Jurnal Teknik Sipil No. 1 Vol. 1, Agustus 2014
JURNAL
PENGARUH PENAMBAHAN MATERIAL HALUS BUKIT PASOLO SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN PASIR TERHADAP KUAT TEKAN BETON dipersiapkan dan disusun oleh
PRATIWI DUMBI NIM: 5114 08 051
Jurnal ini telah disetujui dan telah diterima oleh dosen pembimbing sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada tanggal : 21 Agustus 2014
Jurnal ini telah di setujui oleh dosen pembimbing sebagai syarat
Jurnal Teknik Sipil No. 1 Vol. 1, Agustus 2014
PENGARUH PENAMBAHAN MATERIAL HALUS BUKIT PASOLO SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN PASIR TERHADAP KUAT TEKAN BETON Pratiwi Dumbi Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Negeri Gorontalo
ABSTRAK: Dumbi, Pratiwi. 2014. Pengaruh Penambahan Material Halus Bukit Pasolo Sebagai Pengganti Sebagian Pasir Terhadap Kuat Tekan Beton. Skripsi, Program Studi S1 Teknik Sipil, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Kasmat Saleh Nur, ST.,M.Eng, Pembimbing II Ha. Aryati Alitu, ST.,MT. Pasir Pasolo memiliki tekstur permukaan yang kasar dan ukuran butirnya dominan yang lebih besar. Sehingga dilakukan beberapa variasi campuran untuk mengetahui proporsi pasir Pasolo yang tepat dalam campuran beton. Untuk mengetahui proporsi yang tepat digunakan indikator kuat tekan beton dengan menggunakan metode mix design SNI 03-2834-2000. Variasi campuran pasir Pasolo terhadap total pasir hasil mix design adalah 0%, 25%, 50%, 75% dan 100% dengan rencana mutu beton 22.5 MPa. Hasil pengujian menunjukan pasir Pasolo dapat dimanfaatkan untuk mengganti sebagian pasir dalam campuran beton dan pada proporsi 75% pasir Pasolo dan 25% pasir sungai Bone dapat menaikan kuat tekan beton, dimana kuat tekan yang diperoleh sebesar 25.96 MPa atau meningkat sebesar 15.38% dari kuat tekan rencana Kata Kunci: Pasir Pasolo, Kuat Tekan, Variasi Campuran, Beton.
Jurnal Teknik Sipil No. 1 Vol. 1, Agustus 2014
Kabupaten Gorontalo Utara memiliki beberapa tempat pengambilan material pasir untuk campuran pembuatan beton, salah satunya terdapat di bukit Pasolo Kecamatan Sumalata Timur. Berdasarkan pernyataan masyarakat sekitar bahwa pasir tersebut sudah ada sejak dahulu kala dan volume dari pasir bukit Pasolo ini cukup banyak untuk dijadikan sebagai bahan pembuatan beton. Sebagaimana yang diketahui di daerah sekitar Kecamatan Sumalata Timur kesulitan mendapatkan pasir untuk kebutuhan pembuatan konstruksi beton. Beton merupakan bahan yang paling sering digunakan untuk bangunan konstruksi. Beton merupakan fungsi dari bahan penyusunnya yang terdiri dari bahan semen hidrolik (portland cement), agregat kasar, agregat halus, air dan bahan tambah (admixture atau additive), (Mulyono, 2003). Sifat karaktersitik beton adalah memiliki nilai kuat tekan yang tinggi, dimana salah satu faktor yang mempengaruhi kuat tekan beton adalah agregat, baik agregat halus maupun agregat kasar. Pasir merupakan salah satu unsur dalam pembuatan beton yang berfungsi sebagai pengisi rongga dalam campuran beton. Pasir bukit Pasolo merupakan jenis pasir yang unik, dilihat secara visual pasir ini memiliki ukuran butir dominan yang lebih besar, permukaan yang kasar dan agak tajam dan memiliki warna khas yaitu berwarna hitam kekuningkuningan mengkilap. Berdasarkan pengujian awal di laboratorium berat jenis pasir bukit Pasolo yaitu 3.02. Menurut Tjokrodimuljo (1996), sifat agregat yang paling berpengaruh terhadap kekuatan beton adalah kekasaran permukaan dan ukuran maksimumnya. Oleh karenanya untuk mengetahui apakah pasir Pasolo dapat dimanfaatkan untuk campuran beton maka penelitian ini mengambil judul “Pengaruh Penambahan Material Halus Bukit Pasolo Sebagai Pengganti Sebagian Pasir Terhadap Kuat Tekan Beton”, dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan pasir bukit Pasolo terhadap kuat tekan beton dan untuk mengetahui apakah pasir bukit Pasolo dapat dimanfaatkan sebagai pengganti agregat halus dalam pembuatan campuran beton. Beton adalah suatu campuran yang terdiri dari pasir, kerikil/ batu pecah, atau agregat-agregat lain yang dicampur jadi satu dengan suatu pasta yang terbuat
Jurnal Teknik Sipil No. 1 Vol. 1, Agustus 2014
dari semen dan air membentuk suatu massa mirip batuan. Terkadang, satu atau lebih bahan aditif ditambahkan untuk menghasilkan beton dengan karakteristik tertentu, seperti kemudahan pengerjaan (workability), durabilitas dan waktu pengerasan. Agregat mempunyai peran sebagai penguat, semen (matriks) mempunyai kekuatan dan rigiditas yang lebih rendah berperan sebagai pengikat dan air (mixer) sebagai media pencampur untuk menghomogenkan komposisi penyusun dan kontak luas permukaan. Susunan beton secara umum, yaitu: 7-15% PC, 16-21% air, 25-30% pasir dan 31-50% kerikil. Kekuatan beton terletak pada perbandingan jumlah semen dan air, rasio perbandingan air terhadap semen (W/C ratio) yang semakin kecil akan menambah kekuatan (compressive strength) beton. Agregat Agregat adalah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran mortar atau beton. Kira-kira 70 % volume mortar atau beton diisi oleh agregat. Oleh karena itu sifat-sifat agregat sangat berpengaruh terhadap sifatsifat mortar atau beton yang dihasilkan, sehingga pemilihan agregat merupakan suatu bagian penting dalam pembuatan mortar atau beton (Tjokrodimuljo,1996). Agregat yang digunakan dalam campuran beton harus memiliki gradasi butiran yang baik. Gradasi agregat adalah distribusi ukuran butiran dari agregat. Distribusi ini bervariasi dapat dibedakan menjadi 3, yaitu gradasi sela (gap grade), gradasi menerus (continuous grade) dan gradasi seragam (uniform grade). Bila butiran agregat mempunyai ukuran yang sama (seragam) volume pori akan besar. Sebaliknya bila ukuran butirnya bervariasi maka volume pori menjadi kecil. Hal ini terjadi karena butiran yang kecil dapat mengisi pori diantara butiran yang lebih besar sehingga pori-pori menjadi sedikit, dengan kata lain kemampatan tinggi. Kuat Tekan Beton Kuat tekan beton merupakan salah satu kinerja utama beton. Kuat Tekan adalah kemampuan beton untuk menerima gaya tekan persatuan luas. Kuat tekan beton mengidentifikasi mutu dari sebuah struktur. Semakin tinggi kekuatan struktur yang dikehendaki, semakin tinggi pula mutu beton yang dihasilkan.
Jurnal Teknik Sipil No. 1 Vol. 1, Agustus 2014
Menurut Tri mulyono (2003) kuat tekan beton sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: 1.
Faktor Air Semen dan kepadatan Semakin rendah nilai faktor air semen akan semakin tinggi kuat tekan
betonnya. Dengan demikian ada suatu nilai faktor air semen tertentu yang menghasilkan kuat tekan beton maksimum. Kepadatan adukan beton sangat mempengaruhi kuat tekan betonnya setelah mengeras. Untuk mengatasi kesulitan pemadatan adukan beton dapat dilakukan dengan cara pemadatan dengan alat getar (vibrator) atau dengan memberi bahan kimia tambahan (chemical admixture) yang besifat mengencerkan adukan beton sehingga lebih mudah dipadatkan. 2.
Umur Beton Kuat tekan bertambah seiring dengan bertambahnya umur beton. Biasanya
nilai kuat tekan ditentukan pada waktu beton mencapai umur 28 hari. Kekuatan beton akan naik cepat sampai umur 28 hari. Hal ini sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, misalnya faktor air semen dan suhu perawatan. 3.
Jumlah Semen Jika nilai slump sama (nilai FAS berubah), beton dengan kandungan semen
lebih banyak mempunyai kuat tekan lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena pada nilai slump sama maka jumlah air hamper sama, sehingga penambahan semen berarti pengurangan nilai faktor air semennya yang berakibat penambahan kuat tekan beton.
4.
Sifat Agregat Sifat agregat yang paling berpengaruh terhadap kekuatan beton adalah
kekasaran permukaan dan ukuran maksimumnya. Permukaan yang halus dan kasar berpengaruh pada lekatan dan besar tegangan saat retak-retak beton mulai terbentuk. Oleh karena itu kekasaran permukaan ini berpengaruh terhadap bentuk kurva tegangan-regangan tekan dan terhadap kekuatan betonnya. Akan tetapi bila adukan beton nilai slump nya sama besar, pengaruh tersebut tidak tampak karena
Jurnal Teknik Sipil No. 1 Vol. 1, Agustus 2014
agregat yang permukaannya halus memerlukan air lebih sedikit, berarti nilai fas nya rendah yang menghasilkan kuat tekan beton lebih tinggi. Pada pemakaian ukuran butir agregat lebih besar memerlukan jumlah pasta lebih sedikit, berarti pori-pori betonnya juga sedikit sehingga kuat tekannya lebih tinggi. Tetapi daya lekat antara permukaan agregat dan pastanya kurang kuat sehingga kuat tekan betonnya menjadi rendah. 5.
Rongga Udara (voids) Peningkatan faktor air semen dapat menyebabkan rongga udara meningkat,
sehinga penurunan durabilitas, sifat kedap air pada beton. Kebutuhan air dalam pencampuran beton diharapkan cukup untuk mendukung proses hidrasi pada semen, penambahan air pada pencampuran beton yang dapat menyebabkan terjadinya rongga pada beton, sehingga kualitas beton yang dihasilkan menurun. 6.
Pekerjaan Perawatan (curing) Tujuan perawatan beton adalah memelihara beton dalam kondisi tertentu
pasca pembukaan bekisting (demoulding of form work) agar optimasi kekuatan beton dapat dicapai mendekati kekuatan yang telah direncanakan. Perawatan ini berupa pencegahan atau mengurangi kehilangan/ penguapan air dari dalam beton yang ternyata masih diperlukan untuk kelanjutan proses hidrasi. Bila terjadi kekurangan/ kehilangan air maka proses hidrasi akan terganggu/ terhenti dan dapat mengakibatkan terjadinya penurunan perkembangan kekuatan beton, terutama penurunan kuat tekan. Sehari setelah pengecoran merupakan saat yang terpenting untuk periode sesudahnya. Oleh sebab itu diperlukan perawatan dengan air sehingga untuk jangka panjang, kualitas beton, baik kekuatan maupun kekedapan airnya, dapat lebih baik. Perawatan dengan cara membasahi menghasilkan beton yang terbaik. Semakin erat pendekatan kondisi perawatan, semakin kuat beton yang dihasilkan.
METODE PENELITIAN Lokasi
Jurnal Teknik Sipil No. 1 Vol. 1, Agustus 2014
Lokasi penelitian dilakukan di Laboratorium bahan dan strukutr Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Gorontalo. Lokasi pengambilan material bukit Pasolo di Desa Hulawa Kecamatan Sumalata Timur Kabupaten Gorontalo Utara. Pengujian bahan Penelitian Pengujian bahan dilakukan untuk meneliti bahan yang akan digunakan pada campuran apakah memenuhi persyaratan. Pengujian bahan terdiri dari agregat kasar dan agregat halus. Material yang digunakan untuk pembuatan benda uji pada penelitian ini adalah: 1. Agregat halus
: pasir bukit Pasolo dan Pasir Sungai Bone.
2. Agergat Kasar
: kerikil sungai Bone.
3. Semen Portland
: Semen Tonasa.
4. Air
: Air Laboratorium Teknik Sipil UNG.
Prosedur pengujian material mengikuti buku petunjuk praktikum bahan yang diterbitkan oleh Laboratorium Teknik Sipil UNG meliputi: 1.
Pemeriksaan Kadar Air.
2.
Pemeriksaan Kadar Lumpur.
3.
Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Agregat.
4.
Pemeriksaan Gradasi Agregat.
5.
Pemeriksaan Berat Volume dan Rongga Udara.
6.
Abrasi.
Desain Penelitian Secara umum proses penelitian ini dimulai dari persiapan yaitu menyiapkan bahan seperti semen, kerikil dan pasir. Dalam tahapan ini dilakukan pengujian kadar air, kadar lumpur, kadar lumpur, berat jenis, analisa saringan dan berat volume, uji kekerasan agregat kasar, dilanjutkan pembuatan benda uji dan pengambilan data. Benda uji dibuat berbentuk silinder dengan ukuran 15 x 30 cm. Adapun komposisi campuran beton dalam penelitian ini adalah semen : pasir : kerikil 1: 1.7 : 3.8. Adapun komposisi material bukit Pasolo sebanyak 0%, 25%, 50%, 75% dan 100% dilakukan untuk mengetahui proporsi optimum agregat bukit Pasolo dalam campuran.. Perencanaan campuran yang digunakan dalam
Jurnal Teknik Sipil No. 1 Vol. 1, Agustus 2014
penelitian ini hanya menggunakan perhitungan perencanaan campuran terhadap beton tanpa menggunakan pasir bukit Pasolo, pada variasi 25% BP-75% SB, 50% BP - 50% SB, 75% BP - 25% SB dan 100% BP - 0% SB tidak lagi menghitung perencanaan campuran beton. Pada setiap variasi campuran, volume material bukit pasolo yang digunakan sama dengan volume agregat halus sungai bone yang dikurangi karena fungsi dari material bukit pasolo dalam penelitian ini sebagai pengganti sebagian agregat halus dalam campuran beton. Pengujian Kekuatan Setelah pembuatan benda uji kemudian dilakukan pengujian kuat tekan menggunakan alat uji tekan beton (compression machine) pada beton yang berumur 14 hari dan 28 hari. Pada pengujian kuat tekan beton dalam penelitian ini untuk masing-masing variasi sebanyak 6 benda uji.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengujian Agregat Halus Hasil pengujian laboratorium terhadap agregat halus dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2. Tabel 1 Hasil pengujian Agregat Halus Bukit Pasolo Jenis Pengujian Kadar Air
Hasil Pengujian 0.46
Toleransi
Kadar Lumpur
1.23
≤ 5%
Berat Jenis
3.02
Berat Volume
1.74
Gradasi Agregat
Keterangan
dalam Gambar 1
Tabel 2 Hasil Pengujian Agregat Halus Sungai Bone Jenis Pengujian
Hasil Pengujian
Kadar Air
2.56
Kadar Lumpur
2.87
Berat Jenis
2.47
Berat Volume
1.65
Gradasi Agregat
Toleransi
Keterangan
≤ 5%
dalam Gambar 2
Jurnal Teknik Sipil No. 1 Vol. 1, Agustus 2014
Persen Lolos (%)
Zona I Pasir Kasar 100 50
Batas Bawah
0 0.075 0.15
Batas Atas 0.3
0.6
1.2
2.4
4.8
9.6
Bukit Pasolo
Ukuran Saringan (mm)
Gambar 1 Hasil pemeriksaan gradasi agregat halus Bukit Pasolo
Persen Lolos (%)
Zona II Pasir Sedang 100 50
Batas Bawah
0
Batas Atas
0.075 0.15
0.3
0.6
1.2
2.4
4.8
9.6
Sungai Bone
Ukuran Saringan (mm)
Gambar 2 Hasil pemeriksaan gradasi agregat halus Sungai Bone Berdasarkan hasil pengujian yang diperoleh, agregat halus yang digunakan dalam penelitian ini memenuhi syarat untuk digunakan sebagai bahan campuran beton. Hasil pengujian Agregat Kasar Hasil pengujian laboratorium terhadap agregat kasar dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Hasil Pengujian Agregat Kasar Sungai Bone Jenis Pengujian
Hasil Pengujian
Kadar Air
1.42
Kadar Lumpur
0.23
Berat Jenis
2.48
Berat Volume Abrasi Gradasi Agregat
Toleransi ≤ 1%
1.63/1.88 51.32
Keterangan
Lepas/Dipadatkan <50% dalam Gambar 3
Jurnal Teknik Sipil No. 1 Vol. 1, Agustus 2014
Persen Lolos (%)
Butir Maks. 40 mm 100 50 0 2.375
Batas Bawah Batas Atas 4.75
9.5
19
38
Kerikil
Ukuran Saringan (mm)
Gambar 3 Hasil Pemeriksaan Gradasi Agregat Kasar Sungai Bone Berdasarkan hasil pengujian yang diperoleh, agregat kasar yang digunakan dalam penelitian ini tidak memenuhi syarat untuk digunakan sebagai bahan campuran beton karena pengujian abrasi melebihi syarat maksimum yang telah di tentukan. Hasil Pengujian Kuat Tekan Hasil untuk masing-masing pengujian kuat tekan dapat dilihat pada Tabel 4 sampai Tabel 8 dan Gambar 4 dan Gambar 5. Tabel 4 Kuat Tekan Beton variasi 0% agregat halus Bukit Pasolo dan 100% agregat halus Sungai Bone Umur (Hari)
Hasil Pembacaan (Kn)
Kuat Tekan Silinder (F'c) (Mpa)
Kuat Tekan 28 Hari (Mpa)
Benda Uji
Berat (Gr)
Luas Permukaan (Cm2)
1
12713
176.71
14
300
17.31
19.77
2
12845
176.71
14
310
17.88
20.43
3
12600
176.71
14
330
19.04
21.75
4
12842
176.71
28
400
23.07
23.07
5
12642
176.71
28
400
23.07
23.07
6
12610
176.71
28
410
23.65
23.65
Jurnal Teknik Sipil No. 1 Vol. 1, Agustus 2014
Tabel 5 Kuat Tekan Beton variasi 25% agregat halus Bukit Pasolo dan 75% agregat halus Sungai Bone Benda Uji
Berat (Gr)
Luas Permukaan (Cm2)
Umur (Hari)
Hasil Pembacaan (Kn)
Kuat Tekan Silinder (F'c)
Kuat Tekan 28 Hari (Mpa)
1
12830
176.71
14
370
21.34
24.38
2
12790
176.71
14
360
20.77
23.72
3
12985
176.71
14
340
19.61
22.41
4
13066
176.71
28
400
23.07
23.07
5
12890
176.71
28
450
25.96
25.96
6
12925
176.71
28
400
23.07
23.07
Tabel 6 Kuat Tekan Beton variasi 50% agregat halus Bukit Pasolo dan 50% agregat halus Sungai Bone Benda Uji
Berat (Gr)
Luas Permukaan (Cm2)
Umur (Hari)
Hasil Pembacaan (Kn)
Kuat Tekan Silinder (F'c)
Kuat Tekan 28 Hari (Mpa)
1
13035
176.71
14
270
15.57
17.79
2
13065
176.71
14
330
19.04
21.75
3
13300
176.71
14
300
17.31
19.77
4
13250
176.71
28
400
23.07
23.07
5
13125
176.71
28
400
23.07
23.07
6 13050 176.71 28 410 23.65 23.65 Tabel 7 Kuat Tekan Beton variasi 75% agregat halus Bukit Pasolo dan 25% agregat halus Sungai Bone Benda Uji
Berat (Gr)
Luas Permukaan (Cm2)
Umur (Hari)
Hasil Pembacaan (Kn)
Kuat Tekan Silinder (F'c)
Kuat Tekan 28 Hari (Mpa)
1
13242
176.71
14
330
19.04
21.75
2
13340
176.71
14
340
19.61
22.41
3
14420
176.71
14
330
19.04
21.75
4
13320
176.71
28
450
25.96
25.96
5
13435
176.71
28
450
25.96
25.96
6
13355
176.71
28
450
25.96
25.96
Jurnal Teknik Sipil No. 1 Vol. 1, Agustus 2014
Tabel 8 Kuat Tekan Beton variasi 100% agregat halus Bukit Pasolo dan 0% agregat halus Sungai Bone Berat (Gr)
Luas Permukaan (Cm2)
Umur (Hari)
Hasil Pembacaan (Kn)
Kuat Tekan Silinder (F'c)
Kuat Tekan 28 Hari (Mpa)
1
13730
176.71
14
350
20.19
23.06
2
13575
176.71
14
300
17.31
19.77
3
13560
176.71
14
300
17.31
19.77
4
13600
176.71
28
410
23.65
23.65
5
13370
176.71
28
430
24.80
24.80
6
13600
176.71
28
400
23.07
23.07
Kuat Tekan (MPa)
Benda Uji
28.00 26.00 24.00 22.00 20.00 18.00 16.00 14.00 12.00 10.00
25.96 24.04
23.27
20.57 18.07
0
23.84
23.27 19.23
18.27
17.31
25
50 75 Variasi Campuran
Umur 14 Hari Umur 28 Hari
100
Gambar 4 Perbandingan hasil kuat tekan beton berdasarkan Umur Beton dan variasi campuran Berdasarkan Gambar 4 dapat dilihat bahwa pada umur 28 hari terjadi peningkatan nilai kuat tekan beton dari beton normal (0% BP) sampai variasi 75% BP, dimana kuat tekan tertinggi adalah 25.96 MPa dan pada variasi 100% BP terjadi penurunan nilai kuat tekan menjadi 23.84 MPa.
Kuat Tekan (MPa)
Jurnal Teknik Sipil No. 1 Vol. 1, Agustus 2014
28.00 26.00 24.00 22.00 20.00 18.00 16.00 14.00 12.00 10.00
Kuat Tekan Beton Normal Kuat Tekan Beton Variasi 25% BP Kuat Tekan Beton Variasi 50% BP 14
28
Umur Beton (Hari)
Kuat Tekan Beton Variasi 75% BP
Gambar 5 Perbandingan Kuat Tekan Beton berdasarkan variasi campuran Berdasarkan Gambar 5 dapat dilihat bahwa perkembangan kuat tekan ratarata beton dari umur 14 hari ke 28 hari mengalami peningkatan. Dimana nilai kuat tekan rata-rata tertinggi adalah variasi 75% BP. Pembahasan Berdasarkan hasil pengujian kuat tekan beton pada Tabel 4 sampai Tabel 8 dan Gambar 4 dan Gambar 5 dapat diketahui bahwa pemakaian agregat bukit Pasolo sebagai pengganti sebagian agregat halus dapat menaikkan kuat tekan beton dibandingkan dengan beton yang tidak menggunakan pasir bukit Pasolo. Kuat tekan yang didapat mencapai kuat tekan yang direncanakan, dimana variasi campuran yang terbaik yaitu pada variasi 75% agregat halus bukit Pasolo dan 25% agregat halus Sungai Bone. Sebagaimana yang ditunjukkan pada Gambar 4 dan Gambar 5 variasi campuran tersebut menghasilkan kuat tekan yang tertinggi diantara variasi campuran yang lainnya. Pada Variasi ini terjadi peningkatan kuat tekan sebesar 25.96 MPa atau meningkat sebesar 11.54% jika dibandingkan dengan beton tanpa menggunakan pasir bukit Pasolo. Dari Gambar 4 dan Gambar 5 menunjukkan bahwa pada kuat tekan beton variasi 50% BP dan 50% SB mengalami penurunan kuat tekan beton. Hal ini terjadi karena pada variasi tersebut proses perawatan beton (curring) terlambat 1 (satu) hari yang menyebabkan keretakan beton karena kehilangan air yang begitu cepat dan juga dapat sebabkan oleh proses pencampuran beton yang dilakukan secara manual. Pada Gambar 4 dan 5 menunjukkan bahwa kuat tekan beton pada umur 14 hari untuk variasi 25% BP lebih tinggi dibandingkan dengan variasi 75% BP hal
Jurnal Teknik Sipil No. 1 Vol. 1, Agustus 2014
ini dapat terjadi karena pada umur 14 hari kekuatan beton belum stabil yang disebabkan oleh banyak hal salah satunya proses pengeringan beton pada umur 14 hari belum merata. Namun pada umur beton 28 hari kuat tekan variasi 75% BP lebih tinggi dibandingkan dengan variasi 25% SB hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu pada variasi tersebut proporsi campuran agregat masuk pada lengkung gradasi yang sangat baik yang membuat kuat tekannya lebih tinggi. Faktor lain adalah pada variasi ini campuran antara agregat bukit Pasolo dan sungai Bone menyebabkan kurangnya rongga atau pori dalam campuran yang menyebabkan kuat tekannya meningkat. Mengganti sebagian pasir dengan pasir bukit Pasolo juga dapat menurunkan kuat tekan beton jika pasir bukit Pasolo yang digunakan terlalu banyak melebihi 75% dari proporsi agregat halus yaitu pada variasi 100% pasir bukit Pasolo terjadi penurunan kuat tekan beton. Hal ini disebabkan karena terjadi kelebihan pemakaian material pasir bukit Pasolo yang menyebabkan banyaknya pori-pori pada benda uji sehingga akan mengurangi lekatan antara agregat dan pasta semen dalam adukan beton. Kekurangan lekatan ini akan mengurangi ikatan antara butiran agregat setelah beton mengeras dan akan mengurangi kekuatan beton. Faktor lain yang menyebabkan terjadinya penurunan kuat tekan beton adalah nilai slump. Semakin tinggi persentase pasir bukit Pasolo yang digunakan maka semakin kecil nilai slump yang terjadi. Hal ini disebabkan karena air yang diperlukan untuk reaksi campuran beton diserap oleh pasir bukit Pasolo. Jika nilai slump semakin kecil maka beton akan keropos karena pemadatan tidak berjalan dengan baik, sehingga kuat tekan beton akan menurun. Penggunaan pasir bukit pasolo sebagai pengganti sebagian agregat halus juga mempengaruhi berat dari beton, dimana beton yang mengandung pasir bukit Pasolo lebih banyak memiliki berat yang lebih berat dibandingkan dengan beton tanpa menggunakan pasir bukit Pasolo.
Jurnal Teknik Sipil No. 1 Vol. 1, Agustus 2014
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dapat disimpulkan bahwa: 1.
Pengaruh yang terjadi akibat mengganti sebagian agregat halus dengan pasir bukit Pasolo pada campuran beton dapat meningkatkan kuat tekan beton dibandingkan dengan beton tanpa menggunakan pasir bukit Pasolo. Pengaruh lain yang terjadi adalah semakin banyak agregat bukit Pasolo yang digunakan akan menambah berat dari beton tersebut. Pada variasi 75% pasir bukit Pasolo dan 25% pasir sungai Bone kuat tekan yang diperoleh adalah 25.96 MPa atau meningkat 15.38% dari kuat tekan rencana.
2.
Pasir bukit Pasolo dapat dimanfaatkan sebagai pengganti agregat halus dalam campuran beton.
Saran 1.
Dilakukan variasi faktor air semen (FAS) pada beton dengan campuran material bukit Pasolo agar diperoleh FAS optimum.
2.
Sebaiknya menghitung kembali perencanaan campuran berdasarkan susunan besar butir agregat halus.
3.
Penggunaan material bukit pasolo sebagai pengganti sebagian agregat halus dalam campuran beton tanpa mengurangi volume agregat halus dalam campuran.
3.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi seluruh pihak yang terkait khususnya masyarakat sekitar bukit Pasolo.
DAFTAR PUSTAKA Badan Standarisasi Nasional. (2000). Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal. SNI 03-2834-2000. Mulyono, Tri. (2003). Teknologi Beton. Yogyakarta: Andi. Tjokrodimuljo, K. (1996). Teknologi Beton. Yogyakarta: Nafiri.