JURNAL PENDIDIKAN KHUSUS PERMAINAN “ BAKIAK RACE ” UNTUK MENINGKATKAN MOTORIK KASAR ANAK AUTIS HIPOAKTIF
ATIK FITRIYATUL MAS”UDAH NIM : 091044210
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA 2013
PERMAINAN “ BAKIAK RACE ” UNTUK MENINGKATKAN MOTORIK KASAR ANAK AUTIS HIPOAKTIF ATIK FITRIYATUL MAS’UDAH DAN SUJARWANTO (PLB-FIP,email :
[email protected]) Abstract: A gross motor was movements performed by humans in everyday life, such as walking, running, holding, attractive, including stalling and kicking skills resulting from motor learning. Hipoactyve children with autism interference in the running so that the learning needs a stimulus to encourage children to be able to improve gross motor running. One of these stimuli is to use the traditional game of ”Bakiak Race”. The purpose of this research is to improve gross motor skills in hipoactyve children with autism running game,”Bakiak Race” .This study used a type of singlesubject research design with base AB. The data collection techniques used were observation of direct observation of the child's gross motor running autistic hypoactive and documentation that is the subject of identity and history of the development of research and photographs. The data collected from the observations were analyzed with descriptive statistics simply to use the components in the visual analysis and visual analysis of the condition among the conditions. Visual analysis of the results in the condition in this study showed that the percentage of stability at baseline condition (A) is 10% with a range of 7-10 stability and stability in the percentage of intervention condition (B) was 85,7 % with a range of 7-10 stability. This means an increase in the intervention graph (B). While visual analysis between conditions suggests that the overlap percentage is 0 %. The smaller the percentage of overlap, the better the effect of the intervention (B). Studies conclusion was there is an increase in gross motor running through the game,”Bakiak Race” in autistic children in SD Negeri Inclusive Tandes Kidul I Surabaya. Keywords: gross motor, hipoactyve Children with autism,”Bakiak Race”
PENDAHULUAN Pendidikan dapat memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan di suatu tempat, melalui pendidikan akan dapat tercipta pengetahuan yang berwawasan luas. Oleh sebab itu setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan yang layak tanpa terkecuali anak berkebutuhan khusus. Anak berkebutuhan khusus tidak dapat di bedakan dengan anak-anak regular lainnya. Hal ini terbukti dengan adanya pendidikan inklusif yang saat ini telah di canangkan oleh pemerintah. Anak berkebutuhan khusus kini tidak hanya dapat bersekolah di sekolah SLB (Sekolah Luar Biasa) tetapi juga dapat bersekolah di sekolah inklusif. Sekolah inklusif mempunyai pengertian yang beragam. Menurut Stainback (dalam Budiyanto, Th :4) mengemukakan bahwa sekolah inklusif adalah sekolah yang menampung semua siswa di kelas yang sama. Sekolah ini menyediakan program
pendidikan yang layak, menantang, tetapi sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan setiap masing-masing siswa tersebut. Sekolah inklusif tersebut harus memberikan dua jenis layanan sekaligus, yaitu layanan akademik dan layanan non akademik. Layanan akademik tersebut mencakup bidang pembelajaran akademik seperti mata pelajaran yang ada di sekolah tersebut seperti mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial dan lainnya. Disamping itu juga memberikan layanan non akademik yaitu layanan kekhususan sesuai dengan jenis kelainan/hambatan yang dimiliki oleh setiap anak berkebutuhan khusus tersebut. Menurut pendapat Kirk (dalam Purwanta, 1996 : 2) Anak berkebutuhan khusus yaitu anak yang menyimpang dari anak normal pada karakteristik fisik, mental, fisikal, atau sosial sehingga memerlukan modifikasi pelaksanaan persekolahan atau layanan pendidikan khusus luar biasa supaya
dapat berkembang sesuai dengan kapasitasnya. Anak berkebutuhan khusus tersebut terdiri dari Anak Tunanetra, Anak Tunarunggu, Anak Tunagrahita, Anak Tunadaksa, Anak Autis, dan masih banyak lainnya. Anak-anak berkebutuhan khusus membutuhkan layanan khusus, baik dari segi akademik maupun non akademik. Salah satu yang termasuk dalam kategori anak berkebutuhan khusus adalah anak Autis. Menurut Danuatmaja B. (2003:2) Autis merupakan suatu kumpulan siyndrom akibat kerusakan saraf. Anak Autis terdiri dari dua golongan yaitu perilaku eksesif (berlebihan) dan perilaku yang deficit (berkekurangan). Yang termasuk perilaku eksesif yaitu perilaku hiperaktif dan tantrum (mengamuk). Perilaku deficit ditandai dengan gangguan bicara, perilaku sosial yang kurang. Berdasarkan observasi di lapangan, terdapat anak yang mengalami gangguan perkembangan pervasive yang disertai dengan perilaku deficit (berkekurangan). Perilaku deficit (berkekurangan) tersebut yaitu anak yang mengalami kurangnya untuk melakukan gerak. Anak cenderung diam/ pasif dan menyendiri, serta kurangnya interaksi sosial dengan temannya. Apabila anak tersebut terus mengalami perilaku berkekurangan (kurangnya kemampuan gerak ) maka ini akan berakibat pada system syarafnya, diantarannya organ geraknya akan menjadi kaku, bila hal ini akan terus terjadi maka akan berakibat pada interaksi sosial dengan lingkungan akan semakin buruk. Setelah melihat permasalahan yang terdapat di SDN Inklusif Tandes Kidul I Surabaya, untuk meningkatkan motorik kasar berjalan pada anak autis hipoaktif tersebut di perlukan sesuatu rangsangan yang dapat membuat anak dapat terdorong untuk melakukan gerakan motorik kasar berjalannya. Menurut Schmidt dalam bukunya (Decaprio 2013 : 17) Pembelajaran motorik adalah serangkaian (internal) proses pembelajaran yang berhubungan dengan
praktek atau pengalaman yang mengarah kepada perubahan yang relatif permanen dalam kemampuan menanggapi sesuatu. Pembelajaran motorik dapat diartikan sebagai proses belajar keahlian gerakan dan penghalusan kemampuan motorik, serta variabel yang mendukung atau menghambat kemampuan seseorang melalui keahlian motorik. Untuk membantu dalam meningkatkan motorik kasar tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan permainan. Permainan adalah suatu aktifitas yang dapat dilakukan oleh semua orang, dari anak-anak hingga orang dewasa , tidak terkecuali bagi penyandang cacat. Permainan merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan dan cenderung merupakan kebutuhan dasar. Para ahli pendidikan juga mengatakan bahwa anak-anak identik dengan bermain karena hampir semua hidupnya tidak lepas dari bermain. Menurut Agus Mahendra, (dalam Thobroni 2005:42) Menjelaskan bahwa bermain dapat menimbulkan keceriaan, kelincahan, relaksasi, dan harmonisasi sehingga seseorang cenderung bergairah dan dapat melakukan gerakan-gerakan tanpa ada paksaan dan hambatan. Salah satu dari contoh permainan untuk meningkatkan motorik kasarnya tersebut yaitu melalui permainan “Bakiak Race”. Untuk itu diperlukan permainan “ Bakiak Race “ sebagai pengaruh untuk meningkatkan motorik kasar pada anak autis. Bakiak race adalah adalah alas kaki yang terbuat dari kayu yang menimbulkan suara yang nyaring ketika digunakan dan mempunyai tali karet berwarna hitam. Permainan tradisional ini sering kita jumpai ketika ulang tahun kemerdekaan Indonesia. Permainan tradisional ini sudah ada sejak lama, setiap tim minimal berjumlah 3 orang. Tidak ada perbedaan antara bakiak untuk kaki kiri dan kaki kanan. Bakiak merupakan permainan tradisional anak-anak di daerah Minang, Sumatera Barat. Permainan ini sudah ada sejak tahun 1970 an. Permainan
“Bakiak Race” dimainkan oleh beberapa orang yang kemudian membentuk beberapa grup. Jumlah orang di setiap grup harus disesuaikan dengan jumlah tali pada bakiak. Setiap grup harus memakai sepasang Bakiak dan berjalan berbarengan/ beriringan dari garis start sampai garis finish. Keunggulan dari permainan ini adalah dapat bertujuan untuk melatih dalam meningkatkan motorik kasarnya terutama meningkatkan kemampuan geraknya khususnya berjalan. Dengan adanya permainan Bakiak Race ini anak akan dapat merangsang suatu gerakan motorik kasarnya seperti gerakan-gerakan yang dapat melatih kelemasan otot-otot pada anggota tubuhnya. Dari uraian di atas maka peneliti ingin mengambil tentang “Meningkatkan Motorik Kasar melalui permainan “Bakiak Race” pada anak Autis hipoaktif di SDN Inklusif Tandes Kidul I Surabaya. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah Permainan “Bakiak Race” dapat berpengaruh terhadap peningkatan Motorik Kasar pada Anak Autis hipoaktif ?. tujuan penelitian dalam penelitian ini adalah Untuk mengetahui pengaruh permainan “Bakiak Race” terhadap peningkatan kemampuan motorik kasar pada anak autis hipoaktif.
apabila disertai dengan tabel,grafik, bagan atau gambar. Desain penelitian ini menggunakan rancangan penelitian eksperimen dengan desain penelitian single subject research (SSR) atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan penelitian subjek tunggal. Jenis penelitian SSR memfokuskan pada data individu sebagai sample penelitian (Sunanto.J, 2005: 56). Dalam penelitian ini menggunakan desain A-B prosedur desain ini disusun atas dasar apa yang disebut logika baseline (baseline logic). Logika baseline menunjukkan suatu pengulangan pengukuran-pengukuran perilaku atau target behaviour pada sekurang-kurangnya dua baseline yaitu kondisi baseline (A) dan kondisi Intervensi (B). Kondisi baseline (A) yakni kondisi dimana suatu pengukuran dilakukan pada keadaan sebelum dilakukan intervensi, sedangkan kondisi intervensi (B) yakni kondisi dimana suatu intervensi telah diberikan dan subjek diukur pada kondisi tersebut. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dngan Single Subject Research (SSR) desain A-B. Data yang disajikan merupakan hasil penelitian selama 24 kali pertemuan yakni 10 kali pertemuan untuk baseline (A), dan 14 kali pertemuan untuk intervensi (B). Adapun hasil dari penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian eksperimental yaitu jenis penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap orang lain dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiono :107). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Menurut Arikunto (2006 : 12) Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang didasarkan pada pada penggunaan angka mulai dari pengumpulan data, penafsiran data yang digunakan dan hasil dari penelitian tersebut. Arikunto menambahkan bahwa penelitian kuantitatif akan lebih baik
Pencatatan Pengukuran fase Baseline A dan fase Intervensi B Hari Motorik Hari Motorik Ke Kasar Ke Kasar Berjalan Berjalan Baseline Intervensi 1 3 11 7 2 3 12 8 3 5 13 8 4 4 14 8 5 3 15 9 6 5 16 9 7 5 17 9 8 3 18 9 9 6 19 9 10 7 20 8 21 9
22 8 23 9 24 10 Gangguan yang dialami paling banyak oleh anak autis adalah gangguan kurangnya motorik kasar yaitu berjalan pada anak yang masih kecil. Berdasarkan observasi yang dilakukan pada penelitian ini, diketahui bahwa HF merupakan anak autis yang mengalami gangguan hipoaktif/ pasif. Karakteristik HF yang cenderung suka berdiam diri dan juga tidak untuk melakukan suatu gerakan-gerakan merupakan beberapa faktor yang dapat mempengarui perkembangan motorik kasar pada HF. HF tidak mampu melakukan gerak-gerak motorik kasar seperti berjalan, berlari, dan HF terlihat berdiam diri. Hal ini didukung dengan pendapat Cecco dan Crawford dalam bukunya Decaprio (2013 : 17) Mendefinisikan pembelajaran motorik barangkali pola respons yang lebih kempleks. Selain pengertian tersebut, beberapa ahli juga memberikan definisi tetang pembelajaran motorik. Sehingga pengertian dari motorik kasar tersebut banyak sekali berbagi pendapat dan dapat disimpulkan secara sederhana yaitu suatu gerakan yang dilakukan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari, seperti berjalan, berlari, memegang, menarik, mengulur, dan menendang termasuk keterampilan yang dhasilkan dari pembelajaran motorik. Untuk mengembangkan Motorik Kasarnya tersebut, maka dalam penelitian ini maka latihan motorik kasar ini dilakukan dengan menggunakan permainan “Bakiak Race” Menurut Malahakayanti.dkk., (2012:81) Permainan ini juga berfungsi melatih kepemimpinan bagi ketua tim. Bagaimana caranya agar mengkoordinasikan seluruh anggota tim agar bisa berjalan/ beriringan bersama secara serempak dengan langkah yang sama agar tidak terjatuh,dan dapat menjalin kerja sama antar teman dalam satu grup/tim yang berjalan bersama di dalam satu sandal, untuk melatih kekompakan antar teman, serta melatih kelenturan pada otototot yang kaku/ bisa meningkatkan motorik kasarnya. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada penelitian ini, diketahui bahwa HF merupakan anak autis yang mengalami gangguan kurangya motorik kasar. Pada fase baseline (A), HF menunjukkan perilaku suka
mengangkatkan kak dengan menggunakan permainan “bakiak race”. Sehinga perkembangan motorik HF sudah cukup timbul. Pada fase intervensi (B), perilaku suka berjalan yang sangat singkat ini bertambah. Hal ini teradi karena perkembangan Motorik kasar pada anak melalui permainan “bakiak race” menjadi lebih baik. Dalam penelitian ini menunjukkan adanya perubahan rentang motorik kasar HF. Dimana permainan “bakiak race” sebagai intervensi mengindikasikan pengaruh yang signifikan terhadap perubahan target behaviour. Hal ini terbukti bahwa fase baseline (A) yang dilaksanakan selama 10 menit berkisar 3-7. Kemudian diberikan intervensi dengan menerapkan permainan “bakiak race” pada kondisi di luar ruang kelas selama 10 menit menunjukkan data yang stabil yaitu 85,7 %, data tersebut menunjukkan rentang motorik kasar yang timbul pada 7-10. Hal ini menunjukkan bahwa HF pada stimulus permainan “Bakiak race”lebih lama dibandingkan dengan secara mandiri berlatih motorik kasar. Menurut Agus Mahendra dalam bukunya M.Thobroni dkk., 2005 :42-43) menjelaskan bahwa dengan adanya permainan/ bermain itu dapat menimbulkan keriangan, kelincahan, relaksasi, dan keharmonian sehingga seseorang cenderung bergairah/ lebih semangat. Kegairahan dapat memudahkan timbulnya inspirasi sehingga anak-anak dapat dengan mudah melakukannya tanpa harus ada paksaan dan hambatan. Sebagaimana sifat pada anakanak akan mudah terbangkitkan minatnya untuk bermain. Permainan yang dapat dilakukan dengan mudah cenderung menimbulkan tantangan pada anak untuk mengerahkan semua ketangkasannya. Bermain tidak lepas dari gerak sehingga gerak adalah kehidupan dan apabila gerak tersebut berhenti maka kehidupannya pun akan berakhir. Sedangkan menurut Kurikulum Berbasis di Sekolah Dasar, (2004 :6). Seperti yang telah dielaskan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan permainan “Bakiak race” untuk meningkatkan motorik kasar pada anak autis dapat memberikan pengaruh yang signifikan. KESIMPUAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan analisa data, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1.
2.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada penelitian ini, diketahui bahwa anak autis mengalami gangguan dalam motorik kasar berjalan/ kurang aktifnya. Pada fase baseline (A), HF menunjukkan perilaku suka mengangkat kaki, dengan menggunakan permainan “Bakiak Race”. Sehinga perkembangan motorik HF sudah cukup timbul. Pada fase intervensi (B), perilaku suka berjalan yang sangat singkat ini bertambah. Hal ini terjadi karena Meningkatnya Motorik kasar pada anak melalui permainan “Bakiak Race” menjadi lebih baik. Perolehan hasil analisa visual dalam kondisi diantaranya adalah estimasi kecenderungan arah fase baseline (A) menunjukkan arah mendatar, fase intervensi menunjukan arah yang naik, level stabilitas dan rentang fase baseline (A) 10 % menunjukkan data yang variabel atau tidak stabil dengan rentang 3-7 pada fase intervensi (b) diperoleh rentang 7-10 dan menunjukkan tanda (+) yang berarti perubahan yang membaik. Sedangkan perolehan hasil pada analisis visual antar kondisi diantaranya adalah perubahan kecenderungan stabilitas fase baseline (A) ke fase intervensi (B) adalah variabel atau tidak stabil ke stabil. Perubahan variabel atau tidak stabil ke stabil. Perubahan level menunjukkan tanda (+) yang berarti menaik, dan persentase data overlap menunjukkan 71,4 %. Berdasarkan hasil analisis visual dalam kondisi dan analisis visual antar kondisi maka dapat disimpulkan bahwa penerapan permainan “Bakiak Race” mengidentifikasi adanya pengaruh terhadap perkembangan motorik kasar yang signifikan pada anak autis.
Saran yang dapat diberikan adalah 1.
Guru mempunyai peran dalam meningkatkan kemampuan motorik kasar pada anak, sehingga permainan “Bakiak Race” ini dapat digunakan sebagai acuan untuk meningkatkan kemampuan motorik kasarnya.
2. Peran yang sangat penting adalah keluarga dalam mengembangkan kemampuan motorik kasar pada anak autis, hendaknya latihan motorik kasar ini dapat merangsang dalam meningkatkan kemampuan motorik kasar pada anak. DAFTAR PUSTAKA Aisyah, Siti. 2008. Perkembangan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini. Jakarta : Universitas Terbuka. Arikunto,Suharsimi.2006. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta Baker, Linda dan Welkowitz, Lawrence. 2005. Asperger’s Syndrome. London : Lawrence Elbaum Associates Publishers. Bowler, D. M., 2007. Autism Spectrum Disorders Psychological Theory and Research. London : Departement of Psychology City University London. Budiayanto,dkk.Th.Modul Training Trainer.Jakarta :KEMENDIKNAS Danuatmaja, Bonny. 2003. Terapi Anak Autis.____: Puspa Sehat Decaprio, Richard. 2013. Aplikasi Pembelajaran Motorik.Jogjakarta: Divapress Delphie, Bandi. 2005. Program Pembelajaran Individual Berbasis Gerak Irama. Bandung : Pustaka Bani Quraisy Depdiknas.2002. Pedoman Pelayanan Pendidikan Bagi Anak Autistik. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional. Elgisha.wordpress.com/2011/05/21/mengem bangkan-keterampilan-gerak-dasardengan-permainan-tradisional.pipixs.blogspot.com/2012/04/permainanbakiak.html. Diakses 21 Desember 2012 Gargiulo, M. 2012. Special Education in Contemporary Society. California : University of Albama At Birmingham Handojo. 2004. Autisma . Jakarta : PT Bhuana Ilmu Populer Hans, Daeng dan Kim Praswil. Pengertian Permainan .http : //repository.upi.edu/operator/ upload/s.ikor 0607799 chapter2.pdf. Diakses tanggal 20 uli 2013 Hartanti,. Dkk. 2012. Permainan Kecil . Malang : Wineka Media Heflin, Juane dan Alaimo , Donna. 2007. Students with Autism Spectrum
Disorders. New Jersey : Upper Saddle River. HN, Haeri dan Perwanta, Edi. 1996. Bimbingan Konseling Anak Luar Biasa.. Jakarta : Dekdikbud Idrus,Cica.2012.Meningkatkan Keseimbangan Berjalan Melalui Bermain Bakiak Pada Anak Tunagrahita Sedang. Jurnal Ilmiah Pedididkan Khusus, (Oneline),Vol.1 ,No.3 (http://ejurnal.unp.ac.id,diakses 1 Juni 2013). Ilham.2011.Pengaruh Permainan Tradisional Terhadap Peningkatan Kemampuan Lompat Jauh Tanpa Awalan Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Humaniora, (Oneline), Vol. 13 No. 2, (http://oneline-journal.unja.ac.id, diakses 2Juni 2013) Iswinarti. (2005). Identifikasi Permainan Tradisional Indonesia. Laporan Hasil Survey . Malang : Fakultas Psikologi UMM. Iswinarti. 2009. Nilai- Nilai Terapi Untuk Permainan Tradisional Engklek Untuk Anak Usia Sekolah Dasar. Jurnal Penelitian .Universitas Muhammadiyah Malang.(Oneline), http: // journal.umm.ac.id. Diakses 19 Juli 2013 Krisdyatmiko, (1999). Dolanan Anak Refleksi Budaya dan Wahana Tumbuh Kembang Anak. Yogjakarta : Plan Internasional Indonesia – Yogjakarta dan LPM Sosiatri Fisipol UGM. Malahayanti, dan Murti, Tendi. 2012. 50 Permainan Edukatif Untuk Mengembangkan Potensi dan Mental positif. Yogjakarta : PT Citra Aji Parama Martin Sieglinde. 2006. Teaching Motor kills to Children with Celebral Palsy and Similar Movement Disorders. Amerika : United States America Martini. 2010. Peningkatan Kemampuan Motorik Kasar Anak Melalui Senam Fantasi Di Taman Kanak- Kanak Al Hikmah Lubung Basung. Jurnal Pesona PAUD. (Oneline). Vol 1, No 7. (http // www. Paud.ac.id.). Diakes 20 Juli 2013 Meliastari. 2012. Mengurangi Hiperaktif Pada Anak Attention Deficit / Hiperaktivity Disorder (ADHD) Melalui Permainan Tradisional Teropa Tempurung. Jurnal Ilmiah Pendidikan
Khusus. (Oneline), Vol. 1, No 2 http : // eournal.unp.ac.id. Diakses 20 Juli 2013 Rahyubi, Heri. 2012. Teori-Teori Belajar dan Aplikasi pembelajaran Motorik.Jawa Barat : Nusa Media Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D).Bandung : Alfabeta. Sujarwanto. 2005. Terapi Okupasi Untuk Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional Sukamti Endang .R, (2007). Diktat Perkembangan Motorik . Yogjakarta : Fakultas Ilmu Keolahragaan. UNY Sunanto, Juang dkk. 2005. Pengantar Penelitian Dengan Subjek Tunggal, Unevirsity Of Tsukuba : CRICED Susanti, dkk. 2010. Pengaruh Permainan Tradisional Terhadap Kompetensi Interpersonal Dengan Teman Sebaya Pada Siswa SD. Jurnal Psikologi, (Oneline) Vol. 8, No 2, (http//www.undip.ac.id,) Diakses 20 Juli 2013. Thobroni, dan Mumtaz, Fairuzul. 2011. Mendongkrak Kecerdasan Anak Melalui Bermain dan Permainan. Yogjakarta : Katahati Tim Penyusun. 2006. Panduan Penulisan Dan Penilaian Skripsi. Surabaya : Unesa University Press.