JURNAL MIDWIFE’S RESEARCH SUSUNAN REDAKSI Pembina Direktur Akademi Kebidanan Muhammadiyah Cirebon Penanggungjawab Wakil Direktur I Ketua Dewan Redaksi Vianty Mutya Sari Penyunting Pelaksana Diyanah Kumalasari Penyunting Ahli Ilah Sursilah Tata Letak & Disain Sampul Cinthia Morris Sartono Herlambang Rahmadhani
Alamat Redaksi Jalan KaliTanjung Timur No. 14-18 A Kelurahan Harjamukti. E-mail:
[email protected]
JURNAL MIDWIFE’S RESEARCH Volume 4, Nomor 2 Juli-Desember 2015 ISSN 2089-5682 HUBUNGAN PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR YANG SUDAH MENIKAH DENGAN DETEKSI DINI KANKER LEHER RAHIM DI DESA SUKARAME KECAMATAN SUKARAME KABUPATEN TASIKMALAYA Heni Hendarsah GAMBARAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) BERDASARKAN KARAKTERISTIK IBU DI BPM HJ.ILAH SURSILAH S.SI.,T.M.KES TAHUN 2014 1 Filiana Indah, 2Ilah Sursilah, 3Nur Aliah HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK IBU HAMIL TRIMESTER III DENGAN PENGETAHUAN TENTANG ASI EKSKLUSIF DI BPM HJ. NURKOMARIAH, SST KABUPATEN CIREBON TAHUN 2015 Risma Soraya1, Nunung Nurjanah2, Nengsih3 GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POSTPARTUM TENTANG PERAWATAN TALI PUSAT BERDASARKAN KARAKTERISTIK DI BPM. L GEBANG KABUPATEN CIREBON TAHUN 2014 Heri Heriyah1, Sri Musfiroh2, Ria Yulianti3 GAMBARAN PENGETAHUAN AKSEPTOR KB SUNTIK 3 BULAN BERDASARKAN KARAKTERISTIK IBU DI BPM. HJ. NANI ROCHAYANI, SST KOTA CIREBON TAHUN 2015 Jamilah1, Siti Jamah2, Ayu Ashari3 HUBUNGAN ANTARA USIA DAN PARITAS IBU DENGAN KEJADIAN KISTA OVARIUM DI RSUD ‘45 KUNINGAN PERIODE 01 JANUARI – 30 NOVEMBER TAHUN 2014 Dwi Fajriyah Handayani1, Tonasih2, Eka Ratnasari3
ii
JURNAL MIDWIFE’S RESEARCH Volume 4, Nomor 2
Juli- Desember 2015
ISSN 2089-5682
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr wb Alhamdulillah puji syukur ke hadlirat Allah Yang Maha Esa, akhirnya Jurnal Midwife’s Research dapat diterbitkan sebagai media bagi para dosen di lingkungan Akademi Kebidanan Muhammadiyah Cirebon dan Program Studi Kebidanan Bogor Poltekes Kemenkes Bandung, untuk memublikasikan hasil penelitiannya. Jurnal Midwife’s Research Volume 4 Nomor 2, periode Juli -Desember 2015 ini mengetengahkan 6 publikasi, yaitu Hubungan Pengetahuan Wanita Usia Subur Yang Sudah Menikah Dengan Deteksi Dini Kanker Leher Rahim Di Desa Sukarame
Kecamatan
Sukarame
Kabupaten
Tasikmalaya;
Gambaran
Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) Berdasarkan Karakteristik Ibu di BPM Hj.Ilah Sursilah S.Si.,T.M.Kes Tahun 2014 ; Hubungan Antara Karakteristik Ibu Hamil Trimester Iii Dengan Pengetahuan Tentang Asi Eksklusif Di Bpm Hj. Nurkomariah, Sst Kabupaten Cirebon Tahun 2015;
Gambaran Pengetahuan Ibu Postpartum Tentang Perawatan Tali Pusat
Berdasarkan Karakteristik Di Bpm. L Gebang Kabupaten Cirebon Tahun 2014; Gambaran Pengetahuan Akseptor Kb Suntik 3 Bulan Berdasarkan Karakteristik Ibu Di Bpm. Hj. Nani Rochayani, Sst Kota Cirebon Tahun 2015; Hubungan Antara Usia Dan Paritas Ibu Dengan Kejadian Kista Ovarium Di Rsud ‘45 Kuningan Periode 01 Januari – 30 November Tahun 2014
Akhirnya, semoga Jurnal Akbid Midwife’s Research edisi kali ini dapat memberikan
manfaat
bagi
semua
pembaca.
Kritik
dan
saran
atas
kesempurnaan jurnal ini sangat bermanfaat dan ditunggu redaksi. Wassalamu’alaikum wr wb Hormat kami
Redaksi iii
JURNAL MIDWIFE’S RESEARCH Volume 4, Nomor 2 Juli - Desember 2015
ISSN 2089-5682
DAFTAR ISI HUBUNGAN PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR YANG SUDAH MENIKAH DENGAN DETEKSI DINI KANKER LEHER RAHIM DI DESA SUKARAME KECAMATAN SUKARAME KABUPATEN TASIKMALAYA Heni Hendarsah........................................................................................... 234 GAMBARAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) BERDASARKAN KARAKTERISTIK IBU DI BPM HJ.ILAH SURSILAH S.SI.,T.M.KES TAHUN 2014 1 Filiana Indah, 2Ilah Sursilah, 3Nur Aliah.................................................. 241 HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK IBU HAMIL TRIMESTER III DENGAN PENGETAHUAN TENTANG ASI EKSKLUSIF DI BPM HJ. NURKOMARIAH, SST KABUPATEN CIREBON TAHUN 2015 Risma Soraya1, Nunung Nurjanah2, Nengsih3......................................... 257 GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POSTPARTUM TENTANG PERAWATAN TALI PUSAT BERDASARKAN KARAKTERISTIK DI BPM. L GEBANG KABUPATEN CIREBON TAHUN 2014 Heri Heriyah1, Sri Musfiroh2, Ria Yulianti3............................................... 271 GAMBARAN PENGETAHUAN AKSEPTOR KB SUNTIK 3 BULAN BERDASARKAN KARAKTERISTIK IBU DI BPM. HJ. NANI ROCHAYANI, SST KOTA CIREBON TAHUN 2015 Jamilah1, Siti Jamah2, Ayu Ashari3........................................................... 286 HUBUNGAN ANTARA USIA DAN PARITAS IBU DENGAN KEJADIAN KISTA OVARIUM DI RSUD ‘45 KUNINGAN PERIODE 01 JANUARI – 30 NOVEMBER TAHUN 2014 Dwi Fajriyah Handayani1, Tonasih2, Eka Ratnasari3................................ 296
iv
234
HUBUNGAN PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR YANG SUDAH MENIKAH DENGAN DETEKSI DINI KANKER LEHER RAHIM DI DESA SUKARAME KECAMATAN SUKARAME KABUPATEN TASIKMALAYA
Heni Hendarsah
[email protected] Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat
ABSTRAK Di Indonesia, kanker leher rahim merupakan penyebat kematian wanita dan diperkirakan terdapat 100 penderita kanker baru untuk setiap 100.000 penduduk pertahunnya. Selama dua dekade kanker rahim masih menempati urutan pertama diantara semua jenis kanker sebesar 65% hal ini tidak lepas dari kurangnya pengetahuan mengenai kanker ini, dimana kurangnya pengetahuan wanita usia subur menghindari ganti-ganti pasangan, nikah usia muda, perokok, tidak mengetahui pap smear dan IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat). Indikasinya adalah lebih dari 70% penderita datang ke rumah sakit adalah pada kondisi lanjut. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran pengetahuan tentang deteksi dini kanker leher rahim pada wanita usia subur yang sudah menikah, mendapatkan gambaran tentang pelaksanaan deteksi dini kanker leher rahim dan mengetahui hubungan pengetahuan wanita usia subur yang sudah menikah dengan deteksi dini kanker leher rahim. Metode yang digunakan adalah survey dengan pendekatan cross sectional, sampel 96 orang wanita usia subur dari populasi sebanyak 960 orang. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa yang tidak melakukan deteksi dini paling banyak dengan kategori kurang dan ada hubungan yang bermakna dengan hasil uji chi square didapatkan hubungan tentang kanker leher rahim antara pengetahuan dan deteksi dini yang ditunjukan dengan nilai χ2 sebesar 37,288 dengan nilai ρ value sebesar 0,000 < 0,05. Hal ini karena pengetahuan tentang kanker leher rahim masih rendah sehingga sasaran tidak melakukan deteksi dini kanker leher rahim. Kesimpulan menunjukan bahwa karena kurangnya pengetahuan wanita usia subur berdampak pada sangat sedikit sekali yang melakukan pemeriksaan deteksi dini kanker leher rahim. Diharapkan agar bidan meningkatkan kualitas pelayanan, mengikuti pelatihan deteksi dini kanker leher rahim serta meningkatkan frekuensi penyuluhan tentang deteksi dini kanker leher rahim dan dilengkapinya sarana untuk pemeriksaan deteksi dini, sehingga dapat meninimalkan jumlah wanita yang terkena kanker leher rahim. Kata Kunci : wanita usia subur, deteksi dini, kanker leher rahim
235
A. PENDAHULUAN Dewasa ini kanker merupakan masalah utama dunia. Setiap tahun terdapat tujuh juta penderita kanker baru, dan lima juta diantaranya meninggal dunia. Penderita kanker 50% terdapat di negara-negara berkembang (Sukardja, 2002). Data hasil deteksi dini kanker leher rahim di Dinas Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya, yang dilakukan di 20 Kecamatan pada tahun 2004-2005 sejumlah 5.029 orang yang sudah menikah, diperiksa menggunakan metode pap smear dan IVA. Hasil menunjukkan kriteria usia 15-70 tahun, didapatkan 30 orang dicurigai menderita leher rahim atau 6,25% (YKI Cabang Tasikmalaya, 2005). Hal ini menggambarkan kecenderungan untuk terjadinya kanker leher rahim di masyarakat. Data pada Dinas Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya didapatkan terdapat 2 orang terdeteksi kanker leher rahim di Kabupaten Tasikmalaya (Dinas Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya, 2007). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan wanita usia subur yang sudah menikah dengan deteksi dini kanker leher rahim di Desa Sukarame Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya.
B. METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat survei analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek (pengaruh), dengan pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (Notoatmodjo, 2002), pada wanita usia subur di Desa Sukarame Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wanita usia subur yang sudah menikah di Desa Sukarame Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya sebanyak 960 orang (data UPTD PKM Sukarame, tahun 2013). Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2002). Sampel dari penelitian ini adalah wanita usia subur yang sudah menikah, tidak mengalami histeriktomi pada saat penelitian, bertempat tinggal di Desa Sukarame. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan sampel cluster sebanyak 96 wanita usia subur yang sudah menikah. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data. kuesioner dibuat oleh peneliti
236
dalam bentuk pilihan ganda yang akan digunakan dalam penelitian yang sebelumnya dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Dengan menggunakan data primer yaitu data langsung yang diperoleh dari subjek penelitian. Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang dikumpulkan secara langsung dari responden (wanita subur yang sudah menikah) melalui kuesioner yang disebarkan oleh peneliti dibantu oleh petugas kesehatan di Desa Sukarame Kecamatan Sukarame. Pengujian dilakukan dengan analisis scale (Alpha), dan validitas menggunakan product moment. Penelitian ini bersifat survei analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek (pengaruh), dengan pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (Notoatmodjo, 2002), pada wanita usia subur di Desa Sukarame Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wanita usia subur yang sudah menikah di Desa Sukarame Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya sebanyak 960 orang (data UPTD PKM Sukarame, tahun 2013).
C.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Tabel 1 : Distribusi Frekuensi Golongan Umur No
Umur (Tahun)
Jumlah Penduduk
1
< 20
20
2
20 – 35
46
3
> 35
30
Jumlah
96
Responden terbanyak berumur 20 – 35 tahun dan paling sedikit berumur < 20 tahun.
Tabel 2 : Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan No 1 2 3 4
Pendidikan SD SMP SMA / Sederajat PT Jumlah
Jumlah Penduduk 59 25 10 2 96
237
Pendidikan responden paling banyak pada tingkat SD sebanyak 59 orang dan paling sedikit pada tingkat PT sebanyak 2 orang. Pendidikan yang masih banyak hanya sampai jenjang SD karena masih kurangnya kesadaran pentingnya pendidikan bagi perempuan.
Tabel 3 : Distribusi Frekuensi Pengetahuan Kanker Leher Rahim No
Pengetahuan
f
Persentase
1
Kurang sekali
8
8,3%
2
Kurang
42
43,7%
3
Cukup
39
40,6%
4
Baik
6
6,2%
5
Sangat baik
1
1,1%
96
100%
Jumlah
Pengetahuan ibu yang sudah menikah tentang kanker leher rahim paling sedikit dengan kategori sangat baik sebanyak 1 orang, dan paling tinggi pada kategori kurang sebanyak 42 orang. Pengetahuan yang kurang dimiliki ibu karena di wilayah UPTD Puskesmas Sukarame kurangnya informasi kesehatan untuk pemeriksaan deteksi dini kanker leher rahim dan tidak tersedianya sarana untuk pemeriksaan deteksi dini kanker leher rahim.
Tabel 4 : Distribusi Frekuensi Pemeriksaan Dini Kanker Leher Rahim No
Pemeriksaan Dini
f
Persentase
1
Tidak
81
84,3
2
Ya
15
15,7
96
100%
Jumlah
Responden hampir seluruhnya tidak melaksanakan deteksi dini kanker leher rahim sebanyak 81 orang, hal ini sasaran tidak melakukannya karena tidak mengetahui pemeriksaan deteksi dini serta manfaatnya, adanya rasa malu, takut, suami tidak mendukung
untuk
melakukan
pap
smear
dirasakan
biayanya
masih
mahal.
238
Tabel : 5 Hubungan Pengetahuan dengan Pemeriksaan Dini Kanker Leher Rahim
Pengetahuan
Pemeriksaan Dini Tidak
Ya
(%)
3 (3,3)
0 (0,00)
3 (3,3)
sekali
42 (46,2)
0 (0,00)
42 (46,2)
Kurang
32 (35,1)
7 (7,7)
39 (42,8)
Cukup
1 (1,1)
5 (5,5)
6 (6,6)
Baik
0 (0,0)
1 (1,1)
1 (1,1)
81 (84,3)
15 (14,6)
96 (100)
Kurang
χ2
ρ value
37,288
0,000
Baik sekali Total
Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa yang tidak melakukan deteksi dini paling banyak dengan kategori kurang dan ada hubungan yang bermakna dengan hasil uji chi square didapatkan hubungan tentang kanker leher rahim antara pengetahuan dan deteksi dini kanker leher rahim yang ditunjukkan dengan nilai χ2 sebesar 37,288 dengan nilai ρ value sebesar 0,00 < 0,05. Hal ini karena pengetahuan tentang kanker leher rahim masih rendah sehingga sasaran tidak melakukan deteksi dini kanker leher rahim.
D.KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan berdasarkan data-data yang diperoleh dari penelitian di Desa Sukarame Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya dan dari berbagai sumber yang tersedia, maka dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut : 1) Pengetahuan wanita usia subur tentang kanker leher rahim diperoleh gambaran dengan kategori kurang. 2) Pemeriksaan dini kanker leher rahim di Desa Sukarame diperoleh dengan kategori tidak melakukan. 3) Karena kurangnya pengetahuan wanita usia subur tentang kanker leher rahim di Desa Sukarame, sehingga sangat sedikit sekali yang melakukan pemeriksaan deteksi dini kanker leher rahim.
239
Sesuai dengan pembahasan dan kesimpulan di atas maka berikut ini penulis sarankan sebagai berikut : 1) Untuk Bidan Agar meningkatkan kualitas pelayanan, bidan mengikuti pelatihan deteksi dini kanker leher rahim serta meningkatkan frekuensi penyuluhan tentang deteksi dini kanker leher rahim dan dilengkapinya sarana untuk pemeriksaan deteksi dini kanker leher rahim. 2) Bagi Peneliti Lain Peneliti berharap hasil penelitian ini dapat dilanjutkan lagi oleh peneliti lain dalam upaya pengembangan dan pendalaman lebih lanjut.
E. DAFTAR PUSTAKA Azwar, A. 1998. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta : Jakarta. Arikunto, 2007. Manajemen Penelitian Cetakan Revisi, Rineka Cipta : Jakarta. Bhisop, (1995 dalam Ahdani), Kajian Faktor Threat dan Coping terhadap Partisipasi Wanita dalam Program Skrining Faktor Leher Rahim di Klinik. Diananda, R. 2007. Mengenal Seluk Beluk Kanker. Yogyakarta, Penerbit : Katahati. Dinas Kes. Kabupaten Tasikmalaya, 2007. Program CA Cerviks di Kabupaten Tasikmalaya dan Rencana Kesinambungannya. Depkes RI. 1991. Keputusan Menteri Kesehatan RI tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta. Djauzi, (2002, dalam Rachmadaniar, 2005). Dukungan Sosial Suami terhadap Partisipasi dalam Program Scrining Kanker Leher Rahim di Klinik. Female Cancer Programs, MFS See and Treat Project, 2007. Program Pencegahan Kanker Cerviks. Jakarta, 2007.
240
Helmes (2002, dalam Ahdani), Kajian Faktor Threat dan Coping terhadap Partisipasi Wanita dalam Program Scrining Kanker Leher Rahim di Klinik. Kartikaningsih, 2002. Hubungan Pengetahuan Wanita Usia Subur yang Sudah Menikah Mengenai Kanker Leher Rahim di Desa Margahayu Kecamatan Salopa Kabupaten Tasikmalaya. Notoatmodjo, 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. PT. Rineka Cipta, Jakarta. Yayasan Kanker Indonesia (YKI) Cabang Tasikmalaya (2005).
241
Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) Berdasarkan Karakteristik Ibu di BPM Hj.Ilah Sursilah S.Si.,T.M.Kes Tahun 2014 1
Filiana Indah, 2Ilah Sursilah, 3Nur Aliah AkbidMuhammadiyah_Crb@yahoo. Co.id 123 Akbid Muhammadiyah Cirebon
ABSTRAK
Ditahun-tahun mendatang problem kesehatan yang khususnya bagi negara-negara berkembang adalah kanker payudara, dengan peningkatan angka kejadian hingga 70%, dan pada tahun 2002 secara global tercatat 10,9 juta kasus kanker dengan angka kematian 6,7 juta orang (Yohanes, 2008). Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan kepada 10 responden dengan hasil 8 orang tidak mengetahui tentang deteksi dini kanker payudara dan 2 orang lainnya telah mengetahuinnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) berdasarkan karakteristik ibu di BPM Hj.Ilah Sursilah S.Si.,T.M.Kes pada tahun 2014. Metode penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional, menggunakan data primer. Dalam penelitian ini data yang diperoleh melalui pengedaran kuesioner kepada 30 ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya di BPM Hj.Ilah Sursilah S.Si.,T.M.Kes, dengan menggunakan teknik accidental sampling,Adapun jumlah sampel sebanyak 30 responden ibu hamil. Hasil penelitian menunjukan bahwa pengetahuan ibu hamil tentang SADARI sebagian besar responden mempunyai pengetahuan baik sebanyak 18 responden (60%), sedangkan pengetahuan cukup 7 responden (23,33%), dan berpengetahuan kurang 5 responden (16,67%). Berdasarkan pelaksanaan SADARI yaitu 10 responden (33,33%) dan 20 responden (66,67%) tidak melaksanakan SADARI, berdasarkan tingkat pengetahuan dan pelaksanaan SADARI mayoritas yang tidak melaksanakan SADARI memiliki pengetahuan yang kurang yaitu 5 responden (16,67%) Dari pernyataan ini dapat disimpulkan bahwa pengetahuan ibu hamil adalah baik diharapkan agar pengetahuan yang dimiliki ibu hamil dapat dipertahankan atau bahkan dapat meningkatkan kondisi tersebut menjadi lebih baik dan bekerjasama dengan tenaga kesehatan.
Kata Kunci : Pengetahuan, Deteksi Dini, Kanker Payudara, SADARI Daftar Bacaan : 13 (2002 s/d 2014)
242
A. PENDAHULUAN Sehat adalah suatu keadaan sempurna fisik, mental, dan sosial yang tidak hanya bebas dari penyakit saja, tapi sehat secara fisik, mental dan sosial (WHO, 1981). Menurut data World Healthy Organization (WHO) memperkirakan angka kejadian dari tahun 2009 terdapat 11 juta yang terkena kanker dan Tahun 2030 akan bertambah menjadi 27 juta kematian akibat kanker dari 7 juta menjadi 17 juta, sehingga akan didapatkan 75 juta orang yang hidup dengan kanker pada Tahun 2030 nanti. Ditahun-tahun mendatang problem kesehatan yang khususnya bagi negara-negara berkembang adalah kanker payudara, dengan peningkatan angka kejadian hingga 70%, dan pada tahun 2002 secara global tercatat 10,9 juta kasus kanker dengan angka kematian 6,7 juta orang (Yohanes, 2008). Berdasarkan data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) Tahun 2011, kanker payudara menempati urutan pertama pada pasien kanker di seluruh Rumah Sakit di Indonesia (16,85%), disusul kanker leher rahim (11,78%). Hal ini sama dengan estimasi Globocan (IACR) Tahun 2002. Menurut Riskesdas, 2009 Kanker tertinggi yang diderita wanita Indonesia adalah kanker payudara dengan angka kejadian 26 per 100.000 perempuan, disusul kanker leher rahim dengan 16 per 100.000 perempuan. (Jupon gatana, 2012 ). Dan berdasarkan data yang diperoleh dari RSHS di Provinsi Jawa Barat selama Tahun 2011 Jumlah kunjungan pasien dengan keluhan menderita benjolan pada payudara atau
kanker payudara
mengalami kenaikan yang signifikan yaitu sebanyak 1.502 terdiri dari kriteria remaja berumur 11-24 tahun sebanyak 45 orang sedangkan usia 25-44 tahun sebnyak 673 orang dan usia lebih dari 45 tahun sebagai sisanya
masih
menempati urutan pertama jumlah penderita kanker payudara. (Jupon gatana, 2012). Kejadian
kanker payudara di Indonesia biasanya ditemukan pada
penderita penyakit kanker payudara stadium lanjut, sehingga upaya pengobatan yang dilakukan sulit untuk mencapai penyembuhan yang diinginkan, oleh sebab itu diperlukan adanya upaya untuk menyelamatkan wanita Indonesia dari bahaya terhadap kanker payudara dengan melakukan deteksi tumor stadium dini (Screening) atau dengan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI), cara ini masih dianggap efektif untuk mengidentifikasikan penyakit kanker payudara. Penjagaan diri pada waktu sehat, lebih baik dari pada pengobatan pada waktu sakit. Allah SWT. Melarang manusia membiarkan dirinya binasa. Sunnah nabi pada riwayat para sahabat menunjukan berbagai upaya untuk melakukan
243
tindakan pencegahan penyakit seperti dinyatakan dalam penggalan ayat Al-Quran Sebagai berikut : ﴾١٩٥ :﴿ اﻟﺒﻘﺮة...ِ وَﻟَﺎ ﺗُﻠْﻘُﻮا ﺑِﺄَﯾْﺪِﯾﻜُﻢْ إِﻟَﻰ اﻟﺘﱠﮭْﻠُﻜَﺔ... Artinya : “…dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri kedalam kebinasaan…”.( Al-Baqarah;195). Rasulullah
Shallallahu
‘alaihiwasallam
dalam
sabdanya:
إِنﱠ اﷲَ أَﻧْﺰَلَ اﻟﺪﱠاءَ وَاﻟﺪﱠوَاءَ وَﺟَﻌَﻞَ ﻟِﻜُﻞﱢ دَاءٍ دَوَاءً ﻓَﺘَﺪَاوَوْا وَﻻَ ﺗَﺪَاوَوْا ﺑِﺤَﺮَام Artinya : “Sesungguhnya Allah telah menurunkan penyakit dan obatnya, demikian pula Allah menjadikan bagi setiap penyakit ada obatnya. Maka berobatlah kalian dan janganlah berobat dengan yang haram.” (HR. Abu Dawud dari Abu Darda` radhiallahu ‘anhu) Berdasarkan ayat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
perilaku untuk
mencegah suatu penyakit itu sangatlah penting dan dianjurkan dalam islam. Oleh sebab itu tingkat pengetahuan tentang SADARI memiliki peranan yang sangat penting dan dapat membentuk kecenderungan sikap positif. Hal ini di dukung oleh pernyataan bahwa pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang dan perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo,2007). Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Hera Fawatianaes di posyandu Desa Dukuh Lor Wilayah kerja puskesmas Sindangagung Kuningan
(2010)
menggambarkan bahwa sebanyak 80% ibu hamil belum mengetahui tentang pentingnya SADARI. Sebelumnya peneliti telah melakukan studi pendahuluan pada 10 ibu hamil, didapatkan hasil bahwa 8 (80%) ibu hamil di BPM Hj.Ilah sursilah,S.Si.T,M.Kes tidak mengetahui tentang kanker payudara dan SADARI, dan 2 orang (20%) diantaranya telah mengetahui. Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Gambaran pengetahuan ibu hamil tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) berdasarkan karakteristik ibu di BPM Hj.Ilah sursilah,S.Si.T,M.Kes pada tahun 2014.
244
B. METODE PENELITIAN Desain penelitian yang digunakan peneliti adalah metodologi penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional, Penelitian ini telah dilakukan di BPM Hj. Ilah Sursilah, S.Si.T, M.Kes Tahun 2014 pada tanggal 22 Desember 2014 sampai 03 Januari 2015. Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil baik trimester 2 maupun 3 yang memeriksakan kehamilannya, di BPM Hj. Ilah Sursilah, S.Si.T, M.Kes Tahun 2014 yaitu pada tanggal 22 Desember 2014 sampai 03 Januari tahun 2015.
Pada penelitian ini teknik pengambilan
sampel yang digunakan peneliti adalah accidental sampling yaitu di sampel yang di lakukan dengan pengambilan kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia. Sampel dalam penelitian ini yaitu semua ibu hamil baik trimester 2 maupun 3 yang datang memeriksakan kehamilan di BPM Hj. Ilah Sursilah, S.Si.T, M.Kes, periode 22 Desember 2014 sampai 03 Januari tahun 2015. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan kuesioner yang diambil dari penelitian Hera Fawistianaes (2012) penelitian, jumlah
dan akan dilakukan uji validitas pada
pernyataan dalam kuesioner ini sebanyak 30 soal dalam
bentuk pernyataan tertutup, dan diberi 2 alternatif
jawaban, masing-masing
pernyataan dengan jawaban yang benar mendapat nilai 1 dan jawaban yang salah mendapat nilai 0 (Arikunto, 2010:285).
Pada analisis data ini
menggunakan analisis data univariat. Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2005:188). Analisis univariat menggunakan distribusi frekuensi tiap kelas diubah dalam bentuk persen (%). C. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN Dari hasil penelitian dengan cara memberikan kuesioner kepada ibu hamil pada tanggal 22 Desember 2014 sampai 3 Januari 2015 mengenai gambaran pengetahuan
ibu
hamil
tentang
pemeriksaan
payudara
sendiri(SADARI)
berdasarkan karakteristik ibu di BPM Hj.Ilah Sursilah.S.Si.,T.M.Kes terdapat 30 responden, dengan hasil sebagai berikut:
245
1. Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Hasil penelitian yang telah dilakukan berdasarkan pengetahuan ibu yang dibedakan dalam 3 kategori yaitu baik, cukup dan kurang. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2 Distribusi Frekuensi Ibu Hamil berdasarkan pengetahuan tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) di BPM Hj.Ilah sursilah,S.Si.,T,M.KesTahun 2014 Pengetahuan
Frekuensi
%
Baik (>75%)
18
60
Cukup (60-75%)
7
23,33
Kurang ( < 56%)
5
16,67
Jumlah
30
100
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan sebagian besar ibu hamil memiliki pengetahuan baik tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) sebanyak 18 responden (60%). 2. Pelaksanaan SADARI Berikut adalah gambaran pelaksanaan SADARI pada ibu hamil di BPM Hj.Ilah Sursilah,S.Si.,T,M.Kes tahun 2014. Tabel 3 Distribusi Frekuensi Pelaksanaan SADARI di BPM Hj.Ilah sursilah,S.Si.,T,M.Kes Tahun 2014 Pelaksanaan SADARI
Frekuensi
%
Ya
10
33,33
Tidak
20
66,67
Jumlah
30
100
Berdasarkan tabel 3, sebagian besar ibu hamil tidak melaksanakan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) yaitu sebanyak 20 responden (66,67%).
246
3. Gambaran Umur Ibu Hamil Hasil penelitian yang telah dilakukan berdasarkan umur ibu, yang dibedakan dalam 3 kategori, yaitu kurang dari 20 tahun, 20-35 tahun dan lebih dari 35 tahun. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4 Distribusi Frekuensi Ibu Hamil berdasarkan Umur Ibu Hamil tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) di BPM Hj.Ilah sursilah,S.Si.,T,M.Kes Tahun 2014 Umur
Frekuensi
%
< 20 tahun
1
3,33
20-35 tahun
29
96,67
>35 tahun
0
0
Jumlah
30
100
Berdasarkan tabel 4 diperoleh bahwa sebagian besar Ibu Hamil berumur 20-35 tahun sebanyak (96,67%) 4. Gambaran Pendidikan Ibu Hamil Hasil penelitian yang telah dilakukan berdasarkan pendidikan ibu yang dibedakan dalam 4 kategori,yaitu SD,SMP,SMA dan PT. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 5 Distribusi Frekuensi Ibu Hamil berdasarkan Pendidikan ibu tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) di BPM Hj.Ilah sursilah,S.Si.,T,M.Kes Tahun 2014 Pendidikan
Frekuensi
%
SD
5
16,67
SMP
9
30
SMA
13
43,33
Perguruan Tinggi
3
10
Jumlah
30
100
Berdasarkan tabel 5 diperoleh bahwa sebagian besar Ibu Hamil berpendidikan SMA sebanyak 13 responden (43,33%).
247
5. Gambaran Gravida Ibu Hamil Hasil penelitian yang dilakukan bedasarkan gravida ibu yang dibedakan dalam 4 kategori yaitu nuliparitas, primipara, multipara dan grandemultipara.untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 6 Distribusi Frekuensi Ibu Hamil berdasarkan gravida tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) di BPM Hj.Ilah sursilah,S.Si.,T,M.Kes Tahun 2014 Gravida
Frekuensi
%
Nulipara (0 anak)
0
0
Primipara ( 1 anak)
7
23,3
Multipara (2 -4 anak )
20
66,7
Grandemultipara (≥ 4 anak
2
10
30
100
) Jumlah
Berdasarkan tabel 6 diperoleh bahwa sebagian besar Ibu Hamil adalah Multipara(2-4 anak ) sebanyak 20 responden (66,7 % ).
6.
Gambaran pengetahuan Ibu Hamil Tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) Berdasarkan Umur. Tingkat pengetahuan ibu hamil tentang pemeriksaan payudara sendiri
(SADARI) berdasarkan umur dari mulai yang kurang sampai dengan yang baik seperti yang dilihat pada tabel berikut:
248
Tabel 7 Distribusi Frekuensi pengetahuan Ibu Hamil tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)berdasarkan Umur di BPM Hj.Ilah sursilah,S.Si.,T,M.Kes Tahun 2014 Baik Pengetahuan
Cukup
Kurang
Jumlah
f
%
F
%
f
%
f
%
< 20 tahun
1
100
0
0
0
0
1
100
20-35 tahun
17
58,7
7
24,1
5
17,2
29
100
> 35 tahun
0
0
0
0
0
0
0
0
Umur
Berdasarkan tabel 7 diperoleh bahwa sebagian besar Ibu Hamil yang berpengetahuan baik adalah ibu yang berumur 20-35 tahun sebanyak 17 responden (58,7%). 7. Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) Berdasarkan Pendidikan. Tingkat pengetahuan ibu hamil tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) berdasarkan pendidikan dari mulai yang kurang sampai dengan yang baik seperti dilihat pada tabel berikut: Tabel 8 Distribusi Frekuensi pengetahuan Ibu Hamil tentang Pemeriksaan payudara Sendiri (SADARI) Berdasarkan Pendidikan di BPM Hj.Ilah sursilah,S.Si.,T,M.Kes Tahun 2014. Baik Cukup Kurang Jumlah Pengetahuan
f
%
f
%
f
%
f
%
SD
3
60
2
40
0
0
5
100
SMP
6
66,7
2
22,2
1
11,1
9
100
Pendidikan
249
SMA
7
59,3
2
15,3
4
30,8
13
100
Perguruan
2
66,7
1
33,3
0
0
3
100
Tinggi
Berdasarkan tabel 8 diperoleh bahwa sebagian besar Ibu Hamil yang memiliki pengetahuan baik adalah ibu yang berpendidikan SMA 7 responden sebanyak (59,3%). 8. Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) Berdasarkan Gravida. Hasil penelitian yang dilakukan bedasarkan gravida ibu yang dibedakan dalam 4 kategori yaitu nuliparitas, primipara, multipara dan grandemultipara.untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 9 Distribusi Frekuensi Ibu Hamil Tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) Berdasarkan Gravida di BPM Hj.Ilah Sursilah,S.Si.,T,M.Kes Tahun 2014 No
Pengetahuan
Baik
Cukup
Kurang
Jumlah
F
%
F
%
F
%
F
%
Gravida 1.
Nulipara(0 anak)
0
0
0
0
0
0
0
100
2.
Primipara
5
71,4
0
0
2
28,6
7
100
Multipara
1
60
8
40
2
10
20
100
(2-4 anak )
2
Grandemultipara
2
10
0
0
0
0
2
100
(1anak) 3.
4
(> 4 anak )
Berdasarkan tabel 9 diperoleh bahwa sebagian besar Ibu Hamil yang memiliki pengetahuan baik adalah responden (60 % ).
ibu hamil yang Multipara (2-4 anak ) sebanyak 12
250
Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Deteksi Dini Kanker Payudara Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada tabel 2 didapatkan data bahwa pengetahuan ibu hamil di BPM Hj.Ilah Sursilah S.Si.,T,M.Kes tentang deteksi dini kanker payudara terdiri dari tingkat pengetahuan baik sebanyak 18 responden (60%), pengetahuan cukup sebanyak 7 responden (23,33%), dan pengetahuan kurang sebanyak 5 responden (16,67%). Menurut teori yang dikemukan oleh Notoatmodjo (2007), Pengetahuan adalah merupakan hasil ”tahu” dan ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terhadap objek terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian presepsi terhadap objek. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Hera Fawitianaes
(2012) yaitu ibu hamil
berpengetahuan
baik 5 % ini
disebabkan mendapat informasi dari internet dan hal ini sangat berpengaruh terhadap pengetahuan ibu hamil tentang SADARI. Berdasarkan
pernyataan
tersebut,
peneliti
berpendapat
bahwa
pengetahuan ibu hamil di BPM Hj.Ilah Sursilah.S.Si.,T.M.Kes tentang informasi deteksi dini kanker payudara (SADARI) dalam kategori baik dipengaruh oleh beberapa faktor salah satunya dikarenakan informasi yang tersedia sudah cukup banyak seperti dari media cetak, media elektronik, maupun konseling. Gambaran Pelaksanaan SADARI Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada tabel 3 dapat diketahui bahwa sebanyak 10 responden (33,33%) telah melakukan deteksi dini kanker payudara dengan SADARI, dan sebanyak 20 responden (66,67%) tidak melakukan deteksi dini kanker payudara SADARI. Deteksi dini merupakan langkah awal yang sangat penting untuk mengetahui secara dini adanya tumor atau benjolan pada payudara sehingga dapat mengurangi tingkat kematian karena penyakit kanker tersebut, dan Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) adalah salah satu metode deteksi dini kanker payudara, ini merupakan pengembangan kepedulian seorang wanita terhadap kondisi payudaranya sendiri (Nisman : 2011).
251
Menurut peneliti banyaknya responden yang tidak melakukan SADARI dikarenakan mereka masih menganggap dirinya tidak mungkin terkena kanker payudara sehingga mereka belum menilai deteksi dini sebagai kebutuhan yang menyebabkan mereka malas untuk melakukannya, selain itu juga dapat disebabkan oleh tingkat pengetahuan mereka yang cukup atau informasi yang diterima hanya dari internet saja belum terpapar oleh petugas kesehatan sehingga informasi yang didapatkan tidak selalu benar dan tepat yang berakibat mereka ragu-ragu dan malu untuk melakukannya.
Gambaran Pengetahuan Tentang SADARI Berdasarkan Umur Ibu Hamil Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada tabel 4 dapat dari 30 responden ibu hamil memiliki umur < 20 tahun yaitu 1 responden (3,33%), umur 20-35 tahun 29 responden (96,67%), dan umur > 35 tahun yaitu 0 responden (0%). Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar ibu hamil yang datang memeriksakan kehamilannya di BPM Hj.Ilah Sursilah adalah berumur 2035 tahun sebanyak 29 responden dengan hasil sebesar (96,67%). Menurut Depkes RI, 2000 umur merupakan salah satu variabel dari model demografi yang digunakan sebagai ukuran mutlak atau indikator psikologis yang berbeda, umur ibu mempengaruhi bagaimana ibu mengambil keputusan dalam pemeliharaan kesehatan. Peneliti berasumsi, hal ini sesuai dengan Depkes RI,2000 bahwa seorang wanita yang disebut siap secara fisik jika ia telah menyelesikan pertumbuhan tubuhnya yaitu sekitar usia 20 tahun untuk memperoleh pengetahuan tentang SADARI dan kanker payudara.
Gambaran Pengetahuan Tentang SADARI Berdasarkan Pendidikan Ibu Hamil Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5 dari 30 responden ibu hamil memiliki pendidikan SD 5 responden (16,67%), SMP 9 responden (30%), SMA 13 responden (43,33%), dan Perguruan Tinggi 3 responden (10%). Dari hasil diatas dapat peneliti simpulkan bahwa sebagian besar ibu hamil yang datang memeriksakan kehamilannya ke BPM Hj.Ilah Sursilah adalah SMA sebanyak 13 responden dengan hasil sebesar (43,33%). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990, hal 263) Pendidikan adalah proses pengubahan sikap seseorang, kelompok, kelompok orang, dalam
252
usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Peneliti berasumsi, hal ini sesuai dengan teori kamus besar bahasa indonesia bahwa pendidikan tidak melalui pengajaran dan pelatihan saja melainkan dengan berbagai informasi yang didapatkan dari orang lain maupun media massa.
Gambaran Pengetahuan Tentang SADARI Berdasarkan Gravida Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 6 dari 30 responden ibu hamil adalah nulipara (0 anak) yaitu sebanyak 0 responden (0%), primipara (1 anak) yaitu sebanyak 7 responden (23,3%), multipara (2-4 anak) yaitu sebanyak 20 responden (66,7%), dan grandemultipara (> 4 anak) yaitu sebanyak 2 responden (10%). Dari hasil di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar ibu hamil yang datang memeriksakan kehamilannya ke BPM Hj.Ilah Sursilah adalah multipara. Menurut teori Winkjosastro (2007), pengalaman merupakan suatu cara untuk memperoleh pengetahuan. Peneliti berasumsi, hal ni tidak sesuai dengan teori Winkjosastro bahwa pengetahuan tidak hanya diperoleh berdasarkan pengalaman
yang
disebabkan
masih
banyak
cara
untuk
memperoleh
pengetahuan yang baik, misalnya pendidikan, pekerjaan, lingkungan dan sosial ekonomi.
Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) Berdasarkan Umur Berdasarakan hasil penelitian yang sudah dilakukan pada tabel 7 menunjukkan bahwa ibu hamil memiliki tingkat pengetahuan baik yaitu pada umur 20-35 tahun sebanyak 17 responden (58,7%), pengetahuan cukup pada umur 2035 tahun sebanyak 7 responden (24,1%), dan pengetahuan kurang pada umur 20-35 tahun sebanyak 5 responden (17,2%). Dari hasil diatas dapat peneliti simpulkan bahwa sebagian besar ibu hamil yang datang memeriksakan kehamilannya ke BPM Hj.Ilah Sursilah yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik berumur 20-35 tahun. Hal ini sesuai dengan ungkapan Notoatmodjo (2002) bahwa semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang
dalam berfikir dan bekerja. Peneliti berasumsi bahwa semakin
matang umur seseorang, maka pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki semakin banyak semakin matang.
253
Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) Berdasarkan Pendidikan Berdasarakan hasil penelitian yang sudah dilakukan pada tabel 8 menunjukkan bahwa ibu hamil memiliki tingkat pengetahuan baik yaitu berpendidikan SMA sebanyak 7 responden (59,3%), tingkat pengetahuan cukup yaitu 2 responden (15,3%), dan tingkat pengetahuan kurang yaitu 4 responden (30,8%). Dari hasil diatas dapat peneliti simpulkan bahwa sebagian ibu hamil yang datang mrmeriksakan kehamilannya di BPM Hj.ilah sursilah yang memiliki pengetahuan baik berpendidikan SMA. Menurut Chaniago,(2002) mengatakan bahwa semakin tinggi pendidikan maka semakin tinggi pendidikan maka semakin tinggi pengetahuan seseorang karena pendidikan yang tinggi dapat mempermudah ibu menerima informasi baru sehingga tidak akan acuh terhadap informasi kesehatan, sedangkan semakin rendah pendidikan maka pengetahuan pun sangat terbatas sehingga akan acuh terhadap program kesehatan yang ada. Hal ini sesuai dengan ungkapan Chaniago bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi,baik dari orang lain maupun dari media massa. Penulis berasumsi bahwa pengetahuan sangat erat dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi,
maka
orang
tersebut
akan
semakin
luas
pula
pengetahuannya
dibandingkan dengan pendidikan rendah, semakin rendah tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin sedikit pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya.
Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Pemeriksaan Payudara
Sendiri
(SADARI) Berdasarkan Gravida Berdasarakan hasil penelitian yang sudah dilakukan pada tabel 9 menunjukkan bahwa ibu hamil memiliki tingkat pengetahuan baik yaitu multipara (2-4 anak) 12 responden (60%), tingkat pengetahuan cukup yaitu multipara (2-4 anak) 8 responden (40%), tingkat pengetahuan kurang multipara (2-4 anak) 2 responden (10%) dan tingkat pengetahuan kurang yaitu nulipara (0 anak) dan grandemultipara 0 responden (0%) dan tingkat pengetahuan cukup primipara (1
254
anak) 0 responden
(0%). Dari hasil diatas dapat peneliti simpulkan bahwa
sebagian besar ibu hamil yang datang memeriksakan kehamilannya ke BPM Hj.Ilah Sursilah yang memiliki tingkat pengetahuan baik adalah multipara (2-4 anak). Menurut Winkjosastro (2007) bahwa semakin banyak pula pengalaman dan pengetahuannya sehingga mampu memberikan hasil yang lebih baik dan suatu pengalaman masa lalu mempengaruhi belajar. Peneliti berasumsi bahwa hal ini tidak sesuai dengan teori Winkjosastro, dikatakan bahwa terdapat kecenderungan kesehatan ibu yang berparitas rendah lebih baik dari yang berparitas tinggi, karena semakin rendah paritas seseorang maka makin banyak pengetahuan seseorang karena mereka lebih mersa ingin tahu. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh banyak informasi yang diperoleh ibu selama kehamilan dari berbagai media informasi dengan melalui media cetak maupun elektronik atau tenaga kesehatan itu sendiri.
D. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada tanggal 22 Desember 2014 sampai 3 Januari 2015 mengenai “Gambaran pengetahuan ibu hamil tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) berdasarkan karakteristik ibu di BPM Hj.Ilah Sursilah,S.Si.T,M.Kes pada tahun 2014”. 1. Sebagian besar ibu hamil memiliki tingkat Pengetahuan baik. 2. Sebagian ibu hamil tidak melakukan SADARI 3. Sebagian besar ibu hamil berumur 20-35 Tahun. 4. Sebagian besar ibu hamil berpendidikan SMA. 5. Sebagian besar ibu hamil adalah Multipara. 6. Sebagian besar tingkat pengetahuan ibu hamil yang memiliki pengetahuan baik yaitu berada pada umur 20- 35 tahun. 7. Sebagian besar tingkat pengetahuan ibu hamil yang memiliki pengetahuan baik yaitu yang berpendidikan SMA. 8. Sebagian besar tingkat pengetahuan ibu hamil yang memiliki pengetahuan baik berada pada Mulipara.
Saran
255
1.
Bagi Tenaga Kesehatan Pentingnya pemberian informasi ulang setiap kunjungan dan penyebarluasan kepada ibu hamil tantang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dengan latar belakang pendidikan SD agar pencegahan kanker payudara dapat terdeteksi secara dini serta dapat mengurangi angka kematian akibat kanker payudara.
2.
Bagi peneliti lain Diharapkan dalam penelitian selanjutnya ini dapat dijadikan sebagai sumber referensi bagi peneliti lainnya untuk dilakukan penelitian selanjutnya, sehingga mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik lagi dari yang sebelumnya.
E. DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta : Rineka Cipta Dorland, W. (2002). Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta : EGC Departemen Pendidikan Nasional. (1990). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Edisi Revisi IV. Jakarta : Gramedia Pustaka Bahasa. Nisman, Wenny Artanty. (2011). Lima Menit Kenali Payudara Anda.Yogyakarta : Andi Offset Notoatmojo, S. (2007). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Olfah, Yustiana; Mendri, Ni Ketut; dan Badi’ah, Atik. (2013). Kanker Payudara dan Sadari. Yogyakarta: Nuha Medika Prawirohardjo, Sarwono (2005:125).Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal . jakarta : Yayasan Bina Pustaka. Riyanto, Agus (2011). Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika
256
Sulaiman Sastrawinata .( 2008). Obstetri Fisiologi. Bandung : Eleman Saleha,Sitti : (2009) Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba Medika Winkjosastro, H (2005). Ilmu Kebidanan. Jakarta
:Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Varney,Helen. Jan M Kriebs dan Caroly L. Begor (2006). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 volume 1 . Jakarta : EGC Depkes (2005), (t.t) ANC Terfokus dalam http//ayurai wordpress.com. Diambil 26 November 2014. Teguh, Terfokus Asuhan Kebidanan .Blog (2011). (psyrri & burtness) Diambil 26 November 2014 Teguh, Terfokus Asuhan Kebidanan .Blog (2011). ( Hassey Dow, 2009) Diambil 26 November 2014 Hullock, EB (2000). Diambil tanggal 26 November 2014 dari http://developmentalpsychology : a lifespan approach Boston : MC Graw Hill Jupon Gatana. (2012). Angka kejadian kanker payudara di jawa barat. Diambil 26 November 2014 dari http://jhupongatana2.blogspot.com/2012/07/pengaruhpenyuluhan-terhadap.html Santrock, J.W (2001). Diambil tanggal 26 November 2013 dari http://adolesence (8 th ed). North America : McGraw Hill Yohanes. (2008). Angka kejadian kanker payudara di dunia menurut WHO. Diambil 26 november 2014 dari http://repository.usu.ac.id/htm
257
Hubungan Antara Karakteristik Ibu Hamil Trimester III dengan Pengetahuan tentang ASI Eksklusif di BPM Hj. Nurkomariah, SST Kabupaten Cirebon Tahun 2015
Risma Soraya1, Nunung Nurjanah2, Nengsih3 AkbidMuhammadiyah_Crb@yahoo. Co.id 123 Akbid Muhammadiyah Cirebon ABSTRAK
Menurut data dari Woard Health Organizastion (WHO) 2000, risiko kematian bayi antara usia 9-12 bulan, angka kematian meningkat 40% bayi tersebut tidak disusui. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di BPM Hj. Nurkomariah, SST pada tanggal 1-2 Desember tahun 2014 terdapat 15 orang ibu hamil diantaranya 7 responden (46,7%) berpengetahuan kurang tentang ASI Eksklusif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara karakteristik ibu hamil Trimester III dengan pengetahuan tentang ASI Eksklusif. Penelitian ini menggunakan metode analitik dengan pendekatan cross sectional, sampel yang digunakan total sampling dengan total sebanyak 30 ibu hamil trimester III. Pengumpulan data menggunakan data primer yaitu dengan cara membagikan kuesioner kepada responden yang berisi 18 pertanyaan. Hasil penelitian diperoleh bahwa sebagian besar ibu hamil berpengetahuan baik, sebagian ibu hamil dengan usia ibu hamil 20-25 tahun (53,3%), Paritas (46,7%), Pendidikan SMP (43,3%), Pengetahuan baik (43,3%). Ibu hamil yang berusia 20-35 tahun sebanyak 10 responden (62,5%) dengan nilai p value = 0,027, sebagian besar ibu hamil yang berpengetahuan baik pada paritas primigravida sebanyak 8 responden nilai p value = 0,016, sebagian besar ibu hamil yang berpengetahuan baik berada pada pendidikan SMP sebanyak 8 responden (80%) dengan nilai p value =0,012 Kesimpulannya bahwa ada hubungan antara umur, gravida, pendidikan dengan pengetahuan ibu hamil Trimester III tentang ASI Eksklusif di BPM Hj. Nurkomariah, SST mayoritas berpengetahuan baik. Diharapkan tenaga kesehatan dapat memberikan Komunikasi Informasi dan Edukatif (KIE) yang lebih baik lagi mengenai ASI Eksklusif kepada ibu hamil serta memberikan informasi tentang mamfaat dan keunggulan ASI dibandingkan susu formula. Serta memberikan motivasi kepada ibu hamil agar menerapkan pemberian ASI Eksklusif. Kata Kunci : (Karakteristik ibu hamil, pengetahuan, ASI Eksklusif) Daftar Bacaan : 19 (2000 s.d 2014)
258
A. PENDAHULUAN Word Health Organization (WHO) merekomendasikan bahwa langkah terbaik menjaga kesehatan bayi dan ibunya adalah pemberian ASI Eksklusif setidaknya sampai usia 6 bulan.ASI Eksklusif bukan hanya semata didasarkan oleh pertimbangan bahwa ASI Eksklusif adalah makanan terbaik bagi bayi, akan tetapi juga menjadi bagian integral dari proses reproduksi yang dimiliki implikasi penting bagi kesehatan ibu yang menyusui, dan pemberian ASI selama 6 bulan justru mendorong pertumbuhan bayi yang optimal. Berdasarkan penelitian WHO (2000) di enam negara berkembang, risiko kematian bayi antara usia 9-12 bulan, angka kematian meningkat 40% bayi tersebut tidak disusui, untuk bayi berusia di bawah dua bulan, angka kematian meningkat menjadi 48% (Roesli, 2008). Pemberian ASI secara Eksklusif dapat mencegah kematian balita sebanyak 13%. Pemberian makanan pendamping ASI pada saat 6 bulan dan jumlah yang tepat dapat mencegah kematian bayi sebanyak 6% sehingga pemberian ASI sampai lebih 2 tahun bersama makanan pendamping ASI yang tepat dapat mencegah kematian balita sebanyak 19% (Suardi, 2008 Hak bayi mendapatkan ASI diartikan mendapat ASI sesuai dengan resolusi World Health Assembly (WHA) tahun 2001, yaitu bayi mendapat ASI Eksklusif sejak lahir sampai usia 6 bulan, selanjutnya diberikan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) dan pemberian ASI diteruskan sampai usia 2 tahun atau lebih (IDAI Cabang DKI jakarta, 2008). Praktek pemberian ASI di negara berkembang telah berhasil menyelamatkan sekitar 1,5 juta bayi pertahun dari kematian dan kesakitan,
atas
dasar
tersebut
World
Health
Organitation
(WHO)
merekomendasikan untuk hanya memberikan ASI sampai umur bayi 6 bulan. Setiap tahunnya lebih dari 25.000 bayi di indonesia dan 1,3 juta bayi diseluruh dunia dapat diselamatkan dari kematian dengan pemberian ASI Eksklusif (DEPKES RI, 2005).
Berdasarkan data Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) Tahun 2012 yang menunjukan bahwa tingkat pemberian ASI eksklusif meningkat dari 32% di tahun 2007 ke 42% di tahun 2012. Pemerintah Indonesia sendiri memperkirakan bahwa kita dapat menyelamatkan 30,000 hidup bayi setiap tahunnya jika mereka diberikan asupan ASI. Menunjukan jumlah ibu menyusui yang memberikan ASI Eksklusif pada bayinya selama 6 bulan telah tercapai 42%. Angka ini lebih tinggi 10% dibanding survei serupa pada tahun 2007 yang hanya menunjukan angka 32%.
259
Berdasarkan data Profil Jawa Barat pada tahun 2010 dapat digambarkan bahwa kematian neonatal sebanyak 3.482, atau rata-rata 9-10 neonatal meninggal setiap hari. Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon untuk tahun 2012 terdapat kematian bayi sebanyak 225 orang meliputi tetanus neonatorum 2 orang, BBLR 79 orang asphyxia 62 orang kelainan congenital 20 orang, infeksi 8 orang, pneumonia 10 orang, masalah laktasi 3 orang, kelainan saluran cerna 3 orang, lain-lain 38 orang. Peningkatan kualitas dan pemeliharaan status kesehatan Sumber Daya Manusia (SDM) dimulai sejak janin, bayi, anak, remaja, dewasa, sampai usia lanjut atau dikenal dengan sepanjang siklus kehidupan. Setiap tahap dari siklus tersebut, manusia menghadapi berbagai masalah yang berbeda khususnya masalah gizi yang harus diatasi dengan cepat dan tepat waktu. Salah satu upaya untuk memperoleh tumbuh kembang yang baik adalah dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan, selanjutnya pemberian ASI dilanjutkan sampai bayi berumur 24 bulan. Oleh karena itu menyiapkan dan mengajarkan ibu agar dapat memberikan ASI merupakan bagian dari upaya peningkatan SDM. Karena bayi dan anak lebih sehat sehingga akan menurunkan angka kesakitan sekaligus meningkatkan kualitas SDM yang bersangkutan di tahap berikutnya (DEPKES RI,2005). ASI Eksklusif adalah pemberian ASI selama 6 bulan tanpa tambahan cairan lain,serti susu formula, jeruk, madu, air the, dan air putih serta tanpa tambahan makanan padat,seperti pisang, bubur susu, biskuit, bubur nasi,dan nasi timkecuali vitamin dan mineral dan obat ( Roesli,2000 ). Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan asi eksklusif menurut (Notoatmojo,2003), yaitu usia, pendidikan, paritas. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Uning Anjarini Tahun 2013 di BPM Hj. Ilah Sursilah S.Si.T.M.Kes tentang hubungan antara karakteristik ibu hamil dengan pengetahuan tentang ASI Eksklusif bawasannya 20 orang ibu hamil, diantaranya 8 responden (40%) yang berpengetahuan kurang, 5
(25%)
berpengetahuan
cukup,
dan
7
responden
(35%)
ibu
hamil
berpengetahuan baik tentang ASI Eksklusif. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh
Neli Hamidah,
Dadang
Kusbiantoro Tahun 2008 di BPM Yuliana tentang Hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif di BPM Yuliana, didapatkan data dari 10 responden ibu yang menyusui bayinya secara eksklusif sebanyak 10% dan 90%
260
ibu yang memberikan susus formula dan makanan pendamping ASI. Berdasarkan data dan uraian diatas menunjukan bahwa beberapa bayi yang berusia 0-6 bulan mendapatkan ASI Eksklusif. Menurut hasil survei yang didapat dari studi pendahuluan dilakukan di BPM Hj. Nurkomariah,SST pada tanggal 1– 2 Desember tahun 2014 terdapat 15 orang ibu hamil, diantaranya 7 responden (46,7%) yang berpengetahuan kurang, 3 (20%) berpengetahuan cukup, dan 5 responden (33,3%) ibu hamil berpengetahuan baik. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan antara karakteristik ibu hamil dengan pengetahuan tentang ASI Eksklusif di BPM Hj. Nurkomariah, SST tahun 2015. B. METODE PENELITIAN Desain penelitian ini menggunakan metode analitik dengan desaincross sectional, yaitu suatu metode dimana variabel independent meliputi usia, paritas, dan pendidikan dan variabel dependent pengetahuan tentang ASI Eksklusif, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada saat pemeriksaan. Penelitian ini telah dilaksanakan di BPM Hj. Nurkomariah, SST. Jl. Raya Ender.Kec. PangenanKab.Cirebon, tanggal 17 Desember Tahun 2014 – 06 Januari Tahun 2015. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil trimester III yang berkunjung di BPM Hj. Nurkomariah, SST, yaitu sebanyak 30 responden. Adapun teknik pengumpulan sampel secara Total Sampling yaitu semua ibu hamil Trimester III yang datang untuk memeriksakan kehamilannya di BPM Hj. Nurkomariah, SST Periode 17 Desember – 6 Januari tahun 2015 dengan menggunakan teknik (Total Sampling), yang sebnyak 30 responden. Analisis Bivariat digunakan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkolerasi. Metode pengujian hipotesa yang digunakan adalah uji kuadrat chi untuk mencari ada tidaknya hubungan antara variabel independen yang diamati. Dalam melakukan uji statistik Chi-Square peneliti juga menggunakan bantuan komputerisasi.
C. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan di BPM Hj. Nurkomariah, SST mengenai gambaran pengetahuan ibu hamil tentang tingkat pengetahuan ASI Eksklusif berdasarkan karakteristik tahun 2015. Hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel berikut :
261
1. Ibu hamil berdasarkan Usia Adapun hasilnya disajikan dalam tabel distribusi frekuensi sebagai berikut : Tabel 2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Ibu Hamil Berdasarkan Usia di BPMHj. Nurkomariah, SST tanggal 17 Desember 2014 – 6 Januari Tahun 2015 Usia (Tahun) <20 20-35 >35 Total
Frekuensi 6 16 8 30
Persentase (%) 20,0 53,3 26,7 100
Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa dari 30 responden mayoritas ibu hamil berusia 20-35 tahun sebanyak 16 responden (53,3%). 2. Ibu hamil berdasarkan Paritas Adapun hasilnya disajikan dalam tabel distribusi frekuensi sebagai berikut : Tabel 3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Ibu Hamil berdasarkan Paritas di BPM Hj. Nurkomariah, SST tanggal 17 Desember 2014 – 6 Januari Tahun 2015 Paritas Primigravida (hamil pertama) Multigravida (> 1-5) Grandegravida (≥6) Total
Frekuensi 14
Persentase (%) 46,7
9
30,0
7
23,3
30
100
Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa dari 30 responden mayoritas dengan paritas Primigravida yaitu sebanyak 14 responden (46,7%).
262
3. Ibu hamil berdasarkan tingkat Pendidikan Adapun hasilnya disajikan dalam tabel distribusi frekuensi sebagai berikut : Tabel 4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Ibu Hamil Berdasarkan Pendidikan di BPM Hj. Nurkomariah, SST Tanggal 17 Desember 2014 – 6 JanuariTahun 2015 Pendidikan SD SMA SMP PT Total
Frekuensi 7 10 13 0 30
Persentase (%) 23,3 33,3 43,3 0 100
Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat bahwa dari 30 responden mayoritas berpendidikan SMP sebanyak 13 responden (43,3%). 4. Ibu hamil dengan tingkat Pengetahuan Adapun hasilnya disajikan dalam tabel distribusi frekuensi sebagai berikut : Tabel 5 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang ASI Eksklusif di BPM Hj. Nurkomariah, SST tanggal 17 Desember 2014 – 6 Januari Tahun 2015 Pengetahuan
Frekuensi
Persentase (%)
Baik
13
43,3
Cukup
10
33,3
Kurang
7
23,3
Total
30
100
Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat bahwa dari 30 responden mayoritas berpengetahuan baik dan baik yaitu sebanyak 13 responden (43.3%).
263
5. Hubungan Antara Usia Ibu Hamil dengan Tingkat Pengetahuan tentang ASI Eksklusif di BPM Hj. Nurkomariah, SST Tahun 2015. Tabel 6 Hubungan Antara Usia Ibu Hamil dengan Tingkat Pengetahuan ASI Eksklusif di BPM Hj. Nurkomariah, SST Tanggal 17 Desember 2014 – 6 Januari Tahun 2015 Usia (Tahun) <20 20-35 >35 Total
Pengetahuan Baik Cukup F % F % 0 0 2 33,3 10 62,5 5 31,5 3 37,5 3 37,5 13 43,3 10 33,3
Kurang F % 4 66,7 1 6,3 2 25 7 23,3
Jumlah F 6 16 8 30
P Value
% 100 100 100 100
0,027
Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui bahwa mayoritas responden berusia <20 tahun sebanyak 10 orang (62,5%). Berdasarkan uji hitung statistik chi-square didapatkan hasil p value= 0,027< 0,05 sehingga Ha diterima, artinya terdapat hubungan antara usia dengan pengetahuan ASI Eksklusif di BPM Hj. Nurkomariah, SST Tahun 2015. 6. Hubungan Antara Paritas Ibu Hamil dengan Tingkat Pengetahuan ASI Eksklusif di BPM Hj. Nurkomariah, SST Tahun 2015. Tabel 7 Hubungan Antara Paritas Ibu Hamil dengan Tingkat Pengetahuan ASI Eksklusif di BPM Hj. Nurkomariah, SST Tanggal 17 Desember 2014 – 6 JanuariTahun 2015 Pengetahuan Paritas
Baik
Cukup
Kurang
Jumlah
F
%
F
%
F
%
F
%
Primigravida
8
57,1
5
35,7
1
7,1
14
100
Multigravida
4
44,4
4
44,4
1
11,1
9
100
Grandegravida
1
14,3
1
14,3
5
71,4
7
100
Total
13
43,3
10
33,3
7
23,3
30
100
P Value
0,016
Bedasarkan tabel 7 dapat diketahui bahwa mayoritas responden paritas Primigravida sebanyak 8 orang (57,1%). Berdasarkan uji hitung statistik chisquare didapatkan didapatkan hasil p-value= 0,016<0,05 sehingga didapatkan hasil Ha diterima, artinya terdapat hubungan antara paritas dengan tingkat pengetahuan ASI Eksklusif di BPM Hj. Nurkomariah, SST Tahun 2015.
264
7. Hubungan Antara Pendidikan Ibu Hamil dengan Tingkat Pengetahuan ASI Eksklusif di BPM Hj. Nurkomariah, SST Tahun 2015. Tabel 8 Hubungan Antara Pendidikan Ibu Hamil dengan Tingkat PengetahuanASI Eksklusif di BPM Hj. Nurkomariah, SST Tanggal 17 Desember – 6 Januari Tahun 2015 Pengetahuan Pendidikan
Baik F
Cukup %
F
Jumlah
Kurang
%
F
%
F
%
SD
3
42,9
1
14,3
3
42,9
7
100
SMP
8
80,0
1
10,0
1
10,1
10
100
SMA
2
15,4
8
61,5
3
23,1
13
100
Total
13
43,3
10
33,3
7
23,3
30
100
Bedasarkan
tabel
8
dapat
diketahui
bahwa
P Value
mayoritas
0,012
responden
berpendidikan SMP bersebanyak 8 orang (80,0%). Berdasarkan hasil uji statistik chi-square dan SPSS For Windows Versi 17,0 didapatkan didapatkan hasil pvalue= 0,012<0,05 sehingga didapatkan hasil Ha diterima, artinya terdapat hubungan antara pendidikan dengan tingkat pengetahuan ASI Eksklusif di BPM Hj, Nurkomariah, SST Tahun 2015. Gambaran Usia Ibu Hamil di BPM Hj. Nurkomariah Tahun 2015. Berdasarkan analisis univariat pada Tabel 2 menunjukan bahwa mayoritas usia ibu hamil
20-35 tahun sebanyak 16 (53,3%) responden. Menurut BKKBN
bahwa usia reproduksi sehat yaitu pada usia 20-35 tahun. Penalaran dan berfikir kreatif mencapai puncaknya serta kecepatan respon maksimal belajar dan menguasai atau menyesuaikan diri dan situasi-situasi tertentu terjadi pada masa dewasa dini terutama pada usia 20-35 tahun. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2010, hal. 122), yang menjelaskan bahwa usia mempengaruhi daya tangkap seseorang. Semakin bertambah usia maka semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga semakin banyak pengetahuan yang diperoleh. Pada usia 20-35 tahun, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya kehidupan menyesuaikan diri menuju usia tua. Peneliti berpendapat bahwa usia 20-35 tahun merupakan usia reproduksi
265
dimana pada usia tersebut ibu hamil sedang aktif mencari informasi tentang apa yang dibutuhkan pada saat hamil. Selain itu pada usia 20-35 tahun merupakan usia yang matang, sudah mempunyai pengalaman dan wawasan yang tinggi. Gambaran Paritas Ibu Hamil di BPM Hj. Nurkomariah, SST Tahun 2015. Berdasarkan analisis univariat pada tabel 3 dapat dilihat bahwa dari 30 responden sebagian besar ibu hamil dengan primigravida sebanyak 14 (46,7%) responden. Menurut teori paritas adalah banyaknya kelahiran hidup maupun mati yang dipunyai oleh seorang wanita (BKKBN, 2006). Dilihat dari usia ibu hamil yang berada di BPM Hj. Nurkomariah, SST berusia 20-35 tahun, dimana pada usia tersebut merupakan usia yang baik untuk ibu hamil dan melahirkan. Sehingga peneliti berpendapat bahwa mayoritas ibu hamil pada paritas primigravida dikarenakan usia mereka masih dalam golongan usia reproduksi baik untuk hamil dan melahirkan. Peneliti berpendapat ibu hamil yang berparitas primigravida tergolong usia produktif sehingga mereka lebih mengerti pentingnya pemberian ASI Eksklusif. Gambaran Pendidikan Ibu Hamil di BPM Hj. Nurkomariah, SST Tahun 2015. Berdasarkan analisis univariat pada tabel 4 dapat dilihat bahwa dari 30 responden mayoritas ibu hamil dengan pendidikan SMP sebanyak 13 (43,3%) responden. Hal ini sesuai dengan Notoatmodjo (2005, hal. 16) semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang maka
akan
bertambah pengalaman
yang
mempengaruhi wawasan dalam pengetahuannya. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilkukan oleh Ezzade Ellyn Tahun 2010, tentang hubungan tingkat pendidikan ASI Eksklusif di Kecamatan Leteh Kabupaten Lembang, sebagian besar ibu hamil dengan tingkat pendidikan SMP. Peneliti berpendapat bahwa hal ini menunjukan bahwa ibu hamil mayoritas berpendidikan SMP berarti tingkat kesadaran masyarakat di BPM Hj. Nurkomariah, SST. Hal ini karena kesadaran masyarakat terhadap pendidikan sudah baik dan mengerti akan pentingnya pendidikan. Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil di BPM Hj. Nurkomariah, SST Tahun 2015. Berdasakan analisis univariat pada tabel 5 dapat dilihat bahwa dari 30 responden mayoritas ibu hamil dengan pengetahuan cukup sebanyak 13 (43,3%)
266
responden.
Informasi
yang
diperoleh
sebelumnya
ini
dapat
menambah
pengetahuan ibu hamil sehingga ibu mampu mengingat kembali mengenai ASI Eksklusif. Hal ini sesuai dengan teori Notoatmodjo (2003), bahwa pada tingkatan responden pengetahuan kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya termasuk diantaranya mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang telah diterima. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilkukan oleh Rahma Tahun 2009 tentang Hubungan pendidikan ibu dengan ASI Eksklusif, sebagian besar ibu hamil dengan tingkat pengetahuan cukup. Peneliti berpendapat, pengetahuan ibu hamil tentang ASI Eksklusif berkategori baik dan cukup karena ibu hamil sudah memperoleh informasi pada saat kehamilan baik dari tenaga kesehatan maupun pencarian ibu sendiri melalui media infomasi seperti radio, televisi, majalah sehingga ibu mampu mengingat kembali tentang tingkat pengetahuan ASI Eksklusif.
Hubungan Antara Usia Ibu Hamil dengan Tingkat Pendidikan ibu hamil tentang ASI Eksklusif di BPM Hj. Nurkomariah, SST Tahun 2015. Berdasarkan analisis bivariat dengan menggunakan perangkat lunak SPSS versi 17 di dapat p value = 0,027 sedangkan α = 0,05 karena nilai p-value (0,027 < 0,05). Hasil perhitungan statistik menunjukan nilai P < 0,05 maka ditanyakan Ha diterima yang artinya terdapat hubungan antara umur ibu hamil dengan tingkat pengetahuan ASI Eksklusif. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2002, hal. 121) bahwa umur merupakan salah satu variabel dari model demografi yang digunakan sebagai ukuran mutlak atau indikator psikologis yang bebeda, umur ibu mempengaruhi bagaimana ibu hamil tersebut mengambil keputusan dalam pemeliharaan kesehatan. Semakin cukup usia, tingkat kematangan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan berperilaku. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nidya Tahun 2010 tentang Hubungan usia ibu dengan tingkat pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Pembinaan Palembang Tahun 2013, sebagian besar ibu hamil berusia 20-35 tahun. Dengan hasil uji Chisquare didapatkan P value 0,000 dengan angka kemaknaan α = 0,05 maka p < α sehingga Ha ditolak yang berarti terdapat hubungan antara usia ibu hamil dengan tingkat pengetahuan tentang ASI Eksklusif. Peneliti berpendapat bahwa yang mempengaruhi pengetahuan seseorang bukan hanya dari usianya saja,
267
melainkan dari keterpaparan media informasi, media elektronik, media cetak, informasi yang diperoleh oleh petugas kesehatan, faktor lingkungan, dan lain-lain. Hubungan Antara Paritas Ibu Hamil dengan Tingkat Paritas ibu hamil tentang ASI Eksklusif Tahun 2015. Berdasarkan analisis bivariat dengan menggunakan perangkat lunak SPSS versi 17 didapat p value = 0,016 sedangkan α = 0,05 karena nilai p-value (0,016 > 0,05). Hasil perhitungan statistik menunjukan nilai P > 0,05 maka dapxat disimpulkan bahwa secara statistik Ha diterima yang artinya ada hubungan antara paritas ibu hamil dengan pengetahuan tentang ASI Eksklusif. Menurut Haws (2008) di usuia produktif maka para ibu semakin mencari tau informasi mengenai pentingnya pemberian ASI Eksklusif sehingga mampu memberikan hasil yang lebih baik. Penelitian ini sesuai dengan teori Notoatmodjo (2005, hal. 132) yang mengungkapkan semakin sering seseorang melahirkan maka semakin banyak pula pengalaman sehingga pengetahuannya akan lebih dari seseorang yang pertama melahirkan. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Suparmato Tahun 2001 tentang Hubungan tara paritas ibu menyusi dengan ASI Eksklusif sebagian besar ibu hamil berparitas primigravida. Dengan hasil uji Chi-square didapatkan P value 0,012 dengan angka kemaknaan α = 0,05 maka p < α sehingga Ha ditolak yang berarti terdapat hubungan antara paritas dengan pengetahuan tentang ASI Eksklusif. Penelitian berpendapat bahwa adanya hubungan antara paritas dengan pengetahuan ibu hamil tentang ASI Eksklusif, karena mayoritas berdasarkan data yang peneliti dapatkan ibu hamil berparitas primigravida dimana pada paritas primigravida lebih besar dibandingkan pada ibu hamil dengan berparitas tinggi. Hubungan Antara Pendidikan Ibu Hamil dengan Tingkat Pendidikan ibu hamil tentang ASI Eksklusif Tahun 2015. Berdasarkan analisis bivariat dengan menggunakan perangkat lunak SPSS versi 17 didapat p value = 0,012 sedangkan α = 0,05 karena nilai p-value (0,12 < 0,05). Hasil perhitungan statistik menunjukkan nilai P < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa Ha diterima yang artinya terdapat hubungan antara tingkat pendidikan ibu hamil dengan pengetahuan tentang ASI Eksklusif. Menurut Arini (2012) Pendidikan adalah suatu proses pengembangan tingkat kemampuan
268
kearah yang diinginkan oleh organisasi bersangkutan, semakin tinggi pendidikan maka pengetahuanya akan lebih baikdari yang berpendidikan rendah. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Eka Susanti pada tahun 2009 tentang hubungan antara ibu hamil dengan pengetahuan tentang ASI Eksklusif di RSUD Gunung jati, yaitu terdapat hubungan antara pendidikan dengan pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Susan Widya Tahun 2012 tentang Hubungan pendidikan ibu hamil dengan tingkat pendidikan tentang ASI Eksklusif di BPM. HJ,Euis Susanti, SST Tahun 2012, sebagian besar ibu hamil berpendidikan SMP. Dengan hasil uji Chi-square didapatkan P value 0,024 dengan angka kemaknaan α = 0,05 maka p < α sehingga Ha ditolak yang berarti terdapat hubungan antara pendidikan ibu hamil dengan tingkat pengetahuan tentang ASI Eksklusif. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Arikunto (2006), bahwa tingkat pendidikan akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang, sehingga tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap minat ibu untuk memelihara kesehatannya. Semakin tinggi pendidikan ibu hamil, maka semakin mudah ibu hamil unruk menerima informasi sehingga akan menambah pengetahuan seseorang tentang sesuatu hal. Peneliti berpendapat bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan selain dari faktor lingkungan, paritas dan usia ibu serta faktor-faktor yang lain. Semakin tinggi pendidikan ibu hamil, maka semakin tinggi pula pengetahuan yang dimilikinya. Sehingga ibu hamil yang berpendidikan lebih tinggi semakin banyak memperoleh pengetahuan tentang ASI Eksklusif. D. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian mengenai Hubungan antara karakteristik ibu hamil dengan tingkat pengetahuan ASI Eksklusif di BPM Hj. Nurkomariah, SST tahun 2015 dapat diambil kesimpulan : 1. Sebagian besar usia ibu hamil yaitu 20-35 tahun 2. Sebagian besar paritas ibu hamil yaitu Primigravida 3. Sebagian besar tingkat pendidikan ibu hamil yaitu SMP 4. Sebagian besar ibu hamil memiliki tingkat pengetahuan yang baik tentang ASI Eksklusif 5. Ada hubungan antara usia ibu hamil dengan pengetahuan ASI Eksklusif 6. Ada hubungan antara paritas ibu hamil dengan pengetahuan ASI Eksklusif
269
7. Ada hubungan antara pendidikan ibu hamil dengan pengetahuan
ASI
Eksklusif Saran 1. Bagi Tenaga Kesehatan Diharapkan tenaga kesehatan untuk meningkatkan mutu pelayanan kepada ibu hamil dengan memberikan penyuluhan, bimbingan, motivasi, dan Edukasi
(KIE)
tentang
manfaat
ASI
Eksklusif
sehingga
mampu
meningkatkan pendidikan ASI Eksklusif, di BPM Hj. Nurkomariah, SST kepada ibu hamil tentang ASI Eksklusif, Sehingga tingkat pengetahuan ibu hamil menjadi lebih baik untuk mempersiapan ASI Eksklusif. Selain itu tenaga kesehatan dapat melibatkan suami atau keluarga yang dapat mendukung keberhasilan pemberian ASI Eksklusif. 2. Bagi peneliti lain Bagi penelitian lain diharapkan dapat dikembangkan pengetahuan tentang ASI Eksklusif bagi perkembangan ilmu kebidanan pada khususnya ilmu pengetahuan pada umumnya. Hasil penelitian ini juga dapat menjadi masukan dalam bentuk karya tulis ilmiah yang dapat dijadikan referensi bagi para penelitian selanjutnya.
E. DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka Cipta Baskoro, Aton. (2008). Panduan Praktis Ibu Menyusui. Yogyakarta: Banyu media Departemen Kesehatan RI. (2005). Pelatihan Konseling Menyusui. Jakarta: Departemen Kesehatan RI Jurnal. Eka Susanti . hubungan antara ibu hamil dengan pengetahuan tentang ASI Eksklusif di RSUD Gunung jati Tahun 2014. Jurnal.Uning Anjani . Hubungan anatara karakteristik ibu hamil tentang pengetahuan ASI Eksklusif Tahun 2014. Kathryn Piziali. (2005). Panduan menyusui. Jakarta: Prestasi Pustakarya Notoatmodjo, Soekidjo. (20012). Metodologi Rineka Cipta.
Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Prasetyono, DS (2009). Buku Pintar ASI Eksklusif. Banguntapan Yogyakarta: Diva
270
Press Rahayu. (2012). Buku Ajar Masa Nifas dan Menyusui, Jakarta: Niaga swadaya Roesli, Utami. (2000). Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta: Trubus Agriwidya. Soetjiningsih, DR. (1997). Seri Gizi Klinik ASI Petunjuk Untuk Kesehatan. Jakarta: EGC Utami, R. (2012). Panduan Inisiasi Menyusui Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta: Pustaka Bunda Yuliarti, (2010). Keajaiban ASI. Yogyakarta: ANDI Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. (2012). Laporan Cakupan ASI Eksklusif di Propinsi Jawa Barat Tahun 2012. Diambil 1 Desember 2014 dari http//kebidanan keperawatan.wordpress.com Dinkes.Cirebon.Kab.(2012). Data Kesehatan kota Cirebon. Diambil tanggal 1 Desember 2014 dari http://dinkes.cirebonKab.go.id Jurnal. Daniel . Gambaran Pengetahhuan Wanita pada Usia Produktif tentang Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif Tahun 2013. Diambil 5 Desember 2014. Dari http://scholar.google.co.id Jurnal. Suparmato . Hubungan antara paritas ibu menyusi dengan ASI Eksklusif. Diambil 12 Januari 2015. Dari http://scholar.google.co.id Narusalam. (2001). http://id.wikipedia
Karakteristik.
Diambil
20
Desember
2013.
Dari
Taqiyudin. (2006). Pengertian pendidikan menurut para ahli. Diambil 20 Desember 2013. Dari http://www.sarjanaku.com
271
Gambaran Pengetahuan Ibu Postpartum Tentang Perawatan Tali Pusat Berdasarkan Karakteristik di BPM. L Gebang Kabupaten Cirebon Tahun 2014 Heri Heriyah1, Sri Musfiroh2, Ria Yulianti3 AkbidMuhammadiyah_Crb@yahoo. Co.id 123 Akbid Muhammadiyah Cirebon
ABSTRAK
Menurut MenKes RI (2007) tingginya AKB di Indonesia disebabkan karena penyakit infeksi 42% dan kekurangan gizi 18,4%, dan salah satunya adalah infeksi pada tali pusat yang disebabkan perawatan tali pusat yang kurang baik dan menyebabkan tali pusat menjadi kotor, sehingga mempercepat kuman untuk masuk. Beberapa penyakit yang saat ini masih menjadi penyebab kematian terbesar dari bayi diantaranya penyakit diare, tetanus, gangguan perinatal dan radang saluran nafas bagian bawah. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di BPM. L Gebang kepada 10 responden didapat hasil pengetahuan tentang perawatan tali pusat masih kurang sebanyak 6 responden dan 4 responden sudah mengerti tentang perawatan tali pusat. Tujuan penelitian ini yaitu ingin mengetahui gambaran pengetahuan ibu postpartum tentang perawatan tali pusat berdasarkan karakteristik di BPM. L Gebang Kabupaten Cirebon. Desain penelitian adalah deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini yaitu ibu postpartum yang datang periksa ke BPM. L Gebang, pengambilan sampel dengan teknik accidental sampling. Pengumpulan data yang digunakan data primer dengan membagikan kuesioner, analisis data menggunakan analisis univariat. Hasil penelitian didapatkan sebagian besar responden berusia 20-35 tahun (90%). Sebagian besar multipara (65%), sebagian besar pendidikan SD (42,5%), dan sebagian besar berpengetahuan cukup (42,5%), pengetahuan responden berdasarkan usia sebagian besar berpengetahuan cukup pada usia 20-35 tahun (88,2%), berdasarkan paritas sebagian besar berpengetahuan cukup pada multipara (70,6%), dan berdasarkan pendidikan sebagian besar berpengetahuan cukup pada SMP (35,3%). Kesimpulan pengetahuan ibu postpartum tentang perawatan tali pusat adalah cukup. Saran perlu upaya peningkatan konseling dan informasi tentang perawatan tali pusat pada ibu postpartum oleh pihak-pihak yang terkait. Kata kunci Daftar bacaan
: (Perawatan tali pusat, Usia, Paritas dan Pendidikan) : 23 Bacaan (2000-2012)
272
A. PENDAHULUAN Menurut world health organization (WHO) dalam buku saku Sodikin Tahun 2009 tetanus dan penyakit infeksi merupakan penyebab utama bayi. Tetanus neonatorum dan infeksi tali pusat menjadi penyebab kesakitan dan kematian secara terus menerus di berbagai Negara setiap tahunnya 500.000 bayi meninggal karena tetanus neonatorum dan 460.000 meninggal akibat infeksi bakteri. Tetanus ini dapat terjadi akibat perawatan atau tindakan yang tidak memenuhi
syarat
kebersihan
misalnya
pemotongan
tali
pusat
dengan
menggunakan bambu atau gunting yang tidak steril, atau setelah tali pusat dipotong dibubuhi abu, tanah, minyak, daun-daunan dan sebagainya. Tali pusat mempunyai risiko besar untuk terkontaminasi oleh clostridium tetani pada 3 hari pertama kehidupan. Tali pusat atau funiculus umbilicalis adalah saluran kehidupan bagi janin selama didalam kandungan. Tali pusat disebut sebagai saluran kehidupan karena saluran inilah yang selama kehamilan mempunyai zat-zat gizi dan oksigen kepada janin. Tetapi begitu bayi lahir, saluran ini sudah tidak diperlukan lagi sehingga harus dipotong dan diikat atau dijepit (Irawan, 2011). Tujuan perawatan tali pusat adalah untuk mencegah terjadinya infeksi dan mempercepat pemisahan tali pusat dari perut. Dalam upaya mencegah infeksi dan mempercepat pemisahan, ada berbagai substansi dan ritual yang telah digunakan untuk perawatan tali pusat (Smkin, Whalley & kopper, 2008) Menurut Depkes RI, 2008 pada Tahun 2007 jumlah kasus tetanus neonatorum di antara 8 negara asociation of southeast asian nations (ASEAN) AKB teringgi terjadi di filipina dan indonesia. Jumlah penderita di kedua negara tersebut melebihi 100 orang. Akan tetapi jika dibandingkan dengan jumlah penduduk, angka tertinggi kasus tetanus neonatorum terjadi di Kamboja, Indonesia justru berada diurutan ke-5. Sedangkan Singapura dan Thailand merupakan negara dengan kasus terendah, baik dari jumlah kasus maupun jika dibandingkan dengan jumlah penduduk. Di singapura dilaporkan tidak ada kasus tetanus neonatorum. Menurut SDKI tahun 2012, Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 32 kematian/1000 KH. Tingginya AKB di indonesia disebabkan karena penyakit infeksi 42% dan kurang gizi 18,4%. Beberapa penyakit yang saat ini masih menjadi penyebab kematian terbesar dari bayi diantaranya penyakit diare,
273
tetanus, gangguan perinatal dan radang saluran nafas bagian bawah (Hidayat, 2008). Jika dilihat dari penyebab kematian bayi, masih disebabkan oleh penyakit penyakit infeksi yaitu Diare dan ISPA. Peran tenaga kesehatan dalam meningkatkan KIE pada masyarakat seharusnya dapat ditingkatkan untuk mencegah tingginya angka kematian karena penyakit infeksi, seperti infeksi tetanus neonatorum, selain itu kapasitas tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan penanganan infeksi serta kepatuhan petugas dalam memberikan pelayanan sesuai standar ikut berkontribusi dalam kasus kematian karena penyakit infeksi ini. Pengetahuan adalah hasil dari proses pembelajaran dengan melibatkan indra penglihatan, pendengaran, penciuman dan pengecap. Pengetahuan akan memberikan penguatan terhadap individu dalam setiap mengambil keputusan dan dalam berprilaku (setiawati, 2008). Menurut widjojo, Loetan, Simatupang, dan Bappenas (2004) tingginya kematian anak pada usia sampai satu tahun, yaitu sepertiganya terjadi dalam satu bulan pertama setelah kelahiran dan sekitar 80% kematian neonatal ini terjadi pada minggu pertama, menunjukkan masih rendahnya status kesehatan ibu dan bayi baru lahir, rendahnya akses dan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak khususnya pada masa persalinan dan segera sesudahnya, serta prilaku yang baik bersifat preventif maupun kuratif ibu hamil dan keluarga serta masyarakat yang bersifat negatif bagi perkembangan kehamilan sehat, persalinan yang aman dan perkembangan dini anak. Berdasarka hasil penelitian tentang perawatan tali pusat pada neonatorum,semua penyakit dapat dicegah dan ditangani dengan perilaku yang baik sebagai mana yang dijelaskan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: ًﻣَﺎ أَﻧْﺰَلَ اﷲُ دَاءً إِﻻَّ أَﻧْﺰَل ﻟَﮫُ ﺷِﻔَﺎء “ Tidaklah Allah menurunkan suatu penyakit, melainkan akan menurunkan pula obat untuk penyakit tersebut ” (H.R. Bukhari) Berdasarkan hasil peneliti Sri Mutia Batu Bara (2009) di desa Kota Datar Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang menyebutkan bahwa jumlah infeksi pada tali pusat pada tahun 2008 berjumlah 65% kemuduian meningkat menjadi 80% pada tahun 2009, kondisi ini menunjukan bahwa infeksi tali pusat di kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang dapat
274
diprediksi angka infeksi tali pusat semakin meningkat. Rendahnya pengetahuan tentang perawatan tali pusat diduga turut menjadi faktor penyebab tingginya angka kematian akibat infeksi tali pusat. Hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti di BPM. L Gebang pada tanggal 01-02 desember terhadap 10 orang ibu post partum melalui wawancara didapatkan 4 ibu post partum yang mengetahui perawatan tali pusat sebesar (40%) 6 ibu post partum tidak mengetahui perawatan tali pusat sebanyak (60%). Fakta tersebut menggambarkan masih kurangnya pengetahuan ibu post partum me ngenai perawatan tali pusat. Upaya yang dilakukan BPM. L Gebang terhadap masih kurangnya pengetahuan ibu post partum me ngenai perawatan tali pusat diantaranya: 1. Kelas ibu hamil lebih sering 2. Pembinaan dukun bayi cara merawat tali pusat dan memandikan bayi 3. Konseling setiap ibu bersalin tentang cara merawat tali pusat dan memandikan bayi Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih jauh tentang perawatan tali pusat dan bayi baru lahir dengan judul “Gambaran
pengetahuan
ibu
postpartum
tentang
perawatan
tali
pusat
berdasarkan karakteristik di BPM. L Gebang Kabupaten Cirebon tahun 2014”.
B. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2005) dengan pendekatan cross sectional dimana pengambilan data dilakukan sekaligus pada saat yang bersamaan untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu postpartum tentang perawatan tali pusat di BPM. L Gebang. Penelitian ini akan dilakukan di BPM. L Gebang pada tanggal 31 Desember 2014 – 10 Januari 2015. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu postpartum (Nifas) yang datang periksa ke BPM. L Gebang yang ada pada saat penelitian. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan accidental sampling yaitu seluruh ibu nifas yang datang periksa ke BPM. L Gebang pada saat penelitian dilakukan. Pengukuran variabel penelitian menggunakan kuesioner yang sudah digunakan oleh peneliti sebelumnya (Siti jazilah) dengan judul “Gambaran pengetahuan ibu nifas tentang perawatan tali
275
pusat berdasarkan karakteristik ibu di RSUD Waled tahun 2013” yang sudah dilakukan uji validitas kepada 15 responden. Dari 30 pertanyaan yang diujikan didapatkan 25 pertanyaan valid dan 5 pertanyaan tidak valid. Untuk pertanyaan yang tidak valid tidak dipakai sehingga jumlah pertanyaan dalam kuesioner sebanyak 25 pertanyaan. Setiap pertanyaan dari jawaban yang benar (B) mendapatkan skor 1 dan salah (S) mendapatkan skor 0. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat yang bertujuan untuk melihat gambaran setiap variabel dari hasil penelitian, dalam bentuk analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi relatif dimana frekuensi tiap kelas diubah dalam bentuk persentase (%). C. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan di BPM. L Gebang, mengenai Gambaran Pengetahuan Ibu Postpartum tentang Perawatan Tali Pusat yang dilakukan pada tanggal 31 Desember 2014 s.d 17 Januari 2015. Hasil penelitian yang didapat disajikan dalam bentuk tabel-tabel sebagai berikut. 1. Usia Distribusi frekuensi ibu postpartum berdasarkan usia dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 2 Distribusi Frekuensi Ibu Postpartum Berdasarkan Usia Di BPM. L Gebang tahun 2014 Usia Frekuensi Persentase (%) <20 Tahun
1
2,5
36
90
>35 Tahun
3
7,5
Jumlah
40
100
20-35 Tahun
Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat bahwa dari 40 responden mayoritas ibu postpartum berusia 20-35 tahun sebanyak 36 responden (90%).
276
2. Paritas Distribusi frekuensi ibu postpartum berdasarkan paritas dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 3 Distribusi Frekuensi Ibu Postpartum Berdasarkan Paritas Di BPM. L Gebang tahun 2014 Paritas
Frekuensi
Persentase (%)
Primipara
14
35
Multipara
26
65
Grande multipara
0
0
Jumlah
40
100
Berdasarkan Tabel 3, dapat dilihat bahwa dari 40 responden mayoritas ibu postpartum pada kelompok multipara sebanyak 26 responden (65%). 3. Pendidikan Distribusi frekuensi ibu postpartum berdasarkan pendidikan dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 4 Distribusi Frekuensi Ibu Postpartum Berdasarkan Pendidikan Di BPM. L Gebang tahun 2014 Usia Frekuensi Persentase (%) SD
17
42,5
SMP
12
30
SMA
9
22,5
PT
2
5
Jumlah
40
100
Berdasarkan Tabel 4, dapat dilihat bahwa dari 40 responden mayoritas ibu postpartum berpendidikan SD sebanyak 17 responden
277
(42,5%). Gambaran tingkat pengetahuan ibu postpartum tentang perawatan tali pusat. Distribusi
Frekuensi
tingkat
pengetahuan
ibu
postpartum
tentang
perawatan tali pusat dapat sebagai berikut: Tabel 5 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Postpartum Tentang Perawatan Tali Pusat Di BPM. L Gebang Tahun 2014 Tingkat Pengetahuan Baik (>75%)
Frekuensi
Persentasi (%)
9
22,5
Cukup (60-75%)
17
42,5
Kurang (<60%)
14
35
jumlah
40
100
Berdasarkan tabel 5, dapat dilihat bahwa dari 40 responden mayoritas ibu postpartum memiliki pengetahuan cukup sebanyak 17 responden (42,5%). Tingkat
pengetahuan
ibu
postpartum
tentang
perawatan
tali
pusat
berdasarkan usia Distribusi pengetahuan ibu postpartum tentang perawatan tali pusat berdasarkan usia dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 6 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Ibu Postpartum Tentang Perawatan Tali Pusat Berdasarkan Usia Di BPM. L Gebang Tahun 2014 Pengetahuan Usia
Baik
Cukup
Kurang
Jumlah
F
%
F
%
F
%
F
%
<20 Tahun
0
0
0
0
1
7,1
1
100
20-35 Tahun
9
100
15
88,
12
85,
36
100
3
100
2 >35 Tahun
0
0
0
11, 8
7 1
7,1
278
Berdasarkan Tabel 6, dapat dilihat bahwa dari 40 responden mayoritas ibu postpartum memiliki pengetahuan cukup terdapat pada kelompok usia 20-35 tahun sebanyak 15 responden (88,2%).
Pengetahuan ibu postpartum tentang perawatan tali pusat berdasarkan paritas. Distribusi pengetahuan ibu postpartum tentang perawatan tali pusat berdasarkan paritas dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Postpartum Tentang Perawatan Tali Pusat Berdasarkan Paritas Di BPM. L Gebang Tahun 2014 Pengetahuan Paritas
Baik
Cukup
Kurang
Jumlah
F
%
F
%
F
%
F
%
Primipara
3
33,3
5
29,4
6
42,9
14
100
Multipara
6
66,7
12
70,6
8
57,1
26
100
Grande
0
0
0
0
0
0
0
100
multipara
Berdasarkan tabel 7, dapat dilihat bahwa mayoritas ibu postpartum memiliki pengetahuan cukup terdapat pada kelompok multipara sebanyak 12 responden (70,6%).
279
Pengetahuan ibu postpartum tentang perawatan tali pusat berdasarkan pendidikan. Distribusi pengetahuan ibu postpartum tentang perawatan tali pusat bedasarkan pendidikan dapat dilihat sebagai berikut Tabel 8 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Postpartum Tentang Perawatan Tali Pusat Berdasarkan Pendidikan di BPM. L Gebang Tahun 2014 Pengetahuan Pendidikan
Baik
Cukup
Kurang
Jumlah
F
%
F
%
F
%
F
%
Tidak tamat SD
0
0
0
0
0
0
0
0
SD
6
66,7
5
29,4
6
42,9
17
100
SMP
2
22,2
6
35,3
4
28,6
12
100
SMA
1
11,1
4
23,5
4
28,6
9
100
PT
0
0
2
11,8
0
0
2
100
Berdasarkan tabel 8, dapat dilihat bahwa mayoritas ibu postpartum memiliki pengetahuan baik terdapat pada kelompok pendidikan SD sebanyak 6 responden (66,7%).
Gambaran usia ibu postpartum Berdasarkan hasil penelitian, pada tabel 2 dapat dilihat bahwa dari 40 responden ibu nifas pada kelompok usia < 20 Tahun yaitu 1 orang (2,5%), berusia antara 20-35 Tahun yaitu sebanyak 36 responden (90%) dan yang berusia > 35 Tahun sebanyak 3 orang (7,5%). Dari hasil penelitian sebagian besar ibu pstpartum di BPM. L Gebang yaitu ibu postpartum berusia 20-35 Tahun sebanyak 36 responden (90%). Menurut BKKBN (2000) bahwa umur untuk hamil dan melahirkan adalah 20-35 Tahun, lebih atau kurang dari umur tersebut adalah berisiko, kesiapan wanita untuk hamil dan melahirkan atau mempunyai anak kesiapan fisik, psikologi dan ekonomi. Hasil penelitian Intan P.G dengan judul Gambaran Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Perawatan Tali Pusat Pada Bayi Baru Lahir Berdasarkan Karakteristik Ibu di RSUD Indramayu juga mendapat mayoritas pengetahuan baik ibu nifas tentang perawatan tali pusat berdasarkan usia
280
terdapat pada kelompok usia 20-35 Tahun sebanyak 25 responden (83, 3%). Peneliti berpendapat bahwa ibu postpartum di BPM. L Gebang sebagian besar pada kelompok umur 20-35 Tahun. Karena masyarakat sudah memahami usia 20-35 Tahun merupakan usia yang tepat untuk menikah, alat reproduksi pun sudah siap untuk mempunyai anak. Masyarakat sudah sadar tidak lagi menikah di usia sangat muda. Gambaran paritas ibu postpartum Berdasarkan hasil penelitian yang diperoreh dari tabel 3 dapat dianalisis bahwa dari 40 responden yang primipara sebanyak 14 responden (35%), multipara sebanyak 26 responden (65%) dan grande multipara tidak ada. Dari hasil penelitian sebagian besar ibu di BPM. L Gebang multipara sebanyak 26 responden (65%). Menurut BKKBN (2006) menyatakan bahwa paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dimiliki oleh seorang wanita. Hasil penelitian Ayu Fatmawati dengan judul Gambaran Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Perawatan Tali Pusat Pada Bayi Baru Lahir Berdasarkan Karakteristik Ibu di RSUD Gunung Jati Cirebon Tahun 2014
juga mendapatkan mayoritas yang multipara sebanyak
14 responden (47%). Seorang ibu yang serimg melahirkan dan mempunyai jumlah anak lebih dari satu, maka ia mempunyai pengalaman tentang bagaimana merawat tali pusat pada bayi baru lahir.
Peneliti berpendapat bahwa ibu
postpartum di BPM. L Gebang sebagian besar pada paritas multipara, Karena seorang ibu yang telah melahirkan lebih dari 2 kali atau berpengalaman melahirkan maka memiliki
pengetahuan dan pengalaman yang lebih baik
dibanding dengan ibu yang baru sekali melahirkan. Gambaran pendidikan ibu postpartum Berdasarkan tabel 4 dapat dianalisis bahwa dari 40 responden yang menjadi responden mayoritas ibu nifas memiliki pendidikan SD sebanyak 17 responden (42,5%). Memiliki pendidikan SMP sebanyak 12 responden (30%), memiliki pendidikan SMA 9 responden (22,5%) dan yang pendidikan PT 2 responden (5%). Dari hasil penelitian sebagian besar ibu postpartum di BPM. L Gebang memiliki pendidikan SD sebanyak 17 responden (42,5%). Menurut Arikunto (2006) pendidikan merupakan suatu faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang dan pendidikan dapat mendewasakan seseorang serta berprilaku baik,
281
sehingga dapat memilih dan membuat keputusan dengan lebih tebat. Pendidikan formal terakhir yang dapat diselesaikan oleh responden, pendidikan dikelompokan menjadi tidak tamat SD, SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi. Hasil penelitian Dera Cuci dengan judul Gambaran Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Perawatan Tali Pusat Pada Bayi Baru Lahir Berdasarkan Karakteristik Ibu di RSUD’ 45 Kuningan juga mendapatkan mayoritas memiliki pendidikan SD sebanyak 15 responden (50%). Peneliti berpendapat bahwa pendidikan di Gebang belum dianggap penting karena masih ada anggapan bahwa seorang perempuan tidak perlu mendapatakan pendidikan yang tinggi karena akhirnya hanya akan menjadi ibu rumah tangga dan mengurus anak-anak. Hal ini tidak sesuai dengan program pemerintah wajib belajar 9 Tahun. Gambaran tingkat pengetahuan ibu postpartum tentang perawatan tali pusat berdasarkan usia Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa dari sekian 40 responden sebagian besar memiliki pengetahuan cukup sebanyak 15 responden (88,2%) pada kelompok usia 20-35 Tahun. Menurut (Kamus besar Bahasa Indonesia, 2008) usia adalah lama waktu hidup seseorang atau sejak lahir hingga saat dalam satu tahun. Usia ditentukan dengan hitungan tahun, semakin banyak usia seseorang semakin banyak pula pengalaman yang dimiliki. Hasil penelitian Intan Ayu P.G dengan judul Gambaran Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Perawatan Tali Pusat Pada Bayi Baru Lahir Berdasarkan Karakteristik Ibu di RSUD Indramayu juga mendapatkan mayoritas pengetahuan ibu nifas dikategori baik terdapat pada kelompok usia 20-35 Tahun sebanyak 15 responden (60%). Peneliti berpendapat bahwa usia dapat mempengaruhi pengetahuan ibu postpartum di BPM. L Gebang tentang perawatan tali pusat, karena semakin bertambahnya usia semakin banyak informasi dan pengalaman yang diperoleh. Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Perawatan Tali Pusat Berdasarkan Paritas Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat bahwa ibu postpartum primipara 3 responden (33,3%) berpengetahuan baik, 5 responden (29,4%) berpengetahuan cukup, 6 responden (42,9%) berpengetahuan kurang. Multipara 6 responden (66,7%) berpengetahuan baik, 12 responden (70,6%) berpengetahuan cukup, 8
282
responden
(57,1%)
berpengetahuan
kurang.
Grandemultipara
tidak
ada.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa mayoritas pengetahuan ibu postpartum dikategori baik terdapat pada kelompok multipara 6 responden (66, 7%). Hasil penelitian sesuai dengan teori BKKN (2006) seorang ibu yang sering melahirkan dan mempunyai jumlah anak lebih dari satu, maka ia mempunya pengalaman tentang bagaimana merawat tali pusat pada bayi baru lahir. Penelitian yang sudah dilakukan sebanding dengan hasil penelitian dari Dera Cuci dengan judul Gambaran Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Perawatan Tali Pusat Pada Bayi Baru Lahir Berdasarkan Karakteristik Ibu di RSUD’45 Kuningan juaga mendapatkan mayoritas ibu nifas berdasarkan paritas dikategori baik terdapat pada kelompok multipara sebanyak 2 responden (20%). Peneliti berpendapat bahwa ibu postpartum pada paritas multipara memiliki pengetahuan dengan kategori cukup sebanyak 12 responden (70,6%) karena semakin sering ibu melahirkan maka mempunyai pengaruh terhadap pengetahuan sehingga pengetahuannya semakin bertambah. Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Perawatan Tali Pusat Berdasarkan Pendidikan Berdasarkan tabel 8 dapat diketahui bahwa dari sekian 40 responden sebagian besar berpengetahuan baik sebanyak 6 responden (66,7%) ada pada kelompok pendidikan SD. Menurut Arikunto (2006) pendidikan merupakan suatu faktor
yang
mempengaruhi
perilaku
seseorang
dan
pendidikan
dapat
mendewasakan seseorang serta berprilaku baik, sehinggak dapat memilih dan membuat keputusan dengan lebih tepat. Pendidikan formal terakhir yang diselesaikan oleh responden, pendidikan dikelompokan menjadi tidak tamat SD, SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi. Hasil penelitian Siti Jazilah dengan judul Gambaran Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Perawatan tali Pusat Berdasarkan Karakteristik Ibu di Ruang Perawatan Kebidanan (Nifas) di RSUD Waled Tahun 2013 juga mendapatkan mayoritas pengetahuan ibu nifas tentang perawatan tali pusat berdasarkan pendidikan dikategori baik terdapat pada pendidikan sekolah dasar sebanyak 2 responden (23,5%). Peneliti berpendapat bahwa pendidikan tidak selalu mempengaruhi penngetahuan ibu postpartum tentang perawatan tali pusat karena ada faktor lain yang mempengaruhi pengetahuan ibu antara lain pengetahuan dan pengalaman. Dan juga ada anggapan seorang perempuan tidak
283
harus memiliki pendidikan tinggi, akhirnya juga perempuan ditakdirkan menjadi ibu rumah tangga dan hanya dirumah, didapur, mengurus suami dan anakanaknya. Ibu postpartum berpengetahuan cukup terdapat pada pendidikan SMP karena masih kurang pengetahauannya, dan masih jarang pengetahuan dari internet hanya mengandalkan dari budaya setempat. Dan ibu postpartum yang berpengetahuan kurang terdapat pada pendidikan SMA, karena rata-rata ibu yang berpendidikan SMA baru pertama melahirkan jadi pengalaman dan pengetahuan tentang perawatan tali pusat masih kurang. D. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan di BPM. L Gebang mengenai pengetahuan ibu postpartum tentang perawatan tali pusat yang dilakukan pada tanggal 31 Desember 2014 – 17 Januari 2015 dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Sebagian besar ibu postpartum berusia 20-35 tahun 2. Sebagian besar ibu postpartum adalah multipara 3. Sebagian besar ibu postpartum berpendidikan SD 4. Sebagian besar ibu postpartum berpengetahuan cukup 5. Sebagian besar ibu postpartum berpengetahuan cukup pada usia 20-35 tahun 6. Sebagian besar ibu postpartum berpengetahuan cukup pada multipara 7. Sebagian besar ibu pstpartum berpengetahuan baik pada tingkat sekolah dasar (SD)
Saran Adapun yang menjadi saran dari peneliti yaitu: 1. Bagi BPM Diharapkan dalam ruang tunggu dipasang poster yang menggambarkan tentang perawatan tali pusat, agar dapat diterapkan dengan baik. 2. Bagi bidan Bagi tenaga kesehatan khususnya bidan diharapkan selalu memberikan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) dengan cara mendemokan langsung kepada keluarga mengenai perawatan bayi sehari-hari seperti ketika sedang memandikan bayi tetapi tetap menjaga tali pusat agar tidak
284
terinfeksi, serta mempraktekan cara memakai popok bayi didepan ibu postpartum dan keluarga supaya mengetahui cara memakai popok dengan benar, sehingga dapat diterapkan pada ibu postpartum dengan baik tanpa dipengaruhi usia, paritas dan pendidikan.
3. Bagi peneliti lain Diharapkan hasil penelitian yang lebih jauh sempurna dan dapat melakukan penelitian bukan hanya deskriptif tetapi juga dengan penelitian analitik dengan jumlah sampel yang besar (>40 responden) serta mengambil variabel lebih banyak seperti pekerjaan, status sosial ekonomi, sumber informasi yang tentunya masih ada hubungannya dengan perawatan tali pusat sehingga mendapatkan hasil yang jauh lebih baik dari peneliti sebelumnya
E. DAFTAR PUSTAKA
APN, (2012). Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal. Jakarta:JNPK-KR Arikunto,S.(2006). Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktis. Edisi Revisi VII. Jakarta: Rineke Cipta Anggraini, yeti. (2010). Asuhan Kebidanan masa Nifas. Yogyakarta: Sewon Bantul Ayu.P.G. (2013). Gambaran pengetahuan ibu nifas tentang perawatan tali pusat berdasarkan karakteristik ibu di ruang pertawatan kebidanan (nifas) di RSUD Indramayu tahun 2013 Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon, 2012 Dorlan. (2002). Kamus Saku Kedokteran. Edisi 25. Jakarta:EGC Irawan, (2001). Menumpas penyakit dengan Darah Tali Pusat, Berlian Media Manuaba, (2008). Ilmu Kebidanan, Kandungan dan KB. Jakarta:EGC Notoatmodjo, (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta , (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi Cetakan 1. Jakarta: PT. Rineka Cipta Sodikin, (2009). Buku Saku Perawatan Tali Pusat. Jakarta:EGC Sudarti & Fauziah, (2013). Asuhan kebidanan neonatus dan resiko tinggi dan
285
Kegawatan. Yogyakarta: Nuha Medik Wiknjossastro. (2002). Asuhan Kebidanan. Jakarta:EGC BKKBN. (2000). Usia Reproduksi Sehat, diakses di http://www.todok.com pada tanggal 01 desember 2014
Definisi Usia diakses di http://artikata.com pada tanggal 01 desember 2014 Pengertian
pendidikan
menurut
beberapa
sumber,
diakses
di
diakses
di
http://belajarpsikologi.com pada tanggal 01 desember 2014 Depkes
RI.
(2008).
Panduan
pelayanan
antenatal,
http://www.depkes.go.id pada tanggal 01 desember 2014 Dera Cuci 2014. Gambaran pengetahuan ibu nifas tentang perawatan tali pusat berdasarkan karakteristik ibu di ruang pertawatan kebidanan (nifas) di RSUD’45 Kuningan tahun 2014 Pengertian pengetahuan, diakses di http://pdf.usu.ac.id pada tanggal 02 desember
2014
Hidayat. (2005). Tali pusat pada janin, diakses di http://creasoft.files. wordpress.com pada tanggal 01 desember 2014 Siti zajilah. (2013), Gambaran pengetahuan ibu nifas tentang perawatan tali pusat berdasarkan karakteristik ibu di ruang pertawatan kebidanan (nifas) di RSUD Waled tahun 2013 Sri Mutiara.(2009), Gambaran pengetahuan tentang Perawatan Tali Pusat, Kota Datar Kecamatan hamparak perak Kabupaten Deli serdang SDKI 2012, diakses di www.kesehatan-ibuanak.net pada tanggal 02 Desember 2014
286
Gambaran Pengetahuan Akseptor KB Suntik 3 Bulan Berdasarkan Karakteristik Ibu Di BPM. Hj. Nani Rochayani, SST Kota Cirebon Tahun 2015 Jamilah1, Siti Jamah2, Ayu Ashari3 AkbidMuhammadiyah_Crb@yahoo. Co.id 123 Akbid Muhammadiyah Cirebon
ABSTRAK
KB Suntik merupakan metode kontrasepsi yang diberikan melalui suntikan dan merupakan metode kontrasepsi efektif yaitu metode yang dalam penggunaannya mempunyai efektifitas atau tingkat kelangsungan pemakaian relatif lebih tinggi serta angka kegagalan relatif lebih rendah bila dibandingkan dengan alat kontrasepsi sederhana. Berdasarkan hasil studi pendahuluan mayoritas berpengetahuan kurang sebanyak 5 responden. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan akseptor KB suntik 3 bulan berdasarkan karakteristik ibu di BPM Hj. Nani Rochayani,SST. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriftif dengan pendekatan cross sectional. Data yang diperoleh adalah data primer melalui kuesioner yang diberikan pada akseptor KB suntik yang datang ke BPM Hj. Nani Rochayani, SST dengan teknik accidental sampling. Hasil penelitian ini adalah akseptor KB suntik 3 bulan berdasarkan pendidikan mayoritas berpendidikan SMA sebanyak 12 responden (48%), berdasarkan umur mayoritas berumur 20-35 tahun sebanyak 13 responden (52%), berdasarkan pengetahuan mayoritas berpengetahuan cukup sebanyak 12 responden(48%). Kesimpulan dari penelitian mayoritas akseptor KB suntik 3 bulan berpengetahuan cukup. Saran dari penelitian ini adalah memberikan konseling mengenai KB suntik 3 bulan baik tentang cara kerja, efek samping, keuntungan dan kerugian khususnya pada akseptor KB yang baru sehingga akseptor KB mendapatkan informasi yang berhubungan tentang kontrasepsi. Selain itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah responden yang lebih banyak untuk mengetahui gambaran pengetahuan akseptor KB suntik 3 bulan berdasarkan karakteristik ibu di BPM Hj. Nani Rochayani, SST. Kata kunci : (Pengetahuan,Pendidikan,Umur). Daftar Bacaan : 11 (2002 s.d 2012)
287
A. PENDAHULUAN Jumlah penduduk Indonesia tahun 2025 diperkirakan mencapai 273,7 juta jiwa atau mengalami kenaikan 67,9 juta jiwa dari jumlah penduduk tahun 2000 sebanyak 205,8. Pada tahun 2025 angka harapan hidup penduduk Indonesia juga mengalami peningkatan menjadi 73,7 tahun dari 69 tahun.(Koes Irianto 2012 hal:5). Layanan Keluarga Berencana seyogianya dipandang sebagai layanan kesehatan reproduktif bagi perempuan dalam konteks yang lebih luas. Seluruh tujuan
setiap
program
yang
menangani
masalah
kesehatan
reproduktif
perempuan harus dapat memberikan kontribusi bagi peningkatan kesehatan dan kesejahteraan wanita. Penyediaan ragam metode kontrasepsi yang sesuai bagi perempuan dan pria merupakan bagian integral dari program perawatan kesehatan reproduktif yang menyeluruh. Peningkatan jumlah penduduk di Indonesia dapat menimbulkan masalah baik bagi pemerintah maupun masyarakat karena sangat erat hubungannya dengan kondisi ekonomi dan kualitas sumber daya manusia. Perkembangan penduduk yang terlalu cepat akan menghambat perkembangan ekonomi. Oleh karena itu perbaikan ekonomi tidak dapat dipisahkan dari Program Keluarga Berencana (PKB) (Hanafi Hartanto, 2004). Memasuki awal tahun pertama pembangunan jangka panjang tahap II. Pembangunan Gerakan Keluarga Berencana Nasional ditujukan terutama untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Keluarga sebagai kelompok sumber daya manusia terkecil yang mempunyai ikatan batiniah dan lahiriah. Dimana merupakan pengembangan sasaran dalam mengupayakan terwujudnya visi Keluarga Berencana Nasional yang kini telah diubah visinya menjadi “Keluarga Berkuaklitas tahun 2005” Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan, bertanggung jawab, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Misinya sangat menekankan pentingnya upaya menghormati hak-hak reproduksi, sebagai upaya integral dalam meningkatkan kualitas keluarga. Berbicara tentang kesehatan reproduksi banyak sekali yang harus dikaji (Sarwono, 2003). Salah satu kontrasepsi yang populer di indonesia adalah kontrasepsi suntik. Kontrasepsi suntik yang digunakan adalah Noretisteron Enentat (NETEN), Depo Mesroksi Progesteron Acetat (DMPA) dan cyclofem (Sarwono,2003). Menurut Dr. Sugiri Syarief, MPA bahwa pengguna alat kontrasepsi terjadi
288
kenaikan pemakaian metode kontrasepsi suntik dari tahun1991 sampai dengan 2007 yang lalu. Menurut survey yang dilakukan oleh BKKBN tentang pengguna metode kontrasepsi suntik pada tahun 1991 hanya mencapai 11,7% namun pada tahun 1994 menjadi 15,2% pada tahun 1997 mencapai 21,1% pada tahun 2003 mencapai 27,8% dan pada tahun 2007 mencapai 31,6% karena menurut survei dilapangan ibu-ibu sebagai akseptor KB lebih memilih KB suntik (BKKBN, 2008). .وَﻟْﯿَﺨْﺶَ اﻟﱠﺬِﯾْﻦَ ﻟَﻮْﺗَﺮَﻛُﻮْا ﻣِﻦْ ﺧَﻠْﻔِﮭِﻢْ ذُرﱢﯾﱠﺔً ﺿِﻌَﺎﻓًﺎ ﺧَﺎﻓُﻮا ﻋَﻠَﯿْﮭِﻢْ ﻓَﻠْﯿَﺘﱠﻘُﻮا اﷲَ وَﻟْﯿَﻘُﻮﻟُﻮْا ﻗَﻮْﻻً ﺳَﺪِﯾْﺪًا Artinya : Dan hendaklah takut ( kepada Allah ) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah dibelakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejateraan) nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar. (An-Nisa/4:9).
Surat an-Nisa’ ayat 9 ini menerangkan bahwa kelemahan ekonomi, kurang stabilnya kondisi kesehatan fisik dan kelemahan intelegensi anak, akibat kekurangan makanan yang bergizi, merupakan tanggung jawab kedua orang tuanya, maka disinilah hukum Islam memberikan solusi dan kemurahan untuk dilaksanakannya KB, yang mana untuk membantu orang-orang yang tidak menyanggupi hal-hal tersebut, agar tidak berdosa dikemudian hari, yakni apabila orang tua itu meninggalkan keturunannya, atau menelantarkannya, akibat desakan-desakan
yang
menimbulkan
kekhawatiran
mereka
terhadap
kesejahteraannya. Oleh karena itu, bagi orang-orang yang beriman hendaklah bertakwa kepada Allah dan selalu berlindung dari hal-hal yang dimurkai di sisi Allah Kita hendaknya takut apabila meninggalkan keturunan yang lemah dan tak memiliki apa-apa, sehingga mereka tak bisa memenuhi kebutuhan mereka sendiri terlunta-lunta. Menurut WHO (Expert Committe 1970), KB adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kehamilan dalam hubungan dengan suami istri, dan mementukan jumlah anak dalam keluarga. KB Suntik merupakan metode kontrasepsi yang diberikan melalui suntikan dan merupakan metode kontrasepsi efektif yaitu metode yang dalam
289
penggunaannya mempunyai efektifitas atau tingkat kelangsungan pemakaian relatif lebih tinggi serta angka kegagalan relatif lebih rendah bila dibandingkan dengan alat kontrasepsi sederhana (suparyanto,2010). Keluarga berencana suntik merupakan metode kontrasepsi yang diberikan melalui suntikan. Metode suntik telah menjadi bagian gerakan KB nasional serta peminatnya makin bertambah. Tingginya peminat suntikan oleh karena aman, sederhana, efektif, tidak menimbulkan gangguan dan dapat dipakai pasca persalinan (Manuaba,2002). Keluarga berencana suntik merupakan metode kontrasepsi efek metode kontrasepsi efektif yaitu metode yang dalam penggunaannya mempunyai efektifitas atau tingkat kelangsungan pemakaian relatif lebih tinggi serta angka kegagalan relatif rendah bila dibandingkan dengan alat kontrasepsi sederhana (BKKBN, 2002). Berdasarkan hasil studi pendahuluan di BPM Hj. Nani Rochayani, SST dari tanggal 28 s.d 30 November tahun 2014 dengan menggunakan kuesioner kepada 10 akseptor KB suntik 3 bulan tentang pengetahuan, terdapat 2 akseptor yang berpengetahuan baik, 3 orang berpengetahuan cukup, dan 5 orang berpengetahuan kurang. Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Gambaran pengetahuan akseptor KB tentang KB suntik 3 bulan berdasarkan karakteristik ibu di BPM Hj. Nani Rochayani, SST tahun 2015.
B. METODE PENELITIAN Penelitin ini merupakan jenis penelitian deskriftif yaitu suatu penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang terjadi di dalam masyarakat. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika
korelasi
antara
faktor-faktorbrisiko
dengan
efek,
dengan
cara
pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach) dengan tujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan akseptor KB suntik tentang KB suntik 3 bulan berdasarkan karakteristik ibu di wilayah BPM Hj.Nani Rochayani, STT Periode Desember 2014 s.d Januari 2015. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 24 November 2014 s.d 10 Januari 2015 di wilayah kerja BPM Hj.Nani Rochayani, SST Pegambiran Kota Cirebon. Populasi yang ditentukan dalam penelitian ini adalah seluruh akseptor KB suntik di BPM Hj. Nani Rochayani, SST kota cirebon pada bulan Desember 2014 s.d
290
Januari 2015. Dalam penelitian ini pengambilan sampel secara accidental sampling. Accidental Sampling adalah metode pengambilan sampel dengan memilih siapa yang kebetulan ada atau dijumpai. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah akseptor KB suntik 3 bulan yang datang ke BPM H. Nani Rochayani, SST pegambiran kota Cirebon pada tanggal 29 Desember 2014 s.d 10 Januari 2015. Jumlah sampel 25 responden. Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah menggunakan kuesioner penelitian Yupaeda (2011) yang dalam pernyataan wawancara dengan jawaban alternatif benar atau salah,jika responden menjawab benar mendapat nilai 1, jika responden menjawab salah maka mendapat nilai 0. Kuesioner yang diuji validitas dengan jumlah 30 pernyataan, yang dilakukan uji validitas di BPM Hj. Oom Jamiatu R, SST.,M.Kes. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat yang bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Analisis unvariat menggunakan distribusi frekuensi setiap kelas diubah dalam bentuk %.
C. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian ini didapatkan data berupa distribusi frekuensi mengenai pendidikan dan umur pada akseptor KB suntik 3 bulan. Hasil penelitian ini akan disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi sebagai berikut: 1. Distribusi frekuensi berdasarkan pengetahuan. Tabel 2 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Akseptor KB Suntik 3 Bulan Di Bpm Hj. Nani Rochayani, SST Pada Bulan Januari Tahun 2015 Pengetahuan Frekuensi Persentase(%) Baik Cukup Kurang Jumlah
3 12 10 25
12 48 40 100
Berdasarkan Tabel 2 diatas, didapatkan hasil dari 25 sampel akseptor KB suntik 3 bulan mayoritas dengan pengetahuan orang (48%).
cukup sebanyak 12
291
2. Distribusi frekuensi berdasarkan pendidikan Tabel 3 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Akseptor KB Suntik 3 Bulan Di BPM Hj. Nani Rochayani, SST Pada Bulan Januari Tahun 2015 Pedidikan Frekuensi Persentase(%) SD SMP SMA Perguruan Tinggi Jumlah
5 7 12 1 25
20 28 48 4 100
Berdasarkan tabel 3 diatas, didapatkan hasil dari 25 akseptor KB suntik 3 bulan mayoritas dengan tingkat pendidikan SMA sebanyak 12 orang (48%). 3. Distribusi frekuensi berdasarkan umur Tabel 4 Distribusi Frekuensi Umur Akseptor KB Suntik 3 Bulan Di BPM Hj. Nani Rochayani SST Pada Bulan Januari 2015 Umur
Frekuensi
Perentase(%)
> 20 tahun
2
8
20 tahun – 35 tahun
13
52
>35 tahun
10
40
Jumlah
25
100
Berdasarkan Tabel 3 diatas, didapatkan hasil dari 25 sampel akseptor KB suntik 3 bulan mayoritas dengan umur 20 tahun – 35 tahun sebanyak 13 orang (52%). 4. Gambaran Pengetahuan berdasarkan pendidikan Tabel.6 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Akseptor KB Suntik 3 Bulan Berdasarkan Pendidikan Di BPM Hj. Nani Rochayani, SST Pada Bulan Januri 2015 Pengetahuan
Baik
Cukup
Kurang
Jumlah
pendidikan
F
%
F
%
F
%
F
%
SD
0
0
1
20
4
80
5
100
292
SMP
0
0
4
57,15
3
43,85
7
100
SMA PT
1 1
8,33 100
7 0
58,33 0
4 0
33,34 0
12 1
100 100
Berdasarkan tabel 5 diatas didapatkan bahwa gambaran pengetahuan dengan pendidikan
ibu
akseptor
KB
suntik
3
bulan
mayoritas tingkat
SMA
berpengetahuan cukup sebanyak 7 responden. 5. Gambaran Pengetahuan Berdasarkan Umur Tabel. 7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Akseptor KB Suntik 3 Bulan Berdasarkan Umur Di BPM Hj. Nani Rchayani, SST Tahun 2015 Pengetahuan
Baik
Cukup
Kurang
Jumlah
F
%
F
%
F
%
F
%
<20 tahun
0
0
1
50
1
50
2
100
20-35 tahun
2
15,38
4
30,76
7
53,84
13
100
>35 tahun
1
8,33
7
58,33
4
33,34
12
100
Umur
Berdasarkan tabel 7 diatas didapatkan gambaran antara pengetahuan dengan umur ibu akseptor KB suntik 3 bulan mayoritas berumur 20-35 tahun berpengetahuan kurang sebanyak 7 responden.
Gambaran Tingkat pendidikan akseptor KB suntik 3 bulan Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukan bahwa jumlah akseptor KB suntik 3 bulan berdasarkan karakteristik ibu di BPM Hj. Nani Rochayani, SST mayoritas dengan tingkat pendidikan SMA. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh
Susilawati
di
BPM
Hj.Ilah
Sursilah,S.si.T,M.Kes
bahwa
penelitiannya itu sebagian besar akseptor KB suntik berpendidikan SMA sebanyak 23 responden (60,53%). Menurut Notoatmodjo (2005) mengatakan bahwa Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan belajar di lingkungan sekolah dan berlangsung seumur hidup. Hal ini sesuai dengan teori Notoatmodjo bahwa pendidikan tidak hanya dengan melalui proses belajar saja, melainkan dengan berbagai informasi yang didapatkan dari
293
orang lain maupun dari media elektronik atau media cetak. Tingkat umur aksetor KB suntik 3 bulan Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa jumlah akseptor KB suntik 3 bulan mayoritas berusia 20–35 tahun sebanyak 14 responden. Hal ini sesuai dengan
penelitian
yang
dilakukan
oleh
Susilawati
di
BPM
Hj.Ilah
Sursilah,S.s.iT,M.KeS yang menyatakan bahwa penelitiannya itu sebagian besar akseptor KB suntik 3 bulan berumur 20-35 tahun sebanyak 23 responden (60,52%). Menurut Hanafi usia 20-35 tahun adalah masa mengatur kesuburan (menjarangkan kehamilan). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa akseptor KB suntik 3 bulan mayoritas berusia 20-35 tahun. Peneliti berpendapat bahwa hal ini menunjukkan kesadaran masyarakat sudah baik karena umur tersebut merupakanusia reproduksi sehat sehingga responden sudah bisa mengatur jarak kehamilan dan menunda kehamilannya. Gambaran Tingkat pengetahuan akseptor KB suntik 3 bulan Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah akseptor KB suntik 3 bulan berpengetahuan cukup sebanyak 12 orang (48%). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Susilawati di BPM Hj. Ilah Sursilah,S.s.iT,M.Kes yang menyatakan bahwaa penelitiannya itu sebagian besar akseptor KB suntik tingkat
pengetahuannya
cukup
sebanyak
22
responden(57,89%).
Pengetahuan menurut Notoatmodjo (2012) pengetahuan
Teori
mempunyai sasaran
yang tertentu, mempunyai metode atau pendekatan yang mengkaji objek tersebut sehingga memperoleh hasil yang dapat disusun secara sistematis dan diakui secara universal. Hal ini sesuai karena kemungkinan masyarakat kurang memahami pada saat tenaga kesehatan menjelaskan tentang pengetahuan KB. Peneliti berpendapat bahwa pengetahuan seseorang bisa dilihat dari bagaimana seseorang merespon terhadap pengaruh lingkungan salah satu diantaranya bisa terjadi karen akses penyampaian informasi dari tenaga kesehatan kurang di mengerti akseptor sehingga informasi tidak tersampaikan dengan baik.
294
D. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada bulan Desember 2014 – Januari 2015 tentang “Gambaran pengetahuan akseptor KB suntik 3 bulan berdasarkan karakteristik ibu di BPM Hj. Nani Rochayani, SST tahun 2015” dapat disimpulkan bahwa : 1. Berdasarkan pengetahuan, mayoritas akseptor KB suntik 3 bulan berpengetahuan kurang. 2. Berdasarkan tingkat pendidikan, mayoritas akseptor KB suntik 3 bulan berpendidikan SMA. 3. Berdasarkan umur, mayoritas akseptor KB suntik 3 bulan berusia 20 tahun – 35 tahun. 4. Berdasarkan jumlah akseptor berdasarkan karakteristik ibu sebanyak 25 responden. 5. Gambaran
berdasarkan
pendidikan
mayoritas
berpendidikan
SMA
sebanyak 12 responden. 6. Gambaran berdasarkan umur mayoritas berumur 20-35 tahun sebanyak 13 responden. Saran 1. Bagi Tenaga Kesehatan Diharapkan bagi Bidan memberikan konseling kepada akseptor dan calon akseptor tentang pengetahuan KB suntik secara jelas agar akseptor mengetahui tentang kegunaan KB suntik,kelebihan dan kekurangan KB suntik. 2. Bagi Peneliti Lain Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan pembanding penelitian selanjutnya dengan mengambil sampel, variabel dan metode yang berbeda.
295
E. DAFTAR PUSTAKA BKKBN. (2008). informasi pengguna metode kontrasepsi suntik 2008. Jakarta : BKKBN. 2002. Efektifitas keluarga berencana 2002. Jakarta : 2002 Hartanto, Hanafi. (2004). Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan. Irianto, Koes (2012). Keluarga Berencana untuk paramedis & nonmedis. Bandung : Margahayu Permai. Manuaba, I.B.G, 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB. EGC. Jakarta. Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta: 79. . (2012). metodologi penelitian kesehatana. Jakarta : Rineka cipta. . (2003). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Sarwono. (2003). Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2009. Lubis, Pagut(2008). Kamus besar indonesia pusat bahasa. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Varney (2007. 481). Asuhan Kebidanan keempat. Jakarta. Wiknjosastro (2007). Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta : yayasan bina pustaka Sarwono Prawirohardjo. Kamus Besar Bahasa Inonesia. (2002). Pengertian Pendidikan. Sugiyono (1997 : 57). pengertian populasi menurut para ahli. Di ambil 18 Desember 2014 dari http://konawe-online.blogspot.com/2012/07/definisipopulasi-dan-sampel menurut.html# WHO (1970). Pengertian Keluarga Berencana di ambil dari http://infoseputarilmukebidanan-zury.blogspot.com/p/keluarga berencana.html.
296
Hubungan Antara Usia dan Paritas Ibu Dengan Kejadian Kista Ovarium di RSUD ‘45 Kuningan Periode 01 Januari – 30 November Tahun 2014 Dwi Fajriyah Handayani1, Tonasih2, Eka Ratnasari3 AkbidMuhammadiyah_Crb@yahoo. Co.id 123 Akbid Muhammadiyah Cirebon
ABSTRAK Kista atau tumor merupakan bentuk gangguan pertumbuhan sel-sel otot polos pada ovarium yang jinak dan banyak menyerang wanita pada usia reproduktif.Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia angka kejadian kista ovarium di Indonesia mencapai 37,2%, dan paling sering terdapat pada wanita berusia antara 20-50 tahun. Sedangkan hasil studi pendahuluan pada tanggal 24 s.d. 29 November 2014 sebanyak 25 orang wanita mengalami kasus ginekologi dan 28% diantaranya mengalami kasus kista ovarium. Penelitian ini bertujuan ingin mengetahui hubungan antara usia dan paritas dengan kejadian kista ovarium yang dilaksanakan pada tanggal 29 Desember 2014 s.d. 03 Januari 2015 di RSUD ’45 Kuningan. Penelitian ini menggunakan metode analitik dengan desain Cross Sectional. Sampel yang digunakan adalah total sampling yaitu jumlah seluruh wanita yang dirawat dengan kasus ginekologi di RSUD ’45 Kuningan. Pengumpulan data menggunakan data sekunder yang diambil dari buku laporan tahunan dan rekam medis pasien periode 01 Januari s.d. 30 November 2014. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat dengan menggunakan metode uji statistik Chi Square. Hasil penelitian didapatkan bahwa mayoritas kasus ginekologi terbanyak adalah kista ovarium yaitu 51.35%, mayoritas ibu dengan usia reproduksi yaitu 52.2%, mayoritas ibu derngan paritas multipara yaitu 38.7%, berdasarkan hasil uji Chi Square usia ibu yang dirawat dengan kasus kista ovarium didapatkan P value = 0.00, α = 0.05 sehingga P value ≤ α artinya Ha diterima. Paritas ibu yang dirawat dengan kasus kista ovarium didapatkan P value = 0.00, α = 0.05 sehingga P value ≤ α artinya Ha diterima. Kesimpulannya bahwa ada hubungan antara usia dan paritas ibu dengan kejadian kista ovarium, sehingga diharapkan bagi wanita agar lebih memperhatikan kesehatan reproduksinya dan rumah sakit sebagai sarana kesehatan bagi masyarakat dapat meningkatkan kualitas dalam pelayanan terutama pemberian informasi tentang kista ovarium kepada keluarga dan masyarakat sehingga dapat meminimalisir kejadian kista ovarium Kata Kunci : (Usia, Paritas, KistaOvarium) Daftar Bacaan : 20 (2000-2010)
297
A. PENDAHULUAN Kista ovarium merupakan salah satu bentuk penyakit repoduksi yang banyak menyerang wanita. Kista atau tumor merupakan bentuk gangguan yang bisa dikatakan adanya pertumbuhan sel-sel otot polos pada ovarium yang jinak. Walaupun demikian tidak menutup kemungkinan untuk menjadi tumor ganas atau kanker. Tingginya angka kematian karena penyakit ini sering tanpa gejala dan tanpa menimbulkan keluhan, sehingga tidak diketahui dimana sekitar 60%- 70% penderita datang pada stadium lanjut. Perjalanan penyakit ini sering disebut sillent killer atau secara diam-diam menyebabkan banyak wanita yang tidak menyadari bahwa dirinya sudah terserang kista ovarium dan hanya mengetahui pada saat kista sudah dapat teraba dari luar atau membesar. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia / World Health Organization (WHO), Setiap tahun jumlah penderita kanker bertambah mencapai 6.250.000 jiwa. Dan dalam 10 tahun mendatang, diperkirakan akan ada 9.000.000 jiwa meninggal setiap tahun akibat kanker. ovarium itu sendiri memiliki risiko yaitu mengalami degenerasi
Kista
keganasan menjadi
kanker, disamping itu bisa mengalami torsi atau terpuntir sehingga menimbulkan nyeri akut, perdarahan atau infeksi bahkan sampai kematian. Oleh karena itu kista ovarium merupakan masalah penting yang menyangkut kualitas kesehatan reproduksi wanita (Wiknjosastro, 2007). Tingginya angka kematian karena penyakit ini dikarenakan
tanpa adanya gejala dan tanpa menimbulkan keluhan, sehingga sulitnya mendeteksi penyakit ini menyebabkan 60% – 70% pasien datang pada stadium lanjut. Insiden kista ovarium yaitu 7% dari populasi wanita dan 85% bersifat jinak (Standar Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi, 2006). Lebih dari 80% kematian akibat tumor ovarium terjadi antara umur 35-75 tahun. Karena tumor ini sulit didiagnosis dan diobati dini, kelangsungan hidup hanya sebesar 35%-38% (Benson, 2009 hal. 591). Berdasarkan Firman Allah SWT yang berkaitan dengan kematian yaitu :
َوَﻟِﻜُﻞﱢ أُﻣﱠﺔٍ أَﺟَﻞٌ ﻓَﺈِذَا ﺟَﺎءَ أَﺟَﻠُﮭُﻢْ ﻟَﺎ ﯾَﺴْﺘَﺄْﺧِﺮُونَ ﺳَﺎﻋَﺔً وَﻟَﺎ ﯾَﺴْﺘَﻘْﺪِﻣُﻮن “Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu, maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya.” (QS. Al A’raf: 34) Tidak ada seorang pun yang dapat mengelakkan ataupun menolak datangnya suatu penyakit termasuk kista ovarium karena semua itu merupakan takdir Allah SWT. Kita sebagai manusia hanya bisa berusaha mencegah dengan cara deteksi
298
dini dan mengobati penyakit tersebut. Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia angka kejadian kista ovarium di Indonesia mencapai 37,2%, dan paling sering terdapat pada wanita berusia antara 20-50 tahun, dan jarang sekali pada masa pubertas (Hanifa W, 2005).
Studi
epidemologi
menyatakan
beberapa
faktor
resiko
nullipara,
melahirkan pertama kali pada usia di atas 35 tahun dan wanita yang mempunyai keluarga dengan riwayat kehamilan pertama terjadi pada usia di bawah 25 tahun. Penggunaan pil kontrasepsi dan menyusui akan menurunkan kanker ovarium sebanyak 30–60% (Dharmais, 2007). Data Kemenkes menyebutkan, sekitar 6% atau 13,2 juta jiwa penduduk Indonesia menderita tumor. Sementara itu di provinsi Jawa Barat tahun 2011 data kejadian kista ovarium mencapai 5,47% . (Oemiati, 2011) Data yang diperoleh dari buku Laporan Tahunan di RSUD ‘45 Kuningan Tahun 2012 kejadian kista ovarium sebanyak 80 (60,15%) kasus dari total jumlah kasus ginekologi sebanyak 133 kasus dan pada tahun 2013 jumlah kasus ginekologi turun menjadi 107 kasus diantaranya adalah kejadian kista ovarium sebanyak 45 kasus (42,05%). Menurut hasil penelitian Afiah (2012) dengan judul hubungan antara usia dan paritas dengan kejadian kista ovarium di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2012. Hasil penelitian dari total populasi yang digunakan berjumlah 174 orang. Data univariat diperoleh ibu dengan umur berisiko sebanyak 119 orang (68,39%) uji chi square dengan SPSS P value 0,000 (P < 0,05), data distribusi frekuensi kejadian kista ovarium berdasarkan paritas sebanyak 110 orang (63,21 %) uji chi square dengan SPSS p value 0, 033 (P < 0,05), hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara usia dan paritas dengan kejadian kista ovarium di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2012. Hasil penelitian Santy (2012) dengan judul penelitian hubungan umur dan paritas ibu dengan kista ovarium di RSUD Dr. Hi. Abdul Moeloek Kota Bandar Lampung tahun 2012. Di dapatkan hasil dengan populasi dalam penelitian adalah semua ibu yang mengalami gangguan kesehatan reproduksi sebanyak 2906 orang di Ruang Poli Kebidanan RSUD Dr. Hi. Abdul Moeloek Kota Bandar Lampung pada tahun 2012 dengan sampel sebanyak 352 orang. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan ada hubungan umur ibu (P value = 0,002) dan paritas (P value 0,027) dengan kista ovarium di RSUD dr. H. Abdul Moeloek Lampung
299
Tahun 2012. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan antara usia dan paritas ibu dengan kejadian kista ovarium Ovarium kista adalah ovarium yang mengandung kista folikular kecil yang multiple yang terisi dengan cairan serosa encer, berwarna kuning atau terwarnai oleh darah (Kamus Kedokteran Dorland hal. 812). Kista ovarium merupakan suatu pengumpulan cairan yang terjadi pada indung telur atau ovarium. Cairan yang terkumpul ini dibungkus oleh semacam selaput yang terbentuk dari lapisan terluar dari ovarium (Agusfarly, 2008). Setiap penyakit merupakan ujian dari Allah SWT kepada umat manusia, diantara berbagai macam penyakit pastilah terdapat obat untuk penyembuhannya, menurut hadist Nabi Muhammad SAW bersabda:
ﻣَﺎ أَﻧْﺰَلَ اﷲُ دَاءً إِﻟﱠﺎ أَﻧْﺰَلَ ﻟَﮫُ ﺷَﻔَﺎء “Tidaklah Allah menurunkan sebuah penyakit melainkan menurunkan pula obatnya.”(HR. Bukhari dan Muslim) Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilaksanakan oleh peneliti dengan melihat data rekam medis di ruang nifas RSUD ‘45 Kuningan pada tanggal 24-29 November 2014 kejadian kista ovarium di RSUD ‘45 Kuningan sebanyak 7 orang (28%) dari total ibu yang dirawat dengan kasus ginekologi sebanyak 25 orang. Adapun dari 7 orang yang menderita kista sebanyak 1 orang berusia 0-12 tahun (14,30%), 3 orang berusia 21-40 tahun (42,85%), dan sebanyak 3 orang yang berusia 41-55 tahun (42,85%). Untuk paritas sebanyak 3 orang nullipara (42,86%), primipara 2 orang (28,87%) dan multipara 2 orang (28,87%). Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan antara Usia dan Paritas Ibu dengan Kejadian Kista Ovarium di RSUD ‘45 Kuningan Periode 01 Januari s.d. 30 November Tahun 2014”.
B. METODE PENELITIAN Desain penelitian yang digunakan peneliti adalah metode analitik dengan desain cross sectional, yaitu suatu metode dimana variabel independen dan variabel dependen
diambil sekaligus pada satu saat (point time approach).
Penelitian ini telah dilaksanakan di RSUD ‘45 Kuningan Jl. Jendral Sudirman No. 68 Kabupaten Kuningan. Adapun waktu penelitian telah dilaksanakan pada bulan Desember 2014 s.d. Januari 2015. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
300
ibu yang dirawat dan terdokumentasi dalam buku laporan tahunan di ruang nifas RSUD ‘45 Kuningan Periode 01 Januari s.d 30 November Tahun 2014. Adapun sampel yang menjadi objek penelitian ini adalah semua ibu yang dirawat dengan kasus ginekologi yang terdokumentasi dalam buku laporan tahunan di ruang nifas RSUD ‘45 Kuningan Periode 01 Januari s.d. 30 November Tahun 2014. Teknik pengambilan sampelnya adalah total sampling. Adapun sempel dalam penelitian ini sebanyak 186 orang ibu yang dirawat dengan kasus ginekologi di ruang nifas RSUD ’45 Kuningan.
Alat ukur atau instrumen pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah lembar checklist sedangkan data yang digunakan adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh dari buku laporan tahunan RSUD ‘45 Kuningan Tahun 2014. Pertama peneliti meminta surat pengantar untuk mengambil data ke rekam medik melalui Diklat RSUD ‘45 Kuningan. Setelah itu peneliti meminta izin untuk mengambil data ke Ruang Nifas RSUD ‘45 Kuningan untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan melalui laporan tahunan RSUD ‘45 Kuningan, lalu peneliti akan mengklasifikasikan data yang diperoleh berdasarkan karakteristik yang digunakan oleh peneliti, selanjutnya peneliti akan memasukkan kedalam lembar check list dan melakukan pengecekkan ulang. Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder yang sesuai dengan variabel penelitian. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari data yang dikumpulkan dari buku laporan tahunan. Data sekunder yang dikumpulkan dari buku laporan tahunan adalah data ibu yang mengalami kasus ginekologi di RSUD ‘45 Kuningan Periode 01 Januari s.d 30 November Tahun 2014. Analisis data yang digunakan menggunakan cara analisis univariat dan analisis bivariat, diolah secara komputerisasi dengan menggunakan program SPSS versi 16.0. Analisis univariat dilakukan untuk melihat gambaran setiap variabel dari hasil penelitian. Analisis univariat ini menggunakan distribusi frekuensi relatif, dimana frekuensi ini tiap kelas diubah dalam bentuk persen (%). Apabila telah dilakukan analisis univariat, hasilnya akan diketahui karakteristik atau distribusi setiap variabel, dan dapat dilanjutkan analisis bivariat (Notoatmodjo, 2010 hal. 183). Analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi. Uji statistik yang digunakan adalah Chi Square untuk melihat hubungan antara dua variabel yaitu variabel independen dengan variabel dependen yang keduanya berbentuk katagorik. Untuk melihat hasil kemaknaan
301
perhitungan statistik digunakan batas kemaknaan α 0,05. Sehingga apabila p value ≤ α 0,05, berarti perhitungan bermakna, tetapi apabila p value ≥ α 0,05 berarti perhitungan tidak bermakna. C. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil penelitian dengan cara melihat data hasil dari buku tahunan dan rekam medis pasien periode 1 Januari s.d. 30 November 2014 mengenai hubungan antara usia dan paritas dengan kejadian kista ovarium didapatkan 186 ibu yang dirawat dengan kasus ginekologi, dengan hasil sebagai berikut : 1. Gambaran Kejadian Kasus Ginekologi di Ruang Nifas RSUD ‘45 Kuningan Tabel 3 Distribusi Frekuensi Kasus Ginekologi Di Ruang Nifas RSUD ‘45 Kuningan Periode 01 Januari s.d. 30 November Tahun 2014 Kasus Ginekologi
Frekuensi
Persentase (%)
Ca. Endometrium
3
1.61
Ca. Ovarium
1
0.54
Ca. Serviks
19
10.22
Hernia Imaginalis
1
0.54
Himen Inperporata
1
0.54
Hiperplasia Endometrium
2
1.08
Kista Bartholini
3
1.61
Kista Endometrium
1
0.54
Kista Ovarium
96
51.61
Kondiloma Akuminata
2
1.08
Menometroraghia
9
4.84
Mioma Uteri
43
23.12
Polip Endometrium
1
0.54
Polip Serviks
1
0.54
Prolaps Uteri
1
0.54
Synechia Himen
1
0.54
Synechia Vulva
1
0.54
186
100
Jumlah
302
Berdasarkan tabel 3 diatas dapat diketahui bahwa mayoritas kasus ginekologi terbanyak di ruang nifas RSUD ‘45 Kuningan adalah kista ovarium sebanyak 96 kasus (51.6%).
2. Gambaran Usia Ibu yang Dirawat dengan Kasus Ginekologi di Ruang Nifas RSUD ‘45 Kuningan Tabel 4 Distribusi Frekuensi Ibu Berdasarkan Usia Di Ruang Nifas RSUD ‘45 Kuningan Periode 01 Januari s.d. 30 November Tahun 2014 Usia (Tahun) Frekuensi Persentase (%) 0-12
5
2.7
13-20
5
2.7
21-40
97
52.2
41-55
71
38.2
>55
8
4.2
Jumlah
186
100
Berdasarkan tabel 4 diatas dapat diketahui bahwa dari 186 responden mayoritas usia ibu dengan kasus ginekologi adalah usia reproduksi (21-40 tahun) sebanyak 97 orang (52.2%).
3. Gambaran Paritas Ibu yang Dirawat dengan Kasus Ginekologi di Ruang Nifas RSUD ‘45 Kuningan Tabel 5 Distribusi Frekuensi Ibu Berdasarkan Paritas Di Ruang Nifas RSUD ‘45 Kuningan Periode 01 Januari s.d. 30 November Tahun 2014 Persentase Paritas Frekuensi (%) Nullipara
52
28.0
Primipara
48
25.8
Multipara
72
38.7
Grandemultipara
14
7.5
Jumlah
186
100
303
Berdasarkan tabel 5 diatas dapat diketahui bahwa dari 186 responden mayoritas paritas ibu dengan kasus ginekologi adalah multipara sebanyak 72 orang (38.7%).
B. Analisis Bivariat Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai Hubungan Antara Usia dan Paritas Ibu dengan Kejadian Kista Ovarium di RSUD ‘45 Kuningan Periode 01 Januari s.d. 30 November Tahun 2014 yang telah diolah dengan menggunakan software SPSS Versi 16 didapatkan hasil hubungan antar variabel sebagai berikut : 1. Hubungan Antara Usia Ibu Dengan Kejadian Kista Ovarium di RSUD ‘45 Kuningan Periode 01 Januari s.d. 30 November Tahun 2014 Tabel 6 Distribusi Frekuensi Hubungan antara Usia Ibu Dengan Kejadian Kista Ovarium di RSUD ‘45 Kuningan Periode 01 Januari s.d. 30 November Tahun 2014 Kista Ovarium Ya Tidak Total P value Usia
f
%
f
%
f
%
0-12 tahun
2
40.0
3
60.0
5
100
13-20 tahun
3
60.0
2
40.0
5
100
21-40 tahun
66
68.0
31
32.0
97
100
41-55 tahun
25
35.2
46
64.8
71
100
>55 tahun
0
0.0
8
100
8
100
Jumlah
96
90
0.00
186
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi-Square menggunakan program SPSS versi 16 diperoleh ρ value yaitu 0.00 sedangkan α = 0.05, karena nilai ρ value ≤ α maka keputusannya Ha diterima yang berarti ada hubungan antara usia dengan kejadian kista ovarium di RSUD ‘45 Kuningan Tahun 2014.
304
2. Hubungan Antara Paritas Ibu Dengan Kejadian Kista Ovarium di RSUD ‘45 Kuningan Periode 01 Januari s.d. 30 November Tahun 2014 Tabel 7 Distribusi Hubungan antara Paritas Ibu Dengan Kejadian Kista Ovarium di RSUD ‘45 Kuningan Periode 01 Januari s.d. 30 November Tahun 2014 Kista Ovarium Ya Tidak Total P Value Paritas
f
Nullipara
38
Primipara
35
Multipara
20
Grandemultipara
3
Jumlah
%
73. 1 72. 9 27. 8 21. 4 96
f
%
f
%
14
26.9
52
100
13
27.1
48
100
52
72.2
72
100
11
78.6
14
100
90
0.00
186
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi-Square menggunakan program SPSS versi 16 diperoleh ρ value yaitu 0.00 sedangkan α = 0.05, karena nilai ρ value ≤ α maka keputusannya Ha diterima yang berarti ada hubungan antara paritas dengan kejadian kista ovarium di RSUD ‘45 Kuningan Tahun 2014.
Pembahasan Gambaran Kejadian Kasus Ginekologi di Ruang Nifas RSUD ‘45 Kuningan Kesehatan reproduksi adalah keadaan kesejahteraan fisik, mental, sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan, proses reproduksi (Hanifa, 2005). Kesehatan reproduksi menjadi cukup serius sepanjang hidup, terutama bagi perempuan, selain karena rawan terpapar penyakit, juga berhubungan dengan kehidupan sosialnya, misalnya kurangnya pendidikan yang cukup, kawin
305
muda, kematian ibu, masalah kesehatan reproduksi perempuan, masalah kesehatan kerja, menopause, dan masalah gizi (Manuaba, 2008). Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa dari 186 responden yang mengalami kasus ginekologi mayoritas kasus ginekologi terbanyak adalah kista ovarium sebanyak 96 kasus (51.6%). Masalah kesehatan reproduksi wanita sudah menjadi agenda internasional. Salah satu masalah kesehatan reproduksi wanita yaitu adanya penyakit kewanitaan atau ginekologi. Menurut hasil statistik terdapat 50,95% wanita yang mempunyai penyakit ginekologi dan diantaranya 87,5% wanita yang sudah menikah. Ditambah lagi banyak wanita diserang tumor rahim (Stoppard, 2010). Dari data tersebut peneliti berpendapat bahwa kasus kista ovarium merupakan kasus terbanyak dari semua jenis kasus ginekologi yang ditemukan di ruang nifas RSUD ‘45 Kuningan.
Gambaran Usia Ibu yang Dirawat dengan Kasus Ginekologi di Ruang Nifas RSUD ‘45 Kuningan Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa dari 186 responden mayoritas usia ibu dengan kasus ginekologi adalah usia reproduksi (21-40 tahun) sebanyak 97 orang (52.2%). Hal ini sesuai dengan beberapa ahli yang mengungkapkan bahwa usia reproduksi sering dihubungkan dengan masa subur. Dimana panca indera berperan baik, menstruasi dengan ovulasi, tanda seks sekunder matang dan siap untuk berfungsi, namun pada masa ini paling sering terjadi masalah-masalah kesehatan terutama yang berhubungan dengan alat kandungan, dikarenakan pada usia ini merupakan usia produktif wanita dalam menapak karier yang penuh kesibukan diluar rumah, sehingga masalah-masalah kesehatan kerap timbul dan wanita mengabaikannya (Manuaba, 2005). Sama halnya yang terjadi di RSUD ’45 Kuningan bahwa wanita yang mengalami kasus ginekologi berada pada usia reproduksi (21-40 tahun).
Gambaran Paritas Ibu yang Dirawat dengan Kasus Ginekologi di Ruang Nifas RSUD ‘45 Kuningan Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa dari 186 responden mayoritas paritas ibu dengan kasus ginekologi adalah multipara sebanyak 72 orang (38.7%).
306
Dari berbagai literatur yang ada, seorang perempuan jarak persalinan yang terlalu dekat dan sering melahirkan (banyak anak) termasuk golongan risiko tinggi untuk terkena gangguan reproduksi Dengan seringnya seorang ibu melahirkan, maka akan berdampak pada seringnya terjadi perlukaan di organ reproduksinya (Hacker, 2010). Paritas merupakan faktor risiko kanker serviks uteri terkait dengan banyaknya kehamilan sehingga dalam proses melahirkan anak mungkin saja memiliki efek trauma kumulatif ataupun juga karena efek penurunan imunitas tubuh sehingga meningkatkan risiko infeksi HPV. Selain itu juga bisa karena pengaruh hormonal pada saat kehamilan telah berpengaruh pada serviks yaitu pengaruh progesteron yang membuat kemungkinan infeksi oleh HPV semakin mudah (Franco, Schlecht, & Saslow, 2003). Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa paritas tinggi berisiko mengalami gangguan kesehatan reproduksi dikarenakan pengaruh hormonal dan penurunan imunitas tubuh saat hamil serta risiko untuk terjadi perlukaan saat melahirkan sehingga meningkatkan risiko timbulnya infeksi.
Hubungan antara Usia Ibu Dengan Kejadian Kista Ovarium di RSUD 45 Kuningan periode 01 Januari s.d. 30 November Tahun 2014 Berdasarkan hasil tabel 6 dapat diperoleh ρ value yaitu 0,00 dengan tingkat kemaknaan α = 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa nilai ρ value ≤ α sehingga dengan demikian Ha keputusannya Ha diterima yang berarti ada hubungan antara usia dengan kejadian kista ovarium di RSUD 45 Kuningan Tahun 2014. Hal ini sependapat dengan penelitian Dini (2012) dengan judul penelitian “hubungan umur dan paritas dengan kejadian kista ovarium di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2012”, bahwa umur adalah salah satu faktor penting dalam menentukan risiko keganasan, pada perempuan yang berusia 20-50 tahun. Sedangkan menurut penelitian Sella (2009) dengan judul ”hubungan antara usia dengan tingkat keganasan kista ovarium di RSUD Jombang tahun 2009” dari data di RSUD Jombang pada tahun 2009 didapatkan kejadian tumor ovarium terjadi pada usia 21-40 tahun. Lebih besar tumor jinak kejadiannya dari pada tumor ganas. Adapun kejadian tumor ganas tersebut dialami pada usia 55 tahun keatas.
307
Kista ovarium paling sering terjadi pada wanita berusia antara 20-50 tahun. Wanita yang melahirkan pertama kali pada usia di atas 35 tahun dan wanita yang mempunyai keluarga dengan riwayat kehamilan pertama terjadi pada usia di bawah 25 tahun dapat meningkatkan terjadinya tumor ovarium (Faisal, 2005) Menurut teori yang dikemukakan oleh Benson (2009), tumor serosa menyebabkan 20%-50% dari semua neoplasma ovarium dan 35%-40% kanker ovarium. Sekitar 70% tumor serosa jinak, 5%-10% mempunyai perbatasan potensil ganas dan 20%-25% ganas. Kistadenoma serosa paling sering terjadi pada wanita berumur 30-50 tahun (Benson, 2009 hal: 571). Sebagian ahli berpendapat kista ovarium yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional dan selalu jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang kadang-kadang disebut kista theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin, termasuk FSH dan HCG. Kista fungsional multiple dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin atau sensitivitas terhadap gonadotropin yang berlebih. Kista ovarium sangat jarang ditemukan pada anakanak usia pubertas, dikarenakan rangsangan hormon estrogen belum terbentuk sempurna pada masa ini (Sugi, 2005). Menurut pendapat peneliti bahwa kista ovarium merupakan tumor jinak yang berasal dari proses ovulasi normal dan banyak menyerang usia reproduksi dikarenakan pada usia reproduksi peristiwa ovulasi sudah mulai teratur, hormon estrogen dan progesteron sudah mulai berfungsi, namun gangguan pembentukan hormon dapat terjadi akibat pengaruh lingkungan, faktor genetik atau riwayat keluarga yang mempunyai kista ovarium, riwayat kehamilan - persalinan pada usia muda dan pola hidup yang tidak sehat yang dapat memicu terjadinya kista ovarium. Beberapa jenis tumor ovarium yang peneliti temukan pada wanita usia reproduksi adalah jenis kista serosa, folikuler dan kista coklat atau endometrioma.
Hubungan antara Paritas Ibu Dengan Kejadian Kista Ovarium di RSUD ‘45 Kuningan periode 01 Januari s.d. 30 November Tahun 2014 Berdasarkan hasil tabel 7 uji statistik dengan menggunakan uji Chi-Square menggunakan program SPSS versi 16 diperoleh ρ value yaitu 0.00 sedangkan α = 0.05, karena nilai ρ value ≤ α maka keputusannya Ha diterima yang berarti ada
308
hubungan antara paritas dengan kejadian kista ovarium di RSUD 45 Kuningan Tahun 2014. Hal ini sependapat dengan penelitian Dini (2012) dengan judul penelitian “hubungan umur dan paritas dengan kejadian kista ovarium di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2012”, bahwa hasil penelitian data distribusi frekuensi kejadian kista ovarium berdasarkan paritas sebanyak 110 orang (63,21 %) uji chi square dengan SPSS p value 0, 033 (p < 0,05), hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan paritas dengan kejadian kista ovarium di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2012, adapun paritas yang berisiko adalah pada ibu yang dengan paritas rendah atau nullipara. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Manuaba (2005) tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keganasan tumor ovarium diantaranya adalah nulipara, riwayat kanker ovarium, riwayat kanker payudara, riwayat infertilitas, induksi ovulasi dengan menggunakan obat. Menurut Wiknjosastro (2005) kista lebih sering didapati pada wanita nulipara atau yang kurang subur, pendapat yang sama juga di ungkapkan oleh Ridwan Amiruddin (2006) yang menyatakan bahwa sebagian besar penderita kista adalah wanita nulipara dan atau wanita yang kesuburannya rendah. Menurut penelitian beberapa ahli bahwa salah satu dugaan penyebab kista adalah faktor hormonal yaitu rangsangan estrogen yang salah satu fungsinya adalah untuk mengatur haid pada wanita. Jika estrogen terganggu fungsinya maka siklus haid pada wanita juga terganggu dan terdapat kemungkinan kesuburan juga terganggu sehingga dapat memepengaruhi jumlah paritas yang dimiliki oleh seorang wanita yang menderita kista (Sastrawinata, 2005). Peneliti berpendapat bahwa paritas nullipara atau paritas rendah merupakan faktor risiko tekena kista ovarium karena pada paritas rendah rangsangan hormon estrogen yang salah satu fungsinya adalah untuk mengatur haid pada wanita terganggu maka siklus haid pada wanita juga terganggu dan terdapat kemungkinan kesuburan juga terganggu sehingga dapat memepengaruhi jumlah paritas yang dimiliki oleh seorang wanita yang menderita kista.
D. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dari analisis data yang telah diteliti mengenai hubungan antara usia dan paritas periode 01 Januari s.d. 30 November Tahun
309
2014 yang dilaksanakan pada tanggal 29 Desember 2014 s.d. 3 Januari 2015, maka peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Mayoritas kasus ginekologi yang banyak ditemukan di ruang nifas adalah kejadian kista ovarium. 2. Mayoritas usia ibu yang dirawat di ruang nifas dengan kasus ginekologi adalah usia reproduksi (21-40 tahun). 3. Mayoritas paritas ibu yang dirawat dengan kasus ginekologi adalah multipara (2-4 anak). 4. Ada hubungan antara usia ibu dengan kejadian kista ovarium di ruang nifas RSUD 45 Kuningan periode 01 Januari s.d. 30 November tahun 2014. 5. Ada hubungan antara paritas ibu kejadian kista ovarium di ruang nifas RSUD 45 Kuningan periode 01 Januari s.d. 30 November tahun 2014.
Saran 1. Bagi Rumah Sakit Diharapkan rumah sakit dapat meningkatkan kualitas dalam pelayanan terutama pemberian informasi tentang kista ovarium kepada keluarga dan masyarakat. 2. Bagi Peneliti Lain Diharapkan dapat melakukan penelitian dengan metode yang berbeda dan jumlah sampel yang lebih banyak untuk menemukan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya kista ovarium sehingga penelitian yang dihasilkan bisa lebih bervariasi.
310
E. DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.Edisi Revisi, Jakarta: Rineka Cipta. ________________. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.Edisi Revisi, Jakarta: Rineka Cipta. Benson, Ralph C., Martin L. Pernoll. (2008). Buku Saku Obstetri Ginekolog.Edisi 8. Jakarta: EGC. 574 _____________________________. (2009). Buku Saku Obstetri Ginekolog.Edisi 9. Jakarta: EGC. 591 Carpenito, Lynda Juall (2000). Diagnosa Keperawatan. Terjemahan Monica Ester. Edisi 8. Jakarta :EGC. De Jong, W., (2003). Tumor Ovarium dalam Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC. 729-730. Friedman, (2005). Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC Kumala, Popy et al. (1998). Kamus Kedokteran Dorland Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: EGC Manuaba, IBG.(2001). Kapita Selekta Penatalaksaan Rutin Obstetri Ginekologi dan Kb. Jakarta : EGC. ____________.(2002). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta :EGC. ____________.(2005). Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta : EGC. ____________.(2008). Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta : EGC. Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Prawirohardjo, Sarwono. (2010). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Rustam. 2005. Sinopsis Obstetri Jilid I. Jakarta : EGC Verney, (2006). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta. EGC. 6-39. Wiknjosastro, Hanifa. (2005). Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. _________________. (2005). Tumor Jinak Pada Alat Genital. Buku Ilmu Kandungan Edisi 2. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 345-346.
311
Yatim, Faizal. (2005).Penyakit Kandungan. Jakarta : Pustaka Populer Obor. ___________. (2010). Penyakit Kandungan Mioma, Kanker Rahim dan Indung Telur, Kista serta Gangguan Lainnya. Jakarta : Pustaka Populer Obor. Afiah. (2014). Penelitian Usia dan Paritas dengan Kejadian Kista Ovarium.(t.t). diambil 25 November 2014 dari http://lppm.stkiptuankutambusai.ac.id/penelitian-2014-afiah.html Agusfarly. (2008). Definisi Kista Ovarium.(t.t). diambil 25 November 2014 dari http://anggunfitrianikebidanan.blogspot.com/2013/01/vbhaviorurldefaultvl.ht ml 2013 Andy. (2013). Asuhan Keperawatan Kista Ovarium. diambil 20 November 2014 dari http://andy22061988.blogspot.com/2013/04/lp-teori-askep-kistaovary.html BKKBN. online. (2006). Deteksi Dini Komplikasi Persalinan. Jakarta : BKKBN Depkes RI. online. (2009). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Depertemen Republik Indonesia Dharmis. (2007). Angka Kejadian Kanker Ovarium di Indonesia. diambil 20 November 2014 dari http://www.medicastore.com Hacker. (2000).Waspada Penyebab Kangker Servix. diambil 21 November 2014. dari http://doktersehat.com Helm, W. (2005). Ovarian Cysts. http://www.emedicine.com
diambil
20
November
2014.
dari
Omeati, Ratih., dkk. (2010). Prevelensi Kasus Kanker di Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan 2011. diambil 23 November 2014 dari http://manajemenrumahsakit.net/2014/01/prevalensi-kanker-diindonesia-dan-dunia. Republika, Online. (2011). Resiko Kista Ovarium pada Wanita. (t.t). diambil 20 November 2014 dari http://www.republika.co.id Sastrawinata. (2005). Karakteristik Penderita Kista Ovarium di RSUD Dr. R Koesuma Tuban Tahun 2005. (t.t). diambil 19 Januari 2015 dari http://www.slideshare.net/septianraha/65772511-proposalfarid Selly. (2013). Gambaran usia pada kejadian tumor ovarium, (t.t). Diambil 25 November 2014 dari http://cellyimoetya.blogspot.com/2013/02/gambaranusia-pada-kejadian-tumor.html Sugi. (2005). Mengenal kista, Mioma dan Endometriosis. (t.t). diambil 19 Januari 2015 dari http ://www. nova.com
312