Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 14 Nomor 2 - 2015 ISSN 123.456.7890
AUTOMATIZATION OF TRAFFIC LIGHT FOR IMERGENCY VEHICLES Iswanjono* and Ganep Ismaya Wijaya Electrical Engineering, Science and Technology Faculty, Sanata Dharma University Yogyakarta, Indonesia *
[email protected]
ABSTRACT The high volume of traffic that crosses the road tends to cause congestion at some crossroads. It makes negative impact on the performance of the emergency vehicle. Giving priority to emergency vehicles is one way to resolve the issue. This study aims to create a prototype automated traffic lights via radio waves. This system serves to give priority roads in the form of green light to emergency vehicles. If it has passed through the intersection, the traffic lights work to its original state. RF module is used for remote communication. GPS module, ublox CN-06 is used for sensor position and direction of the emergency vehicle. Arduino Mega 2560 is used as the main data processor. The system can work well in an open area and obtained an emergency vehicle recognition accuracy up to 100% at a distance of less than 96 meters. Keywords: RF module 433MHz, Arduino Mega 2560, GPS CN-06 v3.0, Emergency vehicles, Traffic light.
I. Pendahuluan Tingginya volume lalu lintas yang melintasi jalan cenderung menimbulkan kemacetan pada beberapa persimpangan jalan [1]. Hal ini menjadikan dampak negatif bagi kinerja kendaraan darurat yang berada dalam perjalanan menuju ke Tempat Kejadian Perkara (TKP) atau kembali ke markas. Kendaraaan darurat ini sebagai contohnya adalah ambulance, pemadam kebakaran, mobil polisi dan mobil Tentara Nasional Indonesia (TNI). Kendaraan darurat sangat membutuhkan waktu yang seminimal mungkin dalam perjalanan agar pertolongan atau keperluan darurat segera dapat dipenuhi. Kendaraan darurat mempunyai kepentingan yang harus lebih diutamakan daripada pengguna jalan yang lain yaitu kendaraan pribadi, kendaraan umum dan pejalan kaki [2]. Menurut Pasal 65 ayat (4) PP 43/993, kendaraan darurat berhak mendapatkan prioritas yang lebih diutamakan dari kendaraan yang lainnya, di samping itu kendaraan darurat memiliki hak untuk melanggar peraturan lalu lintas seperti menerobos lampu merah [3]. Tindakan menerobos lampu merah merupakan tindakan yang sangat berbahaya bagi pelanggar maupun bagi pengguna jalan lain. Ada peneliti yang sudah membuat lampu lalu lintas berprioritas untuk kendaraan umum. Dalam jurnal berjudul “The Way ahead for London’s Bus Priority at Traffic Signals” yang menyatakan bahwa bis akan dideteksi melalui 3 titik sebelum mendapatkan prioritas. Tiga titik tersebut adalah titik pertama untuk deteksi bus, titik kedua merupakan estimasi bus untuk memperoleh prioritas dan titik ke-3 untuk menunda prioritas atau mengembalikan interupsi. Hasil deteksi dari ke-3 titik tersebut dikirimkan ke sistem lampu lalu lintas melalui gelombang radio [4]. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis ingin mengembangkan suatu sistem lampu lalu lintas yang mampu memberi prioritas (lampu hijau) kepada kendaraan darurat secara otomatis pada jalur yang digunakan. Dengan kata lain, lampu lalu lintas akan menyala hijau secara otomatis pada saat keadaan darurat. Pemberian prioritas ini, tentunya, secara serempak pada semua perangkat lampu lalu lintas di persimpangan tersebut. Sehingga pengguna jalan di sisi yang lain juga mendapatkan keamanan berlalu lintas. Kemudian, setelah kendaraan darurat mendapatkan layanan prioritas dan telah meninggalkan persimpangan tersebut, sistem lampu lalu lintas akan bekerja seperti sebelum di interupsi oleh sinyal darurat. Penulis menggunakan gelombang radio yang dipancarkan melalui kendaraan darurat dan diterima oleh lampu lalu lintas. Kode prioritas dan data koordinat posisi kendaraan darurat akan menjadi tolok ukur prioritas yang akan diberikan. Pemancar dan penerima menggunakan mikrokontroler sebagai pengolah data.
II. Metode Penelitian Gambar 1 merupakan perancangan keseluruhan blok diagram sistem otomatisasi lampu lalu lintas melalui gelombang radio. Penjelasan blok diagram pada Gambar 1 adalah: Pada bagian pengirim, data dari GPS dan tombol permintaan prioritas diolah oleh Arduino dan ditampilkan pada LCD kemudian dikirimkan melalui modul RF 433 MHz. Pada bagian penerima terdapat 2 mode yaitu mode saving adalah mode penyimpanan koordinat pesimpangan dan 4 arah mata angin jalan melalui keypad dan mode running adalah mode penerima bekerja akan memberi prioritas berdasar permintaan prioritas dari kedudukan pengirim. Data diterima dan diproses kemudian ditampilkan pada LCD secara terus-menerus bersama siklus lampu lalu lintas normal.
49
Iswanjono dan Wijaya, G.I. /Widya Teknik
Gambar 1. Blok diagram 1 perancangan sistem keseluruhan II.1. Perancangan Perangkat keras Pengirim Gambar 2 merupakan Perangkat keras Pengirim yang dirancang dengan dimensi 15x10x3 cm. Pengirim dirancang dengan ukuran yang minimalis agar mudah dibawa.
Gambar 2. Perancangan bagian pengirim Penjelasan bagian-bagian gambar 2 adalah sebagai berikut : 1). Saklar on-off 4). LCD 16x2 2). Modul GPS 5).Indikator permintaan prioritas 3). Modul RF 433MHz 6).Tombol permintaan prioritas II.2. Perancangan Perangkat keras Penerima Gambar 3 merupakan perangkat keras penerima yang dirancang dengan dimensi 15x15x3 cm.
Gambar 3. Perancangan penerima Penjelasan bagian-bagiab gambar 3 adalah sebagai berikut : 1).Saklar on off 5).keypad 4x4 2).LCD 16x2 6).tombol mode saving 3).lampu lalu lintas 7).indikator mode saving 4).modul RF 433MHz 8).tombol mode running
9).indikator mode running
II.3. Perancangan Perangkat Lunak Pengirim Gambar 4 merupakan diagram alir pada pengirim. Pengirim akan megolah dari data GPS dan mengirimkannya melalui modul RF 433 MHz, kemudian menampilkanndata pada LCD, kemudian. Jika tombol interupsi ditekan maka sistem transmiiter akan megirimkan kode permintaan prioritas. II.4. Perancangan Perangkat Lunak Penerima Gambar 5 merupakan diagram alir pada penerima. Selama penerima dinyalakan, siklus lampu lalu lintas akan bekerja normal dan mengolah data terkirim secara terus-menerus. Penerima memiilki 2 mode yaitu mode saving untuk menyimpan koordinat pusat persimpangan serta 4 data arah mata angin jalur, sedangkan mode running untuk 50
Iswanjono dan Wijaya, G.I. /Widya Teknik
memberi prioritas jika terdapat kode permintaan prioritas, kedudukan koordinat dan arah laju pengirim telah memenuhi syarat untuk diberi prioritas.
Gambar 4. Diagram alir pengirim Gambar 5. Diagram alir penerima II.5. Desain Koordinat Pemicu Pada gambar 6 Titik A (lintang, bujur) merupakan titik koordinat pusat persimpangan, titik koordinat tersebut disimpan pada EEPROM penerima. Titik B, C, D, dan E merupakan koordinat yang berfungsi sebagai pemicu agar lampu lalu lintas dapat bekerja ke kondisi semula setelah pengirim melewati 2 titik dari koordinat tersebut.
Gambar 6. Desain koordinat pemicu Titik koordinat pemicu ini mewakili lebar jalan, sehingga peneliti meletakkan koordinat pemicu ini berjarak 5 meter secara horizontal dan vertikal dari pusat persimpangan. Besarnya koordinat ini dapat dicari dengan rumus haversine[5].Rumus Haversine adalah sebagai berikut: Δlat= lat2-lat1 (1) Δlong=long2-long1 (2) a=sin2( +cos(lat1).cos(lat2).sin2( (3) 2 c=2.atan (√a, √(1-a)) (4) d=R.c (5) dengan : lat1 : lintang arah 1; lat2 : lintang arah 2; long1 : bujur arah 1; long2 : bujur arah 2; d=jarak (km); R=radius bumi (6371 km); Pada pencarian titik koordinat secara vertikal Δlat=0 maka besar lat1=lat2. Sedangkan, pada pencarian titik koordinat secara horizontal Δlong=0 maka besar long1=long2. Dengan menggunakan rumus Haversine seperti pada persamaan (1) s.d. (5) maka diperoleh jika selisih pada ke-2 koordinat adalah 0,00001 maka jarak dari kedua
51
Iswanjono dan Wijaya, G.I. /Widya Teknik
koordinat tersebut adalah 1,1 meter. Sehingga untuk jarak 5 meter, ke-2 titik koordinat tersebut harus memilki selisih 0,000045. Berikut ini merupakan persamaan untuk mencari koordinat pemicu : A = (bujur, lintang) (6) B = A + (0 , 0.000045) (7) C = A + (0.000045 , 0) (8) D = A – (0 , 0.000045) (9) E = A – (0.000045 , 0) (10) Ilustrasi dalam layanan prioritas : Jika sistem transmitter (kendaraan darurat) dari arah utara ke arah selatan dan koordinat lintang transmiter lebih besar dari koordinat lintang pemicu titik B maka prioritas akan diberikan pada lampu utara sedangkan untuk keluar dari prioritas harus melewati titik B dan titik C/D/E dan sebaliknya jika datang dari selatan maka menggunakan koordinat lintang pemicu titik D sedangkan untuk keluar dari prioritas harus melewati titik D dan titik B/C/E. Jika sistem transmitter datang dari arah timur ke arah barat dan koordinat bujur sistem transmitter lebih besar dari koordinat bujur pemicu titik C maka prioritas akan diberikan pada lampu timur sedangkan untuk keluar dari prioritas harus melewati titik C dan titik B/D/E dan sebaliknya jika datang dari arah barat maka menggunakan koordinat bujur pemicu titik E sedangkan untuk keluar dari prioritas harus melewati titik E dan titik B/C/D.
III. Hasil Penelitian dan Pembahasan III.1. Pengujian di Lokasi Terbuka Pengujian alat dilakukan dengan cara membuat simulasi persimpangan jalan pada suatu lokasi. Kemudian dilakukan pengaturan untuk koordinat titik pusat persimpangan tersebut serta besar sudut arah mata angin dari tiap jalur. Pengujian permintaan prioritas dilakukan dengan membawa sistem transmitter (kendaraan darurat) berjalan di dalam 4 jalur tersebut. Dalam pengujian tiap jalur, dilakukan 3 jenis arah kemudi untuk melewati persimpangan yaitu arah lurus, belok kiri dan belok kanan. Keberhasilan sistem dilihat pada pengendalian lampu lalu untuk memberikan prioritas jika mendeteksi sinyal permintaan prioritas pada jalur tersebut dan saat lampu lalu lintas mampu kembali ke kondisi semula setelah kendaraan darurat melewati persimpangan. Tahap pertama pengujian adalah penyimpanan koordinat pusat persimpangan dan pengaturan 4 nilai arah mata angin jalur kemudian kedua data tersebut disimpan pada EEPROM. Tabel 1 merupakan hasil pengaturan dan penyimpanan data pada EEPROM. Setelah diperoleh koordinat tersimpan dengan menggunakan persamaan (7) s.d. (10) untuk memperoleh 4 titik pemicu pada jarak 5 meter dari koordinat tersimpan secara vertikal dan horizontal. Tabel 2 merupakan koordinat pemicu yang dihasilkan dari koordinat tersimpan. Pada tahap kedua yaitu pengujian pemberian prioritas, dalam pengujian akan dilakukan 3 variasi kemudi untuk melewati persimpangan sehingga tiap jalur terdapat 3 pengujian permintaan prioritas. Tabel 3 menunjukan data kedudukan koordinat kendaraan darurat saat pemberian prioritas dan keluar dari layanan prioritas. Tabel 1. Nilai-nilai yang disimpan pada EEPROM Koordinat Besar Sudut Arah Tersimpan Jalan (°) Li U Se 18 ntang -7,756502 tara 5 latan 1 Bu 110,4220 T 9 Ba 27 jur 42 imur 1 rat 0 Tabel 2. Nilai Koordinat Pemicu yang diperoleh dari Koordinat Tersimpan Titik Lintang Bujur B. -7,756457 110,422042 C. -7,756502 110,422087 D. -7,756547 110,422042 E. -7,756502 110,421997 Berdasarkan data hasil pengujian pada Tabel 3 dapat dijelaskan sebagai berikut : a) Pada data dari arah utara (lurus), saat kedudukan koordinat lintang kendaraan darurat lebih besar dari koordinat lintang pemicu B (lihat Tabel 4.2.) (-7,756329 > -7,756457) maka prioritas diberikan pada jalur utara. Ketika kendaraan darurat telah melewati koordinat lintang pemicu B kemudian tetap lurus (ke arah selatan) di persimpangan dan jika besar koordinat lintang kendaraan darurat lebih kecil dari koordinat lintang pemicu D (-7,756612 < -7,7565547) maka lampu lalu lintas kembali ke kondisi semula. Pada pengujian dari arah utara ini dengan variasi kemudi yang lain, pemberian prioritas telah berjalan sesuai dengan permintaan prioritas pada jalur tersebut, serta dapat keluar dari prioritas ketika kendaraan darurat telah melewati persimpangan. Penyalaan lampu lalu lintas untuk pemberian prioritas dan kembali ke kondisi semula telah berjalan dengan sesuai. Data kondisi nyala lampu lalu lintas sebelum dan setelah pemberian prioritas dapat dilihat pada Tabel 4 pada bagian data permintaan prioritas dari utara. 52
Iswanjono dan Wijaya, G.I. /Widya Teknik
b) Pada data dari arah timur (belok kanan), saat kedudukan koordinat bujur kendaraan darurat lebih besar dari koordinat bujur pemicu C (lihat Tabel 4.2.) (110,42221 > 110,422087) maka prioritas diberikan pada jalur timur. Ketika kendaraan darurat telah melewati koordinat bujur pemicu C kemudian belok kanan (ke arah utara) di persimpangan dan jika besar koordinat lintang kendaraan darurat lebih besar dari koordinat bujur pemicu B (-7,756444 > -7,756457) maka lampu lalu lintas kembali ke kondisi semula. Pada pengujian dari arah timur ini dengan variasi kemudi yang lain, pemberian prioritas telah berjalan sesuai dengan permintaan prioritas pada jalur tersebut, serta dapat keluar dari prioirtas ketika telah melewati persimpangan. Penyalaan lampu lalu lintas untuk pemberian prioritas dan kembali ke kondisi semula telah berjalan dengan sesuai. Data kondisi nyala lampu lalu lintas sebelum dan setelah pemberian prioritas dapat dilihat pada Tabel 4 pada bagian data permintaan prioritas dari timur.
c)
Tabel 3. Data Hasil Pengujian Percobaan Dari Utara Percobaan Dari Timur Lurus (ke arah selatan) Lurus (ke arah barat) Data Mulai Prioritas Data Mulai Prioritas Diterima Prioritas Selesai Diterima Prioritas Selesai Lintang -7,756329 -7,756612 Lintang -7,756465 -7,756478 Bujur 110,422035 110,422027 Bujur 110,422203 110,421836 Arah 185,6 184,7 Arah 272,9 273,4 Belok Kiri (ke arah selatan) Belok Kiri (ke arah timur) Data Mulai Prioritas Data Mulai Prioritas Diterima Prioritas Selesai Diterima Prioritas Selesai Lintang -7,756313 -7,756564 Lintang -7,756459 -7,756602 Bujur 110,422096 110,422098 Bujur 110,422187 110,422065 Arah 190,4 89,1 Arah 275,4 183,3 Belok Kanan (ke arah barat) Belok Kanan (ke arah utara) Data Mulai Prioritas Data Mulai Prioritas Diterima Prioritas Selesai Diterima Prioritas Selesai Lintang -7,75633 -7,756566 Lintang -7,756477 -7,756444 Bujur 110,422042 110,421981 Bujur 110,42221 110,42205 Arah 184 282,2 Arah 274,6 359,1 Percobaan Dari Selatan Percobaan Dari Barat Lurus (ke arah utara) Lurus (ke arah timur) Data Mulai Prioritas Data Mulai Prioritas Diterima Prioritas Selesai Diterima Prioritas Selesai Lintang -7,756881 -7,765424 Lintang -7,756458 -7,756481 Bujur 110,42205 110,422042 Bujur 110,422068 110,422119 Arah 355,1 356,7 Arah 97,6 98,9 Belok Kiri (ke arah barat) Belok Kiri (ke arah utara) Data Mulai Prioritas Data Mulai Prioritas Diterima Prioritas Selesai Diterima Prioritas Selesai Lintang -7,756817 -7,756498 Lintang -7,756474 -7,756427 Bujur 110,424004 110,421966 Bujur 110,42283 110,42205 Arah 3,1 279,1 Arah 103,2 3,8 Belok Kanan (ke arah timur) Belok Kanan (ke arah selatan) Data Mulai Prioritas Data Mulai Prioritas Diterima Prioritas Selesai Diterima Prioritas Selesai Lintang -7,756645 -7,75647 Lintang -7,756479 -7,756592 Bujur 110,42205 110,422126 Bujur 110,421897 110,422061 Arah 355 91,7 Arah 97,1 182,6 Pada data dari arah selatan (belok kiri), saat kedudukan koordinat lintang kendaraan darurat lebih kecil dari koordinat lintang pemicu D (lihat Tabel 4.2.) (-7,756817 > -7,756547) maka prioritas diberikan pada jalur selatan. Ketika kendaraan darurat telah melewati koordinat lintang pemicu D kemudian belok kiri (ke arah barat) di persimpangan dan jika besar koordinat bujur kendaraan darurat lebih kecil dari koordinat lintang pemicu E (110,421966 < 110,421997) maka lampu lalu kembali ke kondisi semula. Pada pengujian dari arah selatan ini dengan variasi kemudi yang lain, pemberian prioritas telah berjalan sesuai dengan permintaan prioritas pada jalur tersebut, serta dapat keluar dari prioirtas ketika telah melewati persimpangan. Penyalaan lampu lalu lintas untuk pemberian prioritas dan kembali ke kondisi semula telah
53
Iswanjono dan Wijaya, G.I. /Widya Teknik
berjalan dengan sesuai. Data kondisi nyala lampu lalu lintas sebelum dan setelah pemberian prioritas dapat dilihat pada Tabel 4 pada bagian data permintaan prioritas dari selatan. d) Pada data dari arah barat (belok kanan), saat kedudukan koordinat bujur kendaraan darurat lebih kecil dari koordinat bujur pemicu E (lihat Tabel 4.2.) (110,421897 < 110,421997) maka prioritas diberikan pada jalur barat. Ketika kendaraan darurat telah melewati koordinat bujur pemicu E kemudian belok kanan (ke arah selatan) di persimpangan dan jika besar koordinat lintang kendaraan darurat lebih kecil dari koordinat lintang pemicu B (-7,756592< -7,756547) maka lampu lalu lintas kembali ke kondisi semula. Pada pengujian dari arah barat ini dengan variasi kemudi yang lain, pemberian prioritas telah berjalan sesuai dengan permintaan prioritas pada jalur tersebut, serta dapat keluar dari prioirtas ketika telah melewati persimpangan. Penyalaan lampu lalu lintas untuk pemberian prioritas dan kembali ke kondisi semula telah berjalan dengan sesuai. Data kondisi nyala lampu lalu lintas sebelum dan setelah pemberian prioritas dapat dilihat pada Tabel 4 pada bagian data permintaan prioritas dari barat. Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 3 dapat dilihat bahwa saat pemberian prioritas, nilai koordinat kendaraan darurat dan nilai sudut arah mata angin telah memenuhi nilai-nilai yang disimpan pada EEPROM seperti pada tabel 1. Ketika nilai koordinat kendaraan darurat telah melewati persimpangan atau melewati nilai-nilai koordinat pemicu seperti tabel 2 dan variasi arah kemudi yang berbeda untuk melewati persimpangan jalan maka lampu lampu lalu lintas kembali ke kondisi semula telah bekerja dengan sesuai. Dari hasil pengujian ini, dapat disimpulkan bahwa sistem otomatisasi lampu lalu lintas dapat bekerja dengan tingkat keberhasilan 100% pada penyalaan lampu dalam layanan prioritas. Tabel 4 merupakan data kondisi lampu lalu lintas sebelum dan setelah pemberian prioritas. Tabel 4. Data Kondisi Lampu Lalu Lintas Sebelum dan Setelah Permintaan Prioritas Kondisi Lampu Permintaan Peringatan Peringatan Lampu Kondisi Lampu Sebelum Prioritas Prioritas pada Lampu pada LCD Prioritas Setelah Prioritas 1 Hijau selatan Dari utara Ada Ada Hijau utara Hijau selatan 2 Hijau utara Dari utara Tidak ada Ada Hijau utara Hijau utara Merahtimur 3 Dari utara Tidak ada Ada Hijau utara Merah timur (merah semua) 4 Hijau utara Dari timur Ada Ada Hijau timur Hijau utara 5 Hijau barat Dari timur Ada Ada Hijau timur Hijau barat 6 Hijau selatan Dari timur Ada Ada Hijau timur Hijau selatan 7 Hijau selatan Dari selatan Tidak ada Ada hijau selatan Hijau selatan 8 Kuning timur Dari selatan Tidak ada Ada hijau selatan Kuning timur 9 Hijau utara Dari selatan Ada Ada hijau selatan Hijau utara 10 Hijau timur Dari barat Ada Ada Hijau barat Hijau timur 11 Hijau utara Dari barat Ada Ada Hijau barat Hijau utara 12 Hijau barat Dari barat Tidak ada Ada Hijau barat Hijau barat Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa kondisi lampu lalu lintas setelah memberikan prioritas dapat bekerja pada kondisi normal yaitu kondisi sebelum memberikan prioritas. Sebelum lampu lalu lintas memberikan prioritas terdapat 2 jenis peringatan yaitu peringatan pada LCD 16x2 yang berupa peringatan arah datang dari kendaraan darurat tersebut jika terdeteksi permintaan prioritas dan peringatan kuning kedip pada perangkat lampu lalu lintas. Peringatan kuning kedip terjadi ketika terdapat kondisi nyala hijau pada suatu jalur tertentu sedangkan permintaan prioritas terdeteksi pada jalur yang bukan pada pada jalur nyala hijau tersebut. Kondisi lampu lalu lintas tidak memberikan peringatan yaitu ketika lampu lalu lintas nyala kuning ataupun merah dan ketika terdapat kondisi nyala hijau pada suatu jalur tertentu dan permintaan prioritas terdeteksi pada jalur yang sedang nyala hijau tersebut sehingga terjadi perpanjangan nyala hijau pada jalur tersebut. No
III.2. Pengujian di Lokasi Tertutup Pengujian di Lokasi yang tertutup dilakukan dengan cara menguji sistem otomatisasi lampu lalu lintas pada lokasi simulasi persimpangan jalan di dalam ruangan. Tabel 5 s.d. Tabel 8 merupakan hasil pengujian di lokasi yang berbeda-beda. Tabel 5. Nilai-nilai yang disimpan pada EEPROM Koordinat Tersimpan Besar Sudut Arah Jalan (°) Lintang -7,587804 Utara 10 Selatan 190 Bujur 110,809111 Timur 100 Barat 280 Tabel 6. Nilai Koordinat Pemicu yang diperoleh dari Koordinat Tersimpan Titik Lintang Bujur B. -7,587759 110,809111
54
Iswanjono dan Wijaya, G.I. /Widya Teknik
C. -7,587804 110,809156 D. -7,587849 110,809111 E. -7,587804 110,809066 Tabel 7. Data Hasil Pengujian dari Arah Utara dan dari Arah Timur Dari Utara ke Selatan Dari Timur ke Barat Data Diterima Pemberian Data Diterima Lintang Bujur Arah Prioritas Lintang Bujur Arah -7,587852 110,809096 0 Tidak ada -7,587814 110,809212 0 -7,587746 110,809127 0 Tidak ada -7,587816 110,809206 0 -7,587732 110,809133 0 Tidak ada -7,587816 110,809197 0 -7,587724 110,809138 0 Tidak ada -7,587815 110,809191 0 -7,587714 110,809141 0 Tidak ada -7,587812 110,809185 0 -7,587708 110,809146 0 Tidak ada -7,587807 110,809179 0 -7,587698 110,809154 0 Tidak ada -7,587806 110,809170 244,1 -7,587687 110,809154 0 Tidak ada -7,587807 110,809163 252,8
Pemberian Prioritas Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Tabel 8. Data Hasil Pengujian dari Arah Selatan dan dari Arah Barat Dari Selatan ke Utara Dari Barat ke Timur Data Diterima Pemberian Data Diterima Lintang Bujur Arah Prioritas Lintang Bujur Arah -7,587916 110,809073 0 Tidak ada -7,587795 110,809007 0 -7,587905 110,809077 0 Tidak ada -7,587793 110,809014 74,6 -7,587895 110,809084 27,3 Tidak ada -7,587790 110,809025 0 -7,587889 110,809092 0 Tidak ada -7,587788 110,809034 60,3 -7,587881 110,809092 0 Tidak ada -7,587789 110,809042 0 -7,587871 110,809092 0 Tidak ada -7,587791 110,809049 0 -7,587863 110,809094 0 Tidak ada -7,587792 110,809055 0 -7,587852 110,809096 0 Tidak ada -7,587794 110,809063 0
Pemberian Prioritas Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Berdasarkan hasil pengujian dari Tabel 7 dan Tabel 8 pengujian permintaan prioritas di ruang tertutup tidak bekerja sama sekali. Hal ini, dikarenakan data arah mata angin dari kendaraan darurat yang dikirimkan ke sistem receiver tidak sesuai dengan data yang telah disimpan pada EEPROM. Data arah mata angin kendaraan darurat yang diperoleh dari modul GPS tidak sesuai dengan arah mata angin dari perpindahan posisi kendaraan darurat tersebut. Hal ini, dikarenakan antena dari modul GPS terhalang oleh atap ruangan sehingga keakurasian penentuan posisi berkurang dan mengakibatkan data arah mata angin menjadi tidak sesuai dengan arah mata angin dari perpindahan posisi kendaraan darurat. Masalah pada data arah dari modul GPS ini dapat diatasi dengan melakukan penentuan arah mata angin melalui perhitungan sudut kemiringan antara 2 titik koordinat dari perpindahan kendaraan darurat tersebut. Namun dalam hal ini tetap memerlukan keakurasian penentuan posisi dari modul GPS agar penentuan arah sesuai dengan arah perpindahan kendaraan darurat.
IV. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan sistem otomatisasi lampu lalu lintas untuk kendaraan darurat melalui gelombang radio, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Sistem otomatisasi lampu lalu lintas untuk kendaraan darurat melalui gelombang radio berhasil diimplementasikan mampu dengan tingkat keberhasilan 100% dalam pemberian layanan prioritas dan dapat diuji pada lokasi terbuka yang berbeda-beda dengan tingkat keberhasilan yang sama. 2. Sistem otomatisasi lampu lalu lintas ini tidak mampu diuji pada lokasi tertutup dikarenakan data arah mata angin dari modul GPS tidak sesuai dengan arah perpindahan posisi kendaraan darurat. 3. Data yang diterima dengan modul RF 433MHz receiver sama dengan data yang dikirim oleh modul RF 433MHz transmitter dan dapat terdeteksi pada jarak 96 meter. Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan sistem otomatisasi lampu lalu lintas untuk kendaraan darurat melalui gelombang radio, maka penulis dapat memberikan saran guna dalam penyempurnaan tugas akhir yakni, sebagai berikut: 1. Penentuan arah mata angin kendaraan darurat dapat diperoleh melalui perhitungan antara 2 titik koordinat dari modul GPS. Dapat juga dengan, menambahkan sensor kompas pada kendaraan darurat, sehingga dapat menambah ketelitian pada data arah dan data arah tidak bergantung pada perpindahan kendaraan darurat. 2. Menguji sistem otomatisasi lampu lalu lintas ini pada persimpangan lampu lalu lintas yang nyata serta dengan kondisi lalu lintas yang nyata.
55
Iswanjono dan Wijaya, G.I. /Widya Teknik
Daftar Pustaka [1] Purnomo, B.N., dkk, 2013, “Kendali Lampu Lalu Lintas Menggunakan Prioritas Berbasis Mikrokontroler AVR ATMEGA 8535”, Transient, Vol.2, No. 1, Maret 2013, ISSN 2302-9927, hal 153. [2] -----, 2009, “Undang-undang Republik Indonesia No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan”, http://hubdat.dephub.go.id/uu/288-uu-nomor-22-tahun-2009-tentang-lalu-lintas-dan-angkutan-jalan/download, diakses tanggal 22 Februari 2015. [3] ------, ------, “Pengaturan Lalu Lintas Bagi Pengguna Jalan yang Diprioritaskan”, http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt4fcb73df57af9/bolehkah-menerobos-lampu-merah-dalam-keadaandarurat, diakses tanggal 22 Februari 2015. [4] Hounsell, N.B., dkk, “The Way Ahead for London’s Bus Priority at Traffic Signals”, http://www.tfl.gov.uk/assets/downloads/TfL-bus-signals-priority.pdf, diakses tanggal 15 Januari 2015. [5] Hedges, Andrew, “Finding distances based on Latitude and Longitude”, http://andrew.hedges.name/experiments/haversine/, diakses tanggal 15 Januari 2015.
56