Jurnal Pemikiran & Penelitian Psikologi
PSIKOLOGIA ISSN: 185-0327 www.jurnal.usu.ac.id/psikologia
HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN KEBAHAGIAAN PADA LANSIA Title in English:
THE RELATIONSHIP BETWEEN SENSE OF HUMOR AND HAPPINESS IN ELDERLY Ayu Puspita, dan Rahmi Putri Rangkuti Psikologia: Jurnal Pemikiran & Penelitian Psikologi Tahun 2015, Vol. 10, No. 1, hal. 25-30
Artikel ini dapat diakses dan diunduh pada: www.jurnal.usu.ac.id/psikologia
Editor: Omar K. Burhan Indri Kemala Vivi Gusrini Pohan
Dipublikasikan oleh:
Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara Jl. Dr. Mansyur No. 7 Medan. Telp/fax: 061-8220122 Email:
[email protected]
Psikologia 2015, Vol. 10, No. 1, hal. 25-30
25
HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN KEBAHAGIAAN PADA LANSIA Ayu Puspita* dan Rahmi Putri Rangkuti Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK Meningkatnya jumlah lansia menimbulkan masalah terutama dari segi kesehatan dan kesejahteraan lansia. Masalah tersebut jika tidak ditangani akan berkembang menjadi masalah yang kompleks dari segi fisik, mental, dan sosial yang berkaitan dengan kesehatan dan kesejahteraan mereka. Individu yang memiliki sense of humor yang tinggi diketahui dapat lebih baik menggunakan coping stress, menjalin hubungan dengan orang disekitarnya, dan memiliki mental dan fisik yang lebih sehat. Ketika lansia dapat mengatasi perasaan stresnya dengan baik, maka perasaan sedih atau kecewa yang mungkin timbul akan berkurang, sehingga lansia akan memiliki kebahagiaan dalam hidupnya. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara sense of humor dengan kebahagiaan pada lansia. Subjek penelitian berjumlah 195 orang lansia dengan rentang usia 60-85 tahun yang diambil dengan teknik purposive sampling. Analisa data yang diperoleh dari hasil nilai korelasi Spearman menunjukkan ada hubungan antara sense of humor dengan kebahagiaan pada lansia. Kata-kata kunci: Sense of humor, kebahagiaan, lansia
THE RELATIONSHIP BETWEEN SENSE OF HUMOR AND HAPPINESS IN ELDERLY ABSTRACTS The increasing number of elderly pose a problem, especially in terms of health and well-being of the elderly. If the problem left untreated will develop into a complex problem in terms of physical, mental, and social health and well-being related to them. Individuals who have a sense of humor is known to be better use of coping with stress, relationships with people around him, and mentally and physically healthier. When the elderly can better cope with the stress feelings, then feelings of sadness or disappointment that may arise will be reduced, so that the elderly will have happiness in life. This study aims to examine the relationship between sense of humor and happiness in elderly. The subject of the study amounted to 195 person elderly with age range from 60-85 years old taken with purposive sampling technique. Analysis of data obtained from the results of the Spearman correlation showed there is a relationship between sense of humor and happiness in elderly. Keywords: Sense of humor, happiness, elderly
Secara psikologis yang didasarkan pada tahap perkembangan, masa lanjut usia berada pada fase integrity versus inferiority (Erikson dalam Santrock, 2002). Ketika lansia dapat meraih tahapan terakhir dalam kehidupan yaitu integritas diri, dimana *Korespondensi mengenai penelitian ini dapat dilayangkan kepada Ayu Puspita melalui email:
[email protected]
lansia dapat mengevaluasi dan menerima kehidupan mereka tanpa mempermasalahkan “apa yang seharusnya dilakukan” dan “apa yang seharusnya terjadi” sehingga mereka dapat menerima ketidaksempurnaan pada diri sendiri dan Rekomendasi mensitasi: Puspita, A & Rangkuti, R. P. (2015). Hubungan sense of humordengan kebahagiaan pada lansia. Psikologia, 10(1), 25-30.
26
kehidupannya, maka dikatakan lansia dapat meraih kebahagiaan (Erikson dalam Papalia & Feldman, 2008). Ada beberapa faktor yang menyebabkan seorang lansia untuk tetap bisa berguna di masa tuanya yakni: kemampuan menyesuaikan diri dan menerima segala perubahan dan kemunduran yang dialami, adanya penghargaan dan perlakuan yang wajar dari lingkungan lansia tersebut, lingkungan yang menghargai hak-hak lansia serta memahami kebutuhan dan kondisi psikologis lansia serta tersedianya media atau sarana bagi lansia untuk mengaktualisasikan potensi dan kemampuan yang dimiliki (Kreitler & Ben, 2004). Lingkungan dapat menjadi sumber stres yang mendukung atau menekan bagi seseorang sehingga mempengaruhi proses interaksi sosial seseorang (Thomas dalam Monks, 1998). Sebagai suatu fenomena sosial, humor dan tawa memainkan peranan penting dalam komunikasi interpersonal, sementara sense of humor atau kepekaan terhadap humor dapat menjadi komponen penting dalam kompetensi sosial (Martin, 2001). Lefcourt (dalam Martin, 2001) menyatakan bahwa individu yang memiliki sense of humor yang tinggi diketahui dapat lebih baik menggunakan coping stress, menjalin hubungan dengan orang disekitarnya, dan memiliki mental dan fisik yang lebih sehat. Membuat atau mendengarkan humor yang dapat menimbulkan tawa cenderung kita kaitkan dengan aspek kebahagiaan. Ketika lansia dapat mengatasi perasaan stresnya dengan baik, maka perasaan sedih atau kecewa yang mungkin timbul akan berkurang, sehingga lansia akan memiliki kebahagiaan dalam hidupnya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adakah hubungan antara sense of humor yang
dimiliki lansia hidupnya.
dengan
kebahagiaan
Sense of Humor Thorson dan Powell (1997) menyatakan bahwa sense of humor adalah multidimensi dan di dalamnya termasuk kemampuan untuk membuat humor, mengenali humor, mengapresiasikan humor, menggunakan humor sebagai mekanisme coping dan untuk mencapai tujuan sosial. Ada empat aspek penting sense of humor, yang terdiri dari: a) Humor production Kemampuan untuk menemukan sesuatu yang membuat seseorang tertawa ataupun tersenyum dan menimbulkan kesenangan pada setiap peristiwa dan berhubungan dengan perasaan diterima oleh lingkungan. b) Coping with humor Bagaimana individu menggunakan sesuatu yang membuat seseorang tertawa ataupun tersenyum dan menimbulkan kesenangan untuk mengatasi emosional dan stuasi yang stres pada individu. c) Humor appreciation Kemampuan untuk mengapresiasikan sesuatu yang membuat seseorang tertawa ataupun tersenyum dan menimbulkan kesenangan yang dihubungkan dengan internal locus of control seseorang. d) Attitude toward humor Kecenderungan untuk tersenyum atau tertawa pada setiap situasi yang lucu.
27
Kebahagiaan Diener (dalam Snyder & Lopez, 2002) menyatakan bahwa kebahagiaan adalah evaluasi kognitif dan afektif seseorang terhadap hidupnya. Evaluasi kognitif terjadi ketika individu melakukan evaluasi seberapa memuaskan kehidupannya secara keseluruhan (life satisfaction) atau pada aspek-aspek tertentu dari kehidupannya (domain satisfaction). Adapun evaluasi afektif terjadi ketika individu melakukan evaluasi terhadap emosi yang dirasakannya, dimana meliputi perasaan menyenangkan dan tidak menyenangkan (Snyder & Lopez, 2002). Ada dua komponen kebahagiaan yaitu: a) Komponen kognitif yaitu meliputi life satisfaction dan domain satisfaction, dianggap sebagai komponen kognitif karena keduanya melakukan proses evaluasi terhadap kehidupan. b) Komponen afektif yaitu meliputi positive affect (PA) dan negative affect (NA), keduanya dianggap komponen afektif karena mencerminkan sejumlah perasaan senang dan tidak menyenangkan yang dialami individu di dalam kehidupan mereka.
Lansia Hurlock (1999) menyatakan bahwa lansia dibagi menjadi usia lanjut dini, yang berkisar antara usia enam puluh sampai tujuh puluh dan usia lanjut yang mulai pada usia tujuh puluh sampai akhir kehidupan seseorang.
METODE Partisipan Partisipan adalah 195 orang lansia berusia 60-85 tahun yang diambil
menggunakan teknik purposive sampling, mereka mengikuti kegiatan seperti perkumpulan arisan pensiunan, klinik kesehatan, pengajian komplek, dan komunitas lansia di gereja.
Alat Ukur Penelitian ini menggunakan 2 alat ukur, yaitu skala sense of humor dan skala kebahagiaan. Skala sense of humor dalam penelitian ini disusun berdasarkan aspekaspek sense of humor dari teori Thorson dan Powell (1997) yaitu humor production, coping with humor, humor appreciation,dan attitude toward humor. Skala ini dikembangkan dengan menggunakan model skala likert yang berisi 16 aitem dengan 10 aitem favorable dan 6 aitem unfavorable. Aitem terdiri dari pernyataan dengan dua pilihan jawaban yaitu: Setuju dan Tidak Setuju. Semakin tinggi nilai total yang didapat, maka semakin tinggi pula rasa humor yang dimiliki. Koefisien Cronbach Alpha menunjukkan bahwa alat ukur ini reliabel (α=0,771). Skala kebahagiaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala kebahagiaan yang disusun menggunakan komponen kebahagiaan yang dikemukakan oleh Diener (dalam Eid & Larsen, 2008; Biswas-Diener & Dean, 2007) yaitu komponen kognitif dan komponen afektif yang mengungkapkan 7 aspek yaitu kesehatan, keluarga, keuangan, pekerjaan, teman sebaya, waktu luang, dan diri sendiri. Skala kebahagiaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala yang digunakan oleh Asmidar (2013). Skala model likert ini berisikan 23 aitem dengan 11 aitem favorable dan 12 aitem unfavorable. Aitem terdiri dari pernyataan dengan dua pilihan jawaban yaitu: Setuju dan Tidak Setuju. Semakin tinggi nilai total
28
yang didapat, maka semakin tinggi pula kebahagiaan yang dimiliki. Koefisien Cronbach Alpha menunjukkan bahwa alat ukur ini reliabel (α=0, 922).
Prosedur Peneliti melakukan pengambilan data di Kota Medan. Subjek dalam penelitian ini adalah lansia yang merupakan anggota arisan pensiunan, anggota pengajian mesjid, anggota perkumpulan lansia di gereja, dan lansia yang berobat di klinik kesehatan. Peneliti memberikan alat ukur sense of humor dan kebahagiaan kepada 195 subjek lansia. Peneliti juga memberikan reward kepada subjek penelitian sebagai bentuk apresiasi karena telah bersedia meluangkan waktunya untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.
HASIL Hipotesis penelitian ini adalah ada hubungan antara sense of humor dengan kebahagiaan pada lansia. Penyebaran data dalam penelitian ini adalah tidak normal, maka peneliti melakukan analisa data secara non parametrik. Metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi Spearman. Hasil analisa data yang diperoleh p=0,00; r=0,730; R=0,533, hasil ini mengindikasikan adanya hubungan yang signifikan antara sense of humor dan kebahagiaan. Sense of humor memberikan sumbangan sebesar 53,3% terhadap kebahagiaan, sedangkan sisanya yang sebesar 46,7% disebabkan oleh faktorfaktor lain. Hasil lain menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara sense of humor dengan komponen kognitif dan afektif pada kebahagiaan. Hasil analisa data yang diperoleh p=0,000; r=0,623; R=0,388 pada komponen kognitif dan p=0,000; r=0,581; R=0,337 pada komponen afektif. Hal ini
menunjukkan sense of humor memberikan sumbangan sebesar 38,8% terhadap komponen kognitif, sedangkan sisanya yang sebesar 61,2% disebabkan oleh faktor-faktor lain dan sebesar 33,7% terhadap komponen afektif, sedangkan sisanya yang sebesar 66,3% disebabkan oleh faktor-faktor lain.
DISKUSI Dalam penelitian ini, peneliti meneliti hubungan sense of humor dengan kebahagiaan pada lansia. Penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesis penelitian diterima. Hal ini sesuai dengan asumsi peneliti, bahwasanya sense of humor memiliki kaitan dengan kebahagiaan. Penelitian Thorson dan Powell (1997) menyimpulkan bahwa orang yang memiliki sense of humor terlihat selalu gembira, mampu membangkitkan emosi positif, dan lebih ceria. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan secara signifikan antara sense of humor dengan komponen kognitif pada kebahagiaan. Nilai r yang diperoleh adalah sebesar 0,730 sehingga dapat ditafsirkan bahwasanya hubungan antara sense of humor dengan kebahagiaan berada dalam kategori tinggi. Hal ini mungkin terjadi karena subjek dalam penelitian masih memiliki kegiatan seperti arisan, pengajian, ataupun perkumpulan di gereja. Menurut Martin (2001) salah satu hal yang menjadi komponen penting dalam kompetensi sosial adalah sense of humor. Sense of humor memberikan sumbangan sebesar 38,8% terhadap komponen kognitif. Hal ini sesuai dengan pendapat Morreal (1982) bahwa seseorang yang memiliki sense of humor lebih imaginatif dan fleksibel, lebih terbuka untuk menerima saran orang lain. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan secara signifikan antara sense of humor
29
dengan komponen afektif pada kebahagiaan. Sense of humor memberikan sumbangan sebesar 33,7% terhadap komponen afektif. Hal ini sesuai dengan pernyataan McGhee dan Goldstein (1977) bahwa sense of humor berkorelasi secara positif dengan rasa gembira serta berkorelasi negatif dengan ketakutan, depresi, marah, dan tidak perduli. Berdasarkan hasil penelitian, bagi pihak-pihak yang berminat dengan penelitian yang sejenis atau untuk mengembangkan penelitian lebih jauh sebaiknya menggunakan alat ukur yang aitemnya tidak terlalu banyak, karena lansia mudah merasa lelah dan bosan dalam mengisi skala penelitian, dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui perbedaan tingkat kebahagiaan antara lansia yang berada di budaya kolektivisme dengan lansia yang berada di budaya individualisme. Hal ini untuk mengetahui apakah lansia pada budaya individualisme lebih bahagia daripada budaya kolektivisme, serta peneliti melakukan riset lebih lanjut mengenai kebahagiaan pada lansia dengan menggunakan metode kualitatif. Sehingga bisa ditemukan hasil yang lebih mendalam, yaitu komponen kognitif dan afektif yang manakah yang dapat mempengaruhi kebahagiaan lansia. Hasil tambahan penelitian menunjukkan bahwa adanya perbedaan yang signifikan pada kebahagiaan jika ditinjau dari tingkat pendidikannya, dimana semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin bahagia. Hasil data ini diperoleh dengan menggunakan uji Kruskal-Wallis dan diperoleh nilai p=0,027. Penelitian ini sesuai dengan pendapat David G. Myers (dalam Carr, 2004) bahwa orang yang bahagia pada umumnya merasa memiliki kontrol pada hidupnya sehingga biasanya mereka
berhasil lebih baik di sekolah. Carr (2004) juga menyatakan bahwa kebahagiaan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Hasil tambahan penelitian menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan pada kebahagiaan jika ditinjau dari status perkawinan. Penelitian Asmidar (2013) juga mengatakan bahwa tidak adanya perbedaan kebahagiaan yang signifikan ditinjau dari status perkawinan. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan pendapat Myers (dalam Carr, 2004) bahwa orang yang menikah lebih bahagia daripada orang yang belum menikah, yang bercerai, berpisah atau tidak pernah menikah. Hasil tambahan penelitian juga menunjukkan bahwa tidak adanya perbedaan yang signifikan pada kebahagiaan jika ditinjau dari banyaknya penghasilan/bulan. Penelitian ini sesuai dengan pernyataan George (dalam Diener, 2009) bahwa penghasilan memiliki pengaruh yang lemah bagi kebahagiaan lansia. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan nilai, peran, dan lingkungan hidup yang dimiliki seseorang.
REFERENSI Asmidar, Y. (2013). Hubungan antara Regulasi Emosi dengan Kebahagiaan pada Lansia. Skripsi. Universitas Sumatea Utara. Biswas-Diener, R. & Dean, B. (2007). Positive Psychology Coaching: Putting the Science of Happiness to Work for Your Clients. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc. Carr, A. (2004). Positive Psychology : The Science of Happiness and Human Strength. New York: BrunnerRoutledge. Diener, E. (2009). The science of wellbeing: The collected works of ed diener. USA: Springer.
30
Eid, M & Larsen, R. J.(2008). The Science of Subjective Well-Being. New York: Guilford Press. Hurlock, E. B. (1999). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (Edisi 5). Jakarta: Erlangga. Kreitler & Ben. (2004). Quality of Life in Children. New York: John Wiley n Sons. Martin, R. A. (2001). Humor, Laughter, and Physical Health: Methodological Issues and Research Finding. Psychological Bulletin. McGhee, P. E. & Goldstein, J. H. (1977). Handbook of Humor Research: Volume: 1, Basic Issues. New York: Springer-Verlag. Monks, dkk,. (1998). Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press Morreal, G. A. (1982). Response to Humor. Journal Scientific American. Papalia, D. E., Old, S. W., & Feldman, R. O.(2011). Human Development (9th Ed.). New York: McGraw-Hill. Santrock, J. W. (2002). Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup (Edisi 5). Jakarta: Erlangga. Snyder, C. R. & Lopez, S. J. (2002). Handbook of Positive Psychology. New York: Oxford University Press. Thorson, J. A. & Powell, F. C. (1997). Relationships of Death Anxiety and Senses of Humor. Psychological Reports