JURNAL
TINDAKAN SIMBOLIS DALAM TRADISI WAYANG KULIT LAKON KARNA TANDING OLEH KI ENTHUS SUSMONO
THE ACT OF SYMBOLIC IN THE TRADITION OF WAYANG KULIT THE STORY KARNA TANDING BY KI ENTHUS SUSMONO
Oleh: ANANTA SUSILA ADMAJA NPM : 11.1.01.07.0011
Dibimbing oleh : 1.
Dr. Endang Waryanti, M.Pd.
2.
Dr. Sujarwoko, M.Pd.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI 2017
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
TINDAKAN SIMBOLIS DALAM TRADISI WAYANG KULIT LAKON KARNA TNDING OLEH KI ENTHUS SUSMONO Ananta Susila Admaja 11.1.01.07.0011 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan – Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
[email protected] Pembimbing I : Dr. Endang Waryanti, M.Pd.
Pembimbing II : Dr. Sujarwoko, M.Pd.
UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI
ABSTRAK
Latar belakang penelitian ini perkembangan ilmu pngetahuan tentang sastra yang kian tahun selalu meningkat. Sastra tidak hanya berisi tentang unsur unsur yang terkandung di dalam sastra itu sendiri, tetapi sastra juga dapat terkandung di dalam kehidupan sehari hari, mulai dari adat istiadat, agama, sosial, psikologi. Alasan mengapa peneliti penyusun skripsi yang berjudul Tindakan Simbolis Dalam Tradisi Wayang Kulit Lakon Karna Tanding oleh Ki Enthus Susmono. Permasalahan penelitian ini adalah (1) Bagaimanakah analisis aspek struktural yang meliputi tema, penokohan dan perwatakan, teknik dialog (suluk), tipe drama, adegan (pakeliran) dalam lakon wayang Karna Tanding oleh Ki Enthus Susmono? (2) Bagaimanakah tindakan simbolis dalam tradisi yang meliputi tingkat nilai budaya, nilai norma-norma, tingkat aturan khusus, dan panca-sila? Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan kajian tindakan simbolis dalam tradisi, yaitu dengan mendeskripsikan kata-kata dan kemudian disusul dengan analisis yang menghasilkan data deskripsi berupa kata-kata tertulis. Tahapan penelitian dibagi menjadi 3 yaitu tahap persiapan, pelaksanaan dan tahap pelaporan. Sumber data diperoleh dari rekaman video data berupa file kaset VCD yang berjumlah 6 keping dengan durasi waktu 60 menit per keping VCD. Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi dan observasi. Sedangkan teknik analisis data dilakukan dengan tehnik analisis dokumentasi, dan trianggulasi data. Pada penelitian ini dilakukan untuk mengecek kebsahan data, dapat dilakukan dengan dua cara yaitu trianggulasi sumber dan trianggulasi tehnik. Penelitian yang berjudul “Tindakan Simbolis dalam Tradisi Wayang Kulit Lakon Karna Tanding oleh Ki Enthus Susmono” mendeskripsikan analisis struktur dan tindakan simbolis dalam tradisi. Analisis struktural merupakan langkah awal sebelum pengkajian terhadap unsur-unsur yang lainya. Dengan demikian kesatuan unsur-unsur dalam sastra bukan hanya berupa kumpulan atau tumpukan hal-hal yang berdiri sendiri, melainkan hal itu saling terikat, saling keterkaitan, dan saling tergabung. Deskripsi struktur meliputi tema, penokohan dan perwatakan, teknik dialog (suluk), tipe drama, adegan (pakeliran). Deskripsi tindakan simbolis dalam tradisi meliputi tingkat nilai budaya, nilai norma-norma, tingkat aturan khusus, pancasila. Kebudayaan Jawa adalah konsep-konsep mengenai apa yang hidup dalam alam pikiran, yang dianggap bernilai, berharga dan penting dalam hidup orang jawa sehingga dapat berfungsi sebagai suatu pedoman hidup bagi masyarakat Jawa. Penelitian ini sangat berguna untuk melatih, memahami, menghayati dan menerapkan teori-teori yang sudah dipelajari. Untuk penelitian ini, perlu diadakan penelitian (apresiasi dalam bentuk drama). Lebih lanjut terutama tentang kajian simbolisme budaya Jawa dan drama yang berbeda, sehingga Ananta Susila Admaja | NPM : 11.1.01.07.0011 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan – Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
simki.unpkediri.ac.id || 2||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri penelitian ini juga dapat bermanfaat bagi peneliti lain sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam mengadakan penelitian tersebut. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai renungan tentang berbagai persoalan kearah kearifan dan kebijaksanaan dalam menghadapi kehidupan. Serta dapat digunakan sebagai contoh atau teladan untuk bersikap dalam kehidupan sehari-hari.
KATA KUNCI : Aspek struktural, tindakan simbolis dalam tradisi.
Ananta Susila Admaja | NPM : 11.1.01.07.0011 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan – Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
simki.unpkediri.ac.id || 3||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
I.
LATAR BELAKANG Karya sastra juga merupakan produk
imajinasi pengarang, yaitu sebuah hasil proses pemikiran dan pengamatan intens pengarang terhadap kehidupan. Imajinasi itu tidak muncul tanpa adanya fakta yang dipikirkan. Puncak dari pemikiran memunculkan konsep yang kemudian dituangkan dalam bentuk karya sastra. Pengarang merupakan anggota masyarakat dan merupakan bagian integral kolektivitas di tempat ia berdomisili (Ratna, 2010 : 321). Pengarang lewat karyanya mencoba mengungkapkan peristiwa kehidupan manusia yakni berbagai peristiwa dalam kehidupan ini. Karena karya sastra berisi catatan, rekaman, rekaan, dan ramalan kehidupan manusia, maka pada gilirannya, karya sastra sedikit banyak, sering kali mengandung fakta-fakta sosial. Dalam mewujudkan imajinasinya seorang sastrawan dapat mewujudkan ke dalam genre sastra. Genre sastra adalah tipe atau kategori pengelompokan karya sastra yang biasanya berdasarkan atas stile, bentuk atau isi (Nurgiyantoro, 2005 : 13). Jadi genre merupakan istilah untuk menandai jenis sastra atau bentuk sastra. Sedangkan genre sastra dapat berupa prosa, puisi, dan drama. Prosa sebagai Ananta Susila Admaja | NPM : 11.1.01.07.0011 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan – Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
cerita rekaan bukan berarti prosa adalah lamunan kosong. Prosa adalah perpaduan atau kerja sama antara pikiran dan perasaan. Prosa dalam pengertian kesastraan juga disebut fiksi (fiction). Istilah fiksi dalam pengertian ini berarti cerita rekaan (cerkan) atau cerita hayalan (Nurgiyantoro, 2012 : 2 ). Prosa selalu bersumber dari lingkungan kehidupan yang dialami, disaksikan, didengar, dibaca oleh pengarang (Rokhmansyah, 2014 : 30 ). Sedangkan drama menurut Rokhmansyah (2014 : 41) berarti perbuatan, tindakan atau beraksi. Drama berarti perbuatan, tindakan dan action. Drama adalah karya yang memiliki daya rangsang cipta, rasa, dan karsa yang amat tinggi. Sesungguhnya, dalam drama juga terkandung aspek negatif, di antaranya drama yang memuat kekerasan, dan adegan seksual, kadang memicu penonton untuk meniru. Drama di Indonesia mengalami beberapa tahap perkembangan, mulai dari jenis drama tradisional, drama klasik, drama transisi, dan drama modern. Drama tradisional adalah drama yang berkembang pada zaman dahulu dan masih terpengaruh kuat dengan adat. Drama tradisional sering ditampilkan dengan lakon tanpa naskah. Keberhasilan pertunjukan sangat ditentukan oleh simki.unpkediri.ac.id || 4||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
kepiawaian dan kreativitas para pemain.
sebuah wiracarita yang berpakem pada dua
Semua pemain dituntut mampu
karya besar, yaitu Ramayana dan
memerankan lakonnya dengan baik.
Mahabarata. Teks asli kedua cerita itu
Contoh drama tradisional, yaitu Ketoprak
ditulis dalam bahasa Sanskerta, dan setelah
dari Jawa Tengah, Ludruk dari Jawa
masuk ke Jawa kemudian disadur dan
Timur, dan Lenong dari Betawi.
disunting ke dalam bahasa Jawa Kuna,
Ciri khas tontonan drama adalah
sekaligus ditambah dan disesuaikan
adanya cerita dan dialog. Oleh karena itu,
dengan cerita dan legenda yang telah
banyak anggapan yang menyatakan semua
merakyat pada waktu itu, maka jadilah
bentuk tontonan yang mengandung cerita
cerita Mahabharata dan Ramayana versi
disebut drama, termasuk tontonan wayang
Jawa (Nurgiyantoro, 2005 : 208).
kulit yang dimainkan oleh dalang. Wayang
Nilai cerita wayang dapat ditemukan
banyak bercerita tentang ajaran agama
dalam berbagai aspek pewayangan, baik
maupun epos (cerita kepahlawanan) yang
yang menyangkut unsur-unsur cerita
mengedepankan sifat kesatria,
wayang maupun yang melibatkan aspek
keprajuritan, dan ajaran moralitas yang
pementasannya sebagaimana terlihat dalam
tinggi.
pentas wayang kulit. Unsur cerita wayang
Folklor adalah sebagian kebudayaan
yang dimaksud antara lain dan terutama
suatu kolektif, yang tersebar dan
dapat dilihat dari aspek ajaran moral yang
diwariskan turun temurun, di antara
dikandung, alur cerita, dan karakter tokoh.
kolektif macam apa saja, secara tradisional
Aspek pementasan wayang kulit itu
dalam versi yang berbeda, baik dalam
misalnya yang menyangkut kelir, gedebok
bentuk lisan maupun contoh yang disertai
pisang, kotak penyimpan wayang, lampu
dengan gerak isyarat atau alat pembantu
blencong, anak wayang, dan lain-lain
pengingat (Danandjaja, 1986:2).
semuanya mempunyai simbolisasi dan
Dalam bukunya James Danandjaja, folklor dapat dogolongkan ke dalam tiga kelompok besar berdasarkan tipenya, yaitu
filosofi terhadap proses kehidupan manusia (Nurgiyantoro, 2005 : 209). Simbolisme dalam budaya manusia
folklor lisan (verbal folklor), folklor
adalah bentuk yang menandai sesuatu yang
sebagian lisan (partly verbal folklor), dan
lain di luar perwujudan bentuk simbolik itu
folklor bukan lisan (non verbal folklor).
sendiri (Alex 2009: 156). Budaya manusia
Wayang juga merupakan golongan dari folklor sebagian lisan. Wayang adalah Ananta Susila Admaja | NPM : 11.1.01.07.0011 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan – Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
penuh diwarnai dengan simbolisme, yaitu paham yang mengikuti pola-pola yang simki.unpkediri.ac.id || 5||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
mendasarkan diri atas simbol-simbol
pandhawa untuk melawan kurawa. Namun
(Herusatoto, 2003 : 26).
permintaan tersebut ditolak oleh adipati
Lakon wayang yang dijadikan objek
Karna. Sebagai satriya yang telah
untuk penelitian kali ini yaitu Karna
dibesarkan dan diangkat derajatnya oleh
Tanding yang merupakan bagian dari serial
Duryudana, tidak sepantasnya Karna
lakon Barathayuda.
berkhianat. Adipati Karna merasa telah
Karna tanding adalah peperangan terbesar dalam perang Barathayuda. Peperangan antara adipati Karna melawan
banyak berhutang budi. Dan kewajiban dia sebagai satriya untuk membalasnya. Akhirnya perang Barathayuda pecah.
Arjuna. Arjuna dan adipati Karna
Adipati Karna muncul dengan kereta
sebenarnya adalah saudara sekandung
perangnya dengan prabu Salya sebagai
berlainan ayah. Dilahirkan dari ibu
kusirnya. Sementara di pihak lain, Arjuna
bernama Kunti Nalibronto, Arjuna
muncul dengan kereta perang yang dikusiri
merupakan anak dari Pandu Dewanata.
prabu Kresna.
Sedangkan adipati Karna lahir karena
Wayang tidak hanya berfungsi
kesalahan Kunti dimasa mudanya yang
sebagai seni pertunjukan yang biasanya
telah menyalahgunakan ajian pameling
dipentaskan oleh dalang dan berhubungan
untuk memanggil dewa Surya. Oleh dewa
dengan lingkungannya, atau sekedar
Surya, Kunti diberi seorang anak yang
hiburan semata-mata. Lebih dari itu
dititipkan ke rahimnya. Merasa malu
wayang merupakan seni pertunjukan yang
karena hamil tanpa adanya suami, akhirnya
sangat menarik karena di dalamnya
anak yang lahir lewat telinga Kunti
terkandung makna yang tersirat, berisi
tersebut di larung ke sungai Gangga. Kelak
pesan-pesan moral yang penting sebagai
anak yang bernama Basukarna tersebut
pembentuk karakter yang baik. Makna
ditemukan oleh seorang kusir kerajaan
yang dimaksud antara lain adalah pesan
bernama Adiroto.
moral kepada setiap manusia untuk
Karna tanding adalah peperangan
memiliki sikap dan kepribadian yang baik,
dua saudara kandung berlainan ayah yang
mengutamakan kebersamaan dan
mempunyai kepandaian dan kesaktian
keselarasan dalam berhubungan dengan
yang seimbang. Sebelum peperangan
orang lain. Tidak malas atau sombong,
barathayuda, Kunti telah mempertemukan
rukun dengan sesama, dan senang
keduanya dan memohon kepada adipati
membantu orang lain.
Karna agar mau bergabung dengan Ananta Susila Admaja | NPM : 11.1.01.07.0011 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan – Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
simki.unpkediri.ac.id || 6||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
Paparan di atas menjelaskan bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam lakon wayang sangat bermacam-macam. Lakon
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Dalam penelitin ini,
wayang merupakan simbolisme budaya
pendekatan yang digunakan mengacu
Jawa, maka peneliti tertarik untuk
pada teori moral dalam sastra.
membahas tindakan simbolis dalam tradisi
Pendekatan dalam penelitian
yang meliputi tingkat nilai budaya, nilai
mempunyai peranan penting, kerena
norma-norma, tingkat aturan khusus, dan
pendekatan merupakan landasan
panca-sila.
untuk melakukan penelitian.
Dari paparan diatas menarik untuk
Menurut Siswantoro (2008 : 47)
diteliti dari sudut pandang tindakan
pendekatan merupakan alat untuk
simbolis dalam tradisi.
menangkap realita atau fenomena sebelum dilakukan kegiatan analisis
II.
METODE
atas sebuah karya. Sedangkan
Metode adalah cara yang digunakan
menurut Arikunto (2006 : 9)
oleh peneliti dalam mengumpulkan data
pendekatan adalah cara untuk
penelitiannya (Arikunto, 2006:151).
memandang terhadap suatu hal.
Metode penelitian merupakan suatu
Pendekatan (ancangan) sastra pada
kegiatan atau prosedur yang digunakan
dasarnya adalah teori-teori untuk
oleh pelaku penelitian. Metode juga
memahami jenis sastra tertentu
merupakan analisis teoritis mengenai suatu
sesuai dengan sifatnya.
cara atau prosedur.
2. Jenis Penelitian
Dalam memilih metode perlu
Dalam penelitian ini jenis
memperhatikan beberapa unsur penelitian
penelitian yang digunakan adalah
yaitu pokok permasalahan, tujuan
metode deskriptif kualitatif dengan
penelitian, data penelitian, dan instrumen
kajian tindakan simbolis dalam
penelitian. Oleh karena itu bagian ini akan
tradisi. Menurut Arikunto (2006 : 8),
diuraikan menjadi: a) pendekatan dan jenis
pengkajian deskriptif bertujuan untuk
penelitian, b) tahapan penelitian, c) waktu
mengungkapkan berbagai informasi
penelitian, d) sumber data, e) prosedur
kualitatif dengan pendeskripsian
pengumpulan data, f) teknik analisis data,
yang teliti dan penuh nuansa untuk
dan g) pengecekan keabsahan temuan.
mengungkapkan secara cermat sifatsifat suatu hal (individu atau
Ananta Susila Admaja | NPM : 11.1.01.07.0011 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan – Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
simki.unpkediri.ac.id || 7||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
kelompok), keadaan fenomena, dan
Pertama persiapan meliputi
tidak terbatas pada pengumpulan
pemilihan judul, konsultasi judul,
data, melainkan meliputi analisis dan
dan studi pustaka. Kedua, tahap
interpretasi.
perencanaan dengan kegiatan
Menurut Ratna (2013 : 53)
pembuatan proposal dan seminar
metode deskriptif dengan kajian
proposal. Ketiga, tahap pelaksanaan
tidakan simbolis dalam tradisi
meliputi kegiatan pengumpulan data,
analisis dilakukan dengan cara
penganalisisan data, dan penarikan
mendeskrisikan fakta-fakta yang
kesimpulan. Keempat, penyelesaian
kemudian disusul dengan analisis.
yakni pengkonsultasian, pembahasan
Pengkajian deskriptif menyarankan pada pengkajian yang dilakukan semata-mata hanya berdasarkan pada fakta atau
laporan pengujuan skripsi dan terakhir adalah penggandaan laporan. C. Waktu Penelitian Waktu penelitian adalah waktu
fenomena yang secara empiris hidup
yang menunjukkan proses
pada penuturnya (sastrawan).
pelaksanaan penelitian. Waktu
Artinya, yang dicatat dan dianalisis
penelitan dihitung pada saat peneliti
adalah unsur-unsur dalam karya
memulai penelitian sampai akhir
sastra seperti apa adanya.
penelitiannya. Ditetapkan waktu agar
B. Tahapan Penelitian Tahapan penelitian juga bisa
penelitian ini berjalan sesuai rencana. Sebagai aktivitas ilmiah yang
dikatakan sebagai prosedur
menuntut efisiensi penelitian
penelitian. Setiap penelitian memuat
membutuhkan perencanaan jadwal
pokok-pokok pikiran yang
penelitian, yakni rincian aktivitas
berhubungan dengan kegiatan
yang dilakukan dan kapan akan
tertentu secara sistematis dari awal
dilakukan (Sugiyono, 2012:402).
sampai akhir (Siswantoro, 2010:83).
Penelitian ini dilaksanakan selama
Dalam penelitian terdapat empat
enam bulan, mulai bulan Juli sampai
tahapan, yaitu : (1) tahapan
bulan Desember 2016.
persiapan, (2) tahap perencanaan, (3) tahap pelaksanaan, (4) tahap penyelasian.
D. Sumber Data Data adalah sumber informasi yang akan diseleksi sebagai bahan analisis. Oleh karena itu, kualitas dan
Ananta Susila Admaja | NPM : 11.1.01.07.0011 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan – Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
simki.unpkediri.ac.id || 8||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
ketepatan pengambilan data
Sumber data primer dalam
tergantung pada ketajaman
penelitian ini adalah kutipan
penyeleksi yang dipandu oleh
datarekaman video Wayang Kulit
penguasaan konsep atau teori
Lakon Karna Tanding yang
(Siswantoro, 2008 : 70)
dibawakan oleh Ki Enthus Susmono.
Data dalam penelitian ini
Sumber data sekunder yaitu
adalah data kualitatif. Data kualitatif
sumber data yang diperoleh secara
berupa kata-kata atau gambar, bukan
tidak langsung atau lewat perantara
berupa angka-angka. Adapun data
tetapi masih bersandar kepada
dalam penelitian ini adalah data yang
kategori atau parameter rujukan
berwujud kata, frase, ungkapan, dan
(Siswantoro, 2008 : 71).
kalimat yang terdapat dalam
Dalam penelitian ini sumber
pagelaran Wayang Kulit Lakon
data sekundernya adalah teori kajian
Karna Tanding oleh Ki Enthus
penelitian tindakan simbolis dalam
Susmono.
tradisi.
Sumber data yang digunakan
Hasil penyimakan terhadap
dalam penelitian ini yaitu data
sumber data primer dan sumber data
berupa rekaman video pementasan
sekunder tersebut kemudian
Wayang Kulit Lakon Karna Tanding
ditampung dan dicatat untuk
yang dibawakan oleh Ki Enthus
digunakan dalam penyusunan
Susmono dari Tegal Jawa Tengah.
laporan penelitian sesuai dengan
Rekaman video data ini berupa file
maksud dan tujuan yang ingin
kaset VCD yang berjumlah 6 keping
dicapai.
VCD dengan durasi waktu 60 menit per keping VCD. Sumber data yang digunakan
E. Prosedur Pengumpulan Data Prosedur pengumpulan data adalah cara untuk mengambil dan
dalam penelitian ini dikelompokkan
mengumpulkan data secara objektif,
menjadi dua, yaitu sumber data
jelas dan benar. Pengumpulan data
primer merupakan sumber utama
penelitian ini menggunakan teknik
yaitu data yang diseleksi atau
simak dan teknik catat. Teknik simak
diperoleh langsung dari sumbernya
diperlakukan terhadap data berupa
tanpa perantara (Siswantoro, 2008 :
bahan dalam teks atau naskah
70).
(Sudaryanto, 2008:2). Adapun teknik
Ananta Susila Admaja | NPM : 11.1.01.07.0011 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan – Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
simki.unpkediri.ac.id || 9||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
catat merupakan cara yang dilakukan peneliti untuk mencatat secara
F. Teknik Analisis Data Setelah data terkumpul dari
langsung data dari naskah tersebut
hasil pengumpulan data, maka perlu
(Sudaryanto, 2008:5). Penelitian ini
segera dilakukan pengolahan data
menggunakan teknik simak dan
atau analisis data. Analisis dilakukan
teknik catat yang dianggap relevan
dengan pemaparan bentuk deskriptif
dengan metode penelitian. Adapun
terhadap masing-masing data secara
langkah-langkah pengumpulan data
fungsional dan relasional
meliputi :
(Siswantoro 2008 : 81)
1.
2.
Menyimak rekaman video (dalam hal ini adalah rekaman
mencari atau menyusun secara
video wayang kulit Lakon Karna
sistematis data yang diperoleh
Tanding yang dibawakan oleh
dengan cara mengorganisasikan data
Ki Enthus Susmono).
ke dalam kategori, menjabarkan ke
Menganalisis unsur-unsur
dalam unit-unit, melakukan sintesam
struktural yang ada dalam Lakon
menyusun ke dalam pola, memilih
Wayang Kulit Karna Tanding,
mana yang penting dan yang akan
yaitu tema, penokohan dan
dipelajari, dan membuat simpulan
perwatakan, teknik dialog
sehingga mudah dipahami oleh diri
(suluk), tipe drama, serta adegan
sendiri maupun orang lain.
(pakeliran). 3.
4.
Analisis data adalah proses
Teknik analisis data yang
Menganalisis unsur tindakan
digunakan dalam menganalisis data
simbolis dalam tradisi yang ada
pada Lakon Wayang Karna Tanding
dalam lakon wayang Karna
yang ada adalah teknik analisis
Tanding yaitu tingkat nilai
deskriptif. Teknik analisis deskriptif
budaya, nilai norma-norma,
digunakan untuk mengolah data yang
tingkat aturan khusus, dan
telah dikelompokkan berdasarkan
panca-Sila.
tujuan penelitian dan
Mengevaluasi hasil analisis dan
mendeskripsikan teks-teks yang
klarifikasi dari lakon wayang
berhubungan dengan tindakan
kulit yang telah diteliti.
G. Pengecekan Keabsahan Temuan Ketika melakuan sebuah penelitian, hendaknya peneliti harus
Ananta Susila Admaja | NPM : 11.1.01.07.0011 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan – Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
simki.unpkediri.ac.id || 10||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
mengoreksi apa yang sudah
jalan mengumpulkan rekan-rekan
dilakukan. Hal ini berguna
sebaya, yang memiliki pengetahuan
memastikan tingkat keabsahan data
baik tentang apa yang sedang diteliti
yang ditemukan. Uji keabsahan data
sehingga bersama mereka peneliti
sering ditekankan pada uji validitas
dapat mengkaji ulang persepsi,
dan uji reabilitas. Validitas
pandangan dan analisis yang
merupakan derajat ketepatan antara
dilakukan.
data yang terjadi pada objek
3. Triangulasi
penelitian dengan daya yang dapat
Triangulasi dalam pengujian
dilaporkan oleh peneliti (Sugiyono,
kredibilitas ini diartikan sebagai
2012:117).
pengecekan data dari berbagai
Teknik pengecekan keabsahan
sumber dengan berbagai cara dan
data dalam penelitian ini dilakukan
berbagai waktu. Dengan demikian
dengan cara berikut:
terdapat triangulasi sumber,
1. Meningkatkan Ketekunan
triangulasi teknik pengumpulan data,
Meningkatkan ketekunan berarti seorang peneliti yang sudah menemukan data temuan, harus
dan waktu (Sugiyono, 2013:372). a. Triangulasi Sumber Triangulasi sumber untuk
mengoreksi kembali apakah di dalam
menguji kredibilitas data dilakukan
penelitiannya terdapat kesalahan atau
dengan cara mengecek data yang
tidak. Selain itu, peneliti dapat
telah diperoleh melalui beberapa
memberikan deskripsi data yang
sumber yang ada. Dalam penelitian
akurat dan sistematis tentang apa
ini, pengecekan data dapat dilakukan
yang diteliti. Sugiyono (2012:124)
dengan meneliti kembali data-data
mengatakan: “Meningkatkan
yang telah ditemukan dengan
ketekunan berarti melakukan
referensi yang mendukung.
pengamatan secara lebih cermat dan
b. Triangulasi Teknik
berkesinambungan”. 2. Pemeriksaan Sejawat Pemeriksaan teman sejawat
Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada
dilakukan dalam bentuk diskusi.
sumber yang sama dengan teknik
Pemeriksaan teman sejawat yaitu
yang berbeda. Dalam penelitian ini
pemeriksaan yang dilakukan dengan
pengecekan data dilakukan dengan
Ananta Susila Admaja | NPM : 11.1.01.07.0011 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan – Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
simki.unpkediri.ac.id || 11||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
diskusi atau pengamatan terhadap
dan sikap antara yang tua kepada
objek penelitian.
yang muda. Tingkatan aturan khusus
c. Triangulasi Teori
meliputi: sapa gawe nganggo sapa
Triangulasi teori yaitu
nandur ngunduh, tega larane ora tega
penggunaan perspektif untuk
patine, wong temen ketemu wong
menafsirkan sebuah data.
salah seleh, ngono ya ngono nanging
Penggunaan beragam teori dapat
aja ngono. Panca-sila meliputi: rela,
membantu memberikan pemahaman
narima, temen atau jujur, sabar, dan
yang lebih baik saat memahami data.
luhur.
Dalam penelitian ini pengecekan data dilakukan oleh peneliti dengan
IV.
cara membaca buku-buku teori yang
Herusatoto, Budiono. 2003. Simbolisme dalam Budaya Jawa. Yokyakarta: Hanindita Graha Widia.
relevan.
III. HASIL DAN KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian “ Tindakan Simbolis dalam Tradisi Wayang Kulit Lakon Karna Tanding Oleh Ki Enthus Susmono” dapat diperoleh hasil
DAFTAR PUSTAKA
Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Sastra Anak, Pengantar Pemahaman Dunia Anak. Yokyakarta: Gadjah Mada University Press. Adi, Ida Rohmani. 2011. Fiksi Populer Teori dan Metode Kajian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
yaitu 1.
Aspek struktural yaitu meliputi tema, penokohan dan perwatakan, teknik dialog (suluk), tipe drama, serta adegan (pakeliran).
2.
Aspek tindakan simbolis dalam tradisi karena di dalam lakon wayang tersebut banyak mengandung nilainilai budaya jawa yang harus dibahas, diantaranya tingkatan nilai
Rokhmansyah, Alfian. 2014. Studi dan Pengkajian Sastra: Perkenalan Awal Terhadap Ilmu Sastra. Yokyakarta: Graha Ilmu. Semi, Atar. 2012. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa. Dananjaya, James. 1986. Foklor Indonesia. Jakarta: Pustaka Grafitipers. Moleong, lecy J. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
budaya meliputi: saiyeg saeko praya dan jer basuki mawa bea. Nilai norma-norma meliputi: sikap antara
Karmini, Ni Nyoman. 2011. Teori Pengkajian Prosa Fiksi dan Drama. Denpasar: Pustaka Larasan.
yang muda kepada yang lebih tua Ananta Susila Admaja | NPM : 11.1.01.07.0011 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan – Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
simki.unpkediri.ac.id || 12||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
Endraswara, Suwardi. 2014. Metode Pembelajaran Drama. Yogyakarta: CAPS (Center of Academic Publishing Service). Wellek, Rene & Warren, Austin. 2014. Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
http://www.plengdut.com/sulukwayang/691. Diunduh 25 Juli 2016 http://caritawayang.blogspot.co.id/2015/08 /sastra-pedalangan-dialog-bahasadalang-wayang.html. Diunduh 26 Juli 2016
Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Putra, Bintang Angkasa. 2012. Drama Teori dan Pementasan. Yogyakarta: Citra Aji Pramana. Rif’an, Ali. 2010. Buku Pintar Wayang. Yogyakarta: Divapress. Kresna, Ardian.2012. Mengenal Wayang. Yogyakarta : Divapress. Mulyono, Sri. 1990. Simbolisme dan Mistikisme dalam Wayang. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Arikunto, Suharsimi.2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Bumi Aksara. http://Suyantoska.blogspot.com/2013/09/p akeliran. Diunduh 25 Juli 2016 http://wonoderyo.blogspot.co.id/2014/01/u nsur-intrinsik-drama-materibahasa.html. Diunduh 27 Juli 2016 http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisa ta/ensiklodet.php?id=39&lang=id#sthash.Lsrkt 91I.dpuf. Diunduh 25 Juli 2016
Ananta Susila Admaja | NPM : 11.1.01.07.0011 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan – Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
simki.unpkediri.ac.id || 13||