JURNAL PGSD INDONESIA ISSN 2443-1656
Vol. 1 No. 1 April 2015
1
JURNAL PGSD INDONESIA ISSN 2443-1656
Vol. 1 No. 1 April 2015
JURNAL PGSD INDONESIA Volume 1. Nomor 1. April 2015 ISSN 2443-1656 DESKRIPSI Jurnal PGSD Indonesia mempublikasikan tulisan ilmiah dari karya penelitian dalam lingkup pendidikan dan pembelajaran Ke-SD-an.Dengan subjek penelitian siswa jenjang Sekolah Dasar. Setiap naskah ditelaah oleh mitra bestari yang dimintai secara khusus sesuai bidangnya. KETERANGAN TERBIT Jurnal ini diterbitkan pertama kali pada bulan April 2015 dan terbit setiap bulan April, Agustus dan Desember. Ketua Dewan Penyunting Dhiniaty Gularso Anggota Dewan Penyunting Rina Dyah Ramhawati Selly Rahmawati Danuri Sekretaris Taufik Muhtarom Layout Samsudin PENERBIT Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas PGRI Yogyakarta
ALAMAT PENERBIT Gedung C, Lantai 2, Kampus UPY Unit 1 Jl. PGRI I No 117 Sonosewu, Yogyakarta, 55182 Telp. : 0274-373038 Fax. : 0274-376808 Email :
[email protected] Laman Web : ojs.upy.ac.id
Penyunting menerima sumbangan tulisan yang belum pernah di publikasikan dalam media cetak lain. Naskah diketik satu spasi pada kertas ukuran kuarto A4 maksimal 12 halaman. Penyunting dapat melakukan perubahan format pada artikel yang diterima untuk di terbitkan dalam jurnal PGSD Indonesia tanpa mengubah maksud dan isi artikel. Kebenaran isi dalam artikel menjadi tanggung jawab penulis sepenuhnya.
2
JURNAL PGSD INDONESIA ISSN 2443-1656
Vol. 1 No. 1 April 2015
JURNAL PGSD INDONESIA Volume 1 Nomor 1 tahun 2015
DAFTAR ISI 1. EFEKTIFITAS MEDIA PEMBELAJARAN PETA BUTA BERBASIS PUZZLE MULTIMEDIA DITINJAU DARI PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SD NEGERI KASIHAN BANTUL TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Indrisari Sinthaputri, Dhiniaty Gularso...................................................................... 5-11 2. UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DENGAN METODE SIMULASI PADA SISWA KELAS VA SD NEGERI TEGALREJO I YOGYAKARTA Deni Dwi Nur Hidayat, Sri Rejeki.............................................................................. 12-19 3. PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING DAN PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP MINAT BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SD KEBONAGUNG IMOGIRI BANTUL YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Arum Pramistyasari, Siti Maisaroh.......................................................................... 20-23 4. UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE COURSE REVIEW HORAY PADA KELAS IV SD MUHAMMADIYAH SIDOARUM GODEAN SLEMAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Arif Deni Budiargo, Rosalia Susila Purwanti............................................................ 24-33 5. PENGARUH KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN TERHADAP KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD NEGERI SEKECAMATAN TANJUNGSARI GUNUNGKIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Elvionita, Sunarti..................................................................................................... 34-43 6. MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA MENGGUNAKAN METODE INQUIRY PADA SISWA KELAS V SD NEGERI NGRAHO IV KEDUNGTUBAN BLORA Sutrisno.................................................................................................................. 44-48
3
JURNAL PGSD INDONESIA ISSN 2443-1656
Vol. 1 No. 1 April 2015
EFEKTIVITAS MEDIA PEMBELAJARAN PETA BUTA BERBASIS PUZZLE MULTIMEDIA DITINJAU DARI PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SD NEGERI KASIHAN BANTUL TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Indrisari Sinthaputri, Dhiniaty Gularso Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Yogyakarta
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar yang signifikan antara nilai pretest dan nilai posttests pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, perbedaan prestasi belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol, serta efektivitas media pembelajaran peta buta berbasis puzzle multimedia ditinjau dari prestasi belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri Kasihan Bantul tahun pelajaran 2013/2014. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Kasihan Bantul kelas IV pada semester gasal tahun pelajaran 2013/2014. Sampel yang diteliti sebanyak 61 siswa yang terdiri dari 32 siswa kelas eksperimen dan 29 siswa kelas kontrol. Penelitian ini menggunakan metode Quasi Experimental Design dengan desain Control Group Pretest and Posttest. Variabel bebas: pembelajaran IPS dengan menggunakan media pembelajaran peta buta berbasis puzzle multimedia dan pembelajaran IPS dengan menggunakan media pembelajaran peta buta berbasis puzzle konvensional. Variabel terikat: prestasi belajar IPS siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah nilai pretest dan nilai postest prestasi belajar IPS siswa sedangkan instrumen yang digunakan berupa tes. Uji instrumen menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas. Uji validitas menggunakan Korelasi Product Moment diperoleh 50 soal valid dan 5 soal tidak valid. Uji reliabilitas dengan uji Alpha Cronbach menunjukkan 0,923 yang lebih besar dari 0,70 dengan taraf signifikansi 5%, maka variabel dinyatakan reliabel. Analisis data menggunakan statistik non-parametrik dengan bantuan program SPSS ver. 18.0 for windows. Pengujian statistik menggunakan metode uji Wilcoxon dan uji Mann-Whitney dengan taraf signifikansi 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan yang signifikan antara nilai pretest dan nilai postest prestasi belajar pada kelas eksperimen dan kelas kontrol menggunakan uji Wilcoxon diperoleh nilai signifikansi 0,000 (0,000<0,05). Sedangkan untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol menggunakan uji Mann-Whitney diperoleh nilai signifikansi 0,005 (0,005<0,05) artinya prestasi belajar siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol. Dengan demikian,dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran peta buta berbasis puzzle multimedia efektif ditinjau dari prestasi belajar siswa kelas IV SD Negeri Kasihan Bantul Yogyakarta. Kata kunci: Prestasi Belajar IPS, Media Pembelajaran Peta Buta berbasis Puzzle Multimedia.
4
JURNAL PGSD INDONESIA ISSN 2443-1656
Vol. 1 No. 1 April 2015
Abstract This research aims are to know the significant increasing of pre test ann post test scores of experiment class and control class, the difference of study achievement between them, and the effectiveness of teaching media based on puzzle multimedia blind map and is seen from social science study achievement of IV grade of Kasihan Primary School of Bantul Academic Year 2013/2014. This research is done in odd semester in Kasihan Primary School of Bantul Academic Year 2013/2014. Samples are 61 students, 32 students from experiment class and the others are 29 students from control class. Quasi Experimental Design with Control Group Pretest and Posttest Design is used in this research. Free variable : social science study by using puzzle multimedia blind map and conventional puzzle. Bunch variable : social sciency students achievement. Social science students achievement of pretest and postest scores are used for data collecting technique and test is used as instrument tool. Validity test and variability test are used as instruments test. Product Moment Correlation is used as validity test with 50 questions are valid and 5 questions are invalid. Alpha Cronbach test is used as reliability test shows that 0,923 is bigger than 0,70 with significant level 5 %, so its reliable. Non parametric statitistic is used as data analysis with SPSS ver.18.0 for windows. Wilcoxon test method and Mann – Whitney test with significant level of 5% are used as statistic test. The research result shows that there is a significant increasing of study achievement pretest and posttest scores in experiment class and control class use Wilcoxon test is gained significant score 0,000 (0,000<0,05), whereas to know the difference of student study achievement of experiment class and control class use Mann-Whitney test is gained significant score 0,005 (0,005<0,05). It means that the student study achievement of experiment class is bigger than control class. it can be concluded that teaching media based on puzzle multimedia blind map is effective. it can be seen from social sciency students study achievement of IV grade of Kasihan Primary School of Bantul Yogyakarta. Key Words: Social sciency study achievement, Teaching media based on puzzle multimedia blind map.
5
JURNAL PGSD INDONESIA ISSN 2443-1656
PENDAHULUAN Adanya perkembangan teknologi dalam segala bidang terutama bidang informasi dan komunikasi (TIK) menuntut para pendidik menciptakan dan memanfaatkan teknologi tersebut sebagai media pembelajaran yang dapat menunjang tercapainya tujuan pendidikan. Penggunaan media dalam proses belajar-mengajar dapat meningkatkan perhatian pada materi yang sedang diberikan sehingga pengalaman/ kesan/ memory akan lebih banyak dan membantu mereka mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya. Pendidik dapat mengemas materi pembelajaran melalui program komputer seperti membelajarakan materi kenampakan alam dengan media peta buta berbasis puzzle multimedia. Dengan demikian, proses pembelajaran di kelas akan lebih menarik dan menyenangkan (joyfull learning) sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna. Berdasarkan hasil observasi pembelajaran di kelas IVA dan IVB serta wawancara antara peneliti dengan guru kelas di SD Negeri Kasihan Bangunjiwo Bantul pada tanggal 28 September 2013 diketahui bahwa di kelas IVA (Martha,S.Pd) dan IVB (Tria Mardiana, S.Pd) memiliki prestasi belajar IPS yang masih rendah. Keterangan tersebut diperkuat dengan data nilai yang diperoleh sebagian besar siswa dalam pelajaran IPS masih berada di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu 70. Dari data hasil ulangan tengah semester (UTS) diketahui dari 61 siswa yang memperoleh nilai IPS kurang dari KKM adalah 37 siswa, dan yang memperoleh nilai di atas KKM adalah 24 siswa. Apabila dipersentase siswa yang nilainya kurang dari KKM mencapai 60,7% dan yang nilainya di atas KKM sebesar 39,3%. Pembelajaran IPS masih berpusat pada guru (teacher centered), penggunaan model pembelajaran yang monoton dan hanya menekankan pada informasi, fakta dan hafalan. Untuk mengatasi hal tersebut maka pembelajaran IPS menggunakan media pembelajaran peta buta berbasis puzzle multimedia. Media pembelajaran ini dapat membentuk jiwa bekerjasama pada peserta apabila dikerjakan secara berkelompok, peserta dapat lebih konsisten dengan apa yang sedang dikerjakan, dan melatih kecerdasan logis-matematis peserta sehingga prestasi belajar dapat meningkat. Maka, artikel ini memaparkan efektivitas media pembelajaran peta buta berbasis puzzle multimedia ditinjau dari prestasi belajar IPS siswa kelas IV SD Kasihan Bantul Yogyakarta Tahun pelajaran 2013/2014. KAJIAN TEORI 1. Efektivitas Menurut Etzioni, (Daryanto, 2010:57) efektivitas dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan atau sasarannya. Efektivitas tidak hanya dapat dilihat dari
Vol. 1 No. 1 April 2015
sisi produktivitas namun juga dapat dilihat dari sisi persepsi atau sikap seseorang. Menurut Robbins, (Daryanto, 2010:57) efektivitas juga dapat dilihat dari bagaimana tingkat kepuasan yang telah dicapai seseorang. 2. Media Pembelajaran Peta Buta Media pembelajaran adalah sesuatu yang mengantarkan pesan pembelajaran antara pemberi pesan kepada penerima pesan (Sri Anitah, 2010:4). Menurut Sri Anitah, (2010: 25) peta buta adalah peta untuk pebelajar (peta ulangan). Jadi, peneliti dapat menyimpulkan bahwa media pembelajaran peta buta adalah peta ulangan yang digunakan guru untuk menyampaikan informasi atau pesan kepada siswa dalam kegiatan pembelajaran. 3. Puzzle Multimedia Puzzle adalah permainan menyusun potongan-potongan gambar menjadi satu gambar utuh (James Bellanca dalam Siti Mahyuni, 2011:261). Sedangkan menurut Vaugan dalam Iwan Binanto, (2010:2) mengatakan multimedia merupakan kombinasi teks, seni suara, gambar, animasi, dan video yang disampaikan dengan komputer atau dimanupulasi secara digital dan dapat disampaikan dan/atau dikontrol secara interaktif. Jadi, penelitii menyimpulkan bahwa puzzle multimedia adalah permainan teki-teki menyusun potongan-potongan gambar yang diaplikasikan dalam media digital yang mempunyai kemampuan untuk interaktif. 4. Prestasi Belajar IPS Menuut Zainal Arifin, (2009:12) prestasi belajar (achievement) berkenaan dengan aspek pengetahuan. Sedangkan IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di SD yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial (Rudy Gunawan, 2011:39). Dengan demikian, peneliti mengartikan prestasi belajar IPS adalah hasil pengukuran dari penilaian usaha belajar selama pembelajaran IPS yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf, angka maupun kalimat yang mengambarkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak didik secara individu maupun kelompok pada periode tertentu. METODE
Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian Quasi Experimental Design dengan desain Control Group Pretest and Posttest Design. Subjek penelitian dibagi dalam dua kelompok, satu kelas sebagai kelompok eksperimen yaitu kelompok yang menggunakan media peta buta berbasis puzzle multimedia dan satu kelas sebagai kelompok kelas lagi sebagai kelompok kontrol yaitu kelompok yang menggunakan media konvensional.
6
JURNAL PGSD INDONESIA ISSN 2443-1656
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD Kasihan Bantul Yogyakarta Tahun pelajaran 2013/2014. Sampel penelitiannya 61 siswa yang tediri dari kelas IVA dan IVB, teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah simple random sampling dengan cara pengundian secara acak. Teknik pengumpulan data menggunakan tes dan non-test. Teknik tes berupa pretest dan posttest berbentuk pilihan ganda terdiri dari 10 soal dengan alternatif jawaban a,b,c,d. Teknik non-test berupa observasi, angket respon siswa, dan dokumentasi. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes yang telah divalidasi isi dan konstruksi pada judgement experts meloloskan instrumen test sejumlah 55 butir, sedangkan validasi eksternal dengan mengujicobakan pada siswa kelas IV SDN 3 Kadipiro menunjukkan 50 soal valid dan 5 soal tidak valid. Hasil uji reliabilitas menunjukkan 0,923 yang lebih besar dari 0,70 dengan taraf signifikansi 5%, maka variabel dinyatakan reliabel (Hair, Anderson, Tatham & Balck dalam Juliansyah Noor, 2012:168). Teknik analisa data menggunakan statistik deskriptif dan uji hipotesis. Sebelum melakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat hipotesis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas untuk mengetahui apakah data dari masing-masing variabel berdistribusi normal atau tidak. Uji homogenitas untuk mengetahui sampel berasal dari populasi yang bervarian homogen atau tidak. Uji hipotesis untuk mendeskripsikan perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol ditinjau dari prestasi belajar IPS siswa kelas IV SD Kasihan Bantul Yogyakarta tahun pelajaran 2013/2014 dan untuk mengetahui efektivitas media pembelajaran peta buta berbasis puzzle multimedia ditinjau dari prestasi belajar IPS siswa kelas IV SD Kasihan Bantul Yogyakarta tahun pelajaran 2013/2014. Dalam penelitian ini uji hipotesis menggunakan statistik nonparametrik metode uji mann whitney u-test untuk menguji hipotesis deskriptif jika datanya nominal atau ordinal dan tidak dilandasi persyaratan data harus berdistribusi normal (Sugiyono, 2011:150). Hal ini bertujuan untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel independen jika datanya berbentuk ordinal. Sedangkan untuk pembandingan distribusi dari dua variabel yang berhubungan digunakan uji statistik Non-Parametrik Two-Releated-Samples Test (Uji dua sampel berhubungan) dengan menggunakan metode Wilcoxon, yaitu menguji hipotesis komparatif dua sampel berhubungan jika datanya berbentuk ordinal dengan jumlah sampel N>25. D. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Statistik Deskriptif Tabel 1: Rangkuman Data Statistik Deskriptif
Vol. 1 No. 1 April 2015
2. Analisis Data Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen a. Perhitungan uji normalitas dilakukan dengan uji normalitas Kolmogorov-Smmirnov. Hipotesis yang diajukan untuk mengukur normalitas adalah sebagai berikut: H0= Data berasal dari populasi berdistribusi normal. Ha= Data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal. Kriteria yang digunakan untuk mengukur normalitas dalam penelitian ini adalah H0 diterima apabila Sig. > dari tingkat alpha yang ditetapkan yaitu 5% (0,05). Tabel 2: Ringkasan Uji Normalitas Kelas Eksperimen
Berdasarkan tabel 2 di atas, terlihat bahwa nilai signifikansi nilai pretest dan posttest kelas eksperimen adalah 0,000 (0,000<0,05) sehingga H0 ditolak artinya data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal. Pengujian Homogenitas dilakukan dengan uji homogenitas Levene’s. Hipotesis yang diajukan untuk mengukur homogenitas adalah sebagai berikut: H0= Data berasal dari populasi bervarian homogen. Ha= Data berasal dari populasi tidak bervarian homogen. Kriteria pengujian yang digunakan untuk menentukan homogenitas varian dalam penelitian ini adalah H0 diterima apabila nilai Sig. (2-tailed) > dari tingkat alpha yang ditetapkan yaitu 5% atau 0,05. Tabel 3. Hasil Uji Homogenitas Kelas Eksperimen
Berdasarkan pada tabel 3 tersebut, dapat diketahui bahwa nilai signifikansi pretest dan posttest prestasi belajar siswa pada kelas eksperimen adalah 0,155. Oleh karena angka signifikansi lebih besar dari 0,05, maka H0 diterima artinya nilai pretest dan posttest prestasi belajar siswa pada kelas eksperimen berasal dari populasi bervarian homogen. Dari data pretest dan posttest prestasi belajar siswa pada kelas eksperimen dilakukan uji peningkatan prestasi belajar menggunakan statistik nonparametrik Two Releated-Samples Tests dengan metode Wilcoxon. Hipotesis pertama yang diujikan dalam penelitian ini adalah
7
JURNAL PGSD INDONESIA ISSN 2443-1656
H0: Tidak terdapat peningkatan yang signifikan antara nilai pretest dan nilai posttest prestasi belajar siswa pada kelas eksperimen Ha: Terdapat peningkatan yang signifikan antara nilai pretest dan nilai postest prestasi belajar siswa pada kelas eksperimen Adapun kriteria yang digunakan untuk mengukur peningkatan prestasi belajar siswa pada kelas eksperimen dalam penelitian ini adalah H0 diterima apabila Sig. > dari tingkat alpha yang ditetapkan yaitu 5% (0,05). Tabel 4: Hasil Uji Hipotesis I
Berdasarkan tabel 4 di atas, diketahui bahwa hasil uji hipotesis Imenunjukkan nilai Asymp.Sig.(2-tailed) adalah 0,000 (0,000<0,05), maka dapat diambil keputusan H0 ditolak artinya terdapat peningkatan yang signifikan antara nilai pretest dan nilai postest prestasi belajar pada kelas eksperimen. 3. Analisis Data Pretest dan Posttest Kelas Kontrol Perhitungan uji normalitas dilakukan dengan uji normalitas Kolmogorov-Smmirnov. Hipotesis yang diajukan untuk mengukur normalitas adalah sebagai berikut: H0= Data berasal dari populasi berdistribusi normal. Ha= Data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal. Kriteria yang digunakan untuk mengukur normalitas dalam penelitian ini adalah H0 diterima apabila Sig. > dari tingkat alpha yang ditetapkan yaitu 5% (0,05). Tabel 5: Ringkasan Uji Normalitas Kelas Kontrol
Berdasarkan tabel 5 di atas, terlihat bahwa nilai signifikansi nilai pretest kelas kontrol adalah 0,067 (0,067>0,05) sehingga H0 diterima artinya data berdistribusi normal, sedangkan nilai singnifikansi nilai posttest kelas kontrol adalah 0,038 (0,038<0,05) sehingga H0 ditolak artinya data tidak berdistribusi normal. Pengujian Homogenitas dilakukan dengan uji homogenitas Levene’s. Hipotesis yang diajukan untuk mengukur homogenitas adalah sebagai berikut: H0= Data berasal dari populasi bervarian homogen. Ha= Data berasal dari populasi tidak bervarian homogen. Kriteria pengujian yang digunakan untuk menentukan homogenitas varian dalam penelitian ini adalah H0 diterima apabila nilai Sig. (2-tailed) > dari tingkat alpha yang ditetapkan yaitu 5% atau 0,05. Tabel 6. Hasil Uji Homogenitas Kelas Kontrol
Vol. 1 No. 1 April 2015
Berdasarkan pada tabel 6 tersebut, dapat diketahui bahwa nilai signifikansi pretest dan posttest prestasi belajar siswa pada kelas kontrol adalah 0,684. Oleh karena angka signifikansi lebih besar dari 0,05, maka H0 diterima artinya nilai pretestdan posttest prestasi belajar siswa pada kelas kontrol berasal dari populasi bervarian homogen. Dari data pretest dan posttest prestasi belajar siswa pada kelas kontrol dilakukan uji peningkatan prestasi belajar menggunakan statistik non-parametrik Two Releated-Samples Tests dengan metode Wilcoxon. Hipotesis pertama yang diujikan dalam penelitian ini adalah H0: Tidak terdapat peningkatan yang signifikan antara nilai pretest dan nilai posttest prestasi belajar siswa pada kelas kontrol Ha: Terdapat peningkatan yang signifikan antara nilai pretest dan nilai postest prestasi belajar siswa pada kelas kontrol Adapun kriteria yang digunakan untuk mengukur peningkatan prestasi belajar siswa pada kelas kontrol dalam penelitian ini adalah H0 diterima apabila Sig. > dari tingkat alpha yang ditetapkan yaitu 5% (0,05).
Berdasarkan tabel 7 di atas, diketahui bahwa hasil uji hipotesis II menunjukkan nilai Asymp.Sig.(2-tailed) adalah 0,000 (0,000<0,05), maka dapat diambil keputusan H0 ditolak artinya terdapat peningkatan yang signifikan antara nilai pretest dan nilai posttest prestasi belajar pada kelas kontrol. 4. Analisis Data Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Perhitungan uji normalitas dilakukan dengan uji normalitas Kolmogorov-Smmirnov. Hipotesis yang diajukan untuk mengukur normalitas adalah sebagai berikut: H0= Data berasal dari populasi berdistribusi normal. Ha= Data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal. Kriteria yang digunakan untuk mengukur normalitas dalam penelitian ini adalah H0 diterima apabila Sig. > dari tingkat alpha yang ditetapkan yaitu 5% (0,05). Tabel 8: Ringkasan Uji Normalitas Kelas Kontrol
Berdasarkan tabel 8 di atas, terlihat bahwa nilai signifikansi data gain prestasi belajar siswa kelas eksperimen adalah 0,004 (0,004<0,05) sehingga H0
8
JURNAL PGSD INDONESIA ISSN 2443-1656
ditolak artinya data tidak berdistribusi normal, sedangkan nilai signifikansi data gainprestasibelajar siswa kelas kontrol adalah 0,200 (0,200>0,05) sehingga H0 diterima artinya data berdistribusi normal. Pengujian Homogenitas dilakukan dengan uji homogenitas Levene’s. Hipotesis yang diajukan untuk mengukur homogenitas adalah sebagai berikut: H0= Data berasal dari populasi bervarian homogen. Ha= Data berasal dari populasi tidak bervarian homogen. Kriteria pengujian yang digunakan untuk menentukan homogenitas varian dalam penelitian ini adalah H0 diterima apabila nilai Sig. (2-tailed) > dari tingkat alpha yang ditetapkan yaitu 5% atau 0,05. Tabel 9: Hasil Uji Homogenitas Data Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Berdasarkan pada tabel 9 di atas, dapat diketahui bahwa nilai signifikansi data gain prestasi belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah 0,358. Oleh karena angka signifikansi lebih besar dari 0,05, maka H0 diterima artinya data gain prestasi belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi bervarian homogen. Pengujian hipotesis menggunakan uji Mann-whitney u-test untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.. Adapun hipotesis yang diajukan sebagai berikut: H0: Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol Ha: Terdapat perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol Tabel 10: Hasil Uji Hipotesis III
Berdasarkan tabel 10 di atas, diketahui bahwa hasil uji Mann-Whitney menunjukkan nilai Asymp.Sig.(2tailed) adalah 0,005 (0,005<0,05), maka dapat diambil keputusan H0 ditolak artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. 5. Angket Respon Siswa Angket respon ini digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap penggunaan media peta buta berbasis puzzle multimedia pada materi kenampakan alam di Indonesia kelas IVA SD Negeri
Vol. 1 No. 1 April 2015
Kasihan Bantul. Berikut adalah gambar persentase respon siswa. Hasil respon angket siswa menunjukkan 65% siswa memberi tanggapan sangat baik tentangpenggunaan media pembelajaran peta buta berbasis puzzle multimedia pada materi kenampakan alam di Indonesia. Penggunaan media puzzle peta dalam kegiatan pembelajaran dapat membuat siswa lebih terampil, siswa lebih memahami materi pelajaran IPS, dan siswa lebih aktif dalam belajar. PEMBAHASAN Hasil yang diperoleh dari analisis deskriptif data di atas lebih diperjelas dengan hasil pengujian hipotesis berikut. Berdasarkan hasil uji hipotesis I dengan metode Wilcoxon program SPSS ver. 18.0 for windows diketahui bahwa nilai Asymp.Sig.(2tailed) adalah 0,000 (0,000<0,05) artinya terdapat peningkatan yang signifikan antara nilai pretest dan nilai posttest prestasi belajar pada kelas eksperimen. Adapun hasil uji hipotesis II dengan metode Wilcoxon program SPSS ver. 18.0 for windows menunjukkan nilai Asymp.Sig.(2-tailed) adalah 0,000 (0,000<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan yang signifikan antara nilai pretest dan nilai posttest prestasi belajar pada kelas kontrol. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis III dengan metode Mann-Whitney program SPSS ver. 18.0 for windows diketahui bahwa nilai Asymp.Sig.(2-tailed) adalah 0,005 (0,005<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar pada siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil respon angket siswa 65% siswa memberi tanggapan sangat baik tentangpenggunaan media pembelajaran peta buta berbasis puzzle multimedia pada materi kenampakan alam di Indonesia. Penggunaan media puzzle peta dalam kegiatan pembelajaran dapat membuat siswa lebih terampil, siswa lebih memahami materi pelajaran IPS, dan siswa lebih aktif dalam belajar. Hasil penelitian ini memperkuat tesis dari penelitian Adi Cendikia yang berjudul Penggunaan peta buta untuk meningkatkan keterampilan menunjukkan letak negara-negara Asia Tenggara bagi siswa kelas VI SD Negeri Sambong disimpulkan bahwa peta buta dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan siswa menunjukkan letak negara-negara ASEAN dengan adanya peningkatan hasil belajar sebesar 54,6%. Hasil penelitian yang selanjutnya dilakukan oleh Anita Rahmawati mahasiswi UIN Sunan Kalijaga yang berjudul Pembelajaran Dengan Media Permainan Puzzle untuk Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Arab Siswa Kelas IV MI Tamrinul Ulum Jetis Semarangmenunjukkan bahwa media puzzle dapat meningkatakan hasil belajar Bahasa Arab siswa dengan adanya peningkatan hasil belajar siswa sebesar 13,42 yang diperoleh dari selisih antara nilai
9
JURNAL PGSD INDONESIA ISSN 2443-1656
rata-rata posttest dan pretest siklus II dengan rerata posttest dan pretest siklus I. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fatimah mahasiswa Universitas PGRI Yogyakarta Peningkatan Prestasi Belajar IPS Menggunakan Media Gambar yang Berbentuk Puzzle Pada Siswa Kelas VA SD Kalangan Bangunjiwo Kasihan Bantul menunjukkan bahwa media gambar yang berbentuk puzzle dapat meningkatkan prestasi belajar IPS siswa kelas VA SD Kalangan Bangunjiwo Kasihan Bantul. Hal ini diperkuat dengan adanya peningkatan ketuntasan belajar sebelum pra siklus sampai siklus III sebesar 40% dan peningkatan nilai rerata prestasi belajar siswa sebesar 17%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa media peta buta berbasis puzzle multimedia dapat meningkatkan prestasi belajar IPS siswa kelas IV semester 1. Hal ini diperkuat dengan adanya tujuan permainan puzzle diantaranya yaitu: 1) Membentuk jiwa bekerjasama, 2) Peserta dapat lebih konsisten dengan apa yang sedang dikerjakan, 3) Melatih kecerdasan logis-matematis peserta.Dengan puzzle multimedia siswa dilatih untuk mengurutkan dan menyusun puzzle sesuai dengan bentuk yang diharapkan. Dalam penelitian ini siswa yang mencapai KKM pada kelas eksperimen sebesar 98% sedangkan pada kelas kontrol sebesar 83%. Dari hasil penelitian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa prestasi belajar IPS siswa dengan menggunakan media pembelajaran peta buta berbasis puzzle multimedia pada kelas eksperimen lebih tinggi dari prestasi belajar IPS siswa dengan menggunakan media pembelajaran peta buta berbasis puzzle konvensional pada kelas kontrol. Pencapaian nilai KKM pada kelas eksperimen 15% lebih tinggi dari pencapaian KKM pada kelas kontrol. Hasil tersebut menunjukkan bahwa penggunaan media pembelajaran peta buta berbasis puzzle multimedia lebih efektif digunakan dalam KBM ditinjau dari prestasi belajar IPS siswa. KESIMPULAN 1. Berdasarkan hasil analisis data pretest dan posttest prestasi belajar siswa pada kelas eksperimen dengan uji Wilcoxon, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan yang signifikan antara nilai pretest dan nilai postest dengan menggunakan media peta buta berbasis puzzle multimedia ditinjau dari prestasi belajar IPS siswa kelas IVA SD Negeri Kasihan Bantul Tahun Pelajaran 2013/2014 dilihat dari nilai sig 0,000 (0,000<0,05). 2. Berdasarkan hasil analisis data pretest dan posttest prestasi belajar siswa pada kelas kontrol dengan uji Wilcoxon, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan yang signifikan antara nilai pretest dan nilai postest dengan menggunakan
Vol. 1 No. 1 April 2015
media peta buta berbasis puzzle konvensional ditinjau dari prestasi belajar IPS siswa kelas IVB SD Negeri Kasihan Bantul Tahun Pelajaran 2013/2014 dilihat dari nilai sig 0,000 (0,000<0,05). 3. Berdasarkan hasil analisis data perbedaan prestasi belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol menggunakan statistik non-parametrik dengan metode Mann Whitney, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol ditinjau dari prestasi belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri Kasihan Bantul Tahun Pelajaran 2013/2014 dilihat dari nilai sig 0,005 (0,000<0,05). DAFTAR PUSTAKA Anitah Rahmawati. 2011. Pembelajaran Dengan Media Permainan Puzzle Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Arab Siswa Kelas IV MI Tamrinul Ulum Jetis Semarang. Skripsi tidak diterbitkan. Yogyakarta: Program Pendidikan Bahasa Arab UIN Sunan Kalijaga. Bellanca, James. 2009. 200+ Strategi dan Proyek Pembelajaran Aktif untuk Melibatkan Kecerdasan Siswa. Terjemahan oleh Siti Wahyuni. 2011. Jakarta: PT Indeks. Daryanto. 2010. Media Pembelajaran. Yogyakarta: Penerbit Gava Media. Fatimah. 2012. Peningkatkan Prestasi Belajar IPS Menggunakan Media Gambar Berbentuk Puzzle pada Siswa Kelas VA SD Kalangan Bangunjiwo Kasihan Bantul. Skripsi tidak diterbitkan. Yogyakarta: FKIP PGSD Universitas PGRI Yogyakarta. Iwan Binanto. 2010. Multimedia Digital Dasar Teori dan Pengembangannya. Yogyakarta: CV Andi Offset. Juliansyah Noor. 2012. Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah. Jakarta: Kencana Pernada Media Group. Rudy Gunawan. 2011. Pendidikan IPS Filosofi Konsep dan Aplikasi. Bandung: Alfabeta. Sri Anitah. 2010. Media Pembelajaran. Surakarta: Yuma Pustaka dan FKIP UNS. Stanislaus S.Uyanto. 2009. Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R &D. Bandung: CV Alfabeta. Sumarno. 2009. Penggunaan peta buta untuk meningkatkanketerampilan menunjukkan letak negara-negara asia tenggara bagi siswa kelas VI SD Negeri Sambong Tahun Pelajaran 2008/2009. Adi Cendikia: Jurnal pendidik dan tenaga kependidikan. (online). (http://jurnal.pdii.lipi.go.id/index.php/search.html?act= tampil&id=66220&idc=3. Html, diakses 13 Februari 2014). Zainal Arifin. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
10
JURNAL PGSD INDONESIA ISSN 2443-1656
Vol. 1 No. 1 April 2015
UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DENGAN METODE SIMULASI PADA SISWA KELAS VA SD NEGERI TEGALREJO 1 YOGYAKARTA Deni Dwi Nur Hidayat, Sri Rejeki Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
[email protected] Abstrak Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan dengan Metode Simulasi pada Siswa Kelas VA SD Negeri Tegalrejo 1 Yogyakarta. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Yogyakarta. April 2014. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan dengan metode simulasi pada siswa kelas VA SD Negeri Tegalrejo 1 Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun pelajaran 2013/2014. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research) dengan subjek penelitian adalah siswa kelas VA SD Negeri Tegalrejo 1 Yogyakarta tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 33 siswa. Desain penelitian menggunakan model Kemmis dan Taggart, tahapannya meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, tes prestasi belajar, catatan lapangan dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) Nilai rata-rata prestasi sebelum dilakukan penelitian yaitu 70,27 dengan persentase ketuntasan belajar 42,50%, kemudian dilakukan tindakan siklus I rata-rata prestasi belajar meningkat menjadi 75,23 dengan persentase ketuntasan belajar 60,60%, dan setelah dilakukan tindakan siklus II rata-rata prestasi belajar lebih meningkat menjadi 80,23 dengan persentase ketuntasan belajar 81,80%; (2) Penerapan metode simulasi dapat meningkatkan proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase keterlaksanaan pembelajaran yaitu 60,60% pada siklus I dengan kriteria “tinggi” dan meningkat menjadi 81,80% pada siklus II dengan kriteria “sangat tinggi”. Kata kunci: metode simulasi, Prestasi belajar
11
JURNAL PGSD INDONESIA ISSN 2443-1656
Vol. 1 No. 1 April 2015
Abstract Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan dengan Metode Simulasi pada Siswa Kelas VA SD Negeri Tegalrejo 1 Yogyakarta. Faculty of Teacher Training and Education Science University PGRI. April 2014. This research aims to improve learning achievement of civic education with simulation method in class VA SDN Tegalrejo 1 Yoyakarta. This research was conducted in Yogyakarta academic years 2013/2014. Type of research is a classroom action research with the subjects werestudents of class VA SDN Tegalrejo 1 Yogyakarta at academic years 2013/2014 which amounts to 33 students. Research design using models Kemmis and taggart, stages include planning, implementation, observation and reflection. Data collection techniques in this research is the observation, interview, test, field notes and documentation. Data analysis techniques used in this research is descriptive qualitative. Based on the result it can be concluded : (1) the average value of achievement before doing the research that is 70,27 with percentage mastery learning 42,50%, than action cycle 1 average learning achievement increased to 75,23 with persentage mastery learning 60,60% and after action cycle II average learning achievement more than increased to 80,23 with percentage mastery learning 81,80%; (2) the application of simulation methods can improve the learning process citizenship education. It is shown by the feasibility study 60,60% at cycle I with high criteria and improve to 81,80% at cycle II with more high criteria. Keywords : simulation method, learning achievement
12
JURNAL PGSD INDONESIA ISSN 2443-1656
PENDAHULUAN Pendidikan adalah segala sesuatu yang dilakukan sebagai pengalaman belajar individu, kelompok, atau masyarakat yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup dalam upaya mengembangkan potensi diri untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan. Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Komitmen kuat terhadap prinsip serta semangat kebangsaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, perlu ditingkatkan secara terus menerus guna memberikan pemahaman yang mendalam tentang Negara Kesatuan Republik Indonesia. Konsistusi Negara Republik Indonesia perlu ditanamkan kepada seluruh komponen bangsa Indonesia, khususnya peserta didik sebagai generasi penerus. Dalam kehidupan, peserta didik perlu ditanamkan kesadaran bela negara, penghargaan terhadap hak asasi manusia, kemajemukan bangsa, pelestarian lingkungan hidup, tanggung jawab sosial, ketaatan pada hukum, ketaatan membayar pajak, serta sikap anti korupsi. Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami serta mampu melaksanakan hakhak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter sesuai Pancasila dan UUD 1945. Tujuan pendidikan perlu didukung oleh berbagai kebijakan sekolah maupun peran serta guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Peran guru dalam memberikan pembelajaran perlu ditingkatkan mengingat materi mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Dasar sangat luas. Materi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan juga memerlukan tingkat pemahaman yang tinggi dalam proses belajar mengajarnya. Banyak cara yang harus digunakan oleh guru dalam proses penyampaian materi pada siswa. Kenyataan dilapangan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru masih menggunakan caracara yang konvensional, proses pembelajaran hanyalah berupa pemberian informasi tanpa adanya interaksi antara guru dengan peserta didik. Banyak peserta didik hanya dituntut untuk menghafal materi yang diajarkan, padahal pembelajaran itu adalah proses membuat tahu dan paham. Dengan cara yang konvensional juga menyebabkan banyak faktor kurangnya tingkat pemahaman peserta didik dalam proses belajar mengajar. Kebanyakan peserta didik kurang paham dalam mempelajari materi pembelajaran Pendidikan Kewaganegaraan. Peserta didik merasa bosan dengan proses pembelajaran
Vol. 1 No. 1 April 2015
yang diberikan oleh guru dan banyak yang ramai. Berdasarkan hal tersebut, prestasi siswa menjadi rendah karena siswa tidak terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Menyikapi kondisi tersebut, maka peneliti melakukan observasi kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan di SD Negeri Tegalrejo 1 Yogyakarta. SD Negeri Tegalrejo 1 merupakan lembaga formal yang senantiasa meningkatkan mutu pembelajaran dengan menggunakan strategi-strategi pembelajaran yang inovasi dan bervariasi. Peningkatan mutu pembelajaran masih terdapat kendala dalam pelaksanaannya. Hasil observasi menunjukkan bahwa sebelum memulai pelajaran guru membuka pelajaran dengan salam, berdoa dan memeriksa kehadiran peserta didik. Guru dapat mengaitkan manfaat penguasaan kompetensi dalam kehidupan peserta didik atau dengan kompetensi terdahulu yang telah dimiliki peserta didik. Metode yang digunakan belum melibatkan peserta didik untuk aktif mengalami atau melaksanakan tahapan aktivitas pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai. Metode yang digunakan belum melibatkan peserta didik untuk bekerja sama dengan peserta didik lain. Metode yang digunakan juga belum melibatkan peserta didik untuk mengeksplorasi dan memperluas pencapaian kompetensi. Guru belum menggunakan berbagai media. Materi yang disajikan sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator dalam kurikulum. Materi pokok dijabarkan atau dikembangkan dari indikator secara memadai. Materi yang disajikan akurat. Guru menguasai kompetensi namun belum dapat mendemonstrasikan kompetensi melalui contoh atau pemodelan. Dalam pembelajaran hanya beberapa peserta didik yang bertanya dan guru dapat merespon pertanyaan dari peserta didik. Berdasarkan hasil observasi kegiatan belajar mengajar tersebut, menunjukkan bahwa guru belum menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi. Proses pembelajarannya masih berpusat pada guru (teacher centered) bukan pada peserta didik (student center). Dalam proses pembelajaran peserta didik hanya mendengarkan, menulis, banyak siswa yang bengong dan tidak tertarik dengan apa yang disampaikan oleh guru bahkan juga ada yang ramai. Berdasarkan kondisi tersebut, peserta didik menjadi merasa bosan dengan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, karena peserta didik tidak terlibat dalam pembelajaran. Nilai rata-rata pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan belum memenuhi Kriteri Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan. Jumlah peserta didik kelas VA adalah 33 peserta didik yang terdiri dari 19 peserta didik laki-laki dan 14 peserta didik perempuan. Rata-rata nilai mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada ulangan harian yang diperoleh peserta didik adalah 70,27. Nilai KKM
13
JURNAL PGSD INDONESIA ISSN 2443-1656
yang ditetapkan oleh sekolah adalah 75 hanya 14 peserta didik atau 42,43% yang berhasil memenuhi KKM, sedangkan 19 peserta didik atau 57,57% belum memenuhi KKM. Dari data tersebut menunjukkan bahwa proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ini belum berhasil. Peneliti berasumsi bahwa pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan harus menarik. Kondisi kelas yang menyenangkan yang diharapkan oleh peserta didik dalam mengikuti pembelajaran. Peserta didik harus diajak berinteraksi satu sama lain agar mereka merasa terlibat dalam pembelajaran. Untuk itu diperlukan adanya metode pembelajaran yang dapat melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran sehingga termotivasi untuk mengikuti pembelajaran agar prestasi belajar meningkat. Salah satu metode pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang dapat menumbuh kembangkan pemahaman, pengalaman langsung dan kemampuan peserta didik adalah dengan menggunakan metode simulasi. Menurut Nana Sudjana, (2011: 89) simulasi dalam metode mengajar dimaksudakan sebagai cara untuk menjelaskan sesuatu (bahan pelajaran) melalui perbuatan yang bersifat pura-pura atau melalui proses tingkah laku imitasi, atau bermain peranan mengenai suatu tingkah laku yang dilakukan seolah-olah dalam keadaan yang sebenarnya. Berdasarkan latar belakang masalah, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) untuk meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Maka peneliti akan mengkaji penelitian dengan judul “Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan dengan Metode Simulasi pada Siswa Kelas VA SD Negeri Tegalrejo 1 Yogyakarta”. LANDASAN TEORI 1. Prestasi Belajar Menurut Wina Sanjaya, (2009: 229) belajar pada dasarnya adalah suatu proses aktivitas mental seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya sehingga menghasilkan perubahan tingkah laku yang bersifat kearah positif baik perubahan dalam aspek pengetahuan, sikap, maupun psikomotor. 2. Pendidikan Kewarganegaraan Menurut Shofiatun, (Sutoyo, 2011: 5) pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (pasal 1 UU No. 20 Tahun 2003). 3. Prestasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Sesuai dengan pengertian prestasi belajar dan Pendidikan Kewarganegaraan di atas maka secara
Vol. 1 No. 1 April 2015
garis besar prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan adalah hasil dari proses belajar atau usaha yang dilikukan oleh peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam mengembangkan kecintaan, kesetiaan, keberanian untuk berkorban membela bangsa dan tanah air Indonesia. 4. Metode Menurut Nana Sudjana, (2011: 76) metode mengajar ialah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya proses pengajaran. Karenanya metode mengajar memiliki peranan sebagai alat untuk menciptakan proses belajar-mengajar. 5. Metode Simulasi a. Pengertian Metode Simulasi Menurut Nana Sudjana, (2011: 89) simulasi berasal dari kata simulate yang artinya pura-pura atau berbuat seolah-olah. Kata simulation artinya tiruan atau perbuatan yang pura-pura. b. Tujuan Metode Simulasi Menurut Nana Sudjana, (2011: 89) simulasi sebagai metode mengajar bertujuan untuk : 1) Melatih keterampilan tertentu baik bersifat professional maupun bagi kehidupan sehari-hari. 2) Memperoleh pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip. 3) Melatih memecahkan masalah. 4) Meningkatkan keaktifan belajar dengan melibatkan siswa dalam mempelajari situasi yang hampir serupa dengan kejadian yang sebenarnya. 5) Memberikan motivasi belajar kepada siswa. 6) Melatih siswa untuk mengadakan kerjasama dalam situasi kelompok. 7) Menumbuhkan daya kreatif siswa. 8) Melatih siswa untuk mengembangkan sikap toleransi. c. Prinsip-Prinsip Metode Simulasi Menurut J.J. Hasibuan dan Moedjiono, (2000: 27) bahwa prinsip-prinsip simulasi dalam pembelajaran adalah : 1) Simulasi dilakukan oleh kelompok siswa, tiap kelompok mendapat kesempatan melaksanakan simulasi yang sama atau dapat juga bersama. 2) Semua siswa harus terlibat langsung menurut peranan masing-masing. 3) Penentuan topik disesuaikan dengan tingkat kemampuan kelas, dibicarakan oleh siswa dan guru. 4) Petunjuk simulasi diberikan terlebih dahulu. 5) Dalam simulasi seyogyanya dapat dicapai tiga domain psikis. 6) Dalam simulasi hendaknya digambarkan situasi yang lengkap. 7) Hendaknya diusahakan terintegrasinya beberapa ilmu. d. Bentuk-Bentuk Simulasi
14
JURNAL PGSD INDONESIA ISSN 2443-1656
Menurut Nana Sudjana, (2011: 91) bentuk-bentuk simulasi terdiri dari: 1) Peer teaching yaitu latihan mengajar yang dilakukan oleh siswa kepada teman-teman sebagai calon guru. Belajar sebagai guru dan mengajar teman-temannya. 2) Sosiodrama yaitu bermain peranan yang ditunjukkan untuk menentukan alternatif pemecahan masalah sosial dalam kehidupan sehari-hari. 3) Psikodrama yaitu bermain peranan yang ditujukan agar siswa memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang dirinya, dapat menentukan konsep sendiri dan dapat menyatakan reaksinya terhadap tekanan psikologis yang menimpa dirinya. 4) Simulasi game yaitu bermain peranan melalui permainan dengan memenuhi peraturan yang ditetapkan. 5) Role playing yaitu bermain peranan yang ditujukan untuk mengkreasi kembali peristiwa masa lampau, mengkreasi kemungkinan masa depan, mengekspose kejadian masa kini, dan sebgainya. e. Langkah-Langkah Metode Simulasi Menurut Nana Sudjana, (2011: 90) langkah-langkah pelaksanaan metode simulasi dalam proses pembelajaran sebagai berikut : 1) Guru menentukan topik dan tujuan simulasi (akan lebih baik jika dipilih bersama siswa). 2) Guru memberi gambaran garis besar situasi yang akan disimulasikan. 3) Guru membentuk kelompok, peranan, ruangan, materi dan alat yang diperlukan. 4) Guru memilih pemain (pemeran) peranan. 5) Guru memberi penjelasan kepada kelompok dan pemain peranan tentang hal-hal yang harus dilakukan. 6) Guru memberi kesempatan bertanya kepada siswa mengenai hal-hal yang berkenaan dengan simulasi. 7) Guru memberi kesempatan kepada kelompok dan pemain peranan untuk menyiapkan diri. 8) Guru menetapkan waktu untuk melaksanakan simulasi. 9) Siswa melaksanakan simulasi, guru mengawasi dan memberi saran untuk kelancaran simulasi. 10) Siswa secara berkelompok mendiskusikan hasil simulasi. 11) Siswa membuat kesimpulan hasil simulasi. METODE 1. Model Kemmis dan Mc Taggart
Vol. 1 No. 1 April 2015
Gambar 2: Penelitian Tindakan Kelas Model Spiral dari Kemmis dan Taggart (Rochiati Wiriaatmadja, 2012: 66). Rochiati Wiriaatmadja, (2012: 66) secara mendetail Kemmis dan Taggart menjelaskan tahap-tahap penelitian tindakan yang telah dilakukanya. Pada tahap perencanaan (plan), permasalahan penelitian difokuskan pada strategi bertanya kepada siswa dalam proses pembelajaran. Pada tahap tindakan (act), mulai diajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa untuk mendorong mereka mengatakan apa apa yang mereka pahami, dan apa yang mereka minati. Pada tahap pengamatan (observe), pertanyaan-pertanyaan dan jawaban-jawaban siswa dicatat atau direkam untuk melihat apa yang sedang terjadi. Pengamat juga membuat catatan dalam buku hariannya. Pada tahap refleksi (reflect), ternyata kontrol kelas yang terlalu ketat menyebabkan Tanya jawab kurang lancar dilaksanakan sehingga tidak mencapai hasil yang baik, dan perlu diperbaiki. A. Aziz Saefudin, (2012: 31) dalam merancang dan melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), sebenarnya terdapat beberapa model yang dapat digunakan. Dalam penelitian ini menggunakan model Kemmis dan Mc Taggart. Dalam model Kemmis dan Taggart, penelitian tindakan kelas terdapat empat tahapan, yaitu tahap perencanaan (planning), tahap aksi atau tindakan (acting), tahap observasi (observation), dan refleksi (reflection). 2. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) A. Aziz Saefudin, (2012: 54) menyatakan dalam melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), peneliti atau guru selayaknya berkolaborasi dengan teman sejawat atau mitra dosen dari LPTK. Kolaborasi ini dilakukan agar dapat menyusun perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi dengan baik. Kolaborasi ini bermanfaat dalam menentukan keberhasilan tindakan yang dilakukan. Prosedur atau langkah-langkah yang akan dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
15
JURNAL PGSD INDONESIA ISSN 2443-1656
Vol. 1 No. 1 April 2015
Prosedur kerja dalam penelitian ini direncanakan dalam bentuk siklus. Masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu; menyusun rencana tindakan, melaksanakan tindakan, melakukan observasi, membuat evaluasi dilanjutkan melaksanakan kegiatan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan secara kolaboratif antara peneliti dengan guru kelas dalam proses pembelajaran berlangsung. Siklus I direncanakan 2 kali pertemuan, begitu juga dengan siklus-siklus selanjutnya. Siklus berikutnya dilakukan bila pada siklus sebelumnya belum memenuhi indikator keberhasilan. Hasil dan Pembahasan 1. Pra Siklus Sebelum melakukan tindakan perbaikan pembelajaran bersama guru kelas VA, peneliti melakukan wawancara dengan Kepala Sekolah yaitu Bapak Sutarji, M.Pd dan guru kelas VA yaitu Bapak Sagiman, S.Pd. Wawancara tersebut mengenai halhal yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan. Beberapa hal yang dilakukan diantaranya yaitu mengenai perijinan untuk melakukan penelitian, bertanya mengenai situasi dan kondisi lingkungan sekitar sekolah, kondisi dan prestasi belajar siswa kelas VA, teknik dan model yang dipakai dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegraan sebelumnya, serta bertanya mengenai silabus dan RPP. Guru menghendaki penelitian menggunakan silabus dan RPP agar penelitian terfokus pada materi dan model pembelajaran yang akan digunakan. Untuk mengetahui prestasi belajar siswa kelas VA sebelum penelitian, guru kelas memberikan daftar nilai Ulangan Harian Pendidikan Kewarganegaraan sebagai bahan pertimbangan dan perbandingan peningkatan prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa kelas VA SD Negeri Tegalrejo I Yogyakarta. Berikut tabel 11 nilai Ulangan Harian Pendidikan Kewarganegaraan. Tabel 11: Nilai Hasil Ulangan Harian dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 75
Berdasarkan hasil ulangan harian tersebut menunjukkan 14 siswa (42,5%) yang telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dan 19 siswa (57,5%) masih belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan. 2. Siklus I Pelaksanaan siklus I berjalan sesuai dengan prosedur perencanaan yang telah dipersiapkan berdasarkan langkah-langkah pembelajaran metode simulasi. Kegiatan siklus I dilakukan dua kali pertemuan dengan masing-masing pertemuan diberikan materi pelajaran yang berbeda-beda. Setelah tindakan siklus I selesai, siswa diberikan tugas akhir yaitu tes yang bertujuan untuk mengukur pemahaman siswa dan tingkat keberhasilan dalam proses pembelajaran selama siklus I. Berdasarkan hasil tes siklus I yang dilaksanakan selama dua kali pertemuan, dapat diketahui bahwa yang memperoleh nilai Pendidikan Kewarganegaraan terendah 52,5 ada 1 siswa, nilai 57,5 ada 1 siswa, nilai 60 ada 2 siswa, nilai 62,5 ada 2 siswa, nilai 65 ada 3 siswa, nilai 67,5 ada 1 siswa, nilai 72, 5 ada 4 siswa, nilai 75 ada 5 siswa, nilai 77,5 ada 3 siswa, nilai 82,5 ada 2 siswa, nilai 85 ada 1 siswa, nilai 87,5 ada 6 siswa dan nilai 92,5 ada 1 siswa. Dengan demikian nilai rata-rata yang diperoleh dari siklus I adalah 75,23. Rata-rata prestasi pada siklus I meningkat apabila dibandingkan dengan nilai ulangan harian Pendidikan Kewarganegaraan siswa. Dari data nilai yang diperoleh siswa, jika dikategorikan ke dalam kriteria ketuntasan minimal maka 20 siswa telah mencapai KKM (60,6%), dan 13 siswa (39,4%) yang belum mencapai KKM. 3. Siklus II
16
JURNAL PGSD INDONESIA ISSN 2443-1656
Pelaksanaan siklus II berjalan sesuai dengan prosesur pelaksanaan pembelajaran yang telah direncakan sesuai dengan langkah-langkah metode simulasi. Kegiatan siklus II dilaksanakan dua kali pertemuan dengan masing-masing pertemuan menggunakan materi pelajaran yang berbeda-beda. Pada setiap pertemuan dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan menggunakan metode simulasi, siswa diberikan permasalahan dalam bentuk Lembar Kerja Siswa (LKS) dan Lembar Evaluasi Siswa. Setelah selesai pelaksanaan siklus II, siswa diberikan tes yang bertujuan untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa pada siklus II ini. Hasil tindakan pada siklus II ini menunjukkan peningkatan prestasi belajar. Hal tersebut dapat dilihat melalui hasil tes yang diperoleh siswa yaitu siswa yang memperoleh nilai 70 ada 4 siswa, nilai 72,5 ada 2 siswa, nilai 75 ada 5 siswa, nilai 77,5 ada 5 siswa, nilai 80 ada 3 siswa, nilai 82,5 ada 5 siswa, nilai 87,5 ada 4 siswa, nilai 90 ada 3 siswa, nilai 92,5 ada 1 siswa, nilai 95 ada 1 siswa. Pada pelaksanaan siklus I dan siklus II menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa. Pada siklus I nilai rata-rata prestasi belajar siswa sebesar 75,23 sedangkan pada siklus II menunjukkan peningkatan yang cukup memuaskan hingga diperoleh rata-rata 80,23. Persentase hasil ketuntasan prestasi belajar mengalami peningkatan, dimana pada siklus I terdapat 20 siswa telah mencapai KKM, dan 13 siswa yang belum mencapai KKM. Sedangkan pada siklus II terdapat 27 siswa telah mencapai KKM dan 6 siswa belum mencapai KKM, guru sudah merasa cukup puas oleh karena itu penelitian dihentikan. Jika dibandingkan persentase ketuntasan belajar pada siklus I dan siklus II diperoleh perbandingan peningkatan persentase dari 60,6% pada siklus I, meningkat menjadi 81,8% pada siklus II.
Gambar 5: Diagram Nilai Rata-rata Siswa dari Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II Sedangkan peningkatan persentase ketuntasan belajar siswa dapat dilihat pada gambar grafik berikut ini.
Vol. 1 No. 1 April 2015
Gambar 6: Diagram Nilai Persentase Ketuntasan Prestasi Belajar Siswa pada Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II Berdasarkan pembahasan di atas dan melihat diagram perbandingan pencapaian rata-rata nilai dan ketuntasan belajar siswa, maka diputuskan penelitian diakhiri pada siklus II karena proses pembelajaran dengan metode simulasi telah berjalan dengan baik sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran dalam metode simulasi, selain itu siswa telah mencapai rata-rata nilai standar minimal 75 dengan pencapaian nilai rata-rata 80,23 dengan persentase ketuntasan prestasi belajar yang sudah mencapai indikator keberhasilan yaitu 81,80% dari jumlah subyek penelitian dan dapat disimpulkan bahwa penerapan dengan menggunakan metode simulasi dapat meningkatkan prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa kelas VA SD Negeri Tegalrejo 1 Yogyakarta. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diuraikan pada bab IV, pembelajaran Pendididkan Kewarganegaraan dengan menggunakan metode simulasi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VA SD Negeri Tegalrejo 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014. Hal ini dapat dibuktikan dengan : 1. Penerapan metode simulasi dapat meningkatkan proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase keterlaksanaan pembelajaran yaitu 60,60% pada siklus I dengan kriteria “tinggi” dan meningkat menjadi 81,80% pada siklus II dengan kriteria “sangat tinggi”. 2. Hasil nilai pada pra tindakan atau sebelum dilakukan tindakan penelitian sampai dengan dilakukan tindakan siklus I dan tindakan siklus II mengalami peningkatan. Nilai rata-rata prestasi sebelum dilakukan penelitian yaitu 70,27 dengan persentase ketuntasan belajar 42,50%, kemudian dilakukan tindakan siklus I rata-rata prestasi belajar meningkat menjadi 75,23 dengan persentase ketuntasan belajar 60,60%, dan setelah dilakukan tindakan siklus II rata-rata prestasi belajar lebih meningkat menjadi 80,23 dengan persentase ketuntasan belajar 81,80%.
17
JURNAL PGSD INDONESIA ISSN 2443-1656
DAFTAR PUSTAKA A. Aziz Saefudin. 2012. Meningkatkan Profesionalisme Guru dengan PTK. Yogyakarta: Citra Aji Parama. Asep Jihad dan Abdul Haris. 2010. Evaluasi pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo. Asep Sahid Gatara dan Subhan Sofhian. 2012. Bandung. Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Fokusmedia. Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Hamzah B. Uno. 2008. Teori motivasi dan pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara. Hendyat Soetopo. 2005. Pendidikan dan Pembelajaran; (Teori, Permasalahan dan Praktek). Malang: UMM Press. J. J. Hasibuan dan Moedjiono. 2000. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Kardiyat Wiharyanto. 2008. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Ardana Media. Lailatul Fajriah. 2009. Skripsi PTK; Penggunaan metode simulasi untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN Sidorejo 02 Pagelaran-Malang pada mata pelajaran PKn. Diunduh 08 Maret 2014 dari http://library.um.ac.id/ptk/index.php?mod=detail&id=3 8163 Muhamad Erwin. 2011. Pendidikan Kewarganegaraan Republik Indonesia (Edisi Revisi). Bandung: Refika Aditama. Muhibbin Syah. 2005. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Mulyasa. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nana Sudjana. 2011. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Nana Syaodih Sukmadinata. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Rochiati Wiriaatmadja. 2012. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya. Siti Fatimah. 2010. Skripsi PTK; Penerapan metode simulasi untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn di kelas IV SDN Kemiri Kecamatan Puspo Kabupaten Pasuruan. Diunduh 03 Maret 2014 dari http://library.um.ac.id/ptk/index.php?mod=detail&id=4 7693 Slameto. 2002. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta. Sudjana. 2001. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito. Suharsimi Arikunto dan Cepi Safrudin Abdul Jabar. 2009. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Sutoyo. 2011. Pendidikan Kewarganegaraan; Untuk Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Graha Ilmu. Suyono dan Hariyanto. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Vol. 1 No. 1 April 2015
Tohirin. 2007. Bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Trianto. 2012. Model Pembelajaran Terpadu; Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Bumi Aksara. Udin S. Winataputra. 2009. Materi dan pembelajaran PKn SD. Jakarta: Universitas Terbuka. Wina Sanjaya. 2009. Kurikulum Dan Pembelajaran; Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Zainal Arifin. 2013. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
18
JURNAL PGSD INDONESIA ISSN 2443-1656
Vol. 1 No. 1 April 2015
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING DAN PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP MINAT BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SD KEBONAGUNG IMOGIRI BANTUL YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Arum Pramityasari, Siti Maisaroh Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah perbedaan minat belajar siswa menggunakan model pembelajaran Mind Mapping dan model pembelajaran Problem Based Learning dan untuk mengetahui manakah yang lebih efektif menggunakan model pembelajaran Mind Mapping dan model pembelajaran Problem Based Learning. Penelitian ini dilaksanakan di SD Kebonagung Imogiri Bantul pada siswa kelas IV A dan IV B pada semester genap tahun ajaran 2012/2013. Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu. Peneliti dalam hal ini mengambil dua kelas, satu kelas eksperimen yang diberi perlakuan dengan model mind mapping dan satu kelas lagi sebagai kelas kontrol diberi perlakuan dengan model problem based learning. Pengambilan sampel pada penelitian ini dengan teknik simple random sampling. Sampel penelitian di SD Kebonagung Imogiri Bantul, kelas IV sebanyak 32 yang terbagi dalam 2 kelas yaitu kelas IV A jumlah siswa 14 sebagai kelas eksperimen dan IV B jumlah siswa 18 sebagai kelas kontrol. Variable bebas dalam penelitian adalah model mind mapping dan model problem based learning. Variable terikat ini adalah minat belajar IPS siswa. Teknik pengumpulandata menggunakan tes minat belajar dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan uji t. Hasil penelitian terdapat perbedaan antara model pembelajaran mind mapping dan model pembelajaran problem based learning pada bab perkembangan tekhnologi. Hal ini terbukti dengan hasil uji statistik yang signifikansi yaitu t hitung = 2,08 yang berada pada daerah penolakan Ho yaitu pada selang -2,024 sampai 2,024 yang merupakan batas kritik uji t untuk taraf kesalahan 5%. Pembelajaran yang efektif terlihat hasil yang berbeda antara kelas eksperimen dengan model mind mapping sebersar 74,85 dan kelas kontrol dengan model problem based learning sebesar 62,27. Kata Kunci : model pembelajaran mind mapping, model pembelajaran problem based learning, minat belajar IPS
19
JURNAL PGSD INDONESIA ISSN 2443-1656
Vol. 1 No. 1 April 2015
Abstract This research aims to know is there any difference in students' interest in learning using learning model Mind Mapping and Problem Based Learning models and to find out which one is more effective use of Mind Mapping learning models and models of Problem Based Learning. The research was conducted in SD Kebonagung Imogiri Bantul in grade IV A and IV B in the second semester of the academic year 2012/2013. The research is a quasiexperiment. Researchers in this case took two classes, one class experiment treated with mind mapping models and one more class as a class controls treated with problem-based learning models. Sampling in this study with a simple random sampling technique. The research sample in SD Kebonagung Imogiri Bantul, class IV were 32, divided into two classes: Class IV A number of 14 students as the experimental class and IV B student number 18 as the control class. The independent variable is the model of mind mapping and model of problem-based learning. The dependent variable is the interest in social studies students. Pengumpulandata techniques using test learning and documentation. Data were analyzed using t test. The results of the study there is a difference between learning model of mind mapping and problem based learning instructional model in chapter technological development. This was proved by the results of statistical tests of significance, namely t = 2.08 which is in the region of rejection Ho is the interval -2.024 to 2.024 which is the limit criticism t test for an error level of 5%. Effective learning looks different results between the experimental class with mind mapping models sebersar 74.85 and class control problem based learning model for 62.27. Keywords: mind mapping learning model, teaching model of problem based learning, interest in social studies
20
JURNAL PGSD INDONESIA ISSN 2443-1656
PENDAHULUAN Pada jenjang SD/ MI mata pelajaran IPS memuat Geografi, Sosiologi, dan Ekonomi yang pada setiap cabang mata pelajaran tersebut menyangkut teori-teori yang panjang serta gambar-gambar yang lebih mendetail. Sehingga apabila siswa diberikan pembelajaran menggunakan model mind mapping maka akan lebih menarik melihat dan akan memperhatikan pembelajaran tersebut. Melalui model mind mapping pada pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk mempelajari secara menyenangkan dan melihat geografis, keindahan, sejarah yang telah dialami. Berdasarkan pengamatan peneliti siswa merasa bosan dan kurang berminat pada pelajaran IPS. Hal ini ditunjukan dengan sikap siswa yang ribut di kelas, mengobrol dikelas bahkan mengantuk di dalam kelas. Kurangnya minat siswa terhadap pelajaran IPS disebabkan dalam pembelajaran atau metode yang sering digunakan guru yaitu ceramah, siswa merasa malas jika harus mencatat materi yan diajarkan dengan kalimat-kalimat yang panjang dan kurang menarik. Akibatnya minat siswa dalam pembelajaran IPS menurun dan hasil belajar siswa baik segi kognitif, afektif, dan psikomotor juga menurun. Maka dari itu model Mind Mapping dan Problem Based Learning dapat mempermudah merangsang ke otak peserta didik. Dapat membantu perserta didik untuk membuat materi sendiri secara ringkas dan mudah dipahami. Mind Mapping dan Problem Based Learning ini bisa menjadi alat buat menuangkan semua gagasan pokok yang semula bacaan panjang menjadi ringkasan yang menarik dan mudah untuk dibuat. Menyadari akan manfaat Mind Mapping dan Problem Based Learning dan melihat kenyataan bahwa Mind Mapping dan Problem Based Learning belum dimanfaatkan dalam pembelajaran IPS di kelas IV SD N Kebonagung maka perlu kiranya dilakukan penelitian untuk mengetahui lebih lanjut bagaimana perbedaan dan manakah yang lebih efektif penggunaan Mind Mapping dan Problem Based Learning dalam pembelajaran terhadap minat belajar IPS Kelas IV SD N Kebongung. LANDASAN TEORI 1. Pembelajaran IPS Tujuan pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan lingkungannya, serta berbagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi. Maka dari itu pendidikan IPS sangat berperan penting untuk mewujudkan pendidikan nasional, karena dapat mengembangkan potensi peserta didik menjadi manusia yang beraklak mulia, sehat, berilmu, cakap,
Vol. 1 No. 1 April 2015
kreatif, mandiri, cinta tanah air, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 2. Model Mind Mapping Menurut Tony Buzan, (2006:6) Mind Mapping adalah bentuk penulisan yang penuh warna dan bersifat visual, yang bias dikerjakan oleh satu orang atau tim yang terdiri dari beberapa orang. Menurut Femi Olivia, (2008:2) Mind Mapping adalah memberikan prinsip dasar kunci. Mind Mapping merupakan untuk mempermudah menggali informasi luar dan dalam dari otak manusia, sehingga cara yang mudah untuk belajar dan berlatih secara cepat dan mudah. Anak mampu membuat cacatan yang tidak membosankan dengan caranya sendiri yaitu cara terbaik untuk mendapatkan ide baru dan merencanakan proyek yang akan di rangkum. 3. Model Problem Based Learning Pembelajaran Berbasis masalah (PBL, Problem Based Learning) adalah beridentik dengan menghadapi masalah. Model pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan anak untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah otentik dari kehidupan sesungguhnya, untuk merangsang kemampuan berpikir tingkat tinggi anak tersebut. 4. Minat Belajar Menurut Djaali, (2012:121) minat adalah rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktifitas, tanpa ada yang menyuruh. Menurut Slameto, (2010:57) minat belajar besar pengaruhnya terhadap prestasi belajar, karena jika bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaikbaiknya. Siswa akan segan untuk belajar dan tidak memperoleh kepuasan dari pelajaran itu. Dengan tumbuhnya minat dalam diri seseorang akan melahirkan perhatian untuk melakukan sesuatu dengan tekun dalam jangka waktu yang lama, lebih berkonsentrasi, mudah untuk mengingat dan tidak mudah bosan dengan apa yang dipelajari. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah quasi experiment (eksperimen semu). Penelitian quasi experiment adalah penelitian yang serupa dengan penelitian eksperimen, namun bedanya pada penelitian eksperimen biasanya subjek dikelompokan secara acak. Desain quasi experiment yang digunakan adalah desain Posttest-Only Control Design. Penelitian ini dilakukan dengan pemberian perlakuan (treatment) kepada suatu kelas yang selanjutnya disebut dengan kelas eksperimen dan dibandingkan dengan kelas yang tidak diberikan perlakuan (treatment) yang selanjutnya disebut kelas kontrol.
21
JURNAL PGSD INDONESIA ISSN 2443-1656
HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian kuasi eksperimen yang dilakukan oleh peneliti adalah mengujicobakan pembelajaran dengan model pembelajaran Mind Mapping dan model pembelajaran Problem Based Learning pada bab perkembangan tekhnologi. Hasil data kemampuan awal siswa sebelum pembelajaran:
Hasil data skor posttest kemampuan minat belajar:
Hasil uji Perbedaan rata-rata kelas eksperimen dan kelas kontrol akan dihitung secara manual sebagai berikut:
Kurva distribusi t untuk uji hipotesis terhadap minat belajar IPS siswa Dari perhitungan di atas terdapat t = 2,08 dan ini lebih dari t1-α;dk30 = 1,69 sehingga H0 : μ1 = μ2 ditolak atau H1 : μ1 > μ2 diterima, artinya bahwa minat belajar IPS siswa kelas IV yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran mind mapping lebih tinggi lebih dari pengunaa model pembelaran problem based learning.
Vol. 1 No. 1 April 2015
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian eksperimen pada siswa kelas IV A dan IV B SD Kebonagung melalui model pembelajaran Mind Mapping lebih efektif dibandingkan dengan model pembelajaran Problem Based Learning terhadap minat belajar siswa kelas IV. Hal ini terlihat dari rata-rata hasil yang berbeda pada kelas eksperimen dengan model pembelajaran Mind Mapping sebesar 74,85 dan kelas kontrol dengan model pembelajaran Problem Based Learning sebesar 69,27. Dilihat dari besarnya nilai t dari hasil pengujian manual (uji perbedaan rata-rata) minat belajar IPS untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh hasil sebagai berikut: Pengujian hipotesis terhadap minat belajar IPS diperoleh hasil terhadap t = 2,08 dan lebih dari t1-α;dk30 = 1,70. Jadi H0 : μ1 = μ2 ditolak atau H1 : μ1 > μ2 diterima, artinya ada perbedaan hasil minat belajar antara model pembelajaran Mind Mapping dan model pembelajaran Problem Based Learning. Dengan demikian dapat disimpulkan model pembelajaran Mind Mapping lebih efektif dari pada menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning terhadap minat belajar IPS siswa kelas IV di SD N Kebonagung. Daftar Pustaka Ahmad Susanto, 2013. Teori Belajar Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Astutik. 2011. Pengaruh Mind Map Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa KelasV SD Negeri Cepit Tahun Ajaran 2010/2011.Yogyakarta: Skripsi. Baharudin. 2009. Pendidikan dan Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. ----------, 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Dadang Supardan. 2007. Pengantar Ilmu Sosial. Bandung: Bumi Aksara Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi SD dan MI. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional. Jakarta. Depdikbud. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Djaali.2012. Psikologi Pendidikan.. Jakarta: Bumi Aksara. Etin Solihatin, Raharjo. 2007. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara. Femi Olivia. 2008. Gembira Belajar dengan Mind Mapping. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Hamzah B. Uno. 2006. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara. Hartono. 2013. SPSS 16.0 Analisis Data Statistika dan Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
22
JURNAL PGSD INDONESIA ISSN 2443-1656
Ike Junita Ekomadyo. 2005. 22 Prinsip Komunikasi Efektif untuk Meningkatkan Minat Belajar Anak. Bandung: Simbiosa Rekatama Media Iskandarwassid. 2008. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. John W Santrock. 2009. Psikologi Pendidikan Educational Psychology. Jakarta: Salemba Humanika. M. Tufiq Amir. 2009. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta: Kencana Predana Media Group. Miftahul Huda. 2013. Model- Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Mohammad Jauhar. 2011. Implementasi Paikem dari Behavioristik sampai Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka. Moh Uzer Usman. 2010. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya. Muhamad Numan Sumantri. 2001. Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Richard I Arends. 2008. Learning To Teach Belajar untuk Mengajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Rudi Gunawa.2011. Pendidikan IPS Fisiologi Konsep dan Aplikasi. Bandung: Alfabeta. Saifuddin Azwar.1997. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Sapriya. 2002. Pendidikan IPS. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Sardiman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta Sri Rumisi. Dkk. 2005.Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UPP UNY. Sri Hartanti Wulan. 2010. Keefektifan Penggunaan Peta Pikiran (Mind Mapping) dalam PembelajaranAaksara Jawa Peserta Didik Kelas ivSD Negeri Sagan dan SD Negeri Klitren. Yogyakarta: Tesis. Sumadi Suryabrata. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT RajaGravindo Persada. Suharsimi Arikunto. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:PT Rineka Cipta. Suroso. 2008. Penggunaan Mind Mapping dalam Pembelajaran IPS di Kelas V Sekolah Dasar. Yogyakarta: Tesis UNY. Susanto Windura. 2013. Mind Map untuk Siswa, Guru, dan Orang Tua. Jakarta: Elex Media Komputindo. Sugiharsono, dkk. 2013. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press. Sugiyono, 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D.Bandung: Alfabeta. Tony Buzan. 2006. Mind Maps at Work Cara Cermelang Menjadi Bintang di Tempat Kerja. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Vol. 1 No. 1 April 2015
Tony Buzon. 2007. Buku Pintar Mind Map untuk Anak Agar Anak Jadi Pintar di Sekolah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif . Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU SISDIKNAS 2003) Utomo Dananjaya. 2010. Media Pembelajaran Aktif. Bandung. Penerbit Nuansa. Winataputra. 2005. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Jakarta: PPU-PPAI UT Wina Sanjaya. 2006. Stategi Pembelajaran Beroreantasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group. Zainal Aqib. 2013. Model-Model Media dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif). Bandung: Yrama Widya.
23
JURNAL PGSD INDONESIA ISSN 2443-1656
Vol. 1 No. 1 April 2015
UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE COURSE REVIEW HORAY PADA KELAS IV SD MUHAMMADIYAH SIDOARUM GODEAN SLEMAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Oleh Arif Deni Budiargo, Rosalia Susuila Purwanti Prodi PGSD FKIP UPY Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar IPS pada siswa kelas IV dengan model pembelajaran tipe Course Review Horay di SD Muhammadiyah Sidoarum Godean Sleman Tahun Pelajaran 2013/2014. Penelitian ini dilakukan di SD Muhammadiyah Sidoarum Godean Sleman pada tahun pelajaran 2013/2014. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan subyek penelitian siswa kelas IV sebanyak 34 siswa. Prosedur penelitian melalui tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Analisis data pada penelitian ini menggunakan rumus rata-rata dan indikator keberhasilan penelitian ini adalah 75 % siswa sudah mencapai nilai 65. Hasil penelitian ini menunjukkan ada peningkatan prestasi belajar IPS siswa sebesar 24 % setelah dilaksanakannya model pembelajaran tipe Course Review Horay. Siklus I persentase ketuntasan 70 % dengan nilai rata-rata siswa 68 dan siklus II persentase ketuntasan mencapai 94 % dengan nilai rata-rata siswa 82. Kata kunci: Model Pembelajaran Tipe Course Review Horay, Prestasi Belajar IPS
24
JURNAL PGSD INDONESIA ISSN 2443-1656
Vol. 1 No. 1 April 2015
Abstract The research aim is to increase the social science study achievement of IV Class with the course review horay model in Muhammadiyah Elementary School of Sidoarum Godean Sleman Academic Year 2013/2014. This research is done in Muhammadiyah Elementary School of Sidoarum Godean Sleman Academic Year 2013/2014. This research is classroom action research with 34 students as research subjects. The procedures are: planing, action, observation, and reflection. The data analysis use mean formula and the successfully of indicator 75% students had reached 65. The research result shows that there is an increasing of social science students study achievement of 24 % after the course review horay is implemented. In the first cycle, the completeness of percentage is 70% with students mean score 68 and in the second cycle, completeness of percentage is 94% with students mean score 82. Key words: Course Review Horay Type of Learning Model, Social Science Study Achievement,
25
JURNAL PGSD INDONESIA ISSN 2443-1656
PENDAHULUAN Anak pada usia Sekolah Dasar adalah masa dimana perkembangan fisik, pengetahuan, serta kepribadiannya cukup pesat. Pada masa ini juga biasa dikatakan masa bermain oleh sebab itu kegiatan pembelajaran di Sekolah Dasar hendaknya dilaksanakan secara menyenangkan. Pembelajaran hendaknya menggunakan pendekatan yang berorientasi pada siswa (Student Centered). Guru sebagai pemimpin pembelajaran di Sekolah Dasar hendaknya bisa menempatkan diri dengan baik serta memiliki peran yang tepat sebagai pembimbing belajar peserta didik. Banyak guru saat ini yang belum bisa menempatkan peranannya dalam proses pembelajaran di kelas. Dalam praktek dilapangan masih banyak dijumpai guru yang menganggap peserta didik sebagai anak yang harus tahu tentang apa yang diajarkannya. Hal tersebut yang membuat banyak pembelajaran yang berorientasi pada guru bukan siswa. Para guru hanya menjelaskan materi kemudian memberikan soal untuk dikerjakan oleh peserta didik. Padahal masih banyak kemampuan dan pengetahuan yang bisa dieksplorasi dalam diri peserta didik. Semua itu tidak sepenuhnya kesalahan guru tetapi kurikulum pendidikan juga ikut andil berperan dalam hal tersebut. Pendidikan di Indonesia saat ini dalam pelaksanaannya lebih mementingkan aspek kognitif siswa. Dalam peraturannya memang tertulis proses pembelajaran harus mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotor tetapi hal tersebut berbeda dengan pelaksanaannya di lapangan. Hal itu juga yang membuat proses pembelajaran cenderung berpusat pada guru (Teacher Centered). Penggunaan model pembelajaran juga merupakan suatu hal yang harus diperhatikan oleh seorang guru. Penggunaan model pembelajaran merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan guru dalam mengajar. Model pembelajaran adalah sarana bagi guru untuk menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik. Dalam prakteknya di lapangan masih dijumpai guru yang menyampaikan materi pelajaran dengan model pembelajaran itu-itu saja tanpa variasi. Biasanya guru mengajar dengan cara yang konvensional yaitu menjelaskan materi, siswa disuruh memperhatikan, mencatat, kemudian disuruh mengerjakan soal. Kegiatan belajar seperti itu membuat siswa merasa bosan dan ingin cepatcepat mengakhiri pelajaran. Diperlukan sebuah kreativitas guru untuk membuat pembelajaran lebih diminati peserta didik. Salah satu caranya adalah guru lebih bervariasi menggunakan model pembelajaran dalam menyampaikan materi. Media pembelajaran merupakan salah satu alat agar penyampaian materi pelajaran oleh guru bisa mudah diterima oleh siswa. Penggunaan media bisa dikatakan wajib digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Bayangkan jika
Vol. 1 No. 1 April 2015
siswa SD dalam kegiatan pembelajaran di kelas tidak menggunakan media dalam penyampaian materi pelajaran pasti akan dijumpai siswa yang mengalami kebingungan serta materi pelajaran lebih sulit dicerna. Penggunaan media diibaratkan pemberian contoh yang konkret dari materi pelajaran yang disampaikan. Penggunaan media pembelajaran oleh guru secara signifikan juga berpengaruh terhadap prestasi siswa. Prakteknya dilapangan banyak dijumpai guru yang belum menggunakan media pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Guru tidak menggunakan media pembelajaran dalam menyampaikan materi pelajaran disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya tidak disediakan media pembelajaran oleh sekolah, guru malas membuat media pembelajaran, dan kurangnya kreatifitas guru. SD Muhammadiyah Sidoarum adalah salah satu SD yang terdapat di Kecamatan Godean, Kabupaten Sleman. Data yang kami peroleh dari SD Muhammadiyah Sidoarum menunjukan prestasi belajar IPS siswa kelas IV masih rendah. Menurut keterangan guru tingkat penguasaan materi peserta didik dilihat dari tugas-tugas dalam kegiatan pembelajaran yang dituntut oleh kurikulum rata-rata masih rendah. SD Muhammadiyah Sidoarum menentukan nilai KKM untuk mata pelajaran IPS adalah 65. Mencocokan data nilai UAS mata pelajaran IPS yang diperoleh dari SD Muhammadiyah Sidoarum dari jumlah 34 siswa kelas IV menunjukan sebanyak 16 siswa atau 47 % siswa telah mencapai KKM yang telah disepakati di SD Muhammadiyah Sidoarum, sedangkan sebanyak 18 siswa atau 53 % siswa yang belum mencapai KKM. Fakta tersebut menunjukan masih banyak siswa yang belum mencapai KKM. Rendahnya prestasi tersebut bisa disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya: model pembelajaran kurang bervariasi, pembelajaran berorientasi pada guru, kurangnya minat siswa, dan lain sebagainya. Kesimpulan tersebut mendorong peneliti untuk melakukan penelitian yang berjudul upaya meningkatkan prestasi belajar IPS menggunakan model pembelajaran tipe Course Review Horay pada kelas IV SD Muhammadiyah Sidoarum Godean Sleman Tahun Pelajaran 2013/2014. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya meningkatkan prestasi belajar IPS pada siswa kelas IV dengan model pembelajaran tipe Course Review Horay di SD Muhammadiyah Sidoarum, Godean, Sleman Tahun Pelajaran 2013/2014. LANDASAN TEORI 1. Hakikat Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai seseorang dalam proses belajar itu sendiri. Maka prestasi belajar merupakan hasil
26
JURNAL PGSD INDONESIA ISSN 2443-1656
maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh prestasi. Prestasi belajar tidak hanya berguna untuk mengetahui indikator keberhasilan dalam bidang studi tertentu, tetapi juga sebagai indikator kualitas institusi pendidikan. Tidak heran semua institusi pendidikan berlomba-lomba untuk meningkatkan prestasi belajar siswanya. Pada dasarnya prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan peserta didik dalam menguasai dan memahami materi pelajaran dan dapat mencapai seluruh tujuan dari pembelajaran. Menurut Aziz Saefudin, (2012:131) mendefinisikan arti dari prestasi belajar yaitu: Prestasi belajar terdiri dari dua kata, yaitu kata prestasi dan kata belajar. Prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan atau dikerjakan, sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Berdasarkan definisi kedua kata tersebut, yaitu definisi kata prestasi dan definisi kata belajar dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang telah dicapai seseorang setelah seseorang berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Dalam dunia pendidikan prestasi belajar sering ditafsirkan sebagai hasil yang telah dicapai siswa setelah siswa tersebut mengikuti kegiatan belajar mengajar. 2. Hakikat Belajar Belajar pada dasarnya adalah proses perubahan tingkah laku pada seseorang yang diperoleh melalui pengalaman dalam interaksinya dengan lingkungan. Kegiatan belajar tidak hanya dilakukan di satuan pendidikan tetapi belajar juga bisa didapatkan dari seluruh aspek kehidupan. Kegiatan belajar juga dilaksanakan sepanjang hayat artinya belajar dilakukan mulai dari lahir sampai meninggal dunia. Banyak para ahli yang mendefinisikan belajar seperti yang diungkapkan oleh Oemar Hamalik, (2011:27) belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat tetapi lebih luas dari itu yakni mengalami. 3. Hakikat Pembelajaran Banyak para ahli yang mendefinisikan pembelajaran seperti yang diungkapkan oleh Kunandar, (2011:293) yang mendefinisikan pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Pembelajaran dalam KTSP adalah pembelajaran dimana hasil belajar, sistem penyampaian, dan indikator penyampaian hasil belajar dirumuskan secara tertulis sejak perencanaan dimulai. Sementara itu Dimyati dan Mudjiono, (Syaiful Sagala, 2012:62) mendefinisikan pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat siswa belajar
Vol. 1 No. 1 April 2015
secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. UUSPN No. 20 tahun 2003 menyatakan pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. 4. Hakikat IPS Pembelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Pembelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan. Menurut Sapriya, (2009:7) istilah IPS di Indonesia mulai dikenal sejak tahun 1970-an sebagai hasil kesepakatan komunitas akademik dan secara formal mulai digunakan dalam sistem pendidikan nasional dalam kurikulum 1975. Dalam dokumen kurikulum tersebut IPS merupakan salah satu nama mata pelajaran yang diberikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. 5. Hakikat Prestasi Belajar IPS Menurut Syaiful Bahri Djamarah, (2012:19) prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata, yakni prestasi dan belajar. Antara kata prestasi dan belajar mempunyai arti yang berbeda. Syaiful Bahri Djamarah, (2012:21) menyimpulkan bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja, baik secara individual maupun kelompok dalam bidang kegiatan tertentu. Sedangkan belajar adalah suatu aktifitas yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari. 6. Hakikat Model Pembelajaran Model pembelajaran adalah sarana bagi guru untuk menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik. Penggunaan model pembelajaran merupakan suatu hal yang harus diperhatikan oleh seorang guru. Penggunaan model pembelajaran merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan guru dalam mengajar. Terdapat berbagai macam model pembelajaran yang bisa digunakan guru untuk menyampaikan materi pelajaran. Menurut Agus Suprijono, (2012:45-46) model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas. Sementara itu Joice & Weil, (Rusman, 2013:133) berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang
27
JURNAL PGSD INDONESIA ISSN 2443-1656
bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas. 7. Model Pembelajaran Course Review Horay Pada dasarnya model pembelajaran Tipe Course Review horay merupakan salah satu model pembelajaran dengan pendekatan komunikatif. Banyak Para ahli yang mendefinisikan model pembelajaran ini seperti yang dijelaskan menurut Miftahul Huda, (2013:229) Course Review horay merupakan model pembelajaran yang dapat menciptakan suasana kelas menjadi meriah dan menyenangkan karena setiap siswa yang dapat menjawab benar diwajibkan berteriak horee atau yelyel lain yang disukai. Model ini berusaha menguji pemahaman siswa dalam menjawab soal, dimana jawaban soal tersebut dituliskan pada kartu atau kotak yang telah dilengkapi nomor. Siswa atau kelompok yang memberi jawaban benar harus langsung berteriak horee atau menyanyikan yel-yel kelompoknya. Metode ini juga membantu siswa untuk memahami konsep dengan baik melalui diskusi kelompok. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini diambil dari skripsi yang ditulis oleh Lika Pratiwi mahasiswa Program Studi PGSD, Universitas Negeri Malang yang berjudul penerapan model Course Review Horay (CRH) untuk meningkatkan pembelajaran IPA siswa kelas IV SDN Merjosari 1 Malang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model CRH pada pembelajaran IPA siswa kelas IV SDN Merjosari 1 Malang dengan kompetensi dasar Mendeskripsikan energi panas dan bunyi yang ada di lingkungan sekitar serta sifat-sifatnya dapat dilaksanakan sesuai dengan langkah model CRH. Keaktifan siswa pada pembelajaran dengan penerapan model CRH 66,87 pada awal siklus I menjadi 84,97 pada akhir siklus II. Hasil belajar juga meningkat dari rata-rata 58,78 dan ketuntasan kelas 43,75% sebelum tindakan menjadi rata-rata 79,7 dan ketuntasan kelas mencapai 68,75% pada akhir siklus II. Dengan demikian penerapan model CRH dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA. Siswa SD Muhammadiyah Sidoarum banyak yang mengalami kesulitan dalam belajar IPS. Data yang kami peroleh dari SD Muhammadiyah Sidoarum menunjukan prestasi belajar IPS siswa kelas IV masih rendah. Menurut keterangan guru tingkat penguasaan materi peserta didik dilihat dari tugastugas dalam kegiatan pembelajaran yang dituntut oleh kurikulum rata-rata masih rendah. Beberapa faktor yang menjadi penyebab hal ini diantaranya penggunaan model pembelajaran yang kurang bervariasi, pembelajaran berpusat pada guru, kurangnya minat siswa, dan kurangnya penggunaan media pembelajaran. Melihat kondisi yang terjadi dilapangan guru diharapkan melaksanakan tindakan dan melakukan inovasi agar prestasi belajar siswa
Vol. 1 No. 1 April 2015
dapat meningkat. Salah satu usaha yang dilakukan dalam pembelajaran ini adalah pengembangan pembelajaran yang menekankan interaksi siswa. Model pembelajaran tipe Course Review Horay merupakan salah satu strategi yang melibatkan interaksi siswa. Kegiatan pembelajaran tipe Course Review Horay didasarkan atas kerjasama kelompok dimana masing-masing individu melakukan tanggung jawab yang sama dalam mencapai tujuan. Model pembelajaran tipe Course Review Horay cocok diterapkan untuk siswa SD mengingat karakteristik anak SD yang menyenangi konsep belajar sambil bermain. Dilakukannya tindakan ini diharapkan siswa dapat menambah pengetahuan serta pengalaman yang bermakna bagi siswa. Siswa diharapkan bisa aktif di dalam kelas dan lebih memperhatikan guru saat menerangkan materi pelajaran. Tindakan ini juga diharapkan dapat meningkatkan prestasi siswa pada umumnya dan mata pelajaran IPS pada khususnya. Berdasarkan deskripsi teori dan kerangka berpikir, hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Model Pembelajaran Tipe Course Review Horay dapat meningkatkan prestasi belajar IPS pada siswa kelas IV SD Muhammadiyah Sidoarum Godean Sleman tahun pelajaran 2013/2014. METODE PENELITIAN Lokasi penelitian ini adalah di SD Muhammadiyah Sidoarum yang beralamatkan di Kecamatan Godean, Sleman, Yogyakarta. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai Maret semester genap tahun pelajaran 2013/2014. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa Kelas IV SD Muhammadiyah Sidoarum yang berjumlah 34 siswa yang terdiri dari 17 siswa putra dan 17 siswa putri. Peneliti mengambil siswa kelas IV sebagai subjek penelitian karena didasarkan pada observasi dan hasil wawancara dengan guru kelas. Hasil observasi dan wawancara dengan guru menunjukkan siswa kelas IV kurang kreatif dalam memecahkan masalah, kurang aktif dalam pembelajaran IPS, serta prestasi yang diperoleh pada mata pelajaran IPS masih rendah. Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classrom Action Research) yang dilakukan dengan sistem siklus atau putaran secara kolaboratif dengan satu orang guru (supervisor). Pada penelitian ini menggunakan penelitian partisipan di mana peneliti sejak perencanaan penelitian senantiasa terlibat. Peneliti memantau, mencatat, mengumpulkan data, menganalisa data, serta berakhir dengan melaporkan hasil penelitiannya. Menurut Aziz Saefudin, (2012:13) Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu proses pemecahan masalah pembelajaran di dalam kelas yang dilakukan dengan suatu tindakan melalui kegiatan siklus secara terencana dalam situasi
28
JURNAL PGSD INDONESIA ISSN 2443-1656
proses pembelajaran, kemudian hasilnya dianalisis dan direfleksikan sehingga dapat diketahui pengaruh dari tindakan tersebut Dalam pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ini prinsip pelaksanaannya menggunakan model Penelitian Tindakan Kelas yang dikemukan oleh Kemmis dan McTaggart. Menurut Penelitian Tindakan kelas model Kemmis dan McTaggart, (Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, 2012:21) berpendapat bahwa dalam penelitian terdiri dari empat komponen, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Keempat untaian komponen tersebut dipandang sebagai satu siklus. Pengertian siklus dalam hal ini menurut Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, (2012:21) adalah putaran kegiatan yang terdiri dari perencanaan (plan), tindakan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection). Pengumpulan data dalam penelitian bertujuan mengumpulkan informasi dan data yang tepat untuk kepentingan penelitian. Pengumpulan data dapat dilakukan dari berbagai sumber dan berbagai cara. Pada penelitian ini cara pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi, tes, dan dokumentasi. Rincian mengenai cara pengumpulan data akan dijelaskan di bawah ini: Wawancara, Observasi, Tes dan Dokumentasi. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Perangkat pembelajaran 2. Lembar observasi 3. Pedoman wawancara 4. Tes 5. Dokumentasi Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber yaitu dari observasi, wawancara, dokumentasi, dan tes setiap siklus. Proses analisis data observasi, wawancara, dan dokumentasi dianalisis secara deskriptif untuk melengkapi data sehingga data peningkatan prestasi siswa lebih akurat. Sementara itu proses analisis data hasil tes setiap siklus dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Analisis data hasil tes Tes setiap akhir siklus digunakan untuk mengukur seberapa jauh peningkatan prestasi siswa. Penelitian ini dianggap berhasil jika 75% siswa kelas IV SD Muhammadiyah Sidoarum sudah bisa mencapai KKM mata pelajaran IPS. KKM mata pelajaran IPS disebutkan 65 adalah standar minimalnya. Peneliti mendorong peningkatan prestasi siswa dengan penerapan model pembelajaran tipe Course Review Horay. Dalam penelitian ini, peningkatan prestasi belajar siswa dianalisis dengan mencari nilai rata-rata atau mean dengan rumus:
Vol. 1 No. 1 April 2015
nx X i Keterangan: = Rata-rata/mean X = Jumlah nilai semua siswa i x n = Jumlah siswa (Sudjana, 2005:67) Selain itu indikator keberhasilan penelitian ini akan ditentukan oleh ketuntasan nilai siswa yang sudah mencapai KKM dengan dihitung menggunakan rumus: Rumus Ketuntasan= Validasi instrumen dimaksudkan agar instrumen yang digunakan lebih valid atau absah. Suatu instrumen dikatakan valid jika instrumen benar-benar cocok untuk mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur. Validasi terhadap instrumen pada penelitian ini dilakukan oleh dua orang ahli. Setelah instrumen melalui proses validasi, maka instrumen siap untuk digunakan sebagai alat pengambil data penelitian. Keberhasilan ditandai dengan adanya perubahan ke arah perbaikan, baik terkait dengan suasana pembelajaran maupun prestasi belajar. Prestasi belajar siswa dikatakan meningkat jika persentase belajar mengalami peningkatan diakhir pembelajaran dengan tingkat kenaikan dihitung sebagian besar siswa sudah meningkat kearah perbaikan. Untuk indikator keberhasilan prestasi belajar siswa dikatakan meningkat jika 75% dari siswa sudah mencapai kriteria ketuntasan minimal yaitu 65. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN SD Muhammadiyah Sidoarum adalah lembaga Pendidikan yang diselenggarakan oleh Pimpinan Cabang Muhammadiyah Majelis DIKDASMEN Kecamatan Godean. Sebelumnya bernama SD Muhammadiyah Ambarketawang 8 kemudian SD Muhammadiyah Sidoarum resmi menjadi otonom sejak tahun 1975 di bawah pengawasan dan binaan langsung dari Pimpinan Cabang Muhammadiyah Majelis DIKDASMEN Kecamatan Godean, Sleman, Yogyakarta dengan dibantu para tokoh masyarakarakat Cokrobedog. SD Muhammadiyah Sidoarum terletak di kampung Cokrobedog, Desa Sidoarum, Kecamatan Godean, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Hingga saat ini animo masyarakat untuk menyekolahkan putera/puterinya di SD Muhammadiyah Sidoarum semakin meningkat dari tahun ke tahun melebihi kapasitas daya tampung sekolah seiring masih terbatasnya sekolah berkualitas terutama di wilayah Sleman. 1. Nilai Pra Siklus Tabel Nilai UAS IPS Kelas IV Semester 1
29
JURNAL PGSD INDONESIA ISSN 2443-1656
Vol. 1 No. 1 April 2015
Tabel Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus I
Berdasarkan tabel diatas, maka dapat diketahui bahwa nilai rata-rata UAS IPS kelas IV semester 1 dari 34 siswa adaiah 65. Siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimum adalah 16 siswa atau sekitar 47 %. Data tersebut menunjukkan masih rendahnya prestasi belajar IPS kelas IV. 2. Hasil Perolehan Nilai Tiap Siklus Tabel Hasil Perolehan Nilai Siklus I
Berdasarkan tabel diatas, maka dapat diketahui bahwa nilai rata-rata siswa pada tes evaluasi siklus I dari 34 siswa adaiah 68. Siswa yang mencapai KKM adalah 24 siswa atau sekitar 70 %. Data tersebut menunjukkan peningkatan prestasi belajar IPS kelas IV tetapi belum mencapai indikator keberhasilan yang diharapkan. Tabel Hasil Perolehan Nilai Siklus II
Berdasarkan tabel diatas, maka dapat diketahui bahwa nilai rata-rata siswa pada tes evaluasi siklus II dari 34 siswa adaiah 82. Siswa yang mencapai KKM adalah 32 siswa atau sekitar 94 %. Data tersebut menunjukkan peningkatan prestasi belajar IPS kelas IV dan sudah mencapai indikator keberhasilan yang diharapkan sehingga peneliti menghentikan tindakan di siklus II. 3. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa
Perubahan Pada Siswa, Pembelajaran, dan Kelas 1. Perubahan pada siswa a. Peningkatan nilai Pelaksanaan model pembelajaran Course Review Horay sebagai alternatif meningkatkan prestasi belajar IPS pada siswa kelas IV SD Muhammadiyah Sidoarum Tahun pelajaran 2013/2014 didapatkan siswa yang mampu mendapatkan nilai ≥ 65 pada siklus I yaitu 24 siswa atau sekitar 70 %. Pada siklus I meskipun nilai siswa sudah meningkat dibandingkan nilai siswa saat UAS semester 1 namun penelitian harus dilanjutkan karena indikator keberhasilan penelitian ini adalah 75 %. Pada tindakan siklus II hasil akhir menunjukkan peningkatan prestasi belajar IPS yang cukup signifikan yaitu sekitar 32 siswa atau 94 % siswa sudah mampu mendapatkan nilai ≥ 65.
Dari data yang diperoleh menunjukkan hasil dari penelitian ini adalah model pembelajaran Course Review Horay berpengaruh positif terhadap prestasi belajar IPS siswa kelas IV SD Muhammadiyah Sidoarum kecamatan Godean Kabupaten Sleman,
30
JURNAL PGSD INDONESIA ISSN 2443-1656
serta model pembelajaran Course Review Horay dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. b. Peningkatan aktivitas Peningkatan aktivitas siswa bisa diamati melalui lembar observasi siswa dan pedoman wawancara siswa. Hasil dari lembar observasi siswa menunjukan bahwa penggunaan model pembelajaran Course Review Horay pada mata pelajaran IPS mengalami peningkatan aktivitas siswa yaitu pada siklus I 64 % menjadi 93 % pada siklus II. Peningkatan terjadi di beberapa aspek aktivitas siswa. Beberapa aktivitas siswa yang mengalami peningkatan diantaranya aktivitas memperhatikan pelajaran, bertanya atau menanggapi pertanyaan, berdiskusi dalam kelompok, dan membuat ringkasan. Melalui wawancara yang dilakukan terhadap siswa dapat dirangkum bahwa sebagian besar siswa menyukai penggunaan model pembelajaran Course Review Horay. Maka dapat dikatakan bahwa penggunaan model pembelajaran Course Review Horay dapat digunakan untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran di kelas. Gambar Peningkatan Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran
Pembahasan Sebelum dilaksanakan penerapan model pembelajaran Course Review Horay pada pembelajaran IPS kelas IV SD Muhammadiyah Sidoarum diperoleh data nilai terendah adalah 45, nilai tertinggi adalah 87, dan nilai rata-rata kelas adalah 65. Sementara itu, siswa yang sudah mencapai KKM ≥ 65 adalah 16 dari 34 siswa atau sekitar 47 % siswa telah mencapai KKM. Data ini diambil dari nilai Ujian Akhir Semester 1 mata pelajaran IPS kelas IV SD Muhammadiyah Sidoarum. Setelah pelaksanaan penerapan model pembelajaran Course Review Horay pada siklus I diperoleh nilai terendah adalah 50, nilai tertinggi adalah 85, dan nilai rata-rata kelas adalah 68. Sementara itu, siswa yang sudah mencapai KKM ≥ 65 adalah 24 dari 34 siswa
Vol. 1 No. 1 April 2015
atau sekitar 70 % siswa telah mencapai KKM. Meskipun nilai rata-rata kelas dan siswa yang telah mencapai KKM meningkat akan tetapi penelitian dilanjutkan pada siklus kedua mengingat indikator keberhasilan pada penelitian ini adalah 75 %. Kegiatan pembelajaran dilanjutkan pada siklus II dan diperoleh nilai terendah adalah 60, nilai tertinggi adalah 95, dan nilai rata-rata kelas adalah 82. Sementara itu, siswa yang sudah mencapai KKM ≥ 65 adalah 32 dari 34 siswa atau sekitar 94 % siswa telah mencapai KKM. Dari data yang diperoleh dari siklus II maka penerapan model pembelajaran Course Review Horay pada mata pelajaran IPS kelas IV SD Muhammadiyah Sidoarum dihentikan. Dapat dikatakan bahwa hipotesis terbukti yaitu model pembelajaran Course Review Horay dapat meningkatkan prestasi belajar IPS siswa kelas IV SD Muhammadiyah Sidoarum Godean Sleman Tahun Pelajaran 2013/2014 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian dan telah dianalisis serta dibahas secara menyeluruh maka dapat diketahui bahwa: 1. Setelah dilaksanakan pembelajaran IPS menggunakan model Course Review Horay, nilai rata-rata IPS siswa kelas IV SD Muhammadiyah Sidoarum pada akhir siklus I adalah 68 dan pada akhir siklus II nilai rata-rata IPS siswa mencapai 82. 2. Setelah dilaksanakan pembelajaran IPS menggunakan model Course Review Horay, persentase ketuntasan KKM IPS siswa kelas IV SD Muhammadiyah Sidoarum pada siklus I adalah 70 % dan pada akhir siklus II persentase ketuntasan KKM mencapai 94 %. Saran 1. Sekolah a. Sekolah memfasilitasi dan mendukung guru untuk meningkatkan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan variasi model pembelajaran yang sesuai dengan karakter peserta didik demi kemajuan peserta didik. b. Sekolah memberikan fasilitas yang memadai kepada peserta didik dalam proses pembelajaran di sekolah. 2. Guru a. Guru hendaknya menggunakan variasi penggunaan model pembelajaran dalam menyampaikan materi pelajaran yang dapat memotivasi peserta didik dan meningkatkan prestasi belajar peserta didik.. b. Guru hendaknya memiliki jiwa peneliti sehingga guru terdorong untuk mencari solusi dari permasalahan yang ada di kelas untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
31
JURNAL PGSD INDONESIA ISSN 2443-1656
3. Siswa a. Siswa hendaknya dapat fokus dan berkonsentrasi dalam kegiatan belajar di dalam kelas. b. Sswa hendaknya mempersiapkan diri dengan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan guru karena akan membantu pencapaian tujuan pembelajaran yang sudah dirumuskan. 4. Peneliti a. Peneliti yang baik adalah peneliti yang dapat merumuskan masalah dan mencari serta menerapkan solusi yang tepat pada permasalahan yang ditemukannya. b. Menambah pengetahuan dengan membaca serta mengasah kemampuan dengan praktek penelitian langsung di lapangan. c. Penelitian harus direncanakan secara matang agar penelitian yang dilaksanakan akan membuahkan hasil yang tepat dan nantinya dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. d. Peneliti selanjutnya diharapkan menerapkan model Course Review Horay dalam pembelajaran dapat lebih baik.
Vol. 1 No. 1 April 2015
Wijaya Kusuma dan Dedi Dwitagama. 2012. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Indeks.
DAFTAR PUSTAKA Agus Suprijono. 2012. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Aziz Saefudin. 2012. Meningkatkan Profesionalisme Guru dengan PTK. Yogyakarta: PT Citra Adi Parama. Kunandar. 2011. Guru Profesional. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Miftahul Huda. 2013. Model-Model Pembelajaran dan Isu-Isu Metodis dan Paradigma. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Muhibbin Syah. 2012. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Oemar Hamalik. 2011. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sapriya. 2009. Pendidikan IPS. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Slameto. 2010. Belajar dan faktor yang mempengaruhinya. Jakarta. Rineka Cipta. Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: PT Tarsito. Suharsimi Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Syaiful Bahri Djamarah. 2012. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional. Syaiful Sagala. 2012. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Tasrif. 2008. Pengantar Pendidikan Ilmu Pengetahuan. Sosial. Yogyakarta: Genta press. Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana.
32
JURNAL PGSD INDONESIA ISSN 2443-1656
Vol. 1 No. 1 April 2015
PENGARUH KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN TERHADAP KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD NEGERI SE-KECAMATAN TANJUNGSARI GUNUNGKIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTATAHUN PELAJARAN 2013/2014 Elvionita, Sunarti Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas PGRI Yogyakarta
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh kemampuan membaca pemahaman terhadap kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa kelas IV Se-Kecamatan Tanjungsari Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2013/2014. Penelitian ini merupakan penelitian menggunakan metode kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD Negeri se-Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Gunungkidul yang berjumlah 230 siswa. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 146 siswa yang diambil menggunakan teknik Proportionate Random Sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan tes dengan alat pengumpulan data tes kemampuan membaca pemahaman dan tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika. Sedangkan teknik analisis data dengan menggunakan teknik analisis regresi sederhana dengan bantuan program SPSS 20.0 for Windows. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa (1) Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas IV Se-Kecamatan Tanjungsari Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2013/2014 secara keseluruhan menunjukkan pada katagori sedang (X = 9,51). (2) Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Siswa Kelas IV SD negeri Se-Kecamatan Tanjungsari Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2013/2014 secara keseluruhan berada pada kategori sangat baik (Y = 80,14). (3) Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa ada pengaruh positif dan signifikan kemampuan membaca pemahaman terhadap kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa kelas IV SD SD negeri Se-Kecamatan Tanjungsari Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2013/2014 (Fhitung = 19,377 >Ftabel = 3,906; p = 0,000). Kata kunci: kemampuan membaca pemahaman, kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika
33
JURNAL PGSD INDONESIA ISSN 2443-1656
Vol. 1 No. 1 April 2015
Abstract This research aim is to determine whether there is any effect on the ability of reading comprehension ability to solve mathematic story problems of fourth grade at Tanjungsari Elementary Schools Gunungkidul Yogyakarta Academic Year 2013/2014. This research is a quantitative research. The populations are 230 students. The sample are 146 students who are taken using Proportionate Random Sampling technique. Data collection technique use to test the ability of the data collection tools test and reading comprehension ability test of solving mathematic story. While the data analysis techniques using simple regression analysis techniques with SPSS 20.0 for Windows. The research concluded that (1) The student reading comprehension ability in the good category ((X = 9.51). (2) Problem solving capability in the good category (Y = 80.14). (3) Based on the results of data analysis showed that there is a positive and significant impact on the ability of reading comprehension ability to solve mathematic story problems with (F count = 19.377> F table = 3.906; p = 0.000). Keywords: reading comprehension ability, the ability to solve mathematic story problems
34
JURNAL PGSD INDONESIA ISSN 2443-1656
PENDAHULUAN Tuntutan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mengharuskan kita untuk selalu belajar. Proses belajar yang efektif adalah membaca. Slogan membaca adalah jendela dunia sudah dikenal luas di masyarakat. Slogan tersebut mengandung arti bahwa dengan membaca akan memperoleh pengetahuan dan informasi yang diharapkan. Semakin banyak membaca, semakin banyak pengetahuan dan informasi yang didapatkan dan bermanfaat untuk kehidupan. Lerner (Mulyono Abdurrahman, 2003: 200) mengemukakan bahwa kemampuan membaca merupakan dasar untuk menguasai berbagai bidang studi. Jika anak pada usia pemula tidak segera memiliki kemampuan membaca, maka ia akan mengalami banyak kesulitan dalam berbagai bidang studi pada kelas-kelas berikutnya. Hal utama dalam menyelesaikan soal cerita matematika adalah pemahaman terhadap masalah yang terdapat dalam soal. untuk dapat memahami masalah tersebut siswa hendaknya membaca soal dengan cermat dan berulang-ulang untuk memahami makna kata demi kata dan kalimat dalam soal cetita tersebut. Dalam hal ini dibutuhkan penguasaan kosa kata dan kemampuan membaca pemahaman yang baik. Selanjutnya, siswa dapat menemukan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan. Selain itu, siswa juga harus menguasai materi prasyarat seperti rumus, teorema, aturan hukum yang berlaku dalam matematika, serta menguasai pemahaman tentang satuan ukur, dan sebagainya. Siswa juga harus mengetahui langkah-langkah sistematis dalam menyelesaikan soal cerita matematika. Pemahaman siswa terhadap semua hal tersebut akan membantu siswa dalam penyelesaikan soal cerita matematika. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Keterampilan membaca pemahaman siswa kelas IV SD Negeri se-Kecamatan Tanjungsari masih tergolong rendah. 2. Kebanyakan siswa kelas IV SD Negeri seKecamatan Tanjungsari memerlukan waktu lama untuk memahami bacaan. 3. Kualitas pembelajaran matematika di SD Negeri se-Kecamatan Tanjungsari masih rendah. 4. Siswa mengalami kesulitan memahami soal cerita matematika. 5. Siswa kurang terampil mengidentifikasi permasalahan dalam soal cerita. 6. Pembelajaran matematika yang dilakukan kurang mengembangkan kemampuan berfikir siswa Pembatasan masalah dalam penelitian ini dimaksudkan agar permasalahan yang disajikan lebih mendalam dan terarah, serta tidak terjadi
Vol. 1 No. 1 April 2015
penyimpangan terhadap apa yang menjadi tujuan dilaksanakannya penelitian. Peneliti memfokuskan kegiatan penelitian ini pada pengaruh kemampuan membaca pemahaman terhadap kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika pada kelas IV Sekolah Dasar di Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah, maka rumusan masalah yang ditetapkan untuk penelitian ini adalah : 1. Bagaimana kemampuan membaca pemahaman siswa kelas IV di Kecamatan Tanjungsari, kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta? 2. Bagaimana kemampuan penyelesaian soal cerita matematika siswa kelas IV di Kecamatan Tanjungsari, kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta? 3. Bagaimana pengaruh kemampuan membaca pemahaman terhadap kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa kelas IV di Kecamatan Tanjungsari, kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta? Beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui kemampuan membaca pemahaman siswa kelas IV di Kecamatan Tanjungsari, kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta. 2. Untuk mengetahui kemampuan penyelesaian soal cerita matematika siswa kelas IV di Kecamatan Tanjungsari, kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta. 3. Untuk mengetahui pengaruh kemampuan membaca pemahaman terhadap kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa kelas IV di Kecamatan Tanjungsari, kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta. Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian pengembangan ini antara lain sebagai berikut. Dari hasil penelitian diharapkn dapat memberikan manfaat sebagai berikut : Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi dunia pendidikan kuhususnya di Sekolah Dasar, adapun kegunaannya adalah: Sebagai sumbangan pada ilmu pengetahuan khususnya pada prodi pendidikan guru sekolah dasar berkaitan dengan pengaruh kemampuan membaca pemahaman terhadap penyelesaian soal cerita matematika. Penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh : a. Pihak sekolah 1) Sebagai faktor pendukung tujuan pedidikan yang efektif dan efisien. 2) Sebagai bahan pertimbangan dalam upaya peningkatan prestasi belajar siswa khususnya
35
JURNAL PGSD INDONESIA ISSN 2443-1656
kemampuan membaca pemahaman dan kemampuan penyelesaian soal cerita matematika. b. Guru Penelitian ini dapat memberi dukungan dalam hal meningkatkan kemampuan membaca pemahaman dan kemampuan penyelesaian soal cerita matematika. c. Siswa Memberikan masukan bagi siswa untuk dapat menyelesaikan soal cerita matematika secara sistematis. d. Bagi Orang Tua Memberikan informasi kepada orang tua bagaimana cara membimbing belajar yang tepat. e. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadikan pendorong untuk mengadakan penelitian yang lebih luas dan mendalam. f. Bagi Ilmu Pengetahuan Dapat memberikan sumbangan yang positif terhadap usaha pengembangan ilmu pengetahuan khususnya yang berkaitan dengan pendidikan pendidikan pendidikan pada umumnya. KAJIAN PUSTAKA 1. Deskripsi Teoritik Kemampuan Membaca Pemahaman Smith (Samsu Somadayo, 2011: 9) menyatakan bahwa membaca pemahaman adalah suatu kegiatan atau aktifitas yang dilakukan oleh pembaca untuk menghubungkan informasi lama dengan maksud untuk mendapatkan pengetahuan baru. Disamping menghubungkan informasi dan mendapatkan pengetahuan baru, aktifitas yang dilakukan oleh pembaca dalam memahami bahan bacaan dapat diklasifikasi menjadi pemahaman literal, pemahaman interpretasi, pemahaman kritis, dan pemahaman kreatif. 2. Deskripsi Teoritik kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika Mulyono Abdurrahman (2012: 209) mengemukakan bahwa dalam menyelesaikan soal-soal cerita banyak anak yang mengalami kesulitan. Kesulitan tersebut nampaknya terkit dengan pengajaran yang menuntut apakah membuat kalimat matematika tanpa lebih dahulu memberikan petunjuk tentang langkahlangkah yang harus ditempuh. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu penelitian ini dimulai pada bulan Februari – Juli 2014. Tempat penelitian adalah di SD seKecamatan Tanjungsari, Kabupaten Gunungkidul yang terdiri dari 15 SD. B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Arikunto (Riduwan,2012: 74) memberikan pengertian tentang populasi yaitu keseluruhan subjek penelitian. Popupasi dalam penelitian ini adalah semua siswa
Vol. 1 No. 1 April 2015
yang terdaftar dan masih aktif sebagai siswa kelas IV se- Kecamatan Tanjungsari, Kabutapen Gunungkidul pada tahun pelajaran 2013/2014. Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa populasi merupakan jumlah keseluruhan subjek yang akan diteliti yang terdapat dalam tempat penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD se- Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta pada tahun ajaran 2013/2014 yang berjumlah 230 siswa. 2. Teknik Sampling Menurud Sugiyono (2013: 81), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Riduwan (2012: 95) mengemukakan bahwa apabila jumlah populasi lebih dari 100 orang, maka penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan sampel secara proposional (Propotionate Random Sampling). Sedangkan teknik pengambilan sampel menurut Riduwan (2007:95) menggunakan rumus dari Taro Yamane atau Slovin yaitu sebagai berikut: n = 𝑁𝑁.𝑑2+1 Keterangan: n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi d2 = Presisi (ditetapkan 5% dengan tingkat kepercayaan 95%) Berdasarkan rumus di atas, maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: n = 230230.(0,05)2+1 = 230230 0,0025 +1 = 2300,575+1 = 2301,575 = 146,03175 = 146 Jadi, berdasarkan perhitungan dalam menentukan ukuran sampel dengan taraf kesalahan 5% atau tingkat kebenaran 95% apabila populasi sejumlah 230, maka dapat disimpulkan bahwa sampel penelitian yang di ambil dalam penelitian ini yaitu sebanyak 146 pada siswa kelas IV SD se-Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Gunungkidul. Jumlah sampel tersebut kemudian dibagi lagi ke masing-masing sekolah. Jumlah sampel pada masing-masing sekolah ditentukan menurut jumlah siswa dengan propotionate random sampling, yaitu menggunakan rumus sebagai berikut: ni = 𝑁𝑖𝑁 . n Keterangan: ni = Jumlah sampel menurut stratum n = Jumlah sampel keseluruhan Ni = Jumlah populasi menurut stratum N = Jumlah populasi Berdasarkan rumus di atas, maka jumlah sampel pada masing-masing sekolah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
36
JURNAL PGSD INDONESIA ISSN 2443-1656
Tabel 2 Jumlah Sampel Masing-masing Sekolah
C. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini digunakan dua variabel, yaitu: 1. Variabel Bebas (independent) M. Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur (2009: 5) menjelaskan bahwa variabel independent adalah suatu variabel yang dianggap berpengaruh terhadap variabel dependen. 2. Variabel Terikat (dependent) M. Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur (2009: 5) menjelaskan bahwa jika variabel dianggap berubah ka rena akibat dari suatu penanganan yang dilakukan kepada subjek, ini disebut suatu variabel dependen. Vriabel biasanya digambarkan dengan huruf-huruf (misal A, B, X, Y, Z). Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dijelaskan sebagai berikut: Variabel bebas (X) : kemampuan membaca pemahaman Variabel terikat (Y) : kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika D. Definisi Operasional Variabel Penelitian. 1. Yang dimaksud kemampuan membaca pemahaman adalah suatu proses pemerolehan makna yang secara aktif melibatkan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki oleh pembaca serta dihubungkan dengan isi bacaan yang bertujuan siswa dapat mengetahui dan memahami isi keseluruhan bahan bacaan yang dibacanya. Kemampuan membaca pemahaman dapat diukur dengan indikator menentukan pikiran pokok, memahami keseluruhan bacaan, penguasaan kosa kata, menentukan topik, membuat kesimpulan. 2. Yang dimaksud bahwa kemampuan menyelesaikan soal cerita adalah kemampuan untuk memahami soal atau kemampuan menentukan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dalam soal, kemampuan membuat model (kalimat) matematika, kemampuan untuk menyelesaikan model matematika
Vol. 1 No. 1 April 2015
atau melakukan penghitungan, serta kemampuan menginterpretasikan jawaban atau menuliskan jawaban khir sesuai situasi dalam soal. Tabel 3 Indikator Variabel Penelitian
E. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes. Teknik pengumpulan data tersebut digunakan untuk mengukur kemampuan membaca pemahaman dan kemampuan menyelesaikan soal cerita mtematika. Adapun pokok bahasan yang digunakan peneliti adalah menyelesaikan masalah pecahan. F. Instrumen Penelitian Instrument penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomeno alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut variable penelitian (Sugiyono, 2013: 102). Untuk mendukung proses mengumpulkan data dan memperoleh data yang diinginkan, peneliti menggunakan instrument berupa soal-soal pilihan ganda untuk mengetahui kemampuan membaca pemahaman dan soal cerita matematika berupa soal isian dengan pokok bahasan memyelesaikan masalah pecahan. Penjelasan di atas tersebut digunakan untuk menyusun kisi-kisi instrument berikut: Tabel 4 Kisi-Kisi Soal Kemampuan Membaca Pemahaman
Adapun cara pemberian skor tes kemampun membaca pemahaman dan penyelesaikan soal cerita matematika adalah sebagai berikut: Tabel. 5 Pedoman Penilaian Tes Kemampuan Membaca Pemahaman
37
JURNAL PGSD INDONESIA ISSN 2443-1656
Vol. 1 No. 1 April 2015
H. Teknik Analisis Data 1. Deskripsi Data
G. Hasil Uji Coba Instrumen 1. Pengujian Validitas Berdasarkan hasil pengujian validitas dengan program SPSS 20.0 for Windows dengan jumlah butir pernyataan sebanyak 20 untuk diujicobakan kepada 24 siswa non sampel, didapatkan rekapitulasi hasil pengujian validitas yang tampak pada tabel berikut:
Dari hasil uji validitas kemampuan membaca pemahaman di atas menunjukkan bahwa ada empat butir soal yang tidak yaitu butir soal nomor 4, 7, 14, 17. Dengan demikian, peneliti menggunakan 15 pernyataan yang seluruhnya sudah valid. 2. Pengujian Reliabilitas Berdasarkan hasil pengujian reliabilitas dengan program SPSS 20.0 for Windows dengan jumlah 20 pernyataan dan diujicobakan pada 24 siswa non sampel, didapatkan rekapitulasi hasil pengujian reliabelitas yang tampak pada tabel berikut:
Syofian Siregar (2010:175) mengatakan bahwa kriteria suatu instrumen penelitian dikatakan reliabel apabila koefisien reliabilitas > 0,6. Berdasarkan hasil pengujian reliabilitas angket bimbingan belajar tes kemampuan membaca pemahaman dengan program SPSS 20.0 for Windows, diketahui nilai koefisien alpha sebesar 0,722.
Dalam analisis deskripsi ini peneliti menggunakan analisis univariat untuk mendeskripsikan skor masing-masing variabel. Adapun dalam deskripsi data ini meliputi mean (M), median (Me), modus (Mo), standar deviasi (SD), presentase dan pengkategorian kelas interval. Dalam perhitungannya untuk mencari mean, median, modus, standar deviasi, frekuensi dan presentase menggunakan bantuan komputer dengan program SPSS 20.0 for Windows. Pengkategorian kelas interval dilakukan berdasarkan Mean Ideal (𝑥 Ideal) dan Standar Deviasi Ideal (SD Ideal) yang diperoleh melalui perhitungan secara manual. Rumus yang digunakan untuk mencari 𝑥 Ideal dan SD Ideal adalah sebagai berikut. 𝑥 Ideal : Mean Ideal = 60% x kemungkinan skor tertinggi SD Ideal : Standar Deviasi Ideal = 14 dari 𝑥 Ideal Sedangkan rumus yang digunakan untuk menentukan kelas interval menurut Sunarti dan Selly Rahmawati (2012: 182), adalah sebagai berikut:
2. Uji Persyaratan Analisis a. Uji Normalitas Untuk mengetahui apakah data dari tiap-tiap variabel dalam penelitian berdistribusi normal atau tidak maka digunakan uji normalitas. Untuk menguji normalitas pada penelitian ini digunakan uji KolmogorovSmirnov menggunakan bantuan program SPSS 20.0 for Windows. Rumus analisis Kolmogorov-Smirnov menurut Sugiono (2007: 326). Menurut Wahid Sulaiman (2004: 38), dengan kaidah pengujian yaitu jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed)> taraf signifikasi (α=0,05) maka kita dapat menyimpulkan untuk menerima Ho; artinya data-data dinyatakan memenuhi asumsi normalitas atau data yang diujinormal, dan jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed)< taraf signifikasi (α=0,05) maka kita dapat menyimpulkan untuk menolak Ho; artinya data-data dinyatakan tidak memenuhi asumsi normalitas atau data yang diuji tidak normal. b. Uji Linieritas
38
JURNAL PGSD INDONESIA ISSN 2443-1656
Untuk mengetahui asumsi bahwa pengaruh antara variabel bebas (variabel X) dengan (variabel terikat Y) merupakan pengaruh yang linier, maka harus diadakan pengujian linieritas. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: Freg = 𝑅𝐾 𝑟𝑒𝑔𝑅𝐾 𝑟𝑒𝑠 Keterangan : Freg = Harga bilangan untuk regresi RK reg = rerata kuadrat garis regresi RK res = rerata kuadrat residu Menurut Sambas Ali dan Maman Abdurahman (2007:98), kriteria uji, apabila nilai r (probability value/ critical value) lebih kecil atau (=) dari tingkat a maka distribusi berpola linier. Dalam hal lainnya, distribusi tidak berpola linier. Atau jika Fhitung < F tabel pada taraf signifikasi 5% maka pengaruh variabel bebas dengan variabel terikat bersifat linier. Sebaliknya jika Fhitung > F tabel berarti kedua variabel mempunyai pengaruh tidak linier. 3. Teknik Pengujian Hipotesis Dalam penelitian ini ada dua variabel yang terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel bebas tersebut adalah kemampuan membaca pemahaman (X) sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika (Y). Rumusan hipotesis dalam penelitian ini adalah “ada pengaruh positif dan signifikan kemampuan membaca pemahaman terhadap kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika kelas IV SD Negeri se-Kecamatan Tanjungsari, Gunungkidul, Yogyakarta tahun pelajaran 2013/2014”. Sesuai dengan prosedur pengujian hipotesis, sebelum dilakukan uji hipotesis maka rumusan hipotesis penelitian terlebih dahulu diubah menjadi rumusan hipotesis nol. Hipotesis nol dalam penelitian ini adalah “tidak ada pengaruh positif dan signifikan kemampuan membaca pemahaman terhadap kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika kelas IV SD Negeri se-Kecamatan Tanjungsari, Gunungkidul, Yogyakarta tahun pelajaran 2013/2014”. Kemudian rumusan hipotesis nol tersebut dikenakan uji hipotesis menggunakan teknik analisis regresi sederhana dengan rumus: 𝑌=𝑎+𝑏𝑥 Keterangan: Y = variabel terikat (penyelesaian soal cerita matematika) X = variabel bebas (kemampuan membaca pemahaman) a = konstanta b =koefisien regresi fariabel X keseluruhan proses penghitungan dan pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan computer denga program SPSS for Windows I. Sumbangan Efektif
Vol. 1 No. 1 April 2015
Sutrisno Hadi (2004:39), Sumbangan efektif merupakan perbandingan efektif yang diberikan satu variabel bebas kepada satu variabel terikat dengan variabel bebas lain yang diteliti maupun tidak diteliti. Rumus sumbangan efektif yaitu SE = R2 x 100% Keterangan : SE = Sumbangan Efektif R2 = Koefisien Determinan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data 1. Variabel Kemampuan Membaca Pemahaman Hasil analisis dengan menggunakan analisis statistik deskriptif diperoleh nilai Mean (M) sebesar 9,51, Standar Deviasi (SD) sebesar 2,17 Median (Me) sebesar 10, dan Modus (Mo) sebesar 10. Berikut merupakan tabel distribusi frekuensi variabel Kemampuan membaca pemahaman.
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas, maka distribusi frekuensi variabel kemampuan membaca pemahaman digambarkan dalam histogram sebagai berikut:
Gambar 2. Histogram Distribusi Frekuensi Kemampuan Membaca Pemahaman Secara keseluruhan kemampuan membaca pemahaman dikategorikan menjadi lima yaitu kategori sangat tinggi, tinggi, rendah, dan sangat rendah Hasil kategori data selengkapnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: 𝑥 ideal = 60% x 15 = 9 SD Ideal = 14 x 9 = 2.25
39
JURNAL PGSD INDONESIA ISSN 2443-1656
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa kemampuan membaca pemahaman pada siswa kelas IV SD Negeri se-Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Gunungkidul memiliki nilai pada kategori tinggi dengan nilai persentase sebesar 32.8%. 2. Variabel Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Dari hasil pengumpulan data yang telah dilakukan maka diperoleh hasil skor tertinggi untuk variabel kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika sebesar 100 dan skor terendah sebesar 42. Hasil analisis statistik inferensial hitung diperoleh nilai Mean (M) sebesar 80,14, Standar Deviasi (SD) sebesar 9,28, Median (Me) sebesar 80, dan Modus (Mo) sebesar 80. Jumlah kelas dihitung dengan menggunakan rumus Struges. Berikut ini adalah perhitungannya sehingga dapat dibuat tabel frekuensi dan histogram. 1) Jumlah Kelas Interval K = 1 + 3,3 log 146 = 1 + 3,3 log 146 = 1 + 3,3 x 2,164 = 1 + 7,14 = 8.14 = 9 (dibulatkan) 2) Rentang Data (Range) Rentang Data = (data terbesar – data terkecil) = (100 – 42) = 58 3) Panjang Kelas Panjang Kelas = rentang data : jumlah kelas interval = 58 : 8 = 7,25 = 7 (dibulatkan) Tabel berikut merupakan tabel distribusi frekuensi variabel kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika.
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas, maka distribusi frekuensi variabel lingkungan sosial tempat tinggal digambarkan dalam histogram sebagai berikut:
Vol. 1 No. 1 April 2015
Gambar 3. Histogram Distribusi Frekuensi Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Hasil kategori data selengkapnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: 𝑥 ideal = 60% x 100 =60 SD Ideal = 14 x 60 = 15
Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika pada siswa kelas IV SD se-Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Gunungkidul memiliki nilai pada kategori tinggi dengan nilai persentase sebesar 63.7%. B. Pengujian Prasyarat Analisis 1. Uji Normalitas a. Normalitas Kemampuan Membaca Pemahaman Hasil perhitungan menggunakan SPSS 20.0 for Windows diperoleh nilai Asymp. Sig. (2-tailed) atau p = 0,063 sehingga p > 0,05 berarti data dinyatakan memenuhi asumsi normalitas atau data yang diuji normal. b. Normalitas Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika c. Hasil perhitungan menggunakan SPSS 20.0 for Windows diperoleh nilai Asymp. Sig. (2-tailed) atau p = 0,070, sehingga p > 0,05 berarti data dinyatakan memenuhi asumsi normalitas atau data yang diuji normal.
2. Uji Linieritas Berdasarkan hasil perhitungan dengan program SPSS 20.0, tampak nilai Fhitung = 1,519 dan Ftabel = 4,182 dimana Fhitung < Ftabel atau p 0,63 > 0,05, sehingga variabel x atas y berpola linier. C. Hasil Analisis Regresi Sederhana dan Pengujian Hipotesis Hasil analisis regresi sederhana yang dilakukan dengan bantuan komputer program SPSS 20.0 dapat dirangkum dalam tabel berikut: Tabel 14 Rangkuman Hasil Analisis Regresi Sederhana
Berdasarkan hasil analisis regresi sederhana diatas diperoleh harga koefisien regresi b = 0,344 sedangkan nilai konstanta (a) sebesar 66,184. Harga-harga tersebut dapat ditulis dalam bentuk persamaan regresi sebagai berikut:
40
JURNAL PGSD INDONESIA ISSN 2443-1656
Y = a + bX Y = 66,184 + 0,344X Dari persamaan regresi linear di atas dapat diterangkan sebagai berikut: Nilai 66,184. merupakan konstanta yang menunjukkan jika ada pengaruh kemampuan membaca pemahaman, maka kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika meningkat sebesar 66,184. Nilai 0,344 merupakan koefisien regresi yang menunjukkan bahwa setiap adanya peningkatan satu kemampuan membaca pemahaman akan mengakibatkan peningkatan kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika sebesar 0,344. Berdasarkan tabel, terlihat adanya variabel bebas yaitu variabel X kemampuan membaca pemahaman berbeda secara signifikan. Dengan menggunakan tingkat kesalahan α = 5% berarti variabel bebas tersebut secara parsial berpengaruh terhadap variabel terikat Y (kemampuan menyelesaikan soal cerita matemtika). Pengujian hipotesis bertujuan untuk membuktikan hipotesis penelitian. Uji hipotesis meliputi langkah menentukan F hitung dan F tabel untuk menentukan keputusan menerima atau menolak hipotesis, dan berapa besar sumbangan variabel bebas (kemampuan membaca pemahaman) terhadap variabel terikat (kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika). Dengan hasil uji regresi sederhana didapatkan nilai Fhitung, kemudian mencari Ftabel. Syarat hipotesis diketahui yaitu bahwa Ho ditolak dan Ha diterima jika Fhitung > Ftabel, dan jika Fhitung < Ftabel maka Ho diterima dan Ha ditolak. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Ada pengaruh positif dan signifikan kemampuan membaca pemahaman terhadap kemampuan membaca siswa kelas IV SD Negeri se-Kecamatan Tanjungsari”. Hasil penelitian disimpulkan dalam tabel di bawah ini:
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan uji F diperoleh Fhitung sebesar 19.377. Untuk menguji signifikansi, maka koefisien Fhitung tersebut dikonsultasikan dengan harga Ftabel sebesar pada taraf signifikansi = 0,05 dengan df 1:145. Hasil menunjukkan bahwa harga Fhitung lebih besar dari Ftabel (19,377 > 3,906). Dapat disimpulkan bahwa hipotesis nihil (Ho) yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh positif dan signifikan antara kemampuam membaca pemahaman terhadap kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa kelas IV SD negeri se-Kecamatan Tanjungsari, Gunungkidul D I Yogyakarta tahun pelajaran 2013/2014 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis penelitian (Ha) yaitu ada pengaruh positif
Vol. 1 No. 1 April 2015
dan signifikan kemampuam membaca pemahaman terhadap kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa kelas IV SD negeri se-Kecamatan Tanjungsari, Gunungkidul D I Yogyakarta tahun pelajaran 2013/2014 diterima. Koefisien korelasi (R Square) = 0,119 artinya antara kemampuan membaca pemahaman dengan kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika terdapat pengaruh yang cukup kuat. Angka positif menunjukkan bahwa variabel kemampuan membaca pemahaman dengan kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika mempunyai korelasi yang positif dan searah. Dengan demikian dapat diinterpretasikan bahwa semakin baik kemampuan membaca pemahaman maka kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika akan semakin baik pula. D. Sumbangan Efektif Dilihat dari R2 yang terlihat pada tabel dalam lampiran yaitu 0,119 maka sumbangan efektif = 0,119 x 100% = 11,9% berarti bahwa variabel kemampuan membaca pemahaman berpengaruh terhadap kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika sebesar 11,9%, sedangkan 88,1% yang lainnya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hipotesis yang menyatakan bahwa ada pengaruh positif dan signifikan kemampuam membaca pemahaman terhadap kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa kelas IV SD negeri se-Kecamatan Tanjungsari, Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta tahun pelajaran 2013/2014. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai signifikansi pada uji regresi yang lebih kecil dari taraf signifikansi, yaitu 0,000 < 0,05 dan nilai Fhitung yang lebih besar dari Ftabel yaitu 19,377 > 3,906. Berdasarkan hasil penelitian dan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis dalam penelitian ini terbukti bahwa ada pengaruh positif dan signifikan kemampuam membaca pemahaman terhadap kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa kelas IV SD negeri se-Kecamatan Tanjungsari, Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta tahun pelajaran 2013/2014. Semakin baik kemampuan membaca pemahaman anak maka kemampuan menyelesaikan soal cerita khususnya mata pelajaran matematika akan semakin baik pula. KESIMPULAN 1. Kemampuan membaca pemahaman masingmasing siswa Kemampuan membaca pemahaman menunjukkan bahwa sebanyak 29 responden atau 19.8% terletak pada kategori sangat tinggi, pada kategori tinggi
41
JURNAL PGSD INDONESIA ISSN 2443-1656
sebesar sebanyak 48 responden atau 32.8% sedangakan 40 responden atau 28.7% pada kategori sedang, kemudian pada kategori rendah sebanyak 23 responden 15. 7% dan sebanyak 4 responden atau 2.7% menyatakan penilaian sangat rendah terhadap kemampuan membaca pemahamannya. Dengan demikian dilihat dari mean (M) = 9,51, kemampuan membaca pemahaman (X) sebesar 32.8% terletak pada kelas interval 10-11 dan termasuk pada kategori tinggi. 2. Kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika Kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika yang diambil dari nilai tes menunjukkan bahwa sebanyak sebanyak 49 siswa atau 33.5% pada pada kategori sangat tinggi, sedangkan 93 siswa atau 63.7% pada kategori tinggi, pada kategori sedang sebanyak 3 siswa atau 2.0% pada kategori rendah sebanyak 1 siswa atau 0.6% dan pada kategori sangat rendah sebanyak 0 siswa atau 0 %. Dengan demikian dilihat dari mean (M) = 80,14, kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika (Y) sebesar 63.7% terletak pada kelas interval 64 - 82 dan termasuk pada kategori tinggi. 3. Pengaruh kemampuan membaca pemahaman terhadap kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika Hasil penelitian menyimpulkan bahwa ada pengaruh positif dan signifikan kemampuan membaca pemahaman terhadap kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa kelas IV SD IV SD negeri se-Kecamatan Tanjungsari, Gunungkidul, Yogyakarta tahun pelajaran 2013/2014 ditunjukkan dengan nilai Fhitung > Ftabel (19,377 > 3,906.) pada taraf signifikansi 0,05.
Vol. 1 No. 1 April 2015
DAFTAR PUSTAKA M. Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur. 2009. Petunjuk Praktis Penelitian Pendidikan. Malang: UINMalang Press. Marsudi Rahardjo. 2011. Modul Matematika SD Program Bermutu (Pembelajaran Soal Cerita Operasi Bilangan Hitung Campuran di SD. Yogyakarta: PPPPTK. Mulyono Abdurrahman. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta:Rineka Cipta. Mulyono Abdurrahman. 2012. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta:Rineka Cipta. Riduwan. 2007. Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta. . 2012. Metode & teknik menyusun proposal penelitian. Bandung: Alfabeta. Samsu Somadayo. 2011. Strategi dan Teknik Pembelajaran Membaca. Yogyakarta: Graha Ilmu. Saifuddin Azwar. 2002. Tes Prestasi Fungsi Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sambas Ali Muhiddin dan Maman Abdurahman. 2007. Analisis Korelasi, Regresi, dan Jalur dalam Penelitian. Bandung: Pustaka Setia. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D. Bandung: Alfabeta. . 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D. Bandung: Alfabeta. Sunarti dan Selly Rahmawati. 2012. Penelitian Hasil Belajar Untuk SD, SMP dan SMA. Yogyakarta: Penerbit Andi. Suhahsimi Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka cipta. Syofian Siregar. 2010. Statistika Deskriptif untuk Penelitian. Jakarta: Rajawali Pers. Wahid Sulaiman. 2004. Analisis Regresi menggunakan SPSS Contoh Kasus dan Pemecahannya. Yogyakarta: Andi
42
JURNAL PGSD INDONESIA ISSN 2443-1656
Vol. 1 No. 1 April 2015
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA MENGGUNAKAN METODE INQUIRY PADA SISWA KELAS V SD NEGERI NGRAHO IV KEDUNGTUBAN BLORA Sutrisno SD Negeri Ngraho IV Kedungtuban Blora
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar IPA menggunakan metode inquiry pada siswa kelas V SD Negeri Ngraho IV Kecamatan Kedungtuban Kabupaten Blora. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Ngraho IV Kecamatan Kedungtuban Blora. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas model Kemnis and Mc. Taggart. Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus, masing-masing siklus terdiri atas 2 pertemuan. Pada setiap siklus dilaksanakan 4 tahapan, yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Instrument penelitian yang digunakan yaitu butir tes, lembar observasi dan angket respon siswa. Data hasil tes dianalisis secara deskriptif kuantitatif menggunakan rata-rata prestasi belajar dan persentase ketuntasan belajar. Data hasil observasi dan respon siswa dianalisis dengan menghitung persentase. Pada pra siklus rata-rata prestasi belajar IPA siswa 65, dan hanya 30,76% siswa dapat mencapai KKM 75. Pada siklus I materi pembelajarannya yaitu gaya gravitasi dan gaya gesek. Rata-rata prestasi belajar siswa naik menjadi 73,13 dan 53,84% siswa dapat mencapai KKM. Pada siklus II materi pembelajarannya gaya magnet. Rata-rata prestasi belajar siswa naik menjadi 81,56 dan 84,61% siswa dapat memenuhi KKM. Rata-rata prestasi belajar siswa dan jumlah siswa yang mencapai KKM telah memenuhi indikator keberhasilan, dengan demikian penelitian ini dihentikan pada siklus II. Kata kunci : Prestasi Belajar, IPA, Inquiry
Abstract This study aims to improve learning achievement in science using inquiry methods Elementary School fifth grade students Ngraho IV District of Kedungtuban Blora. The subjects were students of class V Elementary School District of Kedungtuban Blora Ngraho IV. This type of research is a classroom action research models and Mc Kemnis. Taggart. This research was conducted in two cycles, each cycle consisting of 2 meetings. At each cycle executed four stages, namely planning, action, observation and reflection. Research instrument used is grain tests, observation and student questionnaire responses. Data were analyzed descriptively test results quantitatively using the average achievement of learning and the percentage of mastery learning. Data observation and student responses were analyzed by calculating the percentage. On average pre-cycle science learning achievement of students 65, and only 30.76% of students can reach KKM 75. In the first cycle of learning material that is the force of gravity and friction forces. The average student achievement rose to 73.13 and 53.84% of students can reach KKM. In the second cycle of learning materials magnetic force. The average student achievement rose to 81.56 and 84.61% of students can meet the KKM. The average student achievement and the number of students who reach the KKM has met the success indicators, thus this study was stopped in the second cycle. Keywords: Achievement, Science, Inquiry
43
JURNAL PGSD INDONESIA ISSN 2443-1656
PENDAHULUAN Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya. Semakin tinggi tingkat pendidikannya maka akan semakin baik pula kualitas sumber daya manusia tersebut dan sebaliknya. Untuk mencapai kualitas sumber daya manusia yang tinggi diperlukan guru yang berkualitas dan memiliki kinerja yang tinggi pula. Pendidikan merupakan salah satu sarana pembangunan yang selalu ditingkatkan, baik kualitas maupun kuantitasnya. Hal ini sangat diperlukan dalam rangka mengupayakan pembaharuan dan penyempurnaan pendidikan serta menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan, baik dalam kehidupan seseorang, keluarga, maupun bangsa dan negara. Maju tidaknya suatu bangsa banyak ditentukan oleh kualitas pendidikan pada bangsa tersebut. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan hal yang sangat penting untuk dipelajari siswa karena IPA tidak hanya berhubungan dengan penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa utuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Pembelajaran IPA memilki peranan penting dalamperkembangan intelektual dan sikap ilmiahpeserta didik. Menggunakan pembelajaran IPA siswa dapat membiasakan diri bersikap dan bekerja secara ilmiah yang pada akhirnya siswa akan terbiasa memecahkan permasalahan secara ilmiah. Pembelajaran IPA diberikan agar siswa memiliki kemampuanberfikir logis, analitis, sistematis, kritis, bersikap ilmiah, kreatif dan kerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar siswa dapat meneliti, memperoleh, mengelola dan memanfaatkan iptek untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah dan kompetitif. Berdasarkan hasil pengamatan pada pembelajaran IPA Kelas V SD N Ngraho IV Kedungtuban Blora, peneliti menemukan berbagai permasalahan Siswa tidak memperhatikan materi pelajaran, siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran, mereka hanya duduk diam mendengarkan penjelasan guru tanpa aktif memecahkan masalah, pada saat guru mengajukan pertanyaan siswa tidak memberikan jawaban sesuai dengan pengetahuannya tetapi diam menunggu penjelasan guru, prestasi belajar IPA siswa kurang baik. Siswa Kelas V SD Negeri Ngraho IV yang berjumlah 13 siswa, terdiri atas 7 siswa laki-laki dan 6 siswa perempuan, rata-rata prestasi belajar IPA yaitu 65 dan hanya 4 siswa (30,76%) yang dapat
Vol. 1 No. 1 April 2015
memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (75). Dari hasil evaluasi terhadap pelaksanaan pembelajaran, dapat diketahui penyebab permasalahan diatas yaitu selama proses pembelajaran guru cenderung lebih berperan aktif menyampaikan materi pelajaran, sedangkan siswa hanya mencatat dan mendengarkan, siswa terbatas hanya menghafalkan konsep-konsep, fakta atau langkah-langkah pemecahan suatu masalah, guru tidak menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi dalam pembelajaran. Dari uraian di atas, sudah selayaknya dilakukan upaya untuk meningkatkan prestasi belajar IPA menggunakan metode pembelajaran yang dapat mendorong siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran. Salah satu metode pembelajaran yang tepat untuk mata pelajaran IPA yaitu inquiry. Metode inquiry merupakan motode pembelajaran dimana guru melibatkan kemampuan berpikir kritis siswa untuk menganalisis dan memecahkan persoalan secara sistematis. Inti dari metode ini adalah isi dan proses penyelidikan diajarkan bersama dalam waktu yang bersamaan. Berdasarkan keunggulan metode inquiry tersebut, peneliti mengadakan penelitian untuk mengetahui lebih lanjut apakah penggunaan metode inquiry dapat meningkatkan prestasi belajar IPA pada siswa kelas IV SD Negeri Ngraho IV Kedungtuban Blora. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah meningkatkan prestasi belajar IPA menggunakan metode inquiry pada siswa kelas V SD Negeri Ngraho IV Kedungtuban Blora. KAJIAN TEORI 1. Prestasi Belajar IPA Tohirin dalam Muhammad Fathurrohman dan Sulistyorini (2012:49), berpendapat bahwa prestasi belajar adalah apa yang telah dicapai siswa setelah melakukan kegiatan belajar. Menurut Fowler dalam Usman Samatowa (204:4), IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia. Prestasi belajar IPA adalah hasil yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar ilmu pengetahuan yang mempelajari dalam semesta dengan segala isinya yang dinyatakan dengan simbol, angka, huruf, atau kalimat sebagai indikasi keberhasilan siswa dalam menguasai ilmu tersebut. 2. Metode Inquiry Inquiry berasal dari bahasa Inggris yang secara harfiah berarti penyelidikan. Wina Sanjaya (2006:196), mengemukakan bahwa inquiry adalah rangkaian kegiatan pembelajaran
44
JURNAL PGSD INDONESIA ISSN 2443-1656
yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Piaget dalam Elin Rosalin (2008:61), mengemukakan bahwa metode inquiry merupakan metode yang mempersiapkan peserta didik pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan mencari jawaban sendiri serta menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain. Yatim Riyanto (2009:73),berpendapat bahwa inquiry merupakan pengetahuan dari keterampilan yang diperoleh siswa bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan apapun materi yang diajarkan. Sagala dalam Isriani Hardini dan Dewi Puspitasari (2012:33),metode inquiry merupakan metode pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berpikir ilmiah pada diri siswa sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Wina Sanjaya (2006:199), langkah langkah inquiry yaitu orientasi, merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis dan merumuskan kesimpulan. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian tindakan, yaitu suatu pencarian sistematik yang dilaksanakan oleh para pelaksana program dalam kegiatannya sendiri, meliputi pengumpulan data pelaksanaan kegiatan, keberhasilan dan hambatan yang dihadapi, untuk kemudian menyusun rencana dan melakukan kegiatan-kegiatan penyempurnaan (Nana Syaodih Sukmadinata, 206: 140). Penelitian tindakan ini dilaksanakan untuk memperbaiki pembelajaran di kelas sehingga disebut Penelitian Tindakan Kelas. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Sempu yang berjumlah 13 siswa, yang terdiri dari 7 siswa laki-laki dan 6 siswa perempuan. Objek penelitian ini adalah prestasi belajar IPA melalui metode inquiry. Penelitian Tindakan Kelas ini menggunakan model spiral Kemmis dan Taggart. Model Penelitian Tindakan Kelas ini mengandung empat komponen, yaitu rencana (planning), tindakan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection). Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah : 1. Tes Tertulis
Vol. 1 No. 1 April 2015
Teknik tes ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang prestasi belajar siswa terhadap materi yang telah dipelajari. 2. Observasi Observasi dilakukan untuk mengamati pelaksanaan pembelajaran dan aktifitas siswa dengan metode inquiry. 3. Angket Respon Angket respon digunakan untuk mengetahui sejauh mana respon siswa terhadap metode inquiry yang diterapkan dalam pembelajaran IPA. Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian adalah butir yang berbentuk pilihan ganda dan uraian, lembar observasi, lembar angket respon. Data-data hasil tes dihitung rata-rata dan persentase ketuntasan pembelajarannya, data hasil observasi dihitung persentasenya, data angket respon siswa dihitung persentasenya sehingga peneliti dapat mengetahui seberapa besar respon siswa kelas V terhadap metode inquiry pada mata pelajaran IPA. Pedoman kriteria keberhasilan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 75% dari jumlah siswa mencapai KKM 75. Apabila nilai rata-rata kelas telah mencapai nilai 75 dan nilai tersebut telah dicapai 75% dari jumlah siswa, maka tindakan dinyatakan berhasil. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penerapan metode inquiry dalam pembelajaran IPA karena melalui metode inquiry siswa dituntut untuk aktif. Menggunakan penerapan metode inquiry siswa memperoleh pembelajaran yang bermakna karena siswa tidak hanya mencatat materi, menghafal materi dan mengerjakan soal saja tetapi siswa harus dapat berpikir kritis, analitis dan sistematis serta presentasi di depan 1. Prestasi Belajar Pada pra siklus rata-rata prestasi belajar IPA siswa 65. Setelah dilakukan tindakan siklus I, rata-rata prestasi belajar siswa meningkat menjadi 73,13. Kemudian pada siklus II rata-rata prestasi belajar siswa meningkat lagi menjadi 81,56. Dari siklus I ke siklus II meningkat 8,43 point. Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2008:138) prestasi belajar siswa banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik berasal dari dirinya maupun luar dirinya. Peningkatan prestasi belajar siswa dalam penelitian ini terlihat dari faktor internal yaitu motivasi, minat dan bakat siswa lebih meningkat pada saat proses pembelajaran berlangsung melalui metode inquiry. Hal tersebut terlihat dari antusias siswa dalam proses pembelajaran mulai dari melakukan penelitian sampai pada mempresentasikan hasilnya mereka sangat bersemangat. Dari faktor eksternal terlihat bahwa
45
JURNAL PGSD INDONESIA ISSN 2443-1656
siswa lebih dapat memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar. Menggunakan metode inquiry, siswa tidak hanya duduk diam tetapi mereka dapat mempraktekkan percobaannya, sehingga dengan demikian pengalaman belajar yang didapatnya akan lebih lama tersimpan dan dapat meningkatkan prestasi belajarnya. Pada pra siklus siswa yang tuntas KKM sebanyak 4 siswa (30,76%). Setelah dilakukan tindakan siklus I meningkat menjadi 7 siswa (53,84%), sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 11 siswa (84,61%). Dari siklus I ke siklus II meningkat 30,77 %. Ketuntasan KKM tersebut meningkat dikarenakan prestasi belajar IPA siswa yang semakin membaik dari pra siklus ke siklus I dan siklus I ke siklus II. 2. Keterlaksanaan Proses Pembelajaran. Pada siklus I proses pembelajaran menggunakan metode inquiry terlaksana sebesar 73,81% sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 90,48%. Dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 16,67%.Keterlaksanaan proses pembelajaran tersebut meningkat dikarenakan guru sudah mulai memahami cara pelaksanaan metode inquiry. Menurut Wina Sanjaya (2006:199), langkah-langkah inquiry yaitu orientasi, merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis dan merumuskan kesimpulan. Pelaksanaan pembelajaran melalui metode inquiry siklus I belum maksimal, hal ini dikarenakan guru belum begitu memahami cara pelaksanaan metode inquiry. Guru hanya berpedoman pada LKS sehingga tahapan yang harus dilakukan dalam metode inquiry belum terlihat jelas. Saat pembelajaran berlangsung siswa mengalami kesulitan dalam merumuskan hipotesis dan kesimpulan sehingga suasana kelas menjadi ramai, tak sedikit siswa yang mencari jawaban dari kelompok lain. Saat pembelajaran berlangsung guru belum begitu memperhitungkan waktu, hal ini disebabkan kelompok yang cukup banyak namun siswa belum terbiasa berbicara di depan kelas.Pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode inquiry siklus II mengalami peningkatan dibanding siklus I. Saat pembelajaran berlangsung, guru tidak hanya berpedoman pada LKS, namun lebih menekankan langkah-langkah metode inquiry. Di awal pembelajaran guru selalu menjelaskan langkah-langkah metode inquiry dan lebih banyak memberikan motivasi kepada siswa. 3. Aktifitas Siswa Aktifitas siswa pada siklus I sebesar 66,97% sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 86,61%. Dari siklus I ke siklus II meningkat 19,64%. Faktor yang mempengaruhi terjadinya peningkatan keaktifan siswa yaitu proses pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru
Vol. 1 No. 1 April 2015
melainkan berpusat pada siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Sagala dalam Isriani Hardini dan Dewi Puspitasari (2012:34) bahwa metode inquiry dapat meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam menemukan dan memproses bahan pelajarannya dan mengurangi ketergantungan peserta didik pada guru untuk mendapatkan pengalaman belajarnya. Sehingga melalui kegiatan penelitian, maka siswa akan memperoleh pengalaman meneliti yang dapat mendorong mereka mengkonstruksikan pengetahuan mereka sendiri, berpikir ilmiah dan rasional serta lebih lanjut pengalamannya itu dapat berkembang di masa yang akan datang. Selain itu siswa menjadi lebih memahami materi dan berkesempatan untuk melaksanakan prosedur metode ilmiah, dalam rangka menguji kebenaran hipotesis. Motivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPA meningkat dibanding sebelumnya. Hal tersebut dibuktikan dengan tabel aktifitas siswa. Pada siklus I masih ada siswa yang sibuk dengan dirinya sendiri, perhatian terhadap guru dan keinginan untuk berpartisipasi dalam pembelajaran masih sangat kurang. Pada siklus II siswa sudah mulai fokus pada pembelajaran karena siswa merasa senang dengan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru. Setiap siswa mengalami perubahan sikap dalam belajar dan prestasi belajar IPA dari pra siklus sampai siklus II mengalami peningkatan. Keadaan tersebut menjadikan siswa dapat menyerap ilmu secara penuh sehingga mampu mengerjakan LKS dan soal evaluasi pada akhir siklus. Kemampuan siswa dalam bekerjasama dan berdiskusi cenderung meningkat. Pada siklus I masih ada siswa yang pasif di dalam kelompok. Akan tetapi, pada siklus II Jumlah siswa yang terlibat dalam melakukan percobaan ataupun mengerjakan LKS jumlahnya meningkat. Pada siklus II siswa lebih aktif mengungkapkan pendapatnya dalam kelompok. Hal ini dikarenakan rasa percaya diri siswa yang cenderung bertambah. Penerapan metode inquiry mendapat respon yang baik dari siswa, yaitu 79,06% siklus I sedangkan siklus II naik menjadi 84,4%. Dari siklus I ke siklus II meningkat 5,34%. Respon siswa meningkat dikarenakan mereka tidak merasa bosan dan jenuh saat mengikuti pembelajaran menggunakan metode inquiry. KESIMPULAN Prestasi belajar IPA siswa kelas V SD Neegeri Ngraho IV Keduntuban Blora dapat ditingkatkan menggunakan metode inquiry. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya prestasi belajar IPA masing-masing siswa, rata-rata kelas, jumlah siswa yang mencapai KKM (75) dan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA. Berdasarkan hasil
46
JURNAL PGSD INDONESIA ISSN 2443-1656
penelitian yang dilaksanakan dalam 2 siklus, peneliti dapat menyimpulkan : 1.Pada pra siklus rata-rata prestasi belajar IPA siswa 65, setelah dilakukan tindakan siklus I ratarata prestasi belajar IPA meningkat menjadi 73,13. Kemudian pada siklus II rata rata prestasi belajar IPA meningkat lagi menjadi 81,56. 2.Ketuntasan KKM pada pra siklus sebanyak 4 siswa (30,76%), pada siklus I meningkat menjadi 7 siswa (53,84%) sedangkan pada siklus II meningkat lagi menjadi 11 siswa (84,61%). 3.Keterlaksanaan proses pembelajaran IPA pada siklus I sebesar 71,43% sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 90,48%. 4.Keterlaksanaan aktifitas siswa pada siklus I sebesar 67,86% sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 86,61%. 5.Penerapan metode inquiry mendapat respon yang baik dari siswa sebesar 79,06% pada siklus I sedangkan siklus II meningkat menjadi 84,4%.
Vol. 1 No. 1 April 2015
Wina
Sanjaya. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Yatim Riyanto. 2009. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
DAFTAR PUSTAKA Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta. Abdullah Aly dan Eny Rahma. 206. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta : Bumi Aksara. Elin Rosalin. 2008. Gagasan Merancang Pembelajaran Kontekstual. Bandung : PT Karsa Mandiri Persada. Isriani Hardini dan Dewi Puspitasari. 2012. Strategi Pembelajaran Terpadu. Yogyakarta : Familia. Maslichah Asy’ari. 2006. Penerapan Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat dalam Pembelajaran Sains di Sekolah Dasar. Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma. Muhammad Fathurrohman dan Sulistyorini. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta : Teras. Muhibbin Syah. 2005. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Nana Syaodih. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Suharsimi Arikunto. 2005. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. Sukardi. 2004. Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. Sumiati dan Asra. 2009. Metode Pembelajaran. Bandung : CV Wacana Prima. Sunaryo Kartadinata. 2002. Bimbingan di Sekolah Dasar.Bandung : CV Maulana. Syaiful Sagala. 2006. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : CV Alfabeta. Usman Samatowa. 2004. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta : PT Indeks.
47
JURNAL PGSD INDONESIA ISSN 2443-1656
Vol. 1 No. 1 April 2015
PETUNJUK PENULIS ARTIKEL JURNAL PGSD INDONESIA JUDUL DITULISKAN MENGGUNAKAN JENIS HURUF ARIAL NARROW UKURAN 12 DENGAN SPASI 1 Nama Penulis ditulis lengkap Nama institusi penulis korespondensi alamat email penulis
Abstrak Abstrak ditulis dengan huruf arial narrow ukuran 10 spasi 1 memuat tujuan peneltian, hasil penelitian dan kesimpulan penelitian. Di tulis dalam bahasa indonesia dan bahasa inggris tidak lebih dari 150 kata. Kata kunci : kata kunci terdiri dari 3-5 kata dan bukan kalimat
PENDAHULUAN Artikel ditulis dengan format dua kolom kecuali abstrak. Pendahuluan berisi latar belakang, rumusan masalah, dan manfaat penelitian. Ditulis dengan huruf arial narrow ukuran 10 spasi 1. KAJIAN TEORI Kajian teori berisi penjelasan istilah yang berkaitan dengan penelitian. Ditulis dengan huruf arial narrow ukuran 10 spasi 1. METODE PENELITIAN Metode penelitian menjelaskan metode yang digunakan untuk melaksanakan penelitian. Ditulis dengan huruf arial narrow ukuran 10 spasi 1. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian berisi hasil pelaksanaan penelitian dalam bentuk tabel, gambar dan grafik. Pembahasan merupakan pembahasan terhadap hasil penelitian bukan mengulang data dalam tabel gambar dan grafik. Ditulis dengan huruf arial narrow ukuran 10 spasi 1.
DAFTAR PUSTAKA Daftar pustaka di tulis dengan huruf arial narrow ukuran 10 spasi 1. dengan urutan : Nama pengarang. Tahun. Judul buku. Kota terbit: nama penerbit. Contoh : Elin
Rosalin. 2008. Gagasan Merancang Pembelajaran Kontekstual. Bandung : PT Karsa Mandiri Persada. Isriani Hardini dan Dewi Puspitasari. 2012. Strategi Pembelajaran Terpadu. Yogyakarta : Familia. Maslichah Asy’ari. 2006. Penerapan Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat dalam Pembelajaran Sains di Sekolah Dasar. Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma.
KESIMPULAN Kesimpulan ditampilkan dalam bentuk point point sesuai rumusan masalah dan merupakan jawaban dari rumuasan masalah penelitian. Ditulis dengan huruf arial narrow ukuran 10 spasi 1.
48
ISSN 2443-1656