Jurnal Sosialisasi Pendidikan Sosiologi-FIS UNM
PENERAPAN TATA TERTIB PADA PESERTA DIDIK DALAM LINGKUNGAN SEKOLAH DI SMA NEGERI 1 MANGKUTANA KABUPATEN LUWU TIMUR Hilphya Chory Pendidikan Sosiologi FIS-UNM ABSTRAK Penelitian ini bertujuan 1) Untuk mengetahui penerapan tata tertib pada peserta didik dalam lingkungan sekolah di SMA Negeri 1 Mangkutana Kabupaten Luwu Timur. 2) Untuk mengetahui penyebab siswa melanggar tata tertib di SMA Negeri 1 Mangkutana Kabupaten Luwu Timur. Jenis penelitian ini kualitatif dengan penentuan informan melalui teknik purposive sampling dengan kriteria sebagai guru BK sebanyak 3 orang, Kepala Sekolah, Satpam dan Siswa yang diwakili Ketua OSIS SMA Negeri 1 Mangkutana. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi. Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif dengan tahapan mereduksi data, mendisplay data, dan penarikan kesimpulan. Teknik pengabsahan data yaitu member check. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Sistem penerapan tata tertib di SMA Negeri 1 Mangkutan masih belum berjalan dengan baik karena masih banyak siswa yang melakukan pelanggaran yang tidak ditangani dan masih ada terjadi pilikasih antara siswa dengan siswa yang lainnya dalam kasus pelanggaran. 2) Faktor penyebab siswa melakukan pelanggaran dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang berasal dari diri siswa dan dari lingkungan sekolah. Sedangkan faktor eksternal berasal dari faktor keluarga dan pergaulan. Kata kunci : penerapan tata tertib, peserta didik ABSTRACT This research aims 1) to find out the order system of application to students in school environment at Senior High School 1 Mangkutana East Luwu Regency. 2) To find out the causes of students disciplinary breachesin Senior High School 1 Mangkutana East Luwu Regency. This type of the research is qualitative determination of informants through purposive sampling with criteria as much as 3 people BK Teacher, Headmaster, Security and Students who represented the Chairman of OSIS Senior High School 1 Mangkutana. Data collection techniques used were observation, interview and documentation. The data obtained in this research were analyzed using qualitative descriptive analysis with data reduction stage, displaying data, and drawing conclusions. Data validation techniques that membercheck. The results showed that 1) application order system in Senior High School 1 Mangkutana still not running well because there are many students who commit violations are not addressed and there is still happening application between students and other students in case of violation. 2) Factors that cause students a foul influenced by two factors, namely internal and external factors. Internal factors are derived from the students and from the school environment. While external factors derived from family and social factors. Keyword: Order system, student
PENDAHULUAN Dalam kehidupan sehari-hari banyak kita temukan peserta didik yang tidak disiplin yang disebabkan oleh faktor kesengajaan dan kurangnya penerapan mengenai tata tertib dalam lingkungan sekolah. Permasalahan-permasalahan tersebut dapat mengganggu aktivitas belajar mengajar di sekolah. Penyebab perilaku pelanggaran tata tertib tersebut terbentuk karena pengalaman dan pembelajaran yang salah dari lingkungan maupun sekolah. Kurang perhatian dari orang tua, adanya larangan-larangan yang membuat peserta didik merasa tertekan, kemarahan dan penolakan dari orang tua ataupun pendidik terhadap sikap dan perilaku yang ditimbulkan oleh peserta didik. Dalam proses interaksi antar warga sekolah tersebut pasti ada tata tertib yang dijadikan pegangan dalam interaksi supaya tidak terjadi perilaku yang menyimpang di lingkungan sekolah. Kenyataannya dalam proses interaksi tersebut yang sering terjadi atau menunjukkan tingkah laku perilaku menyimpang adalah siswa (peserta didik). Seharusnya penerapan tata tertib di SMA Negeri 1 Mangkutana Kabupaten Luwu Timur ini sudah Hilphya Chory |
75
Jurnal Sosialisasi Pendidikan Sosiologi-FIS UNM
diketahui, dipatuhi dan di jalani dengan baik dan benar oleh seluruh siswa di SMA Negeri 1 Mangkutana Kabupaten Luwu Timur. Akan tetapi siswa seharusnya tidak melanggar itu, meskipun sekolah telah menerapkan bentuk aturan-aturan yang telah ditetapkan dalam tertib sekolah yang mana tata tertib ini merupakan salah satu bentuk interaksi simbolik antar warga sekolah namun terkadang masih banyak saja siswa yang melanggar tata tertib tersebut. Pada kenyataannya banyak siswa di SMA Negeri 1 Mangkutana Kabupaten Luwu Timur melanggar aturan-aturan tata tertib yang berlaku. SMA Negeri 1 Mangkutana yang berlokasi di Kabupaten Luwu Timur. Sampai saat ini siswa SMA Negeri 1 Mangkutana jumlah siswa 885 siswa/murid. Untuk kelas X terdiri dari 10 kelas dengan jumlah 30 orang siswa dalam 1 kelas, untuk kelas XI terbagi atas IPA yang jumlahnya terdiri 4 kelas dan untuk IPS jumlahnya terdiri 6 kelas, dan kelas XII terbagi atas IPA yang jumlahnya terdiri 3 kelas dan untuk IPS 6 kelas. Banyaknya siswa sehingga menimbulkan banyak masalah di sekolah, masalah yang ada pada siswa sangatlah banyak dan beragam. Namun sering muncul adalah masalah kedisiplinan, kerapian, dan konflik antar siswa. Masih banyak sekali pelanggaran tata tertib yang sering dilakukan oleh siswa diantaranya adalah membolos atau ketidak hadiran siswa tanpa alasan yang tepat. Dalam lingkungan SMA Negeri 1 Mangkutana Kabupaten Luwu Timur diberlakukannya sistem point pelanggaran untuk menangani setiap kasus siswa yang melakukan pelangaran tata tertib. Setiap siswa yang bersekolah di SMA Negeri 1 Mangkutana Kabupaten Luwu Timur, akan memiliki 100 point untuk setiap semester. 100 point tersebut akan dikurangi pada saat siswa melakukan pelanggaran tata tertib sesuai dengan jenis pelanggaran yang dilakukan siswa tersebut. Pelanggaran yang paling sering dilakukan siswa adalah kehadiran, bolos, lompat pagar, berkelahi, merokok, membawa hp, menonton video porno, dan tidak mengikuti ibadah jumat. Tercatat dalam buku BK tahun ajaran 2015/2016 siswa yang melakukan pelanggaran tata tertib sebanyak 256 nomor kasus yang terbagi dalam bentuk kehadiran 199, bolos 5, merokok 3, tidak mengikuti ibadah jumat 2, terlambat 10, berkelahi 8, membawa hp 3, kelengkapan atribut 12, tidak mengerjakan tugas 9, kerapian 3 dan bicara kotor 2. Dari kasus tersebut 11 siswa telah dikeluarkan, 1 siswa dipindahkan, 5 siswa di panggil orang tua dan 1 di titip disalah satu SMA swasta di Mangkutana dan kasus yang lainnya masih bisa di tolerir dan ditangani oleh guru BK. Adapun pengalaman pribadi peneliti waktu masih sekolah di SMA Negeri 1 Mangkutana Kabupaten Luwu Timur pernah menyaksikan beberapa siswa yang melakukan pelanggaran yaitu mencoret-coret baju di dalam lingkungan kantor polisi pada saat pengumuman hasil ujian nasional tahun 2012, dampak dari perbuatan siswa tersebut kepala sekolah di minta pertanggungjawabannya oleh pihak kepolisisan. Berdasarkan apa yang sudah peneliti paparkan di atas, peneliti mengangkat masalah mengenai analisis makna perilaku menyimpang bagi siswa dan di tuangkan dalam judul penelitian mengenai Penerapan Tata Tertib Pada Peserta Didik dalam Lingkungan Sekolah di SMA Negeri 1 Mangkutana Kabupaten Luwu Timur. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah 1) Untuk mengetahui penerapan tata tertib di SMA Negeri 1 Mangkutana Kabupaten Luwu Timur. 2) Untuk mengetahui penyebab siswa melanggar tata tertib di SMA Negeri 1 Mangkutana Kabupaten Luwu Timur. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Lokasi penelitian dalam penelitian ini adalah SMA Negeri 1 Mangkutana Kabupaten Luwu Timur. Penentuan informan pada penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data, yaitu Hilphya Chory |
76
Jurnal Sosialisasi Pendidikan Sosiologi-FIS UNM
sebagai berikut a) Observasi, b) Wawancara, c) Dokumentasi. Penelitian ini menggunakan uji keabsahan data dengan dengan cara melakukan atau mengadakan member check. Data yang di peroleh di lapangan kemudian di olah secara deskriptif kualitatif dengan melalui tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sekolah merupakan tempat pendidikan lanjutan setelah lingkungan keluarga. Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai tanggung jawab besar untuk mencapai tujuan pendidikan. Di sekolah dikembangkan aturan yang berlaku untuk mengatur kedudukan dan peranan seseorang sesuai dengan tujuan pendidikan yang akan dicapai. Sekolah merupakan salah satu lembaga formal tempat para peserta didik memperdalam ilmu pengetahuan dan tempat peserta didik dibentuk kepribadiannya. Membina karakter disiplin siswa merupakan upaya membimbing dan mengarahkan agar dapat tumbuh dan berkembang menuju ke arah yang lebih baik. Dalam lingkungan sekolah ada kelompok kecil yang terdiri dari sebagian kecil siswa, guru dan anggota lainnya yang saling berinteraksi antara satu dengan lainnya. Setiap individu memiliki perbedaan yang mendasar dari individu lainnya, begitu pula dengan masyarakat kecil yang ada di sekolah. Tentunya terdapat beragam sikap dan sifat yang menjadi ciri khas masing-masing diantara mereka. Untuk itu perlu adanya suatu norma yang harus ditaati bersama oleh semua anggota kelompok dan masyarakat kecil di sekolah. Norma kelompok yang diharapkan dapat mengatur dan mengendalikan tindakan dan sikap individu yang diwujudkan dalam tata tertib sekolah. Oleh karena itu keberadaan tata tertib sekolah memegang peranan yang sangat penting yaitu sebagai alat untuk mengatur perilaku atau sikap siswa di sekolah. Karena tata tertib berisikan keharusan yang harus dilaksanakan oleh siswa, dan berfungsi sebagai pengendali bagi perilaku siswa, maka secara tidak langsung tata tertib sekolah akan membawa siswa kedalam kondisi yang baik dan teratur dalam belajar disekolah, dengan demikian tata tertib sekolah sangat erat kaitanya dengan belajar siswa disekolah. Dalam tata tertib sekolah dikemukakan hal-hal yang diharuskan dianjurkan dan tidak boleh dilakukan dalam pergaulan sekolah. Tata tertib juga diikuti dengan sanksi atau hukuman. Ketaatan dan kepatuhan dalam menjalankan tata tertib kehidupan, tidak akan dirasa memberatkan bila dilaksanakan dengan kesadaran akan penting dan manfaatnya. Kemauan dan kesediaan mematuhi disiplin itu datang dari dalam diri orang yang bersangkutan atau tanpa paksaan dari luar atau orang lain, khususnya diri anak didiknya. Penerapan tata tertib sekolah perlu dilakukan untuk mensosialisasikan hasil penyusunan tata tertib yang telah disepakati bersama. Hal ini bertujuan agar seluruh warga sekolah khususnya siswa dan umumnya orang tua siswa mengetahui tata tertib yang harus ditaati, dijauhi dan tidak melanggar kesepakatan tersebut. Dalam penerapan tata tertib, sekolah tidak hanya mensosialisasikan hasil tata tertib, tetapi juga harus membangun rasa tanggung jawab warga sekolah dan mengikutsertakan orang tua siswa agar dalam penerapannya dapat berjalan dengan lancar dan baik. SMA Negeri 1 Mangkutana menerapkan tata tertib sebagai kumpulan aturan-aturan yang dibuat secara tertulis dan mengikat anggota masyarakat. Tata tertib sekolah merupakan aturan yang harus di patuhi oleh setiap warga sekolah tempat berlangsungnya proses belajar mengajar. Pelaksanaan tata tertib sekolah akan berjalan dengan baik jika guru, aparat sekolah dan siswa saling mendukung tata tertib sekolah dalam artian menaati setiap aturan-aturan. Arikunto (1990:123), peraturan tata tertib merupakan sesuatu untuk
Hilphya Chory |
77
Jurnal Sosialisasi Pendidikan Sosiologi-FIS UNM
mengatur perilaku yang diharapkan terjadi pada diri siswa. Peraturan menunjuk pada patokan atau standar yang sifatnya umum yang harus dipatuhi oleh siswa. Gunarsa (1995:136), fungsi dari tata tertib adalah agar siswa dapat dengan mudah mengendalikan diri, menghormati dan mematuhi otoritas. Hasil wawancara penelitian ini menunjukkan bahwa tata tertib di SMA Negeri 1 Mangkutana Pelaksanannya sudah cukup baik sesuai dengan tata tertib yang telah ditetapkan dalam sistem point yang telah diberlakukan. Tata tertib diberlakukan berdasarkan keputusan bersama stakholder (komite sekolah, kepala sekolah, orang tua dan siswa). meskipun masih ada siswa yang melanggar tata tertib tersebut. Namun, dalam hasil penelitian ini peneliti menemukan hasil yang berbeda dengan teknik wawancara dan teknik observasi, dimana SMA Negeri 1 Mangkutana sistem penerapan tata tertib belum terlaksana dengan baik, karena melalui pengamatan observasi masih banyak siswa yang melakukan pelanggaran tata tertib namun guru yang bertanggung jawab kurang memperhatikan, bahkan peneliti pernah menemukan pilikasi antara siswa dengan siswa lainnya dalam kasus pelanggaran dan masih banyak pelanggaran yang terlewatkan dan tidak tercatat dibuku harian pelanggaran SMA Negeri 1 Mangkutana. Sistem point pelanggaran yang tercantum dalam tata tertib hanya berupa tata tertib tertulis saja karena pelaksanaan sistem point tersebut sudah jarang terjadi di SMA Negeri 1 Mangkutana dan penerapannya tidak terang-terangan di depan siswa. Dari pembahasan diatas dapat dirumuskan bahwa sistem penerapan di SMA Negeri 1 Mangkutana masih belum berjalan dengan baik. Keberagaman latar belakang dan potensi yang dimiliki siswa akan berpengaruh terhadap tingkat ketaatan siswa dalam mematuhi tata tertib, oleh karena itu tidak mengherankan jika ada siswa yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan aturan yang ada menyebabkan siswa tersebut melakukan pelanggaran. Pelanggaran-pelanggaran yang biasa dilakukan siswa di sekolah cukup beragam, diantaranya kesiangan, membolos, keluar kelas pada waktu jam pelajaran, tidak suka memakai atribut sekolah, tidak mengikuti upacara bendera serta masih banyak lagi pelanggaranpelanggaran lainnya. Timbulnya kesadaran siswa akan kewajibannya untuk mematuhi tata tertib sekolah diharapkan tertanam pada perilaku atau moral siswa. Sehingga siswa dapat berperilaku sesuai dengan norma atau aturan yang berlaku, salah satunya adalah perilaku disiplin. Penerapan tata tertib sekolah yang disertai hukuman atau sanksi dibutuhkan sebagai usaha dalam membantu meningkatkan kedisiplinan siswa. Dengan adanya hukuman dan sanksi diharapkan akan membuat siswa jera dan tidak mengulangi perbuatan yang melanggar peraturan yang pada akhirnya dapat dirasakan pengaruhnya bagi siswa dalam membentuk kepribadian yang utuh atau kepribadian yang bermoral dan berdisiplin. Adanya pelanggaran tata tertib sekolah tentu menjadai masalah bagi sekolah yang terjadi dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya pelanggaran tata tertib sekolah ada dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal siswa. Seperti yang dikemukakan oleh Walgito dalam Asraf (2015:12), pelanggaran kedisiplinan terhadap tata tertib sekolah seringkali disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor internal yang terdapat dalam diri sendiri dan faktor eksternal dari pengaruh lingkungan luar. Pelanggaran dalam hal kehadiran merupakan pelanggaran yang paling sering dilakukan oleh siswa. Pelanggaran ini dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi adalah rasa malas dan kurangnya rasa tanggungjawab. Anak yang bangun kesiangan akhirnya tidak jadi berangkat ke sekolah. Data observasi peneliti menyebutkan bahwa sebagian besar siswa yang tidak hadir karena bangun kesiangan, dan rasa malas. Mereka menjadikan bangun kesiangan sebagai alasan untuk terlambat datang ke sekolah. Bangun kesiangan merupakan alasan yang paling klasik, dimana sebenarnya alasan itu tidak dibenarkan. Hilphya Chory |
78
Jurnal Sosialisasi Pendidikan Sosiologi-FIS UNM
Selain alasan di atas, peneliti juga mendapatkan hasil bahwa faktor internal siswa melakukan pelanggaran karena adanya faktor dari pihak sekolah dimana dalam mengatasi pelanggaran, guru masih kurang efektif. Peneliti melihat masih banyak siswa yang melakukan pelanggaran namun tidak ditangani oleh pihak sekolah (guru BK). Sehingga siswa mengabaikan tata tertib yang berlaku. Faktor eksternal yang mempengaruhi adalah keadaan geografis dan musim penghujan yang disebabkan siswa malas untuk berangkat karena takut kehujanan dan kurangnya perhatian dari orang yang disebabkan orang tua sibuk dengan pekerjaan masing-masing sehingga tidak dikontrol apakah siswa tersebut berangkat sekolah. Siswa yang berkelahi di sekolah tentu disebabkan beberapa faktor. Adanya kelompok-kelompok dalam sekolah yang merasa paling kuat dan ingin berkuasa dapat menjadi pemicu perkelahian. Faktor lain yang menjadi penyebabnya adalah perkataan kasar, saling mengejek-ngejek antar siswa dan perbedaan pendapat. Dari pembahasan di atas dapat dirumuskan bahwa faktor yang menyebabkan siswasiswi melanggar tata tertib sekolah, yaitu ada dua faktor. Pertama, faktor internal dari dalam diri siswa itu sendiri dan dari keadaan sekolah biasanya siswa tidak bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan/keadaan (tata tertib) sekolah ini. Sedangkan faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa, yaitu keluarga, misalnya, lingkungan keluarga atau orang tua yang kurang memperhatikan anaknya, orang tua berpisah, tinggal berpisah dengan orang tua dan faktor keadaan geografis serta pergaulan. PENUTUP Berdasarkan penelitian yang dilakukan di SMA Negeri 1 Mangkutana Kabupaten Luwu Timur, adapun kesimpulan sebagai berikut 1) Sistem penerapan tata tertib di SMA Negeri 1 Mangkutan masih belum berjalan dengan baik karena masih banyak siswa yang melakukan pelanggaran yang tidak ditangani dan masih ada terjadi pilikasi antara siswa dengan siswa yang lainnya dalam kasus pelanggaran. 2) Faktor penyebab siswa melakukan pelanggaran dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang berasal dari diri siswa dan dari lingkungan sekolah. Sedangkan faktor eksternal berasal dari faktor keluarga, keadaan geografis dan pergaulan. DAFTAR PUSTAKA Gunarsa, Singgi D. 1995. Psikologi Untuk Membimbing. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Asraf, Nurul Asmi. 2015. Proposal: Faktor Penyebab Pelanggaran Tata Tertib (Studi Pada Siswa Di SMA Negeri 18 Makassar). Pendidkan Sosiologi. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Makassar. Arikunto, Suharsimi. 1990. Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi. Jakarta: Rineka Cipta. Afrizal. 2015. Metode Penelitian Kualitatif: Sebuah Upaya Mendukung Penggunaan Penelitian Kualitatif dalam Berbagai Disiplin Ilmu. Jakarta: Rajawali Pers. Arikunto, Suharsimi. 1990. Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi. Jakarta: Rineka Cipta. Basrowi & Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.
Hilphya Chory |
79