ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEHATAN BANK ANTARA BANK NASIONAL, BANK CAMPURAN, DAN BANK ASING DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN RGEC (STUDI PADA BANK UMUM DENGAN MODAL INTI DIATAS 5 TRILIUN RUPIAH)
JURNAL ILMIAH
Disusun oleh :
Asri Karnita Sari 115020101111034
JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2015
ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEHATAN BANK ANTARA BANK NASIONAL, BANK CAMPURAN DAN BANK ASING DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN RGEC (STUDI PADA BANK UMUM DENGAN MODAL INTI DIATAS 5 TRILIUN RUPIAH) Asri Karnita Sari Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya Email:
[email protected] ABSTRAK Sektor perbankan merupakan industri yang mendapat perhatian besar dari pemerintah, karena sektor perbankan dapat mempengaruhi kesejahteraan rakyat dan laju pertumbuhan ekonomi suatu negara. Oleh karena itu akan sangat penting bagi perbankan untuk menjaga kinerja dan kesehatan bank. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan tingkat kesehatan bank antara bank nasional, bank campuran dan bank asing. Penilaian terhadap tingkat kesehatan bank menggunakan pendekatan berbasis risiko yaitu pendekatan RGEC. Faktor penilaian yang dianalisis adalah Faktor Risk Profile, Earning dan Capital. Variabel yang digunakan adalah NPL, LDR dan PDN yaitu untuk mengukur faktor Risk Profile, ROA dan NIM untuk mengukur faktor Earning dan CAR untuk mengukur faktor Capital. Pengujian statistik juga dilakukan yaitu dengan melakukan uji beda terhadap hasil rata-rata kelompok bank dengan melakukan uji OneWay Anova. Periode penelitian ini dari tahun 2010-2014 dengan sample bank dengan modal inti ditas 5 triliun rupiah. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa penilaian ketiga kelompok bank menunjukan hasil yang baik dengan predikat bank sehat. Hal tersebut ditunjukan dengan penilaian faktor Risk Profile, Earning dan Capital. Sedangkan untuk hasil penilaian tingkat kesehatan yang paling baik adalah kelompok bank nasional. Dimana kelompok bank nasional memiliki hasil akhir peringkat komposit 1, sedangkan untuk kelompok bank asing dan campuran memiliki hasil peringkat komposit 2. Kata kunci: Tingkat Kesehatan Bank, Pendekatan RGEC, Uji Beda, One-Way Anova
A. PENDAHULUAN Sektor perbankan merupakan industri yang mendapat perhatian besar dari pemerintah, karena sektor perbankan dapat mempengaruhi kesejahteraan rakyat dan laju pertumbuhan ekonomi suatu negara. Krisis pada tahun 2008 yang bermula dari kegagalan pembayaran kredit perumahan (subprime mortgage) di Amerika Serikat menyebabkan efek domino terhadap solvabilitas dan likuiditas lembaga-lembaga keuangan di negara barat dan beberapa negara Asia Timur sehingga pemerintah dan Bank Sentral mengambil langkah penguatan perbankan nasional pasca krisis global dengan menerbitkan kebijakan baru melalui PBI (Peraturan Bank Indonesia) dan SE (Surat Edaran) mengenai penyempurnaan sistem penilaian kesehatan bank. Penilaian kesehatan bank yang diukur berdasarkan faktor CAMELS (Capital, Assets, Management, Earning, Liquidity, and Sensitivity to market risk) yang tertuang pada PBI No. 6/10/PBI/2004 kemudian diganti dengan penilaian kesehatan bank berdasarkan faktor RGEC (Risk Profile, Good Corporate Governance, Earning, dan Capital) yang tertuang pada PBI No. 13/1/PBI/2011. Penilaian yang berbasis risiko ini mewajibkan bank untuk memelihara dan atau meningkatkan Tingkat Kesehatan Bank dengan menerapkan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko dalam melaksanakan kegiatan usaha. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank dilakukan dengan menganalisis laporan keuangan. Tabel 1 dibawah ini merupakan rata-rata kinerja keuangan berdasarkan kelompok bank. Tabel 1: Rata-rata Kinerja Keuangan Berdasarkan Kelompok Bank (dalam %) Kategori Bank Jumlah Bank CAR ROA NIM LDR Nasional 95 14.87 2.71 5.36 87.27 Campuran 15 19.14 2.11 2.40 123.61 Asing 10 44.81 3.08 2.12 140.04 Sumber: Statistik Perbankan Indonesia (diolah)
Berdasarkan tabel diketahui ROA bank asing sebesar 3.08% relatif lebih tinggi dibanding bank campuran dan bank nasional. Hal ini menunjukan kemampuan bank asing dalam menghasilkan laba cukup baik dan memiliki kemampuan manajemen yang lebih baik. Begitupula dengan CAR bank asing jauh lebih tinggi dengan nilai 44.81% yang sangat berbeda jauh dengan bank nasional yang sebesar 14.87% dan bank campuran sebesar 19.14%, dengan ROA dan CAR yang unggul maka bank asing dinilai memiliki kecukupan modal yang tinggi serta kemampuan manajemen yang baik dalam menghasilkan laba. Sedangkan untuk rasio NIM bank nasional lebih unggul dibanding bank asing dan bank campuran yang mengindikasikan bahwa bank nasional memiliki kemampuan yang cukup baik pula dalam menghasilkan laba. Berbeda dengan LDR, bank asing sangat tinggi dibanding kelompok bank lain, yang menunjukan bahwa kemampuan permodalan dan rentabilitas yang tinggi tampaknya tidak diimbangi dengan fungsi intermediasi yang baik. Dengan melihat berbagai perbedaan dari beberapa rasio keuangan yang ada pada tiga kelompok bank tersebut, sehingga perlu dianalisis lebih lanjut untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kinerja diantara ketiga kelompok bank tersebut apabila menggunakan sampel bank yang kapasitasnya hampir sama yaitu bank bank dengan modal inti diatas 5 triliun rupiah. Sehingga dari perbandingan kinerja tersebut maka nantinya akan diketahui bagaimanakah tingkat kesehatan dari masing-masing kelompok bank tersebut secara umum. B. TINJAUAN PUSTAKA Kesehatan Bank Kesehatan bank adalah kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan caracara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku (Budisantoso, 2006). Tingkat Kesehatan Bank Tingkat Kesehatan Bank merupakan hasil penilaian atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank melalui penilaian faktor permodalan, kualitas asset, manajemen, rentabilitas, likuiditas dan sesitivitas terhadap risiko pasar (PBI No.6/10/PBI/2004). Pendekatan RGEC Pendekatan RGEC merupakan penilaian kesehatan bank dengan menggunakan pendekatan berbasis risiko (Risk Based Bank Rating) merupakan penilaian yang komprehensif dan terstruktur terhadap hasil integrasi antara profil risiko dan kinerja yang meliputi penerapan tata kelola yang baik , rentabilitas dan permodalan, yang dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Risk Profile Merupakan penilaian terhadap risiko inheren dan kualitas penerapan manajemen risiko dalam operasional bank terhadap 8 risiko yaitu risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko hukum, risiko stratejik, risiko kepatuhan, dan risiko reputasi. Dalam penelitian risiko yang diteliti adalah faktor kuantitatif saja yatu risiko kredit, risiko pasar dan risiko likuiditas, dengan penjelasan sebagai berikut: a. Risiko Kredit Risiko Kredit adalah risiko yang timbul karena kegagalan debitur untuk memenuhi kewajibannya. Risiko ini diproksikan dengan menggunakan rasio NPL (Non Performing Loan). NPL adalah rasio untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalahnya. Semakin tinggi NPL maka semakin buruk kualitas kredit yang menyebabkan kemungkinan bank dalam kondisi tidak sehat. b. Risiko Pasar Risiko Pasar adalah risiko yang timbul karena pergerakan variabel pasar dari portofolio yang dimiliki bank, yang dapat merugikan bank. Risiko ini diproksikan dengan menggunakan rasio PDN (Posisi Devisa Neto). PDN adalah selisih aktiva bersih antara aktiva dan pasiva valas setelah memperhitungkan rekening-rekening administrasinya. PDN menunjukan seberapa jauh bank mematuhi regulasi dari Bank Indonesia dimana mencerminkan kegiatan valas dari tiap bank. c. Risiko Likuiditas Risiko Likuiditas adalah risiko yang disebabkan karena bank tidak mampu memenuhi kewajiban yang telah jatuh tempo. Risiko ini diproksikan dengan menggunakan rasio LDR (Loan to Deposit Ratio). LDR adalah rasio kredit yang diberikan terhadap dana
2.
3.
4.
pihak ketiga yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana oleh deposan dengan mengandalkan kredit sebagai sumber likuiditasnya. Good Corporate Governance (GCG) Merupakan suatu sistem dan struktur yang baik untuk mengelola perusahaan dengan tujuan meningkatkan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan sebagai bentuk pelaksanaan dalam mewujudkan perbankan yang sehat. Pada penelitian, faktor GCG tidak diteliti karena penelitian hanya sebatas pada faktor kuantitatif. Earning Merupakan penilaian terhadap faktor rentabilitas yang bertujuan untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai bank. Faktor Earning diproksikan dengan menggunakan rasio ROA (Return on Assets) dan NIM (Net Interest Margin). ROA adalah rasio untuk mengukur efisiensi bank dalam melakukan kegiatan usahanya, yang mengindikasikan kemampuan manjaemen bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan. NIM adalah rassio keuangan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk mendapatkan pendapatan bunga bersih. Semakin besar NIM maka bank memiliki kinerja yang baik dalam menghasilkan pendapatan bunga untuk mengantisipasi potensi kerugian. Capital Merupakan kemampuan bank dalam mempertahankan modal yang mencukupi dan kemampuan manajemen bank dalam mengidentifikasi risiko yang timbul yang dapat berpengaruh terhadap besarnya modal bank. Faktor capital diproksikan dengan menggunakan rasio CAR (Capital Adequancy Ratio). CAR adalah rasio untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko yang menunjukan kemampuan permodalan dan cadangan yang digunakan untuk menunjang kegiatan operasi bank. C. METODE PENELITIAN
Lingkup penelitian ini mengenai perbandingan tingkat kesehatan bank umum di Indonesia yang terbagi menjadi kelompok bank nasional, bank asing, dan bank campuran dengan sample penelitian bank yang termasuk dalam Bank Umum Kelompok Usaha (BUKU) 3 dan 4, penilaian tingkat kesehatan bank dengan menggunakan pendekatan RGEC dengan melakukan penilaian terhadap faktor Risk Profile, Earning dan Capital (REC). Faktor G yaitu penilaian Good Corporate Governance tidak dianalisis karena penelitian terbatas pada faktor kuantitatif saja. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa rasio keuangan NPL, LDR, PDN, ROA, NIM, dan CAR, yang bersumber dari laporan Otoritas Jasa Keuangan dan Bank Indonesia. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 12 bank, dengan rincian 4 bank nasional, 3 bank campuran dan 5 bank asing. Metode Analisis Data Langkah analisis dalam menilai Tingkat Kesehatan Bank yang mengacu pada Kodifikasi Penilaian Tingkat Kesehatan Bank oleh Bank Indonesia adalah sebagai berikut: 1) Analisis Risk Profile, Earning dan Capital (REC) dengan melakukan perhitungan rasio-rasio keuangan sesuai dengan rumus dibawah ini: a. Faktor Risk Profile - Risiko Kredit NPL = Sumber: SE BI No. 13/24/DPNP - Risiko Likuiditas LDR = Sumber: SE BI No. 13/24/DPNP - Risiko Pasar PDN =
(
Sumber: SE BI No. 13/24/DPNP
) (
)
b.
Faktor Earning ROA = Sumber: SE BI No. 13/24/DPNP NIM =
c.
Sumber: SE BI No. 13/24/DPNP Faktor Capital CAR = Sumber: SE BI No. 13/24/DPNP
2) Menentukan peringkat dari masing-masing komponen faktor REC dengan kriteria: a. NPL (Non Performing Loan) Tabel 2: Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Komponen NPL Peringkat Rasio Predikat 1 0% < NPL < 2% Sangat Sehat 2 2% ≤ NPL < 5% Sehat 3 5% ≤ NPL < 8% Cukup Sehat 4 8% < NPL ≤ 11% Kurang Sehat 5 NPL > 11% Tidak Sehat Sumber: SE BI No. 13/24/DPNP b.
LDR (Loan to Deposit Ratio) Tabel 3: Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Komponen LDR Peringkat Rasio Predikat 1 50% < LDR ≤ 75% Sangat Sehat 2 75% < LDR ≤ 85% Sehat 3 85% < LDR ≤ 100% Cukup Sehat 4 100% < LDR ≤ 120% Kurang Sehat 5 LDR > 120% Tidak Sehat Sumber: SE BI No. 13/24/DPNP
c.
ROA (Return on Assets) Tabel 4: Matriks Kriteria Penetapan Komponen ROA Peringkat Rasio Predikat 1 2% < ROA Sangat Sehat 2 1.25% < ROA ≤ 2% Sehat 3 0.5% < ROA ≤ 1.25% Cukup Sehat 4 0% < ROA ≤ 0.5% Kurang Sehat 5 ROA ≤ 0% (atau negatif) Tidak Sehat Sumber: SE BI No. 13/24/DPNP
d.
NIM (Net Interest Margin) Tabel 5: Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Komponen NIM Peringkat Rasio NIM Predikat 1 3% < NIM Sangat Sehat 2 2% < NIM ≤ 3% Sehat 3 1.5% < NIM ≤ 2% Cukup Sehat 4 1% < NIM ≤ 1.5% Kurang Sehat 5 NIM < 1% (atau negatif) Tidak Sehat Sumber: SE BI No. 13/24/DPNP
e.
CAR (Capital Adequancy ratio) Tabel 6: Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Komponen CAR Peringkat Rasio Predikat 1 12% < CAR Sangat Sehat 2 9% < CAR ≤ 12% Sehat 3 8% < CAR ≤ 9% Cukup Sehat 4 6% < CAR ≤ 8% Kurang Sehat 5 CAR < 6% Tidak Sehat Sumber: SE BI No. 13/24/DPNP
3) Melakukan judgement peringkat komposit secara keseluruhan untuk setiap kelompok bank berdasarkan hasil nilai komposit masing-masing faktor dengan rincian: bank dengan hasil PK 1 = sangat sehat; PK 2 = sehat; PK 3 = cukup sehat; PK 4 = cukup sehat; PK 5 = tidak sehat. 4) Membandingkan hasil tingkat kesehatan ketiga kelompok bank. Uji Statistik One-Way Anova Uji statistik yang digunakan adalah uji One-way Anova yang digunakan untuk menguji apakah sampel ketiga kelompok bank mempunyai rata-rata (mean) yang sama. Asumsi yang harus dipenuhi dalam uji One-way Anova adalah: a. Populasi berdistribusi normal Uji normalitas menggunakan Shapiro-Wilk Test , dengan hipotesis: : data terdistribusi normal : data tidak terdistribusi normal Bila p lebih besar dari α = 0.05, maka menerima dan menolak . Sebaliknya bila p lebih kecil dari α = 0.05 maka menolak dan menerima . b. Seluruh sample adalah independen c. Memiliki varians yang sama Dengan melihat Test of Homogenity of Variances pada hasil uji Anova dengan melihat Levene statistic dan tingkat probabilitas. d. Sample yang diuji tidak berhubungan satu dengan yang lain Hipotesis dalam pengujian One-Way Anova: : rata-rata populasi ketiga kelompok bank adalah sama : rata-rata populasi ketiga kelompok bank adalah berbeda Pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan probabilitas: - Jika probabilitas > 0.05, maka tidak dapat ditolak - Jika probabilitas < 0.05, maka ditolak dan menerima D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penilaian Kesehatan Bank Hasil dari penilaian tingkat kesehatan bank antara kelompok bank asing, bank campuran dan bank nasional ditunjukan pada tabel 7 di bawah ini: Tabel 7 : Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Asing, Bank Campuran dan Bank Nasional Bank Asing Bank Campuran Bank Nasional Faktor Penilaian Rata-Rata PK Rata-Rata PK Rata-Rata PK 2.55 2 1.78 1 1.79 1 NPL 4.7 1 1.85 1 2.08 1 PDN Risk Profile 189.37 5 164.17 4 78.63 2 LDR PK 2 PK 2 PK 1 3.09 1 2.17 1 3.65 1 ROA 4.07 1 2.97 2 6.59 1 Earning NIM PK 1 PK 1 PK 1 35.73 1 20.52 1 15.01 1 CAR Capital PK 1 PK 1 PK 1 Hasil Akhir Penilaian Peringkat Peringkat Peringkat Judgement Komposit 2 Komposit 2 Komposit 1 Sumber : Penulis
Analisis Hasil Tingkat Kesehatan Bank Asing Pada tabel 7 diatas, penilaian tingkat kesehatan bank pada kelompok bank asing menunjukan peringkat komposit 2 yang menunjukan bank dalam kondisi sehat, hal ini ditunjukan dari hasil penilaian faktor Risk Profile yang secara umum menunjukan peringkat komposit 2, penilaian faktor Earning menunjukan peringkat komposit 1 dan penilaian faktor Capital menunjukan peringkat komposit 1. Permodalan bank asing yang sangat tinggi ini diharapkan dapat mendukung liberalisasi permodalan bank dan mampu meningkatkan ketersediaan dana untuk proyek-proyek investasi dalam negeri memfasilitasi arus modal masuk. Dari ketiga faktor penilaian diatas, penilaian risiko likuiditas yang diproksikan dengan rasio LDR menunjukan hasil yang buruk dengan nilai LDR yang cukup tinggi yaitu 189.37%. Cukup tingginya risiko likuiditas pada bank asing dikarenakan oleh kegiatan bank asing dan bank campuran yang lebih dikhususkan pada bidang-bidang tertentu disertai larangan-larangan tertentu dalam melakukan kegiatannya. Seperti halnya dalam hal pemberian kredit yang lebih diarahkan ke bidang-bidang tertentu seperti bidang perdagangan internasional, bidang industri dan produksi, penanaman modal asing/campuran serta kredit yang tidak dapat dipenuhi oleh bank swasta nasional. Dari segi kepemilikan, apabila terjadi penurunan pada penilaian tingkat kesehatan bank atau penilaian GCG dari peringkat 1 (satu) atau peringkat 2 (dua) turun menjadi peringkat 3 (tiga), 4 (empat) atau 5 (lima) selama tiga periode penilaian berturut-turut maka pemegang saham wajib mengurangi jumlah kepemilikan sahamnya. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan ketahanan perbankan dalam rangka menghadapi dinamika perkembangan perekonomian regional dan global dimana untuk meningkatkan pelaksanaan prinsip kehati-hatian dan tata kelola bank yang baik diperlukan penataan struktur kepemilikan saham bank, mengingat bank-bank asing yang berbentuk cabang di Indonesia sangat rentan terhadap krisis global apabila bank induk di luar terkena masalah. Untuk bank dengan tingkat kesehatan yang buruk, Bank Indonesia mengambil tindakan dengan menetapkan status Bank Dalam Penyehatan (BDP) apabila bank tersebut dinilai masih memiliki potensi untuk dapat diperbaiki terutama dari aspek permodalan. Selama proses penyehatan oleh Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), komunikasi dan kerjasama antara Bank Indonesia dengan BPPN intensif dilakukan terutama yang berkaitan dengan perkembangan indikator utama kinerja bank, antara lain kinerja permodalan, rasio likuiditas, non performing loan, ketentuan prudensial (BMPK, PDN, PPAP) dan indikasi pencapaian rencana kerja. Apabila kondisi membaik dan program penyehatan telah selesai dilakukan atau dinyatakan berhasil, maka status BDP dicabut dan bank diserahkan kembali kepada Bank Indonesia untuk dilakukan pengawasan yang diperlukan. Sebaliknya apabila kondisi bank semakin memburuk maka status BDP dapat berubah menjadi Bank Beku Kegiatan Usaha dimana penyelesaian berikutnya dilakukan tahapantahapan pencabutan izin usaha, pembubaran badan hokum serta likuidasi bank. Analisis Hasil Tingkat Kesehatan Bank Campuran Hasil penilaian akhir pada bank campuran menunjukan bahwa tingkat kesehatan bank campuran menunjukan peringkat komposit 2 yang menunjukan bahwa bank campuran berada dalam kondisi yang sehat. Hal ini ditunjukan dari penilaian tiga faktor yaitu Risk Profile dengan peringkat komposit 2, Earning dengan peringkat komposit 1 dan Capital dengan peringkat komposit 1. Faktor Earning dan Capital dengan peringkat ini menunjukan bahwa bank memiliki efisiensi operasi yang sangat tinggi dan stabil sehingga memiliki potensi untuk memperoleh keuntungan yang tinggi disertai dengan modal yang sangat kuat untuk menutupi risiko kerugian dan melakukan hapus buku (write off) akibat penurunan dari kualitas aktiva. Sedangkan dari sisi Risk Profile, seperti halnya bank asing, bank campuran memiliki kendala yang sama dari sisi likuiditas, dengan risiko likuiditas yang buruk yang tercermin dari tingginya nilai LDR mencapai 164.17%. Tingginya risiko likuiditas pada bank asing maka tidak tertutup kemungkinan bank akan mengalami kesulitan likuiditas yang pada gilirannya akan menimbulkan beban biaya yang besar. Hal tersebut tentunya akan cukup mengganggu kesehatan bank asing dan bank campuran karena kekurangan likuiditas dapat mengganggu bukan hanya bank tersebut namun sistem perbankan secara keseluruhan apabila tidak segera memperbaiki risiko likuiditasnya.
Analisis Hasil Tingkat Kesehatan Bank Nasional Hasil analisis tingkat kesehatan bank nasional menunjukan hasil yang baik dengan peringkat komposit 1 yang menunjukan bahwa bank dalam kondisi yang sangat sehat. Hal tersebut ditunjukan dengan penilaian faktor Risk Profile dengan hasil peringkat komposit 1, faktor Earning dengan hasil peringkat komposit 1, dan faktor Capital dengan hasil peringkat komposit 1. Hasil penilaian tersebut menunjukan bahwa dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan bank, kemungkinan kerugian yang dihadapi bank dari risiko inheren komposit tergolong sangat rendah disertai kualitas penerapan manajemen risiko yang sangat memadai untuk menghadapi risiko-risiko yang mungkin terjadi selama periode waktu tertentu di masa mendatang. Bank nasional juga memiliki rentabilitas yang sehat dan berkesinambungan memungkinkan bank untuk mendanai pertumbuhan aset, meningkatkan modal, dan memberikan imbal hasil yang memadai bagi para pemegang saham, selain itu permodalan bank yang kuat juga membatu bank dalam menutupi risiko kerugian yang mungkin terjadi. Kecukupan modal dan pengelolaan modal bank sangat penting untuk memastikan kesehatan keuangan bank, kemampuan untuk menghadapi krisis di masa mendatang, dan memastikan kepercayaan publik pada system perbankan secara keseluruhan. Uji Normalitas Distribusi Data & Varians Hasil Uji Normalitas Shapiro-Wilk Test untuk indicator NPL, LDR, PDN, ROA, NIM, dan CAR masing-masing kelompok bank ditunjukan pada tabel 8 dibawah ini: Tabel 8: Uji Normalitas Shapiro-Wilk Test Keterangan Indikator Kelompok Statistic Df Sig NPL Bank Asing 0.833 5 0.147 Normal Bank Campuran 0.859 3 0.265 Normal Bank Nasional 0.934 4 0.616 Normal LDR Bank Asing 0.808 5 0.094 Normal Bank Campuran 0.902 3 0.392 Normal Bank Nasional 0.992 4 0.970 Normal PDN Bank Asing 0.860 5 0.227 Normal Bank Campuran 0.784 3 0.077 Normal Bank Nasional 0.917 4 0.519 Normal ROA Bank Asing 0.964 5 0.837 Normal Bank Campuran 0.983 3 0.750 Normal Bank Nasional 0.933 4 0.610 Normal NIM Bank Asing 0.836 5 0.154 Normal Bank Campuran 0.907 3 0.407 Normal Bank Nasional 0.688 4 0.088 Normal CAR Bank Asing 0.792 5 0.69 Normal Bank Campuran 0.924 3 0.466 Normal Bank Nasional 0.818 4 0.139 Normal Sumber: Data diolah (2015) Berdasarkan hasil uji normalitas pada tabel 8, menunjukan semua rasio indikator untuk menilai kesehatan bank mempunyai nilai signifikansi > 0.05 , maka hasil uji menerima yang berarti data mempunyai distribusi yang tersebar dan normal. Asumsi kedua yang harus terpenuhi adalah data memiliki varians yang sama. Untuk itu dilakukan Test of Homogeneity of Variances. Hasil Test of Homogeneity of Variances ditunjukkan pada tabel 9 berikut: Tabel 9: Test of Homogeneity of Variances Indikator Levene Statistic Signifikansi NPL 1.890 0.206 LDR 6.783 0.016 PDN 5.090 0.053 ROA 0.331 0.726 NIM 1.775 0.224 CAR 28.136 0.061 Sumber : Data diolah, (2015)
Pada tabel 9 di atas tampak bahwa semua variabel menujukan nilai probabilitas Levene Test > 0.05 yang mengindikasikan varian antar ketiga kelompok bank adalah sama. Karena data yang diuji telah terdistribusi dengan normal dan memiliki varians yang sama, maka pengujian dengan menggunakan Anova dapat dilakukan. Uji One-Way Anova Hasil pengujian hipotesis terhadap perbedaan faktor Risk Profile antara kelompok bank yang diproksikan dengan rasio NPL (Non Performing Loan), LDR (Loan to Deposit Ratio) dan PDN (Posisi Devisa Neto) dapat dilihat pada tabel 10 di bawah ini: Tabel 10: Uji Hipotesis Faktor Risk Profile Menggunakan One-Way Anova Sum of Mean Squares Df Square F Sig. NPL Between Groups 1.722 2 0.861 0.472 0.638 Within Groups 16.423 9 1.825 Total 18.145 11 LDR Between Groups 28549.318 2 14274.659 1.273 0.326 Within Groups 100953.741 9 11217.082 Total 129503.059 11 PDN Between Groups 21.682 2 10.841 1.362 0.304 Within Groups 71.628 9 7.959 Total 93.310 11 Sumber : Data diolah, (2015) Pada tabel 10 di atas diketahui nilai F hitung NPL sebesar 0.472 dengan signifikansi sebesar 0.638, yang berarti sig (0.638) > α (0.05) maka menerima dengan kata lain tidak terdapat perbedaan NPL yang signifikan antara kelompok bank asing, bank campuran dan bank nasional. Sehingga dari hasil penilaian untuk faktor Risk Profile dapat disimpulkan bahwa penilaian risiko kredit ketiga kelompok bank tidak jauh berbeda. Sedangkan nilai F hitung LDR sebesar 1.273 dengan signifikansi sebesar 0.326, yang berarti sig (0.326) > α (0.05) maka hasil uji menerima dengan kata lain tidak terdapat perbedaan LDR yang signifikan antara kelompok bank asing, bank campuran dan bank nasional. Sehingga dari hasil penilaian dapat disimpulkan bahwa penilaian risiko likuiditas ketiga kelompok bank tidak jauh berbeda. Hasil analisis pada tabel menunjukan nilai F hitung PDN sebesar 1.362 dengan signifikansi sebesar 0.304, yang berarti sig (0.304) > α (0.05) maka hasil uji menerima dengan kata lain tidak terdapat perbedaan PDN yang signifikan antara kelompok bank asing, bank campuran dan bank nasional. Sehingga dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa penilaian risiko pasar antara ketiga kelompok bank tidak jauh berbeda. Dengan demikian hasil analisis dengan menggunakan One-Way Anova pada tingkat kesehatan bank dengan faktor penilaian risk profile menunjukan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok bank asing, bank campuran dan bank nasional. Pengujian hipotesis selanjutnya adalah pengujian terhadap perbedaan faktor Earning antara kelompok bank asing, bank campuran dan bank nasional yang dapat dilihat pada tabel 11 dibawah ini: Tabel 11: Uji Hipotesis Faktor Earning Menggunakan One-Way Anova Sum of Mean Squares Df Square F Sig. ROA Between Groups 3.764 2 1.882 2.072 0.182 Within Groups 8.175 9 0.908 Total 11.939 11 NIM Between Groups 25.251 2 12.626 8.869 0.007 Within Groups 12.813 9 1.424 Total 38.064 11 Sumber : Data diolah, (2015) Hasil analisis pengujian pada tabel 11 diketahui bahwa nilai F hitung ROA sebesar 2.072 dengan signifikansi sebesar 0.182 yang berarti sig (0.1182) > α (0.05) maka hasil uji menerima
dengan kata lain tidak terdapat perbedaan ROA yang signifikan antara kelompok bank asing, bank campuran dan bank nasional. Sehingga dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa penilaian Earning yang diproksikan dengan rasio ROA antara ketiga kelompok bank tidak jauh berbeda. Sedangkan hasil pengujian untuk rasio NIM, diketahui bahwa nilai F hitung NIM sebesar 8.869 dengan signifikansi sebesar 0.007 yang berarti sig (0.007) < α (0.05) maka hasil uji menerima dengan kata lain tidak terdapat perbedaan NIM yang signifikan antara kelompok bank asing , bank campuran dan bank nasional. Sehingga dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa penilaian earning yang diproksikan dengan rasio ROA antara ketiga kelompok bank memiliki perbedaan yang signifikan. Setelah diketahui terdapat perbedaan, kemudian pengujian dilanjutkan dengan Uji Tukey dalam post hoc test untuk mengetahui kelompok bank mana saja yang menunjukkan perbedaan dan mana yang tidak. Dari hasil analisis lanjut dengan uji Tukey diketahui bahwa faktor earning yang diproksikan dengan NIM pada kelompok bank nasional memiliki perbedaan yang signifikan dengan kelompok bank asing dan bank campuran karena berada dalam kelompok yang berbeda. Pengujian hipotesis selanjutnya adalah pengujian terhadap perbedaan faktor Capital antara kelompok bank asing, bank campuran dan bank nasional yang dapat dilihat pada tabel 12 dibawah ini: Tabel 12: Uji Hipotesis Faktor Capital Menggunakan One-Way Anova Sum of Mean Squares Df Square F Sig. CAR Between Groups 1035.175 2 517.587 2.160 0.171 Within Groups 2156.502 9 239.611 Total 3191.677 11 Sumber : Data diolah, (2015) Berdasarkan hasil analisis pengujian pada tabel 12 diketahui bahwa nilai F hitung CAR sebesar 2.160 dengan signifikansi sebesar 0.171 yang berarti sig (0.171) > α (0.05) maka hasil uji menerima dengan kata lain tidak terdapat perbedaan CAR yang signifikan antara kelompok bank asing, bank campuran dan bank nasional. Sehingga dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa penilaian faktor Capital yang yang menunjukan kemampuan permodalan antara ketiga kelompok bank tidak jauh berbeda. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penilaian dari ketiga kelompok bank maka secara umum tingkat kesehatan bank asing, bank campuran dan bank nasional dinilai sehat, dengan tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari hasil penilaian ketiga faktor baik melalui penilaian judgement maupun penilaian statistik. Hasil penilaian statistic mendukung penilaian judgement, dimana hasil uji melalui Oneway Anova pada faktor Risk Profile menerima yang berarti tidak terdapat perbedaan signifikan pada faktor Risk profile antara kelompok bank asing, bank campuran dan bank nasional. Sedangkan pada faktor Earning, hasil uji One-way Anova pada rasio ROA menerima yang berarti tidak terdapat perbedaan signifikan pada ketiga kelompok bank, namun pada rasio NIM hasil uji menolak yang berarti terdapat perbedaan signifikan rasio NIM antara ketiga kelompok bank. Hasil uji One-way Anova pada faktor Capital menerima yang berarti tidak terdapat perbedaan signifikan dari kecukupan permodalan antara ketiga kelompok bank. Berdasarkan hasil penilaian dapat disimpulkan bahwa kelompok bank yang memiliki tingkat kesehatan paling baik adalah kelompok bank nasional dengan hasil tingkat kesehatan bank dengan peringkat komposit 1. Hal tersebut ditunjukan dari hasil perbandingan pada faktor-faktor penilaian kelompok bank asing dan bank campuran yang menunjukan bank nasional lebih unggul dibanding bank asing dan bank campuran. Faktor Risk Profile menunjukan bahwa dari sisi manajemen risiko bank, bank nasional lebih unggul dibanding kedua kelompok bank, terlihat dari manajemen risiko likuiditas bank asing dan bank campuran yang menunjukan predikat yang tidak sehat yaitu dengan nilai LDR dengan peringkat komposit 5 dan 4, dengan nilai lebih dari 92%. Selain itu bank nasional juga ungggul dari sisi Rentabilitas, dengan rata-rata ROA sebesar 3.65% dan NIM sebesar 6.59% lebih unggul dibanding bank campuran dan bank asing. Meski demikian ketiga kelompok bank memiliki peringkat komposit 1 pada faktor Rentabilitasnya, sehingga dapat disimulkan bahwa ketiga kelompok bank telah memaksimalkan kinerjanya dengan baik untuk menghasilkan laba yang tinggi. Berbeda dengan penilaian faktor permodalan, bank nasional memiliki permodalan yang kuat dengan peringkat komposit 1, sama halnya dengan kelompok bank asing dan bank
campuran. Namun permodalan bank nasional tidak lebih unggul dari bank asing dan bank campuran, dimana dengan peringkat komposit yang sama, bank asing memiliki rasio CAR yang sangat tinggi apabila dibanding bank campuran dan bank nasional. Hal ini sesuai dengan karakteristik bank asing yang memiliki permodalan yang sangat kuat. Penilaian kondisi bank nasional yang secara umum sangat sehat, maka bank nasional dinilai sangat mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya dimana tercermin dari peringkat faktor-faktor penilaian antara lain profil risiko, rentabilitas dan permodalan yang secara umum sangat baik. Kondisi bank yang sehat ini nantinya akan dapat mempercepat mobilisasi dana masyarakat untuk pertumbuhan ekonomi. E. KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan uraian dan interpretasi data yang telah dilakukan peneliti terhadap sample kelompok bank asing, bank campuran dan bank nasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Hasil penilaian tingkat kesehatan bank menunjukan bahwa secara umum kelompok bank asing, bank campuran dan bank nasional berada dalam kondisi yang sehat, dimana tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari hasil penilaian faktor Risk Profile, Earning dan Capital periode 2010-2014 baik dari hasil penilaian secara judgement maupun penilaian statistic uji One-way Anova. Hal tersebut menunjukan bahwa secara umum tingkat kesehatan bank pada kelompok bank yang memiliki modal inti diatas 5 triliun rupiah menunjukan penilaian yang baik dengan peringkat komposit 1 dengan predikat bank sangat sehat dan peringkat komposit 2 dengan predikat bank sehat. 2. Hasil penilaian tingkat kesehatan bank berdasarkan penialain REC (Risk profile, Earnign, dan Capital) menunjukan bahwa kelompok bank yang memiliki tingkat kesehatan paling sehat adalah kelompok bank nasional dengan hasil peringkat komposit 1. Hal tersebut menunjukan bahwa bank nasional dinilai sangat mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya dimana tercermin dari peringkat faktorfaktor penilaian antara lain profil risiko, rentabilitas dan permodalan yang secara umum sangat baik dibandingkan dengan bank campuran dan bank asing. SARAN Berkaitan dengan penelitian yang telah dilakukan, beberapa saran yang dapat diberikan oleh peneliti adalah sebagai berikut: 1. Pengelolaan profil risiko pada bank asing, bank campuran bank nasional masih harus terus diperbaiki dan ditingkatkan mengingat masih ada risiko-risiko yang masih cukup tinggi sehingga dikhawatirkan akan menimbulkan masalah pada bank di masa yang akan datang. 2. Bank asing dan bank campuran perlu lebih meningkatkan kinerjanya sehingga dapat meningkatkan tingkat kesehatannya agar mampu menciptakan persaingan yang sehat dengan bank domestic. 3. Bagi peneliti selanjutnya dapat menambahkan faktor Good Corporate Governance agar penilaian tingkat kesehatan dengan metode RGEC semakin maksimal. 4. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat menggunakan subjek penelitian, periode penelitian, dan variabel yang berbeda, sehingga dapat menambah wawasan dalam penelitian tingkat kesehatan bank serta diharapkan dapat memperoleh hasil yang lebih baik dari penelitian-penelitian sebelumnya. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada seluruh Dosen Ilmu Ekonomi Universitas Brawijaya dan Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya yang memungkinkan jurnal ini dapat diterbitkan. DAFTAR PUSTAKA Angel, Christania dan Pusung, Rudy. 2014. Analisis Perbandingan Kinerja pada Bank Nasional dan Bank Asing dengan Menggunakan Analisis Rasio Keuangan. Jurnal Ekonomi Universitas Sam Ratulangi. Manado. Bank Indonesia. Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/1/PBI/2004 tentang Ketentuan Umum Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.
Bank Indonesia. Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/1/PBI/2011 tentang Mekanisme Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Secara Individual. Bank Indonesia. Peraturan Bank Indonesia Nomor: 13/27/PBI/2011 tanggal 28 desember 2011 tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia No. 11/1/PBI/2009 Tentang Bank Umum Bank Indonesia. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/24/DPNP/2011 perihal Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. Bank Indonesia. 2012. Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia, Kelembagaan, Penilaian Tingkat Kesehatan Bank. Budisantoso, Totok dan Sigit Triandaru. 2006. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Edisi Kedua. Jakarta: Salemba Empat. Cornett et all. 2009. The Impact of state ownership on performance differences in privately owned vs state owned banks an international comparison. Dewayanto, Totok. 2010. Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Perbankan Nasional. Fokus Ekonomi: Vol 5 No 2. George F Kaufman. 1997. Preventing Banking Crises in The Future: Lessons from Past Mistakes. Hadad et all. 2003. Analisis Efisiensi Industri Perbankan Indonesia: Penggunaan Metode Non Parametrik Data Envelopment Analysis. Buletin Ekonomi Perbankan. Handayani, Puspita. 2005. Analisa Perbandingan Kinerja Bank dengan Rasio Keuangan. Tesis Magister Manajemen. Universitas Diponegoro. Semarang. Jumono, Sapto. 2008. Bank Sehat. Forum Ilmiah Indonusa. Jakarta. Kuncoro, Suhardjono. 2002. Manajemen Perbankan, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: BPFE. Masyhud, Ali. 2006. Manajemen Risiko, Strategi Perbankan dan Dunia Usaha Menghadapi Tantangan Globalisasi Bisnis. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Mulyono, Teguh Pujo. 1999. Analisa Laporan Keuangan untuk Perbankan. Jakarta. Perpustakaan Nasional:Katalog dalam Terbitan (KDT). Nasser, Etty dan Aryati, Titik. 2000. Model Analisis CAMEL untuk Memprediksi Financial Distress pada Sektor Perbankan yang Go Public. JAAI, volume 4, no.2, hal 111-127. Putri, I Dewa dan Damayanti, I Gst. 2013. Analisis Perbedaan Tingkat Kesehatan Bank Berdasarkan RGEC Pada Perusahaan Perbankan Besar dan Kecil. Jurnal Akuntansi: Universtas Udayana. Retnadi, Djoko. 2006. Memilih Bank yang Sehat: Kenali Kinerja dan Pelayanannya. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Siamat, Dahlan. 2005. Manajemen Lembaga Keuangan. Jakarta: Rajawali Sri, Sulad Hardanto. 2006. Manajemen Risiko Bagi Bank Umum. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Taswan. 2006. Manajemen Perbankan, Konsep, Teknik & Aplikasi. Yogyakarta: UPP STIM YKPN Yogyakarta.