JURNAL KOMPILEK Jurnal Kompilasi Ilmu Ekonomi HM. Pudjihardjo
DINAMIKA PERKEMBANGAN EKONOMI GLOBAL DAN TUNTUTAN KUALITAS SUMBERDAYA MANUSIA
Siti Sunrowiyati
ANALISA PENERAPAN PENGGUNAAN METODE PENYUSUTAN AKTIVA TETAP TERHADAP LAPORAN KEUANGAN
Sandi Eka Suprajang
PENGARUH KUALITAS LAYANAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN
Rony Ika Setiawan
PENGARUH ATRIBUT PRODUK TERHADAP KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM MEMBELI POP MIE
Aris Sunandes
PENGARUH PENDAPATAN KELUARGA TERHADAP POLA KONSUMSI MASYARAKAT DI KECAMATAN KEPANJENKIDUL KOTA BLITAR
Iwan Setya Putra
PERANCANGAN SISTEM LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DALAM MENGENDALIKAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH YANG EFEKTIF
Tedy Asprino
LAPORAN DAN ANALISIS RASIO KEUANGAN
[Vol 2, No. 2]
Hal. 84 - 161
Desember 2010
Diterbitkan oleh: LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT (LPPM) SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI KESUMA NEGARA BLITAR Jl. Mastrip 59 Blitar 66111, Telp./Fax : (0342) 802330/813779 Email :
[email protected]
[STIE KESUMA NEGARA BLITAR]
ISSN 2088-6268
Vol.2, No. 2, Desember 2010
ISSN 2088-6268
JURNAL KOMPILEK Jurnal Kompilasi Ilmu Ekonomi Daftar Isi: HM. Pudjihardjo
DINAMIKA PERKEMBANGAN EKONOMI GLOBAL DAN TUNTUTAN KUALITAS SUMBERDAYA MANUSIA (Hal. 84 - 93)
Siti Sunrowiyati
ANALISA PENERAPAN PENGGUNAAN METODE PENYUSUTAN AKTIVA TETAP TERHADAP LAPORAN KEUANGAN (Hal. 94 - 106)
Sandi Eka Suprajang
PENGARUH KUALITAS LAYANAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN (Hal. 107 - 115)
Rony Ika Setiawan
PENGARUH ATRIBUT PRODUK TERHADAP KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM MEMBELI POP MIE (Hal. 116 - 125)
Aris Sunandes
PENGARUH PENDAPATAN KELUARGA TERHADAP POLA KONSUMSI MASYARAKAT DI KECAMATAN KEPANJENKIDUL KOTA BLITAR (HAL. 126 - 132)
Iwan Setya Putra
Tedy Asprino
PERANCANGAN SISTEM LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DALAM MENGENDALIKAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH YANG EFEKTIF (HAL. 133 - 148) LAPORAN DAN ANALISIS RASIO KEUANGAN (Hal. 149 - 161)
iii
DINAMIKA PERKEMBANGAN EKONOMI GLOBAL DAN TUNTUTAN KUALITAS SUMBERDAYA MANUSIA HM. Pudjihardjo Abstraksi: Perkembangan ekonomi global pada saat ini mengalami kemajuan yang cukup pesat, yang mengakibatkan persaingan semakin ketat. Tajamnya persaingan diberbagai aspek kehidupan menuntut peningkatan kemampuan daya saing, khususnya bagi bangsa bangsa di negara sedang berkembang yang pada umumnya kemampuan daya saingnya masih lemah khususnya pada bidang kualitas sumber daya manusia. Kata Kunci: pertumbuhan ekonomi, daya saing ekonomi, sumber daya manusia 1. Proses Globalisasi Pada saat ini Indonesia sedang memasuki abad XXI yang merupakan millenium III perhitungan masehi. Perubahan abad dan perubahan millenium ini diramalkan akan membawa berbagai perubahan diantaranya terhadap struktur ekonomi, struktur politik, struktur kekuasaan dan struktur kebudayaan dunia. Fenomena yang paling menonjol yang tengah terjadi pada kurun waktu ini adalah terjadinya proses globalisasi. Proses perubahan inilah yang disebut Alvin Toffler sebagai gelombang ketiga, setelah berlangsung gelombang pertama ( agrikultur) dan gelombang kedua (industri) . Perubahan yang demikian menyebabkan terjadinya pula pergeseran kekuasaan dari pusat kekuasaan yang bersumber pada tanah, kemudian kepada kapital atau modal, selanjutnya dalam gelombang ketiga kepada penguasaan terhadap informasi ( ilmu pengetahuan dan teknologi ). Proses globalisasi ini lebih banyak ditakuti daripada dipahami untuk kemudian diantisipasi dengan arif dan cermat. Oleh rasa takut dan cemas yang berkelebihan itu, antisipasi yang dilakukan cenderung bersifat defensif membangun benteng-benteng pertahanan dan merasa diri sebagai obyek daripada subyek didalam proses perubahan. Arus globalisasi menimbulkan perubahan sosial yang menurut Emil Salim(1990) menimpa empat bidang kekuatan yang menonjol daya dobraknya. Keempat bidang kekuatan itu, yakni : Gelombang pertama yaitu gelombang perkembangan yang amat tinggi dalam bidang IPTEK. Gelombang kedua, yaitu bidang ekonomi, missalnya yang dapat diamati penyatuan pasar Eropa Barat, AS dan Kanada. Kecenderungan ini merupakan perilaku ekonomi global yang praktis telah mencakup sebagian wilayah didunia ini tanpa mengenal batas. Gelombang ketiga, yakni masalah lingkungan hidup, missalnya kalau terjadi pencemaran laut diselat Malaka, dampaknya tidak hanya dirasakan Malaysia, Singapura dan Indonesia, tetapi juga di Negara tetangga lainnya. Gelombang keempat, yakni bidang politik sehingga dewasa ini tidak ada lagi suatu negara yang hanya mempertaruhkan potensi yang terdapat didalam negaranya. Arus globalisasi itu telah menimbulkan perubahan sosial yang pada waktu mendatang akan terjelma dalam perilaku sosial bermasalah maupun perilaku soaial positif. Kenyataan menunjukkan dimana-mana selalu digebyarkan kata atau urutan kata persaingan, harga bersaing, persaingan global, kalah bersaing, dan memasuki persaingan global. Perkembangan ekonomi dunia pada saat ini mengalami kemajuan yang cukup pesat, diikuti dengan pergeseran dan perubahan peta kekuatan ekonomi yang dibarengi dengan semakin kompleksnya persoalan dan tajamnya persaingan.Tajamnya persaingan diberbagai aspek kehidupan menuntut peningkatan kemampuan daya saing, khususnya bagi bangsa bangsa dari negara sedang berkembang yang pada umumnya kemampuan daya saingnya masih lemah. Bahkan pada abad XXI merupakan abad global, dimana kehidupan bermasyarakat berubah-ubah dengan cepat, menuju pada kehidupan dunia yang semakin menyatu, apalagi ditopang oleh kemajuan teknologi informasi dan komunikasi serta transportasi sehingga batas-batas fisik antar negara menjadi kabur (borderless). Ekonomi dunia berkembang dengan pesat akibat dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi ( Tilaar, 2002:87).
84
Ekonomi yang berdasarkan ilmu pengetahuan merupakan lokomotif dari perubahan dunia abad XXI, dan menuntut penguasaan ilmu pengetahuan dari para pelaku ekonomi. Dinamika perkembangan ekonomi yang menuntut persaingan tajam tersebut mendasarkan pada penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga dalam dinamika perkembangan ekonomi tersebut menempatkan peran pendidikan pada posisi yang signifikan . Menurut William Schweke dalam (Waspodo,2008), bahwa pendidikan bukan saja akan melahirkan sumberdaya manusia yang berkualitas, tetapi juga dapat melahirkan iklim bisnis yang sehat dan kondusif bagi pertumbuhan ekonomi. Pencapaian pendidikan pada semua level akan mengakibatkan pendapatan dan produktifitas masyarakat. Paradigma pembangunan ekonomi dewasa ini menurut Smart Money dalam (Waspodo,2008) mendasarkan pada 3 hal yaitu : (1) Kemajuan ekonomi dalam banyak hal bertumpu pada basis dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi. (2) Hubungan kausalitas antara pendidikan dan pertumbuhan ekonomi menjadi semakin solit. (3) Pendidikan menjadi penggerak utama dinamika perkembangan ekonomi. 2. Tuntutan kualitas Sumber Daya Manusia Tantangan persaingan yang semakin tajam pada era globalisasi menuntut peningkatan kualitas profesi dan effisiensi secara terus menerus, sehingga kemampuan daya saing profesi bisa lebih kompetitif. Era globalisasi mengubah hakekat kerja dari amatiran menuju kepada profesionalisasi disegala bidang dan aspek kehidupan. Sesuai dengan tuntutan perubahan masyarakat global , tugas seorang pendidik dalam hal ini guru atau dosen juga dituntut profesionalismenya (education international 1998: 112). Dosen yang profesional bukan sekedar sebagai alat untuk transmisi kebudayaan akan tetapi mentransformasikan kebudayaan itu kearah budaya yang dinamis dan menuntut penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, produktifitas yang tinggi dan kualitas karya yang mampu meningkatkan daya saing. Masyarakat yang berkualitas tidak saja sanggup meraih setiap peluang kerja yang tersedia melalui investasi, tetapi juga sanggup menciptakan lapangan kerja yang baru. Pendidikan menurut Daoed Yoesoef (2001) tidak bisa dilepaskan dari pembangunan ekonomi serta pengembangan pendidikan harus memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi secara esensial adalah perubahan dan pertumbuhan. Perubahan perlu dimengerti sebagai keseluruhan proses transisi struktur masyarakat yang statis kearah sistem sosial yang dinamis serta modernisasi masyarakat. Serentak bersamaan dengan proses pertumbuhan, bahwa perubahan harus dianggap sebagai bagian dari pembangunan. Pendidikan mendorong sikap individual kearah effektifitas, integritas, dan sikap komunal kearah rasional dan fungsional. Pendidikan mempengaruhi, merombak, mengubah dan membentuk lembaga-lembaga sosial kultural. Jadi pendidikan itu harus mempunyai pengaruh inovatif terhadap kondisi-kondisi kemasyarakatan yang menghambat pembangunan. Edgar Faure (2001) juga berkeyakinan bahwa pendidikan selalu erat berhubungan dan berkembangnya sesuai dengan kemajuan dibidang ekonomi. Karena pendidikan merupakan kunci masuknya kearah kemajuan ekonomi bagi semua orang, maka semua orang berhak memperoleh pendidikan yang memadai. Ekonomi baru adalah ekonomi yang berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi ( Tilaar, 2002:50). Hal ini berarti kehidupan ekonomi akan bergantung pada kualitas sumberdaya manusia yang menguasai dan mampu mengimple mentasikan nilai-nilai ilmu pengetahuan dan teknologi serta produktifitas yang efektif didalam kehidupan sehari-hari. Perkembangan ekonomi yang tidak mengembangkan sumberdaya manusia tidak akan menghasilkan produk-produk yang kompetitif. Demikian juga produkproduk yang dihasilkan tanpa inovasi dan pengembangan secara terus menerus akan menghasilkan produk yang tidak memiliki daya saing tinggi. Dengan demikian peran pendidikan sebagai wahana untuk meningkatkan sumberdaya manusia memiliki kontribusi yang penting dalam mewujudkan kegiatan ekonomi yang produktif dan inovatif agar mempunyai daya saing tinggi. Pendidikan pada abad XXI mempunyai tanggung jawab moral untuk menunjang perkembangan ekonomi yang berdasarkan ilmu pengetahuan agar dapat membantu
85
masyarakat untuk membangun suatu kehidupan yang lebih adil, makmur serta mempunyai keunggulan kompetitif. Program pendidikan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia menjadi sangat penting karena banyak permasalahan yang terdapat dalam institusi pemerintahan, lembaga kemasyarakatan dan berbagai kegiatan ekonomi yang efektifitasnya tergantung kepada kualitas sumberdaya manusia, baik dalam kemampuan intelektual maupun integritas moral dalam tanggung jawabnya pada kemasyarakatan. Program pengembangan sumber daya manusia perlu memperhatikan perkembangan ekonomi baru yang mengandalkan pertumbuhan ekonomi dengan penggunaan perangkat komputer dan teknologi penunjang lainnya. Maka upaya pengembangan pertumbuhan ekonomi tanpa ditunjang ilmu pengetahuan dan teknologi dalam arti yag luas, tidak akan membantu masyarakat dalam memberdayakan dirinya menghadapi dunia yang semakin kompetitif. Sumber daya manusia, menurut Damanhuri dalam ( Waspodo,2008) merupakan salah satu faktor kunci dalam reformasi ekonomi. Menciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas dan memiliki ketrampilan serta berdaya saing tinggi, menjadi tuntutan pembangunan ekonomi. Globalisasi ekonomi merupakan suatu proses kegiatan ekonomi dan perdagangan yang menyatukan kekuatan pasar semakin terintegrasi untuk effisiensi dan meningkakan daya saingnya. 3. Indek Pembangunan Manusia Menurut laporan United Nation Development Program ( UNDP ) menunjukkan bahwa kualitas sumber daya manusia Indonesia masih tergolong rendah. Hal itu dapat dilihat dari peringkat indeks pembangunan manusia Indonesia dilaporkan sebagai berikut : Tabel 1. Human Development Index 2006 Negara
HDI Expenditure on ranking Education (%GNP) Norwegia 1 6,9 Islandia 2 5,4 Australia 3 3,6 Amerika Serikat 7 3,0 Jepang 8 4,5 Singapura 25 5,5 Brunai Darussalam 34 4,8 Malaysia 61 6,3 Thailand 74 5,4 Tiongkok 81 2,9 Filipina 84 3,4 Indonesia 108 1,5 Vietnam 109 2,3 Papua New Gini 139 2,0 Timor Leste 142 1,4 Sumber : Human Development Report , 2006
Education index 0,99 0,97 0,94 0,86 0,84 0,79 0,75 0,74 0,73 0,73 0,72 0,71 0,70 0,67 0,63
Peringkat Pembangunan Manusia atau Human Development Index ( HDI ) tersebut diukur dengan beberapa kriteria , antara lain : Panjangnya usia yang diukur dengan tingkat harapan hidup. Pengetahuan yang diukur dengan rata-rata tertimbang dari jumlah orang dewasa yang dapat membaca dan rata-rata tahun sekolah. Penghasilan yang diukur dengan pendapatan per kapita riil. Human development indeks (HDI) pada dasarnya memberikan informasi tentang kualitas pengembangan sumber daya manusia disuatu negara yang dilaporkan secara rutin oleh UNDP. Sesuai laporan united nations development program (UNDP) yang merupakan badan PBB untuk program pembangunan, menempatkan Indonesia pada peringkat ke 108 dalam indeks pembangunan manusia dengan nilai indeks 0,711.
86
Singapura, yang penduduknya tidak lebih dari jumlah penduduk jakarta , menem pati peringkat ke 25, jauh diatas Indonesia. Keberadaan Indonesia hanya setingkat lebih baik dibandingkan Vietnam, dan juga melampaui dua negara tetangga diluar asean , yaitu Papua Nugini ke 139 dan Timor Leste ke 142. Ada beberapa pengelompokan dari peringkat pembangunan manusia. 1. Negara dengan pembangunan manusia yang rendah ( low human development ) bila nilai HDI berkisar antara ( 0,0 hingga 0,50 ). hal ini berarti kurang memper hatikan pembangunan manusianya. 2. Negara dengan pembangunan manusia yang mene ngah ( medium human development ) bila nilai hdi berkisar antara ( 0,51 hingga 0,79 ). hal ini berarti mulai memperhatikan pembangunan manusianya. 3. Negara dengan pembangunan manusia yang tinggi (high human development) bila nilai hdi berkisar antara ( 0,80 hingga 1,0 ) . hal ini berarti sangat memperhatikan pembangunan manusianya. Adapun secara keseluruhan jumlah negara yang diukur peringkatnya pada tahun 1999 sebanyak 162 negara. 4. Daya saing Ekonomi Rendahnya indeks Pembangunan Manusia Indonesia telah berdampak pada rendahnya daya saing internasional ekonomi Indonesia, dimana pengaruh globalisasi yang menyangkut hubungan itraregional dan internasional akan terjadi persaingan antar negara disegala bidang. Hal ini dapat dilihat dalam laporan World Ekonomic Forum (WEF), dalam tabel berikut ini : Tabel 2. Peringkat Daya Saing Global Tahun 2002-2003 Negara
Daya saing pertum buhan Ekonomi Negara
Amerika Serikat 1 Finlandia 2 Taiwan 3 Singapura 4 Swedia 5 Jepang 13 Malaysia 27 Thailand 31 Vietnam 65 Indonesia 67 Sumber : World Economic Forum, 2004.
Daya saing Mikro Ekonomi Negara (kelembagaan dan SDM) 1 2 16 9 6 10 26 35 60 64
Ukuran daya saing ekonomi tersebut ditentukan oleh empat faktor, yaitu: - kebijakan pemerintah, - kemampuan sumberdaya manusia, - kelembagaan - birokrasi yang effisien. Kualitas kelembagaan dan sumber daya manusia secara eksplisit mencerminkan kemampuan daya saing suatu bangsa. Dalam era globalisasi ekonomi yang bercirikan persaingan bebas, suatu bangsa akan eksis atau mampu bertahan apabila memiliki daya saing tinggi (Waspodo, T.S.2008). 5. Alokasi Dana Pendidikan Rendahnya kemampuan daya saing bangsa Indonesia bersumber dari kualitas pendidikan di Indonesia yang masih rendah. Rendahnya kualitas pendidikan bangsa indonesia dipengaruhi oleh beberapa komponen penunjang proses pendidikan, antara lain kualitas pendidik, sarana pembelajaran seperti buku teks, media pembelajaran, sumber-sumber belajar serta peralatan laboratorium pembelajaran yang kurang memadai. Berikut ini dapat dilihat prosentase perbandingan alokasi dana pendidikan dari Gross National Product ( GNP ) pada negara negara dikawasan Asia.
87
Tabel 3 Prosentase Biaya Pendidikan Terhadap GNP Tahun 2002-2004 No.
Negara
1. Malaysia 2. Thailand 3. Brunai Darussalam 4. Singapura 5. Philipina 6. Indonesia Sumber :Ki Supriyoko, 2005.
Th. 2002 (%) 5,2 4,1 3,1 3,0 3,0 1,3
Th.2003 (%) 5,5 4,5 3,3 3,4 3,2 1,4
Th.2004 (%) 6,3 5,4 3,4 3,5 3,4 1,5
Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa Prosentase alokasi biaya pendidikan terhadap GNP untuk negara-negara tetangga di kawasan Asia terutama dinegara-negara ASEAN, negara Indonesia tergolong paling rendah. Kecilnya prosentase alokasi dana pendidikan tersebut memiliki dampak terhadap rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia di Indonesia. Disamping itu dapat juga dilihat dari minimnya alokasi anggaran penyeleng garaan pendidikan yang bersumber dari APBN maupun sumbangan dana dari masyarakat. Selanjutnya dapatlah dilihat perbandingan alokasi anggaran pendidikan dari APBN di negara-negara tetangga dalam tabel berikut ini : Tabel 4. Prosentase Alokasi Anggaran Pendidikan dalam APBN Tahun 2003-2005 No.
Negara
Th. 2003 (%) 1. Thailand 21,0 2. Singapura 18,6 3. Filipina 19,1 4. Malaysia 19,3 5. Kamboja 15,0 6. Vietnam 13,07 7. Indonesia 5,4 Sumber : ADB Statistical Tables, 2008
Th.2004 (%) 20,6 17,3 18,6 14,7 16,2 11,5 7,4
Th.2005 (%) 21,5 19,6 17,5 15,5 16,5 12,5 9,1
Dari tabel 4 memberikan gambaran betapa rendahnya alokasi dana penye lenggaraan pendidikan yang bersumber dari APBN di Indonesia bila dibandingkan dengan negara tetangga mulai tahun 2003 sampai tahun 2005. Rendahnya biaya pendidikan tersebut berdampak pada rendahnya kualitas pendidikan yang pada akhirnya akan menurunkan kualitas sumber daya manusia. Dalam hubungan kausalitas, upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia sangat dipengaruhi oleh mutu pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan dibutuhkan dana yang memadai untuk komponen penunjangnya. Sesuai dengan hakekat profesionalisasi penyelenggaraan kegiatan pendidikan , proses pendidikan yang berkualitas memerlukan biaya yang sepadan. Peningkatan anggaran pendidikan diharapkan dapat mengatasi masalah mutu sumber daya manusia. Peningkatan anggaran tersebut dapat digunakan untuk pengembangan , revitalisasi dan rehabilitasi fisik, pengembangan kurikulum, penyediaan buku perpustakaan, peningkatan mutu tenaga pendidik, peningkatan proses pembelajaran, dan fasilitas pendidikan lainnya. Seyogyanya pemerintah menempatkan pendidikan sebagai prioritas utama, alasannya bahwa modal manusia sebagai elemen terpenting dari perkembangan ekonomi. Investasi pendidikan merupakan kegiatan yang dapat meningkatkan nilai stock manusia, berupa peningkatan penghasilan individu, produktifitas kerja dan social benefit individu dibandingkan sebelum mengecap pendidikan (Elfrindi, 2003). Nilai stock meningkat , mengandung makna pendapatan individu meningkat, produktifitas kerja meningkat , benefit social lainnya akan memberikan manfaat pada indek pembangunan manusia.
88
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pendidikan Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi proses pendidikan berikut ini digambarkan model Transformasi Input Output yang disampaikan oleh Buchman dan Hannum (2001) : Gambar 1. Model Transformasi Input Output Buchmann dan Hannum
DEMAND
Family factors Macro-Structural Forces
SES Structure
Educational Outcomes
Resources
Enrollment
National Conditions State Policies
Attainment
Global Forces
Archievement School Factors Inputs Processes Organization Economic Outcomes
Major focus of Research
Limited focus of Research
Community Factors
Occupational Status Income
Structure Resources
Resources SUPPLAY
Sumber : Buchmann dan Hannum, 2001. Kurva tersebut menggambarkan : a. Struktur makro mempengaruhi faktor sekolah dan faktor di luar sekolah secara tidak langsung pengaruhnya terhadap hasil pendidikan. b. Hasil pendidikan ditentukan oleh demand dan supply. Bertindak sebagai demand adalah faktor keluarga dan sebagai supply adalah faktor sekolah dan masyara kat. Pengaruh faktor sekolah dan faktor diluar sekolah terhadap hasil pendidikan bersifat langsung. c. Hasil pendidikan menentukan hasil ekonomi.
89
Struktur makro meliputi kondisi nasional, kebijakan Negara dan pembentukan global. Negara melalui kebijakan pendidikan dapat menentukan ketetapan peluang pendidikan dan struktur dari sitem pendidikan. Menurut Fuller dan Rubinson (1992), Negara dapat juga memberikan sinyal pada permintaan pendidikan dengan memperbaiki kualitas pendidikan melalui hukum wajib sekolah atau menekankan pada manfaat pendidikan (Buchmann dan Hannum,2001 ). Faktor sekolah dan faktor di luar sekolah mempengaruhi secara langsung hasil pendidikan. Faktor keluarga meliputi status sosial ekonomi, struktur keluarga, dan sumber sumber material mempengaruhi kemampuan anak dalam pendidikan. Faktor keluarga dalam arti luas menyangkut latar belakang kehidupan keluarga, sebagai tulang punggung dalam pendidikan anggota keluarga. Faktor Sekolah meliputi input, proses dan organisasi sekolah mempengaruhi keluaran pendidikan.Adanya kenaikan faktor sekolah dalam hal ini input basic material, proses dan organisasi pendidikan akan menaikkan kemampuan keluaran pendidikan. Input basic material diantaranya buku teks, kepustakaan, pelatihan tenaga pendidik, laboratorium, gaji tenaga pendidik, kualitas tenaga pendidik dsb. Faktor masyarakat merupakan faktor diluar sekolah meliputi struktur dan sumber sumber masyarakat. Dalam kajian Buchman dan Hannum faktor masyarakat tidak merupakan focus utama tetapi ikut diperhitungkan dalam menentukan hasil pendidikan. Berdasarkan model input output tersebut, dinegara berkembang keberhasilan dari pendidikan baik kuantitas dan kualitas tidak lepas dari peran pemerintah melalui kebijakan dibidang pendidikan. Kebijakan bidang pendidikan tentunya mempunyai hubungan yang erat dengan prestasi yang dicapai oleh lulusan satuan pendidikan karena manfaatnya terutama manfaat ekonomi maupun non ekonomi. Dalam transformasi input output tersebut lebih menggambarkan kontribusi pemerintah sebagai pengambil kebijakan pendidikan dan faktor keluarga dan sekolah yang mendeterminasi hasil pendidikan. Pemerintah sebagai pengambil kebijakan pendidikan mempengaruhi hasil pendidikan melalui faktor keluarga sebagai demand dan faktor sekolah sebagai supply. Investasi modal manusia memiliki dua nilai, yaitu nilai ekonomi dan nilai non ekonomi. Nilai ekonomi berhubungan dengan pendapatan yang diperoleh akan datang dari investasi yang ditanamnya melalui pendidikan. Nilai non ekonomi, nilai yang berhubungan dengan kondisi kerja, kepuasan kerja, kepuasan masa depan yang lebih baik. Hal tersebut sesuai dengan pendekatan investasi modal manusia, yang menyatakan bahwa investasi tersebut akan menaikkan produktivitas yang tinggi dan produktivitas yang tinggi akan menaikkan pendapatan (Cohn,1979). Menurut Tamora (1988), awal mula human capital adalah perbedaan individu dalam ketrampilan dan produktivitas menjelaskan perbedaan pendapatan individu (Tommasi dan Jerulli, 1995). Menurut Fatah dalam ( Waspodo TS,2008) pendidikan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu bangsa . Pendidikan erat kaitannya dengan produktifitas dan fertilitas masyarakat, sehingga menjadikan sumber daya manusia lebih bisa mengerti dan siap menghadapi perubahan dan lingkungan kerjanya. Jadi suatu bangsa yang mempunyai penduduk dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan mampu mencapai pertumbuhan ekonomi yang pesat pula. Secara teoritis, konsep biaya dalam suatu usaha mempunyai kesamaan dengan penyelenggaraan program pendidikan. Lembaga pendidikan sebagai produsen jasa pendidikan menghasilkan keahlian, ketrampilan, ilmu pengetahuan, karakter dan nilai-nilai yang dimiliki oleh lulusan. Kegiatan pendidikan dapat dipandang sebagai proses produksi yang menghasilkan lulusan dengan kompetensi keahlian tertentu. Layanan (service) terhadap siswa / mahasiswa sebagai peserta didik merupakan suatu proses produksi yang menghasilkan lulusan sesuai standard tertentu dalam suatu sistem pendidikan. Menurut Theodore Schultz dalam ( Waspodo T.S.,2008 ) Pendidikan dapat dipandang sebagai salah satu bentuk investasi ( human investment ). Dalam teorinya Human Capital, Schultz menjelaskan bahwa proses pengetahuan dan ketrampilan melalui pendidikan bukan merupakan bentuk konsumsi semata-mata , akan tetapi merupakan suatu bentuk investasi. Teori Human Capital telah mampu mempengaruhi para ilmuwan untuk mengambil keputusan perencanaan dan pelaksanaan dalam pembinaan sumber daya manusia serta mendorong pertumbuhan permintaan pendidikan dinegara-negara berkembang pada masa pasca-penjajahan. Nilai modal manusia (human capital) suatu bangsa tidak hanya ditentukan oleh jumlah populasi
90
penduduk atau tenaga kasar (labour intensif) tetapi sangat ditentukan oleh tenaga kerja intelektual (brain intensif). Pendidikan dan latihan dapat meningkatkan pengetahuan dan keahlian yang pada gilirannya dapat meningkatkan produktifitas kerja. Beberapa studi lain yang dilakukan oleh Bank Dunia, menunjukkan bahwa investasi pendidikan sebagai kegiatan inti dalam pengembangan sumber daya manusia, terbukti telah memiliki sumbangan yang sangat signifikan terhadap tingkat keuntungan ekonomi ( McMahon dan Budiono, 2002 ). Berdasarkan temuan studi tersebut bahwa keuntungan ekonomi (rate of return) investasi pendidikan ternyata lebih tinggi dari pada investasi fisik dengan perbandingan rata-rata 15,1 % dan 9,1 % . Hal ini berarti bahwa investasi dalam pendidikan merupakan upaya yang menguntungkan baik secara sosial maupun ekonomi. Kontribusi pendidikan terhadap produktifitas kerja dapat dilihat dari penghasilan pekerja yang selain ditentukan oleh tingkat pendidikan pekerja juga ditentukan oleh strategi pasar. Untuk mencapai nilai balik investasi modal manusia yang tinggi, maka pendidikan di Indonesia harus menghasilkan tenaga yang memiliki kompetensi akademik dan produktif yaitu tenaga yang memiliki kemampuan pengetahuan, keterampilan dan sikap nilai yang kritis dan konstruktif sesuai dengan perkembangan ekonomi. Oleh karena itu mutu lulusan harus mendapat skala prioritas dalam pembangunan dan karenanya tanggungjawab pelaksanaan pendidikan bukan hanya pemerintah tetapi juga tanggung jawab masyarakat (Ady Soeyoto,2008). 7. Pendidikan untuk membentuk akhlak manusia. Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat hakiki, sekaligus investasi jangka panjang yang sangat mahal. Pendidikan dapat dijadikan sarana membangunan kualitas sumberdaya manusia, meningkatkan kesejahteraan manusia serta persatuan dan kesatuan bangsa, meningkatkan status sosial, citra, dan derajat manusia meningkatkan iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mencerdaskan, memperbaiki etika, estetika, moral, budi pekerti, dan membentuk akhlak masyarakat (Haris S, 2008 ). Pembangunan pendidikan nasional kedepan didasarkan pada paradigma pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. Artinya, manusia adalah subyek yang memiliki kapasitas untuk mengaktualisasikan potensi dan dimensi kemanusiaannya secara optimal. Dimensi kemanusiaan yang utuh tersebut juga meliputi pembentukan akhlak mulia. Maksudnya, manusia yang memiliki keteguhan iman dan takwa, etika, serta moral yang baik. Juga memiliki wawasan kebangsaan serta kepribadian yang modern, menguasai iptek, mempunyai estetika, dan meningkatkan kesehatan jasmaninya. Paradigma pembangunan pendidikan tersebut menempatkan peserta didik pada peran dan kedudukan yang sangat penting, bukan sebagai obyek, tetapi sebagai subyek. Pendidikan merupakan suatu proses yang sistematis, terencana, dan terarah untuk memanusiakan manusia secara holistik serta sebagai media pembentukan kepribadian. Pendidikan sebagai proses memanusiakan manusia memerlukan perenungan secara filosofis. Sebab, proses tersebut tidak hanya bersifat fisik. Disitu tercakup seluruh dimensi dan potensi manusia dan realitas yang mengitarinya. Fungsi pendidikan yang paling esensial adalah menyadarkan manusia sebagai subyek didik. Juga, menyadarkan kedudukan dan perannya dalam kehidupan dunia maupun akhirat yang menyangkut dinamika kejiwaan dan kerohanian. Intinya membangun manusia yang berakhlak. Namun untuk mewujudkan pembangunan pendidikan nasional untuk membentuk akhlak masyarakat Indonesia tidak mudah. Sebab masyarakat pada saat ini mengalami krisis yang multidimensional, khususnya krisis etika, moral, dan akhlak. Disamping itu, banyak pendidik yang belum memiliki kesadaran bahwa mereka memiliki tanggung jawab, bukan hanya mencerdaskan peserta didik , tetapi juga membentuk akhlak mereka. Dalam proses pembelajaran, para pendidik saat ini lebih fokus pada transformasi ilmu, sebaliknya, pembinaan akhlak sangat kurang. Akibatnya, banyak generasi muda yang saat ini terjerumus pada hal hal yang kurang baik missalnya pergaulan bebas, narkoba, perkelahian pelajar / mahasiswa. Begitu juga tidak jarang lulusan dari suatu lembaga pendidikan ditempat kerjanya melakukan perbuatan yang menyimpang, missalnya melakukan korupsi, menerima suap dsb.Hal tersebut dapat dilihat dari mesih tingginya tingkat korupsi di Indonesia seperti yang telah
91
disampaikan oleh Transparansi Internasional Indonesia (TII) yaitu pada tahun 2007 Indonesia berada pada peringkat 143 dan sedikit menurun di tahun 2008 yaitu pada peringkat 126 dari 180 negara yang diamati. Realita yang sering dijumpai dalam kehidupan bermasyarakat, bernegara dan berpolitik, seakan-akan sudah tidak mengindahkan lagi akhlak. Mereka dengan mudah saling menghujat, mencari kesalahan orang lain, dan bahkan membuka serta menyebarkan rahasia orang lain seakan - akan merasa tidak berdosa, walaupun perbuatan tersebut dilarang oleh agama. Oleh sebab itu, para pendidik harus memiliki kesadaran bahwa pendidikan harus memiliki wawasan kedepan yang berdimensi dunia maupun akhirat ( Haris S,2008 ) Akhlak harus dimiliki seseorang dalam hidup berkeluarga , bermasyarakat, berbangsa, bernegara, serta menjadi berbagai ukuran dalam beragama, baik yang berdimensi ibadah maupun muamalah. Dalam kehidupan bermasyarakat , akhlak akan menjadi ukuran baik buruknya seorang. 8. Penutup . Pada akhirnya uraian tersebut diatas dapatlah disarikan tantangan persaingan yang semakin tajam pada era globalisasi menuntut peningkatan kualitas Profesi dan effisiensi secara terus menerus, sehingga kemampuan daya saing profesi bisa lebih kompetitif. Era globalisasi mengubah hakekat kerja dari amatiran menuju kepada profesionalisasi disegala bidang dan aspek kehidupan. Dengan globalisasi maka human movement akan semakin mudah dan bebas. Untuk mewujudkan kualitas SDM yang berdaya saing tinggi dibutuhkan Investasi pembangunan pendidikan, karena pendidikan akan menjadi penggerak utama dinamika perkembangan ekonomi.
92
DAFTAR PUSTAKA Ady Soejoto , 2007, Dukungan Dunia Industri dan Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat terhadap Mutu Lulusan Satuan Pendidikan, Boediono dan McMahon,D.A. 1992, Education, Economic and Social Development Second 25 years Development Plan and Sixth Year Development plan, Background Paper and Goals. Jakarta : Balitbang Dikbud. Buchman, Claudia ; Emily Hannum, 2001. Education and stratification in Developing countries : A Review of theoris and research. Cohn.,E., and Milman, S.D. 1975. Input Output Analysis an Public Education, Bellinger Publishing Company. Cambridge. Elfrindi,2003. Nilai Ekonomi Pendidikan Menengah : Temuan dari data Susenas 2001, Jurnal Ekonomi dan Keuangan Indonesia. h.139-158. Fuller, B and Rubinson, R,1992. The Political Contruction of Education, New York : Praeger. Haris, Richard.1992. Personnel Administration in Education ( 3 rd.) Boston: Ally and Bacon Inc. Haris Supratno, Prof.Dr., 2008, Pendidikan yang mengakhlakkan, Jawa Pos , Sabtu 20 Sepetember 2008. Tilaar, H.A.R. 2002, Membedah Pendidikan Nasional, Jakarta, Rineka Cipta. Tommasi, Mariano dan Lerulli, Kathryn 1995. The New Economics of Human Behavior (editor). First Edition. Tamura, Robert. Human Capital, Fertility and Economic Growth. Cambridge University , New York. Waspodo T.S. , 2008, Insentif dan Implikasinya pada Kinerja Guru Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan di sekolah Dasar Kota Surabaya.
93