JURNAL
PERANAN KESENIAN REBANA WALISONGO SRAGEN DALAM STRATEGI DAKWAH KH.MA’RUF ISLAMUDDIN (THE ROLE OF SRAGEN WALISONGO TAMBOURINE ART IN KH. MA’RUF ISLAMUDDIN’S DA’WAH STRATEGY)
Tri Pujiyanto Mahasiswa Pendidikan Sejarah Universitas Sebelas Maret
Abstract Considering the result of research, it could be concluded: (1) the idea of conducting da’wah with art as well as art departed from Walisanga’s concept. KH. Ma’ruf Islamuddin proselytized using tambourine as the means of distributing Islam religion to make the proselytizing acceptable to the public. (2) The tambourine that KH. Ma’ruf Islamuddin used as Islamiyah da’wah used lyric containing the invitation to undertake amar ma’ruf nahi munkar by means of changing other’s song lyric. (3) The tambourine that KH. Ma’ruf Islamuddin used as the means of Islamic proselytizing here used a variety of others’ song lyrics that had been known by many people, and then rearranged them to be more acceptable and understandable to the listeners, but the purpose or the objective of the song played was the invitation to undertake Allah’s command and to keep away from His prohibition by means of changing the lyrics, but KH. Ma’ruf Islamuddin also composed some songs by himself. (4) The attempts the Walisongo Sragen Islam Boarding School had taken in developing tambourine art can be seen from the presence of art development activity for the santri (students of Islam Boarding School): firstly, reorganizing tambourine player; secondly, establishing recording studio; and thirdly, establishing Sragen Walisongo radio studio. Key words: Arts the tambourine Walisongo’s Sragen Pendahuluan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat dan maju telah mengubah sistem di segala bidang untuk memenuhi tuntutan perkembangan 1
2 zaman. Dalam hal keagamaan pun menerima kemajuan iptek tanpa lepas atau berubah dari prinsip atau ajaran pokok agama itu. Islam senantiasa berorientasi pada masa depan, bukan agama ekseklusif dari perkembangan zaman. Bagi seorang yang masih awam kadang-kadang masih menyamakan kebudayaan dengan kesenian, namun sebenarnya mengenai konsep kebudayaan itu sendiri sangat kompleks ruang lingkupnya dan seolah-olah tidak ada batasannya. Kebudayaan merupakan keseluruhan pengetahuan, kepercayaan, kesusilaan dan kebiasaan yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan merupakan kelakuan atau kebiasaan yang senantiasa diulang-ulang dan diajarkan sebagai sesuatu yang baik dan patut untuk diturunkan dari satu generasi kegenerasi berikutnya (Sastrosupono, 1982). Kesenian merupakan aspek universal yang dapat ditemukan dalam kebudayaan dahulu, sekarang dan dimanapun juga, maka kesenian akan mengalami perkembangan sesuai dengan perkembangan kebudayaan yang ada. Sebagai salah satu unsur dari kebudayaan, kesenian akan mengalami kehidupan statis apabila kebudayaan juga statis, sebaliknya kesenian akan bergerak
dan
berkembang apabila kebudayaan juga selalu bersikap terbuka terhadap perubahan baik secara cepat atau lambat. Apabila sedang membicarakan masalah kesenian, maka tidak terlepas dari masalah kebudayaan. Dalam pengertian secara umum kebudayaan diidentikkan dengan kesenian terutama seni tari, seni sastra, seni suara, seni pahat dan lain sebagainya. Kesenian bukanlah merupakan masalah yang dapat dipandang dari segi aspeknya saja, melainkan merupakan bagian dari kebudayaan manusia atau budaya masyarakat. Kesenian adalah salah satu unsur dari kebudayaan yang merupakan bentuk aktifitas manusia dalam berungkap melalui satuan garapan medium maupun mengungkap nilai-nilai bersandikan pada seluruh kehidupan manusia dalam ajang budayanya untuk disampaikan dengan tujuan tertentu (Kartodirdjo, 1990). Indonesia memiliki sebuah kesenian yang sangat kental dengan agama Islam yaitu kesenia rebana. Rebana sangat kental sekali dengan musik padang pasir, sebab rebana ini berasal dari Timur Tengah. Di daerah lain Rebana ini disebut pula dengan Gambus, Kasidah dan Hadroh. Musik ini juga biasa disebut dengan musik terbangan, namun dalam bahasa jawa artinya juga sama dengan Rebana. Kesenian ini selain sebagai sarana media untuk menyebarkan ajaran agama Islam juga sebagai sebuah hiburan. Sebab di dalam kesenian Rebana terdapat sebuah
3 kehendak untuk mengagungkan Asma Allah dan Nabi Muhammad serta Amar Ma’ruf Nahi Munkar, hal ini dapat dilihat jelas dari syair-syair yang dilantunkannya (Moertjipto,1990). Da’wah Islamiah itu merupakan suatu kewajiban bagi seluruh umat islam di seluruh dunia. Satu hal yang tidak dapat dipungkiri bagi setiap muslim bahwa agama islam merupakan agama motivasi dan sudah menjadi kewajibannya untuk menyerukan, menda’wahkan Al Islam dengan kemampuan masing-masing. Setiap umat Islam asal sudah tahu mengenai agama maka sudah mempunyai kewajiban untuk menyampaikan seruan agama itu kepada orang lain, sehingga kebenaran didunia dan akherat dapat dipertanggungjawabkan. Pendapat tersebut diperkuat dengan Hadist Nabi Muhammad, yaitu “Sampaikan (ajaran-ajaran) dari padaku walaupun hanya satu ayat” (Nasution, 1992). Cara melakukan da’wah setiap ulama pasti ada yang berbeda-beda di setiap wilayah, disini penulis mengambil contoh KH.Ma’ruf Islamuddin pimpinan pondok pesantren Walisongo Sragen. KH Ma’ruf islamuddin merupakan sosok seorang juru da’wah dengan pendekatan seni dan budaya. Hal itu dapat dilihat dari adanya setiap kegiatan da’wahnya paling tidak mengandung kedua unsur tersebut. Sedangkan gagasan untuk melaksanakan da’wah dengan berbagai metode yang menyesuaikan budaya serta seni, berangkat dari konsep da’wah yang diterapkan oleh para “Walisanga”. Uraian di atas sesuai dengan pendapat Andy darmawan (2002) “Dan peran Walisanga ini dalam menyebarkan agama Islam di tanah Jawa dengan da’wah lewat kebudayaan, dinyatakansebagai model yang lebih efektif dan telah berhasil mengislamkan tanah jawa” (hlm.168). Kegiatan dakwah KH.Ma’ru Islamuddin telah beliau rintis sejak pondok pesantrennya berdiri dan berada dalam lingkungan masyarakat yang memberikan nuansa baru bagi kehidupan keagamaan, serta menciptakan pandangan yang baik dari masyarakat luar terhadap kondisi moralitas masyarakat kabupaten Sragen. Lewat dakwah versi KH.Ma’ruf Islamuddin inilah babak baru dalam mewujudkan citacita masyarakat religious di kabupaten Sragen di mulai, hal itu tidak memerlukan dukungan dari segenap masyarakat, pemerintah, yang paling penting adalah kesadaran dari umat Islam itu sendiri untuk menjalankan perintah-Nya dan sunah nabi SAW, dalam rangka merealisasikan ajakan kearah kebaikan tersebut kedalam berbagai tingkah laku serta sendi-sendi kehidupan.
4 KH.Ma’ruf Islammuddin merupakan sosok seorang juru dakwah yang merintis dakwah dengan pendekatan seni dan budaya. Hal itu dapat dilihat dari adanya setiap kegiatan dakwahnya paling tidak menggunakan kedua unsur tersebut.Secara individu memang KH.Ma’ruf Islamuddin memang senang dengan seni, apalagi seni tarik suara. Beliau memiliki moto “dengan ilmu hidup lebih mudah, dengan seni hidup lebih indah, dan dengan agama hidup jadi terarah”. Sedangkan gagasan untuk melaksanakan dakwah dengan berbagai metode yang menyesuaikan budaya serta seni khususnya jawa adalah berangkat dari konsep dakwah yang diterapkan oleh para Walisanga yang merupakan cikal bakal atau perintais dakwah di tanah jawa. Peran para Walisanga ini dalam menyebarkan agama Islam di tanah jawa dengan dakwah lewat kebudayaan, dinyatakan sebagai model dakwah yang lebih efektif dan telah berhasil mengIslamkan tanah jawa. Merujuk dari sebuah ciri khas dari para ulama yang menggunakan seni sebagai media dakwah, KH.Ma’ruf Islamuddin pun juga menggunakan pedekatan seni. Seni dalam berdakwah merupakan sarana menyebarkan agama Islam yang telah dijelaskan di atas merupakan warisan dari para wali yang telah terbukti telah mengislamkan hampir semua wilayah di Jawa.KH.Ma’ruf Islamuddin adalah sosok yang di kenal masyarakat luas sebagai pendakwah yang menggunakan kesenian rebana segai sarana dalam berdakwah.Menurut beliau rebana digunakan sebagai sarana dalam berdakwah, karena jemaah yang dihadapi sangat heterogen dilihat dari segi keimanan, karena KH.ma’ruf Islamuddin sendiri sangat senang dengan seni, maka bagaimana caranya seni itu bisa dikemas sedemikian rupa sehingga bisa diterima oleh masyarakat. Sehingga muncullah ide itu berupa dakwah dengan kesenian musik rebana(wawancara dengan KH.Ma'ruf Islamuddin, 15 Agustus 2012 pukul 14.09 ). Untuk mendukung analisis dan pemikiran dalam sebuah penelitian, tentu diperlukan referensi atau pustaka sebagai acuan. Beberapa pustaka digunakan dalam penelitian ini untuk membantu memberikan devinisi, pengertian, dan uraian terkait teori yang digunakan. Kajian Teori. 1. Kebudayaan. Koentjaraningrat mengatakan bahwa kebudayaan adalah
keseluruhan sistem,
gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat
5 yang dijadikan milik demi manusia dengan belajar (1990:180). Berdasarkan pendapat Koentjaraningrat ini, kebudayaan diperoleh dari proses belajar yang dilakukan manusia dalam kehidupan masyarakat. Adanya kebudayaan merupakan suatu usaha manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan sehari-hari, disamping diciptakan
sebagai
alat
untuk
mempertahankan
dan
sekaligus
mencapai
kesempurnaan hidup manusia. Kebudayaan dibedakan adanya tiga gejala, yaitu ideas, activities, dan artifacts. Dalam hal ini gejala kebudayaan yang termasuk kelompok ideas adalah gejala sesuatu yang masih terdapat di dalam pikiran manusia yang berupa ide-ide, pendapat maupun gagasan. Sedangkan gejala kebudayaan yang termasuk kelompok actifities adalah tindakan-tindakan manusia sebagai tindak lanjut dari apa yang terdapat dalam alam pikir manusia. Gejala kebudayaan yang ketiga adalah artifacts, yaitu kebudayaan yang bersifat kebendaan atau kebudayaan fisik atau kebudayaan material yang merupakan hasil karya manusia yang berupa benda dengan berbagai sifatnya (Koentjaraningrat,1990). Kebudayaan sebagai suatu sistem memiliki unsur-unsur yang besar maupun kecil dan merupakan satu rangkaian yang bulat serta menyeluruh atau bersifat universal. Adapun unsur-unsur kebudayaan yang diklasifikasikan Koentjaraningrat (1990) antara lain sebagai berikut: A. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian, perumahan, alatalat rumah tangga, senjata, dan sebagainya). B. Mata
pencaharian
hidup
dan
sistem-sistem ekonomi
(Pertanian,
peternakan, sistem produksi, sistem distribusi, dan sebagainya). C. Sistem masyarakat (sistem kekerabatan, organisasi politik, sistem hukum, sistem perkawinan). D. Bahasa (lisan maupun tulisan). E. Kesenian (seni rupa, seni suara, seni gerak, dan sebagainya). F. Sistem pengetahuan. G. Religi . Istilah universal dalam kebudayaan menunjukkan bahwa unsur-unsur tersebut di atas bersifat universal, artinya seluruh unsur itu selalu ada di dalam kebudayaan (hlm.204).
6 2. Kesenian. Berdsarkan kodratnya manusia adalah makhluk yang mengenal keindahan (animal aestheticum). Dalam usahan menuju kearah kesempurnaan hidup, manusia mempunyai dorongan dan keinginan untuk memperindah diri. Seni adalah hasil upaya budi manusia yang menumbuhkan rasa keindahan serta kepuasan pada dirinya. Kesenian merupakan perwujudan rasa keindahan atau perasaan keindahan pribadi seseorang dalam mencapai hidup bermayarakat. Seni merupakan usaha manusia untuk menciptakan bentuk-bentuk yang menyenangkan, untuk menciptakan bentuk-bentuk yang menyenangkan itu manusia menghasilkan karya seni yang indah. Keindahan adalah segala sesuatu bentuk yang menyenangkan dan dapat memenuhi keinginan yang terakhir (Soedarsono, 1976). Berbicara mengenai dua hal yang sangat melekat dengan kehidupan batin yaitu adanya seni budaya dengan agama, maka perlu membutuhkan perenunganperenungan yang sangat cermat karena kedunya sama-sama memusatkan pada kegiatan rohani. Seni budaya berpangkal pada rasa keindahan sedangkan agama berpangkal pada keyakinan. Namun perlu dicatat pertama, pengertian ritual dalam Islam ada dua macam, yaitu wajib (harus) dan sunnah (dianjurkan). Di luar ketentuan yang sudah ada kedudukan teologisnya ialah bid’ah (baru). Kedua, dalam tulisan ini elemen estetis ritual yang dimaksudkan ialah substansinya, bukan sekedar atributnya. Jadi misalnya, keindahan lagu dalam shalat
tidak termasuk dalam
elemen estetis dan ritual bukan atribut, karena lagu tidak substansial. Dalam hal ini pun bahkan ada ulama yang menganggap melagukan ayat-ayat Al-Qur’an dalam bacaan sembahyang sebagai bid’ah, dan berusaha menjaga kemurnian ritual. Seni baca Al-Qur’an adalah unik dalam kaitan agama dan seni, sebab pengalaman keagamaannya lebih dominan dari pada pengalaman estetis, tetapi unsur estetisnya mempunyai nilai lebih tertentu (Kuntowijoyo, 2006). Kesenian Islam sebagai kesenian agama tauhid haruslah merupakan kesenian yang selalu melandaskan geraknya pada kaidah tauhid, artinya segala sesuatu gerak kesenian harus diarahkan dan bersumber pada ajaran dan prinsipprinsip keesaan Tuhan, bersih dari segala bentuk penghalalan dan kecenderungan menyembah selain Allah, bersih dari pemberhalaan uang, estetika, teori-teori keilmuan, Allah diletakkan sebagai sumber dan tujuan tertinggi. Kesenian Islam mempunyai sifat-sifat yang tenang, mudah dipahami, terstruktur dan mempunyai
7 karakteristik
spiritual
yang
tinggi
dibandingkan
dengan
unsur
kesenian
lainnya.kesenian Islam mempunyai fungsi dan peranan di dalam menyampaikan pesan spiritual dan essensial Islam melalui bahasa yang abadi dan keligasan simbulnya. Sesuai uraian uraiaan diatas, sudah selayaknya dijadikan sebagai pedoman dan acuan guna melihat kembali produk-produk kesenian dan kebudayaan yang telah diterima, digauli dan dikembangkan selam ini. Konsekuensinya, bila produk bila seni dan budaya yang tidak berjiwa tauhid maka selayaknya harus dihindari (Murtioso, 1994). 3. Dakwah Islamiah. Allah SWT telah mengajarkan Nabi Muhamad SAW, agar menyeru, mengajak, memanggil umat manusia ke jalan-Nya. Seruan, ajakan, panggilan Nabi Muhammad ini lazim disebut dengan istilah da’wah. Dalam kamus bahasa Indonesia mengidentikkan istilah Islamisasi dengan Da’wah. Istilah Islamisasi berasal dari kata “Islam” dan mendapatkan sufiks “isasi” ; hal ini mengandung maksud bahwa Islam adalah ajaran yang yang disampaikan oleh Nabi Muhammad, yang berpedoman pada Al Qur’an dan Al hadist. Islam-isasi mengandung keadaan proses. Jadi secara keseluruhan Islamisasi merupakan suatu proses yang dilakukan oleh Nabi Muhammad maupun para pengikutnya untuk menjadikan seseorang guna memeluk agama Islam. Da’wah berarti menghasung(mengajak) kepada kebaikan dan petunjuk agar mengerjakan yangt baik (ma’ruf) dan menjauhi kejahatan (munkar, agar mereka) mencapai keutuhan dunia dan akhirat (Zarkassy, 1977). Dunia dakwah adalah dunia cahaya dan lautan cahaya yang menerangi jiwa raga dan semesta dengan petunjuk risalah Rasulillah SAW. Gebyar dan gemerlapnya sebuah kota jika tidak dibarengi dengan petunjuk Risalah Rasulullah tidak akan membangun moral dan kemanusiaan. Maka risalah Rasulullah sebagi cahaya harus senantiasa di hadirkan seirama dengan status kemulyaan umat Rasulullah
SAW
sebagai
(khoiro
ummatin
ukhrijat
linnasi)
umat
terbaik
yang dihadirkan oleh Allah ke muka bumi ini. Mulya karena mambawa cahaya mengantar cahaya kepada yang membutuhkanya. Dakwah dalam makna mengajak diri dan orang lain kepada kebaikan dan menjauhkan diri dan orang lain dari kemungkaran. Semua dari kita yang merasa umat Rasulullah SAW harus bisa mengambil bagian dari tugas dakwah ini.. Siapapun kita, yang kaya, yang miskin,
8 yang pandai dan yang bodoh selagi umat Rasulullah SAW ia harus ikut dalam program
mengajak
kepada
kebaikan
dan
menjauhi
kemungkaran.
A. Prinsip dakwah 1. Membangun
keikhlasan kepada Allah dengan menitik beratkan pada,
pertama, bagaimana memahami dakwah sebagai jihad yang menuntut perjuangan dengan harta dan jiwa (biamwalihim waanfusihim). Kedua, Berusaha untuk melibatkan diri sendiri dalam pengorbanan jiwa, raga dan harta sebelum orang lain. Ketiga, Berbanggalah jika ada orang lain yang telah berhasil dalam perjuaangan yang serupa dengan yang anda emban. Keempat, Bantulah orang yang seperjuangan dengan anda agar berhasil, baik dengan doa, materi jika ada atau hanya sekedar ikut mempromosikan majelis, program dan perjuanganya. 2. Jangan menunggu kaya dan pintar. Suatu ketertinggalan jika mau beramar
ma'ruf nahi mungkar menunggu kaya atau pintar. Akan tetapi keinsyafan akan tugas inilah yang akan menghantar seseorang untuk bersemangat tinggi dalam berdakwah dan beramar ma'ruf nahi mungkar. Jika anda orang berilmu, lakukanlah tugas dakwah semampu anda tanpa menunda waktu sesaatpun. .Jika kemampuan Anda hanya dakwah kepada tetangga karena anda tidak mepunyai kendaraan, maka lakukanlah sesuai kemampuan anda sejauh kaki mampu melangkah. dan disaat anda di karuniai sepeda pergilah ketempat yang lebih jauh dan begitu seterusnya. Jika Anda orang kaya tetapi anda tidak berilmu, ambilah bagian dakwah anda sesuai dengan kemampuan anda. Anda memang tidak boleh berceramah atau memberi fatwa karena anda tidak berilmu. Akan tetapi anda bisa berdakwah dengan mengumpulkan orang sebanyak-banyaknya dengan harta anda dan setelah itu anda mendatangkan orang yang berilmu untuk menyampaikan pesan-pesan keagamaan kepada orang yang anda kumpulkan. Jika anda tergolong orang yang tidak berilmu dan tidak berharta, itu bukan berarti anda tidak bisa menjadi juru dakwah dan kelompok umat terbaik. Anda bisa dengan tenaga anda datang kesana kemari mengajak orang lain agar memasuki Majelis ilmu para ulama di sekitar anda atau anda menjadi tukang sapu atau penjaga sebuah lembaga dakwah dan majlis taklim. Sungguh jika anda tulus dengan
9 kinerja anda itu, anda bisa duduk bersama para ulama di akhirat nanti biarpun anda adalah orang yang tidak berilmu. B. Penyakit dalam media dakwah : 1. Tawaduk bukan pada tempatnya. Artinya Ada seseorang yang telah memiliki
bekal ilmu. Akan tetapi ia tidak segera bangkit ambil bagian dalam dakwah dengan alasan belum waktunya, masih ada yang lainnya, gak enak dengan yang sepuh dan sebagainya. Padahal urusan mencari kemulyaan seseorang harus berlomba dan merasa kalau dirinya adalah yang paling butuh kepada kebaikan tersebut. Di jelaskan oleh para Ulama (aliitsaru fittaqorrubi makruhun) mendahulukan orang lain dalam urusan ibadah adalah makruh. Dalam kebaikan seseorang harus fastabiqul khoirot, berlomba dalam kebaikan dengan senantiasa memperhatikan tatakrama. 2. Tidak senang dengan adanya orang yang hendak muncul di dalam dunia
dakwah. Ini adalah kedengkian yang amat berbahaya, tidak ada dengki yang lebih mengerikan dan membahayakan melebihi dari dengkinya orang yang terjun di dunia dakwah. Sehingga setiap kali ada orang yang hendak muncul di medan dakwah ini, orang–orang dengki itu berusaha menghalangi baik dengan omongan atau tingkah laku. Dua hal Inilah yang menjadikan para calon-calon pejuang baru merasa ragu atau bahkan takut untuk tampil. sehingga semakin hari media dakwah semakin jauh dari mereka. Dari sinilah kenapa sering kita ketemukan orang menuntut ilmu agama bertahun-tahun ternyata setelah pulang kegiatanya sangat jauh dari media dakwah. Wallahu a'lam bishshowab. Da’wah Islamiah itu merupakan suatu kewajiban bagi seluruh umat islam di seluruh dunia. Satu hal yang tidak dapat dipungkiri bagi setiap muslim bahwa agama islam merupakan agama motivasi dan sudah menjadi kewajibannya untuk menyerukan, menda’wahkan Al Islam dengan kemampuan masing-masing. Setiap umat Islam asal sudah tahu mengenai agama maka sudah mempunyai kewajiban untuk menyampaikan seruan agama itu kepada orang lain, sehingga kebenaran didunia dan akherat dapat dipertanggungjawabkan. Pendapat tersebut diperkuat dengan Hadist Nabi Muhammad, yaitu “Sampaikan (ajaran-ajaran) dari padaku walaupun hanya satu ayat” (Nasution, 1992).
10 4. Kyai. Belum dikatahui secara pasti dari bahasa apa asalnya kata kyai, namun dapat dipastikan bahwa kata itu menyatakan hormat kepada seseorang. Namun kepada siapa penghormatan kyai itu diberikan, itulah yang berbeda-beda kebiasaan suatu negeri atau daerah. Khusus bagi masyarakat jawa, gelar yang diperuntukkan bagi ulama selain kyai juga disebut Wali gelar tersebut biasanya diberikan kepada ulama yang sudah yang sudah mencapai tingkat yang tinggi, disini ditekankan pada aspek spiritual, juga menyangkut kesenioran, baik usia maupun nasab (keturunan). Hal ini untuk menunujukkan bahwa sang ulama tersebut mempunyai kekuatan spiritual yang tinggi (Jaiz dan Akaha,2003). Menurut Ziemek “pengertian kyai yang paling luas di dalam bahasa Indonesia adalah pendiri dan pimpinan sebuah pondok pesantren yang sebagai muslim terpelajar telah membaktikan hidupnya demi Allah serta menyebarluaskan dan
memperdalam agama-agama
dan
pandangan
islam
melalui
kegiatan
pendidikan” (1984 : 65). Kyai secara kebahasan berarti sesorang yang dipandang alim (pandai) dalam bidang agama islam dan biasa mengelola dan mengasuh pondok pesantren. Kerangka Berfikir. Pengembangan Kesenian Rebana
Kebudayaan
Kesenian
Kesenian Islam
Kesenian Rebana
KH.Ma’ruf Islamuddin
Media Da’wah Islamiyah
Tanggapan Masyarakat
Dalam usahanya menda’wahkan ajaran Islam, maka para wali dan kyai berusaha mempergunakan cara yang tepat untuk memudahkan masyarakat segera menerimanya. Cara yang ditempuh itu antara lain : dengan menggunakan bahasa dan adat Istiadat setempat, melalui pendidikan pondok pesantren, melalui media seni budaya dan lain sebagainya. Khusus melalui seni budaya para wali dan kyai
11 banyak mencapai keberhasilan. Misalnya saja seni musik rebana, wayang dan lain sebagainya. Berpedoman pada syair-syair dan pesan-pesan yang dilantunkan oleh kesenian musik rebana ini, maka kesenian tersebut memanggil, mengajak dan menyeru untuk mencapai kebahagian di dunia maupun akherat atau beramar ma’ruf nahi munkar (mengajak kejalan yang baik). Selain mendasarkan pada syair-syair serta pesan-pesan yang dilantunkannya, maka di dalam syiarnya KH.Maruf Islamuddin menggunakan para santri dari pondok pesantren wali songo yang memainkan kesenian rebana, sehingga semakin menambah keyakinan masyarakat, bahwa kesenian ini sangat berguna memperbaiki akhlaq dan keimanan kepada Allah Swt dan Nabi Muhammad Saw. Metodologis Bentuk penelitian ini deskriptif kualitatif, yaitu suatu cara dalam meneliti suatu peristiwa pada masa sekarang dengan menghasilkan data-data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang tertentu atau perilaku yang dapat diamati dengan menggunakan langkah-langkah tertentu. Dalam penelitian ini digunakan strategi studi kasus terpancang tunggal. Sumber data yang digunakan adalah sumber benda, tempat, peristiwa, informan, dan dokumen. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan analisis dokumen. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive dan snowball sampling. Penelitian ini, untuk mencari validitas data digunakan dua teknik trianggulasi yaitu trianggulasi data dan trianggulasi metode. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis interaktif, yaitu proses analisis yang bergerak diantara
tiga
komponen
yang
meliputi
reduksi
data,
penyajian
data,
verifikasi/penarikan kesimpulan, yang berlangsung secara siklus. Hasil penelitian KH.Ma’ruf Islammuddin merupakan sosok seorang juru dakwah yang merintis dakwah dengan pendekatan seni dan budaya. Hal itu dapat dilihat dari adanya setiap kegiatan dakwahnya paling tidak menggunakan kedua unsur tersebut.Secara individu memang KH.Ma’ruf Islamuddin memang senang dengan seni, apalagi seni tarik suara. Beliau memiliki moto “dengan ilmu hidup lebih mudah, dengan seni hidup lebih indah, dan dengan agama hidup jadi terarah”. Sedangkan gagasan untuk melaksanakan dakwah dengan berbagai metode yang menyesuaikan budaya serta seni khususnya jawa adalah berangkat dari konsep dakwah yang diterapkan oleh
12 para Walisanga yang merupakan cikal bakal atau perintais dakwah di tanah jawa. Peran para Walisanga ini dalam menyebarkan agama Islam di tanah jawa dengan dakwah lewat kebudayaan, dinyatakan sebagai model dakwah yang lebih efektif dan telah berhasil mengIslamkan tanah jawa. Melihat dari para jamaah atau masyarakat yang dihadapi yang begitu heterogen, dengan bekal ilmu-ilmu agama yang didapatkannya dari berbagai pondok pesantren dan dari berbagai Kyai, beliau berdakwah dengan rebana sebagai sarana untuk menyebarkan agama Islam agar tujuan dari dakwah itu sendiri bisa diterima oleh masyarakat. Setelah kegiatan berdakwah mulai dijalankan, mendorong hatinya untuk mendirikan pondok pesantren Walisongo di Sragen, yang mengingatkan kepada umat Islam pada umumnya akan jasa-jasa Walisanga dalam membawa ajaran Islam kepada masyarakat jawa terdahulu yang memperoleh kesuksesan dalam menyebarkan serta menanamkan budi pekerti yang luhur sesuai dengan tuntunan agama Islam. Kegiatan dakwah KH.Ma’ru Islamuddin telah beliau rintis sejak pondok pesantrennya berdiri dan berada dalam lingkungan masyarakat yang memberikan nuansa baru bagi kehidupan keagamaan, serta menciptakan pandangan yang baik dari masyarakat luar terhadap kondisi moralitas masyarakat kabupaten Sragen. Lewat dakwah versi KH.Ma’ruf Islamuddin inilah babak baru dalam mewujudkan citacita masyarakat religious di kabupaten Sragen di mulai, hal itu tidak memerlukan dukungan dari segenap masyarakat, pemerintah, yang paling penting adalah kesadaran dari umat Islam itu sendiri untuk menjalankan perintah-Nya dan sunah nabi SAW, dalam rangka merealisasikan ajakan kearah kebaikan tersebut kedalam berbagai tingkah laku serta sendi-sendi kehidupan. seorang ulama harus memiliki gaya bahasa yang bisa diterima oleh semua kalangan. Saat ini banyak para ulama atau ustadz yang sering muncul di berbagai televisi nasional dengan gaya bahasa yang berbeda-beda sebagai ciri khas diri pribadi mereka dalam berceramah di hadapan para jemaah, misalnya saja dengan komedi, sulap atau ilustrasi, pantun dan masih banyak lainnya. Merujuk dari sebuah ciri khas dari para ulama yang menggunakan seni sebagai media dakwah, KH.Ma’ruf Islamuddin pun juga menggunakan pedekatan seni.Seni dalam berdakwah merupakan sarana menyebarkan agama Islam yang telah dijelaskan di atas merupakan warisan dari para wali yang telah terbukti telah mengislamkan hampir semua wilayah di Jawa.KH.Ma’ruf Islamuddin adalah sosok
13 yang di kenal masyarakat luas sebagai pendakwah yang menggunakan kesenian rebana segai sarana dalam berdakwah.Menurut beliau rebana digunakan sebagai sarana dalam berdakwah, karena jemaah yang dihadapi sangat heterogen dilihat dari segi keimanan, karena KH.ma’ruf Islamuddin sendiri sangat senang dengan seni, maka bagaimana caranya seni itu bisa dikemas sedemikian rupa sehingga bisa diterima oleh masyarakat. Sehingga muncullah ide itu berupa dakwah dengan kesenian musik rebana(wawancara dengan KH.Ma'ruf Islamuddin, 15 Agustus 2012 pukul 14.09 ). Rebana atau dalam kosakata bahasa inggris disebut dengan tamborin alat musik tepuk, pukul, perkusi dan islamis, terbuat dari papan kayu yang dilobangi ditengahnya, pada salah satu sisinya dipasang kulit kambing yang telah disamak atau tipis.Rebana adalah alat musik tradisional yang berasal dari daerah Timur Tengah
dan
dipakai
untuk
acara
kesenian.Alat
musik
semakin
meluas
perkembangannya hingga ke Indonesia. Akan tetapi penyebutan nama rebana itu sendiri berbeda-bada, akan tetapi penggunaan dan fungsinya tidak terlalu jauh berbeda.musik gambus, kasidah dan hadroh. Rebana berasal dari bahasa arab yaitu ya Allah, jadi seni rebana adalah suatu bentuk musik yang didalamnya menggunakan peralatan berupa papan kayu yang dilobangi ditengahnya, pada salah satu sisinya dipasang kulit kambing yang telah disamak atau tipis yang mempunyai fungsi untuk menyampaikan puji-pujian kepada Allah SWT. Syair-syair yang dilantunkan dalam kesenian rebana berisikan tentang ajakan mejalankan amal makruf dan menjauhi yang munkar, tidak lupa untuk mengajak bersholawat kepada nabi Mihammad SAW. Rebana yang di gunakan KH.Ma’ruf Islamuddin sebagai sarana berdakwah Islamiah disini menggnunakan lirik dari berbagai lagu ciptaan orang lain yang sudah dikenal oleh banyak masyarakat, kemudian di aransemen kembali sehingga mudah diterima dan di mengerti oleh pandengar, akan tetapi maksud atau tujuannya bernadakan ajakan mejalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya dengan cara mengubah syairnya, akan tetapi juga sebagian dari lagu yang di lantunkan merupakan ciptaan KH.Ma’ruf Islamuddin sendiri. Kesenian rebana yang menjadi sasaran penelitian ini menunjukkan suatu bentuk kesenian tradisional dengan sentuhan modern yang lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai seni dan hiburan yang bernafaskan Islam.Arus globalisasi pada awal abad 21 ini, selain membawa dampak positif juga membawa limbah budaya
14 dari
dari luar
yang
mempunyai
kecenderungan
negatif
dalam kehidupan
masyarakat.Kemajuan teknologi informatika misalnya, telah menyebabkan semakin memendeknya jarak, ruang dan waktu, yang memungkinkan dapat menikmati berbagai
jenis
hiburan
baik
melalui
televise,
radio,
internet
dan
lain
sebagainya.Hampir setiap hari masyarakat telah disuguhi dengan tontonan yang disajikan pada media masa yang tidak sesuai dengan nilai-nilai tradisi dan tata karma bangsa Indonesia.Oleh karena itu guna menepis limbah budaya luar itu, masyarakat harus mempunyai filter yang kuat, sehingga peranan dakwah Islamiyah sangat diperlukan agar budaya nasional yang dianut tidak pudar (rusak). Usaha yang dilakukan oleh jajaran pondok pesantren Walisongo Sragen dalam mengembangkan kesenia rebana ini dapat dilihat adanya kegiatan pengembanga seni bagi para santri yang Pertama, adanya reorganisasi pemain rebana. Kedua, mendirikan studio rekaman agar musik rebana bisa dinikmati orang setiap saat. Ketiga, mendirikan studio radio Walisongo Sragen agar masyarakat bisa mendengarkan ceramah KH.Ma’ruf Islamuddin dan rebana tanpa melihat langsung.
Kesimpulan. KH.Ma’ruf Islammuddin merupakan sosok seorang juru dakwah yang merintis dakwah dengan pendekatan seni dan budaya. Hal itu dapat dilihat dari adanya setiap kegiatan dakwahnya paling tidak menggunakan kedua unsur tersebut. Gagasan
untuk
melaksanakan
dakwah
dengan
berbagai
metode
yang
menyesuaikan budaya serta seni khususnya Jawa adalah berangkat dari konsep dakwah yang diterapkan oleh para Walisanga yang merupakan cikal bakal atau perintais dakwah di tanah Jawa. Melihat dari para jamaah atau masyarakat yang dihadapi yang begitu heterogen, dengan bekal ilmu-ilmu agama yang didapatkannya dari berbagai pondok pesantren dan dari berbagai Kyai, beliau berdakwah dengan rebana sebagai sarana untuk menyebarkan agama Islam agar tujuan dari dakwah itu sendiri bisa diterima oleh masyarakat. Rebana yang di gunakan KH.Ma’ruf Islamuddin sebagai sarana berdakwah Islamiah menggnunakan lirik yang bernadakan ajakan mejalankan amar ma’ruf nahi munkar dengan cara mengubah syairnya dari lagu milik orang lain. sebab yang terpenting adalah bagaimana tujuan atau maksut dari isi dakwah yang disampaikan bisa diterima oleh para jamaah, akan tetapi juga tidak meninggalkan seni sebagai ciri khas dari KH.Ma’ruf Islamuddin dalam berdawah.
15 Usaha yang dilakukan oleh jajaran pondok pesantren Walisongo Sragen dalam mengembangkan kesenia rebana ini dapat dilihat adanya kegiatan pengembanga seni bagi para santri yang Pertama, adanya reorganisasi pemain rebana. Kedua, mendirikan studio rekaman agar musik rebana bisa dinikmati orang setiap saat. Ketiga, mendirikan studio radio Walisongo Sragen agar masyarakat bisa mendengarkan ceramah KH.Ma’ruf Islamuddin dan rebana tanpa melihat langsung.
Saran. Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang diperoleh, dapat diajukan saran sebagai berikut: 1. Bagi mahasiswa sejarah dan generasi muda, semoga penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu referensi dalam memahami masalah tantang kebudayaan dan agama. Mahasiswa juaga perlu mengetahui tentang kesenian, kebudayaan dan tugas berdakwah bagi semua umat Muslim didunia. Sehingga mahasiswa dapat memahami atas perbedaan pendapat tentang pemahaman agama yang terjadi akhir-akhir ini. 2. Bagi guru sejarah diharapkan dapat memberikan pengetahuan kebudayaa dan agama kepada peserta didik secara mendalam, terutama mengenai para tokoh yang bersangkutan. Pembelajaran yang disampaikan merupakan materi yang up to date dan berkesinambungan dengan pembelajaran sejarah kontemporer. Misalnya, masalah perbedaan pendapat tentang agama yang terjadi pada akhirakhir ini. Daftar pustaka BUKU. Dhofier, Z. (1982). Tradisi Pesantren (Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai). Jakarta: LP3ES. Darmawan, A. (2002). Metodologi Ilmu Da’wah. Yogyakarta. LESFI.
Jaiz, H.A dan Akaha, A.Z. (2003). Bila Kyai diperTuhankan. Jakarta: Pustaka Al Kautsar.
Kartodirdjo, S. (1990). Sejarah Nasional Indonesia I. Jakarta: Depdikbud.
16 Koentjaraningrat. (1983). Kebudayaan Mentalitet dan Kebudayaan. Jakarta: UI Press
Kuntowijoyo. (2006). Budaya dan Masyarakat. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Murtiyoso, B. (1994). Seni Budaya Dalam Perpektif Islam. Surakarta: ASKI Nasution, Y . (1992). Media Da’wah: Kebebasan Beragama. Jakarta.
Sastrosupono S. (1982). Menghampiri Kebudayaan. Bandung. Alumni
Sudarsono. (1976). Mengenal Tari-tarian Rakyat di Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta. ASTI.
Zarkasi, E. (1977). Unsur Islam Dalam Pewayangan. Bandung: PT Alma Arif
INTERNET. Buya Yahya. (2012). Dakwah Tugas Semua. http://www.sedekah.net/artikel/182 dakwah-tugas-semua.html
WAWANCARA. KH.Ma’ruf Islamuddin, sebagai Pimpinan Pondok Pesantren Walisongo Sragen
Dwijo Purnomo, S.Sos, sebagai Sekretaris umum LPI Sunan Walisongo Sragen Saefuddin Efendi, sebagai Sekretaris pribadi KH.Ma’ruf Islamuddin
Marzuki, sebagai Koordinator Rebana dan vokal Rebana Walisongo Sragen
Supri, pekerjaan Wiraswasta