Jurnal Komunikasi
MEDIA SOSIAL DAN PERKEMBANGAN FASHION HIJAB (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Motif, Pola dan Pengaruh Penggunaan Media Sosial dalam Perkembangan Fashion Hijab pada Komunitas Solo Hijabers)
Oleh: Devita Maulida Choiru Uma D0208128
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS SEBELAS MARET KOTA SURAKARTA 2014
MEDIA SOSIAL DAN PERKEMBANGAN FASHION HIJAB (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Motif, Pola dan Pengaruh Penggunaan Media Sosial dalam Perkembangan Fashion Hijab pada Komunitas Solo Hijabers) Devita Maulida Choiru Uma Nora Nailul Amal Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Abstract Social media as a product of information and communication technology development recently contributes to the development of hijab fashion among muslim women throughout world. Many social media users, particularly the muslim women throughout world, look for and share inspiration and information on hijab fashion in social media. This study aimed to find out how the use of social media for the development of fashion hijab, including what motivation underlying the social media users, the members of Solo Hijabers community, wear fashion hijab. In addition, it also aimed to find out what pattern of social media use is for hijab fashion and its effect on the users, the members of Solo Hijabers. The methodology the writer used was a descriptive qualitative one. The data collection was conducted by organizing interview and Focus Group Discussion (FGD) and through the document data taken from social media. The sampling technique employed was purposive sampling one, aiming to select the informants still using social media actively for hijab fashion, following actively the development of hijab fashion and reliable. Technique of analyzing data the writer used was Miles & Huberman’s interactive analysis. This research found that the considerable role of social media for fashion hijab development in the members of Solo Hijabers community. It could be seen from various motives underlying the social media use for hijab fashion by the members of Solo Hijabers community like information, entertainment, and lifestyle. The social media use for this hijab fashion could affect their life including: social - the presence of effect on their social life; economic – the effect on their budget expense (consumptive); cultural – the effect on their fashion life, and the way they got information. Keywords: Social Media, Hijab Fashion, Motif, Use, Effect.
1
Pendahuluan Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia. Tak terkecuali perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang menghasilkan berbagai macam produkproduknya guna memenuhi kebutuhan manusia dalam aspek informasi dan komunikasi. Produk teknologi informasi dan komunikasi ini pun memicu terciptanya jenis-jenis media baru dalam perkembangannya. Salah satu jenis media baru yang kehadirannya menjadi sangat fenomenal di belahan dunia saat ini adalah media sosial. Menjadi fenomenal sebab hadirnya media sosial membuat perubahan tatanan segala aspek hidup manusia. Bill Gates (1997) seperti yang dikutip oleh Lestari (2011: 300) mengatakan bahwa “Kita sedang melintasi suatu batas teknologi yang akan senantiasa merubah cara kita belajar, bekerja, bergaul dan berbelanja”. Selain itu bentuk media sosial memungkinkan penggunanya untuk melakukan hal-hal yang sebelumnya
sulit
terbayangkan
untuk
dapat
dilakukan.
Media
sosial
memungkinkan penggunanya untuk berinteraksi tanpa batasan jarak, tempat dan waktu. Apa yang diramalkan oleh McLuhan di tahun 1950-an mengenai perkembangan teknologi yang menjadikan kita ‘Global Village’ nampak sudah menjadi kenyataan saat ini. Hal ini diperkuat oleh Littlejhon yang menyebutkan bahwa prediksi Mcluhan telah tiba dengan adanya internet. (Utari, 2011: 52). Munculnya internet web 2.0 yaitu media sosial dirasa cukup sensasional dibandingkan dengan web 1.0. Hal ini dikarenakan media sosial lebih interaktif, tidak lagi satu arah, tidak hanya bisa mencari informasi, tidak hanya bisa membaca informasi tetapi juga dapat menyebarkan informasi. Pada media sosial ini pengguna bisa mencari teman, saling berinteraksi, bertukar pendapat, berbagi komentar, mengirim file, berbagi informasi dan lain sebagainya. (Retno dan Tambunan, 2011:163). Media sosial pun berperan pada hadirnya fenomenafenomena baru yang melanda masyarakat saat ini. Salah satu yang menarik berkat hadirnya media sosial ini adalah fenomena berkembanganya fashion hijab di Indonesia ahir-ahir ini. Tidak hanya di Indonesia saja fenomena ini pun sudah
2
meluas hingga penjuru dunia. Para wanita muslim di seluruh penjuru dunia pun dihadapkan dengan fenomena fashion hijab ini. Baum dan Groeling menyatakan bahwa akan timbul suatu potensi bagi para pengelola media sosial untuk menjadi opinion leader-opinion leader baru atau suatu kutub baru yang akan mendapatkan pengikut masing-masing (Ratu, 2011: 58). Dalam praktiknya saat ini cukup banyak prosumer yang merangkak menjadi opinion leader-opinion leader baru yang disebutkan oleh Baum dan Groeling tersebut bermunculan di media sosial. Kehadirannya ditunggu oleh pengguna media sosial lain yang tak lain adalah pengikutnya. Salah satu opinion leader-opinion leader tersebut adalah ikon fashion hijab yang saat ini sedang fenomenal dikalangan wanita muslim di dunia. Hadirnya para ikon fashion hijab melalui media sosial saat ini telah banyak merubah tatanan hijab yang dahulu dipandang kuno menjadi sebuah fashion hijab yang modern dan stylist. Mengapa demikian? Sebab para ikon fashion hijab sebagai opinion leader-opinion leader baru ini menyebarkan informasi seputar kreatifitasnya dalam menata gaya berbusana hijab melalui media sosial. Adanya fenomena perubahan fashion hijab ini, tidak sedikit wanita muslim terutama di Indonesia yang kemudian tertarik untuk mengenakan hijab dengan tatanan busana sesuai dengan ikon kegemarannya. Lantas melihat hal ini, fashion hijab saat ini telah menjadi sebuah fenomena besar di kalangan wanita muslim di dunia. Menurut Hastasari (2011: 232) dengan hadirnya teknologi komunikasi saat ini telah mempengaruhi kelangsungan hidup surat kabar (media konvensional). Informasi menjadi lebih cepat, media berita online dapat melaporkan secara langsung kepada publik. Setiap orang dapat dengan mudah mendapatkan informasi dengan hanya menggunakan mesin pencari untuk menjelajah melalui internet. Ini sangat menghemat waktu dan lebih nyaman daripada metode tradisional. Selain itu kehadiran prosumer dan opinion leader-opinion leader baru pada media sosial ini turut berpengaruh bagi penggunanya. Setiap pengguna dapat dengan bebas memberikan informasi apapun. Informasi yang didapat pun menjadi sangat banyak serta bebas dan tanpa adanya penyaringan terlebih dahulu.
3
Dari uraian diatas, peneliti tertarik untuk melihat bagaimanakah penggunaan media sosial untuk perkembangan fashion hijab. Fokus penelitian ini adalah pada salah satu komunitas hijab di Indonesia yaitu komunitas Solo Hijabers. Untuk memperkuat gambaran mengenai bagaimana penggunaan media sosial untuk perkembangan fashion hijab. penelitian ini akan menjelaskan bagaimana pola penggunaan media sosial untuk fashion hijab pada komunitas Solo Hijabers, apa saja motif-motif yang mendasari para anggota komunitas Solo Hijabers ini dalam menggunakan media sosial untuk fashion hijab, dan apa saja pengaruh penggunaan media sosial untuk fashion hijab pada komunitas Solo Hijabers. Perumusan Masalah Dari latar belakang yang telah diuraikan, maka permasalahan yang ingin diangkat oleh peneliti adalah: a.
Motif-motif apa saja yang mendasari para anggota komunitas Solo Hijabers dalam menggunakan media sosial untuk fashion hijab?
b. Bagaimana pola penggunaan media sosial untuk fashion hijab pada komunitas Solo Hijabers? c.
Pengaruh apa saja yang ditimbulkan dari penggunaan media sosial untuk fashion hijab pada komunitas Solo Hijabers?
Tinjauan Pustaka a. Teori Uses and Gratifications. Teori yang relevan pada penelitian ini adalah teori Uses and Gratification. Sebab teori ini lebih menekankan pada pendekatan manusiawi dalam melihat media, yang mana manusia itu memiliki otonomi, wewenang, untuk memperlakukan media. Teori Uses and Gratification pertama kali dikenalkan oleh Herbert Blumer dan Elihu Katz (1974). Teori ini mengatakan bahwa pengguna media memainkan peranan aktif untuk memilih dan menggunakan media tersebut. Pengguna media merupakan pihak aktif dalam proses komunikasi. Pengguna media berusaha untuk mencari sumber media yang paling baik dalam usaha memenuhi kenutuhannya. Teori uses and gratification mengasumsikan bahwa
4
pengguna mempunyai pilihan alternatif untuk memuaskan kebutuhannya (Nurudin, 2003: 181). Teori Uses and Gratification digambarkan sebagai a dramatic breack with effects tradition of the past, suatu loncatan dramatis dari teori jarum hipodermik. Teori ini tidak tertarik oleh apa yang dilakukan media terhadap khalayak, tetapi ia tertarik pada apa yang dilakukan khalayak terhadap media. khalayak dianggap aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya. Dan dari sinilah timbul istilah uses dan gratification (Rakhmat, 2002: 65). Agar sesuai dengan bentuk model - model yang lain, model Uses and Gratification memiliki empat komponen. Dengan menggunakan model ini, para peneliti berusaha menemukan variabel-variabel yang diukur. Sebab sering sekali para peneliti hanya meneliti sebagian dari komponen-komponen yang ada pada model Uses and Gratification berikut: Tabel 1. Model Uses and Gratification
Antisedan -Variabel
Motif
Penggunaan media
Efek
- Personal
- Hubungan
- Kepuasan
- Diversi
- Macam isi
- Pengetahuan
-Personal
-Hubungan dengan isi - Sikap
Individual -Variabel Lingkungan
Identity Sumber : (Rakhmat, 1989: 88)
Model teori Uses and Gratification inilah yang dirasa cukup relevan dalam penelitian ini mengenai bagaimanakah motif, pola dan pengaruh penggunaan media sosial dalam perkembangan fashion hijab pada komunitas Solo Hijabers. Model ini kemudian digunakan sebagai landasan dalam kerangka pemikiran peneliti.
5
b. Komunikasi Secara etimologis, kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris
berasal
dari
kata
Latin
communis
yang
berarti
“sama”,
”communico”,”communication”, atau “communicare” yang berarti “membuat sama” (to make common). Istilah pertama (communis) adalah istilah yang paling sering disebut sebagai asal-usul kata komunikasi, yang merupakan akar dari katakata Latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa satu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama (Mulyana, 2005: 41). Untuk memahami pengertian komunikasi, para pakar komunikasi sering menggunakan paradigma Harold Lasswell seperti yang dikutip Mulyana (2007: 69-71), yang mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan Who, Says What, In which channel, To whom, With what effect? Yang berarti, siapa mengatakan apa melalui saluran apa kepada siapa dan efek apa?. c. Komunikasi Bermedia Komunikasi bermedia adalah komunikasi yang menggunakan saluran atau sarana untuk meneruskan suatu pesan kepada komunikan yang keberadaannya jauh atau berjumlah banyak. (Onong, 1984: 11) Komunikasi dengan menggunakan saluran atau sarana ini juga disebut sebagai komunikasi tidak langsung (indirect communication). Sebab feedback atau timbal balik tidak dilakukan seketika saat komunikasi berlangsung. Hal inilah kemudian oleh komunikator digunakan untuk memilih media dan komunikan secara matang agar komunikasi dapat berjalan secara efektif. Onong (1984: 12-13) membagi komunikasi bermedia menjadi dua, yaitu: a. Komunikasi bermedia massa. Komunikasi yang menggunakan media massa dengan jumlah komunikan yang banyak dan bertempat tinggal jauh dari pusat komunikator.
Komunikasi
bermedia
massa
ini
menimbulkan
keserempakan (simultaneity); suatu pesan dapat diterima oleh
6
komunikan dengan jumlah yang relatif sangat banyak pada saat yang bersamaan. b. Komunikasi bermedia nirmassa. Komunikasi dengan menggunakan media nirmassa yang dilakukan oleh orang tertentu atau kelompok-kelompok tertentu. Berbeda dengan komunikasi bermedia massa, komunikasi bermedia nirmassa ini tidak memiliki daya keserempakan dan komunikan tidak bersifat massal. d. New Media Pierre Levy (Soukup dalam Littlejhon 2009) dalam bukunya Cybercultur lebih melihat new media berbeda dengan media pendahulunya ia memandang produk new media yaitu World Wide Web sebagai sebuah lingkungan informasi yang terbuka fleksibel dan dinamis. Hal ini memungkinkan manusia untuk mengembangkan orientasi pengetahuan yang baru serta melibatkan ke dalam dunia demokratis dan pemberian kuasa yang lebih interaktif. Dunia maya memberikan tempat pertemuan semu yang dapat memperluas dunia sosial, menciptakan pengetahuan baru, dan menyediakan tempat berbagi secara luas (dalam Hastasari, 2011: 235) Sebagai sebuah medium, new media mempunyai kelebihan dan kekurangan layaknya medium lain. Kelebihan dari new media antara lain: a) Interaktivitas; new media memberikan kemudahan penggunanya untuk berinteraksi atau berkomunikasi di dalam dunia virtual. b) Ilmu Pengetahuan; medium ini banyak memberikan pengetahuan kepada penggunanya. Fitur layanan seperti Yahoo, Google, Wikipedia dapat menyediakan berbagai macam ilmu pengetahuan yang ada di dunia. Layanan fitur ini dapat memberikan referensi-referensi bacaan sesuai dengan kebutuhan. c) Ekonomi (e-commerce); dari segi ekonomi, new media dapat memberikan kemudahan dalam segi pemasaran. Tidak hanya itu saja new media juga dapat digunakan sebagai toko virtual (online shop) yang merupakan cara
7
baru dalam berdagang, yaitu dengan membuka toko secara online yang dapat mencakup seluruh belahan dunia. d) Politik; internet menyediakan ruang untuk berpolitik seperti kampanye, melakukan kontrol politik dan menyampaikan pendapat atau aspirasi. Selain beberapa kelebihan new media yang telah dijelaskan diatas, terdapat pula kekurangan new media seperti Syaibani (2011) yang menyoroti pada minimnya filter terhadap isi atau konten yang kurang sesuai dengan budaya Indonesia. a) Pornografi; pornografi merupakan masalah besar dan masih menjadi pekerjaan rumah bagi Indonesia. b) Cyber crime; kejahatan di internet sudah sangat marak sekali terjadi. Menurut Wassim Harb, cyber crime merupakan tindak kriminal yang dilakukan melalui teknologi informasi, komputer atau alat-alat elektronik lainnya. c) Kreadibilitas. Munculnya banyak blog atau open source menimbulkan pertanyaan mengenai kreadibiltas dari informasi yang ditampilkan pada blog tersebut. Sebab setiap orang dapat menuliskan dan menyebarkan informasi di internet. e. Media Sosial Meskipun banyak perdebatan tentang posisi dan fungsi media sosial, akan tetapi sebagian besar pengamat komunikasi sepakat dan sependapat bahwa berdasarkan perangkat yang digunakan media sosial yaitu teknologi komunikasi terutama internet maka media sosial termasuk ke dalam kategori new media. Media sosial turut menyebabkan perubahan pada media massa. Hal ini dapat dilihat dari esensi isi pesan media sosial yang bersifat personal dan privat berada pada media global. (Santosa, 2011: 44) Media sosial menurut Utari (2011: 51) adalah sebuah media online dimana para penggunanya dapat dengan mudah berpartisipasi. Berpartisipasi dalam arti seseorang akan dengan mudah berbagi informasi, menciptakan konten atau isi yang ingin disampaikan kepada orang lain, memberi komentar terhadap masukan
8
yang diterimanya dan seterusnya. Semua dapat dilakukan dengan cepat dan tak terbatas. f. Penggunaan Media Sosial Internet telah menjadi kebutuhan primer bagi setiap manusia. Kenapa demikian, hal ini seperti yang dinyatakan oleh Sari (2011: 256) menurutnya internet kini telah menjadi bagian hidup kita sehari-hari. Informasi apapun yang ingin kita dapatkan dapat secara mudah kita lakukan dengan mengakses internet. Bahkan perusahaan yang tidak memiliki akun di internet saat ini dapat diragukan kebonafitasnya. Penggunaan media sosial tidak dapat terlepas dari motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukannya. Secara teori terdapat beberapa motivasi yang mendorong seseorang untuk menggunakan media sosial seperti yang disebutkan oleh McQuail (2000) yang dikutip Ratu (2011: 44-45) berikut ini: 1. Faktor informasi; konsep hyperlink dan meme di internet memudahkan penggunanya dalam pencarian informasi. Melalui internet pengguna akan dihadapkan pada gelombang informasi yang sangat banyak dan diperlukan bagi orang yang pertama kali menggunakan internet untuk dapat difungsikan secara optimal. 2. Identitas personal; pengguna menggunakan media sosial dalam rangka mengasosiasikan aktor media dengan karakter tertentu pada dirinya sendiri. 3. Faktor integratif dan interaksi sosial; internet telah berhasil selangkah meninggalkan media konvensional. 4. Faktor hiburan; orang banyak mengunakan media sosial dengan tujuan untuk memperoleh kesenangan dan hiburan. Perspektif lain tentang penggunaan new media disebutkan oleh McQuail (2010) dalam Rahardjo (2011: 15-16) ia menguraikan penggunaan new media lebih kepada perbedaan antara pengguna media baru dengan media lama (konvensional). Pengguna media baru menurutnya sebagai berikut:
9
1. Interactivity; diindikasikan oleh rasio respon atau inisiatif dari pengguna terhadap sumber pengirim pesan. 2. Sosial presence (sociability); dialami oleh pengguna new media, sense of personal contact dengan orang lain dapat diciptakan melalui sebuah penggunaan media sosial. Media ini dapat menjembatani perbedaan kerangka referensi, mengurangi ambiguitas, memberikan isyarat yang lebih peka dan personal. 3. Autonomy; pengguna dapat mengendalikan isi dan menggunakannya dan bersikap independen terhadap sumber. 4. Playfulness; digunakan untuk hiburan dan kenikmatan. 5. Privacy; diasosiasikan dengan penggunaan medium dan/atau isi yang dipilih. 6. Personalization: tingkatan dimana isi dan penggunaan media bersifat personal dan unik. g. Pengaruh Media Sosial New media (media sosial) memiliki beberapa pengaruh. Berikut pengaruh new media dalam beberapa aspek seperti yang ditulis oleh Syaibani (2011: 24-26): a) Individu; pengguna new media akan mendapatkan pengaruh besar jika menggunakannya dengan intensitas yang tinggi. Di satu sisi, pengguna bisa mengekspresikan segala idea tau gagasan melalui layanan-layanan yang dapat digunakan tanpa ada batasan. Namun disisi lain, seorang bisa menjadi individualis jika menggunakan internet dengan intesitas yang tinggi tanpa bersosialisasi di dunia nyata. b) Ekonomi; new media menunjang perkembangan ekonomi melalui ecommerce atau komersial elektronik. New media sangat memungkinkan adanya ruang pemasaran dan marketing. Selain itu akses mendapatkan material atau bahan pun akan lebih luas dan mudah. Namun disisi lain internet juga dapat mengubah perilaku masyarakat. c) Politik; internet telah memunculkan istilah baru yakni electronic democracy. (Howard dalam syabiani, 2011: 25) menyampaikan bahwa
10
internet merupakan komponen baru dalam sistim komunikasi politik. Website dapat digunakan untuk menyampaikan ide-ide dari para politikus, kepengurusan dan adanya ruang diskusi terbukadari bawah keatas dan sebaliknya dari atas ke bawah juga. Ruang diskusi inilah yang memberikan nilai demokratis dalam komunikasi politik. d) Perubahan sosio-kultural; new media telah merubah banyak dari bentuk komunikasi yang dilakukan manusia selama ini. Perkembangan teknologi telah banyak mempengaruhi cara masyarakat dalam berkomunikasi dan ini merupakan proses mutualisme yang menciptakan jaringan sosial. Perubahan pola komunikasi ini juga dapat mempengaruhi perubahan pada pola interaksi masyarakat yang beralih dari bentuk nyata (fisik) menjadi maya (digital) h. Fashion Hijab dan Perkembangannya Dahulu tidak banyak wanita muslim khususnya di Indonesia yang mengenakan hijab untuk menjalankan perintah agama yang telah disebutkan tadi. Hal ini terjadi karena adanya benturan budaya Indonesia yang memang tidak ada anjuran untuk mengenakannya dan jauh dari budaya hijab yang kental akan Negara timur tengah ini. Alhasil sebagian wanita muslim saja yang notabene memiliki kepercayaan agama kuat yang mau mengenakan hijab. Berbagai spekulasi alasan pun ikut terlontar oleh para wanita di Indonesia. Kondisi iklim tropis Indonesia yang membuat mereka enggan menggunakan hijab dan lebih lagi alasan mereka melihat gaya hijab yang kuno dan dapat membatasi gaya mereka dalam berbusana. Namun seiring dengan perkembangan zaman yang ditopang oleh teknologi informasi dan komunikasi saat ini anggapan wanita muslim mengenai hijab telah berubah. Fashion hijab tidak lagi dikaitkan dengan perintah agama tapi lebih dieratkan pada hubungan dengan tampil menarik dan trendi. Kemodernan hijab muncul akibat disandingkannya dengan dunia fashion. Hijab kini berada pada situasi yang dilema ketika berhadapan dengan media dan gaya hidup pop. Hal ini
11
seperti adanya persimpangan nilai-nilai spiritual dengn nilai-nilai budaya modern. (Fardiana, 2012: 6) i. Perkembangan Fashion Hijab pada Media Sosial Hasil studi penelitian menemukan banyak orang yang menggunakan media sosial untuk ide berbusananya, untuk mencari inspirasi dan yang terahir untuk mencari trend terbaru. Fashion stylist papan atas mempertunjukan gaya mereka dengan menggunakan koleksi pakaian bermerk yang eksklusif pada twitter dan pinteres. Media sosial telah menjadi media utama yang sangat berperan pada berlangsungnya acara London Fashion Week. Para fashionista (penyuka fashion) dapat memantau perjalanan acara tersebut secara langsung melalui postingan twitter dan foto dari para tamu acara tersebut. (Bautista, 2013: 1) Media sosial sangat berpengaruh pada perkembangan trend fashion hijab, terlihat dari munculnya komunitas hijab yang mewarnai panggung media sosial. Tidak hanya pada media online saja mereka juga melakukan kegiatan bersama dengan kopi darat. Media sosial juga memunculkan beberapa ikon hijab seperti Hanna Tajima dan Dian Pelangi. Mereka merupakan sedikit dari banyaknya ikon yang bermunculan di media sosial. Kedua ikon ini dikenal luas oleh para wanita muslim melalui media sosial youtube dan blog, kini mereka menjadi ikon hijab yang trendi namun syar’i. (Huda, 2012: 1) j. Penelitian Terdahulu Berdasarkan dari hasil laporan penelitian yang telah dilakukan oleh Qury Aini (2013: 10-11), yang berjudul “Memahami Penerimaan Pembaca Fashion Blog Hijabers (Pengguna Hijab Modern) Terhadap Pergeseran Makna Penggunaan Hijab (Analisis Resepsi Terhadap Blog Dian Pelagi), penelitian ini menyimpulkan bahwa hijab telah mengalami pergeseran makna penggunaanya, yang mana seseorang yang menggunakan hijab bukan lagi berpegang kepada nila guna (use value) dari hijab tersebut, melainkan lebih kepada simbol/nilai tanda (sign value). Simbol tersebut adalah simbol gaya hidup yang menggambarkan identitas orang yang menggunakan hijab sebagai sekelompok orang yang mengikuti perkembangan tren fashion. Tren fashion hijab saat ini tidak perlu
12
diragukan. Berbagai macam model hijab yang unik, kreatif, dan modern membuat orang tidak takut lagi menggunakan hijab serta membuat orang yang sudah mengenakan hijab tidak takut lagi dikucilkan dalam pergaulan maupun lingkungan sosialnya. Seperti halnya penelitian yang telah dilakukan oleh Qury Aini mengenai memahami penerimaan pembaca fashion blog hijabers terhadap pergeseran makna penggunaan hijab. Hal yang dapat digaris bawahi pada penelitian sebelumnya tersebut bahwa blog fashion hijab merupakan sebuah media sosial yang berperan dalam pergeseran makna penggunaan hijab. Pada penelitian ini, peneliti mencoba menawarkan hal yang berbeda yaitu mengenai gambaran tentang motif, pola dan pengaruh penggunaan media sosial dalam perkembangan fashion hijab pada komunitas Solo Hijabers. Metode Penelitian Jenis Penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif deskriptif merupakan penelitian kualitatif yang berisi data-data berupa kata-kata, gambar-gambar bukan angka-angka. Selain itu, semua dikumpulkan dan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti. Dengan demikian laporan penelitian berisikan kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. (Moleong, 2005: 11) Penilitian ini menggambarkan bagaimana fenomena penggunaan media sosial untuk perkembangan fashion hijab dengan menggunakan komunitas Solo Hijabers sebagai obyek penelian. Sumber data penelitian ini diperoleh dengan interview dan FGD. Penentuan informan dilakukan dengan metode purposive sampling. Sugiyono (2009: 53) menjelaskan yang dimaksud dengan Purposive Sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan sejak awal penelitian dan selama proses penelitian dilaksanakan. Data yang diperoleh selama penelitian tersebut, kemudian dikumpulkan dan diolah secara sistematis. Menurut Miles dan Huberman (1992) yang dimaksud dengan analisis data penelitian kualitatif terdiri
13
dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu: reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan (verivikasi). Peneliti menggunakan trianggulasi data sebagai uji validitas data penelitian. Sajian dan Analisis Data 1. Motif Penggunaan Media Sosial untuk Fashion Hijab Terdapat beberapa motifasi yang mendasari para anggota komunitas Solo Hijabers ini menggunakan media sosial untuk fashion hijab. motifasi pertama adalah informasi, dengan menggunakan media sosial mereka mengaku informasi dapat dengan mudah mereka dapatkan secara cepat dan luas. Kedua hiburan, media sosial yang mereka gunakan untuk fashion hijab dapat menjadi hiburan disaat mereka mengalami kebosanan. Ketiga life style, tuntutan perkembangan teknologi yaitu media sosial membuat mereka enggan dikatakan ketinggalan zaman dengan cara menggunakan media sosial ini. 2. Pola Penggunaan Media Sosial untuk Fashion Hijab Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, pola penggunaan media sosial untuk fashion hijab oleh anggota komunitas solo hijabers ini dapat dijelaskan melalui aktivitas menggunakan media sosial untuk fashion hijab, waktu menggunakan media sosial untuk fashion hijab, pilihan media sosial dan atribut media sosial untuk fashion hijab. A. Aktivitas Menggunakan Media Sosial untuk Fashion Hijab Terdapat beberapa aktifitas yang dilakukan oleh para anggota komunitas Solo Hijabers dalam menggunakan media sosial untuk fashion hijab. beberapa aktivitas tersebut antara lain; 1. Searching, aktivitas ini merupakan aktivitas pencarian di media sosial yang dilakukan anggota komunitas Solo Hijabers. Mereka melakukan aktivitas ini untuk mencari inspirasi fashion hijab dengan mudah. 2. Checking, aktivitas ini dilakukan para angota komunitas solo hijabers untuk mengamati akun ikon fashion hijab di media sosial. Sama seperti searching aktivitas ini mereka gunakan untuk mendapatkan informasi dan inspirasi seputar fashion hijab.
14
3. Following, aktivitas ini dilakukan anggota komunitas Solo Hijabers untuk mengikuti ikon fashion hijab kegemaran mereka pada media sosial. 4. Sharing, para angota komunitas Solo Hijabers melakukan sharing atau berbagi informasi pada media sosial untuk fashion hijab. layaknya seorang ikon fashion hijab, mereka juga membagikan informasi fashion hijab pada media sosial. 5. Shopping, selain itu para anggota komunitas ini juga melakukan transaksi online shopping di media sosial. Mereka mengaku lebih mudah mendapatkan barang fashion hijab melalui media sosial, transaksi pun lebih mudah. B. Waktu Menggunakan Media Sosial untuk Fashion Hijab Terdapat dua waktu yang dilakukan para anggota komunitas Solo Hijabers dalam menggunakan media sosial untuk fashion hijab. waktu tersebut yakni waktu luang dan waktu khusus. Waktu luang mereka gunakan saat diantara kesibukan weekday yang mereka lakukan. Di waktu senggang inilah biasanya mereka menggunakan media sosial untuk fashion hijab. Sedangkan pada waktu khusus, biasanya mereka telah menyiapkan waktu yang khusus mereka gunakan untuk menggunakan media sosial fashion hijab seperti waktu weekend. C. Pilihan Media Sosial untuk Fashion Hijab Beberapa macam media sosial yang para anggota komunitas Solo Hijabers ini gunakan untuk fashion hijab adalah yang memiliki criteria tertentu. Criteria tersebut
adalah
media
sosial
yang
memiliki
fitur-fitur
yang
dapat
memvisualisasikan bentuk dari fashion hijab itu sendiri berupa foto, tulisan dan video. Beberapa pilihan media sosial untuk fashion hijab yang para anggota komunitas Solo Hijabers pilih antara lain; instagram, path, facebook, youtube, twitter, blog, lookbook, tumblr, pinterest. D. Atribut Media Sosial untuk Fashion Hijab Atribut media sosial untuk fashion hijab merupakan beberapa hal yang diperhatikan para anggota komunitas Solo Hijabers dalam menggunakan media sosial untuk fashion hijab. beberapa hal yang mereka perhatikan antara lain foto, mereka memperhatikan foto yang dapat memvisualisasikan berbagai macam bentuk fashion hijab. Selain itu caption yang berupa tulisan dibawah foto, mereka
15
memperhatikan caption tersebut yang dapat menjelaskan foto yang mereka perhatikan. Selanjutnya mereka juga memperhatikan model yang terdapat pada foto tersebut. Beberapa model yang fashionable dan cantik menarik mereka untuk mengikuti fashion hijab yang mereka visualisasikan. 3. Pengaruh Penggunaan Media Sosial untuk Fashion Hijab Dari rangkaian motif dan pola penggunaan media sosial untuk fashion hijab oleh para anggota komunitas Solo Hijabers diatas, kemudian dapat diketahui pula pengaruh adanya penggunaan media sosial tersebut. Beberapa pengaruh yang dirasakan oleh para anggota komunitas Solo Hijabers tersebut antara lain; A. Fashion Life Para anggota komunitas Solo Hijabers ini mengaku mengalami perubahan kehidupan berbusananya (fashion life) setelah menggunakan media sosial untuk fashion hijab. Perubahan tersebut adalah mereka yang berhijab menjadi lebih fashionable dengan mengikuti perkembangan fashion hijab. Selain itu mereka yang dulunya tidak mengenakan hijab menjadi tertarik untuk mengenakan hijab setelah mengikuti fashion hijab pada media sosial. B. Social Life Pengaruh selanjutnya adalah social life atau kehidupan bersosial. Para anggota komunitas Solo Hijabers ini mengaku mengalami perubahan sosial setelah menggunakan media sosial untuk fashion hijab. Perubahan sosial tersebut mereka rasakan ketika mereka mendapatkan teman baru yang memiliki ketertarikan yang sama akan fashion hijab dan syiar agama ketika bergabung pada komunitas Solo Hijabers. Selain itu mereka yang kemudian mumutuskan untuk mengikuti perkembangan fashion hijab dan mengikuti komunitas ini membuat mereka dikenal sebagai hijabers. C. Konsumtif Mengikuti perkembangan fashion hijab pada media sosial dirasakan berpengaruh pada tingkat pengeluaran budget yang membengkak oleh para anggota komunitas Solo Hijabers ini. Perkembangan fashion hijab yang terus berganti menuntut mereka mengikutinya dengan membeli beberapa item trend fashion hijab. Terlebih lagi pada media sosial pun terdapat online shop yang
16
menjajakan berbagai macam fashion hijab yang menarik di media sosial. Selain itu online shop dapat memudahkan mereka bertransaksi dan mengeluarkan budget mereka. D. Access to Information Media sosial sebagai hasil dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi ini diciptakan untuk memudakan pengguna mengakses informasi dan berkomunikasi. Secara tidak langsung menggunakan media sosial untuk fashion hijab berpengaruh pada kemudahan para anggota komunitas Solo Hijabers ini dalam mendapatkan akses informasi dengan cepat, dapat digunakan dimana saja dan kapan saja serta efisien yang dengan murah bisa mereka dapatkan. Hal ini tentu berbeda dengan cara mereka mengakses informasi melalui media pendahulu. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis pada komunitas Solo Hijabers, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut; 1. Motif yang mendasari para anggota komunitas Solo Hijabers menggunakan media sosial antara lain terdapat motif informasi, hiburan dan life style. 2. Pola penggunaan media sosial untuk fashion hijab pada komunitas Solo Hijabers dapat diketahui dari; a) Aktivitas menggunakan media sosial untuk fashion hijab antara lain; searching, checking, following, sharing, shopping. b) Waktu menggunakan media sosial untuk fashion hijab antara lain; waktu luang dan waktu khusus c) Pilihan media sosial untuk fashion hijab antara lain; instagram, path, facebook, youtube, twitter, blog, lookbook, tumblr, pinterest. d) Atribut media sosial untuk fashion hijab antara lain; foto, caption dan model 3. Pengaruh yang ditimbulkan dari penggunaan media sosial fashion hijab pada komunitas Solo Hijabers adalah berpengaruh terhadap kehidupan berbusana (fashion life), berpengaruh terhadap kehidupan sosial (social life),
17
berpengaruh terhadap tingkat konsumtif dan berpengaruh terhadap akses informasi yang didapat. Saran Jika kita mau memahami adanya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia seperti media sosial ini tidak bisa terlepas dari kelebihan dan kekuranganya. Maka hendaknya sebelum menggunakannya kita bisa lebih cermat dalam mempelajari secara kritis hasil atau dampak dari perkembangan teknologi tersebut. Meminjam istilah dari McQuail dalam Tommy (2011: 180) bahwa media layaknya fungsi sebilah pedang yang tajam. Dimana satu sisi bisa sangat berguna untuk melindungi dan disisi lain bisa digunakan untuk melukai. Kita sebagai khalayak pengguna hendaknya mampu memilah dan menyaring segala macam bentuk hasil dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Selain itu kita hendaknya menjadi pengguna cerdas yang mampu menerima hal yang positif dan menjauhi hal yang negatif.
Daftar Pustaka Bautista, Camille. 2013. How Social Media Is Making Over the Fashion Industry. Mashable. http://mashable.com/2013/02/15/fashion-social-media/, (diakses pada tanggal 21 November 2013) Fardiana, Orrinda Ike. 2012. Mitos Kecantikan Perempuan Muslim: Studi Diskursif dalam Blog Fashion Muslim. Jurnal Universitas Airlangga. Hastasari, Chatia. 2011. Pembunuhan Media Konvensional oleh Media Baru. Bab Buku New Media : Teori dan Aplikasi. Surakarta: Lindu Pustaka. Moleong, Lexy J. 2005. Metode Penelitian Kualitatif Edisi Refisi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Nurudin. 2003. Komunikasi Massa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Onong, U.Effendy. 1986. Dinamika Komunikasi. Bandung: CV. Remadja Rosdakarya. Rahardjo, Turnomo. 2013. Isu-isu Teoritis Media Sosial. Bab Buku Komunikasi 2.0: Teoritisasi dan Implikasi. Yogyakarta: Aspikom. Rakhmat, Jalaluddin. 1989. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Ratu, Poundra Swasty. 2011. New Media, New Audience – New Media dan Kemunculan Spesies Baru Audien: Rekonseptualisasi Audien di Era
18
Media Digital. Bab Buku New Media : Teori dan Aplikasi. Surakarta: Lindu Pustaka. Santosa, Hedi Pudjo. 2011. Implikasi Media Sosial pada Perkembangan Ilmu Komunikasi. Bab Buku Komunikasi 2.0: Teoritisasi dan Implikasi. Yogyakarta: Aspikom. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. Utari, Prahastiwi. 2011. Media Sosial, New Media dan Gender dalam Pusaran Teori Komunikasi. Bab Buku Komunikasi 2.0: Teoritisasi dan Implikasi. Yogyakarta: Aspikom
19