Jurnal MANAJEMEN DAN BISNIS Volume 4, Nomor. 4, September 2015 Penanggung Jawab Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Serambi Mekkah Ketua Redaksi Saiful Amri , SE,M.Si Wakil Ketua Redaksi Nasir Ibrahim,SE,M.Si Arsyad SE,M.Si Redaktur Pelaksana M Ridha Siregar ,SE MM Samsul Ikhbar, SE, MM Muzakkir , SE, M.Si Muddasir , SE,MM Mitra Reviuwer Dr. Amri, SE,M.Si (Universitas Syiah Kuala) Dr. Mahdani Ibrahim, MM (STIE Banda Aceh) Tarmizi Gadeng, SE, M,Si (Universitas Muhammadiyah Aceh) Saiful Hurri, SE, MM (Universitas Al-Muslim) Tata Usaha Mursal, SE Marlina , SE Sri Wahyuni,SE Tata Letak Ilyas Harun, SE, MM Cut Hamdiah, Se M.Si
GEDUNG FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH BANDA ACEH TELP. (0651) 26160 FAX (0651) 22471 E-MAIL :
[email protected] DITERBITKAN OLEH FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
I
Analisis Hubungan Tingkat Upah Minimun Terhadap Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja di Nanggroe Aceh Darussalam, 1996- 2006
Fanny Nailufar
221-225
Sistem Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan Terhadap Pembiayaan Bank Syariah Dalam Penerapan Prinsip Prudential Standard
Muzakkir
226-239
Pengaruh Pengembangan Karir Berbasis Kompetensi dan Praktek Manajeman Kinerja Terhadap Kualitas Layanan Pada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Banda Aceh
Nelly
240-244
Pengaruh Komunikasi Atasan-Bawahan dan Motivasi Terhadap Kinerja Pegawai Pada Kantor Dinas Pertanian di Kabupaten Pidie Jaya.
Saiful Amri
245-257
Pengaruh Leader Member Exchange (LMX) Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Pada Taman Rusa Lamtanjong Aceh Besar
Samsul Ikhbar
258-265
Pengaruh Tingkat Modal Kerja, Struktur Modal dan Skala Perusahaan Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Pertambangan di Bursa Efek Indonesia Periode 2010 – 2014
Radhiana
266-275
Kepuasan Mahasiswa Terhadap Pelayanan Lembaga Pendidikan Pengembangan dan Profesi Indonesia (LP3I) di Kota Banda Aceh
Rahmi
276-281
Kejahatan Perbankan Ditinjau dari Undang – Undang Nomor 10 Tahun 1998
Zulfan Yusuf INDEKS PENGARANG PANDUAN PENULISAN
282-289 29 30
INDEKS PENGARANG F Fanny Nailufar, “
PANDUAN PENULISAN A. PEDOMAN UMUM a. Naskah artikel ilmiah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris, merupakan karya orisinil penulis yang berupa hasil penelitian, gagasan konseptual, serta tinjauan kepustakaan yang belum pernah dimuat di media cetak atau publikasi lainnya. b. Naskah artikel ilmiah diketik dalam format Ms. Word pada kertas HVS ukuran A4 minimal 10 halaman dan maksimal 20 halaman dengan jarak baris 1 spasi. c. Kata dalam bahasa asing ditulis dengan huruf miring. d. Naskah artikel penelitian memuat ditulis dengan sistematika : (a) Judul, (b) Nama Penulis, (c) Abstrak dan kata-kata kunci, (d) Pendahuluan (tanpa sub judul) yang berisi latar belakang, kajian teori, masalah, tujuan dan hipotesis, (e) Metode Penelitian dan Pembahasan, (g) Kesimpulan, (h) Daftar pustaka. e. Naskah artikel konseptual ditulis dengan sistematika : (a) Judul, (b) Nama Penulis, (c) Abstrak dan kata-kata kunci, (d) Pendahuluan (tanpa sub judul) (e) Bagian inti, (f) Kesimpulan, (h) Daftar Pustaka. f. Hasil Penelitian dan Pembahasan, harus diuraikan dan bila perlu disajikan gambar, grafil diagram, dan hasil analisa statistik yang menggambarkan proses pemecahan masalah penelitian. g. Daftar pustaka, ditulis sesuai dengan aturan penulisan yang disususn berdasarkan urutan abjad. Untuk rujukan buku urutannya sebagai berikut: Nama penulis, editor (bila ada), tahun terbit, judul buku, kota penerbit, dan penerbit. Untuk rujukan jurnal ditulis dengan urutan: nama penulis, tahun terbit, judul jurnal, judul terbitan, volume, edisi, dan nomor halaman. h. Semua kutipan, data, ide, gagasan atau persyaratan yang terdapat pada naskah merupakan tanggungjawab penulis. B. SISTEMATIKA PENULISAN a. Bagian awal : judul, nama penulis, abstrak b. Bagian inti : berisi pendahuluan, kajian teori dan hipotesis (jika ada), metode penelitian, hasil penelitian dan pembahasan, kesimpulan dan saran. c. Bagian akhir : daftar pustaka. C. JUDUL DAN NAMA PENULISAN a. Judul naskah maksimum 12 kata, ditulis dalam bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris sesuai dengan bahasa yang digunakan untuk menulis naskah lengkapnya. b. Nama penulis ditulis di bawah judul tanpa disertai dengan gelar akademik maupun jabatan. Di bawah nama penulis dicantumkan instansi tempat penulis bekerja.
D. ABSTRAK a. Abstrak ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris tidak lebih dari 250 kata. b. Abstrak harus meliputi instasi seluruh tulisan, masalah, tujuan, metode, hasil analisis dan kesimpulan. c. Di bawah abstrak disertakan minimal 3 dan maksimal 5 kata kunci. E. PENGIRIMAN NASKAH & BERLANGGANAN
a.
Naskah dikirim sebanyak 1 eksemplar ke alamat email redaksi:
[email protected] b. Naskah yang tidak sesuai dengan ketentuan redaksi akan dikembalikan setelah di-review oleh dewan redaksi. c. Penulis yang artikelnya dimuat wajib menjadi pelangan minimal satu tahun, dan membeli kontribusi biaya layout dan biaya cetak minimal Rp. 450.000,- dilunasi setelah naskah dinyatakan layak publikasi oleh dewan redaksi, dan mendapatkan imbalan berupa nomor bukti publikasi sebanyak 2 (dua) eksemplar.
Jurnal MANAJEMEN DAN BISNIS Terbit 2 kali setahun (September dan Februari)
FORMULIR BERLANGGANAN Nama Alamat Kota
Telp./HP Instansi
: : : : Kode Pos : :
Biaya berlangganan: a. Satu nomor penerbitan b. Satu tahun
Rp. 35.000.Rp. 70.000.-
Note: harga belum termasuk ongkos kirim Tranfer via: BRI Cabang Banda Aceh a.n Samsul Ihkbar No. Rekening: 3918-01-003313-53-7
JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS VOL 4, NOMOR 4 September 2015 : 221 - 225
ISSN 2088-6217
Analisis Hubungan Tingkat Upah Minimun Terhadap Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja di Nanggroe Aceh Darussalam, 1996- 2006 Fanny Nailufar1 1)
Dosen Fakultas Ekonomi Manajemen Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh Abstrak: Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui berapa besar hubungan tingkat Upah Minimum Regional (UMR) terhadap Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Penelitian ini dilakukan di Provinsi NAD periode 1996-2006 dengan menggunakan data sekunder yang diambil dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan instansi yang terkait serta literature lainnya yang terkait dengan penelitian ini. Data dianalisis dengan pendekatan deskriptif dan kuantitatif, yaitu melalui penyajian dan penyusunan data ke dalam tabel dan juga dianalisis secara ekonometrika. Dalam mengestimasi model yang ditaksir, digunakan model Ordinary Least Square (OLS) atau pendekatan kuadrat terkecil dengan menggunakan metode kuantitatif. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh persamaan sebagai berikut: TPAK = 1,079 + 12,926 UMR. Hal ini menunjukkan bahwa selama periode 1996-2006 variabel tingkat Upah Minimum Regional UMR berpengaruh positif dan signifikan terhadap Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja. Konstanta sebesar 1,079 artinya tanpa adanya variabel UMR, maka TPAK di Provinsi NAD sebesar 1,079 jiwa. Koefisien variabel UMR sebesar 12,926 artinya apabila terjadi perubahan UMR sebesar Rp 100 ribu, maka akan menyebabkan perubahan TPAK sebesar 12,926 jiwa. Koefisien determinasi adalah sebesar 0,429(R-squared ) dan 0,358 (Adjusted R-square). Pengujian hipotesis dengan uji t menunjukkan bahwa hubungan kedua variabel tersebut secara parsial dengan tingkat keyakinan sebesar 95 persen. Dari hasil estimasi menunjukkan bahwa nilai t hitung (2,454) lebih besar dari t tabel (2,22).
Kata kunci : Tingkat Upah dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
PENDAHULUAN Jumlah penduduk Nanggroe Aceh Darussalam pada tahun 2006 telah mencapai 4.115.153. Dibandingkan dengan jumlah penduduk pada tahun 2004 sebanyak 4.075.600 jiwa (sebelum terjadinya tsunami) dan pada tahun 2005 sebanyak 4.031.600 jiwa. Tingginya tingkat pertumbuhan penduduk berimplikasi pada tingginya tingkat pertumbuhan angkatan kerja, karena pada gilirannya akan menimbulkan permasalahan ketenagakerjaan di daerah ini. Meski pada tahun 2004 yang lalu di Nanggroe Aceh Darussalam telah terjadi peristiwa yang maha dahsyat tetapi tetap saja jumlah penduduk di daerah ini terus bertambah, walaupun mereka hanya pendatang tetap saja hal tersebut akan berpengaruh terhadap angkatan kerja dan lapangan pekerjaan yang tersedia di Nanggroe Aceh Darussalam. Meskipun setelah kejadian tersebut banyak tercipta lapangan pekerjaan di Nanggroe Aceh Darussalam tetapi jumlah pengangguran tidak kalah banyaknya. Hal ini terlihat jelas dari perbedaan jumlah angkatan kerja tahun 1996-2006. Dimana angkatan kerjanya yang terus meningkat yang
diiringi dengan peningkatan pengangguran juga. Untuk lebih jelasnya dapat ditunjukan pada Tabel 1.1 berikut di bawah ini: Tabel 1.1 Jumlah Angkatan Kerja Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Tahun 1996 – 2006 Kategori
Sensus Penduduk 1996
Sensus Penduduk 2006 1.804.225 1.744.611 59.614
Angkatan Kerja 1.650.028 a. Bekerja 1.541.198 b. Pencari 108.830 kerja Sumber : BPS, SAKERNAS 2006 Tabel 1.1 menjelaskan bahwa jumlah penduduk yang bekerja di Nanggroe Aceh Darussalam pada tahun 1996 sebanyak 1.541.198 orang sementara yang masih mencari kerja sebanyak 108.830 orang. Sedangkan pada tahun 2006 jumlah penduduk yang bekerja sebanyak 1.744.611 orang sementara yang masih mencari kerja sebanyak 59.614 orang. Kita dapat melihat
bahwa terjadi penurunan tingkat pengangguran dari tahun 1996 ke tahun 2006, hal ini terjadi karena banyaknya LSM-LSM asing yang berada di NAD yang menyebabkan banyaknya tersedia lapangan pekerjaan di NAD. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan data sekunder yang dianalisa secara kuantitatif. Data tersebut dalam bentuk tahunan (time series) dari tahun 1996 sampai dengan tahun 2006. Adapun sumber-sumber data sekunder tersebut diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS). Untuk mengetahui hubungan Tingkat Upah Minimum Regional (UMR) terhadap Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, digunakan fungsi regresi linear sederhana. Untuk menguji hipotesis penulis menggunakan persamaan regresi linear sederhana (Gujarati, 2001: 286) sebagai berikut : Y = a + biXi + ei Dimana: Y A bi Xi ei
= Variabel Independent = Konstanta = Parameter = Variabel Dependent = Error Term
Model di atas diformulasikan lagi dalam bentuk sebagai berikut : TPAK = a + bi UMR + ei Dimana: TPAK UMR a bi ei
= Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja = Upah Minimum Regional = Konstanta = Parameter = Error Term
KAJIAN PUSTAKA Angkatan Kerja Menurut Hasibuan (1987:91) bahwa angkatan kerja adalah setiap orang yang termasuk dalam kelompok umur kerja sesuai dengan undang-undang perburuhan negara yang bersangkutan. Konsep tenaga kerja (The Labor Concept) yang digunakan di Indonesia sesuai dengan konsep yang disarankan oleh ILO (International Labor Organization), yaitu dengan membagikan penduduk menjadi dua kelompok yaitu kelompok usia kerja dan kelompok penduduk bukan usia kerja. Selanjutnya penduduk usia kerja dibedakan pula menjadi kerja dan bukan angkatan kerja. Menurut Simanjuntak dalam bukunya Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia, JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS Volume 4, No. 4, September 2015
membuat definisi angkatan kerja sebagai berikut: Angkatan kerja adalah penduduk yang sudah aktif dalam kegiatannya yang menghasilkan barang atau jasa. Mereka dinamakan golongan yang bekerja atau employment persons. Serta penduduk yang siap bekerja dan sedang berusaha mencari pekerjaan. Mereka ini dinamakan golongan pencari kerja atau penganggur (Simanjuntak, 1985:3). Dari berbagai pendapat diatas mengenai angkatan kerja maupun pengangguran dapat disimpulkan bahwa: 1. Angkatan kerja adalah jumlah penduduk yang termasuk dalam usia kerja, baik yang bekerja maupun yang sedang bekerja secara aktif. 2. Penganggur adalah seseorang yang tidak mempunyai pekerjaan pada masa kerja. Konsep tenaga kerja (the labor concept) yang digunakan di Indonesia sesuai dengan konsep yang disarankan oleh ILO (International Labor Organization), yaitu dengan membagikan penduduk menjadi dua kelompok yaitu usia kerja dan penduduk bukan usia kerja. Penduduk usia kerja dibedakan menjadi dua kelompok berdasarkan kegiatan yang sedang dilakukan, yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Di Indonesia secara umum yang dimaksud dengan tenaga kerja adalah penduduk yang berumur 15-64 tahun. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), tenaga kerja adalah penduduk yang berumur 10 tahun keatas. Angkatan kerja adalah setiap orang yang termasuk dalam kelompok kerja sesuai dengan UU perburuhan negara yang bersangkutan (Hasibuan, 1987:91). Sedangkan menurut Suroto (1992:28), angkatan kerja yaitu sebagian dari jumlah penduduk dalam usia kerja yang mempunyai pekerjaan dan yang tidak mempunyai pekerjaan tetapi secara efektif atau pasif mencari pekerjaan. Angkatan kerja atau labor force yaitu jumlah penduduk yang bekerja dan pencari kerja (Simajuntak, 1998:3). Penyediaan TK = Angkatan Kerja = Supply TK Angkatan Kerja = Yang Bekerja + Pengangguran Menurut Sumarsono (2003:115), angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja yang benarbenar mau bekerja memproduksi barang dan jasa. Di Indonesia angkatan kerja adalah penduduk usia 10 tahun ke atas yang benar-benar mau bekerja. Mereka yang mau bekerja ini terdiri dari yang benar-benar bekerja dan mereka yang tidak bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan.
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Angkatan kerja sangat bergantung kepada tingkat partisipasi angkatan kerja. Yang dimaksud dengan TPAK adalah presentase jumlah angkatan kerja dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja dalam kelompok yang sama. Dapat dirumuskan sebagai berikut : TPAK
=
Jumlah Angkatan Jumlah Tenaga
Kerja Kerja
× 100
Makin besar jumlah TPAK maka semakin besar jumlah angkatan kerja dalam kelompok yang sama, dan semakin besar jumlah yang tergolong bukan angkatan kerja akan semakin kecil TPAK (Simanjuntak, 1985:36). Tinggi rendahnya tingkat TPAK dipengaruhi oleh tingkat umur, jenis kelamin dan kesempatan untuk memperoleh pekerjaan, dari sisi usia, TPAK usia muda biasanya rendah karena pada masa-masa tersebut umumnya mereka banyak yang masih menjalani proses pendidikan dan merasa belum memiliki kewajiban untuk mencari nafkah. (Susanti, 1995:75). Simanjuntak (1985:37) juga mengatakan bahwa tingkat partisipasi angkatan kerja dipengaruhi juga oleh tingkat upah minimum. Dimana pada saat tingkat upah tinggi di dalam masyarakat, semakin banyak anggota keluarga yang tertarik untuk masuk pasar kerja yang berarti semakin tinggi tingkat partisipasi angkatan kerja. Upah Mengenai pengupahan berlaku dalam Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 mendefinisikan upah adalah sebagai berikut : “Upah merupakan suatu penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha kepada buruh untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukannya, dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut suatu proses tujuan atau peraturan perundangundangan dan dibayar atas dasar suatu perjanjian kerja antara pengusaha dan buruh, termasuk tunjangan baik untuk buruh sendiri maupun untuk keluarganya”. Undang-undang Kecelakaan Kerja Tahun 1992 Nomor 3 mendefinisikan upah sebagai pembayaran berupa uang yang diterima oleh buruh sebagai ganti pekerjaan. Sementara itu menurut Poerwono (1994:32), upah adalah jumlah keseluruhan yang ditetapkan sebagai pengganti jasa yang telah dikeluarkan oleh tenaga kerja meliputi masa atau syarat-syarat tertentu. Upah atau gaji dapat dipandang sebagai imbalan atau balas jasa kepada para pekerja
terhadap output produksi yang telah dihasilkan. Imbalan atau balas jasa ini disatu sisi merupakan hak yang harus didapat oleh para pekerja, namun di sisi lain merupakan perangsang untuk meningkatkan produktivitas (Tjiptoherijanto, 1996:79). Ahli ekonomi membedakan pengertian upah yaitu upah uang dan upah riil. Upah uang adalah jumlah uang yang diterima para pekerja dari para pengusaha sebagai bayaran ke atas tenaga mental atau tenaga fisik para pekerja yang digunakan dalam proses produksi. Sedangkan upah riil adalah tingkat upah pekerja yang diukur dari sudut kemampuan upah tersebut membeli barang-barang dan jasa-jasa yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan para pekerja (Sukirno, 2005: 351). Berdasarkan Undangundang Ketenagakerjaan No.13 Tahun 2003 (2003: 5), upah merupakan hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusahan atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundangundangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan. Menurut Dewan Penelitian Pengupahan Nasional (Badan Pusat Industri dan Perdagangan, 1996 : 20), upah merupakan suatau penerimaan sebagai suatu imbalan dari pemberian kerja kepada penerimaan kerja untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah dan akan dilakukan, berfungsi sebagai jaminan kelangsungan kehidupan yang layak bagi kemanusiaan dan produksi dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut suatu persetujuan, undang-undang dan peraturan-peraturan serta dibayar atas dasar suatu perjanjian kerja antara pemberi kerja dengan penerima kerja. HASIL PEMBAHASAN Untuk menganalisis hubungan tingkat Upah Minimum Regional (UMR) terhadap Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja di Provinsi NAD dilakukan analisis regresi linier sederhana. Datadata yang telah dikumpulkan diproses dan di print out hasil yang ditabelkan pada tabel berikut ini: Tabel 4.3 Hasil Estimasi Persamaan Regresi Linier Sederhana
JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS VOL 4, No. 4, September 2015
Variabel Konstanta UMR R R2 Adj. R2
Koefisien Estimasi 1,079 12,926 : 0,655 : 0,429 : 0,358
Sig 0,189 0,040
thitung -1,437 2,454
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2008
3.
4.
Dari tabel di atas diperoleh persamaan akhir estimasi yaitu: TPAK = 1,079 + 12,926 UMR Hasil estimasi tabel di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Konstanta sebesar 1,079 berarti tanpa adanya variabel UMR maka Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Provinsi NAD sebesar 1,079 jiwa. 2. Koefisien variabel UMR sebesar 12,926, artinya apabila terjadi perubahan UMR sebesar Rp 100 ribu, maka akan menyebabkan perubahan TPAK sebesar Rp 12,926 jiwa. 3. Koefisien korelasi (R) sebesar 0,655 menggambarkan bahwa variabel TPAK sangat erat hubungannya terhadap variabel UMR di Provinsi NAD yaitu sebesar 65,5 persen, sedangkan sisanya sebesar 34,5 persen berhubungan dengan faktor lain di luar penelitian ini. 4. Koefisien determinasi (R2) sebesar 0,429 menunjukkan bahwa variabel UMR dapat dijelaskan oleh variabel TPAK sebesar 42,9 persen dan selebihnya sebesar 57,1 persen dijelaskan oleh variabel lain di luar model penelitian ini. 5. Pada tingkat kepercayaan 95 persen, pengujian hipotesis secara parsial dengan uji t menunjukkan bahwa thitung > ttabel yaitu 2,454 > 2,22. Hal ini berarti bahwa variabel UMR secara parsial berpengaruh signifikan terhadap TPAK di Provinsi NAD. SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: 1. Tingkat upah minimum regional selama dua belas tahun terakhir di Nanggroe Aceh Darussalam mengalami peningkatan untuk setiap tahunnya. Diharapkan dengan adanya peningkatan upah ini akan meningkatkan pendapatan tenaga kerja di daerah ini, dan pada akhirnya dapat menciptakan kesejahteraan yang merata bagi masyarakat Nanggroe Aceh Darussalam. 2. Konstanta sebesar 1,079 berarti tanpa adanya variabel UMR maka Tingkat JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS Volume 4, No. 4, September 2015
5.
6.
Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Provinsi NAD sebesar 1,079 jiwa. Koefisien variabel UMR sebesar 12,926, artinya apabila terjadi perubahan UMR sebesar Rp 100 ribu, maka akan menyebabkan perubahan TPAK sebesar 12,926 jiwa. Koefisien korelasi (R) sebesar 0,655 menggambarkan bahwa variabel TPAK sangat erat hubungannya terhadap variabel UMR di Provinsi NAD yaitu sebesar 65,5 persen, sedangkan sisanya sebesar 34,5 persen berhubungan dengan faktor lain di luar penelitian ini. Koefisien determinasi (R2) sebesar 0,429 menunjukkan bahwa variabel UMR dapat dijelaskan oleh variabel TPAK sebesar 42,9 persen dan selebihnya sebesar 57,1 persen dijelaskan oleh variabel lain di luar model penelitian ini. Pada tingkat kepercayaan 95 persen, pengujian hipotesis secara parsial dengan uji t menunjukkan bahwa thitung > ttabel yaitu 2,454 < 2,22. Hal ini berarti bahwa variabel UMR secara parsial berpengaruh signifikan terhadap TPAK di Provinsi NAD.
REFERENSI Gujarati, D. (2001). Ekonometrika Dasar. Erlangga. Jakarta. Hasibuan, M.S.P. (1987). Ekonomi Pembangunan dan Perekonomian Indonesia. CV. Armico. Bandung. Poerwono, Hadi. (1984). Manajemen Personalia, Edisi 3, Fakultas Ekonomi, Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. Simanjuntak, Payaman J (1985). Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. LP3ES. Jakarta. Sukirno, Sardono (1981). Pengantar Teori Makro Ekonomi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. Sumarsono, Sony. (2003). Ekonomi Manajemen Sumber Daya Manusia dan Ketenagakerjaan. Graha Ilmu. Yogyakarta. Suroto. (1992). Strategi Pembangunan dan Perencanaan Kesempatan Kerja. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Susanti, Hera, dkk. (1995). Indikator-indikator Makroekonomi. Penerbit LPFEUI,. Jakarta. Undang-undang Ketenagakerjaan, (2003). Undang-undang Ketenagakerjaan Lengkap UU No.13 Tahun 2003 dan UU No.21 tahun 2003, Sinar Grafika, Jakarta. Tjiptoherianto, Prijono. (1996). Sumber Daya Manusia Dalam Pembangunan Nasional. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS VOL 4, No. 4, September 2015
JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS VOL 4, NOMOR 4 September 2015 : 226 - 239
ISSN 2088-6217
Sistem Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan Terhadap Pembiayaan Bank Syariah Dalam Penerapan Prinsip Prudential Standard Muzakkir1 1)
Dosen Fakultas Ekonomi Manajemen Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh
Abstrak: Otoritas Jasa Keuangan menjadi satu satunya pengawas lembaga perbankan dan non bank yang bekerja secara independen. OJK berkewajiban mengawasi seluruh perbankan yang masuk dalam otoritasnya agar patuh, dan menjalankan aspek kesehatan dan kehati-hatian perbankan dengan baik sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh OJK. Dasar hukum pembentukannya adalah UU No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan. Secara yurisdiksi OJK mengawasi, dan menyelidiki aktivitas perbankan yang berada dalam ranah kerjanya. Fungsi ini diberikan agar OJK bekerja secara terukur, dan tepat sasaran, namun dalam realitasnya banyak problema yang ditemui OJK. Penelitian ini memformat untuk menganalisis sistem pengawasan yang diterapkan oleh OJK dalam mengawasi penerapan prinsip prudential standard, dengan rumusan masalah sebagai berikut bagaimana sistem pengawasan terhadap prudential standard pada pembiayaan bank syariah, dan dari 5 Instrumen kesehatan bank, instrumen yang mana menjadi fokus OJK dalam mengawasi penerapan prudential standard pada perbankan syariah. Metode penelitian kualitatif penulis disain untuk menjawab permasalahan ini dengan menggunakan pendekatan yuridis normative dan fenomena. Untuk proses pemaparan dan analisis data digunakan metode deskriptif. Data penelitian diperoleh melalui data pustaka dan data lapangan. Untuk mendapatkan informasi komprehensif tentang penerapan sistem pengawasan OJK dilakukan melalui wawancara yang diformat dalam bentuk un-guiden interview dengan responden para peneliti OJK yang khusus mengawasi tentang perbankan syariah. Keterbatasan OJK dalam sistem operasional dan manajemen secara internal, dapat memberi dampak pada kelemahan OJK dalam mengawasi operasional perbankan sehingga bisa terjadi pelanggaran pada penyaluran pembiayaan mudharabah, musyarakah, dan murabahah. Maka oleh itu dibutuhkan penyegaran secara terstruktur dalam sistem operasional OJK untuk menjawab segala permasalahan yang ada dalam bentuk pembiayaan pada dunia perbankan. Adapun dari 20 komponen pengawasan OJK tentang kehati-hatian pada tahun 2014, ternyata OJK sangat memperketat dan memfokuskan pengawasannya pada instrumen 1, yaitu tentang aspek Likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, kualitas aset, rasio kecukupan modal minimum, batas maksimum pemberian kredit, instrument ini menjadi alat OJK dalam melakukan pengawasan micro prudential pada bank umum syariah. Instrumen 1 ini menjadi aspek terpenting dalam melihat kemampuan bank dalam mengelola risiko sehingga kualitas bank tersebut dinilai mampu menjadi institusi finansial yang beroperasi secara baik dengan mematuhi segala ketentuan yang telah ditetapkan oleh OJK sehingga sesuai dengan ketentuan yurisdiksi perbankan nasional yang harus dijalankan oleh seluruh perbankan syariah di Indonesia dengan memperhatikan prinsip prudential standard secara baik.
Kata Kunci : Efektivitas, Prinsip prudential standards, Pengawasan Pembiayaan Bank Syari’ah. PENDAHULUAN Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menjadi lembaga pengawasan perbankan baru di
Indonesia, yang berfungsi mengawasi keseluruhan sektor perbankan dan non bank serta
jasa keuangan lainnya agar teratur, adil, transparan, dan akuntabel. Dengan keberadaan OJK harus mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara prudent, kokoh dan stabil serta dapat melindungi kepentingan masyarakat dan konsumen, sehingga akan dapat melahirkan suasana perbankan yang sehat dan kuat. Peran independen yang diberikan pemerintah kepada OJK tentu sangat strategis karena hampir semua sektor keuangan diawasi OJK secara micro prudential dan komprehensif, sehingga perbankan dan lembaga keuangan akan lebih berhati-hati dalam menjalankan operasional institusinya dan melakukan aktivitas perbankan. Yurisdiksi OJK melalui UU No. 21 Tahun 2011 menjadi dasar bagi OJK untuk menjalankan semua fungsinya secara profesional dalam mengawasi seluruh bank yang ada di Indonesia baik bank konvensional maupun bank syariah. OJK menjadi lembaga independen dan satusatunya institusi yang kini mengawasi perbankan menjadi bukti bahwa pemerintah Indonesia serius dalam memperhatikan sektor perbankan dan stabilitasnya. Hal ini disebabkan bank secara langsung mempengaruhi stabilitas perekonomian dalam negeri, dan juga menjadi indikator penentu dalam. Fungsi pengaturan dan pengawasan perbankan yang selama ini dilakukan oleh Bank Indonesia, telah dialihkan kepada OJK sehingga lembaga ini memiliki fungsi dalam menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi secara keseluruhan serta kegiatan di dalam sektor jasa keuangan yang meliputi sektor perbankan, pasar modal, dan industri keuangan non bank yang terdiri dari perasuransian, dana pensiun, lembaga pembiayaan dan lembaga jasa keuangan. Risiko penyaluran pembiayaan yang tidak pruden akan menyebabkan manajemen bank berhadapan dengan kondisi finansial yang destruktif, sehingga dapat berakibat fatal tentunya bagi bank. Maka oleh itu kehadiran OJK sangat diharapkan oleh semua pihak agar lembaga ini mampu menjalankan tugasnya dengan baik, di sisi lain keterbatasan OJK dalam melakukan pengawasan dan pengaturan tentang lembaga keuangan seperti tercermin dalam UUD No 21 Tahun 2011 tentang OJK dalam Pasal 69 Huruf, a dijelaskan bahwa Tugas Bank Indonesia dalam mengatur dan mengawasi bank sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf c yang dialihkan ke OJK adalah “tugas pengaturan dan pengawasan yang berkaitan microprudential, sebagaimana dimaksud UUD ini. Bank Indonesia tetap memiliki tugas pengaturan perbankan terkait macroprudential”. Pengawasan yang dilakukan oleh Bank Indonesia dalam bentuk macroprudential tentu akan berdampak pada tupoksi kerja yang dilakukan
oleh OJK juga, sehingga diharapkan akan lahir sebuah koordinasi yang baik antara kedua lembaga ini untuk dapat memaksimalkan perannya secara penuh dan tidak tumpang tindih terhadap pengawasan yang akan dilakukan pada sektor perbankan dan lembaga keuangan lainnya baik bank syariah, maupun bank konvensional, sehingga akan terciptanya suasana kinerja yang kondusif dan tepat pada sasaran. Tugas OJK dalam pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan baik pada bank syariah maupun bank konvensional, meliputi perizinan untuk pendirian bank, pembukaan kantor bank, anggaran dasar, rencana kerja, kepemilikan, kepengurusan dan sumber daya manusia, merger, konsolidasi dan akuisisi bank, serta pencabutan izin usaha bank; dan kegiatan usaha bank, antara lain sumber dana, penyediaan dana, produk hibridasi, dan aktivitas di bidang jasa. Selain itu, OJK juga memiliki tugas dan wewenang melaksanakan pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan, pasar modal, dan industri keuangan non bank. “OJK berkewajiban melakukan perlindungan konsumen dan masyarakat melalui pemberian informasi dan edukasi kepada masyarakat serta pelayanan pengaduan konsumen dan melakukan pembelaan hukum”. Pengawasan mengenai kesehatan bank dan unsur-unsur prudential standards meliputi, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, kualitas aset, rasio kecukupan modal minimum, batas maksimum pemberian kredit, rasio pinjaman terhadap simpanan, dan pencadangan bank, laporan bank yang terkait dengan kesehatan dan kinerja bank, sistem informasi debitur, pengujian kredit (credit testing); dan standar akuntansi bank; Pengaturan dan pengawasan mengenai aspek kehati-hatian bank, meliputi manajemen risiko, tata kelola bank, prinsip mengenal nasabah dan anti pencucian uang dan pencegahan pembiayaan terorisme dan kejahatan perbankan.Pengawasan yang diterapkan oleh OJK terhadap penyaluran pembiayaan bank-bank Syari’ah dengan memperhitungkan risiko melekat (inherent risk) dari aktivitas pembiayaan bank syari’ah, melingkupi pembiayaan murabahah, musyarakah, mudharabah dan ijarah multi jasa. Produk pembiayaan ini memiliki tingkat risiko yang berbeda-beda yang tidak mungkin hanya ditanggulangi dengan sistem penjaminan saja, namun dibutuhkan penilaian feasibilitasnya oleh manajemen bank syari’ah sebelum pembiayaan tersebut dikucurkan. Di sisi lain tentunya pengawasan yang dilakukan oleh OJK secara microprudential meliputi pengaturan dan pengawasan mengenai kelembagaan, kesehatan, aspek prudential atau JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS VOL 4, No. 4, September 2015
kehati-hatian, dan pemeriksaan bank merupakan lingkup pengaturan dan pengawasan microprudential yang menjadi tugas dan wewenang OJK. Adapun lingkup pengaturan dan pengawasan macroprudential, yakni pengaturan dan pengawasan selain hal yang diatur dalam pasal ini, merupakan tugas dan wewenang Bank Indonesia. Dalam rangka pengaturan dan pengawasan macroprudential, OJK membantu Bank Indonesia untuk melakukan himbauan moral (moral suasion) kepada Perbankan. Terkait tugas dan fungsi OJK sebagai lembaga pengawasan, maka OJK dengan berdasarkan kepada kerangka kerja pengawasan berdasarkan risiko sesuai Pasal 6 OJK melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan serta bunyi Pasal 7 OJK melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan di sektor perbankan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a, OJK mempunyai wewenang dalam pengaturan dan pengawasan mengenai kelembagaan bank yang meliputi, (1) perizinan untuk pendirian bank, pembukaan kantor bank, anggaran dasar, rencana kerja, kepemilikan, kepengurusan dan sumber daya manusia, merger, konsolidasi dan akuisisi bank, serta pencabutan izin usaha bank dan (2) kegiatan usaha bank, antara lain sumber dana, penyediaan dana, produk hibridasi, dan aktivitas di bidang jasa. Standar pengaturan dan pengawasan yang sangat penting dilihat lagi oleh OJK harus diterapkan oleh bank syariah mengenai aspek kehati-hatian bank, meliputi, (1) manajemen risiko, (2) tata kelola bank, (3). prinsip mengenal nasabah dan anti pencucian uang, dan (4), pencegahan pembiayaan terorisme dan kejahatan perbankan, di sisi lain kondisi modal dan finansial, kinerja bank dalam pengelolaan dana pihak ketiga dan rasio dana yang memiliki jumlah pembiayaan yang dikucurkan (loan deficit ratio) juga perlu diperhatikan oleh OJK, serta implementasi kebijakan dan prosedur pada aktivitas pembiayaan dan operasional. Dalam hal ini, tentunya bank syari’ah harus mempersiapkan dari awal SDM yang kompeten dan perangkat sistem informasi manajemen risiko yang baik agar terciptanya bank yang sehat, bank syari’ah harus mengoptimalkan sistem pengendalian intern. OJK tentu harus mengontrol dengan baik terhadap aplikasi peraturan yang telah ditetapkan terhadap bank umum syari’ah agar bank syariah mematuhi dan menjalankan fungsinya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pada penyaluran pembiayaan bank syari’ah potensi penyelewengan terhadap berbagai produk pembiayaan lebih besar terjadi, hal ini disebabkan karena bank syari’ah memiliki 2 standar yang harus dilaksanakan dan dipatuhi
yaitu substansi fiqhnya dan operasional yang ditetapkan oleh pemerintah. Bank syari’ah berupaya melakukan perbaikan antara lain melalui proses restrukturisasi dan pencarian investor baru dalam rangka memperkuat struktur keuangan debitur bermasalah, namun demikian, upaya tersebut belum sepenuhnya dapat menekan rasio NPF (non performing financing) ke level minimal mengingat beberapa bank syari’ah memiliki permasalahan debitur yang bersifat struktural, sehingga upaya perbaikan belum dapat menunjukkan hasil optimal dalam jangka pendek. METODE PENELITIAN Jenis penelitian, Tempat, Sumber data Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian dengan menggunakan studi dokumentasi, dalam penulisan ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif, (qualitative research) adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendetesiskan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, persepsi, pemikiran orang secara individual atau kelompok dan studi kepustakaan (library research). Pada tahapan ini peneliti menggali informasi dari OJK dengan melihat dan menganalisis, peristiwa, aktivitas, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual, selanjutnya peneliti juga menggali informasi dari OJK Cabang Banda Aceh, dan Bank Syariah yang beroperasi di Banda Aceh. Penelitian ini dilakukan di OJK Aceh Provinsi Aceh, serta ingin melihat bagaimana otoritas OJK dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga pengawasan. Objek penelitian ini adalah sumbersumber yang memungkinkan untuk memperoleh keterangan penelitian atau data. Adapun yang menjadi objek penelitian dalam penelitian ini adalah pihak OJK yang membidangi bagian pengawasan Bank Syariah, sedangkan objek penelitian ini adalah dampak adanya OJK apakah mampu mengoptimalkan peran perbankan syariah demi terlaksananya bank yang sehat dan bersih. Teknik pengumpulan data dan analisis data Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah sebagai berikut: a. Observasi merupakan salah satu metode pengumpulan data di mana peneliti melihat dan mengamati langsung secara visual di lokasi penelitian. Dalam hal ini, peneliti melihat bagaimana dampak terhadap pengawasan OJK dalam mengawasi seluruh bank syariah yang ada di Banda Aceh. Observasi juga dapat dipahami sebagai proses “pemeran serta sebagai pengamat”, artinya peneliti hanya berperan sebagai pengamat dan menafsirkan atas apa yang JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS VOL 4, No. 4, September 2015
terjadi dalam sebuah fenomena. Pada tahapan ini peneliti mencoba mencermati kondisi OJK Aceh penelitian agar apa yang ingin peneliti berjalan dengan baik. Observasi ini meliputi gambaran umum lokasi penelitian, partisipan (aktor yang terlibat) dalam lembaga OJK dan melihat aktivitas serta respon perbankan syariah dalam menjaga kesehatan perbankannya. Dalam konteks penelitian ini, observasi awal yang peneliti lakukan adalah mengamati gambaran umum lokasi penelitian. b. Wawancara (interview) Wawancara dilakukan dengan para informan yang telah dipilih dari unsur yang menjadi objek penelitian. Mengingat penelitian dilakukan di OJK Aceh maka informan yang dimaksud adalah Kepala Bidang Pengawasan OJK Aceh. Informasi yang diperoleh dari pihak OJK kabupaten adalah mendapatkan informasi tentang pengawasan OJK terhadap produk pembiayaan di Banda Aceh. c. Informan Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, dengan teknik yang digunakan tidak berdasarkan persentase sebagaimana sering digunakan dalam penelitian kualitatif. Penelitian ini hanya menjaring sebanyak mungkin informasi yang mendalam dari berbagai sumber tanpa berpatokan kepada besarnya jumlah informan yang digali. Dengan demikian, tujuannya bukanlah memusatkan diri pada adanya perbedaanperbedaan yang nantinya dikembangkan ke dalam generalisasi. Tujuannya adalah untuk merinci kekhususan yang ada dalam ramuan konteks yang unik. Untuk memperoleh gambaran menyeluruh tentang objek penelitian, peneliti menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif. Data yang diperoleh melalui observasi, dokumentasi, wawancara dan pencatatan di lapangan, selanjutnya diolah dan diinterpretasikan dengan memfokuskan makna yang diinterpretasikan dalam bentuk kata-kata dari pada angka-angka sejauh mungkin dalam bentuk aslinya. Dalam penelitian kualitatif yakni adanya: (1) reduksi data, (2) display data, (3) mengambil kesimpulan verifikasi. Tahapan di atas untuk lebih jelasnya dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Reduksi data, diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan data kasar dan transformasi data kasar yang muncul dari beberapa catatan yang berhasil dihimpun. Proses reduksi data mengacu pada
pengelompokkan data yang dipilih untuk menjawab permasalahan yang sedang diteliti. b. Display data adalah penyajian data dan informasi yang telah terkumpul dalam bentuk matriks atau uraian yang memberikan kemudahan dalam memberikan kemungkinan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan yang diperlukan. c. Penarikan kesimpulan (verifikasi), proses pencarian data/makna dari data yang terkumpul, memberikan catatan keteraturan, pola-pola yang dapat digunakan untuk menjelaskan, konfigurasi yang mungkin digunakan, sebab akibat serta proposisi. Kesimpulan yang diperoleh juga memerlukan verifikasi selama penelitian dilakukan. Pada proses analisis data, penelitian ini dilakukan juga proses komparasi. Komparasi dilakukan dengan cara membandingkan dan menguji kembali antara data yang diperoleh di lapangan dari hasil observasi dan berbagai data atau keterangan ilmiah lainnya yang relevan. Keterangan ilmiah tersebut diperoleh dari berbagai referensi pustaka yang sempat dikaji dengan data yang berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan. KAJIAN PUSTAKA Pengertian dan Regulasi Prudential standards pada Perbankan Syariah di Indonesia Pengertian Prudential standards merupakan gabungan dari dua kata yaitu Prudential dan standards dalam kamus besar bahasa Inggris prudential berarti kehati-hatian sedangkan standards memiliki arti “standar”, prinsip kehatihatian yang secara istilah prudent diartikan sebagai pengawasan, kata prudent itu sendiri diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan arti bijaksana, namun dalam dunia perbankan istilah ini digunakan untuk kehati-hatian. Prudential standards bertujuan agar bank dapat melakukan kegiatan usahanya dengan aman sehingga bank selalu berada dalam keadaan sehat. Prinsip kehati-hatian tersebut mengharuskan pihak bank selalu teliti dan waspada dalam menjalankan kegiatan usahanya, dalam arti harus selalu konsisten dalam melaksanakan peraturan perundang-undangan di bidang perbankan berdasarkan profesionalisme dan itikad baik. Pengertian prinsip kehati-hatian sendiri adalah prinsip pengendalian risiko melalui penerapan perundang-undangan sebagai ketentuan yang harus diterapkan secara konsisten. Tujuan dari penerapan prinsip kehatihatian ini adalah untuk menjaga keamanan, kesehatan, dan kestabilan sistem perbankan. Prudential standards juga didefinisikan sebagai “nasihat Tuhan” bahwa setiap makhluk harus bersikap hati-hati. Nasihat itu sama persis dengan nasihat setiap orang tua kepada anaknya, JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS VOL 4, No. 4, September 2015
setiap atasan pada bawahannya, setiap bawahan kepada atasannya, setiap kawan yang satu dengan kawan yang lainnya. Tegasnya, nasihat untuk bersikap hati-hati adalah nasihat antara manusia yang satu dengan yang lain, antara institusi dengan pihak lain, bahkan antara polisi dengan pengguna jalan. Dengan demikian, tidaklah tepat jika seorang yang melanggar “nasihat” harus dianggap sebagai pelanggaran normatif hukum karena suatu nasihat bukanlah norma hukum, tetapi merupakan tingkat tertinggi dari suatu nilai idealisme. Oleh karena suatu nasihat masih merupakan prinsip idealisme tertinggi, maka kesimpulan bahwa pelanggaran nasihat termasuk pelanggaran prinsip kehatihatian tidak dapat secara serta merta dianggap sebagai norma hukum sebab pelanggaran norma hukum adalah pelanggaran terhadap hukum positif dan bukan pada pelanggaran idealisme. Menurut Ibrahim Warde, prudential standards adalah kehati-hatian dalam memastikan bahwa institusi-institusi keuangan beroperasi dalam sikap yang hati-hati. Kepercayaan ditanamkan dengan membangun jaminan keamanan yang benar dan pelaksanaan pengawasan yang ketat. Sejumlah mekanisme pengawasan, rasio kehatihatian, akuntansi, audit, dan aturan-aturan keterbukaan siap digunakan dan memiliki implikasi-implikasi yang luas. Liberalisasi secara tiba-tiba di bidang keuangan telah melahirkan situasi yang sulit bagi para regulator. Di sisi yang lain, iklim bisnis yang bergulir tanpa batasan akan rawan terhadap penipuan, terutama pertumbuhan ekonomi palsu yang spekulatif dan skema-skema piramida, institusiinstitusi membayar deviden (keuntungan) bukannya dari keuntungan-keuntungan yang dihasilkan dari operasi-operasi bisnis yang sah, melainkan dari deposito-deposito baru. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa prudential standards (prinsip kehatihatian) adalah salah satu asas terpenting yang wajib diterapkan atau dilaksanakan oleh bank dalam menjalankan kegiatan usahanya. Prinsip kehati-hatian tersebut mengharuskan pihak bank untuk selalu berhati-hati dalam menjalankan kegiatan usahanya, dalam arti harus selalu konsisten dalam melaksanakan peraturan perundang-undangan di bidang perbankan berdasarkan profesionalisme dan itikad baik. Regulasi Prudential standards pada Perbankan Syari’ah di Indonesia Prudential standards merupakan salah satu standar kehati-hatian yang ditetapkan oleh pemerintah sebagai ketentuan hukum untuk memastikan bahwa bank yang beroperasi di Indonesia mampu mengoptimalkan perannya sebagai institusi finansial yang kuat dan bertanggungjawab terhadap pengelolaan tabungan dan sumber finansial lainnya yang
diinvestasikan oleh nasabah krediturnya. Prudential standards sebagai salah satu bentuk rambu-rambu kesehatan perbankan di Indonesia bertujuan agar bank termasuk bank syari’ah sebagai penghimpun dan pengelola dana masyarakat dalam operasionalnya mampu berperan optimal sebagai institusi yang mapan dan tangguh serta bebas dari risiko sehingga dapat mendatangkan keuntungan yang diharapkan oleh semua pihak yang terkait. Dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan pada Pasal 29 ayat (2), menentukan bahwa “bank wajib memelihara tingkat kesehatan sesuai dengan ketentuan dan kecukupan modal, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan bank, dan wajib melakukan kegiatan usaha dengan prinsip kehatihatian”. Apabila bank melakukan kegiatan berdasarkan prinsip syariah dan tidak mematuhi rambu-rambu kesehatan bank tentu akan memberikan dampak kerugian yang jauh lebih besar daripada hal itu dilakukan oleh bank konvensional. Ada dua alasan mengapa dampak tersebut lebih besar, alasan pertama ialah karena risiko yang dihadapi oleh bank syariah, dalam hal pembiayaan diberikan berdasarkan akad mudharabah (investasi tidak terikat) kepada nasabahnya, jauh lebih besar daripada risiko yang dihadapi oleh bank konvensional yang pemberian kreditnya dengan jaminan. Pada pembiayaan mudharabah, bank syariah sebagai mana ketentuan atau prinsip syariahnya tidak boleh meminta agunan dari nasabah yang diberi pembiayaan. Dengan kata lain, bank syariah semata-mata hanya dapat mengandalkan first way out (jaminan utama) sebagai sumber pengembalian dana yang diinvestasikan oleh bank dalam bentuk pembiayaan mudharabah, yang notabene dana tersebut berasal dari simpanan para nasabah bank tersebut. Sedangkan pada pemberian kredit oleh bank konvensional, penyerahan agunan oleh nasabah debitur merupakan unsur penting sebagai second way out (jaminan tambahan). Dengan kata lain, sumber pelunasan kredit bagi bank konvensional selain berupa first way out, juga bank konvensional masih dapat mengandalkan second way out berupa agunan kredit dan penjaminan apabila first way out mengalami kegagalan. Alasan kedua, apabila terjadi kegagalan pada pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah, antara lain dalam bentuk mudharabah dan musyarakah (akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu), nasabah tidak berkewajiban untuk mengembalikan dana bank tersebut. Sebagaimana telah diuraikan di atas tadi, misalnya pada transaksi mudharabah, bank syariah yang harus memikul risiko JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS VOL 4, No. 4, September 2015
kehilangan dana yang telah diberikan oleh bank syariah kepada nasabah atau mudharib (pengelola) untuk diputarkan dalam kegiatan usaha nasabah, sedangkan risiko yang dipikul mudharib hanya berupa tidak memperoleh keuntungan dan remunerasi (imbalan) dari jerih payahnya dalam menjalankan dan mengelola usaha itu. Dengan demikian bank syariah harus mampu memikul risiko finansial sedangkan nasabah hanya memikul risiko non-finansial. Prinsip kehati-hatian adalah salah satu asas atau prinsip yang menyatakan bahwa bank dalam menjalankan fungsi dan kegiatan usaha wajib bersikap hati-hati (prudent) dalam rangka melindungi dana masyarakat yang dipercayakan pada bank. Hal ini disebut dalam Pasal 2 UU Nomor 10 Tahun 1998 sebagai perubahan atas No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan, bahwa perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi, ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. Prinsip Prudential Standards yang Diimplementasikan pada Perbankan Syariah di Indonesia Salah satu jenis bank yang ada di kalangan masyarakat Indonesia yang mempunyai sistem atau tata cara operasionalnya berlandaskan pada nilai-nilai syariat Islam adalah bank syariah. Bank syariah adalah suatu lembaga yang usaha pokoknya tidak jauh berbeda dengan bank konvensional menarik dan memberikan kredit (pembiayaan) dan jasa-jasa dalam lalulintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasionalannya disesuaikan dengan nilainilai syariat Islam. Bank syariah sebagai bank yang menerapkan nilai-nilai syariah juga mempunyai prinsip yang sama dengan bank konvensional dalam melakukan aktivitas perbankan, adapun prinsip-prinsip tersebut di antaranya : Kecukupan modal Lembaga keuangan yang sehat dan kuat tidak dapat dikembangkan tanpa disertai dengan terciptanya iklim saling percaya antara penyedia dan pengguna dana. Untuk menciptakan iklim saling percaya tersebut tidaklah mudah karena di satu sisi bank menerima dana dari para deposan sekaligus bertindak sebagai pengguna dan penyedia dana, sementara itu di sisi lain, return atas ekuitas semakin meningkat seiring dengan bertambahnya proporsi dana dari para deposan yang mereka pergunakan. Rekening giro, yang merupakan bagian penting dari total dana bank syariah, adalah utang yang harus dibayar meskipun rekening investasi secara kontraktual tidak diperlakukan demikian, pada umumnya bank tidak dapat mencegah adanya penarikan dana sebelum jatuh tempo. Ketika rekening investasi bisa menjadi objek penarikan pada saat para deposan sudah
tidak percaya lagi terhadap bank, atau dimungkinkan adanya kondisi di mana nasabah akan meninggalkan bank (bank-run), maka bank harus memperkuat permodalan dan membuat pencadangan atas kerugian. Bank selaku lembaga keuangan harus mampu memulihkan kepercayaan nasabah dan mencegah terjadinya penarikan masal, kebutuhan modal minimum yang berfungsi sebagai dana jaminan internal (internal insurance fund). Persoalan ini tentu tidak dapat terselesaikan dengan mudah apabila bank tidak mengetahui standar internasional untuk mencapai maksud tersebut. Standar permodalan dalam ketentuan Basel dibagi menjadi tiga bentuk, yaitu tier-1 capital atau modal inti, tier-2 capital atau modal pelengkap, dan tier-3 capital. Ditentukan tier-1 capital tidak boleh kurang dari 50% dari total modal (tier-1 capital + tier-2 capital), sedangkan tier-2 capital juga tidak dibolehkan lebih dari 50% dari total modal. Selain itu, juga ditentukan bahwa bank minimal harus menjaga tier-1 capital sebesar 4% dan total modal sebesar 8% dari aset tertimbang menurut risiko (risk weighted asset). Karena ketika bobot risiko (risk-weight) adalah nol, maka bank dituntut untuk menyediakan modal inti yang minimal equivalen dengan 3% dari total aset mereka. Kualitas Aset bank Dalam mengukur kualitas aset, bank harus menilai jenis-jenis aset yang dimiliki oleh bank. Pengukuran kualitas aset dan liabilitas adalah bagaimana bank mampu mengkoordinasikan portofolio aset/liabilitas guna memaksimalkan profit bagi bank dan hasil yang dibagikan kepada para pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kebutuhan likuiditas dan prinsip kehati-hatian. Pengukuran aset meliputi koordinasi karakteristik keuntungan (return) dan risiko atas portofolio aset dan liabilitas bank. Setiap keputusan investasi yang dilakukan bank memerlukan keputusan simultan tentang bagaimana mendanai investasi tersebut. Risiko pada bank tidak hanya tergantung pada karakteristik aset melainkan juga pada karakteristik liabilitas yang digunakan untuk menandai aset tersebut. Kualitas manajemen bank Penilaian kualitas manajemen bank dapat dilihat dari kapasitas manusianya dalam mengelola bank, di samping itu Kualitas manajemen bank juga dapat dilihat dari segi pendidikannya serta pengalaman para karyawannya dalam menangani berbagai kasus yang terjadi. Aspek yang dinilai di antaranya manajemen permodalan, manajemen aktiva umum, manajemen rentabilitas dan manajemen likuiditas. Pemerintah dan Bank Indonesia telah mengatur dalam ketentuannya sebagai mana tertuang dalam surat keputusan bersama antara JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS VOL 4, No. 4, September 2015
menteri keuangan dan Gubernur Otoritas Jasa Keuangan No. 52/KMK.017/ 1999 dan No. 31//11/KEP/ GBI tanggal 8 Februari 1999, di antaranya isinya adalah sebagai berikut. Ketentuan tentang penilaian pemenuhan fit and proper test dari pemegang saham, komisaris dan dewan direksi BU. Kedua penilaian terhadap pemegang saham yang memiliki saham lebih dari 25% atau dapat dibuktikan menjadi pemegang saham pengendali berkaitan dengan pemenuhan komitmen tertulis kepada BI. Masalah integrasi, melibatkan operasional bank dan penilaian terhadap komisaris dan direksi menyangkut pemenuhan komitmen tertulis kepada BI. Di samping perangkat organisasi, yaitu dewan komisaris, direksi, pejabat lainnya serta satuan-satuan kerja dalam organisasi operasional bank yang terkait dengan proses kegiatan pembiayaan, maka untuk mendukung pemberian pembiayaan yang sehat, organisasi pembiayaan perlu dilengkapi dengan unsur-unsur struktur pengendalian internal yang memadai, mulai dari awal proses kegiatan pembiayaan dan pengawasan sampai penyelesaian. Untuk menerapkan hal itu antara lain bank memiliki komite kebijakan pembiayaan dan komite pembiayaan. Adapun penyebab sering terjadinya pembiayaan bermasalah dikarenakan kesulitankesulitan yang dihadapi oleh nasabah. Penyebab kesulitan keuangan perusahaan nasabah dapat dibagi dalam dua faktor di antaranya faktor internal dan faktor eksternal. a. Faktor internal merupakan faktor yang ada di dalam perusahaan sendiri dan faktor utama yang paling dominan merupakan faktor manajerial. Timbulnya kesulitan-kesulitan keuangan perusahaan yang disebabkan oleh faktor manajerial dapat dilihat dari beberapa hal, seperti kelemahan dalam kebijakan pembelian dan penjualan, lemahnya pengawasan biaya dan pengeluaran, kebijakan piutang yang kurang tepat, penempatan yang berlebihan pada aktiva tetap, permodalan yang tidak cukup. b. Faktor Eksternal merupakan faktor-faktor yang berada di luar kekuasaan manajemen perusahaan, seperti bencana alam, peperangan, perubahan kondisi perekonomian dan perdagangan, perubahan teknologi, dan lain-lain. Likuiditas Likuiditas pada umumnya merupakan posisi uang kas suatu perusahaan dan kemampuannya untuk memenuhi kewajiban (membayar utang) yang jatuh tempo tepat pada waktunya. Apabila dikaitkan dengan lembaga keuangan lembaga bank, berarti kemampuan bank setiap waktu untuk membayar utang jangka pendek apabila tiba-tiba ditagih oleh nasabah atau pihak-pihak
terkait, yang dimaksud dengan likuiditas bagaimana kemudahan mengubah aset menjadi uang tunai dari masing-masing bank yang bersangkutan. Dalam pengelolaan dana, bank akan mengalami salah satu dari tiga hal berikut ini: a. Posisi seimbang (square) di mana persediaan dana sama dengan kebutuhan dana yang tersedia. b. Posisi lebih (long), di mana persediaan dana lebih dari kebutuhan dana yang tersedia c. Posisi kurang (short), di mana persediaan dana kurang dari kebutuhan dana Dalam kegiatan operasional, bank dapat mengalami kelebihan atau kekurangan likuiditas. Apabila terjadi kelebihan, maka hal itu dianggap sebagai keuntungan bank. Sedangkan jika terjadi kekurangan likuiditas, maka bank memerlukan sarana untuk menutupi kekurangan tersebut. Transaksi pembayaran dalam aktivitas perbankan dilakukan melalui mekanisme kliring dengan membebankan rekening giro bank yang bersangkutan pada Otoritas Jasa Keuangan. Apabila dalam pelaksanaan saldo bank menjadi kurang dari giro wajib minimum (GWM), maka bank atau kantor cabangnya dikenakan kewajiban membayar. Untuk ketentuan mengenai besarnya mata uang dan mekanisme GWM bagi bank umum syariah, kini telah ada pengaturannya tersendiri yaitu PBI No. 6/21/PBI/2004 tentang giro wajib minimum dalam rupiah dan valuta asing bagi bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah. Bagi bank syariah yang mengalami kekurangan dana dapat menerbitkan sertifikat investasi mudharabah antar bank (IMA) yang merupakan sarana penanaman modal bagi bank syariah maupun bank konvensional. Berdasarkan ketentuan Pasal 3 PBI No 2/8/PBI/2000, sertifikat IMA adalah satu-satunya yang digunakan dalam operasional pasar uang antar bank berdasarkan prinsip syariah (PUAS). Rentabilitas Rentabilitas merupakan salah satu sistem yang paling penting dalam bank, rentabilitas merupakan alat untuk menganalisa atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Selain itu, rasio-rasio dalam kategori ini dapat pula digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan bank. Dalam perhitungan rasio-rasio rentabilitas ini biasanya dicari hubungan timbal balik antara pos yang terdapat pada laporan laba rugi bank dengan pospos pada neraca bank guna memperoleh berbagai indikasi yang bermanfaat dalam mengukur tingkat efisiensi dan profitabilitas bank yang bersangkutan.
JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS VOL 4, No. 4, September 2015
Rasio rentabilitas terdiri atas : Return on asset (ROA), yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula posisi bank tersebut dalam penggunaan asset. Return on equity (ROE), yaitu perbandingan di antara laba bersih bank dengan modal sendiri. ROE ini merupakan indikator yang amat penting bagi para pemegang saham dan calon investor untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh laba bersih yang dikaitkan dengan pembagian deviden. Kenaikan dalam rasio ini berarti terjadi kenaikan laba bersih dari bank yang bersangkutan selanjutnya, kenaikan tersebut akan menyebabkan kenaikan harga saham. Perlu diperhatikan, bahwa dalam penentuan tingkat kesehatan bank, Otoritas Jasa Keuangan lebih mementingkan penilaian besarnya ROA dan tidak memasukkan unsur ROE. Hal ini dikarenakan Otoritas Jasa Keuangan selaku pembina dan pengawas perbankan lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan asset dana sebagian besar berasal dari simpanan masyarakat. a. Rasio beban operasional (BOPO), merupakan perbandingan antara beban operasional dengan pendapatan operasional. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Untuk bank syariah pendapatan operasional bank terdiri atas pendapatan bagi hasil, keuntungan atas kontrak jual beli, fee, biaya administrasi, Net profit margin (NPM) adalah rasio yang menggambarkan tingkat keuntungan bank, dibandingkan dengan pendapatan yang diterima dari kegiatan operasionalnya. Sebagaimana halnya dengan perhitungan rasio sebelumnya. Rasio NPM pun mengacu kepada pendapatan operasional bank yang terutama berasal dari kegiatan pemberian kredit yang dalam praktiknya memiliki berbagai risiko seperti risiko kredit (kredit bermasalah dan kredit macet), serta kurs valas (jika kredit diberikan dalam bentuk valas). b. Prinsip keseimbangan/keadilan yang dimaksud orang-orang yang curang di sini ialah orang-orang yang curang dalam menakar dan menimbang. Meskipun bank syariah itu dapat bersifat universal banking, namun mereka tidak akan dapat menghindari dari keharusan memilih segmen pasar tertentu, pemilihan itu tidak saja ditentukan oleh adanya potensi pasar yang dapat mereka jangkau tetapi juga dipengaruhi oleh kapasitas masing-masing bank, seperti permodalan, kapasitas sumberdaya manusia
(SDM), sistem dan teknologi yang mereka miliki dan sebagainya. Bank syariah wajib memiliki sistem organisasi, sistem administrasi dan manajemen yang baik, serta sumberdaya manusia yang berakhlak baik (siddiq), Amanah, dan fatanah (profesional). Bank wajib melakukan analisa dan penilaian yang terus menerus mengenai sektor ekonomi, segmen pasar, kegiatan usaha dan nasabah yang berisiko tinggi, bank harus menghindari melakukan kegiatan pembiayaan dan investasi pada: a. Usaha yang tidak sesuai dengan prinsip syariah b. Usaha yang bersifat spekulatif dan mengandung ketidakpastian yang tinggi usaha yang tidak mempunyai informasi keuangan yang memadai c. Bidang usaha yang memerlukan keahlian khusus, sedang aparat bank tidak memiliki keahlian khusus. d. Pengusaha yang bermasalah Jika dilakukan perbandingan, maka perbankan syariah akan lebih safe dan terjamin kemampuan berusahanya karena operasional bank terikat oleh ketentuanketentuan prinsip-prinsip syariah. Prinsipprinsip syariah sebagai dasar operasionalnya sekaligus merupakan dan menjadi prinsip kehati-hatian bagi bank Syariah. Solvabilitas Analisis solvabilitas sering digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka panjang atau kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya jika terjadi likuiditas bank. Di samping itu rasio ini digunakan untuk mengetahui perbandingan antara volume (jumlah) dana yang diperoleh dari berbagai hutang (jangka pendek dan jangka panjang) serta sumber-sumber lain di luar modal bank sendiri dengan volume penanaman dana tersebut pada berbagai jenis aktiva yang dimiliki bank. Rasio solvabilitas ini terdiri atas: a. Capital adequacy ratio (CAR), adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh aktiva bank yang mengandung risiko kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank di samping memperoleh dana-dana dari sumber di luar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman hutang, dengan kata lain CAR adalah rasio untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan CAR merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva berisiko. Berdasarkan regulasi BI tertanggal 29 Februari 1993, bank JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS VOL 4, No. 4, September 2015
yang dinyatakan termasuk bank sehat (berkinerja baik) apabila memiliki CAR paling sedikit sebesar 8% sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh BI for international settlements (BIS) b. Debt to equity ratio (DER), yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menutup sebagian atau seluruh hutangnya, baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek, dengan dana yang berasal dari dana bank sendiri. Dengan kata lain, rasio ini mengukur seberapa besar pasiva yang terdiri atas persentase modal bank sendiri dibandingkan dengan besarnya hutang. Dalam bisnis perbankan, sebagian besar dana yang ada pada suatu bank berasal dari simpanan masyarakat, baik berupa simpanan giro, tabungan ataupun deposito. Oleh karena itu hanya sebagian kecil saja dana yang berasal dari modal sendiri. Selain memperoleh hutang (kewajiban) dari deposan (penyimpanan dana), pada umumnya bank juga bisa memperoleh pinjaman dari lembaga-lembaga perbankan, baik lembaga bank yang berada di dalam negeri yaitu BI maupun pinjaman kepada bank yang berada di luar yaitu KLBI, BLBI, dan fasilitas lainnya). Ketentuan di atas yang perlu digarisbawahi bahwa hukum Islam hanya mengatur secara umum konseptual transaksi dan perjanjian seperti disebutkan di atas. Dalam operasional konsep yang ada dalam hukum Islam tersebut perlu dijabarkan kembali secara lebih detail dan sistematis dalam perjanjiannya sebagaimana telah dijelaskan di atas. Produk-produk bank syariah tersebut merupakan produk pilihan yang dirancang secara prudent yang di dalamnya juga mengandung prinsip-prinsip perlindungan bagi nasabahnya. Secara historis produk-produk tersebut telah dipraktikkan dalam dunia perniagaan di masa Nabi dan para sahabatnya, di samping produk-produk lain yang dalam pengembangannya diawasi oleh Dewan Pengawas syariah dari masing-masing bank yang dikendalikan oleh Dewan Syariah Nasional yang dibentuk oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI). Regulasi dan Wewenang OJK dalam Pengawasan Prudential standards pada Perbankan Syariah di Indonesia Otoritas Jasa Keuangan sebagai lembaga pengawasan bank memiliki regulasi dalam menjalankan aktivitasnya, salah satu regulasi yang terapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan adalah tentang ketentuan kesehatan bank baik bank konvensional maupun bank syariah yang terdiri dari BUS dan BPRS, dimaksud untuk dipergunakan sebagai tolak ukuran bagi manajemen bank dalam menilai apakah pengelolaan bank telah dilakukan sesuai dengan
asas-asas perbankan yang sehat dan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku dan (2) sebagai tolak ukur untuk menetapkan arah pembinaan dan pengembangan bank, secara sendiri atau keseluruhan. Khusus untuk perbankan syariah, ketentuan tentang kesehatan bank dipergunakan sebagai tolak ukur bagi manajemen, Dewan Pengawas syariah, Otoritas Jasa Keuangan, dan bahkan nasabah dalam menilai apakah pengelolaan bank telah dilakukan sesuai dengan Prinsip syariah. Dalam pengawasan bank dan lembaga keuangan lainnya OJK tentunya dapat merujuk pada teori pengawasan yang dikemukakan oleh Henry Fayol dalam menjalankan sistem pengawasan terhadap bank, di mana dalam konsep Henry Fayol menjelaskan bahwa fungsi Controlling atau pengendalian atau pengawasan adalah suatu kegiatan untuk memantau, membuktikan, dan memastikan seluruh kegiatan yang telah direncanakan, diorganisasikan, diperintahkan, dan dikondisikan sebelumnya dapat berjalan sesuai target atau tujuan tertentu, dalam teori ini Henry Fayol mengklasifikasikan instrumen penting yang harus diperhatikan di antaranya: 1. Prinsip-prinsip controlling: Pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan dapat dimengerti oleh pekerja dan hasilnya mudah diukur. 2. Pimpinan harus memahami bahwa fungsi pengawasan sebagai kegiatan yang sangat penting dalam upaya mencapai tujuan organisasi. 3. Standar kerja harus dijelaskan kepada seluruh pekerja karena kinerja pekerja terus dinilai oleh pimpinan sebagai pertimbangan untuk memberikan penghargaan kepada yang dianggap mampu memenuhi target. 4. Proses controlling, mengukur hasil atau prestasi yang telah dicapai oleh para pekerja atau perusahaan, dan kemudian membandingkan hasil yang telah dicapai dengan tolak ukur yang sudah ditetapkan, serta memperbaiki penyimpanganpenyimpangan yang terjadi sesuai dengan penyebabnya, kemudian menggunakan faktor penyebab tersebut untuk menetapkan langkah-langkah ke depannya. Selanjutnya dalam teori yang dikemukakan oleh George R. Terry, dia menjelaskan bahwa Controlling atau pengendalian atau pengawasan adalah suatu kegiatan untuk memantau, membuktikan, dan memastikan seluruh kegiatan yang telah direncanakan, diorganisasikan, diperintahkan, dan dikondisikan sebelumnya dapat berjalan sesuai target atau tujuan tertentu. Prinsip dan proses controlling menurut George R. Terry sama dengan prinsip dan proses controlling menurut Henry Fayol. Dalam pengawasannya OJK juga masih JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS VOL 4, No. 4, September 2015
menggunakan standar yang diterapkan oleh Bank Indonesia penilaian tingkat kesehatan bank mencakup penilaian terhadap faktor-faktor sebagai berikut: a. Permodalan (capital); b. Kualitas aset (asset quality); c. Manajemen (manajemen); d. Rentabilitas (earning); e. Likuiditas (liquidity); dan f. Sensitivitas terhadap risiko pasar (sensitivity to market risk), Pasal 3 PBI No. 9/1/PBI/2007). Penilaian terhadap faktor permodalan meliputi penilaian terhadap komponenkomponen sebagai berikut: a. Kecukupan, proyeksi (trend ke depan) permodalan dan kemampuan permodalan dalam mengcover risiko; b. Kemampuan memelihara kebutuhan penambahan modal yang berasal dari keuntungan, rencana permodalan untuk mendukung pertumbuhan usaha, akses kepada sumber permodalan dan kinerja keuangan pemegang saham (Pasal 4 ayat 1 No. 9/1/PBI/2007). Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No. 9/24/DPbS kepada semua bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, Bab II angka 1, penilaian permodalan dimaksudkan untuk menilai kecukupan modal bank dalam mengamankan eksposur risiko posisi dan mengantisipasi eksposur risiko yang akan muncul. Penilaian kuantitatif faktor permodalan bank dalam menjalankan usaha sesuai dengan prinsip manajemen umum, kecukupan manajemen risiko dan kepatuhan bank terhadap ketentuan baik yang terkait dengan prinsip kehati-hatian maupun kepatuhan terhadap prinsip syariah dan komitmen bank kepada Otoritas Jasa Keuangan. Penilaian kualitatif faktor manajemen dilakukan dengan penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut: a. Kualitas manajemen umum terkait dengan penerapan good corporate governance (tata kelola perusahaan); b. Kualitas penerapan manajemen risiko; c. Kepatuhan terhadap ketentuan baik yang terkait dengan prinsip kehati-hatian maupun kepatuhan terhadap prinsip syariah serta komitmen kepada Otoritas Jasa Keuangan. Menurut Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No. 9/24/DPpbS kepada semua bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, Bab 2 angka 3, penilaian rentabilitas dimaksudkan untuk menilai kemampuan bank dalam menghasilkan laba. Penilaian kuantitatif faktor rentabilitas dilakukan dengan melakukan penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut: 1. Net operating margin (NOM), merupakan rasio utama.
2.
Return on assets (ROA), merupakan rasio penunjang. 3. Rasio efisiensi kegiatan operasional (REO), merupakan rasio penunjang. 4. Rasio aktiva yang dapat menghasilkan pendapatan, merupakan rasio penunjang. 5. Diversifikasi pendapatan, merupakan rasio penunjang. 6. Proyeksi pendapatan bersih Operasional utama (PPBO) merupakan rasio penunjang 7. Net structural operating margin, merupakan rasio pengamatan (observed) 8. Return on equity (ROE), merupakan rasio pengamatan (observed) 9. Komposisi penempatan dana pada surat berharga/pasar keuangan, merupakan rasio pengamatan (observed) 10. Disparitas imbalan jasa tertinggi dengan terendah, merupakan rasio pengamatan (observed) 11. Pelaksanaan fungsi edukasi, merupakan rasio pengamatan (observed) 12. Pelaksanaan fungsi sosial, merupakan rasio pengamatan (observed) 13. Korelasi antara tingkat bunga di pasar dengan return/bagi hasil yang diberikan oleh bank syariah, merupakan rasio pengamatan (observed) 14. Rasio bagi hasil dana investasi, merupakan rasio pengamatan (observed) 15. Penyaluran dana yang di-write-off dibandingkan dengan biaya operasional, merupakan rasio pengamatan (observed) Penilaian kuantitatif yang akan muncul. Penilaian kuantitatif faktor likuiditas dilakukan dengan melakukan penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut: 1. Besarnya aset jangka pendek dibandingkan dengan kewajiban jangka pendek, merupakan rasio utama. 2. Kemampuan aset jangka pendek, kas dan secondary reserve dalam memenuhi kewajiban jangka pendek, merupakan rasio penunjang. 3. Ketergantungan kepada dana deposan inti, merupakan rasio penunjang. 4. Pertumbuhan dana deposan inti terhadap total dana pihak ketiga, merupakan rasio penunjang. 5. Kemampuan bank dalam memperoleh dana dari pihak lain. 6. Apabila terjadi mismatch, merupakan rasio pengamatan (observed). 7. Ketergantungan pada dana antar bank, merupakan rasio pengamatan (observed).
HASIL PEMBAHASAN Prudential standards untuk mewujudkan Stabilitas Operasional Perbankan Syariah JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS VOL 4, No. 4, September 2015
Berdasarkan dengan standar kehati-hatian, dalam Pasal 35 UU perbankan syariah, menentukan bahwa perbankan syariah dalam melakukan kegiatan usahanya wajib menerapkan prinsip kehati-hatian. Oleh karena itu perbankan syariah wajib menyampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan laporan keuangan berupa neraca tahunan dan perhitungan laba rugi tahunan serta penjelasannya yang disusun berdasarkan prinsip akuntansi syariah yang berlaku umum, serta laporan berkala lainnya, dalam waktu dan bentuk yang diatur dengan peraturan Otoritas Jasa Keuangan. Otoritas Jasa Keuangan sebagai pengontrol kebijakan seluruh perbankan yang ada di Indonesia telah menetapkan ketentuan mengenai batas maksimum penyaluran dana berdasarkan prinsip syariah, pemberian jaminan, penetapan investasi surat berharga, atau hal lain yang serupa yang dapat dilakukan oleh bank syariah. Penyaluran dana berdasarkan prinsip syariah oleh bank syariah dan UUS mengandung risiko kegagalan atau kemacetan dalam pelunasannya sehingga dapat berpengaruh terhadap kesehatan bank syariah dan UUS. Mengingat bahwa penyaluran dana dimaksud bersumber dari dana masyarakat yang disimpan pada bank syariah, risiko yang dihadapi bank syariah dapat berpengaruh pula kepada keamanan dana masyarakat. Untuk memelihara kesehatan dan meningkatkan daya tahannya, bank syariah diwajibkan membayar risiko dengan mengatur penyaluran atau pemberian pembiayaan berdasarkan prinsip syariah. Makna penting dari prinsip kehati-hatian tersebut di atas adalah perbankan syariah harus dikelola dengan baik. Pembiayaan yang dilakukan harus berdasarkan pertimbangan ekonomis dan profesional, bukan pertimbangan lain di luar kepentingan ekonomi. Berkaitan dengan pengelolaan perbankan syariah berdasarkan prinsip transparansi, akuntabilitas, pertanggungjawaban, profesional, dan kewajaran dalam menjalankan kegiatan usahanya, UU Perbankan Syariah menekankan bahwa pengabaian prinsip transparansi, akuntabilitas, pertanggungjawaban, profesional, dan kewajaran dalam menjalankan kegiatan usahanya mempunyai risiko yang berat, karena pelakunya harus bertanggungjawab di dunia dan di akhirat sekaligus. Sistem Pengawasan OJK Terhadap Implementasi Prudential standards oleh bank-bank Umum Syari’ah Pada tahun 2013 sektor keuangan Indonesia mengalami pembaharuan yang sangat signifikan, hal ini ditandai dengan hadirnya lembaga baru yaitu Otoritas Jasa Keuangan yang mengambil alih sebahagian fungsi strategis Bank Indonesia sebagai lembaga pengawas perbankan dan
lembaga keuangan lainnya yang beroperasi di Indonesia.Di sisi lain semangat pemerintah dalam membentuk lembaga OJK merupakan wujud dari keseriusan dalam merespon segala permasalahan-permasalahan yang timbul di sektor perbankan dan non bank di Indonesia, hal ini diperkuat dengan fungsi OJK secara kelembagaan bahwa OJK berada di luar pemerintahan, yang dimaksud dengan di luar pemerintahan di sini adalah bahwa OJK tidak menjadi bagian dari kekuasaan Pemerintah, namun dalam pelaksanaannya OJ menjelaskan tidak menutup kemungkinan adanya unsur-unsur perwakilan pemerintah ke depan karena pada hakikatnya OJK merupakan lembaga yang beraktivitas di sektor keuangan yang memiliki relasi baik dengan otoritas lain yang mengurus kebijakan fiskal dan moneter hal ini dilakukan secara Ex-officio. Fungsi pengawasan terhadap dunia perbankan tentu sudah lama dijalankan oleh lembaga pengawas, dulu kita mengenal Bank Indonesia yang fokus serta serius serta berkewajiban untuk memastikan bahwa Bank Umum Syariah agar tetap dalam keadaan prudent, aspek yang diawasi oleh Bank Indonesia pada waktu itu khusus bagi lembaga perbankan dan keuangan lain yang ada di Indonesia serta mengelola stabilitas moneter dan menjaga peredaran uang, namun dalam pelaksanaannya BI juga mengalami keterbatasan-keterbatasan dalam melakukan fungsinya sehingga banyak permasalahanpermasalahan yang muncul dalam bentuk pembiayaan baik mudharabah, murabahah, dan musyarakah dalam skala serius, dan ini merupakan keterbatasan bagi Bank Indonesia. Kondisi ini menunjukkan bahwa lembaga perbankan memiliki perputaran aktivitas kegiatan yang sangat tajam, serta membuktikan bahwa lembaga perbankan tidak berjalan lambat, maka oleh itu dibutuhkan pengawasan yang ekstra dalam aktivitas pembiayaan serta pemerintah mengharapkan peran yang sangat maksimal dari OJK, untuk menjawab segala permasalahan yang selama ini menjadi keterbatasan Bank Indonesia dalam melakukan pengawasan di dunia perbankan. Mekanisme Kerja OJK dalam Pengawasan 5 Instrumen Prudential Standards Serta Bagaimana Tingkat Fokusnya Terhadap Masing-masing Instrumen Dalam Aplikasi pengawasan terhadap bank yang dilakukan oleh OJK, pihak OJK mengakui bahwa sampai saat ini mereka masih menggunakan sistem operasional Bank Indonesia, namun dalam melakukan pemeriksaan OJK menjelaskan bahwa OJK memiliki standar operasional dalam melakukan pengawasan dengan menggunakan sistem standar operasional JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS VOL 4, No. 4, September 2015
pengawasan yang pernah digunakan oleh Bank Indonesia terhadap pengawasan untuk Bank konvensional maupun Bank syariah. Untuk melakukan pemeriksaan terhadap bank syariah, mekanisme pemeriksaan yang dilakukan OJK sebelum masuk ke BUS terlebih dahulu OJK memberikan surat pemberitahuan akan memeriksa terhadap BUS paling cepat selama 5 hari dan paling lambat selama 7 hari sebelum pemeriksaan dilakukan, OJK memberikan tenggang waktu paling kurang selama 5 hari kepada BUS untuk mempersiapkan segala dokumen yang dibutuhkan oleh OJK dalam pemeriksaan. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melakukan pengawasan tentang standar operasional yang harus diterapkan oleh setiap bank yang beroperasi di seluruh Indonesia.
Dalam pelaksanaan penerapan prinsip prudential standards terhadap kesehatan bank, berpedoman pada ketentuan perundangundangan pengawasan pasal 7 huruf b, di mana OJK harus memperhatikan beberapa faktor di antaranya, 1. Likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, kualitas asset, rasio kecukupan modal minimum, batas maksimum pemberian kredit, rasio penjamin terhadap simpanan, dan pencadangan bank; 2. Laporan bank yang terkait dengan kesehatan dan kinerja bank; 3. Sistem informasi debitur; 4. Pengujian kredit (credit testing); dan 5. Standar akuntansi bank. Ketentuan ini merupakan ketentuan yang selama ini digunakan oleh Bank Indonesia dalam mengawasi seluruh bank yang ada di Indonesia. Bank wajib menetapkan kualitas yang sama terhadap beberapa rekening AP yang digunakan untuk membiayai 1 nasabah, dalam 1 satu bank yang sama, penetapan kualitas ini juga berlaku sama terhadap AP berupa penyediaan dana atau tagihan yang diberikan oleh lebih dari 1 bank yang dilaksanakan berdasarkan perjanjian pembiayaan bersama atau sindikasi. Selanjutnya poin 9 (Sembilan), Giro Wajib Minimum di mana bank wajib memelihara GWM dalam rupiah dan sedangkan bank devisa selain wajib memenuhi GWM dalam rupiah juga wajib memenuhi GWM dalam valuta asing. GWM dalam rupiah ditetapkan sebesar 5% dari DPK dalam rupiah dan GWM dalam valas diterapkan sebesar 1% dari DPK valas. Selain memenuhi
ketentuan tersebut, bank yang memiliki rasio pembiayaan dalam Rupiah terhadap DPK dalam Rupiah Kurang dari 80% dan memiliki DPK rupiah Rp 1 Trilyun s/d Rp 10 trilyun wajib memelihara tambahan GWM Rupiah sebesar 1% dari DPK dalam rupiah. Pada poin 12, OJK menjelaskan dalam implementasi bahwa bank wajib menerapkan prinsip kehati-hatian dalam penyertaan modal bank, dalam hal ini pihak bank wajib memperoleh persetujuan OJK untuk setiap penyertaan modal selanjutnya poin 13, merupakan prinsip kehati-hatian dalam Aktivitas Sekuritisasi Aset bagi Bank Umum pada poin ini OJK mewajibkan kepada bank agar memperhatikan Aset keuangan yang dialihkan dalam rangka sekuritisasi aset wajib berupa aset keuangan yang terdiri dari, tagihan yang timbul dari surat berharga, tagihan yang timbul di kemudian hari (future receivables ) dan aset keuangan lain yang setara. Maka dapat disimpulkan bahwa instrumen yang menjadi fokus penilaian utama OJK dalam melakukan pengawasan terhadap BUS yang berdasarkan prinsip kehati-hatian agar terwujudnya bank yang sehat Adalah instrument 1, yaitu tentang aspek Likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, kualitas asset, rasio kecukupan modal minimum, batas maksimum pemberian kredit, rasio penjamin terhadap simpanan dan pencadangan bank, hal ini juga dipertegas kembali oleh Pemimpin Cabang PT. Bank BRI syariah Akhyar Sulhan yang menjelaskan bahwa hampir semua aktivitas yang dinilai dari bank masuk ke dalam Instrumen 1, sedangkan instrument yang lain tidak begitu fokus. Pada instrument 1, beliau menekan bahwa 90% pekerjaan bank sudah masuk ke dalam instrument 1 dan ini merupakan fokus utama OJK dalam melaksanakan fungsi pengawasannya. Tindakan OJK terhadap Penurunan Kualitas Prudential Standards yang diterapkan oleh Bank Umum Syari’ah Di sisi lain OJK juga harus melihat pada penilaian tingkat komponen pembentukan manajemen, penilaian ini dilakukan oleh OJK dengan berdasarkan analisis dengan mempertimbangkan indikator pendukung dan unsure judgment, hal ini dilakukan oleh OJK untuk memastikan bahwa sumber daya manusia yang ada dalam suatu bank umum syariah benarbenar memahami dan mengerti akan mekanisme sistem operasional yang ada dalam suatu perbankan serta patuh dan taat akan regulasi yang telah ditetapkan oleh bank sehingga perbankan akan dapat beroperasi dengan baik dan sehat. OJK mengakui bahwa banyak terjadi pelanggaran di produk pembiayaan dalam bentuk mudharabah dan murabahah, Musyarakah Hal ini disebabkan karena lemahnya manajemen bank dalam menjaga kesehatan bank serta JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS VOL 4, No. 4, September 2015
mengelola dana bank dan mengabaikan prinsip kehati-hatian prudential standards. Dalam pelaksanaannya apabila bank syariah tidak melaporkan kualitas aktiva secara bulanan maka BI akan memberikan sanksi berupa teguran maupun denda membayar bagi bank syariah yang mengabaikan ketentuan yang telah ditetapkan oleh OJK, di sisi lain OJK juga memiliki ketentuan yang lebih di mana OJK memiliki fungsi sebagai penyidik yang fungsi ini tidak ada selama ini pada BI, dalam ketentuan perundang-undangan lembaga ini dapat mengeksekusi secara langsung apabila bank melakukan tindak pidana dalam aktivitas perbankannya, fungsi ini tentu sangat strategis bagi OJK dalam menjalankan tugasnya ke depan, namun dalam aplikasinya OJK mengakui sedang memaksimalkan ke arah yang lebih baik sehingga terwujudnya cita-cita yang diharapkan oleh rakyat dan pemerintah supaya lembaga OJK dapat berdiri secara Independen serta kokoh dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga Negara.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Sebagai akhir dari pembahasan ini, maka akan dikemukakan beberapa kesimpulan dan saran-saran demi lengkapnya penulisan ini: 1. Dalam pelaksanaan sistem pengawasan yang dilakukan oleh OJK terhadap penerapan prudential standards pada pembiayaan perbankan syariah, saat ini OJK sedang mengalami masa transisi baik secara sistem operasional, dan sistem internal. OJK sedang memaksimalkan fungsi pengawasannya pada penyiapan infrastruktur operasional micro prudential secara terpisah dengan Bank Indonesia, hal ini mengingat bahwa sampai saat ini OJK masih menggunakan sistem operasional Bank Indonesia dalam melakukan pengawasan secara umum dan masih terbatasnya manajemen internal pada lembaga ini, keterbatasan secara sistem operasional dan manajemen internal berdampak pada ketidakjelasan pelaporan yang akan dilaporkan oleh terhadap OJK ke depan. 2. Dari 20 implementasi pengawasan kehatihatian yang baru saja dikeluarkan oleh OJK pada tahun 2014, dapat disimpulkan bahwa OJK lebih banyak memfokuskan pengawasannya pada Instrumen 1, yaitu tentang aspek Likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, kualitas asset, rasio kecukupan modal minimum, batas maksimum pemberian kredit, rasio penjamin terhadap simpanan dan pencadangan bank. Hal ini dapat dilihat dengan masuknya 9 poin implementasi ke
dalam instrument ini, dan jumlah poin ini sangat mendominasi pada implementasi dan aplikasi kerja OJK. Selanjutnya diikuti oleh instrumen ke 2, 3, 4 dan instrumen ke 5. Pihak OJK mengakui bahwa masih banyak pelanggaran yang dilakukan oleh perbankan syariah pada pembiayaan mudharabah, musyarakah, dan murabah kondisi ini menunjukkan bahwa OJK sedang berupaya maksimalkan fungsi pengawasan dan pemeriksaannya lebih ketat sehingga akan memperkecil pelanggaran ke depannya. Saran 1. Berhubung dengan yang penulis kaji tentang pengawasan perbankan syariah, dari literature serta dari mekanisme yang ada pada OJK, penulis tidak menemukan adanya mekanisme yang membendung risiko syariah yang terapkan oleh OJK kepada bank syariah, hal ini mengingat banyak komplain Risiko syariah yang muncul di tengah masyarakat Indonesia. Maka dalam hal ini penulis menyarankan kepada OJK agar memasukkan Instrumen Risiko Syariah ke dalam mekanisme operasional pengawasan syariah terhadap Bank Syariah yang ada di Indonesia. disisi lain OJK perlu memperbaiki sistem dan mekanisme pelayanan terhadap lembaga keuangan syariah, Serta perlu menambah SDM yang berkompeten bertanggungjawab dalam menangani lembaga keuangan syariah sehingga ketika terjadi complain dari pihak masyarakat, maka OJK cepat merespon dan mengerti subtansi permasalahan yang menjadi keluhan masyarakat dan pihak bank. 2. Diharapkan kepada OJK agar dapat menerapkan prinsip prudential standards secara maksimal terhadap Bank Umum Syariah, hal ini mengingat bahwa lembaga keuangan memiliki tingkat risiko tinggi sehingga apabila peran ini tidak dimaksimalkan maka pelanggaranpelanggaran akan menjadi masalah serius bagi lembaga bank syariah yang ada di Indonesia ke depan, dan OJK harus mampu mewujudkan fungsinya sebagai lembaga Independen yang mampu berdiri sendiri dan memiliki sistem operasional terpisah dengan Bank Indonesia sehingga dapat fokus menjalakan fungsinya sebagai lembaga pengawasan yang mengawasi lembaga perbankan dan non bank secara micro prudential standards. 3. Diharapkan kepada OJK agar segera melaksanakan fungsi sebagai penyidik, hal ini mengingat bahwa kasus pelanggaran dalam dunia perbankan sangat rentan terjadi di Indonesia, hal ini disebabkan karena JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS VOL 4, No. 4, September 2015
kondisi perekonomian di Indonesia yang berubah- berubah, dan sektor perekonomian yang menghasilkan sangat kurang, di mana pemerintah hanya memfokuskan pada sektor pembangunan dan infrastruktur. REFERENSI Abdullah Abdul Husain at-Tariqi, Ekonomi Islam (Prinsip, Dasar dan Tujuan), Yogyakarta: Magistra Insania Press, 2004. Adrian Sutedi, Aspek Hukum Otoritas Jasa Keuangan, (Jakarta Timur: Ras, 2014).hlm. 144. Ahmad
Yani, Gunawan Widjaja, Jaminan Fidusia, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2007.
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007. Dewan
Syariah Nasional, Majelis Ulama Indonesia, Bank Indonesia, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional, Jakarta: DSN-MUI BI, 2001.
Gunawan Widjaja, Kartini Muljadi, Penanggungan Utang dan Perikatan Tanggung Menanggung, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005. J
Satrio, Hukum Jaminan, Hak Jaminan Kebendaan, Jakarta: Citra Aditya Bakti, 2002.
Kartini Muljadi, Gunawan Widjaja, Kebendaan Pada Umumnya, Jakarta: Kencana, 2003. Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998. M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam (Fiqh Muamalah), Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004. M. Bahsan, Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007. Mufti Muhammad Taqi Usmani, An Introduction To Islamic Finance, Pakistan: Maktaba Ma’ariful Qur’an 2002, Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah, dari Teori ke Praktik, Jakarta: Gema Insani Press, 2002. Muhammad Teguh, Metodologi Penelitian Ekonomi (Teori dan aplikasi), Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005.
Muhammad, Etika Bisnis Islami, Yogyakarta: Akademik Manajemen Perusahaan YKPN, 2002. Muhammad, Kebijakan Fiskal Dan Moneter Dalam Ekonomi Islam, Jakarta: PT. Salemba Emban Patria, 2002. Muhammad, Manajemen Pembiayaan Mudharabah di Bank Syariah, Jakarta: Rajawali, 2008. Munir Fuady, Hukum Tentang Pembiayaan, Jakarta: Citra Aditya Bakti, 2006. Otoritas Jasa Keuangan, Booklet Perbankan Indonesia 2014, (Jakarta Menara Radius Prawiro; 2014) Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003 Ridwan
Nurdin, Akad-akad Fiqh pada Perbankan Syariah di Indonesia (Sejarah, Konsep, dan Perkembangannya), Banda Aceh: Yayasan Pena Banda Aceh, 2010.
Sumardi Suryabrata, Metodologi Penelitian, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008. Sutan Remi Sjahdeini, Perbankan Islam Dan Kedudukannya Dalam Tata Hukum Indonesia, Jakarta: Grafiti, 2005. Tengku
Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Pengantar Fiqh Muamalah, Semarang: Pustaka Riski Putra, 1999.
Undang-undang-nomor-21-tahun-2011-tentangotoritas-jasa-keuangan,diakses tanggal 25-Januari-2014 Warkum Samitro, Asas-asas Perbankan Islam dan Lembaga-lembaga terkait (BAMUI, Tafakul, dan Pasar Modal Syariah, Jakarta: PT. Raja Grafindo, 20. Perkreditan Rakyat/Bank Pembiayaan Rakyat Syari’ah Peraturan Bank Indonesia (PBI), No. 11/28/PBI/2009, Tanggal 1 Juli 2009, tentang Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme Bagi Bank Umum Konvensional dan Syari’ah Jimly Asshiddiqie, Penegakan Hukum di Indonesia, Http;//Jimly, Multiply. Com/ diakses bulan Februari, 2012 JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS VOL 4, No. 4, September 2015
JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS VOL 4, NOMOR 4 September 2015 : 240 - 244
ISSN 2088-6217
Pengaruh Pengembangan Karir Berbasis Kompetensi dan Praktek Manajeman Kinerja Terhadap Kualitas Layanan Pada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Banda Aceh Nelly1 1)
Dosen Fakultas Ekonomi Manajemen Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh
Abstrack: This study aims to determine the effect of a competency-based career development and performance management practices for service quality, as well as to seek the most dominant influence among the independent variables which will then be prioritized improvements in the company's efforts to improve service quality. Data taken using cluster random sampling method. The study population was the employees PT.Bank Rakyat Indonesia Cabang Banda Aceh, the number of employees is 114 employees and in this study the authors take a sample of 53 employees of the total population, the determination of sampling by using the formula slovin. Primary data collection is done by spreading a structured questionnaire using Likert scale and subsequently analyzed using multiple linear regression analysis techniques. Testing the hypothesis obtained results simultaneously showed that counted> Ftable, can take the conclusion that accepting the alternative hypothesis (Ha) and refused hipotesi zero (Ho), meaning progress career competency-based and practice of performance management together influential siqnifikan to quality services. Partial test (t test) Given also tcount for competency-based career development amounted to 3,707 to 2,015 t table so count> ttable with a significant level of 0.001 or> 0.05 it can be concluded that the H01 is rejected dah Ha1 accepted, which means career development competency-based significant effect on the Quality of Service In PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Banda Aceh. While known also tcount for performance management practices amounted to 3,263 to 2,015 t table so counted > t table with a significant level of 0.002 or> 0.05 it can be concluded that the H01 is rejected dah Ha1 accepted, which means that performance management practices significantly influence the Quality In PT. Bank Rakyat Indonesia Banda Aceh.
Keywords :Competency-Based Career,Practice Performance Management, and Quality of Service.
PENDAHULUAN PT. Bank Rakyat Indonesia cabang Banda Aceh merupakan salah satu Bank pemerintah yang bertujuan untuk melayani kebutuhan masyarakat yang berhubungan dengan jasa perbankan yang selalu mengutamakan kepuasan nasabah, sehingga sangat memerlukan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karena itu kinerja karyawan telah menjadi pusat perhatian yang utama dalam perusahaan tersebut. Perhatian yang begitu besar terhadap masalah kinerja dapat dipahami karena menyangkut efesiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya manusia dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan tersebut. Dari beberapa sistem yang dapat mempengaruhi pengembangan sumber daya manusia,diantaranya adalah sistem pengembangan karir berbasis kompetensi dan sistem manejemen kinerja. Penyempurnan manajemen sumber daya manusia PT. Bank Rakyat Indonesia merupakan persyaratan menuju profesionalisme, demi perwujdan dari bagian visinya untuk menjadi bank terkemuka yang selalu mengutamakan
kepuasan nasabah. Oleh karena itu, PT. Bank Rakyat Indonesia cabang Banda Aceh terus berbenah diri dalam hal penambahan prasarana pendukung maupun upaya peningkatan proses pengembangan karyawan seperti pengembangan karir berbasis kompetensi dan penerapan manajemen kinerja. Dengan adanya program pengembangan tersebut di harapkan karyawan memiliki semangat dan motivasi yang tinggi karena merasa di hargai dan di perhatikan. Pengembangan karir (career development) berbasis kompetensi adalah suatu perencanaan yang dapat diimplementasikan melalui pendidikan, pelatihan, pencarian dan perolehan kerja, serta pengelaman kerja Mutiara (2004:63). Dalam proses pengembangan karir berbasis kompetensi, perusahaan memberikan kesempatan yang sebesar-besarnya pada pegawai untuk mempunyai pekerjaan yang berarti bagi pegawai, dan memberikan kesempatan untuk berpatisipasi dalam struktur kerja perusahaan Adapun program pengembangan karir berbasis kompetensi merupakan hal yang perlu dilakukan oleh seorang pegawai yang berkerja dalam suatu
organisasi tak hanya ingin memperoleh apa yang di upaya hari ini, tetapi juga mengharapkan adanya perubahan,ada kemajuan,ada kesempatan yang diberikan kepadanya untuk maju ke tingkat yang lebih tinggi dan lebih baik. Manajemen kinerja merupakan gaya manajemen dalam mengelola sumber daya yang berorientasi pada kinerja yang melakukan proses komunikasi secara terbuka dan berkelanjutan dengan menciptakan misi bersama dan pendekata strategis serta terpadu sebagai kekuatan pendorong untuk mencapai tujuan organisasi Wibowo (2007:9). METODE PENELITIAN Lokasi dan Objek Penelitian Penelitian ini di lakukan pada P.T Bank Rakyat Indonesia Cabang Banda Aceh Jln. Cut Meutia No.17 Banda aceh.
Populasi dan Penarikan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah para karyawan PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Banda Aceh yang berjumlah 114 orang karyawan. Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah para karyawan perusahaan PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Banda Aceh yang berjumlah 53 orang karyawan dari jumlah populasi. Penentuan sampel ini di gunakan rumus slovin (Husein Umar, 2004) sebagai berikut: N n= 1+ Ne2 114 n=
= 53 1+114 (0,1)2
Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan data primer yang merupakan data penelitian yang di peroleh langsung dari sumber aslinya. Data diambil dengan menyebar kuesioner atau angket kepada para karyawan PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Banda Aceh. Mengingat peneliti mempunyai keterbatasan baik dalam keterbatasan waktu, dana dan ruang lingkup. Setiap responden di minta untuk memberikan penilaian atas pertayaan yang di ajukan dengan pilihan jawaban dalam bentuk tingkat kesetujuan yang akan dipilih oleh responden. Skala Pengukuran Data yang diperoleh berhubungan dengan pengaruh pengembangan karir berbasis kompetensi dan praktek manajemen kinerja terhadap kualitas layanan. Data tersebut masih berupa data kualitatif, sehingga belum bisa dianalisis secara statistik. Karena itu di perlukan adanya skala pengukuran guna
mengkuantitatifkan data kualitatif tersebut. Skala pengukuran yang di gunakan adalah skala Likert (Likert Scala) dengan interval 1-5. Operasional Variabel Penelitian ini menggunakan 2 variabel yaitu pengembangan karir berbasis kompetensi (X1), praktek manajemen kinerja (X2), sebagai variabel indenpenden dan kualitas layanan (Y) sebagai variabel denpenden. Peralatan Analisis Data Sesuai dengan tuuan dan hepotisis penelitian, pengembangan karir berbasis kompetensi dan praktek manajemen kinerja berpengaruh positif terhadap kualiatas pelayanan. Oleh karena itu, model analisa kasus yang digunakan untuk menganalisis dan menjawab permasalahan tersebut adalah peralatan statistik regresi linear berganda, yang di rumuskan sebagai berikut : Y= a + b1X1 + b2X2 + e Dimana: Y = Kualitas pelayan A = Kostanta X1 = Pengaruh pengembangan karir berbasis kompetensi X2 = Praktek manajemen kinerja B1 dan b2 = Koefisien regresi X1 dan X2 E = Error term Untuk mencri hubungan antara kedua variabel indenpenden ( pengembangan karir berbasis kompetensi dan praktek manajemen kinerja) terhadap kualitas pelayanan, digunakan peralatan statistik koefisien korelasi (r). Selanjutnya untuk mengatahui besarnya kedua variabel indenpenden tersebut terhadap kualitas pelayanan yang digunakan koefisien determinasi (R2). Pengujian Validitas Dan Uji Reabilitas Validitas atau tingkat ketetapan, kejituan atau keakuratan adalahkemampuan suatu alat untuk mengukur apa yang seharusnya di ukur (Mas’ud,2004:68). Dengan kata lain instrumen tersebut dapat mengukur variabel (konstruk) yang diinginkan oleh periset. Menurut suliyanto (2006:194) penentuan validitas dapat di lakukan dengan memcari nilai korelasi skor masingmasing item dengan skor total item untuk setiap variabel. Kemudian nilai r hitung yang di peroleh dari kolerasi tersebut di bandingkan dengan r tabel pada tingkat keyakinan 95 persen, dengan ketentuan apabila r hitung > r tabel item pernyataan tersebut dinyatakan valid. Sebaliknya apabila r hitung < r tabel maka item pernyataan tersebut tidak valid Reabilitas atau tingakat keandalan, ketatapan atau konsistensi adalah tingkat kemampuan instrukmen riset untuk mengumpulkan data secara konsistem dari sekelompok individu. JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS VOL 4, No. 4, September 2015
Instrumen yang mempunyai tingkat rehabilitas tinggi cenderung menghasilkan data yang sama tentang status variabel atau unsur-unsurnya. Jika di ulangi pada waktu yang berbeda pada sekelompok individu yang sama. Sehingga instrumen tersebut dapat dinilai realible atau dapat di andalkan (Mas’ud, 2004:69), tolak ukur reliabiliti kuesioner di dasarkan pada nilai cronbach alpha, Menurut Malhotra (2005 : 236) koefisien minimun yang dapat diterima di atas 0,60 Uji Asumsi Klasik Sebelum melakukan pengujian hipotesis atau regresi maka di lakukan pengujian sumsi klasik terlebih dahulu untuk mengatahui apakah model persamaan regresi yang di gunakan memenuhi asumsi linear klasik. Hal ini penting di lakukan agar diperoleh parameter yang andal dan valid. Uji asumsi klasik terdiri dari: uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heterokedatisitas, dan uji autokorelasi (Ghozali,2006:55) Pengujian Hipotesis Pengujian Secara Silmultan (Uji F)
Untuk mengatahui pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen dan apakah model dapat diterima digunakan uji F. Keputusan yang diambil berdasarkan tingkat siqnifikansi 5% atau 0,05. Apabila diperoleh tingkat siqnifikansi dibawah 5% atau 0,05 maka dapat di simpulkan bahwa secara bersamasama variabel indenpenden berpengruh terhadap variabel dependen. Jika di peroleh tingkat siqnifikansi di atas 5% atau 0,05 maka dapat di simpulkan bahwa variabel indenpenden tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. Kriteria pengambilan keputusan adalah: Ho : Apabila nilai Fhitung > Ftabel, maka Ho diterima dan sebaliknya Ha ditolak yang bermakna secara silmutan variabel pengembangan karir berbasis kompetensi dan praktek manajemen kinerja, tidak berpengaruh siqnifikansi terhadap kualitas pelayanan. Ha : Apabila nilai Fhitung > Ftabel, maka Ha diterima, sebaliknya Ho di tolak yang bermakna secara silmutan variabel pengembangan karir berbasis kompetensi dan praktek manajemen kinerja berpengaruh siqnifikansi terhadap kualitas pelayanan Pengujian Secara Parsial (Uji T) Untuk mengatahui pengaruh variabel indenpenden secara paesial terhadap variabel dependen di gunakan uji t. Keputusan yang di
ambil berdasarkan tingkat siqnifikansi 5% atau 0,05. Apabila di peroleh tingkat siqtifikansi dibawah 5% atau 0,05 maka dapat di simpulkan bahwa secara parsial variabel indenpenden berpengaruh terhadap variabel dependen. Jika di peroleh tingkat siqnifikansi di atas 5% atau 0,05 maka dapat di simpulkan bahwa bahwa variabel indenpenden tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
Ho : Apabila nilai Thitung pengembangan karir berbasis kompetensi > Ttabel, Artinya variabel tersebut di nyatakan berpengaruh signifikan.Sebaliknya apabila thitung pengembangan karir berbasis kompetensi < ttabel maka variable tersebutt di nyatakan tidak berpengaruh siqnifikansi terhadap kualitas layanan. Ha : Apabila nilai Thitung praktek manajemen kinerja > Ttabel, Artinya variabel tersebut di nyatakan berpengaruh signifikan.Sebaliknya apabila thitung pengembangan karir berbasis kompetensi < ttabel maka variable tersebutt di nyatakan tidak berpengaruh siqnifikansi terhadap kualitas layanan. HASIL PEMBAHASAN Berdasarkan analisis dapat dijelaskan bahwa semua variabel yang digunakan dalam peelitian ini semuanya dinyatakan valid, karena mempunyai koefisien korelasi di atas dari nilai kritis korelasi product moment yaitu sebesar 0,224 dengan demikian dapat di simpulkan bahwa semua pertanyaan yang terkandung dalam kuesioner peelitian ini dinyatakan valid untuk dilanjutkan penelitian yang lebih mendalam. Hasil uji reabilitas menunjukkan bahwa Koefisien alpha untuk variabel (Y) diperoleh sebesar 0,849, koefisien alpha untuk variabel (X1) diperoleh sebesar 0,821, dan koefisien alpha untuk variabel (X2) diperoleh sebesar 0,799. Sesuai dengan pendapat Ghozali (2005) bahwa pernyataan dinyatakan reliabel (handal) jika nilai Cronbach Alpha lebih besar atau sama dengan 0,60. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa seluruh pernyataan dalam kuesioner adalah reliabel (dapat diandalkan). Pengujian Asumsi Klasik Uji Normalitas Untuk menguji apakah data yang digunakan dalam penelitian sifatnya normal atau tidak, maka perlu dilakukan analisis grafik dengan melihat normal probability plot. Uji Normalitas dilakukan dengan membandingkan distribusi JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS VOL 4, No. 4, September 2015
kumulatif data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif data normal. Jika distribusi data adalah normal maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya. Sebaliknya, jika distribusi data sesungguhnya yang digunakan dalam penelitian,maka garis dari data sesungguhnya akan melenceng menjauhi garis digonal dari data tersebut. Pengujian Multikolinieritas Pengujian multikolinieritas yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan membangdingkan antara nilai Toleramce dan nilai VIF (Variance Inflation Factor). Jika nilai Tolerance-nya yang diperoleh lebih kecil dari 0,10dan nilai VIF lebih besar dari 10 maka terjadi masalah multikolinieritas. Sabaliknya, apabila nilai pengujian yang diperoleh menunjukkan bahwa nilai Tolerance lebih besar dari 0,10 dan nilai VIF lebih kecil dari 10 dapat diartikan tidak terdapat multikolinieritas. Tabel 4.4 menunjukkan bahwa tidak terjadi masalah multikolinieritas dalam penelitian yang dilakukan, hal ini karena nilai Tolerance yang diperoleh adalah sebesar 0,918 atau > dari 0,10 dan nilai VIF yang diperoleh adalah sebesar 1,090 atau < dari 10. Dari hasil persamaan regresi diatas, maka dapat dijelaskan sebagai berikut. 1. Jika Pengembangan Karir Berbasis Kompetensi (X1), Praktek Manajemen Kinerja (X2) dianggap tetap dengan nilai konstanta sebesar 9.148 Maka Kualitas Layanan Pada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Banda Aceh adalah 9.148. 2. Koefisien regresi Pengembangan Karir Berbasis Kompetensi (X1) sebesar 0, 313 pada taraf signifikan sebesar 0,001 yang lebih kecil dari pada 0,05. Angka ini dapat diartikan bahwa setiap perubahan dalam satu unit variabel Pengembangan Karir Berbasis Kompetensi dapat meningkatkan Kualitas Layanan sebesar 31,3%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Pengembangan Karir Berbasis Kompetensi berpengaruh signifikan terhadap Kualitas Layanan Pada PT.Bank Rakyat Indonesia Banda Aceh. 3. Koefisien regresi Praktek Manajemen Kinerja (X2) sebesar 0, 264 pada taraf signifikan sebesar 0,002 yang lebih kecil dari pada 0,05. Angka ini dapat diartikan bahwa setiap perubahan dalam satu unit variabel Praktek Manajemen Kinerja dapat meningkatkan Kualitas Layanan sebesar 26,4%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Praktek Manajemen Kinerja berpengaruh signifikan terhadap Kualitas Layanan Pada PT. Bank Rakyat Indonesia Banda Aceh. Pembahasan Hasil Analisis Berdasarkan dari pembahasan di atas membuktikan pengujian ANOVA diatas,
diperoleh nilai Fhitung sebesar 22.004. Untuk nilai Ftabel sebesar 3,183 pada tingkat keyakinan 5%. Hal ini menunjukkan bahwa nilai F hitung > F tabel dengan tingkat siqnifikansi sebesar 0,000. Maka sesuai dengan ketentuan yang telah disampaikan bahwa jika diperoleh tingkat siqnifikansi dibawah 5% atau 0,05 dapat disimpulkan bahwa variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Fhitung > Ftabel, maka menerima hipotesis alternatif dan menolak hipotesis nol, artinya bahwa variabel pengembangan karir berbasis kompetensi (X1), dan praktek manajemen kinerja (X2) secara bersama-sama berpengaruh secara siqnifikan terhadap variabel kualitas pelayanan. SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan Dari uraian pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai Pengembangan Karir Berbasis Kompetensi dan Praktek Manajemen Kinerja Terhadap Kualitas Layanan Pada PT.Bank Rakyat Indonesia Banda Aceh. Diperoleh hasil Uji F nilai Fhitung sebesar 22.004. Untuk nilai Ftabel sebesar 3,183 pada tingkat keyakinan 5%. Hal ini menunjukkan bahwa nilai Fhitung > Ftabel dengan tingkat siqnifikansi sebesar 0,000. Maka sesuai dengan ketentuan yang telah disampaikan bahwa jika diperoleh tingkat siqnifikansi dibawah 5% atau 0,05 dapat disimpulkan bahwa variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Fhitung > Ftabel, maka menerima hipotesis alternatif dan menolak hipotesis nol, artinya bahwa variabel pengembangan karir berbasis kompetensi (X1), dan praktek manajemen kinerja (X2) secara bersama-sama berpengaruh secara siqnifikan terhadap variabel kualitas pelayanan. Sedangkan Uji T (secara parsial Variabel Pengembangan Karir Berbasis Kompetensi (X1) adalah thitung sebesar 3.707 dengan ttabel sebesar 2.015 sehingga thitung > ttabel dengan tingkat signifikan 0,001 atau > 0,05 dapat disimpulkan bahwa H01 ditolak dah Ha1 diterima, yang berarti pengembangan karir berbasis kompetensi berpengaruh signifikan terhadap Terhadap Kualitas Layanan Pada PT.Bank Rakyat Indonesia Banda Aceh. untuk variabel Praktek Manajemen Kinerja (X2) thitung adalah sebesar 3.263 dengan ttabel sebesar 2.015 sehingga thitung > ttabel dengan tingkat signifikan 0,002 atau > 0,05 dapat disimpulkan bahwa H01 ditolak dah Ha1 diterima, yang berarti praktek manajemen kinerja berpengaruh signifikan terhadap Terhadap Kualitas Layanan Pada PT. Bank Rakyat Indonesia Banda Aceh
JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS VOL 4, No. 4, September 2015
Saran Disarankan kepada karyawan PT.Bank Rakyat Indonesia Cabang Banda Aceh untuk meningkatan kualitas pelayanan dapat dilakukan dengan cara pola pengembangan karir yang terprogram dan berjenjang yang disediakan perusahaan untuk karyawannya yang betul-betul memiliki potensi sehingga hal ini akan meningkatkan mutu pelayanan maka tujuan perusahaan yang tertuang dalam visi dan misi perusahaan akan tercapai. Sumber Daya Manusia PT. Bank Rakyat Indonesia Banda Aceh diharapkan memiliki kemampuan mengantisipasi persaingan, kemampuan profesional yang tinggi, proaktif, inovatif, disiplin, berintegrasi tinggi, jujur, berwawasan bisnis, dan mampu menyesuaikan diri terhadap kemajuan teknologi dan persaingan bisnis. REFERENSI Bacal, R. (2001). Performance Management. Jakarta: Pustaka Indonesia Dharma, Agus (2005). Manajemen Kinerja. Pustaka Belajar: Yogyakarta.. Gujarati, D. N. (2005). Basis Econometrics, 4th International Edition. New York, McGraw-Hill. Ghozali, Imam (2006). Aplikasi Analisis Multivariate Lanjutan dengan Program SPPS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Handoko, H, (2003). Manajemen Pemasaran. Analisis Perilaku Konsumen. Liberty: Yogyakarta. Haneman et all, (2000). Multivariate Data Analiysis With Reading. (4 ch ed). Homewood : Irwin. Kotler, 2003). Marketing Management: An Asian Perpective, Singapore, Prentice Hall. Malhotra (2005). Marketing Resech. New York : Mc. Graw Hill Book Company. Mangkunegara, A, P (2005). Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. PT. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mas’ud, Fuad (2004). Survei Diagnosis Organisasional : Konsep dan Aplikasi. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Mutiara (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bogor Selatan: Ghalia Indonesia. Robbins, Stephen (2006). Orgnization Behavior. Edisi 10. New Jersey. Pratince Hall. Sekaran, umar (2006). Research Methods for Business. Metodelogi Penelitian Untuk Bisnis. Edisi ke 4. Jakarta: Salemba Empat. Setyowati, Endah (2005). Pengembangan
Sumber Daya Manusia Berbasis Kompetensi: Solusi Untuk Meningkatkan Kinerja Organisasi. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. No. 2. Jilid 5. Simamora, H, (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi III. Jakarta: Salemba Empat. Sugiono (2003). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Penerbit Alfabeta. Suliyanto (2006). Metode Riset Bisnis. Yoqyakarta: Penerbit Andi. Tjiptono, Fandy. (2003). Prinsip-Prinsip Total Quality Service. Yoqyakarta: Andi Offset. Wibowo, (2007). Manajemen Kinerja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Widodo, Djoko. (2005). Analisis Pengembangan Karir Pada Kantor PT. Bank Mandiri Wilayah Jakarta. Tesis: Institut Pertanian Bogor. Zeihhaml, Valarie. A: Bery, L.L. : Parasuraman, A (2001). Five Imperatives for Improving Service Quality. Sloan Management Review. Vol. 31 : 29-38.
JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS VOL 4, No. 4, September 2015
JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS VOL 4, NOMOR 4 September 2015 : 245 - 257
ISSN 2088-6217
Pengaruh Komunikasi Atasan-Bawahan dan Motivasi Terhadap Kinerja Pegawai Pada Kantor Dinas Pertanian di Kabupaten Pidie Jaya. Saiful Amri1 1)
Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh
Abstrak: Kinerja pegawai dapat dipengaruhi oleh kelancara komunikasi dalam lingkungan organisasi tempat pegawai tersebut bekerja, terutama komunikasi antara atasan dan bawahan. Selain itu, motivasi kerja juga menentukan keinginan pegawai dalam bekerja yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kinerja. Penelitian itu bertujuan untuk mengetahui pengaruh komunikasi atasan-bawahan dan motivasi terhadap kinerja Pegawai Kantor Dinas Pertanian Kab. Pidie Jaya. Responden penelitian sebanyak 54 orang pegawai instansi tersebut. Pengumpulan data dilakukan dengan mengedarkan kuesioner. Selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan peralatan statistik regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi atasan-bawahan dan motivasi kerja berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai Kantor Dinas Pertanian Kab. Pidie Jaya. Diantara kedua variabel tersebut , variabel yang paling besar pengaruhnya terhadap kinerja pegawai adalah motivasi kerja. Sebesar 66,7% kinerja pegawai Kantor Dinas Pertanian Kab. Pidie Jaya dipengaruhi oleh komunikasi atasanbawahan dan motivasi kerja. Sisanya 33,3% lagi dipengaruhi oleh variabel lain selain variabel tersebut. Berdasarkan hasil pengujian statistik diketahui nilai F hitung > F tabel, dan nilai t hitung > t tabel, dapat diartikan baik secara simultan maupun secara parsial, komunikasi atasan-bawahan dan motivasi kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai Kantor Dinas Pertanian Kab. Pidie Jaya, sehingga hipotesis Ha diterima dan sebaliknya hipotesis Ho ditolak. Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah, tinggi rendahnya kinerja pegawai Kantor Dinas Pertanian Kab. Pidie Jaya dipengaruhi komunikasi atasan-bawahan dan motivasi kerja pegawai.
Kata kunci : Komunikasi, Motivasi, Kinerja
PENDAHULUAN Kantor dan pegawai merupakan dua hal yang saling membutuhkan. Jika pegawai berhasil membawa kemajuan bagi kantor, keuntungan yang diperoleh akan dipetik oleh kedua belah pihak. Bagi pegawai keberhasilan merupakan aktualisasi potensi diri sekaligus peluang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sedangkan bagi kantor keberhasilan merupakan sarana menuju pertumbuhan dan perkembangan kantor. Kinerja sebagai hasil-hasil fungsi pekerjaan/kegiatan seseorang atau kelompok dalam suatu organisasi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor untuk mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu (Tika, 2006). Menurut Rivai dan Basri (2005) pengertian kinerja adalah kesediaan seseorang atau kelompok orang untuk melakukan sesuatu
kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawab dengan hasil seperti yang diharapkan. Menurut Bambang Guritno dan Waridin (2005) kinerja merupakan perbandingan hasil kerja yang dicapai oleh karyawan dengan standar yang telah ditentukan. Sedangkan menurut Hakim (2006) mendefinisikan kinerja sebagai hasil kerja yang dicapai oleh individu yang disesuaikan dengan peran atau tugas individu tersebut dalam suatu perusahaan pada suatu periode waktu tertentu, yang dihubungkan dengan suatu ukuran nilai atau standar tertentu dari perusahaan dimana individu tersebut bekerja. Kinerja merupakan perbandingan hasil kerja yang dicapai oleh pegawai dengan standar yang telah ditentukan (Masrukhin dan Waridin, 2004).
Penilaian kinerja pegawai sebagai pelaku dalam organisasi dengan membuat ukuran kinerja yang sesuai dengan tujuan organisasi. Standar penilaian kinerja suatu organisasi harus dapat diproyeksikan kedalam standar kinerja para pegawai sesuai dengan unit kerjanya. Evaluasi kinerja harus dilakukan secara terus menerus agar tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif dan efisien. Setiap organisasi seperti halnya Kantor Dinas Pertanian di Kab. Pidie Jaya, berupaya meningkatkan kinerja pegawainya dengan cara adanya komunikasi yang baik antara atasan dan bawahan. Komunikasi adalah Suatu proses penyampaian pesan atau informasi dari suatu pihak ke pihak yang lain dengan tujuan tercapai persepsi atau pengertian yang sama. Menurut Deni Darmawan (2007) komunikasi itu sendiri dapat terjadi dalam beberapa bentuk, diantaranya dalam bentuk komunikasi personal (personal communiaction) dan komunikasi kelompok (group communication). Selain itu komunikasi juga dapat bersifat tatap muka (face–to–face) dan melalui perantara media lain (mediated). Komunikasi diantara sesama pegawai dalam suatu instansi sangat penting artinya bagi pencapaian visi organisasi. Tanpa adanya komunikasi antara atasan dan bawahan, maka organisasi akan kesulitan untuk mencapai tujuan yang di tentukan. Hal ini di sebabkan, tanpa adanya komunikasi yang baik dan efektif, maka antara atasan dan bawahan akan mengalami kesulitan untuk bekerja sama menjalankan kegiatan operasional organisasi.. Sebaliknya komunikasi yang kurang lancar dapat berdampak pada kurangnya harmonisasi hubungan diantara sesama anggota organisasi, yang pada akhirnya dapat berpengaruh pada penurunan kinerja. Karena itu, dalam melaksanakan tugas sesuai dengan bidang pekerjaan yang telah di tetapkan, setiap pegawai di tuntut untuk selalu berinteraksi baik dengan atasan maupun sesama pegawai. Selama ini pegawai yang bekerja pada tingkat jabatan yang tinggi seperti Kasubbag misalnya, selalu mengembangkan komunikasi dengan para bawahannya, sehingga terjalin interaksi yang baik diantara sesama pegawai dalam melaksanakan pekerjaan. Sebagian besar pegawai Kantor Dinas Pertanian di Kab, Pidie Jaya juga dimintai pendapat oleh atasannya tentang cara pelaksanaan pekerjaan, kendala yang mereka hadapi dan kemajuan yang mereka capai sesuai dengan bidang pekerjaan dan tanggung jawab masing-masing. Upaya untuk meningkatkan kinerja pegawai tentunya tidak hanya di lakukan dengan mengembangkan komunikasi antara atasanbawahan. Akan tetapi juga diwujudkan dalam
bentuk adanya upaya atasan untuk mendorong munculnya motivasi pegawai dalam bekerja. Pemberian motivasi bagi pegawai pada Kantor Dinas Pertanian di Kab, Pidie Jaya, antara lain diwujudkan dalam bentuk adanya pemberian gaji bagi setiap pegawai, baik pegawai dengan status PNS maupun tenaga honorer. Untuk memberikan dorongan dan menggerakkan orang-orang agar bersedia bekerja semaksimal mungkin, perlu diusahakan adanya komunikasi dan peran serta dari semua pihak yang bersangkutan. Motivasi menunjukkan agar pimpinan mengetahui bagaimana memberikan informasi yang tepat kepada bawahannya agar mereka menyediakan waktunya guna melakukan usaha yang diperlukan untuk memperoleh saransaran dan rekomendasi-rekomendasi mengenai masalah yang dihadapi. Untuk itu diperlukan keahlian pimpinan untuk memberikan motivasi kepada bawahannya agar bisa bekerja sesuai dengan pengarahan yang diberikan. Menurut Hasibuan (2008 : 141) Motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif, dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan. Menurut Sutrisno (2011 : 109) Motivasi adalah suatu faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu aktivitas tertentu. Robbins (2008) mendifinisikan motivasi (motivation) sebagai proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya. Tiga elemen utama dalam definisi tersebut adalah intensitas, arah, dan ketekunan. Intensitas berhubungan dengan seberapa giat seseorang berusaha. Ini adalah elemen yang paling banyak mendapat perhatian ketika membicarakan tentang motivasi. Namun, intensitas yang tinggi sepertinya tidak akan menghasilkan prestasi kerja yang memuaskan kacuali upaya tersebut dikaitkan dengan arah yang menguntungkan organisasi. Dengan demikian, kita harus mempertimbangkan kualitas serta intensitas upaya secara bersamaan. Upaya yang diarahkan dan konsisten dengan tujuan-tujuan organisasi merupakan jenis upaya yang seharusnya kita lakukan. Terakhir, motivasi memiliki dimensi ketekunan. Dimensi ini merupakan ukuran mengenai berapa lama seseorang bisa mempertahankan usahanya. Individu-individu yang termotivasi bertahan melakukan suatu tugas dalam waktu yang cukup lama demi mencapai tujuan mereka. (Robbins, 2008). Motivasi kerja memegang peranan penting dalam menentukan berhasil tidaknya seseorang dalam melaksanakan tugas yang di bebankan kepadanya. Sekalipun komunikasi atasan-bawahan pada JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS VOL 4, No. 4, September 2015
Kantor Dinas Pertanian di Kab, Pidie Jaya sudah berjalan dengan baik, dan pemberian motivasi sudah diwujudkan dalam bentuk adanya kompensasi seperti gaji, tunjangan dan kompensasi materil lainnya, namun tak dapat di pungkiri bahwa tidak semua pegawai instansi tersebut memperlihatkan kinerja yang baik dalam melaksanakan tugas. Adanya pegawai yang kurang mematuhi peraturan terlihat dari kedisiplinan dalam bekerja. Sebagian kecil diantara instansi tersebut terlalu santai dalam menyelesaikan pekerjaan yang telah menjadi tanggung jawabnya. Sehingga dapat di buat asumsi sementara bahwa tidak semua pegawai Kantor Dinas Pertanian di Kab, Pidie Jaya memiliki kinerja yang baik dalam bekerja. Karena itu, kajian terhadap keterkaitan antara kinerja pegawai dengan komunikasi atasan-bawahan dan motivasi kerja dinilai perlu untuk dilakukan. METODE PENELITIAN Lokasi dan Objek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada kantor Dinas Pertanian Di Kabupaten Pidie Jaya yang berlokasi di jalan Banda Aceh – Medan Km 160. Objek penelitian berhubungan dengan kinerja pegawai yang dikaitkan dengan komunikasi atasan-bawahan dan motivasi kerja pegawai pada instansi tersebut. Populasi dan Teknik Penarikan Sampel Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono 2008: 117). Nawawi (2003) menyebutkan bahwa “Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil menghitung ataupun pengukuran kuantitatif maupun kualitatif pada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap.” Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisis. Populasi dari penelitian ini adalah jumlah seluruh karyawan yang ada pada Kantor Dinas Pertanian di Kab. Pidie Jaya. Jadi, populasi dalam penelitian ini adalah 116 orang karyawan. Teknik Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data dalam penelitian ini teknik pengambilan data yang digunakan adalah penelitian lapangan yaitu melalui penyebaran kuesioner. Kuesioner tersebut berisi pernyataan/pertanyaan yang berhubungan dengan kinerja pegawai, komunikasi atasanbawahan dan motivasi kerja pegawai. Responden diminta untuk menentukan tingkat kesetujuan mereka pada masing-masing pernyataan terkait. Skala Pengukuran Data Untuk mengukur variabel-variabel penelitian
ini digunakan skala likert dengan lima rentangan. Menurut Usman (2008:65) penggunaan skala ini untuk mengukur item-item pernyataan positif (favourable) terhadap masalah yang akan diteliti maupun pernyataan yang bersifat sederhana. Skala yang digunakan itu masing-masing diberi skor sebagai berikut: Peralatan Analisis Instrumen yang digunakan untuk dapat menjelaskan hubungan fungsional antara kinerja karyawan sebagai dependent variabel dengan komunikasi atasan-bawahan dan motivasi kerja sebagai independent variabel adalah regresi linier berganda. Secara matematis, hubungan fungsional tersebut dalam bentuk regresi linier berganda dapat formulasikan sebagai berikut Gujarati, (2006:130) Y = a + b1X1 + b2X2 + e Dimana: Y = Kinerja Pegawai a = Konstanta X1 = Komunikasi Atasan-bawahan X2 = Motivasi kerja b1, dan b2, = Koefisien regresi X1, dan X2 e = Error term Untuk mengetahui besarnya keeratan hubungan antara kedua variabel independent (komunikasi atasan-bawahan dan motivasi kerja) dengan kinerja pegawai digunakan koefisien korelasi (R). Selanjutnya untuk mengetahui besarnya variasi kinerja yang dapat dijelaskan oleh kedua variabel independent tersebut digunakan koefisien determinasi ( ). Statistik Uji F Statistik uji F digunakan untuk mengetahui apakah kedua variabel independen (komunikasi atasan-bawahan dan motivasi) secara simultan berpengaruh terhadap kinerja pegawai, dengan ketrentuan sebagai berikut. Apabila nilai F hitung > F tabel, maka hipotesis (Ha) diterima, hipotesis (Ho) ditolak yang bermakna secara simultan komunikasi atasan-bawahan dan motivasi tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai Kantor Dinas Pertanian Kab, Pidie Jaya. Apabila nilai F < F tabel, maka hipotesis (Ha) ditolak, hipotesis (Ho) diterima yang bermakna secara simultan komunikasi atasan-bawahan dan motivasi tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai Kantor Dinas Pertanian Kab, Pidie Jaya. Statistik Uji t Selanjutnya t digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel independen (komunikasi atasan-bawahan dan motivasi) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai, dengan ketentuan sebagai berikut : JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS VOL 4, No. 4, September 2015
-
Apabila nilai t hitung > t tabel dapat di artikan variabel terkait berpengaruh signifikan. Apabila nilai t hitung < t tabel dapat diartikan bahwa variabel terkait tidak berpengaruh signifikan. Pengujian Reliabilitas dan Validitas Pengujian reliabilitas digunakan untuk mengetahui apakah alat pengumpulan data telah menunjukkan tingkat ketepatan, keakuratan, atau konsistensi alat tersebut dalam mengungkapkan gejala tertentu dari sekelompok individu, walaupun dilakukan pada waktu yang berbeda. Menurut Malhotra (2005:256) koefisien minimum yang dapat diterima di atas 0,60. Pengujian Validitas Pengertian uji validitas adalah tingkat keandalan dan kesahihan alat ukur yang digunakan. Instrumen dikatakan valid berarti menunjukkan alat ukur yang dipergunakan untuk mendapatkan data itu valid atau dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya di ukur. Penentuan validitas didasarkan atas perbandingan nilai korelasi yang diperoleh antara nilai skor item dengan skor total item,dengan nilai kritis korelasi product moment (r tabel). Apabila nilai korelasi hitung (r hitung) lebih besar bila dibandingkan dengan nilai r tabel pada tingkat keyakinan 95 persen dapat diartikan bahwa item-item pernyataan tersebut vali (Suliyanto, 2006:149). Pengujian Normalitas Pengujian normalitas digunakan untuk melihat distribusi data. Apakah data yang diperoleh mempunyai distribusi normal atau tidak. Uji normalitas bertujuan untuk mengukur apakah di dalam model regresi variabel independen dan variabel dependen keduanya mempunyai distribusi normal atau mendekati normal. Uji Multikolinearitas Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Uji multikolonieritas dilihat dari nilai tolerance dan Variance Inflantion Factor (VIF) (Ghozali, 2009:95). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem multikoliniearitas (multiko). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Uji multikolonieritas dilihat dari nilai tolerance dan Variance Inflantion Factor (VIF) serta besaran korelasi antar variabel independen (Ghozali, 2009:95). Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2009:125). Uji heteroskedastisitas dapat dilihat
dengan menggunakan grafik plotantara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residual(SRESID). Jika grafik plot menunjukkan suatu pola titik seperti titik yang bergelombang atau melebar kemudian menyempit, maka dapat disimpulkan bahwa telah terjadi heteroskedastisitas. Tetapi jika grafik plot tidak membentuk pola yang jelas, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2009:125-126). KAJIAN PUSTAKA Pengertian Kinerja Kinerja adalah hasil yang dicapai melalui serangkaian kegiatan dan tata cara tertentu dengan menggunakan sumber daya perusahaan untuk mencapai sasaran perusahaan yang ditetapkan (Mangkunegara 2005:43). Kinerja juga dikenal dengan istilah karya, dimana pengertiannya yang dikemukakan oleh Cantika (2005:114): “Hasil pelaksanaan suatu pekerjaan, baik bersifat fisik ataupun material dan non fisik ataupun non material. Faktor-faktor kinerja terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal (Mangkunegara, 2005:67). Faktor internal (disposisional) yaitu faktor yang dihubungkan dengan sifat-sifat seseorang. Misalnya, kinerja karyawan baik disebabkan karena mempunyai kemampuan tinggi dan seseorang itu tipe pekerja keras, sedangkan jika karyawan mempunyai kinerja yang buruk disebabkan karena orang tersebut mempunyai kemampuan rendah dan orang tersebut tidak memiliki upaya-upaya untuk memperbaiki kemampuannya. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan hasil yang dapat ditunjukkan oleh seseorang didalam pelaksanaan tugas pekerjaan. Seseorang dapat dikatakan mempunyai kinerja yang baik manakala mereka dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik, artinya mencapai standar kerja yang telah ditetapkan sebelumnya dan atau bahkan melebihi standar yang telah ditentukan. Apabila seseorang mempunyai perasaan berprestasi atau memiliki kinerja yang baik, maka ia harus mempunyai cara untuk mengukur kemajuan yang dilakukannya. Mereka menginginkan umpan balik meskipun mereka tidak mendapat hadiah untuk keberhasilan pekerjaan dan hukuman untuk kegagalan mereka. Adapun secara terperinci manfaat penilaian kinerja bagi organisasi adalah: Penyesuaian kompensasi. 1. Perbaikan kinerja. 2. Kebutuhan latihan dan pengembangan. 3. Pengambilan keputusan dan penempatan promosi, motivasi, pemecatan dan perencanaan tenaga kerja. 4. Membantu diagnosis terhadap kesalahan desain pegawai. JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS VOL 4, No. 4, September 2015
Indikator Kinerja Karyawan Indikator untuk mengukur kinerja karyawan secara individu ada enam indikator, yaitu (Robbins, 2006:260). 1. Kualitas. Kualitas kerja diukur dari persepsi karyawan terhadap kualitas pekerjaan yang dihasilkan serta kesempurnaan tugas terhadap keterampilan dan kemampuan karyawan. 2. Kuantitas. Merupakan jumlah yang dihasilkan dinyatakan dalam istilah seperti jumlah unit, jumlah siklus aktivitas yang diselesaikan. 3. Ketepatan waktu. Merupakan tingkat aktivitas diselesaikan pada awal waktu yang dinyatakan, dilihat dari sudut koordinasi dengan hasil output serta memaksimalkan waktu yang tersedia untuk aktivitas lain. 4. Efektivitas. Merupakan tingkat penggunaan sumber daya organisasi (tenaga, uang, teknologi, bahan baku) dimaksimalkan dengan maksud menaikkan hasil dari setiap unit dalam penggunaan sumber daya. 5. Kemandirian. Merupakan tingkat seorang karyawan yang nantinya akan dapat menjalankan fungsi kerjanya Komitmen kerja. Merupakan suatu tingkat dimana karyawan mempunyai komitmen kerja dengan instansi dan tanggung jawab karyawan terhadap kantor. Kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu telah disepakati bersama (Rivai dan Basri, 2005:50). Sedangkan Mathis dan Jackson (2006:65) menyatakan bahwa kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan pegawai. Manajemen kinerja adalah keseluruhan kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja perusahaan atau organisasi, termasuk kinerja masing-masing individu dan kelompok kerja di perusahaan tersebut. Loyalitas Dalam Bekerja Menurut kamus bahasa Indonesia, loyal berarti patuh, setia. Sedangkan loyalitas sesungguhnya adalah kesediaan dengan sungguh-sungguh oleh karena kesadaran bahwa ada otoritas yang harus dipatuhi. Loyalitas dipahami sebagai bentuk kesetiaan dan keberpihakan seseorang di tempat ia beraktivitas. Kesetiaan mengandung pengertian bahwa seseorang telah merasakan bahwa di samping kita telah memberikan kontribusi, organisasi juga telah memberikan kompensasi. Seseorang yang sudah loyal kepada organisasi, maka ia akan bekerja tanpa terlebih dahulu ada komando atau instruksi, ia lebih berinisiatif melakukan berbagai hal demi
kepentingan organisasi. Seseorang yang memiliki kesetiaan biasanya juga lebih reaktif, banyak melakukan kritik, saran dan hal-hal lainnya yang bersifat menakar kedalaman substansi dari suatu program atau kebijakan organisasi. Jadi sesungguhnya seseorang yang banyak melakukan kritik dan saran kepada organisasi, jangan dipahami sebagai bentuk kecintaannya (sense of belonging) terhadap organisasi tempat di mana ia bekerja. Lain soal memang jika kritik, masukan dan berbagai kontribusi yang lain dilakukan secara destruktif. Hal itu bukanlah menunjukkan keadaan di mana orang tersebut memiliki loyalitas terhadap organisasi di tempat ia bekerja, justru orang tersebut adalah merupakan kanker bagi organisasi. Organisasi harus tegas ketika menghadapi orang-orang seperti ini, jika perlu dikeluarkan. Keterampilan Dalam Bekerja Keterampilan adalah kelebihan atau kecakapan yang dimiliki oleh seseorang untuk mampu menggunakan akal, fikiran, ide dan kreatifitasnya dalam mengerjakan atau menyelesaikan sesuatu. sumber lain mengatakan keterampilan yaitu kemampuan seseorang untuk menggunakan akal, fikiran, ide dan kreatifitasnya dalam mengerjakan, mengubah, menyelesaikan ataupun membuat sesuatu menjadi lebih bermakna sehngga menghasilkan sebuah nilai dari hasil pekerjaan tersebut. Keterampilan/ kemampuan tersebut pada dasarnya akan lebih baik bila terus diasah dan dilatih untuk menaikkan kemampuan sehingga akan menjadi ahli atau menguasai dari salah satu bidang keterampilan yang ada. Komunikasi Atasan-Bawahan Menurut Mardianto (2005) komunikasi atasan-bawahan adalah “proses komunikasi baik komunikasi informasi maupun komunikasi penugasanantara atasan dan bawahan yang mampu memberikan hasil suatu kinerja tertentu”. Komunikasi atasan-bawahan diukur berdasarkan aspek, yaitu: (1) Intensitas pertemuan pegawai dengan pimpinan, (2) Kerjasama pegawai dengan pimpinan, dan (3) Media komunikasi. Berdasarkan pendapat diatas jelaslah bahwa komunikasi atasan bawahan merupakan komunikasi yang berhubungan dengan informasi penugasan antara atasan dan bawahan yang mampu memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan perusahaan. Baik atasan maupun merupakan sumber daya utama dalam organisasi, yangdituntut untuk bekerja sama dengan baik guna mencapai tujuan organisasi secara keseluruhan. Komunikasi antara atasan dan bawahan dapat di ukur berdasarkan intensitas pertemuan bawahan dengan atasan, adanya kerjasama yang baik antara kedua belah pihak dan tersedianya JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS VOL 4, No. 4, September 2015
media komunikasi yang dapat mempermudahkan proses komunikasi itu sendiri. Fungsi Komunikasi William I. Gorden (dalam Deddy Mulyana, 2005:5-30) mengkategorikan fungsi komunikasi menjadi empat, yaitu: 1. Sebagai komunikasi sosial Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri kita, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang bersifat menghibur, dan memupuk hubungan hubungan orang lain. 2. Sebagai komunikasi ekspresif Komunikasi berfungsi untuk menyampaikan perasaan-perasaan (emosi) kita. Perasaanperasaan tersebut terutama dikomunikasikan melalui pesan-pesan nonverbal. Perasaan sayang, peduli, rindu, simpati, gembira, sedih, takut, prihatin, marah dan benci dapat disampaikan lewat kata-kata, namun bisa disampaikan secara lebih ekpresif lewat perilaku nonverbal. Seorang ibu menunjukkan kasih sayangnya dengan membelai kepala anaknya. Orang dapat menyalurkan kemarahannya dengan mengumpat, mengepalkan tangan seraya melototkan matanya, mahasiswa memprotes kebijakan penguasa negara atau penguasa kampus dengan melakukan demontrasi. 3. Sebagai komunikasi ritual Suatu komunitas sering melakukan upacaraupacara berlainan sepanjang tahun dan sepanjang hidup, yang disebut para antropolog sebaga rites of passage, mulai dari upacara kelahiran, sunatan, ulang tahun, pertunangan, siraman, pernikahan, dan lain-lain. Dalam acara-acara itu orang mengucapkan kata-kata atau perilakuperilaku tertentu yang bersifat simbolik. Ritusritus lain seperti berdoa (salat, sembahyang, misa), membaca kitab suci, naik haji, upacara bendera (termasuk menyanyikan lagu kebangsaan), upacara wisuda, perayaan lebaran (Idul Fitri) atau Natal, juga adalah komunikasi ritual. Mereka yang berpartisipasi dalam bentuk komunikasi ritual tersebut menegaskan kembali komitmen mereka kepada tradisi keluarga, suku, bangsa. Negara, ideologi, atau agama mereka. 4. Sebagai komunikasi instrumental Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum, yaitu: menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap, menggerakkan tindakan, dan juga menghibur. Sebagai instrumen, komunikasi tidak saja kita gunakan untuk menciptakan dan membangun hubungan, namun juga untuk menghancurkan hubungan tersebut. Studi komunika membuat
kita peka terhadap berbagai strategi yang dapat kita gunakan dalam komunikasi kita untuk bekerja lebih baik dengan orang lain demi keuntungan bersama. Hubungan Komunikasi Atasan-Bawahan Dengan Kinerja Karyawan Robbins (2008:392) menyatakan, “komunikasi menjalankan empat fungsi di dalam kelompok atau organisasi: yaitu pengendalian, motivasi, pengungkapan emosi, dan informasi”. Komunikasiberfungsi mengendalikan perilaku anggota dengan beberapa cara. Setiap organisasi mempunyai hirarki wewenang dan garis panduan formal yang harus dipatuhi oleh karyawan. Komunikasi memperkuat motivasi dengan menjelaskan ke para karyawan apa yang harus di lakukan, seberapa baik mereka bekerja, apa yang dapat dikerjakan untuk memperbaiki kinerja dibawah standar. Komunikasi berhubungan dengan perannya dalam mempermudah pengambilan keputusan. Komunikasi memberikan informasi yang diperlukan individu dan kelompok untuk pengambilan keputusan melalui penyampaian data guna mengenali dan mengevaluasi pilihan-pilihan alternatif. Selanjutnya Robbins (2008:293) menjelaskan bahwa tidak satu pun dari empat fungsi komunikasi yang harus dipandang sebagai hal yang lebih penting daripadayang lain. Agar berkinerja lebih efektif, kelompok/organisasi perlu mempertahankan beberapa macam pengendalian terhadap anggotanya, merangsang para anggota untuk berkinerja, menyedikan sara pengungkapan emosi seperti terjalinnya komunikasi antara atasan dan bawahan, dan membuat pilihan-pilihan keputusan. Berdasarkan pendapat di atas jelaslah bahwa komunikasi antara bawahan-atasan dapat mempengaruhi kinerja karyawan. Hal ini disebabkan komunikasi yang baik akan dapat di jadikan sarana pengendalian motivasi, pengungkapan emosi karyawan tentang pekerjaan dan adanya informasi mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan pekerjaan. Motivasi Kerja Untuk memberikan dorongan dan menggerakkan orang-orang agar bersedia bekerja semaksimal mungkin, perlu diusahakan adanya komunikasi dan peran serta dari semua pihak yang bersangkutan. Motivasi menunjukkan agar pimpinan mengetahui bagaimana memberikan informasi yang tepat kepada bawahannya agar mereka menyediakan waktunya guna melakukan usaha yang diperlukan untuk memperoleh saransaran dan rekomendasi-rekomendasi mengenai masalah yang dihadapi. Untuk itu diperlukan keahlian pimpinan untuk memberikan motivasi kepada bawahannya agar bisa bekerja sesuai dengan pengarahan yang diberikan. Robbins (2008) mendifinisikan motivasi JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS VOL 4, No. 4, September 2015
(motivation) sebagai proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya. Tiga elemen utama dalam definisi tersebut adalah intensitas, arah, dan ketekunan. Intensitas berhubungan dengan seberapa giat seseorang berusaha. Ini adalah elemen yang paling banyak mendapat perhatian ketika membicarakan tentang motivasi. Namun, intensitas yang tinggi sepertinya tidak akan menghasilkan prestasi kerja yang memuaskan kacuali upaya tersebut dikaitkan dengan arah yang menguntungkan organisasi. Dengan demikian, kita harus mempertimbangkan kualitas serta intensitas upaya secara bersamaan. Upaya yang diarahkan dan konsisten dengan tujuan-tujuan organisasi merupakan jenis upaya yang seharusnya kita lakukan. Terakhir, motivasi memiliki dimensi ketekunan. Dimensi ini merupakan ukuran mengenai berapa lama seseorang bisa mempertahankan usahanya. Individu-individu yang termotivasi bertahan melakukan suatu tugas dalam waktu yang cukup lama demi mencapai tujuan mereka. (Robbins, 2008). Motivasi kerja memegang peranan penting dalam menentukan berhasil tidaknya seseorang dalam melaksanakan tugas yang di bebankan kepadanya. Menyadari akan pentingnya pengaruh motivasi terhadap prilaku manusia, beberapa ahli telah mengadakan berbagai penelitian tentang motivasi. Adapun penelitian yang telah dilakukan menghasilkan berbagai pengertian tentang motivasi. Mc Gregor dalam Robbins dan Judge (2008:225) menjelaskan teori motivasi dengan teori X dan teori Y. Menurut Teori X, empat asumsi yang dimiliki oleh manajer adalah: 1. Karyawan pada dasarnya tidak menyukai pekerjaan dan sebisa mungkin berusaha untuk menghindarinya; 2. Karena karyawan tidak menyukai pekerjaan, mereka harus dipaksa, dikendalikan, atau diancam dengan hukuman untuk mencapai tujuan-tujuan. 3. Karyawan akan menghindari tanggung jawab dan mencari perintah formal bila mungkin. 4. Sebagian karyawan menempatkan keamanan di atas semua faktor lain terkait pekerjaan dan menunjukkan sedikit ambisi. (Robbins dan Judge, 2008:226). Bertentangan dengan pandanganpandangan negatif mengenai sifat-sifat manusia dalam Teori X, MC Gregor dalam Robbins dan Judge (2008:226) menyebutkan empat asumsi asumsi positif yang disebutnya sebagai Teori Y, yang antara lain : - Karyawan menganggap kerja sebagai hal yang menyenangkan seperti halnya istirahat dan bermain.
- Karyawan akan berlatih mengendalikan diri dan emosi untuk mencapai berbagai tujuan. - Karyawan bersedia belajar untuk menerima, bahkan mencari tanggung jawab. - Karyawan mampu membuat berbagai keputusan inovatif yang diedarkan ke seluruh populasi dan bukan hanya bagi mereka yang menduduki posisi manajemen. Teori X ini untuk memotivasi pegawai hendaknya dilakukan dengan cara peningkatan partisipasi pegawai, kerjasama dan keterikatan pada keputusan. Jenis motivasi yang diterapkan adalah motivasi positif. Untuk itu seorang kepala sekolah dituntut konsisten dan melaksanakan apa yang menjadi keputusan bersama dan menggalang partisipasi bawahan. (Robbins dan Judge, 2008:226). Selanjutnya Flippo (2002:117) menyatakan “tanggung jawab managerial untuk memperoleh perilaku biasanya disebut “pengarahan” atau motivasi, yaitu suatu keterampilan dalam memadukan kepentingan karyawan dan kepentingan organisasi sehingga keinginankeinginan dipuaskan bersama dengan tercapainya tujuan organisasi”. Dengan demikian karyawan sebagai manusia memiliki keinginan-keinginan yang perlu diperhatikan oleh pimpinan. Mereka dalam bekerja mengaktualisasikan keinginan tersebut, sehingga perusahaan perlu memperhatikan kepentingan karyawan dalam perusahaan. Jika kepentingan karyawan tidak diperhatikan maka tujuan-tujuan perusahaan tidak dapat tercapai secara efektif dan dapat merugikan perusahaan. Karena besarnya biaya yang dikeluarkan akibat ketiadak efektifan pelaksanaaan suatu pekerjaan akan lebih besar bila dibandingkan dengan biaya yang seharusnya tertanam untuk meningkatkan motivasi karyawan. Tinggi rendahnya motivasi kerja dari seorang karyawan dapat dilihat dari perilakunya terhadap pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Perilaku yang diwujudkan juga dapat menunjukkan motivasi yang bagaimana yang sesuai bagi setiap individu. Suatu bentuk atau model motivasi akan efektif bagi seseorang tetapi belum tentu efektif bagi orang lain. Hal ini disebabkan kebutuhan yang ingin dipuaskan dengan bekerja antara individu yang satu dengan yang lainnya berbeda. Jadi perusahaan/instansi melalui manajemennya harus mampu menyesuaikan kebutuhan-kebutuhan karyawan dalam usaha memberikan motivasi yang tepat. Hubungan Motivasi Dengan Kinerja Karyawan Kismono (2003:190) menyatakan, “motivasi dipercaya memiliki hubungan yang erat dengan semangat kerja. Karyawan yang memiliki motivasi tinggi akan dicerminkan pada semangat kerja yang tinggi. Selanjutnya semangat kerja JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS VOL 4, No. 4, September 2015
yang tinggi akan mempengaruhi prestasi kerja karyawan yang bersangkutan. Lebih lanjut (Kismono, 2003:190) menyatakan bahwa motivasi juga memiliki hubungan yang erat dengan prestasi kerja karyawan. Karyawan yang memiliki motivasi tinggi memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk berprestasi lebih baik bila dibandingkan dengan karyawan yang memiliki motivasi rendah”. Dengan demikian, motivasi memiliki hubungan yang positif dengan prestasi kerja karyawan. Dari uraian di atas jelaslah bahwa motivasi dapat mempengaruhi kinerja atau prestasi kerja seorang karyawan. Hal ini disebabkan motivasi pada dasarnya dapat dicerminkan oleh semangat kerja karyawan yang memiliki motivasi kerja yang tinggi akan cenderung memiliki semangat yang tinggi pula dalam bekerja, yang pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi kerja. Sebaliknya, karyawan yang memiliki motivasi kerja rendah juga akan cenderung kurang bersemangat dalam bekerja yang pada akhirnya berdampak pada penurunan prestasi kerja. HASIL PEMBAHASAN Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah keadaan atau ciri-ciri pegawai pada Kantor Dinas Pertanian Kab, Pidie Jaya, yang terpilih sebagai sampel sebanyak 54 orang pegawai. Pegawai yang menggambarkan identitas mereka yang terlihat dari usia, pendidikan, status perkawinan, jenis kelamin, dan umur. ditinjau dari jenis kelamin, hasil pengolahan data menunjukkan , sebagian besar responden penelitian adalah Laki-laki yaitu sebanyak 34 orang atau sebesar 63,0 persen dari jumlah keseluruhan sampel. Dengan demikian perempuan hanya 20 orang atau sebesar 37,0 persen dari jumlah keseluruhan sampel. Selanjutnya dari segi usia, sebanyak 9 orang responden dibawah 30 tahun. Sebanyak 21 orang responden dengan usia berkisar 30-40 tahun, 16 orang responden dengan usia berkisar 41-50 tahun, dan sisanya sebanyak 8 orang lagi dengan usia relatif tua diatas 50 tahun.Sesuai dengan tingkatan usia, sebagian besar responden sudah berkeluarga yaitu sebanyak 30 orang atau sebesar 55,6 persen dari jumlah keseluruhan sampel. Sebanyak 24 orang dengan status belum menikah.Responden dengan tingkat pendidikan SMA sebanyak 5 orang. Selanjutnya mereka dengan tingkat pendidikan D-III sebanyak 21 orang. Sebanyak 25 orang berlatar belakang S-1, 3 orang dengan latar belakang pendidikan pasca sarjana (S2). Karakteristik responden yang terakhir adalah sesuai dengan tahun masuk menjadi pegawai
negeri sipil, responden penelitian juga memiliki pengalaman kerja yang berbeda satu sama lain. Mereka dengan pengalaman kerja belum terlalu lama yaitu dibawah 1 tahun sebanyak 4 orang. Sebanyak 13 orang dengan pengalaman kerja berkisar 1-2 tahun, sebanyak 18 orang dengan pengalaman kerja berkisar antara 2-3 tahun, dan 19 orang lagi dengan pengalaman kerja relatif lama di atas 3 tahun.Berdasarkan uraian diatas jelaslah bahwa pegawai Kantor Dinas Pertanian Kab, Pidie Jaya memiliki karakteristik yang berbeda satu sama lain, baik jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, maupun status perkawinan. Hasil Uji Reabilitas dan Validitas Reabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk (Ghozali, 2010:41). Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Menurut Malhotra ( 2005:67) koefisien tersebut minimum yang dapat diterima diatas 0,60 suatu reliabel, apabila hasil Alpha Cronbach >0,60 = reliabel hasil Apha Cronbach <0,60 = tidak reliabel (Ghozali, 2010:42). Berdasarkan hasil reabilitas dapat diketahu bahwa alpha untuk masing-masing variabel dapat dilihat dari beberapa variabel yaitu variabel komunikasi (X1) diperoleh nilai Apha Cronbach sebesar 0,845, variabel motivasi (X2) diperoleh nilai Apha Cronbach 0,648 dan kinerja (Y) diperoleh nilai Apha Cronbach 0,698. Dengan demikian pengukuran reliabilitas terhadap variabel penelitian menunjukkan bahwa pengukuran kehandalan memenuhi kredibilitas Apha Cronbach dimana nilai Apha Cronbach diatas 0,60. Hasil Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesiner (Ghozali, 2010:45). Suatu kuesiner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Uji validitas instrumen dalam penelitian ini menggunakan metode pengujian validitas isi dengan analisis item, yaitu dengan mengkolerasi antara skor tiap instrumen dengan skor total yang merupakan jumlah dari skor butir Hasil Uji Asumsi Klasi Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah data yang akan digunakan dalam model regresi berdistribusi normal atau tidak (Ghozali, 2010:110). Untuk menguji suatu data berdistribusi normal atau tidak, dapat diketahui dengan menggunakan grafik normal plot (Ghozali, 2010:112). Hasil pengolahan data menghasilkan normal normal probability plot yang memperlihatkan bahwa garis yang menggambarkan data sesungguhnya mengikuti garis diagonal. JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS VOL 4, No. 4, September 2015
Pengujian Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas. Menurut Ghozali (2010:92) cara mengetahui ada atau tidaknya gejala multikolinearitas antara lain dengan melihat nilai Varian Inflation Factor (VIF) dan Tolerance, apabila nilai VIF kurang dari 10 dan Tolerance lebih dari 0,1 maka dinyatakan tidak terjadi multikolinearitas. Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai VIF masing-masing variabel independen yang digunakan dalam model regresi kurang dari 10 dan Tolerance lebih dari 0,1. Pengujian Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah homokedastisitas atau tidak terjadi homokedastisitas (Ghozali, 2010:105). Deteksi ada tidaknya problem heteroskedastisitas adalah dengan media grafik, apabila grafik membentuk pola khusus maka model terdapat heteroskedastisitas (Ghozali, 2010:105). Persepsi Pegawai Terhadap Variabel Kinerja Variabel dijabarkan dalan dalam 5 (lima) pernyataan positif. Indikator yang digunakan meliputi loyalitas terhadap instansi kemampuan menyelesaikan pekerjaan, kemampuan dan keterampilan kualitas pekerjaan, kemampuan bekerja sama, dan efesiensi pelaksaan pekerjaan. Tinggi rendahnya kinerja pegawai diukur berdasarkan tingkat kesetujuan mereka terhadap masing-masing pernyataan.Hasil pengolahan data menunjukkan, masing-masing sebanyak 10 orang kurang setuju, dan sebanyak 20 orang dan 24 orang responden menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa keterampilan yang dimiliki karyawan mempercepat waktu penyelesaian pekerjaan mereka. Sebaliknya satupun diantara mereka yang memilih alternatif pilihan jawaban sangat tidak setuju dan tidak setuju. Nilai ratarata skor tingkat kurang setuju dan kesetujuan untuk pernyataan tersebut menunjukkan angka 4,31 dapat diartikan secara umum responden setuju bahwa keterampilan yang mereka miliki mempercepat waktu penyelesaian pekerjaan. Selanjutnya masing-masing sebanyak 4 orang kurang setuju dan sebanyak 30 orang dan 20 orang responden setuju dan sangat setuju bahwa pengetahuan yang dimiliki mereka mampu mempercepat waktu penyelesaian pekerjaan, pernyataan tersebut menunjukkan angka 4,19 dapat diartikan secara umum responden setuju
bahwa pengetahuan yang dimiliki mereka mampu mempercepat waktu penyelesaian pekerjaan. Indikator berikutnya dari kinerja pegawai adalah kinerja tim sangat mendukung dalam meningkatkan produktivitas. Masing-masing sebanyak 36 dan 16 orang responden menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa kinerja tim sangat mendukung dalam meningkatkan produktivitas, dan sisanya 2 orang menyatakan kurang setuju. Nilai rata-rata skor tingkat kesetujuan untuk pernyatan tersebut menunjukkan angka sebesar 4,54, dapat diartikan secara umum responden menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa kinerja tim sangat mendukung dalam meningkatkan produktivitas. Persepsi Pegawai Variabel Komunikasi Atasan-Bawahan Variabel komunikasi atasan-bawahan juga dijabarkan dalam bentuk pernyataan positif. Indikator yang digunakan meliputi keseringan atasan berkomunikasi dengan bawahan tentang pekerjaan, keseringan bawahan diminta pendapat oleh atasan, kemauan atasan memberikan arahan kepada bawahannya, kemudahan dalam interaksi antara atasan dan bawahan, terjalinnya komunikasi yang tidak kaku, dan kemampuan bawahan berkomunikasi dengan baik.Masingmasing sebanyak 2 orang kurang setuju, 34 orang dan 18 orang responden menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa atasan tergolong sering berkomunikasi dengan bawahan hanya sebatas pekerjaan, pernyataan tersebut menunjukkan angka sebesar 4,26 (skor untuk pilihan setuju) dapat diartikan secara umum responden menyatakan setuju bahwa atasan tergolong sering berkomunikasi dengan bawahan hanya sebatas pekerjaan. Selanjutnya masing-masing sebanyak 5 orang kurang setuju dan 10 orang kurang setuju, sedangkan 33 orang dan 6 orang responden menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa atasan sering memberikan pengarahan/bimbingan dalam bekerja. Nilai ratarata skor tingkat kesetujuan untuk pernyataan tersebut menunjukkan angka sebesar 4,28 (skor untuk pilihan setuju) dapat diartikan secara umum responden memilih alternatif pilihan jawaban setuju. Persepsi Pegawai Variabel Motivasi Kerja Variabel motivasi dijabarrkan dalam 5 (lima) item pernyataan positif. Indikator yang digunakan meliputi kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja, situasi lingkungan kerja baik dan menyenangkan, sarana pendukung dan peralatan bekerja sangat memadai, kemauan untuk mengeluarkan keterampilan maksimal dalam menyelesaikan pekerjaan, dan keinginan untuk mencapai prestasi terbaik diantara rekanrekan sekerja. Masing-masing sebanyak 1 orang tidak setuju, dan 3orang kurang setuju, JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS VOL 4, No. 4, September 2015
sedangkan 28 dan 22 menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa mereka dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja. Nilai rata-rata skor tingkat kesetujuan untuk pernyataan tersebut menunjukkan angka sebesar 4,30 (skor untuk pilhan jawaban setuju) dapat diartikan secara umum responden dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja mereka. Selanjutnya, masing-masing sebanyak 4 orang kurang setuju, dan 36 dan 14 orang responden menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa situasi lingkungan kerja baik dan menyenangkan. Nilai rata-rata skor tingkat kesetujuan sebesar 3,74 (skor untuk pilhan jawaban setuju) dapat diartikan secara umum responden cenderung menyatakan setuju bahwa situasi lingkungan kerja baik dan menyenangkan. Untuk lebih jelasnya mengenai distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat kesetujuan terhadap pernyataan terhadap motivasi kerja. Analisis Pengaruh Komunikasi AtasanBawahan Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Kantor Dinas Pertanian Kab. Pidie Jaya. Secara teoritis, komunikasi atasan-bawahan dan motivasi kerja berpengaruh pada kepuasan kerja pegawai. Pada umumnya semakin baik persepsi mereka terhadap komunikasi atasanbawahan maka mereka akan semakin senang dalam bekerja dan selanjutnya dapat mempengaruhi kinerja mereka. Demikian pula halnya dengan motivasi kerja. Motivasi kerja yang tinggi akan membuat seorang pegawai mau mengeluarkan tenaga dan pikirannya untuk menyelesaikan pekerjaan yang di bebankan. hasil pengolahan data dengan menggunakan peralatan statistik regresi linier berganda memperlihatkan bahwa komunikasi atasan-bawahan dan motivasi kerja berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai Kantor Dinas Pertanian Kab. Pidie Jaya. Hal ini berarti bahwa semakin baik komunikasi atasan bawahan dan semakin tinggi motivasi kerja, akan semakin tinggi pula kinerja pegawai. Adanya pengaruh positif tersebut diketahui dari nilai koefisien regresi masing-masing variabel tersebut. Dari persamaan regresi diatas dapat diketahui bahwa hasil penelitian sebagai berikut : 1. Konstanta sebesar 11,854 artinya jika komunikasi (X1) dan motivasi (X2) di anggap konstan, maka besarnya kinerja pegawai pada Kantor Dinas Pertanian Kab, Pidie Jaya adalah sebesar 11,854 padasatuan skala likert atau kinerja pegawai pada Kantor Dinas Pertanian Kab, Pidie Jaya di pengaruhi oleh variabel komunikasi dan motivasi. 2. Koefisien komunikasi (X1) sebesar 0,962, artinya bahwa setiap 100% perubahan dalam variabel komunikasi, maka secara
relatif akan mempengaruhi kinerja pegawai pada Kantor Dinas Pertanian Kab, Pidie Jaya sebesar 96,2%, dengan demikian semakin sering atasan berkomunikasi dengan bawahan semakin mempengaruhi kinerja pegawai pada Kantor Dinas Pertanian Kab, Pidie Jaya. 3. Koefisien motivasi (X2) sebesar -0,299 artinya bahwa setiap 100% perubahan dalam variabel motivasi, maka kinerja pegawai pada Kantor Dinas Pertanian Kab, Pidie Jaya meningkat sebesar -29,9% dengan asumsi variabel lainnya tetap. Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda dapat diketahui bahwa dari kedua variabel yang diteliti, ternyata komunikasi (X1) lebih dominan terhadap kinerja pegawai pada Kantor Dinas Pertanian Kab, Pidie Jaya, dengan nilai koefisien sebesar 0,962, kemudian diikuti oleh variabel motivasi (X2) dengan nilai sebesar -0,299. Selanjutnya untuk mengetahui keeratan hubungan antara kinerja pegawai dengan komunikasi atasan-bawahan dan motivasi kerja dapat digunakan koefisien korelasi (R). Hasil pengolahan data dengan menggunakan software SPSS, memperlihatkan nilai koefisien korelasi (R) dapat dilihat pada tabel 5.2 dibawah ini. 1. Koefisien korelasi ( r ) sebesar 0,817 yang menunjukkan bahwa derajat hubungan (korelasi) antara variabel bebas dengan variabel terikat sebesar 81,7%, artinya kinerja pegawai pada Kantor Dinas Pertanian Kab, Pidie Jaya mempunyai hubungan yang cukup erat dan positif dengan komunikasi (X1) dan motivasi (X2). 2. Korelasi determinasi (r2) sebesar 0,667, artinya sebesar 66,7% perubahanperubahan dalam variabel terikat (kinerja) dapat dijelaskan oleh perubahan-perubahan dalam komunikasi (X1) dan motivasi (X2). Sedangkan selebihnya yaitu sebesar 33,3% dijelaskan oleh variabel lain diluar dari variabel komunikasi dan motivasi. Uji Simultan (Uji F) Variabel Kinerja (Y) Hasil pengujian statistik menunjukkan nilai Fhitung sebesar 51,069 nilai Ftabel pada tingkat keyakinan 95 persen menunjukkan angka sebesar 3,183. Karena nilai Fhitung> Ftabel (51,069>3,183) dapat diartikan secara simultan kedua variabel independent komunikasi (X1) dan motivasi (X2) berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai pada Kantor Dinas Pertanian Kab, Pidie Jaya, sehingga hipotesis Ha diterima. Uji Parsial (Uji T) Variabel Komunikasi (X1) Hasil pengujian uji t pada variabel komunikasi (X1), pengujian statistik menunjukkan nilai thitung sebesar 10,006 untuk variabel sistem komunikasi (X1). Nilai ttabel pada tingkat keyakinan 95 persen menunjukkan angka sebesar JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS VOL 4, No. 4, September 2015
2,006. Karena nilai thitung> ttabel (10,006>2,006) secara parsial komunikasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai pada Kantor Dinas Pertanian Kab, Pidie Jaya, sehingga hipotesis Ha diterima. Uji Parsial (Uji T) Motivasi (X2) Hasil pengujian uji t pada variabel motivasi (X2), dengan nilai thitung menunjukkan angka sebesar 2,507, juga lebih besar bila dibandingkan dengan nilai ttabel pada tingkat keyakinan 95 persen menunjukkan angka sebesar 2,006. Karena thitung> ttabel (2,507>2,006) dapat diartikan secara parsial motivasi juga berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai pada Kantor Dinas Pertanian Kab, Pidie Jaya, sehingga hipotesis Ha diterima. KESIMPULAN DAN SARAN
Simpulan Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: 1. Komunikasi atasan-bawahan dan motivasi kerja berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai Kantor Dinas Pertanian Kab, Pidie Jaya. Diantara kedua variabel tersebut, variabel yang paling besar pengaruhnya terhadap kinerja pegawai adalah komunikasi. 2. Hubungan antara komunikasi atasanbawahan dan motivasi kerja dengan kinerja pegawai Kantor Dinas Pertanian Kab, Pidie Jaya tergolong sangat erat, ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,817. Selanjutnya sebesar 6,67% kinerja pegawai Kantor Dinas Pertanian Kab, Pidie Jaya di pengaruhi oleh komunikasi atasan –bawahan dan motivasi kerja. Sisanya sebesar 33,3% lagi dipengaruhi oleh variabel lain selain variabel tersebut. 3. Hasil pengujian statistik menunjukkan nilai F hitung sebesar 51,069, lebih besar bila dibandingkan dengan nilai F tabel sebesar 3,183. Dengan demikianhipotesis Ha diterima sebaliknya hipotesis Ho ditolak yang berarti komunikasi atasan-bawahan dan motivasi kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai Kantor Dinas Pertanian Kab, Pidie Jaya. Selanjutnya nilai t hitung masingmasing variabel juga lebih besar bila dibandingkan dengan t tabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa secara parsial kedua variabel tersebut juga berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai Kantor Dinas Pertanian Kab, Pidie Jaya.
Saran 1. Kepala Dinas Pertanian Kab, Pidie Jaya dipandang perlu untuk mengembangkan komunikasi atasan-bawahan yang lebih baik
dalam lingkungan kerjanya. Hal ini disebabkan, komunikasi atasan-bawahan dapat meningkatkan kinerja pegawai dilingkungan instansi tersebut. Kembangkan rasa kebersamaan, pupuk rasa hormatmenghormati diantara sesama pegawai dan tingkatkan efektivitas komunikasi yang mengarah pada kelancaran kegiatan operasional instansi. Pada akhirnya komunikasi tersebutdapat meningkatkan kinerja pegawai. 2. Sebaliknya kepala Dinas Pertanian Kab, Pidie Jaya meningkatkan motivasi kerja pegawainya. Upaya peningkatan motivasi kerja pegawai dapat dilakukan dengan memenuhi kebutuhan pegawai, sepertiperbaikan lingkungan kerja, peningkatan kompensasi seperti tunjangan prestasi kerja (TPK) dan lain sebagainya. 3. Bagi peneliti lain agar dapat menambah variabel lain sehingga kinerja di lingkungan Dinas Pertanian Kab, Pidie Jaya dapat lebih di tingkatkan.
REFERENSI
Cantika,
Yuli, 2005, Manajemen Sunber Daya Manusia, Penerbit Universitas Muhammaadiyah, Malang
Deni
Darmawan (2007), Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta:PT RajaGrafindo Persada
Dessler,
Gary (2002) Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Bahasa Indonesia, Jilid 2, Prenhaiiindo, Jakarta
Flippo, Edwin, B (2002) Manajemen Personalia, Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta Gujarati,
Damodar (2006) Ekonometrika Dasar, Alih Bahasa: Sumarno Zain, Penerbit Erlangga Jakarta
Guritno, Bambang dan Waridin. 2005. Pengaruh Persepsi Karyawan Mengenai Perilaku Kepemimpinan, Kepuasan JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS VOL 4, No. 4, September 2015
Kerja Dan Motivasi Terhadap Kinerja. JRBI. Vol 1. No 1. Hal: 63-74. Hasibuan, Malayu S.P. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Penerbit Bumi Aksara.
“Perilaku Organisasi, Organizational Behaviour, Buku Terjemahan, Jakarta : Gramedia. Robbin,
Kismono, Gugup (2003) Pengantar Bisnis, BPFE UGM, Yogyakarta Mathis, R.L. & J.H. Jackson. 2006. Human Resource Management: Manajemen Sumber Daya Manusia. Terjemahan Dian Angelia. Jakarta: Salemba Empat. Malhotra (2005) Marketing Research, New York, Mc. Graw Hill Book Company.
Mardianto, Anang (2005) Pengaruh Komunikasi Atasan Bawahan Dan Motivasi Terhadap Kinerja Di PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah Cabang Surakarta, Program Pasca Sarjana Universitas Muhammaddiyah Surakarta. Mulyana, Deddy. 2001. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Rosda.
S. P (2001) Perilaku Organisasi: Konsep Kontropersi, Aplikasi, Edisi Bahasa Indonesia, Jilid 2, Jakarta
Sastrohadiwiryo, Siswanto (2002) Manajemen Tenaga Kerja Indonesia Pendekatan Administratif Dan Operasional, Bumi Aksara, Jakarta. Schuler Dan Jackson (2001) Human Resource Manajemen, 8ᵗᴴ Edition, (Terjemahan), Salemba Empat, Jakarta. Siagian, Sondang P (2002) Teknik Menumbuhkan Dan Memelihara Prilaku Organisasi, CV. Haji Mas Agung Jakarta. Sutrisno,
Edy. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia. Cetakan Ketiga. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Sugiono :2005. Metode Penelitian Bisnis, Bandung: Alfabeta.CV, Suliyanto (2006) Metode Riset Bisnis, Penerbit Andi, Yogyakarta.
Rivai,
Vethzal & Basri. 2005. Peformance Appraisal: Sistem yang tepat untuk Menilai Kinerja Karyawan dan Meningkatkan Daya Saing Perusahan. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Robbins, S., dan Timothy A. J., 2008,
Tika, P. 2006. Budaya Organisasi Dan Peningkatan Kinerja Perusahaan. PT Bumi Aksara. Jakarta. Umar,
Husein (2005) Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis, PT. Gramedia, Jakarta
JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS VOL 4, No. 4, September 2015
Usman, Husaini (2008) Manajemen: Teori Praktek, Dan Riset Pendidikan. Edisi Kedua. Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada
JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS VOL 4, No. 4, September 2015
JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS VOL 4, NOMOR 4 September 2015 : 258 - 265
ISSN 2088-6217
Pengaruh Leader Member Exchange (LMX) Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Pada Taman Rusa Lamtanjong Aceh Besar Samsul Ikhbar1 1)
Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh
Abstrak: Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah Pengaruh Leader Member Exchange (LMX) terhadap kepuasan kerja karyawan pada Taman Rusa Lamtanjong Aceh Besar. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh antara variabel Leader Member Exchange dengan variabel kepuasan kerja karyawan pada Taman Rusa Lamtanjong Aceh Besar. Ukuran sampel penelitian ini sebanyak 70 Pegawai. Data penelitian dikumpulkan melalui wawancara, daftar pertanyaan dan studi dokumentasi. Pengujian hipotesis menggunakan uji t (parsial) dimaksud untuk mengetahui secara parsial pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0.05). Hasil penelitian menunjukan bahwa yaitu Leader Member Exchange (LMX) (4,179) berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan pada Taman Rusa Lamtanjong Aceh Besar. Nilai koefisien determinasi (R2) menunjukkan bahwa independen yang diteliti mampu menjelaskan 20,4 % terhadap kepuasan kerja karyawan sedangkan sisanya 79,6 % dijelaskan oleh variabel independen lainnya yang tidak termasuk dalam penelitian ini.
Kata kunci : Leader Member Exchange (LMX), Kepuasan Kerja. PENDAHULUAN Sumber daya manusia merupakan asset yang paling penting bagi organisasi, dimana pada hakekatnya berfungsi sebagai faktor penggerak bagi setiap kegiatan di dalam perusahaan. Kepuasan kerja merupakan suatu sikap karyawan terhadap pekerjaan yang berhubungan dengan situasi kerja, kerja sama antar karyawan, imbalan yang diterima dalam kerja, dan hal-hal yang menyangkut tentang fisik dan psikologi. Sikap terhadap pekerjaan merupakan hasil dari sejumlah sikap khusus individu terhadap faktorfaktor pekerjaan, penyesuaian diri individu dan hubungan sosial individu diluar pekerjaan sehingga menimbulkan sikap umum individu terhadap pekerjaan yang dihadapi.Kepuasan kerja menjadi masalah yang cukup menarik dan penting, karena sangat besar manfaatnya baik kepentingan individu, industri dan masyarakat. Kepentingan individu, penelitian tentang sebabsebab dan sumber-sumber kepuasan kerja kemungkinan timbulnya usaha-usaha peningkatan kebahagian hidup mereka. Kepentingan Industri, penelitian mengenai kepuasan kerja dilakukan dalam usaha meningkatkan produksi dan pengurangan biaya melalui perbaikan sikap dan tingkah laku karyawan. Selanjutnya kepentingan masyarakat tentu akan menikmati kapasitas maksimun dari industri serta naiknya nilai manusia di dalam konteks pekerjaan. Ada beberapa alasan karyawan tidak betah bekerja (melaksanakan tugas-tugasnya) atau tidak puas diantara apabila hubungan atasan dengan bawahan kurang baik maka tentu saja karyawan(bawahan) tidak akan mempunyai
motivasi dalam melaksanakan tugasnya, kemudian apabila gaji mereka tidak sesuai yang diingin kan oleh karyawan atau tidak sesuai dengan kebutuhan mereka masing-masing atau gaji yang diberikan tidak sesuai dengan kinerja mereka maka akan membuat meraka kurang semangat, selain itu faktor lingkungan kerja juga akan berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan karena apabila fasilitas-fasilitas lingkuangan kerja karyawan kurang atau tidak sesuai dengan yang diinginkan oleh karyawan, tentu saja akan membuat mereka kurang semangat dalam melaksanakan tugasnya masingmasing. Misalnya apabila di ruangan kerja karyawan tidak memiliki AC atau sejenisnya di saat cuaca yang sangat panas maka akan membuat karyawan tidak tertib dalam melaksanakan tugasnya karena mereka harus keluar masuk dari ruang tersebut hanya karena mereka membutuhkan udara yang dingin agar mereka tidak berkeringat maaupun hal-hal lainnya disaat jam-jam kerja mereka yang akan berlangsung waktu yang masih lama. Orang yang pertama kalinya mereka bekerja pada suatu perusahaan atau Perusahaan maka mereka pasti akan melakukan hal apa saja yang yang diinginkan oleh mereka, akan tetapi setelah menjadi karyawan atau sudah mempunyai kemampuan maka mereka harus belajar disiplin dan menghargai waktu dan mereka pun harus mengikuti segala aturan-aturan yang ada di Perusahaan Perusahaan. Taman Rusa ini terletak di Desa Lamtanjong, Sibreh, Aceh Besar, kurang lebih 20 menit perjalanan dari Universitas Serambi Mekkah.
Tempat ini bisa dijadikan alternatif sebagai tempat rekreasi bersama teman atau keluarga di akhir pekan. Setelah resmi dibuka ternyata telah banyak mengundang pengunjung untuk datang ke Taman Rusa. Ada beberapa wahana di taman seluas 3 hektar ini seperti kolam renang, kolam bebek, kolam pancing, area bersepeda. Dilengkapi dengan warung kopi, mushola, dan toilet tentunya. Selain itu pengunjung bisa berkeliling dengan menggunakan andong ataupun odong-odong yang didesain lucu. Sehingga banyak membutuhkan karyawan untuk melayani semua pelanggan-pelanggan yang ada di Taman Rusa. Berdasarkan observasi peneliti saat ini sering sekali karyawan Taman Rusa keluar bekerja dari karyawan Taman Rusa dan lebih meilih berkerja ditempat lain. Padahal gaji sebagai karyawan Taman Rusa tersebut sudah lumayan untuk kebutuhan sehari-hari ataupu kebutuhan keluarga apalagi lingkungan kerja sangat baik dan mempunyai fasilitas kerja yang lengkap. Dengan melihat fenomena ini, maka peneliti sangat tertarik untuk meneliti di Taman Rusa, karena peneliti ingin mengetahui apa penyebab sebenarnya karyawan tidak bertahan lama bekerja Taman Rusa! Apakah hubungan atasan dengan bawahan atau sesama karyawan yang kurang harmonis. Atau apakah pemimpin Taman Rusa tersebut terlalu tegas dalam memberikan pekerjaanya terhadap karyawan, sehingga karyawan merasa terbebankan dan tidak puas dalam melaksanakan kinerjanya. Atau mungkin ada hubungan lain yang menyebabkan karyawan merasa tidak puas. Hubungan atasan dengan bawahan dapat mempengaruhi dengan kepuasan kerja karyawan Taman Rusa, karena selain gaji atau bonus dan lain-lain yang harus diterima oleh karyawan mereka juga menginginkan kekompakkan antara bawahan dengan atasan. Begitu juga dengan cara mereka berkomunikasi yang sopan antara sesama karyawan maupun dengan atasan.
yang dianggap dapat mewakili dari populasi yang memiliki cirri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 70 karyawan Taman Rusa Lamtanjong Aceh Besar. Hal ini sesuai dengan pendapat Sugiyono (2009: 57) yang menyatakan bahwa sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Apabila jumlah populasi atau subjek peneltitian kurang dari 100, maka untuk sampel penelitiannya sebaiknya diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi atau sensus. Dalam penelitian ini, Sampel penelitian ini adalah seluruh Karyawan Taman Rusa Lamtanjong Aceh Besar dengan jumlah 70 karyawan. Data dan Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data mengenai kepuasan kerja dilakukan pengumpulan data dengan menggunakan Kuesioner. Kuesioner terdiri dari 5 (lima) item pertanyaan untuk Leader Member Exchange (LMX) dan 5 (lima) pertanyaan tentang kepuasan kerja. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah tertutup yaitu pertanyaan yang di rancang berbentuk pilihan yang telah disediakan. Skala Pengukuran Kategori pertanyaan yang dirancang dalam kuesioner diberi nilai skor 1-5 dengan kategori menurut Arikunto (2010:66) adalah seperti terlihat pada tabel berikut :
METODE PENELITIAN Lokasi dan Objek Penelitian Sebagai lokasi penelitian untuk memperoleh data dan keperluan lainnya, peneliti mengadakan penelitian langsung pada Taman Rusa Lamtanjong Aceh Besar beralamat Sibreh Pekan biluy Gampong Lamtanjong Kecamatan Sukamakmur Kabupaten Aceh Besar, Aceh Besar. Objek penelitian ini adalah Kepuasan Kerja Karyawan Kerja Karyawan Taman Rusa Lamtanjong Aceh Besar. Populasi dan Teknik Penarikan Sampel Populasi merupakan keseluruhan subjek yang dikenakan dalam penelitian. Populasi menurut Arikunto (2010:175) adalah keseluruhan subjek penelitian. Sampel adalah bagian dari populasi
Data penelitian dianalisis dengan menggunakan model regresi linier sederhana dan diolah dengan menggunakan program bantuan SPSS (Statistic Pagcket for Social Saince) versi 15.0. Adapun persamaan model regresi linear sederhana dalam penelitian ini dapat diformulasikan sebagai berikut: Y = a + bX + e Keterangan : Y = Kepuasan Kerja X = LMX (Leader Member Exchange) a = Konstanta b = Parameter Regresi e = Error Term
Tabel Skala Likert No Pilihan Jawaban 1 Sangat Setuju 2 Setuju 3 Kurang Setuju 4 Tidak Setuju 5 Sangat Tidak Setuju Sumber : Arikunto (2010)
Skor 5 4 3 2 1
Teknik Analisis Data
JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS VOL 4, No. 4, September 2015
Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dilakukan secara serantak dengan menggunakan secara partial dengan menggunakan uji t (t-test) pada tingkat keyakinan (confident interval) 95% dengan kriteria pengambilan keputusan uji t, digunakan untuk menguji tingkat signifikansi variabel bebas secara individual terhadap variabel terikat (Y) yaitu pengaruh X terhadap Y. Dengan kriteria pengujian : Jika t hitung ≥ t tabel, maka menerima Ha dan menolak Ho Jika t hitung < t tabel, maka menolak Ha dan menerima Ho. Ho1 = LMX tidak berpengaruh Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Taman Rusa Lamtanjong Aceh Besar. Ha1 = LMX berpengaruh terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Taman Rusa Lamtanjong Aceh Besar Uji Reliabilitas dan Validitas Uji reliabilitas dan validitas adalah uji terhadap instrumen penelitian yang akan menyajikan data kualitatif. Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner yang digunakan untuk mengumpulkan data primer yang bersifat kualitatif sehingga harus dapat memberikan kebenaran dan kepercayaan melalui suatu set uji kehandalan dan validitas. Uji Kehandalan (Reliability) Reliabilitas instrument adalah tingkat konsistensi hasil yang dicapai oleh kuesioner, meskipun digunakan secara berulang-ulang. Pendekatan yang digunakan adalah dengan cara menghitung Cronbach Alpha masing-masing variabel yang terlibat. Cronbach Alpha menafsirkan korelasi antara skala yang dibuat dengan semua skala variabel yang ada. Uji ini dimaksudkan untuk menunjukkan banyaknya variansi atau perbedaan yang diharapkan pada seperangkat pengukuran yang dilakukan secara berulang-ulang terhadap suatu objek. Ukuran reliabilitas dianggap handal berdasarkan Cronbach Alpha adalah sebesar 0,60 (Ghozali, 2009). Uji Validitas Uji validitas dimaksudkan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur menurut situasi, keperluan dan tujuan tertentu. Dengan kata lain bahwa kuesioner dianggap valid jika kuesioner tersebut benar-benar dapat menyajikan suatu set data mengenai perilaku dan aktivitas responden sebagaimana yang diharapkan. Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analysis corelation yang menjelaskan korelasi (hubungan) diantara sejumlah variabel dengan menggunakan satu set dimensi yang disebut faktor. Ukuran data dianggap valid apabila korelasi hitung lebih besar dari angka kritis nilai – r dengan tingkat
keyakinan 95 % (table product moment). menurut Sugiyono (2010:267) adalah : “ Validitas merupakan derajat ketetapan antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh penelitian. Dengan demikian data yang valid adalah data “yang tidak berbeda” antara data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek penelitian.” KAJIAN PUSTAKA Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen merupakan proses untuk mencapai tujuan organisasi. Manajemen bisa sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang logis dan sistematis juga sebagai suatu kreativitas pribadi yang disertai suatu keterampilan. Menurut Garry (2011:5), manajemen sumber daya manusia adalah kebijakan dan praktik menentukan aspek “manusia” atau sumber daya manusia dalam posisi manajemen, termasuk merekrut, menyaring, melatih, memberi penghargaan, dan penilaian. Menurut Veithzal (2010:13), manajemen SDM merupakan bagian dari manajemen umum yang memfokuskan dari pada SDM. Adapun fungsi - fungsi manajemen SDM, seperti halnya fungsi manajemen umum, yaitu : 1. Fungsi Manajerial 2. Fungsi Operasional Sedangkan tujuan umum manajemen sumber daya manusia menurut Malayu S.P Hasibuan (2009 : 250) adalah sebagai berikut : 1. Untuk menentukan kualitas pegawai yang akan mengisi semua jabatan dalam perusahaan. 2. Untuk menjamin tersedianya tenaga kerja masa kini ataupun masa depan 3. Untuk mempermudah koordinasi sehingga produktivitas kerja meningkat. 4. Untuk menghindari kekurangan atau kelebihan pegawai. Kepuasan Kerja Menurut Wijono (2010:97), kepuasan kerja adalah suatu perasaan menyenangkan merupakan hasil dari persepsi individu dalam rangka menyelesaikan tugas atau memenuhi kebutuhannya untuk memperoleh nilai - nilai kerja yang penting bagi dirinya. Pengertian yang menyatakan kepuasan kerja Menurut Edy (2010:74) suatu sikap karyawan terhadap pekerjaan yang berhubungan dengan situasi kerja, kerjasama antar karyawan, imbalan yang diterima dalam kerja, dan hal-hal yang menyangkut faktor fisik dan psikologis. Menurut Mangkunegara (2009:117), Kepuasan kerja adalah suatu perasaan yang menyokong atau tidak menyokong diri pegawai yang berhubungan dengan pekerjaanya maupun JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS VOL 4, No. 4, September 2015
dengan kondisi dirinya .Berdasarkan pengertian beberapa ahli diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa: pengertian kepuasan kerja adalah perasaan senang dan puas yang dialami seseorang dalam melakukan pekerjaanya. Menurut Waskito (2009:265), karyawan adalah orang dalam sebuah lembaga (kantor, perusahaan dan sebagainya) dengan mendapat gaji (upah), karyawan juga disebut sebagai pegawai, buruh, pekerja. Sedangkan Menurut Kreitner dan Kinicki (2008:36), kinerja adalah nilai dari sekelompok perilaku karyawan yang berkontribusi, baik positif atau negatif, terhadap pencapaian tujuan organisasi. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja tidak berdiri sendiri tapi berhubungan dengan kepuasan kerja dan dipengaruhi oleh keterampilan,kemampuan dan sifat – sifat individu. Dengan kata lain kinerja ditentukan oleh kemampuan, keinginan dan lingkungan. Oleh karena itu agar mempunyai kinerja yang baik, seseorang harus mempunyai keinginan yang tinggi untuk mengerjakan dan mengetahui pekerjaannya serta dapat ditingkatkan apabila ada kesesuaian antara pekerjaan dan kemampuan. Kepemimpinan Kepemimpinan merupakan tulang punggung pengembangan organisasi, karena tanpa kepemimpinan yang baik akan sulit untuk mencapai tujuan organisasi. Pola kepemimpinan memainkan peranan penting, dalam meningkatkan kinerja karyawan. Konsep kepemimpinan merupakan komponen fundamental di dalam menganalisis proses dan dinamika di dalam organisasi. Untuk itu banyak kajian dan diskusi yang membahas definisi kepemimpinan yang justru membingungkan. Menurut Miftah (2010: 9) kepemimpinan adalah kegiatan untuk memengaruhi perilaku orang lain, atau seni memengaruhi perilaku manusia baik perorangan maupun kelompok. Sedangkan menurut Martinis dan Maisah (2010: 74) mandefinisikan kepemimpinan sebagai suatu group proses yang dilakukan oleh seseorang dalam mengelola dan menginspirasikan sejumlah pekerjaan untuk mencapai tujuan organisasi melalui aplikasi teknik- teknik manajemen. Miftah (2010: 5) mengartikan bahwa Kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi orang-orang supaya diarahkan mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Menurut Mifta (2010: 50) yang mengatakan gaya kepemimpinan demokratis dikaitkan dengan kekuatan personal dan keikut sertaan
para pengikut dalam proses pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Leader Member Exchange (LMX) Menurut Morrow (2005: 682) bahwa: “pengertian dari leader member exchange adalah peningkatan kualitas hubungan antara supervisi dengan karyawan akan mampu meningkatkan kerja keduanya. Namun realitasnya, hubungan antara karyawan dan supervisi dapat dikelompokkan pada dua hubungan yaitu hubungan yang baik dan hubungan yang buruk. Hubungan yang baik akan menciptakan kepercayaan karyawan, sikap positif, dan loyalitas, namun hubungan yang buruk berpengaruh sebaliknya.” Sehubungan dengan definisi tersebut, dapat dilihat bahwa dalam LMX ditemukan perbedaan sikap yang diterima bawahan dari atasannya. Perbedaan itu membentuk kelompok terpisah yang menerangkan hubungan antara atasan dan bawahan yang disebut dengan in-group dan outgroup. Pada in-group, pemimpin lebih mempercayakan penyelesaian tugas kepada mereka, berinteraksi lebih sering misalnya apabila ada suatu berita atau kejadian penting, bawahan yang termasuk dalam in-group yang akan dipanggil terlebih dahulu dan memberikan banyak dispensasi terhadap ketentuan-ketentuan yang sudah ada. Hal ini cenderung dilakukan oleh atasan dikarenakan bawahan memiliki persamaan sikap dan karakteristik pribadi dengan atasan atau bawahan yang tergabung dalam ingroup ini memiliki kompetensi yang lebih baik dibandingkan dengan bawahan yang tergabung dalam out-group. Pada in-group, bawahan lebih dipercaya, mendapatkan perhatian dalam porsi yang lebih besar dari atasan, dan mendapatkan hak-hak khusus (Robbins, 2007: 368). Dalam Leader Member Exchange (LMX), supervisor mengembangkan tipe hubungan yang berbeda dengan bawahannya. Konsekuensinya, atasan dengan sepuluh bawahan akan memiliki sepuluh hubungan Leader Member Exchange (LMX) yang berbeda. Pada gilirannya ke depan, jenis hubungan yang berkembang antara pemimpin dan karyawan akan berpengaruh terhadap berbagai faktor-faktor penting untuk individu dan organisasi (misalnya, komitmen organisasi, kepuasan kerja karyawan dan lainlain). Peran pemimpin dalam sebuah organisasi tidak hanya memerintah bawahannya begitu saja tetapi diperlukan hubungan yang baik antara atasan dengan bawahan untuk mengoptimalkan sumber daya manusia yang ada. Hubungan atasan dan bawahan (LMX) yang kurang baik dapat menyebabkan loyalitas karyawan rendah. Pada dasarnya manusia mudah untuk dimotivasi dengan memberikan apa yang menjadi keinginannya. Bila seorang karyawan termotivasi maka karyawan tersebut akan sekuat tenaga JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS VOL 4, No. 4, September 2015
bekerja keras melakukan pekerjaannya dengan baik untuk keberhasilan perusahaan. Kepuasan kerja dan motivasi kerja sangat berkaitan langsung dengan loyalitas karyawan. Kepuasan kerja dan motivasi kerja yang dirasakan oleh karyawan dapat menurunkan loyalitas ataupun meningkatkan loyalitas karyawan. Karyawan yang merasa puas dengan pekerjaan yang diperoleh akan termotivasi untuk meningkatkan kinerja sehingga akan berdampak pada meningkatnya keberhasilan perusahaan. Karyawan yang bekerja dengan senang hati dan tanpa adanya paksaan akan memberikan hasil yang baik dan akan menumbuhkan loyalitas yang tinggi kepada perusahaan dengan karyawan tersebut terbeban memberikan yang terbaik bagi perusahaan dan kesetiaannya terhadap perusahaan (Mahesa, 2010). Leader Member Exchange merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja karyawan. Kepuasan kerja merupakan fungsi dari jumlah absolut dari gaji yang diterima, derajat sejauh mana gaji memenuhi harapan-harapan tenaga kerja, dan bagaimana gaji diberikan. Yang penting ialah sejauh mana gaji yang diterima dirasakan adil. Jika gaji di persepsikan sebagai adil didasarkan tuntutantuntutan pekerjaan, tingkat keterampilan individu, dan standar gaji yang berlaku untuk kelompok pekerjaan tertentu, maka akan ada kepuasan kerja. Hubungan antara atasan dan bawahan bisa disebut dengan hubungan fungsional dan keseluruhan (entity). Hubungan fungsional mencerminkan sejauh mana atasan membantu bawahan, untuk memuaskan nilai-nilai pekerjaan yang penting bagi karyawan, misalnya dengan memberikan pekerjaan yang menantang. Hubungan keseluruhan didasarkan pada ketertarikan antarpribadi yang mencerminkan sikap dasar dan nilai-nilai yang serupa. Hubungan yang ada antar pekerja adalah hubungan ketergantungan sepihak, yang bercorak fungsional. Kepuasan kerja yang ada pada para pekerja timbul karena mereka, dalam jumlah tertentu, berada dalam satu ruangan, sehingga mereka dapat saling berinteraksi, dalam artian kebutuhan sosialnya terpenuhi. Rekan kerja memberikan sumbersumber semangat, kenyamanan, nasihat, dan bantuan kepada karyawan individu. Kelompok kerja yang baik dapat membuat pekerjaan menjadi menyenangkan. Keadaan atau suasana di tempat kerja merupakan faktor lain yang mempengaruhi kepuasan kerja. Bila kondisi kerjanya baik, bersih, atraktif, dan nyaman, maka karyawan akan merasa mudah dalam menjalankan pekerjaannya. Dalam kondisi kerja seperti itu kebutuhan-kebutuhan fisik dipenuhi dan memuaskan tenaga kerja.
HASIL PEMBAHASAN Gambaran Umum Taman Rusa Sejarah berdirinya Taman Rusa yaitu pada bulan juni tahun 2013 yang didirikan oleh T Nara. Biaya yang dikluarkan untuk membuat Taman Rusa mencapai Rp. 1.000.000.000 lebih seperti pembangunan kolam renang, kolam ikan, supermarkit mini, tempat istirahat, kebun binatang dan lain-lain. Awalnya hanya beberapa fasilitas yang ada di Taman Rusa, Tapi dalam waktu singkat jumlah pengunjung semakin lama semakin banyak kemudian pihak Taman Rusa menambahkan beberapa fasilitas lainnya seperti permainan anak-anak, kereta api, sepeda santai untuk anak-anak dan lain-lain sehingga membutuhkan karyawan yang banyak untuk memposisikan dimana tempat yang dibutuhkan oleh Taman Rusa Aceh Besar. Sampai saat ini jumlah karyawan Taman Rusa Lamtanjong Aceh Besar mencapai 70 orang atau karyawan.Taman Rusa ini terletak di Desa Lamtanjong, Sibreh, Aceh Besar, kurang lebih 20 menit perjalanan dari Universitas Serambi Mekkah. Tempat ini bisa dijadikan alternatif sebagai tempat rekreasi bersama teman atau keluarga di akhir pekan. Setelah resmi dibuka ternyata telah banyak mengundang pengunjung untuk datang ke Taman Rusa. Ada beberapa wahana di taman seluas 3 hektar ini seperti kolam renang, kolam bebek, kolam pancing, area bersepeda. Dilengkapi dengan warung kopi, mushola, dan toilet dan dengan keindahan panorama alam ala pedesaan, digabungkan dengan beraneka ragam wahana bermain yang menarik dan modern, seperti kolam renang, sepeda bebek, bola udara, sekuter, kereta api, mandi bola dan lain-lain Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Berdasarkan output komputer seluruh pernyataan dinyatakan valid karena memiliki tingkat signifikansi dibawah 5 % sedangkan jika dilakukan secara manual maka nilai korelasi yang diperoleh masing-masing pernyataan harus dibandingkan dengan nilai kritis korelasi product moment dimana hasilnya menunjukkan bahwa semua penyataan mempunayai nilai korelasi diatas nilai kritis 5 % yaitu di atas 0,235 dan pada nilai kritis 1 % , sehingga pernyataanpernyataan tersebut adalah signifikan dan memiliki validitas kontras. Atau dalam bahasa statistik terdapat konsistensi (internal consistence) yang berarti pernyataan-pernyataan tersebut mengukur aspek yang sama. Ini berarti data yang diperoleh adalah valid dan dapat dipergunakan untuk penelitian.Berdasarkan dapat dijelaskan bahwa semua variabel yang digunakan dalam penelitian ini dinyatakan semuanya valid, karena mempunyai koefisien kerelasi diatas dari nilai kritis kerelasi product moment yaitu sebesar 0,235 sehingga semua pertanyaan yang terkandung dalam kuesioner JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS VOL 4, No. 4, September 2015
penelitian ini dinyatakan valid untuk dilanjutkan penelitian yang lebih mendalam Uji Reliabilitas Instrumen Pengujian Reliabilitas dilakukan dengan internal consistency atau derajat ketepatan jawaban. Untuk pengujian ini digunakan Statistical Packaged for Social Sciences (SPSS). Setelah melakukan pengujian reliabilitas untuk mengetahui konsistensi hasil sebuah jawaban tentang tanggapan responden. Untuk melakukan pengujian reliabilitas penulis menggunakan program SPSS versi 15,0. Reliabilitas yang kurang dari 0,60 adalah kurang baik, dan apabila lebih besar dari 0,60 dan mendekati angka 1 berarti reliabilitas instrumen adalah baik.Dari hasil pengujian reliabilitas diatas dapat diketahui bahwa relialibilitas variabel keputusan pembelian berdasarkan pengujian reliabilitas dari instrumen, diketahui bahwa hasil pengujian Leader Member Exchange (LMX) seluruhnya adalah reliabel karena melebihi dari 0,60. Analisis Deskriptif Penelitian ini mengamati satu variabel bebas (indenpendent variabel) yaitu variabel Leader Member Exchange (X) dan juga mengamati satu variabel terikat (dependent variable) yaitu variabel Y, Kepuasan Kerja. Pembahasan Kinerja yang dicapai karyawan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam menjamin kelangsungan hidup organisasi. Dalam mencapai kinerja yang tinggi beberapa faktor yang mempengaruhi, menjadi pemicu apakah kinerja pegawai tinggi atau rendah. kepuasan kerja adalah suatu perasaan menyenangkan merupakan hasil dari persepsi individu dalam rangka menyelesaikan tugas atau memenuhi kebutuhannya untuk memperoleh nilai - nilai kerja yang penting bagi dirinya. Dalam penelitian ini akan membahas tentang pengaruh hubungan atatsan dengan bawahan atau pengaruh Leader member Exchange (LMX) terhadap kepuasan kerja karyawan pada Taman Rusa Lamtanjong Aceh Besar dengan menggunakan pengujian secara parsial. Pengujian Hipotesis Hipotesis menyatakan bahwa Leader Member Exchange (X) Sebagai sumber daya manusia berpengaruh terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Pada Taman Rusa Lamtanjong Aceh Besar. Model yang digunakan untuk menduga pengaruh tersebut adalah: Berdasarkan hasil ouput melalui data seperti terlihat diatas, maka diperoleh persamaan regresi sederhana sebagai berikut, Y = 12,472 + 0,401x Dari persamaan regresi di atas dapat diketahui hasil penelitian sebagai berikut 1) Koefesien Regresi (β )
Dalam penelitian nilai konstanta adalah 12,472 artinya bila mana Leader Member Exchange (X) dianggap konstan, maka Kepuasan Kerja Karyawan Pada Taman Rusa Lamtanjong Aceh Besar , adalah sebesar 12,472 pada satuan skala likert atau Kepuasan Kerja masih rendah. Koefisien regresi Leader Member Exchange (X) sebesar 0,401. Artinya setiap 100% perubahan dalam variabel Leader Member Exchange (LMX) secara relatif akan berpengaruh terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Pada Taman Rusa Lamtanjong Aceh Besar sebesar 40,1 % dianggap konstan. 2) Koefisien Korelasi (R) dan Koefisien Determinasi (R2 ) Untuk mengetahui seberapa besar kenaikan suatu linier dapat dijelaskan melalui hubungan antara veriabel-variabel (korelasi). Jika seluruh nilai dari variabel-variabel tersebut dapat memenuhi suatu persamaan dengan benar, maka dapat dikatakan terdapat korelasi yang sempurna dalam model analisis ini. Dari output SPSS dapat diketahui tingkat hubungan variabel bebas dengan variabel terikat antara lain: Berdasarkan dari output diatas maka diperoleh koefisien korelasi dalam penelitian diperoleh nilai sebesar 0,452 dimana dengan nilai tersebut 45,2 %. Artinya variabel Leader Member Exchange (X) mempunyai hubungan yang lemah terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Pada Taman Rusa Lamtanjong Aceh Besar. Hal ini disebabkan mempunyai hubungan yang sedang karena peneliti hanya meneliti satu variabel saja yaitu Leader Member Exchange. Sementara itu koefisien determinasi yang diperoleh dengan nilai sebesar 0,204 artinya bahwa sebesar 20,4 % perubahanperubahan dalam variabel terikat (Kepuasan Kerja Karyawan Pada Taman Rusa Lamtanjong Aceh Besar) dapat dijelaskan oleh perubahan-perubahan dalam faktor Leader Member Exchange (X). Sedangkan selebihnya sebesar 79,6 % dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar satu variabel seperti dijelaskan diatas seperti motivasi kerja, disiplin kerja, kompensasi, lingkungan kerja dan lain-lain Uji Parsial Untuk menguji pengaruh Leader Member Exchange (LMX) terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Pada Taman Rusa Lamtanjong Aceh Besar, digunakan uji Statistik t (uji t). Apabila nilai thitung > nilai ttabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima, sebaliknya apabila nilai thitung < nilai ttabel , maka H0 diterima dan Ha ditolak. Hasil pengujian hipotesis secara parsial dapat dilihat JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS VOL 4, No. 4, September 2015
pada Tabel 4.5 Dapat ketahui besarnya nilai thitung dari setiap variable independen dalam penelitian ini. Nilai thitung dari setiap variabel independen akan dibandingkan dengan nilai ttabel dengan menggunakan tingkat kepercayaan (confidence interval) 95% atau α = 0,05. Pengaruh Leader Member Exchange (LMX)terhadap variabel Kepuasan Kerja (Y) secara parsial dapat dilihat pada Tabel 4.5 nilai thitung sebesar 4,179 dan nilai signifikansi 0,000 sedangkan nilai ttabel pada tingkat kepercayaan 0.95% adalah 1,995. oleh karena thitung (4,179 ) lebih besar dari ttabel (1,995) maka HO ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Leader Member Exchange (LMX) berpengaruh signifikan terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Pada Taman Rusa Lamtanjong Aceh Besar.
jabatan yang lebih tinggi) dengan bawahannya dan tetap bekerja sama karena apabila hubungan atasan dengan bawahan terjalin dengan baik maka karyawan akan mempunyai semangat yang tinggi (termotivasi) dalam melaksanakan tugasnya masing-masing sehingga mereka puas menjadi karyawan di Taman Rusa tersebut 2. Untuk penelitian selanjutnya mengenai LMX terhadap kepuasan kerja karyawan pada Taman Rusa Lamtanjong Aceh Besar agar tidak meneliti hanya satu variabel saja tapi juga dengan menambahkan variabel yang lainnya seperti Motivasi kerja, kedisiplinan kerja, kompensasi, lingkungan kerja dan lainlain yang berhubungan dengan Sumber Daya Manusia. REFERENSI
KESIMPULAN DAN SARAN
Simpulan Berdasarkan hasil pengujian, pengelohan, dan analisis data yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Berdasarkan uji t bahwa thitung > ttabel (4,179 > 1,995) Leader Member Exchange (LMX) berpengaruh atau signifikan terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Pada Taman Rusa Lamtanjong Aceh Besar. Hal ini dapat disimpulkan bahwa hubungan atasan dengan bawahan pada karyawan Taman Rusa Lamtanjong Aceh Besar terjalin dengan baik atau harmonis sehingga karyawan merasa puas bekerja di Taman Rusa Lamtanjong Aceh Besar 2. Nilai Koefesien korelasi Leader Member Exchange (LMX) sebesar 45,2%, artinya mempunyai hubungan yang rendah terhadap Kepuasan Kerja. Hal ini disebabkan karena peneliti hanya meneliti satu variabel saja yaitu variabel LMX sehingga mempunyai pengaruh yang rendah, Apabila diteliti dengan variabel lain seperti motivasi karyawan, kompensasi, kedisiplinan karyawan dalan lain-lain maka akan mempunyai pengaruh yang kuat terhadap kepuasan kerja karyawan Taman Rusa Lamtanjong Aceh Besar.
Saran Berdasarkan hasil penelitian maka peneliti ingin menyampaikan saran kepada perusahaan Taman Rusa yaitu: 1. Agar pimpinan tetap bersikap ramah maupun berkomunikasi dengan baik terhadap karyawannya agar karyawan tetap semangat dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Begitu juga dengan pihak atasan (yang memiliki
A.A Waskito. (2009). Kamus Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Wahyu Media Arikunto, S, (2010), Prosedur Suatu Penelitian (Cetakan Kelima). Jakarta: Rineka Cipta Dessler,
Gary. (2011). Manajemen Sumber Daya Manusia. Penerbit Indeks. Jakarta
Erin,
Anggreani
Wijanto.
(2013)
Pengaruh Leader Member Exchange Terhadap Kepuasan Kerja, Motivasi Kerja Dan Komitmen Organisasional Karywan Departemen Penjualan Pada PT. X. Program Manajemen Bisnis, Program Studi Manajemen, Universitas Kristen Petra. Skripsi tidak dipublikasikan, Surabaya Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro , Semarang JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS VOL 4, No. 4, September 2015
Hasibuan, Malayu S.P. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Revisi. Bumi Aksara, Jakarta Kertajaya, Hermawan. 2009. New Wave Marketing. Jakarta: Gramedia Pustaka. Kreitner & Kinicki. (2008). Organizational Behavior. 8th Edition. McGraw Hill International Edition. Mangkunegara AA. Anwar Prabu. 2009. Evaluasi Kinerja SDM. Bandung: rafika ADITAMA Miftah, Huda (2010) Cooperatif Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Rivai, H. Veithzal dan Sagala, Ella Jauvani. (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan Edisi 2. Jakarta: PT. Raja Grafindo. Rivai, Veithzal. & Sagala, Ella Jauvani. (2010). Manajemen Sumber Daya Manusia untuk perusahaan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Pendidikan Indonesia. Skripsi tidak dipublikasikan, Bandung Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV. Alfabeta Sutrisno, Edy. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Prenada Media Group. Wibowo, Jeffry (2013) Pengaruh Leader Member Exchange Motivasi Kerja Dan Kepuasan Kerja Terhadap Loyalitas Karyawan pada Departemen Penjualan Pada CV. Pratama Jaya Di Mediun. Program Manajemen Bisnis, Program Studi Manajemen, UKP: Surabaya. Skripsi Tidak Dipublikasikan, Surabaya. Wijono, Sutarto. 2010. Psikologi Industri dan Organisasi. Kencana : Jakarta. Yono, Saputro Herlim(2007) Pengaruh Kompensasi Finansial Terhadap Motivasi Kerja (Studi pada Karyawan Hotel Montana Dua Malang). Skripsi tidak dipublikasikan, Malang
Robbins, S. (2008). Organizational Behavior. New Jersey: Prentice Hall. Robbins, S., and Judge, T. (2007). Organizational Behavior (12th ed.). New Jersey: Prentice Rohimat, Apep (2013) Pengaruh Pelatihan Terhadap Motivasi Kerja Serta Implikasinya Pada Kinerja Karyawan Geulis Boutique Hotel & Café Bandung. Universitas JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS VOL 4, No. 4, September 2015
JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS VOL 4, NOMOR 4 September 2015 : 266 - 275
ISSN 2088-6217
Pengaruh Tingkat Modal Kerja, Struktur Modal dan Skala Perusahaan Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Pertambangan di Bursa Efek Indonesia Periode 2010 - 2014 1)
Radhiana1 Dosen Fakultas Ekonomi Manajemen Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh
Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tingkat modal kerja, Struktur Modal dan Skala Perusahaan terhadap Profitabilitas pada perusahaan Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010 – 2014. Sampel perusahaan pertambangan yang diambil dalam penelitian ini ada 6 perusahaan dengan menggunakan teknik penetapan sampel metode Sensus, sedangkan diuji dengan menggunakan analisis regresi linier berganda dan pengujian hipotesis. Hasil dari penelitian ini menunjukkan secara simultan, modal kerja, struktur modal dan skala perusahaan secara bersama-sama berpengaruh terhadap profitabilitas pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di bursa efek Indonesia periode 2010 – 2014 dengan nilai β= 2,010. Secara parsial tingkat modal kerja berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas dengan nilai β = 0.369, Struktur modal berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas dengan nilai β 0.103 dan skala perusahaan berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas dengan nilai β=0,159, R= 0,434 dan R Square = 0.188 Kata kunci : Tingkat Modal Kerja, Struktur Modal, Skala Perusahaan dan Profitabilitas
PENDAHULUAN Pasar Modal merupakan sarana pembentuk modal dan akumulasi dana yang diarahkan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengarahan dana untuk menunjang pembiayaan pembangunan nasional. Pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu Negara karena dapat menjalankan dua fungsi yaitu: pertama, sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan guna mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang diperoleh dari pasar modal dapat digunakan untuk pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal kerja dan sebagainya. Kedua, pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrument keuangan seperti saham, obligasi, reksadana dan sebagainya. Dengan demikian masyarakat dapat menempatkan dananya sesuai karakteristik keuntungan dan risiko masingmasing instrument tersebut. Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu dapat diukur dengan melihat kesuksesasn dan kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktivanya secara produktif, karenanya harus dikelola dan dimanfaatkan secara efektif dan produktif sehingga akan dapat meningkatkan profitabilitas bagi perusahaan. Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba. Ukuran profitabilitas sering digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal dalam suatu perusahaan dengan membandingkan antara laba
dengan modal yang digunakan dalam operasionalnya factor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas diantaranya modal kerja, struktur modal dan skala perusahaan. Modal kerja merupakan kelebihan nilai aktiva yang dimiliki suatu perusahaan terhadap seluruh hutanghutangnya. Modal kerja yang cukup sangat penting untuk kelangsungan hidup perusahaan, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Apabila suatu perusahaan kekurangan modal dalam menjalankan usahanya, maka perusahaan tersebut akan kehilangan pendapatan dan keuntungan, karenanya modal kerja yang baik akan lebih mendorong pencapaian kemajuan bagi kegiatan operasional perusahaannya. Struktur modal suatu perusahaan merupakan masalah yang sangat penting, karena baik buruknya struktur modal akan berdampak langsung terhadap posisi keuangan perusahaan. Kesalahan dalam penentuan struktur modal akan sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup perusahaan terutama dengan adanya hutang yang sangat besar akan memberikan beban yang berat bagi perusahaan. Struktur modal tercermin pada hutang jangka panjang dan unsur-unsur modal sendiri dimana kedua golongan tersebut merupakan dana permanen atau dana jangka panjang. Skala perusahaan/ukuran perusahaan yang tumbuh dengan pesat harus lebih banyak mengandalkan modal eksternal. Semakin besar ukuran suatu perusahaan , maka frofitabilitas
diharapkan juga akan meningkat, tetapi pada titik atau jumlah tertenti, ukuran perusahaan akhirnya akan menurunkan keuntungan perusahaan. Perusahaan yang berhasil meningkatkan profitabilitasnya, maka dapat dikatakan bahwa perusahaan tersebut mampu mengelola sumber daya yang dimilikinya secara efektif dan efisien sehingga mampu menghasilkan laba yang tinggi. Perusahaan pertambangan memiliki regulasi yang besar dalam pengelolaan modal kerja yang dimiliki. Sector pertambangan di Indonesia merupakan terbesar ke 4 didunia yaitu subsector batu bara, minyak dan gas bumi. Melonjaknya harga komoditas pertambangan menyebabkan saham perusahaan tambang yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) menjadi primadona. Para pelaku bursa semakin yakin akan prospek perusahaan tambang. Sector pertambangan merupakan salah satu sector penyumbang devisa Negara yang dominan. Pada tahun 2008 Sector ini menyumbang 36% dari pendapatan Negara. Salah satu komoditi unggulan pada sector pertambangan adalah batu bara yang menyumbang sebesar Rp. 2.57 trilyun bagi penerimaan Negara pada tahun 2008 dan meningkat menjadi Rp. 8.7 trilyun pada tahun 2009. Tahun 2010 industri pertambangan menyumbang pendapatan Negara US$ 73 miliar dan menyumbang sekitar 11% terhadap produk bruto Indonesia. Diakhir tahun 2013 menyumbang ke devisa Negara sebesar US$ 31,315 miliar ( kompas.com). METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Untuk memperoleh data sekunder berupa Laporan Keuangan semua variabel yaitu tingkat modal kerja, struktur modal dan skala perusahaan terhadap profitabilitas yang listed pada perusahaan Pertambangan di Bursa Efek Indonesia periode 2010 - 2014. Teknik Pengumpulan Data Metode penelitian yang penulis terapkan dalam menyusun penelitian ini menggunakan 2 (dua) metode yaitu: 1. Penelitian kepustakaan (Library Research) Menggunakan buku-buku, jurnal-jurnal untuk memperoleh landasan teoritis yang memadai untuk melakukan pembahasan. 2. Mengakses Web dan situs-situs terkait yang digunakan untuk mencari informasi terkait yang digunakan untuk mencari informasi terkait dengan masalah yang diteliti. Metode Analisa Data Untuk menganalisa data yang diperoleh, penulis menggunakan data sekunder dan juga data kuantitatif pada laporan keuangan perusahaan pertambangan di bursa efek
Indonesia periode 2010-2014. Data diperoleh dari www.idx.co.id. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan sampling jenuh (sensus), dimana semua anggota populasi dijadikan sampel, hal ini dilakukan karena jumlah populasi relativ kecil. Populasi dan sampel penelitian : No Kode saham Nama Perusahaan 1. ADRO Adaro Energy Tbk 2. ANTM Aneka Tambang (Persero) Tbk 3. CITA Citra Mineral Investindo Tbk 4. INCO Vale Indonesia Tbk 5. PSAB J Resources Asia Pasifik Tbk 6. TINS Timah (Persero) Tbk Sumber : www.idx.com Kriteria Populasi : No Kriteria 1 . 2 .
3 .
Jumlah perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI periode 2010-2014 Perusahaan pertambangan yang tidak menyediakan laporan keuangan lengkap selama periode 2010-2014 Perusahaan pertambangan yang menghasilkan laba negative selama periode 20102014 Jumlah
Jumlah 9
(3)
6
Peralatan Analisis Data Analisa data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul (Sugiyono, 2011;147). Kegiatan dalam analisa data adalah mengelompokkan data berdasarkan variable dan jenis responden, menstabulasi data berdasarkan variable dari seluruh responden, menyajikan data tiap variable yang diteliti, melakukan perhitungan untuk rumusan masalah dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan Metode analisis yang digunakan adalah model regresi linier berganda yang persamaannya dapat ditulis sebagai berikut : Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + € Keterangan: Y = Gross Profit Margin X1 = Modal Kerja X2 = Struktur Modal X3 = Skala Pengukuran β1-β3 = Koefisien regresi α = konstanta JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS VOL 3, No. 3, September 2015
€
= error
Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis merupakan pengujian yang apabila uji nilai statistiknya berada dalam daerah kritis dimana Ho ditolak disebut ada signifikan, sebaliknya apabila uji nilai statistiknya berada dalam daerah dimana Ho diterima disebut signifikan. Uji Simultan Uji simultan digunakan untuk mengetahui apakah variable independen secara bersamasama berpengaruh terhadap variable dependen Jika β1 = β2 = β3 = β4 = 0, maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tingkat modal kerja, struktur modal dan skala perusahaan secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap profitabilitas pada perusahaan pertambangan di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014. Jika β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ β4 ≠ 0 ( β1 ≠ 0 ), maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya tingkat modal kerja, struktur modal dan skala perusahaan secara bersama sama berpengaruh terhadap profitabilitas pada perusahaan pertambangan di bursa efek Indonesia periode 2010 – 2014. Uji Parsial Untuk menguji kebenaran hipotesis secara parsial adalah sebagai berikut: Jika β1 = 0; maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tingkat modal kerja secara parsial berpengaruh terhadap profitabilitas pada perusahaan pertambangan di Bursa Efek Indonesia periode 2010 – 2014. Jika β1 ≠ 0; maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya tingkat modal kerja secara parsial berpengaruh terhadap profitabilitas pada perusahaan pertambangan di bursa efek Indonesia periode 2010-2014. Jika β2 = 0 ; maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya struktur modal secara parsial tidak berpengaruh terhadap profitabilitas pada perusahaan pertambangan di Bursa Efek Indonesia periode 2010 – 2014. Jika β2 ≠ 0; maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya modal secara parsial berpengaruh terhadap profitabilitas pada perusahaan pertambangan di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014. Jika β3 = 0; maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya skala perusahaan secara parsial tidak berpengaruh terhadap profitabilitas pada perusahaan pertambangan di Bursa Efek Indonesia periode 2010 – 2014. Jika β3 ≠ 0; maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya skala perusahaan secara parsial berpengaruh terhadap profitabilitas pada perusahaan pertambangan di Bursa Efek Indonesia periode 2010- 2014.
Deskripsi variable penelitian Profitabilitas Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan dalam memperoleh laba atau nilai akhir dari suatu perusahaan selama periode tertentu. Profitabilitas dalam penelitian ini menggunakan Gross Profit Margin. Gross Profit Margin adalah rasio yang membandingkan antara laba kotor (gross profit) dengan penjualan bersih. Profitabilitas pada perusahaan pertambangan selama periode 2010 – 2014 yang menjadi sampel untuk variable dependen dalam penelitian ini. KAJIAN PUSTAKA Modal Kerja Modal Kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan atau sebagai dana yang harus tersedia untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari-hari. Menurut Kasmir (2010:210) modal kerja merupakan modal yang digunakan untuk membiayai operasional perusahaan sehari-hari. Menurut Sundjaja dan Barlian (2002:155) modal kerja adalah aktiva lancar yang mewakili bagian dari investasi yang berputar dari satu bentuk ke bentuk lainnya dalam melaksanakan suatu usaha. Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa modal kerja merupakan sejumlah dana atau investasi yang ditanamkan dalam aktiva lancar atau aktiva jangka pendek untuk membiayai kegiatan operasional keseharian perusahaan. Sumber Dana Modal Kerja Menurut Kasmir (2010:219-221) Sumber dana untuk modal kerja dapat diperoleh dari penurunan jumlah aktiva dan kenaikan passive. Ada beberapa sumber modal kerja yang dapat digunakan yaitu: a. Hasil Operasi perusahaan Pendapatan atau laba yang diperoleh pada periode tertentu. Pendapatan atau laba yang diperoleh perusahaan ditambah dengan penyusutan, misalnya cadangan laba atau laba yang belum dibagi. b. Keuntungan penjualan surat berharga Dapat digunakan untuk keperlun modal kerja, yaitu besarnya selisih antara harga beli dengan harga jual surat berharga tersebut. c. Penjualan saham. Perusahaan melepas sejumlah saham yang masih dimiliki untuk dijual kepada berbagai pihak. Hasil penjualan saham ini dapat digunakan sebagai modal kerja, sekalipun kebiasaan dalam manajemen keuangan hasil penjualan saham lebih ditekankan untuk kebutuhan investasi jangka panjang. d. Penjualan aktiva tetap. Aktiva tetap yang kurang produktif atau masih menganggur dapat dijual/dijadikan JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS VOL 3, No. 3, September 2015
uang kas atau piutang sebesar harga jual e. Penjualan obligasi. Perusahaan mengeluarkan sejumlah obligasi untuk dijual kepada pihak lainnya. Hasil penjualan ini dapat dijadikan modal kerja f. Memperoleh pinjaman dari kreditor Pinjaman ke bank atau lembaga keuangan lainnya terutama pinjaman jangka pendek,. g. Dana hibah Dana hibah yang diperoleh dari berbagai lembaga dapat digunakan sebagai modal kerja. h. Sumber-sumber lainnya. Penggunaan Modal Kerja Penggunaan modal kerja akan menyebabkan perubahan bentuk maupun penurunan jumlah aktiva lancar yang dimiliki perusahaan, namun tidak selalu penggunaan aktiva lancar diikuti dengan perubahan dan penurunan total modal kerja. Menurut Sawir (2005:141) penggunaan modal kerja yang mengakibatkan turunnya modal kerja adalah sebagai berikut: a. Berkurangnya modal sendiri karena kerugian maupun pengambilan provisi oleh pemilik perusahaan. b. Pembayaran hutang-hutang jangka panjang. c. Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap. Perputaran Modal Kerja Suatu perusahaan yang dalam keadaan beroperasi, maka modal kerjanya akan selalu berputar. Periode perputaran modal kerja (working capital turnover period) dimulai saat kas diinvestasikan dalam komponen modal kerja hingga kas kembali lagi menjadi kas perusahaan. Semakin pendek periode tersebut, maka makin cepat perputarannya atau semakin tinggi tingkat perputarannya. Lamanya periode perputaran modal kerja tergantung kepada berapa lama periode perputaran dari masing-masing komponen dari modal kerja tersebut (Komaruddin, 2005:62). Untuk menilai keefektifan modal kerja dapat digunakan ratio antara total penjualan dengan jumlah modal kerja rata-rata (Komaruddin,2005:80). Ratio ini menunjukkan hubungan antara modal kerja dengan penjualan akan menunjukkan banyaknya penjualan yang dapat diperoleh perusahaan (dalam jumlah rupiah) untuk tiap modak kerja. Untuk menentukan besarnya angka perputaran modal kerja dalam penelitian ini adalah (Kasmir, 2010:225). Penjualan Bersih Perputaran Modal Kerja = -------------------Modal Rata-Rata Struktur Modal
Beberapa ahli memberikan pengertian struktur modal sebagai berikut : Menurut Sawir (2005;10), Struktur Modal merupakan pendanaan permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham. Nilai buku dari modal pemegang saham terdiri dari saham biasa, modal disetor atau surplus, modal dan akumulasi ditahan. Menurut Weston dan Brigham (2005;5) struktur modal yang ditargetkan adalah bauran atau perpaduan dari hutang, saham preferen, saham biasa yang dikehendaki perusahaan dalam struktur modalnya. Struktur modal yang optimal adalah gabungan ekuitas yang memaksimumkan harga saham perusahaan. Struktur modal adalah hasil atau akibat dari keputusan pendanaan yang intinya memilih apakah menggunakan hutang atau ekuitas untuk mendanai operasi perusahaan. Menurut Agus Sartono (2008;225) struktur modal adalah perimbangan jumlah hutang jangka pendek yang bersifat permanen, hutang jangka panjang, saham preferen dan saham biasa. Teori Struktur Modal Teori struktur modal menjelaskan apakah ada pengaruh perubahan struktur modal terhadap nilai perusahaan apabila keputusan investasi dan kebijakan deviden dipegang konstan. Teori struktur modal adalah teori yang menjelaskan bahwa kebijakan pendanaan perusahaan dalam menentukan bauran antara hutang dan ekuitas yang bertujuan untuk memaksimumkan nilai perusahaan. Setiap keputusan pendanaan mengharuskan manajer keuangan untuk dapat mempertimbangkan manfaat dan biaya dari sumber-sumber dana yang akan dipilih. Factor yang mempengaruhi struktur Modal Weston dan Bringham (2001;39-41) menjelaskan beberapa factor yang dapat mempengaruhi struktur modal sebagai berikut : a. Tingkat Penjualan Perusahaan dengan penjualan yang relative stabil lebih aman memperoleh lebih banyak pinjaman dan menggunakan beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil b. Struktur Aktiva Perusahaan yang aktivanya sesuai dijadikan jaminan kredit cenderung lebih banyak menggunakan hutang. Aktiva multiguna yang dapat digunakan oleh banyak perusahaan merupakan jaminan yang baik, sedangkan aktiva yang hanya digunakan untuk tujuan tertentu tidak begitu baik untuk dijadikan jaminan. c. Profitabilitas Salah satu cara untuk mengukur profitabilitas adalah dengan menggunakan ROI (Return on Invesment) yang berguna untuk mengetahui JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS VOL 3, No. 3, September 2015
d.
e.
f.
g.
h.
i.
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan menggunakan aktiva yang ada, selain itu ROI juga bisa digunakan untuk menunjukkan kemampan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. Leverage Operasi Perusahaan dengan tingkat leverage operasi yang lebih kecil cenderung rasio bisnis yang lebih kecil Pajak Bunga merupakan beban yang dapat dikurangkan untuk tujuan perpajakan dan pengurangan tersebut sangatlah bernilai bagi perusahaan yang terkena tariff pajak tinggi, karenanya semakin tinggi tariff pajak semakin besar pemanfaatan penggunaan hutang. Sikap manajemen Sikap yang diambil manajemen perusahaan mempuyai pengaruh langsung dalam pengambilan keputusan mengenai cara pemenuhan keputusan dana. Sikap Pemberi Pinjaman dan Lembaga Penilai Peringkat Sikap dari pemberi pinjaman dan lembaga penilai peringkat (rating agency) sering kali mempengaruhi struktur keuangan. Jika perusahaan membicarakan struktur modalnya dengan pemberi pinjaman dan lembaga penilai peringkat sebaiknya memperhatikan masukan yang diterima dari pemberi pinjaman dan lembaga penilai peringkat. Pengendalian (control) Dalam beberapa peristiwa, perusahaan mungkin memilih menggunakan leverage yang agak tinggi dari mengeluarkan saham baru lagi walaupun mungkin pengeluaran saham baru lebih menguntungkan, mereka tetap memilih penggunaan hutang. Hal ini disebabkan karena pemilik modal enggan membagi kepemilikan perusahaan dengan orang lain Keadaan Pasar Modal Keadaan pasar modal yang sering mengalami perubahan disebabkan oleh adanya gelombang konjungtor yang pada umumnya bila gelombang tinggi (Up-Swing) para investor lebih tertarik untuk menanamkan modalnya dalam saham. Berhubung dengan hal itu, maka perusahaan dalam usahanya untuk mengeluarkan/menjual sekuritas harus menyesuaikan dengan keadaan pasar modal tersebut. Sruktur modal dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Darsono dan Ashari, 2005;54). Total Kewajiban Debt to Equity Ratio = --------------------
Total Equitas Skala Perusahaan Skala perusahaan atau ukuran perusahaan merupakan besar kecilnya perusahaan ditentukan oleh total asset. Besar kecilnya perusahaan merupakan salah satu factor yang dapat dipertimbangkan investor dalam melakukan investasi. Perusahaan yang memiliki ukuran besar akan lebih mudah memasuki pasar modal sehingga dengan kesempatan ini perusahaan membayar dividen besar kepada pemegang saham. Sementara perusahaan yang baru dan masih kecil akan mengalami banyak kesulitan untuk memiliki akses ke pasar modal sehingga kemampuannya untuk mendapatkan modal dan memperoleh pinjaman dari pasar modal juga terbatas, karenanya mereka cenderung untuk menahan labanya guna membiayai operasinya dan ini berarti dividen yang akan diterima oleh pemegang saham akan semakin kecil (Handayani dan Hadinugroho, 2009;66) Menurut Brigham dan Houston 2001;40) Perusahaan yang tumbuh dengan pesat harus lebih banyak mengandalkan modal eksternal. Biaya pengembangan untuk penjualan saham biasa lebih besar daripada biaya untuk penerbitan surat hutang yang mendorong perusahaan untuk lebih banyak mengandalhan hutang. Sedangkan menurut Riyanto (2001;299) suatu perusahaan besar yang sahamnya tersebar luas, dimana setiap perluasan modal saham hanya akan mempuyai pengaruh yang kecil terhadap kemungkinan hilangnya pengendalian dari pihak yang lebih dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan yaitu pihak pemegang saham pengendali dimana pemegang saham pengendali tersebut memiliki keputusan yang lebih besar dalam mengendalikan manajemen perusahaan dibandingkan dengan pemegang saham minoritas sehingga keputusan yang diambil sering mengabaikan keputusan kelompok pemegang saham. Sebaliknya perusahaan kecil dimana sahamnya tersebar hanya dilingkungan kecil, maka penambahan jumlah saham akan mempuyai pengaruh besar terhadap kemungkinan hilangnya control dari pihak pemegang saham pengendali terhadap perusahaan yang bersangkutan, karenanya perusahaan besar akan lebih berani untuk mengeluarkan atau menerbitkan saham baru dalam pemenuhan kebutuhan dananya jika dibandingkan dengan perusahaan kecil. Perusahaan yang besar dimana sahamnya tersebar luas akan lebih berani mengeluarkan saham baru dalam memenuhi kebutuhannya untuk membiayai pertumbuhan perusahaan dibandingkan dengan perusahaan yang kecil dimana sahamnya tersebar dilingkungan kecil (Riyanto, 2001;296) JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS VOL 3, No. 3, September 2015
Menurut Riyanto (2002;22) kebanyakan perusahaan industry sebagian besar dari modalnya tertanam dalam aktiva tetap (fixed asset) akan mengutamakan pemenuhan modalnya dari modal permanen yaitu modal sendiri, sedangkan hutang sifatnya sebagai pelengkap. Hal ini dapat dihubungkan dengan adanya aturan struktur financial konservatif horizontal yang menyatakan bahwa besarnya modal sendiri hendaknya paling sedikit dapat menutup jumlah aktiva tetap plus aktiva lain yang sifatnya permanen. Perusahaan yang sebagian besar dari aktivanya terdiri atas aktiva lancar akan mengutamakan kebutuhan dananya dengan hutang. Untuk menghitung variable ukuran perusahaan dapat digunakan rumus sebagai berikut (Hadri Kusuma, 2005;83) SIZEt = Ln Tottal Assets Dimana: SIZEt
= ukuran perusahaan periode tahun t Ln Total Assets = Total asset yang dilogaritma naturalkan
Profitabilitas Profitabilitas merupakan alat yang digunakan untuk menganalisis kinerja manajemen. Para investor dipasar modal sangat memperhatikan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan dan meningkatkan profit, hal ini daya tarik bagi investor dalam melakukan jual beli saham, karenanya manajemen harus mampu memenuhi target yang telah ditetapkan. Tingkat profitabilitas akan menggambarkan posisi laba perusahaan. Menurut Kasmir (2008;196) “Rasio profitabilitas adalah rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan”. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektifitas manajemen suatu perusahaan. Menurut Munawir (2002;246) Profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur efektifitas manajemen secara keseluruhan yang ditunjukkan oleh besar kecilnya keuntungan yang diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan dan investasi. Profitabilitas suatu perusahaan diukur dengan kesuksesasn perusahaan dan kemampuan menggunakan aktivanya secara produktif. Produktifitas suatu perusahaan dapat diketahui dengan membandingkan antara laba yang diperoleh dalam suatu periode dengan jumlah aktiva atau jumlah modal perusahaan Manfaat dan tujuan Profitabilitas Manfaat rasio profitabilitas tidak terbatas hanya pada pemilik usaha atau manajemen saja, tetapi juga bagi pihak luar perusahaan terutama pihak-pihak yang memiliki hubungan atau
kepentingan dengan perusahaan. Kasmir (2008;197), menerangkan bahwa manfaat dan tujuan penggunaan rasio profitabilitas bagi perusahaan maupun bagi pihak luar perusahaan adalah: a. Mengukur/menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode tertentu. b. Menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang. c. Menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu. d. Menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. e. Mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri. f. Mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal sendiri. Jenis-jenis Rasio Profitabilitas Secara umum ada 4 jenis analisis utama yang digunakan untuk menilai tingkat profitabilitas yaitu terdiri dari (Kasmir, 2008;199) : a. Margin (Net Profit Margin, Gross Profit Margin) b. Gross Profit Margin (GPM) c. Return On Assets (ROA) d. Earning Per Share Share (EPS) Namun dari ke empat rasio profitabilitas tersebut, analisis rasio profitabilitas dalam penelitian ini diwakili oleh rasio Gross Profit Margin (GPM) Gross Profit Margin adalah rasio yang digunakan untuk mengukur laba kotor yang dihasilkan dari setiap rupiah penjualan. Laba kotor berguna untuk mengetahui keuntungan kotor perusahaan dari setiap barang yang dijual. Gross profit margin sangat dipengaruhi oleh harga pokok penjualan. Apabila harga pokok penjualan meningkat, maka Gross Profit Margin akan menurun, begitu juga sebaliknya. Rasio ini mengukur efisiensi pengendalian harga pokok atau biaya produksinya mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien. Semakin tinggi margin laba kotor perusahaan, semakin bagus karena artinya biaya produksi perusahaan itu rendah, sebaliknya semakin rendah margin laba kotor semakin tinggi biaya produksi yang ditanggung perusahaan.
HASIL PEMBAHASAN Sejarah singkat perusahaan-perusahaan dalam penelitian 1. Adaro Energy ( ADRO ) Adaro Energy Tbk didirikan dengan nama PT. Padang Karunia pada tanggal 28 Juli 2004, mulai beroperasi secara komersial Juli 2005. Kantor pusat ADRO di Gedung Menara Karya, lantai 23 Jl. H.R.Rasuna Said Blok X-5, kav 1-2, JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS VOL 3, No. 3, September 2015
Jakarta Selatan 12950-Indonesia. Pemegang saham lebih dari 5 % antara lain PT.Adaro Strategic Investments (43,91 %) dan Garibaldi Thohir 6.18 % (Presiden Direktur). Pada tanggal 4 Juli 2008, ADRO memperoleh pernyataan efektif dari Bappepam-LK untuk melakukan penawaran umum perdana saham ADRO (IPO) kepada masyarakat sebanyak 11.139.331.000 lembar saham dengan nilai nominal Rp.100/lembar saham dan harga penawaran Rp.1.100/lembar saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 16 Juli 2008.
2. Aneka Tambang (Persero) Tbk ( ANTAM) Aneka Tambang (Persero) Tbk didirikan dengan nama Perusahaan Negara (PN) Aneka Tambang tanggal 5 Juli 1968 dan mulai beroperasi secara komersial pada tanggal 5 Juli 1968. Kantor pusat Antam di gedung Aneka Tambang, Jl.Letjen T.B Simatupang No1, Lingkar Selatan, Tanjung Barat, JakartaIndonesia. Pemegang saham pengendali Aneka Tambang (Persero) Tbk adalah pemerintah Republik Indonesia dengan memiliki 1 saham preferen (saham seri A Dwiwarna dan 65% di saham seri B. pada tangal 27 November 1997, Aneka Tambang memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan penawaran umum perdana saham Aneka Tambang (IPO) kepada masyarakat sebanyak 430.769.000 saham (seri B) dengan nilai nominal Rp. 500/lambar saham dan harga penawaran perdana sebesar Rp. 1.400/lembar saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 27 November 1997. 3. Citra Mineral Investindo (CITA) Cita Mineral Investindo Tbk didirikan dengan nama PT. Cipta Penelutama pada tanggal 27 Juni 1992 dan memulai kegiatan operasi komersialnya sejak Juli 1992. Kantor pusat CITA di gedung Ratu Plaza lantai 22 Jl Jenderal Sudurman No.9, Jakarta Pusat. Sejak didirikan sampai pertengahan 2007, CITA bergerak di bidang perdagangan, perindustrian, pertambangan, pertanian, jasa pengangkutan darat, perbengkelan dan pembangunan. Pada tanggal 22 Februari 2002, CITA memperoleh pernyataan efektif dari BAPEPAM-LK untuk melakukan penawaran umum perdana saham CITA (IPO) kepada masyarakat sebanyak 60.000.000 dengan nilai nominal Rp.100/saham dengan harga penawaran Rp.200/saham dan disertai Waran seri 1 sebanyak 18.000.000 . saham dan waran seri I tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 20 Maret 2002 4. Vale Indonesia Tbk (INCO) Vale Indonesia Tbk (sebelumnya Internasional
Nickel Indonesia Tbk) INCO didirikan pada tanggal 25 Juli 1968 dan memulai kegiatan usaha komersilnya pada tahun 1978. Kantor pusat INCO terletak di plaza Bapindo, Citibank tower, lantai 22, Jl. Jend. Sudirman kav 54-55, Jakarta 12190. Pabrik INCO berlokasi di Sorowako, Sulawesi Selatan. Pemegang saham lebih dari 5% saham Vale Indonesia Tbk ( 31/05/2015) antara lain: Vale Canada Limited (58,73%) dan Sumitomo Metal Mining Co, Ltd (20,09%). Vale Canada Limited merupakan induk usaha INCO sedangkan Vale S.A sebuah perusahaan yang didirikan di Brazil merupakan penendali utama INCO. Pada tahun 1990, INCO memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam LK untuk melakukan penawaran umum perdana saham INCO (IPO) kepada masyarakat sebanyak 49.681.694 dengan nilai nominal Rp.1.000/saham dengan harga penawaran Rp.9.800/saham. Saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 16 Mei 1990. 5. J.Resources Asia Pasifik Tbk (sebelumnya Pelita Sejahtera Abadi Tbk/ PSAB) didirikan tanggal 14 Januari 2002 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tanggal 1 Mei 2002. Kantor pusat J.Resources terletak di Equity Tower Lt.48 SCBD Lot 9, Jl. Jend. Sudirman Kav 52-53 Jakarta Selatan 12190 – Indonesia. Induk usaha dari J.Resources Asia Pasifik Tbk adalah J.Resources Mining Limited ( persentase kepemilikan sebesar 92,60%), sedangkan induk usaha terakhir dari PSAB adalah J & Partners LP, berkedudukan di Hong Kong. Pada tanggal 31 Maret 2003, PSAB memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam – LK untuk melakukan penawaran umum perdana saham (IPO) PSAB kepada masyarakat sebanyak 30.000.000 dengan nilai nominal Rp.100/saham dengan harga penawaran Rp. 250/saham. Sahamsaham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 22 April 2003. 6. Timah (Persero) Tbk (TINS) Timah ( Persero ) Tbk (TINS) didirikan pada tanggal 2 Agustus 1976. Kantor pusat TINS berlokasi di Jl. Jenderal Sudirman No.51 Pangkal Pinang 33121, Bangka , Indonesia dan kantor perwakilan (korespondensi ) terletak di jl. Medan Merdeka Timur No. 15 Jakarta 10110 – Indonesia serta memiliki wilayah operasi di provinsi Kepulauan Bangka Belitung provinsi Riau Kalimantan Selatan, Sulawesi Tenggara serta Cilegon Banten. Pemegang saham yang memiliki lebih dari 5% saham Timah (Persero) Tbk antara lain : Pemerintah Negara Republik Indonesia (pengendali) 65 %, dan PT. Prodential Life Assurance-Ref 8.14%. pada tanggal 27 September 1995, TINS memperoleh persetujuan dari Bapepam – LK untuk melakukan penawaran umum perdana saham TINS sebanyak JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS VOL 3, No. 3, September 2015
176.155.000 saham seri B dan Global Depositary Receips (GDR) milik perusahaan. Terhitung mulai tanggal 12 oktober 2006, perusahaan melakukan penghentian pencatatan atas GDR milik perusahaan di bursa saham London. Penghentian pencatatan tersebut dilakukan mengingat jumlah GDR yang beredar semakin kecil dan tidak likuid Berdasarkan profitabilitas keseluruhan secara rata-rata adalah sebesar 25,204 %. Nilai rata-rata terendah dari seluruh perusahaan sampel dipegang oleh PT. J.Resources Asia Pasifik Tbk sebesar 3.90 %, sedangkan nilai ratarata tertinggi dipegang oleh PT. Cita Mineral Investindo Tbk dengan rata-rata nilai sebesar 42,56 %. Rata-rata profitabilitas dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 fluktuasi. Rata-rata total profitabilitas yang paling tinggi terjadi pada tahun 2013 dengan rata-rata total sebesar 30.42833% , sedangkan rata-rata total terendah terjadi pada tahun 2014 dengan rata-rata total sebesar 19,52 %. Tingkat Modal Kerja Tingkat modal kerja sangat penting bagi perusahaan dalam menentukan tingkat likuiditas perusahaan. Modal kerja dapat terlihat dari bagaimana perusahaan tersebut menjaga keseimbangan jumlah aktiva lancar dan jumlah hutang lancar agar dapat dipergunakan untuk menunjang operasi perusahaan. Sepanjang keseimbangan tersebut tercapai, maka modal kerja perusahaan tersebut dapat dikatakan baik dalam menentukan tingkat likuiditas perusahaan. Hal ini berlaku lebih penting bagi perusahaan yang sedang melakukan ekspansi dalam bisnisnya karena manajemen modal kerja yang baik akan menghasilkan laba yang tinggi. Tingkat modal kerja pada perusahaan pertambangan selama periode 2010-2014. Berdasarkan tingkat modal kerja keseluruhan secara rata-rata adalah 15.29%. nilai rata-rata terendah dari seluruh perusahaan sampel dipegang oleh PT. Aneka Tambang Tbk sebesar 4.592%. sedangkan nilai rata-rata tertinggi dipegang oleh PT. J.Resources Asia Pasifik Tbk dengan rata-rata nilai sebesar 39.476%. Rata-rata tingkat modal kerja dari tahun 2010 – 2014 mengalami fluktuasi. Rata-rata total tingkat modal kerja yang paling tinggi terjadi pada tahun 2010 dengan rata-rata total sebesar 14.19833%, sedangkan rata-rata total terendah terjadi pada tahun 2013 dengan rata-rata total sebesar 17.57%. Struktur Modal Struktur modal adalah proporsi dalam menentukan pemenuhan kebutuhan belanja perusahaan dengan sumber pendanaan jangka panjang yang berasal dari dana internal dan dana
eksternal, dengan demikian struktur modal adalah struktur keuangan dikurangi hutang jangka pendek. Adapun struktur modal pada perusahaan pertambangan selama periode 2010 – 2014. Berdasarkan struktur modal, terlihat bahwa struktur modal keseluruhan secara rata-rata adalah sebesar 8.832933%. nilai rata-rata terendah dari seluruh perusahaan sampel dipegang oleh PT. Aneka Tambang Tbk sebesar 2.5488%. sedangkan nilai rata-rata tertinggi dipegang oleh PT. J. Resources Asia Pasifik Tbk dengan rata-rata nilai sebesar 18.195 %. Ratarata Struktur Modal dari tahun 2010 – 2014 mengalami fluktuasi. Rata-rata total struktur modal yang paling tinggi terjadi pada tahun 2010 dengan rata-rata total sebesar 10.44033 %, sedangkan rata-rata total terendah terjadi pada tahun 2013 dengan rata-rata total sebesar 6.6355%. Skala Perusahaan Skala perusahaan mempuyai dampak yang signifikan terhadap kelemahan pengendalian internal. Kenyataannya lebih sukar untuk menyusun pemisahan tugas yang memadai dalam perusahaan kecil. Tidaklah layak mengharapkan perusahaan kecil untuk mempuyai auditor, tetapi jika berbagai sub elemen struktur pengendalian diperhatikan, menjadi lebih jelas bahwa kebanyakan dapat diterapkan bagi perusahaan besar dan kecil. Meskipun tidak lazim untuk memformalkan kebijakan kedalam bentuk pedoman, pasti dimungkinkan bagi perusahaan kecil untuk mempuyai pegawai yang kompeten dan dapat dipercaya dengan alur tanggung jawab yang jelas, prosedur otorisasi, pelaksanaan, dan pencatatan transaksi yang pantas, dokumen, catatan dan laporan yang memadai, pengawasan fisik atas aktiva dan catatan dan sampai tingkat tertentu, pengecekan atas pelaksanaan Perusahaan dengan ukuran yang lebih besar memiliki lebih besar untuk mendapat sumber pendanaan dari berbagai sumber sehingga untuk memperoleh pinjaman dari krediturpun akan lebih mudah karena perusahaan dengan ukuran besar memiliki probabilitas lebih besar untuk memenangkan persaingan atau bertahan dalam industri. Berdasarkan Nilai Perusahaan secara keseluruhan secara rata-rata adalah sebesar 9.611%. nilai rata-rata terendah dari seluruh perusahaan sampel dipegang oleh PT. Timah (Persero) Tbk sebesar 1.68 %. Sedangkan nilai rata-rata tertinggi dipegang oleh PT. Aneka Tambang Tbk dengan rata-rata nilai sebesar 17.18%. Rata-rata skala perusahaan dari tahun 20102014 mengalami fluktuasi. Rata-rata total skala perusahaan yang paling tinggi terjadi pada tahun JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS VOL 3, No. 3, September 2015
2012 dengan rata-rata total sebesar 10.04833%. sedangkan rata-rata total terendah terjadi pada tahun 2014 dengan rata-rata total sebesar 9.28333%. Deskripsi Statistik Variabel Independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tingkat Modal Kerja, Struktur Modal dan Skala Perusahaan, sedangkan variable Dependennya adalah Profitabilitas yang diproksikan dengan Gross Profit Margin. Data untuk variable Tingkat Modal Kerja, Struktur Modal, Skala Perusahaan dan Profitabilitas diperoleh melalui perhitungan yang diolah berdasarkan laporan keuangan tahunan pada perusahaan Pertambangan periode 2010-2014 di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan data yang diperoleh, maka dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Probabilitas mempuyai nilai minimum 3.90 dan nilai maksimum 53.63 nilai rata-rata 25.2040 standar deviasi 13,04510 artinya: nilai minimum probabilitas perusahaan pertambangan sector yang menjadi sampel penelitian ini dari tahun 2010 – 2014 adalah: 3.90 dan nilai minimum 53.63 dengan nilai rata-rata probabilitas perusahaan pertambangan dalam sampel penelitian ini sebesar 25.2010. b. Tingkat Modal Kerja mempuyai nilai minimum 1.96 nilai maksimum sebesar 43.22 dengan tingkat rata-rata sebesar 15.2350. c. Struktur modal memiliki nilai minimum 0.46 dan nilai maksimum 28.54 dengan rata-rata nilai penelitian ini sebesar 8.8007 d. Skala Perusahaan mempuyai nilai minimum 1.68, nilai maksimum 25.17 dengan rata-rata nya 9.6063. Pembuktian Hipotesis a. Pengujian hipotesis secara simultan Berdasarkan hasil analisis secara simultan menunjukkan bahwa nilai B adalah 2.010, maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya Tingkat Modal Kerja, Struktur Modal dan Skala Perusahaan secara bersama-sama berpengaruh terhadap profitabilitas pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014 b. Pengujian secara parsial Berdasarkan hasil pengujian hipotesis secara parsial bahwa: B1 = 0.369 maka Ho diterima dan Ha ditolak Artinya: Tingkat Modal Kerja secara parsial berpengaruh terhadap profitabilitas pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014 B2 = 0.103 maka Ho ditolak dan Ha diterima
Artinya: Struktur modal secara parsial berpengaruh terhadap Profitabilitas pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014 B3 = 0.159 maka Ho ditolak dan Ha diterima Artinya Skala Perusahaan secara parsial berpengaruh terhadap Profitabilitas pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di bursa Efek Indonesia periode 2010-2014. Berdasarkan persamaan regresi diatas mempuyai arti bahwa koefisien konstanta = 30.212 yang berarti bahwa jika Tingkat Modal Kerja, Struktur Modal dan Skala Perusahaan dianggap konstan, maka Profitabilitas sebesar 30.212 %. Variabel tingkat modal kerja memiliki koefisien korelasi sebesar 0.369% yang berarti jika tingkat modal kerja naik 100%, maka profitabilitas akan naik sebesar 36,9% dengan asumsi variable lain tetap. Variable struktur modal memiliki koefisien korelasi sebesar 0.103% yang berarti jika struktur modal naik 100%, maka profitabilitas akan naik 10.3% dengan asumsi variable lain tetap. Variabel Skala perusahaan memiliki koefisien korelasi sebesar 0.159% yang berarti jika skala perusahaan naik 100%, maka profitabilitas akan naik 15,9% dengan asumsi variable lain tetap. Nilai R sebesar 0.434 artinya variable tingkat modal kerja, struktur modal dan skala perusahaan mempuyai hubungan sebesar 43.4%. tingkat hubungan yang sedang ini dapat dilihat dari table pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi. Nilai R Square atau koefisien determinasi adalah sebesar 0.188. angka ini menggambarkan bahwa profitabilitas (variable dependen) mampu dijelaskan oleh tingkat modal kerja, struktur modal dan skala perusahaan (variable independen) sebesar 18.8% sedangkan sisanya sebesar 81.2 % dijelaskan oleh sebab-sebab lain SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dihasilkan kesimpulan sebagai berikut: a. Secara simultan tingkat modal kerja, Struktur modal dan skala perusahaan berpengaruh terhadap profitabilitas pada perusahaan pertambangan yang terdatar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014 dengan nilai B 2.010. b. Secara parsial tingkat modal kerja berpengaruh terhadap profitabilitas pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonsia periode 2010-2014 dengan nilai B 0,369. JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS VOL 3, No. 3, September 2015
c.
c. Secara parsial struktur modal berpengaruh terhadap profitabilitas pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014 dengan nilai B adalah 0.103. d. Secara parsial skala perusahaan berpengaruh terhadap profitabilitas pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014 dengan nilai B 0,159. Saran 1. Bagi investor yang ingin menginvestasikan dananya sebaiknya mempertimbangkan nilai struktur modal dan skala perusahaan jika ingin meningkatkan profitabilitas sehingga dapat memperoleh gambaran yang nyata perusahaan dimasa yang akan datang 2. Bagi peneliti selanjutnya perlu melakukan penelitian sejenis dengan memperluas sampel penelitian dengan sedapat mungkin untuk mengakses data-data dan memperluas penelitian. REFERENSI Agnes, Sawir, 2005, Analisa Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Agus Sartono, 2008, Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi, BPFE. Yogyakarta Arifin, Z, 2005. Teori Keuangan dan Pasar Modal. Ekonosia. Yogyakarta Arikunto, Suharimi, 2002, prosedur penelitian suatu pendekatan praktek, Rineka Cipta, Jakarta Bambang
Riyanto, 2001, dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, edisi keempat, cetakan ketujuh, BPFE, Yogyakarta
Brigham, Eugene F dan Houston, Joel F.2001. Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Salemba Empat, Jakarta Darsono dan Ashari, 2004, Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan, ANDI, Yogyakarta Handayani,D.R dan Hadinugroho, B. Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Hutang, ROA, Ukuran Perusahaan tehadap kebijakan Deviden” Jurnal Fokus Manajerial , Vol 7 , No 1, 64-71, 2009
Kasmir, 2010, Analisis Laporan Keuangan, Edisi I, Rajawali Pers;Jakarta Komarudin, 2005, Ensiklopedia Manajemen, Alfabeta, Bandung Lloyd, Bruce, 1976. The Role of Capital Market in Developing Countries Spring; The Moorgate and Wall Street Martalena,S.E,MM dan Maya Malinda, SE,M.T,CFP, 2011, Pengantar Pasar Modal, ANDI Yogyakarta Munawir,S,2002.Akuntansi Keuangan dan Manajemen . Edisi pertama BPFE, Yogyakarta. Munawir,2005,Auditing pertama.catatan Yogyakarta
Modern.edisi keempat,BPFE,
Ridwan S.Sundjaja dan Inge Barlian, 2002, Manajemen Keuangan Dua, Edisi Keempat, Literata Lintas Media, Jakarta Sri Rahayu, 2005,Aplikasi SPSS versi 12.00, Dalam Riset Pemasaran, Alfabeta Indonesia; Jakarta Suad Husnan, 2004, Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan. BPFE. Yogyakarta Van Horne, James C & Wachowich, John M.2005. Fundamental of Financial Managemen, New Jersey, Prentice Hall Wiagustini, Ni Luh Putu.2010. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Denpasar, Udayana University Press Yuke Prabansari dan Hadri Kusuma, 2005, Faktor-faktor yang mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Go Public di Bursa Efek Jakarta. Jurnal. Dalam Sinergi Kajian Bisnis dan Manajemen www.idx.co.id. Ringkasan Kinerja Perusahaan Tercatat. (online) www.idx.co.id/idid/beranda/publikasi/ringkasank inerjaperusahaantercatat.aspx.(Diakses tanggal 2 Februari 2013)
JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS VOL 3, No. 3, September 2015
JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS VOL 4, NOMOR 4 September 2015 : 276 - 281
ISSN 2088-6217
Kepuasan Mahasiswa Terhadap Pelayanan Lembaga Pendidikan Pengembangan dan Profesi Indonesia (LP3I) di Kota Banda Aceh Rahmi1 1) Dosen Fakultas Ekonomi Manajemen Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pelayanan Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Profesi Indonesia Kota Banda Aceh telah diberikan sesuai dengan harapan mahasiswa. Penelitian ini dilakukan pada Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Profesi Indonesia di Kota Banda Aceh, yang menjadi objek penelitian ini adalah tentang kepuasan mahasiswa terhadap pelayanan Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Profesi Indonesia di Kota Banda Aceh, dalam penelitian ini variabel pelayanan hanya akan dibatasi terhadap variabel keandalan, keresponsifan, keyakinan, empati dan variabel berwujud. Pengambilan sampel mengingat waktu, biaya, dan kemampuan peneliti yang terbatas maka metode pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode (Quota Random Sampling) terhadap 100 orang mahasiswa yang masih aktif pada Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Profesi di Kota Banda Aceh. Berdasarkan hasil uji rata-rata dari tanggapan responden diperoleh bahwa pelayanan yang diberikan Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Profesi Indonesia kepada mahasiswa selama ini relatif sudah memuaskan baik dilihat dari variabel kehandalan, keresponsifan, keyakinan, empaty maupun variabel berwujud. Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan uji T-tes ternyata untuk variabel keandalan, keresponsifan, keyakinan dan variabel berwujud yang sudah memberikan kepuasan bagi mahasiswa seperti yang diharapkan, sementara untuk variabel empati ternyata belum memberikan hasil seperti yang diharapkan mahasiswa, hal ini dapat ditunjukkan dari perbandingan antara nilai t-hitung dan nilai t-tabel. Kata kunci : Kepuasan Terhadap Pelayanan, efesiensi, dan Pengembangan Profesi
PENDAHULUAN Setiap tahun lulusan dari berbagai macam perguruan tinggi dihasilkan, namun belum tentu semuanya dapat langsung memperoleh pekerjaan. Apalagi saat ini lapangan kerja semakin sempit sehingga pengangguran semakin meningkat. Gap antara dunia pendidikan dengan lapangan pekerjaan semakin nyata, serapan pekerjaan tidak sebanding dengan lulusan yang dihasilkan dari perguruan tinggi. Dan harapan untuk meraih pekerjaan pun sirna. Berawal dari realita itu maka Lembaga Pendidikan Pengembangan dan Profesi Indonesia (LP3I) mengembangkan konsep penyediaan lapangan kerja bagi lulusannya. Lembaga Pendidikan Pengembangan dan Profesi Indonesia (LP3I) dikembangkan dan dikelola oleh tenaga-tenaga yang professional dibidang pendidikan dan ketrampilan, sehingga LP3I dapat berkembang dengan pesat sampai saat ini. Lembaga Pendidikan Pengembangan dan Profesi Indonesia (LP3I) di Kota Banda Aceh berdiri pada tanggal 30 Maret 1998 yang berlokasi di Peunayong, sampai saat ini jumlah mahasiswa yang terdaftar di Lembaga Pendidikan Pengembangan dan Profesi Indonesia (LP3I) di Kota Banda Aceh menurut jurusan tahun ajaran 2010-2011 mencapai 507 mahasiswa.
METODE PENELITIAN Lokasi dan Objek Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Lembaga Pendidikan Pengembangan dan Profesi Indonesia di Kota Banda Aceh, yang menjadi objek penelitian ini adalah tentang kepuasan mahasiswa terhadap pelayanan Lembaga Pendidikan Pengembangan dan Profesi Indonesia di Kota Banda Aceh, dalam penelitian ini variabel pelayanan hanya akan dibatasi terhadap variabel keandalan, keresponsifan, keyakinan, empati dan variabel berwujud. Populasi dan Penarikan Sampel Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Lembaga Pendidikan Pengembangan dan Profesi Indonesia di Kota Banda Aceh yang saat ini berjumlah 507 orang. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengikuti teori Kuncoro (2003) yang pemilihan desain sampel berdasarkan desain probabilitas, dimana dalam penarikan sampel menggunakan metode “Quota Random Sampling”. Berdasarkan jumlah populasi 507 mahasiswa maka jumlah sampel dalam penelitian ini diperoleh sebanyak 100 sampel / responden atau 19,7 persen dari jumlah populasi.
Peralatan Analisis Data Dalam menganalisa permasalahan pertama dalam penelitian ini akan digunakan analisis deskriptif kualitatif yaitu ditujukan untuk mendapatkan informasi tentang berbagai kondisi lapangan yang bersifat tanggapan dan pandangan terhadap pelayanan yang diberikan oleh Lembaga Pendidikan Pengembangan dan Profesi Indonesia di Kota Banda Aceh. Hasil analisis kualitatif dalam pembahasannya didasarkan pada teori-teori yang berkaitan dengan pelayanan yang diberikan oleh Lembaga Pendidikan Pengembangan dan Profesi Indonesia di Kota Banda Aceh. Untuk mengetahui apakah kepuasan mahasiswa terhadap pelayanan Lembaga Pendidikan Pengembangan dan Profesi Indonesia Kota Banda Aceh sesuai dengan harapan mahasiswa maka dalam penelitian ini digunakan analisis uji beda dengan uji - t. Pengujian ini dilakukan terhadap pengujian dua sampel yang berpasangan, dengan mengikuti prosedur pengujian standar akan ditentukan apakah tingkat pelayanan Lembaga Pendidikan Pengembangan dan Profesi Indonesia Kota Banda Aceh sesuai dengan harapan mahasiswa, maka dapat dibuat persamaannya sebagi berikut : 1.
Pada tingkat significans α = 0,05 dengan n = 100 dan derajat bebas (df) = n - 5.
2.
(X ) − (µ )
0
3.
Nilai hitung.
Dimana : µ1 n1 x1
t=
1
1
2 1 S p n1
= Beda rata-rata hitung = Jumlah responden
= Rata-rata tanggapan anggapan konsumen terhadap pelayanan dan fasilitas t = thitung Sp = Estimasi variasi gabungan
KAJIAN PUSTAKA Kepuasan Pelanggan Kepuasan maupun ketidakpuasan konsumen menjadi topik yang hangat dibicarakan dalam berbagai lapisan masyarakat juga perusahaan industri dan jasa karena kepuasan konsumen ditentukan oleh kualitas barang dan jasa. Pada dasarnya pengertian kepuasan/ketidakpuasan merupakan selisih antara harapan dan kinerja yang dirasakan. Menurut Supranto (2004 : 224), pengertian
kepuasan konsumen sebagai berikut: “Kinerja suatu barang sekurang-kurangnya sama dengan apa yang diharapkan oleh konsumen, dimana pada hakikatnya pengukuran kepuasan manyangkut penentuan tiga faktor yaitu : 1). Pilihan tentang ukurang kinerja yang tepat, 2).Proses pengukuran secara normatif, dan Instrumen dan 3). Tehnik pengukuran yang digunakan untuk menciptakan suatu indikator.” Pada hakikatnya setiap perusahaan yang bergerak dalam perusahaan jasa (pelayanan) mengenal tiga unsur keunggulan daya saing yaitu (Supranto, 2004 : 281) : a. Keunggulan sumber: meliputi ketrampilan dan sumber daya serta dana. b. Keunggulan posisional; menyangkut nilai bagi pelanggan dan biaya yang lebih rendah. c. Keunggulan kinerja meliputi kepuasan dan kesetiaan pelanggan, pangsa pasar dan kemampuan berlaba (profitabilitas). Ketiga hal tersebut di atas dapat menjadi prioritas khususnya bagi perusahaan yang bergerak dalam bidang pemasaran jasa baik itu perusahaan penerbangan, rumah sakit maupun bidang produk makanan siap saji sehingga masing-masing perusahaan mampu bersaing secara sehat dan mampu merebut pangsa pasar lebih luas. Pengertian Pelayanan Pelayanan sering sekali terkait dengan unsur jasa sehingga sering pula disebut sebagai jasa pelayanan. Winardi (2003 : 140) memberikan pengertian tentang pelayanan, adalah : Pelayanan merupakan suatu kegiatan atau aktivitas jasa yang diselenggarakan oleh seseorang ataupun sekelompok orang kepada orang lain. Dengan manfaat untuk menciptakan suatu kegiatan dengan jalan menyelenggarakan jasa perorangan tertentu, misalnya jasa pengacara, transportasi, dokter, kantor pos, perhotelan, tontonan (bioskop), telekomunikasi.
Selanjutnya Kotler (2007:126) memberi definisi pelayanan adalah : “Setiap kegiatan atau manfaat yang ditawarkan oleh suatu pihak pada pihak lain dan pada dasarnya yang tidak berwujud, serta tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu produk fisik”. Dalam pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pelayanan adalah kegiatan tidak berwujud, tetapi terasa dan sangat dibutuhkan/diperlukan keberadaannya. Pelayanan dan mutu adalah sarana untuk mencapai kepuasan dan ikatan antara perusahaan/organisasi dengan pelanggan. Tujuan dari suatu perusahaan/organisasi bukanlah untuk menghasilkan produk atau jasa yang bermutu saja tetapi lebih pada pelayanan yang prima. Hal ini dimaksudkan agar menghasilkan pelanggan yang puas dan setia JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS VOL 4, No. 4, September 2015
yang akan terus menjalin bisnis dengan perusahaan. Oleh karena itu memberikan pelayanan yang prima adalah suatu keharusan apabila anda ingin mencapai tujuan pelanggan yang puas dan setia. Baduara dan Sirait (2001 :11) menjelaskan bahwa : pelayanan atau servis mengandung esensi, “berikanlah servis (pelayanan) dengan kualitas (mutu) yang terbaik bagi langganan anda, sehingga pemasaran akan tampil di depan anda”. Levitt (2000 : 62) menyatakan bahwa produk adalah segala sesuatu yang cukup mudah untuk dilihat dan telah sering kali disaksikan. Produk dapat berwujud (tangible) dan tidak berwujud (intangible). Seringkali produk merupakan kombinasi dari keduanya. Pengertian Kualitas Pelayanan Kualitas adalah sebuah kata bagi penyedia jasa merupakan sesuatu yang dikerjakan dengan baik aplikasi kualitas sebagai sifat dari penampilan produk atau kinerja merupakan bagian utama strategi perusahaan dalam rangka meraih keunggulan yang berkesinambungan, baik sebagai pemimpin pasar ataupun sebagai strategi untuk terus tumbuh. Persoalan kualitas kini tidak saja menjadi satu-satunya senjata persaingan tetapi sudah menjadi “ tiket yang harus dibayar” untuk masuk kedunia bisnis. Dimana kualitas suatu produk/jasa adalah sejauh mana produk/jasa memenuhi spesifikasi-spesifikasinya. Karakteristik Pelayanan Menurut Zeithaml, (2002 : 93) ada lima penentu kualitas jasa yang selalu diperhatikan oleh pelanggan yang berhubungan dengan faktor psikologis masyarakat dalam memperoleh pelayanan didasarkan atas tingkat kepentingan menurut pelanggan yaitu : a. Keandalan (reliability) : kemampuan untuk melaksanakan jasa yang dijanjikan dengan terpercaya dan akurat. b. Ketanggapan (responsiveness) : kemampuan untuk membantu pelanggan dan memberikan jasa dengan cepat : c. Keyakinan (ansurance) : pengetahuan dan kesopanan karyawan dan kemampuan mereka untuk menimbulkan kepercayaan dan keyakinan. d. Empati (empathy) : kesediaan untuk peduli, memberikan perhatian secara pribadi kepada pelanggan. e. Berwujud (tangible) : penampilan fasilitas fisik, peralatan, personil dan materi komunikasi.
Hipotesis Berdasarkan latar belakang dan landasan teoritis yang telah dikemukakan diatas maka hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan yaitu pelayanan Lembaga Pendidikan Pengembangan dan Profesi Indonesia Kota Banda Aceh tidak sesuai dengan harapan mahasiswa.
HASIL PEMBAHASAN Analisis Uji T- tes Untuk mengetahui apakah kepuasan mahasiswa terhadap pelayanan Lembaga Pendidikan Pengembangan dan Profesi Indonesia Kota Banda Aceh sesuai dengan harapan mahasiswa maka akan digunakan Uji Beda ratarata. Pengujian ini dilakukan terhadap pengujian dua sampel yang berpasangan. Pengujian hipotesis akan dilakukan pada tingkat konfident interval 95 % atau tingkat significans α = 0,05 atau dengan n = 100, adapun hipotesis nya sebagai berikut : 4. Ho : Pelayanan Lembaga Pendidikan Pengembangan dan Profesi Indonesia Kota Banda Aceh sesuai dengan harapan mahasiswa. 5. Ha : Pelayanan Lembaga Pendidikan Pengembangan dan Profesi Indonesia Kota Banda Aceh belum sesuai dengan harapan mahasiswa. Pengambilan keputusan adalah akan dilakukan dengan membandingkan statistik hitung dengan statistik tabel, dimana apabila t- hitung lebih besar dari t-tabel maka Ha terima, dan jika statistik hitung lebih kecil dari statistik tabel maka Ha ditolak Perbedaan Variabel Kehandalan Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelayanan kehandalan yang diberikan Lembaga Pendidikan Pengembangan dan Profesi Indonesia diperoleh nilai rata-rata untuk kenyataan sebesar 4,110 sedangkan tingkat harapan mahasiswa diperoleh rata-rata nilai sebesar 4,095. Hasil korelasi antara kedua variabel tersebut diperoleh sebesar 0,988, dengan nilai probabilitas jauh dibawah 0,05 dan nilai signifikansinya sebesar 0,000. Hal ini menggambarkan bahwa korelasi antara variabel tersebut adalah erat dan benarbenar berhubungan secara nyata. Tabel 1 Analisis Uji T Untuk Variabel Kehandalan
JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS VOL 4, No. 4, September 2015
Sumber : Data Primer (diolah), 2010 Hasil penelitian menunjukkan bahwa t hitung dari output adalah sebesar 1,616 lebih kecil dari t tabel sebesar 1,9842 sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho dalam penelitian ini diterima artinya pelayanan Lembaga Pendidikan Pengembangan dan Profesi Indonesia Kota Banda Aceh dilihat dari variabel kehandalan telah diberikan sesuai dengan harapan LP3I
Mean
Kenyataan 4,110 Harapan 4,095 Test Value (t) Sig. (2-tailed Df Corellation Confidence Interval
N
Std. Std. Deviation Error Mean 2,3712 0,2371 100 2,2820 0,2282 1,616 0.109 99 0,988 95%
mahasiswa. Perbedaan Variabel Keresponsifan Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelayanan keresponsifan yang diberikan Lembaga Pendidikan Pengembangan dan Profesi Indonesia diperoleh nilai rata-rata untuk kenyataan 4,055 sedangkan harapan diperoleh rata-rata nilai sebesar 4,060. Hasil korelasi antara kedua variabel tersebut diperoleh sebesar 0,978, dengan nilai probabilitas jauh dibawah 0,05 dan nilai signifikansinya sebesar 0,000. Hal ini menggambarkan bahwa korelasi antara variabel tersebut adalah erat dan benar-benar berhubungan secara nyata.
Tabel 2 Analisis Uji T Untuk Variabel Keresponsifan
nilai signifikansinya sebesar 0,000. Hal ini menggambarkan bahwa korelasi antara variabel tersebut adalah erat dan benar-benar berhubungan secara nyata. Tabel 3 Analisis Uji T Untuk Variabel Keyakinan LP3I
Mean
N
4,120 Kenyataan 4,115 Harapan Test Value (t) Sig. (2-tailed Df Corellation Confidence Interval
50 50
Perbedaan Variabel Keyakinan Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelayanan keyakinan yang diberikan Lembaga Pendidikan Pengembangan dan Profesi Indonesia diperoleh nilai rata-rata untuk kenyataan sebesar 4,120 sedangkan rata-rata nilai tingkat harapan diperoleh sebesar 4,115. Hasil korelasi antara kedua variabel tersebut diperoleh sebesar 0,985, dengan nilai probabilitas jauh dibawah 0,05 dan
Std. Error Mean 0,2397 0,2240
Sumber : Data Primer (diolah), 2010 Hasil penelitian menunjukkan bahwa t hitung dari output adalah sebesar 0,470 lebih kecil dari t tabel sebesar 1,9842 sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho dalam penelitian ini diterima artinya pelayanan Lembaga Pendidikan Pengembangan dan Profesi Indonesia Kota Banda Aceh dilihat dari variabel keyakinan juga telah diberikan sesuai dengan harapan mahasiswa. Perbedaan Variabel Empati Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelayanan empaty yang diberikan Lembaga Pendidikan Pengembangan dan Profesi Indonesia diperoleh nilai rata-rata untuk kenyataan sebesar 4,180 sedangkan rata-rata nilai harapan diperoleh sebesar 4,295. Hasil korelasi antara kedua variabel tersebut diperoleh sebesar 0,978, dengan nilai probabilitas jauh dibawah 0,05 dan nilai signifikansinya sebesar 0,000. Hal ini menggambarkan bahwa korelasi antara variabel tersebut adalah erat dan benar-benar
Sumber : Data Primer (diolah), 2010 Hasil penelitian menunjukkan bahwa t hitung dari output adalah sebesar 0,391 lebih kecil dari t tabel sebesar 1,9842 sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho dalam penelitian ini diterima artinya pelayanan Lembaga Pendidikan Pengembangan dan Profesi Indonesia Kota Banda Aceh dilihat dari variabel keresponsifan juga telah diberikan sesuai dengan harapan mahasiswa.
Std. Deviation 2,3973 2,2402 0,470 0,640 99 0,985 95%
LP3I
Mean
Kenyataan 4,055 Harapan 4,060 Test Value (t) Sig. (2-tailed Df Corellation Confidence Interval
N 100
Std. Deviation 2,3893 2,2344 0,391 0,697 99 0,978 95%
Std. Error Mean 0,2389 0,2234
berhubungan secara nyata. Tabel 4 Analisis Uji T Untuk Variabel Empati LP3I
Mean
4,180 Kenyataan 4,295 Harapan Test Value (t) Sig. (2-tailed Df Corellation Confidence Interval
N 100
Std. Deviation 2,3010 2,4134 3,156 0.002 99 0,978 95%
JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS VOL 4, No. 4, September 2015
Std. Error Mean 0,2301 0,2413
Sumber : Data Primer (diolah), 2010 Hasil penelitian menunjukkan bahwa t hitung dari output adalah sebesar 3,156 lebih besar dari t tabel sebesar 1,9842 sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha dalam penelitian ini diterima artinya pelayanan Lembaga Pendidikan Pengembangan dan Profesi Indonesia Kota Banda Aceh dilihat dari variabel ampaty diberikan belum sesuai dengan harapan mahasiswa. Perbedaan Variabel Berwujud Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelayanan berwujud yang diberikan Lembaga Pendidikan Pengembangan dan Profesi Indonesia diperoleh nilai rata-rata untuk kenyataan sebesar 4,080 sedangkan rata-rata nilai harapan sebesar 4,055. Hasil korelasi antara kedua variabel tersebut diperoleh sebesar 0,977, dengan nilai probabilitas jauh dibawah 0,05 dan nilai signifikansinya sebesar 0,000. Hal ini menggambarkan bahwa korelasi antara variabel tersebut adalah erat dan benar-benar berhubungan secara nyata.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dihasilkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil uji rata-rata dari tanggapan responden diperoleh bahwa pelayanan yang diberikan Lembaga Pendidikan Pengembangan dan Profesi Indonesia kepada mahasiswa selama ini relatif sudah memuaskan baik dilihat dari variabel kehandalan, keresponsifan, keyakinan, empaty maupun variabel berwujud. 2. Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan uji T-tes ternyata untuk variabel keandalan, keresponsifan, keyakinan dan variabel berwujud yang sudah memberikan kepuasan bagi mahasiswa seperti yang diharapkan, sementara untuk variabel empati ternyata belum memberikan hasil seperti yang diharapkan mahasiswa, hal ini dapat ditunjukkan dari perbandingan antara nilai t-hitung dan nilai t-tabel. Saran 1. Diharapkan kepada lembaga pendidikan Lembaga Pendidikan Pengembangan dan Profesi Indonesia tetap dan terus meningkatkan pelayanannya kepada mahasiswa sehingga mahasiswa semakin yakin dan percaya terhadap pelayanan yang diberikan.
2. Untuk menumbuhkan rasa percaya kepada mahasiswa, disarankan agar tenaga pelaksanaan pelayanan dalam hal ini staf pengajar harus selalu diperhatikan kualitas SDMnya sehingga benar-benar mampu dan terampil dalam melaksanankan tugasnya. 3. Untuk menumbuhkan rasa empaty yang lebih besar kepada mahasiswa disarankan untuk indikator “adanya rasa penghargaan dan penghormatan kepada mahasiswa” harus ditingkatkan lagi dari pihak Lembaga Pendidikan Pengembangan dan Profesi Indonesia. REFERENSI As'ad, Mohd (2000). Phisikologi Industri. Penerbit Liberty, Yogyakarta. Baduara dan Sirait, (2001). Salesmanship, Suatu Ilmu dan Seni, Akademika Presindo, Jakarta. Barry, Mason and Ezell (2002). Marketing Principle And strategy. Binarupa Aksara, Jakarta Barat, Indonesia. Boone
dan Kurtz. (2000). Contemporary Marketing. Third Edition, The Dryden Press, USA.
Birn, robin J (2000) “The International Handbook of Market Research Technique” In Association with the Market Research Society (Kogan Page), London. Dabholkar, (2000) Toward An Understanding Of Loyalty: The Moderating Role Of Trust”, Journal of Managerial Issues, Vol. IX no. 3. Dessler, Gary (2000). Manajemen Personalia. Terjemahan Agus Darma, Penerbit Erlangga, Jakarta. Drucker (2000). Mengelola Untuk Mencapai Hasil-Hasil Tugas-Tugas Ekonomi Dan Keputusan Mengambil Resiko. Yayasan Indonesia Emas, Institut Vincent dan PT. Gramedia Utama, Jakarta Engel, James F, (2002). Custumer Behavior. Jilid satu Edisi keenam. Binarupa Aksara, Jakarta. Februardi (2000). Pengukuran Kualitas Jasa JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS VOL 4, No. 4, September 2015
(Service Quality) Bidang Pengajaran Yang disediakan oleh Politeknik Negeri Bandung. Jurnal Tata Niaga, Vol II, No 1. April. Gaspersz, Vincent, (2003) Membangun Tujuh Kebiasaan Kualitas Dalam Praktek Bisnis Global.Jakarta : Gramedia Pustaka.
Gujarati, Damodar (2001) Ekonometrika Dasar. Cetakan keenam, Alihbahasa Sumarno Zain. Erlangga, Jakarta. Handayani (2009) Persepsi Konsumen Apotek Terhadap Pelayanan Apotek Di Tiga Kota Di Indonesia. Makara, Kesehatan, Vol. 13, No. 1, Juni 2009: 22-26. Kotler Philip, (2007), Manajemen Pemasaran, Analisa Perencanaan dan Pengendalian, Erlangga Jakarta. Kotler, Philip dan Gary Armstrong. (2003), Principles of Marketing. 7th ed. Prentice Hall. USA.. Kotler, Philip, Adersen Alan R. (2003) Strategi Pemasaran Untuk Organisasi Nirlaba. Edisi ketiga. Gadjah Mada University Press.
Levit, (2000), Marketing Imagination, Terjemahan Agus Maulana. PT. Gramedia Utama, Jakarta . Malhotra, Naaresh K.(2005), Marketing Research. New Jersey: Prentice – Hall.Inc. Mangkuprawira, Sjafri. (2003). Manajemen Sumber Daya Manusia Strategik. Cetakan Kedua. Ghalia Indonesia. Jakarta. Mowen, Jhon C. (2005), Consumer Behavior, (Fourth Editon) USA Prentice Hall. Mutia Nanda (2007) Pengukuran Kualitas Jasa Bidang Pengajaran Politeknik Jakarta. Jurnal Ekonomi Manajemen. Vol 2, No 4.
New York. Putra Kurniawan (2007). Pengukuran Kualitas Jasa Bidang Pengajaran Lembaga Bimbingan Belajar Prima Gama Cabang Medan. Jurnal Ekonomi Bisnis Vol 6 No3. Prawirosentono (2002) Manajemen Sumber Daya Manusia. Penerbit Bumi Aksara, Ruky, Achmad S. (2002). Sistem Manajemen Kinerja. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Soeprihanto, J. (2001). Manajemen Sumber Daya Manusia II. Jakarta: Karunia, Universitas Terbuka. Supranto, J. M.A. (2004), Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan, PT. Rineka Cipta, Jakarta. Susanti (2007) Analisis Perbandingan Persepsi Konsumen Minimarket Indomaret Dengan Alfamart Di Komplek Cahaya Kemang Permai Kecamatan Pondok Gede Kota Bekasi”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol 2 No 3. Supriyatmini (2005) Pengaruh Persepsi Nasabah Tentang Kualitas Pelayanan Terhadap Loyalitas Nasabah Pada Baitul Maal Wattamwil (Bmt) “Anda” Semarang. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol 1 No 4. Tjiptono Fandy, Yanto Chandra, Anastasia Diana (2004), Marketing Scales, Andi Offset, Yogyakarta. Thorpe, (2000) The Management of Customer Contact Services Employees : An Empirical Investigation “, Journal of Marketing, Vol. 69. Winardi (2003), Marketing dan Perilaku Konsumen, Jakarta : Mandar Maju. Wiyono, (2004) Perilaku Konsumen: Analisis Model Keputusan, Universitas Atma Jaya, Yogyakarta Zeithaml, V.A., Parasuraman, A. (2002) ‘Problems and Strategies in Services Marketing’ Journal of Marketing, 49: Spring, 33-46.
Parasuraman A, V.A. Zeithaml dan L. Berry. (2001). More On Improving Service Quality Measurement. Prentice Hall, JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS VOL 4, No. 4, September 2015
JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS VOL 4, NOMOR 4 September 2015 : 282 - 289
ISSN 2088-6217
Kejahatan Perbankan Ditinjau dari Undang – Undang Nomor 10 Tahun 1998 Zulfan Yusuf1 1)
Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh
Abstrak: Kejahatan perbankan merupakan salah satu Tindak Pidana yang bersifat khusus (Special crime) yang pengaturannya diatur secara khusus diluar Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) tentang Kejahatan pada umumnya (Criminal law) di Indonesia. Kejahatan perbankan diatur dalam UU No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan, yang dalam konsiderannya terbagi atas 3 bahagian, antara lain pada bahagian pertama mengatur tentang pengertian bank, jenis-jenis bank, permodalan dan kepemilikan bank. Pada bahagian kedua mengatur tentang produk perbankan, kerahasiaan dan kesehatan bank, sedangkan pada bahagian ketiga mengatur tentang jenis-jenis kejahatan bank dan sanksi pidana yang dapat dijatuhkan kepada tersangka dan/atau pelaku kejahatan bank. Kejahatan bank pada umumnya meliputi 4 bahagian, antara lain Kejahatan yang berkaitan dengan simpanan pihak ketiga (dana masyarakat), Kejahatan berkaitan dengan pengelolaan bank, Kejahatan berkaitan dengan kerahasiaan bank dan Kejahatan yang berkaitan dengan pembiayaan (kredit). Terhadap pelaku Kejahatan bank dapat dikenakan sanksi pidana dan sanksi administrative (Indisipliner) dari institusi dimana pelaku tersebut bekerja. Sanksi administrative berupa tindakan skorsing dalam waktu tertentu sampai pemberhentian tidak hormat secara sepihak, tentunya dengan pertimbangan sejauhmana dampak dari Kejahatan bank terhadap kepercayaan dan kelangsungan usaha bank, disamping kerugian material yang ditanggung oleh bank. Sanksi pidana berupa pengekangan diri pelaku dalam penjara untuk jangka waktu tertentu, pidana tambahan berupa pengenaan denda dan/atau pidana seumur hidup, dengan pertimbangan Kejahatan perbankan yang dilakukan secara langsung dan/atau tidak langsug dapat merugikan keuangan Negara dan mengancam stabilitas ekonomi dan moneter Negara. Kata kunci : Integritas dan Daya saing bank.
PENDAHULUAN Definisi kejahatan bank hampir tidak ditemukan dalam berbagai buku referensi tentang Perbankan, namun demikian masalah kejahatan bank akhir-akhir ini semakin meningkat intensitasnya dan apabila tidak ditangani secara cepat dan tepat dapat membahayakan kelangsungan hidup bank dan tentu saja pada gilirannya akan mengancam stabilitas ekonomi dan moneter nasional. Kejahatan bank adalah “Suatu perbuatan/tindakan dengan sengaja dilakukan oleh orang perseorangan/Badan Hukum yang berkaitan dengan aktivitas/transaksi perbankan, dengan maksud untuk memperkaya diri/orang lain secara melawan hukum “ Dari definisi yang sederhana tersebut dapat disimpulkan bahwa kejahatan bank dapat terjadi secara internal dan eksternal, internal dilakukan mulai dari level karyawan biasa sampai level Dewan Komisaris sementara secara eksternal dilakukan oleh nasabah dan masyarakat luas. Kemajuan Ilmu pengetahuan dan Tehnologi dibidang Informasi dan Transportasi secara langsung membawa pengaruh yang sangat besar
terhadap dunia perbankan, melalui produk dan layanan cepat telah menjadikan lembaga perbankan sebagai salah satu Industri yang patut diperhitungkan keberadaannya di Indonesia. Seiring dengan meningkatnya Ilmu Pengetahuan dan Tehnologi dibidang perbankan, maka salah satu yang turut berkembang dengan pesat adalah masalah kriminalitas, dalam hal ini kejahatan dibidang perbankan dengan modus operandi pembobolan bank, dengan korban bank-bank umum/syari’ah dan BPR/BPRS ( Small bank ) termasuk juga Lembaga Keuangan Lainnya yang memiliki pola kerja hampir sama dengan Lembaga Perbankan. Dalam rangka penegakan Good Corporate Governance ( GCG ) dibidang perbankan sebagai pilar kepercayaan masyarakat, maka penanganan berbagai kasus yang mendera Lembaga Perbankan harus dilakukan secara dini, cepat, terukur dan dapat dipertanggung jawabkan, sehingga kepercayaan masyarakat terhadap Lembaga Perbankan akan terus tumbuh dan semakin berkembang sebagaimana keinginan dari para pemilik ( Share holder )
bank, masyarakat dan Negara ( Stake holder ) sebagai pengguna jasa bank. Pengelompokan Kejahatan Bank Dari beberapa kasus kejahatan bank yang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini setidaknya dapat dikelompokkan menjadi 5 kelompok besar, antara lain : a. Berkaitan dengan aspek legalitas b. Berkaitan dengan operasional pengelolaan dana masyarakat atau dana bank c. Berkaitan dengan aspek pembukuan d. Berkaitan dengan perkreditan/pembiayaan e. Berkaitan dengan rahasia bank Berkaitan dengan aspek legalitas Kejahatan bank yang menyangkut aspek hukum terjadi hampir disemua lini kegiatan bank, hal ini dapat dimaklumi mengingat masalah hukum tidak dapat dipisahkan dari semua aktivitas perbankan, sementara hampir sebagian besar pengelola bank kurang memahami dan menguasai masalah hukum, bahkan menganggap sepele dan kurang memperhatikan aspek hukum dalam setiap transaksi perbankan. Kondisi tersebut secara tidak langsung telah melemahkan posisi bank sebagai lembaga kepercayaan masyarakat dan penyangga pembangungan Negara. Akibat dari kelemahan bank tersebut secara langsung merugikan Negara dan Bangsa Indonesia, mengingat dapat menjadi peluang bagi pihak ketiga untuk menjatuhkan bank. Berkaitan dengan operasional pengelolaan dana Masyarakat atau dana bank. Kejahatan bank yang menyangkut dengan operasional pengelolaan dana masyarakat atau dana bank biasanya sering dilakukan oleh internal bank sendiri, mulai dari level karyawan yang menangani bidang tabungan, deposito, teller dan pengerahan dana masyarakat bahkan sampai kelevel Direksi atau pengelola bank. Modus operandi kejahatan bank yang berkaitan dengan pengelolaan dana masyarakat semata-mata dilakukan untuk memperkaya diri dengan cara menggandakan saldo tabungan nasabah atau melakukan penarikan terhadap saldo tabungan nasabah dengan cara pemalsuan tanda tangan penabung yang dilakukan oleh petugas tabungan. Modus operandi kejahatan bank yang berkaitan dengan pengelolaan dana masyarakat atau dana bank yang dilakukan oleh Direksi atau pengelola bank dengan cara memanfaatkan untuk kepentingan pribadi dana-dana antar bank diluar pembukuan bank, hal ini dapat terjadi mengingat rekening antar bank dapat ditarik dan disetor setiap saat oleh Direksi atas nama lembaga,
sementara tindakan pencocokan saldo penempatan bank di lembaga perbankan lainnya baru dilakukan pada setiap akhir bulan berjalan, bahkan tidak jarang dilakukan pada saat menjelang tutup buku tahun berjalan. Berkaitan dengan aspek pembukuan Kejahatan perbankan berkaitan dengan aspek pembukuan biasanya terjadi dalam upaya menghindari kewajiban pajak, baik Pajak Penghasilan (PPH) perseorangan maupun Pajak Penghasilan (PPH) badan, dengan cara merekayasa Laba/Rugi bank pada tahun berjalan. Tehnis pembuatan laporan keuangan bank disiapkan dalam 2 (dua) versi, yaitu satu sisi Laporan Keuangan dan Neraca Laba/Rugi dibuat sesuai dengan kondisi riel bank tahun berjalan, laporan dimaksud untuk disampaikan kepada pemilik bank ( Share holder ), sementara Laporan Keuangan dan Neraca Laba/Rugi disisi yang lain disiapkan dengan merekayasa beberapa pos disebelah aktiva dan passiva bank, sehingga tidak menggambarkan kondisi riel keuntungan bank tahun sebelumnya, dalam perbankan dikenal dengan istilah Window dressing ( UU No. 10 Tahun 1998 ). Modus operandi perekayasaan Laba/Rugi bank dimaksudkan untuk mengelabui kewajiban pajak bank kepada Negara, sehingga Pajak Penghasilan ( PPH ) karyawan dan bank lebih kecil dari yang sebenarnya. Kejahatan perbankan dengan modus operandi sebagaimana tersebut diatas secara langsung merugikan keuangan Negara dari penerimaan pajak (Pendapatan Negara diluar Minyak dan Gas Bumi) Berkaitan dengan Perkreditan Aktor intelektual kejahatan perbankan dibidang perkreditan banyak dilakukan oleh internal bank sendiri, mulai dari level Dewan Komisaris, Direksi sampai kelevel Petugas bidang perkreditan dalam berbagai modus operandi. Dalam banyak kasus yang terjadi sering ditemukan kredit fiktif (Rekayasa kredit) yang dilakukan oleh Pengurus bank, sedangkan bentuk kejahatan yang dilakukan oleh petugas kredit lebih dominan salah menganalisa dan menentukan besarnya nominal kredit yang diberikan kepada debitur Modus operandi kejahatan perbankan dibidang kredit semata-mata untuk memperkaya diri, dengan cara rekayasa kredit ( Menggunakan nama debitur palsu ) atau penggelembungan jumlah kredit debitur. Hasil dari penggelembungan tersebut dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup pelaku atau diinvestasikan kembali dalam usaha-usaha tertentu diluar bank, bahkan tidak mustahil terjadi praktek bank dalam bank. JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS VOL 4, No. 4 September 2015
Berkaitan dengan rahasia bank Kejahatan perbankan berkaitan dengan kerahasiaan bank sering terjadi ketika petugas bidang tabungan dan deposito secara tidak sengaja menginformasikan posisi tabungan/simpanan nasabah kepada orang yang tidak berhak, padahal tindakan petugas bank tersebut telah memenuhi unsur melakukan Tindak Pidana berupa membuka rahasia nasabah, sebagaimana diatur dalam UU No. 10 Tahun 1998 Modus operandi kejahatan perbankan yang berkaitan dengan kerahasiaan bank sebagian besar dilakukan karena unsur ketidak sengajaan dari petugas tabungan dan deposito, hal ini disebabkan masih terbatasnya pengetahuan karyawan bank dalam memahami akibat hukum dari penginformasian terhadap data-data nasabah bank, khususnya yang menyangkut tentang simpanan ( Funding ) nasabah di bank.
METODE PENELITIAN Teknik Pengumpulan Data Metode penelitian yang penulis terapkan dalam menyusun penelitian ini menggunakan 2 (dua) metode yaitu: 1. Penelitian kepustakaan (Library Research) Menggunakan buku-buku, jurnal-jurnal untuk memperoleh landasan teoritis yang memadai untuk melakukan pembahasan. 2. Mengakses Web dan situs-situs terkait yang digunakan untuk mencari informasi terkait yang digunakan untuk mencari informasi terkait dengan masalah yang diteliti. KAJIAN PUSTAKA ANTISIPASI HUKUM TERHADAP PELAKU KEJAHATAN BANK 1. Dampak Kejahatan Bank Terhadap Kelangsungan Usaha Bank Pada dasarnya Kejahatan Perbankan tidak dapat ditolerir oleh Pemerintah dan Negara manapun didunia, sebab kejahatan perbankan secara bertahap akan merusak sendi-sendi dasar perekonomian dan moneter Negara yang selama ini telah memberikan andil penting dalam membiayai pembangunan Negara dan Bangsa. Keberadaan Lembaga Perbankan dinilai sangat penting dalam memobilisasi dana-dana masyarakat , lembaga perbankan juga berfungsi sebagai Agen Pembangunan (Agent of Devolepment), Agen Kepercayaan (Agent of Trust ) dan Agen Pelayanan (Agent of Services ) dalam rangka memandirikan bangsa ( Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Totok Budisantoso, hal. 9 ).
Dampak kejahatan bank tidak hanya dirasakan oleh pemilik bank ( Share holder ) semata, namun berimplikasi luas kepada Pemerintah dan Masyarakat (Stake holder) sebagai pengguna jasa utama bank, oleh karenanya setiap bentuk dan jenis kejahatan bank dengan berbagai Modus operandi harus diberantas dan pelakunya dijatuhi hukuman secara maksimal, sehingga keamanan dan kenyamanan Lembaga Perbankan sebagai lembaga penyedia dana (Full Fund) tetap terjaga dengan baik. 2. Ancaman Pidana Terkait Dengan Kejahatan Bank Tindak pidana kejahatan bank termasuk dalam kelompok hukum publik dan penanganannya secara langsung dilakukan oleh Negara, dalam hal ini oleh pihak Kepolisian dan Kejaksaan sebagai Pengacara Negara. Berkenaan dengan ancaman pidana kejahatan perbankan diatur dalam Undang-undang Nomor. 7 Tahun 1992 Jo Undang-undang Nomor. 10 Tahun 1998 tentang perbankan, sementara hukum acaranya tetap mengacu kepada Kitab undang-undang hukum acara pidana ( KUHAP ) sebagai Hukum Subyektif yang berlaku di Indonesia Ancaman pidana kejahatan bank dalam Undangundang Nomor. 7 Tahun 1992 Jo Undangundang Nomor.10 Tahun 1998 terdapat dalam pasal-pasal, antara lain : a. Pasal 40 ayat 1 UU No. 7 Tahun 1992 Jo UU No. 10 Tahun 1998, tentang memberi keterangan mengenai data keuangan nasabah kepada pihak ketiga b. Pasal 40 ayat 2 UU No. 7 Tahun 1992 Jo. UU No. 10 Tahun 1998, tentang pihak-pihak yang terafiliasi dengan bank c. Pasal 47 ayat 2 UU No. 7 Tahun 1992 Jo. UU No. 10 Tahun 1998, tentang larangan pengelola bank dan karyawan memberi keterangan yang wajib dirahasiakan kepada pihak ketiga d. Pasal 48 ayat 1 dan ayat 2 UU No. 7 Tahun 1992 Jo UU No. 10 Tahun 1998, tentang tidak memberikan keterangan yang diminta dalam rangka pengusutan Tindak Pidana yang dilakukan oleh nasabah e. Pasal 49 ayat 1 huruf a, b, c dan ayat 2 huruf a dan b UU No. 7 Tahun 1992 Jo UU No. 10 Tahun 1998 tentang pencatatan palsu yang dibuat oleh pengelola dan pelaku bank f. Pasal 50 UU No. 7 Tahun 1992 Jo. UU No. 10 Tahun 1998 tentang tidak melaksanakan langkah-langkah perbaikan bank. Selanjutnya dalam Pasal 51 ayat 1 UU No. 7 Tahun 1992 Jo. UU No. 10 Tahun 1998 menegaskan bahwa Tindak Pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46, 47, 48 ayat 1, Pasal 49, Pasal 50 dan Pasal 50 A adalah Kejahatan, sedangkan Pasal 51 ayat 2 JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS VOL 4, No. 4 September 2015
menegaskan bahwa Tindak Pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 ayat 2 adalah Pelanggaran. HASIL PEMBAHASAN PENERAPAN SANKSI ADMINISTRATIF DAN SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU KEJAHATAN BANK 1. Motivasi Pelaku Melakukan Kejahatan Bank Dari beberapa kasus Tindak Pidana Kejahatan Bank yang berhasil diungkap oleh aparat penegak hukum, setidaknya terdapat beberapa alasan pelaku (Tersangka) melakukan kejahatan bank, antara lain : a. Perbuatan Iseng ( Coba-coba ) Pada mulanya kejahatan bank dilakukan sebagai perbuatan iseng ( Coba-coba ) namun karena sudah keenakan dan internal control dari atasan kurang berjalan, maka kondisi tersebut dijadikan peluang bagi karyawan yang menangani bidang pendanaan, dalam hal ini petugas tabungan, deposito dan teller untuk menarik simpanan nasabah diluar pengetahuan sipemilik dana dan selanjutnya dimanfaatkan untuk memperkaya diri atau setidak-tidaknya untuk mewujudkan impian yang selama ini belum terpenuhi. Kepercayaan masyarakat (Penabung/Deposan) kepada bank sering disalah gunakan oleh karyawan bank untuk memperkaya diri secara melawan hukum, disinilah dibutuhkan seorang karyawan bank yang memiliki Kejujuran dan Integritas yang tinggi, sebab kejujuran dan integritas senantiasa menjadi penghalang ketika nafsu Amarah dan Lauwamah menyesakkan dada manusia untuk berbuat sesuatu diluar kontrol iman, sehingga akan melakukan perbuatan apa saja yang dikehendaki secara bebas. b. Tuntutan Lingkungan Lingkungan tempat tinggal biasanya mampu membentuk dan mempengaruhi kepribadian seseorang, dari sebelumnya memiliki prilaku baik dapat berubah menjadi jelek begitu pula sebaliknya, demikian juga dalam hal gaya hidup dapat memaksa seseorang untuk mengikuti trend yang sedang berkembang, sementara kalau dilihat dari segi ekonomi masih dibutuhkan waktu yang relatif lama untuk dapat memiliki sesuatu yang diinginkan tersebut, Modus operandi kejahatan bank yang berlatar belakang karyawan bank dari banyak kasus yang terjadi sebagian besar dipicu adanya keinginan untuk memiliki sesuatu jenis barang ( Asset ) secara melawan hukum, hal tersebut dilakukan untuk menunjukkan kepada orang lain bahwa dia mampu memiliki sesuatu barang/benda yang sebagian orang belum tentu mampu memilikinya dalam waktu singkat.
Setiap karyawan bank dituntut mampu mengimplementasikan makna dari QS. Al’Ankabut 29 : 45 yang penggalan artinya “ Sesungguhnya shalat memiliki kekuatan mengubah perilaku manusia dari perbuatan keji dan mungkar “. Apabila iman dan taqwa telah menyatu dalam diri setiap umat Islam, dalam hal ini karyawan bank maka keindahan dunia dalam berbagai bentuk tidak mampu menggoyahkan dan memalingkan hati mereka untuk melakukan tindakan atau perbuatan yang tidak terpuji. c. Kesilafan Kesilafan sering digunakan untuk menjadi alasan pembenar dan alasan pemaaf atas suatu Tindak Pidana yang dilakukan oleh seseorang, seolah-olah sipelaku tidak dapat dijerat oleh sanksi pidana dan bahkan dibebaskan dari jeratan hukum. Dari sisi hukum pembuktian kesalahan sipelaku akan dilihat sejauhmana berimplikasi terhadap Keamanan Negara, apabila dampak negatifnya lebih kecil dari manfaat yang dirasakan masyarakat, maka perbuatan atau tindakan sipelaku dapat dimaafkan, namun apabila sebaliknya akibat dari tindakan atau perbuatan tersebut dapat membahayakan kelangsungan Negara sipelaku dapat dijatuhi hukuman secara maksimal. Tujuan pengenaan sanksi Administrasi dan Pidana kepada pelaku kejahatan bank bukan sekedar membuat sipelaku jera dan tidak mengulangi lagi perbuatan tersebut dimasa-masa mendatang, namun yang lebih penting adalah bagaimana kepercayaan masyarakat sebagai pengguna jasa utama bank dapat terpelihara dengan baik, mengingat salah satu fungsi bank adalah sebagai Agent of Trust yang dibangun dengan susah payah oleh para pengelola bank terdahulu dan agaknya perlu terus dipertahankan dan dikembangkan secara berkesinambungan ( Suistanable ), sehingga bank mampu memainkan perannya sebagai Lembaga Intermediary dengan baik sebagaimana harapan semua pihak. 2. Bentuk-bentuk Sanksi Administratif Yang Dapat Dijatuhkan Kepada Pelaku Kejahatan Bank Dalam praktek perbankan setiap terjadinya Kejahatan bank yang Aktor Intelektualnya dilakukan oleh karyawan bank, maka Direksi sebagai Manajemen bank akan mengambil langkah-langkah, antara lain : a. Kejahatan bank yang masuk dalam ruang lingkup Pasal 48 ayat 2 UU No. 7 Tahun 1992 Jo. UU No. 10 Tahun 1998 ( Pelanggaran ), maka terhadap karyawan bank dimaksud dapat dikenakan hukuman administratif dalam bentuk : b. Memberikan surat peringatan I ( SP I ), disini karyawan masih dapat menjalankan JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS VOL 4, No. 4 September 2015
c.
d.
e.
f.
aktivitasnya seperti biasa, namun setiap tindakan dan perbuatannya mendapat perhatian khusus dari pihak-pihak tertentu yang ditugaskan untuk itu. Memberikan surat peringatan II ( SP II ), disini sipelaku masih diberikan kesempatan untuk memperbaiki diri, sementara aktivitasnya sebagai karyawan bank dibatasi dan hanya melakukan tugas-tugas khusus yang sifatnya membantu bidang lainnya. Memberikan surat peringatan III ( SP III ), disini sipelaku sudah dikenakan Tindakan akhir ( Ended Warning ) dari Manajemen bank, artinya apabila dalam batas waktu tertentu tidak mampu memperbaiki diri, maka terhadap sipelaku dikenakan hukuman badan berupa dirumahkan untuk jangka waktu tertentu Pengenaan hukuman badan ( Skorsing ) selama jangka waktu tertentu, disini sipelaku tidak dapat menjalankan aktivitasnya sebagai karyawan bank, namun kepadanya tetap diberlakukan absensi harian sebagaimana layaknya karyawan aktif, selanjutnya berkenaan dengan gaji dan penghasilan lainnya dikenakan pemotongan sebesar 50 % dari yang diterima setiap bulannya. Hukuman badan berupa skorsing dimaksudkan untuk membuat sipelaku jera dan insaf, sehingga diharapkan tidak akan mengulangi lagi kesalahan yang sama dimasa-masa mendatang. Kejahatan bank yang masuk dalam ruang lingkup Pasal 46, 47, 47 A, 48 ayat 1, Pasal 49, 50 dan Pasal 50 A UU No. 7 Tahun 1992 Jo. UU No. 10 Tahun 1998 ( Kejahatan ) dan atau Tindak Pidana Pencucian Uang ( Money Laundering ) akan diproses sesuai dengan ketentuan Hukum Pidana dengan ancaman hukuman dapat berbentuk, sebagai berikut : g. Hukuman mati h. Hukuman seumur hidup i. Hukuman penjara j. Hukuman denda
3. Dampak Hukum Pengenaan Sanksi Administratif dan Pidana Terhadap Peningkatan Karier Karyawan Eksistensi dan Integritas senantiasa menjadi tolok ukur dalam peningkatan karier karyawan disuatu Lembaga Perbankan, artinya bekerja tanpa didasari dengan sikap kejujuran, loyalitas dan kepatuhan yang tinggi karyawan tidak mungkin dapat dipromosikan dalam suatu jabatan penting, bahkan kemungkinan besar akan diberhentikan dengan hormat atau tidak hormat sebagai karyawan bank, sebab kejujuran, kepatuhan dan loyalitas menjadi harga mati untuk suksesnya seseorang bekerja di bank.
Berkenaan dengan peningkatan karier karyawan yang sebelumnya pernah dikenakan Sanksi Administratif sehubungan dengan pelanggaran yang dilakukan, Manajemen bank akan mempelajari dan mengkaji secara lebih mendalam apakah pelanggaran yang dilakukan oleh karyawan berdampak luas terhadap kelangsungan bank, seperti menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat kepada bank yang ditandai dengan terjadinya penarikan tabungan secara besar-besaran ( Rush ). Sekiranya pelanggaran yang dilakukan tergolong ringan maka karyawan dimaksud kemungkinan besar masih dapat dipromosikan untuk menduduki jabatan tertentu dibank, namun sebaliknya apabila pelanggaran yang dilakukan berdampak luas terhadap kelangsungan bank, maka kecil kemungkinan karyawan dimaksud dipromosikan untuk menduduki jabatan tertentu bahkan tidak mustahil yang bersangkutan dapat diberhentikan dengan tidak hormat sebagai karyawan bank. Selanjutnya sekiranya Kejahatan bank yang dilakukan oleh karyawan tergolong kepada Tindak Pidana sebagaimana maksud dari ketentuan Pasal 46, 47, 47 A, 48 ayat 1, 49, 50 dan Pasal 50 A UU No. 7 Tahun 1992 Jo UU No 10 Tahun 1998, maka kemungkinan besar karyawan dimaksud diberhentikan dengan tidak hormat sebagai karyawan bank dan sekiranya masa kerjanya sudah diatas 15 tahun dapat diusulkan untuk diberikan pensiun dini, namun apabila masa kerjanya dibawah 15 tahun yang bersangkutan hanya mendapatkan hak pesangon.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dihasilkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Pada dasarnya Kejahatan bank dapat terjadi secara internal dan eksternal dilingkungan bank 2. Kejahatan bank yang terjadi secara internal dalam banyak kasus dilakukan oleh karyawan bank sendiri, antara lain yang menangani bidang teller, tabungan dan deposito, akuntansi dan pelaporan bahkan tidak ketinggalan juga dilakukan oleh tenaga marketing 3. Kejahatan bank yang berkaitan dengan bidang perkreditan dapat berbentuk kredit fiktif dan penggelembungan plafond kredit atau praktek bank dalam bank dengan Modus operandi untuk memperkaya diri 4. Kejahatan bank pada mulanya dilakukan karena iseng ( coba-coba ), namun karena tuntutan lingkungan membentuk jiwa sipelaku untuk berani dan mencari
JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS VOL 4, No. 4 September 2015
kesempatan untuk mengambil uang nasabah dalam setiap transaksi keuangan bank 5. Kejahatan bank pada dasarnya terbagi atas 2 bahagian, yaitu yang sebagaimana tergolong dalam Pasal 48 ayat 2 termasuk pelanggaran dan yang sebagaimana tergolong dalam pasal 46, 47, 47 A, 48 ayat 1, pasal 49, 50 dan pasal 50 A UU No. 7 Tahun 1992 Jo. UU No. 10 Tahun 1998 termasuk katagori Kejahatan. 6. Kejahatan bank yang dilakukan oleh karyawan bank sebagaimana termasuk dalam pasal 48 ayat 2 UU No. 7 Tahun 1992 Jo UU No. 10 Tahun 1998, maka sekiranya tidak berimplikasi luas terhadap kelangsungan bank kemungkinan besar karyawan masih dapat dipromosikan untuk menduduki jabatan tertentu dibank. Namun apabila Kejahatan bank termasuk dalam pasal 46, 47, 47 A, 48 ayat 1, pasal 49, 50 dan 50 A UU No. 7 Tahun 1992 Jo. UU No. 10 Tahun 1998 maka karyawan bank dimaksud dapat diberhentikan dengan tidak hormat sebagai karyawan bank dan diproses sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Saran 1. Mengingat fungsi utama bank adalah menghimpun dana dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat, maka dalam rangka memelihara kepercayaan masyarakat setiap bentuk Kejahatan bank, baik yang dilakukan oleh internal maupun eksternal bank agar dihukum secara maksimal 2. Setiap karyawan bank harus memiliki kompetensi dan integritas yang tinggi yang diwujudkan dalam bentuk keloyalan, etos kerja dan sifat kejujuran, karenanya setiap bentuk Kejahatan bank yang dilakukan karyawan bank harus dihukum secara maksimal dan diberhentikan dengan tidak hormat sebagai karyawan bank 3. Sebagai agent of Development maka bisnis usaha bank adalah sebagai mitra Pemerintah dalam membiayai pembangunan Bangsa dan Negara, maka setiap bentuk Kejahatan bank dapat dikatagorikan sebagai Kejahatan terhadap Negara dan pelakunya harus dihukum secara maksimal 4. Untuk menjamin setiap dana masyarakat aman dibank dipandang perlu menetapkan jenis dan bentuk sanksi yang lebih khusus terhadap pelaku Kejahatan bank, sehingga setiap indikasi yang berpotensi akan merugikan kelangsungan bank dapat dikenakan hukuman secara maksimal.
REFERENSI Abdurrahman, Ensiklopedi Ekonomi Keuangan dan Perdagangan, Pradnya Paramitha, Jakarta, 2003 Achmad Ali, Menguak Realitas Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2008 Barda
Nawawi Arief, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Hukum Pidana Dalam Penanggulangan Kejahatan, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2008
Bismar Nasution, Rezim Anti Money Laundering di Indonesia, (Pusat Informasi Hukum Indonesia), Bandung, 2008 Chainur
Arrasyid, Hukum Pidana Perbankan, Sinar Grafika, Jakarta, 2011
Faisal Santiago, Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Dalam Rangka Pembangunan Hukum, Disampaikan Dalam Rangka Ultah Zudan Fakhrullah ke-40, Rajawali Press, Jakarta, 2009. Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Kencana Predana Media Group, Jakarta, 2005 Ilhami,
Sistem Hukum Indonesia (Prinsip-Prinsip dan Implementasi Hukum di Indonesia), Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2010
Irman, TB, Praktek Pencucian Uang Dalam Teori dan Fakta, MQS Publishing & Ayyccs Group, Bandung, 2007 -------------, Pembuktian Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU), MQS Publishing & Ayyccs Group, Bandung, 2008 JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS VOL 4, No. 4 September 2015
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2000 -------------, Manajemen Perbankan, Edisi Revisi, Raja Grafindo Perkasa, Jakarta, 2008 Masyhud Ali, Restrukturisasi Perbankan dan Dunia Usaha, Elex Media Komputindo, Jakarta, 2011 Moelyatno, Bagaimana Mengungkap Kejahatan Perbankan di Indonesia, Gramedia Pustaka , Jakarta, 2006 Muchtar Kusumaatmadja, Fungsi dan Perkembangan Hukum Dalam Pembangunan Nasional, Bina Cipta, Bandung, 1990 Munir
Fuady, Hukum Perbankan Moderen, Edisi kedua, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004
Ninik Suparni, Eksistensi Hukum Dalam Sistem Pidana dan Pemidanaan , Cetakan kedua, Sinar Grafika, Jakarta, 2007 ------------------, Eksistensi Pidana Denda Dalam Sistem Pidana dan Pemidanaan, Sinar Grafika, Jakarta, 2007 Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2001 Romli Atmasasmita, Pengantar Hukum Kejahatan Bank, Edisi kedua, Prenada Media, Jakarta,2003 Salim, Perkembangan Teori Dalam Ilmu Hukum, Rajawali Press, Jakarta, 2004 Satya Arinanta dan Ninuk Triyanti, Memahami Hukum Dari Konstruksi Sampai Implementasi, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2011 Siahaan, N.H.T., Pencucian Uang dan Kejahatan Perbankan, Edisi
Revisi, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 2005 Simanjuntak, B, Pengantar Kriminologi dan Patologi Sosial, Tarsito, Bandung, 1981 Soerjono
Soekanto, Penelitian Ilmu Hukum, Universitas Indonesia, Jakarta, 1981
------------------------, Penegakan Hukum dan Keadilan, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1983 Soerdjono Dirdjosisworo, Ruang Lingkup Kriminologi, Remadja Karya, Bandung, 1984 ---------------------------------, Kejahatan Mafia, Armico, Bandung, 1984 Undang-Undang Dasar Indonesia Tahun 1945
Republik
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998, tentang Perubahan Atas UndangUndang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, (Lembaran Negara Tahun 1998, Nomor 182) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2010, tentang Perubahan Atas UndangUndang Nomor 25 Tahun 2003, tentang Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, (Lembaran Negara Tahun 2010, Nomor 364) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2004, tentang Perubahan Atas UndangUndang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, (Lembaran Negara Tahun 2004, Nomor 7) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007, tentang Perseroan Terbatas, (Lembaran Negara Tahun 2007, Nomor 106) Peraturan Bank Indonesia (PBI), No. 12/20/PBI/2010, Tanggal 1 Desember 2010, tentang Anti Pencucian Uang (APU) dan JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS VOL 4, No. 4 September 2015
Pencegahan Pendanaan Terorisme (PPT), Bagi Bank Perkreditan Rakyat/Bank Pembiayaan Rakyat Syari’ah Peraturan Bank Indonesia (PBI), No. 11/28/PBI/2009, Tanggal 1 Juli 2009, tentang Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme Bagi Bank Umum Konvensional dan Syari’ah Jimly Asshiddiqie, Penegakan Hukum di Indonesia, Http;//Jimly, Multiply. Com/ diakses bulan Februari, 2012
JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS VOL 4, No. 4 September 2015