JURNAL PERMATA INDONESIA
Halaman 45 - 57
Volume 8, Nomor 1, Mei 2017 ISSN 2086-9185
ANALISIS KEBUTUHAN KOMUNITAS UNTUK KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT PADA ASPEK KESEHATAN MENGHADAPI BENCANA BANJIR BANDANG DI AFDELING GUNUNG PASANG, DESA SUCI, KECAMATAN PANTI, KABUPATEN JEMBER ANALYSIS ABOUT THE COMMUNITY NEEDS FOR PREPAREDNESS IN HEALTH TO PREVENT FLASHFLOOD DISASTER IN AFDELING GUNUNG PASANG, SUCI VILLAGE, PANTI SUB-REGENCY, DISTRIC OF JEMBER Dhyani Ayu Perwiraningrum1, Rahmat Hidayat2, Fatwa Sari Tetra Dewi3 1)
Poltekkes Permata Indonesia,Yogyakarta, Faculty of Psychology, Gadjah Mada University, Yogyakarta, Public Health Department, Faculty of Medicine, Gadjah Mada University, Yogyakarta 2)
3)
ABSTRACT Preparedness is an important steps in efforts to disaster risk reduction on vulnerable communities. Afdeling Gunung Pasang classified as disaster-prone areas in flashflood, so that the community requires preparedness. To develop the necessary preparedness in community it needs analysis. The analysis includes assessing felt needs and fulfillment of normative needs, especially in the aspect of health for disaster risk reduction. In Indonesia, there are several criteria for fulfilling the health needs of disaster include the provision of clean water and sanitation, foods and clothing, health services, psychosocial services and shelters.Purpose: The main objective of this study for knowing about the community needs to develop a community preparedness in health by felt needs and fulfillment normative needs to prevent flashflood disaster in Afdeling Gunung Pasang, Suci Village, Panti Sub-Regency, Distric of Jember Method: This was a qualitative study with phenomenological approach. The main informan were community of Afdelling Gunung Pasang as well as, supporting informan were leaders of community, head of village office, stakeholder of community (Perusahaan Daerah Perkebunan) and stakeholder of disaster management (intitution of local government) in District of Jember. The main informan for focus group discussion were determined with purposive technique. Data collecting by focus group discussion, in depth interview, and observation. To validate the data was by triangulation method and source. Findings: Many kind of felt needs finding in community to develop a community preparedness in health. Study by social representation of community experience in disaster, community needs stimulus such as training emergency response, fulfillment tools, disaster information and coordination with stakeholder. The needs aims to health prevention and observing dangerous zone in Afdeling Gunung Pasang. Keywords : Flashflood disaster, community needs, preparedness in health, Afdeling Gunung Pasang, Indonesia
45
Dhyani Ayu Perwiraningrum | Analisis Kebutuhan Komunitas untuk Kesiapsiagaan ... LATAR BELAKANG
kesehatan. Menurut data Pusat Penang
Kesiapsiagaan merupakan aspek
gulangan Krisis, Departemen Kesehatan,
penting dalam penanggulangan bencana.
sepanjang tahun 2006 hingga 2007,
Pembangunan kemampuan penanganan
wilayah Indonesia tercatat mengalami
bencana ditekankan pada peningkatan
162 sampai 250 kali kejadian bencana
kemampuan
yang
masyarakat,
khususnya
dapat
mengakibatkan
krisis
masyarakat pada kawasan rawan ben
kesehatan, salah satunya adalah banjir
cana agar secara dini dapat mengurangi
bandang
(sebanyak
48%
ancaman tersebut. Selama ini kesiap
kejadian
bencana).
Banjir
siagaan
masyarakat
pernah melanda kabupaten Jember pada
dirasakan belum berja lan dengan baik.
tahun 2006, salah satu yang terdampak
Belum
adalah pemukiman di wilayah Afdeling.
bencana ada
pada
sistem
yang
membuat
dari
total
bandang
masyarakat terlatih terhadap bencana, sementara sistem deteksi dini terhadap
METODELOGI PENELITIAN
bencana yang telah ada belum mampu
Penelitian ini menggunakan meto
diakses dengan baik oleh masya rakat.
de kualitatif dengan pendekatan fenome
Upaya kesiapsiagaan merupakan
nologi.
salah satu bentuk resiliensi masyarakat
HASIL DAN PEMBAHASAN
terhadap bencana. Tingkat resiliensi mas
Afdeling Gunung Pasang merupa
yarakat merupakan ukuran kemampuan
kan unit bagian kebun dari Perusahaan
masyarakat untuk menyerap perubahan
Daerah Perkebunan (PDP) kabupaten
dan tetap bertahan pada suatu kondisi
Jember. Komoditas utama hasil kebun di
tertentu di lingkungannya.
Afdeling Gunung Pasang adalah karet,
Dalam pembangunan kesiapsiaga
kopi dan kakao. Luas wilayah Afdeling
an, diperlukan sebuah analisis komunitas
Gunung pasang 1.609,571 hektar lebih
guna menilai kebutuhan dari masyara
besar dari luas wilayah Afdeling umum
kat(6). Analisis komunitas dilakukan untuk
nya (rata-rata 250-600 Ha), dengan pen
mensinergikan kebutuhan yang dirasakan
duduk yang bermukim sebanyak 129 KK.
masyarakat (felt need) dan upaya pemenu han
kebutuhan
(normative
normatif
need).
Banjir
Hasil temuan tim JICA pada tahun 2010
masyarakat
menunjukkan
bandang
temuan
potensi
tanah
longsor secara topografi berdasar kan
merupakan salah satu bencana alam di
interpretasi
Indonesia yang dapat menimbulkan krisis 46
foto
satelit
dan
survey
Dhyani Ayu Perwiraningrum | Analisis Kebutuhan Komunitas untuk Kesiapsiagaan ... lapangan di wilayah Jember, termasuk
b. Kebutuhan Kesiapsiagaan
wilayah Afdeling Gunung Pasang.
Dorongan Kesiapsiagaan
1. Kebutuhan Kesiapsiagaan Masyara
Kesiapsiagaan tidak serta merta
kat
muncul dalam masyarakat. Menurut mas Dalam melihat kebutuhan kesiap
yarakat dorongan (stimulus) kesiapsia
siagaan masyarakat menghadapi bencana
gaan tersebut dapat berupa pelatihan dan
banjir
sarana prasarana. Hal ini disebabkan
bandang
di
wilayah
Afdeling
Gunung Pasang penggambaran alurnya
karena
adalah sebagai berikut:
kemampuan yang terbatas, utamanya
masyarakat
merasa
memiliki
dalam persiapan sarana menghadapi ben Representasi sosial terhadap bencana Benca na Banjir Banda ng
Persepsi bencana
cana.
Respon bencana
Persiapan Kesehatan Dari hasil analisis kebutuhan, Per -
siapan kesehatan juga penting dalam
Kebutuhan Kesiapasiagaan Pelatihan Sarana bencana Pentingnya koordinasi Informasi bencana
Persiapan kesehatan Pemantaua n wilayah
kesiapsiagaan bencana. Persiapan keseha tan tersebut meliputi pertolongan kese
Perlunya Dorongan Kesiapsiag aan
hatan, layanan kesehatan dan keterse diaan obat. Selain pertolongan kesehatan saat
Gambar 1. Alur Kebutuhan Kesiapsiagaan Ben cana Banjir Bandang pada Aspek Kesehatan di Afdeling Gunung Pasang
darurat
bencana,
kebutuhan
adanya
layanan kesehatan juga dirasakan penting oleh masyarakat. Ketidak terjangkauan
a. Representasi Sosial Bencana
masyarakat pada pelayanan kesehatan
Bencana direpresentasikan dalam persepsi dan respon terhadap bencana.
memberikan
Masyarakat meyakini bahwa bencana
kesehatan masyarakat di Afdeling Gunung
sangat merugikan bagi manusia dan
Pasang. Salah satu upaya PDP untuk
sebagai peringatan dari Tuhan kepada
memberikan layanan kesehatan adalah
manusia. Oleh karena itu, kesiapsiagaan
dengan jaminan kesehatan bagi pekerja
dianggap penting dan menjadi kebutuhan
kebun
bagi masyarakat.
dilakukan dengan sistim klaim pemba
ketika
implikasi
sakit.
pada
Upaya
kualitas
tersebut
yaran untuk berobat di layanan kesehatan di luar Afdeling Gunung Pasang. Namun, menurut masyarakat, jaminan perusa 47
Dhyani Ayu Perwiraningrum | Analisis Kebutuhan Komunitas untuk Kesiapsiagaan ... haan tersebut hanya untuk pekerja saja,
komunikasi handy talky (HT) pada bagian
tidak untuk keluarga pekerja.
keamanan guna laporan cepat, serta
upaya PMI dalam pemberian sound
Pemantauan Wilayah
system EWS pada masyarakat.
Menurut masyarakat, pemantauan
wilayah adalah sesuatu yang penting dan harus
berkesinambungan,
Penyampaian informasi bencana
Masyarakat bersama dengan perusahaan
lebih efektif jika langsung disampaikan ke
(PDP) mulai melakukan upaya minimal
masyarakat dan juga dapat disampaikan
untuk pemantauan wilayah seperti ronda
melalui
dan pemantauan rutin oleh PDP. Masyara
Penyampaian informasi secara langsung
-kat mulai tanggap jika ada tanda yang
dapat disampaikan melalui dakwah di
mengarah pada bencana.
pengajian, melalui diskusi perwakilan
dilakukan
Informasi bencana
media
massa
seperti
radio.
masyarakat maupun kegiatan kerja bakti
Pelatihan
gotong royong.
Pelatihan bencana Seperti PMI
yang telah mengupayakan kesiapsiagaan berbasis masyarakat dengan pelatihan
Koordinasi Koordinasi
meliputi
koordinasi
tentang cara evakuasi, cara pertolongan
antar stakeholder, koordinasi antar masya
pertama
dan
rakat dan koordinasi masyarakat dan
System
stakeholder. Upaya koordinasi tersebut
(EWS). Dinas Sosial juga membentuk
mulai dibangun oleh pihak keca -matan
suatu komunitas bencana masyarakat
dan BPBD sebagai corong informasi
yang dinamakan Tagana.
utama penangulangan bencana. Dari hasil
serta
memberikan
cara
Early
mengenali Warning
Sarana prasarana bencana Sarana bencana yang dibutuhkan
wawancara
yang
dilakukan
stakeholder,
beberapa
instansi
berupaya
meliputi
tempat
bertugas sebagai mitra yang mendam
evakuasi, tempat pengungsian, makanan,
pingi masyarakat dan terus berkoordinasi
sarana
dengan
air
kesiapsiagaan,
bersih,
tempat
meminta
masyarakat,
tim-tim
juga
oleh masyarakat Afdeling Gunung Pasang alat
membuat
dengan
seperti
yang
BPBD
membentuk tim Satgasus untuk reaksi
bantuan dan bantuan dari luar. Alat komunikasi dan alat kesiap
cepat, Tim Satga oleh PMI, Tagana oleh
siagaan darurat dipandang sebagai kebu
Dinas Sosial dan TGC (Tim Gerak Cepat)
tuhan yang penting bagi masyarakat.
oleh
upaya dari PDP dengan memberikan alat
keberadaan kelompok-kelompok tersebut 48
Dinas
Kesehatan,
meskipun
Dhyani Ayu Perwiraningrum | Analisis Kebutuhan Komunitas untuk Kesiapsiagaan ... masih perlu diperjelas tugas dan fungsi
diprioritaskan.
nyatanya
muncul dan menjadi felt need masyarakat
saat
benar-benar
terjadi
Kebutuhan
tersebut
bencana.
terutama untuk persiapan kesehatan
2. Kajian Terhadap Kebutuhan Kesiap
menghadapi bencana banjir bandang di
siagaan
wilayah Afdeling Gunung Pasang.
a. Kajian Sosial Kajian
sosial
dilakukan
untuk
Berdasarkan
penelitian,
masyarakat
melihat kualitas hidup dan karakteristik
merasakan buruknya dampak bencana
masyarakat di suatu wilayah dengan
yang
menggunakan indikator-indikator sosial
kerentanan dan kesakitan seperti luka-
seperti kondisi masyarakat dan lingku -
luka
ngan
turunnya daya tahan tubuh pada saat
sosialnya,
ketersediaan
tingkat
layanan
kemiskinan,
publik,
berakibat ringan
dan
pada
timbulnya
berat,
kelelahan,
tingkat
darurat bencana, trauma psikologis, serta
pendidikan yang ada dan lain sebagainya.
penyakit-penyakit yang muncul seperti
Pada masyarakat berpenghasilan
diare, demam, batuk, muntaber pasca
dan berpendidikan rendah seperti masya
terjadinya
bencana.
Kondisi
rakat Afdeling Gunung Pasang, hal terse
Afdeling Gunung Pasang yang cukup jauh
but dapat menjadi hambatan dalam
aksesnya dari kota dan ketiadaan layanan
melakukan kesiapsiagaan bencana sela -
kesehatan yang dekat dengan masyarakat
njutnya. Hal tersebut didukung oleh hasil
menambah
penelitian yang dilakukan Glik et.al
terhadap adanya masalah kesehatan,
(2013) tentang kesiapsiagaan bencana
apalagi jika terjadi bencana.
kerentanan
wilayah
masyarakat
masyarakat Latin berpenghasilan rendah,
Upaya BPBD untuk mensosiali
intervensi kesiapsiagaan dapat berjalan
sasikan tas siaga bencana (tas yang berisi
kurang
adanya
makanan, obat dan pakaian selama tiga
hambatan di masyarakat seperti ketidak
hari) untuk kondisi bencana ternyata
pahaman, perbedaaan interpretasi dan
masih minim dan belum menyentuh
daya dukung yang rendah terhadap
masyarakat Afdeling
pelaksanaan kesiapsiagaan.
Kajian Perilaku dan Lingkungan
optimal
dikarenakan
b. Kajian Epidemiologi
Gunung Pasang.
Dari indikator tersebut terdapat
Dalam konteks wilayah Afdeling
beberapa dimensi pada aspek lingkungan
Gunung Pasang, pemenuhan kebutuhan
meliputi: akses, keterjangkauan dan adil,
kesehatan menjadi hal penting yang perlu
dan 49
pada
aspek
perilaku
meliputi:
Dhyani Ayu Perwiraningrum | Analisis Kebutuhan Komunitas untuk Kesiapsiagaan ... frekuensi,
ketekunan,
tepat
waktu,
Tabel 1. Faktor Pendorong
kualitas dan kisaran. c. Kajian Pendidikan dan Ekologikal
Persepsi mengenai dampak dan penyebab banjir bandang Respon kepasrahan
Kajian pendidikan dan ekologi berhubungan dengan tiga faktor perilaku manusia
meliputi
(predisposing
faktor
factor),
pendorong
faktor
Kesadaran akan persiapan bencana Persepsi tentang kendala kesiapsiagaan berupa waktu dan biaya Persepsi mengenai perlunya bantuan sarana dari pemerintah Persepsi tentang pentingnya persiapan kesehatan Persepsi mengenai pentinganya pemantauan wilayah Persepsi mengenai pentingnya koordinasi Persepsi mengenai sumber informasi terpercaya Persepsi mengenai pentingnya informasi bencana Persepsi bahwa anak dan pemuda perlu belajar kesiapsiagaan
pemicu
(enabling factor) dan faktor penguat (reinforcing melihat
factor).
faktor-
Kajian
faktor
tersebut
yang
bisa
membantu atau menghambat adanya perubahan positif pada perilaku dan lingkungan. Berikut merupakan faktorfaktor dalam kajian pendidikan dan ekologikal:
Faktor
Pendorong
(Predisposing
Factor) Merupakan
faktor
yang
dapat
menyebabkan atau justru menghambat munculnya motivasi untuk melakukan kesiapsiagaan, meliputi sikap dan penge tahuan. Besarnya
kemungkinan
masyarakat
mengarah
mengenai
kesiap
dinasi,
faktor pendukung didalam pandangan
diketahui
tabel
adanya
tersebut
kesadaran
Faktor pendukung Faktor pendukung Faktor pendukung Faktor pendukung Faktor pendukung Faktor pendukung
pentingnya
persiapan
sumber informasi
terpercaya,
informasi bencana dan perlunya anak dan
masyarakat terhadap pelaksanaan kesiap Dari
Faktor penghambat
kesehatan, pemantauan wilayah, koor
siagaan diketahui dari banyak tidaknya
siagaan.
Faktor penghambat Faktor pendukung Faktor penghambat
Selain itu, persepsi masyarakat
pandangan pada
Faktor pendukung
pemuda belajar kesiapsiagaan menjadi
diatas
kebutuhan dalam pelaksanaan kesiap
bahwa
siagaan sehingga hal ini dapat menjadi
bencana dapat terulang sehingga membu tuhkan kesiapsiagaan merupakan faktor pendukung.
pemicu
masyarakat
mandiri
dalam
untuk
berupaya
pembangunan
kesiap
siagaan. Akan tetapi muncul pula faktor penghambat seperti kepasrahan masya 50
Dhyani Ayu Perwiraningrum | Analisis Kebutuhan Komunitas untuk Kesiapsiagaan ... rakat dengan anggapan bahwa masyara kat
kecil
tidak
bisa
apa-apa
Tabel 2. Faktor Pemicu
serta
Adanya tenaga kese hatan, pengobat tradisi onal, orang pintar dan tukang pijet yang dapat diandalkan saat kondisi darurat bencana Kesempatan untuk me ngadakan kegiatan kesi apsiagaan di kelom pokkelompok masyara kat Adanya Posko Siaga Ben cana yang dibentuk oleh PDP Adanya ronda
kesulitan masyarakat untuk membagi waktu dan mengeluarkan biaya dalam melaksanakan kesiapsiagaan. Hambatan lain adalah pandangan bahwa masyarakat yang menjadi korban perlu mendapatkan bantuan dari luar.
Faktor Pemicu (Enabling Factor) Merupakan
faktor
yang
dapat
menyebab kan munculnya atau justru
Faktor pendukung
Faktor pendukung Faktor pendukung
Faktor pendukung Ketrampilan mendirikan Faktor tenda, mencari jalur dan pendukung tempat evakuasi yang aman Tempat evakuasi yang Faktor ber bukit, jalur yang sulit penghambat dan tanpa penerangan Sarana air bersih dan Faktor listrik dari pabrik dan pendukung sumber-sumber air yang masih ada di sekitar pemukiman Akses layanan kesehatan Faktor yang kurang terjangkau penghambat
menghambat terjadinya suatu perubahan, seperti sumber daya dan ketrampilan. Kesiapsiagaan masyarakat secara mandiri perlu mengoptimalkan dukungan sumber daya dan ketrampilan yang dimiliki masyarakat. dukungan tersebut meliputi adanya potensi masyarakat seperti tenaga mantri, pengobat tradisional, tukang pijit dan orang’pintar’. Selain itu juga adanya masyarakat yang memiliki ketrampilan dalam mendirikan, mencari jalur evakuasi dan tempat aman,
Hambatan
Merupakan
yang
terlihat
pada
Faktor Penguat (Reinforcing Factor) faktor
yang
membantu
pembangunan kesiapsiagaan keseha tan
kelanjutan dari motivasi dan perubahan
adalah kurangnya akses masyarakat pada
yang ada dengan cara adanya umpan
layanan kesehatan
balik atau penghargaan.
di Afdeling Gunung
Pasang.
51
Dhyani Ayu Perwiraningrum | Analisis Kebutuhan Komunitas untuk Kesiapsiagaan ... Tabel 3. Faktor Penguat Belum sampainya pro gram-program pemerintah mengenai ke siapsiagaan di Afdeling Gunung Pasang. Koordinasi masyarakat dengan stakeholder Sosialisasi tanggap daru rat hanya sampai di kecamatan Adanya penggerak masya rakat berasal dari tokoh masyarakat dan PDP Adanya tim dari BPBD, PMI, Dinas Kesehatan dan Dinas Sosial yang bersedia mendampingi masyarakat untuk mewu judkan kesiapsiagaan Adanya LSM sebagai volunter masyarakat
Tabel 4. Kajian Administratif dan Kebijakan Dari Masyarakat memiliki segi:Penda keter batasan secara naan ekonomi utama nya dalam penga daan sarana prasarana kesi apsiagaan bencana .Se dangkan pemerin tah belum memberi kan solusi untuk masya rakat dalam upaya pe menuhan kebutu han tersebut. Dalam hal ini stake -holder dapat mela kukan advokasi dan sosia lisasi pada masyarakat untuk me mecahkan masalah ter sebut bersama.
Faktor penghambat
Faktor pendukung Faktor penghambat Faktor pendukung Faktor pendukung
Faktor pendukung
Sumber daya manusia
Adanya program desa tangguh bencana dan
siaga
bencana
serta
sosialisasi
tanggap darurat sangat membantu masya rakat
utamanya
dalam
membangun
kesiapsiagaan, Kajian Administratif dan Kebijakan Kajian ini dilakukan untuk menge tahui intervensi-intervensi yang relevan, dengan meninjau keadaan yang ada, seperti
upaya-upaya
dan
kapasitas
stakeholder dalam pemenuhan kebutuhan normatif di wilayah, untuk memastikan bahwa di dukungan,
wilayah tersebut tersedia pendanaan,
sumber
daya
manusia fasilitas, kebijakan serta sumber daya lain agar program dapat terlaksana dengan baik. 52
Untuk melakukan ke siapsiagaan secara ma ndiri, terda pat potensi masyarakat yang da pat dimanfaatkan da lam pertolongan pertama seperti man tri, pengobat tradisi onal, orang pintar dan tukang pijat dapat men jadi aset yang ber harga dari masya rakat sebagai alternatif pe menuhan kebu tuhan kesehatan masyarakat. Akan tetapi masih dibu tuhkan peran stake holder untuk mengelo la potensi-potensi mas yarakat tersebut sehi ngga dapat dimanfaat kan dengan baik oleh masyara kat. Potensi masyarakat yang lain yang juga dapat dikem bangkan adalah ada nya kemampuan survi -val masya rakat, yang
Dhyani Ayu Perwiraningrum | Analisis Kebutuhan Komunitas untuk Kesiapsiagaan ... dapat dipakai untuk tanggap darurat. Sela in itu juga adanya keinginan ikut serta tanggap darurat, dan keingi nan masyarakat untuk melibatkan pe muda dan anak-anak untuk kesiap siagaan juga merupa kan sum ber daya yang dapat dimanfaatkan. Hal ter sebut perlu dikelola dan ditingkatkan mela lui pelatihan yang da pat diadakan oleh sta keholder.
bantu masyarakat melakukan Persia pan kesiap siagaan bencana. Hanya saja masyarakat masih membutuhkan tempat untuk evaku asi yang aman keti ka darurat ben cana, yang disertai de ngan petunjuk arah jalur, penera ngan dan persiapan perbe kalan ketika eva kuasi. Dalam hal ini, BPBD perlu me megang peranan un tuk mengatasi per masalahan tersebut. Posko siaga bencana yang telah ada seharus nya dapat dimanfaatkan kem bali untuk akti fitas kesiap siagaan ben cana . Hal terse but perlu kerja sama dengan PDP selaku pemangku wila yah kebun. Pemenuhan fasilitas laya nan kesehatan perlu menjadi per timbangan Dinas Ke sehatan dan Puskes mas untuk lebih mendekatkan laya nan pada masyarakat ter pencil seperti wilayah Afdeling Gunung Pa sang. Pemasangan EWS di sekitar lokasi-lokasi raw an bencana dan sosialisasi tanda ba haya dapat dilaku kan pihak BPBD selaku koor dinator penanggu langan bencana kabu
Fasilitas Kurangnya akses pendukung masyarakat pada la yanan kesehatan menjadi hambatan dalam melakukan Persiapan keseha tan. Pemanfaatan sa rana air bersih dan listrik dari pabrik serta sumber – sumber air dapat membantu masyara kat dalam pemenu han kebutuhan kesi apsiagaan. Pemerin tah perlu mengam bil kebija kan yang diarahkan pada pem bangunan wilayah masyarakat terpen cil melalui dinas terkait, seperti Din kes, Dinsos, PU, BPBD dan kerja sama dengan PDP. Bantuan dari pihak PDP berupa tempat pengung sian di Balai Diklat GOR Jember pasca terjadi bencana dapat mem 53
Dhyani Ayu Perwiraningrum | Analisis Kebutuhan Komunitas untuk Kesiapsiagaan ...
Kebijakan,
Sumber daya lain
paten Jember. Belum terlihatnya kebi jakan yang pro- masya rakat ke bun. PDP dan pemerintah (Perhutani ) dapat berperan da lam kebijakan yang ber dampak bagi masya rakat Afdeling Gunung Pasang, seperti kebi jakan penanaman ke bun, kebijakan penggu naan lahan, kebi jakan tentang jaminan kese hatan masyarakat ke bun serta kebijakan untuk upaya kesiap siagaan masya rakat, semisal pengadaan pe latihan tanggap daru rat dan penghijauan oleh PDP yang beker jasama dengan instansi pemerintah.
siagaan seperti ten da, senter, gen set, perbai kan fasilitas umum masyarakat: jalan, lis trik, air bersih, tem pat dan jalur evakuasi yang aman dan penera ngan jalan. Sistem koordinasi dan komunikasi an tara mas yarakat dan stake holder perlu diperbaiki. Masyarakat perlu dibe ritahu cara koordinasi dan ko munikasi den gan stakeholder seperti BPBD dan instansi terkait untuk mem persiapkan kebutu han kesiapsiagaan melalui kecamatan, desa mau pun perusahaan (PDP). Masyarakat juga membutuhkan info rmasi yang up to date untuk penang gulangan bencana.
Adanya programpro gram pemerin tah yang berkaitan dengan kesiapsia gaan bencana ber basis masyarakat dapat dimanfaat kan sebagai sarana untuk belajar bagi masyarakat tenta ng kesiapsiagaan. Pro gram tersebut seperti program desa tangguh ben cana yang diadakan oleh BPBD. Sebagai langkah awal, pihak PDP juga seha rusnya dapat mem bantu masyarakat da lam hal pengadaan sara na prasarana yang mendukung kesiap
Dari proses penentuan prioritas pembangunan kesiap siagaan masya rakat pada aspek kesehatan dalam menghadapi bencana banjir bandang, apabila masyarakat memiliki pemaha man mengenai kesiapsiagaan untuk bisa mandiri yang cukup, serta adanya dukungan dari lingkungan yang baik maka masyarakat dapat didorong untuk menentukan prioritas kesiap siagaan yang akan dilakukan guna 54
Dhyani Ayu Perwiraningrum | Analisis Kebutuhan Komunitas untuk Kesiapsiagaan ... mewujudkan
keadaan
masyarakat
Afdeling Gunung Pasang, dengan mela
yang siap siaga dalam menghadapi
kukan kegiatan-kegiatan rutin yang
bencana banjir bandang
berkaitan
dengan
kesiapsiagaan
seperti pelatihan (bekerjasama deng an stakeholder), koordinasi antar
KESIMPULAN DAN SARAN
masyarakat dan stakeholder serta
1. Masyarakat membutuhkan dorongan kesiapsiagaan persiapan
untuk
kesehatan
sebagai posko pemantauan wilayah.
melakukan dan
peman
tauan wilayah, meliputi penyediaan sarana
dan
prasarana
DAFTAR PUSTAKA
bencana,
Approach.2007. Department of Landscape Architecture and Urban Plan ning, Hazard Reduction & Recovery Center, Texas A&M University, College Station, TX, 77843-3137, USA.
pelatihan, koordinasi dan informasi bencana. 2. Ahli bencana dan pemerintah, perlu membahas
kesiap
siagaan
yang
Barret, Gary W. 2005. Quick Respon to Natural Disaster (article). Bio science (December 2005/ vol.55 no.12)
meliputi pemetaan rawan bencana di wilayah, early warning system dan tanggap darurat bencana.
BNPB, Perka. 2008. Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Ben cana. Jakarta
SARAN 1. Mengurangi wilayah
resiko
secara
bencana
mandiri
di
Carr PA. Dignan B. 1992. Program Planning for Health Education and Promotion. Second Edition. Lea & Febinger. USA
seperti:
Upaya pemantauan wilayah melalui ronda, kentongan tanda bencana; Pembentukan tim kerja masyarakat
Carter, N. 2008. Disaster Management: A Disaster Manager Handbook. Published by Asian Develop ment Bank, Manila, Philippines.
yang bertugas pada kondisi pra dan darurat bencana dengan mengop timalkan potensi di wilayah.
Dahlgren,L. Emelin, M. Winkvist, A. 2004. Qualitative Methodology for International Public Health. Umea International School of Public Health. Umea University. Sweden.
2. Perlunya persiapan tas siaga bencana yang berisi makanan instan, minu man, obat-obatan dan pakaian selama tiga
hari:
Mengaktifkan
kembali
Posko Siaga Bencana yang terletak di
Depkes RI. 2007. Tinjauan Laporan Penanggulangan Krisis Keseha 55
Dhyani Ayu Perwiraningrum | Analisis Kebutuhan Komunitas untuk Kesiapsiagaan ... tan Akibat Bencana di Indonesia Tahun 2006, Pusat Penanggu langan Krisis. Jakarta
Cooperation Jepang.
Agency
(JICA).
Joffe, Helene. 2003. Risk: From Perception to Social Representation. The British Journal of Social Psycho logy; March 2003;42. ProQuest.
Desa Suci. 2011. Data Penduduk Desa Suci, Kecamatan Panti, Kabupaten Jember. Jember Disbun Jember. 2013, Profil Perkebunan Jember: Kalikepuh/Gunung Pasa ng. Kabupaten Jember
Kuswantoro. 2013. The Preparedness of Nurses in Disaster Manajemen and Factor Affects Nurses in Disaster manajemen Prepared ness Kelud Eruption in Blitar Regency. LIPI. Jakarta
Gaston. Buh-Wung et.al., 2012, Local Governance in Disaster Risk Reduction in Cameroon, Geotech nology, Environmental Assess ment and Disaster Risk Reduction, Cameroon
Mayunga, Joseph S. Understanding and Applying the Concept Of Commu -nity Disaster Resilience: A Capital-based
Glik, Deborah C. Eisenman, David P, 2014. Using The Precaution Adoption Process Model to Describe a Disaster Preparedness Interven tion Among Low Income Latinos. Oxford University Press. London
Nugroho, Ag. Cahyo, 2007, Kajian Kesiap siagaan Masyarakat Dalam Mengantisipasi Bencana Gempa Bumi dan Tsunami di Nias Selatan, MPBI-UNESCO
Green, Lawrence W. Kreuter, Marshall W. 2000. Health Promotion Plan ning Program: An Educational and Environmental Approach. Mayfield Publishing. US
PAHO. 2006. Bencana Alam: Perlindungan Kesehatan Masyarakat. Ameri can Health Organization. EGC. Jakarta. PMI.
Hardin, Eugene,2002, Disaster Planing and Manajemen, University King/Drew, Medical Center, Los Angeles, California Anam, Khoi rul A. Andarini, Sri.
2007. Kesiapsiagaan Bencana Berbasis Masyarakat (KBBM) Strategi dan Pendekatan. Jakarta
Prasetyo, Adji. 2008. Hubungan PatronKlien. http//:etnobudaya.net [akses: 3 Juli 2015].
Immonen, Mika et.al., 2014, Outcomes of Public Health Reform- Service Availability In Rural Areas, School of Industrial Engineering and Management, Lappeenranta University of Technology, Lappeenranta, Finland
Rautela,
JICA.2010. Peranan JICA Dalam Mitigasi Banjir Bandang di Kabupaten Jember. Japan International
Piyoosh., 2006, Redefining Disaster: Need for Managing Accidents as Disasters, Depart ment of Disaster Management, Disaster Mitigation and Manage ment Centre, Dehradun, India
The SHPERE Project. 2006. Piagam Kemanusiaan dan Standar Mini mum Dalam Respon Bencana. 56
Dhyani Ayu Perwiraningrum | Analisis Kebutuhan Komunitas untuk Kesiapsiagaan ... Proyek SPHERE. Jakarta.
Gransindo.
Tones. Green. 2004. Health Promotion: Planning and Strategies. SAGE Publication Ltd. London. UN-ISDR.
2007. Perkataan Menjadi Tindakan: Panduan Untuk Mengi mplementasikan Kerangka Kerja Hyugo (HFA). Genewa.
Wardman, Dennis, et.al., 2005, Access And Utilization of Health Services by British Columbia’s Rural Abor iginal Population First Nations and Inuit Health Branch, Health Canada, Vancouver, Canada
57