JURNAL SKRIPSI PERAN KOMUNITAS WIRAUSAHA MUDA SURAKARTA (WMS) SEBAGAI WAHANA KOMUNIKASI BISNIS
Oleh: Endang Saputri DF D0209029
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2016
PERAN KOMUNITAS WIRAUSAHA MUDA SURAKARTA (WMS) SEBAGAI WAHANA KOMUNIKASI BISNIS
Endang Saputri Dyana Fajarwati Sofiah
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Abstract This research based on fact that Solo is a city that has a good economics. It creates a little community with more spirit to build a business in Solo. One of it is Wirausaha Muda Surakarta (WMS). By WMS, the introduction among all businessman can grow up knowledge. There are new information every meeting up. Business cannot be separated from communication, so it called by business communication. WMS community determines all business activities of the member to reach their profit. It has an aim to describe the role of WMS community as a business communication by qualitative research. The researcher uses a purposive sampling method. Collecting data uses interview, observation, and documentation. Analysis process consists of data reduction, data display, and conclusion. Based on the research, conclusions that can be taken from role of WMS as business communication are: (1) WMS community as business information; (2) WMS community as business communication into marketing business; (3) WMS community as business communication for promotion media; (4) WMS community has a good solution to face others businessman; (5) WMS community helps the members to relate a good relationship with their relation; and (6) WMS community as a social and business communication media. Suggestions that can be given to WMS community are: (1) Although just 25% of the members who come in a routine activity like “Jagongan Bareng”, WMS founder can handle by inviting the university students in Solo; and (2) WMS community must be often to use blog to create many relations. Beside that, web is also needed to get a belief from citizen as business communication. Keyword: Business communication, community
1
Pendahuluan Surakarta (Solo) adalah kota yang kegiatan perekonomiannya tidak pernah mati. Kegiatan tersebut berlangsung hampir 24 jam. Maraknya kegiatan perekonomian di kota Surakarta dapat dilihat dari semakin banyaknya bisnis kuliner yang tumbuh dan berkembang di hampir setiap ruas jalan. Adanya kegiatan rutin yang diadakan Pemerintah Kota seperti Festival Jenang, Solo Batik Carnival, dan Solo Great Sale menarik animo wisatawan domestik dan mancanegara. Kegiatan tersebut semakin menggeliatkan kegiatan ekonomi di Kota Surakarta. Hal ini memicu munculnya banyak UMKM baru di Kota Surakarta. Pada tanggal 10 Juni 1972, lahirlah organisasi yang mewadahi pengusaha muda yang saat ini kita kenal sebagai Himpunan Pengusaha Muda Indonesia atau HIPMI. Sejak awal, organisasi ini lahir dengan dilandasi semangat untuk menumbuhkan wirausahawan dari kalangan anak-anak muda. Bukan hanya sekumpulan pengusaha, namun secara sosilogis sekumpulan pengusaha ini telah terjalin sebuah keakraban, kebersamaan dan kekeluargaan. Berkat keuletan yang luar biasa dari anak-anak muda yang di topang pengusaha batik yang ada di Kota Surakarta pada waktu itu, akhirnya anak-anak muda yang kebanyakan pada waktu itu “bukan siapa-siapa dan bukan apa-apa” akhirnya semua tumbuh menjadi pengusaha-pengusaha yang saat ini kita kenal ikut menentukan masa depan Kota Surakarta
(http://www.hipmisolo.com/Info/Profil-BPC-HIPMI-Surakarta-Masa-
Bakti-2013-2016.html). Menjamurnya semangat membuka usaha di Kota Solo membuat tumbuhnya komunitas-komunitas usaha kecil selain HIPMI Solo. Salah satu komunitas usaha yang hadir adalah Wirausaha Muda Surakarta (WMS). Kehadiran WMS berawal pada tahun 2009 dari pembentukan grup di facebook untuk menampung aspirasi wirausahawan muda di kota Surakarta. Dari pertemanan
di
grup
facebook
itulah
kemudian
secara
resmi
WMS
mendeklarasikan dirinya Maret 2013 lalu. Penelitian tentang peran kaum muda dalam kewirausahaan dan peningkatan ekonomi daerah, telah
dilakukan
2
oleh Manjusmita
Dash
&
Kulveen
Kaur
(2012)
di
Orissa,
India. Mereka menemukan
bahwa
kewirausahaan oleh kaum muda dalam beberapa tahun terakhir telah berhasil mendongkrak persaingan ekonomi dan meningkatkan pembangunan di daerah tersebut. Kewirausahaan di kalangan kaum muda jarang dieksplorasi secara khusus, bahkan kebijakan dan program seringkali dibuat satu namun berlaku untuk semua (one size fits all). Bisnis tak lagi identik dengan suatu usaha yang dijalankan oleh mereka yang berusia matang dengan segenap kemampuan dan skill pendukung dalam mendirikan sebuah bisnis. Anak muda khususnya kaum mahasiswa dengan rentang usia antara 18-25 tahun telah banyak yang menjadi pebisnis muda atau pengusaha muda atau lebih dikenal dengan istilah young entrepreneurship. Kewirausahaan merupakan karekteristik kemanusiaan yang berfungsi besar dalam mengelola suatu bisnis. Dengan kewirausahaan yang tinggi maka manajemen akan dapat diperbaiki secara terus menerus (Hadiyati, 2011). Proses komunikasi yang baik antar anggota diperlukan untuk menunjang keberlangsungan hidup suatu kelompok masyarakat. Di antara anggota tersebut harus ada two-way-communications atau komunikasi dua arah atau komunikasi timbal balik, untuk itu diperlukan kerjasama dengan harapan untuk mencapai citacita, baik cita-cita pribadi, maupun kelompok guna mencapai tujuan bersama. Hubungan yang terjadi merupakan suatu proses adanya keinginan masing-masing individu untuk memperoleh hasil yang nyata dan dapat memberikan manfaat untuk kehidupan yang berkelanjutan (Ruben, 2013). Manusia
sebagai
mahluk
sosial
di
dalam
kehidupannya
harus
berkomunikasi, artinya memerlukan orang lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi. Proses komunikasi dalam komunikasi bisnis merupakan bagian terpenting dalam kehidupan sosial masyarakat yang mampu menjamin eksistensi individu maupun kelompok masyarakat (komunitas). Oleh karena itu, peneliti di sini lebih menitikberatkan pada peran komunitas Wirausaha Muda Surakarta (WMS) sebagai wahana komunikasi bisnis.
3
Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimanakah peran komunitas Wirausaha Muda Surakarta (WMS) sebagai wahana komunikasi bisnis?” Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran komunitas Wirausaha Muda Surakarta sebagai wahana komunikasi bisnis. Tinjauan Pustaka 1. Peran Komunitas WMS Peran merupakan aspek dinamis kedudukan (status), apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peranan. Dari hal di atas lebih lanjut kita lihat pendapat lain tentang peran yang telah ditetapkan sebelumnya disebut sebagai peranan normatif. Sebagai peran normatif dalam hubungannya dengan tugas dan kewajiban komunitas Wirausaha Muda Surakarta (WMS) sebagai wahana komunikasi bisnis mempunyai arti memberikan informasi secara total enforcement, yaitu memberikan informasi bisnis secara penuh (Soekanto, 2012). Menurut Thoha (2012), peran adalah suatu rangkaian yang teratur yang ditimbulkan karena suatu jabatan. Manusia sebagai makhluk sosial memiliki kecenderungan untuk hidup berkelompok. Dalam kehidupan berkelompok tadi akan terjadi interaksi antara anggota masyarakat yang satu dengan anggota masyarakat yang lainnya. Dari beberapa pengertian diatas, penulis menyimpulkan bahwa peran adalah suatu sikap atau perilaku yang diharapkan oleh banyak orang atau sekelompok orang terhadap seseorang atau kelompok yang memiliki status atau kedudukan tertentu. Berdasarkan hal-hal diatas dapat diartikan bahwa apabila dihubungkan dengan komunitas Wirausaha Muda Surakarta (WMS), peran tidak berarti sebagai hak dan kewajiban individu, melainkan merupakan tugas dan wewenang komunitas WMS.
4
2. Komunitas sebagai Kelompok Sosial R.M. Maclver dan Charles H dalam Soekanto (2012) secara singkat menjelaskan bahwa komunitas adalah suatu wilayah kehidupan sosial yang ditandai oleh derajat hubungan sosial tertentu. Dasar-dasar masyarakat setempat adalah lokalitas (tempat tinggal) dan perasaan masyarakat setempat. Definisi lain mengatakan bahwa komunitas adalah sekelompok orang yang saling peduli satu sama lain lebih dari yang seharusnya, dimana dalam sebuah komunitas terjadi relasi pribadi yang erat antar para anggota komunitas tersebut karena adanya kesamaan interest atau values. Komunitas adalah sebuah kelompok sosial dari beberapa organisme yang berbagi lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan dan habitat yang sama. Dalam komunitas manusia, individu-individu di dalamnya dapat memiliki maksud, kepercayaan, sumber daya, preferensi, kebutuhan, resiko, dan sejumlah kondisi serupa yang lain. Komunitas berasal dari bahasa Latin communitas yang berarti “kesamaan”, kemudian menjadi communis yang berarti “sama, publik, dibagi oleh semua atau banyak” (Tubbs and Moss, 2013). 3. Wirausaha Muda Surakarta (WMS) Berawal dari forum diskusi di facebook yang dibuat oleh Albert Kanan, Wirausaha Muda Surakarta atau WMS resmi berdiri. Forum yang membahas berbagai hal tentang bisnis itu akhirnya mendeklarasikan diri di dunia nyata pada 9 Maret 2013 lalu dengan semboyan menebar virus kewirausahaan. Dengan anggota lebih dari 200 orang, komunitas ini berusaha mendorong lahirnya
wirausahawan muda.
Berbagai kegiatan positif
diharapkan mampu memacu generasi sekarang untuk memulai menjadi wirausaha. Kegiatan rutin dari WMS adalah Jagongan Bareng setiap satu bulan sekali dan Terapi Nasi Bungkus (http://terasolo.com/kisah/wmslahirkan-wirausahawan-muda-untuk-indonesia.html).
5
4. Penerapan Komunikasi dalam Komunitas Bisnis a. Pentingnya Komunitas dalam Bisnis Seperti yang telah dikatakan Markaki (2013) dalam jurnalnya berjudul “Communication Management in Business: the Latent Power for Career Development” bahwa: “Business and management communication becomes a crucial and strategic partner in order for corporations to achieve their goals. During that period people evaluate and critically analyze their career path and professional development.” Secara istilah komunikasi didefinisikan sebagai proses penyampaian pesan dari seseorang (atau lembaga) kepada orang lain (atau sekelompok orang) baik secara langsung (tatap muka) atau melalui media seperti surat (selebaran), surat kabar, majalah, radio atau televisi (Mulyana, 2014). Dalam setiap proses interaksi sosial antar individu atau lembaga, tindakan komunikasi biasanya melibatkan dua belah pihak yang saling berhubungan antara satu dan lainnya. Akan tetapi tidak semua jenis interaksi dapat diartikan sebagai bentuk hubungan komunikasi, hal ini karena secara terminology klasikal komunikasi sebagai cabang ilmu sosial (Effendy, 2013). b. Pesan dalam Kegiatan Komunikasi Bisnis Dalam proses komunikasi semua pesan atau informasi yang dikirim akan diterima dengan berbagai perbedaan oleh penerima pesan/informasi, baik karena perbedaan latar belakang, persepsi, budaya maupun hal lainnya. Untuk itu, suatu pesan atau informasi yang disampaikan hendaknya memenuhi 7 syarat atau dikenal juga dengan 7 C, yaitu completeness (lengkap), conciseness (singkat), consideration (pertimbangan), concreteness (konkrit), clarity (kejelasan), courtessy (kesopanan), correctness (ketelitian).
6
c. Komponen Komunikasi Komponen komunikasi adalah hal-hal yang harus ada agar komunikasi bisa berlangsung dengan baik. Menurut Laswell (dalam Cangara, 2014) komponen-komponen komunikasi adalah komunikator, pesan, saluran, penerima, umpan balik, dan protokol (aturan). d. Model Komunikasi dalam Organisasi Di dalam berkomunikasi dalam sebuah organisasi, Steward L.Tubbs dan Sylvia Moss dalam Human Communication menguraikan adanya 3 (tiga) model dalam komunikasi, yaitu model komunikasi linier (one-way communication), model komunikasi interaksional, dan model komunikasi transaksional. Dengan landasan konsep-konsep komunikasi dan organisasi sebagaimana yang telah diuraikan, maka kita dapat memberi batasan tentang komunikasi dalam organisasi secara sederhana, yaitu komunikasi antarmanusia yang terjadi dalam kontek organisasi. Dengan meminjam definisi dari Goldhaber, komunikasi organisasi diberi batasan sebagai arus pesan dalam suatu jaringan yang sifat hubungannya saling bergabung satu sama lain (the flow of messages within a network of interdependent relationships) (Handoko, 2013). e. Proses Komunikasi Pada hakikatnya, proses komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Komunikasi akan berhasil apabila pikiran disampaikan dengan perasaan yang disadari. Proses komunikasi terbagi menjadi dua, yaitu komunikasi secara primer dan secara sekunder. Proses primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Yang kedua adalah proses komunikasi sekunder dimana pada proses ini penyampaian pesan dibantu menggunakan alat atau sarana sebagai media komunikasi.
7
5. Kegiatan Bisnis Pengusaha Niat untuk memulai bisnis memainkan peranan penting untuk memastikan pengembangan kewirausahaan. Untuk sebagian besar dari pengusaha start-up, mencari peluang bisnis adalah tantangan sendiri bagi seorang pengusaha. Oleh sebab itu, mengembangkan ide bisnis diperlukan sebelum merambah ke bisnis. Seperti yang dituliskan Kuratko dan Hodgetts dalam jurnal tulisan Dahalan dkk (2013), mengatakan bahwa: “Entrepreneur is a process of innovation and generating new venture through four dimension- individual, organization, environment and process that is aided by collaborative networks in government, education, and institutions.” Menurut Manullang (2013) bisnis adalah segala aktivitas dari sebuah lembaga yang bergerak dalam dunia bisnis yang menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat untuk kebutuhan sehari-hari. 6. Komunikasi Bisnis a. Pengertian Komunikasi Bisnis Di dalam dunia bisnis, seorang komunikator yang baik di samping harus memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik, juga harus mampu menggunakan berbagai macam alat atau media komunikasi yang ada untuk menyampaikan pesan-pesan bisnis kepada pihak lain secara efektif dan efisien sehingga tujuan penyampaian pesan-pesan bisnis dapat tercapai (Purwanto, 2011). Bentuk dasar dalam komunikasi bisnis ada dua, yaitu komunikasi nonverbal dan komunikasi verbal. Komunikasi nonverbal adalah kumpulan isyarat, gerak tubuh, intonasi suara, sikap, dan sebagainya, yang memungkinkan
seseorang
untuk
berkomunikasi
tanpa
kata-kata.
Komunikasi verbal merupakan suatu bentuk komunikasi di mana pesan disampaikan secara lisan atau tertulis menggunakan suatu bahasa. Berdasarkan aktif atau pasifnya peserta komunikasi, bentuk komunikasi verbal dibedakan menjadi dua, yakni berbicara dan menulis, serta mendengarkan dan membaca. 8
b. Efektivitas dalam Komunikasi Bisnis Keberhasilan komunikasi bisnis juga sangat ditentukan oleh adanya efektivitas dalam komunikasi bisnis. Efektivitas komunikasi bisnis, seperti halnya jenis komunikasi lainnya ditentukan beberapa hal, yaitu persepsi, keberhasilan teknologi informasi dan komunikasi, ketepatan, kredibilitas, pengendalian, serta kecocokan. c. Media Komunikasi Bisnis dan Kegiatannya 1. Telepon Sebagai media Komunikasi Bisnis Pada awalnya, komunikasi dalam dunia bisnis dilakukan dengan menggunakan suatu perangkat komunikasi yang disebut telepon,
dimana
dengan
alat
ini
para
pelaku
bisnis
dapat
menyampaikan informasi dan berkomunikasi dengan pihak lain dalam rangka menjalankan bisnisnya. 2. Iklan Sebagai Media Komunikasi Dunia Usaha/Bisnis Setiap orang yang terjun dalam dunia usaha pasti memilih tujuan dan motivasinya masing-masing. Setiap pengusaha minimal mempunyai tanggung jawab untuk mempetahankan kelangsungan hidup perusahaanya dan maksimal mengembangkan perusahaan seluas-luasnya. 3. Internet Sebagai Media Komunikasi Bisnis Internet adalah suatu komunitas dunia yang sifatnya sangat demokratis serta memiliki kode etik yang dihormati segenap anggotanya. Manfaat internet terutama diperoleh melalui kerjasama antar pribadi atau kelompok tanpa mengenal batas jarak dan waktu. Untuk lebih meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Indonesia, sudah waktunya para profesional Indonesia memanfaatkan jaringan internet dan menjadi bagian dari masyarakat informasi dunia.
9
7. Teori Motivasi McClelland a. Konsep Teori Kebutuhan McClelland Teori kebutuhan McClelland menyatakan bahwa pencapaian, kekuasaan/kekuatan dan hubungan merupakan tiga kebutuhan penting yang dapat membantu menjelaskan motivasi. Kebutuhan pencapaian merupakan dorongan untuk melebihi, mencapai standar-standar, dan berjuang untuk berhasil. Kebutuhan kekuatan dapat membuat orang lain berperilaku sedemikian rupa sehingga mereka tidak akan berperilaku sebaliknya, dan kebutuhan hubungan merupakan keinginan antarpersonal yang ramah dan akrab dalam lingkungan organisasi. b. Kebutuhan McClelland terhadap Komunitas WMS Motivasi pencapaian (n-Ach). Orang yang memiliki kebutuhan yang tinggi untuk pencapaian tidak selalu membuat seseorang menjadi manager yang baik, terutama pada organisasi-organisasi besar. Hal ini dikarenakan orang yang memiliki n-Ach yang tinggi cenderung tertarik dengan bagaimana mereka bekerja secara pribadi, dan tidak akan mempengaruhi pekerja lain untuk bekerja dengan baik. Dengan kata lain, n-Ach yang tinggi lebih cocok bekerja sebagai wirausaha, atau mengatur unit bebas dalam sebuah organisasi yang besar. Motivasi kekuasaan (n-Pow). Individu-individu yang termotivasi oleh kekuasaan memiliki keinginan kuat untuk menjadi berpengaruh dan mengendalikan. Mereka ingin pandangan dan ide-ide mereka harus mendominasi dan dengan demikian, mereka ingin memimpin. Komunitas WMS sendiri merupakan salah satu komunitas bisnis yang ingin mengubah persepsi masyarakat Surakarta untuk menjadi generasi yang lebih mandiri. Hal ini dapat dipandang sebagai kebutuhan untuk memiliki efek positif pada organisasi dan untuk mendukung organisasi dalam mencapai tujuan itu. Motivasi hubungan atau affiliasi (n-Aff). Individu-individu yang termotivasi oleh afiliasi memiliki dorongan untuk lingkungan yang ramah dan mendukung. Tujuan dibentuknya komunitas WMS ini adalah menjadi 10
sebuah wadah bagi masyarakat yang ingin maju untuk berwirausaha bagi yang telah memiliki usaha atau bagi yang baru ingin memiliki usaha. Dalam komunitas ini, wirausaha muda yang tergabung di dalam komunitas WMS dapat mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan guna mempererat persaudaraan serta saling berkonsultasi mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan bisnis, mulai dari jenis usaha yang akan dirintis, cara menghadapi persaingan bisnis, cara mempromosikan produk, dan masih banyak lagi (http://www.managementstudyguide.com/mcclellands-theoryof-needs.htm). Metodologi Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Menurut Sugiyono (2012) penelitian deskriptif berusaha menggambarkan suatu gejala sosial. Dengan kata lain penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat studi. Metode kualitatif ini memberikan informasi yang mutakhir sehingga bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan serta lebih banyak dapat diterapkan pada berbagai masalah (Husein, 2010). Sedangkan penelitian ini lebih memfokuskan pada studi kasus yang merupakan penelitian yang rinci mengenai suatu obyek tertentu selama kurun waktu tertentu dengan cukup mendalam dan menyeluruh. Lokasi penelitian berada di Kota Solo. Dengan populasi pengusaha muda yang tergabung dalam Wirausaha Muda Surakarta (WMS) beranggotakan 200 orang. Dilaksanakan pada bulan Agustus - September 2015. Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling yaitu teknik menjaring sebanyak mungkin informasi dari berbagai macam sumber dan bangunannya (construction), ataupun dengan memilih informan yang dianggap mengetahui informasi dan masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data kunci. Penyajian data ini diperoleh melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Informan utama dalam penelitian ini adalah Albert Kanan selaku founder dalam komunitas Wirausaha Muda Surakarta (WMS). Terdapat pula
11
informan-informan lain selaku informan pendukung, diantaranya seperti pembina WMS, ketua WMS, dan beberapa anggota WMS. Adapun validitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber dan triangulasi metode. Sajian dan Analisis Data Dalam setiap program kegiatan komunitas WMS, terdapat komunikasi verbal dimana komunitas WMS dan anggotanya terjalin komunikasi dua arah. Seperti dalam kegiatan Jagongan Bareng, komunitas WMS mengajak anggota WMS untuk berkumpul bersama dan sharing mengenai bisnis. Ketika kegiatan ini berlangsung, komunitas WMS mempresentasikan terlebih dahulu sesuai dengan tema yang diangkat. Presentasi ini merupakan salah satu bentuk komunikasi verbal berupa tulisan. Setelah presentasi selesai, komunitas WMS membuka sesi tanya jawab dimana komunitas WMS memberikan kesempatan kepada semua anggota WMS yang hadir untuk bertanya. Bentuk komunikasi seperti ini sangat efektif karena di dalam komunikasi dua arah, tiap orang yang terlibat dalam komunikasi memerlukan keterampilan membaca dan mendengar yang baik. Dimana ketika seseorang menyampaikan pesan, dia bisa bertindak sebagai komunikator (pengirim pesan) maupun bertindak sebagai audience. Oleh karena itu, untuk menyampaikan pesan dengan pola yang kompleks dan kontensnya yang penting komunitas WMS menampilkannya dalam bentuk presentasi dalam kegiatan Jagongan Bareng. Sama halnya dengan Jagongan Bareng, kegiatan coaching dan ide bisnis, serta kawin silang bisnis juga merupakan kegiatan yang menunjukkan bentuk komunikasi verbal. Selain itu, komunikasi nonverbal juga terlihat dalam kegiatan ini. Ketika terjadi komunikasi verbal dalam kegiatan komunitas WMS, secara tidak langsung komunikator melakukan komunikasi nonverbal. Sebagai contoh, adanya gerakan tubuh, ekspresi wajah, dan intonasi suara saat komunitas WMS (komunikator) menjelaskan hal tentang bisnis kepada anggota WMS (audience). Begitu pula sebaliknya. Dalam komunikasi bisnis, bentuk komunikasi ini menentukan kredibilitas dan kepemimpinan seseorang karena dapat dilihat secara
12
fisik, seperti karakteristik suara, penampilan, sentuhan, gerakan, dan posisi tubuh serta ekspresi wajah dan mata. Sesuai dengan teori motivasi McClelland bahwa kebutuhan pencapaian, kebutuhan kekuasaan, dan kebutuhan hubungan merupakan tiga kebutuhan penting yang menjelaskan motivasi. Adanya bentuk komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal yang muncul dalam kegiatan rutin WMS, mendorong masyarakat untuk bergabung dalam komunitas ini. Selain itu juga memotivasi anggotanya untuk mengembangkan bisnis yang mereka jalankan. Komunitas WMS tidak hanya melakukan proses komunikasi bisnis secara primer (langsung) tetapi juga secara sekunder. Proses komunikasi sekunder ini dibantu dengan alat atau sarana sebagai media komunikasi. Media komunikasi bisnis yang digunakan komunitas WMS sebagai perantara komunikasi dengan anggotanya yaitu melalui telepon, grup BBM, media sosial facebook dan blog. Selain facebook, komunitas WMS juga memiliki blog. Akan tetapi, blog komunitas WMS ini hanya berisi gambaran umum tentang komunitas WMS beserta visi, misi, dan tujuan dari komunitas WMS. Blog ini dirasa kurang efektif karena tidak adanya pembaruan yang dibuat oleh komunitas WMS. Dalam menjalankan perannya sebagai wahana komunikasi bisnis, komunitas WMS memiliki tanggung jawab terhadap keberlangsungan bisnis yang dijalankan oleh anggota komunitasnya. Berikut ini peran komunitas WMS sebagai wahana komunikasi bisnis. 1. Komunitas WMS sebagai Sumber Informasi Bisnis Melalui komunitas WMS, anggota WMS semakin mudah untuk saling bertukar pikiran mengenai dunia wirausaha atau bisnis. Mereka akan menemukan ilmu yang terkadang tidak terdapat dalam teori bisnis. Banyaknya sumber informasi yang diberikan komunitas WMS, memberikan dukungan tersendiri bagi perkembangan bisnis anggota WMS. Informasi mengenai bisnis mereka dapatkan dalam forum komunikasi yang diadakan oleh komunitas WMS dalam Jagongan Bareng. Akan tetapi, kegiatan rutin ini jarang dilakukan lagi karena
13
banyak anggota yang sibuk dengan pekerjaan mereka, bahkan beberapa di antara mereka banyak yang keluar kota. 2. Komunitas WMS sebagai Wahana Komunikasi Bisnis dalam Bidang Marketing Bisnis Jenrico (25 tahun), bergabung dalam komunitas WMS, tidak lama setelah dia mulai merintis usaha barunya. Kurang lebih 8 bulan dia membuka bisnis Paw Paw Brownies. Topping batik, gambar, dan tulisan dia jadikan sebagai keunggulan produknya. Dia mengaku masih kesulitan untuk menjual produknya kepada konsumen karena belum banyak yang mengenalnya. Selain itu juga ada beberapa saingan bisnis yang menjual produk serupa. Saat bergabung dalam komunitas WMS, dia sudah memiliki produk dan brand, tapi belum berkembang dalam pemasarannya. Setelah masuk dalam komunitas WMS dia diajarkan semua hal tentang bisnis, mulai produk hingga marketing bisnisnya. Program kegiatan WMS dia ikuti seperti kegiatan Jagongan Bareng, coaching dan ide bisnis. Melalui komunitas WMS, pemilik usaha Paw Paw Brownies mampu
memahami
marketing
bisnis
seperti
merencanakan,
menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan jenis usaha yang dia buat sehingga dapat memuaskan kebutuhan pembeli. 3. Komunitas WMS sebagai Wahana Komunikasi Bisnis untuk Media Promosi Tidak hanya sebagai sumber informasi bisnis, komunitas WMS juga memberikan ruang seluas-luasnya bagi para pelaku bisnis untuk mengenalkan dan menginformasikan produk atau jasa yang mereka ciptakan kepada khalayak ramai. Melalui komunitas ini, banyak anggota WMS yang mempromosikan produk atau jasa mereka melalui media cetak maupun media sosial. Dengan jangkauan pasar yang tidak terbatas, anggota WMS memiliki peluang yang lebih besar untuk menjaring konsumen sebanyak-banyaknya.
14
4. Komunitas
WMS
Memberikan
Solusi
dalam
Menghadapi
Persaingan Bisnis Hapsari Putri yang menjalankan bisnis “Hapsari Craft” menjual batik dan kerajinan gaharu sempat mengalami kesulitan dalam menjual produknya karena tidak sedikit yang memiliki jenis usaha yang serupa. Persaingan bisnis yang semakin marak membuat Hapsari sempat bingung bagaimana cara menyiasati hal tersebut. Setelah permasalahan ini dishare dalam diskusi kegiatan komunitas WMS, Hapsari mendapatkan solusi dalam mengatasi masalah tersebut. Cara yang dilakukannya adalah dengan merubah packaging agar lebih menarik konsumen. Selain itu juga dengan memberikan award kepada konsumen yang sudah menjadi pelanggan tetapnya. 5. Komunitas WMS
Membantu
Anggotanya untuk
Menjalin
Hubungan yang Baik dengan Relasi Bisnis Komunitas WMS sendiri, memanfaatkan media online untuk menjalin relasi dengan banyak pihak. Hal ini terbukti dari banyaknya masyarakat yang bergabung dalam komunitas ini. Seperti grup facebook, semua anggota yang tergabung dalam grup facebook tersebut bebas memposting apapun mengenai bisnis. Banyak di antara mereka yang memposting jenis usaha mereka dan mencari informasi yang berkaitan dengan jenis usaha masing-masing anggota. Sedangkan komunitas WMS memposting kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan bisnis. Pemanfaatan media online memang menjadi pilihan tepat bagi para pelaku usaha untuk mengembangkan bisnis yang dijalankannya. Mudahnya akses internet saat ini, besarnya manfaat yang didapatkan, serta murahnya biaya yang dibutuhkan menjadi alasan utama bagi para pelaku usaha sebelum akhirnya mereka memilih media online sebagai solusi tepat untuk memperluas jangkauan bisnisnya. Pemantauan terhadap grup facebook, fanpages, blog, forum dan berbagai komunitas
15
online lainnya dapat memberi masukan kepada komunitas bisnis atas strategi yang diperlukan untuk kemajuan bisnis di masa mendatang. 6. Komunitas WMS sebagai Wahana Komunikasi Bisnis dan Sosial Selain sebagai wahana komunikasi bisnis, komunitas WMS juga bergerak dalam bidang sosial. Hal ini diterapkan dalam salah satu kegiatan rutin yang dilakukan oleh komunitas WMS bersama anggota. Terapi Nasi Bungkus yang digagas Albert Kanan merupakan salah satu program kegiatan dimana anggota komunitas WMS membagikan nasi bungkus kepada kaum dhuafa. Selain Terapi Nasi Bungkus, komunitas WMS juga melakukan bakti sosial ke rumah-rumah penduduk di daerah Solo. Bersama dengan anggotanya, mereka memberikan santunan
berupa
uang
dan
sembako
kepada
keluarga
yang
membutuhkan. Bahkan apabila ada anggota keluarga yang mereka kunjungi sedang sakit, komunitas WMS siap memberikan bantuan dalam bidang pengobatannya. Kesimpulan Adanya berbagai kegiatan yang dilakukan komunitas WMS dilihat sebagai upaya untuk meningkatkan perkembangan wirausaha pebisnis di Solo. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan tentang Peran Komunitas Wirausaha Muda Surakarta (WMS) sebagai Wahana Komunikasi Bisnis, dapat disebutkan bahwa (1) Komunitas WMS sebagai sumber informasi bisnis dimana anggota WMS mendapatkan berbagai macam informasi terkait peluang usaha yang dijalankan; (2) Komunitas WMS sebagai wahana komunikasi bisnis dalam bidang marketing bisnis; (3) Komunitas WMS sebagai wahana komunikasi bisnis untuk media promosi; (4) Komunitas WMS memberikan solusi dalam menghadapi persaingan bisnis; (5) Komunitas WMS membantu anggotanya untuk menjalin hubungan yang baik dengan relasi bisnis; dan (6) Komunitas WMS sebagai wahana komunikasi bisnis dan sosial.
16
Saran Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah diuraikan di atas maka dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa informasi mengenai bisnis mereka dapatkan dalam forum komunikasi Jagongan Bareng. Akan tetapi, kegiatan rutin ini jarang dilakukan lagi karena banyak anggota yang sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Menyikapi hal ini, seharusnya founder WMS tetap melakukan kegiatan ini sebulan sekali. Walaupun hanya 25% anggota WMS yang hadir, founder WMS bisa menyiasati dengan mengundang mahasiswa yang ada di Solo. Dengan adanya pendekatan dengan mahasiswa,
komunitas
WMS
bisa
mendapatkan
anggota
baru
dan
menyebarkan virus bisnis pada mereka. 2. Berdasarkan
pembahasan
dalam
bab
sebelumnya,
komunitas
WMS
memanfaatkan media online untuk menjalin relasi dengan banyak pihak salah satunya melalui grup facebook. Blog yang dibuat tidak dimanfaatkan secara maksimal. Akan lebih baik apabila komunitas WMS lebih memaksimalkan blog tersebut. Hal ini agar komunitas WMS mampu menjalin relasi yang lebih luas dari sebelumnya. Selain blog, website juga diperlukan. Komunitas WMS bisa lebih mendapatkan kepercayaan khalayak sebagai komunitas bisnis yang mampu menampung segala macam aspirasi bisnis.
Daftar Pustaka Cangara, Hafied. (2014). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Dahalan, Norziani., Mastura Jaafar., Siti Asma Mohd Rosdi. (2013). Local Community Readiness in Entrepreneurship: Do Gender Differ in Searching Business Opportunity (Social and Behavioral Science 91: 403410). Malaysia: University Sains Malaysia. Dash, M. and Kulveen Kaur. (2012). Youth Entrepreneurship as a Way of Boosting Indian Economic Competitiveness: A Study of Orissa. India: International Review of Management and Marketing, Vol 2 No 1. Effendy, Onong Uchjana. (2013). Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek .Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
17
Emzir. (2011). Analisis Data: Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers. Hadiyati, Ernani. (2011). Kreativitas dan Inovasi Berpengaruh Terhadap Kewirausahaan Usaha Kecil (Jurnal Manajemen Dan Kewirausahaan, Vol.13, No. 1, Maret 2011: 8-16). Malang: Universitas Gajayana Malang. Handoko, Hani T, dan Reksohadiprodjo Sukanto. (2013). Organisasi Perusahaan. Yogyakarta: BPFE Husein, Umar. (2010). Desain Penelitian Manajemen Strategik. Jakarta: Rajawali Pers. Markaki, Evangelia and Sakas, Chadjipantelis. (2013). Communication Management in Business: The Latent Power for Career Development. Social and Behavioral Sciences 73: 319-326. Manullang. (2013). Pengantar Bisnis. Jakarta: PT Indeks. Miftah Thoha. (2012). Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Implikasinya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Moleong, Lexy J. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Penerbit PT Remaja Rosdakarya Offset. Mulyana, Deddy. (2014). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Purwanto Djoko. (2011). Komunikasi Bisnis. Jakarta: Erlangga. Ruben, Brend D dan Lea P. Stewart. (2013). Komunikasi dan Perilaku Manusia. Jakarta: Rajawali Pers. Soekanto, Soerjono. (2012). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.Bandung: Alfabeta Tubbs, L Stewart dan Moss Sylvia. (2013). Human Comunication (konteksKonteks Komunikasi). Bandung: Remaja Rosda karya. http://terasolo.com/kisah/wms-lahirkan-wirausahawan-muda-untukindonesia.html. Diakses tanggal 5 April 2015. http://www.ciputraentrepreneurship.com. Diakses tanggal 7 April 2015. http://www.hipmisolo.com/Info/Profil-BPC-HIPMI-Surakarta-Masa-Bakti-20132016.html. Diakses tanggal 4 Juni 2015. http://www.managementstudyguide.com/mcclelland-theory-of-needs.htm. Diakses tanggal 8 September 2015.
18