Jurnal Penelitian Teknologi Industri Vol. 6 No. 2 Desember 2014: 83-94
ISSN NO:2085-580X
PENGARUH KONSENTRASI ASAM SULFAT DAN WAKTU HIDROLISIS TERHADAP KADAR ETANOL LIMBAH SERAT RUMBIASAGU (Metroxylon Sp) DAN SERAT SAGU BARUK(Arenga microcarpa) THE EFFECT OF SULFURIC ACID CONCENTRATION AND HYDROLYSIS TIME ETHANOL YIELD MADE FROM WASTE FIBER OF RUMBIA SAGO (METROXYLON SP) AND BARUK SAGO (ARENGA MICROCARPA) Sjamsiwarni R. Sjarif Balai Riset dan Standardisasi Industri Manado Jalan Diponegoro No.21-23 Pos-el :
[email protected] Diterima Tanggal 27-10-2014, Disetujui Tanggal 10-11-2014
ABSTRAK Ampas sagu merupakan limbah yang dihasilkan dari pengolahan sagu terdiri dari seratserat empelur, kaya akan karbohidrat dan bahan organik lainnya. Pemanfaatan limbah sagu masih terbatas dan biasanya dibuang begitu saja. Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan limbah serat sagu baruk dan sagu rumbia menjadi etanol dengan menggunakan metode deskriptif dilakukan dengan tiga tahap, yaitu: tahap pertama persiapan bahan baku dengan pengeringan, penggilingan dan pengayakan 4 dan 40 mesh. Tahap kedua hidrolisis dengan asam sulfat 0,5 : 1,0 dan 1,5 N waktu hidrolisa 2, 3 dan 4 jam pada temperatur 121 °C dengan autoclave dan fermentasi dengan ragi roti 3% selama 24 jam. Tahap ketiga destilasi alkohol. Pengamatan terlebih dahulu dilakukan terhadap kadar karbohidrat dan kadar gula bahan baku serat sagu baruk dan sagu rumbia, volume larutan hasil hidrolisis, kadar gula larutan hasil hidrolisis, volume destilat(etanol) dan kadar etanol. Hasil uji bahan baku menunjukkan kadar karbohidrat serat/ampas sagu baruk berkisar antara 41,22-49,18% dan sagu rumbia 52,7862,85%. Kandungan gula yakni 1,91-3,19% untuk serat/ampas sagu baruk dan 1,28-3,19% serat/ampas sagu rumbia. Hasil penelitian menunjukkan kadar gula tertinggi terdapat pada serat/ampas sagu rumbia dengan perlakuan penambahan asam sulfat 1,5 N dan waktu hidrolisis 3 jam yakni 13,90%. Kadar etanol tertinggi juga diperoleh pada hasil fermentasi serat sagu rumbia yang diperlakukan dengan penambahan asam sulfat 1,0 N dan waktu hirolisa 3 jam hidrolisis 13,60%. Limbah pengolahan pati sagu dari tanaman sagu (baruk dan rumbia) berupa serat/ampas dapat diolah menjadi etanol melalui proses hidrolisis asam sulfat konsentrasi rendah dengan pemanasan bertekanan. Kata kunci : limbah serat sagu, etanol
ABSTRACT Sago dregs, waste generated from sago processing, is rich in carbohydrates and other organic materials. Unfortunately, utilization of sago dregs is still limited and usually it is just thrown away. The aim of this research was to utilize sago baruk’s and sago rumbia’s dregs into ethanol. This research used descriptive method with three experiment steps. First, material preparation was done by drying, milling, and sieving the dregs at 4 and 40 mesh. Second, hydrolysis with sulfuric acid at 0.5 N, 1.0, and 1.5 N; hydrolysis time at 2, 3, and 4 hours; all treatment was done at 121°C at autoclave and 24 hours of fermentation with 3% yeast. Third, the distillation of alcohol. Prior observation was done to measure carbohydrate and sugar content in sago baruk’s and sago rumbia’s dregs, the volume of solution of hydrolysis, hydrolysis sugar solution, the volume of distillate (ethanol) and ethanol. Observation on the dregs showed that sago baruks has 41.22 to 49.18% of carbohydrate and 1.91%-3.19% of sugar; sago rumbia has 52.78% to 62.85% of carbohydrate and 1.28-3.19% of sugar. This research showed that the highest sugar content was obtained from Sago rumbia dregs which treated with addition of 1,5 N sulfuric acid with 3 hours of hydrolysis time. Moreover, the highest ethanol concentration was also obtained from Sago rumbia, treated with addition of 1.0 N
83
Pengaruh Konsentrasi Asam Sulfat Dan Waktu Hidrolisis Terhadap Kadar Etanol - Sjamsiwarni R. Sjarif
sulfuric acid with 3 hours of hydrolysis time. Waste from sago starch processing can be utilize as ethanol through the addition of acid in low concentration with pressure heating. Keywords: waste fiber sago, ethanol. PENDAHULUAN Salah Indonesia
satu adalah
selulosa, 11,8 hemiselulosa, 1,6% senyawa
kekayaan
alam
tumbuhan
sagu
ekstraktif dan 8,95% lignin (4). Ampas sagu mempunyai kadar selulosa yang cukup
(Metroxylon sp.). Luas areal tanaman sagu
tinggi. Selulosa ini dapat digunakan
di Indonesia diperkirakan 1.114.000 hektar
untuk pembuatan bioetanol dengan
yang merupakan 50 persen dari total luas
cara hidrolisa dan fermentasi (5).
areal sagu dunia (1). Luas areal sagu yang
Pada
sudah dibudidayakan baru sekitar 114.000 hektar,
sedangkan
1.000.000
hektar
lahan belum
sagu
penelitian
ini,
menggunakan
hidrolisa asam pekat untuk mengubah
seluas
selulosa dalam ampas tebu menjadi
dibudidayakan
glukosa reduksi.
secara intensif. Sagu dapat tumbuh di daerah rawa atau tanah marginal yang sulit
Selulosa ini dapat di merupakan limbah
ditumbuhi
yang dihasilkan dari pengolahan sagu, kaya
oleh
tanaman
penghasil
karbohidrat lainnya (2). Selain sagu rumbia
akan
(Metroxylon Sp), di Sulawesi Utara terdapat
lainnya. Pemanfaatannya masih terbatas
pula sagu baruk (Arenga microcarpa). Sagu
dan biasanya dibuang begitu saja ketempat
baruk dibudidayakan oleh masyarakat di
penampungan atau kesungai yang ada
kepulauan Sangihe.
disekitar daerah penghasil. Oleh karena itu
Bioetanol dapat dibuat dari bahan nabati
ampas
yang
tebu,
dampak pencemaran lingkungan, karena
ubi
melihat kandungan dari limbah ampas/
kayu,sorgum, jagung) atau lignoselulosa
serat sagu maka dapat diolah menjadi
(jerami padi, tongkol jagung, tandan kosong
bioetanol sebagai bahan bakar alternatif
kelapa sawit, bambu, kayu) (3).
melalui proses hidrolisis dengan asam pada
Sagu memiliki kandungan pati yang besar.
temperature 121°C..
Menurut Haryanto dan Pangloli (2) pada
Etanol
umur panen sagu sekitar 11 tahun ke atas
energi alternatif yang mempunyai beberapa
empulur sagu mengandung 15-20%
pati.
kelebihan, diantaranya sifat etanol yang
Proses ekstraksi pati sagu menghasilkan 3
dapat diperbarui dan ramah lingkungan
jenis limbah, yaitu residu selular empulur
karena emisi karbondioksidanya rendah (6).
mengandung
aren,molasses),
pati
gula
(nira,
(ubi
jalar,
karbohidrat
sagu
dan
bahan
berpotensi
merupakan
salah
organik
menimbulkan
satu
sumber
sagu berserat (ampas), kulit batang sagu Proses
(bark), dan air buangan (wastewater).
yang
digunakan
untuk
mendapatkan produk bioetanol dilakukan Limbah ampas dan kulit batang sagu
dengan
merupakan
yang
yang berbeda untuk dapat mengetahui
sebagian besar tersusun atas 22,45%
pengaruhnya terhadap kadar etanol yang
bahan
lignoselulosa
variasi waktu dan dosis H2SO4
dihasilkan.
84
Banyaknya bioetanol yang
Jurnal Penelitian Teknologi Industri Vol. 6 No. 2 Desember 2014: 83-94
ISSN NO:2085-580X
dihasilkan tergantung dari waktu, semakin
didapatkan kadar karbohidrat dan kadar
lama
semakin
gula tertinggi. Adapun tingkat kehalusan
banyak jumlah etanol yang dihasilkan.
yang diperlakukan yakni 4 dan 40 mesh.
Untuk dosis H2SO4 encer, semakin tinggi
Hasil perlakuan terbaik tahap 1 menjadi
temperatur dan lama waktu hidrolisa, maka
dasar untuk penelitian selanjutnya.
waktu
hidrolisa,
maka
semakin tinggi kadar etanol yang diperoleh,
2. Hidrolisis dan fermentasi
dan sebaliknya untuk H2SO4 pekat (7).
Pada tahap ini dilakukan untuk melihat pengaruh penambahan asam sulfat dengan
BAHAN DAN METODE
beberapa konsentrasi yakni 0,5, 1,0 dan 1,5
Bahan dan Alat
N, hidrolisis dengan autoclaf suhu 121 °C
Bahan-bahan
yang
tekanan 76 cmHg serta waktu hidrolisis 2,
digunakan
3, dan 4 jam. Fermentasi pada suhu 37 °C
dalam penelitian ini yaitu ampas/serat sagu
dengan ragi roti 3% selama 24 jam.
baruk diperoleh dari kepulauan Sangihe dan sagu rumbia diperoleh dari kepulauan
Tahap 3. Destilasi etanol
Talaud , asam sulfat, natrium hidroksida,
Pada tahap ini dilakukan destilasi alkohol
ragi roti fermipan, dan bahan kimia untuk
untuk mendapatkan kadar etanol tertinggi
analisis. Peralatan yang digunakan dalam
dari hasil perlakuan pada tahap dua.
penelitian yaitu autoklaf, alat penghancur Prosedur Penelitian
serat (dish mill), fermentor, alat suling, kompor, Erlenmeyer, gelas piala, hand
Serat sagu dipisahkan dari kotoran/benda
refraktometer, piknometer, alkohol meter,
bukan serat sagu kemudian Serat sagu
pH meter, neraca, oven dan kertas saring.
dihaluskan dengan menggunakan dish mill , dilakukan uji karbohidrat, gula. Ditimbang
Metode Penelitian
serat sagu 75,0 g lalu ditambahkan 750 mL Penelitian
ini
menggunakan
larutan asam sulfat (0,5: 1,0:1,5 N) dalam
metode deskritif dilaksanakan dalam tiga
Erlenmeyer 1000 mL. Serat sagu berisi
tahap, tahap pertama persiapan bahan
asam sulfat dimasukkan kedalam autoclave
baku, tahap kedua hidrolisis dan fermentasi dan
o
dan dipanaskan pada suhu 121 C waktu
tahap tiga yaitu destilasi etanol.
Penelitan
dilakukan
pengulangan
dengan
2
(2,3 dan 4 jam) dengan tekanan 76 cmHg
kali
untuk proses hidrolisis, kemudian
dan dilakukan pengamatan
hasil
hidrolisis dinetralkan dengan larutan NaOH
terhadap kadar gula dan etanol.
2% hingga pH 5, lalu diukur volume
Tahapan Pekerjaan
larutan/hidrolisat dan dilakukan uji kadar gula. Polisakarida pada umumnya berupa
1.Persiapan Bahan Baku
senyawa putih dan tidak berasa manis (8). Pada tahap ini bahan ampas sagu kering
Beberapa polisakarida dapat larut dalam
diperlakukan penggilingan dengan tujuan
air. Contoh : glikogen,pati,amilum,selulosa.
untuk mencari tingkat kehalusan bahan baku
yang
akan
diproses
Serat sagu mengandung pati dan selulosa.
sehingga
85
Pengaruh Konsentrasi Asam Sulfat Dan Waktu Hidrolisis Terhadap Kadar Etanol - Sjamsiwarni R. Sjarif
Uji kadar gula total dengan metode luff
kemudian
schrool.
dengan
yang
penentuan
dapat
kadar
digunakan
karbohidrat
berbagai
jenis
dilakukan
secara
cairan
Hidrolisat
dan
ditutup
dimasukkan
hasil fermentasi
penyulingan/destilasi
untuk
memisahkan air dan etanol, kadar etanol diuji dengan piknometer dan rendemennya
yang
ditentukan.
mengandung gula. Larutan/
kraft
24 jam, Larutan/cairan
dalam
kimiawi untuk menetapkan kadar glukosa pada
kertas
fermentasi
kedalam fermentor selama 24 jam. Setelah
Luff schrool merupakan salah satu metode
Medium
disaring
lalu
ditambahkan ragi roti (Fermipan)
3%,
Diagram alir proses pembuatan etanol dari limbah serat/ampas sagu tercantum pada Gambar 1 di bawah ini. Bahan Baku
Pretreatment
T= 2, 3 , 4 jam, H2SO4 = 0,5: 1,0: 1,5 N
Hidrolisis
Netralisasi ( pH 5,5)
Larutan NaOH 20%
Fermentasi (Suhu 37 oC, 24 jam) ( pH 5,5)
Ragi (3%) ( pH 5,5)
Destilasi
Etanol
Gambar 1. Diagram alir pembuatan etanol dari ampas/serat sagu
HASIL DAN PEMBAHASAN
kehalusan serat sagu tercantum pada Tabel 1 di bawah ini.
Kadar Karbohidrat dan Gula Serat Sagu
Hasil analisis kadar karbohidrat dan gula Hasil uji kadar karbohidrat dan kadar
gula
dengan
berbagai
dengan 2 jenis serat sagu yaitu sagu baruk
ukuran
dan sagu rumbia dengan ukuran kasar 4
86
Jurnal Penelitian Teknologi Industri Vol. 6 No. 2 Desember 2014: 83-94
ISSN NO:2085-580X
mesh dan ukuran serat halus 40 mesh
yaitu 41,22%. Sebaliknya untuk kadar gula
menunjukkan bahwa jenis serat sagu dan
ternyata serat sagu baruk cenderung lebih
ukuran kehalusan serat sagu memberikan
tinggi dibandingkan serat sagu rumbia pada
perbedaan
hasil
kadar
ukuran kehalusan kasar (4 mesh) yakni
karbohidrat
dan
Kadar
1,91% (sagu baruk) dan 1,28%
terhadap kadar
gula.
(sagu
karbohidrat tertinggi diperoleh pada serat
rumbia). Akan tetapi pada kehalusan serat
sagu rumbia dengan kehalusan 40 mesh
40 mesh kadar gula kedua jenis serat ini
yakni
sama yakni 3,19%.
62,85%
,
sedangkan
kadar
karbohidrat terendah pada serat sagu baruk
Tabel 1. Hasil uji kadar karbohidrat dan Gula No.
Jenis Serat Sagu
Ukuran serat
Karbohidrat (%)
Gula (%)
1 2 3 4
Sagu Baruk Sagu Baruk Sagu Rumbia Sagu Rumbia
Kasar (4 mesh) Halus (40 mesh) Kasar (4 mesh) Halus (40 mesh)
41,22 49,18 52,78 62,85
1,91 3,19 1,28 3,19
Tingginya kadar karbohidrat pada
pada
sagu
oleh
perbedaan kadar gula pada ukuran serat
beberapa faktor diantaranya adanya pati
kasar (4 mesh) dipengaruhi oleh beberapa
(karbohidrat) yang tidak terekstrak ketika
faktor antara lain pada serat yang halus
proses ekstraksi sagu dan tertinggal pada
( 40 mesh) proses hidrolisis karbohidrat
serat/empulur sagu (limbah), hal ini dapat
menjadi
terjadi
karena penetrasi asam (H2SO4) kedalam
serat
rumbia
karena
serat/empulur secara
dipengaruhi
proses sagu
tradisionil
ekstraksi
rumbia
(contoh
dari
dilakukan
dari
kehalusan
gula
mesh.
sederhana
butiran/serbuk
proses
40
serat
Adanya
labih
lebih
mudah
maksimal
dibandingkan denga keadaan serat yang
ekstraksi/pencucian menggunakan tangan
kasar
manusia). Pada proses ekstraksi sagu
perubahan karbohidrat menjadi gula akan
baruk menggunakan alat mesin ekstraksi
maksimal, sebaliknya pada ukuran luas
dan diduga karena menggunakan mesin,
permukaan serat kasar (butiran kasar)
maka
penetrasi
proses
ekstraksi/pencucian
pati
dan
dengan
asam
sendirinya
kedalam
serat
proses
tidak
dalam serat lebih maksimal juga alat
maksimal karena diameter serat yang besar
bekerja
pati
dan diduga tidak semua bagian serat di
(karbohidrat yang tertinggal dalam serat
penetrasi oleh asam yang akan merubah
sagu baruk sedikit).
karbohidrat menjadi gula sederhana.
secara
kontinu
sehingga
Berdasarkan
Kadar gula serat sagu baruk dan serat
hasil
uji
terhadap
kadar
karbohidrat dan gula serat sagu dengan
rumbia cenderung berbeda pada ukuran
berbagai ukuran dan ternyata serat yang
serat ( ukuran 4 mesh) akan tetapi sama
dihaluskan
87
sampai
dengan
40
mesh
Pengaruh Konsentrasi Asam Sulfat Dan Waktu Hidrolisis Terhadap Kadar Etanol - Sjamsiwarni R. Sjarif
memberikan kadar tertinggi, maka untuk
Adanya
perlakuan selanjutnya menggunakan serat
larutan/cairan
sagu dengan ukluran 40 mesh.
disebabkan
Volume
awal 750 mL (asam sulfat yang
larutan tertinggal dalam butiran serat sagu
ditambahkan pada 75 g contoh serat sagu)
dan tidak ikut tersaring kedalam larutan
setelah
dan
ekstrak ini ditandai dengan butiran serat
penetralan dengan larutan NaOH serta
sagu tetap basah setelah dibiarkan 2 jam
penyaringan, maka volume akhir larutan
setelah proses penyaringan juga sebagian
tidak sama dengan volume awal tapi
cairan melekat pada kertas saring.
melalui
proses
hidrolisis
pengurangan pada oleh
volume akhir
proses
lain
sebagian
antara
berkisar antara 600 mL-700 mL, begitu pula
penambahan asam sulfat 250 mL, volume
Pengaruh Konsentrasi Asam dan Waktu Hidrolisis Terhadap Kadar Gula Serat Sagu
akhir dibawah volume awal yaitu antara 240
Setelah melalui proses hidrolisis dengan
mL-245 mL.
penambahan asam sulfat 0,5 ; 1,0 dan 1,5
untuk
Hasil
berat
ini
contoh
25
menunjukkan
g
dengan
bahwa
ada
N serta waktu hidrolisis yang bervariasi,
pengurangan volume ekstrak cairan yang
maka diperoleh
dihasilkan dibandingkan dengan volume
seperti
kadar gula serat sagu
tercantum
pada
Gambar
1.
awal larutan sebelum proses hidrolisis.
Ket
: SB (Sagu Baruk) dengan konsentrasi asam sulfat 0,5 ; 1,0 dan 1,5 N SR (Sagu Rumbia) dengan konsentrasi asam sulfat 0,5 ; 1,0 dan 1,5 N
Gambar 1. Pengaruh konsentrasi Asam Sulfat dan Waktu Hidrolisis Terhadap Kadar Gula Serat Sagu
Pembuatan etanol dari bahan baku limbah
serat/empulur
sagu
salah satu faktor yang sangat berpengaruh
akan
dalam proses hidrolisis ialah konsentrasi
dipengaruhi oleh berbagai faktor, dan untuk
asam.
mendapatkan hasil yang optimal, maka
konsentrasi tinggi atau konsentrasi rendah
88
Penggunaan
asam
dengan
Jurnal Penelitian Teknologi Industri Vol. 6 No. 2 Desember 2014: 83-94
ISSN NO:2085-580X
akan memberikan hasil yang bervariasi.
waktu
Beberapa peneliti
Hamelinck, et al (9)
penggunaan konsentrasi asam sulfat 0,5 N
bahwa penggunaan asam
dan waktu hidrolisis 2 jam baik serat sagu
menyatakan dengan
konsentrasi
tinggi
akan
baruk
hidrolisis
menunjukkan
maupun
serat
pada
sagu
rumbia
memberikan kadar gula yang tinggi setelah
menghasilkan kadar gula rendah (3,25 %
melalui
dan 10,50 %) , akan tetapi dengan
tahapan
hidrolisis,
namun
mempunyai kelemahan dari segi biaya dan
meningkatnya
lingkungan. Sebaliknya peneliti lain De Idral
serta waktu hidrolisis sewaktu 3 jam kadar
(10) menyatakan bahwa penggunaan asam
gula yang dihasilkan
sulfat dengan konsentrasi rendah (0,3 N)
maksimal /optimal (12,10 % serat sagu
akan
baruk dan 13,90 serat sagu rumbia) dan
memberikan
Penggunaan
asam
hasil sulfat
optimal.
konsentrasi
konsentrasi
asam
sulfat
mencapai angka
pada proses hidrolisis
4 jam kadar gula
rendah juga menghemat biaya karena
yang di hasilkan mulai menurun (4,92 %
ongkos produksi lebih rendah dan murah
serat sagu baruk dan 5,56 % serat sagu
serta
rumbia) dari grafik 1. diatas menunjukkan
dampak terhadap lingkungan tidak
seberat
sulfat
kadar gula tertinggi hasil hidrolisis diperoleh
dengan konsentrasi tinggi. Selain faktor
pada konsentrasi asam sulfat 1,5 N yakni
konsentrasi asam sulfat, maka faktor waktu
13,90 % (serat sagu rumbia). Tingginya
hidrolisis
selulosa
kadar gula yang diperoleh pada hidrolisis
mempengaruhi kadar gula yang dihasilkan,
asam sulfat 1,5 N terjadi karena pada
hasil penelitian Polii (11) terhadap waktu
konsentrasi asam sulfat 1,5 N, proses
hidrolisis terhadap serat selulosa sabut
degradasi/peruraian selulosa (alfa selulosa
kelapa menunjukkan semakin lama waktu
dan hemiselulosa)
hidrolisis (6 jam), maka kadar gula yang
dimana komponen asam dapat secara
dihasilkan akan semakin tinggi. Akan tetapi
optimal memutuskan rantai ikatan alfa
peneliti lain
maupun
bahwa
jika mengunakan
terhadap
pada
asam
serat
De Idral (10) menyatakan waktu
hidrolisis
2
jam
serat sagu
beta
optimal,
selulosa
terputus/terurai
menjadi
monomer-
dihasilkan kadar gula optimal (tertinggi) dan
monomer
gula
jika hidrolisis dilakukan di atas 2 jam (120
(selulosa
tersusun
menit), maka kadar gula yang dihasilkan
diantaranya glukosa dengan ikatan alfa dan
cenderung menurun Untuk mendapatkan
beta). Pada konsentrasi asam sulfat 0,5 N
hasil optimal dalam proses hidrolisis serat
hidrolisis tidak berlangsung optimal karena
sagu khususnya jumlah gula, maka telah
kadar gula relatif
dilakukan penelitian penggunaan asam
asam belum optimal atau tidak cukup untuk
sulfat dengan konsentrasi rendah yaitu 0,5;
menguraikan/memutuskan ikatan alfa dan
1,0; 1,5 N dan divariasikan dengan waktu
beta glukosa pada serat sagu, disamping
hidrolisis yakni 2 , 3 dan 4 jam. Hasil
itu konsentrasi asam yang kurang tidak
penelitian dengan
mempu memecahkan komponen lain yang
perlakuan penggunaan
asam sulfat berbagai konsentrasi
dan
tunggal
sehingga
oleh
yakni
glukosa
monosakarida
rendah. Hal ini diduga
merekatkan antar selulosa maupun lignin
89
Pengaruh Konsentrasi Asam Sulfat Dan Waktu Hidrolisis Terhadap Kadar Etanol - Sjamsiwarni R. Sjarif
yang menyatukan sel selulosa yang satu
bebas yang tidak terikat baik alfa maupun
dengan yang lain. Pada konsentrasi larutan
beta glukosa.
asam sulfat 1,5 N dalam proses hidrolisis Rendemen
+
gugus H dari asam akan mengubah gugus
Hasil
serat sagu menjadi gugus radikal bebas
pengamatan
perhitungan
dan gugus radikal bebas serat sagu yang
rendemen etanol (Gambar 2) terlihat bahwa
kemudian akan berikatan dengan gugus
rendemen etanol yang dihasilkan berkisar
OH dari air dan bereaksi pada suhu 120
antara
o
C (suhu autoclave) menghasilkan gula
diperoleh pada sagu baruk proses hidrolisis
tinggi, sebaliknya pada konsentrasi asam
4 jam dengan penambahan larutan asam
-
32,85%-81,63, rendemen tertinggi
+
sulfat 1,5 N dan terendah pada sagu
dari asam belum mencukupi sehingga tidak
rumbia perlakuan penambahan asam sulfat
banyak terbentuk radikal bebas dari serat
1,0 N dan waktu hidrolisis 2 jam. Gambar
sagu dan gula yang dihasilkan belum
2.diatas juga menunjukkan semakin tinggi
maksimal.Pada hidrolisis 3 jam merupakan
konsentrasi
waktu optimal terjadinya hidrolisis, dimana
ditambahkan dan semakin lama waktu
selulosa yang ada dalam serat sagu
hidrolisis, maka rendeman etanol/bioetanol
semakin waktu bersentuhan dengan asam
yang dihasilkan semakin tinggi. Hal ini
yang ditambahkan juga proses dekomposisi
terjadi karena pada awal destilasi volume
selulosa terurai menjadi karbohidrat (gula)
larutan yang dihidrolisis dengan konsentrasi
semakin banyak. Faktor lain yaitu suhu
asam
bertekanan yang dilakukan dalam jangka
daripada volume larutan awal cairan yang
waktu yang optimum pada proses hidrolisis
diproses dengan asam sulfat konsentrasi
sangat berpengaruh terhadap perombakan
rendah (perlakuan 2 dan 3 jam waktu
bahan-bahan
hidrolisis).
sulfat rendah (0,5 dan 1,0 N) kebutuhan H
yang
melindungi
atau
larutan
sulfat
tinggi
asam
relatif
mengikat komponen selulosa dalam serat menjadi
monosakarida-monosakarida
Ket
: SB (Sagu Baruk) dengan konsentrasi H2SO4 0,5 ; 1,0 dan 1,5 N SR (Sagu Rumbia) dengan konsentrasi H2SO4 0,5 ; 1,0 dan 1,5 N Gambar 2. Pengamatan Rendemen Etanol
90
sulfat
lebih
yang
tinggi
Jurnal Penelitian Teknologi Industri Vol. 6 No. 2 Desember 2014: 83-94
Tinggi
atau
rendemen
rendahnya
persentase
destilasi
larutan etanol yang dihasilkan
ISSN NO:2085-580X
etanol,
berperan,
agar
faktor hasil
suhu
sangat
destilasi
etanol
ditentukan oleh sistem pemanasan pada
optimal, maka sewaktu proses destilasi
tahap
diusahakan
penyulingan
dan
waktu
proses
destilasi. Semakin tinggi suhu pemanasan
agar
suhu
minimum
dan
sebaiknya suhu dibawah 100 °C.
dan semakin lama proses destilasi, maka Fermentasi Gula Menjadi Etanol
semakin banyak rendemen yang diperoleh, sebaliknya
semakin
rendah
Proses
suhu
perobahan/fermentasi
pemanasan dan waktu penyulingan yang
etanol/bioetanol dari gula hasil hidrolisis
tidak
serat sagu oleh ragi menjdi etanol,angka
lama, maka rendemen
hasilkan relative
yang
di
kuantitatif tercantum pada Gambar 3.
rendah. Dalam proses
Gambar. 3 Pengaruh Kadar Gula Menjadi Etanol
Pada
Gambar.
3
menunjukkan
di atas 10%, maka mikroorganisme khamir
kadar etanol tertinggi yakni 13,60% , pada
(ragi)
penambahan larutan asam sulfat 1,0 N dan
fermentasi/merubah gula menjadi etanol,
waktu hidrolisis 3 jam, sedangkan kadar
bahkan angka persentasenya di atas 90%,
ertanol terendah pada proses penambahan
sebaliknya jika kandungan gula dalam
larutan asam sulfat 0,5 N dan waktu
larutan serat sagu di bawah 10% ternyata
hidrolisis 2 jam yaitu 2,43%. Kadar etanol
mikroorganisme tidak optimal merombak
meningkat
gula menjadi etanol dan angka persentase
seiring
dengan
kenaikkan
akan
optimal
melakukan
persentase kadar gula, semakin tinggi
keberhasilan fermentasi di bawah 90%.
kadar gula serat sagu hasil hidrolisis, maka
Keberhasilan
semakin tinggi kandungan etanol yang
dalam melakukan fermentasi gula menjadi
diperoleh setelah proses fermentasi oleh
etanol dipengaruhi oleh berbagai faktor
ragi.
memperlihatkan
antara lain pH larutan dan ketersediaan
apabila kadar gula dalam larutan serat sagu
nutrien. Pada larutan hasil hidrolisis serat
Gambar
diatas
91
mikroorganisme
khamir
Pengaruh Konsentrasi Asam Sulfat Dan Waktu Hidrolisis Terhadap Kadar Etanol - Sjamsiwarni R. Sjarif
sagu dengan kandungan gula tinggi juga
3.
Komaryati. S G. Prospek Bioetanol
ketersediaan nutrisi tinggi sehingga hampir
Sebagai
semua
Pusat Penelitian dan Pengembangan
khamir/ragi
yang
ditambahkan
melakukan aktifitas fermentasi merubah
Pengganti
Minyak
Tanah
Hasil Hutan. 2010.
gula menjadi etanol dan dengan demikian 4.
kadar etanol tinggi. Sebaliknya apabila
Hisyam. Isolasi Selulosa Ampas Sagu
kadar gula dalam larutan hasil hidrolisis
dengan
serat sagu rendah, maka kandungan nutrisi
Hidrogen Peroksida. Institut Pertanian
dalam
Bogor; 2012.
larutan
tersebut
rendah
Delignifikasi
Menggunakan
mengakibatkan ada sebagian ragi tidak mendapatkan
makanan/nutrisi
5.
untuk
Reaksi Sebagai Fungsi Suhu Pada
merubah gula menjadi alkohol bahkan
Hidrolisa Selulosa dari Ampas Tebu
sebagian mikroorganisme akan mengubah etanol
menjadi
asam
asetat
Enny. K Artati. Konstanta Kecepatan
dengan
dan
Katalisator
Ekuilibrium.
mengakibatkan penurunan kadar etanol.
Asam
2010;Vol.
Sulfat. 9
No
(14129124). KESIMPULAN 6. Ampas
sagu
baruk
dan
Jeon BY et al. Development Of a
sagu
Serial Bioreactor System For Direct
rumbia dapat diolah menjadi etanol.Kadar
Ethanol Production From Starch Using
alkohol yang diperoleh dari limbah serat
Aspergillus Niger and Saccharomyces
sagu baruk berkisar 2,43- 11,36% dan pada
Cerevisiae.
ampas sagu rumbia berkisar 4,13-13,60%.
Eng. 2007;Vol. 12:566–73.
Biotechnol
Bioprocess
Kadar gula tertnggi diperoleh pada ampas 7.
sagu rumbia dengan penambahan asam
Ramdja Fuadi D. Pengaruh Waktu,
sulfat 1 N dan waktu hidrolisa 3 jam yakni
Temperatur dan Dosis H2SO4 Pada
13,90%.
Hidrolisa
Kadar
alkohol
tertinggi
juga
Asam
Terhadap
Kadar
terdapat pada ampas sagu rumbia dengan
Etanol Berbahan Baku Alang-Alang. J
penambahan asam sulfat 1 N dan waktu
Tek. Vol. 17 No.
hidrolisis 3 jam yaitu 13,60%. 8.
Fitriyana L. Analisis Kadar Bioetanol Hasil
DAFTAR PUSTAKA
Fermentasi
(Metroxylon 1.
Warta
Pengembangan
Penelitian
Tanaman
sago)
Pati
Asal
Sagu Papua.
Universitas Negeri Papua; 2009.
Abner L M. Keragaan Industri Sagu Indonesia.
Dari
dan 9.
Industri.
Hamelinck, CN VHG dan FA. Prospect For
Vol. 8 No. 1 Juni 2002; 2002;
Ethanol
From
Lignocellulosic
Biomass. Netherlands; 2005. 2.
Haryanto
B
PP.
Potensi
dan 10. Daniel dkk. Pembuatan Bioetanol dari
Pemanfaatan Sagu. Kanisius; 1992.
Ampas Sagu dengan Proses Hidrolisa
92
Jurnal Penelitian Teknologi Industri Vol. 6 No. 2 Desember 2014: 83-94
Asam dan Saccharomyces Cerevisiae. J Kim Unand. Volume 1 N. 11.
Polii
F
F.
Pengembangan
Paket
Teknologi Tepat Guna Etanol dari Limbah
Pertanian
Berlignoselulosa.
Manado; 2009.
93
ISSN NO:2085-580X
Pengaruh Konsentrasi Asam Sulfat Dan Waktu Hidrolisis Terhadap Kadar Etanol - Sjamsiwarni R. Sjarif
94