JURNAL LOGIKA, Vol XVII, No 2, Agustus 2016 www.jurnal.unswagati.ac.id
ISSN: 1978-2560
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TUNTAS (MASTERY LEARNING) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI (Studi Eksperimen kuasi pada Kelas X di SMA Negeri 1Palimanan Kabupaten Cirebon) Hesti Fitri Nurul Senja WF (Universitas Swadaya Gunung Djati) Abstrak Pelajaran ekonomi merupakan salah satu pelajaran yang diajarkan di Sekolah Menengah Atas (SMA). Pelajaran Ekonomi mempunyai peranan besar dalam perkembangan ilmu pengetahuan, sosial, dan teknologi, serta diharapkan dapat memberikan kontribusi yang berarti terutama untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Namun, sebagian siswa menganggap bahwa pelajaran Ekonomi itu membosankan dan sulit dipahami. Sehingga hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi mengalami penurunan. Untuk mengatasi berbagai problematika dalam pelaksanaan pembelajaran tersebut diperlukan adanya model pembelajaran yang dipandang mampu mengatasi kesulitan guru dalam melaksanakan tugas mengajar dan juga kesulitan belajar peserta didik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh model pembelajaran tuntas (mastery learning) terhadap hasil belajar siswa. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas X IIS 1 dan X IIS 2 di SMA Negeri 1 Palimanan Tahun Pelajaran 2014/2015 sebanyak 70 siswa. Penelitian yang dilaksanakan ini menggunakan metode penelitian eksperimen kuasi. Cara pengambilan data dalam penelitian ini adalah dengan mengumpulkan data hasil angket, hasil pretes dan postest. Data penelitian yang di dapat kemudian dianalisis dengan menggunakan program komputer SPSS Versi 21.0.Berdasarkan rumusan masalah yaitu “Bagaimana pengaruh penerapan model pembelajaran tuntas (mastery learning) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi?”.Koefisien regresi X nilai thitung sebesar 5,679 dengan tingkat signifikansi α = 0,05 dan dk (n-2) = 34 – 2 = 32 dilakukan uji satu pihak, sehingga diperoleh nilai ttabel adalah 2,037. Karena nilai thitung ≥ ttabel atau 5,679 ≥ 2,037 maka Ha diterima, artinya koefisien regresi signifikan atau dengan kata lain penggunaan model pembelajaran tuntas (mastery learning) berpengaruh signifikan terhadap peningkatan hasil belajar. Melalui pengujian hipotesis yang telah dilakukan, maka hipotesis yang diajukan yaitu “Terdapat pengaruh yang signifikan penerapan model pembelajaran tuntas (mastery learning) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi di SMA Negeri 1 Kabupaten Cirebon”.
Kata Kunci : Model Pembelajaran Tuntas (Mastery Learning), Kesulitan Belajar, Hasil Belajar
67
JURNAL LOGIKA, Vol XVII, No 2, Agustus 2016 www.jurnal.unswagati.ac.id
ISSN: 1978-2560
EFFECTS OF MASTERY LEARNING MODEL TO STUDENT LEARNING OUTCOMES ON ECONOMIC SUBJECTS (Quasi Experimental Study on Class X in SMA Negeri 1 Palimanan Cirebon) Abstract Economic subjects is one of the subjects taught in high school (SMA). Economic lessons have a major role in the development of science, social, and technology, and is expected to make a significant contribution, especially to the intellectual life of the nation. However, some students assume that the Economic lessons boring and difficult to understand. So that student learning outcomes on economic subjects decreased. To overcome the various problems in the implementation of the learning necessary for learning model that is deemed capable of overcoming the difficulties in implementing the tasks of teachers teaching and students learning difficulties as well. The purpose of this study was to determine how the influence of the mastery learningmodel to student learning outcomes. The sample in this research is class X X IIS IIS 1 and 2 in SMA Negeri 1 Palimanan lesson year 2014/2015 as many as 70 students. This research was conducted using a quasi-experimental research methods. How to capture the data in this study is to collect data from the questionnaire, the results of the pretest and posttest. The research data can then be analyzed using SPSS version 21.0.Based on formulation of the problem, namely "How to effect of mastery learning model to student learning outcomes on economic subjects?". The regression coefficient of 5.679 X thitunglevel significance of α = 0.05 and dk (n-2) = 34-2 = 32 to test the one hand, in order to obtain the value ttabel is 2.037. Because thitung≥ttabelor 5.679 ≥ 2.037 then Ha accepted, meaning that a significant regression coefficient or otherwise use mastery learning models significantly affects the improvement of learning outcomes. Through hypothesis testing that has been done, then the hypothesis is "There is a significant effect of mastery learningmodel to student learning outcomes on economic subjects in SMA Negeri 1 Cirebon”. Keywords : Completed Learning Model (Mastery Learning), Learning Difficulty, Learning Outcomes
68
JURNAL LOGIKA, Vol XVII, No 2, Agustus 2016 www.jurnal.unswagati.ac.id
dirinya, negara.
PENDAHULUAN Latar Belakang
ISSN: 1978-2560
masyarakat,
bangsa,
dan
Pendidikan merupakan hal yang
Banyak kendala yang dihadapi
sangat penting dalam suatu negara.
dalam sistem persekolah kita, salah satu
Pendidikan
membuat
diantara masalah besar dalam bidang
manusia menjadi berpengetahuan saja
pendidikan di Indonesia yang banyak
tetapi
diperbincangkan adalah rendahnya mutu
bukan
hanya
membentuk
berbudaya,
yang
perkembangan
manusia
yang
diarahkan
kepada
kepribadian
yang
pendidikan
yang
khususnya
peserta
yang demokratis. Proses pendidikan
Menengah
Atas
merupakan
penyimpangan
yang
kompleks
dari
rendahnya rata-rata prestasi belajar,
mandiri sebagai anggota masyarakat
proses
tercermin
didik
Sekolah
(SMA)
perilaku
dan
(akhlak).
karena terdiri dari beberapa tujuan,
Masalah lain dalam bidang pendidikan
metode belajar, model belajar, hingga
di
evaluasi.
diperbincangkan
Artinya pendidikan memiliki tujuan
pendekatan dalam pembelajaran masih
yang harus dicapai melalui tahapan-
terlalu didominasi peran guru (teacher
tahapan yang dilalui dalam bentuk
centered), walau sudah sering kali
metode belajar dan evaluasi.
dilatih, guru lebih banyak menempatkan
Menurut
Indonesia
yang
juga
adalah
banyak bahwa
Undang-Undang
siswa sebagai objek dan bukan sebagai
tentang
Sistem
subjek didik. Pendidikan kita kurang
Pendidikan Nasional No. 20 Tahun
memberikan kesempatan kepada siswa
2003 pasal 1 (Undang-undang R.I
dalam berbagai matapelajaran, untuk
Nomor
mengembangkan kemampuan berfikir
Republik
Indonesia
20
Tahun
2003,
2003:6),
menyatakan bahwa:
holistik (menyeluruh), kreatif, objektif,
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri untuk memiliki kebutuhan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dan
logis
serta
dalam
proses
pembelajaran kurang memperhatikan ketuntasan belajar secara individual. Proses pendidikan dalam sistem persekolahan kita
umumnya
belum
menerapkan pembelajaran sampai anak
69
JURNAL LOGIKA, Vol XVII, No 2, Agustus 2016 www.jurnal.unswagati.ac.id
ISSN: 1978-2560
menguasai pembelajaran secara tuntas.
belajar
Akibatnya, tidak heran bila banyak
penting, sebab menyangkut masa depan
siswa yang kurang menguasai materi
peserta didik, terutama mereka yang
pembelajaran
mengalami
meskipun
sudah
merupakan
masalah
kesulitan
yang
belajar.
dinyatakan tamat dari sekolah. Tidak
Pendekatan pembelajaran tuntas adalah
heran pula jika mutu pendidikan secara
salah satu usaha dalam pendiidkan yang
nasional
rendah.
bertujuan untuk memotivasi peserta
Berdasarkan hal tersebut, maka perlu
didik mencapai penguasaan (mastery
dipertimbangkan
level) terhadap kompetensi tertentu.
masih
dianggap
iklim
belajar
dan
mengajar yang dapat menumbuhkan
Dengan
rasa percaya pada diri sendiri serta sikap
tuntas (mastery learning) sebagai salah
dan
satu prinsip utama dalam mendukung
perilaku
inovatif
dan
kreatif.
menempatkan
pembelajaran
Dengan demikian pendidikan nasional
pelaksanaan
akan
mewujudkan
kompetensi, berarti pembelajaran tuntas
yang
dapat
merupakan sesuatu yang harus dipahami
sendiri
serta
dan
mampu
pembangunan membangun
manusia dirinya
kurikulum
dilaksanakan
berbasis
dengan
sebaik-
bersama-sama bertanggungjawab atas
baiknya oleh seluruh warga sekolah.
pembangunan bangsa.
Untuk itu perlu adanya panduan yang memberikan arah serta petunjuk bagi
Keberhasilan suatu pembelajaran dapat
dipengaruhi
pembelajaran
oleh
yang
guru
pendekatan
digunakan
dan
bagaimana
oleh
warga
sekolah
tentang
pembelajaran
tuntas
seharusnya dilaksanakan.
guru. Berbicara tentang rendahnya daya
Pengertian hasil belajar ekonomi
serap dan prestasi belajar, atau belum terwujudnya keterampilan proses dan
menurut
pembelajaran yang menekankan pada
belajar
peran
peserta didik akibat belajar. Perubahan
aktif
persoalannya
peserta adalah
didik, pada
inti
perilaku
masalah
Purwanto adalah
(2011:46)
perubahan
disebabkan
hasil
perilaku
karena
dia
“ketuntasan belajar” yakni pencapaian
mencapai penguasaan atas sejumlah
taraf
yang
bahan yang diberikan dalam proses
kompetensi
belajar mengajar. Lebih lanjut lagi ia
secara perorangan. Masalah ketuntasan
mengatakan bahwa hasil belajar dapat
penguasaan
ditetapkan
bagi
minimal setiap
70
JURNAL LOGIKA, Vol XVII, No 2, Agustus 2016 www.jurnal.unswagati.ac.id
ISSN: 1978-2560
berupa perubahan dalam aspek kognitif,
diharapkan
afektif dan psikomotorik. Sedangkan
kontribusi yang berarti terutama untuk
menurut
mencerdaskan
Suryabrata
mengartikan
hasil
(2002:297)
belajar
dapat
memberikan
kehidupan
bangsa.
Namun, sebagian siswa menganggap
ekonomi
sebagai nilai yang merupakan bentuk
bahwa
perumusan akhir yang diberikan oleh
membosankan
guru terkait dengan kemajuan atau hasil
Sehingga hasil belajar siswa pada mata
belajar ekonomi siswa selama waktu
pelajaran
tertentu. Dari konsep tersebut, kiranya
penurunan.
dengan
Ekonomi
dan
sulit
Ekonomi
itu
dipahami.
mengalami
Strategi dan model pembelajaran
cukup jelas bahwa harapan dari proses pembelajaran
pelajaran
yang cocok untuk diimplementasikan
pendekatan untuk
dalam menyelesaikan masalah di atas
mempertinggi rata-rata prestasi siswa
adalah jika dalam proses pembelajaran
dalam
memberikan
guru menggunakan teknik pendekatan
kualitas pembelajaran yang lebih sesuai
sistem belajar mengajar yang tepat,
dengan
maka secara teoritis tingkat penguasaan
belajar
tuntas
belajar
adalah
dengan
memberikan
bantuan
dan
perhatian khusus bagi siswa-siswi yang
terhadap
lambat,
diberikan akan lebih baik daripada tidak
agar
menguasai
standar
ekonomi
pelajaran
yang
menggunakan teknik pendekatan sistem
kompetensi dan kompetensi dasar. Pelajaran
materi
belajar
merupakan
mengajar
atau
masih
salah satu pelajaran yang diajarkan di
menggunakan metode ceramah biasa
Sekolah
yang masih mengutamakan verbalisme.
Menengah
Atas
(SMA).
Pendekatan yang dimaksud dalam
Ekonomi merupakan salah satu bagian yang penting dalam ilmu pengetahuan,
proses
hal
menyertakan
ini
dimaksudkan
agar
siswa
belajar-mengajar
adalah
siswa
dalam
memahami materi pelajaran ekonomi
menyelesaikan
dan mampu merealisasikannya dalam
diberikan
kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu,
memahami,
pelajaran Ekonomi mempunyai peranan
menyimpulkan
besar
diberikan guru sehingga siswa merasa
dalam
perkembangan
ilmu
terbimbing,
pengetahuan, sosial, dan teknologi, serta
71
tugas-tugas
guru
untuk
membantu
melaksanakan dari
terarah
yang
materi
sesuai
dan yang
tujuan
JURNAL LOGIKA, Vol XVII, No 2, Agustus 2016 www.jurnal.unswagati.ac.id
ISSN: 1978-2560
pembelajaran yang dikehendaki dalam
siswa-siswi
suasana yang bebas dari ketertekanan
bakatnya tersebar secara normal, dan
dan menyenangkan. Peran guru disini
kepada
adalah sebagai motivator, artinya guru
belajar yang sama untuk setiap siswa,
sebagai pemandu agar siswa belajar
tetapi diberikan perlakuan yang berbeda
secara aktif dan kreatif.
dalam kualitas pembelajarannya, besar
Carrol
dalam
Abdul
sehubungan
mereka
kemungkinan
Majid
diberi
siswa
dengan
kesempatan
yang
dapat
(2014:153) mengemukakan bahwa jika
mencapai penguasaan akan bertambah
setiap siswa diberikan waktu sesuai
banyak. Sedangkan Berdasarkan uraian
dengan yang diperlukan untuk mencapai
di atas, maka penulis menganggap perlu
suatu
dan
adanya penelitian mengenai ”Pengaruh
tingkat
penguasaan
menghabiskan
waktu
yang
Model Pembelajaran Tuntas (Mastery
diperlukannya,
maka
besar
Learning) Terhadap Hasil Belajar Siswa
kemungkinan siswa akan mencapai
pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X
tingkat penguasaan kompetensi. Tetapi
di SMA Negeri 1 Palimanan Kabupaten
jika siswa tidak diberi cukup waktu atau
Cirebon”.
tidak dapat menggunakan waktu yang diperlukannya
secara
penuh,
Identifikasi Masalah
maka
Berdasarkan
tingkat penguasaan kompetensi siswa tersebut
akan
berkurang.
masalah yang berkaitan dengan masalah pembelajaran.
Abdul Majid (2014:153) sebagai model of
learning”,
menggambarkan
model
bahwa
learning) banyak
ditentukan waktu
yang
1. Respon siswa melalui penerapan model pembelajaran tuntas (mastery learning)
seberapa
terhadap materi pelajaran ekonomi
benar-benar
digunakan (time actually spent) untuk
2. Rendahnya
(time
needed)
mutu
pendidikan
yang
tercermin dari rendahnya rata-rata hasil
belajar, dibagi dengan waktu yang diperlukan
yang
diidentifikasi sebagai berikut:
tingkat
oleh
Permasalahan
berkaitan dengan masalah tersebut dapat
ini
penguasaan kompetensi (Degree of
belakang
masalah di atas, terdapat beberapa
Kondisi
demikian dinyatakan oleh Block dalam
“Degree
latar
belajar siswa.
untuk
menguasai kompetensi tertentu.Apabila
72
JURNAL LOGIKA, Vol XVII, No 2, Agustus 2016 www.jurnal.unswagati.ac.id 3. Pengaruh ketuntasan belajar terhadap
ISSN: 1978-2560
terhadap hasil belajar siswa pada mata
hasil belajar siswa secara individual.
pelajaran ekonomi?
Pembatasan Masalah
Tujuan Penelitian
Mengingat begitu banyak dan
Berdasarkan
penjabaran
dari
kompleksnya permasalahan yang harus
rumusan masalah di atas, maka tujuan
dipecahkan. Dengan demikian peneliti
dari penelitian ini adalah:
membatasi masalahnya sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui respon siswa setelah
1. Subjek penelitian yaitu siswa kelas X
penerapan pembelajaran tuntas (mastery
IIS 1 dan X IIS 2 di SMA Negeri 1 Palimanan Kabupaten Cirebon.
learning). 2. Untuk
2. Hasil belajar siswa dalam ranah konsep
mengetahui
belajar
siswa
perbedaan
setelah
hasil
penerapan
pemahaman siswa mengenai materi
pembelajaran
tuntasdengan
pelajaran ekonomi.
pembelajaran konvensional pada mata pelajaran ekonomi.
Rumusan Masalah
3. Untuk mengetahui pengaruh penerapan
Berdasarkan data dan uraian dari
pembelajaran tuntas (mastery learning)
latar belakang, identifikasi masalah, dan
terhadap hasil belajar siswa pada mata
batasan masalah di atas, maka rumusan
pelajaran ekonomi.
masalahnya sebagai berikut: 1. Bagaimana penerapan
respon
siswa
model
setelah
pembelajaran
Manfaat Penelitian 1. Teoritis
tuntas(Mastery Learning)? 2. Bagaimana
belajar
dijadikan bahan referensi dan acuan
model
bagi penelitian-penelitian selanjutnya
pembelajaran tuntas (Mastery learning)
dan bermanfaat untuk memperkaya
dengan pembelajaran konvensional pada
wawasan
mata pelajaran ekonomi?
penerapan model pembelajaran tuntas
siswa
perbedaan
setelah
hasil
Diharapkan hasil penelitian ini dapat
penerapan
pengetahuan
tentang
3. Bagaimanapengaruh penerapan model
(mastery learning)pada mata pelajaran
pembelajaran tuntas (Mastery learning)
ekonomi di tataran Sekolah Menengah Atas (SMA).
73
JURNAL LOGIKA, Vol XVII, No 2, Agustus 2016 www.jurnal.unswagati.ac.id
Sistem belajar tuntas adalah suatu pola pengajaran terstruktur yang bertujuan untuk mengadaptasikan pengajaran kepada kelompok siswa yang besar (pengajaran klasikal) sedemikian rupa, sehingga diberikan perhatian secukupnya pada perbedaan-perbedaan yang terdapat di antara siswa, khususnya yang menyangkut laju kemajuan atau kecepatan dalam belajar (rate of progress).
2. Praktis a. Bagi guru bidang studi Memberikan masukan kepada setiap guru untuk membuat variasi dalam mengajar mata pelajaran ekonomi, salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran
tuntas
ISSN: 1978-2560
untuk
meningkatkan hasil belajar siswa. b. Bagi sekolah
Satu hal yang perlu dilakukan
Penelitian
ini
diharapkan
masukan
untuk
sekolah
dalam penggunaan pembelajaran tuntas
menjadi
adalah
dalam
guru
harus
lebih
sering
meningkatkan hasil belajar siswa agar
memberikan umpan balik (feed back)
menghasilkan siswa yang berkualitas
terhadap seluruh siswa dengan tujuan
dan handal.
memberikan informasi kepada siswa
c. Bagi siswa
tentang kemajuan dalam penguasaan dapat
materi yang dipelajari. Tolak ukur yang
meningkatkan hasil belajar siswa dalam
digunakan pada pencapaian hasil belajar
ranah pemahaman sehingga siswa aktif
dengan
dalam setiap kegiatan belajar mengajar
adalah tingkat kemampuan siswa per
yang diikutinya.
orang
Penelitian
ini
diharapkan
model
bukan
pembelajaran
per
kelas.
tuntas
Dengan
demikian, siswa yang memiliki tingkat kecerdasan
Definisi Operasional Variabel
atau
penguasaan
Sebagai upaya untuk memperjelas
pengetahuan dan keterampilan di atas
maksud dan tujuan dalam penyusunan
rata-rata kelas dapat melanjutkan ke unit
instrumen, maka diperlukan definisi
kompetensi
operasional dalam setiap variabel yang
apabila siswa tersebut belum mampu
akan diteliti. Definisi operasionalnya
mencapai standar kompetensi yang
adalah sebagai berikut:
diharapkan maka siswa tersebut harus mengikuti
1. Belajar tuntas (mastery learning) Abdul
Majid
menyatakan bahwa:
(2014:154)
selanjutnya,
program
(remedial) materi. 2. Hasil Belajar
74
sebaliknya
perbaikan
JURNAL LOGIKA, Vol XVII, No 2, Agustus 2016 www.jurnal.unswagati.ac.id
ISSN: 1978-2560
penulis meneliti mengenai pengaruh
Belajar merupakan suatu kegiatan dari
model pembelajaran tuntas (mastery
kehidupan manusia. Kegiatan belajar
learning) terhadap hasil belajar siswa
dapat
pada mata pelajaran ekonomi.
yang
tidak
dapat
dipisahkan
berlangsung
misalnya
di
dimana
lingkungan
saja,
Alat
keluarga,
yang
sekolah, dan di masyarakat. Belajar
mengumpulkan
merupakan
penelitian
hal
yang
kompleks.
digunakan data
primer
ini adalah atau
untuk dalam
menggunakan
Kompleksitas belajar tersebut dapat
angket
dipandang dari dua subjek, yaitu dari
pengukuran variabel sebagai berikut: Data
siswa dan dari guru. Menurut Hamalik
questionnairedengan
tentang
respon
siswa
(2001:27)
terhadap pengaruh model pembelajaran
“Belajar adalah suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat akan tetapi lebih luas dari itu yaitu mengalami”.
tuntas terhadap hasil belajar tersebut
Seorang
psikolog
dianalisis menggunakan skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok.
bidang
pendidikan, Benjamin S. Bloom dkk. Membagi hasil belajar dalam tiga ranah
TINJAUAN PUSTAKA
(domain), yaitu kognitif, afektif, dan
Model Pembelajaran Tuntas(Mastery
psikomotorik. Ranah kognitif berisikan
Learning)
enam kategori pokok dengan jenjang yang
paling
tinggi,
yakni:
1.
Pengertian Pembelajaran
(1)
Pembelajaran berupaya mengubah
pengetahuan
(knowledge),
(2)
masukan berupa siswa yang belum
pemahaman
(comprehension),
(3)
terdidik, menjadi siswa yang terdidik,
penerapan (application), (4) analisis
siswa
yang
(analysis), (5) evaluasi (evaluation), dan
pengetahuan tentang sesuatu, menjadi
(6) menghasilkan (create).
siswa
yang
Pembelajaran
3. Pengukuran Variabel
belum
memiliki yang
memiliki
pengetahuan.
efektif
ditandai
Pengukuran variabel merupakan
dengan terjadinya proses belajar dalam
tahap awal dari kegiatan pengukuran
diri siswa. Sesorang dikatakan telah
dalam penelitian. Dalam penelitian ini
mengalami proses belajar apabila di
75
JURNAL LOGIKA, Vol XVII, No 2, Agustus 2016 www.jurnal.unswagati.ac.id
2.
dalam
KTSP
adalah
pembelajaran
yang
dalam dirinya telah terjadi perubahan,
learning)
dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak
pendekatan
mengerti
mempersyaratkan
siswa
sebagainya.
secara
seluruh
Model Pembelajaran
kompetensi maupun kompetensi dasar
menjadi
mengerti
dan
tuntas
menguasai standar
Model pembelajaran ialah pola
mata pelajaran tertentu. Sedangkan
yang digunakan sebagai pedoman dalam
pembelajaran tuntas yang dimaksudkan
merencanakan
dalam pelaksanaan kurikulum 2013
pembelajaran
dikelas
maupun tutorial. Model pembelajaran
adalah
mengacu pada pendekatan yang akan
menggunakan prinsip ketuntasan secara
digunakan,
dalamnya
individual. Tolak ukur yang digunakan
tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap
pada pencapaian hasil belajar dengan
kegiatan
pendekatan
termasuk
di
lingkungan
3.
ISSN: 1978-2560
dalam
di
pembelajaran,
pembelajaran
pola
pembelajaran
tersebut
adalah
yang
tingkat
kemampuan siswa per orang, bukan per
dan
pengelolaan kelas.
kelas. Dengan demikian, siswa yang
Model Pembelajaran Tuntas (Mastery
memiliki
Learning)
penguasaan
Kunandar
tingkat
keterampilan
(2007:305)
pengetahuan diatas
dan
rata-rata
kelas,
siswa
Belajar tuntas adalah suatu sistem belajar yang menginginkan sebagian besar peserta didik dapat menguasai tujuan pembelajaran secara tuntas.
memperoleh pengayaan materi atau
belajar
melanjutkan
ke
unit
berhak
kompetensi
selanjutnya, sebaliknya apabila siswa tersebut
tuntas
belum
mampu
mencapai
standar kompetensi yang diharapkan
diharapkan dapat mempertinggi nilai
maka siswa tersebut harus mengikuti
rata-rata siswa dengan memberikan
program perbaikan (remedial) materi.
kualitas pembelajaran yang lebih sesuai
Joice dan Weil dalam Made Wena
dan memberikan perhatian khusus bagi
(2009:192). Model pembelajaran tuntas
siswa yang lambat agar menguasai
terdiri atas lima tahap, yaitu:
standar kompetensi dan kompetensi dasar. Pembelajaran tuntas (Mastery
bersangkutan
atau
mengemukakan bahwa :
Pendekatan
yang
kecerdasan
1) Orientasi (orientation) 2) Penyajian (presentation)
76
JURNAL LOGIKA, Vol XVII, No 2, Agustus 2016 www.jurnal.unswagati.ac.id 3) Latihan terstruktur (structured practice) 4) Latihan terbimbing (guided practice) 5) Latihan mandiri (independent practice)
ISSN: 1978-2560
kesempatan waktu yang dibutuhkannya untuk belajar dan ia menggunakannya dengan sebaik-baiknya, maka ia akan
Pokok pikiran yang membedakan
mencapai tingkat hasil belajar yang
strategi ini dari model-model yang
diharapkan. Selanjutnya Abu Ahmadi
tergolong tradisional adalah model ini tidak
menerima
perbedaan
dan Joko Tri (2005:158) mengatakan
prestasi
ada beberapa ciri belajar tuntas (mastery
belajar dikalangan para siswa sebagai konsekuensi adanya perbedaan bakat. Carrol dalam Ahmadi dan Joko Tri (2005:156) menyatakan bahwa: “Sesungguhnya bakat merupakan ukuran waktu yang diperlukan untuk mempelajari suatu tugas pada jenjang tertentu pada kondisi pengajaran yang diharapkan (ideal)”. Setiap guru hendaknya menyadari bahwa bakat setiap individu (siswa) berbeda satu dengan yang lainnya. Demikian
pula
dalam
kemampuan
untuk menangkap pelajaran dan tingkat usahanya bervariasi, maka faktor waktu yang dibutuhkan oleh individu siswa yang berbeda juga akan berbeda untuk
learning), yaitu : 1) Siswa dapat belajar dengan baik dalam kondisi pengajaran yang tepat sesuai dengan harapan pengajar. 2) Bakat seorang siswa dalam bidang pengajaran dapat diramalkan, baik tingkatannya maupun waktu yang dibutuhkan untuk mempelajari bahan tersebut. Bakat berfungsi sebagai indeks tingkatan belajar siswa dan sebagai suatu ukuran satuan waktu. 3) Tingkat hasil belajar bergantung pada waktu yang digunakan secara nyata oleh siswa untuk mempelajari sesuatu dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan untuk mempelajarinya 4) Tingkat belajar sama dengan ketentuan, kesempatan belajar bakat, kualitas pengajaran, dan kemampuan memahami pelajaran. 5) Setiap siswa memperoleh kesempatan belajar yang berdiferensiasi dan kualitas pengajaran yang berdiferensiasi pula.
menguasai bahan yang sama. Siswa Kelas
yang bakat dan kemampuannya baik
pembelajaran
membutuhkan waktu yang lebih sedikit
yang
menerapkan
tuntas
memungkinkan
adanya siswa yang luar biasa, cerdas
dibandingkan siswa yang bakat dan
dan mampu menyelesaikan KD-KD
kemampuannya sedang atau bahkan
jauh lebih cepat dengan nilai yang amat
kurang.
baik pula (>85). Siswa yang mengalami
Secara sederhana konsep belajar
kesulitan
tuntas adalah bilamana siswa diberikan
77
dalam
mencapai
tujuan
JURNAL LOGIKA, Vol XVII, No 2, Agustus 2016 www.jurnal.unswagati.ac.id
ISSN: 1978-2560
pembelajaran yang telah ditetapkan
adalah
akan mendapatkan pelajaran tambahan
(akselerasi) secara alami, bukan dalam
(remedial). Bagi siswa yang berhasil
bentuk kelas akselerasi.
tuntas menguasai kajian tersebut dapat diberikan
program
4.
pengayaan
diingat
pendekatan
dalam
belajar
Perbedaan Tuntas
(enrichment). Satu hal penting yang harus
program
Antara
percepatan
Pembelajaran
dengan
Pembelajaran
Konvensional Pembelajaran
penerapan ini
berupa
dimaksudkan
adalah
tuntas
dalam
yang
pelaksanaan
penggunaan komunikasi yang tepat
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
memegang peranan sangat penting. Ini
adalah
berkaitan dengan upaya agar siswa yang
menggunakan
lamban tidak merasa rendah diri, dan
secara
siswa yang cepat menguasai suatu
pemberian kebebasan belajar dan untuk
kajian tidak menjadi tinggi hati.
mengurangi kegagalan siswa dalam
pola
pembelajaran prinsip
yang
“ketuntasan
individual”.
Dalam
hal
belajar, strategi belajar tuntas menganut
Hal lain yang harus diingat, dalam penggunaan pendekatan belajar
pendekatan
tuntas (mastery learning) guru harus
meskipun kegiatan belajar ditujukan
lebih sering memberikan umpan balik
kepada sekelompok siswa (kelas), akan
(feed back) kepada seluruh anggota
tetapi
kelas. Ini akan memberikan informasi
perbedaan-perbedaan perorangan siswa,
kepada
sehingga
dengan
pembelajaran
tuntas
siswa
penguasaan
tentang
mereka
kemajuan
terhadap
suatu
individual,
mengakui
dalam
dan
arti
melayani
penerapan memungkinkan
kajian yang sedang dipelajari, juga titik-
berkembangnya potensi masing-masing
titik kelemahan mereka yang masih
siswa secara optimal. Dasar pemikiran
harus diperbaiki. Kejelasan informasi
belajar
sedang berada di titik mana kemampuan
individual
siswa dibanding penguasaan materi ajar
terhadap perbedaan individual masing-
yang harus dituntaskan oleh siswa akan
masing siswa.
tuntas ialah
efektif dan efisien. Bentuk layanan
tuntas
terbaik
konvensional
seharusnya
pendekatan
adanya
pengakuan
Perbedaan antara pembelajaran
membantu siswa belajar dengan lebih
yang
dengan
diberikan
78
dengan
pembelajaran adalah
bahwa
JURNAL LOGIKA, Vol XVII, No 2, Agustus 2016 www.jurnal.unswagati.ac.id
Hasil belajar merupakan bagian
pembelajaran tuntas dilakukan melaui azas-azas
ketuntasan
secara
individual,
pembelajaran umumnya
siswa
terpenting dalam pembelajaran. Hasil
sedangkan
belajar adalah perubahan yang terjadi
belajar
pada
pada diri individu yang belajar. Bukan
memperhatikan
saja perubahan mengenai pengetahuan,
konvensional kurang
ketuntasan
ISSN: 1978-2560
belajar,
tetapi
khususnya
juga
kemampuan
untuk
membentuk kecakapan dalam bersikap.
ketuntasan belajar secara individual.
Hasil belajar merupakan hasil yang Hasil Belajar
dicapai
Pengertian Belajar
proses
evaluasi tertentu. Hal ini sama seperti
tingkah laku (behavioral change) pada
yang dikatakan Hamalik (2003:155)
diri individu yang belajar. Perubahan terjadi
setelah
yang di ukur dengan menggunakan alat
aktivitas yang mengharapkan perubahan
laku
siswa
pembelajaran dalam waktu tertentu
Hakikat belajar adalah suatu
tingkah
oleh
karena
bahwa hasil belajar adalah sebagai
usaha
terjadinya perubahan tingkah laku pada
individu yang bersangkutan. Slameto
diri seseorang yang dapat diamati dan di
(2003:5) berpendapat bahwa:
ukur bentuk pengetahuan, sikap, dan
Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Berdasarkan prinsipnya, belajar
keterampilannya. Selanjutnya menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:3) bahwa : “Hasil belajar merupakan tingkat penguasaan yang dicapai oleh peserta didik dalam mengikuti program belajar mengajar, sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan”.
adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara
Berdasarkan
siswa dengan sumber-sumber belajar,
pendapat di atas
dapat dikemukakan bahwa hasil belajar
baik sumber yang di desain maupun
seseorang
yang dimanfaatkan. Proses belajar tidak
sesuai
dengan
tingkat
keberhasilan sesuatu dalam mempelajari
terjadi hanya karena adanya interaksi
materi pelajaran yang dinyatakan dalam
antara siswa dengan guru.
bentuk nilai atau raport setiap bidang
1. Pengertian Hasil Belajar
studi setelah mengalami proses belajar mengajar.
79
Tinggi
rendahnya
hasil
JURNAL LOGIKA, Vol XVII, No 2, Agustus 2016 www.jurnal.unswagati.ac.id
kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpreatif.
belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Nana
Sudjana
ISSN: 1978-2560
Taksonomi
(2011:39)
mengemukakan dua faktor yang dapat
mengklasifikasikan
mempengaruhi
yang
hasil
belajar
yang
telah
Bloom Ranah
Kognitif
direvisi Anderson
dicapai siswa yaitu faktor dari dalam
Krathwohl
diri siswa (faktor intern) dan faktor
mengingat
yang datang dari luar diri siswa (faktor
memahami/mengerti
(understand),
ekstern).
menerapkan
menganalisis
Tujuan
pembelajaran
(2001:66-68)
dan yaitu:
(remember),
(apply),
(analyze), mengevaluasi (evaluate), dan
dapat
menciptakan (create).
dirumuskan pada tiga tingkatan, yaitu
Pemahaman atau dapat dijuga
tujuan umum pendidikan, taksonomi, dan tujuan yang operasional. Bloom,
disebut
dkk dalam (Nana Sudjana, 2014:22),
merupakan kegiatan mental intelektual
membagi hasil belajar dalam tiga ranah
yang mengorganisasikan materi yang
atau
pada
telah diketahui. Temuan-temuan yang
tingkatan ke dua yang selanjutnya
didapat dari mengetahui seperti definisi,
disebut Taksonomi, yaitu:
informasi,
domain,
yang
terletak
1. Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. 2. Ranah afektif, berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan (receiving/attending), jawaban (responding), penilaian (valuing), organisasi (organization), dan internalisasi. 3. Ranah psikomotor, berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam ranah aspek psikomotor, yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketetapan, gerakan keterampilan
dengan
istilah
peristiwa,
fakta
mengerti
disusun
kembali dalam struktur kognitif yang ada.
Temuan-temuan
diakomodasikan
dan
ini kemudian
berasimilasi dengan struktur kognitif yang ada, sehingga membentuk struktur kognitif
baru.
Tingkatan
dalam
pemahaman ini meliputi:Translasi,yaitu mengubah
simbol
tertentu
menjadi
simbol lain tanpa perubahan makna. Interpretasi, yaitu menjelaskan makna yang terdapat dalam simbol, baik dalam bentuk simbol verbal maupun non verbal.
80
Ekstrapolasi,
yaitu
melihat
JURNAL LOGIKA, Vol XVII, No 2, Agustus 2016 www.jurnal.unswagati.ac.id
ISSN: 1978-2560
kecenderungan, arah atau kelanjutan
optimal, di antaranya adalah dengan
dari suatu temuan.
penerapan
Hasil belajar dapat dikatakan
strategi
dan
model
pembelajaran. Setiap guru harus mampu
tuntas apabila telah memenuhi kriteria
memilih
ketuntasan minimum yang ditetapkan
pembelajaran yang dianggap cocok
oleh
mata
dengan kondisi di lapangan. Oleh sebab
sering
itu, pembelajaran dapat tercapai dengan
dipergunakan dalam arti yang sangat
baik apabila seorang guru mampu
luas yakni bermacam-macam aturan
memilih
yang telah dicapai oleh murid, misalnya
pembelajaran yang tepat, sesuai dengan
ulangan harian, tugas-tugas pekerjaan
situasi kondisi dan karakteristik siswa.
rumah, tes lisan yang dilakukan selama
Dalam hal ini guru harus memahami
pelajaran berlangsung, tes ujian akhir
benar adanya perbedaan kemampuan
sekolah dan sebagainya.
siswa atau kecepatan daya tangkap
masing-masing
pelajaran.
Hasil
guru belajar
strategi
strategi
dan
atau
model
model
siswa terhadap materi pelajaran yang Kaitan Model Pembelajaran Tuntas
disiapkan guru.
dan Hasil Belajar Belajar
Model pembelajaran dimaksudkan
dan
pembelajaran
untuk menumbuhkan dan meningkatkan
merupakan suatu istilah yang memiliki
motivasi belajar siswa sehingga hasil
keterkaitan yang sangat erat dan tidak
belajar siswa dapat meningkat. Model
dapat dipisahkan satu sama lain dalam proses
pendidikan.
pembelajaran mengetahui,
Dengan
seorang
siswa
memahami,
pembelajaran yang dapat digunakan
adanya
adalah
dapat
(mastery
serta
terstruktur
pada dirinya terjadi perubahan dari yang
dilakukan
meningkatkan
hasil
dalam belajar
Sistem
tuntas belajar
yang
bertujuan
untuk
pengajaran
kepada
kelompok siswa yang besar (pengajaran
Dalam
klasikal), srhingga diberikan perhatian
proses pembelajaran, banyak cara yang dapat
learning).
mengadaptasikan
tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak mengerti.
pembelajaran
tuntas merupakan suatu pola pengajaran
mengartikan sesuatu yang menyebabkan
mengerti menjadi
model
secukupnya pada sejumlah perbedaan
rangka
yang terdapat diantara siswa, khususnya
secara
81
JURNAL LOGIKA, Vol XVII, No 2, Agustus 2016 www.jurnal.unswagati.ac.id
ISSN: 1978-2560
yang menyangkut kecepatan dalam
oleh
belajar (rate of progress).
kebenaran.
Model (Mastery
pembelajaran
Learning)
ini
tuntas
meningkatkan
diterima
sebagai
antara lain: 1) Siswa belum menguasai materi secara
siswa, karena model pembelajaran ini dapat
lain
Anggapan dasar yang dapat dirumuskan
merupakan
alternatif untuk lebih mengaktifkan
orang
tuntas.
kemampuan
2) Hasil belajar siswa yang menurun di
tanggung jawab peserta didik tentang
kelas X IIS 1 dan X IIS 2 SMA Negeri
apa yang mereka pelajari. Melalui
1 Palimanan.
model
pembelajaran
ini
3) Model pembelajaran tuntas (mastery
diusahakan supaya sebanyak mungkin
learning) dapat meningkatkan hasil
siswa
belajar siswa.
dapat
keberhasilan
tuntas
mencapai dalam
waktu
kriteria yang
6. Hipotesis
diberikan.
Setelah selesai dalam menyusun landasan teori, seorang peneliti biasanya
Anggapan Dasar dan Hipotesis
akan sampai pada suatu kesimpulan
5. Anggapan Dasar Setelah permasalahan
tentang
penulis secara
menjelaskan jelas,
dalam mencari landasan teori, para peneliti akan mempunyai tiga peluang
gagasan tentang letak persoalan atau
dalam memberikan jawaban sementara
masalahnya dalam hubungan yang luas. Surakhmad
terkait dengan permasalahan penelitian.
dalam
Menurut
Arikunto (2013:104) “Anggapan dasar
bersifat
pemikiran yang kebenarannya diterima
penyelidik
(2012:96)
sementara
dari
rumusan
masalah yang dinyatakan dalam bentuk
oleh penyelidik”. Dikatakan selanjutnya setiap
Sugiyono
Hipotesis merupakan jawaban yang
atau postulat adalah sebuah titik tolak
bahwa
penelitian.
Bertolak dari apa yang telah dilakukan
yang
dipikirkan selanjutnya adalah suatu
Menurut
permasalahan
kalimat tanya. Berdasarkan rumusan
dapat
masalah
merumuskan postulat yang berbeda.
tersebut,
hipotesis
dalam
pengaruh
yang
penelitian ini adalah:
Seorang penyelidik mungkin meragu-
“Terdapat
ragukan sesuatu anggapan dasar yang
signifikan
82
penggunaan
model
JURNAL LOGIKA, Vol XVII, No 2, Agustus 2016 www.jurnal.unswagati.ac.id
ISSN: 1978-2560
hasil
IIS 1 sampai kelas X IIS 4. Jumlah
belajar siswa pada mata pelajaran
seluruh siswa kelas X IIS adalah 149
ekonomi kelas X IIS di SMA Negeri 1
siswa.
pembelajaran
tuntas
terhadap
Palimanan”.
2. Sampel Menurut
METODELOGI PENELITIAN
(2012:118)
sampel adalah bagian dari jumlah dan
Metode Penelitian
karakteristik yang dimiliki oleh populasi
Metode penelitian yang digunakan
tersebut.. Adapun teknik pengambilan
dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.
Sugiyono
Secara
umum
sampel yang digunakan penulis adalah
metode
purposive
penelitian diartikan sebagai cara ilmiah
Purposive
sampling.
sampling dikenal juga dengan sampling
untuk mendapatkan data dengan tujuan
pertimbangan atau sampel bertujuan.
dan kegunanaan tertentu. Sedangkan
Desain
penelitian
Teknik Pengumpulan Data
eksperimen yang penulis ambil adalah
Teknik pengumpulan data yang
Desain Kelompok Kontrol Prates-Pasca
diperlukan dalam penelitian adalah
Tes
teknik pengumpulan data mana yang
Beracak
(RandomizedPre-Test-
paling
Post-Test Control Group Design).
tepat,
sehingga
benar-benar
didapat data yang valid dan reliabel. Populasi dan Sampel
Riduwan (2013:69) menjelaskan bahwa
1. Populasi Populasi
“Instrumen adalah alat bantu yang ialah
wilayah
dipilih dan digunakan oleh peneliti
generalisasi yang terdiri atas objek atau
dalam kegiatannya mengumpulkan agar
subjek yang mempunyai kualitas dan
kegiatan tersebut menjadi sistematis dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti
untuk dipelajari
dipermudah olehnya”.
dan
Instrument yang penulis gunakan
kemudian ditarik kesimpulannya.
dalam penelitian ini yaitu diantaranya:
Populasi dalam penelitian ini
1)
adalah siswa kelas X IIS di SMA Negeri
Tes (Test) Tes
1 Palimanan tahun pelajaran 2014/2015
merupakan
prosedur
sistematik dimana individual yang di tes
yang terdiri dari 4 kelas yaitu kelas X
direpresentasikan
83
dengan
suatu
set
JURNAL LOGIKA, Vol XVII, No 2, Agustus 2016 www.jurnal.unswagati.ac.id
ISSN: 1978-2560
stimulasi jawaban mereka yang dapat
Respon siswa pada mata pelajaran
ditunjukan dalam angka. Tes sebagai
ekonomi yang menggunakan model
instrumen pengumpulan data umumnya
pembelajaran tuntas (mastery learning)
bersifat mengukur.
dapat diketahui melalui perhitungan hasil angket.
2) Angket (Questionnaire) Nana
Syaodih
menjelaskan
rata-rata
masing-
masing peserta yang menjawab Sangat
kuesioner merupakan suatu teknik atau
Setuju (SS) sebanyak 11,35 dengan
cara pengumpulan data secara tidak
persentase 33,4%, Setuju (S)sebanyak
langsung
langsung
18,2 dengan persentase 53,5%, Netral
bertanya jawab dengan responden).
(N) sebanyak 4 dengan persentase
Instrumen
pengumpulan
11,8%, Tidak Setuju (TS) sebanyak
datanya juga disebut angket berisi
0,35 dengan persentase 1,0%, dan
sejumlah pertanyaan atau pernyataan
Sangat Tidak Setuju (STS)sebanyak 0,1
yang harus dijawab atau direspon oleh
dengan persentase 0,3%. Maka dapat
responden.
disimpulkan bahwa respon belajar siswa
(peneliti
atau
tidak
alat
Angket sebagai
Angket
Berdasarkan
atau
gunakan
bahwa
(2013:219)
yang
instrumen
penulis dalam
pada
mata
pelajaran
ekonomi
penelitian ini adalah angket tertutup.
(konsep/materi
Angket tertutup adalah angket yang
menggunakan
disajikan dalam bentuk sedemikian rupa
tuntas
sehingga
untuk
mayoritas menjawab Setuju. Hal ini
memilih satu jawaban yang sesuai
terlihat dari hasil tabelalternatif jawaban
dengan karakteristik dirinya dengan
dengan rata-rata prosentase 53,5%.
responden
diminta
manajemen) model
(mastery
yang
pembelajaran
learning)
rata-rata
cara memberikan tanda silang (x) atau
Total angket dihitung berdasarkan
tanda checklist (√) pada kolom yang
perhitungan perbandingan skor yang
telah disediakan.
dicapai dengan skor ideal, skor ideal untuk variabel tersebut, yaitu 15 item ×
PEMBAHASAN
HASIL
34 responden × 5 (skor tertinggi untuk
PENELITIAN
setiap item) = 3400.
A. Respon Siswa Setelah Penerapan Model Pembelajaran Tuntas (Mastery Learning)
Jumlah skor
capaian adalah 2847. Berdasarkan data yang diperoleh dari 34 responden,
84
JURNAL LOGIKA, Vol XVII, No 2, Agustus 2016 www.jurnal.unswagati.ac.id
ISSN: 1978-2560
persentase capaian skor respon siswa
demikian hasil belajar siswa kelas
terhadap penerapan model pembelajaran
eksperimen
tuntas adalah 2847/3400 x 100% =
kontrol.
83,74%.
Persentase
dilihat dari gambar di bawah
yaitu
enerapan
menggunakan
padaujiregresidenganhipotesis
sebagai
berikut: Hipotesis
model
Ha
=
Penerapan
model
pembelajarantuntas (mastery learning)
model
berpengaruh
signifikan
terhadap
peningkatan hasil belajar siswa.
nilai thitung = 5,361 dengan derajat
Ho= Penerapan model pembelajaran
kebebasan (n1+n2)-2 = 70-2 = 68,
tuntas (mastery learning) tidak
diperoleh ttabel= 2,00 dengan α = 0,05
berpengaruh signifikan terhadap
dan diperoleh nilai Sig. (2-tailed) =
peningkatan hasil belajar siswa.
0,000 < 0,05. Dengan demikian dapat
Dengan kriteria pengambilan keputusan
disimpulkan bahwa thitung > ttabel sehingga
sebagai berikut:
Ha diterima dan Ho ditolak, artinya
Jika nilai thitung ≥ ttabel, maka Ho ditolak
terdapat perbedaan skor N-gain antara
artinya koefisien regresi signifikan
kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Jika nilai thitung ≤ ttabel, maka Ho diterima
Dapat di lihat pada table di atas, rata-
artinya
rata N-gain kelas Eksperimen 0,60 sementara
learning)
denganmenggunakanuji-t
pembelajaran konvensional diperoleh
sedang),
pembelajarantuntas
terhadaphasilbelajarsiswaadalah
pembelajarantuntas (Mastery Learning) menggunakan
model
(mastery
Perbedaan hasil belajar siswa
(kategori
kelas
Signifikanatautidaknyapengaruhp
Perbedaan Hasil Belajar Siswa yang Menggunakan Model Pembelajaran Tuntas (Mastery Learning) Dengan Model Pembelajaran yang Konvensional pada Mata Pelajaran Ekonomi
yang
dari
Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran tuntas (mastery learning) Terhadap Hasil Belajar
dalam kategori sangat baik.
dengan
baik
kelompok
responden untuk variabel ini apabila
yang
lebih
koefisien
regresi
tidak
signifikan.
kelas
Mengacu
kontrol 0,34 (kategori sedang). Dengan
padaperhitungan
85
sebelumnya
telah
JURNAL LOGIKA, Vol XVII, No 2, Agustus 2016 www.jurnal.unswagati.ac.id
ISSN: 1978-2560
diperoleh koefisien regresi X nilai thitung
dan apabila diinterpretasi nilai 83,74%
sebesar
termasuk kriteria sangat baik.
5,679.
Dengan
tingkat
signifikansi α = 0,05 dan dk (n-2) = 34
2. Berdasarkan rumusan masalah yaitu
– 2 = 32 dilakukan uji satu pihak,
“Bagaimana perbedaan hasil belajar
sehingga diperoleh nilai ttabel adalah
siswa
2,037. Karena nilai thitung ≥ ttabel atau
pembelajaran tuntas (mastery learning)
5,679 ≥ 2,037 maka Ha diterima, artinya
dengan pembelajaran konvensional pada
koefisien regresi signifikan atau dengan
mata
kata
model
pengujian
hipotesis
pembelajaran tuntas (mastery learning)
dilakukan,
maka
berpengaruh
diajukan
lain
penggunaan
signifikan
terhadap
peningkatan hasil belajar.
setelah
pelajaran
penerapan
model
ekonomi?”
penulis
Melalui
yang
telah
hipotesis
yang
yaitu
“Terdapat
perbedaan hasil belajar siswa antara penerapanmodel pembelajaran tuntas
SIMPULAN 1. Berdasarkan “bagaimana
(mastery learning) dengan pembelajaran rumusan respon
masalahyaitu siswa
konvensionalpada
setelah
Cirebon, dimana hasil belajar siswa
(mastery learning)?” Melalui pengujian
pada mata pelajaran ekonomi dengan
hipotesis yang telah dilakukan, hasil
penerapan model pembelajaran tuntas
analisis angket menunjukkan bahwa
(mastery learning) lebih baik daripada
jumlah seluruh siswa yang menjawab model
pembelajaran
tuntas
pembelajaran konvensional”. 3. Berdasarkan rumusan masalah yaitu
(mastery learning) dengan skor 2847
“Bagaimana pengaruh penerapan model
termasuk dalam kategori interval setuju,
pembelajaran tuntas (mastery learning)
dan memperoleh persentase sebesar
terhadap hasil belajar siswa pada mata
83,74%.Hal ini membuktikan bahwa respon
siswa
mengenai
pelajaran ekonomi?” Melalui pengujian
penerapan
hipotesis yang telah dilakukan, maka
model pembelajaran tuntas (mastery learning)
pelajaran
Ekonomi di SMA Negeri 1 Kabupaten
penerapan model pembelajaran tuntas
angket
mata
hipotesis yang diajukan penulis yaitu
(konsep/materi
“Terdapat pengaruh yang signifikan
manajemen)mempunyai kategori setuju,
penerapan model pembelajaran tuntas (mastery
86
learning)
terhadap
hasil
JURNAL LOGIKA, Vol XVII, No 2, Agustus 2016 www.jurnal.unswagati.ac.id
ISSN: 1978-2560
belajar siswa pada mata pelajaranMudjiono dan Dimyati. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka ekonomi di SMA Negeri 1 Kabupaten Cipta. Cirebon”. Purwanto. (2011). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Puataka Pelajar. DAFTAR PUSTAKA
Riduwan (2013). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: CV. ALFABETA.
Abu Ahmadi dan Joko Tri. (2005). SBMSagala, S. (2010). Konsep (Strategi Belajar Mengajar). Bandung: Pembelajaran. Pustaka Setia. CV.ALFABETA.
dan Makna Bandung:
Anderson L.W. dan Krathwohl D.R. (2001). ASlameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor Taxonomy for Learning, Teaching, and yang Mempengaruhi. Jakarta. Rineka Assessing: A Revision of Bloom’s Cipta. Taxonomy of EducationalObjectives. Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: New york: Longman. Tarsito. Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: RinekaSudjana, N. (2011). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Cipta. Algesindo. Aunurrahman. (2011). Belajar dan -------- (2014). Penilaian Hasil Proses Belajar Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Mengajar. Bandung: PT. Remaja Dimyati & Mudjiono. (2013). Belajar dan Rosdakarya. Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Hamalik, O. (2003). Kurikulum dan Pendidikan. Bandung: CV. Alfabeta. Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Sukardi. (2012). Metodologi Penelitian Indonesia, R. (2003). Undang-Undang Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem PemndidikanSuryabrata, S. (2002). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Grafindo Perkasa Rajawali. Nasional. Jakarta. Jihad & Haris. (2012). Evaluasi Pembelajaran.Sundayana, R. (2014). Statistika Penelitian Pendidikan. Bandung: CV. Yogyakarta: Multi Pressindo. ALFABETA. Kunandar. (2014). Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta DidikSyaodih, N. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Berdasarkan Kurikulum 2013). Jakarta: Rosdakarya. (Setiawan, 2013) PT. Raja Grafindo Persada. Majid, A. (Bandung). Strategi Pembelajaran.Trianto. (2007). Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta: 2013: Remaja Rosdakarya. Prestasi Pustaka Publisher.
87
JURNAL LOGIKA, Vol XVII, No 2, Agustus 2016 www.jurnal.unswagati.ac.id Sunarti
dan Selly Rahmawati. (2014). Penilaian Dalam Kurikulum 2013 (Membentu Guru Dan Calon Guru Mengetahui Langkah-Langkah Pembelajaran). Yogyakarta. ANDI
Wena Made. (2009). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Gramedia.
88
ISSN: 1978-2560