Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 3, No. 2, Juni 2007
GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA IBU POSTPARTUM DI RUMAH SAKIT UMUM PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG Diah Astutiningrum Stikes Muhammadiyah Gombong ABSTRACT Depression is the major of mental health issue especially and the most is depression in post partum women. When they did not given a care it will make the happiness of mother and her baby disappear. The relationship between wife and husband will influence too. This research aimed to know the descresible phases of post partum depression in Rahma room of PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG hospital.The populations is 30 respondent followed by women who have a spontanity post partum and primipara with the educations background is junior high schooll,and they have age between 20-30 years age. The method to collect phases of depressions data using Edinburgh Post Natal Depresions(EPDS).This method evaluate capability to smile, looking the future, accure them self, anxiety, frightened and also the capability to contend some difficult, unhappy feeling, sadness, crying and capability to hurt them self. The result of post partum depression research in Rahma room of PKU Muhammadiyah Gombong hospital showed that 11 respondent (36, 7 %) get no depression, 11 respondent (36,7 %) got lower depressions,6 respondent (20 %) got medium depressions and 2 respondent (6,6 %) got severe depression.There are 5 respondent ranged from 20-25 years old with education background from junior high school reported having medium depression and depression. Based on the data we can see that age and the phases of educations from post partum women has a relation with overripe phases and the readiness of to face the pregnancy process, child birth and also post partum phase. The women that’s why the nursing care must be given not only focus on the physiologic need but also physicologic of post partum women. Some educations o prenatal class may be needed to prepare couples during the pregnancy and child birth process, adequat educations and support, also comprehensive nursing care plan will help post partum women to prepare them self enter the new status to be a mother. Keywords: Depression, post partum, nifas, persalinan PENDAHULUAN Perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan menjelaskan bahwa proses kehamilan dan setelah melahirkan merupakan suatu proses perkembangan normal dalam kehidupan wanita. Secara konseptual kelahiran merupakan suatu krisis maturasi karena wanita
rentan terhadap stress psikososial akibat dari berbagai tuntutan fisik biologis untuk mempertahankan gestasi. Dari beberapa hasil penelitian deskriptif pada periode immediet postpartum mengindikasikan beberapa hari setelah melahirkan merupakan periode yang sangat menegangkan ( Nurbaeti, 2004 )
116
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 3, No. 2, Juni 2007
Asuhan keperawatan yang koprehensif yang diberikan pada wanita postpartum sebenarnya sama dengan asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien lain yaitu meliputi aspek bio-psiko-sosial dan spiritual sehingga keadaan darurat akan dapat ditanggulangi, menurut Keliat, (1996) depresi termasuk dalam kedaruratan dalam kesehatan jiwa. Depresi merupakan masalah kesehatan jiwa yang utama dewasa ini, hal ini sangat penting karena orang dengan depresi produktifitasnya akan menurun dan ini sangat buruk akibatnya bagi masyarakat ( Hawari, 1996 ) Secara umum depresi klinis terjadi pada sekitar 15 – 25 % populasi, perempuan dua kali lebih banyak mengalami depresi dibanding pria. Menurut National Mental Health Association ( NMHA ). Perempuan lebih sering mengalami depresi selama masa reproduksi ( 24 – 45 tahun ) itu sebabnya mereka rentan mengalami depresi selama masa kehamilan dan setelah persalinan ( CyberWoman, 2005 ). Menurut Hery ( 2004 ), walaupun wanita yang baru saja melahirkan tidak sedang mengalami masalah, ia tetap berpeluang mengalami depresi postpartum. Para wanita yang mengalami depresi pasca persalinan bila tidak segera ditangani, gangguan ini dapat menghilangkan kebahagiaan seorang ibu dan berdampak buruk terhadap hubungan yang tengah berkembang antara ibu dan bayi serta dapat juga mempengaruhi hubungan suami istri. Namun kenyataan yang sering kita lihat, bahwa perawatan yang diberikan kepada ibu postpartum masih kurang memadai, artinya
bahwa perawatan hanya berfokus pada pemenuhan kebutuhan biologisnya saja, sedangkan aspek psikologis kurang mendapat perhatian perawat/bidan terutama apabila persalinan berlangsung di klinik bersalin atau di rumah. Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Gombong, perawatan yang diberikan pada ibu postpartum khususnya menyangkut pengkajian pada aspek psikologi belum dilakukan dan didokumentasikan dengan jelas untuk mendeteksi adanya depresi postpartum sesuai dengan tingkatannya. Dari hasil wawancara dengan petugas kesehatan diruang perawatan postpartum, kasus-kasus seperti itu kadang ditemui namun penanganan secara kongkrit belum dilaksanakan. Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah tersebut diatas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : “ Bagaimana gambaran tingkat depresi pada wanita postpartum di RSU PKU Muhammadiyah gombong?” TUJUAN PENELITIAN Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat depresi pada wanita postpartum menurut skala Edinburg post natal depression METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang tingkat depresi yang terjadi pada wanita post partum yang dikaji
117
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 3, No. 2, Juni 2007
dengan mengguanakan skala Edinburg post natal depressioon (EPDS). Sampel dalam penelitian ini adalah ibu post partum dengan kriteria primipara, usia 20 s/d 30, pendidikan minimal SMP . Sampel dalam penelitian ini berjumlah 30 ibu post partum yang diambil secara puposif sampling. Analisa univariat digunakan untuk menjelaskan keadaan respon ibu post partum berdasarkan skala EPDS HASIL DAN BAHASAN A. Gambaran Subjek Penelitian Pada bab ini akan diuraikan tentang hasil penelitian dan pembahasan data yang telah dilakukan terhadap responden. Pengumpulan data terhadap responden yaitu pada ibu post partum primipara dalam jangka waktu tiga bulan, dari bulan Agustus, September dan Oktober
2005. Adapun subyek penelitian adalah ibu post partum dibangsal Rahma RSU PKU Muhammadiyah Gombong dengan kriteria : post partum spontan, primipara, berpendidikan minimal SLTP, jumlah subjek 30 orang, usia 20 – 30 th. Semua responden tersebut dikaji dengan menggunakan instrumen skala depresi post natal Edinburgh. B. Hasil Penghitungan Setelah dilakukan uji tingkat depresi dengan menggunakan skala depresi post natal Edinburgh, menunjukkan bahwa dari 30 responden didapatkan 11 orang tidak depresi ( 36,7 % ), 11 orang responden mengalami depresi ringan ( 36,7 % ), 6 orang responden mengalami depresi sedang ( 20 % ) dan 2 orang responden mengalami depresi berat ( 6,6 % ) Seperti terlihat didalam tabel 1:
Tabel 1 Distribusi frekwensi pada ibu post partum primipara dibangsal Rahma RSU PKU Muhammadiyah Gombong menurut tingkat depresi Kategori Tidak Depresi Depresi ringan Depresi sedang Depresi berat Jumlah
Jumlah ( n ) 11 11 6 2 30
(%) 36,7 36,7 20 6,6 100
C. Hasil Penghitungan berdasarkan usia Tabel 2.Distribusi frekwensi tingkat depresi post partum diruang Rahma RSU PKU Muhammadiyah Gombong berdasarkan usia. Tingkat Depresi Tidak Depresi Ringan Sedang Berat Total
20 – 25 th (n) (%) 4 6 3 2 15
Pada tabel 2 memperlihatkan distribusi tingkat depresi post
27 40 20 13 100
26 – 30 th (n) (%) 7 5 3 0 15
47 33 20 0 100
partum menurut skala edinburgh sesuai dengan rentang usia. Dari 30
118
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 3, No. 2, Juni 2007
orang responden, 15 responden berada pada rentang usia 20 – 25 tahun yang terbagi atas 4 responden ( 27 % ) tidak mengalami depresi, 6 orang responden ( 40 % ) mengalami depresi ringan, 3 responden ( 20 % ) mengalami depresi sedang dan 2 responden ( 13 % ) mengalami depresi berat. 15 responden yang berada pada rentang usia 26 – 30 tahun terbagi atas 7 responden ( 47 % ) tidak mengalami depresi, 5 responden ( 33 % ) mengalami depresi ringan, 3 responden ( 20 % ) mengalami depresi sedang dan tidak ada responden dalam rentang usia ini mengalami depresi berat. Dari hasil tersebut diatas menunjukkan bahwa depresi lebih banyak dialami oleh responden dengan usia yang lebih muda. Usia klien berkaitan langsung dengan tingkat
kematangan perkembangan dan pengalaman individu, dengan kematangan dan toleransi yang lebih besar dan gaya hidup yang lebih mapan, wanita yang lebih tua juga lebih terbiasa memegang kendali dan lebih mampu mengatur hidupnya. Menurut Ericson (1995) setiap tahapan umur manusia memiliki tugas dan perkembangan yang harus dipenuhi dan menjadi ciri tahapan tersebut. Beberapa penelitian menemukan secara signifikan wanita yang lebih banyak mengalami depresi adalah wanita yang melahirkan pada usia muda dan paling umum ditemukan pada kehamilan pertama, walaupun menurut Beck (1992) tidak ada perbedaan kejadian depresi postpartum pada tingkat usia.
D. Hasil penghitungan berdasarkan tingkat pendidikan Tabel 3.Distribusi frekwensi tingkat depresi postpartum diruang Rahma RSU PKU Muhammadiyah Gombong berdasarkan tingkat pendidikan Tingkat Depreasi Tidak Depresi Depresi Ringan Depresi Sedang Depresi Berat Total
SMP (n) 4 5 4 1 14
(%) 29 35 29 7 100
Tabel 3 menunjukkan distribusi frekwensi tingkat depresi postpartum berdasarkan tingkat pendidikan. Dari 30 responden yang dikaji selama penelitian, 14 responden berpendidikan SMP terbagi atas 4 responden ( 29 % ) tidak mengalami depresi, 5 responden ( 35 % ) mengalami depresi ringan, 4 responden ( 29 % ) mengalami depresi sedang dan 1 responden ( 7 % ) mengalami depresi berat. 13 responden berpendidikan SMA terbagi atas 6 responden ( 46 % ) tidak mengalami depresi, 4
SMA (n) 6 4 2 1 13
(%) 46 31 15 8 100
Sarjana (n) 1 2 3
( %) 33 67 100
responden ( 31 % ) mengalami depresi ringan, 2 responden ( 15 % ) mengalami depresi sedang dan 1 responden ( 8 % ) mengalami depresi berat. Sedangkan 3 responden yang berpendidikan sarjana 1 responden ( 33 % ) tidak mengalami depresi dan 2 responden ( 67 % ) mengalami depresi ringan. Dari hasil tersebut diatas menunjukkan bahwa depresi yang terjadi pada tingkat pendidikan SMP 10 responden 52.6 % ), 7 responden ( 36.8 % ) pada tingkat pendidikan SMA dan pada tingkat
119
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 3, No. 2, Juni 2007
pendidikan sarjana hanya 2 responden ( 10.5 % ). Walaupun hasil penelitian yang dilakukan oleh Beck (1992) menunjukkan bahwa tingkat pendidikan antara ibu yang mengalami depresi dan yang tidak mengalami depresi tidak ada perbedaan, tetapi dari hasil penelitian ini ada perbedaan meskipun tidak begitu signifikan. 52.6 % responden yang mengalami depresi berpendidikan SMP. Pendidikan memberikan kesempatan kepada individu untuk belajar ilmuilmu baru. Banyaknya kejadian depresi pada klien dengan tingkat pendidikan rendah kemungkinan terjadi karena tingkat pendidikan berkaitan dengan pengetahuan, terutama pengetahuan dalam bidang reproduksi, masa kehamilan adalah masa yang penuh dengan stressor, apabila klien tidak mampu mengatasi stressor dikarenakan terbatasnya pengetahuan dibidang itu, akan berlanjut pada masa persalinan dan postpartum. Kecemasan selama kehamilan menyebabkan depresi postpartum, sikap negatif ibu terhadap anak dan keluarga berkaitan dengan masalah afektif pada periode postpartum ( Nurbaeti, 2004). E. Gejala Depresi Hasil penelitian tentang gejala yang menyertai pada ibu post partum didapatkan dari hasil tabulasi 10 item ( EPDS ) meliputi : Kemampuan untuk tersenyum, kemampuan untuk melihat masa depan, menyalahkan diri, kecemasan, ketakutan, kemampuan mengatasi kesulitan, perasaan tidak bahagia, perasaan sedih, menangis dan menyakiti diri sendiri. Semua item itu dialami oleh responden
dengan jumlah responden yang mengalami gejala tersebut berbedabeda. Berdasarkan hasil penelitian mengenai distribusi gejala yang muncul yang dialami oleh responden : Item 1 yaitu Kemampuan untuk tersenyum, sebagian besar responden masih mampu tersenyum seperti biasanya sebanyak 17 orang ( 56,6 % ), 12 responden ( 40 % ) tersenyum hanya kadang-kadang dilakukan dan 1 responden ( 3,33 % ) kemampuan tersenyum sangat jarang. Hal ini disebabkan oleh ibu post partum merasa tegang, tidak dapat rileks dan stress, semua ini memakan energi dan membuat tidak bersemangat, perasaan seperti ini dapat tertutup dibalik kegelisahan. Kelahiran bayi membuat wanita merasa terluka atau perawatan bayi yang terus menerus membuatnya marasa tidak mempunyai waktu untuk bersantai ( Marshall, 2004 ). Item 2 yaitu Kemampuan memandang masa depan dengan senang hati, sebagian besar responden mempunyai kemampuan seperti yang biasa dilakukan 22 orang ( 72,3 % ) ini menggambarkan bahwa banyak responden yang mendapatkan dukungan yang besar dari keluarga dan responden sendiri benar-benar mengharapkan dan menaruh harapan terhadap bayi yang dilahirkannya terutama bila jenis kelamin bayi yang dilahirkan sesuai dengan yang diharapkan. 6 orang ( 20 % ) mengalami sedikit berkurang dan 2 orang ( 66 % ) sangat kurang dari biasanya. Berkurangnya harapan terhadap masa depan disebabkan oleh proses persalinan yang baru saja dialami terasa sangat beratsehingga menjadikan trauma pada saat ini
120
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 3, No. 2, Juni 2007
bila nanti melahirkan anak berikutnya, bisa juga disebabkan karena jenis kelamin bayi yang
dilahirkan harapan.
tidak
sesuai
dengan
Tabel 4 Distribusi frekuensi pada ibu post partum primipara dibangsal Rahma RSU PKU Muhammadiyah Gombong berdasarkan gejala yang muncul No 1
Item Kemampuan untuk tersenyum
2
Memandang masa depan dengan senang hati
3
Menyalahkan diri sendiri
4
Merasa khawatir dan cemas
5
Merasa takut dan panik
6
Ketidakmampuan mengatasi kesulitan
7
Kesulitan tidur
8
Merasa sedih
9
Menangis
10
Berpikir untuk menyakiti diri sendiri
Item 3 yaitu Menyalahkan diri sendiri, sebanyak 16 responden ( 53,3 % ) merasakan kadang-kadang menyalahkan diri sendiri ketika ada
Score 0 1 2 3 0 1 2 3 0 1 2 3 0 1 2 3 0 1 2 3 0 1 2 3 0 1 2 3 0 1 2 3 0 1 2 3 0 1 2 3
N 17 12 1 0 22 6 2 0 5 9 16 0 4 15 9 2 4 9 4 3 8 4 15 2 8 10 12 0 4 23 2 1 2 26 2 0 21 5 4 0
% 56,6 40 3,33 0 72,3 20 6,66 0 16,6 30 53,3 0 13,3 50 30 6,66 13,3 30 13,3 10 26,6 13,3 50 6,66 26,6 33,3 40 0 13,3 76,6 6,66 3,33 6,66 86,6 6,66 0 70 16,6 13,3 0
sesuatu yang salah. Perasaan bersalah dapat berkaitan dengan penyebab khusus, seperti tidak berlaku baik sewaktu melahirkan,
121
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 3, No. 2, Juni 2007
gagal dalam menyusui bahkan karena tidak melahirkan bayi sesuai dengan yang diharapkan pasangan. Perasaan bersalah memang kadangkadang muncul sejalan dengan perasaan menjadi ibu ( Marshall, 2004 ). Item 4 yaitu Merasa khawatir dan cemas, 50 % responden ( 15 orang ) kadang-kadang merasa khawatir dan cemas untuk alasan yang sepele. Rasa cemas dapat menghilangkan sebagian besar kebahagiaan seorang ibu, banyak wanita mencemaskan kesehatan bayinya, pasangan atau dirinya sendiri ( Marshall, 2004 ). Beratnya suasana emosi pada periode post partum berkorelasi dengan beratnya kecemasan selama kehamilan ( Beck, 1996 ). Terutama pada primipara, kurangnya pengetahuan tentang kehamilan dan persalinan akan meningkatkan kecemasan. Item 5 yaitu merasa takut dan panik. 9 orang responden ( 30 % ) merasa takut dan panik tetepi tidak begitu sering, 4 responden ( 13,3 % ) kadang-kadang merasa takut dan panik dan 3 responden ( 10 % ) sangat sering merasa takut dan panik. Ketakutan dapat bersifat umum atau ditujukan pada objek tertentu, ketakutan pada wanita post partum biasanya disebabkan oleh masalah ekonomi, ketakutan akan kesehatan bayi dan kurang pengetahuan tentang perawatan bayi sehingga ibu-ibu takut akan adanya kesalahan dalam merawat bayi terutam pada primipara. Item 6 yaitu Ketidakmampuan mengatasi kesulitan. 15 responden ( 50 % ) merasakan kadang-kadang tidak mampu mengatasi kesulitan sebaik biasanya. Perasaan tidak mampu yang makin meningkat adalah tanda klasik dari depresi
pasca melahirkan. Kadang-kadang perasaan tidak mampu dapat meluas menjadi tidak mampu merawat bayi, kondisi ini sangat mungkin terjadi karena responden dalam penelitian ini adalah primipara. Item 7 yaitu Kesulitan tidur. 40 % atau 12 responden merasakan kadang-kadang sulit tidur, 10 responden ( 33,3 % ) merasakan sulit tidur meskipun tidak terlalu sering. Masalah yang berhubungan dengan tidur juga dapat membentuk bagian dari depresi yaitu ketidakmampuan untuk tidur sama sekali, sulit jatuh tidur kembali bila sudah terbangun dan bangun saat dini hari ( Marshall, 2004 ). Kesulitan untuk tidur ini biasanya juga disebabkan oleh kebiasaan bayi yang sering terbangun dimalam hari dan tidur disiang hari sehingga sangat mengurangi waktu ibu untuk beristirahat, bila hal ini berlangsung terus menerus tanpa ada bantuan dari keluarga dapat mengganggu kesehatan ibu baik fisik maupun psikis. Item 8 Merasa sedih atau tidak senang. 76,6 % atau sebanyak 23 responden merasa sedih meskipun tidak terlalu sering, 6,66 % mengatakan sangat sering meraa sedih dan 3,33 % merasa sedih hampir setiap saat. Perasaan sedih yang dialami oleh wanita post partum biasanya disebabkan oleh karena tugas-tugas dalam merawat bayi sangat banyak sehingga mereka takut akan merasa repot apa lagi kalau kurang mendapatkan dukungan dari keluarga. Perasaan sedih adalah tanda-tanda nyata yang kadang terabaikan, ketika perasaan sedih terasa sangat hebat sehingga tangisan membuat wanita merasa lega.
122
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 3, No. 2, Juni 2007
Item 9. Menangis. 26 responden ( 86,6 % ) merasa tidak bahagia sehingga menagis pada saatsaat tertentu, 2 responden ( 6,66 % ) merasa sangat sering sekali menangis. Ledakan tangisan tanpa alasan yang jelas adalah gejala yang dilaporkan oleh banyak wanita. Perasaan tidak bahagia sehingga menangis pada wanit post partum biasanya disebabkan oleh kurangnya dukungan keluarga terutama suami dalam kegiatan merawat bayi, rasa capek yang berlebihan membuat ia merasa tidak berdaya. Bahan dikatakan bahwa salah satu cara paling mudah untuk mendiagnosis depresi pasca melahirkan adalah menanyakan pada wanita bagaimana
perasaannya dan menunggu sampai ia menangis ( Marshall, 2004 ). Item 10 Berpikir untuk menyakiti diri sendiri. 70 % responden menyatakan tidak pernah berpikir untuk menyakiti diri sendiri, 16, 6 % menyatakan sangat jarang mempunyai pikiran untuk menyakiti diri sendiri dan 13 % menyatakan kadang-kadang. Pikiran untuk menyakiti diri sendiri biasanya muncul karena adanya perasaan bersalah dan tidak berharga yang berlebihan, kedua emosi ini dapat dihubungkan dengan erat pada kesakitan, wanita merasa bahwa ia tidak layak menjadi ibu atau tidak mampu merawat bayi dengan baik.
123
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 3, No. 2, Juni 2007
F. Tingkat Depresi post partum 1. Depresi Ringan Tabel 5 Distribusi frekwensi gejala yang muncul pada ibu post partum primipara dibangsal Rahma RSU PKU Muhammadiyah gombong pada tingkat depresi ringan No 1
Items Kuesioner Kemampuan untuk tersenyum
2
Kemampuan memandang masa depan dengan senang hati
3
Menyalahkan diri sendiri
4
Merasa khawatir dan cemas
5
Merasa takut dan panik
6
Ketidakmampuan mengatasi kesulitan
7
Kesulitan tidur
8
Merasa sedih
9
Menangis
10
Berpikir untuk menyakiti diri sendiri
Dalam penelitian yang menggunakan EPDS gejala tingkatan depresi ditunjukkan oleh perolehan skor. Perolehan skor 1 – 8
Score 0 1 2 3 0 1 2 3 0 1 2 3 0 1 2 3 0 1 2 3 0 1 2 3 0 1 2 3 0 1 2 3 0 1 2 3 0 1 2 3
N 6 4 1 0 9 1 1 0 2 4 5 0 1 6 3 1 2 2 5 2 2 1 8 0 3 4 4 0 0 10 0 1 0 10 1 0 9 1 1 0
% 54,5 36,4 9 0 81,8 9 9 0 18,2 36,3 45,5 0 9 54,5 27,3 9 18,9 18,9 45,5 18,9 18,9 9 72,72 0 27,3 36,3 36,6 0 0 90,90 0 9 0 90,90 9 0 81,81 9 9 0
menunjukkan tidak depresi, skor 9 – 12 menunjukkan depresi ringan, skor 13 – 14 menunjukkan depresi sedang dan lebih dari 15
124
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 3, No. 2, Juni 2007
menunjukkan depresi berat ( Holden, 1987 ). Dari hasil analisa kuesioner terdapat 11 responden ( 57, 9 % ) yang mengalami depresi ringan dengan skor 9 – 12. kondisi depresi ringan merupakan respon ibu post partum primipara agar dapat mempertahankan diri dan menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan baik psikologis, fisik maupun lingkungan. Hal ini dipengaruhi oleh sumber koping, kemampuan personal, dukungan sosial, materi dan keyakinan positif ( Stuart dan Sundeen, 1998 ). Sebagian besar responden mengalami gejala : kadang-kadang menyalahkan diri, merasa khawatir dan cemas, kesulitan tidur, sedih dan mudah menangis. Untuk gejalagejala tersebut diatas rata-rata berada pada skor 1 dan 2 yang dialami oleh lebih dari 50 %. Ibu post partum mengalami depresi ringan karena merupakan pengalaman baru pertama kali melahirkan, juga berhubungan dengan kurangnya dukungan perhatian segera setelah melahirkan dan hubungan yang kurang hangat dengan orang tuanya ( Reeder, et al, 1997 ). Dalam kondisi ini ibu masih bisa mendapingi bayi dan merawatnya meskipun kurang
optimal, seperti yang dikemukakan oleh Mercer, et al ( 1997 ), bahwa depresi post partum akan mengurangi tingkat fungsi keluarga. 2. Depresi Sedang Depresi sedang ditunjukkan oleh hasil kuesioner EPDS dengan skore 13 – 14. Dari hasil penelitian responden yang mengalami depresi sedang 6 orang ( 20 % ). Berdasarkan distribusi gejala yang muncul pada tingkat depresi sedang pada tabel 6 menunjukkan bahwa 50 % responden merasa pandangan terhadap masa depan sedikit berkurang, 83 % marasa kadangkadang menyalahkan diri sendiri ketika ada sesuatu yang salah, 50 % responden merasa kadang-kadang merasa khawatir dan cemas, % responden kadang-kadang merasa takut bahkan panik, 50 % responden kadang tidak mampu mengatasi kesulitan dengan baik, % responden merasa sangat tidak bahagia sehingga kadang sulit untuk tidur, 100 % responden merasa sedih atau tidak senang meskipun tidak terlalu sering, 100 % responden menangis hanya pada saat-saat tertentu saja dan 33,3 % kadangkadang berfikir untuk menyakiti diri sendiri, 16,7 % berfikir menyakiti diri walaupun sangat jarang terjadi.
125
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 3, No. 2, Juni 2007
Tabel 6 Distribusi frekwensi pada ibu post partum primipara dibangsal Rahma RSU PKU Muhammadiyah gombong berdasarkan gejala yang muncul pada tingkat depresi sedang. .No 1
Items Kuesioner Kemampuan untuk tersenyum
2
Kemampuan memandang masa depan dengan senang hati
3
Menyalahkan diri sendiri
4
Merasa khawatir dan cemas
5
Merasa takut dan panik
6
Ketidakmampuan mengatasi kesulitan
7
Kesulitan tidur
8
Merasa sedih
9
Menangis
10
Berpikir untuk menyakiti diri sendiri
Score 0 1 2 3 0 1 2 3 0 1 2 3 0 1 2 3 0 1 2 3 0 1 2 3 0 1 2 3 0 1 2 3 0 1 2 3 0 1 2 3
N 4 2 0 0 2 3 1 0 0 1 5 0 0 2 3 1 0 1 4 1 0 1 3 2 0 2 4 0 0 6 0 0 0 6 0 0 3 1 2 0
% 33,3 0 0 33,3 50 16,7 0 0 16,7 83,3 0 0 33,3 50 16,7 0 16,7 16,7 0 16,7 50 33,3 0 33,3 0 0 100 0 0 0 100 0 0 50 16,7 33,3 0
126
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 3, No. 2, Juni 2007
3. Depresi Berat Tabel 7 Distribusi frekwensi pada ibu post partum primipara dibangsal Rahma RSU PKU Muhammadiyah gombong berdasarkan gejala yang muncul pada tingkat depresi berat No 1
Items Kuesioner Kemampuan untuk tersenyum
2
Kemampuan memandang depan dengan senang hati
3
Menyalahkan diri sendiri
4
Merasa khawatir dan cemas
5
Merasa takut dan panik
6
Ketidakmampuan mengatasi kesulitan
7
Kesulitan tidur
8
Merasa sedih
9
Menangis
10
Berpikir untuk menyakiti diri sendiri
masa
Depresi berat ditunjukkan dari hasil penghitungan skore 15 atau lebih, klien yang mengalami depresi berat berjumlah 2 orang.
Score 0 1 2 3 0 1 2 3 0 1 2 3 0 1 2 3 0 1 2 3 0 1 2 3 0 1 2 3 0 1 2 3 0 1 2 3 0 1 2 3
N 0 2 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 2 0 0 0 2 0 0 0 2 0 0 0 2 0 0 1 1 0 0 1 1 0
% 0 100 0 0 0 50 50 0 0 50 50 0 0 50 50 0 0 0 100 0 0 0 100 0 0 0 100 0 0 0 100 0 0 50 50 0 0 50 50 0
Dari tabel 7 menunjukkan bahwa 100 % responden mengalami ketidakmampuan untuk tersenyum seperti biasanya, kadang-kadang
127
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 3, No. 2, Juni 2007
merasa takut, panik, tidak mampu mengatasi kesulitan dengan baik, sulit tidur dan bersedih. 50 % merasa cemas, sangat sering menangis dan kadang-kadang berfikir untuk menyakiti diri sendiri. Ternyata gejala-gejala yang muncul tersebut dialami oleh responden dengan usia antara 20 – 25 tahun dan tingkat pendidikan SMP dan SMA, hal ini dapat menunjukkan bahwa depresi berat terjadi pada usia muda yang menandakan kurangnya kesiapan dan kematangan dalam menghadapi reproduksi, sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa secara signifikan wanita yang mengalami depresi postpartum adalah wanita berusia muda. Tingkat pendidikan rendah yang menunjukkan kurangnya pengetahuan dalam masalah kehamilan dan persalinan juga ikut memberikan kontribusi terhadap munculnya gejala depresi berat yang dialami oleh klien, walaupun dalam penelitian oleh Beck ( 1992 ) tidak ada perbedaan antara klien yang berpendidikan tinggi dengan yang berpendidikan rendah terhadap kejadian depresi postpartum. SIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari penelitian yang dilakukan pada 30 orang ibu postpartum diruang Rahma RSU PKU Muhammadiyah Gombong didapatkan hasil 11 responden ( 36,7 % ) tidak mengalami depresi, 11 responden ( 36,7 % ) mengalami depresi ringan, 6 responden ( 20 % ) mengalami depresi sedang dan 2 responden ( 6,6 % ) mengalami depresi berat. Berdasarkan usia responden yang berusia 20 – 25 tahun sejumlah
4 responden ( 13, 3 % ) tidak mengalami depresi, 6 responden ( 20 % ) mengalami depresi ringan, 3 responden ( 10 % ) mengalami depresi sedang dan 2 responden ( 6,6 % ) mengalami depresi berat. Untuk rentang usia 26 – 30 tahun sebanyak 7 responden ( 23,3 % ) tidak mengalami depresi, 5 responden ( 16,6 % ) mengalami depresi ringan, 3 responden ( 10 % ) mengalami depresi sedang dan tidak ada responden yang mengalami depresi berat. Berdasarkan tingkat pendidikan, 14 responden yang berpendidikan SMP, 4 responden ( 13,3 % ) tidak mengalami depresi, 5 responden ( 16,6 % ) mengalami depresi ringan, 4 responden ( 13,3 % ) mengalami depresi sedang dan 1 responden ( 3,33 % ) mengalami depresi berat. 13 responden yang berpendidikan SMA, 6 responden ( 20 % ) tidak mengalami depresi, 4 responden ( 13,3 % ) mengalami depresi ringan, 2 responden ( 6,6 % ) mengalami depresi sedang dan 1 responden ( 3,33 % ) mengalami depresi berat. 3 responden yang berpendidikan sarjana, 1 responden ( 3,33 % ) tidak mengalami depresi, 2 responden ( 6,6 % ) mengalami depresi ringan dan tidak ada responden yang mengalami depresi sedang dan berat. Saran Bagi Rumah Sakit 1. Mengadakan perawatan prenatal bagi ibu hamil terutama primipara, memberikan dukungan sosial dan mental selama pre dan postnatal. 2. Memfasilitasi sumber – sumber untuk meningkatkan pengetahuan tentang pengelolaan depresi postpartum melalui buku,
128
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 3, No. 2, Juni 2007
majalah, internet, seminar dan pelatihan Bagi Perawat 3. Mengoptimalkan pelaksanaan Askep yang komprehensif terutama aspek psikologi 4. Meningkatkan pengetahuan tentang depresi postpartum melalui buku, majalah, internet, seminar dan pelatihan. Rekomendasi 5. Pada penelitian ini peneliti hanya melihat gambaran tingkat depresi postpartum secara umum pada ibu primipara yang mengalami persalinan normal sehingga penelitian selanjutnya dapat dilakukan untuk mengetahui kejadian depresi pada berbagai tindakan persalinan atau pengaruh dukungan keluarga terhadap kejadian depresi postpartum. 6. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk memvalidasi EPDS sehingga sensitifitas dan spesifisitas alat dapat teruji lebih baik. Keterbatasan studi ini 7. Jumlah pasien dengan partus normal di Rumah Sakit sangat sedikit 8. Perawat yang bekerja di Rumah Sakit belum mengetahui tentang alat yang digunakan dalam pengukur tingkat depresi, sehingga tidak dapat berpartisipasi dalam pengumpulan data. 9. Beberapa klien kesulitan dalam mengisi quesioner EPDS sehingga perlu pendampingan selama pengisian quesioner. 10.Pengukuran depresi postpartum harus dilakukan 1 minggu setelah persalinan sehingga pengisian ceklis harus dilakukan dirumah klien.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto S. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta. PT. Rineka Cipta. Barbara H., 2004. The Clinical Aplication of three screening tools for recognizing postpartum depression. International Journal of Nursing practise Clifford C., Day A., Cox J., Werrett J., 1998. Across Cultural Analysis Of The Use Of The Edinburgh Post Natal Depression Scale ( EPDS ) in Health Visiting Practice, Journal Of Advanced Nursing, Goodner B. Roth LS. 1995 The Nurse’s Survival Guide A Complete Clinical Quick Reference Guide.alih bahasa Ni Luh Gede Yasmin Asih, EGC, Jakarta 1995 Hawari D. 1997. Al Qur’an, Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa.Yogyakarta. Dana Bhakti Prima Yasa. Heri. 2004; Duka dan Depresi Setelah Melahirkan. http. Satumed.com. Keliat, BA. , 1996; Kedaruratan Pada Gangguan Alam Perasaan. JakartaArcan. Marshall F. 2004; Mengatasi Depresi Pasca Melahirkan. Jakarta. Arcan. May K.A., Mahlmeister L.R. 1990; Comprehensive Maternity Nursing. Nursing Process and The Childbearing Family. Edisi 2. Philadelphia. Lippincott Company. Nurbaeti I. 2005; Depresi Postpartum. Bandung. Majalah Keperawatan. PSIK Padjajaran.
129
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 3, No. 2, Juni 2007
PMILA. 2004; Keluarga : Kesehatan Reproduksi Wanita, Siapa Perduli? www. Pmila. Com. Reeder S J., Griffin DK., Martin LL. 1997; Maternity Nursing. edisi 18. New York Lippincott. Philadelphia. Sastroasmoro S. (Editor). 1995. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta. Binarupa Aksara. Senior. 2003; Mother And Baby : Habis Melahirkan Kok Malah Sedih. Bandung Cyber
WOMAN. PT. Cyberindo Aditama. Sugiono. 2001; Metode Penelitian Administrasi. Bandung. Alfabet. Townsend M C. 1998. Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri. Jakarta.EGC. Wheeler L.,Nurse Midwifery. 1997; A Practical Guide to Prenatal And Postpartum Care. New York. Lippincott. Philadelphia. Widyastuti P. 2002; Riset Keperawatan. Jakarta. EGC.
130