Jilid 14, Nomor 2, Agustus 2011
ISSN 1026-4109
Jurnal Penelitian Pendidikan
PHEMCOGH
Jilid 14
Nomor 2
Halaman 103-197
Surakarta Agustus 2011
ISSN 1026 - 4103
MEMGOGM JURNAL PENELITIAN PENDIDIKAN I S S N 1026 - 4109 Jilid 14, Nomor 2. Agustus 2011. halaman 103- 197 Terbit dua kali setahun pada bulan Februari dan Agnsazs (ISSN 1026-4109) berisi artikel-artikel yang diangkat dari hasil pfariittM 4i hadang kirrfnnf^^" h*'k yang ditulis dalam bahasa Inggris.
Alamat Penyunting dan Ta 1. Jin. Ir. Sutami 36 A http//jurnal.fkip.uns.ac.id. Rp 50.000,00 ditambah i kc alamat Tata Usaha atau: Surakarta57126).P 1 niiij/'ii fmntTiTTTiw fafli—• MEOaGOGM diterbitkan oleh Fa Dekan: M . Furqon Tliilij. ilulhfc. Pembantu Dekan III: AmirFuadv. Redaksi menerima sumbangan penulisan naskah dapat dilihat padi! untuk keseragaman format isulah, i menjadi pelanggan selama duaiahun.
M u I Surakarla. Gedung F-Lantai (0271) 648939. Homepage: Berlangganan dua nomor kirim dapat dikirim lewat wesel UKS (Jin. Ir. Sutami 36A Kentingan-
••••Pendidikan Universitas Sebelas Maret I Ni. —'- Pembantu Dekan II; SugiyantO,
diterbitkan di media lain. Ketentuan : masuk dievaluasi dan disunting Ffcaafis yang naskahnya dimuat, wajib
Dicetak di Sebelas Maret Unrrersary Press (L"NS Press). Isi di luar tanggung jawab Percetakan.
MEMGOGM J U R N A L PENELITIAN PENDIDIKAN Jilid 14, Nomor 2, Agustus 2011
ISSN 1026-4109
DAFTAR ISI Triana Rejekiningsih*, Nugraheni, dan Endang Widiyastuti Pengembangan Model Pembelajaran Budi Pekerti untuk Penanaman Nilai-nilai Moral dalam Pembangunan Karakter Bangsa
103-117
Laili Rafi qo h Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Tari Bambu untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar pada Pelajaran Biologi
118 - 127
Sugiyanto* dan Singgih Prihadi Pengembangan Strategi Pembelajaran Geografi untuk Materi Berkarakteristik Dominan Visual
128 - 138
H amidah* dan Isfenti Sadai ia PenerapanGoa/Sef/rngA/ode/padaMataKuliahMctodePenelitian
139 - 149
Asrori Implementasi Program Imersi Bahasa Inggris Muhammad Jufri* dan Abdullah Pandang Pengembangan Pendidikan Kewirausahaan dengan Model Crossectional Cognitive Programming (CCP) untuk Menciptakan Lulusan Berjiwa Kewirausahaan Muhtar Implementasi Strategi Peta Konsep dalam Pembelajaran Dasar-dasar Akuntansi Keuangan F.X. Soewarto Kontribusi Kebiasaan Belajar, Motivasi Belajar, dan Komunikasi Antarpribadi terhadap Prestasi Belajar
150 - 160
161 - 170
171 - 180
181-197
InieksSubjck Jurnal Pacdagogia Jilid 14, Nomor 2, Agustus 2011
197-1
Indeks Pengarang Jurnal Paedagogia Jilid 14, Nomor 2, Agustus 2011
197 - 3
•MhffNamaPenyuntingAhIiTahun2011
197-4
IMPLEMENTASI PROGRAM IMERSI BAHASA INGGRIS M uh. Asrori* Program Pendidikan Bahasa Inggris. FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta
Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah: (1) untuk menggambarkan pelaksanaan proses belajar mengajar program imersi di SMAN 4 Surakarta, (2) untuk mengidentifikasi kelebihan dan kelemahan dari program pencelupan, dan (3) untuk menjelaskan bagaimana mengembangkan program imersi di masa depan. Penelitian dilakukan dengan pendekatan deskriptif kualitatif berdaftarkan kuesioner pengamatan lapangan, dan wawancara dengan beberapa stakekoMer, seperti: siswa, orang tua, guru, dan direktur program imersi di SMAN 4 Surakarta. Hasil penelitian menunj ukkan bahwa: (1) program imersi telah dilakukan sejak tahun ajaran 2003 2004 dengan menerapkan tujuh materi yang diajarkan dalam bahasa inggris, yaitu: Fisika, Kimia, Matematika, dan Biologi; Sejarah, Ekonomi, dan Geografi; (2) Sebelum pelaksanaan perendaman, guru-guru bergabung dengan Kelas Knrsnt Bahana Inggris selama satu tahun; (3) Penggunaan bahasa Inggns dalam proses belajar lonagajar dilakukan secara bertahap; (4) Baik guru dan siswa sangat termotivasi dalam aneaaknkan dan bergabung dengan program ini; (5) Pendukung besar berasal dari orang tua berpendidikan baik; (6) Beberapa fasilitas (misalnya buku r h n a i dan media pengajaran) yang tersedia sangat mendukung program ini; dan (7) onfnjar (Binaan) dan program ini, semua sukses dan diterima di perguruan tinggi. Keuntungan dan prograni mi adalah guru dan siswa merasa termotivasi untuk meningkatkan kemampuan bahasa Inggris mereka. Selain itu, mereka merasa percaya diri untuk meningkatkan prngrtahnan mereka karena keterampilan bahasa Inggris mereka. Di sisi lain, kelemahannya adalah beberapa guru masih perlu bimbingan di kelas dan siswa harus berpikir dua kali dalam memahami materi (terutama pada awal program ini) Bahasa Inggns pemahaman dan memahami masalah sendiri. Untuk pengembangan di masa depan, perlu bagi institusi untuk memberikan program ini dengan beberapa struktur infra/supra lebih lengkap. Sejalan dengan optimisme para pemangku kepentingan di program ini, lembaga ini berharap bahwa pemerintah, khususnya Kabupaten Surakarta akan memberikan lebih banyak perhatian dan dana untuk mengembangkan program ini, khususnya sumber daya manusia agar memenuhi persyaratan. Kata kunci: implementasi, imersi, bertahap, keyakinan, sumber daya
Abstract: The aims of the study are: 0 to deseribe the implementation of teaching learning process of immersion program at SMAN 4 Surakarta; (2) to identify the advantages and the weaknesses of the immersion program; and (3) to deseribe how to develop the immersion program in thefuture. The researeh was condueted in deseriptive •Alamat koretpondrnsi Jalan Duwct X No. 9 Karangasem. Uweyan. Surakarta. HP 08121332234
150
qualitative approach bascd on field observation, auestionnaires and interviews o some stakeholders, such as students. parents. leachers. and the director of immersion program at SMAN 4 Surakarta. The result shows that: (I) The Immersion program has been conductedsince 2003/2004 academicyear by implementingseven subject matters taught in English: Physics, Chemistry. Mathematics, Biology, Ilistory, Economics. and Geography; (2) Prior to immersion implementation, the teachers joined the Classroom English Course for one year; (3) The use of English in teaching learning process was done gradually; (4) Both teachers and students are highly motivated in condueting and joining thisprogram; (5) Great supports comefrom the well-educated parents; (6) Some facilities (e.g. reference books and teaching media) are available for supporting this program; and (7) The output (the graduates) of this program were all successful and all accepted in universities. The advantages of this program, among others, are: both the teachers and studentsfelt motivated to increase their English skills; besides that, theyfelt sclf-confident for increasing their knowledge due to their English skills. On the olher hand, the weaknesses, among others, are: some teachers still need guidance in the classroom, and the students should think twice in understanding the subject matters (especialty at th beginning of this program)—understanding English and understanding the matters ihemselves. For the development in the future, it is necessary for the institution to provide this program with some more complete infra/supra structures. In line with the stakeholders' optimism on this program, the institution hopes that the government. especially the Regency of Surakarta, would give more attention andfundfor developing this program, especially the human resources to be aualified. Keywords: implementation, immersion, gradually. confidence. resources
PENDAHULUAN Program Imersi Bahasa Inggris telah menjadi suatu kebutuhan yang tidak bisa ditunda-tunda lagi oleh dunia pendidikan di Indonesia, utamanya di Surakarta. Sebab, program imersi menurut sejarah telah diterapkan di negara-negara maju seperti Kanada dan Amerika Serikat sejak 60-an tahun yang lalu. Di samping itu, tingkat keberhasilan program ini bisa dipertanggungjawabkan karena telah melalui penelitian yang terus-menerus (longitudinal studies) selama 60 tahun utamanya di Kanada. Program ini tidak hanya memberikan manfaat bagi peningkatan kemampuan berbahasa siswa saja, tetapi juga meningkatkan understanding (saling pengertian) yang tinggi antaranggota masyarakat
A u u n . Implementasi Program Imeisi Uahau In^jTii
berlatar budaya berbeda. Karena itu, dalam program imersi tidak hanya bahasa saja yang diajarkan tetapi termasuk budaya serta ilmu pengetahuannya. Di Kanada, hasil penelitian yang terus-menerus selama kurang lebih 60 tahun tentang penerapan program imersi telah menunjukkan bahwa program ini sangat berhasil, di antaranya hasil capaian kemampuan murid di bidang keilmuan tidak menunjukkan perbedaan yang mencolok antara program imersi dan program reguler. Selain itu, kemampuan siswa dalam penguasaan bahasa sasaran dalam hal ini adalah bahasa Pcrancis tidak menunjukkan perbedaan yang berarti kecuali kemampuan untuk bernegosiasi agak berbeda karena siswa imersi memang tidak mempunyai
151
kontak yang intensif dengan penutur asli (Kcrr, 2002). Di samping itu, program imersi juga mempromosikan multiculturlsm di antara mereka yang berlatar belakang bahasa dan budaya berbeda sehingga kesalahpahaman bisa dihindari karena pengetahuan tentang budaya bahasa sasaran. Program Imersi di beberapa negara termasuk sekarang di Cina dan Korea serta beberapa negara Asia lainnya menunjukkan berbagai macam variasi dalam penyelenggaraannya. Sebagai contoh kombinasi antara bahasa pertama dan kedua bervariasi antara 70 % dan 30 % sampai dengan 30 % dan 70 tergantung pada kebutuhan. D i Cina, kombinasi yang dipakai bahkan ada yang mencapai total 100 % untuk bahasa Inggris (bahasa kedua) sehingga program ini bisa disebut sebagai imersi total. Bahkan, semua fasilitas yang ada di tempat tersebut dilayani dengan bahasa Inggris sehingga penguasaan bahasa oleh para muridnya sangat intensif. D i Indonesia, khususnya Jawa Tengah mulai tahun ajaran 2003/2004, pemerintah provinsi mulai melaksanakan program imersi bahasa Inggris di beberapa Sekolah Menengah Atas (SMA) sebagai proyek percontohan. Program ini memang bukan program yang eksklusif, tetapi hanya program yang sama dengan program reguler. Bedanya, program ini menggunakan bahasa pengantar bahasa Inggris untuk beberapa mata pelajaran seperti Biologi, Kimia, dan Matematika. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas human resources Indonesia di masa yang akan datang. Sebab, kemampuan keilmuan diikuti dengan kemampuan bahasa Inggris yang memadai memungkinkan para lulusan pendidikan perguruan tinggi di Indonesia bisa bersaing di pasar kerja global. Sayangnya beberapa prasyarat pada awal
152
mulanya menandai diterapkannya program imersi bahasa Inggris tidak sepenuhnya diterapkan. Sebagai misal harusnya ada eksposur dari penutur asli bahasa Inggris (baik murid maupun guru) di dalam kelas tersebut dengan harapan akan memacu perkembangan penguasaan bahasa Inggris mereka. Mengacu pada beberapa penelitian terdahulu (Amato, 1988) bahwa program imersi sudah memberikan bukti sangat mungkin mengembangkan kemampuan akademik siswa dan kemampuan bahasa kedua (bahasa Inggris) secara bersamaan dengan tidak saling mengorbankan satu dan lainnya. Karena itu, program imersi bahasa Inggris sudah selayaknya dilaksanakan di Indonesia, khususnya di Jawa Tengah untuk meningkatkan kemampuan penguasaan bahasa Inggris para lulusannya sehingga bisa bersaing di dunia global. Salah satu persyaratan untuk program imersi bahasa Inggris adalah adanya native speakers or near-native speakers di dalam proses belajar sehingga siswa mendapatkan input yang baik yang akan mendorong hilangnyafozilisation yang biasanya terjadi karena sumber yang didapatkan tidak tepat Hal ini sesuai dengan pendapat Krashen (1985) tentang comprehensible input yang diperl ukan dalam proses belajar bahasa Inggris. Input untuk program imersi bahasa Ingrris sudah semestinya datang dari para guru serta buku-buku berbahasa Inggris yang tersedia di perpustakaan dan seharusnya menjadi prioritas utama dalam penyelenggaraan program tersebut. Untuk mengetahui apakah hal hal tersebut di atas telah dipenuhi oleh program imersi bahasa Inggris di S M A 4 Surakarta, perlu kiranya penelitian ini dilaksakanan agar bisa terdeteksi lebih awal efektivitas program terse-
MEtkICOaa. Jilid 14. Nomor 2. Agustus 2011, halaman ISO- 160
but sehingga bisa dikembangkan secara optimal di masa yang akan datang. Program imersi baik yang berbahasa Inggris, Perancis maupun bahasa Indonesia dikenal memiliki beberapa nama di antaranya adalah Two-Way Language (TWL) Programs, Bilingual Immersion and Dual Immersion, Total Immersion Programs, dan Two-Way Immersions (TWI) or Bilingual Immersions dengan konsep yang konsisten, yaitu mengintegrasikan bahasa target sebagai bahasa pengantar pengajaran seperti misalnya bahasa Inggris dan Perancis. Tujuan utamanya adalah penguasaan bahasa target dan capaian akademik yang lebih baik dan dilakukan secara simultan. Misalnya imersi bahasa Perancis di Kanada, di mana bahasa Inggris dan bahasa Perancis dipakai kedua-duanya di kelas tersebut karena memang bentuknya bukan imersi penuh tetapi partly immersion. Penggunaan dua jenis bahasa dalam kelas atau program imersi bertujuan dan berdasarkan pada beberapa aspek filosofi dan prinsip-prinsip pedagogi yang dijabarkan dalam proses belajar-mengajar secara terus-menerus untuk mencapai tujuan tertentu (Kerper, 2001). Pertama, penggunaan tersebut berfungsi untuk memberikan kesempatan pada siswa untuk meningkatkan kemampuan bilingualism biliteracy serta konsep multibudaya untuk mengembangkan potensi anak secara maksimal sekaligus meningkatkan kemampuan akademik mereka. Dengan program imersi diharapkan anak didik tidak perlu mengambil program tersendiri untuk meningkatkan kemampuan bahasa kedua mereka, misalnya seperti Inggris alau Perancis. Karena dengan program imersi mereka belajar memanfaatkan kesempatan tersebut bersama-sama. Kedua, program ini
Asrori, Implementasi Program imersi Bahasa Inggris
awal mulanya memang bertujuan untuk memberikan kesempatan bagi kelompok minoritas dan mayoritas, seperti misalnya di Kanada yang memiliki dua kelompok bahasa, yaitu Inggris dan Perancis sebagai usaha untuk mengintegrasikan dan menjaga kedua jenis budaya, yaitu Franco phone dan Anglophone (Kerr, 2002). Berdasarkan konsep filosofi ini maka imersi total dan sebagian (total and partly immersion) berkembang luar biasa. Dalam praktiknya beberapa persyaratan untuk pengembangan imersi tersebut menjadi semakin baik, di antaranya tuntutan kualifikasi pengajar, jumlah siswa, pengelompokan siswa, metode pengajaran bahasa serta cakupan akademiknya. Swain & Johnson (1997) menyatakan bahwa sudah merupakan suatu keharusan jika persyaratan yang ketat tersebut harus dipenuhi agar dapat dicapai kelas imersi yang efektif untuk perkembangan bahasa dan akademi siswa. Di samping itu, mereka mengatakan bahwa sudah merupakan suatu keharusan jika guru imersi adalah seseorang yang bilingual (berbicara dua bahasa) yang digunakan dalam kelas imersi tersebut. Dalam konteks ini Syafei (2005) mengatakan bahwa salah satu kelemahan imersi di Jawa tengah adalah persiapan guru yang awalnya bukan guru yang bilingual, tetapi dipersiapkan secara bertahap. Ini merupakan salah satu kelemahan yang harus segera diatasi jika menghendaki kelas imersi berjalan dengan maksimal. Kerper (2001) menyatakan bahwa penggunaan istilah imersi sering dilebihlebihkan yang mengarah pada kebingungan. Seperti misalnya di Amerika Serikat ada program yang disebut imersi yang menerapkan bahasa Inggris penuh untuk kaum minoritas Spanyol. Hal ini tentu saja tidak tepat, karena hasil akhir akan meng-
153
arah pada konsep replacive di mana bahasa ibu mereka akan hilang sama sekali diganti dengan bahasa Inggris. Padahal penggunaan L2 (bahasa kedua) dalam domain umum membantu perkembangan kemampuan personal siswa untuk berkomunikasi serta melancarkan proficieney siswa tersebut. Meskipun begitu sepanjang sejarah perkembangan program imersi apa yang disebut imersi total juga telah meraup sukses di Amerika maupun di Kanada karena mereka memiliki kekhasan pada ciri-ciri geografi mereka. Imersi penuh bertujuan untuk mengintegrasikan kebutuhan menggabungkan beberapa etnik kedalam sebuah masyarakat baru, yaitu Amerika atau K a nada. Saat ini kebutuhan program imersi bukan semata untuk mengganti ciri-ciri khas masyarakat lama kemudian diganti dengan budaya baru, tetapi lebih banyak mengacu pada mempromosikan dua jenis budaya dan bahasa untuk tetap berdampingan. Sebab, dengan menjadi bilingual seorang anak memiliki keuntungan di antaranya dia bisa berkonsep dengan dua bahasa sekaligus serta mengetahui budaya dari kedua bahasa tersebut sehingga membangun saling pengertian yang tinggi dalam masyarakat. Tipe imersi seperti inilah yang diharapkan dikembangkan di Indonesia agar siswa mampu menguasai kedua bahasa dan keilmuan secara simultan sehingga kelak pengembangan sumber daya manusia di Indonesia makin baik dan memiliki kesempatan global untuk bekerja di mana saja tanpa batasan atau kendala bahasa. Perkembangan program imersi telah berkembang di seluruh dunia termasuk Indonesia dengan tingkat kombinasi L l , L2 dan L3 yang berbeda berdasarkan pada kebijakan masing-masing negara penye154
lenggara program tersebut. Kombinasi tersebut bervariasi dari 30% sampai dengan 100% menggunakan bahasa sasaran dan dengan menggunakan nama yang bervariasi yang tujuan utamanya adalah pengajaran dengan konsep imersi. Ada tiga konsep imersi yang telah dikenal, yaitu submersion, immersion, dan bilingual program. Pertama, submersion berarti seseorang yang bahasa ibunya berbeda dengan bahasa target dimasukkan ke dalam kelas yang berisi native speakers. Contoh anak Indonesia yang dibawa orang tuanya ke Australia kemudian dimasukkan ke kelas lokal bukan internasional. Kedua, immersion memberikan fokus pada penggunaan L 2 untuk media pengajaran. Ketiga, bilingual program mengombinasilan L l dan L2 secara seimbang untuk proses belajar dan mengajar. Perkembangan penelitian di bidang imersi juga sudah berkembang. Misalnya di Kanada menunjukkan bahwa di samping ada keuntungannya program imersi juga memiliki kelemahan. Secara umum, siswa memiliki tingkat literasi dan flueney yang tinggi dalam bahasa kedua tanpa mengorbankan bahasa pertama mereka. Lulusan program tersebut mempunyai kesempatan bekerja yang lebih tinggi di negara tersebut karena kelancaran bahasa Inggris mereka. Sayangnya, banyak program ini tidak menyediakan native speakers yang berakibat pada kurangnya communicative competence dari siswa tersebut karena kurangnya kontak dengan penutur asli. Di samping itu, biasanya kemampuan bahass para siswa hanya terbatas pada etass discourse atau bahasa buku teks. Di Jawa Tengah program imersi dimulai pada tahun ajaran 2004 dengan mengizinkan beberapa sekolah mclaksaP!taktGO€U. Jilid 14. Nomor 2. Agustus 2011. halaman 1 5 0 - 1 6 0
riakan program imersi sebagai proyek percontohan, salah satunya adalah SM A 4 Surakarta. Pada saat ini mereka sudah memiliki 4 kelas termasuk tahun kedua dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Secara umum, pelaksanaan program imersi di Indonesia adalah sejenis bilingual program di mana L 2 (Foreign Language) digunakan sebagai media pengajaran untuk beberapa mata pelajaran seperti Biologi, Matematika, dan Fisika. Persiapan penyediaan guru dilakukan atas kerja sama dengan beberapa perguruan tinggi di Jawa Tengah di antaranya Universitas Sebelas Maret yang melakukan pembimbingan penyediaan guru pengajar. Karena sudah berjalan pada tahun ketiga maka pada tahun 2007 sudah semestinya program ini dievaluasi untuk menentukan kebijakan selanjutnya. Selain itu, juga untuk melihat kelemahan dan kelebihan dari program imersi tersebut. Berdasarkan pada alasan tersebut dan program imersi bahasa Inggris di S M A 4 Surakarta telah berjalan kurang lebih 3 tahun, sedangkan penelitian yang mengarah pada efektivitas pelaksanaan belum dilaksanakan. Karena itu, penelitian evaluasi program imersi bahasa Inggris ini akan memberikan masukan yang berarti bagi perkembangan program tersebut. Selanjutnya, apakah program imersi tersebut akan tetap terus dilakukan atau dimodifikasi pelaksanaannya. Penelitian ini diajukan dengan asumsi bahwa suatu program baru ada kemungkinan memiliki masalah dalam pelaksanaannya, di samping memiliki kelebihan dan kekurangannya. Pengamatan awal sebelum pembuatan proposal ini menunjukkan bahwa di antara masalah yang muncul adalah kemampuan guru pengam-
Asron. Implementasi Program Imeni Bahasa Inggris
pu mata pelajaran yang harus menggunakan bahasa Inggris seperti dalam mata pelajaran Matematika dan Biologi. Karena keterbatasan kemampuan guru tersebut yang sebelumnya memang bukan seorang yang bilingual (menguasai bahasa Inggris dan bahasa Indonesia) maka kesulitan sering muncul di antaranya ketidakjelasan ketika menerangkan. Berdasarkan asumsi tersebut maka penelitian tentang program imersi sudah waktunya untuk dilaksanakan. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendiskripsikan pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar di program imersi S M A 4 Surakarta; (2) mengidentifikasi kelemahan dan kelebihan penerapan program imersi bahasa Inggris di S M A 4 Surakarta dari pandangan stakeholder (guru, murid, orang tua murid); dan (3) mendeskripsikan bagaimana pengembangan ke depan program ini setelah diketahui kelemahan dan kelebihannya. Hasil penelitian akan berupa deskripsi tentang program imersi bahasa Inggris di S M A 4 Surakarta baik dari hasil observasi maupun dari pandangan stakeholder. Hasil tersebut diharapkan dapat: (1) menjadi masukan yang berarti bagi para stakeholder untuk melakukan evaluasi perkembangan program imersi di S M A 4 Surakarta maupun di Jawa Tengah pada umumnya; (2) menjadi masukan untuk meningkatkan kualitas program tersebut di masa yang akan datang sehingga didapat model yang paling tepat untuk program imersi di Indonesia; dan (3) dipakai sebagai landasan pengambilan kebijakan bagi para pengambil keputusan apakah program imersi perlu dimodifikasi sesuai dengan konsep Indonesia atau tidak.
155
METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Bersifat deskriptif karena penelitian ini merupakan representasi objektif fenomena yang berhasil ditangkap peneliti. Kelebihan bentuk penelitian deskriptif ini terletak pada aktual tidaknya suatu masalah; sedangkan data penelitian dikumpulkan, dideskripsikan, dianalisis dan diinterpretasikan. Kualitatif menunjukkan bahwa penelitian ini tidak menyertakan data statistik dan lebih banyak berantuk deskripsi data. Data yang dikumpulkan berupa hasil observasi lapangan dan in-depth interviews yang akan dilakukan terhadap para pemangku kepentingan (stakeholders) tentang pelaksanaan program imersi bahasa Inggris di S M A 4 Surakarta. Sumber data penelitian ini adalah dokumen-dokumen, legislasi, dan para pemangku kepentingan yang terlibat dalam kegiatan program imersi. Adapun data yang dikumpulkan berupa catatan mengenai pelaksanaan imersi serta pendapat dari pemangku kcpentingan. Data penelitian ini terdiri dari dua jenis, yaitu data primer yang diambil dengan teknik wawancara mendalam (indepth interviews) dan observasi lapangan (site observations) terhadap kegiatan belajar-mengajar di program imersi; sedangkan data sekunder berupa informasi terkait yang tersedia, misalnya data statistik dan informasi dari program tersebut. Kedua jenis data tersebut digabungkan untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai permasalahan yang sedang diteliti sehingga didapatkan gambaran yang jelas bagaimana keadaan pelaksanaan program imersi bahasa Inggris di S M A 4 Surakarta. Lokasi penelitian ini adalah Kotamadia Surakarta, khususnya S M A 4 Surakarta
156
sebagai tempat pelaksanaan studi kasus tentang penerapan program imersi bahasa Inggris di Provinsi Jawa Tengah. Data untuk penelitian ini menggunakan data sekunder, yaitu informasi yang tersedia sehubungan dengan kegiatan program imersi di S M A 4 Surakarta serta data primer yang diambil dengan teknik wawancara mendalam terhadap informan dari masing-masing kelompok stakeholder, misalnya murid, guru, orang tua siswa, pengambil keputusan serta siswa lain yang tidak terlibat langsusng di dalamnya. Teknik cuplikan (sampling technigue) yang digunakan dalam penelitian ini adalahpurposive sampling dan snowball sampling. Purposive sampling digunakan karena jenis penehtian kualitatif tidak mensyaratkan generalisasi hasil penelitian, namun lebih banyak mengarah ke breadth and depth, yaitu penelitian yang mendalam tentang subjek penelitian. Beberapa kriteria untuk mendapatkan informan ditetapkan dengan pertimbangan bahwa mereka terlibat langsung dalam kegiatan program imersi ini sejak masa pendiriannya sampai dengan saat ini. Mempunyai pengetahuan yang cukup sehubungan dengan pelaksanaan program tersebut. Dengan teknik ini diharapkan peneliti akan mendapatkan key informants yang memadai untuk penganalisisan mengenai program imersi tersebut secara utuh. Data dianalisis dengan menggunakan metode interaktif, yang mencakup data collection, data reduetion, data display, danconclusion/verification. Analisis tersebut menitikberatkan pada upaya untuk melihat secara keseluruhan implementasi program imersi bahasa Inggris untuk mengidentifikasi kelebihan dan kekurangannya. Analisis dengan sistem interaktif ini tidak hanya berhenti pada setiap tahap.
MEOUCOCLl. Jilid 14. Nomor 2. A*^istin 2011, halaman 150- 160
Sebagai misal, begitu data dikumpulkan kemudian dilakukan sajian data dan reduksi data. Pada saat diperlukan pengumpulan data dilakukan lagi untuk sampai pada pcnyimpulan data. Hal ini dilakukan agar masalah mengenai implementasi program imersi bahasa Inggris bisa diketahui dan bagaimana kemungkinan pengembangannya di masa yang akan datang.
HASIL DAN PEMBAHASAN Program imersi di S M A 4 Surakarta dilaksanakan sejak tahun ajaran 2003/ 2004. Pengembangan Program ini merupakan salah satu bentuk terobosan yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan Nasional Propinsi Jawa Tengah dalam upaya mempercepat laju kualitas rjendidikan di wilayah ini. D i Surakarta, pemerintah menunjuk S M A Negeri 4 dan SMPNegeri I sebagai penyelenggara imersi. Menurut Direktur Program Imersi S M A N 4 Surakarta, Drs. Hardjono, pihak sekolah saat ini tiap tahun membuka dua kelas imersi, masing-masing terdiri atas 24 siswa. Peserta program ini diseleksi secara ketat, yakni harus lulus tes tulis dan lisan (wawancara bahasa) serta memenuhi persyaratan nilai mata pelajaran Matematika dan Bahasa Inggris minimal 7 dalam Ujian Akhir Nasional (UAN) dan nilai rapor rata-rata semester 5 dan 6 SMP harus 7,5. Adapun mata pelajaran yang menggunakan pengantar bahasa Inggris meliputi Fisika, Kimia, Matematika, dan Biologi (untuk kelas IPA); dan Sejarah, Ekonomi Akuntansi, dan Geografi (untuk kelas IPS). Penerapan penggunaan pengantar bahasa Inggris dalam proses belajar-mengajar dilaksanakan secara bertahap, mulai dari 30 % pada semester 1 hingga 100 % pada tahun kedua.
A i r o r i . Implementasi Program Imersi Uahasa Inggris
Untuk mempersiapkan program ini, para guru sebelum mengajar telah diberi pelalihan Classroom English selama satu tahun dengan bekerja sama dengan Universitas Negeri Semarang (untuk angkatan pertama) dan dengan U N S Surakarta (untuk angkatan kedua). Pelatihan mencakup penguasaan bahasa Inggris maupun metode pengajaran lainnya. D i samping itu, untuk meningkatkan kemampuan bahasa Inggrisnya, guru juga mengikuti kursus-kursus, pembimbingan guru pendamping di kelas dan pembimbingan dari dosen pendamping dari UNS. Pembimbingan ini mencakup pembuatan silabi menerjemahkan silabus dan RPP kc dalam bahasa Inggris. Selanjutnya, guru juga berlatih dan mempraktikkan pemanfaatan media pembelajaran. Untuk materi/bahan atau buku pelajaran, para guru mendapatkannya dari Dinas Pendidikan Nasional Propinsi Jawa Tengah, dari dosen pembimbing (dari UNS), terjemahan buku pegangan (dari berbahasa Indonesia menjadi berbahasa Inggris). Para guru juga berusaha mendapatkan materi dari internet atau C D berbahasa Inggris. Pihak sekolah juga bekerjasama dengan sekolah lain yang menggunakan pembelajaran berbahasa Inggris. Di samping itu, persediaan bukubuku referensi dalam bahsa Inggris juga cukup tersedia di perpustakaan. Hal ini mempermudah bagi guru dan siswa untuk mendapatkannya. Menurut beberapa guru, kendala yang dihadapi sewaktu mengajar di kelas antara lain adalah banyaknya istilah yang sulit untuk ditransfer ke dalam bahasa Inggris. Namun, untuk bidang studi Biologi, misalnya, hal itu teratasi oleh adanya istilah-istilah yang memang lebih tepat diungkapkan dalam bahasa Latin.
157
Tentang persentase pemakaian bahasa Inggris di kelas: untuk materinya sendiri ditulis dalam bahasa Inggris secara penuh, sedangkan penjelasannya masih bervariasi persentasenya. Sebagian guru sudah berusaha menjelaskannya secara penuh dalam bahasa Inggris, sedangkan sebagian lainnya bervariasi anlara 50% 100%. Sebagian di antara guru beralasan bahwa kejelasan pemahaman siswa terhadap materi lebih ditekankan daripada berusaha berbahasa Inggris, namun siswa justru tidak dapat memahaminya. Meskipun demikian, guru tetap mempunyai tekad untuk terus-menerus meningkatkan kemampuannya berbahasa Inggris sehingga dapat dipahami dengan benar oleh siswanya. D i sisi lain, para siswa bisa memahami akan kelemahan beberapa gurunya. Mereka cenderung untuk termotivasi dan merasa senang untuk ikut membantu para gurunya jika menemui kendala bahasa. Para siswa juga cukup aktif mengemukakan pertanyaan dan jawaban dalam bahasa Inggris. Motivasi itu juga terlihat dari usaha mereka untuk mengerjakan tugas yang dilakukan melalui media internet. Berkaitan dengan kendala bahasa yang dialami oleh beberapa guru ini, beberapa siswa maupun guru juga merasa perlu untuk disediakan penutur asli bahasa Inggris sebagai model di kelas. Pernah suatu kali didatangkan penutur asli dari Kanwil Semarang, namun sayangnya tidak langsung terkait dengan bidang studi tertentu. Jadi, kehadiran penutur tersebut hanya sebatas sebagai model berbahasa Inggris. Mengenai kelebihan dari program imersi dapat dikemukakan sebagai berikut. Guru maupun siswa termotivasi untuk belajar bahasa Inggris lebih giat lagi. Sebagian guru merasa bersyukur, karena sebelum ada imersi mereka merasa buta atau ti-
dak begitu tertarik dengan bahasa Inggris. Akan tetapi setelah berkecimpung di program imersi, mereka termotivasi tidak hanya untuk meningkatkan bahasa Inggris, tetapi seiring dengan itu mereka juga termotivasi untuk mempelajari perkembangan IPTEK. Demikian halnya dengan siswa. Adapun kekurangannya dapat dikemukakan sebagai berikut. Dari sisi guru, mereka masih mendambakan tersedianya materi ajar berbahasa Inggris yang memadai baik dari sisi kuantitas maupun kualitas. Beberapa materi ajar yang sementara tersedia dari Dinas Pendidikan Jawa Tegah masih berupa terjemahan dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris yang di sana sini masih terdapat kesalahan atau kekurangan dari segi bahasa sehingga sulit dipahami. Penjelasan materi berbahasa Inggris membutuhkan alat bantu/media seperti L C D (komputer) untuk presentasi. Tetapi, jumlah media yang tersedia masih dirasa kurang. Dari sisi siswa dan sebagian para orang tua, mereka berpendapat bahwa kemampuan bahasa Inggris beberapa guru masih perlu ditingkatkan. Sebab, beberapa materi tidak bisa terserap siswa dengan sempurna hanya karena kekurangmampuan guru dalam menjelaskan. Hal ini terjadi karena kurangnya frekuensi pendampingan guru/dosen di kelas. Untuk pengembangan program imersi ke depan dibutuhkan sarana dan prasarana yang lebih komplet. Dengan tetap menjaga optimisme atas keberhasilan program imersi ini, pihak sekolah mengharapkan perhatian dan dukungan dana dari pihak pemerintah, khususnya Pemkot Surakarta, terutama untuk pengembangan sarana dan S D M yang berkualitas di waktu mendatang.
/tttateOGkt. J U i d l 4 . N o m o r 2 . Agustus 2011, halaman 150 - 160
KESIMPULAN DAN SARAN Program imersi di S M A N 4 Surakarta telah dilaksanakan sejak tahun ajaran 2003/2004 dengan ketentuan tiap kelas terdiri dari 24 siswa dan maksimal dua kelas yang terseleksi lewat tes tulis maupun lisan dengan nilai U A N SMP yang memenuhi syarat. Ada 7 bidang studi yang diajarkan dengan bahasa Inggris, yakni: Matematika, Biologi, Fisika, Kimia, Ekonomi, Sejarah, dan Geografi. Penerapan bahasa Inggris dilakukan secara bertahap dari 30% hingga 100%. Sebelum mengajar, para guru telah mengikuti pelatihan selama setahun dengan bekerja sama dengan Universitas Negeri Semarang dan UNS Surakarta. Motivasi guru dan siswa cukup tinggi untuk mengikuti program ini, didukung oleh peran orang tua yang ikut mendorong serta membantu kesuksesan program ini. Hasil lulusan program ini sangat baik dengan diterimanya mereka di beberapa perguruan tinggi termasuk di luar negeri. Kelebihan program imersi, antara lain guru maupun siswa merasa termotivasi untuk meningkatkan keterampilan bahasa Inggris. Di samping itu, para siswa lebih mempunyai self-confident yang tinggi dalam pergaulan dan peningkatan wawasan ilmu dengan bekal bahasa yang dipunyainya. Adapun kekurangannya dapat dikemukakan sebagai berikut. Dari sisi guru, mereka masih mendambakan tersedianya
materi ajar berbahasa Inggris yang memadai baik dari sisi kuantitas maupun kualitas, demikian pula halnya dengan media pembelajaran untuk mendukung program imersi. Dari sisi siswa dan sebagian para orang tua, mereka berpendapat bahwa kemampuan bahasa Inggris beberapa guru perlu ditingkatkan. Hal ini terjadi karena kurangnya frekuensi pendampingan guru/ dosen di kelas 3. Untuk pengembangan program imersi kc depan dibutuhkan sarana dan prasarana yang lebih komplit. Dengan tetap menjaga optimisme alas keberhasilan program imersi ini, pihak sekolah mengharapkan perhatian dan dukungan dana dari pihak pemerintah, khususnya Pemerintah Kota Surakarta, terutama untuk pengembangan sarana dan S D M yang berkualitas di waktu mendatang. Adapun saran dapat dikemukakan sebagai berikut. Untuk pihak S M A N 4 Surakarta, disarankan untuk memenuhi kekurangan sarana dan prasarana yang dibutuhkan bagi program imersi. Sekolah hendaknya bisa menjaga agar siswa imersi tidak merasa diperlakukan secara diskriminatif dibandingkan dengan kelas rcgular. Untuk pihak Pemerintah Kota Surakarta, disarankan untuk memberikan perhatian terutama dana untuk pengembangan sarana dan S D M pada program imersi ini sehinga ke depan program ini semakin berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA Amato, Patricia A Richard. 1988. Making It Happen: Interaction in the Second Language Classroom. From theory to praetice. London: Longman. Kerper, J.M. 2001. "Ducling Models of Dual Language Instruction: A Critical Review of the Litcrature and Program Implementation Guide", dalam http://www. findarticles.eom/p/articles/miqa3722/is_200110/,diunduh pada 17April 2005. A s m n . Implementasi Program Imersi Bahasa * H ' * *
159
Kerr, G.J. 2002. "The Total Immersion Experience: Creating a learning Community", dalam Paper Presented at International TEFL Referencc Tong Hua, Jilin. August 2002. « Krashen, Stephen, D. 1985. The Input Hypothesis: Issues and Implication. London: Longman. Swain, M . & Johnson, R.K. (1997). "Immersion Education: A Category within Bilingual Education". In R. K . Johnson & M . Swain (Eds.) Immersion Education: International Perspectives (pp. 1-16). New York: Cambridge University Press. Syafei, Muh. 2005. "The Implementation of English Immersion Program in Senior High Schools", dalam Paper Prescntcd to the 53rd TEFLIN International Seminar, 6 - 8 , Deccmber2005.
160
fttUHCOaa. Jilid 14. Nomor 2. Agustus 2011. halaman 150 160