Prosiding Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM UMP 2014 ISBN 978-602-14930-3-8 Purwokerto, 20 Desember2014
Kabhanti Modero Sebagai Perekat Persatuan Dalam Masyarakat Muna Di Sulawesi Tenggara Rasiah Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Halu Oleo Jl. HEA Mokodompit, Kampus Baru Anduonohu, Kendari Sulawesi Tenggara Email :
[email protected];
[email protected] 1
ABSTRAK Kabhanti Modero adalah salah satu seni pertunjukan tradisional di Muna Sulawesi Tenggara yang menggabungkan menyanyi dan menari dalam permainan. Secara historis, Kabhanti Modero telah menjadi forum penting bagi masyarakat di Kabupaten Muna untuk mengekspresikan aspirasi, kritik, serta pengetahuan dalam nuansa hiburan. Ini berarti bahwa Kabhanti Modero memiliki fungsi ganda, yaitu sebagai hiburan dan juga sebagai sarana komunikasi. Sebagai fungsi komunikatif, Kabhanti Modero berfungsi sebagai perekat kebersamaan dan persatuan yang dibingkai dalam bahasa seni yang menghibur masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari gerakan dan formasi tarian. Para anggota kelompok tarian saling bersatu dengan saling bergandengan dan tidak bisa terlepas dari lingkaran. Lingkaran ini berarti upaya membangun kebersamaan. Aspek lain yang juga mengungkapkan kebersamaan adalah melalui teks lagu.Tulisan ini menyimpulkan bahwa Kabhanti Modero bisa berperan penting sebagai perekat kesatuan baik di tingkat lokal, dan / atau konteks nasional, di tengah-tengah kenyataan multikulturalisme dan budaya transnasional. Kata Kunci : Unity, Togetherness, Muna Society, Kabhanti Modero.
PENDAHULUAN Kabhanti Modero merupakan salah satu tradisi lisan masyarakat Muna, salah satu kabupaten, suku, dan komunitas masyarakat di Tenggara Sulawesi, yang disampaikan dalam pertunjukan balas pantun dengan cara berkelompok (biasanya, kelompok laki-laki dan perempuan) atau juga dalam bentuk monolog (perorangan) yang disertasi dengan gerakan tarian. Secara etimologis kabhanti merupakan kata bentukan dari morfem ka- dan kata dasar bhanti yang mengandung pengertian puisi (La Niampe, 1998:54), sajak, atau nyanyian (Anceaux, 1988:51). Sementara itu, pakar kebudayaan Muna, La Mokui (1991:4), menyatakan bahwa berdasarkan makna bahasa Muna, kabhanti bisa diartikan sebagai pantun. Kabhanti Modero merupakan salah satu jenis pantun Muna yang dipentaskan dengan cara dilantunkan atau dinyanyikan dan biasanya diiringi tarian dan alat musik (gambus) yang biasa dilaksanakan atau dipentaskan pada acara pesta kampung, misalnya pernikahan, khitanan, dan jenis kegiatan lain yang ada dalam masyarakat Muna. Sebagai seni, Kabhanti Modero kemudian diyakini tidak hadir dalam kekosongan tetapi ia hadir dengan mengungkapkan isu-isu yang sedang berkembang di masyarakat, kadangkala tergantung pada situasi apa perhelatan itu dilakukan. Teeuw (1980: 11) menyatakan bahwa karya seni, apapun jenis atau genrenya yang lahir dari tangan kreatif penciptanya pada dasarnya merupakan devices untuk mengungkapkan messeges yang selalu berada di tengah-tengah konteks atau tradisi kebudayaannya. Dengan demikian Kabhanti Modero juga lahir di tengah-tengah konteks dan tradisi kebudayaan masyarakat yang melatarinya. Teks atau lirik Kabhanti Modero dapat memuat; di satu sisi; (a) sindiran bersifat kritik terhadap keadaan, pandangan, sifat, atau sikap seseorang atau kelompok masyarakat; (b) ungkapan isi hati/perasaan yang mengandung permohonan atau penolakan suatu permohonan; dan (c) balasan terhadap sindiran yang ditujukan padanya (Samsul, 2012). Kabanti sering digunakan dalam kehidupan masyarakat Muna yang memuat nilai-nilai budaya, norma-norma sosial dan mengandung nilai estetika dan moral dari masyarakat pendukungnya. Dengan demikian, Kabhanti Modero dapat berguna untuk memperkokoh nilai-nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat yang banyak digunakan oleh orang-orang tua dalam mendidik anak-anak dan juga dapat digunakan oleh pemuda dan pemudi dalam hal mencurahkan isi hatinya kepada seseorang seperti menyatakan cinta kasih, suka duka, kerinduan dan kekecewaan. Dan yang terpenting adalah Kabhanti Modero dapat menjadi lambang perekat persatuan di antara anggota masyarakat, tidak saja dalam konteks lokal dan nasional, tapi juga global. Hal ini dapat terealisasi mana kala lirik-lirik dalam kabhanti dapat dijadikan sebagai sarana pemersatu. Tulisan ini kemudian menempatkan Kabhanti Modero sebagai seni (sastra dan/atau pertunjukan). Sebagai seni, Kabhanti Modero tidak saja berfungsi sebagai penghibur tetapi juga sarana komunikasi. Sebagai sarana komunikasi, Kabhanti Modero dapat menjelma sebagai pemersatu, perekat persaudaraan dalam komunitas etnis, bangsa, dan global. Dewasa ini konflik internal dalam dan luar negeri, serta ke-intoleransian terhadap sesama manusia rentan dengan keterpecahan dan konflik, sehingga membutuhkan sarana yang efektif 388
Prosiding Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM UMP 2014 ISBN 978-602-14930-3-8 Purwokerto, 20 Desember2014 untuk meredakan tanpa membuat masyarakat merasa digurui atau dipaksa. Seni memberikan audience pilihanpilihan untuk merasai bagaimana kebenaran itu memasuki hati sanubarinya secara personal, karena seni dapat menampilkan sesuatu yang tidak bisa ditampilkan oleh bidang-bidang lain seperti sejarah yang bersifat hard fact, tetapi seni dapat menampilkan mental evidence yang dapat dirasai oleh individu secara personal. Lotman mengatakan bahwa seni merupakan alat transmisi yang padat informasi yang tidak dimiliki oleh sarana lain (Chamamah, 2001) karena seni (sastra) menyampaikan pesan melalui bahasa yang bersifat universal dan dapat mengenai siapa pun yang mengenainya.
TUJUAN Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji Kabhanti Modero sebagai perekat persatuan di antara anggota masyarakat khususnya di kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara.
METODE Untuk menganalisis masalah dalam tulisan ini, maka penulis menggunakan teori semiotik untuk membedah makna teks (lirik) Kabhanti Modero. Teks Kabhanti Modero ditempatkan sebagai teks sastra yang bermedium bahasa yang mengandung seperangkat tanda untuk dimaknai. Asumsinya adalah bahasa sastra (Kabhanti Modero) merupakan sistem tanda tingkat kedua (second order semiotic atau secondary modeling system) (Preminger, dkk, 1974: 981; Lotman, dalam Chamamah, 2001) sehingga membutuhkan seperangkat pengetahuan mengenai tanda dan sistem penanda dalam menafsirkan makna dari teks tersebut. Tanda tersebut adalah tanda bahasa yang dipakai dalam teks sastra, tanda budaya yang menjadi latar terciptanya teks tersebut, serta konvensi teks (sastra) yang dihadapi pembaca. Berdasarkan pandangan ini, maka untuk mengungkapkan bagaimana seni Kabhanti Modero dapat menjadi perekat persatuan di antara anggota masyarakat dapat dibuktikan melalaui analisis makna teks yang ditampilkan dalam Kabhanti Modero serta tanda-tanda lainnya dalam pertunjukkan secara semiotik. Makna teks Kabhanti Modero ini kemudian dianalisis secara kualitatif dengan fokus analisis performance gerak tari dan tekstual, dimana data didekati secara interpretatif.
PEMBAHASAN Untuk mengungkapkan fungsi Kabhanti Modero sebagai perekat persatuan masyarakat dapat ditinjau melalui dua hal yaitu, pola pementasan Kabhanti Modero dan makna teks atau lirik Kabhanti Modero yang dilantunkan. Kabhanti Modero dalam masyarakat Muna tidak hanya sebagai ungkapan ekspresi semata melainkan lebih cenderung kepada fungsi ekspresi tersebut. Artinya keberadaan Kabhanti Modero mempunyai kegunaan yang dapat memberikan manfaat kepada masyarakat utamanya dalam menjaga hubungan sosial seperti halnya yang ditunjukkan dalam pola pementasannya maupun makna teks atau lirik pantun yang disampaikan. Kabhanti Modero sebagai Perekat Persatuan Ditinjau dari Pola Pementasan Sesuai dengan topik yang dibahas dalam tulisan ini yaitu Kabhanti Modero sebagai perekat persatuan antar anggota masyarakat, maka tulisan ini akan membahas bagaimana Kabhanti Modero memainkan perannya sebagai perekat persatuan tersebut. Bentuk pertunjukan Kabhanti Modero adalah pertunjukan yang berisi tari dan lagu. Kedua hal tersebut dipertunjukan secara simbolis karena lebih menekankan kepada esensi tari dan lagu yang merupakan simbol yang digunakan oleh masyarakat setempat untuk menggambarkan ekspresi masyarakat mengenai persatuan. Elemen-elemen yang terdapat dalam sisi tari dalam Kabhanti Modero yaitu gerak, ruang gerak, pakaian, dan tema. Semua elemen tersebut saling berkaitan guna mewujudkan keselarasan yang dibangun. Menurut Samsul (2012) sebuah pertunjukan tradisi lisan (Kabhanti Modero) harus memperhatikan konteks, karena konteks dapat memberikan arti penting dalam memaknai sebuah pertunjukan. Gerak adalah unsur penting suatu tarian yang berhubungan dengan ruang, waktu, dan tenaga. Dalam pertunjukan tari modero gerak merupakan sebagai dasar dalam tari Modero yang merupakan media utama yang digunakan untuk mengungkapakan eksperesi perasaan masyarakat pendukungnya. Gerak dalam tari Modero yang dipertunjukan terdiri dari satu motif gerakan yaitu gerak berpegangan tangan antara pebhanti yang satu dengan pebhanti yang lain. kemudian kaki kanan melangkah kedepan dan kaki kiri menyerong kesamping kanan sehingga posisi pebhanti akan bebeda beda namun, tetap membentuk sebuah lingkaran. Lambat dan cepatnya gerak dalam pertunjukan tari modero akan mengikut pada pantun (kabhanti) 389
Prosiding Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM UMP 2014 ISBN 978-602-14930-3-8 Purwokerto, 20 Desember2014 yang dilontarkan kepada kelompok pebhanti. Namun, pebhanti laki- laki dan pebhanti perempuan berpisah 1/3 jarak dari kelompok pebhanti laki-laki dan pebhanti perempuan dengan membentuk sebuah lingkaran. Gerak dalam tari modero memiliki arti persatuan. Hal ini dapat dilihat dari gerakannya yang berpegangan tangan antara pebhanti satu dengan pebhanti lainnya. Bagi masyarakat setempat berpegangan tangan antara satu dengan yang lain melambangkan persatuan antara keduannya. Gerak dalam tarian ini dianggap mampu mewakili pesan yang ingin disampaikan dalam tarian tersebut. Gambar berikut menyajikan bentuk pementasan Kabhanti Modero.
Gambar 1. Kelompok Pebanti (pemain) perempuan
(Dokumentasi , 2013)
Gambar 2. Kelompok pebanti laki-laki Dua gambar di atas menjelaskan banyak hal yang merujuk pada perekat persatuan, pertama, adalah kebebasan dalam berekspresi tidak dibatasi usia dan status sosial. Gambar tersebut menyiratkan bahwa Kabhanti Modero dapat mewadahi banyak kalangan tanpa membeda-bedakan untuk berpartisipasi dalam pertunjukan tersebut. Hal ini dapat menjadi ajang mempererat persatuan dan memperkecil gab antara masyarakat dari golongan atas, menengah maupun bawah, juga usia usia muda maupun tua. Yang kedua, bergandengan tangan yang dilakukan anggota kelompok pebanti (pemain) dapat membentuk sikap persatuan secara emosional. Cara 390
Prosiding Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM UMP 2014 ISBN 978-602-14930-3-8 Purwokerto, 20 Desember2014 ini diyakini dapat menembus batas-batas gab sosial dan usia dalam kebersamaan memenangkan kompetisi melantunkan sair-sair dalam pantun dan tari. Dan yang ketiga adalah formasi lingkaran yang dibuat oleh peserta pementasan menyimbolkan sebuah kesatuan yang tidak terpisahkan. Semua perserta bebas bergerak dalam tarian modero, namun ia dikontrol oleh sebuah lingkaran yang tetap harus dijaga. Ini menandai bahwa dalam heterogenitas aktivitas, prilaku, dan apapun yang ada dalam komunitas itu tetap selalu berada dalam sebuah kesatuan yang utuh. Dalam pertunjukan Kabhanti Modero, jumlah pebhanti dalam tarian ini pun tidak dibatasi, hal ini dilakukan untuk memberikan kesempatan dan kebebasan kepada semua warga masyarakat untuk berpartisipasi dalam pertujukan tersebut. Semakin banyak pemain, semakin beragam pula topik bisa diangkat untuk didendangkan, semakin banyak unek-unek yang tersampaikan, semakin ramai pula acara tersebut. Sikap bersatu tampak pula dalam cara masing-masing kelompok bersepakat memberikan masukan dan ide-ide dalam berbalas pantun. Deskripsi pelaksanaan Kabhanti Modero dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel. Pelaksanaan Kabhanti Modero Sekuen Awal
Tengah
Akhir
Uraian gerak
Pola lantai
Kelompok pebhanti saling berpegangan tangan, namun antara kelompok pebhanti laki- laki dan kelompok pebhanti perempuan terpisah sekitar satu meter dan membentuk sebuah lingkaran. Kelompok pebhanti saling berpegangan tangan, dan saling melontarkan pantun Apabila di antara salah satu kelompok pebhanti, kalah dalam berbalas pantun atau sudah tidak menjawab pantun yang dilontarkan pada salah satu kelompok pebhanti, maka pertunjukan tari modero telah berakhir dan dinyatakan telah kalah,dan para pebhanti pulang keruhmanya masing-masing
Iringan Menggunakan pantun (kabhanti) dengan bahasa asli daerah Muna Kadangkala juga diiringi musik, seperti gambus
-
-
-
-
Kabhanti Modero Sebagai Perekat Persatuan ditinjau dari Makna Teksnya Menurut Nurdin (wawancara 2013) ungkapan-ungkapan bahasa kabhanti (khususnya modero) memiliki tujuan untuk menghibur, menasehati, dan mendididk, dan bahkan menyindir namun dilakukan dalam ketaklangsungan arti. Artinya bahwa syair atau lirik pantun Kabhanti Modero sesungguhnya bertujuan untuk menghindari keterusterangan atau kelangsungan arti dengan menjaga agar lawan tutur tidak tersinggung. Namun demikian para pemain atau pebhanti sudah memahami konvensi bahasa dalam Kabhanti Modero, sehingga mereka dapat dengan mudah menangkap makna pantun-pantun yang dilantunkan termasuk menyiapkan pantun balasan atau menciptakan tema-temanya.
391
Prosiding Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM UMP 2014 ISBN 978-602-14930-3-8 Purwokerto, 20 Desember2014 Berdasarkan makna yang terkandung di dalamya maka interaksi sosial Kabhanti Modero dapat diungkapakan dan ditampilkan sebagai alat yang dapat menghubungkan antara yang satu dengan yang lain. Meskipun begitu, konteks isi ungkapan dalam syair-syair Kabhanti Modero biasanya disesuaikan dengan konteks yang melatari perhelatan tersebut. misalnya, jika Kabhanti Modero dihelat untuk mempertingati hari kemerdekaan Indonesia, maka unsur bahasa yang menyemangati persatuan bangsa sangat dominan dalam pertunjukan tersebut. begitu juga dengan konteks yang lain, misalnya, pengislaman, perkawinan, atau syukuran, maka tema pantun disesuaikan dengan konteks tersebut. Berikut ini beberapa teks pantun Kabhanti Modero yang berhasil direkam dalam tulisan ini yang mencerminkan makna persatuan. Teks 1. Odharu bake mepanda Bhanti-bhanti kakubu pangko Modero maimo da tumandamo Artinya Belimbing berbuah rendah Kapak berhulu pendek mari kita modero sambil berpegangan tangan Pantun pun sudahlah mulai Teks di atas dapat dicermati dalam dua hal, yang pertama penggunaan bahasa kiasan yang mengiringi pesan yang diingin disampaikan. Seperti yang dikatakan oleh Nurdin bahwa bahasa Kabhanti Modero adalah kiasan untuk menyampaikan pesan, untuk menghindari ketersinggungan. Meskipun teks di atas tidak mengandung bahasa untuk membuat ketersinggungan orang, namun pengiasan buah belimbing dan kapak menandai pesan kepada peserta modero untuk merendahkan hati (tidak sombong) ketika berada dalam pentas tersebut. Pesan untuk menjauhkan sifat sombong ini merupakan kunci untuk menjalin persatuan dengan sesama pemain. Namun jika ditarik dalam konteks yang lebih luas sifat sombong merupakan penghalang terjalinnya sebuah komunikasi yang erat dalam sebuah komunitas. Peniadaan sifat sombong adalah kunci keharmonisan sosial dalam kehidupan masyarakat secara luas. Yang kedua, kiasan tersebut disampaikan dengan cara demikian untuk memperindah bahasa sekaligus untuk menarik perhatiana pemain lain maupun audience. Pesan ini diperkuat teks berikut ini. Teks 2. Dapotonda-tonda tora welo modero ini Mina bensigahano Okadai nagkodohomu. Artinya Kita bergandengan tangan dalam modero ini Tidak orang lain (kita sama) Pertengkaran harus dijauhkan Bergandengan tangan dalam konteks ini dapat dimaknai sebagai persahabatan atau persaudaraan untuk memulai sebuah persatuan secara emosional. Meskipun misalnya ada anggota baru atau orang asing yang bergabung dalam perhelatan modero tersebut namun jika sudah masuk dalam lingkaran maka ia sudah dianggap sebagai bagian dari masyarakat tersebut. Kata mina be nsigahano dalam syair tersebut menandai hubungan kekerabatan yang saling dekat, tidak ada orang lain. Selanjutnya teks di atas juga mengandung pesan untuk menghilangkan pertengkaran (Okadai nagkodohomu), artinya para peserta diminta untuk bersabar ketika menghadapi segala tingkah pola peserta lain ketika berdendang, terutama pada saat ada anggota kelompok yang disindir, maka ia harus sabar menyikapi sindiran tersebut. hal ini dimaksudkan untuk tidak menimbulkan permusuhan atau pertikaian yang terjadi baik yang terjadi di luar konteks itu ataupun terjadi pada saat konteks tersebut berlangsung. Sikap sabar sesungguhnya salah satu cara untuk mengatasi konflik batin dan interpersonal dalam sebuah kehidupan bermasyarakat. Jadi dalam modero ditanamkan nilai-nilai persahabatan dan kesabaran yang tinggi untuk terciptanya sebuah kesatuan, tidak saja dalam konteks permainan, tapi juga dalam konteks kemasyarakatan yang lebih luas. Pesan ini kemudian diperteggas pada teks ke 3 sebagai berikut.
392
Prosiding Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM UMP 2014 ISBN 978-602-14930-3-8 Purwokerto, 20 Desember2014 Teks 3 Okadai nangkodohomo Okadhai nangkodohomo Dapopalenda mongkesa Dapopalenda mongkesa Artinya Pertengkaran harus dijauhkan Pertengkaran harus dijauhkan Mari kita saling berpantun (menyindir) dengan baik Mari kita berpantun (menyindir) dengan baik. Pengulangan yang dilakukan pada teks di atas untuk menegaskan betapa pentingnya membangun sebuah pergaulan yang sehat, menghilangkan prasangka, dan menjauhkan pertengkaran dengan cara bersenandung dengan cara yang baik, dalam arti jika mengkritik seseorang, maka kritiknya harus bersifat membangun, buka untuk menjatuhkan. Teks 4 Dapopalenda mongkesa Dapopalenda mongkesa Nokesagho metingkeno Nokesagho metingkeno Artinya Mari mengkritik dengan cara membangun Mari mengkritik dengan cara membangun Agar enak didengar orang Agar enak didengar orang Teks 4 ini mempertegas pentingnya kritik yang bersifat membangun, tidak saja untuk keharmonisan dalam kelompok pemain Kabhanti Modero, tetapi juga agar menjadi pembelajaran buat audience. Artinya, faktor audience juga menjadi perhatian utama ketika berdendang, setidaknya audience tidak saja mendapatkan hiburan sebatas pelipur lara, tetapi juga mendapatkan pembelajaran berharga dalam menonton pementasan tersebut. Pembelajaran yang dimaksud adalah bisa berupa nasehat, kritik, ataupun pengetahuan yang dapat menjadi perenungan bagi dirinya ketika menjalankan fungsinya sebagai manusia. Teks 5 Nokeshagho metingkeno Nokesagho metingkeno Dapofoto fekiri Dapofotoro fekiri Artinya Supaya enak didengar orang Supaya enak didengar orang Mari kita saling meluruskan pikiran Mari kita meluruskan pikiran Teks 5 di atas menyiratkan makna “meluruskan pikiran”. Meluruskan pikiran dapat berarti macammacam, bisa berarti berpikir positif, meluruskan niat, dan berniat baik. makna ini tentu saja sangat penting dalam mempererat kebersamaan dan saling pengertian di antara sesama manusia. Tanpa berpikir positif, meluruskan niat, atau pun berniat baik, maka sulit menjalin komunikasi dengan manusia lain. Yang ada malah saling mencurigai saling tersinggung, di mana sifat-sifat yang demikian adalah kunci keretakan sebuah hubungan, baik dalam keluarga maupun dalam konteks kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Teks 6. Kopodiu peda kumbou Tibaliu ko kambea Koise peda kambea wekangkaha
393
Prosiding Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM UMP 2014 ISBN 978-602-14930-3-8 Purwokerto, 20 Desember2014 Kokambea kaawu poko bhakea Artinya: Berlakulah seperti duku Berbuah tanpa berbunga Jangan seperti bunga di jalan Hanya berbunga tanpa berbuah Teks 6 di atas dapat dimaknai sebagai tujuan utama manusia hidup untuk menghasilkan sesuatu ‘yang bermanfaat”. Kata ‘berbuah’ dikontaskan dengan ‘berbunga’. Berbuah berarti sesuatu yang dihasilkan bermanfaat apakah itu pekerjaan, usaha, atau pun yang lainnya. Sedangkan berbunga dapat diartikan sebagai “janji” yang menebar keindahan dan harapan pada semua orang tetapi tidak menjamin akan menghasilkan sesuatu. Jadi pesan teks ini adalah, jika kita berkerja, bekerjalah dengan kesungguhan hati, jangan mengharap pujian atau sanjungan terlebih dahulu dari orang-orang, karena pujian itu kadang-kadang dapat menjerumuskan orang kepada kesombongan atau tinggi hati. Teks 7. Mafusau sasau-sau Pughuno tanetompano Ane ihintu megau-gau Dapobisara somotompano Artinya : Ubi kayu berakyu-kayu Pohonya tinggal ujungnya Jika seandainya kamu berbohong atau berdusta Terahir kalinya kita berbicara. Teks 7 mengisyaratkan pentingnya berkata jujur. Kejujuran adalah kunci keharmonisan yang terbangun dari rasa kepercayaan antar sesama. Kejujuran dalam konteks ini bisa berlaku dalam banyak hal, kejujuran sebagai seorang kekasih, sebagai seorang pasangan, sebagai anak, sebagai pemimpin, juga sebagai anggota masyarakat. Kejujuran dipandang dapat memupuk rasa kepercayaan kepada sesama anggota masyarakat, menghilangkan kecurigaan, dan segala pikiran yang negatif. dengan kejujuran persatuan dapat terjalalin dengan baik. pesan kejujuran pada teks 7 dipertegas oleh teks 8 berikut. Teks 8 Okahalino odaseise odasise Hadae bela tao pomba pombara Okahalino odaseise odaseise Hadae bela tao pomba pombara Artinya Betapa susahnya kita bersatu Jangan sampai kamu sesungguhnya membenci Betapa susahnya kita bersatu Jangan sampai sesungguhnya kamu membeci Teks di atas mengisyaratkan dua hal yaitu betapa pentingnya kejujuran untuk membangun sebuah persatuan dan kesatuan. Yang kedua, persatuan tidak dapat terjalin jika di antara sesama terpendam rasa kebencian. Kejujuran dan kebencian adalah dua poin sikap yang saling bertolak belakang, dimana salah satunya harus dipupuk, dan yang lainnya harus dihilangkan. Kebencian merupakan momok yang mengancam sendisendi persatuan dalam sebuah komunitas. Teks 9. Ane ngkaruku noghodoe aloma Sau bhalano tantumo dua Ane mpaie tangkolagu Ntamodero sohae dua 394
Prosiding Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM UMP 2014 ISBN 978-602-14930-3-8 Purwokerto, 20 Desember2014
Artinya: Kalau rumpun dibasahi embun Kayu yang besar basalah pula Kalau kami tak ada lagu Buatlah apa ikut modero. Teks 9 mengisyaratkan mengenai pentinganya partisipasi yang dibawa anggota kelompok dalam mengikuti Kabhanti Modero. Lagu mengisyaratkan banyaknya ide, pengetahuan, ataupun hal-hal yang yang bisa tersampaikan dalam momen itu. Namun jika maknanya ditarik ke konteks yang lebih luas, maka makna yang dimaksudkan dalam bait ini adalah pentingnya sumbarangn kita sebagai individu dalam kehidupan, baik itu kehidupan secara individu maupun sosial. Lagu yang dimaksudkan dalam bait ini adalah bisa berupa ide, kerja, maupun karya-karya yang lainnya yang bisa berguna bagi kehidupan manusia. KESIMPULAN Berdasarkan penjabaran di atas, maka tulisan ini menyimpulkan bahwa Kabhanti Modero merupakan salah satu seni yang memadukan tari dan lagu dalam pementasan yang mengusung nilai persatuan di antara sesama manusia. Nilai-nilai tersebut tidak saja termuat dalam teks-teks yang menjadi syair lagu dalam Kabhanti Modero, tetapi juga gerak tarinya mencerminkan filosofi persatuan yang begitu kental. Persatuan yang terekspresi dalam Kabhanti Modero tentu saja tidak terbatas pada konteks perekat persatuan lokal dalam masyarakat Muna, tetapi juga bisa dikembangkan dalam konteks nasional, bahkan global, karena syair-syair Kabhanti Modero terbuka untuk tema apapun dan konteks apapun yang bisa diangkat dalam pementasan. Sifat keterbukaan ini tentu saja dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan pesan-pesan untuk membangun dan memperkokoh persatuan seperti pentingnya kejujuran, cinta kasih, toleransi, partisipasi, dan semangat kebangsaan. Hasil analisis ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Ratna (2014: vi) bahwa karya sastra, seni, dan budaya baik lisan maupun tulisan, baik lama maupun modern kaya dengan unsur-unsur pendidikan karakter. Dengan demikian, pelestarian jenis kesenian seperti ini sangat penting untuk tetap menjaga nilai-nilai kearifan lokal di satu sisi, dan dapat dikembangkan dan dimuati pesan-pesan nasional bahkan global pada sisi yang lain. Keberadaan seni ini juga dapat menjadi salah satu alternatif untuk membangun sendi-sendi budaya dan pariwisata Indonesia yang berbasis lokal. Ia juga memiliki peluang untuk mengisi ruang dalam ranah budaya populer. DAFTAR PUSTAKA Anceaux, J.C. (1988). The Wolio Language: Outline of Grammatical Deskription and Texts. Holand, Foris Publications. Chamamah, S,S, (2001). “Pengkajian sastra dari sisi pembaca: Satu pembicaraan Metodologi”. Dalam Jabrohim, Metodologi Penelitian sastra. Yogyakarta: Handinita. La Mokui, (1991). Kabhanti Wuna. Raha: CV Astra. La Niampe. (2008). “Berpikir Positif dalam Budaya Masyarakat Muna, dalam Bunga Rampai Budaya Berpikir Positif Suku-Suku Bangsa II. Jakarta: Depkebpar RI & ATL. La Niampe. (1998). “Kabhanti Bula Malino: Kajian Filologi Sastra Wolio Klasik”. Tesis. Bandung: Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran. Ratna, N, K, (2014). Peranan Karya sastra, Seni, dan Budaya dalam Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Teeuw, A. (1980). “Estetik, Semiotik, dan Sejarah Sastra”. Dalam Basis 301(Bulan Oktober). Samsul, (2012). Kabhanti Modero: Formula dan Pola pelestariannya. Tesis, Jakarta : Universitas Indonesia.
395