Jurnal Hutan Tropis Volume 1 No. 1
Maret 2013
ISSN 2337-7771 E-ISSN 2337-7992
PERKIRAAN LUAS RUANG TERBUKA HIJAU UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN OKSIGEN DI KOTA PALANGAKARAYA Area Prediction of Green Open Space to Complete Oxygen Requirement in Palangkaraya Cuak Ardani, N. Hanafi, T. Pribadi Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas PGRI Palangkaraya Jalan Hiu Putih – Tjilik Riwut km 7, Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Kodepos 73112
ABSTRACT. The purpose of this research was to predicte GOS area sufficiency in Palangkaraya based on three measures: 1) area; 2) urban dwellers; 3) and oxygen requirement in 2010 and 2020. Minimum area of GOS was predicted according to the law of area design. While, the need of GOS related by population was forecasted according the regulation of public work ministry number 05/PRT/ M/2008. Gerarkis method is used to calculate oxygen consumption. Population and vehicles growth were projected by compound interest equation. GOS area in Palangkaraya has been sufficed to sustain urban ecosystem until 2020 later. Oxygen was required by Palangkaraya dwellers and vehicles approximately 790,304.68 Kg/Ha in 2010 and increased about 60 % in 2020. As a result, it was entailed minimum area 2,484.36 Ha of GOS in 2020. GOS expansion in Palangkaraya was done by development of new GOSs in central urban activities, highways, and flood plain of drainage otherwise increasing trees density as well as plants stratification. Keywords: Urban development, Green open space, Oxygen requirement ABSTRAK. Penelitian ini bertujuan untuk memperkirakan luas RTH di Kota Palangkaraya berdasarkan tiga ukuran, yaitu: 1) luas wilayah; 2) jumlah penduduk; dan 3) kebutuhan oksigen di tahun 2010 dan 2020. Luas minimum RTH berdasarkan luas wilayah diprediksi berdasarkan UU No 26 tahun 2007 tentang penataan ruang. Sedangkan, kebutuhan luas RTH berdasarkan populasi penduduk dihitung berdasarkan Permen PU No: 05/PRT/M/2008 tentang pedoman penyediaan dan pemanfaatan RTH di kawasan perkotaan. Metode gerarkis digunakan untuk memperkirakan kebutuhan oksigen. Perkiraan jumlah penduduk dan kendaraan bermotor diduga berdasarkan persamaan bunga berganda. Luas RTH di Palangkaraya relatif masih memadai untuk menjaga keseimbangan ekosistem kota sampai tahun 2020 nanti. Oksigen yang dibutuhan oleh penduduk dan kendaraan bermotor di Palangkaraya adalah 790.304,68 Kg/hari di tahun 2010 dan meningkat menjadi sekitar 60 %, maka diperlukan RTH dengan luas minimum 2.484,36 Ha di tahun 2020. Pengembangan RTH dapat dilaksanakan dengan pembangunan RTH-RTH baru di pusat-pusat kegiatan kota, jalan raya, dan bantaran saliran atau penambahan kerapatan pohon dan stratifikasi tanaman. Kata-kata kunci: Perkembangan kota, Ruang terbuka hijau, Kebutuhan oksigen Penulis untuk korespondensi: surel
[email protected].
PENDAHULUAN
tinggal di perkotaan hanya sedikit di awal tahun 1800-
Dua masalah utama di bidang kependudukan akhir-
an, tetapi meningkat menjadi 14% di tahun 1900, dan
akhir ini adalah pertumbuhan penduduk dan urbanisasi.
meningkat secara drastis menjadi sekitar 30% di tahun
Perimbangan komposisi populasi penduduk dunia yang
1950. Sekarang lebih dari 50% penduduk dunia tinggal
Ardani,C.,dkk: Perkiraan Luas Ruang ..........(1):32-38
di kota. Penduduk dunia yang tingggal di kota dipre-
Kota Palangkaraya, adalah Ibu Kota Provinsi
diksikan mencapai 60 % dari total penduduk dunia pada
Kalimantan Tengah, terletak pada posisi 113° 30’ – 114°
tahun 2025. Penduduk kota tumbuh tiga kali lebih cepat
07’ BT dan 1° 35' – 2° 24’ LS, pada ketinggian 16-75 m
dibandingkan pertumbuhan penduduk di desa (Wu
dpl. Luas wilayah kota Palangkaraya adalah 2.678,51
2008).
Km2. Namun, jumlah penduduk Kota Palangkaraya
Kota sebagai entitas dinamik dan terus berkem-
pada tahun 2010 hanya 220.962 jiwa atau dengan
bang. Pertumbuhan kota akibat urbanisasi menuntut
kepadatan penduduk sekitar 82 jiwa/km 2 (BPS
kota untuk terus membangun sarana dan prasarana
Palangkaraya, 2010). Kota Palangkaraya, seperti kota
kota untuk melayani warganya. Pembangunan fisik,
besar lainnya berkembang menjadi kota niaga dan kota
untuk memenuhi kebutuhan warganya, dilakukan
jasa, juga menghadapi permasalahan lingkungan
dengan merubah lanskap alam dan tata ruang wilayah
sebagai dampak negatif urbanisasi dan pembangunan
yang berakibat pada penurunan daya dukung lingkungan
kota yang pesat. Hal ini ditandai dengan peningkatan
dan jasa lingkungan (Bolund & Hunhammar 1999;
jumlah penduduk, pertambahan jumlah kendaraan, dan
Nowak et al. 2007; Wu 2008). Akibatnya, penduduk
perkembangan industri jasa dan perakitan.
kota menghadapi berbagai permasalahan kebutuhan
Tujuan artikel ini adalah untuk memperkirakan luas
dasar manusia, seperti: air bersih, sampah, sanitasi,
RTH di Kota Palangkaraya berdasarkan tiga ukuran,
dan naungan. Bahkan, beberapa kota menghadapi krisis
yaitu: 1) luas wilayah; 2) jumlah penduduk; dan 3)
yang lebih parah akibat ketidakseimbangan alokasi
kebutuhan oksigen untuk respirasi manusia, binatang,
sumberdaya, seperti fenomena pulau panas, banjir,
dan pembakaran bahan bakar oleh kendaraan bermotor
kualitas udara dan air yang buruk, dan minimnya
di tahun 2010 dan 2020.
pasokan air. Lebih lanjut penduduk kota menghadapi stress lingkungan dan sosial yang berdampak negatif
METODE PENELITIAN
terhadap fisik dan psikologis warganya (Carreiro 2008).
Koleksi Data
Perhatian terhadap peranan hutan kota dan ruang terbuka hijau (RTH) yang berperan dalam keberlanjutan dan kenyaman kota meningkat seiring meningkatnya dampak urbanisasi (Konijnendijk et al. 2005). Hutan kota dan RTH berperan dalam penyediaan jasa lingkungan. Hutan kota dapat memperbaiki kualitas
Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data biofisik berupa luas wilayah, data jumlah penduduk, dan jumlah kendaraan di Kota Palangkaraya yang diperoleh dari badan pusat statistik (BPS) Kota Palangkaraya.
lingkungan, meningkatkan kualitas hidup individu dan
Kebutuhan luas RTH berdasarkan luas wilayah
masyarakat, menyediakan berbagai jasa lingkungan
Luas RTH yang harus dipenuhi oleh sebuah kota
kepada individu dan masyarakat, menghasilkan ling-
berkaitan dengan tata ruang wilayah, UU No 26 tahun
kungan yang lebih sehat dan nyaman bagi warganya
2007 tentang penataan ruang minimal, adalah 30% dari
(Nowak et al. 2001; Joga & Ismaun 2011). RTH yang
luas wilayah kota. Ini berarti minimal sepertiga luas
dikelola dengan baik juga dapat menyediakan berbagai
wilayah kota harus diperuntukan penggunaannya
keuntungan ekologis dan mendukung keberlanjutan kota
sebagai RTH. Bentuk RTH dapat berupa tanaman yang
(Nowak et al. 2001).
tumbuh secara alami atupun tanaman yang sengaja
Di lain pihak, penyusutan RTH atau hutan kota berdampak pada pada penurunan keseimbangan ekosistem yang ditandai dengan penurunan kualitas lingkungan perkotaan (Joga & Ismaun 2011). Kota akan mengalami pencemaran udara (Yang et al. 2005); peristiwa banjir dan penggenangan yang berlebih pada musim penghujan dan efek pulau panas (Joga & Ismaun 2011).
ditanam baik dimiliki secara pribadi maupun umum (Pancawati, 2010). Kebutuhan luas RTH berdasarkan jumlah penduduk Suatu wilayah kota dengan jumlah penduduk minimum 480.000 diharuskan memiliki RTH dengan luas minimal 4,0 m2 per penduduk dalam bentuk hutan kota 33
Jurnal Hutan Tropis Volume 1 No. 1, Edisi Maret 2013
sesuai Permen PU No; 05/PRT/M/2008 tentang
6. Jumlah ternak yang relatif kecil dan semakin
pedoman penyediaan dan pemanfaatan RTH di kawasan perkotaan (Pancawati, 2010).
menurun diabaikan dalam perhitungan ini; 7. Pasokan oksigen dari wilayah sekitar Palangkaraya diabaikan.
Kebutuhan luas RTH berdasarkan konsumsi oksigen Luas minimum RTH untuk memenuhi kebutuhan oksigen suatu wilayah kota dihitung dengan persamaan Gerarkis (Fahutan IPB, 1987) yang dikembangkan oleh
Jumlah penduduk dan kendaraan bermotor pada tahun ke-t diperkirakan berdasarkan persamaan bunga berganda. Persamaan ini dapat digunakan untuk meramal perkembangan suatu populasi (Rijal, 2008):
Wisesa (1988) di dalam Wijayanti (2003), Septriana et al.( 2004), dan Lestari & Jaya (2005).
Dimana : L
: luas RTH kota pada tahun ke-t (m2)
P
: jumlah kebutuhan oksigen bagi penduduk pada tahun ke-t (gram)
K
: jumlah kebutuhan oksigen bagi kendaraan bermotor pada tahun ke-t (gram).
T
: jumlah kebutuhan oksigen bagi ternak pada tahun ke-t (gram)
54
: tetapan yang menunjukkan bahwa satu m luas lahan menghasilkan 54 gram berat kering tanaman per hari
0,9375 : tetapan yang menyatakan bahwa satu gram berat kering tanaman adalah setara produksi oksigen 0,9375. Asumsi-asumsi yang digunakan dalam perhitungan ini: 1. Konsumsi oksigen manusia adalah sama, yaitu 600 liter/hari atau setara dengan 864 gram per hari (0,864 kilogram per hari); 2. Jumlah kendaraan yang beredar di wilayah Palangkaraya setiap harinya sebanding dengan jumlah kepemilikan kendaraan yang tercatat di BPS Kota Palangkaraya. Kebutuhan oksigen untuk kendaran bermotor jenis mobil penumpang, mobil beban, bus, dan sepeda motor, serta waktu operasionalnya masing-masing adalah: 11,63 kg/ hari & 3 jam/hari; 22,88 kg/hari & 2 jam/hari; 45,76 kg/hari & 3 jam/hari; dan 0,58 kg/hari & 1 jam; 3. Kesejahteraan penduduk meningkat setiap tahun sehingga mampu membeli kendaraan bermotor; 4. Pasokan oksigen hanya disediakan oleh tumbuhan; 5. Pergerakan udara oleh angin diabaikan; 34
Dimana : P
: jumlah populasi pada tahun ke-t
P
: jumlah populasi tahun awal atau dasar
r
: laju pertumbuhan populasi
t
: satuan waktu yang digunakan (tahun)
HASIL DAN PEMBAHASAN Peruntukan lahan di Palangkaraya. Palangkaraya dengan luas wilayah 267.851 Ha masih merupakan kawasan hutan. Wilayah ini menempati hampir seluruh wilayah Palangkaraya. Kawasan terbangun di Palangkaraya memiliki luas kurang dari lima persen dari keseluruhan luas wilayah Palangkaraya dan dapat dilihat pada Tabel 1. Jadi kawasan hutan masih mendominasi wilayah Kota Palangkaraya. Pembagian kawasan hutan di Palangkaraya berdasarkan status penggunaan dikelompokkan menjadi dua, yaitu: kawasan lindung dan kawasan budidaya. Kawasan hutan yang ditetapkan sebagai kawasan lindung mencakup kawasan seluas 20.168,53 Ha (8,11 %). Wilayah ini mayoritas merupakan bagian dari kawasan Taman Nasional Sabangau. Jika dirinci, berdasarkan peruntukan lahannya maka kawasan lindung ini berupa daerah sepadan sungai (3.140,70 Ha), kawasan konservasi lahan gambut tebal (4.115,88 Ha), kawasan konservasi hidrologi (9.156,83 Ha), kawasan perlindungan dan pelestarian hutan (763,18 Ha), dan Taman Wisata Bukit Tengkiling (2.991, 94 Ha). Sedangkan, sisanya (91,87 %) ditetapkan sebagai kawasan budidaya. Kawasan yang dicadangkan sebagai kawasan permukiman dan penggunaan lain memiliki bagian sebesar 16,68 %. Peruntukan lahan tersebut didasarkan pada Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2003 yang telah direvisi (BPS Palangkaraya, 2010).
Ardani,C.,dkk: Perkiraan Luas Ruang ..........(1):32-38
Perkiraan kebutuhan RTH berdasarkan luas
Tabel 1. Penggunaan lahan di Palangkaraya.
wilayah di Palangkaraya.
Table 1. Land use in Palangkaraya
Palangkaraya secara administratif terbagi menjadi lima kecamatan. Kecamatan terluas adalah Kecamatan Rakumpit dengan luas 1.5314 Ha atau lebih dari sepertiga luas wilayah Palangkaraya. Sedangkan, Kecamatan dengan luas paling kecil adalah kecamatan
Tipe
dari luas wilayah Palangkaraya secara keseluruhan. Jika kebutuhan RTH masing-masing wilayah adalah 30
92,80
Pertanian Perkebunan
1.265 2.230
0,47 0,83
Permukiman Sungai & danau Lain-lain
4.554 4.286 6.941
1,70 1,60 2,59
Jumlah
267.851
99,99
Sumber: BPS Palangkaraya (2010). Tabel 2. Luas wilayah dan luas minimum RTH masingmasing kecamatan di Palangkaraya.
% dari keseluruhan luas wilayahnya, maka luas RTH Kecamatan Pahandut, Jekan Raya, Bukit Batu,
Table 2. Area and minimum area of GOS in sub district in Palangkaraya respectively
Sabangau, dan Rakumpit masing-masing adalah 3.515,5 Ha, 10.578,6 Ha, 17.160,0 Ha, 17.505,0 Ha, dan 31.594,2 Ha.Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2. Perkiraan kebutuhan RTH berdasarkan jumlah penduduk Palangkaraya, sebagai ibukota propinsi, termasuk kota kecil karena jumlah penduduknya kurang dari setengah juta jiwa. Jumlah penduduk Palangkaraya
Presentase (%)
248.575
Pahandut. Kecamatan Pahandut adalah pusat Kota Palangkaraya dan luasnya tidak lebih dari lima persen
Luas (Ha)
Kawasan hutan
Kecamatan
Luas (Ha)
Persentase (%)
Luas RTH (Ha)
Pahandut
11.725
4,38
3.515,5
Jekan Raya Bukit Batu Sabangau
35.262 57.200 58.350
13,16 21,36 21,78
10.578,6 17.160,0 17.505,0
Rakumpit
105.314
39,32
31.594,2
Keseluruhan
267.851
100,00
80.355,3
Perkiraan kebutuhan RTH berdasarkan konsumsi oksigen
hanya 220.962 jiwa dengan kepadatan penduduk rata-
Jumlah penduduk dan kendaraan bermotor terus
rata 82 jiwa/km 2 pada tahun 2010. Kecamatan
meningkat selama periode 2002-2010. Diperkirakan
Pahandut dan Jekan Raya merupakan kecamatan yang
jumlah penduduk Palangkaraya di tahun 2020 mencapai
memiliki kepadatan penduduk yang tinggi. Kepadatan
315.044 penduduk (r = 3,6 %). Namun demikian, angka
kedua kecamatan tersebut masing-masing adalah
pertambahan jumlah sepeda motor di Palangkaraya
658,52 penduduk per km2 dan 324,88 penduduk per
menunjukan angka yang paling tinggi (r = 8,8 %).
km2 jauh di atas rata-rata kepadatan penduduk
Sehingga diperkirakan populasi sepeda motor lebih
Palangkaraya secara keseluruhan. Kedua kecamatan
banyak daripada populasi penduduk di tahun 2020 atau
tersebut merupakan pusat Kota Palangkaraya sehingga
hampir dua kali populasi penduduk Palangkaraya. Se-
penduduk terpusat dan menetap di kedua kecamatan
dangkan, angka pertambahan yang paling kecil adalah
tersebut. Kebutuhan RTH untuk masing-masing
angka pertambahan mobil penumpang (r = 2,7 %).
kecamatan berdasarkan jumlah penduduk dari yang
Namun demikian, populasinya menempati posisi ketiga
terbesar sampai yang terkecil berturut-turut adalah
setelah penduduk hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.
Pahandut (30,88 Ha), Jekan Raya (45,82 Ha), Sabangau
Peningkatan jumlah penduduk dan kendaraan
(7,52 Ha), Bukit Batu (4,77 Ha), dan Rakumpit (1,18
bermotor berdampak pada peningkatan kebutuhan
Ha). Kebutuhan RTH untuk memenuhi kebutuhan
oksigen untuk respirasi manusia (binatang tidak
fisiologis penduduk Palangkaraya pada tahun 2010
diperhitungkan dalam penelitian ini karena jumlahnya
adalah 88,37 Ha (Tabel 3). Luas ini masih sangat kecil
relatif sedikit), dan pembakaran bahan bakar oleh mesin-
dibandingkan ketersediaan kawasan bervegetasi di
mesin kendaraan (genarator tidak diperhitungkan karena
wilayah Palangkaraya.
data tidak tersedia). Kebutuhan oksigen terbesar untuk pembakaran mesin digunakan oleh kendaraan pribadi, yaitu sebesar 241.776,07 Kg/hari. Urutan selanjutnya adalah truk (196.379,04 Kg/hari), sepada motor 35
Jurnal Hutan Tropis Volume 1 No. 1, Edisi Maret 2013
(147.458,62 Kg/hari), dan terakhir bis (13.779,04 Kg/
Tabel 5. Perkiraan kebutuhan oksigen untuk respirasi
hari). Sedangkan di tahun 2020, kebutuhan oksigen
manusia dan proses pembakaran mesin ken-
untuk pembakaran mesin kendaraan meningkat, khu-
daraan, dan luas RTH di tahun 2020 di Pa-
susnya sepeda motor yang meningkat lebih dari dua
langkaraya.
kali lipat. Kebutuhan oksigen untuk pembakaran mesin
Table 5. Prediction of oxygen requirement for human
jenis kendaraan yang lain juga meningkat, tetapi tidak
respiration and vehicles combustion, and GOS
setinggi peningkatan kebutuhan oksigen oleh sepeda
area of Palangkaraya in 2020
motor (Tabel 5). Di sisi lain, penyerapan oksigen untuk respirasi manusia juga meningkat dari 190.911,17 Kg/ hari (2010) menjadi 272.198,20 Kg/hari di tahun 2020 hal ini dapat dilihat pada Tabel 5. Kebutuhan oksigen untuk respirasi dan pembakaran mesin dapat dipenuhi oleh sediaan oksigen dari proses fotosintesis tanaman ataupun tumbuhan. Jika di tahun 2010 jumlah kebutuhan oksigen adalah 790.304,68 Kg/
Luas RTH (Ha)
Kebutuhan oksigen (Kg/hari) 2010
2020
Penduduk
190.911,17
272.198,20
Sepeda motor
147.458,62
341.480,64
Mobil penumpang
241.776,07
316.209,01
Mobil beban
196.379,04
305.948,56
Bus
13.779,78 790.304,68
21.871,13 1.257.707,54
Jumlah
2010
2020
1.561,10
2.484,36
PEMBAHASAN
hari, maka diperlukan RTH (khususnya tumbuhan ber-
Palangkaraya secara ekologis memiliki daya
kayu) dengan luas 1561,10 Ha. Namun, jika kebutuhan
dukung lingkungan yang baik karena luas kawasan
oksigen meningkat menjadi 1.257.707,55 Kg/hari di
yang bervegatasi masih sangat luas (> 90 % dari
tahun 2020. Kebutuhan oksigen ini dapat dipenuhi dari
keseluruhan wilayah). Meskipun, laju pembukaan lahan
RTH dengan luas minimum 2.484,36 Ha (Tabel 5).
untuk permukiman ataupun lahan terbangun selama lima tahun (2004-2009) relatif tinggi (18 %) atau terjadi
Tabel 3. Perkiraan jumlah penduduk dan luas minimum RTH.
menjadi 2.749 Ha. Palangkaraya masih tetap hijau
Table 3. Prediction of dwellers population and minimum area of GOS Kecamatan
perubahan luas kawasan permukiman dari 1.192 Ha
bahan kawasan terbangun, peningkatan jumlah pendu-
Jumlah penduduk (Jiwa) 2010
selama 10 tahun ke depan selama tidak terjadi peru-
Luas RTH (Ha)
2020
2020
2010
duk, dan kendaraan yang sangat pesat.
77.211
110.086
30,88
44,03
Seperempat kebutuhan RTH di Palangkaraya dapat
114.559
163.336
45,82
65,33
11.306
17.012
4,77
6,80
dipenuhi dari keberadaaan kawasan lindung, TN
Bukit Batu Sabangau Rakumpit
14.306 2.954
20.397 4.212
5,72 1,18
8,16
Sabangau dan TW Bukit Tengkiling, yang telah
1,68
220.962
315.044
88,38
126,01
ditetapkan dalam RTRWP Kalimantan Tengah. Tiga
Pahandut Jekan Raya
Keseluruhan
Tabel 4. Perkiraan jumlah penduduk dan kendaraan bermotor di tahun 2020 di Palangkaraya. Table 4. Prediction of dwellers and vehicles population of Palangkaraya in 2020 Jumlah 2010
2020
perempatnya dapat dipenuhi dari keberadaan kawasankawasan bervegetasi yang masih belum terbangun. Selain itu, Pemko Palangkaraya juga telah mencadangkan kawasan untuk hutan kota dengan luas 1.635 Ha di belakang komplek perkantoran pemda. Luas RTH minimum sebesar 30 % merupakan
Laju pertambahan (%)
ukuran minimum kawasan bervegetasi untuk menjamin
Penduduk
220.962
315.044
3,6
keseimbangan ekosistem kawasan. Keseimbangan
Sepeda motor
254.239
588.759
8,8
20.789
27.189
ekosistem yang dipertahankan adalah fungsi hidrologis,
8.583
13.372
2,7 4,5
301
478
4,7
Mobil penumpang Mobil beban Bus
iklim mikro, ketersediaan udara bersih agar dapat terjamin untuk kebutuhan warganya dan penyerapan karbondioksida. Di samping itu, kawasan bervegetasi dapat meningkatkan nilai estetika kawasan (Baharudin, 2011).
36
Ardani,C.,dkk: Perkiraan Luas Ruang ..........(1):32-38
Luas RTH berdasarkan jumlah penduduk dan
ibadah, sekolahan, perguruan tinggi, dan lapangan olah
kebutuhan oksigen. Palangkaraya masih memadai.
raga untuk dijadikan kawasan bervegatasi. Lokasi lain
Namun demikian RTH masyarakat di Kota Palang-
yang dapat diberdayakan sebagai RTH adalah jalan raya
karaya harus diperbanyak. Hanya ada lima lokasi yang
dan sarana transportasi. Di sisi lain, bantaran sungai
dapat dikategorikan sebagai RTH Masyarakat, yaitu:
dan saluran irigasi besar dapat juga dijadikan RTH
taman kota (depan kantor gubernur), bundaran besar
(Wijayanti, 2003; Septriana et al. 2004; Rijal 2008).
dan Jalan Brigjen Katamso (samping rumah dinas
Pemberdayaan kawasan tersebut akan meningkatkan
gubernur), Jalan Yos Sudarso, Tugu Pancasila, komplek
luas kawasan RTH. Jenis vegetasi yang dianjurkan
lapangan golf, dan Stadion Tuah Pahoe. Lebih lanjut,
sebagai tanaman pokok RTH sebaiknya adalah
Pemko Palangkaraya juga bergiat membangun RTH-
tanaman jenis pohon. Pohon-pohon memiliki kemam-
RTH baru seperti di sepanjang saliran yang membelah
puan menyerap karbondioksida sebanyak 129,92 Kg/
kota, khususnya di Kelurahan Menteng dan Jalan Sul-
Ha/jam jauh lebih banyak dibandingkan semak belukar
tan Hasanuddin serta Jalan Cristhopel Bangas.
(12,56 Kg/Ha/jam), padang rumput atau sawah (2,74
Kebutuhan RTH di Palangkaraya berdasarkan
Kg/Ha/jam) untuk luas yang sama (Baharudin, 2011).
konsumsi oksigen di tahun 2020 adalah 2.484,36 Ha.
Permen PU No; 05/PRT/M/2008 telah membuat kriteria
Luas ini lebih kecil dibandingkan dengan Padang yang
jenis-jenis pohon dan perdu yang dianjurkan untuk
membutuhkan RTH dengan luas 14.894,61 Ha
ditanam sebagai vegetasi RTH. Masing-masing jenis
(Septriana et al. 2004), ataupun Bogor yang
vegetasi tersebut dipilih berdasarkan sifat-sifat silviksnya
membutuhkan RTH yang lebih luas lagi, yaitu 571.191
sehingga jenis-jenisnya dapat berbeda sesuai dengan
Ha (Lestari & Jaya, 2005). Namun, kebutuhan RTH Di
fungsi dan bentuk RTH.
Palangkaraya lebih luas dibandingkan dengan Jayapura,
Namun, jika di lokasi-lokasi yang tidak memadai
yang hanya membutuhkan RTH dengan luas 475,36
lagi untuk dilakukan penambahan luas RTH. Pember-
Ha di tahun 2018 (Baharudin, 2011). Perbedaan ini dise-
dayaan RTH dapat dilakukan dengan penganekaragaman
babkan oleh faktor-faktor seperti: jumlah penduduk,
struktur tanaman dengan menambahkan beberapa jenis
tingkat kepadatan penduduk, dan tingkat perkem-
tanaman yang menempati stratum tertentu sehingga
bangan ekonomi kota.
jumlah stratifikasi vegetasi bertambah (Rijal 2008).
Salah satu pertanda perkembangan kota dapat
Intensifikasi pemberdayaan RTH juga dapat dilakukan
dilihat dari jumlah kepemilikan kendaraan bermotor dan
dengan meningkatkan kepadatan pohon per hektar (Nowak
perkembangan industri. Kendaraan bermotor dan
& Crane, 2002; Nowak et al. 2007).
mesin-mesin industri bertanggung jawab dalam penyerapan oksigen (Nowak et al. 2007; Pancawati
KESIMPULAN DAN SARAN
2010). Oksigen digunakan untuk merubah energi kimia
Kesimpulan
yang berasal dari bahan bakar fosil menjadi energi kinetik. Hampir 70% kebutuhan oksigen digunakan oleh kendaraan bermotor di Palangkaraya. Dalam pendugaan ini, konsumsi oksigen oleh mesin industri dan generator tidak diperhitungkan, padahal kebutuhan oksigen kedua jenis mesin tersebut sangat tinggi, yaitu 529,41 Kg/hari selama delapan jam (Wisesa, 1988 yang dikutip oleh Lestari & Jaya, 2005). Sehingga kemungkinan konsumsi oksigen oleh mesin-mesin industri dan kendaraan bermotor persentasenya akan lebih tinggi lagi. Pengembangan RTH dapat dilakukan memberdayakan kawasan perkantoran, perumahan, rumah
Luas RTH di Palangkaraya masih memadai untuk mendukung keseimbangan dan keberlanjutan ekosistem kota. Hampir 90 % wilayah Palangkaraya merupakan kawasan bervegetasi. Sedangkan, kawasan terbangun mencakup wilayah dengan persentase tidak lebih dari lima persen, meskipun pembangunan wilayah berkembang cukup pesat. Luas minimum RTH yang dibutuhkan untuk menjamin kenyaman penduduk Palangkaraya adalah 88,38 Ha di tahun 2010 dan meningkat menjadi 126,01 ha di tahun 2020. Begitu juga dengan luas RTH yang digunakan untuk memasok kebutuhan oksigen penduduk dan kendaraan di Palangkaraya meningkat dari 1.561,10 Ha (2010) 37
Jurnal Hutan Tropis Volume 1 No. 1, Edisi Maret 2013
menjadi 2.484,36 Ha (2020). Penambahan luas RTH pada tahun 2020 karena diperkirakan kebutuhan oksigen di tahun tersebut meningkat menjadi 1.257.707,54 Kg/ hari dari sebelumnya 790.304,54 Kg/hari di tahun 2010. Saran Penelitian lebih lanjut tentang pengembangan RTH di Palangkaraya berdasarkan identifikasi luas, lokasi dan persebaran, serta bentuknya perlu dilakukan, khususnya dengan pemanfaatan teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG). Selain itu persepsi dan preferensi masyarakat tentang keberadaan RTH sebagai dasar pengembangan RTH di Palangkaraya juga diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA BPS (Badan Pusat Statistik) Palangkaraya. 2010. Kota Palangkaraya dalam angka. BPS Palangkaraya, Palangkaraya. Baharudi, A. 2011. Kebutuhan ruang terbuka hijau pada kawasan pusat Kota Jayapura. J Bumi Lestari 11 (2): 297-305 Bolund, P., Hunhammar, S. 1999. Ecosystem services in urban areas. Ecol Econ 29: 293-301 Carreiro, M.M. 2008. Introduction: the growth of cities and urban forestry. In: Carreiro, M.M., Song, Y.C. & Wu, J. (eds). Ecology, planning, and management of urban forest international perspectives. Springer-Verlag, New York. pp: 3-9. Departemen Pekerjaan Umum (PU). 2008. Permen PU No: 05/PRT/M/2008 tentang pedoman penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan. Dirjen Tata Ruang-Departemen PU, Jakarta. Fahutan (Fakultas Kehutanan) IPB. 1987. Konsepsi pengembangan hutan kota. Fahutan IPB & Departemen Kehutanan, Jakarta. Joga, N., Ismaun, I. 2011. RTH 30% resolusi (kota) hijau. Gramedia, Jakarta. Konijnendijk, C.C., Nilsson, K., Randrup, T.B., &
38
Schipperijn, J. 2005. Introduction. In: Konijnendijk, C.C., Nilsson, K., Randrup, T.B., & Schipperijn, J. (eds). Urban forests and trees. Springer-Verlag, Berlin. pp: 1-6. Lestari, R.A., Jaya, I.N.S. 2005. Penggunaan teknologi penginderaan jauh satelit dan SIG untuk menentukan luas hutan kota: studi kasus di Kota Bogor, Jawa Barat. J Manajemen Hutan Tropika 11 (2): 55-69. Nowak, D.J., Hoehn, R., & Crane, D.E. 2007. Oxygen production by urban trees in the United States. Arboriculture & Urban Forestry 33 (3): 220-226 Nowak DJ, Noble MH, Sisinni SM, Dwyer JF. 2001. People and trees: assessing the US urban forest resource. J of Forestry 99: 37-42 Nowak, J., Crane, D.E. 2002. Carbon storage and sequestration by urban trees in the USA. Environmental Pollution 116: 381-389. Pancawati, J. 2010. Analisis kebutuhan ruang terbuka hijau di Kota Tangerang. [tesis]. SPS IPB, Bogor. Rijal, S. 2008. Kebutuhan ruang terbuka hijau di Kota Makasar tahun 2017. J Hutan dan Masyarakat 3 (1); 65-77. Septriana, D., Indrawan, A., Dahlan, E.N., & Jaya, I.N.S. 2004. Prediksi kebutuhan hutan kota berbasis oksigen di Kota Padang, Sumatera Barat. J Manajemen Hutan 10 (2): 47-57. Wijayanti, E. 2003. Pengembangan ruang terbuka di Purwokerto. [skripsi]. Fahutan IPB, Bogor. Wisesa, S.P.C. 1988. Studi pengembangan hutan kota di wilayah Kotamadya Bogor. [skripsi]. Fahutan IPB, Bogor. Wu, J. 2008. Toward a landscape ecology of cities – beyond building, trees, and urban forest. In: Carreiro, M.M., Song, Y.C., & Wu, J. (eds). Ecology, planning, and management of urban forest: international perspectives. Springer-Verlag, New York. Pp: 10-28. Yang, J., McBride, J., Zhou, J., & Sun, Z. 2005. The urban forest in Beijing and its role in air pollution reduction. Urban Forest & Urban Greening 3: 6578.