ISSN 2503-1503 Volume I No. 01 Mei – Oktober 2016
J.U.S.I.E.
(Jurnal Sosial dan Ilmu Ekonomi)
e
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MAHAPUTRA MUHAMMAD YAMIN SOLOK
ISSN 2503-1503 Volume I No. 01 Mei – Oktober 2016
J.U.S.I.E.
(Jurnal Sosial dan Ilmu Ekonomi)
e
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MAHAPUTRA MUHAMMAD YAMIN SOLOK
J.U.S.I.E (Jurnal Sosial dan Ilmu Ekonomi) Dewan Redaksi Penanggung Jawab Dra. Rosmiyati, M.Pd. Pimpinan Redaksi Dewi Ariani, S.Pd., M.Pd. Sekretaris Fajri Basyirun, S.Pd., M.Pd.E. Editor Dr. Zona Rida Rahayu, S.Pd., M.Pd. Mike Amelia, S.Pd., M.Pd. Drs. M. Ilyas, M.M. Mitra Bestari Prof. Dr. Bustari Muchtar (Universitas Negeri Padang) Dr. Idris, M.Si (Universitas Negeri Padang) Dr. Sri Ulfa Sentosa, M.S. (Universitas Negeri Padang) Produksi dan Distribusi Gusnel Maneli, S.E. Arfimasri, S.E., M.M. Alamat Redaksi Jurusan PIPS FKIP UMMY Solok Jalan Jenderal Sudirman No. 6 Solok Telp./Fax (0755) 324264 Email :
[email protected] Web Publikasi E-Journal J.U.S.I.E : www.e-jurnal.ummy-solok.ac.id/jusie/ Contact Person : 085264758898 (Pimpinan Redaksi)
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur Alhamdulillah ke hadirat Allah, S.W.T., yang telah memberikan kemudahan bagi Jurusan PIPS, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mahaputra Muhammad Yamin Solok atas terbitan perdana jurnal elektronik ini yang diberi nama E-Journal J.U.S.I.E. Jurnal ini diharapkan nantinya memfasilitasi dosen di Jurusan PIPS maupun rekan dosen lainnya baik di lingkup FKIP UMMY, lintas fakultas juga lintas universitas untuk mempublikasikan secara online penelitian yang telah dilakukan. Jurnal ini akan mempublikasikan penelitian yang terkait dalam bidang Pendidikan, Ilmu Sosial dan Ilmu Ekonomi. Jurnal J.U.S.I.E ini bekerjasama dengan pihak LIPI sebagai lembaga yang menyetujui dan memberikan Nomor ISSN sebagai bukti keberadaan jurnal ini secara legal, sehingga nantinya dapat diakreditasi. J.U.S.I.E akan diterbitkan setiap enam bulan, yaitu di bulan Mei dan November. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada pihak LIPI, Mitra Bestari dan segenap Jajaran Dewan Redaksi serta berbagai pihak yang terlibat dari awal hingga akhir terbitnya jurnal ini. Berhubung karena ini terbitan perdana, tentu tidak terlepas dari berbagai kekurangan diberbagai sisi, demi peningkatan kualitas E-Journal J.U.S.I.E ini, maka kami dengan tangan terbuka siap menerima kritikan dan saran yang sifatnya membangun untuk jurnal yang lebih berkualitas dan tentu diharapkan sekali dapat terakreditasi nantinya di masa depan. Semoga isi dari jurnal ini memberi manfaat dan menambah wawasan kita dalam dunia Pendidikan, Ilmu Sosial dan Ilmu Ekonomi. Akhir kata, mari kita ucapkan bersama-sama, Bismillahirrahmanirrahiim, selamat membaca! Hormat kami,
Redaksi
i
PEDOMAN BAGI PENULIS E-JOURNAL J.U.S.I.E 1. Tuliskan merupakan hasil penelitian atau kajian yang bersifat analisis kritis di bidang Pendidikan, Sosial dan Ekonomi yang belum pernah dipublikasikan; 2. Naskah ditulis dalam Bahasa Indonesia dan diketik pada kertas HVS ukuran Quarto (A4) dengan jarak spasi 1,5 spasi. Rata kiri, kanan, atas dan bawah 3 cm. Panjang tulisan maksimal 12 halaman (termasuk daftar kepustakaan); 3. Naskah ditulis dan diketik dengan tata aturan sebagai berikut : a. Judul, harus singkat dan jelas, ditulis dengan Bahasa Indonesia atau Inggris, panjang judul seyogyanya tidak melebihi 23 kata; b. Nama Penulis, dicantumkan tanpa menyebutkan gelar, di bawah nama penulis dicantumkan profesi dan instansi tempat bekerja dan alamat email yang masih aktif; c. Abstrak, merupakan uraian singkat tentang isi tulisan, abstrak ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Inggris, panjang maksimal 250 kata dan memuat kata kunci; d. Pendahuluan, berupa latar belakang masalah, alasan pentingnya dilakukan penelitian atau hipotesis yang mendasari, pendekatan jumum dan tujuan diadakannya penelitian serta kajian pustaka yang relevan; e. Metode Penelitian, menjelaskan jenis penelitian, waktu dan tempat penelitian, populasi dan sampel penelitian, definisi operasional, pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian; f. Hasil Penelitian dan Pembahasan, dikemukakan secara jelas, bila perlu disertai dengan tabel (tidak perlu diulangi dengan teks). Pembahasan hendaknya memuat tentang hasil penelitian yang telah diperoleh, bagaimana penelitian dapat memecahkan permasalahan dan kemungkinan pengembangannya yang disertai dengan teori pendukung atas hasil penelitian yang telah dihasilkan; g. Simpulan, berisi hal-hal penting dari hasil dan pembahasan penelitian yang disesuaikan dengan manfaat penelitian; h. Daftar Kepustakaan, mencantumkan semua referensi yang digunakan berikut semua keterangan yang lazim dengan menggunakan tata cara penulisan kepustakaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 4. Pengetikan naskah dengan komputer dengan file berbasis Microsoft Word dan dikirim ke email redaksi
[email protected] paling lambat satu bulan sebelum penerbitan, foto yang dikirim adalah foto asli (bukan fotocopy); 5. Naskah yang diterima redaksi akan dikoreksi terlebih dahulu oleh tim editor. Jika terdapat perbaikan dan kesalahan akan dikembalikan ke penulis dengan mencantumkan kesalahan yang perlu diperbaiki; 6. Naskah yang telah dimuat dapat penulis lihat langsung di web www.e-jurnal.ummysolok.ac.id/jusie/ dengan pemberitahuan sebelumnya melalui email atau contact person penulis bahwa naskah telah dipublikasikan.
ii
ISSN 2503-1503 Volume I No. 01 Mei – Oktober 2016 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR .................................................................................... PEDOMAN BAGI PENULIS E-JOURNAL J.U.S.I.E ............................... DAFTAR ISI ...................................................................................................
i ii iii
Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kurs dan Jumlah Uang Beredar di Indonesia (Adek Laksmi Oktavia) ...............................................
1
Pengaruh Pendapatan, Motivasi Kerja dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Guru Ekonomi SMA Negeri Di Kabupaten Solok ( Desi Armi Eka Putri) ...................................................................................
16
Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Konsumsi dan Tabungan Di Sumatera Barat (Efrida Ningsih) ..............................................................................................
29
Analisis Pengaruh PMDN dan PMA terhadap Kesempatan Kerja di Indonesia (Eliza) ..........................................................................................
45
Pengaruh Penerapan Media Peta Pikiran Dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Ekonomi Siswa Kelas X IPS di SMAN 1 Gunung Talang Kabupaten Solok (Fajri Basyirun)........................................
56
Pengaruh Pendidikan & Latihan dan Perilaku Individu terhadap Kinerja Pegawai Dinas Perhubungan Kota Solok (Hendri Irawan)...............
72
Penerapan Media Pembelajaran di Sekolah Praktek (Studi Kasus pada Mahasiswa FKIP UMMY Solok yang Praktek Lapangan Kependidikan (PLK) Semester Ganjil 2013/2014) (Nona Perta, Dewi Ariani, Afrahamiryano) ..............................................................................................
85
Penggunaan Konjungtor dalam Tugas Mahasiswa Ekonomi pada Mata Kuliah Bahasa Indonesia (MKU) Universitas Mahaputra Muhammad Yamin Solok (Rini Wirasty, B.) .................................................
97
Kemiskinan dan Pengentasan Kemiskinan Di Sumatera Barat (Ripho Delzy Perkasa)....................................................................................
106
Pengaruh Motivasi Karir dan Persepsi Mahasiswa Akuntansi terhadap Minat untuk Mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAK) (Studi Empiris pada UMMY Solok) (Siska Yulia Delfitri).......................................................................................
117
iii
ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KURS DAN JUMLAH UANG BEREDAR DI INDONESIA
Adek Laksmi Oktavia Dosen FE Perbanas Jakarta Email :
[email protected]
ABSTRACT This article focused on analyze (1) Effect of the money supply, income, domestic interest rates, inflation and the trade balance to the exchange rate in Indonesia. (2) The influence of domestic interest rates, output and the exchange rate on the money supply in Indonesia. Data used time series of (I year quartal 2000 – IV year quartal 2010). This article use analyzer model equation of simultaneous with method of Two Stage Least Squared (TSLS). The result of research concludes that (1) the money supply have a significant and positive impact on the exchange rate, incomes have significant and positive impact on the exchange rate, domestic interest rates significantly and negatively on the exchange rate and inflation have a significant and positive impact on the exchange rate. While the trade balance is not significant and negative effect on the exchange rate in Indonesia. If the money supply increases, the exchange rate will also increase or depreciate. If income increases, the exchange rate will depreciate. If the domestic interest rate increases, the exchange rate will appreciate. If inflation increases, the exchange rate will also depreciate. (2) domestic interest rates, output, and the exchange rate significantly influence the money supply in Indonesia. Keywords :
Income, Domestic Interest Rates, Inflation, Trade Balance, Trade Balance, Output, Exchange Rate and Money Supply
A. PENDAHULUAN Perbedaan nilai tukar suatu mata negara (kurs) pada prinsipnya ditentukan oleh besarnya permintaan dan penawaran mata uang (Tajul, 2000:129). Kurs merupakan salah satu harga yang lebih penting dalam perekonomian terbuka, karena ditentukan oleh adanya keseimbangan antara permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar, mengingat pengaruhnya yang besar bagi neraca berjalan maupun bagi variabel – variabel makro ekonomi lainnya. Kurs dapat dijadikan alat untuk mengukur kondisi perekonomian suatu negara. Pertumbuhan nilai mata uang yang stabil menunjukkan bahwa negara tersebut memiliki kondisi ekonomi yang relatif baik atau stabil (Dornbusch, 2008:453). Ketidakstabilan nilai tukar ini mempengaruhi jumlah uang beredar. Indonesia sebagai negara yang banyak mengimpor bahan baku industri mengalami dampak dan ketidakstabilan kurs ini,
1
yang dapat dilihat dari rnelonjaknya biaya produksi sehingga menyebabkan harga barang-barang milik Indonesia mengalami peningkatan. Melemahnya rupiah menyebabkan perekonomian Indonesia menjadi goyah dan dilanda krisis ekonomi dan kepercayaan terhadap mata uang dalam negeri. Selain itu, perkembangan jumlah uang beredar akan berpengaruh langsung teerhadap kegiatan ekonomi dan keuangan dalam perkenomian, yang salah satunya kurs baik itu keseimbangan di pasar valuta asing maupun di pasar uang. Jumlah uang beredar yang terdapat di dalam suatu perekonomian, dipengaruhi oleh tingkat suku bunga, output dan kurs. Perkembangan kurs Rp/$ periode tahun 2000 – 2010 cenderung berfluktuasi. Perkembangan kurs Rp/$ terendah dapat dilihat pada tahun 2001, yaitu sebesar -14,04% atau sebesar Rp 8.940. Hal ini diduga dipengaruhi oleh jumlah uang beredar. Perkembanga kurs Rp/$ tertinggi atau terdepresiasi dapat dilihat pada tahun 2008 yaitu sebesar 16,25% atau sebesar Rp 10.950. Apabila kurs terdepresiasi, berarti suku bunga domestik mengalami penurunan. Penurunan suku bunga domestik ini akan menyebabkan jumlah uang beredar meningkat, sehingga kurs juga akan mengalami peningkatan atau terdepresiasi. Selanjutnya perkembangan jumlah uang beredar cenderung mengalami peningkatan dari tahun 2000 – 2010. Perkembangan jumlah uang beredar terendah terjadi pada tahun 2010, yatu sebesar 3,37%. Akan tetapi, bila dilihat dari nilainya jumlah uang beredar mengalami peningkatan dari 2.141.384 Miliar Rupiah menjadi 2.471.206 Miliar Rupiah. Selain hal di atas, kurs Rp/$ berkemungkinan juga dipengaruhi oleh pendapatan. Semakin tinggi pendapatan di dalam masyarakat Indonesia, maka akan menyebabkan kurs Rp/$ terdepresiasi. Peningkatan pendapatan, akan menyebabkan jumlah uang beredar dalam negeri semakin meningkat. Dengan meningkatnya jumlah uang beredar dalam negeri akan menyebabkan terjadi terjadinya inflasi di dalam negeri, berarti tingkat suku bunga dalam negeri mengalami penurunan dan suku bunga luar negeri mengalami peningkatan. Menurunnya suku bunga dalam negeri ini akan menyebabkan kurs Rp/$ akan terdepresiasi. Begitu juga dengan nearca perdagangan, apabila neraca perdagangan mengalami defisit, maka kurs Rp/$ akan mengalami depresiasi.
2
Perkembangan pendapatan Indonesia tertinggi terjadi pada tahun 2007, yaitu sebesar 6,35%. Apabila pendapatan Indonesia mengalami peningkatan, maka kurs Rp/$ mengalami depresiasi. Pada tahun 2007 ini jumlah uang beredar mengalami peningkatan sebesar 19,33%. Hal ini dikarenakan meningkatnya pendapatan, sehingga menyebabkan harga mengalami peningkatan. peningkatan harga ini akan meningkatkan jumlah produksi. Peningkatan jumlah produksi akan meningkatkan output. Peningkatan output ini akan menyebabkan jumlah uang beredar mengalami peningkatan. Peningkatan jumlah uang beredar ini akan menyebabkan kurs Rp/$ mengalami depresiasi. Jika ditinjau dari kurs Rp/$ memang pada tahun 2007 ini mengalami depresiasi sebesar 4,42% atau Rp 9.419. Hal ini sejalan dengan faktor yang diduga mempengaruhi kurs Rp/$ dan jumlah uang beredar di Indonesia. Perkembangan tingkat suku bunga domestik selama periode 2000 -2010 mengalami fluktuasi. Perkembang tingkat suku domestik terendah terjadi pada tahun 2009, yaitu sebesar -40,47%. Tingkat suku bunga domestik diduga faktor yang menyebabkan meningkatnya jumlah uang beredar, dengan turunnya tingkat suku bunga domestik, masyarakat lebih cenderung untuk memegang uangnya dan membelanjakannya, sehingga jumlah uang beredar Indonesia menjadi meningkat dan sebaliknya jika tingkat suku bunga Indonesia mengalami penurunan maka jumlah uang beredar Indonesia mengalami penurunan. Jika dilihat perkembangan jumlah uang beredar pada tahun 2009 ini juga demikian halnya, yaitu mengalami peningkatan sebesar 12,95%, dan tingkat suku bunga dalam negeri Indonesia mengalami penurun. Hal ini sejalan dengan faktor yang diduga mempengaruhi jumlah uang beredar di Indonesia. Begitu juga dengan perkembangan inflasi Indonesia cenderung mengalami fluktuasi selama periode 2000 – 2010. Perkembangan inflasi Indonesia terendah terjadi pada tahun 2009, yaitu menurun sebesar -74,86%. Inflasi Indonesia juga merupakan faktor yang diduga mempengaruhi kurs Rp/$. Jika inflasi Indonesia mengalami peningkatan, maka kurs Rp/$ akan mengalami depresiasi dan begitu juga sebaliknya, jika inflasi Indonesia mengalami penurunan, maka kurs Rp/$ juga akan mengalami apresiasi. Jika ditinjau kurs Rp/$ pada tahun 2009 ini, demikian halnya, yaitu mengalami penurunan sebesar -6,62% atau terapresiasi.
3
Perkembangan inflasi Indonesia tertinggi terjadi pada tahun 2005, yaitu sebesar 167,34%. Jika ditinjau dari kurs Rp/$ pada tahun 2005 tersebut mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya, yaitu sebesar 5,81% atau terdepresiasi. Hal ini disebabkan oleh harga – harga yang meningkat sehingga inflasi mengalami peningkatan. peningkatan inflasi ini akan menyebabkan kurs Rp/$ mengalami depresiasi. Perkembangan neraca perdagangan selama periode tahun 2000 – 2010 mengalami fluktuasi. Perkembangan neraca perdagangan terendah terjadi pada tahun 2004, yaitu sebesar -19,46%. Neraca perdagangan juga merupakan faktor yang diduga mempengaruhi kurs Rp/$. Apabila terjadi penurunan neraca perdagangan maka kurs Rp/$ mengalami depresiasi, karena impor lebih besar dari pada ekspor. Apabila impor lebih besar dari pada ekspor berarti harga – harga barang impor lebih murah dari pada barang domestik, sehingga masyarakat lebih cenderung untuk membeli barang impor. Hal ini akan menyebabkan kurs Rp/$ terdepresiasi. Jika dilihat kurs Rp/$ pada tahun 2004 juga mengalami depresiasi, yaitu sebesar 4,66% . Sedangkan perkembangan nearca perdagangan tertinggi terjadi pada tahun 2003, yaitu sebesar 18,57%. Apabila neraca perdagangan mengalami peningkatan, maka kurs Rp/$ akan mengalami apresiasi, karena ekspor lebih besar dari pada impor. Begitu juga sebaliknhya jika terjadi defisit neraca perdagangan, maka kurs akan mengalami depresiasi. Jika ditinjau dari kurs Rp/$ pada tahun 2003 mengalami aprsiasi sebesar -0,72%. Hal ini sejalan dengan faktor – faktor yang mempengaruhi kurs. Begitu juga dengan perkembangan output Indonesia cenderung mengalami peningkatan selama periode 2000 – 2010. Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa, output Indonesia terendah terjadi pada Tahun 2003, yaitu sebesar 8,92%. Output Indonesia juga merupakan faktor yang diduga mempengaruhi jumlah uang beredar Indonesia, dan pada tahun yang sama jumlah uang beredar mengalami penurunan sebesar 5,00%. Selanjutnya output tertinggi terjadi pada tahun 2008, yaitu sebesar 20,16%. Jika ditinjau dari jumlah uang beredar pada tahun 2008 tersebut mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya, yaitu sebesar 10,03%. Hal ini kemungkinan
4
disebabkan oleh output Indonesia yang mengalami peningkatan, sehingga harga – harga akan naik yang nantinya akan meningkatkan jumlah uang beredar Indonesia.
B. METODE PENELITIAN Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari lembaga atau instansi yang terkait seperti laporan tahunan, Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia (SEKI), BPS (Badan Pusat Statistik) berbagai edisi. Uji prasyarat Analisis (Uji Asumsi Klasik) dalam penelitian ini adalah Uji Kausalitas, Uji Stasioneritas, Uji Kointegrasi (Engle-Granger atau Uji Augmented Engle-Granger).
C. HASIL PENELITIAN Analisis Induktif Berdasarkan pengolahan data dengan bantuan program Eviews 6, diperoleh hasil olahan data untuk berbagai uji dan model analisis sebagai berikut : Uji Stasioner Uji stasioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji akar unit (unit root test) yang dikembangkan oleh David Dickey dan Wayne Fuller, atau yang lebih dikenal dengan uji akar unit Dickey-Fuller (DF). Apabila nilai statistik DickeyFuller (Dickey-Fuller test statistic) probabilitasnya kecil dari α = 0,05, maka H0 ditolak atau Ha diterima yang artinya variabel tersebut stasioner. Variabel tersebut dapat stasioner apakah itu pada level, 1st difference, atau 2nd difference. Sebaliknya apabila nilai statistik Dickey-Fuller probabilitasnya besar dari α = 0,05, maka H0 diterima atau Ha ditolak yang artinya variabel tersebut tidak stasioner atau mengandung masalah unit root. Tabel 1. Hasil Uji Stasioner Masing-masing Variabel Nama Variabel Kurs (E) Jumlah Uang Beredar (MS) Pendapatan Indonesia (PDB) Suku Bunga Domestik (R) Inflasi (I) Neraca Perdagangan (NX) Output (Y)
Tingkat Nilai Probabilitas 1 difference 0,0000 1nd difference 0,0000 nd 2 difference 0,0001 1st difference 0,0183 nd 1 difference 0,0014 nd 1 difference 0,0000 2st difference 0,0000 st
Sumber : Hasil Pengolahan Data dengan Eviews 6,
n = 44 α = 0,05
5
Tabel 1 menjelaskan masing-masing variabel stasioner pada tingkat tertentu, yaitu pada 1st difference, dan 2nd difference. Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwasannya variabel kurs, jumlah uang beredar, suku bunga domestik, inflasi dan neraca perdagangan memiliki nilai probabilitas yang kecil dari α = 0,05 pada 1st difference, oleh karena itu variabel-variabel tersebut stasioner pada 1st difference. Variabel pendapatan Indonesia dan output stasioner pada 2nd difference dikarenakan masing-masing variabel tersebut nilai probabilitasnya kecil dari α = 0,05 pada 2nd difference.
Uji Kointegrasi Adapun model kointegrasi yang digunakan pada penelitian ini ialah model EngleGranger (EG)/Augmented Engle–Granger (AEG). Apabila nilai residual yang telah diestimasi dari masing-masing persamaan probabilitasnya kecil dari α = 0,05, maka H0 ditolak atau Ha diterima yang artinya persamaan tersebut berkointegrasi. Sebaliknya apabila nilai residual yang telah diestimasi dari masing-masing persamaan probabilitasnya besar dari α = 0,05, maka H0 diterima atau Ha ditolak yang artinya persamaan tersebut tidak berkointegrasi. Tabel 2. Hasil Uji Kointegrasi Keterangan RESIDUAL1 (-1) RESIDUAL2 (-1)
Coefisient
Std. Error
t-Statistic
Probabilitas
-0.522110
0.132849
-3.930101
0.0003
0.131900
-3.043996
0.0040
-0.401505
Sumber : Hasil Pengolahan Data dengan Eviews 6,
n = 44
α = 0,05
Dari Tabel 2 dapat diketahui bahwa pada persamaan RESIDUAL1(-1), serta persamaan RESIDUAL2(-1) probabilitasnya kecil dari α = 0,05. Oleh karena itu masing-masing persamaan dalam penelitian ini berkointegrasi atau saling menjelaskan. Dengan kata lain walaupun seluruh variabel didalam masing-masing persamaan dalam penelitian ini stasioner tetapi seluruh variabel didalam masingmasing persamaan itu terdapat hubungan atau keseimbangan jangka panjang diantara variabel tersebut. Dengan demikian persamaan tidak lagi mengandung masalah regresi palsu (spurious regression).
6
Uji Kausalitas Granger Uji ini pada intinya dapat mengindikasikan apakah suatu variabel mempunyai hubungan dua arah, atau hanya satu arah saja. Apabila nilai probabilitas kecil dari α = 0,05, maka H0 ditolak atau Ha diterima yang artinya kedua variabel (variabel endogen) mempunyai hubungan dua arah atau saling mempengaruhi. Sebaliknya apabila nilai probabilitas besar dari α = 0,05, maka H0 diterima atau Ha ditolak yang artinya kedua variabel (variabel endogen) mempunyai hubungan satu arah atau tidak saling mempengaruhi. Tabel 3. Hasil Uji Kausalitas Granger Hypothesis E Granger Cause MS MS Granger Cause E
F-Statistic 4.10361 4.50209
Probabilitas 0.0100 0.0067
Sumber : Hasil Pengolahan Data dengan Eviews 6, n = 44 α = 0,05
Dari hasil uji Kausalitas Granger pada Tabel 14 didapatkan nilai probabilitas kurs (E) terhadap jumlah uang beredar (MS) kecil dari α = 0,05. Sedangkan nilai probabilitas jumlah uang beredar (MS) terhadap kurs (E) juga kecil dari α = 0,05. Sehingga H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan arti kata variabel kurs dan jumlah uang beredar mempunyai hubungan dua arah atau saling mempengaruhi.
Hasil Estimasi Persamaan Simultan Model Persamaan Kurs Dari estimasi yang telah dilakukan didapat model persamaan kurs dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : log (E) = 2,804 + 1,059 log(MS) + 1,823 log(PDB) - 0,029 R + 0,005 – 0,117 log(NX) Berdasarkan hasil estimasi persamaan kurs tersebut dapat diketahui bahwa konstanta kurs adalah 2,804. Hal ini berarti bahwa apabila variabel jumlah uang beredar, pendapatan Indonesia, suku bunga domestik, inflasi dan
neraca
perdagangan nilainya tetap (konstan) maka nilai kurs naik sebesar 2,804 persen. Berdasarkan estimasi persamaan kurs di atas, terlihat bahwa jumlah uang beredar mempunyai nilai koefisien estimasi sebesar 1,059. Hal ini berarti bahwa dengan kenaikan pada jumlah uang beredar sebesar satu persen, maka kurs akan naik 1,059
7
persen, dengan asumsi cateris paribus. Nilai koefisien estimasi pendapatan Indonesia, yaitu sebesar
1,823. Artinya apabila terjadi kenaikan pendapatan
Indonesia sebesar satu persen, maka akan menyebabkan kurs naik sebesar 1,823 persen, dengan asumsi cateris paribus. Suku bunga domestik mempunyai nilai koefisien estimasi sebesar -0,029. Artinya jika terjadi kenaikan dalam suku bunga domestik sebesar satu persen, maka kurs akan turun atau terapresiasi sebesar 0,029 persen, dengan asumsi cateris paribus atau hal lain selain variabel suku bunga dianggap tetap. Nilai koefisien estimasi inflasi terhadap kurs adalah sebesar 0,005. Artinya apabila terjadi kenaikan inflasi sebesar satu persen, maka kurs akan naik sebesar 0,005 persen dengan asumsi cateris paribus. Selanjutnya, arah pengaruh neraca perdagangan terhadap kurs adalah negatif dan tidak signifikan dengan koefisien estimasi sebesar 0,117. Artinya bila nilai neraca perdagangan meningkat sebesar satu persen maka akan meningkatkan kurs sebesar 0,117 persen dengan asumsi variabel lain dianggap konstan (cateris paribus).Nilai R-Squared dari persamaan kurs adalah 0,6004 atau 60,04 persen. Artinya sumbangan variabel jumlah uang beredar, pendapatan Indonesia, suku bunga domestik, inflasi dan neraca perdagangan terhadap kurs Rp/$ adalah sebesar 60,04 persen, sedangkan sisanya sebesar 39,96 persen dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini. Model Persamaan Jumlah Uang Beredar Dari estimasi yang telah dilakukan didapat persamaan jumlah uang beredar di Indonesia dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Dari estimasi yang telah dilakukan didapat model persamaan kurs dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : log(MS) = 0,450 – 0,025 R + 0,719 log(Y) + 0,264 log(E) Berdasarkan hasil estimasi persamaan jumlah uang beredar tersebut dapat diketahui bahwa konstanta kurs adalah 0,450. Hal ini berarti bahwa
apabila
variabel suku bunga domestik, output dan kurs nilainya tetap (konstan) maka nilai jumlah uang beredar naik sebesar 0,450 persen. Berdasarkan estimasi persamaan di atas, terlihat bahwa suku bunga domestik mempunyai nilai koefisien estimasi sebesar – 0,025. Hal ini berarti bahwa dengan kenaikan pada suku bunga domestik sebesar satu persen, maka jumlah uang beredar akan turun sebesar 0,025 persen, dengan asumsi cateris paribus (variabel lain dianggap tetap atau konstan). Nilai
8
koefisien estimasi output, yaitu sebesar 0,719. Artinya apabila terjadi kenaikan output sebesar satu persen, maka akan menyebabkan jumlah uang beredar naik sebesar 0,719 persen, dengan asumsi cateris paribus (variabel lain dianggap tetap atau konstan). Selanjutnya,
arah pengaruh kurs terhadap jumlah uang beredar
adalah positif dan signifikan dengan koefisien estimasi sebesar 0,264. Artinya bila nilai kurs meningkat sebesar satu persen maka akan meningkatkan jumlah uang beredar sebesar 0,264 persen dengan asumsi variabel lain di anggap konstan (cateris paribus). Nilai R-Squared dari persamaan jumlah uang beredar adalah 0,9010 atau 90,10 persen. Artinya sumbangan variabel suku bunga domestik, output dan kurs terhadap jumlah uang beredar Indonesia adalah sebesar 90,10 persen, sedangkan sisanya sebesar 9,9 persen dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini.
Uji Hipotesis Hipotesis 1 Hipotesis alternatif pada persamaan pertama dalam penelitian ini menyatakan jumlah uang beredar, pendapatan Indonesia, suku bunga domestik, inflasi dan neraca perdagangan berpengaruh signifikan terhadap kurs di Indonesia. Dari hasil estimasi pada persamaan kurs diperoleh nilai probabilitas f(statistik) sebesar 0,000315 atau fhitung sebesar 6,079374. Dengan menggunakan tingkat keyakinan 95%, α=0,05, df 1 (jumlah variabel – 1) = 4 dan df 2 (n-k) atau 44- 5= 39 (n adalah jumlah data, dan k adalah jumlah variabel eksogen), diperoleh nilai Ftabel sebesar 2,6123, Fhitung > Ftabel (6,0794 > 2,6123). Dengan demikian jumlah uang beredar, pendapatan Indonesia, suku bunga domestik, inflasi dan neraca perdagangan secara bersama-sama berpengaruh signifikan
terhadap kurs di
Indonesia. Hipotesis 2 Hipotesis alternatif pada persamaan jumlah uang beredar dalam penelitian ini menyatakan bahwa suku bunga domestik, output, dan kurs berpengaruh signifikan terhadap jumlah uang beredar di Indonesia. Dari hasil estimasi pada persamaan jumlah uang beredar diperoleh nilai probabilitas f (statistik) atau Fhitung sebesar 14,70302. Dengan menggunakan tingkat keyakinan 95%, α = 0,05, df 1 =
9
4-1 = 3, dan df 2 (n – k) = 44 – 3 = 41, diperoleh nilai Ftabel sebesar 3,2257, Fhitung > Ftabel (14,70302> 3,2257). Dengan demikian suku bunga domestik, output dan kurs secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap jumlah uang beredar di Indonesia.
D. PEMBAHASAN Pengaruh Jumlah Uang Beredar, Pendapatan Indonesia, Suku Bunga Domestik, Inflasi dan Neraca Perdagangan Terhadap Kus di Indonesia Jumlah uang beredar, pendapatan Indonesia, suku bunga domestik, inflasi dan neraca perdagangan secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap kurs di Indonesia. Secara parsial, jumlah uang beredar berpengaruh signifikan dan positif terhadap kurs di Indonesia. Hal ini terlihat dari nilai probabilitasnya kecil dari 0,05 (0.0049). Terdapat pengaruh yang signifikan dan positif antara jumlah uang beredar terhadap kurs mengindikasikan bahwa kurs di Indonesia ditentukan oleh jumlah uang beredar dengan arah yang bersamaan. Apabila jumlah uang beredar meningkat maka kurs akan naik. Begitu juga sebaliknya, apabila jumlah uang beredar menurun maka kurs juga akan turun. Jika pemerintah menambah uang beredar akan menurunkan tingkat bunga dan merangsang investasi keluar negeri sehingga terjadi aliran modal keluar pada giliran kurs akan terdepresiasi. Dengan menaiknya jumlah uang beredar akan menaikkan harga barang sekaligus akan menaikkan mata uang domestik atau kurs. Hal ini sejalan dengan pernyataan Krugman (203:111) yang menyatakan bahwa kenaikan penawaran uang nenurunkan suku bunga domestik sehingga selanjutnya mendorong mata uang domestik mengalami depresiasi. Penelitian yang dilakukan oleh Adwin Surja Atmadja (2002), Anas Kholidin (2002) serta Petrovic dan Mladenovic (2000) juga sejalan dengan hasil penelitian ini, yang menyatakan bahwa jumlah uang beredar berpengaruh signifikan dan positif terhadap kurs di Indonesia. Pendapatan Indonesia juga berpengaruh signifikan terhadap kurs di Indonesia dan arahnya positif. Apabila pendapatan Indonesia meningkat maka kurs juga akan mengalami depresiasi. Hal ini disebabkan oleh daya beli masyarakat meningkat. Peningkatan daya beli masyarakat akan meningkatkan harga – harga di
10
dalam negeri. Peningkatan harga – harga di dalam negeri akan membuat mata uang domestik atau kurs akan mengalami depresiasi. Suku bunga domestik berpengaruh signifikan terhadap kurs dengan arah negatif atau berlawanan terhadap kurs Indonesia. Peningkatan dalam suku bunga domestik akan menyebabkan penurunan dalam kurs atau terapresiasi. Hal ini disebabkan oleh apabila suku bunga domestik mengalami peningkatan, berarti menyimpan Rupiah akan memberikan imbalan yang besar. Karena imbalan yang besar ini banyak aliran modal masuk ke Indonesia, sehingga kurs Rp/$ mengalami apresiasi. Inflasi berpengaruh signifikan terhadap kurs dengan arah positif atau searah terhadap kurs Indonesia. Peningkatan dalam inflasi akan menyebabkan peningkatan dalam kurs atau terdepresiasi. Hai ini karena, inflasi yang tinggi menyebabkan ketidakpastian ekonomi sehingga investor cenderung melarikan uangnya ke luar negeri. Sehingga permintaan terhadap USD naik dan permintaan Rupiah turun dan akan menyebabkan kurs terdepresiasi. Sebaliknya, penurunan inflasi akan menyebabkan kurs terapresiasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Charles et al dalam Anas (2002:25), hubungan inflasi dengan nilai tukar adalah positif. Berdasarkan pendekatan Purchasing Power Parity bila terjadi peningkatan inflasi, maka nilai tukar akan terdepresiasi./Selain itu, penelitian ini juga mendukung penelitian yang dilakukan oleh Coakley dan Fuertes (2002), Petrovic dan Mladenovic (2000) dan Grubacic (2000), yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan antara inflasi terhadap nilai tukar. Selanjutnya neraca perdagangan secara parsial tidak memiliki pengaruh yang signifikan dan negatif atau berlawanan arah terhadap kurs di Indonesia. Pengaruh yang tidak signifikan antara neraca perdagangan terhadap kurs di Indonesia mengindikasikan bahwa bila terjadinya peningkatan atau penurunan neraca perdagangan belum tentu akan meningkatkan atau menurunkan kurs di Indonesia. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa, kenaikan harga mata uang suatu negara dipengaruhi oleh penurunan atau defisit neraca perdagangan (Lindert dan Kindleberger, 1995:385). Hal ini mungkin disebabkan oleh neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus, yang dapat kita lihat pada tahun 2008 neraca perdagagangan mengalami
11
peningkatan atau surplus, yaitu sebesar 7,61%. Akan tetapi, bila kita lihat perkembangan kurs pada tahun 2008 tersebut, sebesar 16,25% dan ini merupakan perkembangan kurs tertinggi atau nilai kurs pada tahun 2008 sebesar Rp 10.950 (terdepresiasi). Seharusnya, pada tahun 2008 tersebut kurs mengalami apresiasi, karena berdasarkan teori di atas, kurs akan mengalami depresiasi apabila terjadi defisit neraca perdagangan dan sebaliknya kurs akan mengalami apresiasi apabila terjadi surplus pada neraca perdagangan. Selain hal di atas, data neraca perdagangan secara keseluruhan, bukan data neraca perdagangan berdasarkan mitra dagang utama Indonesia. Mitra dagang utama ekspor Indonesia adalah Jepang, yaitu pada tahun 2008 sebesar 21,73% dan Amerika Mitra dagang ekspor Indonesia yang kedua, yaitu sebesar 11,23% di tahun 2008.
Pengaruh Suku Bunga Domestik, Output dan Kurs terhadap Jumlah Uang Beredar di Indonesia Suku bunga domestik, output, dan kurs di Indonesia berpengaruh signifikan terhadap jumlah uang beredar di Indonesia. Secara parsial, suku bunga domestik berpengaruh signifikan dan negatif terhadap jumlah uang beredar di Indonesia. Terdapatnya pengaruh yang signifikan dan negatif antara suku bunga domestik terhadap jumlah uang beredar di Indonesia mengindikasikan bahwa jumlah uang beredar di Indonesia ditentukan oleh
bunga domestik dengan arah yang
berlawanan. Apabila suku bunga meningkat maka jumlah uang beredar akan mengalami penurunan. Hal ini sesuai dengan pendapat Dorbusch (2008:356), yang menyatakan bahwa permintaan keseimbangan uang riil berespon negatif terhadap tingkat suku bunga. Kenaikan suku bunga akan menurunkan penawaran uang. Penelitian ini juga sejalan dengan pendapat Mishkin (2001:193), yang menyatakan bahwa suku bunga domestik beruhubungan negatif dengan jumlah uang beredar, yang berarti apabila tingkat suku bunga mengalami penurunan jumlah uang beredar mengalami peningkatan. Penelitian yang dilakukan oleh Rendra (2006) juga sejalan dengan hasil penelitian ini, yang menyatakan bahwa suku bunga domestik berpengaruh signifikan dan negatif terhadap jumlah uang beredar di Indonesia. Output berpengaruh signifikan dan arahnya positif terhadap jumlah uang beredar di Indonesia. Apabila output meningkat maka jumlah uang beredar juga
12
akan meningkat. Hal ini terjadi karena harga – harga barang produksi yang dihasilkan mengalami peningkatan, sehingga output mengalami peningkatan. Dengan meningkatnya output ini, maka jumlah uang yang beredar pun juga akan mengalami peningkatan. Begitu juga sebaliknya apabila output sedikit maka jumlah uang beredar akan berkurang atau sedikit. Hal ini sesuai dengan pendapat Mishkin (2001:238) yang menyatakan bahwa, semakin tinggi output pada suatu suku bunga tertentu, jumlah uang beredar akan semakin tinggi. Penelitian ini juga sejalan dengan pendapat Keynes (Imamudin, 2008:53), yang menyatakan bahwa semakin tinggi output akan semakin besar kebutuhan uang oleh masyarakat. Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Dumadi Tri Restiyanto (2008) yang menyatakan bahwa, pendapatan atau output berpengaruh signifikan terhadap jumlah uang beredar. Selanjutnya kurs berpengaruh signifikan terhadap jumlah uang beredar di Indonesia dan arahnya positif. Apabila kurs meningkat maka jumlah uang beredar akan meningkat, dan sebaliknya apabila kurs terapresiasi maka jumlah uang beredar akan menurun. Hal ini dikarenakan dengan meningkatnya kurs, suku bunga domestik mengalami penurunan dan inflasi mengalami peningkatan dan pada akhirnya jumlah uang beredar juga mengalami peningkatan. Hal ini sesuai dengan pendapat Krugman (2003:111) yang menyatakan bahwa, penurunan penawaran uang domestik menyebabkan mata uang domestik mengalami apresiasi.
E. SIMPULAN Jumlah uang beredar, pendapatan Indonesia, suku bunga domestik, inflasi dan neraca perdagangan secara bersama – sama berpengaruh signifikan terhadap kurs di Indonesia. Sementara itu, secara parsial jumlah uang beredar berpengaruh signifikan dan positif terhadap kurs di Indonesia. Pendapatan Indonesia berpengaruh signifikan dan positif terhadap kurs di Indonesia. Suku bunga domestik berpengaruh signifikan dan negatif terhadap kurs di Indonesia. Inflasi berpengaruh signifikan dan positif terhadap kurs di Indonesia. Neraca perdagangan tidak berpengaruh signifikan terhadap kurs di Indonesia dan negatif. Suku bunga domestik, output dan kurs secara bersama – sama berpengaruh signifikan terhadap jumlah uang beredar di Indonesia. Sementara itu, secara parsial
13
suku bunga domestik berpengaruh signifikan dan negatif terhadap jumlah uang beredar. Output berpengaruh signifikan dan arahnya positif terhadap jumlah uang beredar di Indonesia, kurs $/Rp berpengaruh signifikan dan arahnya positif terhadap jumlah uang beredar di Indonesia.
DAFTAR KEPUSTAKAAN Adwin Surja Atmadja. 2002. Analisis Pergerakan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika setelah Diterapkannya Kebijakan Sistem Nilai Tukar Mengambang Bebas di Indonesia. Tesis. Jakarta : Universitas Kristen Petra. (www.google.com) di akses [9 November 2011]. Anas Kholidin. 2002. Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Nilai Tukar Rupiah Indonesia dan Amerika sebagai Variabel Eksogen. Tesis. Semarang : Universitas Diponegoro. (eprints.undip.ac.id) diakses [28 November 2011]. Bank Indonesia.2010. Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia Dari Berbagai Edisi. Jakarta: Bank Indonesia. Badan Pusat Statistik. 2000- 2010. Statistik Indonesia. Padang: Badan Pusat Statistik Sumatera Barat. Coakley, Jerry dan Fuertes Ana Maria. 2000. Short Run Real Exchange Rate Dynamics. Manchester School,Vol 68,No.4,2000, pp. 461-475. (www.google.com) di akses [28 November 2011]. Dornbush, Rudiger Julius and Stanley Fisher. 2008. Macroeconomics Fourth Edition. Singapura: McGraw-Hill. Dumadi Tri Restiyanto. 2008. Analisis Stabilitas dan Efektivitas Mekanisme Transmisi Lewat Jalur Jumlah Uang Beredar dan Kredit di Indonesia. Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro (eprints.undip.ac.id) di akses [14 Maret 2012] Frederic S. Miskhin. 2001. The Economics of Money Banking, and Financial Markets. Pearson Education International, USA or Canada, Edisi 6. Grubacic, Sanja. 2000. Real Exchange Rate Determination in Eastern Europe. Atlantis Economic Journal, 2000, pp 346-363. (www.google.com) di akses [28 November 2011]. Imamudin Yuliadi. 2008. Ekonomi Moneter. Jakarta : PT. Indeks. Krugman, Paul R., and Maurice Obstfelt 2003, International Economics: Theory dan Practice. Eight Edition, New York: Addison-Wesley Publishing Company. Lindert, Peter H dan Charles P. Kindleberger. 1995. Ekonomi Internaasional. Jakarta: Erlangga. Mankiw, Gregory. 2003. Teori Makro Ekonomi. Jakarta: Erlangga Muana Nanga . 2005. Makro Ekonom: Teori, Masalah & Kebijakan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Nachrowi D Nachrowi dan Hardius Usman. 2006. Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika Untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI Petrovic, Pavle and Mladenovic Zorica. 2000. “Money Demand and Exchange Rate Determination Under Hyperinflation: Conceptual Issues and Evidence from
14
Yugoslavia”, Journal of Money, Credit and Banking, vol.32, No.4, November 2000, pp.785-806. (www.google.com) di akses [28 November 2011]. Rendra Hymne Fajar Hutabarat. 2006. “Analisis Determinan Penawaran Uang di Indonesia”. Tesis. Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. (usu.ac.id) di akses [29 November 2011] Tajul Khalwati. 2000. Inflasi dan Solusinya. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
15
PENGARUH PENDAPATAN, MOTIVASI KERJA DAN DISIPLIN KERJA TERHADAP KINERJA GURU EKONOMI SMA NEGERI DI KABUPATEN SOLOK Desi Armi Eka Putri, S.Pd., M.Pd. Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP UMMY Solok Email :
[email protected] ABSTRACT Based on writer’s field research had shown that there are many still lower teacher’s teaching ability, because some factors which influence teacher’s teaching ability. This research purpose to describe income influence, working motivation, and teacher’s working dicipline toward economic teachers in SMA Negeri Solok.The kind of research which is used in this case is survey research. This research using quantitative approaciation. The population in this research is 28 teachers, meanwhile saturated sampling becomes its sample which intake is all of the population becomes as the sample.Analitycal result of data indicate that: (1) parsial influence coefficient in income band significant toward economic’s teachers work motivation Solok state senior high school is 39,0 %. (2) parsial influence coefficient in working motivation band significant toward economic’s teacher working dicipline in Solok state senior high school is 56,20 %. (3) parsial influence coefficient in income band significant toward teacher’s teaching ability directly is 53,3 %, menwhile parsial influence coefficient in income band indirectly toward work motivation variable and teacher’s dicipline is 13,85 %. Based on this research indicate that income, working motivation and working discipline are three important factor which influenced toward teacher’s teaching ability. It suggests to particular person such as: teachers and headmasters must pay attention for this three factor to increase teachers teaching ability. Keywords: Income, Work Motivation, Work Discipline, Teacher’s Performancey A. PENDAHULUAN Dunia pendidikan nasional kita memang sedang menghadapi masalah yang demikian kompleks. Begitu kompleksnya masalah itu, tidak jarang
guru
merupakan pihak yang paling sering dituding sebagai orang yang paling bertanggung jawab terhadap kualitas pendidikan. Asumsi demikian tentunya tidak semuanya benar, mengingat teramat banyak komponen mikrosistem pendidikan yang ikut menentukan kualitas pendidikan. Namun begitu, guru memang merupakan salah satu komponen mikrosistem pendidikan yang sangat strategis dan banyak mengambil peran di dalam proses pendidikan secara luas, khususnya dalam pendidikan persekolahan.
16
Guru memang merupakan komponen determinan dalam pengelenggaraan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) dan menempati posisi kunci dalam Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Dampak kualitas kemampuan profesional dan kinerja guru bukan hanya akan berkontribusi terhadap kualitas lulusan yang dihasilkan (output) melainkan juga akan berlanjut pada kualitas kinerja dan jasa para lulusan tersebut (outcome) dalam pembangunan, yang pada gilirannya kemudian akan nampak pengaruhnya terhadap kualitas peradaban dan martabat hidup masyarakat, bangsa serta umat manusia pada umumnya. Sebagai pengajar atau pendidik guru merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan setiap upaya
pendidikan.
Kinerja
guru
dalam
merencanakan dan melaksanakan
pembelajaran, merupakan faktor utama dalam pencapaian tujuan pengajaran, keterampilan peguasaan proses pembelajaran ini sangat erat kaitannya dengan tugas dan tanggung jawab guru sebagai pengajar dan pendidik. Secara sempit dapat diinterprestasikan sebagai pembimbing atau fasilator belajar siswa. Berdasarkan hasil observasi awal yang penulis lakukan terhadap 15 orang guru Ekonomi SMA Negeri di Kabupaten Solok, diketahui bahwa guru Ekonomi belum memperlihatkan kinerja yang begitu baik sebagaimana diharapkan, hal ini dibuktikan dengan dilakukannya observasi awal dari 15 orang belum memenuhi kinerja sebagai seorang guru. Hal ini dapat dilihat dari 15 orang guru cuma 5 orang guru yang membuat menyusun bahan ajar secara runut, logis, kontekstual dan mutakhir dan selebihnya sekitar 33,33% tidak menyusun bahan ajar secara runut, logis, kontekstual dan mutakhir. Hal yang paling parah lagi yaitu sekitar 3 orang guru tidak memanfatkan berbagai hasil penilaian untuk memberikan umpan balik bagi peserta didik tentang kemajuan belajarnya dan bahan penyusunan rancangan pembelajaran selanjutnya, dengan kata lain cuma 3 orang guru yang memanfatkan berbagai hasil penilaian untuk memberikan umpan balik yaitu yang melaksanakan remedial dan pengayaan. Berbagai fakta yang terjadi dan dialami oleh guru, seperti yang kita ketahui bahwasanya pendapatan yang diterima oleh guru secara umum di Indonesia yang diperoleh atas jasa yang diberikannya masih sangat memprihatinkan. Gaji yang diterima setiap bulannya belum bisa memenuhi kebutuhan hidup seorang guru. Hal ini bukan menjadi rahasia umum lagi kalaulah pegawai negeri sipil memiliki hutang
17
di bank, hal ini juga terjadi pada guru PNS ekonomi SMA di Kabupaten Solok. Dengan begitu potongannya setiap bulan, apakah pendapatan bersih yang diterima tiap bulannya dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari. Fenomena lain yang terjadi adalah masih rendahnya motivasi kerja guru ekonomi SMA Negeri di Kabupaten Solok, terlihat bahwa sebagian besar guru kurang mempunyai gairah dalam mengajar. Dalam mengajar guru terkesan kurang bergairah dan kurang berusaha untuk menyempurnakan pengajaran. Akhirnya akan mempengaruhi hasil pembelajaran siswa di sekolah. Selain dari pada itu fakta yang terjadi di lapangan adalah rendahnya disiplin kerja guru ekonomi hal ini terlihat pada kurangnya menghargai waktu dalam bekerja, dengan kata lain guru tidak memenuhi tata tertib yang berlaku.Misalkan saja pada saat lonceng berbunyi masih ada guru yang tidak langsung masuk ke kelas, tetapi mereka berbincang-bincang dengan teman sejawat dikantor, yang seharusnya guru yang bersangkutan sudah berada di dalam kelas. Sering juga dijumpai kesibukan guru sebelum memasuki kelas, seperti ke kamar kecil, menelpon, menemui kepala sekolah yang semuanya terpakai beberapa menit jam pelajaran, juga terlihat ketika pertukaran jam pelajaran. Kemudian juga ditemukan masih kurangnya kesadaran guru dalam melaksanakan pekerjaannya. Hal ini terlihat ada kecendrungan guru dalam membuat rencana pengajaran hanya ketika ada pemeriksaan yang dilakukan oleh kepala sekolah saja atau 1 bulan setelah pembelajaran
berlangsung
atau
tergantung
pada
kesadaran
guru
dalam
mendisiplinkan diri. Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: a) Pengaruh pendapatan guru terhadap motivasi kerja guru Ekonomi SMA Negeri
diKabupaten Solok, b)
Pengaruh motivasi kerja guru terhadap disiplin kerja guru Ekonomi SMA Negeri diKabupaten Solok, dan c) Pengaruh pendapatan guru, motivasi kerja dan disiplin kerja guru terhadap kinerja guru Ekonomi SMA Negeri di Kabupaten Solok.
18
Kinerja Guru Wibowo (2007:2) menyatakan bahwa kinerja bukan hanya sebagai hasil kerja, tetapi juga bagaimana proses kerja berlangsung.Amstrong & Baron dalam Wibowo (2007:2) mendefinisikan bahwa “kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen dan memberikan kontribusi ekonomi”. Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat ditarik simpulan bahwa kinerja guru adalah kemampuan dan usaha guru untuk melaksanakan tugas pembelajaran sebaik-baiknya dalam perencanaan program pengajaran, pelaksanaan kegiatan pembelajaran, dan evaluasi hasil pembelajaran. Mendiknas (2010: 35) mengatakan bahwa peningkatan kinerja guru bukan hanya diukur dari sisi gurunya, tetapi harus dilihat sampai sejauh mana guru tersebut dapat mentransfer pengetahuan kepada siswa. Menurut Armstrong dan Baron dalam (Wibowo, 2008:74) tentang faktorfaktor yang mempengaruhi kinerja yaitu sebagai berikut: a) Personal factor, ditunjukkan oleh tingkat keterampilan, kompetensi yang dimiliki, motivasi dan komitmen individu, b) Leadership factor, ditentukan oleh kualitas dorongan, bimbingan, dan dukungan yang dilakukan manajer dan team leader, c) Team factors, ditunjukkan oleh kualitas dukungan yang diberikan oleh rekan sekerja, d) System factors, ditunjukkan oleh adanya system kerja dan fasilitas yang diberikan organisasi, e) Contextual/situational factors, ditunjukkan oleh tingginya tingkat tekanan dan perubahan lingkungan internal dan eksternal. Dan hal ini juga sejalan dengan pendapat Mulyasa (2006: 227) yaitu: “Sedikitnya terdapat sepuluh factor yang dapat meningkatkan kinerja guru, baik factor internal maupun eksternal, kesepuluh factor tersebut adalah dorongan untuk bekerja, tanggung jawab terhadap tugas, minat terhadap tugas, penghargaan atas tugas, peluang untuk berkembang, perhatian dari kepala sekolah, hubungan interpersonal dengan sesama guru, MGMP dan KKG, kelompok diskusi terbimbing, serta layanan perpustakaan.” Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan di atas disimpulkan bahwa kinerja guru dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: (1) kompetensi, (2) motivasi kerja, (3) komitmen, (4) kepemimpinan, (5) hubungan interpersonal, (6) suasana kerja, (7) penghargaan, dan (8) tanggung jawab.
19
Pendapatan Badan Pusat Statistik (dalam Susanti 2008:25) juga membagi pendapatan sebagai berikut: 1) Pendapatan uang yaitu pendapatan yang berasal dari segi gaji dan upah, komisi dan hasil investasi. 2) Pendapatan berupa barang yaitu pendapatan yang berasal dari bagian pembayaran upah dan gaji, 3) Penerimaan yang bukan dari pendapatan, berupa pengambilan tabungan. Penjualan barang yang dapat dipinjami uang berhadiah dan warisan. Pendapat lain juga dikemukakan oleh Hasibuan (2008: 186) bahwa gaji atau upah (kompensasi langsung) dan kesejahteraan karyawan (kompensasi tidak langsung) adalah sama-sama merupakan pendapatan (outcomes) bagi karyawan. Berdasarkan beberapa pendapat di atas jika dihubungkan dengan guru dapat diambil ssebuah kesimpulan bahwasanya seorang guru akan lebih termotivasi dalam bekerja untuk memenuhi kebutuhannya dengan arti kata apabila pendapatan (gaji) yang diperolehnya tiap bulannya bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. Motivasi Kerja Guru Rivai (2004: 455) motivasi adalah serangkaian sikap dan nilai-nilai yang mempengaruhi individu untuk mencapai hal yang spesifik sesuai dengan tujuan individu. Siagian (2002: 40) mengartikan motivasi kerja sebagai daya pendorong yang dimiliki, baik secara instrinsik maupun ekstrinsik, membuat seseorang mau dan rela untuk mengerjakan tugas dengan menggerakkan segala kemampuan yang ada demi keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan dan berbagai sasarannya. Berdasarkan pendapat di atas, maka motivasi kerja dapat diartikan sebagai dorongan yang ada dalam diri seseorang untuk menggerakkan dan mengarahkan seluruh kekuatan dan kemampuan yang ada untuk melakukan pekerjaan agar tujuan dapat tercapai. Disiplin Kerja Mangkunegara (2005: 73) menyatakan bahwa disiplin kerja dapat diartikan sebagai
pelaksanaan
manajemen
untuk
memperteguh
pedoman-pedoman
organisasi. Rivai (2004: 444) mendefenisikan bahwa disiplin kerja adalah suatu alat yang digunakan manajer untuk berkomunikasi dengan karyawan agar mereka bersedia untuk mengubah suatu perilaku serta sebagai suatu upaya untuk
20
meningkatkan kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat diartikan bahwa disiplin kerja merupakan kepatuhan seseorang dalam mematuhi peraturan organisasi, baik yang tertulis maupun tidak tertulis, seperti kesediaan mematuhi secara sadar setiap peraturan yang berlaku dalam organisasi kerja dan juga berupaya melaksanakan setiap pekerjaan sebagaimana seharusnya.
B. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian survei sedangkan metodenya yaitu deskriptif analitis. Menurut Efefendi dalam Riduwan (2008: 217) metode survey deskriptif adalah suatu metode penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh guru ekonomi pegawai negeri sipil (PNS) SMA Negeri di Kabupaten Solok yang terdaftar di Dinas Pendidikan Kabupaten Solok tahun 2012 yang berjumlah 28 orang. Pada penelitian ini populasi yang akan diteliti kurang dari 30 orang guru, maka seluruh populasi dijadikan sampel. Dengan kata teknik pengambilan sampelnya adalah sampling jenuh.Sampling jenuh ialah teknik pengambilan sampel apabila semua populasi digunakan sebagai sampel dan dikenal juga dengan istilah sensus (Riduwan, 2008: 64). Definisi Operasional Pendapatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seluruh penghasilan yang diterima oleh seorang guru baik berupa gaji pokok, tunjangan (tunjangan daerah, tunjangan sertifikasi) serta pendapatan dari pekerjaan sampingan di luar tugasnya sebagai guru.Jadi dalam mengukurnya besarnya pendapatan adalah dalam rupiah. Sedangkan dalam penelitian ini motivasi kerja guru adalah dorongan yang ada dalam dan luar diri guru untuk menggerakkan dan mengarahkan seluruh kekuatan dan kemampuan yang ada untuk melakukan pekerjaan agar tujuan dapat tercapai. Dalam hal ini indikator motivasi kerja yang dimaksud adalah motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Serta disiplin kerja guru dalam penelitian adalah kepatuhan seorang guru dalam mematuhi peraturan, baik yang tertulis maupun tidak tertulis, seperti kesediaan mematuhi secara sadar setiap peraturan yang berlaku
21
dalam sekolah dan juga berupaya melaksanakan setiap pekerjaan sebagaimana seharusnya. Sedangkan indikator dari disiplin kerja guru adalah ketetapan waktu dalam berkerja, kesadaran dalam berkerja serta ketaatan dan kepatuhan terhadap peraturan tata tertib sekolah, dan kinerja guru dalam penelitian ini merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai guru dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.Indikator kinerja guru dalam penelitian ini adalah perencanaan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran, menilai proses pembelajaran dan memberikan tindak lanjut. Teknik pengumpulan data Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner tertutup.Kuesioner disebarkan secara langsung ke alamat responden, demikian pula pengembaliannya dijemput sendiri sesuai dengan janji yaitu pada guru Ekonomi SMA di Kabupaten Solok tersebut.Responden diharapkan mengembalikan kembali kuesioner ini kepada peneliti dalam waktu yang telah ditentukan. Teknik analisis data Dalam pelaksanaannya, pengolahan data dilakukan melalui bantuan computer dengan program SPSS. Model analisis data yang digunakan adalah analisis jalur (Path Analysis), untuk menerangkan akibat langsung dan akibat tidak langsung seperangkat variabel eksogen terhadap variabel endogen (Sitepu, 1994). Dengan diagram jalur berikut:
Pyx1
Pendapatan (X1) ε PX3X1Pyx2 ε
Motivasi Kerja (X2)
Kinerja Guru Ekonomi (Y)
Pyx3 Disiplin Kerja (X3) ε
Gambar 1. Struktur Hubungan dan Pengaruh Variabel Eksogen terhadap Variabel Endogen
22
Uji t Dilakukan untuk mencari pengaruh variabel independent terhadap variabel dependent dalam persamaan regresi linear berganda secara parsial dengan mengasumsikan variabel lain dianggap konstan dapat dibuktikan dengan rumus :
bi Sbi
t=
Di mana :
bi
= Koefisien regresi masing-masing variabel
Sbi = Koefisien error masing-masing variabel Kriteria pengujian : 1) Jika thit ttab atau –thit -ttab berarti H0 ditolak Ha diterima berarti terdapat pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial. 2) Jika thit ttab atau -thit ttab, maka H0 diterima Ha ditolak berarti tidak terdapat pengaruh variabel terikat secara parsial. Uji F Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel. Nilai Fhitungdidapat dengan menggunakan model berikut: F=
R2 / k 1 1 R2 / n k
Dimana: F = Nilai Fhitung R 2 = Koefisien korelasi berganda n = Jumlah sampel k = Jumlah variabel bebas Uji F ini dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: 1) Jika Ftest Ftabel : Ho ditolak dan Ha diterima. Maka terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel bebas dengan variabel terikat. 2) Jika Ftest
23
C. HASIL PENELITIAN Karakteristik responden Tabel 1. Karakteristik Responden Jenis kelamin
a. Laki-laki b. Perempuan Jumlah Tingkat pendidikan a. S.1 b. S.2 Jumlah Pangkat dan Golongan a. III.a b. III.b c. III.c d. III.d e. IV.a Jumlah Umur a. 20 s/d 30 b. 31 s/d 40 c. 41 s/d 50 d. 51 s/d 60 Jumlah Masa kerja a. 0 s/d 10 b. 11 s/d 20 c. 21 s/d 30 d. > 30 Jumlah
12 16 28 24 4 28 5 5 1 1 16 28 1 6 17 4 29 8 8 8 4 28
Sumber: Olahan Data Primer 2012
Deskripsi Variabel Penelitian Pendapatan
Frekuensi Pendapatan Guru (orang) 1.000.000 – 3.000.000 (rendah) 3.000.000 – 6.000.000 (sedang) ≥6.000.000 (tinggi)
Gambar 2. Diagram frekuensi pendapatan guru
24
42,86 57,14 100 85,71 14,29 100 17,86 17,86 3,57 3,57 57,14 100 3,57 21,43 60,71 14,29 100 28,57 28,57 28,57 14,29 100
Motivasi Kerja Guru Tabel 2. Deskripsi Variabel Motivasi Kerja Guru No 1 2
Skor Ratarata 4,57 4,15 4,36
Dimensi Variabel Motivasi intrinsik Motivasi ekstrinsik Rata-rata Kriteria
TCR 91,35 83,07 87,21
Sumber: Olahan Data Primer 2012
Skor rerata dari variabel motivasi guru adalah 4,36 dengan kategori “Selalu” dan tingkat capaian responden sebesar 87,21% yang berada pada kriteria baik. Hasil ini mengindikasikan bahwa motivasi guru ekonomi di SMA Negeri Se-Kabupaten Solok sudah baik, namun perlu ditingkatkan lagi. Disiplin kerja guru Tabel 3. Deskripsi Variabel Disiplin Kerja Guru No
Skor Rata-rata 4,4
Indikator
1 2
Ketetapan waktu dalam bekerja Kesadaran dalam bekerja
3
Ketaatan dan kepatuhan terhadap peraturan tata tertib sekolah Rata-rata Kriteria
TCR 88,00
4,29
85,85
4,64 4,45
92,87 88,91
Sumber: Olahan Data Primer 2012
Skor rerata variabel disiplin kerja guru adalah 4.45 yang berada pada kategori “Selalu” dengan tingkat capaian responden sebesar 88.91% berada pada kriteria “Baik”.Hasil ini mengindikasikan bahwa disiplin kerja guru ekonomi di SMA Negeri Se-Kabupaten Solok sudah baik. Kinerja Tabel 4. Deskripsi Variabel Kinerja Guru No
Indikator
1 2 3 4
Perencanaan pembelajaran Melaksanakan proses pembelajaran Menilai proses pembelajaran Memberikan tindak lanjut Rata-rata Variabel
Skor Rata-rata 4,49 3,44 4,27 3,44 4,07
TCR 89,82 68,68 85,36 68,7 81,32
Sumber: Olahan Data Primer 2012
Walaupun secara keseluruhan kriteria variabel kinerja guru dikatakan baik namun apabila dilihat dari masing-masing indikator ada yang dikategorikan
25
dengan “cukup” yaitu pada indikator melaksanakan proses pembelajaran dan memberikan tindak lanjut.
D. PEMBAHASAN Hipotesis 1 Pendapatan berpengaruh signifikan terhadap motivasi kerja guru di SMA Negeri Se-Kabupaten Solok. Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh nilai thitung=
2.163> ttabel=1.706. Hal ini menunjukkan bahwa pendapatan memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap motivasi kerja guru ekonomi di SMA Negeri SeKabupaten Solok, sehingga hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima. Hipotesis 2 Motivasi kerja berpengaruh signifikan terhadap disiplin kerja guru ekonomi di SMA Negeri Se-Kabupaten Solok. Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh nilai thitung = 3.463 > ttabel=1.706. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi kerja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap disiplin kerja guru ekonomi di SMA Negeri Se-Kabupaten Solok, sehingga hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima. Hipotesis 3 Pendapatan, motivasi kerja dan disiplin kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru ekonomi di SMA Negeri Se-Kabupaten Solok. Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh nilai thitung=3.3774>ttabel=1.706. Hal ini menunjukkan bahwa pendapatan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja guru ekonomi di SMA Negeri Kota Se-Kabupaten Solok. Selanjutnya nilai thitung=3.588>ttabel=1.706, hal ini menunjukkan motivasi kerja berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja guru ekonomi di SMA Negeri Kota Se-Kabupaten Solok. Dan nilai nilai thitung= -2.472
ekonomi di SMA Negeri Kota Se-Kabupaten
Solok. Sehingga hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima.
26
Pendapatan (X1) ε 0.9208
Motivasi Kerja (X2) Disiplin Kerja (X3)
0.533
0.573
Kinerja Guru Ekonomi (Y)
-0.388
0.8270 Gambar 3. Hasil Struktur Jalur Penelitian Dari gambar 3 dapat diketahui bahwa pengaruh langsung dan tidak langsung melalui variabel intervening, maka semua variabel eksogen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap varibel endogenus.
E. Simpulan Simpulan dalam penelitian ini yaitu: a) Pendapatan berpengaruh signifikan terhadap motivasi kerja guru ekonomi di SMA Negeri Se-Kabupaten Solok yaitu sebesar 39.0%. b) Motivasi kerja berpengaruh signifikan terhadap disiplin kerja guru ekonomi di SMA Negeri Se-Kabupaten Solok yaitu sebesar 56,20%. c) Pendapatan secara langsung berpengaruh terhadap kinerja guru yaitu sebesar 53.3% sedangkan secara tidak langsung melalui variabel motivasi kerja dan disiplin kerja guru yaitu sebesar 13.85%. Motivasi kerja berpengaruh positif secara langsung terhadap kinerja guru yaitu sebesar 57.3% dan secara tidak langsung melalui disiplin kerja berpengaruh signifikan yaitu sebesar-21.81% terhadap kinerja guru ekonomi di SMA Negeri Se-Kabupaten Solok. Sedangkan untuk variabel disiplin kerja secara langsung juga berpengaruh terhadap kinerja guru ekonomi di SMA Negeri SeKabupaten Solok sebesar -38.8%.
27
DAFTAR KEPUSTAKAAN Badan Pusat Statistik. 2007. Padang Dalam Angka. Sumatera Barat Mangkunegara, Anwar. 2005. Evaluasi Kinerja SDM. Bandung: Refika Aditama. Mendiknas. 2010. Panduan Pelaksanaan Sekolah Standar Nasional (SSN). Jakarta: Direktorat Pembinaan SMP. Nirwana, Sitepu. 1994. Analisis Jalur (Path Analysis). Bandung: Universitas Padjadjaran. Oemar, Hamalik. 2001. Proses BelajarMengajar. Bandung: BumiAksara. Riduwan. 2008. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta. Rivai, Veithzal. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan Dari Teori Ke Praktek. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Siagian, Sondang. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Wibowo. 2007. Manajemen Kinerja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
28
ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI, KONSUMSI DAN TABUNGAN DI SUMATERA BARAT Efrida Ningsih, S.Pd., M.E. Dosen Luar Biasa Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP UMMY Solok Email :
[email protected] ABSTRACT This article focused on analyze (1) Effect of consumption, investmen, government expenditure and the nett export to the economic growth in West Sumatera. (2) The influence of disposible income, before consumtption period and the saving on the consumption in west Sumatera (3).Effect of disposible income, interest rate and consumption to the saving in West Sumatera. Data used time series of (I year kuartal 20001 – IV year kuartal 2010). This article use analyzer model equation of simultaneous with method of Two Stage Least Squared (TSLS). The result of research concludes that (1) the consumption have a significant and positive impact on the economic growth, investment have significant and positive impact on the economic growth, government expenditure have significantly and positive on the economic growth and nett export have a significant and positive impact on the economic growth in West Sumatera. If the economic growth increases, the consumption will also increase. (2) disposible income, economic growth and before consumtption period significantly influence the consumption in West Sumatera. While the saving is significant and negative effect on consumption in West Sumatera. (3) disposible income and consumption significantly influence the saving in West Sumatera. While the interset rate is not significant effect on saving in West Sumatera. Keywords : Economic Growth, Consumption, Saving, Government Expenditure, Invesment, Interest Rates,and Diposible Income
A. PENDAHULUAN Konsumsi merupakan salah satu komponen permintaan agregat yang dapat digerakkan oleh pengeluaran konsumsi. Konsumsi dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi, tabungan, pendapatan disposibel dan konsumsi periode sebelumnya. Menurut Dornbush (2008) konsumsi hampir dapat di prediksi dengan sempurna dari konsumsi periode sebelumnya. Munculnya kegiatan produksi disebabkan adanya kegiatan konsumsi.
Kegiatan produksi itu tentu akan dapat memicu
pertumbuhan ekonomi. Meningkatnya produksi akan meningkatkan pendapatan.
29
Peningkatan pendapatan itu adalah merupakan salah satu indikator meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi di artikan sebagai kenaikan GDP (Gross Domestic Product) tanpa memandang bahwa kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari pertumbuhan penduduk dan tanpa memandang apakah ada perubahan dalam struktur ekonominya (Suryana,2005). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat pertumbuhan PDRB suatu daerah diantaranya adalah konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah dan net ekspor. Selain untuk konsumsi, pendapatan seseorang juga digunakan untuk menabung. Tabungan juga merupakan salah satu indikator yang dapat menentukan tingkat pendapatan suatu daerah yang ditentukan oleh pendapatan disposibel atau pendapatan setelah dikurangi pajak. Pendapatan disposibel yang digunakan untuk menabung merupakan pendapatan yang tersisa karena tidak habis digunakan untuk konsumsi. Selain itu tabungan ini juga di tentukan oleh tingkat suku bunga. Menurut teori klasik, makin tinggi tingkat bunga, makin tinggi pula keinginan untuk menabung. Artinya pada tingkat bunga yang lebih tinggi, masyarakat lebih terdorong untuk mengorbankan atau mengurangi pengeluaran untuk konsumsi guna menambah tabungan (Suparmoko, 2002). Jika tingkat suku bunga naik, maka masyarakat akan cenderung untuk menabung dan mengurangi konsumsinya dan sebaliknya. Konsumsi dan tabungan memang saling mempengaruhi satu sama lain. Sumatera Barat adalah satu provinsi yang terdiri dari beberapa Kabupaten/Kota yang terletak di pulau Sumatera yang sampai saat ini terus melakukan dan meningkatkan kegiatan pembangunan serta perekonomiannya dengan tujuan untuk mencapai masyarakat Senantiasa
melakukan
peningkatan
yang hidup adil dan sejahtera.
pembangunan
melalui
percepatan
perekonomian, sehingga dibutuhkan komponen– komponen yang dapat menunjang kegiatan percepatan pertumbuhan ekonomi itu. Komponen– komponen tersebut diantaranya adalah sector konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah dan net ekspor. Dari perkembangan pertumbuhan ekonomi, konsumsi dan tabungan di Sumatera Barat dari Tahun 2001- 2010 dapat diketahui bahwa, perkembangan pertumbuhan ekonomi terendah terjadi pada tahun 2009 pasca gempa, yaitu sebesar -38,36%. Perkembangan pertumbuhan ekonomi tertinggi terjadi pada tahun 2010,
30
yaitu sebesar 73,98%. Hal ini disebabkan oleh semangat masyarakat Sumatera Barat yang tidak mau berlarut akibat pasca gempa, sehingga mereka mulai menata kembali ekonomi mereka. Selain itu, pada tahun 2010 banyak para investor menanamkan
modalnya
di
Sumatera
Barat
untuk
membangun
dan
mengembangkan kembali Sumatera Barat akibat pasca gempa 30 September 2009. Dilihat perkembangan konsumsi dari tahun 2001 – 2010 mengalami fluktuasi, akan tetapi bila dilihat dari konsumsi cenderung mengalami peningkatan. Perkembangan konsumsi terendah terjadi pada tahun 2009, yaitu sebesar 1,64%. Akan tetapi bila dilihat dari tabungan mengalami peningkatan, seharusnya dengan meningkatnya konsumsi maka tabungan mengalami penurunan. Perkembangan konsumsi tertinggi terjadi pada tahun 2005, yaitu sebesar 4,85%. Hal ini mungkin disebabkan oleh naiknya harga – harga barang sebagai imbas dari naiknya harga BBM.
Sehingga
masyarakat
lebih
cenderung
memegang
uangnya
dan
membelanjakannya untuk konsumsi dan akhirnya tabungan masyarakat pun menjadi berkurang. Pertumbuhan ekonomi akan mempengaruhi
konsumsi masyarakat. Jika
pertumbuhan ekonomi meningkat, otomatis konsumsi masyarakat akan meningkat. Karena pertumbuhan ekonomi ditandai dengan terjadinya kenaikan output yang menyebabkan pendapatan masyarakat meningkat. Selain itu pertumbuhan ekonomi di pengaruhi oleh investasi, pengeluaran pemerintah dan net ekspor. Dilihat dari perkembangan pengeluaran pemerintah di Sumatera Barat selama periode 2001 -2010 cenderung meningkat. Perkembangan pengeluaran pemerintah terendah terjadi pada tahun 2002, yaitu sebesar 0,32%. Perkembangan pengeluaran pemerintah terendah ini diduga pada tahun ini pemerintah tidak banyak melakukan pembangunan – pembangunan, sehingga pengeluran pemerintah yang dilakukan tidak terlalu banyak, dan akhirnya pertumbuhan ekonomi pun mengalami peningkatan. Perkembangan pengeluaran pemerintah tertinggi terjadi pada tahun 2009, yaitu sebesar 130,90%. Perkembangan investasi di Sumatera Barat selama periode 2001 – 2010 mengalami fluktuasi. Perkembangan investasi terendah terjadi pada tahun 2002, yaitu sebesar 1,04%. Akan tetapi, walaupun perkembangan investasi rendah, investasi tidak mengalami penurunan, tetapi mengalami kenaikan, karena
31
kenaikannya tidak terlalu besar dari tahun sebelumnya. Naiknya investasi ini akan membuat pertumbuhan ekonomi meningkat. Perkembangan investasi tertinggi terjadi pada tahun 2010, yaitu sebesar 11,27%. Begitu juga dengan perkembangan net ekspor di Sumatera Barat juga mengalmi fluktuasi. Perkembangan net ekspor terendah terjadi pada tahun 2009 sebesar -47,69%. Perkembangan net ekspor tertinggi terjadi pada tahun 2004 yaitu sebesar 67,36%. Meingkatnya net ekspor akan menyebatkan investasi di Sumatera Barat meningkat dan akhirnya pertumbuhan ekonomi juga akan mengalami peningkatan, yang memang pada tahun 2004 pertumbuhan ekonomi meningkat sebesar 3,99%. Kemudian selain pertumbuhan ekonomi yang mempengaruhi konsumsi, konsumsi juga di pengaruhi oleh pendapatan disposible atau pendapatan yang siap dibelanjakan setelah di kurangi pajak dan konsumsi pada periode sebelumnya. Konsumsi ini juga akan berpengaruh terhadap besar kecilnya jumlah tabungan. Selain itu tabungan juga akan dipengaruhi oleh pendapatan disposible dan tingkat suku bunga. Pendapatan disposibel Provinsi Sumatera Barat selama periode tahun 20012010 cenderung mengalami peningkatan. Pendapatan disposibel tertinggi terjadi pada tahun 2010, yaitu sebesar 6,94%. Hal ini merupakan faktor yang diduga mempengaruhi konsumsi dan tabungan masyarakat. Perkembangan konsumsi periode sebelumnya yang tertinggi terjadi pada tahun 2010, yaitu sebesar 8,30%. Hal ini diduga menyebabkan konsumsi masyarakat meningkat dari tahun sebelumnya. Selanjutnya dilihat perkembangan suku bunga selama periode 2001– 2010 mengalami fluktuasi. Perkembangan suku bunga tertinggi terjadi pada tahun 2007, yaitu sebesar 13,84%. Dengan meningkatnya suku bunga ini, maka tabungan akan meningkat, konsumsi periode sebelumnya mengalami penurunan dan konsumsi masyarakat pun akan menurun. Berdasarkan perkembangan investasi, pengeluaran pemerintah, net ekspor, pendapatan disposibel, konsumsi periode sebelumnya dan suku bunga dapat dilihat bagaimana fenomena pertumbuhan ekonomi, konsumsi dan tabungan yang terjadi di Provinsi Sumatera Barat. Dalam penjabaran sebelumnya dapat dilihat bahwa terjadi beberapa masalah akan perkembangan pertumbuhan ekonomi, konsumsi dan tabungan.
32
B. METODE PENELITIAN Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari lembaga atau instansi yang terkait seperti laporan tahunan, Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia (SEKI), BPS (Badan Pusat Statistik) dan Bank Indonesia dari berbagai edisi. Uji prasyarat Analisis (Uji Asumsi Klasik) dalam penelitian ini adalah Uji Kausalitas, Uji Stasioneritas, Uji Kointegrasi (EngleGranger atau Uji Augmented Engle-Granger).
C. HASIL PENELITIAN Analisis Induktif Berdasarkan pengolahan data dengan bantuan program Eviews 6, diperoleh hasil olahan data untuk berbagai uji dan model analisis sebagai berikut : Uji Stasioner Uji stasioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji akar unit (unit root test) yang dikembangkan oleh David Dickey dan Wayne Fuller, atau yang lebih dikenal dengan uji akar unit Dickey-Fuller (DF). Apabila nilai statistik DickeyFuller (Dickey-Fuller test statistic) probabilitasnya kecil dari α = 0,05, maka H0 ditolak atau Ha diterima yang artinya variabel tersebut stasioner. Variabel tersebut dapat stasioner apakah itu pada level, 1st difference, atau 2nd difference. Sebaliknya apabila nilai statistik Dickey-Fuller probabilitasnya besar dari α = 0,05, maka H0 diterima atau Ha ditolak yang artinya variabel tersebut tidak stasioner atau mengandung masalah unit root. Tabel 1 menjelaskan masing-masing variabel stasioner pada tingkat tertentu, yaitu pada level, 1st difference, dan 2nd difference. Dari Tabel tersebut dapat diketahui bahwasannya variabel-variabel
tabungan,
investasi, pengeluaran pemerintah, konsumsi periode sebelumnya serta suku bunga memiliki nilai probabilitas yang kecil dari α = 0,05 pada 1st difference, oleh karena itu variabel-variabel tersebut stasioner pada 1st difference. Tabel 1. Hasil Uji Stasioner Masing-masing Variabel Nama Variabel
Tingkat 2st difference 2st difference 1st difference 1st difference
Pertumbuhan Ekonomi (Yt) Konsumsi (Ct) Tabungan (St) Investasi (It)
33
Nilai Probabilitas 0.0000 0.0002 0.0000 0.0000
1st difference 2nd difference 2st difference 1st difference 1st difference
Pengeluaran Pemerintah (Gt) Net Ekspor (NXt) Pendapatan Disposibel (Ydt) Konsumsi Periode Sebelumnya (Ct-1) Suku Bunga (it) Sumber : hasil pengolahan data dengan Eviews 6,
0.0000 0.0015 0.0001 0.0000 0.0000
n = 40 α = 0,05
Variabel pertumbuhan ekonomi, konsumsi, net ekspor dan pendapatan disposibel
berada pada 2nd difference dikarenakan variabel tersebut nilai
probabilitasnya kecil dari α = 0,05 pada 2nd difference. Uji Kointegrasi Adapun model kointegrasi yang digunakan pada penelitian ini ialah model EngleGranger (EG)/Augmented Engle–Granger (AEG). Apabila nilai residual yang telah diestimasi dari masing-masing persamaan probabilitasnya kecil dari α = 0,05, maka H0 ditolak atau Ha diterima yang artinya persamaan tersebut berkointegrasi. Sebaliknya apabila nilai residual yang telah diestimasi dari masing-masing persamaan probabilitasnya besar dari α = 0,05, maka H0 diterima atau Ha ditolak yang artinya persamaan tersebut tidak berkointegrasi. Tabel 2. Hasil Uji Kointegrasi Keterangan
Coefisient
Std. Error t-Statistic
Probabilitas
RESIDUAL1 (-1)
-0.327281
0.118325
-2.765961
0.0088
RESIDUAL2 (-1)
-1.064228
0.167073
-6.369849
0.0000
RESIDUAL3 (-1)
-0.822759
0.161469
-5.126423
0.0000
Sumber : Hasil Pengolahan Data dengan Eviews 6,
n = 40
α 0,05
Dari Tabel 2 dapat diketahui bahwa pada persamaan RESIDUAL1 (-1), persamaan RESIDUAL2 (-1) serta persamaan RESIDUAL3 (-1) probabilitasnya kecil dari α = 0,05. Oleh karena itu masing-masing persamaan dalam penelitian ini berkointegrasi atau saling menjelaskan. Seluruh variabel didalam masing-masing persamaan itu terdapat hubungan atau keseimbangan jangka panjang diantara variabel tersebut. Dengan demikian persamaan tidak lagi mengandung masalah regresi palsu (spurious regression). Uji Kausalitas Granger Uji ini pada intinya dapat mengindikasikan apakah suatu variabel mempunyai hubungan dua arah, atau hanya satu arah saja. Apabila nilai probabilitas kecil dari α = 0,05, maka H0 ditolak atau Ha diterima yang artinya kedua variabel (variabel
34
endogen) mempunyai hubungan dua arah atau saling mempengaruhi. Sebaliknya apabila nilai probabilitas besar dari α = 0,05, maka H0 diterima atau Ha ditolak yang artinya kedua variabel (variabel endogen) mempunyai hubungan satu arah atau tidak saling mempengaruhi. Tabel 3. Hasil Uji Kausalitas Granger Hypothesis Yt does not Granger Cause Ct Ct does not Granger Cause Yt
F-Statistic 54.6932 7.09905
Probabilitas 0.0036 0.0027
Sumber : Hasil Pengolahan Data dengan Eviews 6, n = 40 α = 0,05
Dari hasil uji Kausalitas Granger pada Tabel 5 didapatkan nilai probabilitas pertumbuhan ekonomi (Yt) terhadap konsumsi (Ct) kecil dari α = 0,05. Sedangkan nilai probabilitas konsumsi (Ct) terhadap pertumbuhan ekonomi (Yt) juga kecil dari α = 0,05, dengan arti kata variabel tabungan dan konsumsi mempunyai hubungan dua arah atau saling mempengaruhi. Tabel 4. Hasil Uji Kausalitas Granger Hypothesis St does not Granger Cause Ct Ct does not Granger Cause St
F-Statistic 3.26182 404.902
Probabilitas 0.0203 0.0002
Sumber : Hasil Pengolahan Data dengan Eviews 6, n = 40 α = 0,05
Dari hasil uji Kausalitas Granger pada Tabel 4 didapatkan nilai probabilitas tabungan (St) terhadap konsumsi (Ct) kecil dari α = 0,05. Sedangkan nilai probabilitas konsumsi (Ct) terhadap tabungan (St) juga kecil dari α = 0,05, dengan arti kata variabel tabungan dan konsumsi mempunyai hubungan dua arah atau saling mempengaruhi. Hasil Estimasi Persamaan Simultan Model Persamaan Pertumbuhan Ekonomi Dari hasil estimasi yang telah dilakukan dengan menggunakan eviews 6 didapat model persamaan pertumbuhan ekonomi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : LogY = 0.333122 + 0.305491 logK + 0.953344 logI + 0.090203 logG + 0.289611 logNX Berdasarkan hasil estimasi persamaan pertumbuhan ekonomi tersebut dapat diketahui bahwa konstanta pertumbuhan ekonomi adalah 0.333. Hal ini berarti bahwa
apabila variabel konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah dan net
35
ekspor nilainya tetap (konstan) maka nilai pertumbuhan ekonomi naik sebesar 0.333%. Konsumsi mempunyai nilai koefisien estimasi sebesar 0,305. Hal ini berarti bahwa dengan kenaikan pada konsumsi sebesar satu persen, maka pertumbuhan ekonomi akan naik 0.305%, dengan asumsi cateris paribus. Nilai koefisien estimasi investasi, yaitu sebesar
0.953. Artinya apabila terjadi
peningkatan investasi sebesar satu persen, maka akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi naik sebesar 0.953%, dengan asumsi cateris paribus. Pengeluaran pemerintah mempunyai nilai koefisien estimasi sebesar 0.090. Artinya jika terjadi kenaikan dalam pengeluaran pemerintah sebesar satu persen, maka pertumbuhan ekonomi akan naik sebesar 0,090 %, dengan asumsi cateris paribus atau hal lain selain variabel pengeluaran pemerintah dianggap tetap. Selanjutnya, nilai koefisien net ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi adalah sebesar 0.289. Artinya apabila terjadi kenaikan net ekspor sebesar satu persen, maka pertumbuhan ekonomi akan naik sebesar 0,289 % dengan asumsi cateris paribus (hal lain di luar net ekspor dianggap konstan). Nilai Adjusted R-Squared dari persamaan pertumbuhan ekonomi adalah 0.7859 atau 78.59%. Artinya sumbangan konsumsi, investasi, pengeluaran pemerinta dan net ekspor adalah sebesar 78.59%, sedangkan sisanya sebesar 22.41% dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini. Model Persamaan Konsumsi Dari estimasi yang telah dilakukan didapat model persamaan konsumsi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : LogK = 4.337837 + 0.898884 logYd + 0.200778 logCT + 1.833375 logY 0.124462 logS Berdasarkan hasil estimasi persamaan konsumsi tersebut dapat diketahui bahwa konstanta konsumsi adalah 4,338. Hal ini berarti bahwa apabila variabel pendapatan disposibel, konsumsi tahun sebelumnya, pertumbuhan ekonomi dan tabungan nilainya tetap (konstan) maka nilai konsumsi naik sebesar 4.338%. Berdasarkan estimasi persamaan konsumsi di atas, terlihat bahwa pendapatan disposibel mempunyai nilai koefisien estimasi sebesar 0.899. Hal ini berarti bahwa dengan kenaikan pada pendaptan disposibel sebesar satu persen, maka konsumsi akan turun sebesar 0.899%, dengan asumsi cateris paribus. Nilai koefisien estimasi konsumsi tahun sebelumnya, yaitu sebesar
36
0.200. Artinya
apabila terjadi kenaikan konsumsi tahun sebelumnya sebesar satu persen, maka akan menyebabkan konsumsi naik sebesar 0.200%, dengan asumsi cateris paribus. Nilai koefisien estimasi pertumbuhan ekonomi, yaitu sebesar
1.833. Artinya
apabila terjadi kenaikan pertumbuhan ekonomi sebesar satu persen, maka akan menyebabkan konsumsi naik sebesar 1.833%, dengan asumsi cateris paribus. Selanjutnya, tabungan mempunyai nilai koefisien estimasi sebesar -0.124. Artinya jika terjadi kenaikan dalam tabungan sebesar satu persen, maka konsumsi akan turun sebesar 0.124 %, dengan asumsi cateris paribus. Nilai Adjusted R-Squared dari persamaan jumlah uang beredar adalah 0.9979 atau 99.79%. . Artinya sumbangan variabel
pendapatan disposibel, konsumsi tahun sebelumnya,
pertumbuhan ekonomi dan tabungan atau variabel eksogen adalah sebesar 99,79%, sedangkan sisanya sebesar 0,21% dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini. Model Persamaan Tabungan Dari estimasi yang telah dilakukan didapat model persamaan tabungan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: LogS = 41.67350 + 0.913392 logYd – 5.592901 logR - 12.11903 logK Berdasarkan hasil estimasi persamaan tabungan tersebut dapat diketahui bahwa konstanta tabungan adalah 9. Hal ini berarti bahwa
apabila variabel
pendapatan disposibel, suku bunga dan konsumsi nilainya tetap (konstan) maka nilai tabungan naik sebesar 41.67%. Berdasarkan estimasi persamaan tabungan di atas, terlihat bahwa pendapatan disposibel mempunyai nilai koefisien estimasi sebesar 0.913. Hal ini berarti bahwa dengan kenaikan pada pendapatan disposibel sebesar satu persen, maka tabungan akan turun sebesar 0.913%, dengan asumsi cateris paribus. Nilai koefisien estimasi suku bunga, yaitu sebesar
–5.593. Artinya apabila terjadi
kenaikan suku bunga sebesar satu persen, maka akan menyebabkan tabungan turun sebesar 5.593%, dengan asumsi cateris paribus. Dan sebaliknya jika suku bunga turun maka tabungan akan meningkat .Selanjutnya,
nilai koofisien estimasi
konsumsi yaitu -12.119. Artinya bila nilai konsumsi meningkat sebesar satu persen maka akan menurunkan tabungan sebesar 12.119 % dengan asumsi variabel lain di anggap konstan (cateris paribus). Dan sebaliknya jika konsumsi turun maka
37
tabungan akan meningkat. Nilai Adjusted R-Squared dari persamaan tabungan adalah 0.5878 atau 58.78%. Artinya sumbangan variabel pendapatan disposibel, suku bunga dan konsumsi atau variabel eksogen adalah sebesar 58.78%, sedangkan sisanya sebesar 42.22% dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini. Uji Hipotesis Hipotesis 1 Hipotesis alternatif pada persamaan pertama dalam penelitian ini menyatakan konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah dan net ekspor berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Sumatera Barat. Dari hasil estimasi pada persamaan pertumbuhan ekonomi diperoleh nilai probabilitas F(statistik) sebesar 0,000000. Oleh karena nilai probabilitas (F-statistik) pada persamaan pertumbuhan ekonomi < α =0,05. Dengan demikian konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah dan net ekspor secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Sumatera Barat. Hipotesis 2 Hipotesis alternatif pada persamaan kedua dalam penelitian ini menyatakan bahwa pendapatan disposibel, pertumbuhan ekonomi dan tabungan berpengaruh signifikan terhadap konsumsi di Sumatera Barat.
Dari hasil estimasi pada
persamaan konsumsi diperoleh nilai probabilitas F(statistik) sebesar 0,000000. Oleh karena nilai probabilitas (F-statistik) pada persamaan konsumsi < α =0,05. Dengan demikian pendapatan disposibel, konsumsi tahun seblumnya, pertumbuhan ekonomi dan tabungan secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap konsumsi di Sumatera Barat. Hipotesis 3 Hipotesis alternatif pada persamaan kedua dalam penelitian ini menyatakan bahwa bahwa pendapatan disposibel dan konsumsi berpengaruh signifikan terhadap tabungan di Sumatera Barat. Dari hasil estimasi pada persamaan tabungan diperoleh nilai probabilitas F(statistik) sebesar 0,000000. Oleh karena nilai probabilitas (F-statistik) pada persamaan tabungan < α =0,05. Dengan demikian pendapatan disposibel,
suku bunga dan konsumsi
secara bersama-sama
berpengaruh signifikan terhadap tabungan di Sumatera Barat.
38
D. PEMBAHASAN Pengaruh konsumsi, Investasi, pengeluaran pemerintah dan net ekspor terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sumatera Barat Hipotesis alternatif pada persamaan pertama dalam penelitian ini terbukti diterima. Dengan demikian, konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah dan net ekspor berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Sumatera Barat. konsumsi memiliki berpengaruh signifikan dan positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Sumatera Barat. Terdapatnya pengaruh yang signifikan dan positif antara konsumsi terhadap pertumbuhan ekonomi mengindikasikan bahwa pertumbuhan ekonomi di Sumatera Barat ditentukan oleh konsumsi. Jika konsumsi mengalami peningkatan maka pertumbuhan ekonomi juga akan mengalami peningkatan. Dapat dilihat pada tahun 2008 pada data yang ada yaitu konsumsi meningkat sebesar dari 4,11 % menjadi 4,52% mengakibatkan pertumbuhan ekonomi juga meningkat dari 6,34% menjadi 6,36%. Terjadinya peningkatan konsumsi berarti telah terjadi peningkatan permintaan terhadap barang dan jasa. Peningkatan produksi barang dan jasa akan menyebabkan peningkatan terhadap pertumbuhan ekonomi. Investasi secara parsial juga memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Sumatera Barat. Dapat dilihat pada data yang tersedia pada tahun 2008 bahwa investasi meningkat dari 3,92% menjadi 4,96% mengakibatkan pertumbuhan ekonomi meningkat dari 6,34% menjadi 6,36%. Kenaikan investasi akan memicu kenaikan pertumbuhan ekonomi karena kenaikan investasi mengindikasikan telah terjadinya kenaikan penanaman modal atau pembentukan modal. Ini sesuai dengan teori (Samuelson dan Nordhaus,2004) yang menyatakan kenaikan penanaman modal atau pembentukan modal akan berakibat terhadap peningkatan produksi barang dan jasa di dalam perekonomian. Peningkatan ini akan menyebabkan peningkatan terhadap pertumbuhan ekonomi dan sebaliknya. Selanjutnya, secara parsial pengeluaran pemerintah berpengaruh signifikan dan positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Sumatera Barat. Sesuai dengan teori (Mankiw, 2006) yaitu terjadinya peningkatan pengeluaran pemerintah misalnya untuk penyediaan atau perbaikan infrastruktur maka proses produksi barang dan
39
jasa akan semakin lancar. Hal ini akan menyebabkan terjadinya peningkatan produksi barang dan jasa. Peningkatan produksi barang dan jasa ini akan menyebabkan peningkatan terhadap pertumbuhan ekonomi. Begitu juga dengan net ekspor, net ekspor pun memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Sumatera Barat. Apabila ekspor mengalami peningkatan maka produksi barang dan jasa juga akan mengalami peningkatan. Peningkatan produksi barang dan jasa ini akan menyebabkan peningkatan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hasil penelitian ini sesuai dengan model makroekonomi yang di kembangkan oleh Keynes (dalam Mankiw, 2006). Di mana, terjadinya kenaikan pada konsumsi, investasi pengeluaran pemerintah dan net ekspor akan mengakibatkan produksi barang dan jasa meningkat. Pengaruh Pendapatan pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat
disposibel, konsumsi periode sebelumnya, dan tabungan terhadap konsumsi di Provinsi
Pendapatan disposibel, pertumbuhan ekonomi dan tabungan berpengaruh signifikan terhadap konsumsi masyarakat di Sumatera Barat. Sedangkan konsumsi periode sebelumnya tidak berpengaruh signifikan terhadap konsumsi di Sumatera Barat.Pendapatan disposibel merupakan salah satu faktor penentu terhadap jumlah tabungan dan konsumsi. Keputusan konsumsi rumah tangga tergantung pada berapa banyak yang akan dikonsumsi dan berapa banyak yang akan ditabung. Peningkatan pendapatan disposibel menyebabkan konsumsi rumah tangga meningkat. Ini dapat juga dilihat pada data yang ada di tahun 2008 bahwa peningkatan pendapatan disposibel dari 6,28% menjadi 6,34% mengakibatkan peningkatan konsumsi dari 4,11% menjadi 4,52%. Dalam penelitian ini, secara parsial pendapatan disposibel memiliki berpengaruh signifikan dan positif terhadap konsumsi masyarakat di Sumatera Barat. Artinya pendapatan disposibel mengalami peningkatan menyebabkan konsumsi juga mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan oleh semakin baiknya perekonomian masyarakat Sumatera Barat, sehingga dengan pendapatan yang relatif tinggi tersebut dimanfaatkan oleh msyarakat Sumatera Barat untuk konsumsi. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Keynes (Mankiw, 2006) menyatakan bahwa pengeluaran konsumsi terutama dipengaruhi 40
oleh tingkat pendapatan disposibel, artinya semakin tinggi pendapatan disposibel, semakin banyak pula pengeluaran konsumsi. Diperkuat juga oleh Dornbusch (2008), yang menyatakan bahwa perubahan konsumsi berasal dari perubahan pendapatan yang mengejutkan. Adanya kejutan dari pendapatan menyebabkan konsumsi semakin meningkat. Kemudian konsumsi periode sebelumnya secara parsial berpengaruh signifikan terhadap konsumsi masyarakat di Sumatera Barat. Jika konsumsi periode sebelumnya meningkat, maka konsumsi periode berikiutnya akan meningkat. Hal ini sejalan dengan pendapat Meyer (2002), konsumsi periode tertentu tergantung kepada konsumsi periode pada masa tertentu dan perubahan dari pendapatan. Konsumsi ditentukan oleh konsumsi periode sebelumnya dan tingkat pendapatan periode yang bersangkutan dan periode sebelumnya. Pengaruh pendapatan disposibel, suku bunga, dan konsumsi terhadap tabungan di Provinsi Sumatera Barat Pendapatan disposibel dan konsumsi berpengaruh signifikan terhadap tabungan masyarakat di Sumatera Barat. Dapat dilihat pada tahun 2006 pada data yang ada bahwa peningkatan pendapatan disposibel sebesar 6,14% menurunkan konsumsi 4,13% dan meningkatkan tabungan 22,165. Sedangkan suku bunga tidak berpengaruh signifikan terhadap tabungan di Sumatera Barat. Hal ini disebabkan oleh sikap masyarakat yang tidak Bank Minded yaitu tidak berorientasi pada bunga. Selain itu juga disebabkan oleh sikap masyarakat yang hanya memperhitungkan savety saja di bank. Kemudian juga disebabkan oleh masyarakat lebih cenderung untuk mengkonsumsi dari pada untuk menabung. sehingga seberapa besar pun suku bunga yang ditrawarkan oleh bank tidak membuat sebagian besar masyarakat untuk menabung, yang artinya masyarakat tetap lebih banyak melakukan konsumsi dari pada untuk menyisihkan uangnya di bank. Selain faktor- faktor di atas, tidak berpengaruhnya suku bunga terhadap tabungan juga disebabkan keputusan rumah tangga untuk melakukan tabungan tergantung kepada pendapatan disposibel yang mereka terima. Secara parsial, pendapatan disposibel berpengaruh signifikan dan positif terhadap tabungan masyarakat di Sumatera Barat. Sesuai dengan teori Keynes (Mankiw,
2006)
bahwa
pendapatan
merupakan
faktor
penentu
dalam
penghimpunan tabungan dari masyarakat, semakin tinggi pula sebaliknya semakin
41
rendah tingkat pendapatan yang diterima oleh masyarakat maka akan semakin rendah pula porsi yang akan ditabungkan. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Keynes bahwa pendapatan merupakan faktor penentu dalam penghimpunan tabungan masyarakat Terakhir, secara parsial konsumsi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tabungan masyarakat di Sumatera Barat. Pendapatan yang semakin meningkat menyebabkan konsumsi dan tabungan akan sama-sama bertambah. Namun pertambahan antara salah satunya membuat yang lain berkurang. Hasil dalam penelitian ini menggambarkan apabila konsumsi meningkat, maka tabungan akan menurun. Penelitian ini juga sesuai dengan pernyataan Keynes (dalam Mankiw, 2006) di mana, terjadinya peningkatan pendapatan tidak seluruhnya digunakan untuk konsumsi, tetapi sisanya digunakan juga untuk menabung.
E. SIMPULAN Variabel investasi, pengeluaran pemerintah, net ekspor dan konsumsi secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Sementara itu, investasi secara parsial pengeluaran pemerintah, net ekspor, dan konsumsi berpengaruh signifikan dan positif terhadap pertumbuhan ekonomi diSumatera Barat. Dengan arti kata terjadinya peningkatan atau kenaikan terhadap investasi, pengeluaran pemerintah, net ekspor, dan konsumsi akan menyebabkan peningkatan terhadap pertumbuhan ekonomi. Begitu sebaliknya, apabila terjadi penurunan terhadap investasi, pengeluaran pemerintah, net ekspor, dan konsumsi akan menyebabkan terjadinya penurunan terhadap pertumbuhan ekonomi di Sumatera Barat. Variabel
pendapatan
disposibel,
konsumsi
periode
sebelumnya,
pertumbuhan ekonomi dan tabungan secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap konsumsi masyarakat di Sumatera Barat. Sementara itu, secara parsial pendapatan disposibel, konsumsi periode sebelumnya dan pertumbuhan ekonomi berpengaruh signifikan positif terhadap konsumsi masyarakat di Sumatera Barat. Variabel pendapatan disposibel, suku bunga dan konsumsi secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap tabungan masyarakat di Sumatera Barat. Di samping itu, secara parsial pendapatan disposibel berpengaruh signifikan positif
42
terhadap tabungan masyarakat di Sumatera Barat. Sementara itu suku bunga tidak berpengaruh signifikan terhadap tabungan.
DAFTAR KEPUSTAKAAN Abel. B Andrew, Ben S. Bernanke dan Dean Croushore. 2011. Macroeconomic. United States. Pearson. Al Jufri. 2012. Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perekonomian dan Konsumsi di Sumatera Barat. Tesis. Padang : Universitas Negeri Padang. Bank Indonesia. 2000-2010. Laporan Perekonomian Indonesia. Jakarta: BI. _____________. 2000-2010. Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat. Padang: BI. _____________. 2000-2010. Statistic Perbankan Indonesia. Jakarta: BI. Badan Pusat Statistik. 2000-2010. Sumatera Barat Dalam Angka. Padang: BPS Sumbar. Dornbusch, Rudiger, Stanley Fisher dan Richard Startz. 2008. Macroeconomic Four Edition. Singapura: McGraw-Hill. Dumairy.2004. Perekonomian Indonesia. Jakarta: Erlangga. Gujarati, Damodar. 2004. Ekonometrika Dasar. Jakarta: Erlangga. Guritno, Mangkoesoebroto dan Algifari. 1998. Teori Ekonomi Makro. Yogyakarta: STIE YKPN. Haryadi, Kamal. 2005. “Pertumbuhan Ekonomi Indonesia: Pengaruh Internal dan Eksternal serta Prospek 2005.” Masalah Falsafah Sains Sekolah Pascasarjana IPB 2005. Hlm 4-6. Melalui < http: //google.com.pdf.html> [10/04-2012]. Indra, Darmawan. 2006. Perilaku Tabungan Masyarakat Antar Daerah di Indonesia. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.(Tesis). Jhingan. M. L. 2004. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta: PT. raja Grafindo Persada Jhon, Polman F.L. Purba. 2008. Analaisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Tabungan dan Investasi Swasta di Indonesia. Medan: USU (Tesis). Lincolin, Arsyad. 2006. Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah. Yogyakarta: BPFE- UGM Mankiw, N. Gregory. 2006. Makro ekonomi . Edisi 3. Jakarta: Salemba Empat Mankiw, N, G.2007. Makroekonomi. Alih Bahasa Liza Fdan Nurmawan, I. Edisi Keenam. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama. Meyer, H. Laurence. 2002. Macroenomic, A Model Building Approach. South Western. Publishing Co: Chicago. _________________. 2003. Teori Makro Ekonomi Terjemahan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Muana, Nanga. 2005. Makro Ekonomi, teori, Masalah dan Kebijakan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Pertadiredja. Nachrowi, D Nachrowi dan Hardius Usman. 2006. Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika Untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. Jakarta : Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Nirdukita, Ratnawati. 2007. Analisis Pengaruh Variabel Indikator Ekonomi Makro terhadap Perekonomian Indonesia: Pendekatan Pasar Barang dan Pasar Uang Pada Periode 1990.1- 2005.4.Jurnal ekonomi Indonesia (No.2) Melaui
[15/09/12].
43
Rahardja, Pratama. 2004. Uang dan Perbankan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Ririn, Andriana Putri. 2003. Pengaruh Pendapatan Nasional Disposibel dan Tingkat Suku Bunga Riil Tehadap Tabungan Swasta di Indonesia periode 1978- 2007. Padang: Universitas Andalas (Tesis). Samuelson, Paul A dan William D. Nordhaus. 2004. Ekonomi. Jakarta: Erlangga. Soediyono, Reksoprayitno. 2000. Ekonomi Makro (Pengantar Analisis Pendapatan Nasional), Edisi Kelima. Cetakan Kedua. Yogyakarta. Liberty. Suparmoko. 2002. Ekonomi Publik Untuk Keuangan dan Pembangunan Daerah. Yogyakarta: Andi Offset. Suryana. 2000. Ekonomi Pembangunan. Jakarta: Salemba Empat Tambunan, Tulus. 2001. Perekonomian Indonesia. Teori dan Temuan Empiris. Jakarta: Gramedia Indonesia. Todaro, Michael P. 2003. Ekonomi Pembangunan Dunia Ketiga. Jakarta: Erlangga.
44
ANALISIS PENGARUH PMDN DAN PMA TERHADAP KESEMPATAN KERJA DI INDONESIA Eliza, S.E.,M.Si Dosen Fakultas Ekonomi UPI “YPTK” Padang Email: [email protected]
ABSTRACT Increase activity of economy in all of kainds sector would give effect direct or indirect to creat work opportunity. Essentially part of invest very important to support development of region. Invest was factor to formation and creat income of region and have part that very important of region economy. Invest could expansion work opportunity. Result of research show PMDN and PMA do test partially and simultan have good effect and significant to work opportunity in Indonesia. It’s mean increase to work opportunity have relation to invest as indicator of development. This case connected to income and work opportunity and development would way goodly Keyword: Investment, Employment, Harrod Domard A. PENDAHULUAN Peningkatan kegiatan ekonomi di berbagai sektor akan memberikan dampak, baik langsung maupun tidak langsung terhadap penciptaan lapangan pekerjaan, dan ini adalah tanggung jawab ideal bagi dunia usaha untuk dapat menyerap tambahan angkatan kerja dalam jumlah besar yang terjadi setiap tahun dengan
tahap
memperhatikan
peningkatan
produktivitas
pekerja
secara
keseluruhan, karena dengan meningkatnya produktivitas diharapkan upah juga akan meningkat sekaligus kesejahteraan pekerja dapat diperbaiki. Pembangunan ketenagakerjaan yang berorientasi pada penciptaan dan perluasan kesempatan kerja yang produktif diupayakan dapat dilaksanakan secara mantap dengan pertumbuhan ekonomi yang dicapai. Pertumbuhan sumber daya manusia, khususnya tenaga kerja yang berkualitas diharapkan menghasilkan pekerja yang profesional, produktif, mandiri, berorientasi kerja yang tinggi dan berjiwa wirausaha hingga dapat mengisi, menciptakan, dan memperluas lapangan kerja serta kesempatan berusaha, baik di dalam negeri maupun luar negeri. Pada hakekatnya investasi juga mempunyai peranan yang sangat penting dalam menunjang pembangunan. Investasi adalah sebagai faktor pembentukan atau
45
penciptaan pendapatan dan juga memperluas kesempatan kerja. Investasi ini dapat bersumber dari investasi dalam negeri (PMDN) dan investasi asing/luar negeri (PMA). Tujuan dalam penelitian ini yaitu: 1) Untuk mengkaji bagaimana pengaruh PMDN terhadap Kesempatan Kerja di Indonesia; 2) Untuk mengkaji bagaimana pengaruh PMA terhadap Kesempatan Kerja di Indonesia. Teori ekonomi mengartikan atau mendefinisikan investasi sebagai pengeluaran-pengeluaran untuk membeli barang-barang modal dan peralatanperalatan produksi dengan tujuan untuk mengganti dan terutama untuk menambah barang-barang modal
dalam perekonomian
yang akan digunakan untuk
memproduksi barang dan jasa di masa depan. Dengan perkataan lain, dalam teori ekonomi investasi berarti kegiatan pembelanjaan untuk meningkatkan kapasitas memproduksi sesuatu perekonomian (Sadono Sukirno, 2000). Bagi para ahli ekonomi, investasi selalu berarti pembentukan modal riil, yaitu menambah barang-barang pada persediaan atau pembangunan pabrik-pabrik baru, rumah-rumah baru atau peralatan baru. Kebanyakan masyarakat, investasi seringkali mengartikan investasi semata-mata menggunakan uangnya untuk membeli mobil atau menyimpannya dalam bentuk deposito. Begitu juga pengertian yang dikemukakan oleh J.M Keynes, investasi adalah penambahan modal-modal yang ada dan didalamnya juga termasuk persediaan bahan-bahan dan benda-benda konsumsi. Sedangkan, Harrod-Domard menyatakan bahwa investasi mempunyai peranan dalam perekonomian. Pertama, investasi merupakan sebagian dari pengeluaran keseluruhan, maka dalam hal ini investasi adalah sejenis pengeluaran yang akan mempengaruhi tingkat kegiatan ekonomi negara. Kedua, investasi akan menambah jumlah barang-barang model ini di dalam masyarakat. Dengan demikian, investasi akan mempertinggi kemampuan suatu negara untuk menghasilkan barang baru. Secara statistik, investasi atau pengeluaran untuk membeli barang-barang modal dan peralatan produksi, dibedakan kepada empat (4) komponen, yaitu: 1) investasi perusahaan-perusahaan swasta, 2) pengeluaran untuk mendirikan tempat tinggal, 3) perubahan dalam inventaris (inventory) perusahaan dan 4) investasi yang dilakukan perusahaan.
46
Kegiatan investasi ini memungkinkan suatu masyarakat terus menerus meningkatkan perekonomian dan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan nasional dan meningkatkan taraf
kemakmuran masyarakat. Peranannya ini
bersumber dari tiga (3) fungsi penting dari kegiatan investasi dalam perekonomian, yaitu: 1) Investasi merupakan salah satu dari pengeluaran agregat, maka kenaikan investasi akan meningkatkan permintaan agregat dan pendapatan nasional. Peningkatan seperti ini akan selalu diikuti pertambahan dalam kesempatan kerja; 2) Pertambahan barang modal sebagai akibat investasi akan menambah kapasitas memproduksi di masa depan dan perkembangan ini akan menstimulir pertambahan produksi nasional dan kesempatan kerja; 3) Investasi selalu diikuti oleh perkembangan teknologi. Perkembangan ini akan memberikan sumbangan penting terhadap kenaikan produktivitas dan pendapatan per kapita masyarakat. Jenis-jenis investasi pada dasarnya dapat dikaji dari pelaku investasi itu sendiri, karena pelaksanaan investasi hanya dua (2) golongan, yaitu pemerintahan dan swasta, jadi jenis investasi dapat dipahami lebih lanjut dari pelakunya: 1) Autonomous Investment, Investasi ini oleh pemerintah (Public Investment), karena disamping biayanya sangat besar dan investasi ini juga tidak memberikan keuntungan, maka swasta tidak sanggup melakukan investasi jenis ini. 2) Induced Investment (Investasi Dorongan), Investasi ini akan timbul akibat adanya pertambahan permintaan efektif yang wujud di pasar, juga kenaikan permintaan efektif ini disebabkan adanya peningkatan pendapatan masyarakat. Konsep dari Teori Ekonomi Mikro adalah merupakan konsep yang membantu dalam pemecahan investasi. Ada beberapa konsep Teori Investasi, yaitu: Teori Keynes, Teori Harrod-Domar, Teori Akselerasi, dan Teori Neo-Klasik. Konsep Kesempatan Kerja Pembahasan mengenai kesempatan kerja sudah barang tentu tidak akan terlepas dari masalah kependudukan, terutama penduduk yang termasuk dalam kelompok 10 tahun ke atas sebagai kelompok penduduk usia kerja yang sampai saat ini masih dijadikan konsep dasar oleh Badan Pusat Statistik (BPS, 1982). Dalam pembangunan ekonomi nasional, sumber daya manusia bersama-sama dengan sumber daya alam akan merupakan faktor komplementer terhadap modal dan teknologi. Pembangunan ekonomi yang mampu memberikan sumber penghidupan
47
yang lebih baik, dimana orang yang ingin bekerja dapat memperoleh pekerjaan sebagai sumber penghidupannya. Dengan perkataan lain, perekonomian secara keseluruhan dapat menyerap tenaga kerja sebanyak-banyaknya. Dengan demikian, partisipasi angkatan kerja akan semakin meningkat. Menurut konsep Badan Pusat Statistik (BPS, 1980), dalam hal ini ketenagakerjaan menyebutkan bahwa penduduk yang termasuk dalam kelompok usia kerja adalah penduduk yang berumur 10 tahun ke atas. Selanjutnya, menurut sumber yang sama dari kelompok penduduk yang berumur 10 tahun ke atas dibagi menjadi dua (2) kelompok, yaitu kelompok angkatan kerja dan kelompok bukan angkatan kerja. Bagi penduduk yang bekerja dan sedang mencari pekerjaan dikelompokkan sebagai angkatan kerja, sedangkan penduduk yang sehari-harinya memiliki kegiatan terbanyak, seperti sekolah, mengurus rumah tangga dan lainnya dikelompokkan sebagai bukan angkatan kerja. Simanjuntak (1982) memberikan batasan, bahwa yang dimaksud dengan tenaga kerja atau manpower mengandung dua (2) pengertian. Pertama: sebagai orang atau kelompok orang-orang bagian dari penduduk yang mampu bekerja, yang berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis, yaitu bahwa kegiatan tersebut menghasilkan uang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Kedua: sebagai jasa yang diberikan dalam proses produksi (labor service). Dalam hal ini, tenaga kereja mencerminkan kualitas usaha yang diberikan seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa. Dalam konsep Sensus Penduduk (1980), seseorang dikatakan sedang memiliki kegiatan bekerja, apabila selama satu minggu sebelum pencacahan melakukan kegiatan untuk memperoleh penghasilan paling sedikit selama satu jam berturut-turut, artinya lebih dianjurkan bahwa seseorang yang membantu melakukan kegiatan untuk memperoleh penghasilan juga termasuk orang yang bekerja, walaupun orang tersebut tidak dapat memberikan upah. Orang atau kelompok orang inilah yang termasuk ke dalam kelompok penduduk bekerja tidak selalu harus mendapatkan penghasilan atau gaji dari si pemberi kerja, tetapi hanya untuk membantu penghasilan tambahan bagi keluarganya juga termasuk kategori kelompok kerja.
48
Menurut konsep Badan Pusat Statistik (BPS, 1980), kesempatan kerja dapat diartikan sebagai sejumlah orang atau kelompok orang yang sedang memiliki kegiatan kerja. Lebih jelasnya, bahwa yang dimaksud dengan kesempatan kerja adalah penduduk usia 10 tahun ke atas yang tertampung atau terserap di seluruh lapangan usaha. Dengan demikian, yang dimaksud kesempatan kerja, sama besarnya dengan besaran atau jumlah penduduk yang bekerja. Hal yang paling penting dalam proses pembangunan adalah semakin meluasnya kesempatan kerja. Pembangunan ekonomi seharusnya membawa partisipasi aktif dalam kegiatan yang bersifat produktif oleh semua anggota masyarakat yang mampu berperan serta dalam proses ekonomi. Partisipasi aktif dari masyarakat ini dapat ditunjukkan dalam pendapatan per kapita yang ada dalam suatu daerah, apakah pendapatan per kapita nya tinggi atau rendah. Apabila pendapatan per kapita nya tinggi menunjukkan tingkat kemakmuran, sedangkan pendapatan per kapita yang rendah menunjukkan tingkat kemakmuran yang kurang baik.
B. METODE PENELITIAN Metode Analisa Data Dalam menganalisa pengaruh investasi (PMDN dan PMA) terhadap kesempatan kerja di Indonesia harus mempertimbangkan keikutsertaan seluruh faktor-faktor yang mempengaruhi kesempatan kerja di Indonesia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Variabel-variabel yang digunakan adalah investasi dalam negeri (PMDN) dan investasi luar negeri (PMA) sebagai variabel independen (bebas), sedangkan kesempatan kerja sebagai variabel dependen (terikat), dapat dinyatakan dengan suatu fungsi di bawah ini, yaitu: (Supranto, 1995) Y = f ( X1, X2) Berdasarkan persamaan (1) diatas, dapat dibentuk persamaan regresi: Y = a + b1X1 + b2X2 + u Sedangkan, untuk mengukur besarnya elastisitas dari masing-masing variabel independen dan variabel dependen, maka persamaan (2) dapat ditranformasikan menjadi: Log Y = a + b1LogX1 + b2LogX2 +u
49
Prosedur Pengujian Pengujian hipotesis ini disebut juga dengan pengujian signifikansi yang bertujuan untuk melihat pengaruh variabel independen dengan variabel dependen, dengan cara melakukan analisa regresi linear berganda. Pengujian hipotesis ini dilakukan dengan menggunakan tahap-tahap, sebagai berikut: Pengujian t (t-test) Yaitu untuk menguji hubungan regresi secara terpisah. Pengujian dilakukan untuk melihat keberartian dari masing-masing variabel secara terpisah (parsial) terhadap variabel dependen dengan ketentuan hipotesis, sebagai berikut (Damodar Gujarati, 1999): t
b Sb
dimana: t
=
Se = =
Nilai t yang dihitung Standar error Elastisitas variabel ke (i)
Untuk pengujian ini digunakan hipotesis, sebagai berikut: Ho : βi
= 0, dimana: (tidak ada pengaruh variabel bebas terhadap variabel tidak
bebasnya / koefisien regresi tidak signifikan) Ha : βi ≠ 0, dimana : (ada pengaruh variabel bebas terhadap variabel tidak bebasnya / koefisien regresi signifikan) Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai-nilai t-hitung yang didapat dari tabel coefficient dengan tingkat kesalahan sebesar 5% (a = 0,05) dan derajat kebebasan atau degree of freedom (df) sebesar (n-k) dengan ketentuan pengambilan keputusan sebagai berikut: Jika t-hitung < t-tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak (tidak signifikan) dan Jika t-hitung > t-tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima (signifikan)
Pengujian F (F-test) Yaitu pengujian yang dilakukan dengan membandingkan nilai F-hitung dengan F-tabel. Pengujian ini bertujuan untuk melihat ada tidaknya pengaruh seluruh variabel bebas terhadap variabel tidak bebas atau pengujian secara serentak.
50
Nilai F-test atau F-hitung diperoleh dengan menggunakan model, sebagai berikut (Damodar Gujarati, 1999):
F
R 2 / k 1 (1 R 2 ) / (n k )
dimana: F
= Nilai F yang dihitung
R2
= Koefisien determinasi
k
= Jumlah Variabel
n
= Jumlah tahun pengamatan Nilai F-hitung yang dihasilkan dari perhitungan tersebut di atas
(berdasarkan tabel ANOVA) dengan tingkat kesalahan sebesar 5 persen dan derajat kebebasan atau degree of freedom (df) sebesar (n-k), (k-l): df1 = (k-l), df2 = (n-k) dengan ketentuan pengambilan keputusan, sebagai berikut: 1) Jika F-hitung < Ftabel, maka hipotesa nol (Ho) diterima dan hipotesa alternatif (Ha) ditolak, berarti variabel bebas tidak mempunyai pengaruh atau tidak signifikan terhadap variabel terikat. 2) Jika F-hitung > F-tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti variabel bebas mempunyai pengaruh dan signifikan terhadap variabel terikat. Pengujian R2 Pengujian R2 atau koefisien determinasi berguna untuk melihat seberapa besar proporsi sumbangan seluruh variabel bebas terhadap naik turunnya nilai variabel tidak bebas, yang dilihat dari tabel Model Summary Nilai R2 diperoleh dengan menggunakan model, sebagai berikut (Damodar Gujarati, 1999): R2 =
ESS TSS
Hasil pengujian koefisien determinasi mencerminkan pengukuran: a) Merupakan ketetapan suatu garis regresi yang ditetapkan terhadap sekelompok data hasil observasi (goodness of fit), dimana makin besar nilai R2 makin baik hasil suatu garis regresi, dan sebaliknya makin kecil nilai R2 makin buruk hasil garis regresi. Nilai R2 adalah 0≤ R 2 ≤ 1. Jika R2 = 0 atau mendekati nol, maka antara variabel bebas dengan variabel tidak bebas tidak saling berhubungan dan sebaliknya apabila R2 = 1, maka variabel bebas dan variabel tidak bebasnya
51
berhubungan sempurna. b) Merupakan pengukuran besarnya proporsi dari jumlah variasi dari variabel tidak bebas yang diterangkan oleh model regresi atau mengukur besarnya sumbangan dari variabel bebas terhadap naik turunnya variabel tidak bebas tersebut. Oleh karena itu, dalam penelitian ini jumlah variabel independen lebih dari dua (2), maka digunakan Adjusted R square
C. HASIL PENELITIAN Hasil Estimasi Adapun hasil dari olahan data pengaruh investasi (PMDN dan PMA) sebagai variabel independen terhadap Kesempatan Kerja sebagai variabel dependen di Indonesia, ditunjukkan oleh persamaan regresi berikut: Log Y = 5,375 + 0,55 Log X1 + 0,20 Log X2 t-hitung
(3,250)
(3,090)
F-hitung = 13,791 R2 = 0,68 Hasil regresi diatas menunjukkan bahwa diperoleh R2 (Koefisien Determinasi) sebesar 0,68, ini berarti 68 persen Kesempatan Kerja (variabel dependen) dapat dijelaskan oleh PMDN dan PMA (variabel independen, sedangkan sisanya sebesar 32 persen dipengaruhi variabel lain yang tidak termasuk dalam model penelitian ini. Untuk mengkaji apakah variabel independen (PMDN dan PMA) signifikan atau tidak terhadap variabel dependen (Kesempatan Kerja) secara bersama-sama dapat dilakukan dengan menggunakan uji F (F-hitung), bahwasanya diperoleh nilai F-hitung sebesarnya 13, 791 sedangkan F-tabel sebesar 3,81 (tabel distribusi F dengan taraf signifikansi 5 persen atau 0,05). Hal tersebut menjelaskan F-hitung lebih besar dari F-tabel, sehingga dapat diketahui pengaruh PMDN dan PMA sangat kuat terhadap Kesempatan Kerja. Koefisien konstanta adalah sebesar 5,375, hal ini berarti menyatakan bahwa apabila diasumsikan variabel independen (PMDN dan PMA) adalah nol, maka jumlah Kesempatan Kerja di Indonesia sebesar 5,375. Kajian untuk pengaruh masing-masing variabel independen (PMDN dan PMA) terhadap variabel dependen (Kesempatan Kerja), dimana untuk PMDN
52
diperoleh nilai t-hitung sebesar 3,250 dan nilai t-tabel 2,160, yaitu t-hitung lebih besar daripada t-tabel, Ho ditolak dan Ha diterima pada tingkat kepercayaan 95 persen dan tingkat kesalahan 5 persen, artinya antara variabel tersebut terdapat pengaruh yang signifikan. Sedangkan, nilai koefisien regresi yang diperoleh sebesar 0,55 (inelastis), bahwa setiap peningkatan jumlah investasi dalam negeri sebesar 10 persen, maka kesempatan kerja di Indonesia akan meningkat sebesar 5,5 persen dengan asumsi variabel lainnya dianggap tetap. Selanjutnya hasil pengujian yang dilakukan untuk investasi asing (PMA) terhadap Kesempatan Kerja, diperoleh nilai t-hitung sebesar 3,090 dan t-tabel sebesar 2,160, menunjukkan nilai t-hitung lebih besar daripada t-tabel, dimana Ho ditolak dan Ha diterima pada tingkat kepercayaan 95 persen dan tingkat kesalahan 5 persen, dimana antara variabel tersebut terdapat pengaruh yang signifikan. Sedangkan, nilai koefisien regresi sebesar 0,20 (inelastis), yang artinya bahwa setiap peningkatan jumlah investasi asing sebesar 10 persen, maka kesempatan kerja di Indonesia akan meningkat sebesar 2,0 persen dengan asumsi variabel lainnya dianggap konstan.
Implikasi Kebijakan Investasi dalam negeri (PMDN) memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap Kesempatan Kerja dibandingkan dengan investasi asing (PMA). Hal ini disebabkan jumlah proyek yang diinvestasikan oleh investor asing lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah proyek yang diinvestasikan oleh investor dalam negeri, sehingga tenaga kerja yang terserap jumlahnya menjadi sedikit. Untuk itu pemerintah diharapkan dapat bekerjasama dengan instansi yang terkait agar memberikan kemudahan atau fasilitas kepada para investor asing agar lebih tertarik menginvestasikan modanlnya pada perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia. Dengan besarnya investasi yang ditanamkan di perusahaan-perusahaan, maka terciptalah proyek-proyek baru yang mampu menyerap tenaga kerja lebih banyak. Peningkatan kesempatan kerja mempunyai hubungan yang kuat dengan investasi dalam negeri (PMDN) maupun investasi luar negeri (PMA) untuk memajukan pertumbuhan ekonomi Indonesia secara positif karena dengan semakin
53
meningkatnya investasi, maka akan mengakibatkan kesempatan kerja dan pendapatan negara, sehingga pembangunan akan berjalan dengan baik.
D. SIMPULAN Berdasarkan hasil analisa data dan pembahasan terhadap pengaruh investasi (PMDN dan PMA) terhadap kesempatan kerja di Indonesia, maka dapat disimpulkan: 1) analisa data yang telah dilakukan menunjukkan bahwa variabel indepoenden (PMDN dan PMA) berpengaruh positif dengan variabel dependen (Kesempatan Kerja). Dengan demikian, kenaikan atau perubahan variabel independen akan merubah variabel dependen secara langsung; 2) hasil penemuan empiris selama periode tahun 1999-2013 diperoleh hasil jumlah investasi dalam negeri (PMDN) mempunyai pengaruh yang positif atau signifikan terhadap Kesempatan Kerja di Indonesia yang ditunjukkan dari nilai t-hitung sebesar 3,250 dan t-tabel sebesar 2,160; 3) selama periode tahun 1999-2013 diperoleh gambaran jumlah investasi asing (PMA) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Kesempatan Kerja di Indonesia yang ditunjukkan oleh nilai t-hitung sebesar 3,090 dan t-tabel sebesar 2,160; 4) secara umum jumlah investasi dalam negeri (PMDN) dan investasi asing (PMA) sebagai variabel bebas sangat berpengaruh terhadap Kesempatan Kerja di Indonesia sebagai variabel terikat. Hal ini ditunjukkan dari nilai variansi naik turunnya (R2) pengaruh PMDN dan PMA terhadap Kesempatan Kerja di Indonesia sebesar 68 persen, sedangkan sisanya 32 persen dipengaruhi oleh variabel lain di luar model penelitian ini.
DAFTAR KEPUSTAKAAN Abdul Rachman Panetto, 1980, ”Strategi Ketenagakerjaan dan Pengembangan SDM untuk Pemerataan Peningkatan Kesejahteraan Bangsa”, Indira, Jakarta. Ackley, Gardner, 1983, ”Teori Ekonomi Makro”, Terjemahan Drs. Paul Sihotang, LPFEUI, Jakarta. Dafrizal, 2000, ”Peran Investasi Swasta dalam Meningkatkan Kesempatan Kerja di Sumatera Barat, Universitas Bung Hatta”, Padang. (tidak dipublikasikan) Garis-garis Besar Haluan Negara, 1991, ”Tap MPR No. 11/1998”, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta. Gujarati, Damodar, 1998, ”Basic Econometrics”, Erlangga, Jakarta. Nasution, Mulia, 1997, ”Teori Ekonomi Makro: Pendekatan pada Perekonomian Indonesia”, Djambatan, Jakarta.
54
Maidin, 1999, ”Pengaruh Tabungan Masyarakat, Ekspor Indonesia dan Investasi Asing serta Investasi Dalam Negeri terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia”, Universitas Andalas, Padang.(tidakdipublikasikan) Paul, A. Samuelson dan William. D. Nordham, 1986, ”Ekonomi Makro”, Jilid I, diterjemahkan oleh Drs. Jaka Wasman, M.MS, Erlangga, Jakarta. Simanjuntak, Payaman, 1982, “Sumber Daya Manusia, Kesempatan Kerja dam Pembangunan Ekonomi”, LP-FE-UI, Jakarta. Sukirno, Sadono, 2000 “Makro Ekonomi: Perkembangan Pemikiran dari Klasik Hingga Keynessian Baru”, Penerbit Raja Grafindo Persada, Jakarta. Sukirno, Sadono, 2005, “Pengantar Teori Ekonomi Makro”, Penerbit Raja Grafindo Persada, Jakarta. Supranto. J, 1995, “Ekonometrik Buku Satu dan Dua”, LP-FEUI, Jakarta. Winardi, 1986, “Kamus Ekonomi (Inggris-Indonesia)”, Alumi Bandung.
55
PENGARUH PENERAPAN MEDIA PETA PIKIRAN DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS X IPS DI SMA NEGERI 1 GUNUNG TALANG KABUPATEN SOLOK Fajri Basyirun, S.Pd., M.Pd.E. Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP UMMY Solok E-mail: [email protected]
ABSTRACT This study aims to find (1) Differences in learning outcomes of students who apply learning media mind map has a higher learning outcomes than the media board, (2) difference in students who have high motivation to learn higher learning outcomes of the students who have the motivation low learning, and (3) the interaction between the use of media mind map with motivation toward economics student learning outcomes. This type of research is quasi-experimental. The study population was a tenth grade students of SMAN 1 Gunung Talang IPS. The sampling technique was purposive sampling. Sample is XIPS2 class as control class and XIPS1 class as experiment class. The type of data consists of primary data and secondary data, while the data analysis technique is descriptive and inductive analysis. Inductive analysis using two-way ANOVA. The results of the study are (1) students are taught implement instructional media mind maps had significantly higher learning outcomes than students who were taught using the media blackboard with sig. = 0.001, is smaller than the value of α = 0.05 (sig. <Α), (2) high learning motivation students had significantly higher learning outcomes than students with low learning motivation with sig. = 0.001, is smaller than the value of α = 0.05 (sig. <Α) and (3) there is no interaction with the media use mind maps motivation on learning outcomes of students with sig. The mean value = 1.000 sig. Greater than the value of α = 0.05 (sig.> Α). Based on these results, it is recommended that teachers use media mind maps on the learning process mainly on economic subjects, teachers motivate students in order to obtain better learning results in a way students are required to study first at home so much easier to create mind maps, training for students in making a mind map, students independently design a mind map of the material he learned and ask the students to communicate the results of the design mind map to their colleagues. Key word: Mind Mapping, Motivation, Learning Outcome A. PENDAHULUAN Mata pelajaran ekonomi merupakan salah satu mata pelajaran yang tercakup dalam pembelajaran sosial yang mampu mencetak manusia yang memiliki potensi, menumbuhkan kemampuan dan keterampilan yang nantinya dapat digunakan untuk hidup dalam masyarakat. Mengingat pentingnya peranan ekonomi dalam kehidupan, sudah sepatutnya pengajaran ekonomi disajikan dapat menarik
56
perhatian, minat, serta meningkatkan motivasi siswa dalam proses pembelajaran sehingga hasil belajar dapat lebih tinggi. Berdasarkan observasi yang penulis lakukan di SMA Negeri 1 Gunung Talang, terdapat hasil belajar yang masih rendah. Dari hasil belajar diperoleh hanya 27,34% yang melebihi KKM sedangkan siswa yang belum mencapai KKM yaitu 72,66%. Banyak faktor yang mempengarui hasil belajar siswa, secara garis besar menurut Sabri (2007:45) faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah berasal dari dalam diri siswa (motivasi belajar, minat, perhatian, kebiasaan belajar, dan ketekunan) dan luar diri siswa (lingkungan belajar dan kualitas pengajaran). Berdasarkan observasi awal dan pengalaman peneliti mengajar di sekolah, penulis menemukan beberapa hal yang diduga sebagai penyebab sulitnya siswa memperoleh hasil belajar sesuai dengan KKM, diantaranya kurangnya motivasi belajar siswa dalam belajar yang ditandai dengan ada sebagian besar siswa hanya menerima pelajaran sedangkan pada saat diberikan kesempatan bertanya tentang materi yang kurang dipahami tidak ada yang bertanya, ada sebagian siswa yang tidak mengumpulkan tugas yang diberikan. Dari hasil penyebaran angket yang penulis lakukan bahwa motivasi belajar siswa masih berada dalam kategori sedang. Hal ini diduga penyebab rendahnya hasil belajar siswa adalah pembelajaran yang hanya terpusat kepada guru atau metode pembelajaran yang digunakan guru bersifat monoton atau kurang bervariasi sehingga siswa tidak tertarik mengikuti pelajaran dan kurang baiknya komunikasi siswa dengan siswa lainnya. Masalah lain, jumlah mata pelajaran yang demikian banyak ditambah lagi dengan jumlah bahan yang harus dipelajari untuk setiap mata pelajaran telah menjadi salah satu faktor utama yang menghambat dalam peningkatan mutu pendidikan. Hal ini mengakibatkan proses pembelajaran tidak dapat berlangsung optimal karena waktu yang tersedia untuk menyampaikan materi bagi guru sangat terbatas. Kadang guru ingin meningkatkan aktifitas belajar siswa dengan meminta siswa maju ke depan untuk mengerjakan tugas, partisipasi siswa sangat rendah. Mereka tidak begitu tertarik dengan apa yang dilakukan gurunya dan sibuk dengan aktifitasnya masing-masing. Hal ini pada akhirnya juga berakibat pada rendahnya hasil belajar siswa. Terkait dengan rendahnya hasil belajar siswa, banyak sekali
57
cara yang dapat dilakukan oleh guru, proses belajar sesungguhnya bukanlah kegiatan menghafal semata karena banyak hal yang kita ingat akan hilang dalam beberapa jam. Mempelajari bukanlah mengingat semuanya, tetapi harus mengolah dan memahaminya. Seorang siswa harus menata sendiri dalam pikiran mereka apa yang didengar dan dilihatnya menjadi satu kesatuan yang bermakna. Tanpa memberikan
peluang
untuk
mendiskusikan,
mengajukan
pertanyaan,
mempraktikkan, dan bahkan mengajarkannya pada siswa lain, proses belajar yang sesungguhnya tidak akan terjadi (Silberman, 2006: 27). Peta pikiran merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan hasil belajar yang diperoleh siswa. Dalam pembelajaran dengan peta pikiran ini, siswa juga dituntut terlebih dahulu mengetahui kata kunci dalam materi yang dipelajari. Kata kunci tersebut kemudian dirangkai dan dihubungkan dengan garis-garis melengkung. Dalam pembuatan peta pikiran, dapat dimasukkan gambar, grafik, ataupun tabel jika dibutuhkan bahkan agar semakin menarik ditambahkan dengan warna. Hal ini membuat siswa bisa menyimpan pengetahuannya lebih lama karena sesuai dengan prinsip kerja peta pikiran yang berdasarkan mekanisme kerja otak kiri dan kanan. Setelah dibuatkan peta pikiran maka siswa diminta kembali untuk tampil kedepan mengenai hal yang ia buat kepada teman sekelasnya. Diharapkan dengan adanya pemilihan cara belajar dengan peta pikiran siswa bisa lebih memahami apa yang mereka pelajari dan lebih termotivasi dalam belajar, karena dengan peta pikiran ini akan melihat kata-kata kunci dalam materi yang sedang dipelajari. Dari keterangan di atas, peneliti ingin mengetahui sejauhmana perbedaan motivasi dan hasil belajar yang diperoleh siswa dengan menggunakan peta pikiran dan pembelajaran yang terpusat pada guru. apakah cara belajar dengan penerapan peta pikiran lebih memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan hasil belajar siswa.
Hasil Belajar Menurut Hamalik (2009:30) “hasil belajar adalah tingkah laku yang baru misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, timbulnya pengertian baru, perubahan dalam sikap, kebiasaan, keterampilan, kesanggupan menghargai, perkembangan sikap sosial, fungsional dan pertumbuhan jasmani”. Berkaitan dengan kemampuan yang diperoleh sebagai hasil belajar. Hasil belajar dapat diukur dan bersifat aktual, sesuai 58
dengan yang dinyatakan Purwanto (2008: 46) hasil belajar merupakan realisasi tercapainya tujuan pendidikan sehingga hasil belajar yang diukur sangat tergantung kepada tujuan pendidikannya. Menurut Arikunto (2005:45) bahwa ”Hasil belajar adalah suatu hasil yang diperoleh siswa dalam mengikuti pembelajaran yang dinyatakan dalam bentuk angka, huruf ataupun kata–kata”. Untuk mengetahui hasil belajar yang didapatkan oleh setiap individu, maka diperlukan pengukuran. Informasi tersebut dapat diperoleh melalui ujian. Jadi disimpulkan bahwa hasil belajar itu merupakan suatu keluaran berupa pemahaman, keterampilan dan kemampuan menyelesaikan serta menyikapi masalah yang berhubungan dengan materi yang dibahas saat proses belajar serta dapat mengaplikasikannya ke dalam kehidupan sehari-hari serta hasil belajar dapat berupa angka, huruf ataupun kata-kata. Faktor-faktor mempengaruhi Hasil Belajar Faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa secara umum dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor dari dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Dimyanti dan Mudjiono (2006:236) mengatakan bahwa hasil belajar dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu: dari dalam diri (sikap terhadap belajar, motivasi, konsentrasi, mengolah bahan belajar, menyimpan dalam waktu singkat, menggali hal yang disimpan, dan berprestasi dan unjuk hasil belajar), dan dari luar diri (guru sebagai pembina siswa dalam belajar, sarana dan prasarana pembelajaran, kebijakan penilaian, lingkungan sosial siswa di sekolah, dan kurikulum sekolah). Pembelajaran dengan media peta pikiran Peta pikiran merupakan cara sederhana untuk membuat cacatan kreatif, efektif, dan secara harfiah akan memetakan pikiran-pikiran kita. Selain itu, peta pikiran juga akan memberi pandangan menyeluruh terhadap pokok suatu masalah serta menyenangkan untuk dilihat, dibaca, dicerna, dan diingat (Buzan, 2013: 4). Otak manusia yang terdiri dari neuron sebagai struktur dasar, merupakan pusat berpikir, berperilaku, dan emosi. Menurut Lawrence dalam Uno (2009: 57), otak manusia dapat digolongkan dalam dua fungsi, yaitu (a) otak logika, dan (b) otak
59
emosi, yang menjalankan fungsi berbeda dalam menentukan prilaku kita, namun saling bergantung. Demikian pula dalam hal merealisasikan respon keduanya berbeda, khususnya dalam menghayati pengalaman belajar. Belahan otak kiri berfungsi untuk berpikir rasional, analitis, berurutan, linier, dan saintifik. Sedangkan belahan otak kanan berfungsi untuk berpikir holistis, spasial, metaforis, lebih banyak menyerap konsep matematika, sintesis, mengetahui sesuatu secara intuitif, berpikir elaborasi, dan variabel serta dimensi humanistis mistis (Uno, 2009: 56). Berdasarkan keterangan diatas, terlihat bahwa penggunaan peta pikiran juga membantu dalam proses pembelajaran. Dengan menggunakan peta pikiran, kreativitas siswa akan dirangsang untuk menghasilkan suatu ringkasan materi pelajaran dalam bentuk peta pikiran yang lebih menyenangkan untuk dilihat, dibaca, dicerna, dan diingat. Kaitan Peta Pikiran dengan Hasil Belajar Peta pikiran bisa membantu dalam banyak cara. Buzan (2008: 10) menjelaskan bahwa peta pikiran bisa membantu seseorang untuk: 1) Menjadi lebih kreatif, 2) Menghemat waktu, 3) Memecahkan masalah, 4) Berkonsentrasi, 5) Mengatur dan menjernihkan pikiran, 6) Mengingat dengan lebih baik, 7) Belajar lebih cepat dan efisien, 8) Belajar dengan lebih mudah, 9) Melihat gambaran keseluruhan. Tambahan lagi, dengan peta pikiran setiap informasi baru yang dimasukkan ke dalam perpustakaannya secara otomatis mengaitkan diri pada segala informasi yang sudah berada di dalamnya. Dengan peta pikiran, semakin banyak yang diketahui dan dipelajari akan semakin mudah untuk belajar dan mengetahui banyak hal lagi. Motivasi Belajar Motivasi adalah keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, Mulyasa (2006:112) motivasi adalah tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah suatu tujuan tertentu. Sejalan dengan itu, Dimyati dan Mudjiono (2002:80) mengatakan bahwa siswa belajar karena didorong kekuatan mental, kekuatan mental itu berupa keinginan dan perhatian, kemauan, cita-cita di dalam diri seorang terkadang adanya
60
keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan sikap dan perilaku individu dalam belajar. Dengan demikian dapat diketahui bahwa motivasi belajar adalah dorongan dari diri seseorang untuk melakukan sesuatu guna mencapai tujuan tertentu. Seorang siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi biasanya memperoleh hasil belajar yang baik dan sebaliknya.
B. METODE PENELITIAN Sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai maka jenis penelitian ini adalah Quasi Experimental Design. Menurut Sugiyono (2010:114) Quasi Eksperimen adalah eksperimen yang memiliki perlakuan (treatment), pengukuranpengukuran dampak (outcome measure), dan unit-unit eksperiment (experimental units) namun tidak menggunakan penempatan secara acak. Model rancangan penelitian ini adalah randomized control group posttest only design seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono (2010: 112). Penelitian ini juga menggunakan model eksperimen dengan desain faktorial 2x2. Pemilihan model ini disesuaikan dengan data yang diharapkan yaitu perbedaan hasil belajar ekonomi sebagai akibat dari perlakuan yang diberikan. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X IPS di SMA Negeri 1 Gunung Talang dari kelas yang terdaftar tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 128 orang. Pada penelitian ini untuk pengambilan sampel menggunakan teknik Purposive Sampling yaitu sampel yang sengaja dipilih berdasarkan pertimbangan nilai rata-rata motivasi kelas yang mendekati sama. Kelas yang terpilih adalah kelas X IPS 1 sebagai kelas eksperimen dengan jumlah siswa adalah 33 orang dan kelas X IPS 2 sebagai kelas kontrol dengan jumlah siswa adalah 33 orang. Teknik Analisis Data 1. Analisis Deskriptif, Analisis ini bertujuan menggambarkan data apa adanya yang dikumpulkan dari responden. Adapun variabel yang dideskriptifkan adalah semua variabel yang diteliti dengan cara menghitung persentase, standar deviasi, median, modus, koevisien varians untuk hasil belajar ekonomi, sedangkan untuk motivasi belajar dengan analisis persentase rerata berbobot. 2. Analisis Induktif, Untuk dapat menarik kesimpulan dari hasil penelitian, maka dilakukan pengujian hipotesis secara statistik. Untuk dapat dilakukan analisis
61
terhadap data yang diperoleh maka terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas dari 2 kelompok data : a) Uji Normalitas, Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah populasi terdistribusi normal atau tidak. Langkah-langkah yang dilkukan adalah dengan menggunakan SPSS 16.0, One Sample Kolmogorov Smirnov Test. b) Uji Homogenitas , Untuk menentukan apakah kedua kelompok data mempunyai varian yang homogen, maka dilakukan uji homogenitas dengan menggunakan SPSS 16.0. 3. Uji Hipotesis Uji Anova digunakan untuk menguji secara bersama-sama pengaruh antar variabel penyebab. Langkah-langkah pengujian klasifikasi dua arah dengan interaksi yaitu menentukan hipotesis : 1) Pengaruh faktor penerapan peta pikiran terhadap hasil belajar, dimana setelah dilakukan proses pembelajaran maka dilakukan pengolahan data jika α > 0,05 maka H0 diterima artinya penerapan peta pikiran tidak terpengaruh pada hasil belajar dan jika α < 0,05 maka H0 ditolak artinya penerapan peta pikiran berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar. Ho, μA1 > μA2 sedangkan Ha, μA1 < μA2, 2) Pengaruh faktor motivasi belajar, setelah diberikan angket kepada siswa dan diolah setelah itu dilihat hasil belajar siswa selanjutnya diolah data dengan menggunkan SPSS 16.0 Test Of Between Subject Effects maka jika hasilnya α>0,05 maka H0 diterima artinya motivasi belajar tidak memiliki pengaruh terhadap hasil belajar dan jika α < 0,05 maka H0 ditolak artinya motivasi belajar akan berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar siswa. Ho, μB1 > μB2 sedangkan Ha, μB1 < μB2, 3) Interaksi penerapan peta pikiran dengan motivasi belajar, setelah proses pembeajaran dilakukan dan motivasi siswa telah didapat maka dilakukan pengolahan data guna melihat interaksi antara penerapan peta pikiran dengan motivasi belajar, jika α<0,05 maka H0 ditolak artinya terdapat interaksi antara penerapan peta pikiran dengan motivasi belajar. Ho, μA1 x μB1 > μA1 x μB2> μA2 x μB1> μA2 x μB2 Ha, μA1 x μB1 < μA1 x μB2 < μA2 x μB1< μA2 x μB2
C. HASIL PENELITIAN Distribusi Motivasi Belajar
62
Data mengenai motivasi belajar diambil dari hasil penyebaran angket yang dilakukan diawal penelitian, penyebaran angket dilakukan kepada siswa kelas X IPS di SMA Negeri 1 Gunung Talang. Sehingga diperoleh yang menjadi kelas sampel adalah kelas X IPS 1 dan kelas X IPS 2 dimana skor rata-rata untuk keseluruhan motivasi belajar relatif sama yang mana tujuannya adalah untuk menyetarakan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berdasarkan hasil distribusi frekuensi motivasi belajar siswa kelas sampel yang dapat kita uraikan secara rinci sebagai berikut: 1) Adanya kemauan dan keinginan berhasil, pada kelas eksperimen indikator adanya kemauan dan keinginan berhasil dalam kategori sedang dengan TCR sebesar 68,96 begitupun kelas kontrol juga berada dalam kategori sedang dengan TCR sebesar 71,97. Artinya, adanya kemauan dan keinginan berhasil dalam kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Melihat hasil pengolahan data yang diperoleh, kelas kontrol memiliki kemauan dan keinginan berhasil yang lebih tinggi dibandingkan kelas eksperimen. 2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, pada kelas eksperimen indikator adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar berada pada kategori sedang dengan TCR sebesar 72,50, begitupun kelas kontrol juga berada dalam kategori sedang dengan TCR sebesar 71,23. Artinya, adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Melihat hasil pengolahan data yang diperoleh, kelas eksperimen memiliki dorongan dan kebutuhan dalam belajar yang lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Guru perlu lebih membimbing siswa agar dorongan dan kebutuhan siswa dalam belajar semakin lebih baik sehingga hasil belajar lebih baik. 3) Adanya harapan dan cita-cita masa depan, pada kelas eksperimen indikator adanya harapan dan cita-cita masa depan berada pada kategori sedang dengan TCR sebesar 73,38, begitupun kelas kontrol juga berada dalam kategori sedang dengan TCR sebesar 69,38. Artinya, adanya harapan dan cita-cita masa depan pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Melihat hasil pengolahan data yang diperoleh, kelas eksperimen memiliki harapan dan cita-cita masa depan yang lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Baik pada kelas eksperimen maupun kontrol guru perlu memberikan bimbingan pada siswa agar harapan dan cita-cita masa depan siswa untuk memperoleh hasil belajar yang lebih baik dapat tercapai. 4) Adanya penghargaan dalam belajar, pada kelas eksperimen indikator adanya
63
penghargaan dalam belajar dalam kategori sedang dengan TCR sebesar 78,13, begitupun kelas kontrol juga berada dalam kategori sedang dengan TCR sebesar 76,62. Artinya, adanya penghargaan dalam belajar dalam kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Melihat hasil pengolahan data yang diperoleh, kelas eksperimen memiliki penghargaan dalam belajar yang lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Penghargaan dalam belajar sangat penting, karena masing-masing kelompok akan mengkomunikasikan hasil diskusi kelompoknya. Guru perlu lebih membimbing lagi siswa sehingga penghargaan siswa dalam belajar lebih baik. 5) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, pada kelas eksperimen indikator adanya kegiatan yang menarik dalam belajar dalam kategori sedang dengan TCR sebesar 73,75, sedangkan pada kelas kontrol berada dalam kategori tinggi dengan TCR sebesar 82,02. Artinya, adanya kegiatan yang menarik dalam belajar dalam kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Melihat hasil pengolahan data yang diperoleh, kelas kontrol memiliki kegiatan yang menarik dalam belajar yang lebih tinggi dibandingkan kelas eksperimen. Dilihat secara umum motivasi belajar siswa kelas eksperimen yang menggunakan media peta pikiran berada pada kategori sedang dengan TCR sebesar 72,50 sedangkan motivasi belajar siswa kelas kontrol dengan menggunakan media papan tulis berada dalam kategori sedang dengan TCR sebesar 72,50. Hal ini berarti secara umum motivasi belajar siswa yang menggunakan media peta pikiran maupun motivasi belajar siswa yang menggunakan media papan tulis sama sedang sehingga kedua kelas ini dianggap setara. Distribusi Hasil Belajar Pada awal pelaksanaan penelitian, penulis menetapkan materi pelajaran yang akan disampaikan pada kelas sampel, materi pelajaran yang dipilih penulis adalah pokok bahasan koperasi. Pada dua kelas yang menjadi sampel diterapkan cara belajar yang berbeda, pada kelas eksperimen pembelajaran menerapkan penggunaan media peta pikiran sedangkan pada kelas kontrol pembelajaran tidak menerapkan penggunaan media peta pikiran. Hal ini bertujuan untuk melihat sejauhmana perbedaan hasil belajar siswa kedua kelas sampel. Pembelajaran dilaksanakan selama tiga kali pertemuan untuk masing-masing kelas sampel.
64
Dari hasil belajar ekonomi siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol pada penelitian ini diperoleh setelah melakukan posstest. Pelaksanaan posstest berguna untuk melihat kemampuan siswa pada kelas sampel telah diberi perlakuan proses pembelajaran yang berbeda. Nilai posstest disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi yaitu dengan cara menentukan interval dan jumlah kelompoknya terlebih dahulu. K = 1 + 3,3 Log n Kelompok: K = 1 + 3,3 Log 33 = 1 + 3,3 (1,5185) = 6,011 (dibulatkan menjadi 6) Intervalk = Interval: Intervalk.eksperimen = Intervalk.kontrol =
= 3,83 maka dibulatkan menjadi 4. = 3,83 maka dibulatkan menjadi 4.
Dari tabel frekuensi hasil belajar Posstest kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat, pada kelas eksperimen nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 71 dan nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 94, maka rangenya adalah 23 sedangkan pada kelas kontrol nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 86 dan nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 63, maka rangenya adalah 23 jadi nilai kelas eksprerimen lebih tinggi nilainya daripada nilai kelas kontrol. Berdasarkan KKM yang ditetapkan 80, kelas eksperimen telah memenuhi KKM dengan 75,76% jumlah siswa yang tuntas. Sedangkan pada kelas kontrol jumlah siswa yang tuntas adalah 30,30% dan selebihnya belum memenuhi KKM. Hal ini berarti lebih banyak siswa kelas eksperimen dengan pembelajaran yang menerapkan media peta pikiran mencapai ketuntasan dibandingkan dengan kelas kontrol yang pembelajaran menggunakan media papan tulis. Untuk rata-rata hasil belajar kelas pada kelas eksperimen adalah 83,61 sedangkan untuk kelas kontrol adalah 74,97 ini berarti bahwa rata-rata nilai siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol dan memiliki perbedaan rata-rata yang besar yaitu 8,64 jika dilihat dari rata-rata keseluruhan maka kelas eksperimen telah melewati batas KKM yang ditetapkan, yaitu 80. Nilai tengah (Median) pada kelas eksperimen yaitu 83 artinya bahwa 50% dari 33 siswa kelas eksperimen
65
mendapatkan nilai dibawah 87 dan 50% lainnya memperoleh nilai diatas 87. Sedangkan nilai tengah (Median) pada kelas kontrol yaitu 74 artinya bahwa 50% dari 33 siswa kelas kontrol memperoleh nilai dibawah 74 dan 50% lainnya memperoleh nilai diatas 74 hal ini bisa diartikan bahwa nilai yang diperoleh kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Untuk nilai yang sering muncul (Modus) pada kelas eksperimen adalah 83 artinya pada saat posttest banyak yang memperoleh nilai 83. Sedangkan pada kelas kontrol nilai yang sering muncul (Modus) adalah 71 artinya pada saat posttest banyak yang memperoleh nilai 71. Varians untuk kelas eksperimen adalah 41,93 dan untuk kelas kontrol adalah 31,91. Menurut Irianto (2010:47) semakin kecil varians artinya distribusi skor dari sampel semakin baik. Jadi varians kelas kontrol lebih
baik
dibandingkan
kelas
eksperimen.
Standar
deviasi
merupakan
penyimpangan setiap skor dengan rata-rata (mean) skornya. Standar deviasi kelas eksperimen adalah 6,48, artinya tingkat penyimpangan masing-masing nilai rataratanya pada posttest adalah 6,48. Pada kelas kontrol, standar deviasinya adalah 5,65 artinya tingkat penyimpangan masing-masing nilai rata-ratanya pada posttest adalah 5,65. Jadi, data pada kelas kontrol lebih baik daripada kelas kontrol karena kelas kontrol lebih terkumpul distribusi skornya. Pengelompokan Hasil Belajar berdasarkan Motivasi Dari penyebaran angket motivasi belajar, peneliti membagi siswa dari kelas eksperimen dan kelas kontrol ke dalam kelompok siswa dengan motivasi tinggi dan motivasi rendah yang didapatkan berdasarkan 27% dari jumlah siswa yang mendapat skor tinggi sebagai kelompok atas dan 27% dari jumlah siswa yang mendapat skor rendah sebagai kelompok bawah. Kelompok Motivasi Belajar Tinggi Kelompok siswa dengan motivasi tinggi pada kelas eksperimen memiliki jumlah 689 dengan rata-rata sebesar 86. Sedangkan pada kelas kontrol memiliki jumlah 626 dengan rata-rata sebesar 78. Artinya, hasil belajar kelompok siswa yang memiliki motivasi tinggi dengan pembelajaran menggunakan media peta pikiran lebih tinggi daripada hasil belajar siswa yang memiliki motivasi tinggi dengan menggunakan media papan tulis. Kelompok Motivasi Belajar Rendah
66
Kelompok siswa dengan motivasi rendah pada kelas eksperimen memiliki jumlah 629 dengan rata-rata 79. Sedangkan pada kelas kontrol memiliki jumlah 566 dengan rata-rata sebesar 71. Artinya, hasil belajar kelompok siswa yang memiliki motivasi rendah dengan menggunakan media peta pikiran lebih tinggi dari pada hasil belajar siswa yang memiliki motivasi rendah dengan menggunakan media papan tulis. Uji hipotesis Setelah melakukan uji normalitas dan homogenitas terpenuhi maka langkah selanjutnya penulis dapat meneruskan pada analisis varians dua jalur. Untuk mengetahui apakah hipotesis yang penulis ajukan diterima atau ditolak. Dalam mengolah data penelitan ini penulis menggunakan SPSS 16.0. dalam pengujian hipotesis pada analisis varian dua jalur, kriteia untuk menolak atau menerima Ha berdasarkan pada Significance (yang disingkat Sig.). Jika Sig.<α maka H0 ditolak atau Ha diterima dan sebaliknya jika Sig. >α maka H0 diterima dan Ha ditolak. Berikut data hasil perhitungan ANOVA dua arah:
Berdasarkan tabel, maka hasil hipotesis penelitian ini adalah: Hipotesis Pertama Siswa yang diajarkan dengan media peta pikiran secara signifikan memiliki hasil belajar lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang diajarkan tanpa media peta pikiran. Hasil perhitungan analisis ANOVA dua arah terlihat pada Tabel baris ketiga diperoleh nilai level Sig. =0,001 ini berarti bahwa nilai Sig. Lebih kecil dari nilai α = 0,05 (Sig.<α) maka dengan demikian H0 ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan media peta pikiran lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang diajarkan tanpa
67
menggunakan media peta pikiran pada mata pelajaran ekonomi kelas X IPS di SMA Negeri 1 Gunung Talang. Hipotesis Kedua Siswa yang motivasi belajarnya tinggi secara signifikan memiliki hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah. Hasil perhitungan ANOVA dua jalur terlihat pada tabel baris ke empat diperoleh level sig. = 0,001 ini berarti nilai Sig. lebih kecil dari nilai α =0,05 (Sig.<α) maka dengan demikian H0 ditolak, sehingga dapat disimpulkan siswa yang memiliki hasil belajar yang lebih tinggi daripada hasil belajar siswa yang memiliki motivasi belajar rendah pada mata pelajaran ekonomi kelas X IPS di SMA Negeri Gunung Talang. Hipotesis Ketiga Hasil perhitungan analisis ANOVA dua jalur terlihat pada tabel pada baris kelima kolom keenam diperoleh nilai level Sig. =1,000 ini berarti bahwa nilai Sig. Lebih besar dari nilai α = 0,05 (Sig.<α) maka dengan demikian H0 diterima dan Ha ditolak, sehingga tidak terdapat interaksi pembelajaran dengan media peta pikiran dan motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi kelas X IPS di SMA Negeri 1 Gunung Talang.
D. PEMBAHASAN Temuan pertama, dimana hasil pengujian menunjukkan siswa pada kelas yang diterapkan media peta pikiran secara signifikan memiliki hasil belajar lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan media papan tulis. Artinya, siswa yang diberi perlakuan dengan menggunakan media peta pikiran akan lebih baik hasil belajarnya dibandingkan dengan siswa dengan media papan tulis. Berdasarkan analisis deskriptif, secara umum dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa kelas eksperimen yang diterapkan media peta pikiran lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol yang diterapkan media papan tulis. Hal ini bisa dilihat dari perbandingan rata-rata kedua kelas pada saat dilakukan posttest. Hal ini mendukung terhadap temuan penelitian yang dilakukan oleh Prabowo (2011) yang menghasilkan bahwa model belajar mind mapping berpengaruh meningkatkan prestasi belajar.
68
Temuan kedua, hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi lebih tinggi dari siswa yang memiliki motivasi belajar rendah pada mata pelajaran ekonomi. Berdasarkan uji hipotesis yang dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa siswa yang motivasi belajarnya tinggi secara signifikan memiliki hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah. Berdasarkan dari hasil penyebaran angket tentang motivasi belajar, pada kelas eksperimen, kelompok siswa dengan motivasi tinggi rata-rata hasil belajar 86 dan rata-rata kelompok siswa dengan motivasi rendah 79. Artinya, hasil belajar kelompok siswa yang memiliki motivasi tinggi lebih tinggi dari kelompok siswa yang memiliki motivasi rendah. Sama halnya dengan kelas kontrol, kelompok siswa dengan motivasi tinggi memiliki ratarata hasil belajar 78 dan rata-rata hasil belajar kelompok siswa dengan motivasi rendah sebesar 71. Dapat disimpulkan bahwa siswa yang motivasi belajarnya tinggi memiliki hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah. Temuan ketiga, hasil uji hipotesis ketiga ditemukan bahwa tidak terdapat interaksi yang signifikan antara penerapan media pembelajaran dengan motivasi belajar terhadap hasil belajar ekonomi siswa kelas X IPS di SMA Negeri 1 Gunung Talang.
Dengan
demikian
tidak
terdapat
interaksi
antara
pembelajaran
menggunakan media peta pikiran dengan motivasi belajar terhadap hasil belajar ekonomi siswa kelas X IPS di SMA Negeri 1 Gunung Talang. Suatu interaksi terjadi bila efek faktor yang satu berpengaruh pada faktor yang lain dalam mempengaruhi sesuatu. Hasil analisis data dengan anova dua jalur menunjukkan tidak terdapat interaksi antara media peta pikiran dengan motivasi belajar. Hal ini disebabkan oleh TCR keseluruhan motivasi siswa kelas eksperimen berada dalam kategori sedang dan memiliki hasil belajar tinggi, kelas kontrol dalam kategori sedang dengan pembelajaran dengan menggunakan media papan tulis, siswa yang memiliki motivasi yang sedang akan dengan sendirinya memiliki hasil belajar yang sedang.
69
E. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan penelitian ini, dapat diambil kesimpulan bahwa: 1) Siswa yang diajarkan dengan penerapan media peta pikiran secara signifikan memiliki hasil belajar lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan media papan tulis yang berarti bahwa penerapan media peta pikiran bisa digunakan dalam meningkatkan hasil belajar siswa. 2) Siswa yang motivasi belajarnya tinggi secara signifikan memiliki hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah yang bearti siswa yang memiliki motivasi tinggi memiliki hasil belajar yang tinggi dan sebaliknya siswa yang memiliki motivasi belajar rendah memiliki hasil belajar yang diperoleh juga rendah pula. 3) Tidak terdapat interaksi penerapan media peta pikiran dengan motivasi terhadap hasil belajar siswa yang berarti masing-masing faktor (media peta pikiran atau motivasi belajar) tidak saling tergantung dan mempengaruhi, yang menunjukkan kedua hal tersebut (penerapan media peta pikiran atau motivasi belajar) mempunyai posisi sendiri terhadap hasil belajar. Ada kalanya motivasi belajar siswa lebih menentukan hasil belajarnya namun disisi lain adakalanya penerapan media peta pikiran yang mempengaruhi hasil belajar siswa.
DAFTAR KEPUSTAKAAN Andartari. (2013). Pengaruh Kemampuan Intelektual (IQ) dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Akuntansi pada SMA Labschool Rawamangun. Jurnal Pendidikan Ekonomi dan Bisnis. Vol.1 No. 1 Arikunto, Suharsimi. (2005). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta. Rineka Cipta Buzan, Tony. (2013). Buku Pintar Mind Map. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. __________. (2008). Mind Map untuk Meningkatkan Kreativitas. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Dimyati dan Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Hamalik, Oemar. (2009). Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara. Prabowo. (2011). Pengaruh Model Belajar Mind Mapping Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII SMP Khadijah Surabaya. Skripsi. Universitas Airlangga. Purwanto. (2008). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sabri. Ahmad. (2007). Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching. Ciputat: Quantum Teaching Setyowati. (2007). Pengaruh Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMPN 3 Semarang. Skiripsi. Universitas Negeri Semarang.
70
Silberman, Melvin L. (2006). Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nusa Media. Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R& D. Bandung: Alfa Beta Uno, Hamzah B. (2009). Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
71
PENGARUH PENDIDIKAN & LATIHAN DAN PERILAKU INDIVIDU TERHADAP KINERJA PEGAWAI DINAS PERHUBUNGAN KOTA SOLOK Hendri Irawan, S.E., M.M. Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP UMMY Solok Email: [email protected]
ABSTRACT This study aims to determine: (1) the influence of education and training and behavior of individuals on the performance of employees at the Department of Transportation in Solok, (2) the effect of education and training on the performance of employees at the Department of Transportation in Solok, (3) the impact of individual behavior on employee performance the Department of Transportation Solok. This type of research is ex post facto, means that research studying the events that have occurred and then connect the independent variables that affect the dependent variable (employee performance). The study population was all employees of the Department of Transportation Solok. While the sample is total sampling of 41 people. Data taken with indirect communication technique using questionnaires as a data collection tool. Data taken by means of a questionnaire is the primary data consists of education and training, individual behavior and performance of employees. A questionnaire study was conducted trials and after it tested the validity and reliability of the test data. Data was analyzed by descriptive and inferential statistics, which consists of test requirements analysis, linear regression models, the t test and F test. The results of this study were (1) a significant difference and positive education and training and behavior of individuals on the performance of employees at the Department of Transportation in Solok, (2) there is a significant effect and positive education and training on the performance of employees at the Department of Transportation in Solok, (3) there is a significant and positive influence on the performance of individual behavior of employees at the Department of Transportation in Solok (a) education and training for employees often conducted by the Department of Transportation in Solok (b) the behavior of individual employees both categories (3.79) (c) performance employees were high (3.82) and means that employees often carry out activities that could improve its performance. Finally suggested to the leadership of the Department of Transportation Solok needs to be improved implementation of education and training for employees. Head of staff should be working to improve the motivation of work, work engagement and improve performance, especially indicators of quantity and quality of services to the community. Keywords : Education and Training, Individual Behavioral, Performance A. PENDAHULUAN Dengan semakin berkembangnya arus reformasi di negara kita, peran birokrat semakin ditantang untuk dapat memberikan pelayanan
72
semaksimal
mungkin kepada masyarakat. Birokrat tidak hanya berfungsi memelihara, mengatur dan mengembangkan infrasruktur sosial ekonomi, tetapi juga terihat dalam perencanaan, pelaksanaan dan pelestarian kelangsungan rencana pembangunan eknomi. Perencanaan penetapan birikrasi harus dilaksanakan seoptimal dan seteliti mungkin, karena akan memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap pelayanan. Bagi organisasi sumber daya manusiamerupakan sumber daya yang paling penting. Hal ini disebabkan dua alasan: Pertama, sumber daya manusia mempengaruhi efisiensi dan efektifitas organisasi. Pegawai merancang dan memproduksi barang dan jasa, mangawasi kualitasnya, memasarkan produk, mengalokasikan sumber daya finansial dan menentukan seluruh tujuan
dan strategi organisasi. Tanpa
sumber daya manusia yang efektif, mustahil bagi organisasi mencapai tujuannya. Kedua, sumber daya manusia juga merupakan pengeluaran pokok perusahaan dalam menjalankan usaha binisnya(Simamora, 1995:1). Pemberlakuan UU No. 22 Tahun 1999 tentng otonomi daerah telah membawa konsekuensi yang sangat kompleks bagi pemerintahan daerah. Akibat pelimpahan wewenang yang dulu menjadi wewenang pemerintas pusat, sekarang menjadi kendali pemerintah daerah. Dalam proses pengalihan wewenang ini tidak jarang menimbulkan konflik, yang kadang-kadang mengganggu kinerja birokrasi dalam menjalankan tugas-tugas pelayanan di daerah. Kemudian muncul isu seberapa jauh kesiapan dari aparatur dalam menerima dan merespon wewenang dari pusat, terutama berkaitan dengan kemampuan dan kualitas aparatur yang ada. Aparatur yang memiliki kemampuan dan kualitas yang tinggi sangat diperlukan dalam menjalankan roda pemerintahan yang semakin besar tantangan ke depannya. Dalam kondisi yang semakin penuh tantangan ini, manajemen yang baik sangat diperlukan dalam mengantisipasi lingkungan. Oween (1991) dalam Dharma (2001:67) menyatakan bahwa selain pentingnya lingkungan eksternal yang mempengaruhi lingkungan organisasi, faktor ketersediaan waktu untuk beradaptasi juga turut membatasi ruang gerak organisasi (bisnis) sejalan dengan perubahan tekhnologi (terutama) informasi yang begitu pesat dalam mengatasi perubahan lingkungan, manajemen perubahan bukanlah suatu permasalahan yang besar bagi suatu oraganisasi. Perubahan-perubahan yang terjadi memberikan pengaruh yang
73
signifikan terhadap pelayanan kepada masyarakat. Keterampilan dan kemampuan yang baik sangat diperlukan dalam menentukan penempatan aparatur dalam posisi yang sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Di dalam pokok-pokok kebijaksanaan kepegawaian berdasarkan UU No. 43 Tahun 1999 tentang perubahan atas UU No. 8 Tahun1974 tentang manajemen kepegawaian merupakan keseluruhan upaya peningkatan efisiensi, efektifitas, dan derajat profesionalisme dalam penyelenggaraan tugas, fungsi dan kewajiban yang salah satunya meliputi pengembangan kualitas sumberdaya manusia aparatur. Keberadaan institusi yang bertanggung jawab atas pengembangan sumber daya manusia (aparatur) yang ada pada waktu sekarang ini dan berkaitan dengan peningkatan sumber daya manusia untuk mengantisipasi tantangan ke depan yang semakin kompetitif. Diperlukan perubahan pola pengembangan sumber daya manusia aparatur pemerintahan daerah. Kepres no. 159 tahun 2000 menegaskan bahwa tiap daerah (provinsi, kabupaten kota) harus dibentuk badan kepegawaian daerah (BKD), yang memiliki tugas membantu pembina kepegawaian daerah (gubernur, bupati/walikota) dalam melaksanakann manajemen di daerah. Pengembangan sumber daya manusia aparatur pada intinya mencakup dua hal pokok yaitu pendidikan dan latihan (diklat). Tujuan pelaksanaan diklat untuk pengembangan sumber daya manusia meliputi peningkatan produktifitas kerja, efisiensi tenaga, waktu, maupun biaya, peningkatan keahlian, peningkatan pelayanan karier, sebagai balas jasa, peningkatan mutu hasil kerja. Dalam rangka pengembangan suberdaya manusia beberapa upaya telah dilakukan untuk memdapatkan aparatur yang memiliki kamampuan yang profesional di bidangnya, seperti halnya melalui pendidikan, dalam hal ini pengiriman sumber daya manusia (SDM) atau aparatur untuk melaksanakan tugas belajar. Dalam hal pelaksanaan tugas belajar selama ini belum melalui perencanaan yang matang dan pemilihan yang berdasarkan kriteria yang tidak pasti. Pada umumnya SDM aparatur mengikuti tugas belajar berdasarkan minat dari diri sendiri dengan persetujuan pimpinan. Tidak adanya strategi awal yang jelas dalam pengiriman pegawai, tugas belajar berdampak pada saat pegawai tersebut kembali, seperti halnya terjadi dislokasi dan kelambatan di dalam proses penempatan pegawai setelah
74
melaksanakan tugas belajar tidak berdasarkan pada kebutuhan dari instansi tetapi lebih mengedepankan tawaran yang ada. Berdasarkan relita yang ada, jarang sekali pemerintah kota solok melalui BKD mengimkan pegawai untu mengikuti ugas belajar melalui anggaran APBD Kota untuk jenjang pendidikan strata-1 atau strata-2 yang bersifat teknis (pendidikan di bidang pertanian, tekhnologi dan transportasi. Sehingga kemapuan di bidang tersebut menjadi sangat langka. Selain hal tersebut, jarang pula seorang yang sudah memiliki jabatan bersedia mengikuti pendidikan tugas belajar, karena hal ini berkaitan dengan prospek nantinya setalah selesai mengikuti tugas belajar, yang menyangkut proses penempatan kembali dan pemanfaatannya. Bila diperhatikan hal tersebut, terkait erat dengan proses wal penerimaan dan pengiriman mahasiswa tugas belajar. Kebanyakan pegawai mengikuti pendidkan bukan bedasarkan kebutuhan yang ada pada instansi yang bersangkutan, tetapi mereka hanya merespon tawaran yang diberikan oleh BKD sabagai pihak pengelola pengembangan sumber daya manusia/aparatur. Selain
mengirim
tugas
belajar,
pengembangan
sumber
daya
manusia/aparatur itu sendiri melippputi pelaksanaan diklat struktural. Permasalahan mendasar pada pelaksanaan diklat struktural adalah kurang efisiennya pengiriman aparatur untuk melaksanakan diklat tesebut. Sebagian besar mereka melaksanakan diklat struktural tersebut sebelum menduduki jabatan, bukannya pada saat menduduki jabatan tertentu. Pada hal diklat penjenjangan tersebut sebagai upaya untuk mendudki jabatan. Sehingga banyak aparatur yang telah melaksanakan struktural, tetapi masih menunggu lama untuk mendapatkan jabatan yang sesuai dengan kedudukan penjenjanganya. Bahkan ada beberapa aparatur yang telah melaksanakan diklat struktural sampai dengan akhir dari tugas (pensiun) tdak perenah mendapat jabatan,sehingga pelaksanaan diklat tersebut tidak efisien baik dari segi biaya maupun waktu. Pelaksanaan diklat tersebut juga berkaitan erat dengan masalah karir seseorang. Pada dasarnya karir diperlukan oleh setiap organisasi dan juga dibutuhkan oleh setiap pegawai sebagai upaya untuk menghargai prestasi kerja. Seharusnya pelaksanaan diklat sangat berkaitan erat dengan karir dari pegawai
75
tersebut, tetapi melihat dari keadaan yang ada sekarang diklat belum memiliki urgensi terhadap peningkatan karir tersebut. Proses pegembangan sumber daya manusia melalui program pendidikandan pelatihan yang diselenggarakan oleh BKD, perlu diadakan suatu terobosan yang pasti untuk mendapatkan hasil yang diharapkan,terutama pada saat perencanaan awal penentuan pelaksanaan dan pemilihan pegawai yang akan melakukan atau menjalankan diklat. Bagaimana upaya pengembangan pegawai dapat memperoleh hasil yang maksimal dan bermanfaat, tetapi dengan pemanfaatan biaya yang seefisien mungkin. Dinas perhubungan merupakan salah satu dinas yang terdapat dalam pemerintahan Kota Solok. Mempunyai tugas yang cukup banyak dibandingkan dengna dinas-Dinas lainnya. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang penulis lakukan pada Dinas Perhubungan Kota Solok, banyak ditemukan fenomena-fenomena di lapangan yang satu sama lainya saling bertentangan dengan teori. Masih terdapat sebagian pegawai belum melaksanakan tugas-tugas kedinasan dengan baik. Disiplin kerja sama belum sesuai dengan peratuan kepegawaian. Kinerja pegawai mengalami penurunan dari waktu ke waktu. Berdasarkan gambaran permasalahan kinerja pegawai yang ada Dinas Perhubungan Kota Solok, ternyata sebanyak 4 orang tidak tepat waktu penyelesaian tugas yang diembanya. Dan empat orang pegawai tidak ramah dalam melayani masyarakat. Tedapat masing-masing 3 orang pegawai tidak mencapai target dalam bekerja dan pegawai tidak menjalani tugas sebagai mana mestinya. Disamping permasalahan di atas, masih ada permasalahan lain yang penulis temukan dari observasi awal, antar lain: (1) masih ada beberapa peawai yang datang terlambat dan cepat pulang, (2) masih ada beberapa pegewai yang jarang masuk kantor, (3) banyak waktu yang digunakan di luar tugasnya atau yang tidak berhubungan dengan tugas-tugas kedinasan, (4) banyak pegawai yang kurang tahu job kerja masing-masing, (5) masih ada beberapa pegawai yang bekerja karena atasan (tidak iklas), (6) banyak pegawai yang tidak melaksanakan tugas tepat waktu, menunda-nunda pekerjaan dan lain-lain.
76
Bertitik
tolak
dari
fenomena-fenomena
di
atas,
terjadilah
suatu
ketimpangan, di mana suatu pihak Dinas Perhubungan Kota Solok dituntut untuk menjadi suatu dinas yang terbaik, dipihak lain kinerja pegawainya belum mksimal masih banyak pegawai yang belum yang belum menjalankan tugas rutinnya sesuai dengan aturan yang berlaku. Semua permasalahan di atas diduga ada kaitannya dengan kemampuan, pengetahuan, keterampilan dan perilaku individu pegawai. Untuk meningkatkan kempuan, pengetahuan dan keterampilan diperoleh atau dilakukan melalui Diklat. Sebagian besar pegawai (±70%) belum pernah mengikuti Diklat tersebut, apalagi Diklat yang sesuai dengan job kerjanya. Dalam encyclopedia britania (1974:5) tertulis “act of doing that which is required by a contract (kinerja sebagai perbuatan terhadappekerjaan yang wajib sesuai dengan perjanjian atau kontrak). Jadi, kinerja secara sederhana merupakan terjemahan dari performance yang berarti kamampuan dan kemauan melakukan sesuatu pekerjaan. Kinerja juga disebut sebagai prestasi kerja, yaitu hasil diinginkan dari perilaku (Gibson, Invancevich dan Donelly, 1992:9). Kinerja adalah sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan dan kemampuan kerja (KBBI, 1994:156). Handoko, (1995:135) menul kerja sama dengan pretasi kerja atau pelaksanaan kerja (performance). Menurut Mangkunegara (2000:67) kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Sedangkan Bernadin dan Russel (1993:125) memberikan batasan mengenai kinerja sebagai catatan yang dihasilkan dari fungsi suatu pekerjaan tertentu atau kegiatan selama suatu priode tertentu. Selajutnya Handoko (1985:135) menulis kegunaan penilaian prestasi kerja, yaitu: 1) pebaikan prestasi kerja, 2) penyesuaian-penyesuaian kompensasi, 3) keputusan-keputusan
penempatan,
4)
kebutuhan-kebutuhan
latihan
dan
pengembangan, 5) perencanaan dan pengembangan karier, 6) penyimpanganpenyimpangan proses staffing, 7) ketiak akuratan informasionall, 8) kesalahankesalahan desain pekerjaan, 9) kesempatan kerja yang adil, 10) tantangan-tantangan eksternal.
77
Mangkunegara (2000:67) menulis faktor-faktor yang mempenganruhi pencapaian kinerja adalah faktor kemampuan dan faktor motivasi. Secara psikologis kemampuan terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality. Sedangkan motivasi terbentuk dari sikap seorang pegawai dalam mengahadapi situasi kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakan diri pegawai yang terarah untuk mencapai tujuan oraganisasi. Metode penilaian kinerja menurut robbins (2002:262) adalah: 1) esai tertulis, adalah suatu kinerja dengan menulis sebuah narasi yang menggambarkan kelebihan, kekurangan, prestasi waktu lampau, potensi dan saran-saran mengenai seorang pegawai untuk perbaikan, 2) keadaan kritis, memfokuskan perhatian sipenilai pada perilaku-perilaku yang merupakan kunci untuk membedakan antara sebuah pekerjaan atau yang tidak efektif. 3) grafik skala penilaian, dalam metode ini dicatat faktor-faktor kinerja, seperti kualitas dan kuantitas kerja, tingkat pengetahuan, kerja sama, loyalitas, kehadiran, kejujuran dan inisiatif. Selanjutnya sipenilai memeriksa daftar tersebut dan menilai setiap faktor sesuai dengan skala peningkatan. 4) skala peningkatan prilaku, skala mengkombinasikan elemen penting dari metode keadaan kritis dengan pendekatan grafik, 5) skala peningkatan perilaku, menentukan dengan pasti, bersifat dapat diamati, dan dapat mengukur perilaku kerja. Hasil dari proses ini merupakan deskripsi perilaku seperti antisipasi perencanaan, pelaksanaan, pemecahan masalah, menjalankan perintah yang mendesak dan penanganan situasi darurat.
B. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah ex post facto adalah dilakukan untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi dan kemudian merunur kebelakang melalui data untuk menemukan faktor-faktor yang menentukan seba-sebab yang mungkin atas peristiwa yang diteliti (buku panduan kegiatan penelitian IKIP Padang, 1997:19). Penelitian dilakukan di Dinas Perhubungan Kota Solok terhadap semua kelompok tani usaha sapi potong. Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan ,mulai tanggal 1 Januari sampai 31 Januari 2004. Populasi dalam penelitian ini, sesuai data yang dibutuhkan, maka yang menjadi populasi adalah seluruh pegawai Dinas Perhubungan Kota Solok. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling, yakni
78
teknikk pengambilan sampel yang dilakukan terhadap semua populasi. Hal ini dikarenakan populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai Dinas Perhubungan Kota Solok.
C. HASIL PENELITIAN Dalam bab II penulis mengemukakan tiga hipotesis yang akan di uji. Pada bagian ini penulis menguji semua hipoesis tersebut. Sebelum menguji hipotesis 1, penulis meyajikan hasil olahan data ke dalam Tabel 4.10, sedangkan untuk menguji hipotesis 2 dan 3 penulis menyajikan hasil olahan data ke dalam Tabel 4.9. Hipotesis pertama penelitian ini adalah “terdapat pengaruh yang signifikan program pendidikan dan latihan dan perilaku individu terhadap kinerja pegawai Dinas Perhubungan Kota Solok”. Untuk menguji hipotesis 3 ini terlebih dahulu disajikan hasil olahan data tentang anova seperti dalam tabel 4.10 berikut: Tabel 4.10 Analisis varians X1 dan X2 terhadap Y Sumber variansi Regresi residual Total
Jumlah kuadrat 179,660 659,462 839,122
DF 2 38 40
Rata-rata kuadrat 89,830 17,354 -
Sumber : lampiran 13.
F. ratio
Sig.
5,176
0,010
-
-
Signifikan pada =0,05
Dari tabel 4.10 di peroleh Fhitung sebesar 5,176, sedangkan level sig. sebesar 0,010. Level sig ini kecil dari
=0,05 akibatknya HO ditolak, salah satu
≠ 0.
Sehingga hipotesis alternatif yang di ajukan dalam penelitian terbkti diterima.
Bahwa “ terdapat pengaruh yang signifikan antara program pendidikan & latihan dan perilaku individu terhadap kenerja pegawai Dinas Perhubungan Kota Solok”. Selanjutnya hipotesis kedua penelitian ini adalah “ terdapat pengaruh yang signifikan program pendidikan & latihan terhadap kinerja pegawai Dinas Perhubungan Kota Solok”. Dari olahan data seperti yang disajikan dalam tabel diperoleh thiting = 2,164 sedangkan ttabel pada =0,05 sebesar 2,0244, jadi thitung besar ttabel atau level sig.= 0,037< =0,05) akibatnya HO ditolak (salah satu
≠ 0).
Dengan demikian nol ditolak atau hipotesis alternatif diterima, terbukti bahwa terdapat pengaruh yang signifikan program pendidikan & latihan terhadap kinerja pengawai Dinas Perhubungan Kota Solok.
79
Hipotesis ke tiga penelitian ini adalah “ terdapat pengaruh yang signifikan perilaku individu terhadap kinerja pegawai Dinas Perhubungan Kota Solok”. Dari olahan data seperti yang disajikan dalam tabel diperoleh thitung =2,089 sedangkan ttabel pada
=0,05 sebesar 2,0244, jadi thitung besar ttabel atau level sig.=
0,043< =0,05) akibatnya HO ditolak (salah satu
≠ 0). Dengan demikian terbukti
bahwa terdapat pengaruh yang signifikan perilaku individu terhadap kinerja pegawai di Dinas Perhubungan Kota Solok.
D. PEMBAHASAN Pengaruh pendidikan & latihan dan perilaku terhadap kinerja pegawai. Penelitian ini menentukan bahwa hipotesis pertama sebagai hipotesis alternatif terbukti diterima secara nyata, yaitu secara bersama-sama terdapat pegaruh yang berarti antara pendidikan & latihan dan perilaku individu terhadap kenerja pegawai di Dinas Perhubungan Kota Solok. Ini berarti bahwa dua variabel bebas yang telah diteliti dapat meningkatkan kinerja peawai di dinas ini. Secara bersama-sama sumbang pendidikan & latihan dan perilaku individu terhadap variasi kerja pegawai sebesar 21,14%. Selebihnya 79,86% kinerja pegawai ditentukan oleh variabel-variabel lain yang tidak penulis teliti. Dan secara bersamsama tingkat hubugan pendidikan &latihan dan perilaku individu terhadap variasi kinerja pegawai sebesar 46,3%, tingkat pengaruh ini dikategorikan sedang. Dengan demikian, baik secara bersam-sama maupun secara parsial kinerja pegawai pada Dinas Perhubungan Kota Solok sebagaian besar ditentukan oleh pendidikan & latihan dan perilaku individu pegawai. Jika dilihat deskripsi kinerja pegawai, kebanyakan indikator-indikator variabel ini skor rata-ratanya di aas 3,5 yang artinya sering, yaituindikator hasil kerja, kesungguhan dan keandalannya, kecepatan, pengetahuan tentang pekerjaan dan perencanaan kerja. Artinya dengan pendidikan & latihan yang diikuti dan perilaku individu yang baik dari pegawai dapat meningkatkan hasill kerja kerja, mereka bekerja sungguh-sungguh dan dapat diandalkan, cepat, mempunyai pengetahuan tentang pekerjaan dan dapat menyusun perencanaan kerja. Siagian (1991:202) mengemukakan bahwa pelaksanaan suatu program pendidikan dan latihan dikatakan berhasil apabila dalam diri peserta terjadi suatu
80
transformasi, yaitu peningkatan kemampuan dalam melaksanakan tugas dan perubahan perilaku, yang tercermin pada sikap, disiplin dan etos kerja. Dengan demikian jelas nahwa pendidikan dan latihan harus diselengggarakan secara sistematis dan kontinyu. Temuan penelitian ini sejalan dengan pendapat Handoko (1997:119) bahwa implementasi program pendidikan dan latihan berfungsi sebagai proses tranformasi. Para pegawai yang tidk terlatih diubah menjadi menjadi pegawai-pegawai yang berkemampuan dan terlatih, sehingga diberikan tanggung jawab lebih besar. Dengan temuan penelitian ini berarti variabel pendidikan & latihan dan perilaku individu merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan dalam upaya meningkatkan kinerja pegawai pada Dinas Perhubungan Kota Solok. Meningkatnya kinerja pegawai berarti meningkat pula kinerja organisasi di Dinas Perhubungan Kota Solok.
Pengaruh pendidikan & latihan terhadap kinerja pegawai. Pendidikan dan latihan pegawai sangat diperlukan oleh suatu organisasi dalam rangka mempersiapkan SDM yang berkualitas untuk menghadapi meningkatnya persaingan, baik dari dalam maupun dari luar negri. Di samping itu peranan pendidikan dan latihan sangat penting dalam rangka menghadapi perubahan tegnologi dan komputerisasi yang sedemikian cepat. Penelitian ini menemukan bahwa secara parsial terdapat pengaruh yang berarti pendidikan dan latihan terhadapkinerja pegawai di Dinas Perhubungan Kota Solok. Tingkat sumbangan secara parsial pendidikan dan latihan terhadap variasi kinerja pegawai sebesar 10,96% dengan asumsi variabel perilaku lain yang tidak teliti. Selebihnya 89,04 kinerja pegawai ditentukan oleh variabel lain yang tidak di teliti. Variabel lain itu antara lain motivasi kerja, kepuasan kerja, budaya kerja, gaya kependidikan , fasilitator kantor, insentif, iklim organisasi, pengalaman dan pendapatan pegawai. Tingkat pengaruh pendidikan & latihan terhadap kinerja pegawai Dinas Perhubungan Kota Solok. Sebesar 0,328 arah pengaruh ini positif maksudnya semakin sering pegawai mengikuti pendidikan & latihan maka cendrung kinerja menigkat. Jika skor pendidikan dan latihan ditingkatkan satu satuan, mka akan meningkatkan skor kinerja sebesar 0,328 satuan.
81
Temaun di atas memberikan indikasi program pendidikan dan latihan dapat meningkatkan kinerja pegawai, dimana kenerja pegawai semakin tinggi. Jika dikaitkan dengan deskripsi variabel pendidikan dan latihan, diperoleh rata-rata skor sebesar 3,58, angka ini termasuk kategori sering. Jadi pegawai Dinas Perhubungan Kota Solok sering mengikuti pendidikan dan latihan yang mereka peroleh dalam rangka meningkatkan kinerjanya. Indikator-indikator pendidikan dan latihan yang sering terjadi dan dilakukan adalah (1) meningkatkan ketrampilan dan pengetahuan kerja, dan (2) reaksi pegawai terhadap program pendidikan dan latihan. Berdasarkan temuan di atas, peulis merekomendasikan kepada dua pihak, yaitu pertama kepada kepala Dinas Perhubungan Kota Solok.untuk melaksanakan dan mengembangkan program pendidikan dan latihan bagi pegawai, semua pegawai diberi kesempatan untuk mengikutinya tanpa pilih kasih, karena dengan mengikuti pendidikan dan latihan mereka dapat bekerja sungguh-sungguh dan pada akhirnya akan meningkatkan kinerjanya. Pendidikan dan latihan bertujuan untuk mengubah sikap mental pegawai dari sikap kaku dan pasif kearah sikap mental yang dinamis. Sifat kaku dan pasif ini menyebabkan pegawai akan terpaku pada pola pemikiran yang tidak sesuai dengan tuntutan zaman. Kedua kepada pegawai Dinas Perhubungan Kota Solok yang telah mengikuti program pendidikan dan pelatihan dapat meningkatkan minat dan motivasi dan menjalankan tugas-tugas kedinasanya. Dengan
mengikuti
program
pendidikan
dan
latihan
akan
dapat
meningkatkan pengetahuan pegawai berhasil atau tidaknya dalam melaksanakan tugas denan baik. Dari kenyataan ini dapat diartikan bahwa jika pegawai sering mengikuti program pendidikan dan latihan, maka kinerja pegawai akan cendrung meningkat.
Pengaruh perilaku individu terhadap kinerja pegawai. Penelitian ini menemukan bahwasecara parsial terdapat pengaruh yang berarti perilaku individu terhadap kinerja pegawai di Dinas Prhubungn Kota Solok. Sumbangan secara parsial perilaku individu terhadap variasi kinerja pegawai sebbesar 10,30% dengan asumsi variabel pendidikandan latihan tetap. Selebihnya (89,70%) kinerja pegawai ditentukan oleh variabel lain. Tingkat pengaruh perilaku
82
individu terhadap kinerja pegawai di Dinas Perhubungan Kota Solok, sebesar 0,321, arah pengaruh ini positif, maksudnya semakin baik perilaku pegawai , makacendrung cendrung kinerjanya meningkat. Jika skor perilaku individu ditingkatkan sati satuan, maka cendrung meningkatkan skor kinerja sebesar 0,321nsatuan dengan asumsi pendidikan dan latihan tetap. Jika dikaitkan dengan deskripsi variabel perilaku individu maka deperoleh rata skor jawaban respondden sebesar 3,79, angka ini masuk kategiri sering. Jadi pegawai sering melakukan usaha untuk meningkatkan kinerjanya bersadarkan perilaku individu mereka masing-masing. Indikator perilaku individu yang menunjang peningkatan kinerja pegawai adalah 1) kemampuan kerja, 2) sikap, dan 3) kepribadian, dimana telah mendapat perhatian yang sering dari pegawai. Pegawai sering mempunyai kemampuan dalam bekerja sering bersikap baik dan sering berkepribadian baik dalam bekerja. Terdapat dua indikator pada variabel perilaku individu yang rata-rata skor kategori kadang-kadang yaitu (1) keterlibatan kerja 3,28 dan (2) sikap kerja 3,19. Hal ini menunjukan bahwa keterlibatan kerja dan sikap kerja pegawai Dinas Perhubungan Kota Solok masih kurang dan sikap pegawai masih labil dalam bekerja di dinas ini. Berdasrkan temuan di atas, penuli merekomendasikan kepada pegawai untuk meningkatkan kinerja pada Dinas Perhubungan Kota Solok ini agar meningkatkan keterlibatan kerja dan bersikap baik dalam bekerja. Sikap merupakan penyataan evaluatif, baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan tentang suatu objek, orang atau peristiwa. Sikap mencerminkan
bagaimana
seseorang
pegawai
merasakan
sesuatu
dalam
menjalankan tugas kedinasannya. Seseorang pegawai bisa memiliki ribuan sikap, tetapi dalam penelitian ini sikap yang berkaitan dengan tugas-tugas kedinasan. Sikap dalam penelitian ini mencakup kepuasan kerja, keterlibatan kerja dan komitmen organisasi. Sehubungan dengan sikap, maka perilaku individu yang positif dapat terlihat dari pekerjaan- pekerjaan yang memberikan kesempatan, kebebesan, umpan balik tentang seberapa baik pegawai bekerja. Karakteristik ini pekerjaan yang paling kecil tantangannya memciptakan kebosanaan. Apabila pegawai berperilaku positif maka membawa dampak positif pula untuk meningkatkan kenerjanya.
83
Dengan temuan peneliti ini berarti pegawai Dinas Perhubungan Kota Solok telah dapat melaksanakan kegiatan yang dapat meningkatkan kinerjanya, berdasarkan perilaku individu masing-masing pegawai. Temuan ini juga mengidikasikan bahwa pegawai Dinas Perhubungan Kota Solok sering melakukan upaya peningkatan kinerja melalui perilaku yang baik dalam bekerja.
E. SIMPULAN Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu: 1) Kinerja pegawai di Dinas Perhubungan Kota Solokdipengaruhi secara nyata dan positif oleh program pendidikan & pelatihan dan perilaku individu. Sumbangan secara bersama-sama program pendidikan & latihan dan perilaku individu terhadap variasi kinerja pegawai di Dinas Perhubungan Kota Solok sebesar 21,40%, sedangkan tingkat hubungan secara bersama-sama program pendidikan & latihan dan perilaku individu terhadap kinerja pegawai sebesar 46,30%. 2) Kinerja pegawai di Dinas Perhubungan Kota Solok dipengaruhi secara nyata dan positif oleh program pendidikan dan latihan yang diikutinya. Semakin sering pegawai mengikuti pendidikan dan latihan semakin tinggi kinerjanya. 3) Kinerja pegawai di Dinas Perhubungan Kota Solok dipengaruhi secara nyata dan positif oleh perilaku individunya. Semakin baik perilaku individu pegawai dalam bekerja, maka semakin tinggi kinerja pegawai tersebut.
DAFTAR KEPUSTAKAAN Simamora, Hendry. 1995. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: STIE YKPN. Darma, Agus. 2001. Manajemen Prestasi Kerja. Jakarta: Rajawali. Gibson, Jl. Ivanvich, J.M. And Donelly J.H., 1992. Organizasion: Bihavior, Structure And Prosses, Fifth Edition, Texas: Business Pubication, Inc Handoko, T. Tani. 1985. Manajemen Personalia Dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BPFE. Mangkunegara, Anwar Prabu. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Remaja Rosdakarya. Bernardin, H. John Dan Russell, YOYSE E.A. Human Resource Management: An Experintial Approach, Irwin Mcgraw-Hill, Singgapore. Robbin,S.P.,2002. Essential Of Organi zational Behaviour. Prentice Hall, Inc, N.Y. Siagian,P. Sondang.1991. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta:Bumi Aksara.
84
PENERAPAN MEDIA PEMBELAJARAN DI SEKOLAH PRAKTEK (STUDI KASUS PADA MAHASISWA FKIP UMMY SOLOK YANG PRAKTEK LAPANGAN KEPENDIDIKAN (PLK) SEMESTER GANJIL 2013/2014) 1)
Nona Perta, S.Pd., M.Pd., 2)Dewi Ariani., S.Pd, M.Pd., 2 Afrahamiryano, S.Pd., M.Pd. Dosen FKIP UMMY Solok Email : [email protected]
ABSTRACT The background of this research come from of the result of research faculty beginners which have been raised in 2011 by title “The Evaluation of Learning Method in Education Media Subject at FKIP UMMY”. Based on that result, researcher interest to develop research about how applying of instructional media in school practice by student field practice of FKIP. The writer wish to see how far the application of science about making instructional media which have been taught in majors, practiced by student field practice of FKIP UMMY that implemented in schools practice which have determined. This research is expected can give an idea how the ability of student field practice in planning, making and using media in school. Moreover, this research can give input to the Faculty about the problem in using media and the solution of that problem. This type of the research is qualitative research. Means of collecting data in this researchis the researchers them selves and the team, and comes with interview, observation guidelines, and documentation to assure the validity ofthe dataisbased on standardsof credibility as the standard fit and easier to analyze that data and research would be moreaccurate. Guarantor ofthe validity ofthe datais done byan extension ofthe standardof participation, a more diligen to bservation and triangulation. The results of this research is student field practicehavethe ability and skill in using the media to implement the learning, in spite of the media used simple. The problems in the use of media in school practice is a)a short learning period, b) student field practice in comprehensi on factor in using the media, c) the electricity has not reached the classroom, d) lack of understanding of students field practice in using the media and e) classroom managementnot good, not supportfor the use of instructional media. Keywords : Implementation, Instructional Media
A. PENDAHULUAN Penelitian ini dilatarbelakangi dari hasil penelitian dosen pemula yang pernah diajukan pada tahun 2011 yakni tentang Evaluasi Metode Pembelajaran Mata Kuliah Media Pendidikan di FKIP UMMY. Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan metode pembelajaran pada mata kuliah Media Pendidikan di FKIP UMMY berjalan dengan baik karena dalam
85
proses pembelajaran dosen menggunakan metode yang bervariasi dan dilengkapi dengan media pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengembangkan penelitian tentang bagaimana penerapan media pembelajaran di sekolah praktek oleh mahasiswa FKIP. Karena penulis ingin melihat sejauh mana penerapan ilmu mengenai pembuatan media pembelajaran yang telah diajarkan di jurusan, dipraktekkan oleh mahasiswa FKIP UMMY yang melaksanakan PLK di sekolah-sekolah yang telah ditentukan. Penelitian tentang bagaimana penerapan media pendidikan disekolah oleh mahasiswa diharapkan dapat memberikan gambaran bagaimana kemampuan anak dalam merancang, membuat dan menggunakan media disekolah. Selain itu juga diharapkan dapat memberikan masukan kepada Fakultas mengenai permasalahan dalam pengunaan media dan solusi bagi permasalahan yang ditemukan dilapangan.
B. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian ini dilakukan di Seluruh Sekolah Praktek baik di dalam kota maupun di luar Kota Solok yang terdaftar sebagai tempat PLK mahasiswa FKIP UMMY pada semester Ganjil 2013/2014. Pemilihan lokasi penelitian ini, karena semua mahasiswa jurusan FKIP UMMY Solok tersebar dalam melaksanakan Praktek Lapangan Kependidikan. Informan kunci (untuk diwawancarai atau di observasi) yaitu guru pamong di sekolah praktek dan mahasiswa FKIP UMMY yang mengambil mata kuliah Praktek Lapangan Kependidikan semester Ganjil 2013/2014. Jumlah Guru Pamong dan mahasiswa yang mengambil mata kuliah Media Pendidikan di FKIP UMMY. Pengumpul data pada penelitian ini adalah peneliti sendiri dan tim, dengan dibekali pedoman wawancara, pedoman observasi, dan dokumentasi. Pada penelitian ini untuk menjamin keabsahan data lebih mengacu pada standar kredibilitas karena standar tersebut cocok dan lebih mudah untuk dianalisis sehingga data dan penelitian lebih akurat. Penjamin keabsahan data dengan standar ini dilakukan dengan perpanjangan keikutsertaan, pengamatan lebih tekun dan triangulasi.
86
C. HASIL PENELITIAN Penerapan Media Pembelajaran di Sekolah Praktek Pengalaman Lapangan Kependidikan merupakan salah satu kegiatan intra kurikuler yang dilaksanakan oleh mahasiswa, mencakup latihan mengajar dan tugas kependidikan diluar mengajar. Salah satu dasar kemampuan dasar guru yang harus dikuasai oleh mahasiswa adalah menggunakan sumber atau media mengajar. Media yang dibuat merupakan media sederhana dan dapat langsung digunakan dalam praktek mengajar. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran di Sekolah pada tanggal 12 April 2014, pelaksanaan pembelajaran disesuaikan dengan kurikulum yang ada, berpedoman pada buku-buku yang bersumber dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dari sekolah itu sendiri. Dalam setiap pembahasan dicantumkan alokasi waktu. Demikian pula pada bahan atau subpokokbahasan dicantumkan pula bahan atau materi ajar dari setiap pokok atau subpokok bahasan tersebut. Penerapan media pembelajaran oleh mahasiswa FKIP UMMY di sekolah praktek dilihat dari kemampuan mahasiswa dalam merancang, membuat dan menggunakan media di sekolah. Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan di lapangan diketahui bahwa pada umumnya mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) membuat media ketika melaksanakan Praktek Lapangan Kependidikan pada semester Ganjil 2013/2014. Hasil wawancara di antaranya yaitu: “mahasiswa rata-rata memakai media dalam mengajar, karena ini memang salah satu syarat penilaian dalam PLK” (NN, wawancara tanggal 2 April 2014). “...walaupun tidak disetiap pertemuan, tapi saya ada membuat media buk” (SS, LZF, SHD wawancara tanggal 2 April 2014). “mahasiswa menggunakan media dalam mengajar, tapi media yang digunakan perlu ditingkatkan lagi” (YMS, HRN wawancara tanggal 4 april 2014). Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan di lapangan peneliti menemukan bahwa pada umumnya mahasiswa melaksanakan pembelajaran menggunakan beberapa metode, diantaranya: metode tanya jawab, metode ceramah, metode demonstrasi, metode pemberian tugas, dan metode umpan balik.
87
Mengenai penggunaan beberapa metode tersebut, YRM, BSN, YFZ mengatakan: “Saya menggunakan metode-metode tersebut didasarkan pada beberapa pertimbangan demi kelancaran proses pembelajaran dan pencapaian tujuan pembelajaran. Di samping juga materi yang ingin disampaikan. Bila kita tidak menggunakan metode tidak dengan pertimbangan tersebut, maka di samping hasilnya tidak baik, siswa juga akan jenuh dan bosan. Bila mereka bosan maka tingkat partisipasi belajarnya bisa menurun”. (wawancara tanggal 12 April 2014). “sebaiknya perlu dioptimalkan penggunaan metode dan media pembelajaran yang berfariasi oleh mahasiswa PL agar memudahkan pemahaman bagi peserta didik dan lebih memancing kreatifitas peserta didik...” (wawancara tanggal 12 April 2014). “mahasiswa PL menggunakan metode yang bervariasi setiap mengajar, sehingga dapat memberikan motivasi pada siswa dalam belajar dan dapat membantu siswa mempermudah untuk memahami materi yang diberikan” ( wawancara MIT wawancara tanggal 12 April 2014). Penggunaan metode yang berbeda-beda di atas adalah untuk menciptakan proses belajar mengajar yang kondusif, menyenangkan anak/siswa, dan keefektifan dalam mencapai tujuan pembelajaran sebagaimana yang dituntut kurikulum. Di samping menggunakan metode yang relevan dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan yang efektif, mahasiswa bersangkutan juga memanfaatkan media pembelajaran yang ada. Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dilapangan, diketahui bahwa pelaksanaan pembelajaran yang efektif tidak bisa hanya mengandalkan metode saja, tetapi juga harus didukung dengan penggunaan media pembelajaran pendukung. Kalau menggunakan metode ceramah saja, anak akan bingung dan cenderung tidak memperhatikan. Berbeda bila kita menghadirkan media berupa gambar atau CD yang diputar di depan anak. Menggunakan media akan menjadi penting untuk membuat anak semakin jelas dan kita mengajar juga tidak letih dan bosan karena kita dapat melakukannya dengan simpel (sederhana) dengan bantuan media.(YRM, wawancara tanggal 2 April 2014). Pemanfaatan media pembelajaran dimaksudkan untuk menunjang metode yang digunakan dengan maksud: (1) lebih memudahkan anak menerima pelajaran, (2) menyederhanakan proses pembelajaran yang kompleks sehingga tidak
88
menyulitkan guru. Menurut BSN, USM (wawancara tanggal 2 April 2014) di samping untuk maksud tersebut, penggunaan media dimaksudkan untuk: “Menurut saya pribadi di samping untuk tujuan tersebut juga dimaksudkan untuk mewakili apa yang tidak dapat kita sampaikan dengan penjelasan berupa kata-kata yaitu mengkonkritkan apa yang abstrak. Dalam hal ini tentu saja kita harus selektif memilih media yang sesuai dengan isi dan tujuan pembelajaran yang ingin kita capai”. Apa yang diungkapkan responden di atas adalah tujuan penggunaan media dalam pembelajaran, di samping apa yang telah dirangkum di atas adalah untuk mengkonkritkan materi-materi yang abstrak dan tidak cukup dengan penjelasan lisan. Dalam konteks memilih media pembelajaran yang akan digunakan harus disertai dengan sikap selektif menyesuaikannya dengan isi dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan diketahui bahwa mahasiswa dalam melaksanakan pembelajaran yang disertai dengan penggunaan media pembelajaran telah dapat membangkitkan gairah siswa mengikuti pembelajaran dan fokus pada apa yang disampaikan. Mengenai hal ini YRM, HRN, MLA mengungkapkan: “Setiap mengajar, saya selalu memanfaatkan media baik yang ada di sekolah atau saya buat sendiri. Dengan menggunakan media pembelajaran maka proses pembelajaan menjadi lancar, anak-anak dengan mudah dapat ditangani selama proses pembelajran dan mereka juga lebih fokus pada apa yang saya sampaikan. Hasil dari proses pembelajaran lebih efektif. Hal ini dapat ditunjukkan dengan prestasi belajar siswa yang rata-rata baik (wawancara tanggal 12 April 2014). “seharusnya mahasiswa dalam PL harus menggunakan media pembelajaran yang inovasi dan bervariasi supaya siswa termotivasi dan kreatif dalam kegiatan belajar mengajar”(ANI, WIS, wawancara 12 April 2014). “Mahasiswa PLK agar dapat menggunakan media yang bervariasi setiap mengajar, sehingga dapat memberikan motivasi pada siswa dalam belajar dan dapat membantu siswa mempermudah untuk memahami materimateri yang diberikan oleh guru” (MTR, wawancara 12 April 2014). Dari hasil observasi dan wawancara tersebut dapat dijelaskan bahwa penggunaan media dalam pembelajaran memberikan dampak positif dan efektif berupa: peningkatan gairah siswa dalam mengikuti pembelajaran, membuat siswa
89
fokus pada materi yang disampaikan, mempermudah guru dalam mengelola kelas selama proses pembelajaran berlangsung dan secara tidak langsung dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Saat merancang atau membuat media pembelajaran disekolah, mahasiswa PL menyesuaikan dengan tujuan pembelajaran.hal ini sesuai dengan hasil kutipan wawancara berikut ini: “ dalam pemilihan media yang akan digunakan saya terlebih dahulu melihat tujuan dari materi yang akan diajarkan. Kemudian dipiulih kirakira media apa yang cocok untuk digunakan. Misalnya untuk materi kegiatan ekonomi, saya bisa menggunakan gambar yang saya temple dikarton” (MR, SHD wawancara tanggal 3 April 2014). “ membuat media yang harus diperhatikan itu adalah bahannya mudah diperoleh dan dengan media yang dibuat materi cepat dimengerti oleh siswa” (NTR, SNL wawancara tanggal 16 April 2014). “ saya membuat media mempertimbangkan materi yang diajarkan dan biaya yang dikeluarkan” ( LSM wawancara tanggal 16 April 2014). “ mohon media pembelajaran yang dibuat disesuaikan dengan indikator dalam kompetensi dasar dan pembelajaran yang menggunakan media harus disiapkan sebelum proses belajar dimulai” (NEL, wawancara 16 April 2014). Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan guru pamong di sekolah, diketahui bahwa dalam merancang dan membuat media pada umumnya pamong menyarankan kepada anak agar memperhatikan maksud atau tujuan pemilihan media. Maksudnya jangan sampai dengan menggunakan media materi yang diajarkan membuat anak menjadi semakin binggung atau tidak mengerti sama sekali. Mahasiswa juga disarankan memilih salah satu media dari bermacam alternative media yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran. (ARF, ASN, ISN wawancara tanggal 14 April 2014). Penggunaan media pembelajaran dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Karenanya
penggunaan
media
harus
diterapkan
pada
semua
pelajaran.Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan guru pamong, diketahui bahwa guru menyarankan agar mahaiswa PL tidak hanya terpaku pada sekolah saja yang menyediakan seluruh kebutuhan media penunjang tetapi juga mau berkreativitas membuat sendiri media-media yang sederhana dengan 90
memanfaatkan potensi sekitar.Hal ini lebih efetif dibandingkan jika mahasiswa menggunakan media yang canggih tetapi tidak dapat menggunakannya secara baik (ADE, MUL, YNI, WIS wawancara tanggal 8 April 2014). Dari hasil wawancara tersebut pamong menyarankan secara tidak langsung penggunaan media pembelajaran yang efektif meningkatkan prestasi harus didasarkan pada pilihan media yang familiar dengan mahasiswa, artinya sederhana dan dapat dioperasikan dengan mudah oleh yang bersangkutan. Berdasarkan hasil wawancara peneliti menemukan bahwa mahasiswa juga memperhatikan variasi dari media yang mereka buat. “ media yang dibuat tidak hanya satu macam saja, sebisanya media yang saya buat itu bervariasi setiap pertemuannya sehingga anak tidak bosan” (YUD, MEG, ELF wawancara tanggal 14 April 2014). “saya merencanakan media yang saya buat…dan media yang saya buat tersebut tidak hanya untuk mengisi waktu kosong. Maksudnya tidak asal digunakan saja” (REN, SAT, RIA wawancara tanggal 14 April 2014). Penggunaan media pembelajaran dalam meningkatkan prestasi belajar siswa harus didasarkan pada pertimbangan dan pengetahuan dari keterampilan guru membuat, menggunakan, dan menilai keefektifannya. Hal ini diketahui dari hasil wawancara berikut ini: “saya mengerti dan paham dengan media yang saya buat.” (NTR, SNL wawancara tanggal 16 April 2014). “ media yang saya buat adal media yang pernah saya pelajari di kampus” ( WEN,DAS, SIL, VIK, RIC wawancara tanggal 16 April 2014.) Berdasarkan hasil observasi peneliti menemukan bahwa mahasiswa PL telah memiliki kemampuan dan keterampilan dalam menggunakan media dalam melaksanakan pembelajaran. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: (1) media-media yang umumnya digunakan mahasiswa adalah media yang lazim diketahui, digunakan dan disediakan oleh sekolah; (2) media-media yang digunakan mahasiswa di luar yang disediakan sekolah adalah media yang dibuat sendiri oleh mahasiswa, baik dalam bentuk gambar maupun kegiatan yang direkayasa; dan (3) mahasiswa belum menggunakan media-media pembelajaran multimedia yang berbasis komputer. (observasi tanggal 15 April 2014).
91
Meskipun media-media pembelajaran yang digunakan sederhana tetapi terbukti dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Hal ini diketahui berdasarkan hasil wawancara berikut ini: “ LZA dan BET sudah baik dalam mengajar dan menggunakan media, anak-anak banyak yang aktif ketika mereka mengajar” (BSN wawancara tanggal 10 April 2014). “ ketika ketika DAR menggunakan media gambar dan media permainan dalam mengajar, anak-anak menjadi lebih semangat dikelas” (ZAI wawancara tanggal 10 April 2014) Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di atas dapat disimpulkan bahwa mahasiswa sudah menggunakan media pembelajaran ketika mengajar di sekolah praktek. Mahasiswa PL telah memiliki kemampuan dan keterampilan dalam menggunakan media dalam melaksanakan pembelajaranmeskipun mediamedia pembelajaran yang digunakan sederhana.
Permasalahan-Permasalahandalam Penerapan Media di Sekolah Praktek Permasalahan pertama dalam penerapan media pembelajaran di sekolah praktek oleh mahasiswa adalah kurangnya waktu dalam menggunakan media. Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan mahasiswa praktek diketahui bahwa waktu pembelajaran yang terlalu singkat membuat mahasiswa malas untuk membuat media karena takut tidak semua materi pelajaran disampaikan pada siswa. “ketika menggunakan media teka teki silang dalam belajar, materi yang saya ajarkan tidak semuanya tersampaikan. Karena terlalu asik menggunakan media permainan”(LZA wawancara tanggal 10 April 2014). “saya takut jika menggunakan media, tidak semua materi pelajaran dipahami oleh anak” (SST, SHD, BET wawancara tanggal 10 April 2014). . Permasalahan kedua dalam penerapan media di sekolah praktek adalah ketidakmampuan mahasiswa dalam menggunakan media. Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dilapangan dengan pamong diketahui bahwa masih ada mahasiswa praktek yang tidak menggunakan media dalam pembelajaran 92
karena mereka tidak menggetahui bagaimana menggunakan media yang sudah ada di sekolah seperti pemakaian LCD atau Infocus ( BUS, YFT, HRN wawancara tanggal 12 April 2014). Permasalahan ketiga dalam penerapan media di sekolah praktek adalah aliran listrik belum sampai pada ruang kelas sehingga mahasiswa tidak bisa menggunakan media yang telah mereka persiapkan (Observasi tanggal 21 April 2014). Permasalahan keempat dalam penerapan media di sekolah praktek adalah kurangnya pemahaman mahasiswa dalam menggunakan media. Permasalahan tersebut terungkap dari hasil wawancara berikut ini: “mahasiswa tersebut sudah membuat media dengan bagus tapi ketika menjelaskan kepada siswa, membuat materi yang diajarkan jadi berbeda dari maksud yang sebenarnya. Intinya adalah mahasiswa tidak memahami materi dari media yang mereka gunakan” (YRM, HRN wawancara tanggal 3 April 2014) Permasalahan kelima dalam penerapan media di sekolah praktek adalah manajemen kelas yang kurang baik tidak mendukung untuk menggunakan media pembelajaran.mahasiswa lebih memilih menulis di papan tulis (DAS, SIL, VIK wawancara tanggal 15 April 2014).
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di atas dapat disimpulkan bahwa permasalahan-permasalahan dalam pemanfaatan media di sekolah praktek adalah 1) waktu pembelajaran yang singkat, 2) faktor ketidakfahaman mahasiswa dalam menggunakan media, 3) aliran listrik belum sampai pada ruang kelas, 4) kurangnya pemahaman mahasiswa dalam menggunakan media dan 5) manajemen kelas yang kurang baik tidak mendukung untuk menggunakan media pembelajaran.
D. PEMBAHASAN
Kegiatan pembelajaran merupakan suatu proses interaksi yang kompleks melibatkan siswa, guru, metode, sumber, media, dan tujuan secara terpadu. Dalam konteks penggunaan media pembelajaran mahasiswa FKIP UMMY Solok telah dapat memanfaatkannya secara efektif. Hal ini dapat ditunjukkan oleh beberapa indikasi: (1) pemanfaatan media telah menunjang metode yang digunakan; (2) pemanfaatan media telah memudahkan anak menerima pelajaran; dan (3) media
93
dapat menyederahanakan proses pembelajaran yang kompleks dan mengkonkritkan materi yang abstrak. Dengan demikian pemanfaatan media pembelajaran yang telah dilakukan mahasiswa FKIP UMMY Solok telah memenuhi apa yang disarankan sertasesuai dengan kegunaan media dan fungsi pembelajaran. Pemanfaatan media telah mengefektifkan pembelajaran sehingga mempermudah siswa menerima pelajaran, memahami konsep yang abstrak dan menyederhanakan pembelajaran yang kompleks. Keefektifan penggunaan media dalam pembelajaran mahasiswa FKIP UMMY Solok antaralain ditunjukkan oleh gairah siswa mengikuti pembelajaran, dan aktivitas pembelajaran siswa menjadi lebih fokus.Penggunaan media memberikan kemudahan bagi mahasiswa FKIP UMMY Solok dalam mengelola pembelajaran dan meningkatkan prestasi belajar siswa. Khususnya dalam hal prestasi pembelajaran, menggunakan media meningkatkan motivasis dan prestasi belajar siswa seiring dengan meningkatnya kualitas pembelajaran . Efektivitas penggunaan media dalam meningkatkan prestasi belajar dimaksud telah relevan dengan apa yang diungkap Hamalik. Menurut Hamalik, tujuan pemanfaatan media pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar setelah terpenuhinya fungsi media pembelajaran, diantaranya: untuk mewujudkan situasi belajar yang efektif, mencapai tujuan, mempertinggi mutu pembelajaran. Hal ini karena penggunaan media adalah bagian integral dalam sistem pembelajaran.
E. SIMPULAN Kesimpulan dari penelitian ini adalah : 1) Mahasiswa PL telah memiliki kemampuan dan keterampilan dalam menggunakan media dalam melaksanakan pembelajaranmeskipun media-media pembelajaran yang digunakan sederhana, 2) Permasalahan-permasalahan dalam pemanfaatan media di sekolah praktek adalah a) waktu pembelajaran yang singkat, b) faktor ketidakfahaman mahasiswa dalam menggunakan media , c) aliran listrik belum sampai pada ruang kelas, d)kurangnya pemahaman mahasiswa dalam menggunakan media dan e)manajemen kelas yang kurang baik tidak mendukung untuk menggunakan media pembelajaran. Saran yang
94
dapat diberikan dalam penelitian ini adalah : 1) Mahasiswa hendaknya lebih siap dalam penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar, Mahasiswa harus selalu menggunakan
media
pembelajaran
sehingga
pembelajaran
menjadi
tidak
membosankan dan menambah semangat belajar anak dan anak menjadi aktif, 2) Sekolah hendaklah mengusahakan menambah atau menyempurnakan berbagai fasilitas yang dimiliki, baik mengenai fasilitas buku-buku pelajaran, maupun media pembelajaran sehingga dapat menunjang proses belajar mengajar yang efektif, 3) Fakultas memberi pembekalan yang optimal untuk melaksanakan proses belajar mengajar khususnya dalam pembuatan rancangan pembelajaran, media dan evaluasi pembelajaran.
DAFTAR KEPUSTAKAAN Anitah, Sri. (2008). Modul PLPG : Media Pembelajaran. Surakarta : Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13. Aref, S. Sadiman (dkk), 2003. Media Pendidikan (pengetian, perkembangan, dan pemanfaatannya), PT. Raja Grafindo Persada. Arsyad, Azhar. (2007). Media Pembelajaran.Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Azhar Arsyad, 2002. Media Pembelajaran, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Azwan Zain, dan Syaiful Bahri Djamarah, 2004, Strategi Belajar Mengajar, PT. Rineka Cipta, Jakarta. Margono, 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung. Muhtar, 2003. Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, CV. Misaka Galiza, Jakarta. Nana Sudjana, dan Ahmad Rifa’i 2002. Media Pengajaran, Sinar Baru Algensindo, Bandung. Nasution, S. Kurikulum dan Pengajaran, 1999. PT. Bumi Aksara, Jakarta. Nur Uhbiyati, 1999. Ilmu Pendidikan Islam, CV. Pustaka Setia, Bandung. Oemar Hamalik, 1994. Pengembangan Kurikulum dan Pengajaran di Perguruan Tinggi, Trigenda Karya, JakartaRahadi, Aristo.(2003). Media Pembelajaran.Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Tenaga Kependidikan. Prastowo, Andi. 2012. Metode Penelitian Kualitatif Dalam perspektif RancanganPenelitian. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Rudi, Susilana. 2008. Media Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima. Sanaky, Hujair AH. 2009. Media Pembelajaran. Yogyakarta: Safiria Insania Press. Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:Alfabeta. Suharsimi Arikunto, 1998. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek),PT. Rineka Cipta, Jakarta. Sumadi Surya Barata, 2003. Metodologi Penelitian, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
95
Suparman, Atwi. (2001). Desain Instruktional.Jakarta : Proyek Pengembangan Universitas Terbuka Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Sumiati. 2008. Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima. Wina, Sanjaya. 2006. Strategi Pembelajaran. Bandung: Kencana. Winkle, W.S. 2004. Psikologi Pengajaran, Jurusan Ilmu Pendidikan, FKIP Universitas Sanata Darma, Yogyakarta. Zaenal Aqib, 2002. Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran, PT. Insan Cendikia, Surabaya.
96
PENGGUNAAN KONJUNGTOR DALAM TUGAS MAHASISWA EKONOMI PADA MATA KULIAH BAHASA INDONESIA (MKU) UNIVERSITAS MAHAPUTRA MUHAMMAD YAMIN SOLOK Rini Wirasty, S.Si., M.Pd. Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP UMMY Solok Email : [email protected] ABSTRACT This research discusses about the use of conjunction on students’ assignments in the from of newspaper clippings. This study aims to determine the use of conjunction on newspaper. The method used in the study was a qualitative method that produces written data from the use of conjunction on studens' assgnments in the of clippings from local newspaper. Data collection techniques used wese (1) attached (clipping) on paper, (2) read clipping, (3) provide rencording, (4) classify the types of conjunction and (5) record all the data reganding the use of data analysis about conjunction. Techniques of analysis data wese (1) read the data, (2) classify the data, (3) discuss the data and (4) draw conclusions. Coordinative conjunctions include words dan, tetapi, serta, and atau. Subordinate conjunction incude the ketika, jika and kalau, agar and supaya. Based on the data above, coordinative conjunction was mostly used by using conjunction words dan meanwhile correlative conjunction was rarely to be used in the newspaper. Keyword: conjunction, indonesian language,studens’ assignment. A. PENDAHULUAN Bahasa yang digunakan
wartawan
dalam
menulis
di surat kabar di
namakan bahasa pers atau bahasa jurnalistik. Bahasa jusnalistik mempunyai sifatsifat yang khas yaitu singkat, padat, jelas, sederhana, lancar dan menarik. Sifat-sifat yang khas yaitu singkat, padat, jelas, sederhana, lancar dan menarik, tulisan dalam media cetak haruslah menarik, sehingga media cetak tersebut di minati pembaca. Dalam sebuah koran terdapat bermacam-macam artikel yang sangat penting dalam mendapatkan sebuah informasi. Dalam sebuah koran terdapat opini, surat pembaca, tajuk rencana, dan surat pembaca. Penelitian yang akan peneliti lakukan adalah tentang penggunaan konjungtor dalam tajuk rencana yang terdapat dalam sebuah koran. Konjungtor ini sangat penting dalam sebuah penulisan wacana. Di dalam tajuk rencana banyak penggunaan konjungtor, konjungtor inilah yang banyak terdapat kesalahan dalam penggunaannya. Seorang penulis dalam menghubungkan
97
sebuah kalimat dengan kalimat yang lainnya, Dengan mempergunakan kata penghubung yang tidak tepat. Hal ini disebabkan banyak jenis kata penghubung, diantarnya: kata hubung koleratif, kata hubung subordinatif, dan kata hubung koordinatif. Maka dalam penulisan tajuk rencana pentingnya konjungtor, karena untuk dapat mengetahui penggunaan kata hubung dengan tepat dan mudah dipahami oleh pembaca. Mengingat hal di atas perlu kiranya seorang penulis mendalami tentang kemampuan seseorang dalam menulis sesuatu. Sehingga dengan memahami kemampuan seorang penulis dalam mempergunakan konjungtor dalam menulis. Dalam hal ini penulis menerangkan penggunakan konjungtor tersebut. Menurut Alwi (2003:297), konjungtor dibagi menjadi empat (1) konjungtor kordinatif, (2) konjungtor subordinatif, (3) konjungtor korelatif, (4) konjongtor antar kalimat yang berfungsi sebagai tataran wacana. Begitu pentingnya konjungtor secara dalam menulis sebuah tulisan, maka diperlukan keterampilan penulis dalam memakai konjungtor yang tepat dan benar. Menurut Finoza (2008: 91), konjungtor adalah kata tugas yang berfungsi menghubungkan kata atau dua kalimat. Istilah konjungtor dikenal dengan kata hubung atau kata sambung. Sintaksis menurut Maksan (1994:51) adalah bidang ilmu bahasa yang mempelajari aturan-aturan tentang penyusunan kata-kata. Selanjutnya Sugono (1987:27) istilah sintaksis secara langsung diambil dari bahasa Belanda synataxis, dalam bahasa Inggris diguhakan istilah synatax. Jadi, sintaksis adalah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa dan flasa. Selanjutnya Keraf (1991: 173) sintaksis diambil dari bahasa Yunani: sun+tattein = bersama - sama + mengatur, yang artinya bagian dari tata bahasa yang mempelajari dasar-dasar dan proses-proses pembentukan kalimat dalam bahasa. Bedasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sintaksis ilmu yang mempelajari tentang ilmu bahasa yang mengatur penyusunan kata-kata.
B. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah kualitatif dan metode deskriptif Aminudin (1990:16) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif merupakan prosedur yang
98
menghasilkan data deskriptif, kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau prilaku yang diamati. Menurut Moleong (2002:6) dalam metode penelitian deskriptif data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angkaangka. Hal ini disebabkan adanya penerapan kualitatif. Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci apa yang kita teliti. Menurut Waluyo (1992:12), analisis deskriptif adalah penelitian yang hanya sampai pada pendeskripsian data saja atau tidak usah dibandingkan mengkolerasi data, kiranya deskriptif ini sangat penting untuk penelitian ini. Berdasarkan teori yang telah di kemukakan tersebut, maka penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif
dan menggunakan metode deskriptif. Karena data kualitatif
akan
dihasilkan data deskriptif, berupa data tertulis dari objek yang diteliti berupa tugas mahasiswa Fakultas ekonomi. Metode deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk menggambarkan suatu fenomena kebahasaan yang ditemukan dalam penggunaan konjungtor pada tugas mahasiswa. Instrumen Penelitian Menurut Moleong (2009:168) yang menjadi instumen dalam penelitin kualitaif adalah peneliti itu sendiri dan dibantu dengan alat yang dibutuhkan. Jadi, peneliti adalah sebagai instumen utama penelitian karena peneliti menjadi segalanya dari keseluruhan proses penelitian. Peneliti menggunakan alat bantu berupa lembaran pengamatan yang digunakan untuk mencatatan konjungtor yang ada dalam tugas mahasiswa Fakultas Ekonomi. Pada lembaran pencatatan berisi kolom-kolom yang terdapat mewujudkan kalimat-kalimat berikut ini:
99
Format Tabel: Konjungtor Koordinatif, Konjungtor Suborinatif, dan konjungtor korelatif pada tugas mahasiswa Fakultas Ekonomi.
No
Waktu Pengambilan Data
Konjungtor Konjungtor Konjungtor Koordinatif Subordinatif
Data
Konjungtor Korelatif
C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka jenis-jenis konjungtor yang terdapat dalam Tugas Mahasiswa Fakultas Ekomoni sebagai berikut: Konjungtor Koordinatif Penggunaan konjungtor koordinatif dapat dilihat pada: Konjungtor koordinatif adalah kata hubung yang menjadi penghubung antara satu bagian kata dengan kata yang lainnya. Dalam konjungtor koordinatif ada beberapa kata hubung diantaranya: dan, serta, atau, dan tetapi tiap-tiapnya memiliki fungsi dan penanda yang berbeda. Salah
satu contoh kalimat yang
menggunakan konjungtor koordinatif Data (2)
Terhadap kasus-kasus seperti pencurian semangka di sawah, dua butir kakao di kebun, buah randu jatuan, atau enam piring yang menimpa nenek Rasminah.
Kutipan di atas kata atau termasuk ke dalam salah satu jenis konjungtor khususnya
konjungtor
sebagaipenghubung
koordinatif.
klausa
Kata
pertama
atau
dengan
dalam
klausa
kutipan kedua.
di
atas
Kata
atau
berfungsisebagai penanda hubungan pemilihan klausa pertama dengan klausa kedua yang saling berkaitan. Data (4)
Aturan tersebut tidak berlaku untuk pencurian di ruang tertutup atau pekarangan berpakar.
Data (4) di atas kata atau termasuk ke dalam salah satu jenis konjungtor khususnya
konjungtor
koordinatif.
Kata
100
atau
dalam
kutipan
di
atas
sebagaipenghubung
klausa
pertama
dengan
klausa
kedua.
Kata
atau
berfungsisebagai penanda hubungan pemilihan klausa pertama dengan klausa kedua yang saling berkaitan. Data (24)
Memimpin dua pasukan elite negeri termiskin semenanjung arab tersebut garda republik dan keamanan pusat.
Kutipan di atas kata dan termasuk ke dalam salah satu jenis konjungtor khususnya
konjungtor
sebagaipenghubung
koordinatif.
klausa
pertama
Kata
dan
dengan
dalam klausa
kutipan kedua.
di
atas
Kata
dan
berfungsisebagai penanda hubungan penambahan klausa pertama dengan klausa kedua yang saling berkaitan. Kutipan di atas kata dan termasuk ke dalam salah satu jenis konjungtor khususnya
konjungtor
koordinatif.
sebagaipenghubung paragraf
Kata
dan
dalam
kutipan
di
atas
pertama dengan paragraf kedua. Kata dan
berfungsisebagai penanda hubungan penambahan paragraf
pertama
dengan
paragraf kedua yang saling berkaitan. Data (86)
dan selama ini demo tidak bisa menahan kenaikan harga itu.
Kutipan di atas kata dan termasuk ke dalam salah satu jenis konjungtor khususnya
konjungtor
koordinatif.
Kata
dan
dalam
kutipan
di
atas
sebagaipenghubung kata tingkah dengan klausa kedua. Kata dan berfungsisebagai penanda hubungan penambahan kata tingkah dengan klausa kedua yang saling berkaitan. Data (87) menikmati longefirst class , serta menginap dan menginap di hotel-hotel terbaik . Kutipan di atas kata dan termasuk ke dalam salah satu jenis konjungtor khususnya
konjungtor
koordinatif.
Kata
dan
dalam
kutipan
di
atas
sebagaipenghubung kata tingkah dengan klausa kedua. Kata dan berfungsisebagai penanda hubungan penambahan kata tingkah dengan klausa kedua yang saling berkaitan. Penggunaan konjungtor subordinatif Konjungtor subordinatif adalah konjungtor yang menghubungkan dua klausa atau lebih, klausa tersebut tidak memiliki status sintaksis yang sama, salah satu dari klausa itu merupakan anak kalimat. Kata ketika, jika, kalau, agar dan
101
supaya konjungtor subordinatif. Kata ketika, jika, kalau, agar dan supaya dipakai untuk menggunakan dua atau lebih klausa yang tidak memeliki sintaksis yang sama. Kata hubung ketika yang fungsinya sebagai menerangkan waktu. Data (5) Aturan itu juga hanya berlaku ketika terdakwa sudah diharapkan ke persidangan. Kutipan di atas kata ketikatermasuk ke dalam salah satu jenis konjungtor khususnya konjungtor subordinatif. Kata sebagaipenghubung
klausa
pertama
ketika dalam kutipan di atas
dengan
klausa
kedua.
Kata
ketika
berfungsisebagai penanda hubungan menerangkan waktu klausa pertama dengan klausa kedua yang saling berkaitan. Data (8) Lembaga yang mengurusi kaum beriman ini tidak lepas dari stigama gampang serong menyangkut uang Negara.Ketika mahasiswa antikorupsi bergerak pada awal 1970-an, lah satu sasarannya adalah deperteman Agama.
Kutipan di atas kata ketikatermasuk ke dalam salah satu jenis konjungtor khususnya konjungtor subordinatif. Kata
ketika dalam kutipan di atas
sebagaipenghubung klausa pertama dengan klausa kedua. Kata ketika berfungsi sebagai penanda hubungan menerangkan waktu klausa pertama dengan klausa kedua yang saling berkaitan. Data (15) Mereka tidak protes ketika pelayanan haji tidak cemerlang. Data di atas kata ketikatermasuk ke dalam salah satu jenis konjungtor khususnya konjungtor subordinatif. Kata sebagaipenghubung
klausa
pertama
ketika dalam kutipan di atas
dengan
klausa
kedua.
Kata
ketika
berfungsisebagai penanda hubungan menerangkan waktu klausa pertama dengan klausa kedua yang saling berkaitan. Data (17) Ini demi mereka agar tidak melanjutkan dibuai atau pension di penjara. Kutipan di atas kata agartermasuk ke dalam salah satu jenis konjungtor khususnya
konjungtor
sebagaipenghubung
subordinatif.
klausa
pertama
Kata
agar
dengan
dalam
klausa
kutipan
kedua.
di
Kata
atas agar
berfungsisebagai penanda hubungan menerangkan tujuan klausa pertama dengan klausa kedua yang saling berkaitan. Data (18) Kalau di tunda lagi,tahun depan.
102
Data di atas kata kalautermasuk ke dalam salah satu jenis konjungtor khususnya
konjungtor
subordinatif.
Kata
kalaudalam
kutipan
di
atas
sebagaipenghubung paragraf pertama dengan paragraf kedua. Kata kalau berfungsisebagai penanda hubungan menerangkan syarat paragraf pertama dengan paragraf kedua yang saling berkaitan. Penggunaan konjungtor korelatif Konjungtor koleratif adalah konjungtor yang berhubungan dengan dua kata, frasa atau klausa yang memiliki status sintaksis yang dipisahakan oleh salah satu kata, frasa atau klausa yang berhubungan. Dari kutipan di atas kata dengan demikian, sehingga baikdanmaupun berfungsi untuk menyempurnakan kalimat dan mudah dipahami oleh pembaca. Dengan demikian dan kata sehingga saling berhubungan, kerena mengubungkan dua kata yang saling melengkapi. Data (44) Baik pemerintah pusat mau punpemerintah daerah. Kutipan di atas kata baik dan maupuntermasuk ke dalam salah satu jenis konjungtor khususnya konjungtor korelatif. Kata baik dan maupun dalam kutipan di atas sebagaipenghubung kalimat pertama dengan kalimat kedua. Kata baik dan maupun berfungsi sebagai untuk menyempurnakan kalimat dan mudah dipahami oleh pembaca. Data (82) Bukan untuk memelihara kesejahteraan para aparat saja. Data di atas kata bukan termasuk ke dalam salah satu jenis konjungtor khususnya konjungtor korelatif. Kata bukan dalam kutipan di atas sebagai penghubung kalimat pertama dengan kalimat kedua. Kata bukan berfungsi sebagai untuk menyempurnakan kalimat dan mudah dipahami oleh pembaca. Data (85) Hingga tahun keempat belas kita masih punya energi untuk marah kepada sesuatu yang berulang. Data di atas kata hingga termasuk ke dalam salah satu jenis konjungtor khususnya
konjungtor
korelatif.
Kata
hingga
dalam
kutipan
di
atas
sebagaipenghubung kalimat pertama dengan kalimat kedua. Kata hingga berfungsi sebagai untuk menyempurnakan kalimat dan mudah dipahami oleh pembaca. Data (97) Sedemikian rupa, sehingga mampu mengangkut ton solar. Kutipan di atas kata sedemikian rupa dan sehingga termasuk ke dalam salah satu jenis konjungtor khususnya konjungtor korelatif. Kata sedemikian rupa dan
103
sehingga dalam kutipan diatas sebagaipenghubung kalimat pertama dengan kalimat kedua. Kata sedemikian rupa dan sehingga berfungsi
sebagai
untuk
menyempurnakan kalimat dan mudah dipahami oleh pembaca. Data di atas kata dengan demikian, sehingga baik dan maupun berfungsi untuk menyempurnakan kalimat dan mudah dipahami oleh pembaca. Dengan demikian dan kata sehingga saling berhubungan, kerena mengubungkan dua kata yang saling melengkapi. Konjungtor koleratif adalah konjungtor yang berhubungan dengan dua kata, frasa, atau klausa yang memiliki status sintaksis yang sama.
D. SIMPULAN Konjungtor merupakan kata tugas yang berfungsi menghubungkan dua satuan bahasa seperti kata dengan kata dan kalimat dengan kalimat sehingga ke koherasian. Konjungtor dalam sebuah kalimat dibagi menjadi tiga jenis yaitu: konjungtor koordinatif, konjungtor subordinatif dan konjungtor korelatif. Konjungtor koordinatif adalah kata hubung yang menghubungkan dua unsure atau lebih sama pentingnya.Konjungtor subordinatif adalah kata hubung yang menghubungkan dua klausa atau lebih, klausa tersebut memiliki status sintaksis
yang
sama.Konjungtor
korelatif
adalah
kata
hubung
yang
menghubungkan dua kata atau lebih yang memiliki status sintaksis yang di pisahkan oleh salah satu kata atau kalimat yang saling berhubungan.
DAFTAR KEPUSTAKAAN Alwi, Hasan. 2000. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Alwi, Hasan, Dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai pustaka. Aminudin. 1990. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Balai Pustaka. Anipudidin, dkk. 2005. Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMP Kelas IX. Solo: Depdiknas. Anwar, Rosihan. 1984. Bahasa Jurnalistik dan Komposisi. Jakarta: Pradya Paramita. Arikunto, Suharsimi. 2006. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya. Chear, Hasan. 2003. Lingustik Umum. Jakarta: Rineka Cipta. Finoza, Lamuddin. 1993. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi. Keraf, Gorys. 1991. Tata Bahasa Rujukan Bahasa Indonesia. Jakarta: Grasindo. Kridaklaksana, Harimurti. 1990. Kelas Kata Dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia. Moleong. Lexy. 2009. Metedologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Roda Karya.
104
Ramlan, M. 1985. Tata Bahasa Indonesia Penggolangan Kata. Yogjakatra: Andi Offset Yoyjakarta. Sugono, Dendi . 1987. Berbahasa Indonesia yang benar. Jakarta: Puspawa Yasin, Sulchan. 1987. Tinjuan Deskriptis Seputar Morfologi. Surabaya: Usaha Nasional. Waluyo, Herman J. 1992. Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra. Surakarta: Sebelas Maret University Press.
105
KEMISKINAN DAN PENGENTASAN KEMISKINAN DI SUMATERA BARAT
Ripho Delzy Perkasa Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP UMMY Solok Email : [email protected]
ABSTRACT Poverty is a problem that continues to be the focus of attention for the government. Various policy was adopted by the government to break the chain of poverty that continues to imprison people to escape from poverty. Poverty has made millions of children can not get an education of quality, difficulty to finance health care, lack of savings and lack of investment, lack of access public service, lack of jobs, lack of social security and social protection and the protection of the family, the strengthening of urbanization to the town and more severe poverty causes millions of people can not meet the needs of food, clothing and shelter as appropriate so that they can be said to be prosperous. In this paper the authors restrict the study of poverty and government policies in poverty reduction in West Sumtera. This research method is the study of literature. The findings from the data obtained can be seen that the level of poverty in Sumatra Barat from the years 2005-2010 continued to decline. In 2005 the number of poor people amounted to 482 800 with a percentage of 10.89%. In 2006 the number of poor people in West Sumatra experienced an increase of 550 251 inhabitants with a percentage of 12.51%. In this year poverty level are far greater than what is expected in the amount of 12.07%. Likewise, in 2007 the level of poverty in western Sumatra also incompatible with yag expected by the government in the amount of 11.26%. In this year the number of poor people in West Sumatra amounting to 529 200 with a percentage of 11.90% .. In 2008 the number of poor people in West Sumatra has decreased and the level of poverty in West Sumatra is far below that have been targeted by the government at 10 , 85%. This year the amount of poverty in West Sumatra recorded 477 200 inhabitants with a percentage of 10.67%. So also in 2009 and 2010 the number of poor recorded is also less than the target set by the government. Keywords : Poverty, West Sumatera
A. PENDAHULUAN Kemiskinan merupakan permasalahan yang terus menjadi fokus perhatian bagi pemerintah. Berbagai kebijakan pun ditempuh oleh pemerintah untuk memutus mata rantai kemiskinan yang terus membelenggu masyarakat agar terlepas dari jeratan kemiskinan. Kemiskinan telah membuat jutaan anak-anak tidak
bisa
mengenyam pendidikan yang berkualitas, kesulitan membiayai kesehatan, kurangnya tabungan dan tidak adanya investasi, kurangnya akses kelayanan publik,
106
kurangnya lapangan pekerjaan, kurangnya jaminan sosial dan perlindungan sosial dan perlindungan terhadap keluarga, menguatnya arus urbanisasi ke kota dan yang lebih parah kemiskinan menyebabkan jutaan rakyat tidak dapat memenuhi kebutuhan pangan, sandang dan papan sebagai mana mestinya agar mereka dapat dikatakan sejahtera. Kemiskinan juga telah menyebabkan masyarakat rela mengorbankan apa saja untuk demi kelansungan hidup mereka, mereka bekerja menguras tenaga untuk memproduksi suatu barang yang jelas merupakan keuntungan bagi seorang produsen dengan harapan mereka mendapatkan penghasilan yang sesuai dengan pekerjaan mereka, namun kenyataannya upah yang mereka terima sangat rendah. Kemiskinan yang terus membelenggu juga berdampak pada tingginya tingkat kriminalitas, tindakan tersebut mereka lakukan hanya satu alasan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Dalam kenyatan yang terjadi di Sumatera Barat, penanggulangan kemiskinan yang telah dilakukan masih belum bisa dikatakan optimal. Jumlah penduduk miskin masih cukup besar artinya disini jumlah penduduk miskin yang ada termasuk daerah yang memiliki jumlah penduduk miskin yang jumlahnya tidak sedikit. Menurut hasi yang diperoleh jumlah penduduk miskin yang ada di Sumatera Barat terus berfluktuasi. Tingkat kemiskinan yang berfluktuasi tersebut dapat dilihat dari data yang diperoleh dari BPS tahun 2005-2010 sebagai berikut: Tabel 1. Tingkat Kemiskinan di Sumatera Barat tahun 2005-2010 Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Penurunan
Jiwa 482.800 550.251 529.200 477.200 429.250 430.024
% 10,89 12,51 11,90 10,67 9,54 9,50 0,04
Garis Kemiskinan Rp 140.962 perkapita / bulan Rp 146.781 perkapita/ bulan Rp 180.669 perkapita / bulan Rp 195.733 perkapita/ bulan Rp 217.649 perkapita/ bulan Rp 230.823 perkapita / bulan
Sumber: BAPPEDA Sumbar
Dari data yang diperoleh dapat dilihat bahwasanya tingkat kemiskinan yang terdapat di Sumatera Barat dari tahun 2005-2010 terus mengalami penurunan. Pada tahun 2005 jumlah penduduk miskin berjumlah 482.800 dengan persentase 10,89%. Pada tahun ini penduduk dikatakan miskin jika tingkat pendapatan perkapita yang mereka terima ≤ Rp 140.962 per bulannya. Pada tahun 2006 jumlah penduduk miskin yang ada di Sumatera Barat mengalami peningkatan sebesar 550.251 jiwa 107
dengan persentase 12,51%. Pada tahun ini tingakat kemiskinan yang ada jauh lebih besar dari apa yang diharapkan yaitu sebesar 12,07%. Pada tahun ini penduduk dikatakan miskin jika tingkat pendapatan perkapita yang mereka terima sebesar ≤ Rp 146.781 perbulannya. Begitu juga pada tahun 2007 tingkat kemiskinan yang terjadi di Sumatera barat juga tidak sesuai dengan yag diharapkan oleh pemerintah yaitu sebesar 11,26%. Pada tahun ini jumlah penduduk miskin yang ada di Sumatera Barat sebesar 529. 200 dengan persentase 11,90%. Ditahun ini penduduk dikatakan miskin jika tingkat pendapatan perkapita yang mereka terima sebesar ≤ 180.669 perbulannya. Pada tahun 2008 jumlah penduduk miskin di Sumatera Barat mengalami penurunan dan tingkat kemiskinan di Sumatera Barat jauh dibawah yang sudah ditargetkan oleh pemerintah yaitu sebesar 10,85%. Pada tahun ini jumlah kemiskinan di Sumatera Barat tercatat 477.200 jiwa dengan persentase 10,67%. Pada tahun ini pendududk dikataka miskin jika penduduk menerima pendapatan perkapita ≤ Rp 195.733 perbulannya. Begitu juga pada tahun 2009 dan 2010 jumlah penduduk miskin yang tercatat juga kurang dari target yang ditetapkan oleh pemerintah. Ditahun 2009 target tingkat kemiskinan yang ditetapkan pemerintah adalah sebesar 10.44%. kenyataanya pada tahun ini jumlah penduduk miskin yang tercatatat adaalah sebesar 429.250 dengan persentase 9,54%. Pada tahun ini penduduk dikatakan miskin jika pendapatan perkapita yang mereka terima ≤ Rp 217.649 perbulannya. Pada tahun 2010 terjadi penerunan jumlah penduduk miskin sebesar 0,04% yaitu 430.024 dengan persentase 9,50%. Pada tahun ini penduduk dikatakan miskin jika pendapatan perkapita yag mereka terima ≤ Rp 230.823 perbulannya. Dari paparan yang telah diuraikan diatas hendaknya dapat menjadi acuan bagi pemerintah agar dalam menetapkan kebijakan-kebijakan lebih menitik beratkan pada hal bagaimana kebijakan tersebut dapat menjawab persoalan yang dihadapi oleh masyarakat miskin. Sehingga dengan kebijakan yang ada dapat mengurangi tingkat kemiskinana dan pengangguran yang ada di Sumatera Barat. Konsep tentang kemiskinan sangat beragam, mulai dari sekedar ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar dan memperbaiki keadaan, kurangnya kesempatan berusaha, hingga pengertian yang lebih luas yang memasukkan aspek sosial dan moral. Kemiskinan juga terkait dengan sikap, budaya
108
hidup, dan lingkungan dalam suatu masyarakat atau yang mengatakan bahwa kemiskinan merupakan ketidakberdayaan sekelompok masyarakat terhadap system yang diterapkan oleh suatu pemerintah sehingga mereka berada pada posisi yang sangat lemah dan tereksploitasi (kemiskinan struktural). Tetapi pada umumnya, ketika orang berbicara tentang kemiskinan yang dimaksud adalah kemiskinan material. Dengan pengertian ini maka seseorang masuk dalam kategori miskin apabila tidak mampu memenuhi standar minimum kebutuhan pokok untuk dapat hidup secara layak. Bappenas (2004) mendefenisikan kemiskinan sebagai kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang yang tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Hakhak dasar masyarakat antara lain terpenuhinya kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan, sumber daya alam dan lingkungan hidup, rasa aman dari perlakuan dan ancaman tindak kekerasan dan hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial-politik baik bagi perempuan maupun laki-laki. Untuk mewujudkan hak-hak dasar masyarakat Bappenas menggunakan pendekatan kebutuhan dasar (basic needs approach), pendekatan pendapatan (income approach), pendekatan kemampuan dasar (human capability approach), dan pendekatan objective and subjective. Menurut Bank Dunia (2003) penyebab dasar kemiskinan adalah: 1) kegagalan kepemilikan terutama tanah dan modal, (2) terbatasnya ketersediaan bahan kebutuhan dasar sarana dan prasarana, (3) kebijakan pembangunan yang bias kota dan bias sektor, (4) adanya perbedaan kesempatan diantara masyarakat dan system yang kurang mendukung, (5) adanya perbedaan sumber daya manusia dan perbedaan antara sector ekonomi tradisional dan ekonomi modern, (6) rendahnya produktivitas dan tingkat pembentukan modal dan masyarakat, (7) budaya hidup yang dikatkan dengan kemampuan seseorang mengelola sumber daya alam dan lingkungannya. Lebih lanjut menurut Bank Dunia indikator utama kemiskinan adalah kepemilikan tanah dan modal yang terbatas, terbatasnya saran prasarana yang dibutuhkan, pembangunan yang bias kota, perbedaan kesempatan diantara kelompok masyarakat, perbedaan sumber daya manusia sektor ekonomi, rendahnya produktivitas, budaya hidup yang jelek tata pemerintahan yang buruk.
109
Menurut Meier dan James E Rauch (2008:18) kemiskinan ditekankan pada kebutuhan dimana kemiskinan adalah berupa ketidakmampuan suatu masyarakat untuk mencapai standar kehidupan minimal. Disisi lain menurut Haryana (2008:1) mengemukakan bahwa kemiskinan dapat didefinisikan sebagai kondisi dimana seseorang, laki-laki dan perempuan tidak terpenuhi hak-hak untuk memperoleh atau mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermakana. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kemiskinan adalah kondisi dimana seseorang tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar dalam kehidupan mereka sebagai individu.
B. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi literatur atau studi kepustakaan yang dijadikan sebagai referensi dalam menganalisis persoalanpersoalan yang muncul, terutama mengenai masalah kemiskinan di Sumatera Barat.
C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Kemiskinan Sumtera Barat Sumatera Barat juga tidak terlepas dari masalah kemiskinan. Angka kemiskinan mengalami fluktuasi dari tahun ketahunnya. Salah satu factor penyebab penduduk masuk pada kriteria garis penduduk miskin ditandai dengan pendapatn perkapita mereka yang rendah perbulannya. Dengan tingkat pendapatan mereka yang rendah tersebut tentunya mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka sehingga pada akhirnya mereka tergolong dalam dalam penduduk miskin. Tabel 2. Tingkat Kemiskinan di Sumatera Barat tahun 2005-2010 Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Penurunan
Jiwa 482.800 550.251 529.200 477.200 429.250 430.024
% 10,89 12,51 11,90 10,67 9,54 9,50 0,04
Garis Kemiskinan Rp 140.962 perkapita / bulan Rp 146.781 perkapita/ bulan Rp 180.669 perkapita / bulan Rp 195.733 perkapita/ bulan Rp 217.649 perkapita/ bulan Rp 230.823 perkapita / bulan
Sumber: BAPPEDA Sumbar
Dari data yang diperoleh dapat dilihat bahwasanya tingkat kemiskinan yang terdapat di Sumatera Barat dari tahun 2005-2010 terus mengalami penurunan. Pada tahun 2005 jumlah penduduk miskin berjumlah 482.800 dengan persentase 10,89%.
110
Pada tahun ini penduduk dikatakan miskin jika tingkat pendapatan perkapita yang mereka terima ≤ Rp 140.962 per bulannya. Pada tahun 2006 jumlah penduduk miskin yang ada di Sumatera Barat mengalami peningkatan sebesar 550.251 jiwa dengan persentase 12,51%. Pada tahun ini tingakat kemiskinan yang ada jauh lebih besar dari apa yang diharapkan yaitu sebesar 12,07%. Pada tahun ini penduduk dikatakan miskin jika tingkat pendapatan perkapita yang mereka terima sebesar ≤ Rp 146.781 perbulannya. Begitu juga pada tahun 2007 tingkat kemiskinan yang terjadi di Sumatera barat juga tidak sesuai dengan yag diharapkan oleh pemerintah yaitu sebesar 11,26%. Pada tahun ini jumlah penduduk miskin yang ada di Sumatera Barat sebesar 529. 200 dengan persentase 11,90%. Ditahun ini penduduk dikatakan miskin jika tingkat pendapatan perkapita yang mereka terima sebesar ≤ 180.669 perbulannya. Pada tahun 2008 jumlah penduduk miskin di Sumatera Barat mengalami penurunan dan tingkat kemiskinan di Sumatera Barat jauh dibawah yang sudah ditargetkan oleh pemerintah yaitu sebesar 10,85%. Pada tahun ini jumlah kemiskinan di Sumatera Barat tercatat 477.200 jiwa dengan persentase 10,67%. Pada tahun ini pendududk dikataka miskin jika penduduk menerima pendapatan perkapita ≤ Rp 195.733 perbulannya. Begitu juga pada tahun 2009 dan 2010 jumlah penduduk miskin yang tercatat juga kurang dari target yang ditetapkan oleh pemerintah. Ditahun 2009 target tingkat kemiskinan yang ditetapkan pemerintah adalah sebesar 10.44%. kenyataanya pada tahun ini jumlah penduduk miskin yang tercatatat adaalah sebesar 429.250 dengan persentase 9,54%. Pada tahun ini penduduk dikatakan miskin jika pendapatan perkapita yang mereka terima ≤ Rp 217.649 perbulannya. Pada tahun 2010 terjadi penerunan jumlah penduduk miskin sebesar 0,04% yaitu 430.024 dengan persentase 9,50%. Pada tahun ini penduduk dikatakan miskin jika pendapatan perkapita yag mereka terima ≤ Rp 230.823 perbulannya. Selain degan rendahnya pendapatan perkapita penduduk maka salah satu faktor yang identik dengan kebutuhan pokok yaitu kebutuhan pangan. Indikator yang dapat menunjukkan tingkat tingkat kesejahteraan penduduk adalah tingkat kecukupan gizi yang disajikan dalam unit kalori dan protein. Apabila patokan yang digunakan untuk menentukan tingkat kecukupan konsumsi kalori dan protein perkapita perhari adalah patokan Departeman Pertanian, yaitu 2000 kalori dan 45
111
gram protein maka rata-rata konsumsi kalori penduduk Sumatera Barat tahun 2002 (BPS) sudah memenuhi standar yaitu sebesar 2109,11 kalori. Begitu juga dengan rata-rat konsumsi protein yaitu sebesar 55,98 gram sudah diats standar. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa rata-rata konsumsi kalori dan protein perhari penduduk Sumatera Barat sudah memenuhi standar yang ditentukan. Walaupun tingkat konsumsi kalori dan protein penduduk sudah memenuhi standar yang ditentukan, akan tetapi kemiskinan masih tetap ada dan sangat sulit untuk dientaskan. Hal ini disebabkan oleh adanya suatu lingkaran yang melingkupi pendudk miskin tersebut. Oleh karena itu cara yang paling tepat yang harus dilakukan adalah dengan memutuskan rantai kemiskinan tersebut. Langkah tersebut memang tidak mudah karena tidak bisa dilakukan dari satu sisi saja. Akan tetapi semua aspek yang ada dalam lingkaran sama-sama dibangun. Artinya kebijakan pembangunan yang paling tepat adalah menetapkan kebijakan-kebijakan yang berpihak pada penduduk miskin agar dapat terlepas dari lingkaran kemiskinan yang selalu membelenggu. Selain itu pembangunan diseluruh bidang harus digalakkan agar dapat saling mendukung guna mengentaskan masalah kemiskinan yang terjadi. Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan upaya dalam mengatasi kemiskinan yang melanda Sumatera Barat dengan kebijakan-kebijakan yang bersifat berkelanjutan agar tujuan untuk menuntaskan masalah kemiskinan dapat tercapai.
Kebijakan dan Kemiskinan
Program
Pemerintah
Dalam
Penanganan
Masalah
Masalah kemiskinan di Sumatera Barat yang terus ada dan bersifat khas digabung dengan prioritas pemerintah dan kemampuan finansial terbatas untuk menangani masalah kemiskinan masih jauh dari apa yang diharapkan. Akan tetapi pemerintahan tidak tinggal diam begitu saja dan melihat atau menjadi penononton yang baik dalam menghadapi permasalahan ini. Berbagi cara sudah dilakukan oleh pemerintahan daerah Sumatera Barat, mulai dari peningkatan anggran yang terkait dengan penanggulangan kemiskinan dan program /kegiatn yang sangat mendukung program pengentasan kemiskina. Selama ini kebijakan penanggulangan kemiskinan didesain secara sentralistik, namun dengan adanya pemberian otomi daerah yang seluas-luasnya
112
kepada pemerintahan daerah masing-masing maka pemerintahan Sumatera Barat telah berupaya untuk dapat mengenaskan kemiskinan secara efektif dan efisien. Peningkatan anggaran yang diperuntukkan untuk menjalankan program-program pengentasan kemiskinan pun dilakukan. Peningkatan anggaran dapat dilihat dari tabel sebagai berikut: Tabel 3. Alokasi Anggaran Terkait Penanggulangan Kemiskinan Tahun 2007-2009 Tahun Alokasi Anggaran 2007
1.075.505.411.441
2008
1.188.010.093.813
2009
1.197.653.997.283
Sumber: BAPPEDA SUMATERA BARAT
Berdasarkan data yang diperoleh dapat dilihat bahwa pemerintah benarbenar serius dalam mengatasi masalah kemiskinan yang ada. Pada tahun 2007 telah dialoksikan dana sebesar Rp 1.075.505.411.441. Dana tersebut diperoleh dari APBD daerah sebesar Rp 711.305.586.091, P2KP sebesar Rp 26.900.000.000-, PPK sebesar Rp 59.321.366.351-,PPIP sebesar 27.000.000.000-, BOS sebesar Rp 250.978.459.000-, Raskin dalam bentuk beras sebesar 323.252.000 kg. Pada tahun 2008 dan 2009 terjadi peningkatan anggaran yang bertujuan untuk penanggulangan kemiskinan yang terjadi di Sumatera Barat. Tahun 2008 telah dianggarkan dana sebesar Rp 1.188.010.093.813-, dan ditahun 2009 meningkat menjadi Rp 1.197. 653.997.283-,. Dari anggaran tersebut dilaksanakanlah program-program kemiskinan yang bersifat kerakyatan. Artinya program tersebut benar-benar ditujukan bagi penduduk yang masuk dalam kategori miskin. Adapun program /kegiatan yang telah dilakukan dalam penanggulangan kemiskinan tahun 2010 yaitu: Tabel 4. Program/Kegiatan penanggulangan kemiskinan tahun 2010 Uraian Pendidikan
Program/kegiatan Bea siswa anak keluarga miskin yang kurang mamputingkat SLTP Penyediaan bea siswa bagi mahasiswa dari keluarga tidak mampu Beasiswa bagi keluarga miskin berprestasi di Timur Tengah
113
Alokasi Dana 10,3 M 6 M 1,1 M
Kesehatan
Pengelolaan air minum dan air limbah Kesejahteraan sosial Tenaga kerja
Jamkesda Pemulangan dan rujukan pasien miskin Jasa pemulangan dan pengobatan pasien Pelayan penduduk miskin Kesehatan rujukan pasienkeluarga miskin dan terlantar Monev pamsimas Kooerdinasi pamsimas Koordinasi P2KP Koordinasi dan monev KMN Koordinasi perencanaan dan penanggulangan kemiskinan Pengadaan beras untuk panti swasta
Pendidikan dan pelatihan keterampilan Padat karya produktif Raskin Koordinasi dan pengawasan pendistribusian beras bagi keluarga miskin Pemberdayaan Penunjang PNPM masyarakat KMN
3,5 M 90 Juta 39 Juta 610 Juta 180 Juta 100 Juta 95 Juta 100 Juta 225 Juta 75 Juta 2.1 M 2,5 m 1,78 M 40 Juta 2 M 28 M
Sumber: BAPPEDA Sumatera Barat.
Dari data diatas terlihat bahwa fokus kegiatan program pengentasan kemiskinan
pemerintah
terfokus
pada
bidang
pendidikan
dan
bidang
ketenagakerjaan. Dalam bidang pendidikan alokasi dana yang sudah dikucurkan adalah ± Rp 17,4 milyar yang dignakan untuk sebagian besar adalah pemberian beasiswa bagi anak-anak yang berasal dari keluarga miskin. Selain itu peningkatan kwalitas tenaga kerja juga menjdi fokus perhatian pemerintah. Alokasi dana yang sudah diturunkan adalah sebesar ± Rp 4,3 milyar yang sebagian besar digunakan untuk pendidikan dan pelatihan dan keterampilan. Fokus kegiatan pada bidang pendidikan dan tenaga kerja ini diharapkan dapat meningkatkan kwalitas keberfungsian penduduk. Dengan taraf pendidikan yang meningkat diharapkan dapat menjadi pekerja yang terdidik dengan tingkat produktifitas yang tinggi sehingga nantinya pendapatan yang akan mereka terima nantinya juga akan semakin tinggi yang akhirnya dapat merubah kehidupan penduduk dan terlepas dari kemiskinan yang membelenggu. Program yang telah dilakukan oleh pemerintah tersebut mempunyai dam dampak yang positif terhadap berkurangnya penduduk miskin dan pengangguran yang ada di Sumatera Barat. Dari data yang diperoleh dapat dilihat bahwa tingkat
114
kemiskinan dan pengangguran di Sumatera Barat lebih rendah jika dibandingkan tingkat kemiskinan dan pengangguran secara nasional. Tabel 5. Penurunan jumlah pengangguran di Sumatera Barat tahun 20052010 Tahun Sumatera Barat Nasional Orang % Orang % 2005 264.307 13,34 11.899.270 11.24 2006 243.525 11,87 10.093.200 10,28 2007 217.305 10.31 10.011.140 9,11 2008 171.134 8,04 9.394.520 8,39 2009 172.253 7,90 9.258.964 8,14 2010 172.084 Sumber: BAPPEDA Sumatera Barat
Dari data yang diperoleh informasi bahwa program yang dilakukan untuk mengatasi kemiskinan yang berfokus pada peningktan kwalitas tenaga kerja telah dirasakan dampaknya terhadap tingkat pengangguran yang semakin menurun. Jika dilihat pada tahun 2005-2007 tingkat pengangguran yang ada di Sumatera Barat lebih besar jika dibandingkan tingkat pengangguran secara nasional. Pada tahun 2005 persentase jumlah pengangguran adalah sebesar 13,34% sedangkan secara nasional adalah sebesar 11,24%. Begitu juga pada tahun 2006 dan 2007. Akan tetapi pada tahun 2008 dan 2009 persentase pengangguran yang ada di Sumatera Barat bisa dikatakan lebih rendah jika dibandingkan dalam skala nasional. Kenyataan tersebut bisa diasumsikan karena adanya kebijakan dan programprogram yang dilakukan benar-benar bersifat kerakyatan dan berpihak kepada penduduk miskin(option for the poor). Selain program yang telah dilakukan diatas pemerintah juga sudah melakukan bagaimana cara untuk memutuskan pewarisan kemiskinan antar generasi, hak anak dan peranan perempuan. Kemiskinan yang seringkali diwariskan dari generasi kegenerasi berikutnya. Karena itu rantai pewarisan kemiskinan harus diputus. Meningkatkan pendidikan dan peranan perempuan dalam keluarga adalah salah satu cara untuk memutus rantai kemiskinan. Benerapa program yang dikembangkan adalah: 1) Program pemberian bantuan sarana dan beasiswa untuk masyarakat miskin, 2) Program pemberian makanan tambahan bagi anak-anak miskin di sekolah, 3) Program magang , dan 4) Program pemberdayaan perempuan melalui kegiatan produktif.
115
DAFTAR KEPUSTAKAAN Bappeda Sumbar, 2010. Target dan Capaian Penanggulangan Kemiskinan di Sumatera Barat . Padang. Bappeda Bappenas, 2004. Karakteristik Masyarakat Miskin. Bappenas Gregorius s. 2005. Ekonomi Rakyat dan Kemiskinan. (http// www.ekonomirakyat.com diakses pada tanggal 08 Januari 2011). Jhingan M.L. 2000. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta: CV Rajawali Todaro, Michael P dan C Smith. 2003. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jakarta: Erlangga.
116
PENGARUH MOTIVASI KARIR DAN PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP MINAT UNTUK MENGIKUTI PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI (PPAK) (Studi Empiris Pada Universitas Mahaputra Muhammad Yamin Solok) Siska Yulia Defitri, SE. M.Si Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Mahaputra Muhammad Yamin Emai: [email protected]
ABSTRACT This study aimed to examine the effect of career motivation and perception of acconting students to enthusiasm following the accounting profession edutation (PPAK) at the university mahaputra Muhammad yamin solok. The population used is whole accounting students enrolled in the second semester of 2014/2015 academic year at the university mahaputra Muhammad yamin, while the sample is selection criteria for accounting students who have followed the course of auditing 1. The type of data used are primary data. The analytical method test, multiple linear regression, f test, t test, and the coefficient of determination. The results showed that the variables of career motivasion and student perceptions of accounting silmultan no influence on interest following the accounting profession education (PPAK). Partially career motivation significantly influence following the accounting profession education (PPAK) and the perception of accounting students a significant effect on the interest to follow the accounting profesission education. Keywords:
Motivation, Perception of Accounting Students, Accounting Profession Education (PPAK).
A. PENDAHULUAN Perencanaan karir merupakan hal yang sangat penting untuk mencapai kesuksesan dalam karir, tetapi kebanyakan orang tidak punya perencanaan karir yang baik karena kekhawatiran ketidakpastian masa depan yang akan dijalani. Peluang dan kesempatan yang sangat terbatas membuat orang takut untuk merencanakan apa yang akan dipilih untuk dijalani. Banyak pilihan profesi yang dapat diambil tergantung faktor –faktor yang melatar belakangi, pendidikan tinggi memiliki tantangan dalam menghasilkan kualitas
lulusannya yang selalu
dipertanyakan oleh masyarakat. Penyebab utama seorang lulusan sarjana yang ingin meneruskan pendidikan akademiknya ataupun memilih langsung bekerja dikarenakan adanya berbagai motivasi yang dimilikinya. Diperlukan motivasi dari dalam diri mahasiswa terhadap minat untuk melakukan perencanaan karir mahasiswa setelah menjadi sarjana akuntansi, yang
117
diharapkan dapat mencapai tujuan yang diinginkan mahasiswa tersebut. Penelitian ini lebih memfokuskan pada profesi akuntan sebagai Akuntan Publik disebabkan oleh pertimbangan sebagai berikut Agoes Soekrisno, (2003) dalam Linda Mayasari, (2008).: (1) Profesi Akuntansi Publik sepenuhnya tergantung pada kepercayaan masyarakat, ini dibuktikan dengan beberapa kasus dimana betapapun hebat seseorang Akuntan Publik tidak ada artinya bila kepercayaan masyarakat sudah luntur. (2) Pada statement of Financial Accounting No 1, Financial Accounting Standard Board menyatakan bahwa Akuntan Publik mengembangkan tugas yang stategis yaitu menjamin alokasi modal yang efesien dalam perekonomian. (3) Akuntan Publik adalah profesi yang berhubungan dengan publik dan digunakan oleh publik, atau kelompok publik tertentu, bias pemerintah, investor, pelaku pasar modal maupun masyarakat umum. (4) Pihak yang diberi izin oleh yang bewewenang untuk mengaudit dan menandatangani laporan hasil audit adalah Akuntan Publik. Kenyatan dari perkembangan lulusan S1 Akuntansi tersebut ternyata menimbulkan kesenjangan kompentansi dalam bidang teori dan praktek yang menyebabkan seringnya terjadi kasus terkait profesi Akuntan, khususnya profesi Akuntan Publik. Ini semua menyebabkan timbulnya keraguan terhadap lulusan akuntansi, maupun keandalan pendidikan tinggi akuntansi dalam menghasilkan tenaga akuntansi yang professional di indonesia. Dengan dimulainya pelaksanaan program PPAK, maka gelar akuntan bukan lagi dimonopoli Perguruan Tinggi Negri (PTN) tertentu yang diberi hak istimewa oleh Depdiknas, tetapi sudah menjadi hak bersama bagi semua perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta. Dengan demikian dapat diharapkan para akuntan di masa akan datang, khususnya dalam era globalisasi ekonomi abad 21, akan menjadi akuntan yang professional dan siap menghadapi persaingan di tingkat global. Lulusan PPAK diharapkan memiliki daya saing yang lebih tinggi dibandingkan dengan para sarjana yang tidak memilki predikat Akuntan (Nanda Estie Yuneriya, Aris Eddy Sarwono, Djoko Kristianto ,2013). Tujuan dari Penelitian ini adalah : 1) Untuk mengetahui pengaruh motivasi karir dan persepsi mahasiswa terhadap minat untuk mengikuti pendidikan profesi akuntansi (PPAK) secara parsial, dan 2) Untuk mengetahui pengaruh motivasi karir
118
dan persepsi mahasiswa akuntansi secara silmultan terhadap minat mengikuti pendidikan profesi akuntansi(PPAK). Motivasi Simarmata, (2002) dalam Muhammad Iqbal (2011) menjelaskan bahwa motivasi berasal dari bahasa latin yang berbunyi movere berarti dorongan atau menggerakkan.
Pentingnya
motivasi
karena
motivasi
adalah
hal
yang
menyebabkan, menyalurkan dan mendukung perilaku manusia. Motivasi dapat diartikan sebagai pemberi daya penggerak yang menciptakan kegairahan seseorang agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif, dan terintegrasi dengan segala upayanya
untuk
mencapai
kepuasan.
Selanjutnya
Widyastuti,dkk
(2004)
menyatakan bahwa motivasi seringkali diartikan sebagai dorongan. Dorongan atau tenaga tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat, sehingga motivasi merupakan suatu tenaga yang menggerakkan manusia untuk bertingkah laku di dalam perbuatannya yang mempunyai tujuan tertentu. Persepsi Mahasiswa Akuntansi Terhadap Akuntan Publik Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Alwi;2003), persepsi adalah tanggapan atau penerimaan langsung dari suatu atau merupakan proses seseorang mengetahui beberapa hal daripanca indera. Atau mengemukakan bahwa persepsi merupakan
suatu
proses
dimanaseseorang
mengorganisasikan
dan
menginterpretasikan kesan-kesan sensori dalam usahamemberikan suatu makna tertentu kepada lingkungannya. Menurut
Walgito
dalam
Latifah
(2007)
persepsi
adalah
proses
pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang terintegrasi dalam diri individu. Dengan persepsi, individu dapat menyadari tentang keadaan lingkungan yang ada disekitarnya dan juga tentang keadaan diri individu yang bersangkutan. Menurut Matlin dalam Novius (2008) mendefenisikan persepsi sebagaisuatu proses yang melibatkan pengetahuan-pengetahuan sebelumnya dalam memperoleh dan menginterpretasikan stimulus yang ditunjukkan oleh indera. Persepsi juga merupakan kombinasi faktor dunia luar (stimulus visual) dan diri sendiri
119
(pengetahuan sebelumnya). Persepsi memiliki dua aspek, yaitu : pengakuan pola (pattern recognition) dan perhatian (attention). Dari beberapa pengertian yang telah dikemukakan di atas terdapat perbedaan namun dapat disimpulkan bahwa pengertian atau pendapat satu sama lain saling menguatkan, yaitu bahwa yang dimaksud dengan persepsi adalah suatu proses yang muncul lewat panca indera, baik indera penglihat, pendengar, peraba, perasa, dan pencium, kemudian terus-menerus berproses sehingga mencapai sebuah kesimpulan yang berhubungan erat dengan informasi yang diterima dan belum sampai kepada kenyataan yang sebenarnya, proses ini yang dimaksud dengan persepsi. Persepsi bertujuan memberikan makna terhadap hal-hal tersebut melalui panca indra berdasarkan yang didapat dari lingkungannya. Persepsi dan penilaian seseorang terhadap sesuatu hal akan dipengaruhi secara signifikan oleh asumsiasumsi (stimulus) yang kita buat tentang suatu hal tersebut. Setiap orang dapat memilih berbagai petunjuk yang mempengaruhi persepsinya atas objek, orang dan simbol. Maka dari itu, persepsi masing-masing individu terhadap suatu hal tidak selalu sama, bahkan bisa berbeda. Minat Menurut widyastuti,ddk (2004) minat adalah keinginan yang didorong oleh suatu
keinginan
setelah
melihat,
mengamati
dan
membandingkan
serta
mempertikan dengan kebutuhan yang diinginkanya, minat adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Selanjutnya minat sebagai keinginan untuk memperhatikan atau melakukan sesuatu. Menurut Sandjana (2006), minat merupakan suatu kencenderungan yang menyebabkan seseorang berusaha untuk mencari ataupun mencoba aktivitasaktivitas dalam bidang tertentu. Sutjipto (2001) menjelaskan bahwa minat adalah kesadaran seseorang terhadap suatu objek, orang, masalah, atau situasi yang mempunyai kaitan dengan dirinya. Artinya, minat harus dipandang sebagai sesuatu yang sadar. Aiken (2003) mengungkapkan definisi minat sebagai kesukaan terhadap kegiatan melebihi kegiatan lainnya.Ini berarti minat berhubungan dengan nilainilaiyang membuat seseorang mempunyai pilihan dalam hidupnya.Selanjutnya, minat merupakan suatu perangkat mental yang terdiridari campuran antara
120
perasaan, harapan, pendirian, prasangka, rasa takut, ataukecederungan lain yang mengarahkan seseorang kepada suatu pilihan tertentu. Stiggins (2004) menyatakan bahwa minat merupakan salah satu dimensidari aspek afektif yang banyak berperan dalam kehidupan seseorang. Seseorang yang berminat pada suatu obyek maka akan cenderung merasa senang bila berkecimpung di dalam obyek tersebut sehingga cenderung akan memperhatikan perhatian yang besar terhadap obyek. Perhatian yang diberikan tersebut dapat diwujudkan dengan rasa ingin tahu dan mempelajari obyek tersebut. Pendidikan Profesi Akuntansi (PPA) Pendidikan propesi akuntansi (PPA) adalah pendidikan lanjutan pada pendidikan tinggi untuk mendapatkan gelar profesi akuntan, yang harus dijalani setelah selesai menempuh pendidikan program sarjana atau stra satu (S1) ilmu ekonomi pada jurusan akuntansi (Keputusan Mendiknas RI No. 179/2001). Pendidikan propesi akuntasi bertujan menghasilkan lulusan yang memiliki lulusan yang memiliki keahlian di bidang akuntansi (PPAK) adalah pendidikan yang harus di ikuti oleh semua lulusan jurusan akuntansi dari semua pergurunan tinggi, baik negeri maupun swasta yang ingin memperoleh gelar akuntan. Keputusan Mendiknas Nomor 179/U/2001 menyebutkan Pendidikan Profesi Akuntansi adalah pendidikan tambahan pada pendidikan tinggi setelah program sarjana Ilmu Ekonomi pada program studi akuntansi. Pendidikan profesi akuntansi bertujuan menghasilkan lulusan yang menguasai keahlian bidang profesi akuntansi dan memberikan kompensasi keprofesian akuntansi. Lulusan Pendidikan Profesi Akuntansi berhak menyandang sebutan gelar profesi akuntan yang selanjutnya disingkat Ak.
B. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian ini adalah kausatif yang menjelaskan hubungan korelasional antara dua variabel atau lebih. Jenis dan sumber data dalam penelitian ini adalah data primer, dengan menggunakan kuisioner (angket). Sementara itu populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh mahasiswa akuntansi yang terdaftar pada semester genap tahun akademik 2014/2015 di Universitas Mahaputra Muhammad Yamin Solok dengan pengambilan sampel menggunakan metode Purposive sampling. Kriteria
121
pemilihan sampel adalah mahasiswa akuntansi yang telah mengikuti mata kuliah auditing 1. Hal ini memberi tanggapan lebih objektif karena mahasiwa yang sudah mengikuti mata kuliah auditing, akan memiliki pengetahuan dan pemahaman yang lebih baik mengenai pendidikan profesi akuntansi (PPAk). Untuk menganalisis data penulis menggunakan alat analisis regresi dengan menggunakan alat bantu pengujian yaitu program SPSS 16.0 (Statistikal Package for Sosial Science). Untuk melakukan pengujian penulis menggunakan uji instrumen yang terdiri dari uji validitas dan reliabilitas dengan taraf signifikan (α = 0,05). Dan dengan kriteria nilai Cronbanch Alpha > 0,60 mempunyai reliabilitas baik jika reliabilitas instrumen lebih besar dari r tabel. Data dapat diolah jika memenuhi dari asumsi dengan melakukan uji normalitas, uji multikolinearitas dan heteroskedastisitas Uji Regresi linear berganda penulis lakukan dengan menggunakan model hubungan antara variabel dependent (terikat) dengan variabel independent (bebas), dengan jumlah variabel independent lebih dari satu. Y = α + β1 X1+ β2 X2+ e Untuk menjawab hipotesis yang pertama dan kedua penulis menggunakan uji t dan uji F pada tingkat signifikan 5%. Sementara itu untuk mengetahui kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen dengna menggunakan koefisien determinasi (R2)
C. HASIL PENELTIAN Dari 79 kuesioner yang disebarkanhanya 70 kuesioner yang diterima dengan responden rate (88,60%) dikarenakan kuesioner disebarkan pada saat mahasiswa akuntansi banyak yang telah selesai dengan mata kuliahnya. terdapat 9 kuesioner yang tidak diterima dikarenakan kuesioner ada yang tidak terbagikan dan ada dibawa pulang oleh mahasiswa akuntansi, dengan responden rate (12,85%) kuesioner. Setelah di periksa terdapat 5 kuesioner yang rusak atau cacat yang dicoret-coret atau banyak yang kosong yang di terima dengan responden rate (7,14%) kuesioner. Semua instrumen penelitian valid dan dapat dipercaya setelah melakukan uji validitas dan realibilitas sehingga instrumen penelitian layak untuk dilanjutkan.
122
Analisis regresi berganda Analisis ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya pergaruh variabel independen yaitu motivasi karir dan persepsi mahasiswa akuntansi terhadap variabel depeden minat PPAK. Didapat hasil regresi berganda sebagai berikut : Tabel 1. Hasil Uji Regresi Berganda Coefficients
a
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
Model
B
Std. Error
Beta
1
(Constant)
8.624
6.553
X1 M. karir
.354
.270
.100
X2 Persepsi Mhs .772 Akuntansi
.450
.567
T
sig
Collinearity Statistics
Toleranc VIF e
1.316
.003
4.905
.009
.829.
1.207
5.156
.000
.829.
1.207
a. Dependent Variable: Y
Sumber :Data dioleh dengan SPSS 16.0 (2015)
Berdasarkan Tabel 4.9 di atas, ada hubungan positif antara motivasi karir dan persepsi mahasiswa akuntansi terhadap minat mahasiswa mengikuti pendidikan profesi akuntansi (PPAK) diperoleh persamaan regresi berganda sebagai berikut : Y = α +β X1 + βX2 + e. Y = 8,624 + 0,354 X1 + 0, 772 X2 + e. Dimana:
Y
= Minat mengikuti (PPAK)
α
= Konstanta,
X1
= Motivasi Karir
X2
= Persepsi Mahasiswa Akuntansi
E
= residual error.
Dari persamaan di atas dapat dijelaskan bawah : a) Nilai konstanta sebesar 8,624 bernilai positif hal ini mengidentifikasikan bahwa jika variabel independen yaitu motivasi karir dan persepsi mahasiswa adalah nol maka minat pendidikan profesi akuntansi ( PPAK) adalah bernilai positif sebesar 8,624%. b) Koefiesien motivasi karir 0,354 mengidikasikan bahwa setiap peningkatan motivasi karir 1% akan
mengakibatkan
peningkatan
minat
terhadap
pendidikan
profesi
akuntnasi(PPAK) sebesar 0,354% dengan asumsi motivasi karir bernilai nol atau tetap. c) Koefesien persepsi mahasiswa akuntansi sebesar 0,772 mengidentifikasian 123
bahwa setiap peningkatan persepsi mahasiswa akuntansi 1% maka akan mengakibatkan minat pendidikan profesi akuntansi(PPAK) sebesar 0,772% dengan asumsi motivasi karir bernilai nol atau tetap. pengujian Hipotesis secara Parsial atau Individu (Uji t) Pengujian secara persial bertujuan untuk mengetahui bahwa variabel independen yaitu motivasi karir dan persepsi mahasiswa akuntansi secara parsial memepunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen yaitu minat pendidikan profesi akuntansi (PPAK). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 2. Hasil Uji Parsial Coefficients(a) Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
Model
B
Std. Error
Beta
1
(Constant)
8.624
6.553
X1 Motivasi. Karir
.354
.270
X2 Persepsi Mhs .772 Akuntansi
.450
t
Sig.
1.316
.003
.100
4.905
.009
.567
5.156
.000
Sumber :Data diolah dengan SPSS 16.0 (2015)
Dari Tabel di atas diketahui bahwa motivasi karir berpengaruh signifikan terhadap minat pendidikan profesi akuntansi (PPAK) dengan membandingkan nilai nilai t hitung > t tabel atau nilai sig < α 0,05. Hal ini dapat dilihat bahwa t hitung 4,905 > t tabel
1,99714 dan nilai signifikan sebesar 0,009 < α 0,05, artinya hipotesis pertama
diterima. Sedangkan untuk menjawab persepsi mahasiswa berpengaruh pada minat untuk
mengikuti
pendididkan
membandingkan nilai t
hitung
profsi
dengan t
tabel.
akuntansi
PPAK
dilakukan
Hipotesis diterima jika t
hitung
dengan
> dari t
tabel
dan nilai sig < α 0,05. Dimana t hitung 5,156 > t tabel 1,99714 dan nilai signifikan 0,000 <0,05. Hal ini sesuai dengan hipotesis penelitian, sehingga hipotesis kedua dalam penelitian ini diterima.
Pengujian Hipotesis Secara Silmultan atau Menyeluruh (Uji F)
124
Berdasarkan pengujian dengan SPSS diperoleh output ANOVA pada tabel 3 berikut ini : Tabel 3. Hasil Uji Simultan ANOVAb Sum of Squares
Model 1
df
Mean Square F
Sig.
Regression 995.815
2
497.908
0.000a
Residual
1636.431
62
26.394
Total
2632.246
64
18.864
a. Predictors: (Constant), X2, X1 b. Dependent Variable: Y Sumber : Data diolah dengan SPSS 16.0 (2015)
Dari uji ANOVA (Analysis of Varians) atau uji F di atas, dapat menjawab pengujian hipotesis motivasi karir dan persepsi mahasiswa berpengaruh silmultan pada minat untuk mengikuti pendididkan profesi akuntansi PPAK dilakukan dengan membandingkan nilai t hitung dengan t tabel. Hipotesis diterima jika f hitung > dari f tabel dan nilai sig < α 0,05. Dimana f hitung 18,864 > f tabel 3,145 dan nilai signifikan 0,000 <0,05. Hal ini sesuai dengan hipotesis penelitian, sehingga hipotesis ketiga dalam penelitian ini diterima. Artinya semakin tinggi motivasi karir dan persepsi mahasiswa akuntansi maka berpengaruh untuk mengikuti pendidikan profesi akuntansi (PPAK). Dari tampilan output
SPSS modal summary mengidentifikasi bahwa
kontribusi variabel motivasi karir dan persepsi mahasiswa akuntansi adalah sebesar 37,8%, sedangkan 62,2% di tentukan oleh faktor lain diluar model yang tidak terdeteksi dalam penelitian ini seperti penelitian yang mengunakan variabel lama pendidikan, biaya pendidikan dalam minat mengikuti pendidikan profesi akuntansi (PPAK). Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Siegel Widyastuti,dkk (2004) dan Wijayanti 2002 (dalam Arianti, 2004). yang menyatakan bahwa mahasiswa akuntansi yang memilih karir sebagai akuntan publik bepegaruh positif yang mengharapkan gaji awal yang tinggi, memperoleh kesempatan berkembang yang lebih baik dibandingkan dengan karir yang lain serta memperoleh pengakuan atas prestasi yang telah diraih. Maka dari itu motivasi
125
dalam berkarir sangat diperlukan bagi diri seseorang untuk dapat menentukan apa yang di inginkan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki untuk menunjang kesuksesan dirinya kedepanya.
D. SIMPULAN Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan diatas menunjukkan bahwa hasil pengujian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Nisa (2012), Bawono dkk (2006). Hal ini terjadi karena Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) merupakan program 1 tahun bagi mahasiswa lulusan S1 jurusan akuntansi yang ingin melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi. Mahasiswa akuntansi mempunyai persepsi bahwa dengan mengikuti PPAK maka mahasiswa tersebut dapat meningkatkan kemampuan profesionalisme sehingga akan lebih mudah diterima bekerja dengan lingkungan pekerjaan yang baik selain itu mahasiswa dengan gelar Ak akan menambah kebanggaan diri di lingkungan masyarakat. Selain itu hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Linda dan Muda (2011). Hal ini terjadi karena adanya kesamaan motivasi untuk mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAK). Pada umunya mahasiswa akuntansi beranggapan bahwa dengan mengikuti PPAK maka mereka mendapat kebanggaan diri dan mendapat posisi pekerjaan sesuai dengan bidang yang ditekuninya. Penulis menyarankan pada peneliti selanjutnya untuk menambahkan variabel atau menggunakan variabel lain serta menambahkan sampel penelitian agar hasil penelitian selanjutnya menjadi lebih tepat dan akurat. Adapun mengenai minat mahasiswa untuk mengikuti pendidikan di PPAK dilakukan proses sosialisasi yang lebih mendalam karena pemahaman mahasiswa akuntansi mengenai PPAK masih sangat kurang. Dikarenakan oleh faktor – faktor lain seperti tidak ada biaya untuk mengikuti atau melanjutkan kuliah, malasnya untuk belajar dan ingin mencari kerja. Untuk itu mahaiswa akuntansi perlu lebih memahami lagi karateristik profesi dibidang akuntansi baik profesi akuntan publik yang merupakan pilihan kini yang akan dijalankan nantinya.
126
DAFTAR KEPUSTAKAAN Agoes, Sukrisno.2003. Auditing (Pemeriksaan Akuntan) Oleh Kantor Akuntan Publik. Edisi Ketiga, Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Aiken (2003) Pengaruh Motivasi terhadap Minat Mahasiswa Akuntansi Untuk Mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi”. Jurnal Akuntansi Universitas Tarumanagara. Ariani, Rika. 2004. Persepsi Akuntan dan Mahasiswa Akuntansi Terhadap Karir di Kantor Akuntan Publik. Skripsi Program S-1, Universitas Bung Hatta, Padang, (Tidak dipublikasikan). Atkinson (Sobur, Alex. 2003).PsikologiUmum. Bandung: PustakaSetia. Ellya Benyy, dan Yuskar. (2006) pengaruh motivasi terhadap minat mahasiswa Akuntansi untuk mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (studi Empiris pada Perguruan Tinggi Padang). Simponium Nasional Akuntansi IX. Fitria, Resti. 2004. Persepsi Mahasiswa Akuntansi Mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Karir. Skripsi Program S-1, Universitas Bung Hatta, Padang, (Tidak dipublikasikan). Gozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan SPSS, Universitas Diponegoro, Semarang. Hidayatulloh, Arif Triharto. 2010. Persepsi Dosen dan Mahasiswa terhadap Konvergensin Internasional Financial Reporting Standart (Studi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya). Skripsi.Malang: Program Strata 1 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya. [email protected]. Pemuktahiran Kurikulum dan Silabus PPA tahun 2009. [email protected]. Perguruan T inggi Negeri/Swasta Penyelenggara. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Panduan Penyelenggaraan Pendidikan Profesi Akuntansi (PPA). Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 2014. Metodelogi Penelitian Bisnis Yogyakarta : BPFE Iqbal, Muhamad. 2011. Pengaruh Motivasi Terhadap Minat Mahasiswa Akuntansi Untuk Mengikuti Pendidikan PPAk: Studi Kasus Pada Mahasiswa Akuntansi Universitas Diponegoro Semarang. Skripsi. Semarang: Program Strata 1 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Edisi Pertama, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. (alwi:2003). Keputusan Mendiknas No. 179/U/2001 Undang-undang No. 34 Tahun 1945 Tentang Pemakaian Gelar Akuntan. Keputusan Menteri Keuangan RI No 359/KMK.06/2003 tentang perubahan atas Keputusan Menteri Keuangan No 423/KMK.06/2002 tentang jasa akuntan publik. Keputusan Menteri Pendidikan dan kebudayaan RI No.179/U/2001 tertanggal 21 November 2001 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Profesi Akuntansi. Kurnatinah 2003 ,Analisis persepsi mahasiswa Akuntansi Dalam Memilih Profesi Sebagai Akuntan. Linda maya (2008). pengaruh persepsi mahasiswa akuntansi terhadap akuntan public untuk mengikuti pendidikan professi akuntan. Skripsi Program S1 Mahasiswa Akuntansi UNAND Padang.
127
Mahasiswa Akuntansi, dan Karyawan Bagian Akuntansi Dipandang dari Segi Gender terhadap Etika Bisnis dan Etika Profesi”. Simposium Nasional Akuntansi (SNA) IX. Padang: 2326 Agustus. Mas’ud Machfoedz., (1998). Survei Minat Mahasiswa untuk Mengikuti Ujian Sertifikasi Akuntan Publik (USAP), Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol 13 No.4. Jakarta. Menurut International Federetion Of Accontant dalam Apriyan (2011) Auditing, EdisiKelimaJilid I, SalembeEmpat, Jakarta Mulyadi. 2002. Auditing. Edisi 6. Jakarta: Salemba Empat. Muhammadinah, Effendi, Rahmad. (2009). Pengaruh Persepsi dan Minat Mahasiswa Akuntansi Universitas Bina Darma Palembang terhadap Profesi Akuntan Publik. Jurnal Riset Akuntansi. Nanda Estie Yuneriya, Aris Eddy Sarwono, Djoko Kristianto (2013). Pengaruh motivasi, persepsi dan lama pendidikan terhadap minat mengikuti pendidikan profesi akuntansi (PPAk) di Universitas Slamet Riyadi Surakarta. Novius (2008), Analisis persepsi mahasiswa Akuntansi Dalam Memilih Profesi Sebagai Akuntan. Pemerintah UU No 5 Tahun 2011 Tentang profesi akuntan public bulan Mai 2011. Pintrich, R. & Schunk, D., (1996). Motivation in Education Theory;research and Aplication. New Jersey: Prentice Hall. Rahayuningsih, Deasy Ariyanti. 2002. Harapan dan Kenyataan dalam Berkarier di Kantor Akuntan Publik: Suatu Perbandingan Antara Mahasiswa Akuntansi dan Auditor. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 4 No.3,Desember 2002. Saligman (1994) .Pengaruh Motivasi Terhadap Minat Mahasiswa Akuntansi Untuk Mengikuti Pendidikan PPAk: Studi Kasus Pada Mahasiswa Akuntansi Universitas Diponegoro Semarang. Skripsi. Sandjaja, Soejanto. 2006. Pengaruh Keterlibatan Orang Tua terhadap Minat MembacaAnak Ditinjau dari Pendekatan Stres Lingkungan. Tersedia: www.google.com Setiadi, J. Nugroho. (2008). Perilaku Konsumen: Konsep Dan Implikasi Untuk Strategi Dan Penelitian Pemasaran. Jakarta: Kencana. Setyawardani (2009).Persepsi mahasiswa akuntansi Junior dan Senior terhadap profesi Akuntan. Siagian, Sondang, P. (2002). Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta. Singarigrum (2001). Analisis Perbedaan Minat Mahasiswa Akuntansi untuk Mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi Ditinjau dari Jender. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Simarmata, Jonner. 2002. ”Korelasi Motivasi Kerja dengan Kinerja”, Jurnal Akademika, Volume 6 No 1. Sri Wahyuni Widyastuti., Sri Suryaningsum dan Kiky Juliana., 2004. Pengaruh Motivasi terhadap Minat Mahasiswa Akuntansi Untuk Mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi .Simposium Nasional Akuntansi VII.,. 2-3 Desember 2004. Hal. 320-339. KAPd., Denpasar. Sri Rahayu., Eko Arief Sudaryono dan Doddy Setiawan., 2003. Persepsi Mahasiswa Akuntansi Mengenai Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Karir., Simposium Nasional Akuntansi VI, 16-17 Oktober 2003. Hal. 821-838., KAPd, Surabaya. Stiggins (2004) How Important is Career Planning ?. Management Accounting.
128
Surya, M. 1985. Psikologi Pendidikan. Bandung: PPB FIP IKIP. Sumardi (2002;27) Faktor-Faktor Yang Membedakan Mahasiswa Akuntansi Dalam Memilih Profesi Sebagai Akuntan Publik Dan Non Akuntan Publik. (Studi Empiris Pada Mahasiswa Akuntansi Perguruan Tinggu Negri di Pulau Jawa). Tesis, Program Studi magister Sains UNDIP Supardi dan Anwar (dalam doli 2004) Pengaruh Komitmen Terhadap Kepuasan Kerja Auditor: Motivasi Sebagai Variabel Intervening. Skripsi Program S-1, Universitas Bung Hatta, Padang, (Tidak dipublikasikan). Sutjipto (2001) Teori Minat dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta. Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Pertama, Balai Pustaka, Jakarta. Undang-Undang Nomor 34 tahun 1945 Tentang Pemakaian Gelar Akuntan. Walgito, Bimo. 2002. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset. Widyastuti, Suryaningsum dan Juliana. 2004. Pengaruh Motivasi terhadap Minat Mahasiswa Akuntansi Untuk Mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi. Simposium Nasional Akuntansi VII. Wijayanti (2001) mahasiswa akuntansi memilih akuntan public sebagai karir mengikuti pendidikan profesi akuntansi Skripsi Program S1. Setengah Abad Profesi Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.
129