Kristyanto et al. (2010) menjelaskan bahwa musik rock memiliki ritme berlawanan dengan ritme tubuh, khususnya denyut jantung, sehingga secara tidak langsung dapat memicu neurohormon yang berkaitan dengan stres. Stres yang diinduksi oleh suara musik rock akan mengaktifkan aksis HPA (hipotalamus-pituitariadrenal) yang kemudian meningkatkan sekresi hormon kortisol. Menurut Guilliams & Edwards (2010), kortisol merupakan salah satu hormon utama yang berperan dalam respons stres. Mekanisme respons kortisol terhadap stres yaitu melalui peningkatan tekanan darah dan laju metabolik (metabolic rate), serta supresi sistem imun. Beberapa penelitian menunjukkan adanya keterkaitan antara aksis HPA dengan stres oksidatif, namun mekanismenya masih belum diketahui dengan jelas (Constantini et al., 2011 dalam Schiavone, 2013). Kondisi stres dapat meningkatkan produksi ROS dalam tubuh. Beberapa kasus stres psikologis diketahui memiliki keterkaitan dengan tingginya bahaya oksidatif yang ditimbulkan (Liu et al., 1994; Rahal et al., 2014; Aschbacher et al., 2013). Meningkatnya produksi ROS selama gestasi diperparah dengan adanya stresor dari lingkungan, sehingga kadar ROS yang dihasilkan tidak dapat diimbangi oleh mekanisme antioksidan endogen dan memicu stres oksidatif. Hal ini didukung oleh Upreti et al. (2002) yang menyatakan bahwa aktivitas enzim antioksidan dipengaruhi oleh faktor fisiologis. Meskipun induk mencit pada kelompok R memiliki kadar MDA tertinggi, namun nilainya tidak berbeda nyata dengan kelompok kontrol, sehingga diasumsikan masih tergolong dalam kisaran kadar MDA yang normal selama gestasi. Hal ini diduga karena musik rock yang digunakan pada penelitian memiliki intensitas suara sebesar 80±5 dB dan diperdengarkan selama 2 jam. Intensitas dan durasi perlakuan tersebut masih berada dalam ambang batas kebisingan yang ditetapkan National Institute
for Occupational Safety and Health (NIOSH), yaitu ±85 dB selama 8 jam, sehingga induk mencit mampu beradaptasi dengan stres yang dialaminya. Kelompok M memiliki rerata kadar MDA paling rendah dibandingkan dengan kedua kelompok lainnya. Hal ini diduga karena induk mencit pada kelompok M tidak mengalami stres seperti kelompok R. Status emosional yang stabil berperan dalam mengoptimalkan mekanisme fisiologis tubuh, salah satunya produksi antioksidan endogen untuk mengimbangi peningkatan kadar ROS. Menurut Widayarti (2011), murottal memiliki nada rendah dengan tempo 60-70 ketukan per menit. Irama murottal yang konstan dan teratur mempunyai efek relaksasi sehingga dapat menurunkan kecemasan. Elkadi (1985) membuktikan bahwa mendengarkan bacaan ayatayat Al-Qur’an diketahui mampu mengurangi stres dan secara tidak langsung meningkatkan imunitas tubuh. Ketika mendengarkan bacaan Al-Qur’an, tubuh merespons melalui vasodilasi yang diikuti peningkatan aliran darah serta menurunnya laju denyut jantung. Beberapa perubahan fisiologis tersebut mengindikasikan bahwa tubuh berada dalam kondisi rileks. Parameter selanjutnya adalah berat badan induk mencit. Berat badan induk akan mengalami peningkatan secara signifikan seiring dengan pertambahan hari kebuntingan. Berdasarkan hasil yang diperoleh, diketahui bahwa peningkatan berat badan yang cukup signifikan mulai terjadi pada hari ke-9 kebuntingan (Gambar 1). Sementara itu, persentase kenaikan berat badan tertinggi terdapat pada induk mencit kelompok M, diikuti oleh kelompok R dan kelompok K (Gambar 2). Peningkatan berat badan pada induk mencit selama gestasi dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti berat fetus, volume cairan amniotik, ukuran plasenta, jumlah jaringan adiposa, dan perbedaan genetis tiap individu (Finlay et al., 2015). Tahap perkembangan yang terjadi selama periode kebuntingan atau gestasi juga dapat memengaruhi berat badan induk mencit. Induk mencit mengalami peningkatan berat badan yang cukup signifikan pada hari ke-9 dikarenakan pada periode ini sedang terjadi organogenesis atau proses pembentukan organ-organ vital embrio. Pada kelompok induk mencit yang diberi perlakuan, peningkatan berat badan secara tidak langsung juga dipengaruhi oleh faktor eksternal yang berupa suara. Hasil penelitian 93
Protobiont (2017) Vol. 6 (3) : 89 - 97
menunjukkan bahwa secara tidak langsung, murottal dan musik rock diduga menstimulasi peningkatan berat badan induk mencit hingga melebihi kelompok kontrol. Lantunan murottal dapat mengaktifkan hormon endorfin dan memberi perasaan nyaman serta menenangkan (Heru, 2008 dalam Siswantinah, 2011). Selain itu, murottal diduga memiliki efek fisiologis yang hampir mirip dengan musik klasik. Musik klasik Mozart diketahui dapat meningkatkan sekresi hormon dopamin yang merupakan agen oreksigenik atau peningkat nafsu makan (Sutoo & Akiyama, 2004; Geary & Smith, 2000 dalam Kristyanto et al., 2010). Peningkatan nafsu makan yang diikuti oleh keadaan emosi yang tenang, nyaman dan relatif stabil akan mengoptimalkan metabolisme dan penyerapan nutrisi oleh tubuh, sehingga induk mencit mengalami kenaikan berat badan. Sementara itu, musik rock cenderung memicu stres melalui sekresi hormon kortisol. Meningkatnya hormon kortisol menyebabkan penurunan kadar hormon serotonin dan resistensi leptin. Hal tersebut menimbulkan keinginan makan yang tidak terkontrol, sehingga secara tidak langsung akan meningkatkan berat badan (Tafet et al., 2001). Induk mencit pada kelompok R yang diduga mengalami stres akibat diperdengarkan musik rock justru memiliki persentase kenaikan berat badan lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol. Hal ini diduga karena intensitas suara musik rock yang digunakan pada penelitian ini tidak melebihi ambang batas kebisingan yang disarankan, yaitu sebesar ±85 dB. Paparan suara bising dengan intensitas 75 dB dan 80 dB diketahui meningkatkan asupan makanan dan berat badan hewan uji, namun pada intensitas yang lebih tinggi (90 dB dan 105 dB) justru menimbulkan efek sebaliknya (Ames, 1978 dalam Broucek, 2014; Kovalcík & Sottník, 1971 dalam Broucek, 2014; Rahayu et al., 2005). Kristyanto et al. (2010) menemukan bahwa musik rock secara tidak langsung meningkatkan nafsu makan dan berat badan pada tikus. Hal tersebut selain diakibatkan mekanisme respons stres, diduga karena adanya aspek lain dari musik rock yang belum bisa dijelaskan, sehingga perlu dikaji lebih lanjut. Panjang dan berat badan fetus merupakan parameter penting untuk mengetahui efek suatu perlakuan terhadap pertumbuhan fetus. Terdapat perbedaan
nyata antara panjang fetus kelompok K dan M dengan panjang fetus kelompok R, sedangkan pada parameter berat badan, ketiga kelompok memiliki nilai berbeda nyata. Berdasarkan Tabel 1, diketahui bahwa fetus pada kelompok R memiliki rerata panjang tubuh paling rendah, sedangkan rerata berat badan paling rendah dimiliki oleh fetus pada kelompok K. Rendahnya berat badan fetus pada kelompok K diduga berkaitan dengan total jumlah fetus kelompok tersebut. Kelompok K memiliki jumlah fetus terbanyak, yaitu 50 individu. Menurut McLaren & Michie (1959), berat embrio akan berkurang seiring dengan bertambahnya jumlah embrio yang diimplantasikan, sehingga secara tidak langsung akan menyebabkan berat badan induk juga menjadi lebih rendah. Hal ini ditunjukkan dengan persentase kenaikan berat badan induk kelompok K yang lebih rendah jika dibandingkan dengan dua kelompok lainnya. Gambar 3 menunjukkan struktur morfologis fetus normal dan yang mengalami abnormalitas. Jenis abnormalitas yang terjadi yaitu hemoragi (perdarahan) dan hambatan pertumbuhan (intrauterine growth restriction/IUGR). Fetus dengan hemoragi dan yang mengalami IUGR ditemukan pada kelompok R. Selain itu, pada kelompok R dan K juga ditemukan fetus yang gagal berkembang dan mengalami kematian intrauterus. Hemoragi disebabkan oleh keluarnya darah dari sistem kardiovaskuler yang disertai dengan penimbunan dalam jaringan tubuh (Prince & Wilson, 1984 dalam Widiyani & Sagi, 2001). Salah satu efek fisiologis yang ditimbulkan oleh stres adalah terjadinya kenaikan tekanan darah. Ketika terjadi stres, pembuluh darah dirangsang secara langsung oleh saraf simpatis dan secara tidak langsung oleh hormon epinefrin dan norepinefrin. Koordinasi kedua rangsangan tersebut menyebabkan vasokonstriksi atau penyempitan pada pembuluh darah, sehingga tekanan darah naik (Ganong, 1991). Menurut Wilson (1973) dalam Rahayu et al. (2005), kenaikan tekanan darah karena suatu stimulan yang sampai ke fetus dapat menyebabkan terjadinya perdarahan. Hambatan pertumbuhan intrauterus (intrauterine growth restriction/IUGR) merupakan suatu gangguan pada masa gestasi yang menyebabkan fetus tidak dapat tumbuh dan berkembang secara 94
Protobiont (2017) Vol. 6 (3) : 89 - 97
optimal di dalam uterus (Burton & Jauniaux, 2011). Stres yang dialami induk mencit pada kelompok R akibat diperdengarkan musik rock secara tidak langsung dapat berefek pada fetus. Hormon-hormon kortikosteroid yang disekresikan sebagai respons terhadap stres memiliki reseptor berlimpah di dalam plasenta. Ketika tubuh dalam kondisi stres, sistem saraf simpatis akan teraktivasi dan mengakibatkan berkurangnya aliran darah dari plasenta menuju uterus. Fetus yang kekurangan suplai darah berpotensi mengalami hambatan pertumbuhan (IUGR) (Ohkawa et al., 1991; Nusken et al., 2001). Tingkat stres oksidatif yang tinggi pada induk mencit kelompok R juga menjadi faktor penyebab IUGR. Stres oksidatif dapat mengakibatkan stres retikulum endoplasma pada syncytiotrophoblast plasenta, sehingga memicu apoptosis (kematian sel) (Burton et al., 2009 dalam Lazar, 2012). Apoptosis akan menurunkan fungsi plasenta sebagai jalur suplai nutrisi bagi fetus. Hal tersebut mengakibatkan fetus mengalami IUGR, gagal berkembang, hingga kematian. Fetus pada kelompok M memiliki struktur morfologis yang normal dengan panjang dan berat badan yang relatif proporsional. Hal ini diduga karena induk mencit yang diperdengarkan murottal memiliki status emosional yang relatif lebih stabil dibandingkan induk mencit pada dua kelompok lainnya. Efek negatif dari kondisi stres yang secara normal terjadi selama gestasi diminimalisasi melalui respons yang dihasilkan ketika mendengar lantunan ayat-ayat Al-Qur’an. Telah diketahui bahwa ketika mendengarkan bacaan Al-Qur’an, tubuh merespons dengan vasodilasi yang diikuti peningkatan aliran darah dan menurunnya laju denyut jantung (Elkadi, 1985). Kondisi ini secara tidak langsung akan mencegah terjadinya hemoragi. Selain itu, peningkatan aliran darah akan mencegah fetus kekurangan suplai nutrisi, sehingga pertumbuhan dan perkembangannya dapat berlangsung secara optimal.
Amalia, L, 2011, Komparasi Efektivitas Pemberian Suplemen Antioksidan Terhadap Kadar Malondialdehid (MDA) Serum Mahasiswi Ekstensi Gizi Masyarakat-IPB, Laporan Penelitian, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor Bassi, R, Kaur, M & Sharma, S, 2011, ‘Study of Changes in Lipid Profile, Lipid Peroxidation and Superoxide Dismutase during Normal Pregnancy’, Indian Journal of Fundamental and Applied Life Sciences, vol. 1, no. 3, hal. 249-254 Broucek, J, 2014, ‘Effect of Noise on Performance, Stress, and Behaviour of Animals’, Slovak J. Anim. Sci., vol. 47, no. 2, hal. 111-123 Burton, GJ & Jauniaux E, 2011, ‘Oxidative Stress’, Best Pract Res Clin Obstet Gynaecol, no. 25, hal. 287-299 Campbell, D, 2001, Efek Mozart: Memanfaatkan Kekuatan Musik untuk Mempertajam Pikiran, Meningkatkan Kreativitas dan Menyehatkan Tubuh, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Chan, MF, Wong, ZY & Thayala, NV, 2010 ‘A Systematic Review on the Effectiveness of Music Listening in Reducing Depressive Symptoms in Adults’, JBI Library of Systematic Reviews, vol. 8, no. 31, hal. 1242-1287 Chaudhari, L, Tandon, OP, Vaney, N & Agarwal, N, 2003, ‘Lipid Peroxidation and Antioxidant Enzymes in Gestational Diabetes’, Indian Journal of Physiology and Pharmacology, vol. 47, no. 4, hal. 441-446 Desai, P, Rathod, SP & Garge, V, 2003, ‘Evaluation of Pro-oxidants and Antioxidants in Pre-eclampsia’, Journal of Obstetrics & Gynaecology of India, vol. 53, no. 5, hal. 445448 Draper, HH & Hadley, M, 1990, ‘Malondialdehyde Determination as Index of Lipid Peroxidation’, Methods in Enzymology, no. 186, hal. 421-431
DAFTAR PUSTAKA
Elkadi, A, 1985, ‘Health and Healing In The Qur’an’, American Journal of Islamic Social Sciences, vol. 2, no. 2, hal. 291-296
Aschbacher, K, O'Donovan, A, Wolkowitz, OM, Dhabhar, FS, Su, Y & Epel, E, 2013, ‘Good Stress, Bad Stress and Oxidative Stress: Insights from Anticipatory Cortisol Reactivity’, Psychoneuroendocrinology, vol. 38, no. 9, hal. 1698-1708
Finlay, JB, Liu, X, Ermel, RW & Adamson, TW, 2015, ‘Maternal Weight Gain as a Predictor of Litter Size in Swiss Webster, C57BL/6J, and BALB/cJ Mice’, Journal of the American Association for Laboratory Animal Science, vol. 54, no. 6, hal. 694-699
95
Protobiont (2017) Vol. 6 (3) : 89 - 97
Gaab, N, Schlaug, G & Wong, L, 2015, ‘Music as Medicine: The Impact of Healing Harmonies’, Longwood Seminars, Harvard Medical School Ganong, WF, 1991, Review of Medical Physiology, Lange Medical Publication, Los Angeles Gardina, A, 2014, Pengaruh Musik Pop, Jazz, dan Rock terhadap Mood (Suasana Hati) Seseorang, Skripsi Guilliams, TG & Edwards, L, 2010, ‘Chronic Stress and the HPA Axis: Clinical Assessment and Therapeutic Considerations’, The Standard, vol. 9, no. 2, hal. 1-12 Irawan, R, 2013, Hubungan Obesitas terhadap Kadar Malondialdehid(MDA)Plasma pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2013, Laporan Penelitian, Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta Kristyanto, H, Sonia, S, Rapih, P, Natsir, A, Suraya, F & Ibrahim, N, 2010, ‘Pengaruh Musik Klasik dan Musik Rock terhadap Nafsu Makan dan Berat Badan Tikus’, Maj Kedokt Indon, vol. 60, no. 5, hal. 219-226 Lazar, L, 2012, ‘The Role of Oxidative Stress in Female Reproduction and Pregnancy’, Oxidative Stress and Diseases, diakses pada 18 Desember 2016
Liu, J, Wang, X & Mori, A, 1994, ‘Involvement of Reactive Oxygen Species in Emotional Stress: A Hypothesis Based on the Immobilization Stress-Induced Oxidative Damage and Antioxidant Defense Changes in Rat Brain and the Effect of Antioxidant Treatment with Reduced Glutathione’, International Journal of Biochemistry, vol. 1, no. 3, hal. 249-263 McLaren, A & Michie, D, 1959, ‘Superpregnancy in the Mouse: Weight Gain During Pregnancy’, Journal of Experimental Biology, vol. 36, no. 2, hal. 301-314 National Institute for Occupational Safety and Health, 1998, Occupational Noise Exposure, U.S. Department of Health and Human Services, Ohio
Nusken, KD, Schneider, H, Plank, C, Trollman, EN, Rascher, W & Dotsch, J, 2011, ‘Fetal Programming of Gene Expression in Growthrestricted Rats depends on the cause of Low Birth Weight’, Endocrinology, vol. 152, no. 4, hal. 1327 Ohkawa, T, Rhode, W, Takeshita, S, Dorner, G, Arai, K & Okinaga, S, 1991, ‘Effect of an Acute Maternal Stress on the Foetal Hypothalamic Pituitary-Adrenal System in Late Gestational Life of the Rat’, Experimental and Clinical Endocrinology and Diabetes, vol. 98, hal. 123-129 Patil, SB, Kodliwadmath, MV & Sheela, MK, 2008, ‘Correlation Between Lipid Peroxidation and Non-enzymatic Antioxidant in Pregnancy Induced Hypertension’, Indian Journal of Clinical Biochemistry, vol. 23, no. 1, hal. 45-48 Qanungo, S & Mukherjea, M, 2000, ‘Ontogenic Profile of Some Antioxidants & Lipid Peroxidation in Human Placental and Fetal Tissues’, Molecular and Cellular Biochemistry, vol. 215, no. 1-2, hal. 11-19 Rahal, A, Kumar, A, Singh, V, Yadav, B, Tiwari, R, Chakraborty, S & Dhama, K, 2014, ‘Review Article: Oxidative Stress, Prooxidants, and Antioxidants: The Interplay’, BioMed Research International, vol. 2014, hal. 1-19 Rahayu, SY, Widiyani, T & Sutarno, 2005, ‘Pertumbuhan dan Perkembangan Embryo Tikus Putih (Rattus norvegicus L.) Setelah Perlakuan Kebisingan’, BioSMART, vol. 7, no. 1, hal. 53-59 Schiavone, S, Jaquet, V, Trabace, L & Krause, K, 2013, ‘Severe Life Stress and Oxidative Stress in the Brain: From Animal Models to Human Pathology’, Antioxidants & Redox Signaling, vol. 18, no. 12 Siswantinah, 2011, Pengaruh Terapi Murottal terhadap Kecemasan Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Dilakukan Tindakan Hemodialisa di RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan, Skripsi, Universitas Muhammadiyah Semarang, Semarang Sutoo, D & Akiyama K, 2004, ‘Music Improves Dopaminergic Neurotransmission: Demonstration based on the Effect of Music on Blood Pressure Regulation, Brain Research, vol. 1016, hal. 255 262
96
Protobiont (2017) Vol. 6 (3) : 89 - 97
Tafet, GE, Toister-Achituv, M & Shinitzky, M, 2001,‘Enhancement of Serotonin Uptake by Cortisol: A Possible Link between Stress and Depression’, Cognitive, Affective, & Behavioral Neuroscience, vol. 1, hal. 96-104 Upreti, K, Chaki, SP & Misro, MM, 2002, ‘Evaluation of Peroxidative Stress and Enzymatic Antioxidant Activity in Liver and Kidney during Pregnancy and Lactation in Rats’, Health and Population – Perspectives and Issues, vol. 25, no. 4, hal. 177-185 Widayarti, 2011, Pengaruh Murottal Al-Quran terhadap Intensitas Kecemasan Pasien Sindroma Koroner Akut di RS Hasan Sadikin, Tesis, Universitas Padjajaran, Bandung Widiyani, T & Sagi, M, 2001, ‘Pengaruh Aflatoksin B1 terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Embryo dan Skeleton Fetus Mencit (Mus musculus L.)’, BioSMART, vol. 3, no. 2, hal. 28-35
97