Jurnal Kebebasan Vol. 1 No. 2, April 2015
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang
dalam 2 peristiwa, semenara Pura dalam
majemuk, terdiri dari berbagai macam
satu peristiwa.2
suku, agama, ras, dan etnik. Ditambah lagi jumlah
penduduk
Indonesia
yang
berjumlah 237 Juta Jiwa (BPS, 2010), yang tersebar di 17.508 pulau dari Sabang sampai Merauke. Kondisi ini tentunya membuat Indonesia mempunyai potensi konflik yang sangat tinggi, salah satunya konflik antar agama.
Sedangkan
Laporan
Beragama/Berkeyakinan
Kemerdekaan Tahun
2013
dari The Wahid Institute menyatakan selama Januari sampai Desember 2013, jumlah pelanggaran atau intoleransi yang ditemukan di Indonesia berjumlah 245 kasus
atau
pelanggaran
peristiwa.3 atau
intoleransi
dilakukan
222 peristiwa pelanggaran kebebasan
menghambat/ menghalangi/ menyegel
beragama/berkeyakinan
292
rumah ibadah adalah tindakan yang
bentuk tindakan yang tersebar di 20
paling banyak dilakukan (28 kasus) di
provinsi.1 Kemudian dikatakan bahwa
tahun 2013 ini.4 Kemudian korban paling
terdapat 43 rumah ibadah yang menjadi
banyak dialami oleh Gereja (15 institusi),
sasaran tindakan pelanggar. Gangguan
diikuti Masjid JAI (12 institusi).5
terhadap tempat ibadah dalam peristiwa yang terdokumentasikan
pada
tahun
2013 sebagian besar mengarah pada gereja, yaitu sebanyak 27 peristiwa. Masjid menjadi sasaran gangguan dalam
Oleh
karena
itu,
negara,
yang
Berdasarkan data Setara Institute tercatat dengan
aktor
Bentuk
dalam
tindakan
rangka
menciptakan kerukunan umat beragama, pemerintah
mengeluarkan
Peraturan
Bersama Menteri Agama dan Menteri
17 peristiwa. Sisanya, Vihara menjadi objek gangguan dalam 2 peristiwa dan tempat peribadatan Aliran Kepercayaan
2
3
Ibid., hal 14. The
Wahid
Institute,
Laporan
Kemerdekaan
Beragama/Berkeyakinan , 2013, Jakarta, hal 23. 1
Setara
Institute,
Kondisi
Kebebasan
4
Ibid., hal 24.
5
Ibid., hal 27.
Beragama/Berkeyakinan di Indonesia, 2013, Jakarta, hal 4.
Dalam Negeri Nomor 8 dan 9 Tahun 2006
orang agar tercipta ketertiban; serta Pasal
tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas
29
Kepala
Daerah
menjalankan agama dan kepercayaan.
Dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat
Sebagai konstitusi negara, UUD 1945
Beragama,
Pemberdayaan
memerintahkan
Kerukunan
Umat
Daerah/Wakil Kepala
Forum
Beragama
yang
memberikan
agar
jaminan
mengakui,
dan
menghormati dan memelihara keragaman
Pendirian Rumah Ibadah atau disebut
agama tersebut agar tercipta kerukunan
juga dengan PBM 2006. PBM 2006
antar umat beragama.
merupakan hasil kompromi dari berbagai pihak unsur agama yang ada di Indonesia. Namun, permasalahan kerukunan umat beragama di Indonesia masih menjadi tantangan
bangsa
salah satunya
Indonesia,
dimana
terkait dengan konflik
pendirian rumah ibadah.
PBM 2006 merupakan turunan dari UUD 1945, kedudukan PBM ini diatur dalam UU Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan
Perundang-
undangan dan direvisi oleh UU No. 12 Tahun 2011. Pada hakekatnya PBM adalah Peraturan Menteri dan diakui
Melihat kondisi di atas, konflik yang
keberadaannya
berlatar belakang agama masih tinggi
kekuatan hukum mengikat sepanjang
intensitasnya. Hal ini menjadi keprihatian
diperintahkan oleh Peraturan Perundang-
dan cukup mengkhawatirkan terhadap
undangan yang lebih tinggi atau dibentuk
perjalanan bangsa Indonesia.
berdasarkan kewenangan.
Padahal
kebebasan dan kerukunan beragama di Indonesia telah diatur di dalam UndangUndang Dasar 1945 (UUD 1945). Dalam UUD
1945
Pasal
28
E
mengenai
kebebasan beragama dan beribadah; Pasal 28 J yang mengatur mengenai batasan dalam beribadah bagi setiap
Berdasarkan
serta
sifatnya,
mempunyai
PBM
2006
dikategorikan sebagai regeling. Regeling merupakan perbuatan pemerintah dalam hukum publik berupa suatu pengaturan yang bersifat umum. Maksud perkataan umum dalam pengertian regeling berarti
Jurnal Kebebasan – Liberalisasi Sektor Ketenagalistrikan
www.suarakebebasan.org
1
dalam upaya mengatur semua warga
JA/ 6/ 2008, dan Menteri Dalam Negeri
masyarakat tanpa terkecuali, atau dengan
Republik Indonesia Nomor 199 Tahun
perkataan lain peraturan ini ditujukan
2008 Tentang Peringatan Dan Perintah
kepada semua warga masyarakat tanpa
Kepada Penganut, Anggota, Dan/Atau
terkecuali, dan bukan bersifat khusus.
Anggota Pengurus Jemaat Ahmadiyah
PBM 2006 masuk pada kategori regeling. Hal
ini
dikarenakan
bersifat
umum
(ditujukan untuk semua orang), abstrak (berisi
norma
yang
masih
perlu
dijabarkan) dan tidak final (tidak dapat langsung
dieksekusi).
PBM
ini
juga
merupakan delegasi dari peraturan yang lebih tinggi, yaitu UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan secara hirarkis tertuang juga dalam UU No.10 Tahun 2004, dan UU No.12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan
Perundang-undangan,
Indonesia (JAI) Dan Warga Masyarakat. Peraturan bersama ini dikategorikan sebagai
beschikking
karena
bersifat
individual (ditujukan kepada penganut, anggota, atau pengurus JAI), konkrit (terkait
dengan
larangan
kegiatan
tertentu), dan final (langsung dapat dieksekusi). SKB ini dimungkinkan dibuat sebagai perintah UU No.1/pnps/1965 yang masih berlaku hingga saat ini.7 Evaluasi Implementasi PBM 2006
Peraturan
dimana
salah
satunya adalah Peraturan Menteri.6
Pembentukan
Peraturan
Bersama
Menteri Agama Nomor: 9 Tahun 2006 Dan Menteri Dalam Negeri Nomor: 8
PBM 2006 berbeda dengan Keputusan
Tahun
Bersama Menteri Agama No. 3 tahun
Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/Wakil
2008, Jaksa Agung Nomor Kep-033/ A/
Kepala
2006 Daerah
Kerukunan 6
Tentang Dalam Umat
Pedoman
Pemeliharaan Beragama,
Suherman Toha, Eksistensi Surat Keputusan Bersama
Dalam Penyelesaian Konflik Antar dan Intern Agama, Jakarta, Kementerian Hukum Dan HAM, 2011, hal 98.
7
Ibid., Suherman Toha.
Jurnal Kebebasan – Liberalisasi Sektor Ketenagalistrikan
www.suarakebebasan.org
2
Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat
sentimen agama, sehingga hal ini akan
Beragama, Dan Pendirian Rumah Ibadat
mengganggu kerukunan umat beragama.
(PBM 2006) harus diakui sebagai salah
PBM 2006 merevisi Keputusan Bersama
satu produk perundang-undangan yang
Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri
partisipatif. Hal ini terefleksi dari 11 kali
No. 1/ BER/ Mdn-Mag/ 1969 Tentang
pertemuan dari bulan Oktober 2005
Pelaksanaan
Tugas
Aparatur
sampai bulan Maret 2006 yang dilakukan
Pemerintahan
Dalam
Menjamin
Pemerintah
pemuka-pemuka
Ketertiban dan Kelancaran Pelaksanaan
agama yang berasal dari majelis agama.
Pengembangan dan Ibadat Agama oleh
Proses pembahasan pembentukan PBM
Pemeluknya,
2006 berjalan secara intensif dan terbuka,
multitafsir.
bersama
sehingga menghasilkan sebuah rumusan atas kesepakatan bersama dari semua pemuka agama yang mewakili majelismajelis agama.8 Diterbitkannya
yang
dianggap
masih
Di dalam PBM 2006 ini diatur tiga hal pokok,
yaitu
Tugas
Kepala
Daerah,
Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), dan Pendirian Rumah
PBM
2006
dilakukan
Ibadat. Berikut akan penulis uraikan
untuk merespon perkembangan yang
evaluasi
terhadap
implementasi
tiga
terjadi di masyarakat, dimana terjadi
aspek di atas di Kota Bekasi, Jawa Barat
peningkatan konflik yang berdasarkan
sebagai
studi kasus penelitian ini.
Penulis mengambil lokasi studi di Bekasi 8
Sambutan Menteri Agama Republik Indonesia,
Peraturan Bersama Menteri Agama Nomor : 9 Tahun
dikarenakan pertama, terkait dengan
2006 Dan Menteri Dalam Negeri Nomor : 8 Tahun 2006
beberapa peristiwa seperti pada contoh
Tentang
kasus
Pedoman
Pelaksanaan
Tugas
Kepala
Daerah/Wakil Kepala Daerah Dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama, Pemberdayaan Forum
Gereja
Stanislaus
Katolik
Kostka
di
Santo
Kecamatan
Kerukunan Umat Beragama, Dan Pendirian Rumah
Jatisampurna;
Ibadat, hal. 5.
Protestan (HKBP) di Kampung Ciketing
Jurnal Kebebasan – Liberalisasi Sektor Ketenagalistrikan
www.suarakebebasan.org
Horia
Paroki Kristen
Batak
3
Kecamatan Mustikajaya; Pantecosta dan
Di dalam UU No. 32 Tahun 2004 Tentang
GKRI (Gereja Kristen Rahani Indonesia) di
Pemerintahan Daerah, Pasal 10 ayat 3
Bekasi
disebutkan bahwa urusan agama adalah
Utara;
serta
Gereja
Kristen
Indonesia (GKI) Gembrong di Kecamatan
domain
Pondok Gede.
persoalan
Kedua, eskalasi konflik yang berlatar belakang agama di Kota Bekasi cukup tinggi kasus sehingga mengakibatkan
Pemerintah
Pusat,
namun
menjaga
kerukunan
umat
beragama demi menjaga ketentraman dan ketertiban umum dapat dilimpahkan kepada Pemerintah daerah.
jatuhnya korban jiwa seperti kasus
Hal ini mengacu pada Pasal 10 ayat 4
penusukan dua jamaat gereja HKBP di
yang Dalam menyelenggarakan urusan
Kampung Ciketing.
pemerintahan pada
sebagaimana
ayat
(3),
dimaksud Pemerintah
Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah
menyelenggarakan sendiri atau dapat
Dalam
melimpahkan
sebagian
pemerintahan
kepada
Pemeliharaan
Kerukunan
Umat Beragama Tugas Kepala Daerah disebutkan dalam PBM 2006, Pasal 2 yaitu pemeliharaan kerukunan
umat
beragama
menjadi
tanggung jawab bersama umat beragama, pemerintahan daerah dan Pemerintah. Artinya Pemerintah
Pemerintah daerah
Pusat beserta
dan pemuka
agama berkewajiban untuk menjalankan
urusan perangkat
Pemerintah atau wakil Pemerintah di daerah atau dapat menugaskan kepada pemerintahan
daerah
dan/atau
pemerintahan desa. Dengan demikian, jelas bahwa pelaksanaan PBM 2006 merupakan
pelimpahan
urusan
dari
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah.
fungsi dan perannya untuk memelihara
Muhammad
kerukunan umat beragama.
Direktorat
Bin Agama
Saudy, dan
Kepala
Sub
Kepercayaan,
Kementerian Dalam Negeri mengatakan
Jurnal Kebebasan – Liberalisasi Sektor Ketenagalistrikan
www.suarakebebasan.org
4
apa yang telah tertulis di PBM 2006
pertimbangan kepada walikota terhadap
merupakan
pendirian rumah ibadah.
tugas
dan
kewenangan
pemerintah daerah, kecuali jika terdapat permasalahan diselesaikan
yang oleh
pemerintah
pusat
tidak
dapat
daerah,
maka
dapat
membantu
daerah menyelesaikannya. Jika daerah tidak mampu, maka pemerintah pusat berperan
untuk
memediasi
memfasilitasi
untuk
dan
menyelesaikan
persoalan. Selanjutnya Saudy mengatakan peran kepala daerah sebagaimana yang diamanatkan mengatur
di
dalam
pendirian
PBM
rumah
2006 ibadah,
contohnya dengan mengeluarkan ijin mendirikan bangunan (IMB). Kemudian kepala daerah mempertimbangkan juga Rencana Tata Ruang Wilayah di daerah tersebut.
Hariani
Kerukunan
Kepala
Beragam
Kerukunan
Sub
Bidang
pada
Bidang
Beragama
dan
Kemasyarakatan, Kesbangpolinmas, Kota Bekasi,
menyampaikan
memberikan Walikota, alur
pertimbangan
Kesbangpolinmas mekanisme
Pertimbangan
ini
dalam kepada membuat
pertimbangan. mengikutsertakan
perangkat di tingkat kelurahan dan juga kecamatan.
Selanjutnya
Dian
menyampaikan selama ini dalam upaya menjaga
kerukunan
umat
beragama,
Pemerintah Daerah Kota Bekasi tidak memihak
ataupun
tidak
mendiskriminasikan kepada kelompok manapun. Pemerintah daerah berusaha
Di Kota Bekasi, pelaksanan PMB 2006 di bawah Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan
Dian
Perlindungan
Masyarakat
(Kesbangpolinmas).
Kesbangpolinmas
bertugas
Walikota
membantu
memelihara
kerukunan
dalam
beragaman,
memfasilitasi Forum Kerukunan Umat Beragama,
dan
memberikan
berdiri di tengah semua pihak. Namun, upaya ini seringkali mendapat tantangan
dari
kelompok-kelompok
intoleran. Kelompok ini mendesak kepada Walikota agar tidak memberikan ijin pendirian rumah ibadah kepada kaum minoritas. Ketidaktegasan kepala daerah
Jurnal Kebebasan – Liberalisasi Sektor Ketenagalistrikan
www.suarakebebasan.org
5
menjadi persoalan dalam menerapkan
ditangani oleh pihak keamanan. Sekarang
PBM 2006 ini.
dengan PBM ini dirasakan belum cukup
Berbeda dengan apa yang terjadi di Sulawesi Utara. Peran Kepala Daerah yang sangat kuat dan intensif dalam mengimplementasikan
PBM
2006
memunculkan keharmonisan hubungan antar umat beragama di Sulawesi Utara. Sehingga
kasus-kasus
penolakan
terhadap pendirian rumah ibadah tidak terjadi.9
Hal ini juga terkonfirmasi dengan
kuat. Konflik yang membawa agama memang mudah
rawan
karena
masyarakat
tersulut.
Melihat
konflik
ini
seharusnya PBM ini dijadikan undangundang, yang dimana ada sanksinya, UU ini harus tegas. Kemudian selain itu kepala daerah sendiri sikapnya harus tegas menegakkan hukum. Ketegasan inilah yang selama ini tidak ada dalam implementasi dari PBM 2006.
pernyataan
Menteri
Agama
yang
menyatakan
bahwa
kerukunan
dan
Paulus Tasik Galle dari Pusat Kerukunan
antarumat
Umat Beragama (PKUB), Kementerian
beragama di Sulawesi Utara sangat kental
Agama menyatatakan pada kongres FKUB
dan perlu dicontoh oleh daerah-daerah
2 tahun lalu sebenarnya memberikan
lain.10
rekomendasi
keharmonisan
hidup
Dian Harini mengatakan seandainya PBM ini dijadikan UU, maka orang-orang atau kelompok
9
yang
mengacaukan
akan
http://www.manadokota.go.id/berita-712-fkubpemkot-
manado-sosialisasi-peraturan-bersama-menteri-
http://www.antaranews.com/berita/489672/menag-puji-
kerukunan-umat-beragama-di-sulawesi-utara
PBM
dapat
ditingkatkan menjadi peraturan presiden agar otoritasnya semakin kuat jika di bawah presiden, sehingga mau tidak mau daerah harus menaatinya. Rohaniawan
Romo
mengamini
bahwa
Benny
Susetyo
permasalahan
penegakan hukum menjadi persoalan
agamamenteri-dalam-negeri.html 10
agar
dalam implementasi PBM 2006. Romo Benny mencontohkan bahkan keputusan
Jurnal Kebebasan – Liberalisasi Sektor Ketenagalistrikan
www.suarakebebasan.org
6
MA pun akhirnya kalah dengan tekanan
ketertiban.
Ketika
ketentraman
massa. Pemerintah daerah pun ketika
ketertiban
daerah
terganggu
berhadapan dengan tekanan massa tidak
pelayan publik dan pembangunan akan
dapat
terhambat, sehingga masyarakat akan
bertindak
adil.
Jadi,
hukum
dikendalikan oleh tekanan massa. Menyikapi
adanya
keinginan
ke
Undang-Undang
dalam
untuk
Rancangan
Perlindungan
Umat
Beragama (RUU PUB), penulis sependapat dengan pendapat Romo Benny Susetyo bahwa
maka
menjadi korban. Ketidakpuasan warga
meningkatkan status PBM 2006 untuk dimasukkan
dan
seharusnya pemerintah cukup
terhadap
terhambatnya
praktik
penyelenggaraan pelayanan publik dan pembangunan
dapat
memperkecil
legitimasi kekuasaan dan membahayakan kelangsungan kekuasaan sebuah rezim pemerintahan.11 Seharusnya
kepala
daerah
sebagai
memberikan jaminan kebebasan saja.
pemegang otoritas harus menegakkan
Kemudian yang diatur itu ada tiga hal,
hukum tegas. Kemudian sebagai pelayan
misalnya
merusak
publik, kepala daerah juga harus dapat
ibadah harus dihukum, yang mengganggu
menjalankan pelayanannya dengan non-
ketertiban umum juga harus diberikan
diskriminatif. Hubungan yang terjalin
hukuman.
antara birokrat dan masyarakat adalah
barangsiapa
Namun,
yang
dari
semua
hal
tersebut di atas, yang paling penting
impersonal,
sehingga
terhindar
adalah adanya UU akan percuma jika
nepotisme dan primordialisme.
dari
tidak ada political will dan ketegasan dari pemerintah dalam menjalankanya. Pemerintah baik pusat maupun daerah harus
menyadari
bahwa
pembiaran
persoalan kerukunan umat beragama akan
mengganggu
ketentraman
dan
11
Ibid., Dwiyanto, Agus (Ed).
Jurnal Kebebasan – Liberalisasi Sektor Ketenagalistrikan
www.suarakebebasan.org
7
Tabel 1. Jumlah FKUB Provinsi dan Kabupaten / Kota 1 2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
FKUB Provinsi
10
29
31
33
33
33
33
FKUB Kab/ Kota
36
274
306
402
409
420
428
Tahun
Sumber: Puslitbang Kehidupan Keagamaan, Laporan Tahunan Kehidupan Keagamaan di Indonesia Tahun 2001.
Forum Kerukunan Umat Beragama
Di Kota Bekasi, seperti yang disampaikan
(FKUB)
Dian Hariani, Kesbangpolinmas, Kota Bekasi, FKUB dibentuk dan difasilitasi
Salah satu isi PBM 2006 mengatur
oleh kesbangpolinmas di tahun 2006.
terbentuknya
Pembentukkan FKUB mengikutsertakan
Forum
dan
Kerukunan
memberdayakan Umat
Beragama
semua unsur agama dan disesuaikan
(FKUB). Sesuai amanat PBM 2006, Pasal
dengan komposisi jumlah penduduk.
8,
Walaupun
FKUB dibentuk di
kabupaten/kota.
Saat
provinsi ini
dan
hampir
diseluruh Propinsi dan Kabupaten serta Kota di Indonesia telah terbentuk FKUB, kecuali di Propinsi Papua dan Papua
pada
proses
awal
pembentukan FKUB cukup alot karena tarik ulur kepentingan. Tapi akhirnya kemudian diambil kesepakatan bersama sehingga dapat terbentuk FKUB tersebut.
Barat yang jumlahnya masih minim.
Untuk anggaran FKUB di Kota Bekasi
Pembentukan
oleh
pada awalnya anggaran untuk FKUB
oleh
bersifat hibah.
masyarakat
FKUB dan
dilakukan difasilitasi
Baru di tahun 2014
pemerintah daerah. Sedangkan hubungan
Pemerintah Kota Bekasi menyediakan
antara FKUB dengan Pemerintah Daerah
anggaran Fasilitasi Kegiatan FKUB di
bersifat konsultatif.
dalam APBD tahun 2014. tersebut
Jurnal Kebebasan – Liberalisasi Sektor Ketenagalistrikan
www.suarakebebasan.org
diperuntukkan
Anggaran untuk
8
operasional, seperti sewa tempat untuk
Pemerintah
kantor, honor anggota, ATK, dan lain-lain.
persoalan.
Anggaran Fasilitasi Kegiatan FKUB Kota Bekasi tahun 2014 ini besarannya 440 juta rupiah.
Daerah
Muhammad Direktorat
Bin
Saudy,
Agama
Kementerian
masih
menjadi
Kepala
dan
Sub
Kepercayaan,
Dalam
Negeri
Salah satu kegiatan FKUB Kota Bekasi,
mengungkapkan persoalan sosialisasi di
adalah kegiatan sosialisasi PBM 2006.
daerah
Sosialisasi
anggaran.
dilakukan
sampai
tingkat
dikarenakan
permasalahan
Penganggaran
memerlukan
kelurahan dengan cara membagikan buku
perencanaan yang baik, sehingga tidak
pedoman mengenai PBM 2006. Selain itu,
serta merta dana sosialisasi ini dapat
Pemerintah
Kota
mudah
melaksanakan
kegiatan
Bekasi
juga
Focus
Group
turun.
menyebabkan
Hal tidak
inilah semua
yang daerah
Discussion (FGD) bagi para Pemuka
melakukan sosialisasi PBM 2006 ini
Agama
dengan
secara massif.
dimana
anggaran
Pemerintah kegiatan
Daerah, FGD
ini
sebesar 250 juta rupiah.
Lebih jauh, melihat 8 tahun berjalannya FKUB,
Romo
Benny
Susetyo
FGD tersebut berhasil mempertemukan
menyampaikan banyaknya permasalahan
para pemuka agama dengan pemerintah
yang masih menghambat kerja FKUB.
daerah sehingga proses sosialisasi PBM
Permasalahan
2006 efektif. Proses baik yang telah
ketidakpahaman pemerintah daerah dan
dilakukan di kota Bekasi ini belum dapat
pengurus
sepenuhnya berjalan di daerah-daerah
membuat lagi aturan pelaksanaan, jelas
lain di Indonesia. Sehingga sosialisasi
ini sudah bertentangan dengan PBM,
PBM 2006 yang dilakukan oleh FKUB
sehingga dalam praktinya menjadi kacau,
dengan
contoh seperti di Jakarta. Padahal PBM ini
dukungan
anggaran
dari
FKUB.
pertama, Bahkan
karena ada
FKUB
sudah sangat teknis. Bahkan terdapat
Jurnal Kebebasan – Liberalisasi Sektor Ketenagalistrikan
www.suarakebebasan.org
9
FKUB di daerah yang membuat aturan
Pasal 10 ayat 3 yang menyebutkan bahwa
tambahan yang melebihi persyaratan dari
komposisi keanggotaan FKUB provinsi
PBM,
dan
contoh
Bali
dan
kini
sudah
kabupaten/kota
dievaluasi. Kemudian FKUB Jakarta yang
berdasarkan
membuat
pemeluk
aturan
teknis.
Hal
ini
ditetapkan
perbandingan
agama
jumlah
setempat
dengan
seharusnya itu tidak diperbolehkan dan
keterwakilan minimal 1 (satu) orang dari
bertentangan dengan peraturan tertinggi.
setiap agama yang ada di propinsi dan
Kedua, pembentukan FKUB dianggap hanya
sekedar
formalitas.
ini
Menurut penulis, hal ini jelas akan
dikarenakan wakil kepala daerah sebagai
memunculkan perbedaan antara yang
penasihat dalam FKUB tidak pernah
mayoritas dan minoritas. Bertemunya
berfungsi, sehingga FKUB sendiri tidak
suara mayoritas dan suara minoritas,
benar-benar
pun
pada tataran idealnya akan menghasilkan
berfungsi, fungsinya pun hanya untuk
sebuah kompromi. Dalam hal ini, prinsip
menarik massa demi kepentingan politik
kompromi adalah penyelesaian masalah
saja. Lebih menarik lagi jika dalam
(konflik) melalui suatu norma yang tidak
pilkada kepala daerah dan wakil pada
seluruhnya sesuai dengan kepentingan-
periode
kepentingan dari salah satu pihak, tidak
berfungsi.
Kalau
selanjutnya
mencalonkan
diri,
memperebutkan
Hal
kabupaten/kota.
sama-sama mereka
pengaruh
juga dengan
juga seluruhnya bertentangan dengan kepentingan-kepentingan
pihak
lain.
menggunakan FKUB sebagai alat politik,
Dengan adanya kecenderungan seperti
sehingga
itu, diperlukan pendekatan yang lebih
menyebabkan
perpecahan
dalam FKUB.
demokratis guna terciptanya kompromi tersebut.
Ketiga, rekruitmen anggota FKUB. Salah satu permasalahan rekruitmen anggota
Namun,
yang
FKUB
adalah
apabila
yaitu
dengan
dicantumkannya
Jurnal Kebebasan – Liberalisasi Sektor Ketenagalistrikan
www.suarakebebasan.org
menjadi
permasalahan
kompromi
itu
tidak
10
tercipta
karena
dominasi
mayoritas,
ibadah tidak dapat diartikan sebagai
dimana tidak adanya jaminan kesetaraan
pelarangan dalam beribadah. Tapi yang
antar komunitas agama dalam membuat
menjadi
kesepakatan
bagaimana pendirian rumah ibadahnya.
untuk
kerukunan
menjalankan
beragama.
menyebabkan
Hal
kerukunan
ini
beragama
Hal
persoalan
ini
tentu
permasalahan
yaitu
saja
yang
tentang
menyebabkan
berbeda
antara
seakan dipaksakan. Kerukunan beragama
ibadah dan rumah ibadah.
seharusnya dibangun oleh kesadaran
Paulus Tasik Galle juga mengatakan
bersama sesuai UUD 1945 yang menjamin
bahwa
kesetaraan
masyarakat
di
antara
para
pemeluk
persoalan tidak
Selanjutnya
ini
dikarenakan
saling
mengetahui
agama-agama yang ada tanpa melihat
rumah ibadah dari masing-masing agama.
mayoritas dan minoritas.
Hal inilah yang menjadi sumber konflik di masyarakat. Salah satu contohnya adalah
Pendirian Rumah Ibadat
orang Islam tidak mengetahui tentang
Pengaturan terhadap pendirian rumah ibadah juga merupakan salah satu amanat dari PBM 2006. Hingga kini persoalan pengaturan
pendirian
rumah
ibadah
menjadi persoalan yang paling pelik dan berpotensi mengganggu kerukunan umat beragama di Indonesia.
gereja, orang Kristen tidak mengetahui bagaimana
itu
multikultural kebangsaan Masyarakat karakteristik dimana
juga
masjid. untuk
kita tidak
Pendidikan merekatkan
sangat
mengetahui
masing-masing ada
lemah. agama,
aliran-aliran
di
dalamnya. Permasalahan ini dikarenakan
Melihat persoalan ini, Paulus Tasik Galle
kita tidak pernah diberikan pendidikan
dari
perbandingan
PKUB
Kementerian
Agama
menyatakan persoalan rumah ibadah harus
diluruskan.
Persoalan
agama-agama,
sehingga
kita tidak saling mengenal antar agama.
rumah
Jurnal Kebebasan – Liberalisasi Sektor Ketenagalistrikan
www.suarakebebasan.org
11
Tabel 2. Jumlah Rumah Ibadat di Indonesia Tahun 20131 Masjid* No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Gereja
Gereja
Pura**
Vihara***
Kelenteng
Kristen 171 12.235 256 1.237 301 545 106 816 161 397 1.064 698 3.073 191 2.587 798 247 87 5.181 2.914 1.570 147 1.884 6.068 1.565 2.096 264 136 887 2.252 834 2.080 8.948 61.796 15,91%
Katolik
Hindu
Buddha
Khonghucu
Provinsi Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua Jumlah %
Jumlah Islam 6.137 11.932 6.567 6.777 4.103 10.039 2.321 10.103 1.514 1.853 11.405 58.080 43.981 4.421 50.222 13.998 723 6.037 590 3.620 2.286 4.876 4.219 976 2.848 10.014 3.236 1.781 2.018 1.079 1.072 497 626 289.951 74,64%
17 2.289 127 186 50 175 16 320 60 72 80 48 116 59 70 14 51 17 1.684 577 197 9 378 105 148 191 56 20 133 291 47 212 92 7.907 2,04%
2 67 1 9 3 105 55 540 14 4 23 35 167 35 365 12 21.428 405 28 18 335 170 45 74 273 255 220 5 43 16 12 10 27 24.801 6,38%
15 370 7 250 32 96 11 184 74 178 363 186 564 24 180 83 48 49 431 6 25 41 30 15 38 9 4 3 7 1 5 13 3.342 0,86%
1 135 1 27 29 1 12 28 113 22 5 38 38 2 30 9 19 1 112 2 3 4 6 5 1 2 1 2 1 1 651 0,17%
6.343 27.028 6.959 8.486 4.518 10.961 2.521 11.991 1.936 2.526 12.940 59.085 47.939 4.732 53.454 14.914 22.516 6.596 7.483 7.672 4.396 5.230 6.571 7.259 4.849 12.599 3.786 1.948 3.085 3.647 1.967 2.804 9.707 388.448 100,00%
Keterangan: * belum termasuk langgar dan mushola, ** belum termasuk sanggah, *** belum termasuk cetya Sumber: PINMAS Kementerian Agama, 2013.
Dari data jumlah pemeluk agama dan Jurnal Kebebasan – Liberalisasi Sektor Ketenagalistrikan
www.suarakebebasan.org
12
Tabel 3. Rasio/Perbandingan Jumlah Rumah Ibadat dan Penggunanya 1 Agama
Islam
Kristen
Katolik
Hindu
Buddha
Khonghucu
207.176.162
16.528.513
6.907.873
4.012.116
1.703.254
117.091
289.951
61.796
7.907
24.801
3.342
651
1 : 715
1 : 267
1 : 874
1 : 162
1 : 510
1 : 180
Jumlah penduduk Jumlah rumah ibadat Rasio
Keterangan: Data jumlah penduduk menggunakan Data Hasil Sensus BPS 2010, sedangkan data jumlah rumah ibadat diambil dari PINMAS 2013.
jumlah rumah ibadat tersebut, dapat
digunakan 162 pemeluk Hindu saja.
dirumuskan rasio penggunaan rumah
Demikian seterusnya.
ibadat
oleh
pemeluk
agama
bersangkutan. Hal ini dapat menunjukkan tingkat pemenuhan kebutuhan pemeluk agama terhadap rumah ibadat pada masing-masing agama.
Hanya
saja,
ada
penggunaan
perbedaan
rumah
ibadat
dalam oleh
komunitas agamanya. Di dalam Islam, satu masjid dapat digunakan dan dapat melayani umat Islam dari kalangan
Dari tabel di atas tampak bahwa semua
manapun.
pemeluk
Kristen Protestan, satu gereja melayani
agama
telah
mendapatkan
Sementara
umat
meski dalam rasio yang bervariasi. Satu
anggotanya/satu denominasi, dan tidak
masjid,
bisa digunakan oleh denominasi lain.
secara
rata-rata
terdaftar
agama
pemenuhan kebutuhan rumah ibadat, misalnya,
yang
dalam
suatu
sebagai
digunakan oleh 715 pemeluk muslim,
Akibatnya,
dalam
wilayah
sementara satu gereja Kristen melayani
kecamatan,
misalnya,
267 pemeluk Kristen, dan satu pura
berdiri banyak gereja karena keragaman
dimungkinkan
denominasi penggunanya.
Jurnal Kebebasan – Liberalisasi Sektor Ketenagalistrikan
www.suarakebebasan.org
13
Paulus
Tasik
Galle
melihat
persoalan
ibadah
tidak
mengungkapkan pendirian
dapat
dikeluarkanlah rekomendasi. Keempat,
rumah
adanya
hanya
Kemudian
dilihat
rekomendasi kelima,
dari
FKUB.
Kesbangpolinmas
menimpa satu agama saja, tetapi hampir
mengecek ke lapangan mengenai kondisi
seluruh agama di Indonesia mengalami
lapangan sudah kondusif atau belum dan
persoalan serupa. Namun memang kasus
persyaratan administratif sudah lengkap
yang paling banyak menimpa adalah
apa belum. Setelah itu Kesbangpolinmas
terkait pendirian gereja, seperti di Jawa
baru membuat surat pertimbangan bagi
Barat. Namun, ada juga kasus yang
Walikota
menimpa masjid (seperti di Manokwari,
rekomendasi ijin pendirian rumah ibadah.
Bali dan Kupang) dan juga pura. Artinya, persoalan rumah ibadah bukan hanya terhadap satu agama (hanya Kristen saja).
untuk
mengeluarkan
Pada persoalan pendirian rumah ibadah, Dian Harini mengungkapkan di Kota Bekasi sebagai kota tujuan pendatang,
Untuk di Kota Bekasi, Dian Hariani,
dimana
Kesbangpolinmas,
Bekasi
terciptanya konflik antara penduduk lokal
mengatakan bahwa sebelum adanya ijin
dan pendatang. Konflik yang memang
pendirian rumah ibadah dari Walikota,
paling marak ialah konflik agama. Hal ini
Kesbangpolinmas
dikarenakan pertama bagi penduduk
pertimbangan
Kotamadya
akan
untuk
memberikan
keluarnya
ijin
lokal
pastinya
dikarenakan
terbuka
masih
peluang
adanya
tersebut. Alur mekanisme pertimbangan
pengaruh tokoh masyarakat yang masih
yang dilakukan oleh Kesbangpolinmas
sangat kuat. Kedua, pendatang yang
yaitu pertama, kelurahan memverifikasi,
kurang
kedua keluar surat dari kelurahan yang
masyarakat Bekasi. Ketiga, minimnya
itu juga diketahui oleh camat.
sosialisasi PBM 2006 yang menyebabkan
Ketiga dilanjutkan ke Kantor Wilayah Kementerian Agama Kota Bekasi, dan
memahami
terhadap
kultur
ketidaksamaan pandangan implementasi PBM 2006 ini.
Jurnal Kebebasan – Liberalisasi Sektor Ketenagalistrikan
www.suarakebebasan.org
14
Dian
Harini
ketidaksamaan implementasi
mencontohkan pandangan PBM
2006
terkait
Selanjutnya
keempat,
tentang
terhadap
persyaratan
administrasi
pendirian
antara
rumah ibadah. Persoalan persyaratan
dengan pihak
administrasi biasanya akan memunculkan
panitia pendirian rumah ibadah. Salah
permasalahan yang berujung konflik di
satunya tentang tugas Pemerintah Kota
kemudian hari. Seperti yang tertulis
Bekasi untuk memfasilitasi jika terdapat
dalam PBM 2006, Pasal 14 ayat 2 (a)
permasalahan pada proses pendirian
Daftar nama dan KTP pengguna rumah
rumah ibadah tersebut. Di dalam PBM
ibadat minimal 90 orang disahkan oleh
2006,
pejabat setempat sesuai dengan tingkat
Pemerintah Kota Bekasi
Pasal
Pemerintah
17,
dikatakan
daerah
bahwa
memfasilitasi
batas
wilayah
dan
(b)
Dukungan
penyediaan lokasi baru bagi bangunan
masyarakat setempat minimal 60 orang
gedung rumah ibadat yang telah memiliki
yang disahkan oleh Lurah/Kepala desa.
IMB yang dipindahkan karena perubahan rencana tata ruang wilayah. Pemerintah Kota Bekasi
Menurut
Dian
dilapangan menafsirkan
Harini banyak
permasalahan.
seringkali ditemukan
Permasalahan
yang
bahwa kata “Fasilitasi” tersebut adalah
ditemukan ialah; pertama, banyak warga
mencarikan tanah alternatif, bukan yang
yang diberikan uang kopi untuk menjadi
membelikan tanah tersebut. Sedangkan
pelicin guna mendapatkan dukungan.
keinginan dari panitia pendirian rumah
Kedua, persoalan dukungan yang telah
ibadah,
diberikan
kata
“fasilitasi”
itu
adalah
kemudian
tidak
diakui
dibelikan tanah oleh Pemerintahan kota.
masyarakat. Ketiga, ijin pendirian yang
Akhirnya, ketika tidak ada kesamaan
sudah lengkap akan tetapi kemudian
pandangan ini Pemerintah Kota dianggap
diprotes oleh masyarakat melalui aksi
melanggar PBM 2006.
demontrasi dan intimidasi.
Jurnal Kebebasan – Liberalisasi Sektor Ketenagalistrikan
www.suarakebebasan.org
15
Untuk permasalahan yang disebutkan
yang
terakhir, Dian mengungkapkan, biasanya
ketika ditanyakan apakah mereka kenal
yang melakukan demontrasi itu orang
dengan ketua FKUB-nya? Ternyata panitia
luar
melakukan
kurang mengenal dengan ketua FKUB. Ini
demontrasi kemudian masyarakat sekitar
menandakan mereka kurang silaturahmi
lokasi yang tadinya sudah mengijinkan
dengan masyarakat setempat. Makanya
pendirian
merubah
tidak heran terdapat kesulitan. Kemudian
pikirannya karena desakan ini. Namun,
Paulus juga mencontohkan seperti di
tidak semua rumah ibadah (khususnya
Ciketing, dimana disana sesungguhnya
gereja) di Bekasi bermasalah, ada gereja
tidak ada persoalan pelarangan ibadah,
yang sudah puluhan tahun dan tidak
tapi persoalannya masalah komunikasi.
masalah dengan warga sekitar. Hal ini
Ada salah satu tokoh yang Paulus temui
disebabkan karena komunikasi yang baik,
mengatakan bahwa mereka tidak suka
memahami
dengan sikap arogan dan tidak adanya
wilayah.
Mereka
rumah
kultur,
ibada
serta
memahami
aturan yang ada, sehingga persoalan bisa dihindarkan. Hal ini sangat penting, mengingat persoalan gereja di Bekasi juga seringkali dipolitisir baik dari luar dan dalam kota Bekasi sendiri.
belum
keluar
rekomendasinya,
silaturahmi. Romo Benny Susetyo mengatakan ruh dari PBM 2006 adalah kompromi dari majelis-majelis ulama. Jika kita lihat permasalahan di Pasal 13 dan 14 tentang
Sejalan dengan pengalaman yang terjadi
persyaratan
di Bekasi, Paulus Tasik Galle dari PKUB
gabungan kelurahan maupun kecamatan
Kementerian Agama, mengatakan salah
bahkan diangkat ke tingkat kabupaten
satu rumah
persoalan ibadah
komunikasi
atau
itu
seharusnya
bisa
penolakan
pendirian
kota maupun propinsi. Kalau persyaratan
adalah
kurangnya
90 orang itu belum terpenuhi dapat
silaturahmi
dengan
mengajukan ijin sementara selama dua
tokoh dan masyarakat sekitar. Ada kasus
tahun. 60 itu pun tidak mutlak. Maka ada
di Bogor, dimana terdapat gereja Katolik
kewajiban
Jurnal Kebebasan – Liberalisasi Sektor Ketenagalistrikan
www.suarakebebasan.org
pemerintah
untuk
16
menyediakan fasilitas, namun itu pun
permasalahan ini. FKUB sendiri bahkan
tidak
ijin
tidak dapat menyelesaikan permasalahan
sementara, ada mekanismenya. Namun,
tersebut. Seharusnya FKUB yang dapat
semua itu tidak berjalan dengan baik. Jadi
menyelesaikan masalah ini dengan jalan
jika
maka
musyawarah mufakat. Namun, banyak
keberadaannya sendiri menjadi tidak
juga pengurus FKUB yang menjadi bagian
berguna.
dari
pernah
PBM
Lebih
ini
jauh,
dilakukan.
tidak
Ada
ditaati,
penyelesaian
konflik
pendirian rumah ibadah juga masih menjadi faktor menghambat pelaksanaan PBM 2006. Paulus Tasik Galle dari PKUB Kementerian
Agama
mengatakan
penyelesaian konflik seharusnya dengan dialog dengan melihat persoalan secara objektif. Kementerian agama jika ada
konflik,
pengurus
contoh
FKUB
kasus
yang
dimana
memprovokasi
untuk ditutup rumah ibadahnya, seperti di Jawa Barat. Menurut Romo Benny, pemerintah
harus
berperan,
seperti
menyediakan fasilitas, yang sesuai tata ruang. Namun yang paling penting adalah ketegasan
dan
kepatuhan
dalam
menjalankan PBM 2006 ini.
kasus, terlebih dahulu akan akan mencari
Romo Benny menambahkan kebanyakan
info dari kantor wilayah dan ketua FKUB.
kepala daerah jika menghadapi aksi
Dalam penyelesaian konflik di PBM
massa
sebenarnya
jalan
konstitusi. Saat ini banyak kepala daerah
musyawarah mufakat dan jika belum
yang tidak taat akan konstitusi. Mereka
selesai dengan pengadilan.
lebih tunduk kepada tekanan massa yang
ada
dengan
Melihat
persoalan
Susetyo
mengatakan
pendirian
ini,
Romo Benny bahwa
rumah
konflik ibadah
permasalahannya ialah karena tidak ada figur yang kredibel untuk menyelesaikan
tidak
berani
mengatasnamakan
menegakkan
agama,
sehingga
menjadi subjektif. Jadi masih sulit untuk menegakkan
konstitusi.
Masyarakat
sendiri masih mudah terprovokasi karena tidak ada sosok atau tokoh yang menjadi panutan,
Jurnal Kebebasan – Liberalisasi Sektor Ketenagalistrikan
www.suarakebebasan.org
sehingga
dengan
mudah
17
terprovokasi.
Hal
masyarakat
ini
dikarenakan
rasa saling curiga antara umat beragama
kurang
mendapatkan
di masyarakat kita dan memunculkan
pendidikan
terhadap
keberagaman.
ancaman bagi kebhinekaan bangsa ini.
Media-media
publik
kita
pun
tidak Rekomendasi
melakukan pendidikan ini. Menurut
penulis
kebijakan
terkait
pendirian rumah ibadah masih sarat dengan praktik diskriminatif. Padahal seharusnya
sebagai
bentuk
dari
pelayanan publik, kebijakan pendirian rumah
ibadah
diskriminatif.
harus
bersifat
Sebagaimana
non-
dimaksud
oleh teori demokrasi, yaitu menjamin adanya
persamaan
warga
tanpa
membedakan asal usul, suku, ras, etnik, agama, dan partai politik. Ini berarti setiap warga negara diperlakukan sama ketika
berhadapan
publik
dalam
dengan
menerima
birokrasi pelayanan
sepanjang syarat-syarat nya terpenuhi.
1. Mendorong pengesahan RUU Perlindungan Umat Beragama Maraknya kasus-kasus kekerasan yang berlatar belakang agama memerlukan perhatian serius dari pemerintah dan DPR. Implementasi PBM 2006 yang dirasakan kurang efektif, memerlukan peningkatan status hukumnya menjadi UU. RUU Perlindungan Umat Beragama yang
tengah
digulirkan
pemerintah
diharapkan menjawab problematika yang berkembang saat ini. RUU diharapkan dapat memberikan payung hukum yang jelas bagi pemerintah baik pusat dan daerah
untuk
mengatur
kerukunan
Praktik diskriminatif dalam kebijakan
agama (khususnya yang menyangkut
pendirian rumah ibadah salah satunya
pengaturan pendirian rumah ibadah)
dikarenakan
dengan non-diskriminatif.
masih
rendahnya
pemahaman tentang keberagaman baik di aparatur
pelaksana
maupun
di
masyarakat. Hal ini juga menyebabkan
2. Mendesak pemerintah untuk menegakkan hukum
Jurnal Kebebasan – Liberalisasi Sektor Ketenagalistrikan
www.suarakebebasan.org
18
Mendesak
kepada
pemerintah
untuk
hukum (seperti polisi dan jaksa), sehingga
secara tegas dalam menegakkan hukum
memiliki
sesuai
keadilan,
terkait PBM 2006. Pemerintah juga
kebhinekaan dan kesetaraan. Penegakan
diharapkan membuat metode sosialisasi
hukum ditujukan kepada siapapun yang
yang efektif guna pesan (dalam hal ini isi
melakukan pelanggaran apapun agama
PBM 2006) yang disampaikan tepat
dan keyakinannya. Ketegasan terhadap
sasaran.
dengan
kelompok
prinsip
intoleran
yang
melakukan
tindak kekerasan atas nama agama. 3.
kesepemahaman
bersama
4. Mendorong pendidikan multikultural
Meningkatkan sosialisasi
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang
peraturan perundang-undangan
majemuk, terdiri dari berbagai macam
terkait
suku, agama, ras, dan etnik. Oleh karena
Meningkatkan sosialisasi PBM hingga
itu, sangat diperlukan pendidikan yang
struktur tingkat bawah (tingkat RT dan
menghargai
RW),
dapat
keragaman budaya, etnis, suku dan
memahami PBM 2006. Sosialisasi juga
agama. Penghormatan dan penghargaan
sangat diperlukan untuk dilakukan secara
seperti ini merupakan sikap yang sangat
massif
urgen
sehingga
kepada
masyarakat
aparatur
pemerintah
untuk
dan
menjunjung
disosialisasikan
tinggi
kepada
daerah yang terbawah seperti Kelurahan/
aparatur birokrasi, tokoh agama, serta
Desa, Kecamatan, serta aparatur penegak
masyarakat terutama generasi muda.
Jurnal Kebebasan – Liberalisasi Sektor Ketenagalistrikan
www.suarakebebasan.org
19
Daftar Pustaka Dwiyanto, Agus (Ed). Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan Publik. Gajah Mada Press. Yogyakarta. 2006 HM. Thalhah, Teori Demokrasi dalam Wacana Ketatanegaraan Perspektif Pemikiran Hans Kelsen, Jurnal Hukum No. 3 Vol. 16 Juli 2009 Indonesia Legal Roundtable, Indeks Negara Hukum Indonesia 2013, Jakarta 2014 Nota Keuangan dan APBN 2014 Puslitbang Kehidupan Keagamaan, Laporan Tahunan Kehidupan Keagamaan di Indonesia Tahun 201, Edisi II, April 2014, Jakarta Setara Institute, Kondisi Kebebasan Beragama/Berkeyakinan di Indonesia, 2013, Jakarta Suherman Toha, Eksistensi Surat Keputusan Bersama Dalam Penyelesaian Konflik Antar dan Intern Agama, Jakarta, Kementerian Hukum Dan HAM, 2011 The Wahid Institute, Laporan Kemerdekaan Beragama/Berkeyakinan , 2013, Jakarta http://www.antaranews.com/berita/489672/menag-puji-kerukunan-umat-beragama-disulawesi-utara http://www.manadokota.go.id/berita-712-fkubpemkot-manado-sosialisasi-peraturanbersama-menteri-agamamenteri-dalam-negeri.html
Jurnal Kebebasan – Liberalisasi Sektor Ketenagalistrikan
www.suarakebebasan.org
1
SuaraKebebasan.org memiliki misi untuk mempromosikan ide-ide tentang kebebasan dan memberikan pemahaman lebih jauh mengenai kebebasan dan pasar bebas melalui website yang aktif dan interaktif. Kami juga mendorong upaya ini melalui promosi informasi lewat media sosial dan publikasi, serta kerja sama dengan jaringan strategis baik individu maupun
organisasi
yang
juga
mendorong
ide-ide
tentang
kebebasan.
Visi
suarakebebasan.org adalah meningkatnya kesadaran generasi muda Indonesia tentang pentingnya kebebasan dan semangat bersama untuk mempromosikan kebebasan di Indonesia.
Arfianto Purbolaksono adalah peneliti Bidang Politik The Indonesia Institute (TII), bekerja di TII sejak 2013 Lahir di Jakarta, 15 Februari 1985, menempuh pendidikan di Jurusan Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial Politik (FISIP), Universitas Jenderal Soedirman. Semasa kuliah, pria yang biasa disapa Anto ini, aktif di organisasi kemahasiswaan di Purwokerto. Email:
[email protected] atau
[email protected]. Twitter: @arfianto_28